SKRIPSI
AZUMARI KHAIRIADY
1113102000055
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
AZUMARI KHAIRIADY
1113102000055
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Disetujui oleh:
iv
HALAMAN PENGESAHAN
v
ABSTRAK
Salah satu tanah yang dapat diformulasikan menjadi sabun penyuci najis
mughalladzah adalah bentonit dan kaolin. Bentonit yaitu sejenis tanah lempung
yang biasanya dijadikan sebagai adsorben (Susilawati, 2014) dan kaolin
merupakan clay dengan ukuran partikel paling baik sehingga dalam
penggunaanya akan meningkatkan kemampuan untuk teradsorbsi kedalam serat
pakaian (Puziah, dkk., 2014). Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan
sabun cuci piring sebagai penyuci najis mughalladzah dengan variasi konsentrasi
kaolin-bentonit yang stabil secara fisik dan untuk mengetahui aktivitas
antimikroba dari cairan sabun cuci piring beberapa jenis bakteri M. luteus dan E.
coli yang biasa terdapat dalam air liur anjing. Tahap pertama dibuat tiga formula
dengan variasi konsentrasi kaolin-bentonit, yaitu F1 Kaolin 10%; F2 kaolin-
bentonit 5%-5%; F3 bentonit10%. Sabun cuci piring dievaluasi sifat fisiknya yaitu
organoleptik, pH, viskositas, bobot jenis, stabilitas busa dan uji aktivitas
antibakteri dan evaluasi menurut SNI. Hasil evaluasi fisik menunjukkan formula 2
paling optimal dari segi organoleptik, homogenitas, pH berada pada kisaran
4,250–9,367, viskositas pada kisaran 10920-13040 cPs dan telah diujikan statistik
menggunakan ANOVA menghasilkan pH dan viskositas yang tidak berbeda
bermakna, bobot jenis pada kisaran 1,014-1,059 g/ml, presentase stabilitas busa
pada kisaran 60-100%. Sedangkan formula 1 dan 3, pH tidak memenuhi syarat.
Hasil uji aktivitas antibakteri dengan metode teknik difusi kertas cakram
menunjukkan formula 2 sabun cuci piring kaolin-bentonit dapat menghilangkan
bakteri dari air liur anjing. Hasil uji mutu sabun menurut SNI menunjukkan
formula 2 memenuhi persyaratan mutu sabun cuci piring menurut SNI.
Kata Kunci: Najis mughalladzah, sabun cuci piring, kaolin, bentonit, M. luteus
dan E. coli
vi
ABSTRACT
One of clay that can be formulated into odious mughalladzah washing soap is
bentonite and kaolin. Bentonite is a type of clay that is usually used as an
adsorbent (Susilawati, 2014) and kaolin is clay with the best particle size so that
in its use will increase the ability to be adsorbed into clothing fiber (Puziah, dkk.,
2014). This study aims to formulate dish soap as an odious mughalladzah washing
wastewater with a physically stable concentration of kaolin-bentonite
concentration and to determine the antimicrobial activity of dishwashing liquid of
some types of M. luteus and E. coli bacteria commonly present in dog saliva. The
first stage was made three formulas with variation of kaolin-bentonite
concentration, F1 of Kaolin 10%; F2 of kaolin-bentonite 5% -5%; F3 of bentonite
10%. Dish soap is evaluated its physical properties are organoleptic, pH,
viscosity, relative density, foam stability and antibacterial activity test and
evaluation according to SNI. The result of physical evaluation shows the most
optimal formula 2 in terms of organoleptic, homogeneity, pH is in the range of
4,250-9,367, viscosity in the range of 10920-13040 cPs and have been tested
statistically using ANOVA results pH and viscosity which is not significantly
different, the relative density in the range 1,014- 1,059 g / ml, the percentage of
foam stability in the range of 60-100%. While formula 1 and 3, pH is not eligible.
The results of antibacterial activity test by disc diffusion method showed formula
2 kaolin-bentonite dishwashing can remove bacteria from dog saliva. Result of
soap quality test according to SNI shows formula 2 qualify defined quality of dish
washing soap according to SNI.
Kata Kunci: Najis mughalladzah, dish soap, kaolin, bentonite, M. luteus dan E.
coli
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Formulasi Sabun Cuci Piring Dengan Variasi
Konsentrasi Kaolin-Bentonit Sebagai Penyuci Najis Mughalladzah”. Shalawat
serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Rasulullah
SAW. Skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam
penelitian sampai penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis secara khusus mengucapkan terima kasih banyak kepada :
viii
8. Teman-teman seperjuangan di laboratorium Luthfia Wikhdatul Akhsani, Fandi
Akhmad, Ervina Octaviani, Elok Faikoh, Fifi Nur Hidayah yang telah
memberikan motivasi dan bantuan selama penelitian.
9. Anak-anak TKF 2013 Wildan, Gusti, Dika, Rizal, Rifki, Rizki, Diffa, Dimas,
Mulya, Abi, Emir, Hafidz, Fauzan, Yoga, Bagas, Farhan, Abib, Herry yang
telah memberikan motivasi dalam selesainya penelitian ini.
10. Teman-teman program studi Farmasi UIN Jakarta angkatan 2013 atas
kebersamaan yang telah terjalin dan memotivasi penulis baik selama
pengerjaan skripsi ini maupun selama di bangku perkuliahan.
11. Seluruh laboran Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Jakarta atas kerjasamanya selama melakukan penelitian di
laboratorium.
12. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian naskah
skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang namanya tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas semua
bantuan dan dukungan yang diberikan. Penulis menyadari bahwa penyusunan
skripsi ini masih belum sempurna dan banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran
serta kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi penulis dan pembaca. Aamiin Ya Rabbal’alamiin.
Penulis
ix
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat
dengan sebenarnya.
Dibuat di : Ciputat
Pada Tanggal : 22 September 2017
Yang menyatakan
(Azumari Khairiady)
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. v
ABTRAK.................................................................................................................. vi
ABSTRACT ............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................ x
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 3
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 3
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 4
1.5. Batasan Penelitian .............................................................................................. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 6
2.1. Najis dan Cara Bersuci (Thaharah) ................................................................... 6
2.1.1. Pengertian Najis dan Klasifikasinya ................................................... 6
2.2. Standar Bersuci (Thaharah) ............................................................................... 8
2.3. Surfaktan ............................................................................................................ 10
2.3.1. Definisi Surfaktan ............................................................................... 10
2.3.2. Klasifikasi Surfaktan ........................................................................... 11
2.4. Sabun .................................................................................................................. 11
2.4.1. Pengertian Sabun................................................................................. 11
2.4.2. Prinsip Kerja Sabun............................................................................. 13
2.4.3. Klasifikasi Sabun ................................................................................ 13
2.4.4. Syarat Mutu Sabun .............................................................................. 14
xi
2.4.5. Sabun Cuci Pirinng Cair ..................................................................... 15
2.5. Clay .................................................................................................................... 16
2.5.1. Bentonit ............................................................................................... 17
2.5.2. Kaolin .................................................................................................. 18
2.6. Natrium Lauril Eter Sulfat ................................................................................. 19
2.7. Natrium Sulfat .................................................................................................... 21
2.8. Kokamid DEA .................................................................................................... 22
2.9. Kokamidopropil betain....................................................................................... 23
2.10. Dinatrium EDTA .............................................................................................. 24
2.11. Natrium Klorida ............................................................................................... 25
2.12. BHT .................................................................................................................. 26
2.13. Parfum (Fragrance) ......................................................................................... 26
2.14. Etanol ............................................................................................................... 27
2.15. Air Liur Anjing ................................................................................................. 27
2.16. Pengujian Aktivitas Antibakteri ....................................................................... 28
2.16.1. E. coli ................................................................................................ 29
2.16.2. Micrococcusluteus ............................................................................. 30
BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................................... 31
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................ 31
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................................... 31
3.2.1. Alat ..................................................................................................... 31
3.2.2. Bahan .................................................................................................. 31
3.3. Prosedur Kerja ................................................................................................... 31
3.3.1. Pembuatan Sabun Cuci Piring............................................................. 31
3.3.2. Formulasi Sabun Cuci Piring .............................................................. 32
3.3.3. Evaluasi Sifat Fisik dan Kimia Sabun Cuci Piring ............................. 33
3.3.3.1. Pemeriksaan Organoleptik ....................................................... 33
3.3.3.2. Pengujian Viskositas .............................................................. 33
3.3.3.3. Pemeriksaan pH ..................................................................... 33
3.3.3.4. Pemeriksaan Bobot Jenis ....................................................... 33
3.3.3.5. Pemeriksaan Stabilitas Busa .................................................. 34
3.3.3.6. Pemeriksaan Volume Sedimentasi ......................................... 34
xii
3.3.4. Evaluasi Syarat Mutu Deterjen Berdasarkan SNI ............................... 35
3.3.5. Pengujian Aktivitas Antibakteri Sabun Cuci Piring ........................... 35
3.3.5.1. Uji Aktivitas Antibakteri ........................................................ 35
3.3.5.2. Pengamatan dengan Mikroskop Elektron (SEM) .................. 35
3.3.5. Teknik Analisis Data ........................................................................... 36
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 37
4.1. Formulasi Sabun Cuci Piring ............................................................................. 37
4.2. Evaluasi Sifat Fisik dan Kimia Sabun Cuci Piring ............................................ 39
4.2.1. Pemeriksaan Organoleptik .................................................................. 39
4.2.2. Pengujian Viskositas ........................................................................... 39
4.2.3. Pemeriksaan pH .................................................................................. 42
4.2.4. Pemeriksaan Bobot Jenis Menggunakan Piknometer ......................... 43
4.2.5. Pemeriksaan Stabilitas Busa ............................................................... 45
4.2.6. Pemeriksaan Volume Sedimentasi ...................................................... 47
4.2.7. Evaluasi Syarat Mutu Deterjen Cuci Cair Berdasarkan SNI .............. 49
4.2.7.1. Bahan Aktif ............................................................................. 49
4.2.7.2. Alkali Bebas ............................................................................ 50
4.2.7.3. Angka Lempeng Total............................................................. 51
4.3. Pengujian Aktivitas Antibakteri Sabun Cuci Piring ......................................... 51
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................... 57
5.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 57
5.2. Saran ................................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 58
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Syarat Mutu Sabun .........................................................................15
Tabel 4.8 Hasil Evalusai Syarat Mutu Deterjen Cuci Cair Berdasarkan
SNI…. ............................................................................................49
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Sabun Cuci Piring .............52
Tabel 4.10 Hasil Pengamatan dengan Menggunakan Mikroskop Elektron .....55
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Struktur sederhana surfaktan ..........................................................11
Gambar 4.8 Gambar Pengujian Aktivitas Antibakteri F2 dan Basis Sabun Cuci
Piring ..............................................................................................52
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 14. Hasil Pengujian Mutu Sabun Cuci Piring Menurut SNI ................82
Lampiran 15. Syarat Mutu Sabun Cuci Piring Berdasarkan SNI .........................84
xvi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
dalam membersihkan alat dapur dari najis air liur anjing yang mengacu pada
mazhab Syafii dan untuk mengetahui pengaruh terhadap bakteri-bakteri yang
terkandung didalamnya. Formulasi yang tepat dalam pembuatan sabun cuci piring
ini sangat penting untuk menciptakan produk sabun cuci piring yang berkualitas
sangat baik.
