Anda di halaman 1dari 181

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI


UNIVERSITAS SETIA BUDI
DI
RSD dr. SOEBANDI JEMBER
Jl. Dr. Soebandi No. 124 Patrang, Jember
04 Oktober – 30 November 2021

Oleh:

Ayu Lifia Nur Kartikasari 2120414586


Dewi Lestari 2120414597
Lika Raslina 2120414630
Luthfi Dinar Hudaya 2120414632
Muhammad Iqbal Algifari 2120414642
Septia Utami 2120414669
Siti Marjannah 2120414673
Violita Munawaroh 2120414680

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2021
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
DI
RSD dr. SOEBANDI JEMBER
Jl. Dr. Soebandi No. 124 Patrang, Jember
04 Oktober – 30 November 2021

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Apoteker


pada Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi

Oleh:

Ayu Lifia Nur Kartikasari 2120414586


Dewi Lestari 2120414597
Lika Raslina 2120414630
Luthfi Dinar Hudaya 2120414632
Muhammad Iqbal Algifari 2120414642
Septia Utami 2120414669
Siti Marjannah 2120414673
Violita Munawaroh 2120414680

Disetujui oleh:

Dosen Pembimbing PKPA Kepala Instalasi Faemasi


Fakultas Farmasi USB RSD dr. Soebandi

(Dr. apt. Tri Wijayanti, S.Farm., MPH.) (apt. Helga Rosita, S.Farm.)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta

(Dr. apt. Opstaria Saptarini, S.Farm., M.Si.)

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
ii
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat,
hikmat dan pengetahuan sehingga kami sebagai penulis dapat menyelesaikan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di RSD dr. Soebandi Jember yang
dimulai pada tanggal 4 Oktober - 30 November 2021 dan dapat menyelesaikan
laporan ini dengan baik dan penuh tanggungjawab. Pelaksanaan Praktek Kerja
Profesi Apoteker ini dilaksanakan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Pendidikan Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi Surakarta.
Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSD dr. Soebandi Jember dilaksanakan
sebagai salah satu bentuk praktek pengabdian profesi para calon Apoteker.
Laporan Praktek Kerja Profesi ini berisi tentang segala kegiatan yang telah
dilakukan dan didapat oleh peserta Praktek Kerja Profesi selama melaksanakan
kegiatan Praktek Kerja Profesi di RSD dr. Soebandi Jember, juga terdapat tugas
mengenai beberapa macam program pelayanan dan peningkatan kesehatan
masyarakat oleh RSD dr. Soebandi Jember.
Kami menyadari bahwa semua ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan
dukungan serta bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Djoni Tarigan, MBA., selaku Rektor Universitas Setia Budi Surakarta.
2. Prof. Dr. apt. R.A. Oetari, SU., M.M., M.Sc., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi Surakarta.
3. Dr. apt. Opstaria Saptarini, M.Si., selaku ketua jurusan Program Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta.
4. Dr. apt. Tri Wijayanti, S.Farm., MPH., selaku dosen pembimbing Praktek
Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi bidang farmasi rumah sakit.
5. apt. Helga Rosita, S.Farm., selaku Kepala Instalasi Farmasi RSD dr. Soebandi
Jember yang telah membimbing dan mendampingi kami dalam rangkaian
kegiatan sampai tersusunnya laporan PKPA.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
iii
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

6. apt. Ratna Puji Ekawati., S.Farm., apt. Roy Yunita, S.Si., apt. Rieska Narulyta,
S.Farm., apt. Muhammad Faid, S.Farm., apt. Khoiriyatul Muhlishoh Arwi,
S.Farm., apt. Intan Siti Sufiah, S.Farm., apt. Chrisnanda M, S.Farm., apt.
Achmad Hayu Albert Muhaimin, S.Farm., apt. Yacinta Eka M, S.Farm., apt.
Ayunda Nur H, S.Farm., apt. Sabrina Aulia, S.Farm., apt. Revi Oktaviana,
S.Farm., selaku apoteker-apoteker di RSD dr. Soebandi Jember yang telah
banyak membimbing dan membantu kami, sehingga kami banyak mendapat
ilmu dan pengalaman yang berharga selama rangkaian kegiatan PKPA ini.
7. Seluruh Tenaga Teknis Kefarmasian dan karyawan di Instalasi Farmasi RSD
dr. Soebandi Jember yang telah membantu dalam pelaksanaan PKPA.
8. Rekan - rekan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan
XLI Universitas Setia Budi Surakarta.
9. Orangtua serta saudara kami tercinta atas dukungan dan doa yang telah
diberikan kepada kami.
10. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu atas bantuan dan
dukungan yang diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung
selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Jember, November 2021

Penulis

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
iv
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................1
B. Tujuan Praktik Kerja Profesi Apoteker ............................................3
C. Manfaat Praktik Kerja Profesi Apoteker ..........................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................5
A. Rumah Sakit .....................................................................................5
1. Definisi Rumah Sakit ................................................................5
2. Ketentuan Umum dan Peraturan Perundang-undangan
tentang Rumah Sakit .................................................................6
3. Klasifikasi Rumah Sakit............................................................6
5. Struktur Organisasi Rumah Sakit............................................10
6. Akreditasi Rumah Sakit ..........................................................11
B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit .......................................................14
1. Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit ..................................14
2. Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit ..................15
C. Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit...................................17
D. Lingkup Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit.............................20
E. Kegiatan Instalasi Farmasi Rumah Sakit........................................21
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai ..................................................................21
F. Administrasi ...................................................................................44
1. Pencatatan dan Pelaporan........................................................45
2. Administrasi Keuangan ...........................................................46

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
v
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

3. Administrasi Penghapusan ......................................................46


G. Pelayanan Farmasi Klinik ..............................................................46
1. Pengkajian dan Pelayanan Resep ............................................47
2. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat .................................47
3. Rekonsiliasi Obat ....................................................................47
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO) .............................................48
5. Konseling ................................................................................48
6. Visite .......................................................................................49
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO) ..............................................49
8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) ...............................50
H. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) ..................................................51
I. Komite Farmasi dan Terapi ............................................................53
1. Tujuan dan Sasaran KFT.........................................................53
J. Susunan Organisasi KFT ................................................................54
K. Tugas dan Tanggung Jawab KFT ...................................................55
L. Pengendalian Infeksi Rumah Sakit.................................................55
2. Tugas dan Fungsi Tim Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI) Rumah Sakit ......................................................56
3. Peran Apoteker pada Panitia Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi ...............................................................57
M. Gas Medis 57
N. Instalasi Sterilisasi Sentral (ISS) ....................................................59
1. Tugas dan Fungsi ISS .............................................................59
2. Peran Apoteker di ISS .............................................................60
O. Instalasi Pengelolaan Air dan Limbah (IPAL) ...............................60
BAB III TINJAUAN TEMPAT PTAKTIK KERJA PROFESI
APOTEKER ..........................................................................................66
A. Tinjauan Umum tentang RSD dr. Soebandi ...................................66
B. Visi, Misi, Motto dan Fungsi RSD dr. Soebandi............................67
1. Visi ..........................................................................................67
2. Misi .........................................................................................68
3. Motto .......................................................................................68

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
vi
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

4. Fungsi ......................................................................................68
C. Akreditasi Rumah Sakit..................................................................68
D. Struktur Organisasi RSD Dr. Soebandi ..........................................69
1. Struktur Organisasi RSD dr. Soebandi ...................................69
2. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi RSD dr. Soebandi .........72
E. Tinjauan Umum Tentang Instalasi Farmasi RSD dr. Soebandi .....84
1. Instalasi Farmasi RSD dr. Soebandi .......................................84
2. Struktur Organisasi Instalasi Farfmasi RSD dr. Soebandi ......86
3. Komite Farmasi Terapi (KFT) ................................................89
F. Instalasi Sterilisasi Sentral (ISS) ....................................................90
G. Instalasi Pengelolaan Air dan Limbah (IPAL) ...............................92
BAB IV KEGIATAN PKPA ...............................................................................96
A. Depo Gudang Farmasi RSD dr. Soebandi ......................................96
1. Penerimaan ..............................................................................97
2. Penyimpanan ...........................................................................97
3. Pendistribusian ......................................................................100
4. Pencatatan, Pelaporan serta Evaluasi ....................................101
B. Depo Farmasi Rawat Jalan RSD dr. Soebandi .............................102
1. Depo Farmasi Rawat Jalan 1 .................................................109
2. Depo Farmasi Rawat Jalan lantai 2 .......................................110
C. Depo Farmasi Rawat Inap RSD dr. Soebandi ..............................112
1. Kegiatan Depo Farmasi Rawat Inap 1 (Managemen
Perbekalan Farmasi Rawat Inap)Error! Bookmark not defined.
2. Kegiatan Depo Farmasi Rawat Inap 2 (Layanan Resep
Rawat Inap dan Farmasi Klinis)Error! Bookmark not defined.
D. Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD)............................................119
E. Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral (IBS) ................................125
BAB V PEMBAHASAN..................................................................................128
A. Depo Gudang Farmasi RSD dr. Soebandi ....................................128
B. Depo Farmasi Rawat Jalan RSD dr. Soebandi .............................131
1. Depo Rawat Jalan Lantai 1 ...................................................131
2. Depo Rawat Jalan Lantai 2 ...................................................136

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
vii
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

C. Depo Farmasi Rawat Inap RSD dr. Soebandi ..............................138


D. Depo Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSD dr.
Soebandi .......................................................................................140
E. Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSD dr.
Soebandi .......................................................................................142
BAB VI PENUTUP ...........................................................................................145
A. Kesimpulan ...................................................................................145
B. Saran .............................................................................................146
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................148
LAMPIRAN .........................................................................................................149

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
viii
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit .........................11

Gambar 2. Siklus Managemen Obat (WHO, 2003) ............................................21

Gambar 3. Siklus Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan


Bahan Medis Habis Pakai .................................................................23

Gambar 4. Struktur Organisasi RSD dr. Soebandi Jember .................................71

Gambar 5. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSD dr. Soebandi Jember........86

Gambar 6. Struktur Organisasi Gudang Farmasi RSD dr. Soebandi JemberError! Bookmark not

Gambar 7. Kegiatan Pelayanan di Gudang Farmasi .........................................102

Gambar 8. Alur Pelayanan Resep Depo Farmasi Rawat Jalan RSD dr.
Soebandi Jember .............................................................................104

Gambar 9. Struktur Organisasi Depo Farmasi Rawat Jalan 1 RSD dr.


Soebandi Jember ............................... Error! Bookmark not defined.

Gambar 10. Denah Depo Farmasi Rawat Jalan 1 RSD dr. Soebandi Jember .....110

Gambar 11. Struktur Organisasi Depo Rawat Jalan 2 RSD dr. Soebandi
Jember ............................................... Error! Bookmark not defined.

Gambar 12. Denah Lokasi Depo Farmasi Rawat Jalan 2 RSD dr. Soebandi
Jember .............................................................................................111

Gambar 13. Denah Depo Farmasi Rawat Inap RSD dr. Soebandi .....................112

Gambar 14. Alur Pelayanan Resep Depo Farmasi Rawat Inap RSD dr.
Soebandi............................................ Error! Bookmark not defined.

Gambar 15. Struktur Organisasi Depo Farmasi IGD RSD dr. SoebandiError! Bookmark not defin

Gambar 16. Alur Pelayanan Resep Depo Farmasi IBS RSD dr. Soebandi ........127

Gambar 17. Alur Pelayanan Resep Depo Farmasi IBS RSD dr. Soebandi
Jember ............................................... Error! Bookmark not defined.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
ix
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Gedung RSD dr. Soebandi Jember ...............................................150

Lampiran 2. SIM Instalasi Farmasi RSD dr. Soebandi Jember ........................151

Lampiran 3. Depo Farmasi Rawat Inap RSD dr. Soebandi Jember ..................152

Lampiran 4. Depo Farmasi Rawat Jalan 1 RSD dr. Soebandi Jember..............155

Lampiran 5. Depo Farmasi Rawat Jalan 2 RSD dr. Soebandi Jember..............157

Lampiran 6. Depo Farmasi Instalasi Gawat Darurat RSD dr. Soebandi


Jember...........................................................................................160

Lampiran 7. Gudang Farmasi 2 RSD dr. Soebandi Jember ..............................162

Lampiran 8. Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral ..........................................166

Lampiran 9. Tugas-Tugas Tambahan ...............................................................169

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
x
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah kebutuhan dasar setiap manusia. Seseorang tidak bisa
memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya jika berada dalam kondisi tidak sehat.
Sehingga kesehatan merupakan modal setiap individu untuk meneruskan
kehidupan secara layak (Permenkes, 2019). Kesehatan juga merupakan salah satu
unsur kesejahteraan umum yang harus dapat diwujudkan melalui pembangunan
yang berkesinambungan. Tujuan utama dalam pembangunan di bidang kesehatan
adalah peningkatan derajat kesehatan yang optimal untuk mencapai suatu
kehidupan social dan ekonomi yang produktif. Oleh sebab itu perlu dikembangkan
suatu sistem kesehatan nasional yang terpadu yang dapat mendorong partisipasi
masyarakat dengan memperhatikan aspek-aspek kemanusiaan dalam
pelaksanaanya, dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pembangunan kesehatan tersebut harus didukung oleh adanya fasilitas pelayanan
kesehatan (Permenkes, 2019).
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan dan gawat darurat (Permenkes, 2016). Rumah sakit sebagai salah
satu fasilitas pelayanan kesehatan yang merupakan bagian dari sumber daya
kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya
kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai
karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai macam tenaga
kesehatan dengan keilmuan yang beragam dan berinteraksi satu dengan yang lain.
Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat perlu
diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan yang
baik dan bermutu standar (Permenkes, 2008).
Pelayanan kesehatan di rumah sakit yang diberikan kepada masyarakat
tentunya terdapat standar yang telah ditetapkan agar pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada masyarakat di rumah sakit berjalan dengan baik. Pelayanan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
1
2
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

kesehatan yang ada di rumah sakit tentunya didukung dengan adanya sumber daya
manusia yang berkompeten dalam bidangnya, khususnya bidang kesehatan.
Sumber daya manusia yang ada di rumah sakit yang berkompeten dalam
bidangnya masing-masing mulai dari dokter, perawat, Apoteker, tenaga kesehatan
lainya saling bekerja sama dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dengan baik. Salah satu standar pelayanan kesehatan yang terdapat di
rumah sakit ialah standar pelayanan kefarmasian. Standar pelayanan kefarmasian
ini berfokus pada bidang obat dan merupakan tolak ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian di rumah sakit (Permenkes, 2016). Dengan adanya standar pelayanan
kefarmasian di suatu rumah sakit sangat membantu tenaga kefarmasian dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Pelayanan kefarmasian yang
dilakukan adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggungjawab kepada pasien
yang berkaitan dengan sediaan farmasi yang ada di rumah sakit dengan maksud
untuk mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu dan kualitas kehidupan
pasien.
Pelayanan kefarmasian di rumah sakit juga merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada
pelayanan masyarakat atau pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat termasuk salah satunya yang terdapat di rumah sakit pelayanan
farmasi klinik (Permenkes, 2016). Salah satu yang menjadi faktor pelayanan
kesehatan khususnya pelayanan kefarmasian dapat terlaksana atau terwujud
dengan baik dan sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian yang ada ialah
adanya sumber daya manusia yang berkompeten dalam bidang kefarmasian yaitu
seorang Apoteker. Untuk mendapatkan dan menjadikan sumber daya manusia
yang berkompeten dalam bidang farmasi khususnya harus diperlukan suatu kerja
keras, keuletan, ketekunan, kepandaian, pengalaman yang banyak dan luas dalam
berbagai bidang kesehatan khususnya dibidang kefarmasian baik secara teori
maupun dalam berPraktik secara langsung di lapangan.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
3
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di rumah sakit


menjadi salah satu upaya bagi calon Apoteker untuk meningkatkan wawasan,
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan bekerja sama dengan profesi
kesehatan lainnya di rumah sakit. Oleh karena itu dilakukan PKPA di RSD dr.
Soebandi Jember oleh Universitas Setia Budi Surakarta yang terdiri dari 8
mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker yang dilaksanakan pada tanggal 04
Oktober 2021 sampai dengan 30 November 2021. Bagi calon Apoteker harus
memiliki skill yang terlatih tentang pekerjaan kefarmasian dan mempelajari
teorinya sebelum mengabdi langsung kepada masyarakat. Dalam melatih skill
tersebut memerlukan banyak praktik dan latihan seperti kegiatan PKPA di rumah
sakit. Terbiasa berpraktik dan terjun ke lapangan langsung serta melihat kondisi-
kondisi masalah yang ada akan membuat calon Apoteker lebih terlatih dan siap
menghadapi beragam masalah kefarmasian yang terkadang berbeda dengan teori.
Melalui PKPA, diharapkan calon Apoteker dapat belajar secara langsung tentang
praktik kefarmasian di rumah sakit dan mampu mempraktikkannya serta
membandingkannya dengan teori yang selama ini diterima di bangku kuliah.

B. Tujuan Praktik Kerja Profesi Apoteker


1. Melihat kondisi nyata di lapangan mengenai permasalahan-permasalahan
dalam praktik pekerjaan kefarmasian di RSD dr. Soebandi Jember.
2. Membekali calon Apoteker agar memahami peran, fungsi dan tanggung jawab
Apoteker mengenai pekerjaan kefarmasian di RSD dr. Soebandi Jember.
3. Membekali calon Apoteker mengenai pengetahuan, keterampilan, wawasan,
pengalaman dan sikap profesional mengenai pekerjaan kefarmasian di RSD
dr. Soebandi Jember.
4. Meningkatkan kemampuan calon Apoteker dalam problem solving mengenai
masalah-masalah praktik pekerjaan kefarmasian di Rumah Sakit.
5. Meningkatkan interaksi antara calon Apoteker dengan masyarakat dan tenaga
kesehatan lainnya.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
4
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

C. Manfaat Praktik Kerja Profesi Apoteker


Kegiatan PKPA di Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi Jember memberikan
manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi Rumah Sakit
a. Melakukan pelatihan dan pendidikan merupakan salah satu standar mutu
akreditasi bagi rumah sakit. Praktik Kerja Profesi Apoteker merupakan
salah satu sarana bagi rumah sakit untuk dapat mencapai standar tersebut.
b. Praktik Kerja Profesi Apoteker dapat berkontribusi dalam membantu
pelayanan di Instalasi Farmasi RSD dr. Soebandi Jember.
2. Bagi Universitas
Kegiatan PKPA ini dapat membantu pihak Universitas untuk
mengembangkan mahasiswa baik dari segi pengetahuan, keterampilan dan
perilaku yang profesional.
3. Bagi Mahasiswa PKPA
a. Mahasiswa dapat melihat kondisi nyata di lapangan mengenai
permasalahan-permasalahan dalam praktik pekerjaan kefarmasian di RSD
dr. Soebandi Jember.
b. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami peran, fungsi, dan tanggung
jawab Apoteker mengenai pekerjaan kefarmasian di RSD dr. Soebandi
Jember.
c. Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan, ketrampilan, wawasan,
pengalaman dan sikap professional mengenai praktik atau managemen
pekerjaan kefarmasian di RSD dr. Soebandi Jember.
d. Mahasiswa dapat mempraktikkan kegiatan farmasi klinik dan
penerapannya dalam pelayanan kefarmasian kepada pasien serta
membandingkan teori yang diperoleh selama pendidikan dengan kondisi di
lapangan.
e. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan-perbedaan masalah dalam teori
dengan permasalahan yang ada di lapangan mengenai praktik pekerjaan
kefarmasian di RSD dr. Soebandi Jember.
f. Mahasiswa dapat berinteraksi dengan masyarakat dan tenaga kesehatan
lainnya.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit
1. Definisi Rumah Sakit
Menurut World Health Organization (2020) Rumah Sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Berdasarkan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, definisi
Rumah Sakit yaitu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Adapun yang dimaksud dengan
pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Untuk menjalankan tugas tersebut,
rumah sakit mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit;
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 93 Tahun 2015
tentang Rumah Sakit Pendidikan, Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit
yang mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan, penelitian dan pelayanan
kesehatan secara terpadu dalam bidang pendidikan kedokteran dan/atau
kedokteran gigi, pendidikan berkelanjutan dan pendidikan kesehatan lainnya
secara multiprofesi.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
5
6
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

2. Ketentuan Umum dan Peraturan Perundang-undangan tentang Rumah


Sakit
Rumah sakit adalah salah satu sarana pelayanan kefarmasian yang segala
aspeknya diatur dalam berbagai regulasi pemerintah sebagai berikut:
a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
b. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
c. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020
tentang Akreditasi Rumah Sakit.
e. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2015 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit.
f. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan.
g. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan
Perijinan Rumah Sakit.
i. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

3. Klasifikasi Rumah Sakit


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2019
Tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit, berdasarkan jenis pelayanan
yang diberikan Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan
Rumah Sakit Khusus. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit Umum
dibedakan berdasarkan kriteria bangunan dan prasarana, kemampuan pelayanan,
sumber daya manusia dan peralatan, menjadi:
a. Rumah Sakit Umum Kelas A
b. Rumah Sakit Umum Kelas B
c. Rumah Sakit Umum Kelas C
d. Rumah Sakit Umum Kelas D

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
7
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30


Tahun 2019, Rumah Sakit Umum diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Rumah Sakit Umum Kelas A
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Kelas A meliputi
pelayanan medik spesialis dan subspesialis. Rumah Sakit Umum Kelas A
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4
(empat) spesialis dasar, 5 (lima) penunjang medik spesialis, 12 (dua belas)
spesialis lain selain spesialis dasar, dan 13 (tiga belas) subspesialis.
b. Rumah Sakit Umum Kelas B
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Kelas B meliputi
pelayanan medik spesialis dan subspesialis. Rumah Sakit Umum Kelas B
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4
(empat) spesialis dasar, 4 (empat) penunjang medik spesialis, 8 (delapan)
spesialis lain selain spesialis dasar, dan 2 (dua) subspesialis dasar. Untuk
meningkatkan fasilitas dan kemampuan pelayanan mediknya, penambahan
pelayanan paling banyak 2 (dua) spesialis lain selain spesialis dasar, 1 (satu)
penunjang medik spesialis, 2 (dua) pelayanan medik subspesialis dasar, dan 1
(satu) subspesialis lain selain subspesialis dasar.
c. Rumah Sakit Umum Kelas C
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Kelas C meliputi
pelayanan medik spesialis. Rumah Sakit umum kelas C mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan
4 (empat) penunjang medik spesialis. Untuk meningkatkan fasilitas dan
kemampuan pelayanan mediknya, penambahan pelayanan paling banyak 3
(tiga) pelayanan medik spesialis lain selain spesialis dasar, dan 1 (satu)
penunjang medik spesialis.
d. Rumah Sakit Umum Kelas D
Rumah Sakit Umum Kelas D terdiri dari Rumah Sakit Umum Kelas D
dan Rumash Sakit Umum Kelas D Pratama. Pelayanan yang diberikan oleh
Rumah Sakit Umum Kelas D meliputi pelayanan medik spesialis, untuk
Rumah Sakit Kelas D Pratama diselenggarakan sesuai dengan ketentuan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
8
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

peraturan perundang-undangan. Rumah Sakit ini mempunyai fasilitas dan


kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30
Tahun 2019 Rumah Sakit Khusus diklasifikasikan menjadi:
1) Rumah Sakit Khusus Kelas A
Rumah Sakit khusus kelas A sebagaimana dimaksud merupakan
Rumah Sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik spesialis dan subspesialis sesuai kekhususanya, serta pelayanan medik
spesialis dasar dan spesialis lain yang menunjang kekhususannya secara
lengkap.
2) Rumah Sakit Khusus Kelas B
Rumah Sakit khusus kelas B sebagaimana dimaksud merupakan
Rumah Sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik spesialis dan subspesialis sesuai kekhususanya, serta pelayanan medik
spesialis dasar dan spesialis lain yang menunjang kekhususannya yang
terbatas.
3) Rumah Sakit Khusus Kelas C
Rumah Sakit khusus kelas C sebagaimana dimaksud merupakan
Rumah Sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik spesialis dan subspesialis sesuai kekhususanya, serta pelayanan medik
spesialis dasar dan spesialis lain yang menunjang kekhususannya yang
minimal.
Rumah Sakit Khusus disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Rumah Sakit khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang
atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ,
jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Rumah Sakit Khusus terdiri dari Rumah
Sakit Khusus ibu dan anak, mata, gigi dan mulut, ginjal, jiwa, infeksi, telinga-
hidung-tenggorok kepala leher, paru, ketergantungan obat, bedah, otak,
orthopedic, kanker, jantung dan pembuluh darah.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
9
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

4. Anggaran Rumah Sakit terdiri dari 3 sumber dana, yaitu APBD, APBN,
dan BLUD.
a. APBD
APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) adalah sumber
anggaran dari Daerah/Pemkab, seperti pembangunan gedung, pembelian alat
kesehtan dan lainnya. Berikut beberapa tujuan APBD meliputi membantu
pemerintah daerah mencapai tujuan fiscal, meningkatkan pengaturan atau juga
kordinasi tiap bagian yang berada di lingkungan pemerintah daerah,
menciptakan efisiesnsi terhadap penyediaan barang dan jasa, Menciptakan
prioritas belanja pemerintah daerah. APBD dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan
pengeluarannya dalam rangka pelaksanaa desentralisasi. APBD disusun
sebagai pedoman pemerintah daerah dalam mengatur penerimaan serta
belanja.
b. APBN
APBN mempunyai kepanjangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara, APBN memiliki ruang lingkup yaitu seluruh penerimaan dan
pengeluaran. Penerimaan berasalkan dari pajak maupun non pajak, serta
hibah. Pada pengelolaan APBN semua penerimaan dan pengeluaran harus
tercakup dalam APBN, Sehingga APBN dapat dipertanggungjawabkan.
Semua realisasi penerimaan dan pengeluaran dalam rekening khusus harus
dikonsolidasikan ke dalam rekening BUN seperti anggaran APBN atau ARV,
vaksin, dan lainnya. Pengeluaran atau belanja adalah belanja pemerintah pusat
dan daerah. Jika pengeluaran lebih besar dari pendapatan (defisit) maka dicari
pembiayaan yang bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri. Seluruh
penerimaan dan pengeluaran ditampung dalam satu akun rekening disebut
Bendahara Umum Negara (BUN) di Bank Indonesia.
c. BLUD
BLUD merupakan sistem yang diterapkan oleh satuan kerja perangkat
daerah atau unit satuan kerja perangkat daerah atau unit satuan kerja perangkat
daerah pada satuan kerja perangkat daerah dalam memberikan pelayanan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
10
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

kepada masyarakat yang mempunyai fleksibilitas dalam pola pengelolaan


keuangan sebagai pengecualian dari ketentuan Pengelolaan Keuangan Daerah
pada umumnya.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 61 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
mengatur tentang BLUD merupakan bagian dari perangkat pemerintah daerah,
dengan status hukum tidak terpisah dari pemerintah daerah. Pola pengelolaan
Keuangan BLUD, yang selanjutnya disingkat PPK-BLUD adalah pola
pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan
untuk menerapkan Praktik-Praktik bisnis yang sehat untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum
dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan
pengelolaan keuangan daerah pada umumnya.
BLUD Rumah Sakit merupakan sumber anggaran dari Rumah Sakit
dari penjualan obat atau tindakan medis (pendapatan) dan pendapatan tersebut
akan dibelanjakan lagi untuk obat, alat medis, jasa pelayanan karyawan, dan
lainnya. Sedangkan untuk pelaporannya secara berkala ke Bupati setiap bulan.
5. Struktur Organisasi Rumah Sakit
Struktur organisasi merupakan struktur yang menggambarkan pembagian
tugas, koordinasi kewenangan, fungsi dan tanggung jawab Rumah Sakit.
Ketentuan terkait jabatan fungsional di Instalasi Farmasi Rumah Sakit diatur
menurut kebutuhan organisasi dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini
menjelaskan bahwa pengorganisasian Instalasi Farmasi Rumah Sakit minimal
terdiri dari kepala IFRS, pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan farmasi klinik
dan managemen mutu. Pengorganisasian Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus
mencakup penyelenggaraan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan
Bahan Medis Habis Pakai, pelayanan farmasi klinik dan managemen mutu dan
bersifat dinamis dapat direvisi sesuai kebutuhan dengan tetap menjaga mutu.
Pola organisasi rumah sakit pemerintah pada umumnya sesuai dengan
yang tertera dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1045/MENKES/PER/XI/2006 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 1

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
11
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Tahun 2002, tentang Pedoman Struktur Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit
Daerah. Struktur organisasi merupakan visualisasi kegiatan dan pelaksana
kegiatan (personal) dalam suatu institusi.

Gambar 1. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit diutamakan telah memiliki


pengalaman bekerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit minimal 3 (tiga) tahun.
Instalasi Farmasi harus memiliki tenaga teknis kefarmasian yang sesuai dengan
beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan Instalasi
Farmasi Rumah Sakit. Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus dikepalai oleh seorang
Apoteker yang merupakan Apoteker penanggung jawab seluruh Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit. Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan
Pelayanan Kefarmasian harus di bawah supervisi Apoteker.
6. Akreditasi Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2020 tentang Akreditasi Rumah Sakit. Akreditasi merupakan pengakuan
terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit, setelah dilakukan penilaian bahwa Rumah
Sakit telah memenuhi Standar Akreditasi. Standar Akreditasi adalah pedoman
yang berisi tingkat pencapaian yang harus dipenuhi oleh rumah sakit dalam
meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
Dibawah ini merupakan tujuan dari akreditasi sendiri yaitu meliputi:
a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
lingkungan Rumah Sakit dan SDM di Rumah Sakit.
c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan Rumah Sakit.
d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, dan SDM Rumah
Sakit.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
12
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Dibawah ini merupakan manfaat akreditasi bagi Rumah Sakit yaitu


meliputi:
a. Terbentuknya budaya mutu dalam memberikan pelayanan kesehatan pada
pasien sesuai standar di Rumah Sakit.
b. Terlindunginya pasien/masyarakat dari layanan kesehatan yang tidak bermutu.
c. Sebagai salah satu syarat peningkatan kelas Rumah Sakit.
d. Peningkatan kesejahteraan Rumah Sakit.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2020 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit pasal 40 merupakan
upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi
secara berkala setiap 4 (empat) tahun sekali. Akreditasi Rumah Sakit dilakukan
oleh suatu lembaga independen baik dari dalam maupun dari luar negeri
berdasarkan standar akreditasi yang berlaku. KARS atau Komite Akreditasi
Rumah Sakit adalah badan yang diakui untuk melakukan survei akreditasi rumah
sakit. KARS 2012 menekankan pada pelayanan berfokus pada pasien dan
menjadikan keselamatan pasien sebagai standar utama.
Berdasarkan penyelengaraan akreditasi nasional yaitu meliputi:
a. Persiapan akreditasi antara lain meliputi penilaian mandiri (selfassesment),
workshop dan bimbingan Akreditasi.
b. Pelaksanaan Akreditasi dilakukan oleh lembaga independen penyelenggara
Akreditasi, meliputi kegiatan survei Akreditasi dan penetapan status
Akreditasi.
c. Kegiatan pasca akreditasi dilakukan dalam bentuk survei verifikasi. Survei
verifikasi bertujuan untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan mutu
pelayanan Rumah Sakit sesuai dengan rekomendasi dari surveior yang hanya
bisa dilakukan oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang telah
melakukan penetapan status Akreditasi terhadap Rumah Sakit.
Hasil survei penilaian atau kelulusan untuk sistem akreditasi KARS 2012
ini berupa level pencapaian yang merupakan upaya pencapaian Rumah Sakit
terhadap penilaian yang ditentukan. Level tersebut adalah dasar, madya, utama

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
13
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

dan pencapaian tertinggi adalah paripurna. Standar akreditasi yang dinilai


meliputi:
a. Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Contoh peran yang terkait dengan farmasi adalah peningkatan keamanan obat
yang perlu diwaspadai (high alert medication).
b. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
Contoh peran yang terkait dengan farmasi adalah pemberian informasi
mengenai pengobatan pasien.
c. Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)
Contoh peran yang terkait dengan farmasi adalah konseling mengenai
pengobatan pasien seperti identifikasi munculnya efek samping.
d. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
e. Millenium Development Goal’s (MDG’s)
f. Akses Pelayanan dan Kontinuitas pelayanan (APK)
g. Asessmen Pasien (AP)
h. Pelayanan Pasien (PP)
i. Pelayanan Anastesi dan Bedah (PAB)
j. Managemen Penggunaan Obat (MPO)
Contoh peran yang terkait dengan farmasi adalah seleksi, pengadaan obat,
penyimpanan, peresepan, pencatatan, penyaluran (dispensing), pemberian dan
pemantauan.
k. Managemen Komunikasi dan Informasi (MKI)
Contoh peran yang terkait dengan farmasi adalah komunikasi efektif dengan
pasien dan keluarga pasien melalui konseling maupun PIO, komunikasi efektif
antar profesional pemberi layanan kesehatan.
l. Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS)
Kualifikasi staf farmasi adalah tenaga kefarmasian seperti dimaksud dalam PP
No. 51 tahun 2009 yaitu Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian (Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker).

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
14
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

m. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)


Menerapkan hand hygiene pada 5 momen, menggunakan alat pelindung diri
sesuai kebutuhan, membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan
seperti sampah infeksius dalam plastik berwarna kuning, sampah umum dalam
plastik berwarna hitam, sampah sitostatika dalam plastik berwarna ungu dan
sampah benda tajam dalam tempat tertutup yang telah disediakan (safety box).
n. Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (TKP)
o. Managemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
Pemahaman dan penerapan mengenai kesehatan kerja, kebakaran dan
kewaspadaan bencana (K3) seperti menggunakan APD saat melakukan
pencampuran obat sitostatika, memasang tanda peringatan pada tempat yang
berisiko seperti jalan licin, bahan beracun dan bahaya radiasi.

