Anda di halaman 1dari 104

PEMANFAATAN CANGKANG TELUR AYAM

SEBAGAI SEDIAAN LULUR KRIM

PENGHALUS KULIT

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

UMI USWATUN KHASANAH

16080150

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL

2019

i
PEMANFAATAN CANGKANG TELUR AYAM

SEBAGAI SEDIAAN LULUR KRIM

PENGHALUS KULIT

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mencapai

Gelar Ahli Madya Program Studi DIII Farmasi

Oleh :

UMI USWATUN KHASANAH

16080150

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL

2019

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

PEMANFAATAN CANGKANG TELUR AYAM

SEBAGAI SEDIAAN LULUR KRIM

PENGHALUS KULIT

Oleh :

UMI USWATUN KHASANAH

16080150

DIPERIKSA DAN DISETUJUI OLEH :

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Kusnadi, M.Pd A. Aniq Barlian, S.Farm., M.Hkes


NIDN. 0616038701 NIDN. 9906966983

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah ini diajukan oleh:

Nama : Umi Uswatun Khasanah

NIM : 16080150

Jurusan / program studi : DIII Farmasi

Judul karya tulis ilmiah : Pemanfaatan Cangkang Telur Ayam sebagai


Sediaan Lulur Krim Penghalus Kulit

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Farmasi pada jurusan / program studi DIII Farmasi, Politeknik Harapan
Bersama Tegal.

TIM PENGUJI

Penguji 1 : Aldi Budi Riyanta, S.Si, M.T (……………………)

Penguji 2 : Kusnadi, M.Pd (……………………)

Penguji 3 : Joko Santoso, M.Farm (……………………)

Tegal, 22 April 2019


Ka. Prodi DIII Farmasi
Politeknik Harapan Bersama

Heru Nurcahyo,S.Farm., M.Sc.,Apt


NIDN. 0611058001

iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya tulis ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri

dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Umi Uswatun Khasanah

NIM : 16080150

Tanda Tangan :

Tanggal : 22 April 2019

v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Politeknik Harapan Bersama Tegal, saya yang bertanda
tangan di bawah ini:

nama : Umi Uswatun Khasanah


NIM :16080150
jurusan / program studi : DIII Farmasi
jenis karya : Karya Tulis Ilmiah

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Politeknik Harapan Bersama Tegal Hak Bebas Royalti Nonekskulif (None
exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Pemanfataan Cangkang Telur Ayam sebagai Sediaan Lulur Krim Penghalus


Kulit
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini Politeknik Harapan Bersama Tegal berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan karya tulis ilmiah saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Tegal
Pada Tanggal : 22 April 2019
Yang menyatakan

Umi Uswatun Khasanah


NIM. 16081050

vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Kesuksesan dalam mendidik bangsa tidak diukur dari gelar dan jumlah ilmu,

tetapi bangsa besar diukur dari banyak karya dan peran peradaban yang lahir”

(@changemakerfamily)

“Bismillah, bermanfaat bagi umat”

Ku persembahkan karya ini kepada:

 Ibu, bapak dan keluarga

 Semua yang mendukung dan

mempercayaiku, bahkan yang tidak

mengenalku

vii
KATA PENGANTAR

Semoga Allah Ta’ala memberi pengampunan terhadap hamba-Nya yang

melampaui batas dan atas kebesaran-Nya, Ia tetap melimpahkan rahmat-Nya, Sang

Maha Pemilik Kuasa atas segala ilmu pengetahuan sehingga Karya Tulis Ilmiah

dengan judul “Pemanfaatan Cangkang Telur Ayam sebagai Sediaan Lulur

Krim Penghalus Kulit” dapat terselesaikan dan menjadi salah satu syarat

menamatkan studi DIII Farmasi di Politeknik Harapan Bersama.

Menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini banyak mengalami

hambatan, tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan-hambatan

tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis sampaikan

ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. MC. Chambali, B. Eng. EE M.Kom selaku Direktur Politeknik

Harapan Bersama

2. Bapak Heru Nurcahyo, S.Farm., M.Sc., Apt selaku Ka. Prodi DIII Farmasi

Politeknik Harapan Bersama

3. Bapak Kusnadi, M.Pd dan Bapak A. Aniq Barlian, S.Farm., M.Hkes selaku

dosen pembimbing dan panutan dalam menjalani hidup

4. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi DIII Farmasi yang telah

mengabdikan waktu serta ilmunya untuk memberantas kebodohan generasi

muda Indonesia

5. Ibu dan bapak tercinta yang menjadi sekolah terbaik bagi anak-anaknya dan

sebagai tempat bersandar yang menenangkan

viii
6. Bagai seekor harimau yang berkuasa, maka hutanku adalah Badan Perwakilan

Mahasiswa KM PHB 2017

7. Bagai sebuah pencakar langit yang kokoh, fondasiku adalah UKM Formasi KM

PHB 2017-2018

8. Bagai gurun yang penuh kemegahan, saudara pejuang dakwah adalah oase

penolongku

9. Dan semua yang membersamaiku dalam setiap momen kehidupan yang

beraneka ragam warna.

Penulis menyadari bahwa tanpa Kuasa-Nya serta tanpa keterlibatan orang-

orang di atas, penulis bagaikan selembar kertas putih kosong yang tak bermakna.

Kesuksesan dalam mendidik tidak diukur dari keberhasilan gelar yang

disandangnya tetapi dari keberhasilan dalam mengantarkan pada peran

peradabannya.

Tegal, 12 April 2019

Penulis

ix
INTISARI

Khasanah, Umi Uswatun., Kusnadi., Barlian, Akhmad Aniq., 2019.


Pemanfaatan Cangkang Telur Ayam Sebagai Sediaan Lulur Krim Penghalus
Kulit.
Lulur krim merupakan sediaan setengah padat, mudah dicuci dengan air
untuk merawat dan membersihkan kulit dari kotoran dan sel mati. Cangkang telur
ayam mengandung kalsium karbonat yang bermanfaat dalam proses regenerasi sel,
mengatur pigmentasi kulit serta membuat kulit lebih putih dan cerah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kadar kalsium karbonat pada cangkang telur ayam dan
pengaruh konsentrasi tepung cangkang telur ayam terhadap sifat fisik sediaan lulur
krim.
Cangkang telur ayam dibuat menjadi tepung kemudian diuji kadar kalsium
karbonat menggunakan metode titrasi kompleksometri. Sediaan dibuat menjadi tiga
formula dengan varian konsentrasi tepung cangkang telur ayam sebagai zat aktif
yaitu FI 20%, FII 30%, dan FIII 40%. Setiap formula dilakukan uji sifat fisik
sediaan. Analisis data menggunakan One Way ANOVA.
Pengujian kadar kalsium karbonat pada tepung cangkang telur ayam
menggunakan titrasi kompleksometri dengan indikator mureksid. Kadar kalsium
karbonat yang dihasilkan sebesar 90,71% b/b. Berdasarkan hasil yang didapat
menunjukkan bahwa ada pengaruh konsentrasi tepung cangkang telur ayam
terhadap sifat fisik sediaan lulur krim.

Kata Kunci : Cangkang telur ayam, kalsium karbonat, kompleksometri,


lulur krim, uji sifat fisik

x
Abstract

Khasanah, Umi Uswatun., Kusnadi., Barlian, Akhmad Aniq., 2019. Utilization


of Chicken Egg Shells as Scrub Cream for Smoothing Skin.

Scrub cream is a half-solid preparation, easily washed with water to treat


and cleanse the skin from dirt and dead cells. Chicken eggshells contain calcium
carbonate which is useful in cell regeneration, regulates skin pigmentation and
makes skin whitter and brighter. This study aims to determine the levels of calcium
carbonate in chicken eggshells and the effect of concentrations of chicken eggshell
flour on the physical properties of scrub cream.
Chicken eggshells are made into flour then calcium carbonate levels were
tested using the complexometric titration method. The preparations were made into
three formulas with the concentration variants of chicken eggshell flour as active
substances namely FI 20%, FII 30%, and FIII 40%. Each formula was tested for
physical properties. Data analysis was using One Way ANOVA.
Testing of calcium carbonate levels in chicken eggshells flour was using
complexometric titration with murexid indicators. The level of calcium carbonate
produced was 90.71%. Based on the results obtained, it is shown that there is an
effect of the concentration of chicken eggshells flour on physical properties of scrub
cream.

Keywords : Chicken eggshells, calcium carbonate, complexometry, scrub cream,


physical properties

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ......................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
INTISARI................................................................................................................ x
Abstract .................................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
1.6 Keaslian Penelitian ................................................................................... 5
BAB II ..................................................................................................................... 6
2.1 Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 6
2.1.1 Cangkang Telur Ayam ...................................................................... 6
2.1.2 Kulit .................................................................................................. 7
2.1.3 Kalsium Karbonat ............................................................................. 8
2.1.4 Kosmetika ......................................................................................... 9
2.1.5 Lulur ................................................................................................ 10
2.1.6 Krim ................................................................................................ 12
2.1.7 Pembuatan Lulur Krim .................................................................... 14
2.1.8 Komponen dari Lulur Krim ............................................................ 14

xii
2.1.9 Uraian Bahan Lulur Krim ............................................................... 15
2.1.10 Titrasi Kompleksometri .................................................................. 19
2.1.11 Evaluasi Sediaan Lulur Krim .......................................................... 20
2.2 Hipotesis ................................................................................................. 23
BAB III ................................................................................................................. 24
3.1 Objek Penelitian ..................................................................................... 24
3.2 Sampel dan Teknik Sampling................................................................. 24
3.3 Variabel Penelitian ................................................................................. 24
3.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 25
3.5 Cara Kerja............................................................................................... 26
3.5.1 Pengambilan Sampel ....................................................................... 27
3.5.2 Cara Kerja Pembuatan Tepung Cangkang Telur Ayam .................. 27
3.5.3 Uji Konsistensi Kelembaban dan Kadar Air .................................. 28
3.6 Penetapan Kadar Kalsium dengan Metode Kompleksometri ................. 29
3.6.1 Pembakuan Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA)............................ 29
3.6.2 Penentuan Kadar CaCO3 ................................................................. 30
3.7 Formula .................................................................................................. 32
3.8 Cara Pembuatan Sediaan Lulur Krim ..................................................... 32
3.9 Uji Sifat Fisik ......................................................................................... 33
3.9.1 Uji Organoleptis .............................................................................. 33
3.9.2 Uji Homogenitas ............................................................................. 34
3.9.3 Uji pH .............................................................................................. 34
3.9.4 Uji Daya Lekat ................................................................................ 34
3.9.5 Uji Daya Sebar ................................................................................ 35
3.9.6 Uji Daya Proteksi ............................................................................ 36
3.9.7 Uji Tipe Krim .................................................................................. 37
3.10 Teknik Analisa Data ............................................................................... 38
BAB IV ................................................................................................................. 40
4.1 Uji Konsistensi Kelembaban dan Kadar Air .......................................... 41
4.2 Penetapan Kadar Kalsium dengan Metode Kompleksometri ................. 42
4.2.1 Pembakuan Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA)............................ 42
4.2.2 Penentuan Kadar CaCO3 dengan Titrasi EDTA ............................. 44

xiii
4.3 Proses Pembuatan Sediaan Lulur Krim .................................................. 45
4.4 Evaluasi Sediaan Lulur Krim ................................................................. 47
4.4.1 Uji Organoleptis .............................................................................. 47
4.4.2 Uji pH .............................................................................................. 48
4.4.3 Uji Homogenitas ............................................................................. 49
4.4.4 Uji Daya Sebar ................................................................................ 50
4.4.5 Uji Daya Lekat ................................................................................ 53
4.4.6 Uji Daya Proteksi ............................................................................ 54
4.4.7 Uji Tipe Krim .................................................................................. 56
BAB V................................................................................................................... 60
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 60
5.2 Saran ....................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 61

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Cangkang Telur Ayam ...................................................................... 7


Gambar 2. 2. Struktur EDTA ................................................................................ 19
Gambar 3. 1. Skema Pembuatan Tepung Cangkang Telur Ayam ....................... 27
Gambar 3. 2. Skema Uji Konsistensi Kelembaban ............................................... 28
Gambar 3. 3 Skema Uji Kadar Air ........................................................................ 29
Gambar 3. 4. Skema Pembakuan EDTA .............................................................. 30
Gambar 3. 5. Skema Penentuan Kadar CaCO3 ..................................................... 31
Gambar 3. 6. Pembuatan Sediaan Lulur Krim ...................................................... 33
Gambar 3. 7. Skema Uji Organoleptis .................................................................. 33
Gambar 3. 8. Skema Uji Homogenitas.................................................................. 34
Gambar 3. 9. Skema Uji pH .................................................................................. 34
Gambar 3. 10. Skema Uji Daya Lekat .................................................................. 35
Gambar 3. 11. Skema Uji Daya Sebar ................................................................. 36
Gambar 3. 12. Skema Uji Daya Proteksi .............................................................. 37
Gambar 3. 13. Skema Uji Tipe Krim Metode Warna ........................................... 37
Gambar 3. 14. Skema Uji Tipe Krim Metode Pengenceran ................................ 38
Gambar 3. 15. Skema Uji Tipe Krim Metode Cincin ........................................... 38

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1. Keaslian Penelitian................................................................................ 5


Tabel 3. 1.. Formula Sediaan Lulur Krim ............................................................. 32
Tabel 3. 2 Cara Menentukan Pembuktian Hipotesis ............................................. 39
Tabel 4. 1. Presentase Konsistensi Kelembaban .................................................. 41
Tabel 4. 2 Presentase Kadar Air Tepung Cangkang Telur Ayam ......................... 42
Tabel 4. 3. Pembakuan EDTA .............................................................................. 43
Tabel 4. 4. Titrasi Pembakuan EDTA ................................................................... 43
Tabel 4. 5. Penentuan Kadar CaCO3 dalam Tepung Cangkang Telur Ayam ....... 44
Tabel 4. 6. Kadar CaCO3 dalam Tepung Cangkang Telur Ayam ......................... 44
Tabel 4. 7. Hasil Uji Organoleptis ........................................................................ 47
Tabel 4. 8. Hasil Uji pH ........................................................................................ 49
Tabel 4. 9. Hasil Uji Homogenitas ........................................................................ 50
Tabel 4. 10. Hasil Uji Daya Sebar......................................................................... 51
Tabel 4. 11. Hasil Anova Uji Daya Sebar 50 gram ............................................... 52
Tabel 4. 12 Analisis Anova Uji Daya Sebar 100 gram ......................................... 52
Tabel 4. 13. Hasil Uji Daya Lekat......................................................................... 53
Tabel 4. 14. Hasil Analisis Anova Uji Daya Lekat ............................................... 54
Tabel 4. 15. Hasil Uji Daya Proteksi..................................................................... 55
Tabel 4. 16. Hasil Analisis Anova Uji Daya Proteksi ........................................... 56
Tabel 4. 17. Hasil Uji Tipe Krim Metode Warna ................................................. 57
Tabel 4. 18. Uji Tipe Krim Metode Pengenceran ................................................. 58
Tabel 4. 19. Hasil Uji Tipe Krim Metode Cincin ................................................. 58