1. Penelitian ini ditujukan untuk pada air liur anjing, adapun jenis bakteri
yang dikhususkan pada air liur anjing tersebut adalah M. luteus dan E.
coli.
2. Tidak semua jenis najis mughalladzah diujikan pada penelitian ini.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Najis Ringan
Najis ringan disebut juga dengan mukhaffafah, dalam hal ini
disebut najis ringan disebabkan cara mensucikannya sangat ringan,
tidak perlu najis tersebut sampai hilang dan cukup dengan
memercikkannya menggunakan air, kemudian benda najis itu berubah
menjadi suci.
Contoh dari najis ini satu-satunya yaitu air kencing bayi laki-laki
yang belum makan apa pun kecuali air susu ibu. Jika bayi tersebut
perempuan, maka air kencingnya tidak termasuk ke dalam najis ringan,
namun tetap dianggap najis yaitu najis pertengahan. Demikian juga
jika bayi laki-laki tersebut sudah pernah mengkonsumsi makanan
selain air susu ibu, seperti susu kaleng buatan pabrik, maka air
kencingnya sudah tidak termasuk ke dalam najis ringan.
2. Najis Pertengahan
Najis pertengahan disebut juga dengan mutawassithah, dalam hal
ini disebut najis pertengahan disebabkan karena posisinya yang
ditengah-tengah antara najis ringan dan najis berat. Cara menyucikan
najis mutawassithah cukup dihilangkan secara fisik 'ain najisnya,
hingga 3 indikatornya sudah tidak ada lagi. Ketiga indikator tersebut
yaitu: warna, rasa dan aroma.
Semua najis yang tidak termasuk ke dalam najis yang berat atau
ringan, berarti termasuk ke dalam najis pertengahan. Najis
mutawassithah, berdasarkan Rifa’i (2006) dibagi menjadi dua bagian,
yaitu:
a. Najis ‘ainiyyah, yang berarti najis yang bendanya berwujud, seperti
darah, nanah, dan air kencing. Cara menyucikannya yaitu dengan
cara menghilangkan zatnya terlebih dahulu hingga hilang wujud,
bau dan warnanya. Selanjutnya menyiram menggunakan air hingga
bersih dan dikeringkan. Bau dan warna yang sulit hilang dapat
dimaafkan.
b. Najis hukmiyyah, yang berarti najis yang bendanya tidak berwujud,
seperti bekas kencing dan arak yang sudah kering. Cara
menyucikannya cukup dengan cara mengalirkan air pada bekas
najis tersebut.
3. Najis Berat
Najis berat disebut juga dengan mughalladzhah, dalam hal ini
disebut najis berat disebabkan najis yang termasuk ke dalam golongan
ini tidak dapat suci begitu saja dengan cara mencuci atau
menghilangkannya secara fisik, namun harus dilakukan praktik ritual
tertentu. Ritualnya dengan cara mencuci menggunakan air sebanyak
tujuh kali dan salah satunya dengan tanah. Hal ini berdasarkan hadist
Rasulullah SAW:
Yang artinya :” sucinya wadah air kalian yang diminum anjing adalah
dengan mencucinya tujuh kali, salah satunya dengan air ” (HR.
Muslim).
Dalam mazhab Asy-Syafi'i, najis berat hanya dua saja, yaitu anjing dan
babi.
dikatakan suci atau bersih. Namun didalam kajian-kajian fiqh thaharah tidak
menjelaskan konkrit mengenai apa yang disebut standar bersuci (thaharah).
Terdapat parameter atau tolak ukur yang dapat digunakan sebagai standar
sesuatu tersebut dapat dikatakan suci/bersih harus terhindar dari tiga sifat
yaitu:
1. Warna, jika wujud najis tersebut sudah tidak terlihat lagi oleh
pancaindera
2. Bau, jika aroma atau bau yang terdapat di dalam najis sudah tidak
tercium
3. Bentuk atau wujudnya.
Alat yang dapat digunakan untuk menyucikan hadast menurut Hasan
(2001) dapat berupa benda padat atau cair, misalnya batu atau pasir dan air.
Tidak semua air dapat digunakan untuk bersuci, oleh karenanya air dibedakan
menjadi empat macam:
a. Air mutlak, yaitu air suci yang menyucikan atau air yang jatuh dari
langit atau keluar dari bumi masih tetap keadaanya. Contohnya, air
hujan, air laut, air sumur, salju es dan air yang keluar dari air mata
(Ridhwi, 2002). Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-anfal: 11:
اس يُ َغ ِّشي ُك ُم إِ ْذ َ بِ ِه لِيُطَه َِّر ُك ْم َماء ال َّس َما ِء ِمنَ َعلَ ْي ُك ْم َويُنَ ِّز ُل ِم ْنهُ أَ َمنَة النُّ َع
ب َ ط ال َّش ْيطَا ِن ِرجْ َز َع ْن ُك ْم َوي ُْذ ِه َ ِّت قُلُوبِ ُك ْم َعلَى َولِيَرْ ِب َ ْاْلَ ْقدَا َم بِ ِه َويُثَب
1. Air yang salah satu sifatnya telah berubah sebab bercampur dengan
sesuatu benda yang suci selain dari perubahan diatas. Contohnya,
air kopi dan teh.
