Disusun Oleh :
MEGA RACHMAWATI
NIM. 1810104366
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Persalinan”.
Dalam penulisan Proposal ini, penulis menyadari bahwa Proposal penelitian ini
masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan segala kritikan dan
Akhir kata semoga Proposal ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua,
dan pengalaman.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................................
B. Batasan Masalah...................................................................................................................
C. Rumusan Masalah.................................................................................................................
D. Tujuan...................................................................................................................................
E. Manfaat ................................................................................................................................
F. Ruang Lingkup.....................................................................................................................
G. Keaslian Studi Kasus............................................................................................................
kelahiran bayi merupakan proses sosial yang sangat dinantikan. Pada umumnya,
ibu hamil mengharapkan persalinan yang normal, aman dan nyaman dengan rasa
fisiologis yang secara umum dialami oleh hampir semua ibu bersalin. Nyeri
uteri, penarikan dan traksi ligament uteri, traksi ovarium, tuba fallopii dan distensi
bagian bawah uteri, otot dasar panggul dan perineum. Nyeri persalinan mulai
timbul pada kala I fase laten dan fase aktif, pada fase laten terjadi pembukaan
serviks sampai 3cm bisa berlangsung selama 8 jam. Nyeri disebabkan oleh
kontraksi uterus dan dilatasi serviks. Dengan seiring bertambahanya intensitas dan
frekuensi kontraksi uterus nyeri yang dirasakan akan bertambah kuat, puncak
nyeri terjadi pada fase aktif dimana pembukaan lengkap sampai 10 cm dan
berlangsung sekitar 4,6 jam untuk primipara dan 2,4 jam untuk multipara (Reeder,
Nyeri persalinan yang timbul semakin sering dan semakin lama dapat
menyebabkan ibu gelisah, takut dan tegang bahkan stres yang berakibat pelepasan
hormon yang berlebihan seperti adrenalin, katekolamin dan steroid. Hormon ini
pembuluh darah yang berakibat berkurangnya aliran darah dan oksigen ke uterus
Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk menangani nyeri saat persalinan.
Upaya ini dapat dilakukan dengan metode farmakologis dan non farmakologis.
Dalam hal ini, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai metode
kematian ibu di Indonesia 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah
perdarahan post partum (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi puer-
perium (8%), abortus (5%), partus lama/macet (5%), emboli obstetric (3%),
trauma obstetric (5%), dan lain-lain (11%) (Primadona & Susilowati, 2015).
penyembuhan luka dan infeksi. Dampak yang terjadi ketika penyembuhan luka
terhambat adalah ibu yang sangat tidak menyenangkan seperti rasa sakit dan rasa
takut untuk bergerak, sehingga dapat menyebabkan banyak masalah termasuk sub
involusi rahim, pengeluaran lochea yang tidak lancar, dan pendarahan postpartum
Kasus laserasi atau luka perineum pada ibu bersalin tahun 2009 di seluruh
dunia terjadi 2,7 juta orang. Angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta pada tahun
2050. Di Amerika 26 juta ibu bersalin yang mengalami laserasi perineum, 40%
pada saat persalianan kurang maksimal. Di Australia terdapat 20.000 ibu bersalin
di Asia (Hilmi, 2010). Di Asia rupture perineum juga merupakan masalah yang
bahwa dari total 1951 kelahiran spontan pervaginam , 57% ibu mendapat jahitan
perineum (28% karena episiotomi dan 29% karena robekan spontan) (Depkes
RI,2013).
adalah dengan pemberian obat antibiotik dan antiseptik (povidone iodine) untuk
perawatan luka perineum akan tetapi obat dan bahan ini memiliki efek samping
dapat diberikan untuk mempercepat penyebuhan luka agar tidak terjadi infeksi
kimia konstituen: flvonoid, asam oleanolik, protein, saponin, dan asam askorbat.
