A. Latar Belakang
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah menetapakan target
eleminasi penyakit TBC pada Tahun 2030. Untuk mencapai target tersebut ada
beberapa hal yang harus dilakukan seperti meningkatkan angka penemuan dan
pengobatan kasus, meningkatkan angka kesembuhan pasien, implementasi terapi
pencegahan TB bagi semua umur dan faktor resiko, dan yang paling penting adalah
tersedianya penyediaan logistik yang baik, cukup dan berkualitas.
Kasus TBC yang ditemukan setiap tahunnya mengalami peningkatan salah satu nya
kasus TBC Resisten Obat namun belum semua pasien tersebut diobati. Pada tahun
2021, diketahui jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 8.268 sedangkan yang
memulai pengobatan hanya sejumlah 5.082 (61%). Kemudian hasil pengobatan tahun
2021 juga masih dibawah target yaitu 45,6% dari target 75 %. Berdasarkan data
penemuan kasus TBC Resisten Obat sampai bulan Oktober 2022 terjadi peningkatan
yang signifikan.
Agar ketersediaan logistik TBC tidak terjadi over stok dan stok out maka perlu dilakukan
monitoring dan evaluasi disetiap tingkatan mulai dari tingkat Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota sampai dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Oleh karena itu
program TBC perlu melakukan pertemuan monitoring dan evaluasi ketersediaan logistik
TBC Resisten Obat.
B. Tujuan
1. Melakukan Analisa Ketersediaan Obat TBC RO di seluruh layanan kesehatan
2. Monitoring dan evaluasi pencatatan dan pelaporan logistik di SITB
3. Sosialisasi SOP Monitoring Logistik untuk Dinkes Provinisi dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
Provinsi
1. Pengelola Program TBC (1 orang)
2. TO PMDT Provinsi (1 orang)
3. Petugas Instalasi Farmasi Provinsi (1 orang)
Kabupaten/Kota
Pengelola Program TBC (1 orang) daftar terlampir
Partner
1. TB STAR (1 orang)
2. GHSC-PSM (1 orang)
E. Jadwal Kegiatan