B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit


1. Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi Farmasi menurut Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit adalah unit pelaksana fungsional
yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit bertujuan untuk
meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi
tenaga kefarmasian, melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat
yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah unit pelaksana fungsional
yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
IFRS bertanggung jawab mengembangkan suatu pelayanan farmasi yang luas dan
terkoordinasi dengan baik dan tepat untuk memenuhi kebutuhan berbagai bagian
atau unit diagnosis dan terapi, unit pelayanan keperawatan, staf medik, dan rumah
sakit keseluruhan untuk kepentingan pelayanan yang lebih baik. Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit bertujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian, dan melindungi
pasien serta masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
15
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

2. Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, Tugas dan
Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) yaitu:
a. Tugas Instalasi Farmasi, meliputi:
1) Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh
kegiatan pelayanan kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai
prosedur dan etik profesi;
2) Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi, alkes dan BMHP yang efektif,
aman, bermutu dan efisien;
3) Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan sediaan farmasi,
alkes dan BMHP guna memaksimalkan efek terapi dan keamanan serta
meminimalkan risiko;
4) Melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta memberikan
rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien;
5) Berperan aktif dalam Komite Farmasi dan Terapi;
6) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan pelayanan
kefarmasian;
7) Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit.
b. Fungsi Instalasi Farmasi, meliputi:
1) Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan (alkes) dan Bahan Medis
Habis Pakai (BMHP)
a) Melakukan pemilihan sediaan farmasi, alkes dan BMHP sesuai
kebutuhan pelayananRumah Sakit;
b) Merencanakan kebutuhan sediaan farmasi, alkes dan BMHP
secaraefektif, efisien dan optimal;
c) Mengadakan sediaan farmasi, alkes dan BMHP berpedoman pada
perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku;
d) Memproduksi sediaan farmasi, alkes dan BMHP untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
16
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

e) Menerima sediaan farmasi, alkes dan BMHP sesuai dengan


spesifikasi dan ketentuan yang berlaku.
f) Menyimpan sediaan farmasi, alkes dan BMHP sesuai dengan
spesifikasi dan persyaratan kefarmasian;
g) Mendistribusikan sediaan farmasi, alkes dan BMHP ke unit-unit
pelayanan di rumah sakit;
h) Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu;
i) Melaksanakan pelayanan obat “unit dose”/dosis sehari;
j) Melaksanakan komputerisasi pengelolaan sediaan farmasi, alkes dan
BMHP (apabila sudah memungkinkan);
k) Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait
dengan sediaan farmasi, alkes dan BMHP;
l) Melakukan pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alkes dan
BMHP yang sudah tidak dapat digunakan;
m) Mengendalikan sediaan farmasi, alkes dan BMHP;
n) Melakukan administrasi pengelolaan sediaan farmasi, alkes dan
BMHP
2) Pelayanan farmasi klinik
a) Mengkaji dan melaksanakan pelayanan resep atau permintaan obat;
b) Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan obat;
c) Melaksanakan rekonsiliasi obat;
d) Pelayanan Informasi Obat (PIO), dengan memberikan informasi dan
edukasi penggunaan obat baik berdasarkan resep maupun obat non
resep kepada pasien/keluarga pasien;
e) Konseling
f) Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain;
g) Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO)
h) Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
i) Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
j) Dispensing sediaan steril
1) Melakukan pencampuran obat suntik

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
17
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

2) Menyiapkan nutrisi parenteral


3) Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik
4) Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak stabil
k) PemantauanKadar Obat dalam Darah (PKOD)

C. Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit


Menurut SK Menkes No 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien. Pengaturan standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit
bertujuan untuk, meliputi:
1. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian
2. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian
3. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien.
Dibawah ini tujuan dari pelayanan farmasi yaitu :
1. Mengidentifikasi resep obat
2. Mencegah kesalahan penggunaan obat
3. Menyelesaikan masalah terkait obat.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan
Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang
berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang
berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian
(pharmaceutical care). Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Menurut
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 129/Menkes/SK/II/2008 yaitu:
1. Waktu Tunggu Pelayanan Obat Jadi
Judul Waktu Tunggu Pelayanan Obat Jadi
Dimensi mutu Efektifitas, kesinambungan pelayanan,
efisiensi
Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan farmasi

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
18
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Definisi operasional Waktu tunggu pelayanan obat jadi adalah


tenggang waktu mulai pasien menyerahkan
resep sampai dengan menerima obat jadi
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif waktu tunggu pelayanan
obat jadi pasien yang disurvei dalam satu
bulan
Denominator Jumlah pasien yang disurvei dalam bulan
tersebut.
Sumber data Survei
Standar <30 menit
Penanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi

2. Waktu Tunggu Pelayanan Obat Racikan


Judul Waktu Tunggu Pelayanan Obat Racikan
Dimensi mutu Efektifitas, kesinambungan pelayanan,
efisiensi
Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan farmasi
Definisi operasional Waktu tunggu pelayanan obat racikan adalah
tenggang waktu mulai pasien menyerahkan
resep sampai dengan menerima obat racikan
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif waktu tunggu pelayanan
obat racikan pasien yang disurvei dalam satu
bulan
Denominator Jumlah pasien yang disurvei dalam bulan
tersebut.
Sumber data Survei
Standar <60 menit
Penanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi

3. Tidak Adanya Kejadian Kesalahan Pemberian Obat


Judul Tidak Adanya Kejadian Kesalahan
Pemberian Obat
Dimensi mutu Keselamatan dan kenyamanan
Tujuan Tergambarnya kejadian kesalahan dalam
pemberian obat

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
19
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Definisi operasional Kesalahan pemberian obat meliputi :


1. Salah dalam memberikan jenis obat
2. Salah dalam memberikan dosis
3. Salah orang
4. Salah jumlah
Frekuensi pengumpulan 1 bulan
data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah seluruh pasien instalasi farmasi yang
disurvei dikurangi jumlah pasien yang
mengalami kesalahan pemberian obat
Denominator Jumlah seluruh pasien instalasi farmasi yang
disurvei
Sumber data Survei
Standar 100%
Penanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi

4. Kepuasan Pelanggan
Judul Kepuasan Pelanggan
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap
pelayanan farmasi
Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas
oleh pelanggan terhadap pelayanan farmasi.
Frekuensi pengumpulan 1 bulan
data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan
dari pasien yang disurvei (dalam prosen)
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n minimal
50)
Sumber data Survei
Standar >80%
Penanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi

5. Penulisan Resep Sesuai Formularium


Judul Penulisan Resep Sesuai Formularium
Dimensi mutu Efisiensi
Tujuan Tergambarnya efisiensi pelayanan obat

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
20
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

kepada pasien
Definisi operasional Formularium obat adalah daftar obat yang
digunakan di rumah sakit.
Frekuensi pengumpulan 1 bulan
data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah resep yang diambil sebagai sample
yang sesuai formularium dalam satu bulan.
Denominator Jumlah seluruh resep yang diambil sebagai
sampel dalam satu bulan (n minimal 50)
Sumber data Survei
Standar 100%
Penanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi

D. Lingkup Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit


Intalasi Farmasi Rumah Sakit non klinik (managerial) dilakukan secara
tidak langsung sebagai bagian terpadu dari pelayanan pasien atau tidak
memerlukan interaksi dengan profesi kesehatan lain, tetapi hanya di akses oleh
Apoteker. Fungsi non klinik IFRS (managerial) meliputi:
1. Seleksi (penetapan spesifikasi produk & pemasok)
2. Perencanaan
3. Pengadaan Produksi
4. Penyimpanan
5. Pengemasan dan pengemasan kembali
6. Distribusi
7. Pengendalian semua perbekalan farmasi yang digunakan di Rumah Sakit
Fungsi klinik merupakan fungsi yang secara langsung dilakukan sebagai
bagian terpadu dari perawatan pasien atau memerlukan interaksi dengan profesi
kesehatan lain yang secara langsung terlibat dalam pelayanan pasien. Fungsi
klinik IFRS meliputi:
1. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
2. Evaluasi penggunaan obat
3. Penanganan bahan sitotoksik
4. Pelayanan di unit perawatan kritis

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
21
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

5. Pemeliharaan formularium
6. Penelitian
7. Pengendalian infeksi nosocomial
8. Sentra informasi obat
9. Pemantauan dan pelaporan Reaksi Obat Merugikan (ADR)
10. Sistem formularium, Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)
11. Sistem pemantauan kesalahan obat
12. Buletin terapi obat
13. Program edukasi ’in service’ bagi Apoteker, dokter dan perawat
14. Investigasi obat
15. Unit gawat darurat

Pemilihan
Produk

Penggunaan
Rasional, Pengadaan
Monitoring,
dan Evaluasi

Distribusi dan
Penyimpanan
Gambar 2. Siklus Managemen Obat (WHO, 2003)

E. Kegiatan Instalasi Farmasi Rumah Sakit


1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP) harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan
menggunakan proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali
biaya. Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan
Farmasi, dan BMHP di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi
sistem satu pintu. Alat Kesehatan yang di kelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
22
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

pintu berupa alat medis habis pakai/peralatan non elektromedik, antara lain
infusion set, tranfusion set, implan, dan stent.
Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan
formularium, pengadaan, dan pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan BMHP yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui
Instalasi Farmasi. Dengan demikian semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang beredar di Rumah Sakit merupakan tanggung
jawab Instalasi Farmasi, sehingga tidak ada pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan BMHP di Rumah Sakit yang dilaksanakan selain oleh Instalasi
Farmasi.
Dengan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu, Instalasi Farmasi sebagai
satu-satunya penyelenggara Pelayanan Kefarmasian, sehingga Rumah Sakit akan
mendapatkan manfaat dalam hal:
a. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi,
Alkes, BMHP;
b. Standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
c. Penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai;
d. Pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai;
e. Pemantauan terapi Obat;
f. Penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan BMHP (keselamatan pasien);
g. Kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang akurat;
h. Peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit; dan
i. Peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan kesejahteraan pegawai.
Proses pengelolaan dalam perbekalan farmasi adalah suatu siklus yang
berkesinambungan mulai dari seleksi, pengadaan, distribusi, dan penggunaan.
Melalui managemen perbekalan farmasi di rumah sakit diharapkan selalu tersedia

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
23
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

perbekalan farmasi dalam jumlah yang sesuai serta berkualitas, yang akan
memperkuat neraca keuangan di suatu rumah sakit.
Menurut Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 tentang pelayanan
kefarmasian menyebutkan bahwa Apoteker bertanggung jawab terhadap
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP di Rumah Sakit yang
menjamin seluruh rangkaian kegiatan perbekalan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan BMHP sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan
kualitas, manfaat, dan keamanannya. Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat
Kesehatan, Sediaan Farmasi, dan BMHP di Rumah Sakit harus dilakukan oleh
Instalasi Farmasi sistem satu pintu. Alat Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi
Farmasi sistem satu pintu berupa alat medis habis pakai/peralatan non
elektromedik, antara lain alat kontrasepsi (IUD), alat pacu jantung, implan, dan
stent. Berikut merupakan siklus dari pengelolaan sediaan farmasi.

pemilihan

Administrasi perencanaan

Pengendalian Pengadaan

Pemusnahan Penerimaan

pendistribusian Penyimpanan

Gambar 3. Siklus Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
Rumah Sakit harus menyusun kebijakan terkait managemen pengunaan
Obat yang efektif. Kebijakan tersebut harus ditinjau ulang sekurang- kurangnya
sekali setahun. Peninjauan ulang sangat membantu Rumah Sakit memahami
kebutuhan dan prioritas dari perbaikan sistem mutu dan keselamatan penggunaan
Obat yang berkelanjutan. Kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
24
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Tahun 2016, meliputi:


a. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan.
Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ini
berdasarkan:
- Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi
- Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang telah ditetapkan
- Pola penyakit
- Efektifitas dan keamanan
- Pengobatan berbasis bukti
- Mutu
- Harga
- Ketersediaan di pasaran.
Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium
Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati
staf medis, disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh
Pimpinan Rumah Sakit. Penyusunan dan revisi Formularium Rumah Sakit
dikembangkan berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi dari
penggunaan Obat agar dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang selalu
mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional. Tahapan
proses penyusunan Formularium Rumah Sakit:
- Membuat rekapitulasi usulan Obat dari masing-masing Staf Medik
Fungsional (SMF) berdasarkan standar terapi atau standar pelayanan
medik;
- Mengelompokkan usulan Obat berdasarkan kelas terapi;
- Membahas usulan tersebut dalam rapat Komite/Tim Farmasi dan Terapi,
jika diperlukan dapat meminta masukan dari pakar;

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
25
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

- Mengembalikan rancangan hasil pembahasan Komite/Tim Farmasi dan


Terapi, dikembalikan ke masing-masing SMF untuk mendapatkan umpan
balik;
- Membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF;
- Menetapkan daftar Obat yang masuk ke dalam Formularium Rumah Sakit;
- Menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi; dan
- Melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada staf dan
melakukan monitoring.
Kriteria pemilihan Obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit:
- Mengutamakan penggunaan Obat generik;
- Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita;
- mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas;
- praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;
- praktis dalam penggunaan dan penyerahan;
- menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien;
- memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak lansung; dan
- Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence
based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga
yang terjangkau.
Dalam rangka meningkatkan kepatuhan terhadap formularium Rumah
Sakit, maka Rumah Sakit harus mempunyai kebijakan terkait dengan
penambahan atau pengurangan Obat dalam Formularium Rumah Sakit dengan
mempertimbangkan indikasi penggunaaan, efektivitas, risiko, dan biaya.
b. Perencanaan
Berdasarkan Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 menyatakan bahwa
perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat dengan
menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi,

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
26
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan


anggaran yang tersedia.
Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:
1) Anggaran yang tersedia;
2) Penetapan prioritas;
3) Sisa persediaan;
4) Data pemakaian periode yang lalu;
5) Waktu tunggu pemesanan; dan
6) Rencana pengembangan.
Perencanaan dapat dibuat berdasarkan beberapa metode, yaitu
konsumsi, epidemiologi, serta kombinasi antara metode konsumsi dan
epidemiologi (Menkes RI 2008).
1) Metode Konsumsi
Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisa data
konsumsi obat periode sebelumnya. Perhitungan kebutuhan obat dengan
metode konsumsi perlu memperhatikan hal-hal berikut:
- Pengumpulan dan pengolahan data
- Analisa data untuk informasi dan evaluasi
- Perhitungan perkiraan kebutuhan obat
- Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana
Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan dengan metode
konsumsi adalah sebagai berikut :
- Daftar obat
- Stok awal
- Penerimaan
- Pengeluaran
- Sisa stok
- Obat hilang/rusak, kadaluarsa
- Kekosongan obat
- Pemakaian rata-rata/pergerakan obat pertahun
- Waktu tunggu

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
27
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

- Stok pengaman/safetystock
- Perkembangan pola kunjungan
Metode konsumsi merupakan pengumpulan dan pengolahan data,
analisa data untuk informasi dan evaluasi, perhitungan perkiraan
kebutuhan perbekalan farmasi, dan penyesuaian jumlah kebutuhan
perbekalan farmasi dengan alokasi dana. Rumus metode konsumsi yang
telah disederhanakan:
CT = (CA x T) + SS – Sisa Stok
Keterangan:
CT = jumlah konsumsi per periode waktu.
CA = rata-rata penggunaan per bulan (satuan/bulan).
T = lama periode kebutuhan (bulan atau tahun).
SS = safety stock.

2) Metode Epidemiologi
Metode ini dapat juga disebut dengan metode morbiditas. Metode
ini dalam perhitungannya menggunakan data pola penyakit. Metode
epidemiologi didasarkan pada jumlah kunjungan, frekuensi penyakit, serta
standar pengobatan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam metode ini
yaitu menghitung jumlah pasien yang akan dilayani, menentukan jumlah
kunjungan kasus berdasarkan frekuensi penyakit, serta menghitung
kebutuhan obat berdasarkan standar pengobatan yang disesuaikan dengan
jumlah pasien yang akan dilayani. Adapun data yang diperlukan dalam
menggunakan metode ini adalah:
- Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok umur dan
penyakit.
- Menyiapkan data populasi penduduk.
- Menyediakan data masing-masing penyakit pertahun untuk seluruh
populasi pada kelompok umur yang ada.
- Menghitung frekuensi kejadian masing-masing penyakit pertahun
untuk seluruh populasi pada kelompok umur yang ada.
- Menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama pembelian obat
menggunakan pedoman pengobatan yang ada.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
28
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

- Menghitung jumlah yang harus diadakan untuk tahun anggaran yang


akan datang.
CT = (CE x T) + SS – Sisa Stok
Keterangan:
CT = Kebutuhan per periode waktu.
CE = Perhitungan standar pengobatan.
T = Lama kebutuhan (bulan/ tahun).
SS = safety stock.

Kelebihan dari metode epidemiologi ini yaitu perkiraan kebutuhan


obat mendekati kebenaran dan dapat mendukung usaha untuk
memperbaiki pola penggunaan obat karena dalam perhitungannya
menggunakan standar pengobatan. Kekurangan dari metode ini yaitu
membutuhan banyak waktu dan tenaga, sebab perhitungannya lebih sulit
terutama jika data penyakit tidak mudah didapatkan karena tidak
dilakukannya pencatatan dan pelaporan yang baik.
3) Metode Kombinasi Konsumsi dan Epidemiologi
Metode ini digunakan karena adanya keterbatasan pada kedua
metode konsumsi dan epidemiologi, dengan metode kombinasi bisa
meminimalkan kekurangan dari masing-masing metode konsumsi maupun
epidemiologi.
Metode kombinasi berupa perhitungan kebutuhan obat atau alkes
yang mana telah mempunyai data konsumsi yang jelas namun kasus
penyakit cenderung berubah (naik atau turun). Gabungan perhitungan
metode konsumsi dengan koreksi epidemiologi yang sudah dihitung
dengan suatu prediksi (persentase kenaikan kasus). Metode kombinasi
digunakan untuk obat & alat kesehatan yang terkadang fluktuatif, maka
dapat menggunakan metode konsumsi dengan koreksi-koreksi pola
penyakit, perubahan, jenis/ jumlah tindakan, perubahan pola peresepan,
perubahan kebijakan pelayanan.
Terdapat beberapa metode analisa perencanaan yang dapat
dilakukan agar perencanaan dapat sesuai dengan tujuan, antara lain:
- EOQ (Economic Order Quantity)
Merupakan metode analisa yang dilakukan dengan jumlah pemesanan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
29
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

barang yang paling ekonomis dengan memperhitungkan biaya


pemesanan, harga barang per unit dan jumlah yang dibutuhkan serta
biaya penyimpanan.
- EOI (Economic Order Interval)
Merupakan metode analisa yang dilakukan pada interval-interval
waktu tertentu yang dianggap paling ekonomis.
- ROP (Re-Order Point)
Metode analisa yang berdasarkan titik pemasaran kembali, melihat
pada safety stock dan lead time.
- Sistem ABC (Pareto)
Merupakan metode analisa yang didasarkan atas nilai ekonomis barang
dimana barang-barang persediaan dikategorikan dalam golongan A, B,
dan C. Golongan A menghabiskan 75% biaya dengan jumlah 20% dari
total persediaan, golongan B menghabiskan 10% biaya dengan jumlah
30%, dan golongan C hanya 5% biaya dengan jumlah 50%.
- Metode VEN (Vital, Esensial dan Non Esensial)
Merupakan metode analisa yang digunakan pada anggaran terbatas
karena dapat membantu memperkecil penyimpangan pada proses
pengadaan perbekalan farmasi dengan menetapkan prioritas di muka.
Klasifikasi barang persediaan menjadi golongan VEN ditentukan oleh
faktor makro (misalnya peraturan pemerintah atau data epidemiologi
wilayah) dan faktor mikro (misalnya jenis pelayanan kesehatan yang
tersedia di rumah sakit yang bersangkutan). Kategori obat-obat sistem
VEN yaitu:
• V (Vital), merupakan obat-obat yang termasuk dalam potensial life
saving drug, mempunyai efek samping withdrawl secara signifikan
(pemberian harus secara teratur dan penghentiannya tidak tiba-tiba)
atau sangat penting dalam penyediaan pelayanan kesehatan dasar.
• E (Esensial), merupakan obat-obat yang efektif untuk mengurangi
kesakitan, namun demikian sangat signifikan untuk bermacam-
macam penyakit tetapi tidak vital secara absolut (penting tetapi

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
30
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

tidak vital), untuk penyediaan sistem kesehatan dasar.


• NE (Non Esensial), merupakan obat-obat yang digunakan untuk
penyakit minor atau penyakit tertentu yang efikasinya masih
diragukan, termasuk terhitung mempunyai biaya tinggi untuk
memperoleh keuntungan terapetik
• PUT (Prioritas, Utama, Tambahan)
Prioritas : termasuk di dalamnya kategori vital A, vital B, vital C.
Utama : termasuk di dalamnya kategori essensial A, essensial B,
essensial C.
Tambahan : termasuk di dalamnya kategori non essensial A, non
essensial B, dan non essensial C.
c. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan merealisasikan perencanaan
kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan
waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu.
Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari
pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan
dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan
spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran (Menkes
RI, 2016).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain:
- Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa.
- Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS).
- Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
mempunyai Nomor Izin Edar.
- Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu
(vaksin, reagensia, dan lain-lain), atau pada kondisi tertentu yang dapat
dipertanggung jawabkan.
Pengadaan dapat dilakukan melalui:

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
31
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

1) Pembelian
Untuk Rumah Sakit pemerintah pembelian Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan ketentuan
pengadaan barang dan jasa yang berlaku.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah:
- Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai, yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutu Obat.
- Persyaratan pemasok.
- Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
- Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu.
2) Produksi Sediaan Farmasi
Instalasi Farmasi dapat memproduksi sediaan tertentu apabila:
- Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran;
- Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri;
- Sediaan Farmasi dengan formula khusus;
- Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking;
- Sediaan Farmasi untuk penelitian; dan
- Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus dibuat
baru (recenter paratus).
Sediaan yang dibuat di Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan
mutu dan terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di Rumah
Sakit tersebut.
3) Sumbangan/Dropping/Hibah
Instalasi Farmasi harus melakukan pencatatan dan pelaporan
terhadap penerimaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai sumbangan/dropping/ hibah. Seluruh
kegiatan penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dengan cara sumbangan/dropping/hibah harus disertai
dokumen administrasi yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat membantu

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
32
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

pelayanan kesehatan, maka jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan


Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan kebutuhan pasien di Rumah
Sakit. Instalasi Farmasi dapat memberikan rekomendasi kepada pimpinan
Rumah Sakit untuk mengembalikan/menolak sumbangan/dropping/hibah
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
tidak bermanfaat bagi kepentingan pasien Rumah Sakit.
Pengadaan perbekalan farmasi dapat dilakukan melalui 4 metode
yaitu sebagai berikut:
a. Open Tender (Tender secara terbuka)
Open tender adalah suatu prosedur formal pengadaan obat yang
mana dilakukan dengan cara mengundang berbagai pabrik baik
nasional maupun internasional. Metode ini dilakukan dalam jangka
waktu tertentu misalnya 2-3 kali setahun. Hal ini disebabkan karena
proses tender memerlukan waktu yang lama dan harganya lebih mahal.
b. Restricted Tender (Tender terbatas)
Metode ini dilakukan pada lingkungan PBF yang terbatas, tidak
diumumkan di koran, biasanya berdasarkan kenalan, nominalnya tidak
banyak, serta sering ada yang melakukan pengaturan tender.
c. Competitive Negotiation (Kontrak)
Pembeli membuat persetujuan dengan pihak suplier untuk
mendapatkan harga khusus atau persetujuan pelayanan dan pembeli
dapat membayar dengan harga termurah. Metode kontrak jauh lebih
menguntungkan, karena pihak rumah sakit dapat melakukan negosiasi
langsung dengan pabrik sehingga dapat mengurangi dana (diskon).
d. Direct Procurement (Langsung)
Merupakan cara yang paling mudah dan sederhana, namun
cenderung lebih mahal karena jarang memperoleh diskon. Ciri dari
metode langsung adalah pihak rumah sakit secara langsung melakukan
pengadaan perbekalan farmasi (setelah barang habis) kepada pihak
PBF.
Pengadaan perbekalan farmasi melalui pembelian yang mengacu pada

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
33
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Peraturan Presiden (PerPres) No.4 Tahun 2015 tentang Pengadaan


Barang/Jasa Pemerintah. Adapun metode pengadaannya adalah sebagai
berikut:
1) Pengadaan secara elektronik atau e-procurement
E-procurement adalah pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan dengan
menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik. E-procurement
terbagi menjadi e-purchasing dan e-tendering.
2) E-purchasing
E-purchasing merupakan tata cara pembelian barang/jasa melalui e-
catalogue. E-catalogue merupakan daftar obat yang tersedia secara online
di website Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(LKPP) yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang
tertentu dari berbagai penyedia barang/jasa pemerintah.
3) E-tendering
E-tendering adalah tatacara pemilihan penyedia barang/jasa yang
dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia
barang/jasa yang terdaftar dalam sistem pengadaan secara elektronik
dengan cara menyampaikan 1 kali penawaran dalam waktu yang telah
ditentukan. Hal ini dilakukan jika barang yang diinginkan belum
tercantum di e-catalogue.
4) Pelelangan umum
Merupakan metode pemilihan penyedia barang/jasa yang dapat diikuti
oleh semua penyedia barang/jasa yang memenuhi syarat. Pelelangan untuk
paket pengadaan barang/jasa ini bernilai paling tinggi Rp 100.000.000,00
(seratus miliar rupiah). Jenis pengadaan ini dilakukan untuk pembelian
obat non e-catalogue dengan jumlah biaya pembelian > Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
5) Pelelangan sederhana
Merupakan metode pemilihan penyedia barang/jasa lainnya untuk
pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah). Jenis pengadaan ini dilakukan untuk pembelian obat non e-

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
34
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

catalogue dengan jumlah biaya pembelian > Rp 200.000.000,00 (dua ratus


juta rupiah).
6) Pengadaan langsung
Merupakan pengadaan barang/jasa, tanpa melalui pelelangan /seleksi/
penunjukkan langsung yang bernilai paling tinggi Rp 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah). Jenis pengadaan ini dilakukan untuk pembelian obat non
e-catalogue dengan jumlah biaya pembelian < Rp 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah).
Sistem pengadaan perbekalan farmasi umumnya dibatasi oleh
tersedianya obat dan total biaya kesehatan. Proses pengadaan yang efektif
harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
- Pengadaan obat yang tepat dengan jumlah yang tepat;
- Memungkinkan pembelian dengan harga murah;
- Menjamin bahwa semua obat yang memenuhi standar kualitas;
- Mengatur waktu pengiriman untuk mencegah stock out;
- Penyalur yang digunakan harus resmi agar dapat menjaga mutu pelayanan
dan kualitas;
- Mengatur jadwal pembelian, EOQ dan level safety stock:
- Mencapai total biaya terendah untuk tiap level dari sistemnya; mencapai
hal-hal tersebut diatas dengan cara yang seefisien mungkin.
d. Penerimaan
Menurut Permenkes Nomor 72 Tahun 2016, penerimaan merupakan
kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu
penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan
kondisi baik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus
tersimpan dengan baik. Pedoman dalam penerimaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan dari pabrik, yaitu harus mempunyai sertifikat analisis, barang harus
bersumber dari distributor utama, harus mempunyai Material Safety Data
Sheet (MSDS), khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai
Certificate of Origin dan Expired Date minimal dua tahun.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
35
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

e. Penyimpanan
Menurut Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, danBahan Medis Habis Pakai yang harus disimpan terpisah yaitu:
1) Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi
tanda khusus bahan berbahaya
2) Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaan
untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan
tabung gas medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya.
Penyimpanan tabung gas medis di ruangan harus menggunakan tutup demi
keselamatan.
Metode penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai dapat dikelompokkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dan disusun
secara alfabetis dengan prinsip FEFO (First Expired First Out) dan FIFO
(First In First Out) disertai informasi managemen. Untuk sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai yang memiliki penampilan dan nama
yang mirip Look Alike Sound Alike (LASA) diletakkan dengan jarak yang
terpisah dan harus diberi penadaan khusus.
Menurut Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 tentang penyimpanan
narkotika dan psikotropika disebutkan bahwa rumah sakit harus memiliki
lemari penyimpanan khusus untuk menyimpan narkotika dan psikotropika.
Selain itu menurut Permenkes RI Nomor 3 Tahun 2015 BAB III menyebutkan
Instalasi Farmasi Pemerintah yang menyimpan Narkotika atau Psikotropika
harus memiliki tempat penyimpanan Narkotika atau Psikotropika berupa
gudang, ruangan, atau lemari khusus. Tempat penyimpanan Narkotika
dilarang digunakan untuk menyimpan barang selain Narkotika dan tempat
penyimpanan Psikotropika dilarang digunakan untuk menyimpan barang
selain Psikotropika.
Lemari khusus yang digunakan untuk menyimpan narkotika dan
psikotropika harus memenuhi syarat sebagai berikut:

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
36
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

1) Terbuat dari bahan yang kuat;


2) Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang
berbeda;
3) Harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk Instalasi
Farmasi Pemerintah;
4) Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untuk
Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi Farmasi
Klinik, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan; dan
5) Kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker
yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan
penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan merupakan
kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan sediaan
farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta
gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuannya penyimpanan yaitu
untuk memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang tidak
bertanggungjawab, menjaga ketersediaan dan memudahkan pencarian.
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan
kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan
stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan
penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai.
Komponen yang harus diperhatikan antara lain adalah:
1) Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat diberi
label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan
dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus;
2) Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali
untuk kebutuhan klinis yang penting;
3) Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
37
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan


yang kurang hati-hati; dan
4) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.
5) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang
lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa Obat disimpan secara
benar dan diinspeksi secara periodik. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang harus disimpan terpisah yaitu:
- Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi
tanda khusus bahan berbahaya
- Narkotika dan psikotropika
- Cito dan High alert
Sistem penyimpanan di gudang dapat dibedakan berdasarkan:
1) Bentuk Sediaan dan Jenisnya
Penyimpanan perbekalan farmasi berdasarkan bentuk sediaannya meliputi:
- Tablet, kaplet, kapsul dan puyer di tata sesuai alfabetis
- Syrup dan larutan obat minum ditata sesuai alfabetis
- Injeksi dan infus obat di tata sesuai alfabetis
- Salep, cream, lotion dan powder ditata sesuai alfabetis
- Tetes mata dan salep mata ditata sesuai alfabetis
- Tetes telinga di tata sesuai alfabetis
- Infus dasar ditata di atas palet
- Alkes ditata terpisah dari obat disesuaikan dengan tempat
penyimpanannya.
- Bahan – bahan kimia yang bukan termasuk B3 di tata tersendiri
terpisah dengan obat dan alkes.
Penyimpanan perbekalan farmasi berdasarkan jenis sediaannya meliputi:
- Obat narkotika di simpan di lemari terpisah, tertutup, rangkap dua
dan terkunci
- Obat psikotropika di simpan dilemari terpisah, tertutup, dan terkunci

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
38
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

- Obat generik
- Obat HIV
- Obat paten
2) Suhu dan Kestabilannya
Suhu penyimpanan perbekalan farmasi meliputi:
- Suhu dingin (2-8°C): penyimpanan dapat menggunakan
“Pharmaceutical Refrigerator” untuk menjaga kestabilan suhu
penyimpanan obat yang diingikan. Contoh obat-obat yang disimpan
pada suhu ini adalah insulin, suppositoria, sitostatika, albumin dan
vaksin.
- Suhu ruang terkontrol (15-25°C): penyimpanan bisa di ruangan
penyimpanan yang diberikan AC dan dilengkapi dengan termometer
ruangan untuk memantau suhu sesuai yang diinginkan contoh obat-
obatan yang disimpan pada suhu ini adalah sediaan injeksi, salep kulit,
salep mata, tetes mata, tetes telinga, sirup dan obat-obat oral.
3) Sediaan yang Tidak Tahan Terhadap Cahaya
Penyimpanan obat yang tidak tahan cahaya dilakukan di dalam kemasan
tertutup dan gelap.
4) Kelembaban
Lembab udara mempunyai pengaruh yang cukup berarti bagi
sediaan farmasi dalam bentuk padat terutama yang bersifat higroskopis
dan tidak stabil dengan adanya air, sehingga dapat ditambahkan silika
untuk mengurangi kelembaban pada tempat penyimpanan sediaan farmasi
yang bersifat higroskopis.
Metode penyimpanan sediaan farmasi disamping menggunakan sistem
penyusunan secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First
Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) juga harus memperhatikan
penyusunan obat-obat LASA (Look Alike Sound Alike), obat-obat yang
memiliki penampilan dan penamaan yang mirip tidak ditempatkan berdekatan
dan harus diberi penandaan khusus seperti stiker bertuliskan “LASA” untuk
mencegah terjadinya kesalahan pengambilan Obat. Sedangkan untuk

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
39
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

penyimpanan sediaan farmasi yang perlu diwaspadai penggunaannya harus


diberi diberi label “HIGH ALERT” dan disimpan ditempat terpisah dari
sediaan farmasi lain. High-alert medication adalah obat yang harus
diwaspadai karena sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius
(sentinel event) dan Obat yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang
Tidak Diinginkan (ROTD).
Kelompok obat high-alert diantaranya:
- Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).
- Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya KCl 2 mEq/ml atau yang lebih
pekat, K3PO4, NaCl lebih pekat dari 0,9%, dan MgSO4 = 50% atau lebih
pekat).
- Obat-obat sitostatika.
- Obat narkotika dan psikotropika.
Penyimpanan perbekalan farmasi berdasarkan jenis sediaannya
meliputi:
- Obat narkotika di simpan dilemari terpisah, tertutup, rangkap dua dan
terkunci
- Obat psikotropika di simpan dilemari terpisah, tertutup, dan terkunci
- Obat generik
- Obat HIV
- Obat paten
f. Pendistribusian
1) Unit Dose Dispensing (UDD)
Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) adalah
pendistribusian perbekalan farmasi yang diorder oleh dokter untuk
pasien, terdiri atas satu atau beberapa jenis perbekalan farmasi yang
masing-masing dalam kemasan dosis unit tunggal dalam jumlah
persediaan yang cukup untuk suatu waktu tertentu. Kelemahan dari
sistem ini adalah meningkatnya kebutuhan tenaga farmasi dan
meningkatnya biaya operasional.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
40
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Kelebihan dari sistem UDD yaitu sebagai berikut:


