Disusun Oleh :
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN FARMASI
2015
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
INDRIY
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
INDRIY
Karya Tulis Ilmiah ini telah diujikan pada sidang Karya Tulis Ilmiah
ANI
Program Pendidikan Diploma III Jurusan Farmasi
FITRIA Politeknik Kesehatan Bandung
UTAMI
PENGARUH JENIS GELLING AGENT TERHADAP DAYA SEBAR
– SEDIAAN EMULGEL DENGAN BAHAN AKTIF IBUPROFEN
Tanda Tangan
Bismilahirohmanirohim, rasa syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmatnya
sehingga Karya Tulis Ilmiah ini bisa terselesaikan dengan baik. Karya Tulis Ilmiah ini saya
persembahkan untuk kedua orang tua yang telah memberikan dukungan dan doa yang tulus dan
tak pernah putus. Untuk adik dan kakak yang telah membantu dan memberikan dukungan.
Kalian akan selalu ada didalam hati saya, setiap langkah dan dalam kehidupanku.
iv
ABSTRAK
Ibuprofen merupakan anti inflamasi non steroid (AINS) golongan propionat yang berkhasiat
analgetik, antipiretik, dan antiradang. Untuk menghindari efek samping Ibuprofen secara oral
yaitu iritasi pada saluran pencernaan seperti ulserasi mukosa lambung dan mengalami first-
pass metabolism di hati maka dibuat sediaan topikal. Kadar Ibuprofen yang digunakan untuk
sediaan topikal adalah 5%. Emulgel merupakan bentuk sediaan yang menarik karena
memiliki sistem penghantaran obat ganda yaitu emulsi dan gel. Emulgel tidak mudah
dihilangkan dari kulit meskipun telah dicuci dengan air karena memiliki sistem emulsi juga
tidak menimbulkan rasa lengket ketika diaplikasikan pada kulit. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh dari jenis gelling agent terhadap daya sebar sediaan emulgel
ibuprofen. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif true eksperiment dengan
desain penelitian kelompok kontrol hanya post test. Pada penelitian ini dilakukan optimasi
formula dengan menggunakan gelling agent Na CMC, Carbomer, dan Viscolam. Konsentrasi
gelling agent yang digunakan adalah Na CMC 2,9%, Carbomer 1%, dan Viscolam 15%.
Dilakukan evaluasi fisik terhadap sediaan emulgel Ibuprofen yang meliputi organoleptik, uji
homogenitas, uji pH, uji viskositas, dan uji daya sebar emulgel. Hasil evaluasi daya sebar
dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian
menunjukan bahwa jenis gelling agent berpengaruh terhadap daya sebar emulgel dimana
emulgel dengan basis Na CMC mempunyai daya sebar < Viscolam < Carbomer.
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah yang berjudul “Pengaruh Jenis Gelling Agent terhadap Daya Sebar
Sediaan Emulgel dengan Bahan Aktif Ibuprofen”. Penulisan karya tulis ilmiah ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli
Madya Farmasi di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Bandung jurusan Farmasi.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini, terutama kepada :
1. Angreni Ayuhastuti, M.Si.,Apt selaku Dosen Pembimbing yang telah
bersedia memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
2. Dra. Mimin Kusmiyati, M.Si. selaku Ketua Jurusan Farmasi sekaligus
sebagai Dosen Pembimbing Akademik penulis di Politeknik Kesehatan
Bandung.
3. Seluruh Dosen mata kuliah yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan
kepada penulis.
4. Kedua Orang Tua, Kakak, Adik dan seluruh keluarga yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun materil.
5. Sahabat- sahabatku : Ibu Ridha Febriani, Ibu Eris Endarwati, Ibu Enok
Komalasari, Ibu Istiwati, Sarah, serta teman-teman kelas 3A yang telah
memberikan dukungan dan semangat serta kebersamaan kita selama 3
tahun.
6. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan dorongan semangat, bantuan, bimbingan serta doa.