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Presentase Cangkang Telur Ayam menjadi Tepung ... 64


Lampiran 2. Perhitungan Kadar Air Tepung Cangkang Telur Ayam .................. 65
Lampiran 3. Pembuatan Larutan dalam Titrasi Kompleksometri ........................ 67
Lampiran 4. Perhitungan Formula Sediaan Lulur Krim ...................................... 71
Lampiran 5. Perhitungan Kandungan Air dalam Sediaan Lulur Krim ................ 73
Lampiran 6. Perhitungan Hasil Uji Daya Sebar ................................................... 74
Lampiran 7. Hasil Analisis Deskriptif ................................................................. 75
Lampiran 8. Dokumentasi Cara Kerja Pembuatan Tepung ................................. 77
Lampiran 9. Dokumentasi Uji Konsistensi Air .................................................... 79
Lampiran 10. Dokumentasi Uji Kadar Air Tepung Cangkang Telur Ayam ........ 80
Lampiran 11. Dokumentasi Pembakuan Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA) .... 81
Lampiran 12. Dokumentasi Penetapan Kadar CaCO3 ......................................... 82
Lampiran 13. Dokumentasi Pembuatan Sediaan Lulur Krim .............................. 84
Lampiran 14. Dokumentasi Uji Fisik Sediaan Lulur Krim .................................. 86

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wanita adalah makhluk yang identik dengan keindahan terutama

perhatian pada penampilan. Berbagai cara dilakukan demi menciptakan

penampilan yang menarik. Penampilan yang menjadi perhatian khususnya

adalah kulit. Kulit tubuh yang diidamkan banyak wanita adalah kulit yang

sehat, bersih dan cerah. Kulit yang sehat merupakan kulit dengan ciri-ciri

lembab, warna kulit merata, lembut, kenyal dan kencang (Isflanti 2018).

Kosmetik merupakan kebutuhan sehari-hari yang secara teratur digunakan

bertujuan untuk perawatan kulit tubuh. Salah satu sediaan kosmetik yang

digunakan untuk membersihkan dan menjaga kesehatan kulit adalah lulur

(Pratiwi, 2018).

Lulur merupakan kosmetik perawatan yang digunakan untuk

merawat dan membersihkan kulit dari kotoran dan sel mati. Luluran

merupakan aktifitas menghilangkan kotoran, minyak atau kulit mati yang

dilakukan dengan pijatan di seluruh tubuh. Hasilnya dapat langsung terlihat,

kulit akan lebih halus, kencang, harum dan sehat bercahaya (Aceng dan

Nurmalina, 2012). Lulur bisa berbentuk bubuk, krim dan kocok. Biasanya

bahan lulur mengandung butiran kasar yang bersifat melembutkan kulit.

Lulur yang berupa krim biasanya berbentuk seperti pasta atau adonan kental

yang langsung dapat digunakan di kulit dalam kondisi lembab atau sudah

dibasahi terlebih dahulu. Sedangkan lulur bubuk sebelum digunakan harus

1
dicairkan terlebih dahulu sehingga berbentuk seperti pasta tidak terlalu cair

dan tidak terlalu padat kemudian dapat dioleskan ke tubuh dalam kondisi

kering (Isflanti, 2018).

Perkembangan kosmetik lulur dibuat dengan penambahan bahan

alami lain yang berasal dari bahan yang sudah tidak terpakai lagi, namun

masih memiliki kandungan sesuai dengan fungsi lulur. Bahan-bahan pada

sediaan lulur mempunyai kegunaan disetiap masing-masing bahan. Pemilihan

bahan yang tepat mempengaruhi hasil sediaan lulur aman atau tidak dalam

penggunaannya. Pemilihan bahan dari alam mengurangi resiko berbahaya

dalam menggunakan sediaan lulur (Aceng dan Nurmalina, 2012).

Konsumsi telur di Indonesia akan terus berlimpah selama telur

diproduksi di bidang peternakan. Seiring dengan semakin meningkatnya

konsumsi telur oleh masyarakat maka limbah dari telur berupa cangkang telur

tentunya juga akan semakin meningkat. Cangkang telur ayam ras merupakan

limbah dapur yang berpotensi untuk dimanfaatkan. Potensi limbah cangkang

telur ayam ras di Indonesia cukup besar (Rahmawati dan Nisa, 2014).

Cangkang telur memiliki komposisi utama CaCO3 yang bisa

menyebabkan polusi karena aktivitas mikroba di lingkungan (Rahmawati dan

Nisa, 2015). Cangkang telur mewakili 11% dari total bobot telur dan tersusun

oleh kalsium karbonat (94%), kalsium fosfat (1%), material organik (4%),

dan magnesium karbonat (1%) (Ikhwan dkk, 2017). Kalsium karbonat adalah

mineral inorganik yang dikenal tersedia dengan harga murah secara

komersial. Kalsium karbonat (CaCO3) merupakan fase yang paling stabil dan
banyak digunakan dalam industri cat, kertas, magnetic recording, industri

tekstil, detergen, plastik, dan kosmetik (Lailiyah dan Baqiya 2012). Kalsium

karbonat mempunyai manfaat dalam proses regenerasi sel, mengatur

pigmentasi kulit serta membuat kulit lebih putih dan cerah (Widyawati,

2017).

Berdasarkan latar belakang itulah maka penulis tertarik melakukan

penelitian dengan judul “Pemanfaatan Cangkang Telur Ayam Sebagai

Sediaan Lulur Krim Penghalus Kulit”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Berapa kadar kalsium karbonat yang terdapat dalam tepung cangkang

telur ayam?

2. Adakah pengaruh konsentrasi tepung cangkang telur ayam terhadap sifat

fisik sediaan lulur krim?

1.3 Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya suatu permasalahan dalam

penelitian, maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan

masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Cangkang telur yang digunakan berasal dari ayam ras

2. Cangkang telur ayam diperoleh dari warung makan di Desa Pesurungan

Lor, Kecamatan Margadana, Kota Tegal

3. Pengujian kadar kalsium dilakukan dengan titrasi kompleksometri


4. Pengujian terhadap sifat fisik lulur krim cangkang telur ayam meliputi uji

organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji tipe krim, uji daya sebar, uji

daya proteksi dan uji daya lekat.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kadar kalsium karbonat pada cangkang telur ayam

2. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi tepung cangkang telur ayam

terhadap sifat fisik sediaan lulur krim.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi Pembaca

Sebagai pengetahuan bagi pembaca, khususnya yang berkaitan dengan

penelitian ini serta dapat dijadikan sebagai salah satu sumber untuk

melakukan penelitian lebih lanjut

2. Bagi Lembaga

Sebagai bahan acuan pustaka bagi mahasiswa yang akan melakukan

penelitian lebih lanjut.

4
5

1.6 Keaslian Penelitian

Tabel 1. 1. Keaslian Penelitian


Pembeda Novi Pramuditha Intan Progestin Umi Uswatun
(2016) (2018) Khasanah (2019)
Judul Uji Stabilitas Fisik Formulasi dan Uji Pemanfaatan
penelitian Lulur Krim dari Sifat Fisik Kalsium
Ampas Kelapa Sediaan Lulur Cangkang Telur
(Cocos nucifer L.) Krim dengan Ayam Sebagai
dengan Kombinasi Zat Aktif Sediaan
Menggunakan Konsentrasi Lulur Krim
Emulgator Anionik Serbuk Kulit
dan Nonionik Jeruk Lemon
(Citruslimon (L)
Burn) dan Ekstrak
Buah Strawberry
(Fragaria vesca
L.)
Sampel Ampas Kelapa Serbuk Kulit Cangkang Telur
penelitian (Cocos nucifer L.) Jeruk Lemon Ayam
(Citruslimon (L)
Burn) dan Ekstrak
Buah Strawberry
(Fragaria vesca
L.)
Variabel 1. Pengaruh jenis 1. Serbuk kulit 1. Konsentrasi
Penelitian emulgator jeruk lemon tepung
2. Ampas kelapa 2. Konsentrasi cangkang
ekstrak buah telur ayam
strawberry 2. Uji sifat fisik
sediaan
Metode Eksperimen Eksperimen Eksperimen
Penelitian
Hasil Jenis emulgator Pada konsentrasi Kadar CaCO3
Penelitian yang dapat 20% serbuk kulit pada tepung
menghasilkan buah lemon dan cangkang telur
sediaan dengan 2,5 g ekstrak buah ayam sebesar
stabilitas fisik yang strawberry 90,71%. Ada
baik yaitu memiliki sifat pengaruh
emulgator anionik paling baik konsentrasi
tepung cangkang
telur ayam
terhadap sifat
fisik sediaan lulur
krim.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Cangkang Telur Ayam

Cangkang telur merupakan bagian struktur telur yang berperan

untuk melindungi isi telur. Cangkang telur ungags umumnya memiliki

tiga lapisan yaitu kutikula, lapisan stratum dan lapisan membran.

Masing-masing lapisan memiliki kandungan kimia tersendiri. Pada

lapisan kutikula merupakan lapisan terluar yang memiliki ketebalan

10 mikrometer dan saluran pori serta berfungsi melindungi telur dari

kelembaban dan mikroorganisme dan membantu pertukaran gas yang

masuk ke dalam telur (Aminah dan Melkawati, 2016).

Pembentukan bagian telur ayam dipengaruhi dari makanan

yang dimakan oleh induknya. Pertama pembungkus telur yang dikenal

dengan sebutan cangkang telur. Cangkang telur ini membutuhkan

kalsium dan phosphor juga vitamin D dalam pembentukannya.

Kekurangan akan mineral dan vitamin akan menyebabkan

abnormalitas pada induk, anak dan telur. Bobot rata-rata cangkang

telur sekitar 5 gram dan 40 persennya adalah kalsium (Syam, 2016).

Cangkang telur mewakili 11% dari total bobot telur dan

tersusun oleh kalsium karbonat (94%), kalsium fosfat (1%), material

organik (4%), dan magnesium karbonat (1%) (Ikhwan dkk, 2017).

6
7

Gambar 2. 1. Cangkang Telur Ayam (Dokumentasi Pribadi, 2018)


2.1.2 Kulit

Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya

dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 2 m2 dengan

berat kira-kira 16% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial

dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga

sangat kompleks, elastis dan sensitiv, bervariasi pada keadaan iklim,

umur, jenis kelamin, ras dan juga tergantung pada lokasi tubuh. Kulit

mempunyai berbagai fungsi seperti sebagai pelindung, penyerap,

indera perasa dan fungsi pertahanan. Warna kulit berbeda-beda, dari

kulit yang berwarna terang, pirang dan hitam, warna merah muda pada

telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam kecoklatan pada

genetalia orang dewasa. Demikian pula kulit bervariasi mengenai

lembut, tipis dan tebalnya, kulit yang elastis dan longgar terdapat di

telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka,

yang berambut kasar terdapat pada kepala (Pramuditha, 2016).

Untuk menjaga kulit agar tetap sehat diperlukan perawatan

kulit baik secara harian maupun berkala. Perawatan kulit ini dilakukan

agar kulit tetap bersih, halus, lembab dan terhindar dari berbagai
8

macam penyakit kulit. Perawatan kulit secara harian seperti mandi,

membersihkan wajah, memakai lotion setelah mandi dan memakai

pelembab pada wajah sangat membantu untuk menjaga kulit agar

tetap bersih dan terhindar dari masalah-masalah pada kulit. Sedangkan

perawatan kulit secara berkala seperti facial, peeling, massage dan

luluran (Meliani, 2016).

Upaya untuk perawatan kulit secara benar dapat dilakukan

dengan terlebih dahulu harus mengenal jenis-jenis kulit dan ciri atau

sifat-sifatnya agar dapat menentukan cara-cara perawatan yang tepat,

memilih kosmetik yang sesuai, menentukan warna untuk tata rias serta

untuk menentukan tindakan koreksi baik dalam perawatan maupun

dalam tata rias. Kulit yang sehat memiliki ciri-ciri:

1. Kulit memiliki kelembaban yang cukup, sehingga terlihat basah

atau berembun

2. Kulit senantiasa kencang dan kenyal

3. Menampilkan kecerahan kulit yang sesungguhnya

4. Kulit terlihat mulus, lembut dan bersih dari noda, jerawat atau

jamur

5. Kulit terlihat segar dan bercahaya (Meliani, 2016).

2.1.3 Kalsium Karbonat

Kalsium karbonat adalah mineral inorganik yang dikenal

tersedia dengan harga murah secara komersial. Sifat fisis kalsium

karbonat seperti, morfologi, fase, ukuran dan distribusi ukuran harus


9

dimodifikasi menurut bidang pengaplikasiannya. Bentuk morfologi

dan fase kalsium karbonat (CaCO3) terkait dengan kondisi sintesis

seperti, konsentrasi reaktan, suhu, waktu aging dan zat adiktif alam.

(Lailiyah dan Baqiya, 2012).

Kalsium karbonat berperan dalam regenerasi sel dan

mengatur pigmentasi kulit. Selain itu kalsium karbonat yang terdapat

dalam cangkang telur ayam bermanfaat dalam membuat kulit menjadi

lebih putih dan cerah (Widyawati, 2017).

Kalsium karbonat berupa serbuk, putih, tidak berbau, tidak

berasa, stabil di udara. Kalsium karbonat tidak mudah larut dalam air,

tetapi kelarutan dalam air bisa meningkat dengan adanya sedikit

garam ammonium atau karbon dioksida. Kalsium karbonat dapat larut

dalam asam nitrat dengan membentuk gelembung gas. Kalsium

karbonat juga larut dalam asam asetat, asam hidroklorik, asam lainnya

dan larutan ammonium klorida (Syam, 2016).

