Anda di halaman 1dari 2

Jelaskan perbedaan EPO prospektif, konkuren, dan retrospektif!

EPO prospektif : Tinjauan prospektif terkait dengan evaluasi terapi obat yang direncanakan
untuk pasien sebelum pengobatan diberikan. Proses ini memungkinkan
apoteker untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah terkait obat
sebelum pasien menerima pengobatan. Apoteker rutin melakukan
tinjauan prospektif dalam praktek sehari-harinya dengan menilai dosis
obat dan mengatur serta meninjau informasi pasien untuk kemungkinan
adanya interaksi obat atau duplikasi terapi.
Contoh: Seorang pasien yang diobati dengan warfarin untuk mencegah
pembekuan darah, diresepkan obat baru oleh dokter spesialis lain untuk
mengobati radang sendi. Jika obat-obatan tersebut diberikan bersamaan,
pasien bisa mengalami pendarahan internal. Setelah meninjau resep
pasien, Apoteker mencatat interaksi obat yang potensial dan
menghubungi dokter yang menuliskan resep tersebut untuk
memberitahukan masalah ini.

EPO konkuren : Tinjauan konkuren dilakukan selama pengobatan dan memerlukan
pemantauan terapi obat untuk memastikan outcome yang positif bagi
pasien. beberapa menyebutnya sebagai case management atau health
management. Apoteker berwenang untuk mengingatkan dokter terkait
permasalahan-permasalahan potensial dan campur tangan dalam
permasalahan interaksi obat-obat, duplikasi terapi, dan dosis yang
berlebihan atau tidak cukup. Jenis tinjauan ini memungkinkan perubahan
terapi bagi pasien jika diperlukan.
Contoh: Misalnya pasien menerima beberapa pengobatan. Diperlukan
tinjauan secara berkala pada catatan medis pasien agar dapat mendeteksi
adanya actual atau potensial interaksi obat atau duplikasi terapi. Tinjauan
ini juga dapat mengingatkan apoteker untuk mengganti pengobatan
seperti antibiotik atau penyesuaian dosis berdasarkan hasil lab pasien jika
diperlukan. Yang terpenting adalah komunikasi antara apoteker dengan
dokter harus ada agar selalu waspada terhadap situasi sehingga tindakan
korektif dapat diambil.

EPO retrospektif : Tinjauan retrospektif adalah yang paling mudah untuk dilakukan karena
tinjauan terapi obat dilakukan setelah pasien menerima pengobatan.
tinjauan retrospektif dapat mendeteksi pola dalam penulisan resep,
peracikan obat, administrasi obat, untuk mencegah terulangnya
penggunaan yang tidak tepat atau penyalahgunaan serta berfungsi
sebagai sarana untuk mengembangkan standar prospektif dan intervensi
sasaran. pada EPO retrospektif, grafik medis pasien atau catatan
terkomputerisasi diskrining untuk menentukan apakah terapi obat telah
memenuhi kriteria atau belum.
Contoh: Pada kasus pasien yang menerima terapi pengobatan yang tidak
sesuai dengan guideline. Dengan tinjauan retrospektif, apoteker dapat
mengidentifikasi berdasarkan catatan medical history pasien, bahwa
pasien harus diberikan inhaled steroids. Dengan informasi ini, apoteker
dapat mendorong dokter untuk meresepkan obat yang ditunjukkan
berdasarkan guideline.

Anda mungkin juga menyukai