vii
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap karya tulis
ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya
dibidang farmasi.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
ABSTRACT ...............................................................................................................v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................3
1.3 Tujuan ......................................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka ......................................................................................5
2.2 Kerangka Konsep Penelitian ..................................................................21
2.3 Hipotesis.................................................................................................21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian .......................................................................................22
3.2 Rancangan Penelitian .............................................................................22
3.3 Populasi dan Sampel...............................................................................23
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................24
3.5 Bahan dan Alat Penelitian ......................................................................24
3.6 Variabel Penelitian .................................................................................25
3.7 Definisi Operasional ...............................................................................26
3.8 Cara Pengumpulan Data .........................................................................26
3.9 Pengolahan dan Analisis Data ................................................................26
3.10 Formulasi ................................................................................................27
3.11 Cara Kerja ...............................................................................................28
ix
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
bagian tubuh yang sering mengalami rematik adalah persendian tangan dan kaki,
lutut, bahu, serta tengkuk. Gejalanya berupa bengkak dan nyeri di sendi-sendi
tersebut. Nyeri yang paling hebat pada waktu pagi hari dan pada umumnya
merupakan obat analgetik golongan AINS (Anti Inflamasi Non Steroid) yang
banyak digunakan karena daya analgetik dan antiradangnya cukup baik dengan
ibuprofen diberikan dalam dosis harian sampai 3200 mg dalam dosis terbagi,
sehingga waktu pemberiannya sehari delapan kali untuk menghasilkan efek terapi
Banyak obat nyeri dan rematik yang beredar dipasaran, mulai dari obat oral
sampai obat untuk pemakaian topikal. Obat nyeri dan peradangan topikal lebih
menguntungkan daripada sediaan oral karena sediaan topikal dapat terhindar dari
first pass metabolism dan juga efek samping terhadap gastro intestinal yang dapat
panjang pada penggunaan oral dapat menimbulkan gangguan fungsi hati dan
ginjal. Emulgel merupakan bentuk sediaan topikal yang paling menarik karena
memiliki sistem penghantaran obat ganda yaitu emulsi dan gel (Baibhav dkk.,
1
2
2012). Beberapa sediaan topikal seperti salep, krim, lotio memiliki banyak
pasien ketika diaplikasikan, memiliki daya sebar yang kurang sehingga harus
menggosokan ketika digunakan, waktu kontak obat dengan kulit relatif singkat
karena sediaan mudah dihapuskan dari kulit, dan juga kurang stabil. Sediaan
emulgel memungkinkan kontak antara obat dengan kulit dapat terjadi dalam
waktu yang lama, sebab sediaan emulgel memiliki pembawa minyak yang tidak
mudah dihilangkan dari kulit tapi tidak menimbulkan rasa lengket pada kulit
Kualitas suatu emulgel dilihat dari viskositas dan daya sebarnya. Viskositas
Dalam kesempatan ini, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh dari jenis
gelling agent terhadap daya sebar sediaan emulgel. Pada penelitian ini akan
sediaan yang meliputi organoleptik, homogenitas, pH, viskositas dan uji daya
sebar.
Dari hasil uji daya sebar sediaan kemudian dibandingkan dengan daya sebar
sediaan yang ada di pasaran dan di lihat pengaruh dari gelling agent terhadap daya
Apakah ada pengaruh jenis gelling agent terhadap daya sebar sediaan
emulgel ibuprofen ?
1.3 Tujuan
emulgel ibuprofen .
2. Mengetahui formula mana yang mempunyai nilai daya sebar yang sama
farmasi tentang pengaruh jenis gelling agent terhadap daya sebar sediaan emulgel.
ibuprofen dengan menggunakan gelling agent yang berbeda serta pengaruh jenis
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Emulgel
Emulgel adalah emulsi baik itu tipe minyak dalam air (m/a) maupun air
dalam minyak (a/m), yang dibuat dalam bentuk gel dengan adanya penambahan
gelling agent. Kapasitas gel dalam sediaan emulgel, membuat formulasi emulsi
menjadi lebih stabil karena adanya penurunan tegangan permukaan dan tegangan
antar muka secara bersamaan dengan meningkatnya viskositas dari fase air (Shah
dkk., 2013).
(Shah dkk., 2013). Emulgel mempunyai karakteristik yang dimiliki oleh suatu
sediaan emulsi dan gel sehingga memiliki tingkat penerimaan oleh pasien yang
tinggi. Oleh karena itu, emulgel saat ini telah banyak digunakan sebagai pembawa
kelebihan, yaitu :
1. Dapat membawa obat yang bersifat hidrofobik dan tidak larut air. Obat-obat
5
6
inversi fase atau breaking, dan salep dapat menjadi tengik karena
Bahan ini digunakan untuk membentuk fase air dari emulsi. Bahan yang
Bahan ini digunakan untuk membentuk fase minyak dalam emulsi. Untuk
dikombinasikan dengan parafin cair atau padat. Minyak hati ikan atau
7
berbagai minyak yang berasal dari sayuran seperti minyak jarak, minyak
arachis, minyak biji kapas dan minyak jagung juga digunakan sebagai fase
fase minyak dan fase air pada proses pembuatan. Pengemulsi dapat
monooleat dan monolaurat (tween 80 dan tween 20), asam stearat dan
natrium stearat.
Bahan pembentuk gel yang biasa digunakan adalah carbopol, HPMC, dan
Na CMC.
adalah oleic acid, lechithin, urea, isopropyl myristat, linoleic acid, clove oil,
1) Emulsi
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam
Indonesia, 2014). Fase terdispers disebut fase dalam dan media pendispers
disebut fase luar atau fase kontinu. Emulsi yang mempunyai fase dalam berupa
minyak dan fase luar berupa air disebut emulsi minyak dalam air (m/a),
sebaliknya emulsi dengan fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air
permukaan antara tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik di
2) Gel
Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh
9
suatu cairan, gel kadang – kadang disebut jeli (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2014).