2.1.4 Kosmetika

Kosmetika berasal dari bahasa Yunani “kosmetikos” yang

mempunyai arti keterampilan berhias dan mengatur. Kosmetika

adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada

bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ

genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama

untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/atau


10

memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada

kondisi baik (BPOM RI, 2015).

Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk

digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir,

dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk

membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan,

melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan

tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu

penyakit (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kosmetik adalah bahan atau campuran bahan yang

digunakan pada permukaan kulit manusia dengan maksud untuk

membersihkan, memelihara, menambah daya darik dan mengubah

rupa dan tidak termasuk golongan obat (Masluhiya dkk, 2016).

2.1.5 Lulur

1. Pengertian Lulur

Lulur adalah bahan alami dari tanaman yang dibuat

dalam bentuk scrub yang digunakan untuk kecantikan dioleskan

dan digosok perlahan-lahan ke seluruh tubuh untuk membersihkan

badan dari kotoran-kotoran serta mengangkat sel-sel kulit mati

pada tubuh sehingga kulit terlihat bersih dan halus (Suhesti, 2014).

Lulur adalah sediaan kosmetik tradisional yang

diresepkan dari turun temurun (Tranggono dan Latifah, 2007).

Lulur badan (body scrub) terbagi beberapa bentuk sediaan yaitu


11

lulur bubuk, lulur krim, ataupun lulur kocok atau cair. Luluran

adalah aktivitas menghilangkan kotoran, minyak atau sel kulit

mati yang dilakukan dengan pijatan diseluruh badan, hasilnya

dapat langsung terlihat, kulit lebih halus, kencang, harum, dan

sehat bercahaya (Aceng dan Nurmalina, 2012).

2. Khasiat Lulur

Lulur berkhasiat untuk :

a. Menghilangkan kotoran dan mengangkat sel-sel kulit mati

b. Menghaluskan dan menjaga kelembaban kulit

c. Merawat elastisitas sekaligus mencerahkan warna kulit

d. Menghilangkan selulit, memperbaiki sirkulasi oksigen yang

dibutuhkan oleh kulit

e. Melindungi kulit dari pengaruh sinar Ultra Violet (Suhesti,

2014)

3. Bentuk Lulur

Lulur dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu:

a. Krim

Lulur berbentuk krim memiliki tekstur butiran yang kasar,

dan dapat mengangkat sel-sel kulit mati. Sediaan krim juga

dapat memberikan efek dingin, mengkilap dan

melembabkan kulit. Sediaan krim tipe M/A dibuat dengan

cara mendispersikan minyak dan air. Keunggulan krim tipe

M/A yaitu memberikan efek optimum karena mampu


12

menaikan gradien konsentrasi zat aktif yang menembus kulit

sehingga absorbsi perkuat menjadi meningkat.

b. Bubuk

Lulur berbentuk bubuk atau powder dengan zat-zat aktif

tertentu dapat menutrisi kulit biasanya dibuat dari susu,

kelapa dan sari bengkuang (Suhesti, 2014).

2.1.6 Krim

1. Pengertian Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, mengandung

satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan

dasar yang sesuai (Depkes RI, 2012).

Krim (cremoris) adalah sediaan setengah padat berupa

emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60% air,

dimaksudkan untuk pemakaian luar (Anief, 2010).

2. Penggolongan Krim

Krim dibedakan dalam dua tipe, krim tipe air minyak

(A/M) dan krim minyak air (M/A). untuk membuat krim

digunakan zat pengemulsi, umumnya berupa surfaktan-surfaktan

anionik, kationik dan nonionik. Untuk krim tipe A/M digunakan

sabun polivalen, span, adeps lanae, cholesterol, cera. Untuk krim

tipe M/A digunakan sabun monovalent seperti triethanolaminum

stearate, natrium stearate, kalium stearate, ammonium stearat

(Anief, 2010).
13

3. Stabilitas Krim

Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk

obat atau kosmetik untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang

diterapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan

untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian

produk. Sedangkan definisi sediaan kosmetik yang stabil adalah

suatu sediaan yang masih berada dalam batas dapat diterima

selama periode waktu penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat

dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat

dibuat (Progestin, 2018).

Ketidakstabilan fisika dari sediaan ditandai dengan adanya

pemucatan warna atau munculnya warna, timbul bau, perubahan

atau pemisahan fase, pecahnya emulsi, pengendapan suspensi atau

caking, perubahan konsistensi, pertumbuhan kristal, terbentuknya

gas dan perubahan fisik lainnya. Kestabilan dari suatu emulsi

ditandai dengan tidak adanya penggabungan fase dalam. Tidak

adanya creaming dan memberikan penampilan, bau, warna dan

sifa-sifat fisik lainnya yang baik. Ketidakstabilan fisik suatu

emulsi atau suspensi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

mempengaruhi kestabilan kimia dari bahan pengemulsi

(emulgator), suspending agent, antioksidan, pengawet dan bahan

aktif (Pramuditha, 2016).


14

2.1.7 Pembuatan Lulur Krim

1. Proses Peleburan

Bagian lemak dilebur di atas tangas air, kemudian tambahkan

bagian airnya dengan zat pengemulsi. Setelah itu, aduk sampai

terbentuk suatu campuran yang berbentuk krim.

2. Proses Pencampuran

Proses pencampuran merupakan salah satu proses penting dalam

pembuatan sediaan obat, fungsinya untuk memungkinkan prinsip

dasar pencampuran terletak pada penyusupan partikel bahan yang

satu diantaranya partikel bahan lainnya (atau beberapa jenis bahan

yang lain) (Progestin, 2018).

2.1.8 Komponen dari Lulur Krim

Pembuatan sediaan lulur krim yang baik maka dibutuhkan

bahan penyusun lulur krim, diantaranya sebagai berikut :

1. Zat berkhasiat

2. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak dan

bersifat asam. Contohnya asam stearat, adepslanae, paraffin

liquidium, minyak lemak, cera, cetasum, vaselin, cetil alkohol,

steril alkohol dan sebagainya

3. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air dan bersifat basa,

contohnya Na tetraborat (borak, Na Bibonas), tritanolamin/TEA,

NaOH, KOH, gliserin, PEG dan surfaktan (Na laurel sulfat, tween,

span dan sebagainya)


15

4. Pengemulsi, bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan

lulur krim disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan

dibuat atau dikehendaki. Misalnya emulgie, lemak bulu domba,

cetil alkohol

5. Pengawet, yaitu bahan yang digunakan untuk meningkatkan

stabilitas sediaan, bahan pengawet yang sering digunakan

umumnya methyl paraben (nipagin) dan propil paraben (nipasol)

6. Pendapar, yaitu bahan yang digunakan utnuk mempertahankan pH

sediaan (Progestin, 2018).

2.1.9 Uraian Bahan Lulur Krim

1. Asam Stearat

Pemerian : zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan

hablur; putih atau kuning pucat; mirip lemak lilin

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian

etanol (95%) P, dalam 2 bagian kloroform P dan

dalam 3 bagian eter P

Kegunaan : sebagai fase minyak

(Depkes RI, 2012)

Standar : 1-20% (Rowe dkk, 2009)

2. Trietanolamin

Pemerian : cairan kental; tidak berwarna hingga kuning pucat;

bau lemah mirip amoniak; higroskopik


16

Kelarutan : mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%)P;

larut dalam kloroform P

Kegunaan : sebagai fase air

(Depkes RI, 2012)

Standar : 2-4 % (Rowe dkk, 2009)

3. Cetil Alkohol

Pemerian : seperti lilin, serpihan putih, sedikit bau yang khas,

rasa yang lembut

Kelarutan : mudah larut dalam etanol 95% dan eter, kelarutan

meningkat dengan kenaikan suhu, praktis tidak larut

dalam air

Kegunaan : sebagai emulgator

(Depkes RI, 2012)

Standar : 2-5% (Rowe dkk, 2009)

4. Gliserin

Pemerian : cairan seperti sirup; jernih, tidak berwarna; tidak

berbau; manis diikuti rasa hangat, higroskopik. Jika

disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat

memadat membentuk massa hablur tidak berwarna

yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih

kurang 20o
17

Kelarutan : dapat campur dengan air dan etanol (95%)P,

praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P

dan dalam minyak lemak

Kegunaan : sebagai pelembut

(Depkes RI, 2012)

Standar : ≤ 30% (Rowe dkk, 2009)

5. Metil Paraben

Pemerian : serbuk hablur halus, putih hampir tidak berbau,

tidak mempunyai rasa kemudian agak membakar

diikuti rasa tebal

Kelarutan : larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air

mendidih, dalam bagian 3,5 bagian etanol (95%)P

dan dalam 3 basis aseton P, mudah larut dalam eter

P dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam

60 bagian gliserol dan dalam 40 bagian minyak

lemak nabati panas.

Kegunaan : sebagai pengawet

(Depkes RI, 2012)

Standar : 0,02-0,3% (Rowe dkk, 2009)

6. Propil Paraben

Pemerian : serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa

Kelarutan : sangat sukar dalam air, larut dalam3,5 bagian

atanol (95%)
18

Kegunaan : sebagai pengawet

(Depkes RI, 2012)

Standar : 0,02-0,5% (Rowe dkk, 2009)

7. Vaselin Flavum

Pemerian : massa lunak, lengket, bening, kuning mudah

sampai kuning

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol

(95%)P, tidak larut dalam kloroform P, dalam eter

P, dan dalam eter minyak tanah P, larutan kadang-

kadang beropalesensi lemah

Kegunaan : sebagai basis

(Depkes RI, 2012)

Standar : 10-30% (Rowe dkk, 2009)

8. Oleum Citri

Pemerian : cairan, kuning pucat atau kuning kehijauan, bau

khas; rasa pedas dan agak pahit

Kelarutan : larut dalam 12 bagian volume etanol (90%) P

Kegunaan : Sebagai pewangi

(Depkes RI 2012)

9. Aqua Destilata

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa

Kelarutan : larut dengan semua jenis larutan


19

Kegunaan : Sebagai pelarut

(Depkes RI 2012)

2.1.10 Titrasi Kompleksometri

Tittrasi kompleksometri digunakan untuk menentukan

kandungan garam-garam logam. Etelen diamin tetra asetat (EDTA)

merupakan titran yang sering digunakan. Struktur EDTA sebagai

berikut:

atau

Gambar 2. 2. Struktur EDTA (Gandjar dan Rohman 2016)


EDTA akan membentuk kompleks 1:1 yang stabil dengan

semua logam kecuali logam alkali seperti natrium dan kalium.

Logam-logam alkali tanah seperti kalsium dan magnesium

membentuk kompleks yang tidak stabil dengan EDTA pada pH

rendah, karenanya titrasi logam-logam ini dengan EDTA dilakukan


20

pada larutan buffer ammonia pH 10. Persamaan reaksi umum pada

titrasi kompleksometri adalah:

Mn+ + Na2EDTA → (MEDTA)n-4 + 2H+

Untuk deteksi titik akhir titrasi digunakan indikator zat

warna. Indikator zat warna ditambahkan pada larutan logam pada

saat awal sebelum dilakukan titrasi dan akan membentuk kompleks

berwana dengan sejumlah kecil logam. Pada saat titik akhir titrasi

(ada sedikit kelebihan EDTA) maka kompleks indikator logam akan

pecah dan menghasilkan warna yang berbeda. Indikator yang dapat

digunakan untuk titrasi kompleksometri ini antara lain: Hitam

eriokrom (Eriochom Black T, Mordant Black II, Solochrome Black);

mureksid; jingga pirokatekol; jingga xilenol; asam kalkon karbonat;

kalmagit; dan biru hidroksi naftol (Gandjar dan Rohman, 2016).

Kelebihan titrasi kompleksometri yaitu EDTA yang stabil,

mudah larut dan menunjukkan komposisi kimiawi yang tertentu.

Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH

(Khopkar 2010).

2.1.11 Evaluasi Sediaan Lulur Krim

Pengujian sediaan lulur dapat dilakukan dengan berbagai

cara, antara lain :


21

1. Uji Organoleptis

Uji organoleptis dimaksudkan untuk melihat tampilan fisik suatu

sediaan yang meliputi bentuk, warna dan bau (Juwita dkk, 2013).

2. Uji Pengukuran pH

Uji pH bertujuan untuk mengetahui keamanan suatu kesediaan,

terutama sediaan topical. Idealnya sediaan topikal mempunyai

nilai pH yang sama dengan pH kulit agar tidak terjadi iritasi pada

permukaan kulit. Untuk sediaan topikal parameter pH yang cocok

untuk kulit berkisar 4,5 – 8,0 (Lestari dkk, 2017)

3. Uji Tipe Krim

Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tipe krim yang

dihasilkan pada sediaan krim yang sudah dibuat dikatakan tipe

M/A apabila emulsi minyak dalam air. Sebaliknya emulsi yang

mempunyai fase dalam air dan fase minyak disebut emulsi air

dalam minyak atau emulsi tipe A/M (Voight, 1994).

4. Uji Daya Sebar

Uji daya sebar bertujuan untuk mengetahui kelunakan masa

sediaan sehingga dapat dilihat kemudahan pengolesan sediaan ke

kulit. Daya sebar yang baik menyebabkan kontak antara obat

dengan kulit menjadi luas, sehingga absorpsi obat ke kulit

berlangsung cepat. Persyaratan daya sebar untuk sediaan topical

adalah 5-7 cm (Lestar dkk, 2017).


22

5. Uji Daya Lekat

Uji daya lekat bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan

sediaan tersebut untuk melekat pada kulit. Daya lekat yang baik

memungkinkan obat tidak mudah lepas dan semakin lama melekat

pada kulit, sehingga menghasilkan efek yang diinginkan.

Persyaratan daya lekat yang baik untuk sediaan topical adalah

lebih dari 4 detik (Lestari dkk, 2017).

6. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah bahan-bahan

dalam formulasi tersebut tercampur merata atau tidak (Afianti dan

Murrukmihadi, 2015).

7. Uji Daya Proteksi

Uji daya proteksi dilakukan untuk mengetahui dan mengevaluasi

sediaan lulur krim yang di buat. Uji dapat diketahui sejauh mana

lulur dapat memberikan efek proteksi terhadap iritasi mekanik,

panas, dan kimia. Hal ini untuk mencapai kriteria lulur yang baik

sehingga dapat memberikan efek terapi yang diharapkan. Daya

proteksi yang baik ditandai dengan tidak munculnya noda merah

pada bekas tetesan KOH 0,1 N pada waktu 15, 30, 45, 60 detik, 3

dan 5 menit (Alfath, 2012).