Kandungan asam askorbat pada tanaman penting untuk mengaktifkan enzim yang
B. BATASAN MASALAH
Pada studi kasus ini berfokus pada penyembuhan luka laserasi perineum
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah yaitu
“Bagaimana asuhan kebidanan pemberian air rebusan daun binahong
terhadap penyembuhan luka laserasi perineum pada ibu post paartum di
RS PKU Muhammadiyah Gamping ? “
D. TUJUAN
Merupakan penjabaran mengenai hasil yang akan dicapai, bukan proses yang
dilakuakn. Dengan demikian tujuan studi kasus ini terdiri dari 2 tujuan, yaitu :
1. Tujuan umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan penyembuhan luka laserasi perineum
terhadap ibu postpartum di RS PKU Muhammadiyah Gamping.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan penatalaksanaan pemberian air rebusan daun
binahong terhadap penyembuhan luka laserasi perineum pada ibu
postpartum.
b. Mampu mengetahui perbandingan hasil penelitian ke dua subyek
penelitian
c. Mampu membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka laserasi perineum dan farmakologis yang
diberikan dalam penyembuhan luka laserasi perineum
E. MANFAAT
Merupakan manfaat yang diharapkan dari hasil studi kasus, meliputi :
a. Bagi Bidan
F. RUANG LINGKUP
a. Lingkup materi
protein, saponin, dan asam askorbat. Kandungan asam askorbat pada tanaman
c. Lingkup waktu
Studi kasus ini dilakukan mulai bulan Maret-Mei 2019
d. Lingkup tempat
Studi kasus ini dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Gamping karena di RS PKU Muhammadiyah Gamping rata-rata
persalinan sebanyak 30 persalinan secara normal tiap bulannya.
G. KEASLIAN STUDI KASUS
a. Wijayanti, 2017. Effectiveness of binahong decoction water (Anredera
cordifolia (ten) steenis) for perineal wound healing at home delivery aesya
grabag Magelang, Indonesia. Rancangan penelitian ni menggunakan quasi
eksperiment (eksperimen semu), desain penelitian ini menggunakan pre dan
post test. Pada desain ini terdapat kelompok kontrol, peneliti melakukan
intervensi pada dua kelompok dengan pembanding, evektifitas perlakuan
dinilai dengan membandingkan nilai pre test dan post test. Penelitian ini
dilaksanakan pada di RS Aesya Grabag Magelang pada bulan Maret 2017.
Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu post partum di RS Aesya Grabag
Magelang sebanyak 44 orang. Kriteria yang diambil oleh peneliti sebagai
sampel dalam penelitian ini adalah ibu post partum dengan luka laserasi
perineum.
b. Risneni, 2018. Differences of Effectiveness of Povidone-Iodine and
Binahong Leaf Stew Water on the Healing of Perineal Laceration in
Postpartum Mothers. Penelitian ini menggunakan post test eksperimen.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang mengalami
laserasi perineum di wilayah kerja pemberdayaan masyarakat Dinas
Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan. Sampel yang diambil adalah 80
responden yang dibagi menjadi 2 kelompok dengan intervensi yang berbeda.
40 responden diberikan intervensi dengan povidone-yodium dan 40
responden diberikan intervensi dengan air rebusan daun binahong. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa 95% ibu postpartum dengan laserasi luka
perineum yang diberikan pengobatan dengan povidone-iodine membutuhkan
penyembuhan luka paling lama selama lebih dari 7 hari dengan rata-
ratawaktu penyembuhan 8 hari, sedangkan 50% responden yang diobati
dengan air rebusan daun binahong membutuhkan waktu 5 hari penyembuhan
luka. Durasi penyembuhan rata-rata menggunakan daun binahong adalah 5
hari. Ini menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian air
rebusan daun binahong terhadap penyembuhan luka laserasi perineum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Masa Nifas
1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas atau puerperium adalah masa yang dimulai sejak 1 jam
setelah lahirnya plasenta sampai dnegan 6 minggu (42 hari). Pelayanan pasca
persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu
dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan
pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi dan nutrisi bagi ibu
(Prawirohardjo, 2012)
sampai 6 minggu atau 42 hari. Asuhan selama periode nifas perlu mendapat
perhatian karena sekitar 60% angka kematian ibu terjadi pada periode ini
(Martalina D., 2012). Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali alat
nifas atau puerperium adalah masa yang dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai pulihnya kembali alat kandungan seperti sebelum hamil yaitu
Menurut Saleha (2009) tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai
berikut:
sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah,
misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan
b. Periode Early Postpartum (24 jam – 1 minggu). Pada fase ini bidan
lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan
KB.