Gel adalah sistem padat atau setengah padat dari paling sedikit dua
konstituen yang terdiri dari massa seperti pagar yang rapat dan diselusupi oleh
cairan (Martin dkk., 2008). Jika matriks yang saling melekat kaya akan cairan,
maka disebut jelly, sedangkan jika cairannya hilang dan hanya tinggal
meliputi gom alam tragacanth, pektin, carrageen, agar, asam alginat serta bahan-
Gel dibuat dengan proses peleburan, atau diperlukan suatu prosedur khusus
Bahan pembentuk gel atau biasa disebut dengan gelling agent adalah bahan
sediaan obat dan sediaan kosmetik. Jenis- jenis bahan pembentuk gel biasanya
molekul-molekul dari molekul polimer yang akan memberikan sifat kental pada
10
gel yang diinginkan. Pemilihan gelling agent dalam sediaan farmasi dan kosmetik
harus inert, aman, tidak bereaksi dengan komponen lain (Kaur, 2013).
metilselulosa, dan getah alam seperti tragakan. Selain itu dapat juga digunakan
akasia, asam alginat, bentonit, setostearil alkohol, koloid silikon dioksida, gelatin,
diaplikasikan ke kulit atau bagian yang sakit. Efek terapi secara topikal
dipengaruhi oleh daya sebar formulasi pada tempat target (Kaur, 2013).
untuk diaplikasikan ke tempat target. Apabila dosis berkurang, maka tidak akan
memberikan efek yang diinginkan, tapi dengan dosis yang berlebih akan
memberikan efek samping yang tidak diinginkan (Garg dkk., 2002). Viskositas
berbanding terbalik dengan daya sebar, dimana semakin tinggi viskositas maka
Metode yang paling banyak digunakan dalam pengukuran daya sebar adalah
metode parallel plate. Keuntungan metode ini adalah sederhana, mudah untuk
dilakukan, dan tidak memerlukan banyak biaya. Namun, metode ini kurang
sensitif karena data harus dihitung lagi secara manual (Kumar dkk., 2011).
11
2.1.4 Ibuprofen
merupakan anti inflamasi non steroid dan digunakan untuk menghilangkan gejala
penyakit rema seperti arthritis rheumatoid, artrosis, dan spondylosis. Obat ini
juga efektif untuk peradangan akibat trauma seperti terkena pukulan, benturan,
2008).
secara oral dengan dosis harian sampai 3200 mg dalam dosis terbagi, walaupun
dosis lazimnya 1200 sampai 1800 mg. Sedangkan untuk tujuan pemeliharaan
Efek samping pada saluran cerna dialami oleh 5-15 % pasien yang
mual, nyeri ulu hati, dan rasa penuh di saluran cerna. Efek samping lain yang
mungkin terjadi adalah trombositopenia, ruam kulit, sakit kepala, pusing, dan
penglihatan kabur, ambliopia toksik, retensi cairan, dan edema. Pasien yang
tidak dianjurkan untuk digunakan oleh wanita hamil, atau oleh ibu yang sedang
2.1.5 Analgetik
jaringan. Nyeri merupakan suatu perasaan subjektif pribadi dan nilai ambang
toleransi nyeri berbeda-beda setiap orang. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal
merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang adanya
gangguan di jaringan, seperti peradangan (rema/ encok), dan kejang otot. Nyeri
yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis (kalor /listrik) dapat
zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri antara lain histamin, brakidin,
nyeri di ujung-ujung syaraf bebas pada permukaan kulit, mukosa, serta jaringan
lain dan menimbulkan reaksi radang serta kejang-kejang (Tjay dan Rahardja,
2008).
analgetik dibagi menjadi dua kelompok yaitu analgetik perifer (non narkotik)
yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral,
analgetik antiradang termasuk kelompok ini, dan analgetik narkotik yang khusus
digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada fraktur dan kanker.
Rasa nyeri dapat dihilangkan dengan menggunakan penghilang rasa nyeri atau
Untuk nyeri sedang dapat ditambahkan kofein atau kodein. Nyeri yang disertai
13
golongan AINS (anti inflamasi non steroid) dari kelompok propionat yang paling
banyak digunakan, daya analgetik dan antiradangnya cukup baik pada penanganan
1. Ibuprofen
Ibuprofen berupa serbuk kristal berwarna putih atau hampir putih. Rumus
kimia dari ibuprofen yaitu C13H18O2, dengan bobot molekul 206,3. Ibuprofen
praktis tidak larut dalam air, sangat larut dalam alkohol, aseton, kloroform, dan
metil alkohol; sedikit larut dalam etil asetat (Martindale, 2009). Struktur molekul
ibuprofen dapat dilihat pada gambar 2.1. Ibuprofen digunakan dalam sediaan
topikal baik itu krim, busa, gel, atau larutan semprot dengan kadar 5%, juga
granul putih atau hampir putih, tidak berbau, dan tidak berasa. Na CMC
mempunyai kelarutan praktis tidak larut dalam aseton, etanol (95%), eter, dan
toluen. Mudah terdispersi dalam air pada berbagai temperatur membentuk larutan
tinggi dapat menyerap lebih dari 50% air. Viskositasnya bervariasi tergantung
stabil pada pH 4-10, optimal pada pH netral. Na CMC banyak digunakan untuk
peningkat viskositas, dan water adsorbing agent (Rowe dkk., 2009). Struktur
3. Carbomer
Pemeriannya berupa serbuk berwarna putih, halus, higroskopis, dan bersifat asam.
dapat larut dalam air dan setelah dinetralkan dapat larut dalam etanol 95%.