23

2.2 Hipotesis

1. Pada cangkang telur ayam memiliki kadar kalsium karbonat yang tinggi.

2. Ada pengaruh konsentrasi tepung cangkang telur ayam terhadap sifat

fisik sediaan lulur krim


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Dalam penelitian ini objek yang digunakan yaitu cangkang telur

ayam yang di dapat dari Pesurungan Lor, Kecamatan Margadana, Kota Tegal

yang mengandung kalsium karbonat kemudian diformulasikan menjadi

sediaan lulur krim.

3.2 Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi (Sugiyono, 2016). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tepung cangkang telur ayam yang diuji kandungan kalsiumnya

kemudian digunakan sebagai zat aktif dalam pembuatan lulur krim.

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Teknik

sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random

sampling (acak sederhana). Simple random sampling adalah pengambilan

anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan

strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2016).

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016).

Adapun variabel dalam penelitian ini meliputi:

24
25

3.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya

variabel terikat (Sugiyono, 2016). Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah konsentrasi dari tepung cangkang telur ayam.

3.3.2 Variabel Terikat

Variabel terikat atau variabel dependen yaitu variabel yang

dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas

(Isflanti, 2018). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sifat fisik

sediaan lulur krim yaitu uji organoleptis, uji pH, uji tipe krim, uji daya

sebar, uji daya lekat, uji homogenitas dan uji daya proteksi.

3.3.3 Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat

konstan sehingga pengaruh variabel terikat tidak dipengaruhi oleh

faktor luar yang tidak diteliti (Isflanti, 2018). Variabel kontrol dalam

penelitian yaitu, metode pembuatan lulur krim, uji kadar kalsium.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Cara Pengumpulan Data

1. Jenis data yang digunakan bersifat kuantitatif dan kualitatif untuk

mengetahui kadar kalsium karbonat dalam cangkang telur ayam

dan sifat fisik sediaan lulur krim

2. Metode pengumpulan data menggunakan eksperimen

laboratorium
26

3.4.2 Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu oven,

ayakan nomor 60 mesh, mortir, stamfer, neraca analitik,

waterbath, batang pengaduk, beaker glass, gelas ukur, cawan

porselin, tabung reaksi, pipet tetes, pH meter, kertas saring, kaca

arloji, alat uji daya lekat, stopwatch, kaca arloji, objek glass, labu

takar, erlenmeyer, pipet volume, pipet tetes, tabung reaksi, klem,

statif, buret asam.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah tepung

cangkang telur ayam, aquades, asam stearate, trietanolamin, cetil

alkohol, methyl paraben, propil paraben, gliserin, vaselin

flavum, oleum citri, dinatrium etilen diamin tetra asetat

(Na2EDTA), magnesium sulfat (MgSO4), indikator murexid,

indikator EBT, HCl, dan NaOH.

3.5 Cara Kerja

Pada penelitian tentang pemanfaatan kalsium karbonat cangkang

telur sebagai zat aktif sediaan lulur krim melalui beberapa proses antara lain:
27

3.5.1 Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan adalah cangkang telur yang diambil

dari lingkungan Pesurungan Lor, Kecamatan Margadana, Kota Tegal.

Pengambilan sampel dilakukan secara acak.

3.5.2 Cara Kerja Pembuatan Tepung Cangkang Telur Ayam

Cara kerja dalam pembuatan tepung cangkang telur ayam

diawali dari pengumpulan bahan cangkang telur ayam yang didapat di

Pesurungan Lor. Bahan dipilih secara acak tanpa memperhatikan

bentuk maupun ukuran. Cangkang telur ayam sebelumnya dicuci

terlebih dahulu hingga bersih kemudian direndam pada air panas lalu

dibilas dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 30

menit. Setelah itu, cangkang telur dihaluskan dengan menggunakan

mortir dan stamfer sampai menjadi serbuk yang halus. Lalu serbuk

cangkang telur diayak dengan ukuran 60 mesh (Syam 2016).

Mencuci cangkang telur ayam hingga bersih lalu rendam dalam


air panas

Bilas dan keringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 30


menit

Haluskan cangkang telur dengan blender

Serbuk cangkang telur diayak dengan ukuran 60 mesh

Gambar 3. 1. Skema Pembuatan Tepung Cangkang Telur Ayam


(Syam, 2016)
28

3.5.3 Uji Konsistensi Kelembaban dan Kadar Air Tepung Cangkang

Telur Ayam

Pengujian konsistensi kelembaban tepung cangkang telur

ayam dilakukan dengan penimbangan sampel sebanyak 1 gram dalam

cawan porselen yang bersih dan kering serta telah diketahui berat

kosongnya. Kemudian dilakukan pengeringan dalam oven pada suhu

100o-105o C selama 30 menit dan diikuti pendinginan dalam eksikator

kemudian dilakukan penimbangan. Pengulangan penimbangan

dilakukan hingga tercapai berat kosntan (selisih penimbangan < 0,2

mg). Pengurangan berat merupakan banyaknya air dalam bahan

(Priastuti, 2018).
Menimbang 1 gram tepung cangkang telur ayam

Mengeringkan dalam oven pada suhu 100o-105o C selama 30


menit

Didinginkan dalam eksikator

Lakukan penimbangan sebanyak 3 kali dan menghitung rata-rata


penimbangan

Berat residu dalam cawan porselen dinyatakan sebagai berat air

Menghitung kadar air

Gambar 3. 2. Skema Uji Konsistensi Kelembaban


(Priastuti, 2018)
29

Pengujian kadar air pada tepung cangkang telur ayam

dilakukan dengan menggunakan alat moisture meter TK100S. Tepung

cangkang telur ayam yang akan diuji di tempatkan pada wadah datar

kemudian tempatkan moisture meter pada tepung cangkang telur

ayam dan tunggu hingga angka yang tertera pada display stabil.

Tempatkan Tepung cangkang telur ayam pada wadah

Tempelkan antena moisture meter ke dalam tepung cangkang


telur ayam

Tunggu hingga angka pada display stabil

Gambar 3. 3 Skema Uji Kadar Air


3.6 Penetapan Kadar Kalsium dengan Metode Kompleksometri

Analisis kadar kalsium dapat dilakukan dengan metode

kompleksometri. Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan

pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk

kompleks. Sebagai zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam

titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat

(dinatrium EDTA) (Hidayati dan Setyorini, 2005).

3.6.1 Pembakuan Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA)

Larutan Na2EDTA 0,01 M dipipet sebanyak 50 mL ke dalam

buret asam dan padatan MgSO4 ditimbang sebanyak 0,6 gram dan

dilarutkan dengan aquades ke dalam labu ukur 250 mL. Kemudian

dipipet 25 mL dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Lalu

ditambahkan 10 mL buffer pH 10 dan sedikit indikator EBT. Setelah


30

itu, dititrasi dengan larutan Na2EDTA 0,01 M hingga berwarna biru.

Kemudian volume titran di catat (Syam, 2016).

Larutan Na2EDTA 0,01 M dipipet sebanyak 50 mL ke dalam


buret asam

Menimbang MgSO4 sebanyak 0,6 gram dan larutkan dalam


aquades dalam labu ukur 250 mL

Pipet sebanyak 25 mL dan masukkan ke dalam erlenmeyer

Menambahkan 10 mL buffer pH 10 dan sedikit indikator EBT

Titrasikan dengan larutan Na2EDTA 0,01 M hingga berwarna


biru

Mencatat volume titran

Gambar 3. 4. Skema Pembakuan EDTA (Syam, 2016)


3.6.2 Penentuan Kadar CaCO3

Timbang 3 gram serbuk cangkang telur ayam dalam beaker

glass 250 mL. Kemudian ditambahkan 50 mL aquades dan 50 mL HCl

6 M sambil diaduk. Larutan dipanaskan sampai 50 mL dan diaduk

hingga larut, kemudian di dinginkan. Larutan disaring dan dipipet 25

mL ke dalam labu ukur 100 mL dan diencerkan hingga tanda batas.

Larutan dipipet 5 mL ke dalam Erlenmeyer. Lalu ditambahkan 50 mL

aquades, 2 mL larutan NaOH 4 M dan indikator murexid. Larutan

dititrasi dengan larutan baku EDTA hingga berwarna ungu kebiruan.


31

Volume titran dicatat dan dihitung kadar kalsium karbonatnya (Syam,

2016).

Menimbang 3 gram tepung cangkang telur ayam dalam gelas


ukur 250 mL

Tambahkan aquades dan 50 mL HCl 6 M sambil diaduk

Larutan dipanaskan sampai 50 mL dan aduk hingga larut lalu


dinginkan

Larutan di saring dan dipipet 25 mL ke dalam labu ukur 100 mL


dan diencerkan hingga tanda batas

Larutan dipipet 5 mL ke dalam erlenmeyer

Tambahkan 50 mL aquades, 2 mL larutan NaOH 4 M dan


indikator murexid

Larutan dititrasi dengan larutan baku EDTA hingga berwarna


ungu kebiruan

Mencatat volume titran dan menghitung kadar kalsium karbonat

Gambar 3. 5. Skema Penentuan Kadar CaCO3 (Syam, 2016)


32

3.7 Formula

Tabel 3. 1.. Formula Sediaan Lulur Krim


FORMULA
No. BAHAN STANDAR LITERATUR FUNGSI
I II III
Tepung cangkang
1. 20% 30% 40% 7,5-42% (Syam 2016) Zat Aktif
telur ayam
(Rowe, Sheskey,
2. Asam stearate 3% 3% 3% 1-20% Emulgator
dan Quinn 2009)
(Rowe, Sheskey,
3. Trietanolamin 4% 4% 4% 2-4% Surfaktan
dan Quinn 2009)
(Rowe, Sheskey,
4. Cetil alkohol 3% 3% 3% 2-5% Emulgator
dan Quinn 2009)
5. Gliserin 10% 10% 10% ≤ 30% Pelembut
(Rowe, Sheskey,
6. Metil paraben 0,18% 0,18% 0,18% 0,02-0,3% Pengawet
dan Quinn 2009)
(Rowe, Sheskey,
7. Propil paraben 0,02% 0,02% 0,02% 0,02-0,5% Pengawet
dan Quinn 2009)
(Rowe, Sheskey,
8. Vaselin flavum 10% 10% 10% 10-30% Basis
dan Quinn 2009)
9. Oleum Citri qs Pewangi
10. Aquadest Ad 50 Pelarut

3.8 Cara Pembuatan Sediaan Lulur Krim

Pembuatan sediaan lulur krim dilakukan dengan cara menyiapkan

alat dan bahan terlebih dahulu, menimbang bahan sesuai perhitungan.

Memasukkan asam stearate, vaselin flavum dan setil alkohol ke dalam cawan

uap dan meleburkannya pada suhu 70oC (campuran 1). Memasukkan

trietanolamin dan metil paraben kemudian melarutkannya dengan air

mendidih dalam mortir (campuran 2). Melarutkan propil paraben dalam

gliserin (campuran 3). Memasukkan campuran 1 dan 3 ke dalam campuran 2

aduk sampai homogen. Memasukkan sisa aquadest sedikit demi sedikit aduk
33

sampai homogen. Memasukkan tepung cangkang telur ayam aduk sampai

homogen kemudian masukkan ke dalam wadah (Progestin, 2018).


Memasukkan asam stearat, vaselin flavum dan cetil alkohol ke dalam
cawan uap dan meleburkannya pada suhu 70oC (campuran 1)

Melarutkan trietanolamin dan metil paraben dengan air mendidih dalam


mortir (campuran 2)

Melarutkan propil paraben dalam gliserin (campuran 3)

Memasukkan campuran 1 dan campuran 3 ke dalam campuran 2 aduk


ad homogen

Memasukkan sisa aquadest sedikit demi sedikit aduk ad homogen

Memasukkan tepung cangkang telur aduk ad homogen, memasukkan ke


dalam wadah

Gambar 3. 6. Pembuatan Sediaan Lulur Krim (Progestin, 2018)


3.9 Uji Sifat Fisik

Setelah proses pembuatan lulur krim, selanjutnya dilakukan uji sifat

sediaan lulur krim yang meliputi:

3.9.1 Uji Organoleptis

Uji organoleptis dengan mengamati bentuk, warna, dan bau sediaan

(Juwita dkk, 2013)

Mengambil Lulur krim secukupnya

Mengamati bentuk, warna dan bau sediaan


Gambar 3. 7. Skema Uji Organoleptis (Juwita dkk, 2013)
34

3.9.2 Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan dengan cara mengambil sediaan lulur

krim kemudian dioleskan secara tipis dan merata pada objek glass.

Kemudian diamati di bawah sinar matahari secara langsung (Lestari

dkk, 2017)

Mengambil sediaan lulur krim

Dioleskan pada objek glass secara tipis dan merata

Amati di bawah sinar matahari secara langsung

Gambar 3. 8. Skema Uji Homogenitas (Lestari dkk, 2017)


3.9.3 Uji pH

Uji pengukuran dilakukan dengan mencelupkan kertas pH di dalam

sediaan, setelah itu amati perubahan warna yang terjadi. Kemudian

cocokkan pada indikator pH (pH meter). Untuk sediaan topikal

parameter pH yang cocok untuk kulit berkisar 4,5 – 8,0 (Lestari dkk,

2017)
Mencelupkan kertas pH pada sediaan lulur krim

Amati perubahan warna dan mencocokkan pada pH meter.

Gambar 3. 9. Skema Uji pH (Lestari dkk, Sari 2017)


3.9.4 Uji Daya Lekat

Menimbang sebanyak 0,5 gram sediaan lulur krim, meletakkan

sediaan pada lempengan tutup dengan lempengan lain. Memberi

beban di atas lempengan sebesar 500 gram. Tunggu selama 1 menit


35

kemudian lepas beban. Catat hasil waktu yang dibutuhkan kedua

lempengan melekat (Progestin, 2018).