Tujuan :
perdarahan berlanjut
Tujuan :
bau
abnormal
tanda-tanda penyulit.
5) Memberi konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
Tujuan :
alami
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis harus
setalah persalinan.
3) Sebelum menggunakan KB sebaiknya dijelaskan efektivitasnya,
digunakan.
4) Jika ibu dan pasangan telah memilih metode KB tertentu dalam 2
minggu ibu dianjurkan untuk kembali hal ini untuk melihat apakah
1) Pengertian
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang melebihi 500–
jalan lahir.
3) Penanganan
2008)
Lochea adalah sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas
2007).
2) Faktor penyebab
Ini terjadi karena infeksi dan komplikasi plasenta rest. Plasenta rest
3) Penanganan
1) Pengertian
dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin menjadi 40-
60 gram 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau
2) Faktor penyebab
Ini terjadi karena infeksi dan komplikasi plasenta rest. Plasenta rest
3) Penanganan
hari ditambah ergometrin per oral. Bila ada sisa plasenta lakukan
(Prawirohardjo, 2005).
1) Pengertian
peritonium.
2) Faktor penyebab
b) Peritonitis umum
nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense
3) Penanganan
masa nifas, pusing bisa disebabkan oleh karena darah tinggi (sistol >140
pucat, tekanan darah rendah (sistol <100 mmHg diastole <60 mmHg).
4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat setidaknya selama
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit baik
dan mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal itu
demam :
1) Istirahat baring.
4) Jika ada syok segera beri pengobatan, sekalipun tidak jelas gejala
syok harus waspada untuk menilai berkala karena kondisi ini dapat
Pada masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan parenkim kelenjar
mastitis adalah :
perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima
terhadap rasa lelah yang dirasakan, selain itu juga karena perubahan fisik
1) Menangis
3) Cemas
4) Kesepian
menjadi seorang ibu. Penanganan bila terjadi baby blues yaitu hilang
(Manuaba, 2008).
Depresi masa nifas adalah keadaan yang amat serius. Hal ini disebabkan
anaknya ini. Ibu yang tidak mengurus dirinya sendiri, seorang ibu cepat
murung, mudah marah-marah (Eny, 2009). Gejala-gejala depresi masa
nifas adalah :
berdebar-debar.
B. Luka Perineum
1. Pengertian
Laserasi perineum diklasifikasikan berdasarkan derajat keparahannya, yaitu
sebagai berikut: Robekan kulit labia (kulit yang berada di sekitar area
genetalia), derajat 1, derajat 2, derajat 3, dan derajat 4 (Sandwell and West
Birmingham Hospitals, 2014).
a. Robekan kulit labia (ulit yang berada di sekitar area genetalia)
b. Derajat 1: merupakan injuri ringan perineum, dimana luka robekan hanya
mengenai area kulit perineum saja. Luka ini merupakan luka yang normal
dan tidak selalu membutukan tindakan penjahitan (Mid Essex Hospital
Service, 2017)
c. Derajat 2: luka robekan mengenai kulit dan otot perineum. Luka ini lebih
dalam dan mengenai otot perineum, sehingga memerlukan tindakan
sebaik mungkin (Mid Essex Hospital Service, 2017).
