Anda di halaman 1dari 5

Tugas Kimia Medisinal

Mekanisme Aksi Sulfonamid Terhadap Biosintesis Asam


Nukleat Bakteri

Oleh :
Christofel Adijaya

148114120

Theodorus Garry P.G

148114123

I Putu Purwa Yoga

148114127

Martin Vincentsius

148114131

FSM C 2014
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2016

Pendahuluan :
Sulfonamid digunakan secara sistemik sebagai pencegahan dan pengobatan infeksi
bakteri pada manusia. Sulfonamid merupakan nama generik derivat para-aminobenzensulfonamid atau yang biasa disebut sulfanilamid. Struktur molekul beberapa obat
golongan sulfnamid :

Aktivitas antibakteri :
Sulfonamid mempunyai spektrum antibakteri yang luas, meskipun kurang kuat
dibandingkan dengan antibiotik lain. Golongan obat ini umumnya bersifat bakteriostatik.
Namun, pada kadar yang tinggi dalam urine, sulfonamid dapat bersifat bakteriosidal.
Mikroorganisme yang diduga telah resisten terhadap sulfonamid antara lain Streptococcus
pyogenes, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Haemophilus ducreyi,
Nocardia, Actinomyces, Calymmatobacterium granulomatis, dan Chlamydia trachomatis.

Mekanisme Aksi :
Antibakteri golongan sulfonamid merupakan antagonis kompetitif asam p-aminobenzoat (PABA). Antibiotik ini menghambat penggunaan PABA oleh bakteri yang
dibutuhkan untuk sintesis asam folat (pteroylglutamic acid). Sulfonamid juga merupakan
penghambat kompetitif dihidropteroat sintase yang merupakan enzim pada bakteri yang
mengubah senyawa PABA menjadi asam dihidropteroat, suatu prekursor asam folat sehingga
pembentukkan asam dihidrofolat dihambat dan pada akhirnya biosintesis asam nukleat yang
memerlukan PABA tidak bisa berjalan dengan baik.
Mikroorganisme yang peka terhadap sulfonamid adalah bakteri yang memproduksi
asam folat sendiri, sedangkan bakteri yang menggunakan asam folat alamiah tidak akan
terpengaruh. Sulfonamid tidak mengganggu sel manusia karena sel-sel manusia
menggunakan asam folat alamiah untuk membentuk asam nukleatnya dan tidak dapat
memproduksi asam folat sendiri.

Farmakokinetik :
Sekitar 70%-100% obat diserap pada pemberian secara per oral dan sulfonamid dapat
ditemukan pada urine 30 menit setelah dikonsumsi. Usus halus adalah tempat penyerapan
utama, tetapi sebagian molekul sulfonamid juga diserap oleh lambung. Semua sulfonamida
terikat dengan protein plasma, terutama pada alumin.sulfonamida didistribusikan ke seluruh
jaringan tubuh. Karena protein dalam cairan di jaringan sangat rendah, obat berada dalam
keadaan aktif. Sulfonamid mengalami metabolisme lintas pertama di hati. Derivat
metabolitnya yang umum adalah sulfonamid N4-terasetilasi. Asetilasi merupakan proses
metabolisme yang menghasilkan produk yang tidak aktif sebagai antibakteri dan memberikan
efek toksik. Sulfonamid di eliminasi sebagai senyawa aktif dan metabolitnya. Diekskresikan
pada urine, sebagian kecil dieliminasi melalui feses, empedu, air susu, dan kelenjar lainnya.
Farmakologi :
Sulfonamid dapat digolongkan ke dalam beberapa golongan berdasarkan ecepatan
absorpsi dan ekskresinya, yaitu:
1. Sulfonamid yang diserap dan diekskresikan secara cepat, misalnya sulfisoksazol dan
sulfadiazin, memiliki waktu paruh sekitar 10-11 jam.
2. Sulfonamid yang sulit diabsorpsi secara per oral dan hanya aktif di lumen usus, misalnya
sulfasalazin.
3. Sulfonamid yang sangat sulit diabsorpsi dan biasanya digunakan secara topikal, misalnya
sulfasetamid, mafenid, dan Ag-sulfadiazin.
4. Sulfonamid long-acting, seperti sulfadoksin, yang diabsorpsi secara cepat, tetapi
diekskresikan dalam waktu yang lama; waktu paruhnya sangat panjang antara 100-230 jam.
Indikasi :
Sulfonamid diindikasikan untuk onfeksi saluran kencing akut dan kronik (pyelonefritis,
pyelitis dan sistitis) yang disebabkan oleh berbagai bakteri misalnya Escherichia coli,
Klebsiella-Enterobacter,

Staphylococcus,

Proteus

mirabilis,

dan

Proteus

vulgaris.

Sulfonamid juga dapat digunakan untuk meningitis dan otitis media yang disebabkan oleh
Haemophilus influenzae.

Efek samping :
1. Gangguan saluran urine
2. Anemia hemolitik akut
3. Agranulositosis
4. Mual, muntah
5. Kernikterus
Kontraindikasi :
Pada pasien yang hipersensitif terhadap sulfonamid dan bayi berusia kurang dari dua
bulan, serta wanita hamil dan menyusui. Kategori keamanan obat ini adalah C. Oleh sebab
itu, obat ini tidak boleh diberikan pada ibu hamil karena obat dapat menembus plasenta dan
masuk ke dalam aliran darah janin.
Interaksi obat :
Interaksi dengan metotreksat dan warfarin dapat meningkatkan efek metotreksat dan
warfarin karena sulfisoksazol menghambat metabolisme kedua obat ini, serta meningkatkan
jumlah molekul obat bebas dalam darah dengan mengganggu ikatan dengan albumin dalam
plasma.
Resistensi :
Hanya mikrooragnisme yang menyintesis asam folat sendiri yang sensitif terhadap
sulfonamida. Bakteri yang tidak menyintesis asam folat secara alami resisten terhadap obat
ini. resistensi bakteri terhadap sulfonamid dapat terjadi melalui transfer plasmid resistensi
atau melalui mutasi acak. Mekanisme resistensi bakteri terhadap sulfonamid lainnya adalah
perubahan struktur enzim dihidropteroat sintase, penurunan permeabilitas seluler terhadap
sulfonamid dan peningkatan produksi PABA.
Daftar Pustaka :
Radji, Maksum. 2014. Mekanisme Aksi Molekuler Antibiotik dan Kemotrapi. Jakarta: EGC.
Hal. 89-95

Anda mungkin juga menyukai