2. Air yang telah terpakai untuk menghilangkan hukum najis, sedang
air tersebut tidak berubah sifatnya dan tidaj bertambah
timbangannya.
3. Air nira atau tekukan pohon kayu, air kelapa dan sebagainya
(Rasjid, 2002).
c. Air najis, yaitu air yang tidak suci ataupun tidak menyucikan. Air najis
terbagi dalam dua keadaan. Diantaranya:
1. Apabila suatu najis tersebut mengubah salah satu diantara rasa,
warna atau baunya. Dalam hal ini para ulama sepakat air tersebut
tidak dapat dipakai untuk bersuci.
2.3 Surfaktan
2.3.1 Definisi Surfaktan
Berdasarkan Waren S. Perkins (1998) Surfaktan berasal
dari kata surface active agent atau permukaan agen aktif. Surfaktan
mempunyai kemampuan dalam mempengaruhi sifat permukaan
(surface) dan antarmuka (interface), oleh karena itu surfaktan
banyak dimanfaatkan (Perkins, 1998).
Surfaktan menurut Paye dkk., (2006) dapat dimanfaatkan
untuk kosmetik dan dikelompokkan ke dalam enam kategori yaitu
agen pembersih, agen pengemulsi, agen pembusa, hidrotropic,
agen solubilisasi dan agen pensuspensi. Surfaktan adalah molekul
yang mempunyai gugus lipofilik (solvent-loving) dan dan gugus
liofob (solvent-fearing). Masing-masing istilah tersebut digunakan
apabila pelarut yang digunakan yaitu air atau aqueous solutions.
Berdasarkan Farn (2006), dalam istilah sederhana surfaktan
mengandung setidaknya satu kelompok non-polar dan satu
kelompok polar (atau ion), seperti gambar berikut ini:
2.4 Sabun
2.4.1 Pengertian Sabun
Sabun berdasarkan Zulkifli dan Estiasih (2014) merupakan
bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi, terdiri dari
dari dua komponen utama yaitu asam lemak rantai karbon C16 dan
sodium atau potasium. Sementara itu, sabun menurut Sari, dkk.
(2010) merupakan satu macam surface active agent (surfaktan)
atau senyawa yang menurunkan tegangan permukaan air. Hal ini
Keterangan:
A= hidrofilik (polar)
B = hidrofobik (nonpolar)
C = kotoran (lemak)
D = molekul air
2.5 Clay
Clay atau tanah liat merupakan suatu silika hidraaluminium yang
kompleks dengan rumus kimia Al2O3.nSiO2.kH2O dimana n dan k
merupakan nilai numerik molekul yang terikat dan bervariasi untuk
masa yang sama (Terzaghi, 1987). Sementara itu, menurut Aphin
(2012), lempung atau tanah liat adalah partikel mineral yang
mengandung unsur silika yang memiliki diameter kurang dari 4
mikrometer.
Sifat-sifat yang dimiliki tanah liat berdasarkan Hardiyatmo (1999)
diantaranya sebagai berikut:
1. Ukuran butir halus kurang dari 0,002 mm
2. Permeabilitas rendah
3. Bersifat sangat kohesif
4. Kadar kembang susut yang tinggi
5. Proses konsolidasi lambat
Tanah liat terbentuk dari proses pelapukan batuan silika
oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas
bumi. Tanah liat dapat dibedakan dengan tanah yang lainnya
berdasarkan ukuran dan kandungan mineraloginya Aphin (2012).
Berikut merupakan komposisi kimia tanah liat yang di analisa
2.5.1 Bentonit
Tanah yang digunakan dalam formulasi dan pembuatan
sabun untuk menyucikan najis mughalladzah berdasarkan
Anggraeni (2014) adalah bentonit yang mempunyai komposisi
utama mineral lempung (tanah liat).
Tanah berdasarkan Husnain (2010) berarti sebagai material
yang terdiri dari butiran mineral-mineral padat dan dari bahan-
bahan organik yang telah melapuk. Komponen terbesar dari tanah
adalah silika. Butir tanah diklasifikasikan kedalam tiga jenis, yaitu:
1. Pasir (sand), merupakan butir tanah yang berukuran antara
0,050 - 2 mm.
2. Debu (silt), merupakan butir tanah yang berukuran antara 0,002
- 0,050 mm.
3. Liat/lempung (clay), merupakan butir tanah berukuran kurang
dari 0,002 mm.
Bentonit menurut Günister dkk. (2004) merupakan tanah
liat (clay) alami golongan smektit dioktahedral yang mengandung
sekitar 80% monmorilonit (Mg2Al10Si24O60(OH)12) dan sisanya
2.5.2 Kaolin
Kaolin berdasarkan Departemen Kesehatan RI (1979)
merupakan aluminium silikat hidrat alam yang telah dimurnikan
dengan pencucian dan dikeringkan, kaolin mengandung bahan
pendispersi.
Selain itu, Rowe dkk. (2009) menerangkan bahwa kaolin
mengandung mineral yang digunakan dalam formulasi sediaan oral
dan topikal dibidang farmasi. Kaolin digunakan sebagai pembawa
suspensi dan sebagai diluen dalam formulasi tablet dan kapsul.