d. Derajat 3: luka robekan mengenai kulit, otot perineum, dan beberapa otot
di sekitar anus. Luka ini memerlukan pemberian antibiotic dan
memerlukan pengawasan selama 3 bulan (Government of western
Australia Department of Health, 2015).
e. Derajat 4: luka robekan mengenai kulit dan otot perineum, otot sekitar
anus, dan kulit yang mengelilingi anus. Luka perineum derajat 3 dan 4
memerlukan pemberian antibiotic, untuk mengurangi resiko terjadinya
infeksi dan wound dehiscence (luka tidak menutup). Diet tinggi serat
sangat dianjurkan unutk mempermudah proses defekasi, sehingga akan
mengurnagi tekanan pada perineum. Analgesik melalui rectum tidak
dianjurkan karena mempunyai efek samping menyebabkan konstipasi,
dan ini kaan memperparah kondisi ibu. Luka perineum derajat 4
memerlukan tindak lanjut berupa pengawasan dari bagian obstertri dan
ginekologi selama 6-12 minggu post partum (Government of western
Australia Department of Health, 2015).
2. Perawatan Perineum
Pemeriksaan hari ketiga post partum sangat penting dilakukan
karena ada beberapa kondisi yang terjadi seperti labia yang hematoma, luka
perineum, nyeri berat, sampai terjadinya sepsis bisa menyebabkan kematian
(Government of western Australia Department of Health, 2015). Perawatan
perineal meliputi hal- hal sebagai berikut, yang disingkat HIPPS:
a. Hygiene: jaga area perineum bersih dan kering. Anjurkan ibu untuk
menjaga kebersihan perineum untuk mengurangi resiko infeksi
(mencucui tangan sebelum dan sesudah buang air, mengganti pakaian
dalam), Ibu harus membersihkan area genetalia mulai darai arah
simphisis meuju ke anus (dari depan ke belakang). Area ini harus di
cuci menggunakan air hangat dan setelahnya dikeringkan, untuk
menghindari berpindahnya kotoran dari anus. Saat memakai celana
dalam, dianjurkan untuk tidak menyentuh bagian tengah perineum
karena akan ada kontak terhadap luka. Celana diganti sekurang-
kurangnya setiap 3 jam sekali.
b. Ice. Ibu juga bisa diberikan topical terapi seperti kompres dingin atau
kompres es juga merupakan salah satu cara yang efektif untuk
mengurangi nyeri perineum. Kompres dingin ini di lakukan selama 10-
20 menit dan tidak lebih dari 2 jam. Kompres dingin sangat bermanfaat
untuk ibu pada 72 jam pertama post partum.
c. Pelvic floor exercises. Wanita yang melakukan latihan dasar pelvic
dilaporkan lebih sedikit mengalami nyeri dan depresi. Anjurkan ibu
untuk melakukan latihan dasar panggul secara perlahan dalam waktu 24
jam post partum.
d. Pain relief. Paracetamol merupakan pilihan obat analgesic untuk nyeri
perineum, setalah tu baru Non Steroidal Anti-Inflammatory Drugs
(NSAID), NSAID efektif untuk episiotomi atau nyeri berat. Anti
inflamasi suppositoria efektif 24 -48 jam post partum, akan tetapi harus
dihindari pada luka perineum derajat 3 dan 4.
e. Support- at all times. Dampingi ibu dalam memahami tanda-tanda
infeksi perineum, cara pencegahan infeksi perineum, dan berika
informasi tentang cara perawatan perineum (Government of western
Australia Department of Health, 2015).
C. Daun Binahong
1. Pengertian
Binahong merupakan tumbuhan merambat yang banyak tumbuh di
Indonesia. Daunnya sedikit tebal dan berbentuk menyerupai hati. Daun
binahong sudah dipercaya sejak dahulu dapat menyembuhkan berbagai
penyakit. Mulai dari penyakit yang ringan hingga penyakit yang berbahaya.
Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak daun binahong mempercepat
penyembuhan luka infeksi staphylococcus aureus pada mencit (Umar,
2012).