- Pasien hanya membayar perbekalan farmasi yang dikonsumsinya
saja.
- Semua dosis yang diperlukan pada unit perawatan telah disiapkan
oleh IFRS.
- Mengurangi kesalahan pemberian perbekalan farmasi.
- Menghindari duplikasi order perbekalan farmasi yang berlebihan.
Meningkatkan pemberdayaan petugas profesional dan non
profesional yang lebih efisien.
- Mengurangi risiko kehilangan dan pemborosan perbekalan farmasi.
- Memperluas cakupan dan pengendalian IFRS di rumah sakit secara
keseluruhan sejak dari dokter menulis resep/order sampai pasien
menerima dosis unit.
- Sistem komunikasi pengorderan dan distribusi perbekalan farmasi
bertambah baik.
- Apoteker dapat datang ke unit perawatan/ruang pasien, untuk
melakukan konsultasi perbekalan farmasi, membantu memberikan
masukan kepada tim, sebagai upaya yang diperlukan untuk
perawatan psaien yang lebih baik.
- Peningkatan dan pengendalian dan pemantauan penggunaan
perbekalan farmasi menyeluruh.
- Memberikan peluang yang lebih besar untuk prosedur
komputerisasi.
Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan
untuk pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan
pemberian Obat dapat diminimalkan sampai kurang dari 5%
dibandingkan dengan sistem floor stock atau resep individu yang
mencapai 18% (Menkes RI, 2016).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.72 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, distribusi
merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
41
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan


Media Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai pada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah,
dan ketepatan waktu. Rumah sakit harus menentukan sistem distribusi
yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit
pelayanan.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam pendistribusian
obat di rumah sakit, yaitu:
1) Floor Stock (Persediaan Lengkap di Ruangan)
- Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola
oleh Instalasi Farmasi.
- Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang
sangat dibutuhkan.
- Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang
mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya
didelegasikan kepada penanggung jawab ruangan.
- Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor
stock kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.
- Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan
kemungkinan interaksi obat pada setiap jenis obat yang disediakan
di floor stock.
Menurut (Siregar dan Amalia 2003), sistem floor stock atau sistem
distribusi dengan persediaan lengkap di ruangan adalah kegiatan
distribusi obat untuk pasien sesuai dengan yang diresepkan oleh dokter
dan disiapkan di ruangan oleh perawat untuk kemudian diberikan pada
pasien. Kelebihan floor Stock antara lain:
- Obat yang diperlukan segera tersedia bagi penderita.
- Peniadaan pengembalian obat yang tidak terpakai ke IFRS.
- Pengurangan penyalinan kembali order obat.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
42
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Kekurangan floor stock terdiri dari:


- Kesalahan obat meningkat karena order obat tidak dikaji Apoteker.
Penyiapan obat dan konsumsi dilakukan perawat sendiri, sehingga
tidak ada pemeriksaan ganda.
- Persediaan obat di ruang meningkat, sementara ruang terbatas.
- Pemantauan persediaan, mutu dan waktu kadaluwarsa kurang
diperhatikan perawat.
- Meningkatnya bahaya karena kerusakan obat.
- Meningkatkanya kerugian karena kerusakan obat.
- Pencurian obat meningkat.
2) Sistem Resep Perorangan (Individual Prescribing)
Sistem individual prescribing merupakan order/resep yang ditulis
oleh dokter untuk setiap pasien dan obat disiapkan oleh IFRS sesuai
yang tertulis pada resep. Kelebihan dari sistem individual prescribing
yaitu:
- Semua resep/order dikaji langsung oleh Apoteker, yang juga dapat
memberi keterangan atau informasi kepada perawat tentang obat
penderita.
- Memberi kesempatan interaksi profesional antara Apoteker, dokter,
perawat, dan penderita.
- Mempermudah penagihan biaya obat penderita.
Kekurangan dari sistem individual prescribing yaitu:
- Kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai ke penderita.
- Jumlah kebutuhan personel di IFRS meningkat.
- Perlu jumlah perawat dan waktu yang lebih banyak untuk penyiapan
obat pada waktu konsumsi obat.
- Kemungkinan kesalahan obat karena kurang pemeriksaan pada
waktu penyiapan.
3) Sistem Kombinasi
Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
43
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

kombinasi a + b atau b + c atau a + c. Sistem distribusi dirancang atas


dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan
mempertimbangkan:
✓ Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada
✓ Metode sentralisasi atau desentralisasi
Metode penyiapan perbekalan farmasi (internal IFRS) terbagi
menjadi dua, yaitu metode sentralisasi dan desentralisasi. Metode
sentralisasi merupakan metode dimana semua resep disiapkan dan di
distribusikan oleh Farmasi Pusat. Sedangkan metode desentralisasi
merupakan metode dimana IFRS memiliki cabang yang berlokasi di
daerah perawatan penderita.
g. Pemusnahan
Pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan terhadap
sediaan farmasi dan alat kesehatan apabila (Menkes RI, 2016):
- Produk tidak memenuhi persyaratan mutu.
- Telah kadaluwarsa.
- Tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan.
- Dicabut izin edarnya.
Adapun tahapan pemusnahan obat terdiri dari:
- Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang akan dimusnahkan;
- Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;
- Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak
terkait;
- Menyiapkan tempat pemusnahan; dan
- Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta
peraturan yang berlaku.
Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
44
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah


penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela
oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan
kepada Kepala BPOM (Menkes RI, 2016).
h. Pengendalian
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 72 Tahun 2016,
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai. Pengendalian
penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dapat
dilakukan oleh instalasi farmasi harus bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi
(TFT) di rumah sakit (Menkes RI, 2016). Tujuan pengendalian Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai adalah:
- Penggunaan obat sesuai dengan formularium rumah sakit;
- Penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi;
- Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa dan kehilangan serta
pengembalian pesanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai.
Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan
dan Bahan Medis Habis Pakai adalah:
- Melakukan evaluasi persedian yang jarang digunakan (slow moving).
- Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga
bulan berturut-turut (dead stock).
- Stock opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.

F. Administrasi
Pada Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan
untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan
administrasi terdiri dari:

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
45
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

1. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi perencanaan
kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian, pengendalian persediaan,
pengembalian, pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan
Bahan Medis Habis Pakai. Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan
Instalasi Farmasi dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester
atau pertahun). Jenis-jenis pelaporan yang dibuat menyesuaikan dengan peraturan
yang berlaku. Contoh pelporan yang digunakan di Rumah Sakit:
a. Sistem Informasi Managemen Rumah Sakit (SIM RS)
SIM adalah sebuah sistem informasi yang terintegrasi yang disiapkan
untuk menangani keseluruhan proses managemen Rumah Sakit, mulai dari
pelayanan diagnosa dan tindakan untuk pasien, medical record, apotek,
gudang farmasi, penagihan, database personalia, penggajian karyawan, proses
akuntansi sampai dengan pengendalian oleh managemen.
b. SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika)
Aplikasi ini diperuntukkan bagi seluruh Unit Pelayanan (Apotek,
Klinik dan Rumah Sakit), Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi Seluruh Indonesia. SIPNAP
dikembangkan dan dikelola oleh Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian, Ditjen Binfar dan Alkes, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
c. Tarif INA-CBG
Tarif INA-CBG merupakan sistem pembayaran dengan sistem "paket",
berdasarkan penyakit yang diderita pasien. Rumah Sakit akan mendapatkan
pembayaran berdasarkan tarif INA CBGs yang merupakan rata-rata biaya
yang dihabiskan oleh untuk suatu kelompok diagnosis.
d. SIHA (SISTEM INFORMASI HIV-AIDS dan IMS)
Tujuan dari SIHA yaitu mendukung managemen data layanan program
pengendalian HIV-AIDS dan IMS baik pada tingkat layanan, Kabupaten/Kota,
Provinsi dan tingkat Nasional. SIHA terbagi dalam 2 sistem utama, yang

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
46
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

pertama SIHA Online adalah SIHA yang berjalan di server pusat data dan
informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan RI. Beralamat di
www.siha.depkes.go.id. Kedua yaitu SIHA Offline adalah SIHA yang di instal
di komputer masing – masing UPK. Dimana pada saat entri data, UPK tidak
memerlukan adanya koneksi internet dalam mengoperasikan sistemnya.
e. MONEV (Monitoring dan Evaluasi)
Monitoring, pengendalian dan evaluasi merupakan alat managemen
untuk memberikan informasi kepada pengambil keputusan dan menunjukkan
akuntabilatas program atau kegiatan. Tujuan monitoring dan pengendalian
adalah untuk menjamin agar kegiatan program dapat dilaksanakan sesuai
rencana dan dapat disesuaikan dengan perubahan lingkungan organisasi agar
Tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2. Administrasi Keuangan
Apabila Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus mengelola keuangan maka
perlu menyelenggarakan administrasi keuangan. Administrasi keuangan
merupakan pengaturan anggaran, pengendalian dan analisa biaya, pengumpulan
informasi keuangan, penyiapan laporan, penggunaan laporan yang berkaitan
dengan semua kegiatan pelayanan kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam
periode bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan.
3. Administrasi Penghapusan
Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang tidak terpakai
karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat
usulan penghapusan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku (Permenkes, 2016).

G. Pelayanan Farmasi Klinik


Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan
Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
47
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life)
terjamin (Menkes RI, 2016). Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi:
1. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian Resep dilakukan untuk menganalisa adanya masalah terkait
obat, bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter
penulis resep. Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien
rawat inap maupun rawat jalan (Menkes RI, 2016).
Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,
penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi.
Pada setiap tahap alur pelayanan rresep dilakukan upaya pencegahan terjadinya
kesalahan pemberian obat (medication error) (Menkes RI, 2016).
2. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
Penelusuran riwayat penggunaan obat merupakan proses untuk
mendapatkan informasi mengenai seluruh obat/Sediaan Farmasi lain yang pernah
dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau
data rekam medik/pencatatan penggunaan obat pasien (Menkes RI, 2016).
3. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan
dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah
terjadinya kesalahan obat (medication error) seperti obat tidak diberikan,
duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat. Kesalahan obat (medication error)
rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit
lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari Rumah Sakit ke
layanan kesehatan primer dan sebaliknya (Menkes RI, 2016). Tujuan
dilakukannya rekonsiliasi obat adalah:
- Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien;
- Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi
dokter; dan
- Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
48
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias,
terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter, Apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit
(Menkes RI, 2016). PIO bertujuan untuk:
- Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan
di lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah Sakit;
- Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan
obat/Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai,
terutama bagi Komite/Tim Farmasi dan Terapi;
- Menunjang penggunaan obat yang rasional.
Kegiatan PIO meliputi:
- Menjawab pertanyaan
- Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter
- Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan
penyusunan Formularium Rumah Sakit
- Bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) melakukan
kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap
- Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya
- Melakukan penelitian.
5. Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.
Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas
kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan
pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan
kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker. Pemberian konseling
obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko Reaksi
Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan cost-effectiveness yang

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
49
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

pada akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan Obat bagi pasien (patient


safety) (Menkes RI, 2016).
Kriteria pasien:
- Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu hamil dan
menyusui);
- Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM, epilepsi, dan
lain-lain);
- Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus (penggunaan
kortiksteroid dengan tappering down/off);
- Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,
fenitoin);
- Pasien yang menggunakan banyak obat (polifarmasi); dan
- Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah.
6. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat,
memantau terapi obat dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD),
meningkatkan terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada
dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya (Menkes RI, 2016).
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup
kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan rasional bagi
pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan
risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) (Menkes RI, 2016).
Kegiatan dalam PTO meliputi:
- Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi, Reaksi
Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
- Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat
- Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
50
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Tahapan PTO:
- Pengumpulan data pasien
- Identifikasi masalah terkait obat
- Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat
- Pemantauan
- Tindak lanjut.
8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan
setiap respon terhadap obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim
yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek
Samping Obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan
kerja farmakologi (Menkes RI, 2016). MESO bertujuan untuk:
- Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat,
tidak dikenal, frekuensinya jarang;
- Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang baru
saja ditemukan;
- Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi
angka kejadian dan hebatnya ESO;
- Meminimalkan risiko kejadian reaksi obat yang idak dikehendaki; dan
- Mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki.
Kegiatan pemantauan dan pelaporan ESO:
- Mendeteksi adanya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki (ESO)
- Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai risiko tinggi
mengalami ESO
- Mengevaluasi laporan ESO dengan algoritme Naranjo
- Mendiskusikan dan mendokumentasikan ESO di Tim/Sub Komite/Tim
Farmasi dan Terapi
- Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
51
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)


Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi
penggunaan Obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan
kuantitatif (Menkes RI, 2016). Tujuan EPO yaitu:
- Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat
- Membandingkan pola penggunaan obat pada periode waktu tertentu
- Memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan obat
- Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.
Kegiatan praktik EPO:
- Mengevaluasi pengggunaan obat secara kualitatif
- Mengevaluasi pengggunaan obat secara kuantitatif.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam EPO:
1) Indikator peresepan, meliputi:
- Rerata jumlah item obat
- Persen peresepan dengan nama generik
- Persen peresepan antibiotik
- Persen peresepan yang sesuai dengan Daftar Obat Esensial Nasional atau
Formularium Nasional
2) Indikator pelayanan, meliputi:
- Rerata waktu konsultasi
- Rerata waktu peracikan obat
- Persen obat yang diberikan
- Persen pelabelan obat dengan benar
- Persen pasien paham cara minum obat dengan benar
3) Indikator fasilitas, meliputi:
Ketersediaan Daftar Obat Esensial Nasional atau Formularium Nasional
10. Dispensing Sediaan Steril
Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi dengan
teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi
petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan
pemberian Obat (Menkes RI 2016). Dispensing sediaan steril bertujuan:

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
52
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

- Menjamin agar pasien menerima Obat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan
- Menjamin sterilitas dan stabilitas produk
- Melindungi petugas dari paparan zat berbahaya; dan menghindari terjadinya
kesalahan pemberian obat.
Dispensing sediaan steril meliputi:
1) Pencampuran sediaan sitostatik
Penanganan sediaan sitostatika yang aman perlu dilakukan secara
disiplin dan hati-hati untuk mencegah risiko yang tidak diinginkan, karena
sebagian besar sediaan sitostatika bersifat:
- Karsinogenik yang berarti dapat menyebabkan kanker.
- Mutagenik yang berarti dapat menyebabkan mutasi genetik.
- Teratogenik yang berarti dapat membahayakan janin.
Kemungkinan pemaparan yang berulang terhadap sejumlah kecil obat-
obat kanker akan mempunyai efek karsinogenik, mutagenik dan teratogenik
yang tertunda lama di terhadap petugas yang menyiapkan dan memberikan
obat-obat ini.
2) Pencampuran obat suntik intravena (IV-admixture)
Dari aspek keselamatan pasien (patient safety), dispensing sediaan steril
merupakan pelayanan yang penting untuk dilakukan oleh Instalasi Farmasi.
Umumnya sediaan steril diberikan secara intravena. Kita mengetahui bahwa
obat yang diberikan secara intravena langsung masuk ke sirkulasi darah,
sehingga jika ada kesalahan atau ketidaktepatan dalam penyiapan ataupun
dalam pemberian obat tersebut, dapat berakibat fatal bagi pasien. Selain itu
risiko infeksi nosokomial mungkin terjadi akibat kontaminasi mikroorganisme
jika dispensing sediaan steril tersebut dilakukan tanpa fasilitas yang sesuai
standar.
Keterampilan melakukan teknik aseptik merupakan kemampuan yang
wajib dimiliki petugas di bagian dispensing sediaan steril, karena peralatan
sesuai standar sekalipun tidak menjamin obat suntik yang sedang diracik
terhindar dari kontaminasi mikroorganisme. Petugas juga harus memiliki
pengetahuan tentang ketercampuran (kompatibilitas) dan stabilitas obat suntik.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
53
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Semua petugas setiap tahun menjalani proses validasi teknik aseptik yang
dimaksudkan untuk menjaga kualitas teknik aseptik.
3) Persiapan nutrisi parenteral
Total Parenteral Nutrition (TPN) merupakan terapi pemberian nutrisi
secara intravena kepada pasien yang tidak dapat makan melalui mulut.
Tujuannya adalah mengganti dan mempertahankan nutrisi-nutrisi penting
tubuh melalui infus intravena ketika (dan hanya ketika) pemberian makanan
secara oral bersifat kontraindikasi atau tidak mencukupi. TPN digunakan
ketika diperlukan saja dikarenakan oleh risiko yang terkait dengan terapi ini
dan tingginya biaya untuk melakukan terapi ini.

H. Komite Farmasi dan Terapi


1. Tujuan dan Sasaran KFT
Komite Farmasi dan Terapi merupakan organisasi yang mewakili hubungan
komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya
terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit
dan Apoteker wakil dari farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.
Komite Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan
komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya
terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit
dan Apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan dari KFT adalah:
a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat
serta evaluasinya.
b. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru
yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan kebutuhan.
Fungsi serta Ruang Lingkup Komite Farmasi dan Terapi:
a. Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya. Pemilihan obat
untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi secara
subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga harus

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
54
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat yang
sama.
b. KFT harus mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk obat baru
atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf medis.
c. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang
termasuk dalam kategori khusus.
d. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap
kebijakan-kebijakan dan peraturan peraturan mengenai penggunaan obat di
rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional.
e. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan mengkaji
medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi. Tinjauan ini
dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus penggunaan obat
secara rasional.
f. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
g. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis
dan perawat.
2. Susunan Organisasi KFT
Susunan kepanitian KFT serta kegiatan yang dilakukan bagi tiap rumah
sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah sakit setempat:
1) Komite Farmasi dan Terapi harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga)
dokter, Apoteker, dan perawat untuk rumah sakit yang besar tenaga dokter
bisa lebih dari 3 (tiga) orang yang mewakili semua staf medis fungsional yang
ada.
2) Ketua KFT dipilih dari dokter yang ada di dalam kepanitiaan dan jika rumah
sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik, maka sebagai ketua adalah
Farmakologi, sekretarisnya adalah Apoteker dari instalasi farmasi atau
Apoteker yang ditunjuk.
3) KFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan sekali
dan untuk rumah sakit besar rapatnya diadakan sebulan sekali. Rapat KFT
dapat mengundang pakar-pakar dari dalam maupun dari luar rumah sakit yang
dapat memberikan masukan bagi pengelolaan KFT.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
55
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

4) Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat KFT diatur oleh sekretaris,
termasuk persiapan dari hasil-hasil rapat.
5) Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang
sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.
3. Tugas dan Tanggung Jawab KFT
Tugas KFT berdasarkan Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit adalah:
1) Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan Obat di Rumah Sakit;
2) Melakukan seleksi dan evaluasi Obat yang akan masuk dalam formularium
Rumah Sakit;
3) Mengembangkan standar terapi;
4) Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan Obat;
5) Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan Obat yang rasional;
6) Mengkoordinir penatalaksanaan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki;
7) Mengkoordinir penatalaksanaan medication error;
8) Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan Obat di Rumah
Sakit.
Tanggung Jawab KFT antara lain:
1) Memberikan rekomendasi pada pimpinan rumah sakit untuk mencapai budaya
pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional.
2) Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, formularium rumah
sakit, pedoman penggunaan antibiotika dan lain-lain
3) Melaksanakan pendidikan dalam bidang pengelolaan dan penggunaan obat
terhadap pihak-pihak yang terkait.
4) Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat dan memberikan
umpan balik atas hasil pengkajian tersebut.

I. Pengendalian Infeksi Rumah Sakit


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Surat Edaran Direktur
Jenderal Bina Pelayanan Medik Nomor HK.03.01/III/3744/08 tentang
Pembentukan Komite dan Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
56
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Sakit. Kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya merupakan suatu standar mutu pelayanan dan
penting bagi pasien, petugas kesehatan maupun pengunjung rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Pengendalian infeksi harus dilaksanakan
oleh semua rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya untuk
melindungi pasien, petugas kesehatan dan pengunjung dari kejadian infeksi
dengan memperhatikan cost effectiveness. Panitia Pengendali Infeksi Rumah Sakit
adalah organisasi yang terdiri dari staf medis, Apoteker yang mewakili farmasi
rumah sakit dan tenaga kesehatan lainnya. Pengendalian infeksi rumah sakit
bertujuan untuk:
- Menunjang pembuatan pedoman pencegahan infeksi.
- Memberikan informasi untuk menetapkan disinfektan yang akan digunakan di
rumah sakit.
- Melaksanakan pendidikan tentang pencegahan infeksi nosokomial di rumah
sakit.
- Melaksanakan penelitian (surveilans) infeksi nosokomial di rumah sakit.
1. Tugas dan Fungsi Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
Rumah Sakit
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) sangat penting untuk
dilaksanakan di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya sebagai
tempat pelayanan kesehatan disamping sebagai tolak ukur mutu pelayanan juga
untuk melindungi pasien, petugas juga pengunjung dan keluarga dari risiko
tertularnya infeksi karena dirawat, bertugas dan berkunjung ke suatu Rumah Sakit
atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Keberhasilan program PPI di Rumah
Sakit perlu keterlibatan lintas profesional, Klinis, Perawat, Laboratorium, K3L,
Farmasi, Gizi, IPSRS, Sanitasi dan House Keeping sehingga perlu wadah berupa
Komite PPI. Dalam Komite PPI anggotanya saling bekerja sama dan dukungan
dari managerial untuk terlaksananya program PPI dengan baik. Bila Program PPI
ini terlaksana dengan baik maka mutu pelayanan Rumah Sakit akan terjamin baik.
Komite PPI diharapkan membantu Rumah Sakit dalam menyiapkan diri
menghadapi Emerging Infectious Diseases (Darmadi, 2008).

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
57
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Organisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) disusun agar dapat


mencapai visi, misi dan tujuan dari penyelenggaraan PPI. PPI dibentuk
berdasarkan kaidah organisasi yang miskin struktur dan kaya fungsi dan dapat
menyelenggarakan tugas, wewenang dan tanggung jawab secara efektif dan
efisien. Efektif dimaksud agar sumber daya yang ada di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya dapat dimanfaatkan secara optimal.
2. Peran Apoteker pada Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
a. Bekerjasama dengan tim pengendali infeksi nosokomial untuk memantau
produk yang dihasilkan oleh pusat sterilisasi, memberikan masukan dan
arahan pada pemakai di lapangan dalam mengatasi atau menurunkan
angka kejadian infeksi di rumah sakit.
b. Penetapan kebijakan dan prosedur internal instalasi farmasi dalam
penyiapan sediaan steril. Misalnya penetapan kebijakan pencampuran
dalam laminar air flow cabinet oleh tenaga yang terlatih
c. Penetapan kebijakan penggunaan sediaan antibiotic steril sekali pakai
(single-dose package) dan penggunaan sediaan steril dosis ganda
(multiple-dose container).
d. Penandaan yang benar termasuk pencantuman tanggal dan jam
kadaluwarsa serta kondisi penyimpanan sediaan antibiotik.
e. Peningkatan kepatuhan terhadap kewaspadaan baku (standard
precaution) oleh tenaga kesehatan, pasien dan petugas lain yang terlibat
dalam perawatan pasien, dengan cara menjamin ketersediaan alat
kesehatan sekali.
f. Bekerjasama dalam penyusunan pedoman penilaian resiko paparan,
pengobatan, penggunaan antiseptic dan disinfektan dan pemantauan
terhadap pasien dan tenaga kesehatan yang pernah kontak dengan pasien
penyakit infeksi.
J. Gas Medis
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 tentang Penggunaan Gas Medis dan
Vakum Medis, menjelaskan bahwa gas medis adalah gas dengan spesifikasi
khusus yang dipergunakan untuk pelayanan medis pada fasilitas pelayanan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
58
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

kesehatan. Gas medis dialirkan dengan menggunakan instalasi pipa gas medis,
yang merupakan seperangkat prasarana perpipaan beserta peralatan yang
menyediakan gas medis tertentu yang dibutuhkan untuk menyalurkan gas medis
ke titik outlet di ruang tindakan dan perawatan. Sentral gas medis adalah
seperangkat prasarana beserta peralatan dan atau tabung gas/liquid yang
menyimpan beberapa gas medis tertentu yang dapat disalurkan melalui pipa
instalasi gas medis (seperangkat sentral gas medis, instalasi pipa gas medis sampai
outlet).
Gas medis yang dapat digunakan pada sarana pelayanan kesehatan adalah
oksigen (O2), nitrous oksida (N2O), nitrogen (N2), karbon dioksida (CO2), helium
(He), cyclopropana (C3H6), compressed air (medical breathing air), mixture gas.
Tabung gas medis tersebut mempunyai beberapa syarat, yaitu tabung gas memiliki
sertifikat tes yang masih berlaku, kepala tabung memiliki tutup dan segel,
kran/valve tabung mempunyai ulir yang baik dan jenis ulir yang berbeda sesuai
dengan jenis gas, dan tabung dicat dengan warna yang berbeda sesuai dengan
jenis gas.
Penyimpanan tabung-tabung gas medis harus disimpan berdiri, dipasang
penutup kran, dan dilengkapi tali pengaman untuk menghindari jatuh pada saat
terjadi goncangan. Lokasi penyimpanan gas medis harus khusus dan masing-
masing gas medis dibedakan tempatnya. Penyimpanan tabung gas medis isi dan
tabung gas medis kosong dipisahkan untuk memudahkan pemeriksaan dan
penggantian. Lokasi penyimpanan diusahakan jauh dari sumber panas, listrik dan
oli, atau sejenisnya. Gas medis yang sudah cukup lama disimpan dilakukan uji/tes
kepada produsen untuk mengetahui kondisi gas medis tersebut.
Distribusi gas medis dilayani dengan menggunakan trolly yang biasa
ditempatkan berdekatan dengan pasien. Pemakaian gas tersebut diatur melalui
flowmeter pada regulator. Regulator harus dites dan dikalibrasi. Penggunaan gas
medis sistem tabung hanya bisa dilakukan satu tabung untuk satu orang. Tabung
gas dan trolly harus bersih dan memenuhi syarat sanitasi/hygiene.
Lokasi gas medis harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut,
yaitu aman atau jauh dari kegiatan yang memungkinkan terjadinya ledakan atau

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
59
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

kebakaran, memiliki konstruksi beton permanen, harus terletak di lantai dasar,


dilengkapi dengan alarm yang berfungsi sebagai peringatan tanda bahaya, harus
memiliki luas area yang cukup, harus selalu dilakukan pemeliharaan, dilengkapi
ventilasi dan pencahayaan yang memadai, dan memenuhi syarat spesifikasi. Hal
ini dilakukan untuk keamanan dari semua pihak yang ada di rumah sakit (Depkes
RI, 2010).

K. Instalasi Sterilisasi Sentral (ISS)


1. Tugas dan Fungsi ISS
Instalasi sterilisasi sentral menerima permintaan steril instrument, linen
dan bahan-bahan habis pakai setiap hari kerja kecuali untuk Instalasi Bedah
Central dan Cito. Metode yang digunakan oleh instalasi sterilisasi sentral yaitu
metode sterilisasi uap panas (Dry Stem) dengan menggunakan 2 buah autoklaf
dengan suhu 121OC dan 135OC. Instrumentasi yang disterilkan oleh ISS yaitu
linen OK, linen farmasi untuk kemoterapi, bahan-bahan steril habis pakai, dan
alat-alat untuk operasi. Berdirinya ISS di Rumah Sakit dilatar belakangi oleh:
a. Besarnya angka kematian akibat infeksi nosokomial.
b. Kuman mudah menyebar, mengkontaminasi benda dan menginfeksi manusia di
lingkungan Rumah Sakit.
c. Merupakan salah satu pendukung jaminan mutu pelayanan Rumah Sakit.
Tugas utama ISS di Rumah Sakit adalah:
a. Menyediakan peralatan medis untuk perawatan pasien.
b. Melakukan proses sterilisasi alat/bahan.
c. Mendistribusikan alat dan bahan habis pakai steril yang dibutuhkan oleh ruang
perawatan, kamar operasi, dan ruang lain yang membutuhkan.
d. Berpartisipasi dalam pemilihan alat dan bahan yang aman, efektif, bermutu
e. Mempertahankan stok inventori yang memadai untuk keperluan perawatan.
f. Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, desinfeksi, maupun
sterilisasi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu.
g. Memberikan penyuluhan tentang hal yang berkaitan dengan masalah sterilisasi.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
60
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

h. Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan dan


pengendalian infeksi bersama dengan panitia pengendalian infeksi nosokomial.
i. Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf ISS baik yang bersifat
intern dan ekstern.
2. Peran Apoteker di ISS
a. Apoteker menyusun pedoman di rumah sakit agar dapat dijadikan acuan dalam
penyelenggaraan instalasi pusat sterilisasi selain itu dengan adanya hal tersebut
mampu meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan sehingga
mampu menekan kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit yang pada
akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan.
b. Untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial maka Apoteker yang
mempunyai pengalaman dibidang sterilisasi diwajibkan memberikan
pengarahan kepada tenaga medis lain agar terbentuk kerjasama yang baik dan
memberikan tugas kepada masing-masing tenaga medis dengan tujuan untuk
mencegah risiko terjadinya infeksi bagi pasien dan pegawai di rumah sakit.
c. Apoteker mengadakan pengawasan dan kontrol mutu terhadap hasil sterilisasi
sehingga mampu mengevaluasi hal-hal apa saja yang dirasa kurang didalam
sterilisasi tersebut.