Timbang sebanyak 0,5 gram sediaan lulur krim

Letakkan sampel di atas lempengan kemudian tutup dengan


lempengan kembali

Beri beban di atas lempengan sebesar 500 gram tunggu selama 1


menit

Lepaskan beban, catat berapa lama lempengan melekat

Gambar 3. 10. Skema Uji Daya Lekat (Progestin, 2018)


3.9.5 Uji Daya Sebar

Menimbang sebanyak 0,5 gram sampel lulur krim. Letakkan pada

kaca arloji kemudian tutup dengan kaca arloji lain. Memberi beban di

atas kaca arloji sebesar 50 gram tunggu 1 menit catat hasil diameter

dan jari-jari yang diperoleh. Mengganti beban dengan beban yang

lebih berat lagi yaitu 100 gram diamkan selama 1 menit catat hasil

diameter dan jari-jari yang diperoleh. Kemudian hitung masing-

masing luas permukaan beban 50 dan 100 gram (Progestin, 2018).


36

Menimbang 0,5 gram sampel. Letakkan di kaca arloji kemudian


tutup dengan kaca arloji lain

Beri beban di atas kaca arloji sebesar 50 gram tunggu 1 menit.


Catat jari-jari dan diamteternya

Mengganti beban dengan beban 100 gram lalu diamkan selama 1


menit. Catat hasil diameter dan jari-jarinya

Hitung luas permukaan beban 50 gram dan 100 gram

Gambar 3. 11. Skema Uji Daya Sebar (Progestin, 2018)


3.9.6 Uji Daya Proteksi

Menyiapkan kertas saring ukuran 3 x 3 cm dan menetesinya dengan

indikator PP 1% kemudian mengoleskan sediaan pada kertas saring

tersebut. Pada kertas saring yang lain 3 x 3 cm, membentengi dengan

paraffin padat yang sudah dicairkan pada masing-masing sisinya.

Menempelkan kertas saring tersebut di atas kertas saring pertama.

Menetesi dengan KOH 1 N dan mencatat waktu yang diperlukan

untuk memunculkan perubahan warna (Progestin, 2018).

Menyiapkan kertas saring ukuran 3x3 cm dan menentesinya


dengan indikator pp 1%

Mengoleskan sediaan 0,5 gram pada kertas saring

Pada kertas saring yang lain 3 x 3 cm, bentengi dengan paraffin


padat yang sudah dicairkan pada masing-masing sisinya

Menempelkan kertas saring tersebut di atas kertas saring pertama

Menetesi dengan KOH 1 N. Mencatat waktu yang diperlukan


untuk memunculkan perubahan warna merah
37

Gambar 3. 12. Skema Uji Daya Proteksi (Progestin, 2018)


3.9.7 Uji Tipe Krim

1. Metode Warna

Metode warna dilakukan dengan mengoleskan sediaan lulur krim

di atas preparat kemudian metylen blue (pewarna air) diteteskan.

Jika pada mikroskop terdapat keseragaman warna maka sediaan

lulur krim adalah sediaan krim dengan tipe minyak dalam air.

(Maula, 2018)
Mengoleskan sediaan pada kaca preparat

Meneteskan metylen blue pada kaca preparat

Mengamati keseragaman warna menggunakan mikroskop


dan mencatat hasil pengamatan

Gambar 3. 13. Skema Uji Tipe Krim dengan Metode Warna


(Maula, 2018)
2. Metode Pengenceran

Metode pengenceran ini dilakukan dengan memasukan sediaan ke

dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan air secukupnya ke

dalam tabung reaksi dan mengocoknya. Perubahan yang terjadi

diamati pada sediaan jika terdapat minyak maka sediaan berupa

krim M/A dan jika tidak terjadi perubahan apapun maka sediaan

krim merupakan tipe A/M. (Maula, 2018)


38

Memasukkan sediaan ke dalam tabung reaksi

Menambahkan air secukupnya ke dalam tabung reaksi

Mengocok tabung reaksi dan mengamati perubahan yang


terjadi

Gambar 3. 14. Skema Uji Tipe Krim dengan Metode


Pengenceran (Maula, 2018)
3. Metode Cincin

Uji dilakukan dengan cara menggambarkan bangun persegi

ukuran 3x3 cm pada kertas saring. Kemudian mengoleskan

sediaan pada kertas saring tersebut. Tipe M/A akan membentuk

cincin air disekeliling kertas saring tentunya ini berlaku juga untuk

tipe A/M (Progestin, 2018).

Mengoleskan sediaan pada kertas saring

Mengamati perubahan yang terjadi

Untuk tipe M/A akan membentuk cincin air disekeliling


olesannya berlaku sebaliknya

Gambar 3. 15. Skema Uji Tipe Krim (Progestin, 2018)


3.10 Teknik Analisa Data

Penelitian ini dianalisis dengan bantuan sistem komputer program

SPSS versi 22. Teknik analisis data yang digunakan yaitu uji Anova (Analysis

of Variance) dengan penerimaan hipotesis alternatif pada taraf signifikan

<0,05. Dasar pengambilan keputusan uji Anova dengan menggunakan angka

signifikasi yaitu:
39

1. Ho diterima jika angka signifikasi > 0,05

2. Ho ditolak Ha diterima jika angka signifikasi < 0,05

Tabel 3. 2 Cara Menentukan Pembuktian Hipotesis


P < 0,05 P > 0,05
Ha diterima Ha ditolak
Ho ditolak Ho diterima
Tidak ada pengaruh konsentrasi
Ada pengaruh konsentrasi tepung
tepung cangkang telur ayam
cangkang telur ayam terhadap sifat
terhadap sifat fisik sediaan lulur
fisik sediaan lulur krim
krim
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini tentang pemanfaatan cangkang telur ayam sebagai sediaan

lulur krim penghalus kulit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

kadar kalsium karbonat pada cangkang telur ayam serta pengaruh konsentrasi

tepung cangkang telur ayam terhadap sifat fisik sediaan lulur krim. Sampel yang

digunakan pada penelitian ini adalah cangkang telur ayam yang diperoleh dari

warung makan di Desa Pesurungan Lor, Kecamatan Margadana, Kota Tegal.

Cangkang telur ayam yang didapatkan kemudian di bersihkan dan direndam dalam

air panas. Setelah proses perendaman kemudian dikeringkan dalam oven dengan

suhu 105oC selama 30 menit. Pengeringan merupakan tahapan pengolahan yang

cukup penting karena terkait dengan kadar air bahan sebagai faktor yang

berpengaruh terhadap penampakan, tekstur, cita rasa, nilai gizi bahan pangan, dan

aktivitas mikroorganisme (Priastuti, 2018). Cangkang telur ayam yang telah melalui

proses pengeringan kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender dan diayak

dengan pengayak nomor 60 mesh agar serbuk yang dihasilkan berbentuk scrub.

Dalam setiap tahapan proses pembuatan tepung cangkang telur ayam

tersebut, terjadi perubahan berat dengan satuan gram (g) yang berkaitan dengan

perubahan kandungan air dalam bahan akibat penguapan sehingga menyebabkan

terjadinya penurunan berat bahan. Berat cangkang telur ayam awal (basah) adalah

328,85 g setelah mengalami pengovenan beratnya berkurang menjadi 283,07 g.

Cangkang telur ayam kemudian dihaluskan dengan blender dan diayak dengan

40
41

ukuran 60 mesh. Setelah dihaluskan beratnya berkurang menjadi 268,07 g. Kalsium

karbonat (CaCO3) diperoleh dari cangkang telur ayam yang telah ditumbuk dan

diayak.

4.1 Uji Konsistensi Kelembaban dan Kadar Air

Jumlah kandungan air pada bahan terutama bahan-bahan hasil

pertanian akan mempengaruhi daya tahan bahan tersebut dari serangan

mikroba. Air merupakan komponen penting yang dibutuhkan oleh

mikroorganisme untuk berkembang biak dalam produk olahan. Hal ini

merupakan salah satu sebab mengapa di dalam pengolahan pangan, air sering

dikeluarkan atau dikurangi dengan cara penguapan dan pengeringan. Bahan

pangan berbentuk tepung untuk dapat disimpan dalam jangka waktu lama

harus memiliki kadar air di bawah 10% (Aini dkk, 2016).

Tabel 4. 1. Presentase Konsistensi Kelembaban Tepung Cangkang


Telur Ayam
Replikasi % Konsistensi Kelembaban
I 1%
II 0%
III 1%
Rata-rata 0,7%

Penentuan konsistensi kelembaban dilakukan dengan menggunakan

metode oven pada suhu 1050C selama 30 menit. Suhu 1050C dipilih karena

suhu yang tinggi dalam proses pengeringan maka semakin banyak uap air
42

yang diuapkan dari suatu bahan sehingga bobot bahan yang dihasilkan

semakin berkurang (Nuraeni, 2018).

Tabel 4. 2 Presentase Kadar Air Tepung Cangkang Telur Ayam


Replikasi % Kadar Air Gambar
I 8,7%
II 7,1%
III 7,8%

Rata-rata 7,87%

Hasil penelitian dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata

untuk uji konsistensi kelembaban tepung cangkang telur ayam sebesar 0,7%

sedangkan pada uji kadar air pada tepung cangkang telur ayam sebesar 7,87%.

Konsistensi kelembaban dan kadar air yang dimiliki oleh tepung cangkang

telur ayam telah memenuhi persyaratan karena kurang dari 10%.

4.2 Penetapan Kadar Kalsium dengan Metode Kompleksometri

Analisis kadar kalsium karbonat menggunakan metode

kompleksometri. Prinsip kompleksometri yaitu pembentukan ion-ion

kompleks dalam larutan. Zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan

dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilen diamina tetra

asetat (dinatrium EDTA) (Hidayati dan Setyorini 2005).

4.2.1 Pembakuan Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA)

Penentuan kadar kalsium karbonat pada cangkang telur ayam

dilakukan dengan cara titrasi EDTA karena ion kalsium dapat


43

membentuk kompleks dengan EDTA. EDTA termasuk senyawa yang

mudah rusak sehingga dilakukan pembakuan EDTA terlebih dahulu

untuk mendapatkan konsentrasi EDTA yang sebenarnya. Pembakuan

EDTA dilakukan melalui titrasi dengan replikasi sebanyak dua kali.

Indikator EBT (Eriochrom Black T) ditambahkan pada suatu larutan

yang mengandung suatu ion Ca akan membentuk warna biru dimana

EBT berfungsi untuk mengetahui titik akhir titrasi. Sedangkan

penambahan buffer pH 10 berfungsi untuk menjaga pH agar tetap

dalam suasana basa.

Tabel 4. 3. Pembakuan EDTA


Replikasi MgSO4 (mL) V EDTA (mL)
1 25 26
2 25 27
Rata-rata 26,5

Setelah titrasi hasil yang diperoleh untuk volume EDTA dapat

dilihat pada tabel di atas. Sehingga hasil yang diperoleh dapat dihitung

konsentrasi EDTA yang sebenarnya dengan menggunakan rumus

pengenceran yaitu sebesar 0,0189 M.

Tabel 4. 4. Titrasi Pembakuan EDTA


No. MgSO4 (mL) V EDTA (mL) M EDTA
1 25 26,5 0,0189
44

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh molaritas (M) larutan

EDTA sebesar 0,0189 M. Molaritas yang diperoleh sudah mendekati

dengan molaritas standar yang diinginkan sehingga larutan tersebut

dapat digunakan sebagai larutan baku EDTA dalam penentuan kadar

CaCO3 dalam cangkang telur ayam.

4.2.2 Penentuan Kadar CaCO3 dengan Titrasi EDTA

Setelah diperoleh konsentrasi EDTA yang sebenarnya, maka

dilanjutkan dengan titrasi penentuan kadar CaCO3 dalam cangkang

telur ayam dengan replikasi sebanyak dua kali. Indikator yang

digunakan dalam titrasi berupa indikator mureksid. Mureksid

membentuk kompleks dengan beberapa ion logam, akan tetapi hanya

dengan Cu, Co, Ni, Ca yang cukup stabil dan berguna untuk analisis

kuantitatif. Warna yang dihasilkan antara indikator mureksid dan

kalsium yaitu warna merah keunguan (Mursyidi dan Rohman, 2008).

Tabel 4. 5. Penentuan Kadar CaCO3 dalam Tepung Cangkang


Telur Ayam
Replikasi V Sampel (mL) V EDTA (mL)
1 57 15
2 57 13
Rata-rata 14

Tabel 4. 6. Kadar CaCO3 dalam Tepung Cangkang Telur Ayam


No. V Sampel (mL) V EDTA (mL) M CaCO3 % CaCO3
1 57 14 0,053 90,71
45

Hasil volume EDTA yang diperoleh sebesar 14 mL maka

konsentrasi kalsium karbonat yang dihasilkan sebesar 90,71%.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar kalsium karbonat

dalam penelitian ini antara lain ketelitian kerja, suhu pemanasan, dan

pelarut.

4.3 Proses Pembuatan Sediaan Lulur Krim

Proses pembuatan sediaan lulur krim diawali dengan menyiapkan alat

dan bahan. Alat yang digunakan untuk membuat lulur krim yaitu timbangan

analitik, mortir dan stamfer, gelas ukur 5 mL, pipet tetes, sudip, sendok

tanduk, penangas, cawan uap 100 mL, dan wadah sediaan 50 g. Bahan yang

digunakan untuk membuat sediaan lulur krim yaitu tepung cangkang telur

ayam yang berfungsi sebagai zat aktif dan scrub yang dapat mengangkat sel

kulit mati, cetil alkohol berfungsi sebagai emulgator, vaselin flavum

berfungsi sebagai basis, asam stearat berfungsi sebagai fase minyak,

trietanolamin berfungsi sebagai fase air, gliserin berfungsi sebagai emolien,

metilparaben berfungsi sebagai pengawet (anti jamur), propil paraben

berfungsi sebagai pengawet (anti mikroba) dan aquades berfungsi sebagai

pelarut.

Setelah menyiapkan alat dan bahan kemudian menimbang semua

bahan sesuai dengan perhitungan penimbangan bahan. Mortir dan stamfer

yang akan digunakan harus disterilkan terlebih dahulu dengan menggunakan

etanol 75%. Masukkan asam stearat 1,5 gram, vaselin flavum 5 gram dan cetil

alkohol 1,5 gram ke dalam cawan uap dan meleburkannya pada suhu 70oC
46

(campuran 1). Tujuan dari peleburan ini yaitu agar asam stearat, vaselin

flavum dan cetil alkohol melebur dan homogen. Kemudian melarutkan 2 ml

trietanolamin dan 0,09 gram metil paraben dengan air mendidih dalam mortir

(campuran 2). Melarutkan 0,01 gram propil paraben dan 5 ml gliserin

(campuran 3). Memasukkan campuran 1 dan campuran 3 ke dalam campuran

2 sedikit demi sedikit dan mengaduknya sampai mengembang.