Khasiat yang terdapat dalam daun binahong antara lain adalah
antimikroba. Antimikroba pada daun binahong sangat reaktif terhadap
beberapa kuman penyebab infeksi pada luka bakar maupun luka karena
terkena benda tajam. manfaat daun binahong untuk kesehatan ini, karena
dalam daun binahong mengandung asam askorbat yang mampu
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan mempercepat
penyembuhan. Selain itu juga mengandung senyawa saponin, alkaloid.
Ekstrak Daun binahong mempunyai aktifitas antibakteri (Khunaifi, 2010).
a. Saponin
Saponin adalah glikosida trit 12 glikosida triterpenoid alkohol dan
glikosida dengan struktur steroid. Kedua saponin ini larut dalam air dan
etanol tetapi tidak larut dalam eter (Lenny, 2006).
b. Polifenol
Senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari
tumbuhan, yang mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang
mengandung satu atau dua penyulih hidroksil. Senyawa fenol
cenderung mudah larut dalam air karena umumnya sering kali berikatan
dengan gula sebagai glikosida, dan biasanya terdapat dalam vakuola sel.
Beberapa ribu senyawa fenol telah diketahui strukturnya. Flavonoid
merupakan golongan terbesar, tetapi fenol monosiklik sederhana, fenil
propanoid,dan kuinon fenolik juga terdapat dalam jumlah yang besar.
Beberapa golongan bahan polimer penting dalam tumbuhan seperti
lignin, melanin, dan tanin adalah senyawa polifenol (Lenny, 2006).
c. Alkaloid
Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar.
Pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang
mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan,
sebagai bagian dari sistem siklik alkaloid sering kali beracun pada
manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang
menonjol, jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan.
Umumnya alkaloid tidak berwarna, bersifat optis aktif dan sedikit yang
berupa cairan pada suhu kamar (Lenny, 2006)
d. Minyak Atsiri
Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari
daun,bunga, biji, batang atau kulit dan akar atau rhizoma. Minyak atsiri
disebut juga minyak eteris yaitu minyak yang mudah menguap dan
diperoleh dari tanaman dengan cara penyulingan, biasanya tidak
berwarna terutama bila masih dalam keadaan segar, setelah terjadi
proses oksidasi dan pendamaran makin lama akan berubah menjadi
gelap, untuk menghindarinya harus disimpan dalam keadaan penuh dan
tertutup rapat. Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran
persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur Karbon (C),Hidrogen
(H) dan Oksigen (O) serta berbagai persenyawaan kimia 13 yang
mengandung unsur Nitrogen (N) dan Belerang (S). Beberapa minyak
atsiri dapat digunakan sebagai bahan antiseptik internal dan eksternal,
bahan analgesik, hemolitik atau enzimatik, sedativ, stimulan, untuk obat
sakit perut, bahan pewangi kosmetik dan sabun (Manoi, 2010)
e. Asam Oleanolik
Daun binahong diketahui mempunyai kandungan asam oleanolik. Asam
oleanolik merupakan golongan triterpenoid yang merupakan
antioksidan pada tanaman. Mekanisme perlindungan oleh asam
oleanolik adalah dengan mencegah masuknya racun ke dalam sel dan
meningkatkan sistem pertahanan sel. Asam oleanolik juga memiliki zat
anti inflamasi. Kandungan nitrit oksida pada asam oleanolik juga
menjadi anti oksidan, yang dapat berfungsi sebagai toksin yang kuat
untuk membunuh bakteri. Jadi dengan adanya asam oleanik ini akan
memperkuat daya tahan sel terhadap infeksi dan memperbaiki sel
sehingga sel dapat beregenerasi dengan baik.
f. Flavonoid
Kandungan flavonoid pada daun binahong segar adalah 11,263 mg/kg ,
dan kandungan flavonoid pada extract etanol daun binahong kering
adalah 7,81 mg/kg. Flavonoid pada daun binahong ini termasuk dalam
golongan flavonol.