L. Instalasi Penyehatan Lingkungan (IPL)


Rumah Sakit menghasilkan limbah dalam jumlah besar, beberapa
diantaranya membahayakan kesehatan dilingkungannya. Pembuangan limbah
yang berjumlah besar ini paling baik jika dilakukan dengan membeda-bedakan
limbah ke dalam berbagai kategori. Untuk masing-masing jenis kategori
diterapkan cara pembuangan limbah yang berbeda.
Prinsip umum pembuangan limbah Rumah Sakit adalah sejauh mungkin
menghindari resiko kontaminasi dan trauma (injury). Tiga kategori orang yang
dapat terpapar dengan limbah berbahaya dari Rumah Sakit, yaitu:
1. Pasien dan personel dari Rumah Sakit dan pengunjung.
2. Personal yang memberikan pelayanan, misalnya mereka yang terikat kontrak
kerja seperti tukang cuci, tukang sampah dan sebagainya.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
61
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

3. Pasien rawat jalan seperti yang sedang menjalani dialisis darah


Untuk mengurangi resiko kesehatan sehubungan dengan limbah Rumah
Sakit, maka dibutuhkan program kesehatan yang mencakup:
1. Penggunaan bahan yang aman atau lebih tidak berbahaya.
2. Penggunaan pewadahan tertutup untuk bahan-bahan yang bersifat volatil.
3. Penggunaan ventilasi yang baik sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan kerja.
4. Penggunaan alat pelindung (masker, sarung tangan dan sebagainya).
5. Penggunaan wadah dengan warna yang berbeda untuk setiap jenis limbah.
6. Pemantauan rutin terutama terhadap aktivitas yang beresiko tinggi.
7. Penggunaan analisis epidemiologis terhadap aktivitas yang beresiko tinggi.
Asal limbah dari kegiatan Rumah Sakit bervariasi dari satu institusi ke
institusi lainnya sesuai dengan besarnya aktivitas. Seluruh limbah ini dapat
berpotensi menimbulkan infeksi. Limbah residu insinerasi dapat dikategorikan
sebagai limbah berbahaya bila insinerator sebuah rumah sakit tidak sesuai dengan
kriteria, atau tidak dioperasikan sesuai dengan kriteria. Limbah dari pelayanan
kesehatan seperti Rumah Sakit dapat diklasifikasikan dalam kategori utama, yaitu:
1. Limbah umum: sejenis limbah domestik, bahan pengemas, makanan binatang
non-infeksius, limbah dari cuci serta materi lain yang tidak membutuhkan
penanganan spesial atau tidak membahayakan kesehatan manusia serta
lingkungan
2. Limbah patologis (jaringan manusia): terdiri dari jaringan-jaringan, organ,
bagian tubuh, plesenta, bangkai binatang, darah dan cairan tubuh.
3. Limbah radioaktif: berupa padat, cair maupun gas yang terkontaminasi dengan
radionuklisida, dan dihasilkan dari analisis in-vitro terhadap jaringan tubuh dan
cairan, atau analisis in-vitro terhadap organ tubuh dalam pelacakannya atau
lokalisasi tumor, maupun dihasilkan dari prosedur terapi
4. Limbah kimiawi: berupa padatan, cairan maupun gas misalnya berasal dari
pekerjaan diagnostik atau penelitian, pembersihan atau pemeliharaan atau
prosedur desinfeksi. Perlakuan terhadap limbah ini sama seperti limbah
berbahaya misalnya obat-obat sitotoksik. Limbah kimiawi yang tidak
berbahaya misalnya gula, asam amino, garam-garam organik lainnya.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
62
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

5. Limbah berpotensi menular (infeksius): mengandung mikroorganisme patogen


yang dilihat dari konsentrasi dan kuantitasnya bila terpapar pada manusia maka
dapat menimbulkan penyakit. Kategori yang termasuk limbah ini antara lain
jaringan dan agen-agen infeksi dari kegiatan laboratorium, dari ruang bedah
atau dari autopsi pasien yang mempunyai penyakit menular atau dari pasien
yang diisolasi atau materi yang terkontak dengan pasien yang menjalani
hemodialisis (tabung, filter, serbet, gaun, sarung tangan).
6. Limbah farmasi (obat-obatan): produk-produk kefarmasian, obat-obatan dan
bahan kimiawi yang kadarluarsa, bahan-bahan yang dikembalikan dari ruangan
isolasi pasien, atau yang terkontaminasi dan harus dibuang karena sudah tidak
digunakan lagi.
7. Limbah sitotoksik: bahan yang terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama
peracikan, pengangkutan atau selama tata laksana terapi dengan sitotoksik.
8. Kontainer dalam tekanan: seperti yang digunakan untuk peragaan atau
pengajaran, tabung yang mengandung gas dan aerosol yang dapat meledak bila
diinsinerasi atau bila mengalami kerusakan karena kecelakaan (tertusuk dan
sebagainya).
9. Benda-benda tajam yang biasa digunakan dalam kegiatan Rumah Sakit: jarum
suntik, syringe, gunting, pisau, kaca pecah, gunting kuku dan sebagainya yang
dapat menyebabkan orang tertusuk (luka) dan terjadi infeksi. Benda-benda ini
dapat terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan
sitotoksik.
Dari jenis limbah klinis tersebut yang membutuhkan perhatian sangat
khusus adalah limbah yang dapat menyebabkan penyakit (waste) atau limbah
biomedis, diantaranya:
1. Limbah human anatomical: Jaringan tubuh manusia hasil amputasi.
2. Limbah laboratorium mikrobiologi: jaringan tubuh, mikroorganisme, vaksin
atau peralatan laboratorium yang terkontak dengan bahan-bahan tersebut.
3. Limbah darah dan cairan manusia atau bahan/peralatan yang terkontaminasi,
tidak termasuk dalam kategori ini adalah urin dan tinja
4. Limbah-limbah benda tajam seperti jarum suntik, gunting, pecahan kaca.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
63
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Limbah dari Rumah Sakit berdasarkan konsistensinya dapat dibedakan


menjadi 2 yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat rumah sakit adalah
semua limbah Rumah Sakit yang berbentuk padat yang terdiri dari limbah medis
padat dan non medis. Limbah medis padat sendiri merupakan limbah padat yang
terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah sitotoksik dan limbah benda
tajam.
Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari
tindakan selain tindakan medis. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk
tinja yang berasal dari kegiatan Rumah Sakit yang kemungkinan mengandung
mikrobia, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
Menurut Sudarmadji (2002) suatu komponen lingkungan dapat dikatakan
tercemar apabila mengandung zat pengotor/pencemaran pada konsentrasi tertentu.
Zat pencemar tersebut antara lain:
1. Zat Tersuspensi
Zat tersuspensi lazimnya terdiri dari zat organik dan anorganik yang
melayang di dalam air. Secara fisik zat tersuspensi ini sebagai penyebab
kekeruhan air. Apabila zat tersuspensi tersebut merupakan zat organik
biodegradable maka zat tersuspensi ini sebagai penyebab tidak efektifnya
proses tersebut karena mikroorganisme dapat tinggal di dalam zat tersuspensi
sehingga kontak antara sisa khlor (disinfectant) dengan mikroorganisme tidak
terjadi.
2. Biological Oxygen Demand (BOD)
BOD didefinisikan sebagai jumlah atau banyak oksigen (O2) terlarut
yang dikonsumsi oleh mikroorganisme aerobik untuk merombak zat organik
biodegradable menjadi zat dengan bentuk sederhana selama 5 hari dan suhu
20°C akan mati.
Semakin tinggi BOD maka akan banyak O2 terlarut yang hilang,
sehingga apabila O2 terlarut pada badan air atau limbah yang bersangkutan
habis, mikroorganisme akan melanjutkan perombakan anaerobic atau proses
pembusukan. Sebagai indikator adanya proses perombakan anaerobic ini
adalah timbulnya bau busuk yang semakin lama semakin menyengat.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
64
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

3. Chemical Oxygen Demand (COD)


COD didefinisikan sebagai jumlah atau banyaknya O2 yang
diperlukan untuk merombak zat organik dengan mempergunakan zat kimia
K2 (CrO7) di dalam asam (H2SO4) pada suhu dan waktu tertentu. Semakin
tinggi COD maka akan semakin tinggi pula tingkat pencemaran yang ada.
COD memberikan informasi yang lebih banyak dari pada BOD karena zat
yang dirombak oleh bikhromat tidak hanya zat organik saja, namun termasuk
zat anorganik, reduktor dan zat tersuspensi kecuali unsur nitrogen seperti
ammonia (NH3) nitrit (NO2).
4. Minyak dan Lemak
Parameter minyak-lemak cerminan dari beberapa unsur minyak dan
lemak yang terkandung di dalam limbah cair maupun badan air. Parameter ini
sesungguhnya agak kasar karena disamping tidak dapat menunjukan masing-
masing unsur. Adanya minyak-lemak pada badan air akan menghambat
proses aerasi sehingga hal ini akan mengakibatkan timbulnya proses
degradasi anaerobik yang menimbulkan bau busuk disamping itu mematikan
ikan.
Di dalam saluran pengolahan limbah minyak dan lemak akan
menyebabkan kebutuhan dan mematikan mikroorganisme aerob dan anaerob
sehingga proses bio-treatment pada instalasi pengolahan limbah akan gagal.
5. Phenol
Phenol terdapat pada limbah cair pengilangan minyak, industri kimia,
proses hidrolisis, degradasi mikrobiologis. Phenol meracuni ikan maupun
organisme yang menjadi makanan ikan pada badan air, toksisitas phenol di
dalam badan air akan meningkat apabila O2 terlarut rendah, salinitas
meningkat dan suhu meningkat.
6. Deterjen
Detergen sering disebut juga surface active agent atau surfactant
dalam air detergen tersebut pada permukaan air dan mempunyai sifat
menghilangkan tegangan permukaan pada air dan menimbulkan buih.
Terdapat 2 macam detergen yaitu detergen anion (tetra propyl benzene

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
65
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

trimetyil ammonium bromide, CTAB) namun dipasarkan detergen anion lebih


banyak dikonsumsi karena mudah di rombak oleh mikroorganisme, sehingga
tidak terlarut mencemari lingkungan.
7. Amonia, Nitrit dan Nitrat
Ketiga senyawa nitrogen tersebut mempunyai keterikatan satu sama
lain, karena ketiganya berasal dari degradasi mikrobiologis dari nitrogen
organic yang membentuk ammonia, nitrit dan akhirnya nitrat.
8. Sulfida
Sulfida lazimnya berupa gas H2S yang larut dalam air. Sulfida terlalu
tinggi pada limbah cair akan menyebabkan pertumbuhan bakteri belerang
sangat pesat. Hal ini dapat mengakibatkan korosi pada pasangan beton dan
logam. Sulfida yang larut dalam air sangat berbahaya pada binatang air
meskipun hal ini tergantung pula pada suhu, pH dan O2 larut.
9. Sianida
Sianida banyak terdapat pada limbah industri seperti pelapisan logam
(electroplating), baja dan lain-lain. Sianida merupakan zat kimia beracun
terutama pada kehidupan air meski pada konsentrasi rendah sekalipun, karena
sianida akan menggangu metabolisme O2 dengan menghambat aktivitas
enzim chytochrome oxidase.
10. Logam Berat
Beberapa logam berat seperti halnya cadmium (Cd), chromium (Cr),
timbal (Pb), dan merkuri (Hg) merupakan zat kimia yang sangat beracun dan
keberadaannya di dalam cair, padat maupun pada air bersih dan air minum
harus di batasi dan diawasi dengan ketat.
11. Bakteri Patogen
Bakteri patogen adalah bakteri yang menimbulkan penyakit, maka
bakteri tersebutharus dihindari. Limbah cair yang terutama berasal dari
aktivitas rumah tangga, hotel, Rumah Sakit dan laboratorium kesehatan
sangat potensial mengandung bakteri patogen, oleh sebab itu limbah dari
kegiatan tersebut harus di awasi pembuangannya agar tidak menjadi sumber
penyakit, terlebih limbah tersebut dibuang ke perairan yang dimanfaatkan
sehari-hari, irigasi, perikanan dan sebagainya.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
66
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

BAB III
TINJAUAN TEMPAT PTAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

A. Tinjauan Umum tentang RSD dr. Soebandi


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat.
Rumah Sakit Daerah (RSD) dr. Soebandi merupakan Rumah Sakit
pendidikan daerah tipe B. RSD dr. Soebandi berlokasi di jalan dr. Soebandi,
kelurahan Patrang, kabupaten Jember. RSD dr. Soebandi sebelum tahun 1963
berada di jalan Nusa Indah yang sekarang menjadi Rumah Sakit Paru. Kemudian
rumah sakit ini pindah kelokasi yang baru yaitu di Jalan dr. Soebandi nomor 124
Kelurahan/Kecamatan Patrang, yang telah disediakan lahan tanah dan bangunan
yang cukup untuk pengembangan rumah sakit. Luas tanah RSD dr. Soebandi
Jember seluruhnya 43.722.00 m2, sedangkan luas gedung/bangunan hanya
menempati sepertiga lahan tersebut yaitu 14.776,67m2. RSD dr. Soebandi
merupakan Rumah Sakit tipe B Pendidikan yang ditetapkan sesuai Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor: 1097/Menkes/SK/IX/2002. Berdasarkan Peraturan
Bupati Jember Nomor 70 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah
Sakit Daerah dr. Soebandi, Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi adalah suatu sarana
kesehatan yang berada di lingkungan pemerintahan kabupaten Jember yang
bertanggung jawab langsung kepada Bupati.
Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi merupakan Rumah Sakit rujukan untuk
daerah Jawa Timur bagian timur yang meliputi kabupaten Banyuwangi,
Bondowoso, Situbondo, Probolinggo dan Lumajang. Rumah Sakit Daerah dr.
Soebandi sebelumnya merupakan Rumah Sakit tipe B non pendidikan yang
sekarang berubah menjadi Rumah Sakit Daerah tipe B pendidikan, Rumah Sakit
Daerah dr. Soebandi menjadi rujukan tempat pendidikan dan pelatihan bagi tenaga
kesehatan seperti dokter, Apoteker, perawat dan bidan baik dari daerah

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
67
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

karesidenan Besuki maupun wilayah lain.


Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005, rumah sakit
pemerintah daerah mengalami perubahan menjadi BLU (Badan Layanan Umum).
Pertanggung jawaban keuangan tidak lagi kepada Departemen Kesehatan tetapi
kepada Departemen Keuangan, sehingga harus mengikuti standar akuntansi
keuangan yang pengelolaannya mengacup ada prinsip- prinsip akuntabilitas
transparansi dan efisiensi. Rumah Sakit Pemerintah Daerah yang telah menjadi
BLU menggunakan standar pelayanan minimum yang ditetapkan oleh menteri
pimpinan lembaga Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya,
dengan mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan,
biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan. Dalam hal ini Rumah Sakit
Daerah dr. Soebandi merupakan BLU (Badan Layanan Umum) dengan standar
pelayanan minimal ditetapkan oleh kepala daerah dengan peraturan kepala daerah.
Standar pelayanan minimal harus memenuhi persyaratan, yaitu sebagai
berikut:
a. Fokus pada jenis pelayanan, dalam arti mengutamakan kegiatan pelayanan
yang menunjang terwujudnya tugas dan fungsi BLU/BLUD.
b. Terukur, merupakan kegiatan yang pencapaiannya dapat dinilai sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
c. Dapat dicapai, merupakan kegiatan nyata yang dapat dihitung tingkat
pencapaiannya, rasional sesuai kemampuan dan tingkat pemanfaatannya.
d. Relevan dan dapat diandalkan, merupakan kegiatan yang sejalan, berkaitan
dan dapat dipercaya untuk menunjang tugas dan fungsi BLU/BLUD.
e. Tepat waktu, merupakan kesesuaian jadwal dan kegiatan pelayanan yang telah
ditetapkan.

B. Visi, Misi, Motto dan Fungsi RSD dr. Soebandi


1. Visi
Menjadi Rumah Sakit pendidikan yang bermutu, mandiri, dan menjadi
pilihan utama masyarakat.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
68
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

2. Misi
a. Menyelenggarakan pelayanan Rumah Sakit yang bermutu, berorientasi
pada kepuasan pelanggan yang menjadi pilihan utama masyarakat.
b. Melaksanakan fungsi Rumah Sakit pendidikan yang berbasis pada ilmu
dan teknologi kedokteran.
c. Menjalin kemitraan untuk mencapai kemandirian Rumah Sakit.
d. Menjadi Rumah Sakit pusat rujukan wilayah Jawa Timur bagian timur.
3. Motto
Pelayanan cepat, tepat, bermutu dan manusiawi.
4. Fungsi
a. Pelaksana pelayanan medis, penunjang medis dan non medis
b. Pelaksana pelayanan dan asuhan keperawatan.
c. Pelaksana pelayanan rujukan.
d. Pelaksana pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan.
e. Pelaksana penelitian dan pengembangan kesehatan.

C. Akreditasi Rumah Sakit


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 12 Tahun 2012
Akreditasi Rumah Sakit adalah pengakuan terhadap Rumah Sakit yang diberikan
oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi (Komite Akreditasi Rumah
Sakit/KARS) yang ditetapkan oleh Menteri setelah dinilai bahwa Rumah Sakit itu
memenuhi Standar Pelayanan Rumah Sakit yang berlaku untuk meningkatkan
mutu pelayanan Rumah Sakit secara berkesinambungan.
Status akreditasi Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi berdasarkan akreditasi
versi 2012 yang dilaksanakan pada tahun 2016 status kelulusannya adalah
paripurna. Hal ini menunjukkan RSD dr. Soebandi telah memenuhi rata-rata
standar pelayanan dengan nilai lebih dari 80 % yang terdiri dari 15 standar
dengan 1300 elemen penilaian. Sebagai rumah sakit yang dijadikan rujukan, RSD
dr. Soebandi diharapkan mampu mempertahankan kualitas layanannya. Ini di
buktikan dengan berhasil mempertahankan status penilaian paripurna pada
reakreditasi atau survei verifikasi yang ke 2 pada bulan September 2018.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
69
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Akreditasi RSD dr. Soebandi akan berakhir pada tahun 2019, kemudian
akan melakukan reakreditasi menggunakan versi SNARS 2018 yang memiliki 16
BAB penilaian. Apabila tidak melakukan reakreditasi, maka izin operasional
rumah sakit akan dicabut dan tidak bisa melakukan perpanjangan kerjasama
dengan BPJS. Karena itu, staf RSD dr. Soebandi berusaha mempertahankan
statusnya pada akreditasi SNARS 2019.
Penyelanggaraan akreditasi meliputi persiapan akreditasi, bimbingan
akreditasi, pelaksanaan akreditasi dan kegiatan pasca akreditasi. Persiapan
meliputi pemenuhan standar dan penilaian mandiri. Bimbingan akreditasi
merupakan proses pembinaan dalam rangka meningkatkan kinerja rumah sakit.
Pelaksanaan meliputi survei akreditasi dan penetapan status akreditasi. Kegiatan
pasca akreditasi dilakukan survei verifikasi.

D. Struktur Organisasi RSD Dr. Soebandi


1. Struktur Organisasi RSD dr. Soebandi
Organisasi RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember sesuai Peraturan Bupati
Nomor 70 Tahun 2009 adalah sebagai berikut:
a. Direktur
b. Wadir Umum dan Keuangan Membawahi:
a) Kabag Umum terdiri dari:
1. Sub Bagian Tata Usaha
2. Sub Bagian Rumah Tangga
b) Kabag Perencanaan terdiri dari:
1. Sub Bagian Penyusunan Program dan Anggaran
2. Sub Bagian Monitoring dan Evaluasi
c) Kabag Keuangan dan Akuntansi terdiri dari:
1. Sub Bagian Perbandaharaan
2. Sub Bagian Mobilasasi Dana
3. Sub Bagian Akuntansi dan Verifikasi
c. Wadir Pelayanan membawahi:
a) Kabid Pelayanan Medik dan Penunjang Medik terdiri dari:

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
70
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

1. Ka Seksi Pelayanan Medik


2. Ka Seksi Penunjang Medik
b) Kabid Keperawatan terdiri dari:
1. Ka Seksi Asuhan dan Profesi Keperawatan
2. Ka Seksi Logistik Keperawatan
d. Wadir SDM dan Pendidikan Membawahi:
a) Kabid SDM terdiri dari:
1. Ka Seksi Administrasi Kepegawaian
2. Ka Seksi Pengembangan SDM
b) Kabid Diklat terdiri dari:
1. Ka Seksi Diklat Medik
2. Ka Seksi Diklat Non Medik

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
71
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Gambar 4. Struktur Organisasi RSD dr. Soebandi Jember

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
72
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

E. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi RSD dr. Soebandi


Berdasarkan Peraturan Bupati Jember tentang Tugas Pokok dan Fungsi
organisasi Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi Jember adalah sebagai berikut:
a. Direktur
Direktur mempunyai tugas memimpin, menyusun kebijaksanaan
pelaksanaan, membina pelaksanaan, mengkoordinasikan serta mengawasi dan
pengendalian pelaksanaan tugasrumah sakit sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
b. Wakil Direktur Umum dan Keuangan
Wakil Direktur Umum dan Keuangan mempunyai tugas melaksanakan
kegiatan, memimpin, menggerakkan, merencanakan program, membina,
mengawasi penyelenggaraan kegiatan bidang umum, keuangan, akuntansi
rumah sakit dan tugas lain yang diberikan oleh Direktur.
Wakil Direktur Umum dan Keuangan membawahi:
1) Bagian Umum
Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
protokoler ketatausahaan yang meliputi tata usaha kepegawaian,
perlengkapan, surat menyurat, kearsipan dan urusan rumah tangga dan
tugas lain yang diberikan oleh Wakil Direktur Umum dan Keuangan.
Bagian Umum mempunyai fungsi:
- Pelaksanaan urusan ketatausahaan
- Pelaksanaan urusan kepegawaiaan
- Pelaksanaan urusan rumah tangga dan perlengkapan
Bagian Umum terdiri dari:
a) Sub Bagian Tata Usaha
b) Sub Bagian Rumah Tangga
Sub Bagian Rumah Tangga mempunyai tugas menyusun
rencana kebutuhan memelihara perlengkapan kantor,
mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Bendahara Non Medis,
mengurus keamanan, ketertiban dan tugas lain yang diberikan oleh
Kepala Bagian Umum.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
73
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Sub Bagian Rumah Tangga mempunyai fungsi:


- Penyusunan rencana kebutuhan dan memelihara perlengkapan
kantor termasuk kendaraan dinas dan barang inventaris rumah
sakit
- Pengkoordinasian pelaksanaan tugas Bendahara Non Medis
- Pengurusan keamanan dan ketertiban rumah sakit
c) Sub Bagian Tata Usaha
Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan
surat menyurat, kearsipan, kegiatan protokoler, mengurus
perjalanan dinas dan tugas lain yang diberikan oleh kepala Bagian
Umum.
Sub Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi:
- Pelaksanaan urusan surat menyurat, pengetikan, penggandaan
dan tata kerasipan
- Pelaksanakan kegiatan protokoler
- Pengurusan perjalan dinas
2) Bagian Perencanaan
Bagian Perencanaan mempunyai tugas menyelenggarakan
penyusunan perencanaan dan program, laporan, mengolah data rekam
medis dan tugas lain yang diberikan oleh Wakil Direktur Umum dan
Keuangan.
Bagian Perencanaan mempunyai fungsi:
- Pelaksanaan koordinasi dalam menyusun rencana program, kegiatan,
dan anggaran pendapatan dan belanja rumah sakit
- Pengolahan data rekam medis, evaluasi data rumah sakit, dan
penyusunan laporan kinerja rumah sakit
Bagian Perencanaan terdiri dari:
a) Sub Bagian Penyusunan Program dan Anggaran
Sub Bagian Penyusunan Program dan Anggaran
mempunyai tugas menghimpun, mengkaji, mengkoordinasi data
penyusunan rencana/perubahan rencana program kegiatan dan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
74
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

anggaran pendapatan dan belanja Rumah Sakit, Rencana Kegiatan


dan Anggaran, Dokumen PelaksanaanAnggaran, Perubahan
Anggaran Keuangan dan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Bagian Perencanaan.
Sub Bagian Penyusunan Program dan Anggaran
mempunyai fungsi:
- Penghimpunan dan pengkajian data dalam rangka persiapan
penyusunan rencana/perubahan rencana program, kegiatan serta
anggaran pendapatan dan belanja rumah sakit
- Pengkoordinasian penyusunan rencana/perubahan rencana
program, kegiatan, serta anggaran pendapatan dan belanja
rumah sakit
- Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA),
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA), perubahan anggaran
keuangan (PAK) dan/atau dokumen sejenis
b) Sub Bagian Monitoring dan Evaluasi
Sub Bagian Monitoring dan Evaluasi mempunyai tugas
menghimpun, mengolah dan memelihara semua data kinerja rumah
sakit, melaksanakan kegiatan pengolahan dan penyusunan laporan
kinerja rumah sakit, informasi/data tentang program dan kegiatan
rumah sakit bagi yang membutuhkan tugas lain yang diberikan
oleh Kepala Bagian Perencanaan.
Sub bagian Monitoring dan Evaluasi mempunyai fungsi:
- Penghimpunan, pengolahan, dan pemeliharaan semua data
kinerja rumah sakit
- Pelaksanaan kegiatan pengolahan dan penyusunan laporan
kinerja rumah sakit
- Penyajian informasi/data tentang program dan kegiatan rumah
sakit bagi yang membutuhkan
3) Bagian Keuangan dan Akuntansi
Bagian Keuangan dan Akuntansi mempunyai tugas menyiapkan
bahan untuk penyusunan rencana/perubahan rencana anggaran pendapatan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
75
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

dan belanja, melaksanakan pengelolaan keuangan, melaksanakan


akuntansi dan pelaporan keuangan rumah sakit sesuai ketentuan/standar
yang ditetapkan Pemerintah dan tugas lain yang diberikan oleh Wakil
Direktur Umum dan Keuangan.
Bagian Keuangan dan Akuntansi mempunyai fungsi:
- Penyiapan bahan dalam rangka penyusunan rencana/perubahan
anggaran pendapatan dan belanja rumah sakit
- Pelaksanaan pengelolaan keuangan dan mobilisasi dana
- Pelaksanaan verifikasi, akuntansi, analisis, dan laporan pertanggung
jawaban keuangan rumah sakit.
Bagian Keuangan dan Akuntansi terdiri dari:
a) Sub Bagian Perbendaharaan
Sub Bagian Perbendaharaan mempunyai tugas
menyelenggarakan kegiatan pengelolaan anggaran
belanja/pengeluaran rumah sakit melaksanakan
pencatatan/pembukuan transaksi anggaran belanja/pengeluaran
rumah sakit sesuai ketentuan/pedoman pengelolaan keuangan
daerah, mengkoordinasikan pelaksanaan tugas bendahara gaji dan
bendahara pengeluaran, menyusun laporan realisasi pelaksanaan
anggaran rumah sakit dan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Bagian Keuangan dan Akuntansi.
Sub Bagian Perbendaharaan mempunyai fungsi:
- Penyelenggaraan kegiatan pengelolaan anggaran
belanja/pengeluaran rumah sakit
- Pelaksanaan pencatatan/pembukuan transaksi anggaran
belanja/pengeluaran rumah sakit sesuai ketentuan/pedoman
pengelolaan keuangan daerah
- Pengkoordinasian pelaksanaan tugas bendahara gaji dan
bendahara pengeluaran
- Penyusunan laporan realisasi pelaksanaan anggaran rumah sakit

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
76
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

b) Sub Bagian Mobilisasi Dana


Sub Bagian Mobilisasi Dana mempunyai tugas mengolah
dan memobilisasi dana yang diperoleh dari pelayanan dan jasa
rumah sakit, menyiapkan bahan koordinasi atau kerjasama dengan
instansi/lembaga lain dalam penggalian dana rumah sakit,
mengkoordinasikan pelaksanakan tugas Bendahara Penerimaan dan
tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian Keuangan dan
Akuntansi.
Sub Bagian Mobilisasi Dana mempunyai fungsi:
- Pengolahan dan pemobilisasian dana yang diperoleh dari
pelayanan dan jasa rumah sakit
- Penyiapan bahan koordinasi atau kerjasama dengan
instanasi/lembaga lain dalam penggalian dana rumah sakit
- Penyusunan laporan hasil mobilisasi dana rumah sakit
- Pengkoordinasian pelaksanaan tugas Bendahara Penerimaan
c) Sub Bagian Akuntansi dan Verifikasi
Sub Bagian Akuntansi dan Verifikasi mempunyai tugas
melaksanakan verifikasi dokumen-dokumen dalam rangka
pengeluaran anggaran belanja, menyelenggarakan proses
pencatatan, peringkasan dan pengklasifikasian transaksi keuangan,
melakukan analisis dan mengusulkan perbaikan pengelolaan
keuangan, menyiapkan laporan keuangan dan managemen rumah
sakit dan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian Keuangan
dan Akuntansi.
Sub Bagian Akuntansi dan Verifikasi mempunyai fungsi:
- Pelaksanaan verifikasi dokumen dalam rangka pengeluaran
anggaran belanja rumah sakit
- Penyelenggaraan proses pencatatan, peringkasan dan
pengklasifikasian transaksi keuangan rumah sakit
- Penganalisisan dan pengusulan perbaikan pengelolaan
keuangan rumah sakit
- Penyiapan laporan keuangan dan managemen rumah sakit

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
77
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

c. Wakil Direktur Pelayanan


Wakil Direktur Pelayanan mempunyai tugas memimpin, membina,
merencanakan program, mengawasi penyelenggaraan kegiatan pelayanan
medis meliputi rawat jalan, rawat inap, rawat darurat, rawat intensif, bedah
sentral, rehabilitasi medis, perawatan jenazah dan pelayanan penunjang medis
meliputi patologi klinik, patologi anatomi, farmasi, radiologi, anestesi, gizi
serta sterilisasi sentral dan tugas lain yang diberikan oleh Direktur.
Wakil Direktur Pelayanan membawahi:
a. Bidang Pelayanan dan Penunjang Medik
Bidang Pelayanan dan Penunjang Medik mempunyai tugas
mengkoordinasikan semua kebutuhan pelayanan medis, melaksanakan
pemantauan dan pengawasan penggunaan fasilitas, kegiatan pelayanan
medism serta penerimaan dan pemulangan pasien, kebutuhan penunjang
medis, melaksanakan pemantauan dan pengawasan penggunaan fasilitas
penunjang medis dan tugas lain yang diberikan oleh Wakil Direktur
Pelayanan.
Bidang Pelayanan dan Penunjang Medik mempunyai fungsi:
- Pelaksanaan koordinasi rencana kebutuhan pelayanan medis;
- Pelaksanaan pemantauan/pengawasan penggunaan fasilitas dan kegiatan
pelayanan medis; dan
- Pelaksanaan pengawasan serta pengendalian penerimaan dan
pemulangan pasien.
Bidang Pelayanan dan Penunjang Medik, terdiri dari:
a) Seksi Pelayanan Medik
Seksi Pelayanan Medik mempunyai tugas menyiapkan bahan dan
mengkoordinasikan kebutuhan pelayanan medis, memantau, mengawasi,
menilai kegiatan pelayanan medis, pemulangan pasien dan tugas lain
yang diberikan oleh Kepala Bidang Pelayanan dan Penunjang Medik.
Seksi Pelayanan Medik mempunyai fungsi:
- Penyiapan bahan dan pengkoordinasian kebutuhan pelayanan medis
- Pelaksanaan pemantauan, pengawasan dan penilaian kegiatan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
78
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

pelayanan medis
- Pelaksanaan pemantauan dan pengawasan penerimaan serta
pemulangan pasien
b) Seksi Penunjang Medik
Seksi Penunjang Medik mempunyai tugas memantau dan
mengawasi pengguunaan fasilitas penunjang medis, menilai penunjang
medis pada pasien, memantau terhadap kegiatan penunjang medis,
melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pelayanan
dan Penunjang Medik.
Seksi Penunjang Medik mempunyai fungsi:
- Pemantauan dan pengawasan penggunaan fasilitas penunjang medis
- Pengawasan dan penilaian penunjang medis pada pasien
- Pemantauan terhadap kegiatan penunjang medis
- Pengawasan pemeliharaan, serta perbaikan fasilitas penunjang
medis
b. Bidang Keperawatan
Bidang Keperawatan mempunyai tugas melakukan koordinasi,
mengatur, mengendalikan kegiatan asuhan keperawatan, kebutuhan
perlengkapan dan fasilitas keperawatan, pembinaan dan melakukan
bimbingan pelaksanaan asuhan keperawatan dan tugas lain yang diberikan
oleh Wakil Direktur Pelayanan.
Bidang Keperawatan mempunyai fungsi:
- Pelaksanaan koordinasi perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana
kegiatan, asuhan keperawatan
- Pelaksanaan pengawasan, pemantauan kegiatan asuhan keperawatan
dan perawatan jenazah
Bidang Keperawatan terdiri dari:
a) Seksi Asuhan dan Profesi Keperawatan
Seksi Asuhan dan Profesi Keperawatan mempunyai tugas
menyiapkan bahan dan menyusun rencana peningkatan asuhan
keperawatan, memantau keperawatan dalam rangka asuhan keperawatan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
79
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

sesuai dengan standar, melaksanakan kegiatan untuk pengembangan


profesi keperawatan dan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang
Keperawatan.
Seksi Asuhan dan Profesi Keperawatan mempunyai fungsi:
- Menyiapkan bahan dan menyusun rencana peningkatan asuhan
keperawatan
- Pemantauan keperawatan dalam rangka asuhan keperawatan sesuai
dengan standar
- Pelaksanaan kegiatan untuk pengembangan profesi keperawatan
b) Seksi Logistik Keperawatan
Seksi Logistik, Keperawatan mempunyai tugas merencanakan
kebutuhan peralatan keperawatan, menyiapkan kebutuhan dan mengatur
peralatan keperawatan, melaksanakan pemantauan dan evaluasi
pemanfaatan peralatan keperawatan dan tugas lain yang diberikan oleh
Kepala Bidang Keperawatan.
Seksi Logistik Keperawatan mempunyai fungsi:
- Perencanaan kebutuhan peralatan keperawatan
- Penyiapan kebutuhan dan mengatur peralatan keperawatan
- Pemantauan dan pengevaluasian pemanfaatan peralatan keperawatan
4) Wakil Direktur Sumber Daya Manusia dan Pendidikan
Wakil Direktur Sumber Daya Manusia dan Pendidikan mempunyai
tugas memimpin, membina, merencanakan program, mengawasi
penyelenggaraan kegiatan bidang pendidikan dan pelatihan, penelitian dan
pengembangan kesehatan, serta administrasi kepegawaian.
Wakil Direktur Sumber Daya Manusia dan Pendidikan membawahi:
a) Bidang Sumber Daya Manusia
Bidang Sumber Daya Manusia mempunyai tugas melaksanakan
administrasi, koordinasi rencana kebutuhan peningkatan kepegawaian dan
pengembangan sumber daya manusia, memantau dan mengawasi kegiatan
peningkatan kepegawaian dan pengembangan sumber daya manusia dan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
80
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

tugas lain yang diberikan oleh Wakil Direktur Sumber Daya Manusia dan
Pendidikan.
Bidang Sumber Daya Manusia mempunyai fungsi:
- Pelaksanaan administrasi, koordinasi rencana kebutuhan peningkatan
kepegawaian dan pengembangan sumber daya manusia
- Pemantauan dan pengawasan kegiatan peningkatan kepegawaian dan
pengembangan sumber daya manusia.
Bidang Sumber Daya Manusia terdiri dari:
✓ Seksi Administrasi Kepegawaian
Seksi Administrasi Kepegawaian mempunyai tugas menyusun dan
memelihara data perencanaan serta pengembangan pegawai, menyiapkan
bahan dan memproses pengangkatan, penempatan dalam jabatan,
hukuman jabatan, pemberhentian, pemindahan, cuti, bebas tugas,
kenaikan gaji berkala dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
kepegawaian dan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Sumber
Daya Manusia.
Seksi Administrasi Kepegawaian mempunyai fungsi:
- Penyusunan dan pemeliharaan data perencanaan serta pengembangan
pegawai
- Penyiapan bahan dan memproses pengangkatan, penempatan dalam
jabatan, hukuman jabatan, pemberhentian, pemindahan, cuti, bebas
tugas, kenaikan gaji berkala dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan kepegawaian
✓ Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia
Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia mempunyai tugas
menyiapkan bahan dan melakukan upaya dalam meningkatkan dan
kedudukan hukum pegawai, menyiapkan dan menyusun perencanaan
pegawai untuk mengikuti penataran, kursus, tugas belajar dan lainnya
yang berhubungan dengan peningkatan mutu dan ketrampilan serta
pengembangan karier pegawai dan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Bidang Sumber Daya Manusia.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
81
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia mempunyai fungsi:


- Penyiapan bahan dan pelaksanaan upaya dalam meningkatkan dan
kedudukan hukum pegawai
- Penyiapan dan penyusunan perencanaan pegawai untuk mengikuti
penataran, kursus, tugas belajar dan lainnya yang berhubungan dengan
peningkatan mutu dan ketramplan serta pengembangan karier pegawai
b) Bidang Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
Bidang Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas
mengkoordinasikan semua kebutuhan kegiatan pendidikan, pelatihan,
penelitian dan pengembangan serta melakukan bimbingan pelaksanaan,
pemantauan, pengawasan dan penilaian pelaksanaan kegiatan pendidikan,
pelatihan, penelitian dan pengembangan dan tugas lain yang diberikan oleh
Wakil Direktur Sumber Daya Manusia dan Pendidikan.
Bidang Pendidikan dan Pelatihan mempunyai fungsi:
- Pelaksanaan koordinasi rencana kebutuhan kegiatan pendidikan,
pelatihan, penelitian dan pengembangan
- Pelaksanaan bimbingan pendidikan, pelatihan dan penelitian
- Pelaksanaan pemantauan, pengawasan, penilallian pendidikan dan
pelatihan, dan penelitian
Bidang Pendidikan dan Pelatihan terdiri dari:
✓ Seksi Diklat Medik
Seksi Diklat Medik mempunyai tugas menyiapkan rencana
pendidikan dan pelatihan fungsional/profesi bagi tenaga medis,
melaksanakan bimbingan pendidikan dan pelatihan tenaga Medis,
melaksanakan pengawasan, pemantauan dan penilaian, pendidikan dan
pelatihan fungsional/profesi bagi tenaga medis, serta mahasiswa
kedokteran dan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pendidikan
dan Pelatihan.
Seksi Diklat Medik mempunyai fungsi:
- Pelaksanaan persiapan rencana pendidikan dan pelatihan
fungsional/profesi bagi tenaga medik