Carbomer dalam larutan 0,5% memiliki pH sebesar 2,7- 3,5 serta memiliki
viskositas yang rendah dan bila telah dinetralkan dengan basa seperti NaOH, akan
4. Viscolam
polimer cair didasarkan pada konsep hydro swelling droplets dimana terjadi
pembesaran ukuran droplets air tanpa perlu pemanasan atau modifikasi pH.
a. Tween 80
Nama lain dari tween 80 adalah polisorbat 80. Tween 80 memiliki bau yang
khas dan hangat, rasa agak pahit, dan berwarna kuning. Memiliki kelarutan larut
dalam etanol dan dalam air, tidak larut dalam minyak mineral dan minyak sayur.
oksietilena dan digunakan sebagai emulsifiying agent pada emulsi tipe minyak
Mempunyai nilai HLB 15, berbentuk cairan berminyak berwarna kuning (Rowe
dkk., 2009). Struktur molekul tween 80 dapat dilihat pada gambar 2.3.
b. Span 80
Nama lain dari span 80 adalah sorbitan monooleat. Span 80 berupa cairan
kental jernih berwarna kuning, seperti minyak, bau khas lemah, rasa pahit dan
hangat. Kelarutan ester sorbitan umumnya larut atau terdispersi dalam minyak,
larut dalam pelarut organik, dalam air meskipun tidak larut tapi dapat terdispersi.
Nama kimia untuk span 80 adalah (Z)- sorbitan mono-9 octadecenoate dengan
rumus kimia C24H44O6, dengan berat molekul 429. Mempunyai nilai HLB 4,3
6. Parafin Cair
berwarna, hampir tidak berbau dan tidak berasa. Kelarutan dari parafin adalah
praktis tidak larut dalam air dan etanol, larut dalam kloroform dan eter. Parafin
merupakan salah satu bahan yang memiliki sifat emollient, merupakan bahan yang
dapat membantu menjaga kulit agar tetap lembut dan halus. Fungsi dari emollient
lipofilik yang kuat, sehingga sering disebut bahan oklusif. Bahan oklusif yaitu
7. Pengawet
a. Metil Paraben
Metil paraben berupa hablur tidak berwarna atau kristal putih, berbau khas
lemah, mempunyai rasa sedikit panas. Metil paraben mudah larut dalam etanol,
18
dan larut dalam 400 bagian air. Nama lain dari metil paraben adalah nipagin.
kimia C8H8O3 dan berat molekul 152,15. Dalam sediaan topikal metil paraben
b. Propil Paraben
Propil paraben berupa Kristal putih, tidak berbau dan tidak berasa. Propil
paraben mudah larut dalam aseton, kelarutannya dalam etanol 95% adalah 1:1,
dalam propilenglokol 1:3,9 dan dalam air 1:2500. Nama lainnya adalah nipasol,
yang biasa digunakan untuk sediaan topikal adalah 0,01-0,6% (Rowe dkk., 2009).
kombinasi metil-, etil-, propil-, dan butil paraben sering digunakan, contohnya
8. Propilenglikol
dengan rasa sedikit manis dan pedas seperti gliserin. Kelarutan dari propilenglikol
adalah larut dalam aseton, kloroform, etanol 95%, larut dalam 1:6 bagian eter,
tidak larut dalam minyak mineral, tetapi larut dalam beberapa minyak esensial.
C3H8O2 dengan berat molekul 76,09. Pada sediaan topikal digunakan sebagai
humektan dengan konsentrasi sampai 15% (Rowe dkk., 2009). Struktur molekul
9. TEA (Triethanolamine)
larut dalam air, larut dalam kloroform, dan larut dalam etanol. Triethanolamin
Mempunyai rumus kimia C6H15NO3 dengan berat molekul 149,19 (Rowe dkk.,
10. Menthol
Mentol adalah zat yang diperoleh dari minyak atsiri beberapa spesies
Mentha atau dibuat secara sintetik. Struktur molekul dari mentol dapat dilihat
Mentol berupa hablur berbentuk jarum atau prisma, tidak berwarna, bau
tajam seperti minyak permen, rasa panas dan aromatik diikuti rasa dingin. Mentol
sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol 95% P, kloroform P, dan
21
eter P, mudah larut dalam parafin cair P, dan minyak atsiri. Mentol digunakan
darah, menyebabkan sensasi dingin diikuti oleh efek analgesik. Mentol digunakan
untuk sediaan topikal dengan kadar antara 0,05-10% (Rowe dkk., 2009).
11. Aquadest
Aquadest berupa cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak
berasa. Nama lain dari aquadest adalah air suling. Aquadest dibuat dengan cara
menyuling air yang dapat diminum. Rumus kimia dari aquadest adalah H2O
Emulgel ibuprofen
yang mengandung Daya sebar
gelling agent Na
CMC, Carbomer, dan
Viscolam
2.3 Hipotesis
H0 : Tidak ada pengaruh jenis gelling agent terhadap daya sebar sediaan
ibuprofen emulgel.
Ha : Ada pengaruh jenis gelling agent terhadap daya sebar sediaan ibuprofen
emulgel.