Kaolin adalah bahan yang stabil dan tidak beracun, praktis tidak
larut dalam dietil eter, etanol (95%), air, asam encer dingin, larutan
alkali hidroksida dan pelarut organik lainnya. Berikut merupakan
komposisi kimia tanah liat kaolin berdasarkan Hamzah (2005)
yang di analisa dengan menggunakan alat SEM-EDX (Scanning
Electron Microscopy-Energy Dispersive X-ray) :
2.6 SLES
2.14 Etanol
Selain virus, dalam air liur anjing memiliki bakteri pathogen yang
berbahaya pada manusia, bakteri tersebut dapat masuk dan menyerang
organ dalam manusia melalui sistem terbuka. Air liur anjing adalah tempat
keluarnya keringat sehingga semua bakteri mengumpul di lidahnya.
Beberapa jenis bakteri yang ada di mulut anjing memiliki sifat zoonosis,
bisa menular pada manusia dan menyebabkan penyakit.
BAB 3
METODOLOGI
W
Perhitungan: Bobot jenis sampel 25°C =
W1
Keterangan : W = Bobot sampel
W1 = Bobot air
Data dari beberapa hasil evaluasi sabun cuci piring kaolin – bentonit
diuji secara statistik dengan analisis varian satu arah (one way ANOVA)
kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey HSD dengan taraf kepercayaan 95%
(α = 0,05) untuk mengetahui perbedaan yang bermakna antara formula dan
hasil pengujian.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Sari, dkk. (2010) sabun merupakan satu macam surfaktan atau
senyawa yang menurunkan tegangan permukaan air. Hal ini menyebabkan larutan
sabun dapat memasuki serat dan menghilangkan kotoran serta minyak. SLES
merupakan surfaktan anionik yang biasa digunakan dalam produk pembusa dan
pembersih tetapi memiliki tingkat iritasi yang tinggi, hal tersebut dapat diatasi
dengan penambahan surfaktan sekunder yang lebih lembut. Penggunaan kokamid
DEA sebagai surfaktan nonionik dalam sediaan sabun cuci piring diharapkan dapat
mengurangi iritasi yang ditimbulkan oleh surfaktan anionik (Noor & Nurdyastuti,
2009) dan berpengaruh pada stabilitas busa yang dihasilkan. Kokamid DEA dalam
sediaan kosmetik juga memiliki efek emmolient dan foam stabilizer, selain itu
formula produk yang mengandung kokamid DEA dapat digunakan sehari-hari dan
dapat diaplikasikan pada kulit untuk waktu yang lama (Fiume, 1996). Kokamid
DEA memiliki kompatibilitas yang baik terhadap kulit dan membran mukosa
sehingga dapat digunakan untuk kulit yang sensitif, juga memiliki kekentalan yang
baik, tidak toksik, serta memperbaiki penampilan sediaan (Noor & Nurdyastuti,
2009).
mengetahui pada formula manakah sediaan mempunyai endapan paling sedikit dan
konsistensi yang optimal sehingga dapat diteteskan dari aplikator juga sesuai dengan
kisaran viskositas sediaan sabun cuci piring, dan stabil secara fisik.
Dinatrium EDTA ditambahkan dapat berfungsi sebagai antioksidan dan
sebagai pengkhelat. Dinatrium EDTA sebagai pengkhelat dengan cara mengikat
logam logam yang mungkin terdapat dalam air atau bahan dalam formula dan dapat
mengurangi efek pembersihan pada sabun. Selain itu melindungi reaksi oksidasi
bahan tak jenuh yang ditemukan dalam parfum. Parfum ditambahkan untuk
meningkatkan kesukaan konsumen, menjaga tubuh tetap harum dan meningkatkan
kualitas produk. Tidak lengkap jika dalam formula sabun cair tidak ditambahkan
parfum sebagai pewangi.
tahanan yang dihasilkan sabun. Sabun cuci piring mempunyai rentang viskositas
500-20000 cPs (SNI, 1996). Pengukuran viskositas sediaan sabun cuci piring
menggunakan viskometer Haake dengan spindel no. 5 dan kecepatan 30 rpm.
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Viskositas
Pengujian Ke- Viskositas (cPs)
F1 F2 F3
1 13030 10340 10960
2 13040 10310 10940
3 13030 10330 10920
14000
12000
10000
8000 Pengujian 1
cPs
6000 Pengujian 2
Pengujian 3
4000
2000
0
F1 F2 F3
4.2.3. Pemeriksaan pH
pH atau derajat keasaman merupakan parameter kimiawi untuk mengetahui
sifat sabun yang dihasilkan asam atau basa dan juga dapat digunakan sebagai
indikator iritasi terhadap kulit yang merupakan target aplikasinya.
10.000
8.000
6.000 F1
F2
4.000
F3
2.000
0
Pengujian 1 Pengujian 2 Pengujian 3
Berdasarkan tabel 4.4 dan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa pH sediaan yang
dihasilkan memiliki rentang pH 4,2-9,3. Sementara rentang pH untuk sabun cuci
piring berdasarkan SNI 06-4075-1996 yaitu 6-8. Formula 1dan 3 menunjukkan pH
yang lebih rendah dan lebih tinggi dari rentang yang telah ditetapkan SNI yaitu 4,2-
4,3 dan 9,3. Nilai pH tersebut kemungkinan dapat dipengaruhi oleh zat aktif, dimana
kaolin bersifat asam lemah dan bentonit yang bersifat basa lemah.