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
82
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

- Pelaksanaan bimbingan pendidikan dan pelatihan tenaga medik


- Pelaksanaan pengawasan, pemantauan dan penilaian, pendidikan dan
pelatihan fungsional/profesi bagi tenaga medis, serta mahasiswa
kedokteran
✓ Seksi Diklat Non Medik
Seksi Diklat Non Medik mempunyai tugas menyiapkan rencana
pendidikan dan pelatihan fungsional/profesi bagi tenaga non medis,
melaksanakan bimbingan pendidikan dan pelatihan tenaga non medis,
memantau dan mengawasi kegiatan penelitian dan pengembangan dan
tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan.
Seksi Diklat Non Medik mempunyai fungsi:
- Pelaksanaan persiapan rencana pendidikan dan pelatihan
fungsional/profesi bagi tenaga non medis
- Pelaksanaan bimbingan pendidikan dan pelatihan tenaga non medis
- Pemantauan dan pengawasan kegiatan penelitian dan pengembangan
5) Instalasi-Instalasi Yang terdiri dari:
a. Instalasi Rawat Inap, mempunyai tugas menyediakan semua fasilitas dan
kebutuhan untuk menyelenggarakan kegiatan bagi pelayanan pasien rawat
inap.
b. Instalasi Rawat Jalan, mempunyai tugas menyediakan semua fasilitas dan
kebutuhan untuk menyelenggarakan kegiatan bagi pelayanan pasien rawat
jalan.
c. Instalasi Gawat Darurat, mempunyai tugas menyediakan semua fasilitas dan
kebutuhan untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan gawat darurat
(emergency).
d. Instalasi Perawatan Intensif, mempunyai tugas menyediakan semua fasilitas
dan kebutuhan untuk menyelenggarakan kegiatan perawatan intensif.
e. Instalasi Perawatan Resiko Tinggi, mempunyai tugas menyediakan semua
fasilitas dan kebutuhan untuk menyelenggarakan kegiatan perawatan resiko
tinggi, yang terdiri dari Ruang Perinatologi, Ruang Bersalin dan Ruang
Nifas.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
83
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

f. Instalasi Pavilyun, mempunyai tugas untuk menyediakan semua fasilitas dan


kebutuhan untuk menyelenggarakan kegiatan bagi pelayanan pasien rawat
inap di Ruang Pavilyun.
g. Instalasi Bedah Sentral, mempunyai tugas untuk menyediakan semua
fasilitas dan kebutuhan untuk menyelenggarakan kegiatan pembedahan.
h. Instalasi Hemodialisa, mempunyai tugas untuk menyediakan semua fasilitas
dan kebutuhan dalam memberikan pelayanan haemodialisa atau cuci darah.
i. Instalasi Rehabilitasi Medis, mempunyai tugas menyediakan semua fasilitas
dan kebutuhan untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan pemulihan
kesehatan yang meliputi fisioterapi orthotic, prostetik, terapi wicara, terapi
okupasi.
j. Instalasi Radiologi, mempunyai tugas menyediakan semua fasilitas dan
kebutuhan untuk menyelenggarakan kegiatan penunjang diagnosa penyakit
melalui pemeriksaan radiologi dan pengobatan radioterapi.
k. Instalasi Laboratorium patologi klinik, mempunyai tugas menyediakan
fasilitas dan kebutuhan untuk menyelenggarakan kegiatan pemeriksaan
darah, urine, feses dan cairan tubuh.
l. Instalasi Laboratorium patologi anatomi, mempunyai tugas menyediakan
fasilitas dan kebutuhan untuk menyelenggarakan kegiatan di bidang patologi
anatomi untuk keperluan diagnosa yang dilakukan oleh tenaga/pegawai
dalam jabatan fungsional.
m. Instalasi Sterilisasi Sentral, mempunyai tugas menyediakan semua fasilitas
dan kebutuhan untuk menyelenggarakan kegiatan sterilisasi.
n. Instalasi Farmasi, mempunyai tugas menyediakan semua fasilitas dan
kebutuhan untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan obat, perbekalan
farmasi dan alat kesehatan.
o. Instalasi Gizi, mempunyai tugas menyediakan fasilitas dan kebutuhan serta
menyelenggarakan kegiatan pengelolaan, penyediaan dan penyaluran
makanan, terapi gizi dan konsultasi gizi.
p. Instalasi Pemeliharaan Sarana, mempunyai tugas menyediakan semua
fasilitas dan kebutuhan serta menyelenggarakan kegiatan pemeliharaan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
84
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

gedung, bangunan, prasarana jalan, perbaikan sarana peralatan medis.


q. Instalasi Penyehatan Lingkungan, mempunyai tugas menyediakan semua
fasilitas dan kebutuhan serta menyelenggarakan kegiatan pengelolaan
limbah, taman pagar, sanitasi, sterilisasi/desinfeksi, pengendalian binatang
pengganggu, penyehatan bangunan, kontrol terhadap makanan dan
minuman, air dan melakukan penyuluhan kesehatan lingkungan serta
kebersihan di rumah sakit dan lingkungan sekitarnya.
r. Instalasi Admisi dan Rekam Medis, mempunyai tugas melaksanakan
penerimaan pasien dan pengelolaan data rekam medis, pelayanan
administrasi, visum et repertum.
s. Instalasi Pengolahan Data Elektronik, mempunyai tugas mengumpulkan
data, mengolah dan menyajikan data melalui sistem informasi rumah sakit
(SIRS) serta memelihara jaringan sistem informasi.
t. Instalasi Humas dan PKRS, mempunyai tugas melaksanakan pemberian
informasi kepada pihak luar atau stakeholder tentang rumah sakit,
mengadakan promosi rumah sakit dan perilaku hidup bersih dan sehat
kepada masyarakat rumah sakit, memberikan pendidikan kepada pasien dan
keluarga tentang keselamatan pasien, hak dan kewajiban pasien, dan lain-
lain.
u. Instalasi Bina Ruhani, mempunyai tugas memberikan bimbingan dan
pendampingan secara ruhani dan spiritual bagi pasien dan keluarganya
sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing pasien.
v. Instalasi Perawatan dan Pemulasaran Jenazah, mempunyai tugas
melaksanakan kegiatan perawatan jenazah dan pemulasaran jenazah.

F. Tinjauan Umum Tentang Instalasi Farmasi RSD dr. Soebandi


1. Instalasi Farmasi RSD dr. Soebandi
Berdasarkan Peraturan Bupati Jember Nomor 70 Tahun 2008 tentang tata
kerja RSD dr. Soebandi. Instalasi Farmasi RSD dr. Soebandi adalah unit non
struktural dilingkungan RSD dr. Soebandi yang berada dibawah wakil direktur
pelayanan medis RSD dr. Soebandi bagian pelayanan dan penunjang medik, dan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
85
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

seksi penunjang medik. Instalasi farmasi dipimpin oleh seorang kepala dengan
sebutan Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu wakil direktur pelayanan
medis untuk menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan, mengawasi
dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di RSD dr. Soebandi.
1) Tujuan Instalasi Farmasi RSD dr. Soebandi Jember
Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi yaitu:
a. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik farmasi
b. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
c. Menyelenggarakan Pendidikan dan pelatihan dibidang farmasi
d. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium Rumah Sakit.
2) Fungsi Instalasi Farmasi RSD dr. Soebandi
Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi yaitu:
a. Melaksanakan kegiatan tata usaha untuk menunjang kegiatan instalasi
farmasi dan melaporkan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian.
b. Melaksanakan perencanaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan Rumah
Sakit Daerah dr. Soebandi serta melaksanakan evaluasi dan SIMRS (Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit) instalasi farmasi.
c. Melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian
perbekalan farmasi digudang instalasi farmasi.
d. Mendistribusikan perbekalan farmasi keseluruh satuan kerja/seluruh depo
farmasi di lingkungan Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi baik kebutuhan
pasien rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, kamar operasi dan instalasi
penunjang lainnya.
e. Melaksanakan fungsi pelayanan farmasi klinis.
f. Melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan dibidang farmasi.
3) Visi Instalasi Farmasi RSD dr. Soebandi
Instalasi Farmasi RSD dr. Soebandi yaitu Menjadi Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Pendidikan yang bermutu, mandiri dan menjadi pilihan utama
masyarakat.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
86
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

4) Misi Instalasi Farmasi RSD dr. Soebandi


Instalasi Farmasi RSD dr. Soebandi mempunya misi yaitu:
a. Menyelenggarakan pelayanan farmasi yang bermutu, berorientasi pada
kepuasan pelanggan dan menjadi pilihan utama masyarakat
b. Melaksanakan fungsi instalasi farmasi sebagai bagian dari rumah sakit
pendidikan yang berbasis pada ilmu kefarmasian
c. Menjalin kemitraan untuk untuk mencapai kemandirian Rumah Sakit
d. Menjadi Rumah Sakit pusat rujukan wilayah Jawa Timur bagian Timur.
5) Motto
Pelayanan farmasi yang cepat, tepat, bermutu, dan manusiawi.

G. Struktur Organisasi Instalasi Farfmasi RSD dr. Soebandi

KEPALA
INSTALASI
FARMASI

DEPO DEPO FARMASI DEPO FARMASI


DEPO FARMASI DEPO FARMASI DEPO FARMASI
LOGISTIK/GUDANG INSTALASI BEDAH GAWAT
RAWAT INAP RAWAT JALAN 1 RAWAT JALAN 2
FARMASI SENTRAL DARURAT

Gambar 5. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSD dr. Soebandi Jember

Sumber Daya Manusia:


a. Apoteker 14 orang: 1 orang (Kepala Instalasi Farmasi), 1 orang (Rawat Jalan 1
dan 2), 2 orang (Gudang), 8 orang (Rawat Inap), 1 orang (IGD), 1 orang (IBS).
b. Tenaga Teknis Kefarmasian 29 orang: 4 orang (IGD), 11 orang (Rawat Inap), 2
orang (Gudang), 7 orang (IBS), 5 orang (Rawat Jalan 1 dan 2)
c. Tenaga Administrasi 39 orang (Administrasi, SIM, Akuntansi, Reseptur,
Transporter, Operator)
Kantor IFRS terdiri dari:
1) Kepala Instalasi Farmasi
Kepala Instalasi Farmasi RSD dr. Soebandi mempunyai tugas
memimpin, menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan,
mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian antara

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
87
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

lain manajemen SDM, komoditi, adminsitrasi farmasi, mengkoordinasikan


dengan jajaran direksi secara vertikal dan horizontal dengan instalasi terkait
dan Panitia Farmasi dan Terapi, penanggung jawab dan koordinasi dengan
gudang farmasi serta depo-depo farmasi.
2) Bagian Administrasi dan Pelaporan
Bagian administrasi dan pelaporan Instalasi Farmasi RSD dr. Soebandi
mempunyai tugas untuk menerima resep, membuat etiket menginput pemintaan
barang, pelaporan penjualan dan re stock barang dari SIM RS dengan kartu stok
dicocokkan dengan fisik barang.
3) Staf Entri dan Klaim
Staf bagian entri dan klaim memiliki tugas yaitu melakukan
pengklaiman obat BPJS yang masuk ke dalam daftar obat kronis sesuai dengan
ketentuan klaim.
4) Ruang Instalasi Farmasi (Ruangan 162)
Tempat kegiatan dibuatnya Surat Pertanggung Jawaban (SPJ). Adapun
alur pembuatan SPJ adalah sebagai berikut: Gudang farmasi menerima barang
(obat dan alkes) melalui SP (Surat Pesanan) kemudian barang datang yang
disertai faktur. SP, faktur penjualan, kuitansi, surat pengiriman, faktur pajak,
dan SSP (Surat Setoran Pajak). Dibuatkan berita acara penerimaan barang pada
saat barang yang dientri diterima. Berkas tersebut kemudian masuk ke instalasi
farmasi (Ruangan 162) yang kemudian dilakukan pelengkapan berkas untuk
pembuatan SPJ. Selanjutnya diserahkan kebagian verifikasi untuk menilai
kelengkapan administrasi SPJ. Jika sudah lengkap maka dilakukan usulan
pembayaran kepada Wadir Keuangan.
5) Depo Gudang Farmasi RSD dr. Soebandi Jember
Depo Gudang Farmasi RSD dr. Soebandi bertugas pokok yang
dilaksanakan adalah mengkoordinasikan kegiatan penerimaan, penyimpanan
dan pendistribusian perbekalan farmasi meliputi penggunaan termasuk evaluasi
sampai dengan pelaporan.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
88
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

6) Depo Farmasi Rawat Jalan RSD dr. Soebandi Jember


Tugas pokok yang dilaksanakan pada Depo Farmasi Rawat Jalan adalah
pelayanan kefarmasian pasien BPJS (PBI dan Non PBI), asuransi swasta
(mandiri, KAI) dan umum meliputi skrining resep, menyiapkan obat sesuai
resep dan penyerahan obat kepada pasien disertai KIE. Kemudian menyusun
perencanaan mingguan, bulanan, triwulan sampai dengan pelaporan. Depo
Farmasi Rawat Jalan dibagi menjadi 2 yaitu Depo Farmasi Rawat Jalan 1 dan
Depo Farmasi Rawat Jalan 2 yang melayani poli berbeda.
7) Depo Farmasi Rawat Inap RSD dr. Soebandi Jember
Depo Farmasi Rawat Inap merupakan depo yang bertugas melayani
resep dari pasien rawat inap kelas 1, 2, 3 dan intensif dengan status umum,
BPJS (PBI dan non PBI), serta asuransi lainnya dengan jam pelayanan selama
24 jam. Kegiatan yang dilakukan di Depo Farmasi Rawat Inap meliputi
membuat perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan monitoring
perbekalan farmasi di depo rawat inap, pelayanan resep pasien rawat inap per
ruangan, pencatatan administrasi ke dalam SIM RS.
8) Depo Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSD dr. Soebandi Jember
Depo Farmasi IGD bertugas dalam penyediaan semua keperluan
perbekalan farmasi yang dibutuhkan untuk pelayanan emergency baik obat
maupun alkes. Tugas pokok yang dilaksanakan adalah pelayanan farmasi pada
Depo Farmasi IGD, menyusun perencanaan mingguan, bulanan, triwulan
sampai dengan pelaporan.
Depo Farmasi IGD fungsinya sangat penting karena menangani kasus-
kasus yang sifatnya segera ditangani, misalnya kecelakaan, atau pasien dengan
serangan akut. Pasien yang dilayani di IGD meliputi pasien rawat jalan dan
pasien rawat inap baik umum atau BPJS. Untuk pedoman pelayanan obat bagi
pasien BPJS sama seperti di depo lain di IFRS RSD dr. Soebandi Jember.
Apabila kondisi pasien memerlukan pemantauan lebih lanjut maka pasien
dipindahkan dari IGD ke bangsal perawatan (rawat inap).
Pelayanan perbekalan farmasi IGD dilakukan selama 24 jam dibagi
dalam 3 kali shift dengan tiap shift minimal terdapat satu orang Asisten

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
89
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Apoteker dan Reseptur. Pengelolaan Obat dan alkes di IGD meliputi


pengadaan, pengelolaan, distribusi dan monitoring. Agar pelayanan IGD yang
sifatnya sangat penting ini dapat terjaga dengan baik maka perlu dilakukan
pengelolaan perbekalan farmasi artinya perbekalan farmasi yang stoknya sudah
mulai menipis harus segera dilakukan permintaan barang kegudang IFRS. Agar
pengelolaan perbekalan farmasi dapat berjalan dengan baik, setiap perbekalan
farmasi diberi kartu stok dan setiap pemasukan dan pengeluaran barang harus
melakukan pencatatan pada kartu stok.
9) Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSD dr. Soebandi Jember
Depo Farmasi IBS dipimpin oleh 1 Apoteker dibantu oleh 4 Tenaga
Teknis Kefarmasian serta 4 Tenaga Administrasi yang bertugas dalam
penyediaan semua keperluan obat, Alkes dan Bahan Medis Habis Pakai yang
dibutuhkan selama operasi berlangsung. Kegiatan Depo Farmasi IBS antara
lain membuat perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan
monitoring perbekalan farmasi di IBS.
Kebijakan tentang paket obat untuk operasi yang meliputi paket obat
anestesi (paket general anestesi dan regional anestesi), paket obat untuk bedah
(bedah saraf, caesar, umum, bedah ortopedi, bedah urologi, obgyn, THT dan
mata) dengan kebijakan ini petugas farmasi di IBS dapat mempersiapkan
terlebih dahulu paket yang dibutuhkan untuk tiap operasi, sehingga waktu
pelayanan dapat lebih efektif.

H. Komite Farmasi Terapi (KFT)


Komite Farmasi Terapi (KFT) merupakan bagian yang kompeten dalam
pengusulan berbagai kebijaksanaan dalam pengelolaan dan penggunaan obat.
KFT berfungsi sebagai penghubung antara staf medis dan instalasi farmasi yang
merupakan satu-satunya unit pengelolaan perbekalan farmasi dirumah sakit. KFT
memiliki struktur organisasi yang terdiri dari dokter, Apoteker dan perawat yang
bertanggung jawab langsung kepada direktur.
a. Tugas dan Fungsi Komite Farmasi dan Terapi
1) Mengembangkan formularium di Rumah Sakit dan merevisinya. Pemilihan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
90
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

obat untuk dimasukkan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi


secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan produk
pada obat yang sama
2) Komite Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau
menolak produk obat baru atau obat yang diusulkan oleh anggota staf medis
3) Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan rumah sakit dan yang
termasuk dalam kategori khusus
4) Membantu Instalasi Farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap
kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di
Rumah Sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional
5) Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan
mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi.
Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus
penggunaan obat secara rasional
6) Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping
7) Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf
medis dan perawat
b. Kewajiban Komite Farmasi dan Terapi
1) Memberikan rekomendasi pada pimpinan rumah sakit untuk mencapai
budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional
2) Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosa dan terapi, formularium
rumah sakit, pedoman pengunaan antibiotik dan lain-lain
3) Melaksanakan pendidikan dalam bidang pengelolaan dan penggunaan obat
terhadap pihak-pihak yang terkait
4) Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat dan
memberikan umpan balik atas hasil pengkajian tersebut.

I. Instalasi Sterilisasi Sentral (ISS)


Instalasi Sterilisasi Sentral (ISS) atau Pusat Sterilisasi merupakan salah
satu dari mata rantai yang penting agar dapat mengendalikan infeksi dan
mempunyai peran dalam upaya menekan kejadian infeksi terutama infeksi

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
91
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

nosokomial, hal ini dikarenakan ISS adalah bagian dari institusi pelayanan
kesehatan di rumah sakit yang mengurus suplai dan peralatan bersih atau steril.
Pembentukan ISS berdasarkan Kebijakan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia menyatakan bahwa ISS merupakan salah satu upaya dalam
pengendalian infeksi di rumah sakit dan merupakan salah satu mata rantai yang
penting untuk Perencanaan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
Salah satu indikator baik atau tidaknya suatu rumah sakit dapat dilihat dari
tingkat penyebaran infeksi yang terjadi, semakin sedikit tingkat penyebaran
infeksi yang terjadi maka semakin baik kualitas rumah sakit tersebut dan
sebaliknya. Salah satu pencegahan infeksi dapat dilakukan dengan cara
melakukan sterilisasi dan desinfeksi. Sterilisasi adalah suatu proses pengelolahan
alat atau bahan yang bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan
mikroba termasuk endospora yang dapat dilakukan dengan proses kimia atau
fisika. Desinfeksi adalah proses pembasmian terhadap semua jenis
mikroorganisme patogen yang biasanya dilakukan pada obyek yang tidak
bernyawa (misal ruangan pasien). Tindakan sterilisasi dan desinfeksi ditujukan
untuk memutus penyebaran infeksi dengan cara mengendalikan kuman-kuman
yang berada di lingkungan rumah sakit, dilakukan baik terhadap peralatan-
peralatan yang dipakai, baju, sarung tangan, maupun ruangan-ruangan khususnya
di lingkungan rumah sakit.
Sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
1. Uap air panas dengan tekanan (autoclave)
2. Panas kering dengan tekanan normal
3. Radiasi pengion (radiasi gamma atau pancaran sinar elektron)
4. Sterilisasi seperti etilenoksida, glutaraldehide
5. Filtrasi
ISS memberikan pelayanan pemprosesan barang dan instrumen kotor
menjadi barang bersih maupun steril. Unit dekontaminasi melakukan pembersihan
barang dan instrumen kotor agar aman bagi pekerja dan siap dilakukan
pengemasan. Unit pengemasan melakukan pengecekan barang dan instrumen
mengenai kelayakan barang tersebut serta melakukan pengemasan agar sterilitas

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
92
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

dapat terjaga. Unit sterilisasi melakukan sterilisasi barang dan instumen yang
telah dikemas menggunakan metode yang tepat agar mencapai sterilisasi yang
optimal. Unit penyimpanan melakukan penyimpanan barang steril dan melakukan
penjaminan kualitas barang dan instrumen steril. Unit distribusi mengirimkan
suplai kepada kostumer yang membutuhkan barang tersebut.

J. Instalasi Penyehatan Lingkungan (IPL)


Air limbah dari seluruh kegiatan rumah sakit mengandung bahan-bahan
organik, bahan-bahan anorganik/bahan kimia beracun, mikroorganisme patogen
dan sebagainya yang dapat mencemari lingkungan. Pengolahan terhadap air
limbah sangat penting untuk dilakukan agar lingkungan sebagai penerima limbah
cair yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan kesehatan tidak mengakibatkan
penurunan kualitas lingkungan, serta tidak mengakibatkan dampak penyakit
kepada masyarakat sekitarnya. Pengolahan air limbah melalui IPL merupakan
cara/upaya untuk meminimalkan kadar pencemar yang terkandung dalam limbah
cair tersebut sehingga dapat memenuhi baku mutu dan layak untuk dibuang ke
lingkungan maupun dimanfaatkan kembali.
Mengenai seberapa pentingnya IPL bagi sebuah rumah sakit dapat dilihat
dari Regulasi atau peraturan yang ada, yang diantaranya adalah Undang-Undang
No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Peraturan Pemerintah No. 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit yaitu pada bagian ke empat pasal 11, Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Rumah Sakit, Peraturan Menteri Kesehatan RI NOMOR 340/
MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit, Peraturan Pemerintah
18/1999 Tentang Pengelolaan Limbah B3 dimana pada Pasal 3 berbunyi “Setiap
orang yang melakukan usaha dan atau kegiatan yang menghasilkan limbah B3
dilarang membuang limbah yang dihasilkannya itu secara langsung ke dalam
media lingkungan hidup tanpa pengelolaan terlebih dahulu.
Air limbah rumah sakit adalah semua air limbah yang dihasilkan di dalam

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
93
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

area rumah sakit, baik dari unit pelayanan medis, penunjang medis maupun dari
unit non-medis atau bagian umum. Berdasarkan sumbernya itu maka air limbah
rumah sakit dapat dikelompokkan menjadi empat bagian yaitu:
1. Air limbah bersifat domestik. Air limbah ini berasal dari kamar mandi, dapur,
air limbah cuci pakaian. Air limbah ini banyak mengandung zat organik.
2. Air limbah medis. berasal dari kegiatan medis rumah sakit seperti
pembersihan luka, sisa-sisa darah, dll. Ini pun kaya zat organik.
3. Air limbah laboratorium. Air limbah ini berasal dari laboratorium sehingga
banyak berisi logam berat. Air limbah ini sebaiknya diolah terpisah dengan air
limbah domestik dan medis. Air limbah laboratorium ini dapat ditampung
untuk selanjutnya diproses secara khusus. Setelah itu barulah efluennya
dialirkan bersama-sama dengan efluen air limbah lainnya.
4. Air limbah kedokteran nuklir. Jenis limbah ini termasuk BuanganBerbahaya
dan Beracun (B3) sehingga perlu ditangani secara khusus. Adapun beberapa
contoh sumber air limbah di rumah sakit antara lain:
a. Perawatan: Kamar mandi, WC, wastafel.
b. Bedah: Wastafel dan air limbah cuci alat, cuci tangan, zat kimia, obat.
c. Laboratorium: Wastafel, air limbah cuci alat & tangan, cairan kimia, obat.
d. Poliklinik: Wastafel, air limbah cuci alat, cuci tangan, cairan kimia, obat.
e. Farmasi: Wastafel, air limbah cuci alat, cuci tangan, cairan kimia, obat
f. Radiolog: Wastafel dan air limbah cuci film, zat kimia.
g. IGD: Wastafel dan air limbah cuci alat, cuci tangan, cairan kimia, obat.
h. Dapur: Wastafel dan air limbah masak-memasak di dapur.
i. Laundry: Wastafel dan mesin cuci-laundry.
j. Kantor: Kamar mandi, WC, wastafel.
k. Kantin: Wastafel dan air limbah masak-memasak, cuci mencuci di kantin.
l. KM/WC: Kamar Mandi Umum, WC, wastafel.

K. Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA)


Pengendalian Resistensi Antimikroba adalah aktivitas yang ditujukan
untuk mencegah dan/atau menurunkan adanya kejadian mikroba. Strategi Program

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
94
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Pengendalian Resistensi Antimikroba dilakukan dengan cara mengendalikan


berkembangnya mikroba resisten akibat tekanan seleksi oleh antibiotik, melalui
penggunaan antibiotik secara bijak dan mencegah penyebaran mikroba resisten
melalui peningkatan ketaatan terhadap prinsip pencegahan dan pengendalian
infeksi.
Mengenai penyelenggaraan KPRA di Rumah Sakit dapat dilihat di
Peraturan Menteri Kesehatan no. 8 tahun 2015 pasal 6 dan 7 yaitu:
Pasal 6
(1) Setiap rumah sakit harus melaksanakan Program Pengendalian
Resistensi Antimikroba secara optimal.
(2) Pelaksanaan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
a. pembentukan tim pelaksana program Pengendalian Resistensi
Antimikroba;
b. penyusunan kebijakan dan panduan penggunaan antibiotik;
c. melaksanakan penggunaan antibiotik secara bijak; dan
d. melaksanakan prinsip pencegahan pengendalian infeksi.
(3) Pembentukan tim pelaksana Program Pengendalian Resistensi Antimikroba
rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a. bertujuan menerapkan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di
Rumah Sakit melalui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
monitoring, dan evaluasi.
(4) Penyusunan kebijakan dan panduan penggunaan antibiotik, melaksanakan
penggunaan antibiotik secara bijak, dan melaksanakan prinsip pencegahan
pengendalian infeksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, huruf c,
dan huruf d dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 7
(1) Tim pelaksana Program Pengendalian Resistensi Antimikroba sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a dibentuk melalui keputusan
kepala/direktur rumah sakit.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
95
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

(2) Susunan tim pelaksana Program Pengendalian Resistensi Antimikroba


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas ketua, wakil ketua,
sekretaris dan anggota.
(3) Kualifikasi ketua tim PPRA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan seorang klinisi yang berminat di bidang infeksi.
(4) Dalam melaksanakan tugasnya, tim pelaksana Program Pengendalian
Resistensi Antimikroba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung
jawab langsung kepada kepala/direktur rumah sakit.
Keanggotaan tim pelaksana Program Pengendalian Resistensi Antimikroba
rumah sakit paling sedikit terdiri atas unsur:
a. klinisi perwakilan SMF/bagian;
b. keperawatan;
c. instalasi farmasi;
d. laboratorium mikrobiologi klinik;
e. komite/tim Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI); dan
f. Komite/tim Farmasi dan Terapi (KFT).

Kebijakan
Rumah
Sakit

Monitoring
Komite
Rumah
PRA
Sakit

Menyusun
Implementasi Perencanaan
Program

Gambar 6. Implementasi KPRA

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

BAB IV
KEGIATAN PKPA

A. Depo Gudang Farmasi RSD dr. Soebandi


Gudang Farmasi merupakan tempat penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian dan pengendalian barang persediaan berupa obat, alat kesehatan
dan perbekalan kesehatan lainnya. Adapun tugas pokok di bagian Depo Gudang
Farmasi meliputi penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian, pengendalian,
pemusnahan, pencatatan serta pelaporan perbekalan farmasi. Agar dapat
menjalankan fungsi tersebut, maka harus dilakukan pengelolaan pergudangan
secara benar atau yang sering disebut dengan managemen pergudangan
(Priyambodo, 2007).
Sesuai Surat Keputusan (SK) Bupati, Gudang Logistik Farmasi RSD dr.
Soebandi Jember dipimpin oleh seorang kepala Depo Logistik Farmasi yaitu
seorang Apoteker. Depo Logistik Farmasi memiliki 2 bagian penanggung jawab
Logistik, yaitu sebagai penanggung jawab Logistik Gas Medis dan Pengurus
Persediaan Barang Medis untuk membantu kinerja dari Kepala Depo Logistik
Farmasi. Apoteker Bagian Logistik Gas Medis membawahi Koordinator
Perlaksana yang membawahi pelaksana 1, pelaksana 2, pelaksana 3, pelaksana 4
pada bagian Gas Medis. Sedangkan Pengurus Logistik Obat, Alat dan Bahan
Medis Habis Pakai membawahi 2 orang TTK, 3 Admin dan 2 Transporter.
Apoteker Penanggung Jawab memiliki fungsi managerial (mengatur
semua kegiatan pengelolaan, perbekalan farmasi, dalam hal ini adalah persediaan
medis). Petugas administrasi di Gudang Farmasi terdiri dari admin 1,2, dan 3.
Admin bertugas untuk entri faktur penerimaan barang masuk dari PBF, entri
faktur UP masuk, rekapitulasi faktur per PBF, dan pengarsipan faktur per PBF
serta bertugas mengentri pengeluaran atau pendistribusian ke depo dan entri
pengeluaran Floor Stock ke ruang rawat inap dan unit lain yang membutuhkan.
Transporter 1 dan Transporter 2 bertugas untuk mendistribusikan perbekalan
farmasi ke depo farmasi.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
96
97
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Kegiatan pengelolaan obat di Gudang Farmasi RSD dr. Soebandi Jember


meliputi:
1. Penerimaan
Kegiatan penerimaan di Gudang Farmasi RSD dr. Soebandi dilakukan oleh
petugas yang berwenang (Kepala Gudang) yaitu Apoteker dengan memeriksa
terlebih dahulu kesesuaian antara faktur dengan Surat Pesanan (SP) yang dibuat
oleh bagian pengadaan dengan faktur dan barang yang diterima dari PBF. Proses
penerimaan barang dilakukan pada saat jam kerja (Senin-Jumat). Proses
penerimaan obat dan alat kesehatan di depo gudang meliputi:
1) Kesesuaian pengiriman dan alamat pengirirman yang dituju
2) Barang yang datang diterima di gudang transito untuk dilakukan pemeriksaan,
meliputi:
a. Kesesuaian kiriman dengan SP (Surat Pesanan)
b. Pemeriksaan jenis, jumlah, nomor bets dan tanggal ED
- Memastikan ketiadaan: tanda-tanda kerusakan, kelainan warna, bentuk
dan kerusakan produk, terlihat partikel asing dalam kemasan, terlihat
kebocoran, waktu kadaluwarsa memadai.
- Jika sesuai spesifikasi petugas membubuhkan tanda tangan dan nama
terang, tanggal penerimaan dan stempel pada faktur. Faktur asli
diserahan pada pihak distributor, sedangkan kopi faktur disimpan oleh
bendahara penerimaan dan peyimpanaan sebagai arsip rumah sakit.
- Kemudian petugas administrasi akan melakukan entri data ke SIM RS
RSD dr. Soebandi. Tujuan melakukan entri data ke SIM untuk
menjamin kebenaran diadakan proses pengadaan dan diterimanya
barang. Entri dilakukan dengan 2 tahap mengentri untuk menerima
barang masuk ke gudang dengan kode MC dan meng-entri untuk
menambah stok barang dengan kode GD.
2. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan usaha untuk mengelola barang
persediaan farmasi yang dilakukan sedemikian rupa agar kualitas dapat

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
98
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

diperhatikan, barang terhindar dari kerusakan fisik, pencarian barang mudah dan
cepat, barang aman dari pencurian dan mempermudah pengawasan stok.
Sebelum disimpan, barang yang datang di gudang transito dilakukan
penggolongan dan pelabelan berdasarkan jenis obat dan alat kesehatan.
Penggolongan dan pelabelan bertujuan untuk mempermudah dan mempercepat
pencarian barang saat melakukan pelayanan pendistribusian ke depo-depo yang
lain. Penyimpanan perbekalan farmasi dibagi menjadi dua yaitu untuk obat-obatan
dan alat kesehatan serta sediaan infus.
a. Obat
Penyimpanan obat di Gudang Farmasi RSD dr. Soebandi dibedakan
menjadi obat regular dan obat generik. Masing-masing obat terdapat kartu stok
yang dapat digunakan untuk mencatat jumlah obat yang masuk maupun
jumlah obat yang keluar. Sehingga meminimalisir terjadinya kesalahan dalam
penyimpanan. Obat-obatan juga dibedakan berdasarkan suhu penyimpanan,
kelembapan, bentuk sediaan, kestabilan, volume, mudah/tidaknya terbakar dan
ketahanan terhadap cahaya.
Obat-obatan disusun secara alfabetis dengan menerapkan sistem FEFO
(First Expired First Out) dan FIFO (First in First Out). Obat LASA (Look
Alike, Sound Alike) diberikan penandaan dan diberi jarak sehingga mengurangi
terjadinya kesalahan dalam pengambilan obat. Obat-obat yang stoknya kosong
maka kartu stoknya diletakkan ditempat khusus agar mudah mengetahui obat
apa saja yang stok barangnya sudah kosong. Beberapa perbekalan farmasi
yang perlu penanganan khusus, antara lain: kategori High Alert (dibutuhkan
dengan kewaspadaan tinggi; narkotika & psikotropika; vaksin; obat-obat
anastesi; sitostatika; elektrolit pekat), B3 (Bahan-Bahan Beracun dan
Berbahaya), serta Gas Medik.
Setiap obat ditempatkan sesuai dengan kriteria diatas, dengan adanya
beberapa sarana penyimpanan di Gudang Farmasi RSD dr. Soebandi Jember,
antara lain:
1) Rak obat (oral, injeksi, dan obat luar)
2) Lemari es/pendingin (pada suhu khusus)