BAB III
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah desain kelompok kontrol hanya post test (post
test only control group design). Penelitian ini menggunakan kontrol negatif yaitu
sediaan emulgel yang tidak mengandung gelling agent. Dibawah ini adalah skema
Keterangan Gambar :
P0 = Populasi kontrol negatif tanpa mengandung gelling agent
P1 = Populasi dari sediaan emulgel yang mengandung Na CMC
P2 = Populasi dari sediaan emulgel yang mengandung Carbomer
P3 = Populasi dari sediaan emulgel yang mengandung Viscolam
R = Sampel di ambil secara acak atau random
T1 = Perlakuan terhadap sampel yang tidak mengandung gelling agent
T2 = Perlakuan terhadap sampel yang mengandung Na CMC
T3 = Perlakuan terhadap sampel yang mengandung Carbomer
T4 = Perlakuan terhadap sampel yang mengandung Viscolam
O1 = Daya sebar sampel yang tidak mengandung gelling agent
O2 = Daya sebar sampel yang mengandung Na CMC
22
23
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan diperoleh dari populasi dengan
rumus federer.
(n-1) (t-1) ≥ 15
t = jumlah perlakuan
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Eklusi
organoleptik, uji homogenitas, uji pH, uji viskositas, dan uji daya sebar.
No.24 Bandung. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 Mei sampai dengan
03 Juli 2015.
3.5.1 Bahan
3.5.2 Alat
(Mettler Toledo), hot plate, kertas perkamen, cawan uap, mortir, stamper, spatel
logam, pipet tetes, batang pengaduk, beker gelas 50 ml (Pyrex), beker gelas 100
1. Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah NaCMC dengan konsentrasi 2,9%,
2. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini daya sebar sediaan ibuprofen emulgel.
3. Variabel terkendali
1. Gelling agent atau bahan pembentuk gel adalah bahan tambahan yang
penyebaran sediaan emulgel yang telah diberi beban/ berat. Alat ukur yang
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dari
dalam penelitian ini adalah data penunjang yang diperoleh dari buku maupun
jurnal penelitian.
1. Pendekatan teoritis
pustaka.
27
2. Pendekatan statistik
adalah 95%. Jika data tidak normal dan tidak homogen maka menggunakan
3.10 Formulasi
Keterangan :
F0 : kontrol negatif atau sediaan emulgel ibuprofen yang tidak mengandung
gelling agent.
F1 : formula sediaan emulgel ibuprofen yang mengandung Na CMC sebagai
gelling agent.
F2 : formula sediaan emulgel ibuprofen yang mengandung carbomer sebagai
gelling agent.
F3 : formula sediaan emulgel ibuprofen yang mengandung viscolam sebagai
gelling agent.
28
1) Studi pendahuluan.
Dilakukan studi pendahuluan terlebih dahulu untuk mencari kadar basis gel
yang digunakan yaitu kadar basis gel yang memberikan nilai viskositas
3) Pembuatan emulgel.
Proses selanjutnya adalah membuat emulsi dengan metode fusi dengan cara
mencampurkan fase minyak dan fase air. Fase minyak terdiri dari span 80
dan parafin cair lalu keduanya dicampurkan. Fase air terdiri dari tween 80,
fase yang telah dibuat kemudian dipanaskan diatas hot plate hingga
mencapai suhu 70°C. Setelah kedua fase mencapai suhu yang sama,
a. Uji organoleptik
dilakukan dengan melihat secara visual warna, bau, dan bentuk dari
sediaan.
b. Uji homogenitas
c. Uji pH
dicelupkan kedalam sediaan yang akan diukur, lalu dicatat nilai pH yang
d. Uji viskositas
Emulgel yang telah dibuat sebanyak 120 gram kemudian diletakan dalam
sebanyak 0,35 gram, kemudian diletakan pada kaca berukuran 10x5 cm.
Ditutup dengan kaca penutup yang sudah ditimbang dengan berat 5,8 ± 1
Kualitas dari suatu sediaan emulgel dapat dilihat dari pengujian terhadap
bau khas mentol, dengan konsistensi yang kental (F1), kental agak cair (F2),
kental sedikit cair (F3), dan konsistensi cair untuk F0 (kontrol negatif). Hasil uji
2) Uji Homogenitas
telah dibuat homogen atau tidak. Dari pengujian yang dilakukan semua formula
31
32
memiliki susunan yang homogen. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel
4.2.
6,13- 6,45. Untuk F0 nilai pH cukup asam yaitu 4,10. Data pH sediaan dapat
4) Uji Viskositas
atau kontrol negatif memiliki nilai viskositas yang sangat rendah yaitu 0,01396
d Pa.s. Data hasil uji viskositas sediaan dapat dilihat pada tabel 4.4.
daya sebar yang besar yaitu 10 cm, kemudian formula 2 (F2) 2,85 cm, formula 3
(F3) 2,53 cm dan formula 1 (F1) 2,3 cm. F1 memilki nilai daya sebar yang sama
dengan sediaan yang ada di pasaran. Apabila dilihat dari nilai daya sebarnya F1
dan Fx merupakan jenis gel semi cair, sedangkan F0,F2, dan F3 merupakan jenis
gel cair. Jenis gel berdasarkan ukuran daya sebarnya dapat dilihat pada tabel 4.6.
Data hasil uji daya sebar sediaan emulgel ibuprofen dapat dilihat pada tabel 4.5.
Jenis gel apabila dilihat dari nilai daya sebarnya dapat dilihat pada tabel dibawah.
penyebaran .
12
10
Diameter penyebaran
8 Replikasi 1
6 Replikasi 2
Replikasi 3
4
Replikasi 4
2
Replikasi 5
0
Replikasi 6
F0 F1 F2 F3 Fx
Formula
20. Data yang telah dientri kemudian diuji normalitas dan homogenitasnya. Hasil
uji normalitas dan homogenitas data dapat dilihat pada lampiran 10 dan 11.