I. Pathway Infeksi Laserasi Perineum
POST PARTUM
EPISIOTOMI RUPTURE
TERPUTUSNYA KONTINUITAS
JARINGAN
Farmakologi
dengan air rebusan HEACTING (PENJAHITAN)
daun binahong PERINEUM
INFEKSI PUERPERALIS
(Dolor, Kalor, Tumor, Rubor,
Fungsio Laesa)
TIDAK
DIBERIKAN
ANTIBIOTIK Ampisilin 500 mg per oral 4
kali sehari selama 5
hari.Ditambah metronidazol
500 mg per oral 3 kali sehari
selama 5 hari
BAB III
METODE PENELITIAN
D. PENGUMPULAN DATA
1. Alat pengumpulan data
Alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
dengan menggunakan penelitian langsung kejadian ibu yang
mengalami luka perineum, yaitu menggunakan lembar observasi
kesembuhan luka PUSH (Pressure Ulcer Scale of Healing) dan
dengan bantuan alat :
a). Daun Binahong
b). Alat tulis (bolpoint)
c). Recorder
d). Daftar Pertanyaan
2. Metode pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam studi kasus ini,
penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data yang
digunakan dalam sebuah proses penelitian. Metode pengumpulan
data yang penulis gunakan melitupi :
Metode pengumpulan data yang penulis gunakan meliputi :
a) Wawancara
Wawancara dilakukan penulis diawali dengan mencatat pokok
penting yang akan dibicarakan sebagai pegangan untuk
mencapai tujuan wawancara, dan responden bebas menjawab
menurut isi hati dan pikirannya. Lama wawncara juga tidak
dibatasi dan diakhiri menurut keinginan penulis. Dengan
demikian, penulis dapat memperoleh gambaran yang lebih
luas karena setiap responden bebas meninjau berbagai aspek
menurut pendirian dan masing-masing sehingga dapat
memperkaya pandangan penulis.
b) Observasi
Observasi dilakukan penulis dengan mengamati responden
saat dilakukan wawancara. Pengamatan dilakukan untuk
mengamati dan melihat respon pasien saat peneliti melakukan
pengkajian data atau melihat respon pasien saat peneliti
melakukan pengkajian data atau ketika dilakukan follow up.
c) Telaah Dokumentasi
Telaah dokumentasi dilakukan untuk melihat riwayat dan
status kesehatan pasien yang dapat ditemukan pada dokumen
resmi maupun tidak resmi seperti status pasien, catatan asuhan
kebidanan, dan rekam medik.
F. ANALISIS DATA
Analisa data diawali dengan studi kepustakaan dan Evidence Based
mengenai luka perineum. Setelah mengkaji Evidence Based penulis
melakukan pengkajian data pada ibu nifas di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Gamping yang sesuai dengan kriteria untuk menjadi
subyek penelitian dalam studi kasus ini. Analisa data dalam studi kasus
ini menggunakan analisa berbasis PICOT (Patient-Intervensi-
Comparasion-Outcome Teori/Time)
1. Patient
G. ETIKA PENELITIAN
Sebelum dilakuka npengumpulan data, terlebih dahulu penulis
melakukan etika dalam penelitian dimana etika ini merupakan salah satu
syarat dilakukaannya studi kasus terhadap subyek berupa manusi
(Notoatmodjo, 2010).Beberapa prinsip penelitian pada manusia yang
harus dipahami anatara lain :
1. Informed Consent
Sebelum melakukan studi kasus, maka akan diberikan lembar
persetujuan untuk menjadi respon dan dengan tujuan agar subyek
mengerti maksud dan tujuan studi kasus jika subyek bersedia maka
harus menan datangani lembar persetujuan dan jika responden tidak
bersedia maka penelitian harus menghormati hak responden.