Menambahkan aquades sedikit demi sedikit dan aduk hingga homogen.

Kemudian menambahkan zat aktif berupa tepung cangkang telur ayam dan

mengaduknya sampai homogen. Tambahkan oleum citri untuk memperbaiki

bau dari tepung cangkang telur ayam. Oleum citri dipilih karena tidak

mengiritasi kulit. Selanjutnya sediaan lulur krim dimasukkan ke dalam

wadah. Dalam pembuatan sediaan lulur krim dibuat menjadi tiga formula

dimana masing-masing formula dibuat tiga replikasi. Dalam setiap formula

yang dibedakan adalah konsentrasi tepung cangkang telur ayam sebagai

bahan aktif yaitu formula I sebanyak 20%, formula II sebanyak 30%, dan

formula III sebanyak 40%.

Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental

mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar

(Anief 2010). Dalam sediaan lulur krim yang telah dibuat, kandungan air

dalam formula I sebesar 63,8%, formula II sebesar 53,8% dan formula III

sebesar 43,8%. Berdasarkan literature maka formula I telah sesuai dengan

standar krim karena tidak kurang dari 60%, sedangkan formula II dan formula
47

III kandungan air kurang dari 60%. Kandungan air yang kurang dari 60%

menjadikan sediaan sedikit padat.

4.4 Evaluasi Sediaan Lulur Krim

Sediaan lulur krim yang telah dibuat kemudian dievaluasi. Evaluasi

sediaan yang dilakukan meliputi pengamatan organoleptis (bentuk, warna,

dan bau), pH, homogenitas, daya sebar, daya lekat, daya proteksi, dan tipe

krim. Adapun hasil evaluasi sediaan lulur krim sebagai berikut:

4.4.1 Uji Organoleptis

Uji organoleptis bertujuan untuk melihat tampilan fisik suatu

sediaan yang meliputi bentuk, warna dan bau (Purnamasari dkk,

2016). Hasil uji organoleptis dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4. 7. Hasil Uji Organoleptis


Uji Organoleptis
Formula Gambar
Bentuk Warna Bau
Semi padat, Krem Aromatis
I sedikit muda
halus
Semi padat, Krem Aromatis
II sedikit coklat
kasar muda
Semi padat, Krem Aromatis
III sedikit kecoklatan
kasar

Berdasarkan hasil yang diperoleh dengan penggunaan

konsentrasi tepung cangkang telur ayam yang berbeda dalam tiap


48

formula dapat berpengaruh dalam bentuk dan warna sediaan lulur

krim. Hal ini terlihat pada tabel di atas dimana formula I mempunyai

bentuk semi padat, sedikit halus serta berwarna krem muda. Hal ini

disebabkan karena formula I menggunakan konsentrasi tepung

cangkang telur ayam yang lebih sedikit dibandingkan dengan formula

II dan formula III. Pada formula II sediaan lulur krim berbentuk semi

padat, sedikit kasar, dan berwarna krem coklat muda. Pada formula

III bentuk sediaan semi padat, sedikit kasar, dan berwarna krem

kecoklatan. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah konsentrasi tepung

cangkang telur ayam yang lebih banyak dari formula I dan formula II

sehingga menyebabkan bentuk sediaan lebih padat.

Berdasarkan hasil uji organoleptis dapat disimpulkan bahwa

sediaan lulur krim yang lebih baik adalah formula I dengan

konsentrasi tepung cangkang telur ayam 20% karena sediaan formula

I memiliki organoleptis lebih baik dari formula lainnya yaitu

berbentuk semi padat, sedikit halus, serta berwarna krem muda.

4.4.2 Uji pH

Uji pH bertujuan mengetahui keamanan sediaan lulur krim

saat digunakan sehingga tidak mengiritasi kulit. Berdasarkan SNI 16-

4399-1996 bahwa nilai pH produk kosmetik kulit disyaratkan berkisar

antara 4,5 – 8,0 (Yumas dkk, 2015). Data yang diperoleh yaitu sebagai

berikut:
49

Tabel 4. 8. Hasil Uji pH

Replikasi Formula I Formula II Formula III

1 7 7 7

2 7 7 7

3 7 7 7

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh

variasi konsentrasi cangkang telur ayam terhadap perubahan pH.

Semua sediaan lulur krim memiliki pH yang sama yaitu 7. Hal ini

menunjukkan bahwa sediaan masih dianggap stabil karena masuk

dalam range pH kulit sehingga sediaan aman dan nyaman untuk

digunakan. pH sediaan yang bersifat basa (tidak masuk dalam rentang

4,5-8,0) akan mempengaruhi elastisitas kulit, namun apabila sediaan

bersifat asam dengan rentang pH dibawah rentang pH kulit akan

mengakibatkan kulit mudah teriritasi (Lestari dkk, 2017).

Nilai pH 7 didapatkan karena sifat TEA yang basa

(Simangunsong, Mulyani, dan Hartiati 2018) dan sifat kalsium

karbonat dalam tepung cangkang telur ayam yang besifat netral .

4.4.3 Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat dan mengetahui

tercampurnya bahan-bahan sediaan (Juwita dkk, 2013). Uji

homogenitas dilakukan untuk menjamin bahwa zat aktif yang

terkandung di dalamnya diasumsikan telah terdistribusi secara merata.


50

Tabel 4. 9. Hasil Uji Homogenitas

Formula I Formula II Formula III


Replikasi
1 Homogen Homogen Homogen

2 Homogen Homogen Homogen

3 Homogen Homogen Homogen

Uji homogenitas yang diperoleh dari sediaan lulur krim yaitu

ketiga formula yang dibuat mempunyai sifat homogen karena bahan-

bahan dalam sediaan tercampur merata. Begitu pula dengan scrub

dalam sediaan lulur krim tercampur merata dengan bahan-bahan yang

lainnya.

4.4.4 Uji Daya Sebar

Uji daya sebar bertujuan untuk mengetahui kelunakan massa

lulur krim sehingga dapat dilihat kemudahan pengolesan sediaan ke

kulit. Daya sebar yang baik menyebabkan kontak antara obat ke kulit

menjadi luas karena semakin luas daya sebarnya maka semakin cepat

pula efek terapinya. Persyaratan daya sebar untuk sediaan topikal

adalah 5-7 cm (Lestari dkk, 2017). Data yang diperoleh dari

penelitian sebagai berikut:


51

Tabel 4. 10. Hasil Uji Daya Sebar

Satuan Beban Replikasi Formula I Formula II Formula III

1 2,35 2,6 2,65

50 g 2 2,5 2,15 2

3 2,55 2,5 2,1


Diameter 2,25
Rata-rata 2,47 2,42
(cm)
1 2,5 2,75 2,6

100 g 2 2,5 2,1 2


3 2,85 2,7 2,4

Rata-rata 2,62 2,52 2,33


Keterangan :

Formula I : Tepung cangkang telur ayam 20%

Formula II : Tepung cangkang telur ayam 30%

Formula III : Tepung cangkang telur ayam 40%

Hasil uji daya sebar menunjukkan bahwa semakin tinggi

konsentrasi tepung cangkang telur ayam dalam sediaan lulur krim,

maka semakin kecil diameter penyebarannya. Hal ini dikarenakan

semakin besarnya konsentrasi tepung cangkang telur ayam yang

digunakan sehingga mempengaruhi kekentalan sediaan dimana

semakin kental suatu sediaan maka diameter penyebarannya akan

semakin kecil. Berdasarkan hasil uji daya sebar pada sediaan yang

dibuat dapat dikatakan bahwa sediaan belum memenuhi syarat daya

sebar yang baik.


52

Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis data dengan

menggunakan SPSS Statistics 22 yaitu dengan metode One Way

Anova untuk memperkuat data sehingga menjadi lebih akurat. Hasil

pengujian uji daya sebar dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4. 11. Hasil Anova Uji Daya Sebar 50 gram

ANOVA
Uji_Daya_Sebar_50_gram
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .077 2 .039 .612 .573
Within Groups .378 6 .063
Total .456 8

Berdasarkan hasil perhitungan analisis One Way Anova pada

tabel di atas dengan melihat angka signifikansi menunjukan nilai Sig.

sebesar 0,573 > alpha 0,05 maka Ha ditolak (Ho diterima). Dari hasil

analisis tersebut menunjukan bahwa tidak ada pengaruh konsentrasi

tepung cangkang telur ayam terhadap uji daya sebar 50 gram.

Tabel 4. 12 Analisis Anova Uji Daya Sebar 100 gram

ANOVA
Uji_Daya_Sebar_100_gram
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .124 2 .062 .701 .532
Within Groups .530 6 .088
Total .654 8

Berdasarkan hasil perhitungan analisis One Way Anova pada

tabel di atas dengan melihat angka signifikansi menunjukan nilai Sig.


53

sebesar 0,532 > alpha 0,05 maka Ha ditolak (Ho diterima). Dari hasil

analisis tersebut menunjukan bahwa tidak ada pengaruh konsentrasi

tepung cangkang telur ayam terhadap uji daya sebar 100 gram.

4.4.5 Uji Daya Lekat

Uji daya lekat bertujuan untuk mengetahui waktu yang

dibutuhkan sediaan tersebut untuk melekat pada kulit. Daya lekat

yang baik memungkinkan zat aktif tidak mudah lepas dan semakin

lama melekat pada kulit, sehingga dapat menghasilkan efek yang

diinginkan. Persyaratan daya lekat yang baik untuk sediaan topikal

adalah lebih dari 4 detik (Lestari dkk, 2017).

Tabel 4. 13. Hasil Uji Daya Lekat


T (Detik)
Replikasi
Formula I Formula II Formula III

1 15,54 20,16 48,45

2 13,70 22,40 39,48

3 16,64 20,91 33,63

Rata-rata 15,30 21,16 40,52


Hasil pengujian daya lekat menunjukkan bahwa semakin

tinggi konsentrasi tepung cangkang telur ayam maka semakin besar

daya lekatnya. Formula yang memiliki daya lekat yang lebih lama

adalah formula III karena pada formula III mempunyai konsentrasi

tepung cangkang telur ayam sebesar 40%.

Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis data dengan

menggunakan SPSS Statistics 22 yaitu dengan metode One Way


54

Anova untuk memperkuat data sehingga menjadi lebih akurat. Hasil

pengujian uji daya lekat dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4. 14. Hasil Analisis Anova Uji Daya Lekat

ANOVA
Uji_Daya_Lekat
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 1045.702 2 522.851 26.484 .001
Within Groups 118.452 6 19.742
Total 1164.154 8

Berdasarkan hasil perhitungan analisis One Way Anova pada

tabel di atas dengan melihat angka signifikansi menunjukan nilai Sig.

sebesar 0,001 < alpha 0,05 maka Ho ditolak (Ha diterima). Dari hasil

analisis tersebut menunjukan bahwa ada pengaruh konsentrasi tepung

cangkang telur ayam terhadap uji daya lekat.

4.4.6 Uji Daya Proteksi

Uji daya proteksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

sediaan melindungi kulit dari pengaruh luar seperti debu, polusi dan

sinar matahari. Pengujian daya proteksi dilakukan dengan KOH 0,1

N. Sediaan dapat memberikan proteksi terhadap cairan KOH 0,1 N

bila tidak muncul noda merah pada bekas tetesan KOH 0,1 N pada

kertas saring. Munculnya noda merah pada kertas saring disebabkan

adanya interaksi antara fenolftalien dan senyawa basa (KOH 0,1 N).

Daya proteksi yang baik ditandai dengan tidak munculnya noda merah
55

pada bekas tetesan KOH 0,1 N pada waktu 15, 30, 45, 60 detik, 3 dan

5 menit (Alfath, 2012).

Tabel 4. 15. Hasil Uji Daya Proteksi


T (Detik)
Replikasi
Formula I Formula II Formula III

1 04,20 05,90 07,80

2 05,80 05,00 04,80

3 06,50 05,50 06,40

Rata-rata 5,5 5,47 6,33

Berdasarkan data di atas dapat diketahui hasil uji proteksi

menunjukkan bahwa dari ketiga formula daya proteksi tidak

memenuhi standar karena penampakan noda terjadi dalam waktu < 15

detik. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat belum mampu

memberikan efek terapi yang diinginkan. Efek proteksi yang rendah

akan mengakibatkan sediaan tidak mampu melindungi kulit dari

pengaruh luar. Indikator fenolftalein akan memberikan warna merah

muda dalam lingkungan basa (Indira, 2015). Hal ini disebabkan

karena adanya kombinasi kadar asam stearat dan trietanolamin yang

mempengaruhi pH emulsi. Trietanolamin yang memiliki pH sebesar

10,5 dimana pH tersebut menunjukkan basa kuat sehingga TEA

diduga menjadi pembawa basa (Simangunsong, Mulyani, dan Hartiati

2018). Sehingga saat penetesan indikator PP dengan KOH 0,1 N akan

timbul warna merah dengan cepat.


56

Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis data dengan

menggunakan SPSS Statistics 22 yaitu dengan metode One Way

Anova untuk memperkuat data sehingga menjadi lebih akurat. Hasil

pengujian uji daya proteksi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4. 16. Hasil Analisis Anova Uji Daya Proteksi

ANOVA
Uji_Daya_Proteksi

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.


Between Groups 1.447 2 .723 .564 .596
Within Groups 7.693 6 1.282
Total 9.140 8

Berdasarkan hasil perhitungan analisis One Way Anova pada

tabel di atas dengan melihat angka signifikansi menunjukan nilai sig.

sebesar 0,596 > alpha 0,05 maka Ha ditolak (Ho diterima). Dari hasil

analisis tersebut menunjukan bahwa tidak ada pengaruh konsentrasi

tepung cangkang telur ayam terhadap uji daya proteksi.

4.4.7 Uji Tipe Krim

Uji tipe krim bertujuan untuk mengetahui sediaan yang

dihasilkan memiliki tipe M/A atau A/M. Uji tipe krim yang dilakukan

menunjukan hasil tipe M/A (minyak dalam air). Tipe minyak dalam

air membuat pelepasan bahan aktif lebih baik karena jika digunakan

maka terjadi penguapan dan peningkatan konsentrasi dari suatu obat

yang larut sehingga mendorong penyerapan masuk ke dalam jaringan

kulit serta tipe M/A mudah di cuci dengan air sehingga setelah sediaan
57

lulur digunakan akan mudah dicuci. Uji tipe krim yang dilakukan

meliputi:

1. Metode Warna

Metode warna dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan

di atas kaca preparat kemudian ditetesi dengan methylene blue dan

ditutup dengan deg glass kemudian mengamati keseragaman

warna yang terbentuk dengan mikroskop dan mencatat hasilnya.