Setelah dilakukan uji normalitas data dan uji homogenitas ternyata data yang
digunakan tidak normal dan tidak homogen, maka uji Anova tidak bisa
digunakan. Dilakukan uji non parametrik yaitu Kruskal Wallis. Hasil uji Kruskal
Tabel 4.7. Distribusi nilai rata- rata daya sebar menurut formula
Variabel N Mean SD Kruskal Wallis (Asymp Sig)
(Formula)
F0 6 10,00 0
F1 6 2,300 0
F2 6 2,850 0,548 0,000
F3 6 2,533 0,516
Fx 6 2,300 0
35
Untuk mengetahui formula mana yang berbeda, maka dilakukan uji Post Hoc,
Tabel 4.8. Signifikasi perbedaan rata- rata daya sebar menurut formula
( Hasil Uji Pos Hoc)
Formula F0 F1 F2 F3 Fx
F0 0,000* 0,000* 0,000* 0,000*
F1 0,000* 0,000* 0,000* 1,000
F2 0,000* 0,000* 0,000* 0,000*
F3 0,000* 0,000* 0,000* 0,000*
Fx 0,000* 0,000* 0,000*
*Berbeda bermakna p<0,01
4.2 Pembahasan
yang sama dengan sediaan yang ada di pasaran. Sebagai kontrol positif digunakan
obat sebagai anti inflamasi non steroid. Langkah pertama yang dilakukan adalah
mengukur viskositas dari sediaan yang ada di pasaran. Didapat nilai viskositasnya
menghasilkan viskositas yang sama dengan kontrol positif, hal ini disebabkan
semakin tinggi kadar gelling agent tahanan untuk mengalir semakin besar. Na
36
CMC dengan kadar 2,9 % sudah mampu membentuk matriks gel dengan
memberikan nilai viskositas yang sama dengan kontrol positif adalah carbomer
1%. Hal ini disebabkan karena carbomer merupakan gelling agent yang kuat dan
dengan konsentrasi yang kecil sudah bisa memberikan viskositas yang baik.
memberikan nilai viskositas yang sama dengan kontrol positif adalah viscolam
15%. Hal ini disebabkan karena viscolam merupakan gelling agent berbentuk
gel viscolam maka harus ditambahkan basa seperti trietanolamin sehingga terjadi
sediaan emulgel ibuprofen, sediaan yang dibuat sebanyak 120 gram. Sediaan
emulgel dibuat dengan cara mencampurkan emulsi ke dalam basis gel. Fase
minyak terdiri dari parafin cair, span 80 sedangkan fase air terdiri dari tween 80,
propilenglikol, dan air. Kemudian kedua fase dipanaskan sampai mencapai suhu
70° C karena pada suhu tersebut terjadi penurunan tegangan permukaan pada
37
kedua fase, sehingga dalam pencampuran kedua fase menjadi lebih mudah dan
menghasilkan sistem yang lebih stabil dengan ukuran globul yang kecil.
Emulgel memiliki kandungan air, dimana air merupakan media yang baik
metil paraben dan propil paraben sebagai pengawet. Kombinasi dari metil paraben
merupakan bahan yang dapat meningkatkan penetrasi obat ke dalam kulit, selain
itu juga menthol dapat memberikan sensasi dingin pada kulit diikuti oleh efek
analgetik.
Uji organoleptik dilakukan untuk melihat tampilan fisik sediaan dengan cara
melakukan pengamatan terhadap bentuk, warna dan bau dari sediaan yang telah
ibuprofen dengan kontrol negatif atau sediaan yang tidak mengandung gelling
agent (F0) mempunyai konsistensi yang cair dan berwarna putih kekuningan , hal
tersebut dikarenakan F0 tidak ada bahan pembentuk gel atau gelling agent yang
dapat berfungsi untuk meningkatkan viskositas dari sediaan. Emulgel yang dibuat
memiliki bau khas mentol dan memiliki warna putih seperti susu. Hal ini
kaca objek.
negatif atau F0 yang tidak menggunakan gelling agent memiliki pH yang asam.
Nilai pH sediaan tidak boleh terlalu asam karena akan menyebabkan iritasi pada
kulit dan juga tidak boleh terlalu basa karena akan menyebabkan kulit bersisik.
Sedangkan F1- F3 berada pada rentang pH kulit yaitu 4,5 sampai 6,5.
nilai viskositas yang rendah. Hal ini dikarenakan kontrol negatif atau F0 tidak
yang sama dengan sediaan yang ada di pasaran. Gelling agent dapat membentuk
matriks sehingga dapat menjebak droplet-droplet minyak dari emulsi yang ada
Sifat fisik lain yang diuji dari sediaan emulgel adalah daya sebar. Pengujian
pengaplikasian emulgel di kulit. Daya sebar yang baik dapat membuat sediaan
mudah untuk diaplikasikan tanpa harus menggunakan tekanan yang besar dan
dapat tinggal di kulit dalam waktu yang lama. Penghantaran dosis obat yang tepat
Salah satu faktor yang mempengaruhi daya sebar adalah jumlah dan
kekuatan matriks gel. Semakin banyak dan kuat matriks gel maka daya sebar akan
matriks gel.