2. Anonimity
Pada pengumpulan data dijelaskan terlebih dahulu alat ukur penelitian
dengan tidak mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data
sehingga nama responden bias dirahasiakan, cukup dengan memakai
kode pada masing-masing lembar tersebut
3. Confidentaly
Penelitian menjamin kerahasiaan masalah-masalah responden yang
harus dirahasiakan dalampenelitian. Kerahasiaan informasi yang telah
terkumpul dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data
tersebut yang dilaporkan pada hasilpenelitian.
4. Keamanan Responden
Penelitian ini tidak membahayakan jiwa responden atau nama untuk
kesehatan dan keselamatan responden
H. JALANNYA PENELITIAN
1. Mengajukan judul peneltian
Penelitian ini dimulai dengan mengajukan judul kepada pembimbing Case
Study Research.
2. Melakukan studi pendahuluan
Setelah pembimbing menyetujui judul penelitian yang akan diteliti
kemudian peneliti melakukan pengambilan data mengenai jumlah
persalinan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping.
3. Penyusunan Case Study Research
Penyusunan Case Study Research dilakukan dengan mencari ibu
nifas dengan laserasi perineum di RS PKU Muhammadiyah Gamping
sebanyak 2 orang. Setelah itu peneliti memberikan informed consent
sebelum melakukan penelitian kepada responden dan menjelaskan tujuan
serta tatacara dalam peenlitian yang akan penulis lakukan. Jika pasien
bersedia menjadi responden, maka peneliti memberikan lembar persetujuan
kepada responden dan memintanya untuk menandatangani lembar
persetujuan tersebut. Peneliti melakukan penelitian selama proses nifas
berlangsung yang dimulai dari hari ke 2 sampai hari ke 7. Saat hari ke 2
peneliti memberikan air rebusan daun binahong kepada luka perineum pasien
dan sambil mengobservasi setiap hari ke 3, 5, dan 7. Setelah pemberian air
rebusan daun binahong dilakukan observasi dari hari pertama hingga hari ke
tuju pemberian air rebusan daun binahong terhadap penyembuhan luka
laserasi perineum. Setelah itu peneliti mencari sumber data dan teori yang
mendukung penelitian ini. Data tersebut didapatkan secara langsung dari
pasien, internet, buku, maupun jurnal.
DAFTAR PUSTAKA
Arora, S., Vatsa, M., & Dadhwal, V. (2009). Cabbage Leaves vs Hot and Cold
Compresses in the Treatment of Breast Engorgement. Nursing Journal of
India, 100(3), 52.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014
Dewi Vivian, (2011), Asuhan kebidanan pada masa nifas, Yogyakarta, Salemba
Medika
Green, Wendy. (2015). The New Parents Survival Giude: The First Three Months.
Chicester : Summersdale Publishers LTD – ROW.
Heryani Reni. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans Info Media. 2012.
Hidayat, A. A. A., 2011, Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data,
Salemba Medika, Jakarta.
Kementerian kesehatan RI, (2016), Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta,
Kementerian Kesehatan dan JICA (Japan International cooperation Agency).
Martin R, Griffin K. (2012). Maternity nursing health women, infants and families.
18th Edition. Jakarta: EGC.
Rukiyah, Yulianti. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta: Trans Info Media. 2012.
Rukiyah, dkk. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans Info Media. 2012.
Saleha, (2009), Asuhan Kebidanan Pada Mas Nifa, Makasar, Salemba Medika,
Jakarta
Sulistyawati, Ari, (2009), Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas,
Yogyakarta, Andi.
Timbawa, Sriani. Kundre, Rina. Bataha Yolanda. (2015). Hubungan Vulva Hygine
Dengan Pencegahan Infeksi Luka Perineum Pada Ibu Post Partum di
Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado. Jurnal Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Diakses dalam
https://media.neliti.com/media/publications/108128-ID-hubungan-vulva-
hygiene-dengan-pencegahan.pdf pada tanggal 20 Februari 2019
WHO (Word Health Organization). Word Health Statistics. 2015. (diakses tanggal 20
Februari 2019).