Tabel 4. 17. Hasil Uji Tipe Krim Metode Warna

Replikasi Formula I Formula II Formula III


1 M/A M/A M/A
2 M/A M/A M/A
3 M/A M/A M/A

Hasil dari uji tipe krim dengan mikroskop adalah tipe M/A

(minyak dalam air) karena pada mikroskop terlihat emulsi yang

berwarna seragam maka emulsi yang di uji berjenis M/A (Voigt,

1994).

2. Metode Pengenceran

Metode pengenceran krim dilakukan dengan mengencerkan

sediaan dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan

penambahan aquades dan mengocoknya kemudian mengamati

perubahan yang terjadi.


58

Tabel 4. 18. Uji Tipe Krim Metode Pengenceran

Replikasi Formula I Formula II Formula III


1 M/A M/A M/A
2 M/A M/A M/A
3 M/A M/A M/A

Berdasarkan hasil penelitian, sediaan lulur krim yang

dihasilkan memiliki tipe M/A (minyak dalam air) hal ini

dibuktikan dengan sediaan yang larut atau terdistribusi dalam

aquades. Berdasarkan literatur tersebut maka dapat dikatakan

bahwa uji tipe krim dengan metode pengenceran menunjukkan

sediaan mempunyai tipe minyak dalam air.

3. Metode Cincin

Uji ini dilakukan dengan mengamati pada kertas saring

yang telah dioleskan krim. Jika krim nampak berkas air maka krim

bertipe M/A jika tidak nampak berkas air maka krim mempunyai

tipe A/M. Pada hasil penelitian uji tipe krim dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4. 19. Hasil Uji Tipe Krim Metode Cincin

Replikasi Formula I Formula II Formula III


1 M/A M/A M/A
2 M/A M/A M/A
3 M/A M/A M/A
59

Hasil uji yang didapatkan untuk ketiga formula yang

dibuat terlihat bahwa ketiganya termasuk jenis tipe minyak dalam

air (M/A). Hal ini dikarenakan pada kertas saring nampak bekas

cincin.

Fase air dalam formula mempunyai jumlah yang lebih

besar dan akan menjadi fase luar. Sehingga emulsi yang terbentuk

merupakan emulsi M/A (Purnamasari, Pakki, dan Mirawati 2016).

Adapun keuntungan dari emulsi minyak dalam air (M/A) yaitu

tidak lengket, mudah tersebar di permukaan tubuh, sensasi dingin

dan mudah dicuci (Pramuditha 2016).


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat

disimpulkan bahwa:

1. Kadar kalsium karbonat pada tepung cangkang telur ayam sebesar 90,71

2. Ada pengaruh perbedaan konsentrasi tepung cangkang telur ayam

terhadap sifat fisik sediaan lulur krim.

5.2 Saran

Saran dari penelitian ini adalah:

1. Dilakukan penelitian penetapan kadar kalsium karbonat dengan metode

spektrofotometri UV-Vis sehingga dapat digunakan sebagai pembanding

2. Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan konsentrasi tepung cangkang

telur ayam yang lebih rendah atau memperbaiki kandungan air dalam

formula

3. Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan kombinasi ekstrak lain dalam

pembuatan sediaan lulur krim.

60
DAFTAR PUSTAKA

Aceng, Fauzi, dan Rina Nurmalina. 2012. Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Afianti, Hanum, dan Mimiek Murrukmihadi. 2015. “Pengaruh Variasi Kadar
Gelling Agent HMPC Terhadap Sifat Fisik dan Aktivitas Antibakteri
Sediaan Gel Ekstrak Etanolik Daun Kemangi (Ocium basilium L. forma
citratum Back.).” Majalah Farmaseutik, 2, 11.
Aini, Nur, Gunawan Wijonarko, dan Budi Sustriawan. 2016. “Sifat Fisik, Kimia,
dan Fungsional Tepung Jagung yang Diproses Melalui Fermentasi.”
Agritech 36.
Alfath, Aulia Rokhana. 2012. “Formulasi Krim Ekstrak Etanolik Buah Mahkota
Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) dengan Basis A/M dan M/A.”
Skripsi, Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Aminah, Siti, dan Wulandari Melkawati. 2016. “Calcium Content and Flour Yield
of Poultry Eggshell with Acetic Acid Extraction.” Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Anief, Mohammad. 2010. Ilmu Meracik Obat. 15 ed. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
BPOM RI. 2015. Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika.
Depkes RI. 2012. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Depkes RI.
Gandjar, Ibnu Gholib, dan Abdul Rohman. 2016. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hidayati, Ana, dan Edy Setyorini. 2005. “Penetapan Kadar Senyawa Abbrasive
(Calsium) Pada Pasta Gigi.” JURNAL LITBANG 2 (3).
Ikhwan, Muhammad, Satriawan, dan Elda Melwita. 2017. “Pengaruh Penambahan
Klorida (CaCl2) dari Limbah Kulit Telur Terhadap Reaksi Pengerasan
Semen.” Jurnal Teknik Kimia, 1, 23 (Januari).
Indira, Cita. 2015. “Pembuatan Indikator Asam Basa Karamunting.” Jurnal kaunia,
1, XI (April).
Isflanti, Dwi. 2018. “Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia) dan Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk) Untuk Pembuatan
Lulur Tradisional Sebagai Alternatif Green Cosmetics.” E-Journal 07
(Juni): 74–86.
Juwita, Anisa, Paulina Yamlean, dan Hosea Edy. 2013. “Formulasi Krim Ekstrak
Etanol Daun Lamun (Syringodium isoetifolium).” Pharmacon Jurnal
Ilmiah Farmasi, 02, 2 (Mei).
Khopkar. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
Lailiyah, Qudsiyyatul, dan Malik Baqiya. 2012. “Pengaruh Temperatur dan Laju
Aliran Gas CO2 Pada Sintesis Kalsium Karbonat Presipitat dengan Metode
Bubbling.” Jurnal Sains dan Seni ITS, 1, 1 (September).
Lestari, Uce, Faizar Farid, dan Putri Sari. 2017a. “Formulasi dan Uji Sifat Fisik
Lulur Body Scrub Arang Aktif Dari Cangkang Sawit (Elaesis Guineensis
Jacg) Sebagai Detoksifikasi.” Universitas Jambi 19 (Desember).

61
62

Lestari, Uce, Faizar Farid, dan Putri Maya Sari. 2017b. “Formulasi dan Uji Sifat
Fisik Lulur Body Scrub Arang Aktif Dari Cangkang Sawit (Elaeis
Guineensis Jacg) Sebagai Detoksifikasi.” Jurnal Sains dan Teknologi
Farmasi 19 (Supl1): s74–s79.
Masluhiya, Swaidatul, Widodo, dan Sri Widyarti. 2016. “Formulasi Masker Alami
Berbahan Dasar Bengkuang dan Jintan Hitam untuk Mengurangi Kerutan
pada Kulit Wajah.” Jurnal Care, 2, 4.
Maula, Lia Khikmatul. 2018. “Uji Antioksidan Sediaan Krim Body Scrub Ekstrak
Daun Pohon Api-Api (Avicennia marina (Forks.) Vierh).” Tegal: Politeknik
Harapan Bersama.
Meliani, Fury Indah. 2016. “Pemanfaatan Biji Pepaya dan Pati Bengkuang
(Pachyrhizus erosus) Sebagai Lulur Tradisional Untuk Kulit Kering.”
Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Mursyidi, Achmad, dan Abdul Rohman. 2008. Volumetri & Gravimetri.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nuraeni, Lia. t.t. “Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan Terhadap Karakteristik
Tepung Terubuk (Saccharum edule Hasskarl).” Universitas Pasundan
Bandung.
Pramuditha, Novi. 2016. “Uji Stabilitas Fisik Lulur Krim dari Ampas Kelapa
(Cocos nucifera L.) dengan Menggunakan Emulgator Anionik dan
Nonionik.” Skripsi, Makasar: Universitas Islam Negeri Alauddin.
Pratiwi, Avin. 2018. “Pengaruh Penambahan Bubuk Jintan Hitam (Nigella sativa
L.) Terhadap Sifat Fisik Lulur Tradisional.” E-Journal, 1, 07 (Februari): 1–
9.
Priastuti, Fanifa Anis. 2018. “Penetapan Kadar Kalsium Pada Cangkang Kulit Telur
Ayam, Telur Bebek, dan Telur Puyuh dengan Metode Spektrofotometri UV-
Vis.” Tegal: Politeknik Harapan Bersama.
Progestin, Intan. 2018. “Formulasi dan Uji Sifat Sediaan Lulur Krim Kombinasi
Serbuk Kulit Jeruk Lemon (Citrus limun (L) Burn) dan Ekstrak Buah
Starwberry (Fragaria vesca L.).” Tegal: Politeknik Harapan Bersama.
Purnamasari, Vina, Ermina Pakki, dan Mirawati. 2016. “Formulasi Lulur Krim
yang Mengandung Kombinasi Yoghurt dan Pati Beras Hitam (Oryza sativa
L.).” Jurnal As-Syifaa, 02, 08 (Desember): 83–91.
Rahmawati, Wenny Ayu, dan Fithri Choirun Nisa. 2014. “Fortifikasi kalsium
cangkang telur pada pembuatan cookies (kajian konsentrasi tepung
cangkang telur dan baking powder)[in press Juli 2015].” Jurnal Pangan dan
Agroindustri 3 (3).
Rahmawati, Wenny, dan Fithri Nisa. 2015. “Fortifikasi Kalsium Cangkang Telur
Pada Pembuatan Cookies (Kajian Konsentrasi Tepung Cangkang Telur dan
Baking Powder),” 3, 3 (Juli): 1050–62.
Rowe, Raymond, Paul Sheskey, dan Marian Quinn. 2009. Handbook
Pharmaceutical Excipients. Sixth. Washington, USA: RPS Publishing.
Simangunsong, Freddy, Sri Mulyani, dan Amna Hartiati. 2018. “Evaluasi
Karakteristik Krim Ektrak Kunyit (Curcuma domestica Val.) Pada Berbagai
Formulasi.” Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri, 1, 6 (Maret).
Sugiyono. 2016. Statistika Untuk Penelitian. Ke-27. Bandung: Penerbit Alfabeta.
63

Suhesti. 2014. Khasiat dari Sediaan Lulur. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Syam, Warrsy Musyrifah. 2016. “Optimalisasi Kalsium Karbonat dari Cangkang
Telur untuk Produksi Pasta Komposit.” Makassar: UIN Alauddin.
Tranggono, Retno, dan Fatma Latifah. 2007. Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Voigt, Rudolf. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. 1 ed. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Widyawati, Sylvianita. 2017. “Mahasiswa Universitas Malang Ubah Limbah Kulit
Telur Jadi Sesuatu yang Bermanfaat.” suryamalang.com, 15 Agustus 2017.
http://suryamalang.tribunnews.com/2017/08/15/mahasiswa-universitas-
negeri-malang-ubah-limbah-kulit-telur-jadi-sesuatu-yang-bermanfaat.
Yumas, Medan, Sitti Ramlah, dan Mamang. 2015. “Formulasi Lulur Krim Dari
Bubuk Kakao Non Fermentasi Dan Efek Terhadap Kulit.” Biopropal
Industri 6 No. 2 (Desember).
64

Lampiran 1. Perhitungan Presentase Cangkang Telur Ayam menjadi

Tepung

a. Berat cangkang telur ayam basah : 328,85 g

b. Berat cangkang telur ayam kering : 283,07 g

c. Berat tepung cangkang telur ayam : 268,07 g

d. Presentase bobot kering terhadap bobot basah

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
= × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ

283,07 𝑔
= 328,85 𝑔 × 100%

= 86,07 %
65

Lampiran 2. Perhitungan Kadar Air Tepung Cangkang Telur Ayam

Replikasi 1
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 (𝑔)
% 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐾𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑏𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟


% 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐾𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑏𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)

36,49 − 36,48
% 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐾𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑏𝑎𝑛 = 𝑥 100%
1
0,01
% 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐾𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑏𝑎𝑛 = 𝑥 100%
1

% 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐾𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑏𝑎𝑛 = 1%

Replikasi 2
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 (𝑔)
% 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐾𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑏𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟


% 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐾𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑏𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)

33,33 − 33,33
% 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐾𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑏𝑎𝑛 = 𝑥 100%
1
0
%𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐾𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑏𝑎𝑛 = 𝑥 100%
1

% 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐾𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑏𝑎𝑛 = 0%

Replikasi 3
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 (𝑔)
% 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐾𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑏𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟


% 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐾𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑏𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)
66

36,49 − 36,48
% 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐾𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑏𝑎𝑛 = 𝑥 100%
1
0,01
% 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐾𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑏𝑎𝑛 = 𝑥 100%
1

% 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐾𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑏𝑎𝑛 = 1%
67

Lampiran 3. Pembuatan Larutan dalam Titrasi Kompleksometri

1. Pembuatan Larutan HCl 6 M

Diketahui : % = 32%

BJ = 1,19 g/L

Mr = 36,5 g/mol

V2 = 100 mL

M2 = 6M

Ditanya : M1 ?

Jawab : M1 = % × 𝐵𝐽 × 1000
𝑀𝑟

= 32% × 1,19 × 1000


36,5

= 10,43 M

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 10,43 = 100 x 6

V1 100 × 6
=
10,43
V1
= 57,52 mL

2. Pembuatan Larutan NaOH 4 M

Diketahui : Mr = 40 g/mol

M = 4 mol/L

V = 10 mL
68

Ditanya : g ?

Jawab : M 𝑔 1000
= ×
𝑀𝑟 𝑉

𝑥 1000
4 = ×
40 10

𝑥 = 𝑥 . 100

160
𝑥 =
100

𝑥 = 1,6 g

3. Pembuatan Larutan Na2EDTA 0,01 M

Diketahui : Mr = 372,238 g/mol

M = 0,01 mol/L

V = 0,25 L

Ditanya : g ?

Jawab : g = Mr x V x M

= 372,238 x 0,25 x 0,01

= 0,93 g

4. Pembakuan EDTA

No. MgSO4 (mL) V EDTA (mL)

1 25 26

2 25 27

Rata-rata 26,5

Diketahui : V1 = 50 mL

V2 = 026,5 mL
69

M1 = 0,01 M

Ditanya : M2 ?