Pada penelitian ini, berat kaca yang digunakan sebagai alas adalah 35,536
gram, sedangkan berat tutup kaca yang digunakan adalah 5,844 gram. Dari hasil
penelitian terhadap daya sebar dapat dilihat bahwa kontrol negatif memiliki daya
sebar yang besar yaitu 10 cm, dikarenakan F0 atau kontrol negatif tidak
rendah. Daya sebar dari suatu sediaan berbanding terbalik dengan viskositasnya.
Semakin tinggi viskositasnya, maka daya sebarnya akan semakin rendah, semakin
Daya sebar yang dikehendaki adalah 2,3 cm sesuai dengan daya sebar
sediaan yang ada di pasaran. Formula 1 (F1) memiliki daya sebar yang sama
dengan sediaan yang ada di pasaran yaitu 2,3 cm, dikarenakan F1 mengandung
gelling agent dan mempunyai konsistensi yang kental dimana konsistensi dari
sediaan juga akan mempengaruhi daya sebar. Formula 2 (F2) memiliki daya sebar
yang lebih besar dari formula 1, walaupun nilai viskositasnya sama tetapi
konsistensi dari sediaan yang sedikit cair menyebabkan F2 memiliki daya sebar
formula 1 (F1) merupakan jenis gel semi cair, sedangkan formula 2 (F2) dan
40
formula 3(F3) merupakan jenis gel cair. Nilai daya sebar dari F1< F3< F2 atau
nilai daya sebar NaCMC < Viscolam < Carbomer. Walaupun formula 1 memiliki
nilai daya sebar yang sama dengan daya sebar sediaan di pasaran, namun dari segi
lebih lembut ketika diaplikasikan pada kulit, yaitu sediaan yang menggunakan
Dari hasil uji normalitas data dapat dikatakan data tersebut terdistribusi
normal apabila :
B. Menggunakan nilai skewness dan standar erornya, bila nilai skewness dibagi
C. Uji kolmogorov smirnov, bila hasil uji signifikan (p value > 0,05) maka
distribusi normal.
histogram dan kurva normal, maka distribusinya tidak normal hal tersebut karena
skewness dengan standar errornya juga mengasilkan angka 3,65 hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa data tidak berdistribusi normal, karena nilainya lebih dari 2.
41
Dilihat dari uji kolmogorov smirnov, menghasilkan nilai signifikan 0,000 nilai
tersebut < 0,005 sehingga dapat dikatakan data tidak berdistribusi normal.
Setelah uji kenormalan data, maka dilakukan uji homogenitas data. Data
dikatakan homogen apabila didapat nilai signifikan > 0,05. Dari hasil uji
homogenitas data didapat nilai signifikan 0,000 maka dapat dikatakan bahwa data
tidak homogen.
Uji kenormalan data dan uji homogenitas menunjukan bahwa data yang
dimiliki tidak terdistribusi normal dan tidak homogen. Oleh karena itu tidak bisa
digunakan uji Anova, karena syarat untuk uji anova adalah data harus
berdistribusi normal dan harus homogen, maka dapat digunakan uji non
Dari uji Kruskal Wallis didapatkan nilai signifikan 0,000. Hipotesis nol pada
uji Kruskal Wallis adalah tidak ada pengaruh jenis gelling agent terhadap daya
pengaruh perbedaan jenis gelling agent terhadap daya sebar sediaan emulgel
ibuprofen. Dengan menggunakan α= 0,05, dari hasil diatas maka hipotesis nol
ditolak. Dapat dikatakan bahwa ada pengaruh perbedaan jenis gelling agent
kelompok mana yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, maka harus
dilakukan uji banding ganda/ Post Hoc. Pada hasil uji Post Hoc terlihat perbedaan
yang bermakna pada α 0,05 yang ditandai dengan tanda *. Dapat dikatakan bahwa
ada perbedaan yang bermakna antara F0 dengan F1, F2, F3, Fx, F1 dengan F2,F3,
5.1 Kesimpulan
berpengaruh terhadap daya sebar emulgel ibuprofen. Konsentrasi basis gel yang
optimal yaitu Na CMC 2,9%, Carbomer 1%, dan Viscolam 15%. Emulgel dengan
basis gel Na CMC mempunyai nilai daya sebar < viscolam < carbomer. Emulgel
yang memberikan nilai daya sebar yang sama dengan sediaan yang ada di pasaran
adalah emulgel dengan menggunakan basis Na CMC 2,9% (formula 1). Sediaan
homogenitas, pH, dan viskositas. Dapat dikatakan bahwa ada perbedaan yang
bermakna antara F0 dengan F1, F2, F3,Fx, F1 dengan F2,F3, F2 dengan F3, Fx,
F3 dengan Fx.
5.2 Saran
1. Perlu digunakan bahan aktif murni karena bahan aktif yang ada di
laboratorium tidak sesuai dengan sifat dari bahan aktif, seperti kelarutannya.
2. Perlu dilakukan uji efektivitas analgetik dan anti radang sediaan emulgel
ibuprofen.
42
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard C dan Allen,Loyd. 2014. Pharmaceutical Dosage Form and Drug
Delivery System. Tenth edition.