Data pH yang diperoleh kemudian di uji statistik untuk melihat normalitas
dengan metode Kolmogorov Smirnov dan Saphiro-Wilk, hasilnya menunjukkan
bahwa populasi data uji menunjukkan adanya perbedaan signifikan dengan nilai
signifikansi 0,042 (p>0,05). Untuk hasil uji Test of Homogenity of Variance Levene
didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,165 (p>0,05) dimana hasil ini menunjukkan
bahwa populasi data uji yang dimiliki telah homogen dan dapat dilanjutkan untuk uji
One-Way ANOVA. Hasil uji One-Way ANOVA menunjukkan bahwa perubahan
nilai pH ketiga formula berbeda bermakna (p<0,05).
pH yang sangat tinggi atau rendah dapat meningkatkan daya absorbsi kulit
sehingga kulit menjadi iritasi (Wasitaatmaja, 1997). Parameter utama penyebab
iritasi kulit pada sabun bukanlah pH, parameter tersebut adalah alkali bebas. Kadar
alkali bebas yang tinggi (di atas 0,22 %) dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan
biasanya kadar alkali bebas yang tinggi ditandai pula dengan pH sabun yang terlalu
basa (pH diatas 11) (Akmal 2004).
1,07
1,06
1,05
Bobot Jenis sediaan
1,04
Pengujian 1
(g/ml)
1,03
Pengujian 2
1,02 Pengujian 3
1,01
0,99
F1 F2 F3
Berdasarkan tabel 4.5, dari hasil pengujian yang telah dilakukan baik F1, F2
dan F3 memiliki bobot jenis 1,014-1,059. Hasil tersebut memenuhi syarat SNI
(1996) bobot jenis sediaan sabun cair yaitu 1,01 – 1,10 dan menunjukkan bahwa
suatu zat padat dapat bercampur dengan zat lainnya.
Bobot jenis ditentukan oleh komponen- komponen yang ada dalam sediaan
tersebut. Semakin banyak komponen yang ada dalam sediaan maka fraksi berat
semakin tinggi, sehingga bobot jenis juga semakin tinggi. Viskositas berbanding
lurus dengan bobot jenis, sehingga semakin tinggi bobot jenis maka viskositas akan
semakin meningkat (Martin dkk. 1993). Dari evaluasi yang telah dilakukan maka
data yang diperoleh sesuai dengan teori tersebut dimana viskositas sediaan sabun
cuci piring meningkat akan dapat meningkatkan bobot jenisnya.
Data bobot jenis yang diperoleh kemudian diuji statistik untuk melihat
normalitas dengan metode Kolmogorov Smirnov dan Saphiro-Wilk, hasilnya
menunjukkan bahwa populasi data uji menunjukkan adanya perbedaan yang tidak
signifikan dengan nilai signifikansi 0,125 (p>0,05). Untuk hasil uji Test of
Homogenity of Variance Levene didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,027 (p>0,05)
dimana hasil ini menunjukkan bahwa populasi data uji yang dimiliki telah homogen
dan dapat dilanjutkan untuk uji One-Way ANOVA. Hasil uji One-Way ANOVA
menunjukkan bahwa perubahan nilai pH ketiga formula bermakna (p<0,05).
120%
100%
80%
Pengujian 1
60%
Pengujian 2
Pengujian 3
40%
20%
0%
F1 F2 F3
pendispersi zat cair. Fase terdispersi gas biasanya berupa udara atau CO2. Kestabilan
busa diperoleh dari adanya surfaktan. Surfaktan memiliki gugus hidrofilik dan
hidrofobik. Gugus hidrofilik terikat dengan molekul air, sedangkan gugus
hidrofobiknya menuju permukaan larutan dan mengarah ke udara. Ketika larutan air
dan surfaktan tersebut diaduk atau dialiri udara maka gelembung udara yang keluar
dari badan cairan akan dilapisi oleh lapisan tipis cairan yang mengandung surfaktan
dan terbentuklah busa. Stabilitas suatu busa ditentukan oleh elastisitas lapisan
tipisnya.
SLES merupakan surfaktan anionik golongan alkil sulfat yang menghasilkan
busa yang melimpah namun tidak stabil pada air sadah (Spiess, 1996) akan tetapi
dapat dibantu dengan surfaktan sekunder yang dapat membantu menstabilkan busa
yang dihasilkan oleh SLES. Dari hasil pengujian ketiga formula tersebut tidak ada
yang memenuhi standar, karena standar sabun cair yang baik busa harus dapat
bertahan selama 5 menit dengan presentase 60-70% (Dragon, dkk., 1969). Hanya F1
pada pengujian ke-2 yang memenuhi syarat sabun cair yang baik yaitu 60%,
sedangkan pada F1 pengujian ke-1 dan ke-3 lalu pada F2 dan F3 ketahanan busa
lebih dari 80%, hal ini mungkin dikarenakan banyaknya bahan penyusun sabun yang
dapat menghasilkan busa seperti sodium laurel eter sulfat, cocoamide dietanol amine
dan kokamidopropil betain.
Dari data tersebut, presentase di atas 70% masih dikatakan baik karena
dapat mempertahankan gelembung agar tidak pecah. Penambahan kokamidopropil
betain berpengaruh terhadap stabilitas busa yang dihasilkan karena kokamidopropil
betain memiliki sifat pembusa yang baik dan dapat memperbaiki stabilitas busa yang
kurang baik dari sodium laurel eter sulfat. Semakin banyak kokamidopropil betain
maka semakin lama pula busa akan bertahan (Nurul Hidayati, 2016). Penggunaan
kokamidopropil betain juga dapat sebagai pelembut busa, pengontrol viskositas dan
sebagai anti iritasi (Hunting 1989).