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
99
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

3) Lemari Obat Narkotika


4) Lemari Obat Psikotropika
5) Rak (fallet) cairan/larutan
6) Setiap ruang penyimpanan dilengkapi dengan AC
7) Alat Kesehatan
Alat kesehatan disusun berdasarkan fungsi dan jenisnya sehingga
lebih mudah dalam pengambilan barang ketika ada permintaan di setiap
depo dan dilengkapi dengan kartu stok disetiap alat kesehatan.
Indikator Mutu Penyimpanan Obat di Gudang Farmasi yaitu:
1) Presentase ketidaksesuaian barang (stok) antara di gudang dengan
pencatatan: Sample counting. Sampel counting dilakukan dengan cara
mencocokkan jumlah barang yang ada di gudang dengan yang tercantum
di kartu stok, serta yang tertera dalam komputer. Pengamatan dilakukan
dalam waktu yang sama.
2) TOR (Turn Over Ratio). Berapa kali perputaran modal dalam satu tahun.
Semakin tinggi nilai TOR semakin efisien persediaan obat.
Rumus:
TOR = Harga Pokok Pembelian (HPP) / Rata-Rata Persediaan
HPP = Stok Awal + Pembelian – Stok Akhir
3) Death stock (stok mati). Death stock menunjukkan item persediaan barang
di gudang yang tidak mengalami transaksi dalam waktu minimal 3 bulan.
4) Presentase barang yang akan ED. Pemeriksaan obat yang akan ED atau
kadaluwarsa harus dilakukan dengan teliti dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keamanan penggunaannya dan kepastian jumlah fisik
obat yang masa aman penggunaannya hampir atau sudah berakhir di dalam
sistem penyimpanan yaitu gudang farmasi.
5) Presentase nilai stok akhir tahun.
Ada beberapa persyaratan ruang penyimpanan perbekalan farmasi:
1) Accessibility, ruang penyimpanan harus mudah dan cepat di akses.
2) Utilities, ruang penyimpanan harus memiliki sumber listrik, air, AC dan
fasilitas lain.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
100
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

3) Communication, ruangan penyimpanan itu harus memiliki alat


komunikasi.
4) Drainage, ruangan penyimpanan harus berada di lingkungan baik dengan
sistem pengairan yang baik pula.
5) Size, ruang penyimpanan harus memiliki ukuran yang cukup untuk
menampung barang yang ada.
6) Security, ruang penyimpanan aman dari resiko pencurian dan
penyalahgunaan serta hewan pengganggu.
3. Pendistribusian
Kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi di RSD dr. Soebandi dari
gudang dengan menerima permintaan melalui entri SIM RS yang dikirim ke
Gudang Farmasi, dengan proses entri SIM permintaan obat atau bahan medis
lainnya akan tercatat jelas jumlah sisa dan stoknya, sehingga apabila terjadi
kekosongan obat di Gudang Farmasi dimana setiap depo bisa menjalin kerja sama
untuk permintaan obat ataupun alkes yang masih tersedia di depo lainnya.
Sistem pendistribusian dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau
oleh pasien dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas sumber daya yang
ada. Pengeluaran perbekalan farmasi di gudang dengan sistem FIFO (First In First
Out) dan sistem FEFO (First Expired First Out). Dimana tetap diutamakan sistem
FEFO.
Alur Pendistribusian atau pengeluaran/pengambilan obat, alkes, Bahan
Medis Habis Pakai dari Gudang Farmasi ke depo-depo/unit pelayanan, adalah
sebagai berikut:
a. Penanggung Jawab masing-masing unit pelayanan farmasi meminta kebutuhan
obat, alkes, dan bahan habis pakai yang dilakukan dengan cara mengentri
melalui permintaan lewat SIM RS dari Gudang Farmasi.
b. Melalui Sistem SIM, bagian admin Gudang Farmasi dapat memperoleh data
permintaan dari setiap depo/unit pelayanan farmasi, melakukan konfirmasi dan
mencetak permintaan tersebut kemudian menyiapkan kebutuhan dari masing-
masing depo tersebut sesuai dengan jenis dan jumlah yang sesuai dengan
permintaan.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
101
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

c. Permintaan obat, alkes, bahan habis pakai yang sudah disiapkan, selanjutnya
dikirim ke depo/unit-unit pelayanan oleh transporter, bukti pengiriman barang-
barang ditandatangani oleh penanggung jawab masing-masing depo/unit
pelayanan setelah dilakukan pengecekan kembali barang yang diterima.
Pendistribusian eksternal untuk obat, alat kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai gudang farmasi, melalui empat metode yaitu:
a. Individual Prescribing untuk Depo Rawat Jalan dan Depo Instalasi Gawat
Darurat
b. Unit Dose Dispensing untuk Depo Rawat Inap
c. Floor Stok untuk Ruangan Poli dan Rawat Inap juga digunakan sebagai buffer
stock untuk tindakan medis.
d. Kombinasi.
4. Pencatatan, Pelaporan serta Evaluasi
Setiap melakukan kegiatan selalu didokumentasikan, baik secara manual
maupun sistem komputerisasi, pada penyimpanan obat, alat kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai disertai kartu stok dimaksudkan untuk antara lain:
a. Memudahkan dalam menangani dan menempatkan barang
b. Memudahkan untuk menemukan dan mengambil barang
c. Memudahkan dalam mengetahui jumlah persediaan
d. Memudahkan dalam pengawasan
e. Aman dari kerusakan dan ataupun kehilangan
f. Cepat dalam pelayanan permintaan barang
g. Tepat dalam jumlah, jenis, kondisi, harga dan waktu penyimpanan barang
h. Memudahkan dalam melakukan stok opname.
Pelaporan dilakukan setiap 3 bulan sekali (stok opname) pada bulan Maret,
Juni dan September. Laporan yang dibuat oleh petugas Gudang Farmasi yang
diketahui dan ditandatangani oleh Penanggung Jawab Gudang Farmasi adalah
sebagai berikut:
a. Laporan penerimaan
b. Laporan pendistribusian
c. Laporan mutasi

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
102
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

d. Laporan stok opname


e. Laporan permintaan vaksin
f. Laporan retur/pengembalian
g. Laporan ED maupun mendekati ED
h. Laporan death stock
Secara umum kegiatan pelayanan di gudang farmasi dapat digambarkan
sebagai berikut:

Gambar 7. Kegiatan Pelayanan di Gudang Farmasi RSD dr. Soebandi Jember

B. Depo Farmasi Rawat Jalan RSD dr. Soebandi


Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi merupakan salah satu Rumah Sakit tipe
B pendidikan yang menjadi Rujukan yang ada di Jawa Timur yang berada di
kabupaten Jember. Depo Farmasi Rawat Jalan RSD Dr. Soebandi dibagi menjadi
dua yaitu depo farmasi rawat jalan lantai 1 dan depo farmasi rawat jalan lantai 2.
Salah satu tujuan pembagian depo farmasi rawat jalan yaitu untuk mempermudah
pasien dalam menyerahkan resep dari poli ke Depo Farmasi Rawat Jalan dan juga
meminimalisir terjadinya penumpukan resep sehingga mempengaruhi waktu
tunggu pelayanan resep akibatnya kepuasan pasien akan menurun. Pelayanan
farmasi rawat jalan lantai 1 dan lantai 2 melayani 4 resep, yaitu pasien umum,
SPM (Surat Pernyataan Miskin), BPJS PBI dan BPJS Non PBI, serta jaminan
perusahaan/ asuransi lain seperti PT. KAI, Telkom, In-health. Pelayanan di Depo
Farmasi Rawat Jalan dilakukan setiap hari Senin – Jumat mulai pukul 08.00-15.00
WIB atau sampai seluruh resep terlayani.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
103
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Depo rawat jalan di RSD dr. Soebandi dipimpin oleh seorang Apoteker.
Tugas dan tanggung jawab Apoteker adalah memastikan dan mengatur terhadap
semua kegiatan di pelayanan depo rawat jalan berjalan sesuai dengan prosedur
yang berlaku dan memastikan obat lengkap sebagai strategi pelayanan obat
tersedia. Kegiatan pada Depo Farmasi Rawat Jalan adalah merencanakan
kebutuhan perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan secara optimal,
menyelenggarakan kegiatan layanan profesional berdasarkan prosedur
kefarmasian meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
distribusi, pengendalian, pencatatan dan pelaporan, menjamin mutu, manfaat,
keamanan, khasiat perbekalan farmasi, melaksanakan pelayanan Program
Nasional (PROGNAS) TB MDR dan HIV, serta preparasi sitostatika.
Pelayanan obat kepada pasien yang diterapkan di Depo Farmasi Rawat
Jalan menggunakan sistem layanan resep perorangan/Individual Prescribing.
Sistem ini menerapkan semua resep dokter dapat dianalisis langsung oleh
Apoteker dan terjalin kerja sama antara dokter, apoteker, perawat dan pasien.
Keuntungan sistem ini adalah resep dapat dikaji terlebih dahulu oleh apoteker dan
dapat terjalin komunikasi timbal balik antara apoteker, dokter dan perawat. Akan
tetapi kelemahan dari sistem ini yaitu dapat menimbulkan DRP (Drug Related
Problem) kesalahan obat, apabila resep tidak diteliti dengan cermat. Hal tersebut
dapat terjadi karena tidak adanya pengawasan penggunaan obat dan pengontrolan
tingkat kepatuhan pasien yang mengkonsumsi obat terutama untuk pasien dengan
penyakit kronis yang menggunakan obat dalam jangka panjang. Maka dari itu,
pada depo farmasi rawat jalan setiap pasien kronis (pasien jantung, hepatitis,
diabetes melitus, kejiwaan, dll) diberikan kartu kontrol pengambilan obat.
Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan di depo farmasi rawat jalan 1
maupun depo farmasi rawat jalan 2 yaitu:
1) Pengkajian dan Pelayanan Resep
Alur pelayanan di Depo Farmasi Rawat Jalan lantai 1 dan lantai 2 yaitu
dimulai dari pasien datang ke apotek membawa resep dari poli, diserahkan ke
bagian administrasi dan petugas administrasi akan memberikan nomor antrian.
Petugas administrasi melakukan pemeriksaan kelengkapan berkas dari resep

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
104
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

khusus pasien BPJS sedangkan pasien umum resep yang diterima akan langsung
diberi harga. Selanjutnya, obat di input ke SIM RS (Sistem Informasi Managemen
Rumah Sakit). Resep yang sudah diterima diberikan kepada TTK atau Apoteker
untuk dilakukan skrining lanjutan, kelengkapan resep dan kartu obat serta
dispensing (penyiapan). Administrator dapat membantu dalam dispensing
(penyiapan) obat yang berupa racikan maupun non racikan. Obat yang sudah siap
kemudian dilakukan cross check (pengecekan ulang) untuk memastikan
kesesuaian obat dengan resep yang ada. Setelah itu, resep diserahkan kepada
pasien serta diberikan informasi terkait penggunaan obat. Jika pasien merasa
masih perlu informasi tambahan, maka pasien dapat menghubungi Apoteker.

Gambar 8. Alur Pelayanan Resep Depo Farmasi Rawat Jalan RSD dr. Soebandi Jember

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
105
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

2) Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan pelayanan yang
dilakukan kepada oleh Apoteker untuk memberi informasi secara akurat
kepada Pasien, Dokter, sesama Apoteker, Perawat, dan Tenaga Kesehatan
yang lain agar dapat menggunakan obat dengan baik dan mencegah terjadinya
efek samping dari obat. PIO dapat dilakukan secara lisan, tertulis, maupun via
telepon dimana penanya dapat menyampaikan pertanyaan kepada bagian PIO
(Apoteker). Selanjutnya pertanyaan dari penanya dan informasi jawaban dari
Apoteker tersebut dicatat dan didokumentasikan di lembar PIO.
3) Konseling
Konseling merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian dimana
Apoteker menyampaikan informasi lebih mendalam kepada pasien untuk
mencegah penggunaan obat yang salah, meningkatkan pengetahuan pasien,
kepatuhan pengobatan, dan keberhasilan terapi yang diterima pasien.
Pelayanan konseling yang dilakukan oleh Apoteker tidak diberikan kepada
semua pasien. Apoteker akan menganalisis pasien mana yang masuk dalam
kriteria untuk diberikan konseling, seperti pasien pediatri, pasien geriatri,
pasien dengan penyakit kronis, pasien dengan poli farmasi, dan pasien dengan
penggunaan obat khusus.
Dalam pelayanan konseling, tahap awal Apoteker harus dapat
menggali informasi dan memahami masalah yang dihadapi pasien. Three
prime questions dan Show and Tell dapat disampaikan kepada pasien untuk
mengetahui sejauh mana pasien memahami penyakit dan pengobatan yang
diberikan kepadanya. Tahap selanjutnya apoteker harus bisa memberikan
penjelasan atau solusi dari permasalahan yang dihadapi pasien. Hal-hal
penting yang harus disampaikan kepada pasien pada tahap penjelasan seperti
deskripsi tentang obat, cara penggunaan, waktu minum obat, mekanisme kerja
obat, efek obat yang tidak dikehendaki yang mungkin muncul, cara
penyimpanan, dan terapi non farmakologi yang dapat dilakukan pasien. Tahap
akhir adalah verifikasi dimana pasien diminta mengulang kembali penjelasan
yang sudah diterima. Apoteker dapat menilai apakah pasien sudah cukup

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
106
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

memahami dan menerima informasi yang diberikan dengan baik dan benar.
Jika masih ada hal yang belum jelas, maka apoteker dapat mengulang kembali
dengan menitikberatkan pada poin penting yang harus dipahami. Dokumentasi
dalam kegiatan konseling sangat penting dalam tahap follow up karena
memonitor perkembangan pasien akan lebih sulit apabila kita tidak memiliki
dokumentasi yang lengkap.
4) Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dilakukan untuk mengetahui
obat-obat mana saja yang berpotensi menimbulkan efek samping pada pasien,
meminimalkan resiko reaksi obat yang tidak dikehendaki, dan mencegah
terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki. Efek samping yang
dimaksud yaitu efek samping yang masuk dalam kategori berat, fatal, bahkan
menyebabkan kematian.
Di RSD dr. Soebandi, Apoteker melakukan kegiatan MESO pada
pasien dengan penyakit kronis yang melakukan pengobatan jangka waktu
yang lama. Apabila terjadi efek samping obat, Apoteker akan
mengkomunikasikan dengan Dokter untuk mengatasi efek samping tersebut,
apakah nantinya Dokter akan menghentikan obat yang menyebabkan efek
samping atau memberikan obat tambahan untuk mengurangi efek samping
tersebut. Kegiatan MESO akan di dokumentasikan oleh Apoteker dalam form
kuning, dimana dalam form tersebut terdapat Algoritma Naranjo yang
digunakan untuk menghitung kemungkinan-kemungkinan terjadinya efek obat
yang tidak dikehendaki. Form kuning tersebut nantinya akan dilaporkan oleh
Apoteker kepada BPOM.
5) Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Evaluasi penggunaan obat merupakan suatu program jaminan mutu
yang terstruktur dan terus menerus dilakukan di rumah sakit untuk
memberikan jaminan bahwa obat digunakan secara tepat, aman, dan efektif.
Evaluasi penggunaan obat dapat memainkan peran kunci dalam membantu
sistem perawatan kesehatan untuk memahami, menafsirkan dan meningkatkan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
107
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

administrasi peresepan dan untuk mempertahankan penggunaan obat secara


rasional.
Evaluasi penggunaan obat dapat menilai proses pemberian pengobatan
(tepat indikasi, pemilihan obat, dosis dan rute pemberian, lama dari
pengobatan dan interaksi obat) dan hasil dari pengobatan penyakit atau
penurunan level parameter klinik. Di Depo Farmasi Rawat Jalan RSD Dr.
Soebandi, Apoteker memiliki kesempatan untuk mengidentifikasi dalam
penyiapan resep seperti pada pasien penderita TB MDR, HIV, DM,
Hipertensi, dan penyakit kronis lainnya yang berpotensi berbahaya pada
pasien apabila salah dalam penggunaan obat. Setelah itu Apoteker dengan
dokter dan tim pelayanan kesehatan lainnya mengambil tindakan yang
diperlukan untuk meningkatkan terapi obat.
Adapun alur managerial farmasi secara lengkap di Depo Farmasi Rawat
Jalan lantai 1 dan lantai 2 RSD dr. Soebandi secara lengkap sebagai berikut:
1) Pelayanan Farmasi
Pelayanan farmasi di Depo Farmasi Rawat Jalan lantai 1 dan 2
meliputi: penyerahan obat dan informasi obat kepada pasien tentang aturan
pakai obat, cara menyimpan obat, serta efek samping obat yang dilakukan oleh
Apoteker. Tugas Apoteker yaitu sebagai koordinator yang bertanggung jawab
secara langsung dalam penerimaan dan skrining resep, pembuatan etiket,
dispensing, double checking, serta penyerahan obat dan dokumentasi.
2) Perencanaan
Perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi dilakukan untuk
menentukan jumlah kebutuhan obat dan alat kesehatan berdasarkan pelayanan
resep dan buffer stock. Perencanaan dilakukan berdasarkan data pada buku
defecta yang berisi obat apa saja yang stoknya hampir habis.
3) Pengadaan dan Penerimaan
Pengadaan obat pada Depo Farmasi Rawat Jalan lantai 1 dan 2
dilakukan melalui SIM RS ke Gudang Farmasi. Pengadaan dilakukan
berdasarkan metode konsumsi atau data penggunaan sebelumnya dan
disesuaikan dengan stok yang tersedia di gudang. Pengadaan pada Depo

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
108
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Farmasi Rawat Jalan diperuntukan untuk kebutuhan 2 hari. Selanjutnya, obat-


obat dan alat kesehatan tersebut diantar oleh petugas dibagian gudang farmasi.
Pengecekan perbekalan farmasi dilakukan oleh Apoteker atau TTK yang
ditunjuk ketika barang datang setiap hari, agar mengetahui stok obat yang
tersedia di Depo Farmasi Rawat Jalan sehingga tidak mengganggu pelayanan.
Pengecekan dapat dilakukan dengan mencocokan lembar permintaan dan
jumlah yang dikirim. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik barang dan
tanggal kedaluwarsa. Setelah cocok, diterima secara SIM RS, ditata dan
dimasukkan pada kartu stok. Pengecekan obat kadaluwarsa dilakukan setiap
hari terutama ketika stock opname, dengan melakukan pencatatan terhadap
waktu kadaluwarsa obat, terutama obat-obat yang waktu kadaluwarsanya
pendek atau obat-obat yang slow moving.
4) Penyimpanan
Penyimpanan dan penataan perbekalan farmasi di Depo Farmasi Rawat
Jalan diatur berdasarkan, alfabetis dan farmakologi dan dipisahkan sesuai
dengan bentuk sediaannya sehingga mempermudah dan mempercepat
pelayanan. Jenis obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan pada
lemari khusus di tempat yang sama tetapi berbeda rak, untuk obat hibah
disimpan pada lemari yang berbeda dengan jenis obat golongan narkotik dan
psikotropika sedangkan untuk obat generik dan paten, baik sediaan salep,
tablet maupun sirup disimpan di lemari terbuka yang memudahkan dalam
pelayanan, selanjutnya untuk sediaan dengan suhu khusus seperti insulin dan
suppositoria disimpan pada lemari pendingin. Dalam penyimpanan perbekalan
farmasi dapat diberikan penandaan khusus seperti High Alert (Narkotika dan
Psikotropika, obat-obat sitostatika, elektrolit konsentrasi pekat, insulin) dan
LASA. Untuk Sistem pengeluaran obat yang digunakan di depo farmasi rawat
jalan adalah kombinasi sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First
In First Out).
5) Distribusi
Sistem distribusi obat di Depo Farmasi Rawat Jalan dilakukan dengan
Individual Prescribing System (IPS), dimana obat dilayani berdasarkan resep

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
109
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

dari setiap pasien. Sebelum resep dilayani, apoteker melakukan skrining resep
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dalam peresepan.
Pelayanan dengan sistem ini menguntungkan karena Apoteker dapat
memeriksa setiap resep yang masuk serta dapat berinteraksi langsung dengan
pasien, sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pemberian obat
atau Drug Related Problem (DRP) dapat diminimalkan. Alur distribusi obat
dan alat kesehatan pada Depo Farmasi Rawat Jalan lantai 1 dan lantai 2
diawali dengan penyerahan resep oleh pasien dengan melampirkan kartu
kontrol pengambilan obat dari pasien tersebut. Kemudian depo rawat jalan
lantai 1 dan lantai 2 menerima resep dan segera dilakukan entry data ke
komputer untuk pengecekan apakah obat termasuk dalam Fornas untuk pasien
BPJS atau Formularium Rumah Sakit untuk pasien umum, selanjutnya obat
disiapkan sesuai dengan nomor antriannya untuk kemudian diserahkan kepada
pasien.
6) Pengendalian
Agar terhindar dari kekeliruan dan adanya kekosongan perbekalan
farmasi di Depo Farmasi Rawat Jalan dilakukan pengendalian menggunakan
kartu stok. Pengendalian obat dilakukan dengan cara melakukan stok opname
obat harian setelah selesai pelayanan dan dicatat dikartu stok. Selain
melakukan stok opname harian Depo Farmasi Rawat Jalan juga rutin
melakukan stok opname setiap 3 bulan sekali. Pada Depo Farmasi Rawat Jalan
juga memiliki CCTV. Salah satu fungsi dari adanya CCTV untuk
meminimalisir terjadinya hal yang tidak diinginkan seperti kelihangan obat.
1. Depo Farmasi Rawat Jalan 1
Depo Farmasi Rawat Jalan di RSD dr. Soebandi berada di lantai 1,
poliklinik yang dilayani di Depo Farmasi Rawat Jalan lantai 1 RSD dr. Soebandi
yaitu poli kandungan, poli interna, poli bedah (bedah umum, bedah saraf, bedah
urologi, dan bedah plastik), poli jantung dan pembuluh darah, poli saraf, poli
ortopedi, poli paru, poli hamil dan poli hemodialisa. Struktur organisasi pada
Depo Farmasi Rawat Jalan lantai 1 dipimpin oleh 1 Apoteker, 2 Tenaga Teknis
Kefarmasian, 1 Tenaga Administrasi, dan 2 Reseptur (Gambar 2). Pada Depo

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
110
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Farmasi Rawat Jalan lantai 1 juga melakukan preparasi sitostatika yang


diperuntukan untuk pasien kemoterapi. Selain itu peran farmasi juga memegang
peranan penting dalam kegiatan PROGNAS (Program Nasional) TB MDR.

Gambar 9. Denah Depo Farmasi Rawat Jalan 1 RSD dr. Soebandi Jember
Keterangan:
1. Penerimaan resep umum dan BPJS 12. Meja racik
2. Penyerahan resep umum dan BPJS 13. Rak obat (Vitamin)
3. Tempat penyimpanan obat yang belum diambil 14. Rak alat kesehatan (Alkes)
4. Lemari penyimpanan obat yang belum diambil pada 15. Rak OAT
hari sebelumnya 16. Lemari penyimpanan Narkotika dan
Psikotropika
5. Rak buffer stock 17. Lemari pendingin untuk obat
6. Rak obat (Anti agregasi platelet, Obat saluran 18. Toilet
pencernaan, Anti alergi, Anti mual muntah, OAT, 19. Lemari penyimpanan barang karyawan
Antihiperlipidemia, Antiepilepsy, Sediaan sirup 20. Lemari dokumen
kering, Salep, Injeksi) 21. Ruang konseling
7. Rak obat (Antibiotik, Antihipertensi, Antidiabetes, 22. Ruang Apoteker Penanggung Jawab (APJ)
Antitiroid, Kortikosteroid dll)
8. Rak alat Kesehatan (Alkes)
9. Wastafel
10. Meja skrining resep dan penulisan etiket
11. Meja dispensing resep, penempelan etiket,
penulisan copy resep, dan double check

2. Depo Farmasi Rawat Jalan lantai 2


Depo Farmasi Rawat Jalan lantai 2 melayani resep dari poli yang berada di
lantai 2 diantaranya adalah poli THT, poli anak, poli gigi dan mulut, poli psikiatri,
poli endoscopy, poli mata, poli kulit dan kelamin, poli VCT & CST, poli

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
111
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

kemoterapi, dan poli eksekutif. Depo Farmasi Rawat Jalan lantai 2 dipimpin oleh
1 Apoteker, 3 Tenaga Teknis Kefarmasian dan 1 Tenaga Administrasi.
Pada Depo Farmasi Rawat Jalan lantai 2 farmasis memegang peranan
penting dalam Program Nasional (PROGNAS) yaitu pelayanan obat HIV. Dimana
masalah HIV-AIDS bukan lagi masalah kesehatan semata akan tetapi telah
menjadi masalah sosial yang sangat kompleks. Rumah sakit merupakan salah satu
sarana untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang memiliki
peran strategis dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sebagai tujuan
untuk mencegah dan mengurangi risiko penularan HIV, meningkatkan kualitas
hidup ODHA, dengan memberikan pelayanan VCT dan PMTCT.
Berikut ini merupakan denah ruangan Depo Farmasi Rawat Jalan lantai 2:

Gambar 10. Denah Lokasi Depo Farmasi Rawat Jalan 2 RSD dr. Soebandi Jember

Keterangan:
1. Penerimaan Resep 10. Rak Obat (Antibiotik, Obat Demam,
2. Pembuatan Etiket Obat Antinyeri, TBC, ARV, Obat Jamur, Salep)
3. Penyerahan Obat, KIE dan Konseling 11. Meja Penyiapan Obat/Dispensing
4. Dispenser Air Minum 12. Rak Obat (Tetes Telinga, Ventolin Nebule,
5. Lemari Narkotika & Psikotropika Betadin Gargle, Sirup)
6. Rak Alkes, Rak Bahan dan Peralatan Peracikan 13. Rak Obat (Obat Antihipertensi, Diabetes,
7. Meja Racik Lambung, Asma dan Batuk, Antipsikotik, dan
8. Wastafel Vitamin)
9. Lemari Pendingin 14. Rak Obat (Tetes Mata, Salep Mata, Injeksi)

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
112
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

C. Depo Farmasi Rawat Inap RSD dr. Soebandi


Depo Farmasi Rawat Inap merupakan salah satu fasilitas yang melayani
kebutuhan sediaan farmasi, alkes dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) untuk
pasien rawat inap. Depo Farmasi Rawat Inap RSD dr. Soebandi mempunyai 8
Apoteker dibantu dengan 11 TTK dan 6 Administrasi untuk melakukan kegiatan
kefarmasian. Tugas dan tanggung jawab Apoteker adalah mengatur dan
memastikan seluruh kegiatan yang ada di Depo Farmasi Rawat Inap sesuai
ketentuan prosedur yang berlaku.

Gambar 11. Denah Depo Farmasi Rawat Inap RSD dr. Soebandi
Keterangan:
1. Ruang tunggu pasien dan penerimaan resep 12. Rak obat sediaan oral
2. Ruang administrasi 13. Rak high alert
3. Ruang lemari narkotik dan psikotropika 14. Rak alkes
4. Ruang Apoteker 15. Meja peracik
5. Kamar mandi 16. Lemari pendingin
6. Gudang 17. Lemari sirup
7. Ruang berkas 18. Rak stok obat
8. Rak sediaan salep, sediaan obat tetes 19. Gudang sediaan infus
9. Rak sediaan infus 20. Mushola
10. Rak injeksi 21. Ruang KFT
11. Meja komputer

Apoteker Depo Farmasi Rawat Inap melakukan kegiatan manajerial


farmasi dan farmasi klinis. Alur pelayanan manajerial di Depo Farmasi Rawat
Inap RSD. Dr Soebandi yaitu:

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
113
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

1. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan
pelayanaan resep dan buffer stock. Perencanaan dilakukan berdasarkan data
buku defecta untuk melihat obat, alkes, dan BMHP apa saja yang stoknya
hampir habis.
2. Pengadaan
Pengadaan obat di Depo Farmasi Rawat Inap dilakukan melalui SIM RS
ke gudang Farmasi atau ke Depo Lainnya. Pengadaan dilakukan berdasarkan
metode konsumsi atau data penggunaan sebelumnya sesuai dengan stok yang
tersedia di gudang atau depo lain. Pengadaan Depo Farmasi Rawat Inap ke
gudang dilakukan seminggu 3 kali yaitu pada hari senin, rabu, dan jumat.
Sedangkan pengadaan ke depo lainnya dilakukan apabila terdapat permintaan
obat yang tidak tersedia di Depo Farmasi Rawat Inap namun terdapat di depo
lain.
3. Penerimaan
Barang pesanan yang datang ke Depo Farmasi Rawat Inap selanjutnya
dilakukan pengecekan oleh Apoteker atau TTK dengan mencocokan lembar
permintaan dan fisik barang yang datang, dan selanjutnya dilakuakan
pemeriksaan fisik barang dan tanggal kadaluwarsa. Barang yang sudah cocok
kemudian diterima secara SIM RS, ditata, dan dimasukkan pada kartu stok.