Hardman, Joel G dkk. 2012. Goodman & Gilman Dasar Farmakologi Terapi.
Edisi 10. Halaman 689-692.
Kaur, Loveleen Preet, Tarun Kumar Guleri. 2013. Topical Gel: A Recent
Approach for Novel Drug delivery. Asian Journal Of Biomedical &
pharmaceutical Sciences. Sri Sai College of Pharmacy,Punjab State, India.
Halaman 1-5.
Kumar, Kotta Kranthi dkk. 2011. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical
Research. Vol. 4, Issue 2, 2011 ISSN - 0974-2441. Santhiram College of
Pharmacy4.India. Halaman 1-6.
Lachman, Leon dkk. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi ketiga.
Jakarta: UI Press.
43
44
Mappa, Tiara dkk. 2013. Formulasi Gel Ekstrak Daun Sasaladahan (Peperomia
pellucida (L.) H.B.K) Dan Uji Efektifitasnya Terhadap Luka Bakar Pada
Kelinci (Oryctolagus Cuniculus). Jurnal Ilmiah Farmsi vol 2 No.2. Manado:
FMIPA UNSRAT. Halaman 51.
Martin, Alred dkk. 2008. Farmasi Fisik. Edisi ketiga. Jakarta : UI Press.
Panjaitan, Ester dkk. 2012. Formulasi Gel Dari Ekstrak Rimpang Jahe Merah
(Zingiber officinale Roscoe). Journal of Pharmaceutics and Pharmacology.
Vol 1(1) : Halaman 9-20.
Ramadon, Delly. 2012. Penetapan Daya Penetrasi Secara In Vitro Sediaan Gel
Dan Emulgel Yang Mengandung Kapsaisinoid Dari Ekstrak Buah Cabai
Rawit ( Capsicum frutescens L). Skripsi. FMIPA. UI. Halaman 19-22.
Singla, Vikas dkk. 2012. A New Platform For Topical Drug Delivery.
International Journal Of Pharma And Bio Sciences. Vol 3. Jan-Maret. Rayat
Institute Of Pharmacy. Punjab. Halaman 1-14.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting. Cetakan pertama.
Jakarta: Gramedia.
Varma, V. Naga Sravan Kumar. 2014. Calcipotriol Delivery Into The Skin As
Emulgel For Effective Permeation. Saudi Pharmaceutical Journal. 15
Februari. Department of Pharmaceutics. JSS College of Pharmacy. India.
Halaman 3-6.
45
Replikasi 1
Replikasi 2
Replikasi 3
Replikasi 4
48
Replikasi 5
Replikasi 6
49
Replikasi 1
Replikasi 2
Replikasi 3
Replikasi 4
50
Replikasi 5
Replikasi 6
51
Replikasi 1
Replikasi 2
Replikasi 3
Replikasi 4
52
Replikasi 5
Replikasi 6
53
Replikasi 1
Replikasi 2
Replikasi 3
Replikasi 4
54
Replikasi 5
Replikasi 6
55
Replikasi 1
Replikasi 2
Replikasi 3
Replikasi 4
56
Replikasi 5
Replikasi 6
57
12−4,3
=
15−4,3
7,7
= 10,7
= 0,72
Tween 80 yang dibutuhkan = 0,72 x 12
= 8,64 gram
Span 80 yang dibutuhkan = 12- 8,64
= 3,36 gram
8,64
% Tween 80 = 𝑥 100 = 7,2 %
12
3,36
% Span 80 = x 100 = 2,8%
12
58
Descriptives
Median 2,500
Variance 9,364
Minimum 2,3
Maximum 10,0
Range 7,7
Interquartile Range ,6
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
68,125 4 25 ,000
61
Ranks
F0 6 27,50
F1 6 6,50
F2 6 21,50
Diameter_peyebaran
F3 6 15,50
Fx 6 6,50
Total 30
a,b
Test Statistics
Diameter_peye
baran
Chi-Square 28,644
df 4
Asymp. Sig. ,000
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Diameter_peyebaran
LSD
(I) Formula_ke (J) Formula_ke Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Difference (I-J) Lower Bound Upper Bound
*
F1 7,7000 ,0194 ,000 7,660 7,740
*
F2 7,1500 ,0194 ,000 7,110 7,190
F0
*
F3 7,4667 ,0194 ,000 7,427 7,507
*
Fx 7,7000 ,0194 ,000 7,660 7,740
*
F0 -7,7000 ,0194 ,000 -7,740 -7,660
*
F2 -,5500 ,0194 ,000 -,590 -,510
F1 *
F3 -,2333 ,0194 ,000 -,273 -,193
Fx ,0000 ,0194 1,000 -,040 ,040
*
F0 -7,1500 ,0194 ,000 -7,190 -7,110
*
F1 ,5500 ,0194 ,000 ,510 ,590
F2 *
F3 ,3167 ,0194 ,000 ,277 ,357
*
Fx ,5500 ,0194 ,000 ,510 ,590
*
F0 -7,4667 ,0194 ,000 -7,507 -7,427
*
F1 ,2333 ,0194 ,000 ,193 ,273
F3 *
F2 -,3167 ,0194 ,000 -,357 -,277
*
Fx ,2333 ,0194 ,000 ,193 ,273
*
F0 -7,7000 ,0194 ,000 -7,740 -7,660