Data stabilitas busa yang diperoleh kemudian di uji statistik untuk melihat
normalitas dengan metode Kolmogorov Smirnov dan Saphiro-Wilk, hasilnya
menunjukkan bahwa populasi data uji menunjukkan adanya perbedaan signifikan
dengan nilai signifikansi 0,042 (p>0,05). Untuk hasil uji Test of Homogenity of
Variance Levene didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,008 (p>0,05) dimana hasil
ini menunjukkan bahwa populasi data uji yang dimiliki telah homogen dan dapat
dilanjutkan untuk uji One-Way ANOVA. Hasil uji One-Way ANOVA menunjukkan
bahwa perubahan nilai pH ketiga formula berbeda bermakna (p<0,05).
F1
1,2
0,8
0,6
F1
0,4
0,2
0
H-1 H-2 H-3 H-4 H-5 H-6 H-7 H-8 H-9 H-10 H-11 H-12 H-13 H-14
F2
1,2
0,8
0,6
F2
0,4
0,2
0
H-1 H-2 H-3 H-4 H-5 H-6 H-7 H-8 H-9 H-10 H-11 H-12 H-13 H-14
F3
1,2
0,8
0,6
F3
0,4
0,2
0
H-1 H-2 H-3 H-4 H-5 H-6 H-7 H-8 H-9 H-10 H-11 H-12 H-13 H-14
Hasil pengamatan dari hari ke-0 sampai hari ke-14, ketiga formula tidak
menunjukkan adanya ketidakstabilan berupa flokulasi. Hal ini diduga karena adanya
penambahan natrium sulfat dan natrium klorida yang berperan sebagai thickening
agen dan peningkat viskositas yang cukup dapat menghambat laju flokulasi. F
merupakan volume sedimentasi dengan nilai F adalah 1 menunjukkan bahwa
lemak yang tinggi dapat mengganggu emulsi sabun dan dapat menyebabkan kotoran
pada sabun. Hasil penelitian sabun cuci piring menunjukan kadar bahan aktif dalam
sabun cair sebesar 11 %, hasil tersebut menunjukan banyak senyawa dalam sabun
yang tidak tersabunkan seperti kaolin-bentonit yang terlarut dalam SLES tersebut.
Pemeriksaan angka lempeng total pada sediaan sabun cuci piring bertujuan
untuk menghitung bakteri mesofil aerob yaitu bakteri yang tumbuh pada temperatur
minimal 15-20ᵒC dan optimal 20-45ᵒC, serta hampir semua mikroorganisme patogen
pada manusia (Pratiwi, 2008). Hal ini karena cemaran mikroba menentukan mutu
sabun cair yang berhubungan erat dengan masalah kesehatan terutama pada kulit,
oleh sebab itu cemaran mikroba juga menentukan apakah produk sabun cair dapat
diterima oleh konsumen. Pada sabun cair pertumbuhan mikroba dapat dipengaruhi
oleh faktor intrinsik seperti kandungan pH, nutrisi dan senyawa antimikroba serta
faktor ekstrinsik seperti suhu dan kelembaban relatif (Salam, 2003).
terhadap bakteri E. coli dan M. luteus dapat dilihat pada tabel 4.9 Serta gambar
lampiran pada gambar 4.8.
a b
c
d
E. coli InaCC B5
e f
g h
M. luteus InaCC B333
Gambar 4.8 Hasil pengujian aktivitas antibakteri F2 dan basis sabun cuci piring.
Keterangan gambar: (a) dan (b) hasil pengujian F2 terhadap E. coli; (c) dan (d) hasil
pengujian basis sabun cuci piring terhadap E. coli; (e) dan (f) hasil pengujian F3
terhadap M. luteus; (g) dan (h) hasil pengujian basis sabun cuci piring terhadap M.
luteus.
Pada penelitian ini digunakan bakteri E. coli dan M. luteus karena bakteri
tersebut terdapat pada air liur anjing dan mewakili dari masing-masing gram bakteri
dimana E. coli dari gram negatif dan M. luteus dari gram positif. Berdasarkan Hasil
Pengujian Aktivitas antibakteri sabun cuci piring variasi kaolin-bentonit memiliki
aktivitas terhadap M. luteus ditunjukkan dengan adanya zona bening pada sekitar
cakram pada media uji dengan rata-rata diameter 2,55cm. Aktivitas yang dimiliki
oleh sabun cuci piring variasi kaolin-bentonit yang mengandung mineral
montmorillonit dan kaolinit dapat menempel pada permukaan sel bakteri sehingga
menurunkan permeabilitas selnya yang dapat membunuh sel bakteri tersebut
(Dastjerdi, 2010).
Type JSM-5000
Mag x10,000
Accv 20kV
Width 13.2um
No 000001
Kontrol sel bakteri E. coli yang tidak
mengalami kerusakan sel setelah
diberikan perlakuan sampel F2
Type JSM-5000
Mag x10,000
Accv 20kv
Width 13.2um
No 000001
sebagian dari permukaan dinding sel bakteri menjadi lebih kasar serta tidak rata.
Terbentuknya tonjolan-tonjolan kecil pada sel bakteri disebabkan ketidakmampuan
peptidoglikan sel yang rusak oleh senyawa antibakteri menahan tekanan intraseluler
yang tinggi, sehingga sitoplasma keluar dan tonjolan ini biasanya muncul pada
daerah yang dilemahkan oleh senyawa antibakteri (Aziz, 2010).