4. Penyimpanan
Penyimpanan dan penataan perbekalan farmasi di Depo Farmasi Rawat
Inap diatur berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, jenis sediaan, alkes dan
BMHP yang disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired
First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi
manajemen. Hal ini dilakukan mempermudah dan mempercepat pelayanan.
Penyimpanan perbekalan farmasi yang diberikan label High Alert (Narkotika &
Psikotropika, obat sitostatika, elektrolit konsentrasi pekat dan insulin) disimpan
di lemari yang berbeda. Obat Narkotika & Psikotropika disimpan di lemari
khusus yang terbuat dari besi dan mempunyai pintu dua lapis, obat sitostatika,

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
114
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

insulin, obat-obatan yang harus disimpan dengan suhu 2-8 ºC disimpan dalam
lemari pendingin. Penyimpanan obat LASA tidak boleh diletakkan
berdampingan namun diberikan jeda dan diberikan penandaan khusus untuk
mencegah terjadinya kesalahan dalam pengambilan obat.
Penyimpanan obat emergency yang terdapat di setiap ruang rawat inap
tidak boleh tercampur dengan persediaan obat untuk kebutuhan lain, apabila
obat emergency digunakan maka Apoteker harus langsung mengganti
persediaan di dalam kotak obat emergency. Obat emergency harus di cek secara
berkala untuk meminimalisir terjadinya obat kadaluwarsa.
5. Distribusi
Sistem distribusi Depo Farmasi Rawat Inap menggunakan sistem One Day
Dose Dispensing (ODDD) untuk pasien rawat inap dan Individual Prescribing
(IP) untuk pasien Keluar Rumah Sakit (KRS). Sistem pelayanan Depo Farmasi
Rawat Inap dilakukan untuk semua pasien rawat inap khususnya penyediaan
perbekalan farmasi baik untuk pasien umum, pasien BPJS PBI, pasien BPJS
non PBI, dan pasien dengan asuransi lainnya.
Alur distribusi perbekalan farmasi pada Depo Farmasi Rawat Inap yaitu
sebagai berikut:

Gambar 14. Alur Pelayanan Resep Depo Farmasi Rawat Inap RSD dr. Soebandi

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
115
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

6. Pengendalian
Pengendalian di Depo Farmasi Rawat Inap dengan melakukan stok
opname dan pencatatan menggunakan kartu stok untuk meminimalisir
kekeliruan dan kekosongan perbekalan farmasi. Pada Depo Farmasi Rawat
Inap juga memiliki CCTV. Salah satu fungsi dari adanya CCTV untuk
meminimalisir terjadinya hal yang tidak diinginkan seperti kelihangan obat.
7. Pelaporan
Pelaporan evaluasi di Depo Farmasi Rawat Inap meliputi:
a. Laporan bulanan penggunaan obat Narkotika & Psikotropika
b. Laporan bulanan transaksi berdasarkan kelas dan pembagian ruangan
c. Laporan bulanan kegiatan Apoteker (manajerial dan farmasi klinis)
d. Laporan Indikator Unit Kerja (IKU), meliputi presentase obat kosong, obat
diluar FORNAS, obat kadaluwarsa, kesalahan resep dan death stock selama
3 bulan.
e. Laporan stok opname per 3 bulan
f. Laporan Turn Over Ratio (TOR) dan selisih selama 3 bulan

Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan


Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety). Pelayanan farmasi klinis yang dilakukan di
Depo farmasi rawat inar RS dr. Soebandi meliputi :
1. Pengkajian dan Pelayanan Resep

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
116
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Resep yang diterima oleh Apoteker rawat inap dikaji terlebih dauhulu,
meliputi kajian administratif, farmasetis dan klinis. Setelah resep dikaji dan
tidak ada permasalahan dalam resem kemudian obat yang ada dalam resel di
input/di masukkan ke dalam sistem yang dapat membantu proses kegiatan
tersebut yaitu SIM-RS (Sistem Informasi Managemen Rumah Sakit). Kegiatan
pengkajian dan pelayanan resep yang dilakukan mahasiswa PKPA yaitu
memasukkan obat-obat tan dan alkes yang ada dalam resep ke dalam SIM-RS
dan membuat etiket obat serta melakukan penyiapan obat. Adapun alur
pengkajian dan penyiapan resep sebagai berikut :
RESEP

Periksa persyaratan administratif :


Tanggal penulisan resep
Nama Dokter
No.SIP Dokter (Resep Narkotika)
Nama Pasien
Tanggal Lahir
BB (Pasien Anak), BB/TB
Tandatangan/paraf dokter
Periksa persyaratan farmasi resep :
a. nama Obat
b. Kekuatan Sediaan
c. Jumlah Obat yang diminta
d. Aturan Pakai Obat
Periksa persyaratan klinis resep :
a. Ketepatan rute pemberian
b. Duplikasi terapi
c. Keterangan Alergi
d. Interaksi Obat
e. Indikasi
f. Kontraindikasi
Konfirmasi ke dokter penulis resep, jika ada yang tidak jelas
Penyiapan resep
Gambar 15. Alur Pengkajian resep

Baca resep dengan teliti

Siapkan etiket / kemasan

Resep non racikan Resep racikan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
117
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

1. Ambil sediaan farmasi, 1. Ambil obat dari rak


alat kesehatan dan BMHP 2. Hitung obat yang
dari rak dibutuhkan
2. Masukkan dalam 3. Pastikan alat-alat yang akan
kemasan / beri etiket digunakan untuk peracikan
dalam keadaan bersih
4. Masukan semua obat didalam
alat penghalus/pen-campuran
5. Haluskan sampai homogen
6. Bagi campuran sama banyak
sesuai resep
7. Kemas Obat ke dalam kapsul
atau kertas puyer
8. Kemas plastik etiket

Lakukan pengecekan sebelum diserahkan

Gambar 16. Alur Penyiapan Resep

2. Rekonsiliasi obat
Mahasiswa mengisi lembar rekonsiliasi obat pada rekam medis pasien dan
didampingi oleh apoteker. Rekonsiliasi dilakukan ketika pasien masuk rumah
sakit, saat pasien transfer atau pindah ruang dan ketika pasien keluar rumah
sakit.
Pada lembar rekonsiliasi mahasiswa menuliskan nama obat, dosis,
frekuensi dan cara pemberian. Kemudian menyesuaikan obat-obatan tersebut
dengan instruksi pengobatan yang terbaru, apakah dilanjutkan dengan aturan
pakai yang sama atau dengan aturan pakai berubah atau obat tersebut di stop.
Jika obat-obatan tersebut dilanjutkan tetapi dengan aturan pakai berubah maka
dituliskan perubahan atursn pakai.
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat (PIO) di RSD dr. Soebandi sudah
berjalan dengan baik. Apoteker menjawab pertanyaan dari perawat, dokter dan
lainnya jika ada pertanyaan mengenai informasi tentang obat/ketersediaan obat

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
118
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

di depo rswat inap. Pelayanan Informasi obat juga bisa dilakukan ketika pasien
keluar Rumah Sakit (KRS).
4. Konseling
Kegiatan konseling sudah berjalan di RSD dr. Soebandi. Mahasiswa
melakukan kegiatan konseling di rawat inap berupa konseling pada saat
penyerahan obat pasien pulang dengan mendatangi setiap beds pasien yang
akan pulang. Pada kegiatan konseling ini mahasiswa harus dapat menggali
semua masalah atau keluhan yang dirasakan pasien. Mahasiswa juga
menjelaskan cara menggunakan obat-obat yang diberikan pada pasien sesuai
dengan aturan cara minumnya, menjelaskan beberapa rekomendasi terapi
secara non farmakologinya.
5. Visite
Mahasiswa melakukan visite yang didampingi oleh apoteker, pada saat
visite mahasiswa menggali maslah pengobatan pasien seperti monitoring efek
samping yang dirasakn pasien setelah minum obat. Pada saat visite mahasiswa
juga melihat pengobatan yang diterima pasien apakah ada interaksi obat atau
tidak , dosis dan pengobatatan sudah sesuai apa belum .Mahasiswa mengamati
perkembangan pasien dan melihat di data rekam medis apakah terapi
dilanjutkan atau dihentikan atau ditambahakan
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
PTO merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan
terapi obat yang aman, efekstif dan rasional bagi pasien. Tujuannya adalah
untuk memastikan terapi dan meminimalkan resiko reaksi obat yang tidak
dikehendaki (ROTD).
Masalah terkait obat yaitu :
a. Indikasi tidak teratasi
b. Pemilihan obat yang ttidak tepat
c. Terapi tanpa indikasi
d. Indikasi tanpa terapi
e. Dosis terlalu kecil
f. Dosis terlalu kecil

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
119
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

g. Dosis terlalu besar


h. Interaksi obat
7. Monitoring Efek Samping obat (MESO)
Kegiatan Monitoring Efek samping Obat (MESO) yang dilakukan
mahasiswa PKPA dengan cara menanyakan langsung pada pasien terhadap
efek samping dari setiap obat yang dikonsumsi oleh pasien pada saat visite.
Kegiatan MESO ini dilakukan untuk memantau respon atau keadaan pasien
yang tidak dikehendaki setelah mendapatkan terapi atau meminum obat yang
diberikan. Jika ada efek samping yang tidak diinginkan atau efek samping yang
dirasakan pasien, Apoteker akan melakukan pemantauan sehingga pasien akan
tetap mendapatkan efek terapi yang diharapkan.

D. Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD)


Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan salah satu bagian dari pelayanan
kesehatan di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang
menderita sakit dan cedera serta kondisi khusus yang dapat mengancam
kelangsungan hidupnya, serta sebagai gerbang utama penanganan kasus gawat
darurat di rumah sakit. IGD memegang peranan penting dalam upaya
penyelamatan hidup pasien maka aksesnya harus strategis dan tepat, salah satunya
adalah pelayanan resep secara tepat pasien, tepat jumlah, tepat waktu, sesuai
standar dan sesuai dengan resep.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSD dr. Soebandi Jember terdapat
beberapa ruangan diantaranya yaitu:
a. Ruang triage, merupakan penanganan pertama asesmen ruang setelah saat
pasien datang ke IGD. Kondisi pasien di IGD dikelompokkan ke dalam
beberapa prioritas, yaitu:
1) Prioritas Pertama (Merah), gawat dan darurat yaitu pasien cedera berat dan
memerlukan penilaian cepat dan tindakan medik segera untuk
menyelamatkan hidupnya, sepeti pasien gagal napas, henti jantung, luka
bakar berat, pendarahan parah dan cedera kepala berat.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
120
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

2) Prioritas Kedua (Kuning), gawat dan tidak darurat yaitu pasien


memerlukan bantuan namun dengan cedera dan tingkat yang kurang berat
dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat.
3) Prioritas Ketiga (Hijau), tidak gawat dan tidak darurat yaitu pasien dengan
cedera minor dan tingkat penyakit yang tidak membutuhkan pertolongan
segera, serta tidak mengancam nyawa dan tidak menimbulkan kecacatan.
b. Ruang isolasi, merupakan ruang isolasi untuk pasien COVID-19, TB MDR
dan HIV.
c. Ruang resusitasi, merupakan ruang untuk memulihkan kembali pasien yang
dianggap kritis atau koma yang disebabkan oleh menurunnya fungsi jantung
dan gagal nafas butuh penanganan cepat. Di dalam ruang resusitasi terdapat
trolley code blue (emergency kit) yang dicek seminggu sekali ED dan
kelengkapannya. Apabila segel trolley code blue terbuka, berarti salah satu
perbekalan farmasi sudah digunakan sehingga perawat berkomunikasi dengan
dokter untuk membuatkan resep baru untuk mengganti perbekalan yang telah
digunakan dan resep diserahkan ke Depo Farmasi IGD.
d. Ruang PONEK, merupakan ruangan yang digunakan untuk ibu melahirkan,
bayi obstetri ginekologi.
e. Ruang OK emergency, merupakan ruangan yang digunakan untuk tindakan
pada pasien yang emergensi.
Pelayanan perbekalan farmasi di IGD dilakukan selama 24 jam termasuk
pada hari libur, yang dibagi dalam 3 shift yaitu shift pagi (07.00-15.00), shift sore
(15.00-22.00) dan shift malam (22.00-07.00). Sumber daya manusia yang ada di
Depo Farmasi IGD yaitu sebanyak 9 orang terdiri dari 1 orang Apoteker, 4 orang
Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) dan 4 orang Tenaga Administrasi, untuk
penempatan obat di Depo Farmasi IGD RSD dr. Soebandi sendiri tertata menurut
farmakologi/sesuai golongan, hal ini agar mempercepat pengambilan obat.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
121
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Gambar 13. Denah Depo Farmasi IGD RSD dr. Soebandi


Keterangan:

Apoteker Depo Farmasi IGD melakukan kegiatan managerial farmasi dan


farmasi klinis. Kegiatan managerial farmasi di Depo Farmasi IGD RSD. dr
Soebandi Jember, yaitu:
1. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan
pelayanaan resep dan buffer stock. Perencanaan dilakukan berdasarkan data
buku defecta untuk melihat obat, alkes dan BMHP apa saja yang stoknya
hampir habis.
2. Pengadaan
Pengadaan obat di Depo Farmasi IGD dilakukan melalui SIM RS ke
Gudang Farmasi atau ke depo lainnya. Pengadaan dilakukan berdasarkan
metode konsumsi atau data penggunaan sebelumnya sesuai dengan stok yang
tersedia di gudang atau depo lain.
3. Penerimaan
Barang pesanan yang datang ke Depo Farmasi IGD selanjutnya
dilakukan pengecekan oleh Apoteker atau TTK dengan mencocokkan lembar
permintaan dan fisik barang yang datang, dan selanjutnya dilakuakan
pemeriksaan fisik barang dan tanggal kadaluwarsa. Barang yang sudah cocok

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
122
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

kemudian diterima secara SIM RS, ditata dan dimasukkan pada kartu stok.
4. Penyimpanan
Penyimpanan dan penataan perbekalan farmasi di Depo Farmasi IGD
diatur berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, jenis sediaan, alkes dan
BMHP yang disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First
Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO). Hal ini dilakukan
mempermudah dan mempercepat pelayanan. Penyimpanan perbekalan farmasi
yang diberikan label High Alert (Narkotika & Psikotropika, elektrolit
konsentrasi pekat dan insulin). Obat Narkotika & Psikotropika disimpan di
lemari khusus yang terbuat dari besi dan mempunyai pintu dua lapis, obat-
obatan yang harus disimpan dengan suhu 2-8ºC disimpan dalam lemari
pendingin. Penyimpanan obat LASA ditempel label LASA dan diberikan jarak
minimal 2 kotak untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pengambilan
obat.
Penyimpanan emergency kit dan trolley code blue yang merupakan
lemari berisi obat dan alkes pasien berada di ruang resusitasi. Pengecekan
serta pemenuhan emergency kit selalu dilakukan setiap minggu agar
jumlahnya tetap. Dokter dan perawat yang menangani pasien resusitasi dapat
mengambil obat dan alkes langsung apabila membutuhkan penanganan segera
dan mempunyai kewajiban untuk mengganti dengan resep ke Depo Farmasi
IGD. Selain bertanggung jawab terhadap trolley code blue, Depo Farmasi IGD
juga bertanggung jawab terhadap ambulance kit yang merupakan tas box
berisi obat dan alkes untuk penanganan pasien selama berada di dalam mobil
ambulan.
5. Pendistribusian
Sistem pendistribusian atau dispensing yang digunakan di IGD RSD
dr. Soebandi Jember adalah individual prescribing dan sistem paket. Sistem
dispensing paket bertujuan untuk memudahkan dan mempercepat pelayanan
IGD pada tindakan emergensi. Paket kebutuhan yang disiapkan antara lain:

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
123
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

1) Paket NGT, digunakan untuk pasien keracunan atau untuk menguras isi
perut, terdiri dari Maag slang 18, Urine bag, Jelly sachet, Spuit 10 cc,
Plester non woven 10x5 : 5 cm.
2) Paket Infuset, digunakan untuk memasang infus, terdiri dari Infuset, IV
Catheter 18, Plester IV 6x7, Plester non woven 10x5 : 5 cm.
3) Paket Bloodset Non Operasi, digunakan untuk pasien yang akan
melakukan tranfusi darah, terdiri dari Bloodset, IV Canula 18, Plester IV
6x7, Plester non woven 10x5 : 5 cm.
4) Paket DC, digunakan untuk pasien yang membutuhkan pemasangan
catheter, terdiri dari Folley catheter 16, Urine bag, Jelly sachet, Hand
Schoen No. 7, Spuit 10 cc, Plester non woven 10x5 : 5 cm, Air PI 25 ml.
5) Paket Radiologi, digunakan untuk pasien yang akan menjalani CT Scan,
terdiri dari Wing needle 21, Jarum 19, Spuit 50 cc, Xolmetras (kontras).
6) Paket APD Pasien B20, digunakan untuk penanganan pasien riwayat HIV,
terdiri dari Gynecology set, Fenestrated Drape 2 buah, Underpad 2 buah,
Sepatu boots 2 buah, Hand Scoen Obgyn 2 buah, Apron 3 buah, Kaca mata
2 buah, Masker Respirator N95 3 buah.
6. Pengendalian
Pengendalian di Depo Farmasi IGD dengan melakukan stok opname
dan pencatatan menggunakan kartu stok untuk meminimalisir kekeliruan dan
kekosongan perbekalan farmasi. Pada Depo Farmasi IGD juga memiliki
CCTV. Salah satu fungsi dari adanya CCTV untuk meminimalisir terjadinya
hal yang tidak diinginkan seperti kelihangan obat.
7. Pelaporan
Pelaporan evaluasi di Depo Farmasi IGD meliputi:
g. Laporan bulanan penggunaan obat Narkotika & Psikotropika
h. Laporan bulanan transaksi
i. Laporan bulanan kegiatan Apoteker (managerial dan farmasi klinis)
j. Laporan Indikator Unit Kerja (IKU), meliputi presentase obat kosong, obat
diluar FORNAS, obat kadaluwarsa, kesalahan resep dan death stock selama
3 bulan.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
124
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

k. Laporan stok opname per 3 bulan


l. Laporan Turn Over Ratio (TOR) dan selisih selama 3 bulan
Kegiatan farmasi klinis di Depo Farmasi IGD RSD. dr Soebandi Jember,
yaitu:
1. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Alur pelayanan di Depo Farmasi IGD adalah sebagai berikut, saat
pasien datang (dengan status apapun), dokter dan perawat di IGD segera
melakukan pemeriksaan lalu meminta obat dan alkes yang dibutuhkan untuk
menangani pasien. Setelah selesai menyiapkan resep pasien (obat, alkes
mapun BMHP), TTK maupun petugas administrasi Depo Farmasi IGD akan
melakukan entri pada SIM sesuai dengan statusnya. Untuk pasien umum, akan
membayar di loket pembayaran sedangkan untuk pasien BPJS tidak perlu
melakukan pembayaran.
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan pelayanan yang
dilakukan kepada oleh Apoteker untuk memberi informasi secara akurat
kepada Pasien, Dokter, sesama Apoteker, Perawat, dan Tenaga Kesehatan
yang lain agar dapat menggunakan obat dengan baik dan mencegah terjadinya
efek samping dari obat. PIO dapat dilakukan secara lisan, tertulis, maupun via
telepon dimana penanya dapat menyampaikan pertanyaan kepada bagian PIO
(Apoteker). Selanjutnya pertanyaan dari penanya dan informasi jawaban dari
Apoteker tersebut dicatat dan didokumentasikan di lembar PIO.
3. Rekonsiliasi Obat
Merupakan salah satu rangkaian kegiatan dari Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit. Rekonsiliasi obat merupakan kegiatan
membandingkan pengobatan sebelumnya yang telah didapatkan atau dibawa
pasien dengan pengobatan yang sedang dijalani atau yang akan dijalani sesuai
instruksi dokter. Proses ini dapat menjadi salah satu tahap untuk mencegah
adanya medication error seperti adanya obat yang tidak diberikan, dosis obat
yang tidak sesuai, duplikasi obat, interaksi antar obat ataupun kontraindikasi
obat. Rekonsiliasi obat dilakukan dengan cara wawancara kepada pasien atau

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
125
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

keluarga pasien saat pasien masuk ke ruang IGD, rujukan dari sarana
kesehatan lain, poliklinik rawat jalan atau ruang perawatan sebelumnya terkait
obat-obat yang dibawa, masih digunakan atau tidak digunakan lagi dengan
jangka waktu 1 bulan. Kemudian menuliskan hasil wawancara di formulir
Rekonsiliasi Obat. Setelah itu mengkonfirmasi ulang tentang obat-obat yang
sudah dituliskan kepada pasien atau keluarganya. Apabila pasien membawa
obat dari luar rumah sakit maka pasien diinformasikan untuk menyimpan
obatnya terlebih dahulu dan tidak digunakan selama di rumah sakit kecuali ada
instruksi tertentu. Rekonsiliasi obat dapat dilakukan setiap adanya
perpindahan pelayanan kesehatan, seperti saat pasien masuk rumah sakit dan
saat pasien mengalami perpindahan bangsal atau unit layanan lain dalam suatu
instansi rumah sakit yang sama (dari bangsal rawat inap menuju ke Intensive
Care Unit, dari IGD menuju bangsal rawat inap).

E. Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral (IBS)


Instalasi Bedah Sentral (IBS) merupakan instalasi khusus yang bertugas
untuk penanganan kasus-kasus bedah yang perlu dilakukan operasi dan ditangani
oleh dokter-dokter spesialis beserta petugas paramedis profesional sesuai dengan
kebutuhan baik yang direncanakan (elektif) maupun kondisi gawat (emergency).
IBS RSD dr. Soebandi memiliki 9 kamar operasi. Kamar Operasi (OK) 1
digunakan untuk bedah saraf, OK 2 dan 4 untuk bedah emergency, OK 3 untuk
bedah umum atau khusus (Bedah Toraks Kardiovaskuler (BTKV), bedah anak,
bedah plastik), OK 5 untuk obstetrics and gynecology (persalinan caesar), OK 6
untuk bedah lokal (Telinga,Hidung,dan tenggorokan (THT), Odomtectomi, mata,
OOCCE), OK 7 untuk bedah urologi (C- AIM), OK 8 untuk bedah ortopedi (C-
IAM), dan pada tahun 2020 terdapat penambahan layanan oleh IBS ruangan OK 9
untuk tindakan operasi pada pasien dengan confirm COVID-19 yang dibuktikan
melalui pemeriksaan penunjang berupa PCR.
Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSD dr. Soebandi merupakan
salah satu bagian dari sistem pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yang
bertanggung jawab terhadap pelayanan farmasi di IBS. Depo farmasi IBS

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
126
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

dipimpin oleh 1 Apoteker Penanggung Jawab, dibantu oleh 4 Tenaga Teknis


Kefarmasian, dan 4 Tenaga Administrasi. Pembagian jam kerja di Depo farmasi
IBS dibagi dalam 3 shift yaitu shift pagi (07.00-14.00), shift siang (14.00-21.00),
dan shift malam (21.00-07.00).
Peran farmasi di IBS yaitu menyediakan perbekalan farmasi dan Alat
Pelindung Diri (APD). Farmasi berkoordinasi dengan pihak terkait (PPI,
Pengadaan, Logistik Farmasi) dalam pengelolaan APD yang nyaman dan
terstandarisasi, mengestimasi kebutuhan perbekalan farmasi habis pakai serta
APD untuk tim OK 9. Pada pelayanan Depo farmasi IBS, terdapat rak obat
injeksi, alat kesehatan dan beberapa APD. Penyusunan obat berdasarkan bentuk
sediaan (injeksi dan infus), stabilitas penyimpanan, kelas terapi, high allert,
sedangkan untuk alkes disusun berdasarkan fungsinya.
Penyiapan perbekalan farmasi dilakukan apabila terdapat permintaan dari
IBS berupa resep masuk ke Depo farmasi IBS. Kisaran waktu layanan penyiapan
perbekalan farmasi sesuai dengan standart yakni 30-45 menit sebelum operasi
dimulai (Pedoman Kefarmasian dan Pelayanan Obat, 2019). Pelayanan resep
elektif Depo farmasi IBS diberi waktu yaitu H-24 jam sebelum operasi dilakukan.
Jika pihak farmasi tidak tepat waktu dalam menyediakan alat untuk kebutuhan
operasi maka operasi ditunda terlebih dahulu untuk menghindari resiko yang tidak
diinginkan akibat perbekalan farmasi tidak lengkap atau mengalami kekosongan.
Operasi elektif dilakukan pada hari Senin-Jum’at, sedangkan operasi emergency
dilakukan setiap hari selama 24 jam.
Metode dispensing di Depo farmasi IBS menggunakan sistem individual
prescribing dan kombinasi menggunakan floor stock. Sistem individual
prescribing merupakan metode peresepan dimana pasien mendapatkan obat dan
alat kesehatan yang digunakan untuk operasi sesuai dengan resep yang telah
dituliskan. Sistem floor stock merupakan metode di mana obat dan alat kesehatan
yang akan digunakan untuk operasi sudah tersedia didalam ruang operasi. Alur
pelayanan resep di Depo farmasi IBS, adalah sebagai berikut:

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
127
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Gambar 13. Alur Pelayanan Resep Depo Farmasi IBS RSD dr. Soebandi Jember

Sistem pengeluaran obat dan alkes di Depo Farmasi IBS menggunakan


kombinasi FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out), yaitu
barang yang masuk pertama akan dikeluarkan terlebih dahulu dan barang dengan
tanggal kadaluwarsa lebih awal akan dikeluarkan lebih dahulu. Sistem FEFO lebih
diprioritaskan karena untuk menghindari adanya barang kadaluwarsa di Depo
farmasi IBS. Teknik untuk mempermudah pelayanan resep Depo farmasi IBS
dengan membuat layanan yang terdiri dari 2 paket yaitu paket bedah dan paket
anestesi. Paket-paket ini disiapkan apabila Depo farmasi IBS sudah menerima
resep dari perawat. Paket bedah terdiri bedah sectio caesar/obgyn, laparatomi,
orthopedi, odontektomi, Water Seal Drainage (WSD), urologi serta perinatologi
dan paket anestesi terdiri dari General Anestesi (GA) dan Regional Anestesi (RA).
Paket GA diberikan pada pasien untuk bius total sedangkan paket RA untuk bius
lokal.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

BAB V
PEMBAHASAN

A. Depo Gudang Farmasi RSD dr. Soebandi


Depo Gudang Farmasi RSD dr. Soebandi merupakan depo yang
bertanggung jawab dalam pengelolaan perbekalan farmasi baik obat, Alat Medis
Habis Pakai (AMHP) maupun Bahan Medis Habis Pakai (BMHP). Gudang
Farmasi menyediakan kebutuhan perbekalan farmasi untuk semua unit seperti
Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, IGD (Instalasi Gawat Darurat) dan
IBS (Instalasi Bedah Sentral) maupun kebutuhan depo-depo layanan di internal
Instalasi Farmasi.
Penyimpanan perbekalan farmasi dibedakan menjadi dua yaitu
penyimpanan obat (gudang 1) dan penyimpanan alat kesehatan (alkes), Bahan
Medis Habis Pakai (BMHP) dan reagen (gudang 2). Penyimpanan bahan obat
dibagi lagi menjadi dua yaitu obat generik serta obat merk dagang. Obat-obatan
disusun secra alfabetis dengan menerapkan sistem FEFO (First Expired First Out)
dan FIFO (First In First Out). Obat High Alert berupa LASA (Look Alike, Sound
Alike), Larutan konsentrasi tinggi, obat golongan Narkotika dan Psikotropika
diberikan label atau penandaan khusus. Selain itu, terdapat juga Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3) diberikan penandaan dan diberi jarak dengan jenis obat lain
sehingga mengurangi terjadinya kesalahan dalam pengambilan obat dengan
pengucapan atau nama yang terlihat mirip. Obat yang stoknya kosong maka kartu
stoknya diletakkan ditempat khusus (wadah dengan label kartu stok kosong) agar
mudah mengetahui obat apa saja yang stok barangnya sudah kosong.
Penyimpanan narkotika dan psikotropika disimpan di lemari terpisah.
Khusus obat yang termolabil disimpan di kulkas. Penyimpanan barang yang
mudah terbakar dan berbahaya juga disimpan ditempat yang berbeda dan untuk
obat-obatan dengan nama obat dan rupa mirip (NORUM/LASA) diberikan stiker
dan diletakkan tidak berdekatan untuk menghindari salah ambil obat. Untuk
penyimpanan perbekalan farmasi alat kesehatan di gudang farmasi ditata
berdasarkan golongan penggunanan dan jenis. Semua perbekalan farmasi yang

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
128
129
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

ditata dicatat di kartu stok dan diletakkan disebelah kanan dari barang tersebut
agar lebih mudah untuk proses administrasinya. Alur masuk dan keluarnya
perbekalan farmasi harus selalu dicatat di kartu stok dan dilakukan pengecekkan
antara kartu stok dengan data yang ada di komputer serta bukti fisik perbekalan
farmasi yang ada di gudang. Penyimpanan obat di gudang farmasi RSD dr.
Soebandi sudah memenuhi persyaratan.
Gudang Perbekalan Farmasi RSD dr. Soebandi menerapkan managemen
pengelolaan perbekalan farmasi satu pintu, artinya semua perbekalan farmasi di
terima dan dikeluarkanhanya oleh Instalasi Farmasi, sehingga kebutuhan dan
pemakaian dapat di pantau dengan baik. Fungsi tersebut dikontrol dengan system
control persediaan secara manual dan komputerisasi. Tujuan utama dari control
persediaan adalah mengatur pengadaan dan perubahan persediaan terkait jumlah
barang masukdan keluar serta sisa barang. Sistem control ini diatur untuk
menyediakan informasi guna memonitor keadaan persediaan.
Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi Jember menerapkan sistem satu pintu,
yang merupakan suatu system dimana dalam pelayanan kefarmasian
menggunakan satu kebijakan, satu standar operasional, satu pengawasan
operasional dan satu system informasi. Sistem pelayanan farmasi satu pintu dalam
artian instalasi farmasi sebagai pengelola tunggal perbekalan farmasi rumah sakit.
Kebijakan kefarmasian satu pintu termasuk juga pembuatan formularium,
pengadaan, dan pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui
Instalasi Farmasi Rumah Sakit, dengan demikian semua sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan habis pakai yang beredar dirumah sakit merupakan tanggung
jawab Instalasi Farmasi. Farmasi rumah sakit bertanggung jawab atas semua
barang farmasi yang beredar di rumah sakit baik di rawat jalan maupun di rawat
inap, bertanggung jawab atas pengadaan dan penyajian informasi obat siap pakai
bagi semua pihak rumah sakit, baik petugas kesehatan maupun pasien dan
bertanggung jawab atas semua pekerjaan pelayanan kefarmasian dirumah sakit.
Sistem perencanaan di Instalasi Farmasi RSD dr. Soebandi dilakukan
menggunakan metode kombinasi yaitu perpaduan antara metode konsumsi dan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
130
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

epidemiologi. Masing-masing depo membuat perencanaan kebutuhan masing-


masing kemudian perencanaan masing-masing depo diserahkan kepada Instalasi
Farmasi yang selanjutnya dibuatlah rancangan yang telah tandatangani oleh
Kepala IFRS, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Pengguna Anggaran
(Direktur RS), setelah itu diajukan kepada tim pengadaan RSD dr. Soebandi untuk
direalisasikan. Selanjutnya tim pengadaan yang melakukan pemesanan barang
kepada distributor obat. Kemudian untuk penerimaan dilakukan oleh pihak
gudang.
Perencanaan perbekalan farmasi merupakan langkah awal dalam siklus
pengelolaan obat. Tujuan dari perencanaan ini adalah untuk mendapatkan jenis
dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan di
rumahsakit. Perencanaan jangka panjang atau tahunan berdasarkan metode
konsumsi sedangkan perencanaan jangka pendek berdasarkan metode
epidemiologi. Perencanaan yang baik akan mengatasi permasalahan kekosongan
atau kelebihan perbekalan farmasi. Kegiatan perencanaan meliputi kegiatan
pemilihan dan perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi.
Pemilihan perbekalan farmasi dilakukan dengan mempertimbangkan baik
jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang disesuaikan dengan kebutuhan
dan anggaran rumah sakit. Fungsi dari pemilihan adalah untuk menentukan
perbekalan farmasi yang benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien atau
kunjungan serta pola penyakit di RSD dr. Soebandi.
Pedoman yang digunakan dalam perencanaan perbekalan farmasi di
Rumah Sakit dr. Soebandi meliputi Formularium Nasional, Formularium Rumah
Sakit, Clinical Pathway, anggaran yang tersedia, sisa persediaan, data pemakaian
sebelumnya dan rencana pengembangan. Pedoman tersebut selanjutnya menjadi
acuan dalam penentuan kebutuhan perbekalan farmasi untuk periode kedepan.
Dalam melaksanakan perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi, RSD dr.
Soebandi menggunakan metode konsumsi. Perencanaan kebutuhan perbekalan
farmasi RSD dr. Soebandi dilakukan tiap bulan pada minggu terakhir. Tim
perencanaan menentukan daftar kebutuhan perbekalan farmasi untuk tiap depo
kemudian akan dilakukan pengecekan oleh tiap kepala depo dan setelah disetujui,

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
131
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

daftar perbekalan tersebut diserahkan pada tim pengadaan untuk dapat


direalisasikan. Adapun metode epidemologi juga digunakan apabila hanya terjadi
kasus/kejadian luar biasa.
Obat-obatan dan alkes yang telah kadaluwarsa dan rusak dari setiap depo
maupun gudang farmasi dikumpulkan dan akan dilakukan pemusnahan. Usulan
pemusnahan disusun oleh IFRS dan selanjutnya akan diajukan ke Direktur Rumah
Sakit. Direktur Rumah Sakit mengajukan ke Pemerintah Daerah setelah
mendapatkan persetujauan kemudian Direktur Rumah Sakit menetapkan Surat
Keputusan dan membuat jadwal pemusnahan. Direktur Rumah Sakit kemudian
akan mengeluarkan Surat Keputusan (SK) mengenai tim yang akan melakukan
pemusnahan. Tim tersebut terdiri atas pihak internal dan eksternal Rumah Sakit
juga menghadirkan saksi dari Dinas Kesehatan Kabupaten, Kepolisian,
Inspektorat, dan BPKAD (Badan Pemeriksan Keuangan dan Aset Daerah).
Pemusnahan kemudian dilakukan pada waktu dan tempat yang telah ditentukan,
RSD dr. Soebandi melakukan pemusnahan tidak setiap 1 tahun sekali, namun
tergantung banyaknya berbekalan farmasi yang akan dimusnahkan. Setelah
pemusnahan selesai, selanjutnya tim pemusnahan membuat berita acara serta
dokumentasi pada saat pemusnahan dilakukan.