Jawab : M2 = 𝑉1 × 𝑀1
𝑉2

50 𝑚𝐿 × 0,01 𝑀
=
26,5 𝑚𝐿

= 0,0189 M

5. Penentuan Kadar CaCO3 pada Cangkang Telur Ayam

No. V Sampel (mL) V EDTA (mL)

1 57 15

2 57 13

Rata-rata 14

Diketahui : V1 = 14 mL

V2 = 5 mL

M1 = 0,0189

Ditanya : M2 ?

Jawab : M2 𝑉1 × 𝑀1
=
𝑉2

14 × 0,0189
=
5

= 0,053 mol/L

6. Penentuan % CaCO3 pada Cangkang Telur Ayam

Diketahui : M CaCO3 = 0,053 mol/L

Mr CaCO3 = 100,086 g/mol


70

FP = 9

V = 57 mL = 0,057 L

Ditanya : % CaCO3 ?

Jawab : % CaCO3 = 𝑀 𝐶𝑎𝐶𝑂3 × 𝑀𝑟 𝐶𝑎𝐶𝑂3 × 𝐹𝑃 × 𝑉


× 100 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

= 0,053 × 100,086 × 9 × 0,057


× 100 %
3
= 90,71%
71

Lampiran 4. Perhitungan Formula Sediaan Lulur Krim

1. Perhitungan Formula I
20
Tepung Cangkang Telur Ayam = 100 × 50 𝑔 = 10 𝑔

3
Asam Stearat = 100 × 50 𝑔 = 1,5 𝑔

4
Trietanolamin = 100 × 50 𝑔 = 2 𝑔

3
Cetil Alkohol = 100 × 50 𝑔 = 1,5 𝑔

0,18
Metil Paraben = × 50 𝑔 = 0,09 𝑔
100

0,02
Propil Paraben = × 50 𝑔 = 0,01 𝑔
100

10
Gliserin = 100 × 50 𝑔 = 5 𝑔

10
Vaselin Flavum = 100 × 50 𝑔 = 5 𝑔

Aquadest = 50 – (10+1,5+2+1,5+0.09+0.01+5+5)

= 50 – 25,1

= 24,9 mL

2. Perhitungan Formula II
30
Tepung Cangkang Telur Ayam = 100 × 50 𝑔 = 15 𝑔

3
Asam Stearat = 100 × 50 𝑔 = 1,5 𝑔

4
Trietanolamin = 100 × 50 𝑔 = 2 𝑔

3
Cetil Alkohol = 100 × 50 𝑔 = 1,5 𝑔

0,18
Metil Paraben = × 50 𝑔 = 0,09 𝑔
100

0,02
Propil Paraben = × 50 𝑔 = 0,01 𝑔
100
72

10
Gliserin = 100 × 50 𝑔 = 5 𝑔

10
Vaselin Flavum = 100 × 50 𝑔 = 5 𝑔

Aquadest = 50 – (15+1,5+2+1,5+0.09+0.01+5+5)

= 50 – 30,1

= 19,9 mL

3. Perhitungan Formula III


40
Tepung Cangkang Telur Ayam = 100 × 50 𝑔 = 20 𝑔

3
Asam Stearat = 100 × 50 𝑔 = 1,5 𝑔

4
Trietanolamin = 100 × 50 𝑔 = 2 𝑔

3
Cetil Alkohol = 100 × 50 𝑔 = 1,5 𝑔

0,18
Metil Paraben = × 50 𝑔 = 0,09 𝑔
100

0,02
Propil Paraben = × 50 𝑔 = 0,01 𝑔
100

10
Gliserin = 100 × 50 𝑔 = 5 𝑔

10
Vaselin Flavum = 100 × 50 𝑔 = 5 𝑔

Aquadest = 50 – (20+1,5+2+1,5+0.09+0.01+5+5)

= 50 – 35,1

= 14,9 mL
73

Lampiran 5. Perhitungan Kandungan Air dalam Sediaan Lulur Krim

1. Formula I

𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒂𝒒𝒖𝒂𝒅𝒆𝒔+𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒕𝒓𝒊𝒆𝒕𝒂𝒏𝒐𝒍𝒂𝒎𝒊𝒏 + 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒈𝒍𝒊𝒔𝒆𝒓𝒊𝒏


Kandungan Air = 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒅𝒊𝒂𝒂𝒏

𝟐𝟒,𝟗 𝒈 +𝟐 𝒈+𝟓 𝒈
= 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
𝟓𝟎 𝒈

𝟑𝟏,𝟗 𝒈
= 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
𝟓𝟎 𝒈

= 63,8 %

2. Formula II

𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒂𝒒𝒖𝒂𝒅𝒆𝒔+𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒕𝒓𝒊𝒆𝒕𝒂𝒏𝒐𝒍𝒂𝒎𝒊𝒏 + 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒈𝒍𝒊𝒔𝒆𝒓𝒊𝒏


Kandungan Air = 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒅𝒊𝒂𝒂𝒏

𝟏𝟗,𝟗 𝒈 +𝟐 𝒈+𝟓 𝒈
= 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
𝟓𝟎 𝒈

𝟐𝟔,𝟗 𝒈
= 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
𝟓𝟎 𝒈

= 53,8 %

3. Formula III

𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒂𝒒𝒖𝒂𝒅𝒆𝒔+𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒕𝒓𝒊𝒆𝒕𝒂𝒏𝒐𝒍𝒂𝒎𝒊𝒏 + 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒈𝒍𝒊𝒔𝒆𝒓𝒊𝒏


Kandungan Air = 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒅𝒊𝒂𝒂𝒏

𝟏𝟒,𝟗 𝒈 + 𝟐 𝒈+ 𝟓 𝒈
= 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
𝟓𝟎 𝒈

𝟐𝟏,𝟗 𝒈
= 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
𝟓𝟎 𝒈

= 43,8 %
74

Lampiran 6. Perhitungan Hasil Uji Daya Sebar

1. Uji Daya Sebar (dalam centimeter)

Satuan Beban Replikasi Formula I Formula II Formula III


1 2,35 2,6 2,65
50 g 2 2,5 2,15 2
3 2,55 2,5 2,1
Diameter
Rata-rata 2,47 2,42 2,25
(cm)
1 2,5 2,75 2,6
100 g 2 2,5 2,1 2
3 2,85 2,7 2,4
Rata-rata 2,62 2,52 2,33

2. Luas Permukaan (dalam cm2)

Beban Replikasi Formula I Formula II Formula III


𝜋 x r2 𝜋 x r2 𝜋 x r2
1 = 3.14 x 1,182 = 3.14 x 1,32 = 3.14 x 1,332
= 4,37 = 5,31 = 5,55
𝜋 x r2 𝜋 x r2 𝜋 x r2
50 g 2 = 3.14 x 1,252 = 3.14 x 1,082 = 3.14 x 12
= 4,91 = 3,66 = 3,14
𝜋 x r2 𝜋 x r2 𝜋 x r2
3 = 3.14 x 1,282 = 3.14 x 1,252 = 3.14 x 1,052
= 5,14 = 4,91 = 3,46
Rata-rata 4,81 4,63 4,05
2 2 2
1 𝜋xr 𝜋xr 𝜋xr
= 3.14 x 1,252 = 3.14 x 1,382 = 3.14 x 1,32
= 4,91 = 5,98 = 5,31
2 𝜋 x r2 𝜋 x r2 𝜋 x r2
100 g = 3.14 x 1,252 = 3.14 x 1,052 = 3.14 x 12
= 4,91 = 3,46 = 3,14
3 𝜋 x r2 𝜋 x r2 𝜋 x r2
= 3.14 x 1,432 = 3.14 x 1,352 = 3.14 x 1,22
= 6,42 = 5,72 = 4,52
Rata-rata 5,41 5,05 4,32
75

Lampiran 7. Hasil Analisis Deskriptif


1. Hasil Analisis Deskriptif Uji Daya Sebar 50 gram

Descriptives
Uji_Daya_Sebar_50_gram
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Std. Lower Upper
N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum
Konsentrasi
3 2.4667 .10408 .06009 2.2081 2.7252 2.35 2.55
20%
Konsentrasi
3 2.4167 .23629 .13642 1.8297 3.0036 2.15 2.60
30%
Konsentrasi
3 2.2500 .35000 .20207 1.3806 3.1194 2.00 2.65
40%
Total 9 2.3778 .23863 .07954 2.1944 2.5612 2.00 2.65

2. Hasil Analisis Deskriptif Uji Daya Sebar 100 gram

Descriptives
Uji_Daya_Sebar_100_gram
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Std. Lower Upper
N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum
Konsentrasi
3 2.6167 .20207 .11667 2.1147 3.1186 2.50 2.85
20%
Konsentrasi
3 2.5167 .36171 .20883 1.6181 3.4152 2.10 2.75
30%
Konsentrasi
3 2.3333 .30551 .17638 1.5744 3.0922 2.00 2.60
40%
Total 9 2.4889 .28590 .09530 2.2691 2.7086 2.00 2.85
76

3. Hasil Analisis Deskriptif Uji Daya Lekat

Descriptives
Uji_Daya_Lekat
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Std. Lower Upper
N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum
Konsentrasi
3 15.2933 1.48544 .85762 11.6033 18.9834 13.70 16.64
20%
Konsentrasi
3 21.1567 1.14019 .65829 18.3243 23.9891 20.16 22.40
30%
Konsentrasi
3 40.5200 7.46454 4.30965 21.9771 59.0629 33.63 48.45
40%
Total 9 25.6567 12.06313 4.02104 16.3841 34.9292 13.70 48.45

4. Hasil Analisis Deskriptif Uji Daya Proteksi

Descriptives
Uji_Daya_Proteksi
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Std. Lower Upper
N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum
Konsentrasi
3 5.5000 1.17898 .68069 2.5712 8.4288 4.20 6.50
20%
Konsentrasi
3 5.4667 .45092 .26034 4.3465 6.5868 5.00 5.90
30%
Konsentrasi
3 6.3333 1.50111 .86667 2.6044 10.0623 4.80 7.80
40%
Total 9 5.7667 1.06888 .35629 4.9451 6.5883 4.20 7.80
77

Lampiran 8. Dokumentasi Cara Kerja Pembuatan Tepung Cangkang Telur

Ayam

No. Gambar Keterangan

Mencuci cangkang telur ayam


1. hingga bersih lalu rendam dalam
air panas

Menimbang berat basah


2.
cangkang telur ayam

Mengeringkan dalam oven pada


3.
suhu 105oC selama 30 menit

Menimbang berat kering


4.
cangkang telur ayam
78

Menumbuk cangkang telur ayam


5.
dengan mortir dan stamfer

Menghaluskan cangkang telur


6.
ayam dengan blender

Serbuk cangkang telur diayak


7. dengan ukuran 60 mesh

Menimbang berat tepung


8.
cangkang telur ayam
79

Lampiran 9. Dokumentasi Uji Konsistensi Air Tepung Cangkang Telur


Ayam

No. Gambar Keterangan

Menimbang 1 gram tepung


1.
cangkang telur ayam

Menimbang cawan uap dan


2. tepung cangkang telur sebelum
dikeringkan (berat awal)

Mengeringkang dalam oven


3. pada suhu 100o-105o C selama
30 menit

4. Didinginkan dalam eksikator

Menimbang cawan uap dan


5. tepung cangkang telur setelah
dikeringkan (berat akhir)
80

Lampiran 10. Dokumentasi Uji Kadar Air Tepung Cangkang Telur Ayam

No. Gambar Keterangan

Menyiapkan tepung cangkang


1.
telur ayam

Letakkan moisture meter di atas


2.
tepung cangkang telur ayam

Lakukan replikasi sebanyak 3


3.
kali
81

Lampiran 11. Dokumentasi Pembakuan Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA)


No. Gambar Keterangan

Memasukkan larutan Na2EDTA


1. 0,01 M sebanyak 50 mL ke
dalam buret asam

Memasukkan larutan MgSO4


2. sebanyak 25 mL ke dalam
erlenmeyer

Memasukkan 10 mL buffer pH
3.
10 ke dalam erlenmeyer

Memasukkan sedikit indikator


4.
EBT ke dalam erlenmeyer

Titrasikan dengan larutan


5. Na2EDTA 0,01 M hingga warna
biru
82

Lampiran 12. Dokumentasi Penetapan Kadar CaCO3

No. Gambar Keterangan

Menimbang 3 gram cangkang


1.
telur ayam

Masukkan cangkang telur ayam


dan tambahkan 50 mL aquadest
2.
dan 50 mL HCl 6 M sambil
diaduk

Larutan di panaskan sampai 50


3.
mL

4. Larutan didinginkan

Larutan di saring dengan kertas


5.
saring
83

Larutan di pipet 25 mL dan


6. diencerkan dengan aquades pada
labu ukur 100 mL

Larutan di pipet 5 mL dan


7.
masukkan ke dalam erlenmeyer

Tambahkan 50 mL aquades, 2
8. mL larutan NaOH 4 M dan
indikator murexid

Larutan dititrasi dengan larutan


9. baku EDTA hingga berwarna
ungu
84

Lampiran 13. Dokumentasi Pembuatan Sediaan Lulur Krim

No. Gambar Keterangan

Menyiapkan dan menimbang


1.
semua bahan sesuai formula

Mensterilkan mortir dan stemfer


2. dengan etanol
70 %

Memasukkan asam stearat, cetil


alkohol dan vaselin flavum ke
3. dalam cawan uap dan
meleburkannya dalam suhu
70oC(Campuran 1)

Melarutkan trietanolamin dan


metil paraben dengan air
4.
mendidih dalam mortir
(Campuran 2)

Melarutkan gliserin dan


5.
propilparaben (Campuran 3)
85

Memasukkan campuran 1 dan


6. campuran 3 ke dalam campuran
2 aduk ad homogen

Memasukkan sisa aquades


7. sedikit demi sedikit aduk ad
homogen

Memasukkan tepung cangkang


8.
telur ayam aduk ad homogen

Menambahan 1 tetes oleum citri


9.
aduk ad homogen

10. Memasukkan ke dalam wadah


86

Lampiran 14. Dokumentasi Uji Fisik Sediaan Lulur Krim

No. Gambar Keterangan

1. Uji pH

2. Uji Homogenitas

3. Uji Daya Sebar

4. Uji Daya Lekat

5. Uji Daya Proteksi


87

6. Uji Tipe Krim Metode Warna

Uji Tipe Krim Metode


7.
Pengenceran

Uji Tipe Krim Metode Cincin


8.

Anda mungkin juga menyukai