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bps.go.id/hasil_publikasi/si_2012/index3.php?pub=statist
ik%20indonesia% 02012, 25 januari 2017.
Barel, A.O., Paye, M., dan Maibach, H.I. 2009. Handbook of Cosmetic
Science and Technology, 3rd Edition. New York: Informa Healthcare
USA, Inc.
Barlianty Jannah. 2009. Sifat Fisik Sabun Transparan dengan
Penambahan Madu pada Konsentrasi yang Berbeda. Skripsi.
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Bergey, D.H, et al. 1984. Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology.
Volume. 2 Williams and Wilkins. Baltimore. London
Bujard, Herman. 1992. Tetracyline-Responsive Promotor. Heidelberg :
Herman Bujard Lab.
Charles, L., Stoltenow, K. Solemsaas, M. Niezgoda, P. Yager and CE.
Rupprecht. 2001. Rabies in an American Bison from North Dakota. J.
Wildlife Diseases. 96(1): 169-171.
Chen, F.H. 1975. Foundation on Expansive Soil. Amsterdam: Esevier
Scientific Publishing Company
Crini, Gregorio. 2006. Potensi Kaolin Sebagai Adsorben dalam Proses
Bleaching Minyak Goreng. Jurnal UGM.
Dahlan, Winai. 2010. Najis Cleansing Clay Liquid Soap. Bangkok : Patent
Cooperation Treaty (PTC).
http://www.freepatentsonline.com/WO2010101534.html,diakses pada
tanggal 2 Februari 2017 pukul 17:00 WIB.
Dastjerdi Vahid, M Tashauoei, H. R.; Movahedian Attar, H.; Amin,M. M.;
Kamali, M.; Nikaeen, M.;., (2010). Removal of cadmium and humic
acid from aqueous solutions using surface modified nanozeolite A.
Int. J. Environ. Sci. Tech., 7 (3), 497-508.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979. Farmakope Indonesia,
Edisi III. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia
Edisi IV. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan
Desmia T.S. 2010. Aplikasi Surfaktan SLES (SLES) dan Alkil Poliglikosida
(APG) dalam Formulasi Sabun Cair. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/61932 diakses pada
tanggal 20 Januari 2017 pada pukul 10:00 WIB.
Djatmiko, B. & A.P. Widjaja. 1985. Teknologi Lemak dan Minyak I. Agro
Industri Press. Fateta-IPB
Dragon S, Patricia M. Daley B.A, Henry F, Maso, & Lester I., 1969, Studies
on Lanolin Derivatives In Shampoo Systems, J. Soc. Cosmetic
Chemis's, 20, 777 793 (Dec. 9, 1969).
LAMPIRAN
Keterangan:
F1 : zat aktif Kaolin 10%; F2 : zat aktif Kaolin 5%-Bentonit 5%; F3 : zat aktif
Bentonit 10%.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Viskosit
.317 9 .010 .754 9 .006
as
a. Lilliefors Significance Correction
Lampiran 7. Lanjutan
4. Uji Tukey
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Viskositas
Tukey HSD
Mean 95% Confidence Interval
(I) (J) Difference Lower Upper
Formula Formula (I-J) Std. Error Sig. Bound Bound
1.000 2.000 2706.666667
* 12.171612 .000 2669.32082 2744.01252
3.000 2093.333333
* 12.171612 .000 2055.98748 2130.67918
2.000 1.000 -
2706.666667 12.171612 .000 -2744.01252 -2669.32082
*
Test Statisticsa,b
Viskositas
Chi-Square 7.261
Df 2
Asymp.
.027
Sig.
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: F1
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
*
pH .218 9 .200 .828 9 .042
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Lampiran 8. Lanjutan
4. Uji Tukey
Multiple Comparisons
Dependent Variable: pH
Tukey HSD
Mean 95% Confidence Interval
(I) (J) Difference Std. Lower Upper
Formula Formula (I-J) Error Sig. Bound Bound
*
Formula 1 2.000 -2.136333 .040671 .000 -2.26112 -2.01154
*
3.000 -5.049333 .040671 .000 -5.17412 -4.92454
*
2.000 Formula 1 2.136333 .040671 .000 2.01154 2.26112
*
3.000 -2.913000 .040671 .000 -3.03779 -2.78821
*
3.000 Formula 1 5.049333 .040671 .000 4.92454 5.17412
*
2.000 2.913000 .040671 .000 2.78821 3.03779
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
BobotJe
.220 9 .200* .871 9 .125
nis
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Lampiran 9. Lanjutan
4. Uji Tukey
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Bobot Jenis
Tukey HSD
Mean 95% Confidence Interval
Difference Lower Upper
(I) F1 (J) F1 (I-J) Std. Error Sig. Bound Bound
*
1.000 2.000 -16.333333 2.125681 .001 -22.85551 -9.81116
*
3.000 -40.333333 2.125681 .000 -46.85551 -33.81116
*
2.000 1.000 16.333333 2.125681 .001 9.81116 22.85551
*
3.000 -24.000000 2.125681 .000 -30.52217 -17.47783
*
3.000 1.000 40.333333 2.125681 .000 33.81116 46.85551
*
2.000 24.000000 2.125681 .000 17.47783 30.52217
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
*
pH .218 9 .200 .828 9 .042
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
W
Perhitungan: Bobot jenis sampel 25°C =
W1
22,439
=
21,939
Hari Ke-
(Volume awal/volume akhir)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
F1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
F2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
F3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Lampiran 14. Hasil Pengujian Mutu Sabun Cuci Piring Menurut SNI