B. Depo Farmasi Rawat Jalan RSD dr. Soebandi


1. Depo Rawat Jalan Lantai 1
Kegiatan PKPA mahasiswa selama di depo farmasi rawat jalan diwajibkan
untuk melakukan pelayanan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Selama
di depo Rawat Jalan 1, mahasiswa terlibat langsung dalam pelayanan kefarmasian
seperti dispensing (penyiapan obat), melakukan pencatatan stok persediaan obat
dan alkes setiap pagi dan siang. Pelayanan resep di depo farmasi rawat jalan
berupa pelayanan resep kepada pasien umum, pasien BPJS, SPM dan asuransi
lain. Metode yang digunakan dalam dispensing obat pasien rawat jalan dilakukan
menggunakan metode individual prescribing. Sistem individual prescribing
merupakan suatu sistem dimana dokter rmenuliskan resep untuk masing-masing
pasien kemudian pasien menebus resep obatnya sendiri ke depo farmasi rawat

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
132
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

jalan. Pelayanan resep pada pasien BPJS dan SPM harus diteliti dahulu dengan
memeriksa kelengkapan syarat-syarat pengajuan resep BPJS (screening
administrative) yaitu surat rujukan, surat jaminan BPJS, fotocopy dan data
laboratorium bila diperlukan.
Resep yang masuk di depo farmasi rawat jalan harus di screening terlebih
dahulu, dengan melakukan verifikasi resep menggunakan 3C yakni; Clear yaitu
memastikan bahwa resep harus jelas dan dapat dibaca. Correct adalah memastikan
bahwa resep yang dikerjakan benar dan sesuai terkait nama dokter, obat yang
diresepkan dan nama pasien. Complate adalah memastikan bahwa resep ditulis
dengan lengkap terkait dosis, jumlah, kekuatan sediaan dan aturan pakai obat dan
meliputi keterangan yang diperlukan terkait pasien.
Pelayanan resep dimulai dengan memeriksa identitas pasien, memberikan
nomor urut resep kepada pasien atau keluarga pasien. Lama pemberian obat
maksimum 7 hari untuk pasien non kronis, sedangkan untuk resep dengan
penyakit kronis, lama pemberian obat maksimal 30 hari untuk pasien geriatri dan
pediatri. Resep untuk obat penyakit kronis, harus disertakan surat pernyataan
kronis dari dokter di masing-masing poli. Jika tidak ada surat keterangan kronis,
maka dianggap tidak kronis dan obat diberikan maksimal 7 hari. Serta ada
beberapa obat tertentu yang hanya dapat diberikan jika pasien melampirkan hasil
laboratorium.
Dispensing atau penyiapan resep disesuaikan dengan kategori status pasien.
Obat yang diberikan untuk pasien BPJS harus disesuaikan dengan Formularium
Nasional. Evaluasi terhadap Formularium Rumah Sakit harus secara rutin dan
dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan Rumah sakit. Obat untuk pasien
regular sesuai dengan formularium RS. Pasien SPM diberikan obat-obatan generik
yang merujuk pada e-catalog (Daftar Obat Generik), sedangkan untuk pasien
asuransi lain seperti PT. KAI, obat yang diberikan sesuai dengan kesepakatan
yang telah dibuat antara pihak instansi yang bersangkutan dengan pihak Rumah
Sakit dengan melampirkan keterangan keanggotaan dari instansi terkait.
Pengecekan kembali (cross check) kelengkapan obat dilakukan sebelum
obat diserahkan kepada pasien, pengecekan kelengkapan obat secara keseluruhan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
133
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

dimulai dari nama pasien, nama obat, dosis dan bentuk sediaan, jumlah obat dan
etiketnya. Pada waktu penyerahan obat, nomor urut pengambilan obat pada pasien
dicocokkan dengan nomor urut yang tertulis pada resep. Selain itu nama pasien
dan nama poli juga ditanyakan. Hal ini dilakukan untuk mencegah kesalahan
dalam pengambilan obat dan penyerahan obat.
Pelayanan obat di depo farmasi rawat jalan memiliki rata-rata waktu
tunggu pasien adalah obat racikan < 60 menit dan non racikan < 30 menit. Ini
terjadi karena dalam proses dispensing dilakukan secara kolektif untuk pasien-
pasien yang membawa resep pada waktu yang berdekatan, selain itu sebelum
disiapkan resep juga harus diinput terlebih dahulu ke SIM Farmasi R S untuk
pasien BPJS resepnya bisa langsung disiapkan sedangkan untuk pasien umum
harus melakukan pembayaran atau penebusan resep terlebih dahulu di loket
pembayaran. Selain itu juga terjadi penumpukan pasien ketika siang, pasien dari
poli rata-rata baru mengunjungi depo farmasi ketika jam 09.30-13.00 sehingga
sering terjadi penumpukan resep di jam tersebut akibatnya waktu tunggu pasien
menerima obat juga semakin lama. Pelayanan pemberian informasi obat (PIO)
juga dilakukan di Depo Farmasi Rawat Jalan lantai 1 dan 2, yang bertujuan ntuk
meningkatkan pengetahuan pasien tentang penggunaan obat, hal ini juga yang
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi lamanya waktu tunggu pasien.
Kegiatan konseling kepada pasien dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana pengetahuan dan kemampuan pasien dalam menjalani pengobatannya serta
untuk memantau perkembangan terapi yang dijalani pasien. Pemantauan
perkembangan terapi pada pasien dapat dilakukan dengan melihat kartu kontrol
pengambilan obat. Ada tiga pertanyaan utama (Three Prime Questions) yang
dapat digunakan dalam membuka sesi konseling untuk pertama kalinya.
Pertanyaan tersebut sebagai berikut: “Apa yang telah dokter katakan tentang obat
anda? Bagaimana penjelasan dokter tentang cara minum obat ini? Apa yang
dokter telah jelaskan tentang harapan setelah minum obat ini?”. Adapun untuk
pasien yang telah mendapatkan konseling sebelumnya, tidak menggunakan tiga
pertanyaan utama, namun ditanyakan bagaimana hasil pengobatan selama ini,

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
134
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

apakah telah mampu mengurangi maupun manghilangkan gejala penyakit yang


muncul.
Kegiatan di depo farmasi rawat jalan lantai 1 salah satunya adalah
melakukan penanganan terhadap obat-obat sitostatika. Sitostatika merupakan
salah satu pengobatan kanker yang paling banyak menunjukkan kemajuan dalam
pengobatan kanker. Prosedur penanganan obat sitostatika yang aman perlu
dilaksanakan untuk mencegah resiko kontaminasi pada personel yang terlibat
dalam preparasi, transportasi, penyimpanan dan pemberian obat sitostatika. Untuk
melindungi petugas dan lingkungan dari keterpaparan obat kanker, preparasi obat
sitostatika secara aseptis diperlukan untuk tiga tujuan sebagai berikut:
a. Produk harus terlindung dari kontaminasi mikroba dengan teknik aseptis
b. Personal yang terlibat harus terlindung dari paparan bahan berbahaya
c. Lingkungan harus terhindar dari paparan bahan berbahaya
Bahan Sitostatika merupakan zat atau obat yang merusak dan membunuh
sel normal dan sel kanker, serta digunakan untuk menghambat pertumbuhantumor
malignan. Istilah sitostatika biasa digunakan untuk setiap zat yang mungkin
genotoksik, mutagenik, onkogenik, teratogenik, dan sifat berbahaya lainnya.
Sitostatika tergolong obat beresiko tinggi karena mempunyai efek toksik yang
tinggi terhadap sel, terutama dalam reproduksi sel sehingga dapat menyebabkan
karsinogenik, mutagenik dan teratogenik. Oleh karena itu, penggunaan obat
sitostatika membutuhkan penanganan khusus untuk menjamin keamanan,
keselamatan penderita, perawat, profesional kesehatan, dan orang lain yang tidak
menderita sakit. Tujuan penanganan bahan sitostatika adalah untuk menjamin
penanganannya yang tepat dan aman di rumah sakit.
Penanganan sitostatika harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Teknik aseptik
2. Pemberian dalam citoguard (Biology Safety Cabinet kelas 2)
3. Petugas yang bekerja harus terlindungi
4. Jaminan mutu produk
5. Dilaksanakan oleh petugas yang terlatih
6. Adanya prosedur tetap

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
135
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Standar kerja yang harus dipersiapkan meliputi:


1. Teknik khusus penanganan sitostatika
2. Perlengkapan pelindung (baju, topi, masker, sarung tangan, sepatu)
3. Pelatihan petugas
4. Penandaan, pengemasan, transportasi
5. Penanganan tumpahan obat sitostatika
6. Penanganan limbah
Prosedur tetap penanganan sitostatika yang aman terdiri dari:
1. Persiapan
a) Bahan: obat sitostatika, pelarut
b) Alat: spuit, jarum, baju, sarung tangan, masker, topi, sarung kaki
2. Protap ruang aseptik
3. Protap pengerjaan dalam ampul
4. Protap pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan saat penyiapan
sitostatika
5. Protap penanganan jika obat jatuh dan pecah
6. Protap penanganan limbah sitostatika
Preparasi Sitostatika
Penanganan kanker adalah dengan kemoterapi, dalam pelaksanaan
kemoterapi menggunakan obat-obatan sitostatika. Tujuan penanganan bahan
sitostatika adalah untuk menjamin penanganannya yang tepat dan aman di rumah
sakit. Prosedur penanganan obat sitostatika yang aman perlu dilaksanakan untuk
mencegah risiko kontaminasi pada personel yang terlibat dalam preparasi,
transportasi, penyimpanan dan pemberian obat sitostatika. Kegiatan preparasi
kemoterapi harus dilakukan oleh personal yang profesional melakukan handling
sitostatika, di RSD Dr. Soebandi Jember memiliki tenaga pelaksana preparasi
kemoterapi yaitu Ima Fitriana, Amd. Farm dan Aniek Kartika, Amd. Farm.
Alur pelaksanaaan preparasi sitostatika diawali dengan pasien datang ke
poli bedah untuk diperiksa kondisi kesehatannya secara umum apakah baik atau
buruk. Setelah dicek kesehatan pasien jika kondisinya baik maka pasien dirujuk ke
poli kemoterapi untuk selanjutnya diperiksa untuk memastikan kesiapannya

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
136
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

menjalani kemoterapi. Pada poli kemoterapi dispensing obat menggunakan sistem


OD3/ODDD yaitu cara penyerahan obat dimana obat- obatan diminta, disiapkan
dan digunakan serta dibayar dalam dosis perhari yang berisi pemakaian obat untuk
satu hari. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum kemoterapi diantaranya
yaitu kondisi ginjal, FBC (Full Blood Count). Jika kondisi pasien telah siap maka
akan dijadwalkan terapi kemoterapi yang selanjutnya resep akan diserahkan ke
Depo Rawat Jalan agar disiapkan obat sitostatika yang dibutuhkan. Oleh petugas
obat disiapkan dengan penanganan khusus handling sitostatika, obat dibungkus
kertas karbon untuk menjaga stabilitas obat dan diberikan etiket berisi nama
pasien, nama obat, dosis dan tanggal pemberian. Persiapan personalia memakai
APD (Alat Pelindung Diri) untuk melindungi diri dari bahaya paparan obat
sitostatika. Pelaksanaan preparasi sitostatika harus dilakukan oleh personal yang
terlatih dan terampil. Obat sitostatika kemudian dimasukkan kedalam box yang
terlindung untuk selanjutnya diberikan kepada pasien oleh perawat terlatih.
Kegiatan preparasi sitostatika harus mengikuti dan sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan, beberapa hal yang telah ditetapkan prosedurnya antara lain
mengenai segala kegiatan preparasi dari awal dan akhir, ruangan, perlengkapan,
personal hingga penanganan kecelakaan kerja serta limbah sitostatika.
C. Depo Rawat Jalan Lantai 2
Pada depo rawat jalan lantai 2, kegiatan selama PKPA mahasiswa
diwajibkan untuk melakukan pelayanan di depo farmasi sesuai dengan jadwal
yang telah di sepakati (Jam kerja Senin-Jum’at). Mahasiswa terlibat langsung
dalam pelayanan kefarmasian seperti dispensing (penyiapan obat), melakukan
konseling dan PIO pada pasien terkait penggunaan obat seperti obat-obat dengan
penggunaan khusus didampingi oleh Apoteker, kemudian melakukan pencatatan
stok persediaan obat dan alkes setiap siang, selain itu mahasiswa ditugaskan untuk
membuat leaflet kesehatan dan menghitung waktu tunggu pelayanan resep dengan
ketentuan resep racikan sebanya 5 resep dan resep non racikan sebanyak 10 resep.
Kegiatan di depo rawat jalan 2 meliputi pelayanan penyediaan obat-obatan dari
Poli Anak, Poli THT, Poli Gigi dan Bedah Mulut, Poli Psikiatri, Poli Mata, Poli
Kulit dan Kelamin, dan Poli VCT.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
137
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Program Nasional
RSD dr. Soebandi Jember mengikuti Program Nasional (PROGNAS) yaitu
pengobatan TB MDR (Multi Drug Resistant) dan HIV/AIDS, dimana tujuan dari
program ini yaitu meningkatkan angka keberhasilan pengobatan dan menurunkan
angka putus berobat pada pasien TB MDR dan HIV/AIDS. Di Kabupaten Jember
angka kejadian TB MDR dan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) termasuk tinggi
sehingga program ini sangat membantu dalam pengobatan pasien.
Penyakit TB MDR dan HIV/AIDS merupakan penyakit yang menular.
Media penularan penyakit TB MDR melalui percikan dahak (droplet) yang
berasal dari penderita saat bersin, batuk atau berbicara, kemudian terhirup oleh
orang-orang disekitar. Sedangkan media penularan HIV/AIDS melalui cairan
tubuh (darah, air mani, cairan vagina, ASI yang terinfeksi HIV) dan jarum suntik.
Pengobatan pada pasien TB MDR terdapat 2 macam yaitu Short Treatment
Regiment (Pengobatan Regimen Pendek) selama 9-11 bulan dan Individual
Regiment (Regimen Individu) selama 24 bulan. Sedangkan pada pasien
HIV/AIDS pengobatan dilakukan seumur hidup, maka dari itu butuh perhatian
khusus dalam pengobatan penyakit tersebut.
RSD dr. Soebandi menyediakan pelayanan konseling untuk pasien TB
MDR dan HIV/AIDS. Apoteker yang bertugas sebagai konselor akan menggali
informasi pasien mulai dari bagaimana pasien terkena penyakit tersebut, pola
hidup pasien, riwayat penyakit dan pengobatan sebelumnya sehingga nantinya
memudahkan Apoteker untuk memberikan konseling mengenai pengobatan yang
akan diterima pasien. Konseling yang diberikan kepada pasien meliputi
bagaimana cara minum obat, waktu yang tepat untuk minum obat, efek samping
obat dan cara mengatasinya, pentingnya kepatuhan minum obat, memberi
motivasi kepada pasien agar tidak putus obat dan memberi motivasi kepada
keluarga pasien untuk mendukung pengobatan dan sebagai Pendamping Minum
Obat (PMO).
Perencanaan dan pengadaan obat Program Nasional dilakukan setiap
triwulan, dimana jumlah obat yang dipesan disesuaikan dengan jumlah pasien di
RS, regimen pengobatan dari masing-masing pasien dan berdasarkan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
138
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

epidemiologi. Ketersediaan obat yang cukup akan mempengaruhi keberhasilan


pengobatan, sehingga perencanaan harus benar-benar dipastikan agar obat tidak
kurang. Apoteker yang bertugas selanjutnya mengisi Lembar Permintaan dan
Laporan Pemakaian Obat (LPLPO) yang nantinya dijadikan patokan dalam
perencanaan dan pengadaan obat pada bulan selanjutnya. Laporan pemakaian obat
setiap bulannya harus dilaporkan melalui SITB (Sistem Informasi Tuberculosis)
untuk obat TB MDR dan melalui SIHA (Sistem Informasi HIV/AIDS) untuk obat
HIV/AIDS.

D. Depo Farmasi Rawat Inap RSD dr. Soebandi


Depo Farmasi Rawat Inap merupakan depo yang melayani resep dari
pasien yang menjalani rawat inap semua ruangan dan semua kelas. Pelayanan
resep pada pasien rawat inap sendiri dilakukan dengan menggunakan metode One
Daily Dose Dispensing (ODDD) dimana obat yang disiapkan dalam bentuk dosis
terbagi yang berisi obat dengan jumlah yang telah ditetapkan untuk pemakaian
dalam satu hari. Depo Farmasi Rawat Inap menyediakan obat pasien untuk sehari
pemakaian yang kemudian diserahkan ke ruangan perawat, obat yang diterima
pasien diletakan pada loker masing-masing pasien dan disesuaikan dengan nomor
bed, dimaksudkan agar obat tidak tertukar sehingga kesalahan pemberian obat
dapat diminimalkan dan memudahkan perawat dalam mengambilkan obat, obat
yang telah tersedia di loker masing-masing pasien kemudian oleh perawat
diserahkan kepasien untuk sehari pemakaian saja.
Bila ada pasien rawat inap yang akan pulang, obat yang tidak dipakai
harus diretur ke Depo Farmasi Rawat Inap dengan mengisi form retur dan
dikembalikan ketempat penyimpanan. Hal ini sesuai dengan tujuan pelayanan
farmasi yang di orientasikan kepada pasien (patientoriented). Selain itu juga
digunakan sistem dimana obat, cairan infus dan alkes sudah tersedia diruang
perawat, misalnya emergency kit, BHP, dan obat-obat CITO. Perhitungan
kebutuhan Apoteker di Depo Farmasi Rawat Inap seharusnya berdasarkan beban
kerja pada pelayanan kefarmasian di rawat inap yang meliputi pelayanan farmasi
managerial dan pelayanan farmasi klinik idealnya dibutuhkan tenaga apoteker

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
139
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

dengan rasio 1 Apoteker untuk 30 pasien. Kenyataannya jumlah Apoteker di Depo


Farmasi Rawat Inap belum mencukupi akan pelayanan dengan jumlah ruangan
rawat inap yang kurang lebih 15 ruangan. Keterbatasan jumlah Apoteker ini masih
sedikit membatasi kinerja Apoteker dimana Apoteker harus menjalankan
pelayanan farmasi klinik seperti pengkalian dan pelayanan resep, penelusuran
Riwayat Penggunaan Obat, rekonsiliasi obat, PIO, konseling, visite, PTO,
MESO, EPO, dispensing sediaan steril dan PKOD.
Pelayanan resep untuk pasien rawat inap yang pulang (keluar rumah sakit)
menggunakan sistem dispensing individual prescribing, resep untuk pasien keluar
rumah sakit tidak perlu lagi mendapat penanganan perawat dengan masuk loker
pasien, dimana peresepan ini nantinya langsung diberikan kepada pasien/keluarga
pasien yang berhak menerima obat.
Mahasiswa Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) mendapat kesempatan
untuk mendapatkan ilmu dimana nantinya gambaran dunia kerja nantinya.
Mahasiswa PKPA mendapatkan 3 tugas yaitu pada pelayanan, administrasi dan
Drug Utitlity Study. Pada tugas pelayanan mahasiswa diminta untuk
mengetahui tugas seorang Apoteker untuk menyiapkan obat, meskipun nantinya
pada dunia kerja proses menyiapkan obat itu dibantu oleh TTK. Namun seorang
Apoteker juga harus bisa menguasai dan memahami tugas dari TTK jika keadaan
tidak memungkinkan nantinya. Tugas kedua yaitu administrasi, administrasi yang
dimaksud disini yaitu alur dari menerima resep sampai memberikan obat kepada
pasien, dimana jika resep datang baik dari pasien ataupun ruang rawat inap pasien,
resep harus di skrining terlebih dahulu meliputi skrining administrasi, farmasetis,
dan klinis, setelah itu Apoteker akan memberikan tanda tangan sebagai tanda
bahwa resep sudah siap dikerjakan. Kemudian dilakukan entri resep dan
pembuatan etiket lalu di cetak, TTK akan melakukan dispensing obat atau Alkes
sesuai resep yang diterima, kemudian dilakukan double check untuk
meminimalisir kesalahan dalam proses dispensing.
Mahasiswa PKPA menjalakan pelayanan farmasi klinik, pelayanan
farmasi klinik yang dapat kami lakukan yaitu pelayanan dan pelayanan resep,
menulis form rekonsiliasi obat di dampingi oleh Apoteker dan penelusuran

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
140
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Riwayat Penggunaan Obat dengan bertanya langsung kepada pasien/keluarga


pasien, PIO (Pelayanan Informasi Obat) dilakukan pada waktu penyerahan obat
pada pasien yang akan keluar rumah sakit, konseling, visite, PTO, MESO yang
dapat dilakukan dengan bertanya langsung kepada pasien tentang kondisi atau
keluhan yang dirasakan, dan evaluasi penggunaan obat.
Dalam pelayanan farmasi klinik Apoteker juga memiliki wewenang untuk
memberikan saran pengobatan kepada dokter. Mahasiswa PKPA diberi tugas
selain membantu pada pelayanan yaitu tugas farmasi klinis salah satunya yaitu
visite. Visite dilakukan pada pasien rawat inap dan didampingi seorang Apoteker,
visite dilakukan langsung melihat kondisi pasien. Visite dilakukan dengan cara
wawancara langsung kepada pasien seperti keluhan yang dirakan pasien, riwayat
penggunaan obat, adanya alergi obat atau tidak, riwayat penyakit. Saat melakukan
visite ke ruangan mahasiswa juga melihat data rekam medik pasien dan melihat
obat-obattan yang diterima pasien tersebut apakah sudah sesuai dengan terapi
pasien atau belum serta mahasiswa PKPA juga belajar mengisi form rekonsiliasi
obat, mengecek obat-obatan yang terdaftar di emergency kit yang ada di ruangan
dan ditulis di kartu stok dengan didampingi oleh Apoteker.
Di RSD dr. Soebandi visite belum dilakukan bersama dengan dokter, jadi
jika Apoteker menemukan masalah dalam pengobatan pasien (DRP) maka
Apoteker memberikan sarannya masih melalui tulisan pada form Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) dan dipesankan kepada perawat untuk
nanti disampaikan ke dokter, hal ini yang membuat visite belum bisa berjalan
dengan maksimal, karena jika kita menemukan suatu masalah pada pengobatan
pasien bukan tidak mungkin masalah itu baru bisa diatasi keesokan harinya pada
saat dokter visite, namun jika terdapat masalah yang terlalu serius dan perlu
penanganan segera maka Apoteker dapat konfirmasi langsung ke dokter agar
segera dilakukan pengatasan masalah pada pasien.

E. Depo Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSD dr. Soebandi


Depo Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan salah satu
layanan penunjang dari Instalasi Farmasi RSD dr. Soebandi yang melayani pasien

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
141
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

gawat darurat baik pasien BPJS maupun pasien umum. Penanggung jawab Depo
Farmasi IGD di RSD dr. Soebandi adalah seorang Apoteker. Apoteker yang
bekerja di IGD dituntut untuk dapat berperan sebagai tim multidisipliner guna
mendukung pelayanan gawat darurat. Merupakan tantangan tersendiri bagi
Apoteker yang memberikan pelayanan di IGD untuk melakukan optimalisasi
penggunaan obat baik dari sisi pelayanan farmasi klinis maupun managemen
farmasi agar sesuai dengan tuntutan akreditasi.
Kegiatan farmasi klinis yang dilakukan oleh Apoteker di Depo Farmasi
IGD yaitu:
1. Memastikan ketepatan penyiapan obat terutama obat-obat yang memiliki
potensial tinggi menyebabkan risiko yang fatal pada pasien (High Alert
Medication).
2. Memastikan proses dispensing sediaan non steril di IGD menggunakan
peralatan yang sesuai standar dengan meminimalkan kontaminan.
3. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga terkait obat yang akan
diterima pasien.
4. Memastikan ketepatan pemberian obat dengan perlakuan khusus seperti
penggunaan suppositoria, ovula, penggunaan inhaler, injeksi insulin, serta
memberikan informasi atau saran mengenai pemilihan bentuk sediaan obat
yang paling sesuai bagi setiap pasien kepada dokter jaga dan Dokter
Penanggung Jawab Pasien (DPJP).
5. Memantau efektifitas obat serta memantau adanya kondisi atau kejadian yang
tidak diinginkan seperti terjadinya efek samping obat dan medication error.
6. Memberikan pertimbangan kepada dokter jaga dalam menentukam terapi obat
yang tepat dan efektif.
7. Melakukan rekonsiliasi riwayat penggunaan obat yang diminum pasien
sebelum masuk rumah sakit termasuk obat yang diminum saat ini atau yang
dibawa oleh pasien yang akan rawat inap serta menginformasikan kepada
dokter penanggung jawab pasien.
8. Melakukan diskusi atau memberikan informasi terkait obat kepada dokter,
perawat dan profesi kesehatan lain untuk mencapai hasil terapi yang optimal.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
142
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Kegiatan managerial farmasi yang dilakukan oleh Apoteker di Depo


Farmasi IGD diantaranya menyediakan, mengelola serta mengendalikan obat-obat
sesuai dengan kebutuhan di IGD. Seorang Apoteker harus menetapkan jenis
sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP sesuai dengan kebutuhan pasien IGD
yaitu dengan meminta kepada Gudang Farmasi melalui SIM RS sesuai kebutuhan.
Kegiatan pengelolaan berupa penerimaan yaitu kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan kondisi fisik
yang diterima dengan mencocokkan surat pesanan dengan barang yang datang,
semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dalam kondisi dengan
baik, setelah memastikan semua pesanan sesuai yang dilakukan adalah melakukan
pencatatan kartu stok barang masuk. Kegiatan selanjutnya adalah penyimpanan,
setelah barang diterima dilakukan penyimpanan sebelum dilakukan
pendistribusian.

F. Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSD dr. Soebandi


Mahasiswa PKPA di Depo Farmasi IBS tidak terlibat langsung dalam
memberikan pelayanan perbekalan farmasi di depo tersebut dikarenakan
keterbatasan waktu pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dan
adanya kebijakan dari diklat di masa pandemi. Namun, mahasiswa PKPA tetap
mendapat pengalaman PKPA di Depo farmasi IBS dengan mengamati layanan
selama operasi elektif dan emergency berjalan.
Instalasi Bedah Sentral RSD dr. Soebandi Jember terdapat 9 ruang operasi.
Delapan ruang operasi (OK) digunakan untuk operasi mayor dan emergensi dan
1 ruang operasi digunakan untuk operasi minor.
1. OK 1 digunakan untuk bedah saraf.
2. OK 2 dan OK 4 digunakan untuk operasi pasien emergensi.
3. OK 3 digunakan untuk bedah umum atau khusus (bedah BTKV, bedah anak,
bedah plastik).
4. OK 5 digunakan untuk obgyn (persalinan caesar).
5. OK 6 digunakan untuk bedah lokal (THT Odomtectomi, mata, OOCCE.
6. OK 7 digunakan untuk operasi urologi (C-AIM).

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
143
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

7. OK 8 digunakan untuk bedah orthopedi (C-AIM).


8. Pada tahun 2020 terdapat penambahan layanan oleh IBS ruangan OK 9 untuk
tindakan operasi pada pasien dengan confirm COVID-19 berupa PCR.
Pelayanan kebutuhan perbekalan farmasi di Depo farmasi IBS dilakukan
dengan sistem satu pintu sehingga tercapai pelayanan farmasi yang optimal.
Pengelolaan obat dan alkes di Depo farmasi IBS meliputi perencanaan dan
pengadaan (berdasarkan buku defecta), penerimaan, penyimpanan,
distribusi/pelayanan, pengendalian/monitoring dan administrasi serta pelaporan.
Alur pelayanan perbekalan farmasi di Depo farmasi IBS meliputi:
1. Resep dari dokter bedah maupun dokter anestesi IBS diberikan oleh perawat
ke Depo farmasi IBS sehari sebelum operasi dilakukan bagi pasien dengan
operasi terencana (elektif) atau pasien emergency sebelum operasi
dilakukan.
2. Depo Farmasi IBS menyiapkan perbekalan farmasi yang dibutuhkan
sebelum dan selama operasi berlangsung.
3. Perbekalan farmasi diserahkan kepada perawat bedah dan anestesi yang
membantu selama proses operasi berlangsung.
4. Jika selama proses operasi berlangsung, dokter atau perawat memerlukan
obat dan alat kesehatan tambahan maka perawat dapat melakukan
permintaan langsung di Depo Farmasi IBS yang nantinya akan dicatat
sebagai obat dan alkes tambahan pada resep oleh petugas Depo Farmasi IBS.
5. Setelah operasi selesai dilakukan, obat dan alkes yang tidak terpakai direturn
atau dikembalikan ke Depo Farmasi IBS. Tagihan yang dibebankan kepada
pasien adalah perbekalan farmasi yang terpakai selama operasi.
6. Depo Farmasi IBS memverifikasi resep dan menanyakan kemungkinan
adanya pemakaian alat kesehatan dan implant konsinasi yang dipakai pada
saat operasi, termasuk pemakaian obat anestesi tambahan.
7. Depo Farmasi IBS membuatkan LPO (Lembar Penggunaan Obat) bagi
pasien post operasi di IBS yang rawat inap, yang selanjutnya akan
diteruskan oleh Depo Farmasi Rawat Inap.
8. Jika pasien meninggal maka harus menyelesaikan administrasi keuangan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
144
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

yang dibebankan sesuai status pasien (Umum, BPJS, SPM) terlebih dahulu,
lalu kemudian mayat diperbolehkan dibawa pulang. Apabila keluarga tidak
dapat memenuhi persyaratan pembayaran sesuai status pasien tersebut maka
menjadi tugas dan kewajiban dari loket keuangan untuk melakukan
perjanjian dengan keluarga pasien. Jika proses administrasi perjanjian
selesai maka jenazah dapat dibawa pulang.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi yang dilakukan di RSD dr. Soebandi
Jember dari tanggal 04 Oktober – 30 November 2021, maka dapat disimpulkan:
1. Sebagai seorang “Calon Apoteker” harus mampu memahami mengenai
kegiatan farmasi klinik dan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam
praktik pekerjaan kefarmasian serta bagaimana membawakan diri saat
berinteraksi dengan masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya.
2. Seorang Apoteker memiliki peran, fungsi dan tanggung jawab dalam
pelayanan farmasi klinik dan pengelolaan perbekalan farmasi.
3. Peran Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) yaitu mengembangkan kebijakan
tentang penggunaan obat di Rumah Sakit, melakukan seleksi dan evaluasi
obat yang akan masuk dalam Formularium Rumah Sakit, mengembangkan
standar terapi, mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan obat,
melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan obat yang rasional,
mengkoordinir penatalaksanaan Medication Error, dan menyebarluaskan
informasi terkait kebijakan penggunaan obat di Rumah Sakit.
4. RSD dr. Soebandi memiliki 5 Depo Farmasi masing-masing depo memiliki
minimal 1 Apoteker sebagai penanggung jawab. Berikut peran Apoteker di
masing-masing depo farmasi:
a. Depo Gudang Farmasi
Sebagai penanggung jawab gudang farmasi dan melakukan tugas
managerial, legalitas, pemeriksa, pengelolaan vaksin, serta verifikasi SPJ
untuk proses penagihan.
b. Depo Farmasi Rawat Jalan
Mengawasi, memastikan dan mengatur terhadap semua kegiatan di
pelayanan depo rawat jalan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Apoteker bertugas dalam mengawasi pelayanan farmasi, merencanakan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
145
146
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

permintaan barang kegudang farmasi, membuat perencanaan mingguan,


mengikuti stok opname triwulan dan melaporkan hasil stok opname serta
mengevaluasi penyelenggaraan kegiatan pelayanan distribusi, perbekalan
farmasi untuk instalasi depo rawat jalan.
c. Depo Rawat Inap, Depo IBS dan Depo IGD
Bertanggung jawab atas semua kegiatan yang dilakukan di masing-masing
depo farmasi dan sebagai Tim Pengendali BPJS di Depo Rawat Inap
berupa kegiatan Visite ke pasien, Pemantauan Terapi Obat (PTO),
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan penegakan SOAP. Apoteker
juga berperan untuk melakukan pengadaan barang, pencatatan, membuat
laporan bulanan perbekalan farmasi di masing-masing depo farmasi,
membuat laporan bulanan narkotika dan psikotropika, obat kosong,
defecta, Indikator Kinerja Unit (IKU) dan stok opname.

B. Saran
Berdasarkan kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di RSD dr.
Soebandi Jember, maka saran yang dapat diberikan adalah:
1. Perlunya melakukan peningkatan kualitas dan mutu SDM melalui pembuatan
standar mutu, pelatihan, (baik pengetahuan, keterampilan, maupun
kedisiplinan), serta adanya pengawasan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan yang ada di instalasi farmasi seperti dilakukan penertiban jam
masuk dan pulang tepat waktu dengan menggunakan finger print di depan
setiap ruangan masing-masing.
2. Perlunya menerapkan batas kualitas pelayanan (kecepatan dan ketepatan
pelayanan sesuai dengan yang telah disyaratkan) sehingga dapat
meningkatkan kualitas kepuasan pasien.
3. Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja per periode untuk bisa mengetahui
hambatan-hambatan dalam pemenuhan SPM famasi dan mencari solusi
bersama.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
147
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

4. Perlunya penataan tata ruang, tata lokasi parkiran agar bisa lebih efektif
dengan lahan yang ada seperti pembuatan parkiran bertingkat, peremajaan dan
perawatan gedung atau ruangan.
5. Untuk menghormati wanita lansia yang akan melaksanakan ibadah sholat di
masjid diusahakan untuk naik tangga tidak sampai ke lantai 3 untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009


Tentang Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Depkes RI. 2009. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.


Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Depkes RI. 2014. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016


Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019


Tentang Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 1998. PP Nomor 72 Tahun 1998


Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis


Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2009. PP Nomor 51 Tahun 2009


Tentang Pekerjaan Kefarmasian.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2015. PP Nomor 93 Tahun 2015


Tentang Rumah Sakit Pendidikan.

Peraturan Presiden Republik Indonesia. 2015. Perpres Nomor 77 Tahun 2015


Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit.

Peraturan Presiden RI. 2015. Perpres No.4 Tahun 2015 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2020. PP Nomor 12 Tahun


2020 Tentang Akreditasi Rumah Sakit.

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
148
149
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

LAMPIRAN

L
A
M
P
I
R
A
N

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
150
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Lampiran 1. Gedung RSD dr. Soebandi Jember

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
151
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Lampiran 2. SIM Instalasi Farmasi RSD dr. Soebandi Jember

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
152
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Lampiran 3. Depo Farmasi Rawat Inap RSD dr. Soebandi Jember

Rak Penyimpanan Obat

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
153
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Rak Penyimpanan Alkes dan Sediaan Cairan

Lemari Penyimpanan Suhu Dingin dan Lemari Penyimpanan High Alert

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
154
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Ruang Peracikan dan Meja Dispensing

Lemari Penyimpanan Narkotika & Psikotropika dan Meja Apoteker & Admin

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
155
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Lampiran 4. Depo Farmasi Rawat Jalan 1 RSD dr. Soebandi Jember

Rak Penyimpanan Obat

Lemari Penyimpanan Narkotika & Psikotropika dan Lemari Penyimpanan Suhu Dingin

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
156
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Meja Peracikan dan Meja Dispensing

Ruang Administrasi dan Ruang Konseling

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
157
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Lampiran 5. Depo Farmasi Rawat Jalan 2 RSD dr. Soebandi Jember

Depo Farmasi Rawat Jalan 2

Rak Penyimpanan Obat

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
158
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Lemari Penyimpanan Narkotika & Psikotropika dan Lemari Penyimpanan Suhu Dingin

Meja Dispensing dan Meja Peracikan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
159
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Ruang Administrasi

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
160
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Lampiran 6. Depo Farmasi Instalasi Gawat Darurat RSD dr. Soebandi


Jember

Rak Penyimpanan Obat

Rak Penyimpanan Alkes

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
161
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Rak Penyimpanan Narkotika & Psikotropika

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
162
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Lampiran 7. Gudang Farmasi 2 RSD dr. Soebandi Jember

Gudang Farmasi

Rak Penyimpanan Obat

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
163
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Rak Penyimpanan Alkes

Rak Penyimpanan Narkotika & Psikotropika

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
164
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Lemari Penyimpanan Obat High Alert dan Rak Penyimpanan B3

Lemari Penyimpanan Suhu Dingin

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
165
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Meja Administrasi

Ruang Penyimpanan Sediaan Cairan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
166
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Lampiran 8. Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral

Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral

Lemari Penyimpanan Narkotika & Psikotropika dan Lemari Penyimpanan Suhu Dingin

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
167
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
168
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Rak Penyimpanan Alkes dan Rak Penyimpanan Obat

Meja Administrasi

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
169
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Lampiran 9. Tugas-Tugas Tambahan

Konseling, Informasi dan Edukasi

Drug Utility Study (DUS)

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
170
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Promosi Kesehatan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI
171
Praktek Kerja Profesi ApotekerUniversitas Setia Budi
di RSD dr. Soebandi Jember
Periode 04 Oktober – 30 November 2021

Kelompok Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Universitas Setia


Budi Surakarta di RSD dr. Soebandi Jember periode Oktober
– November 2021

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XLI

Anda mungkin juga menyukai