Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala
kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi
Apoteker yang dilaksanakan dari tanggal 2 November 2020 sampai 30 November
2020 di Rumah Sakit Immanuel. Tujuan dari laporan ini ditulis sebagai salah satu
syarat untuk mengikuti ujian Apoteker pada Program Pendidikan Profesi
Apoteker Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI). Penulis menyadari
banyak pihak yang telah membantu baik secara moral maupun materil, saran-
saran, bimbingan serta dukungan dalam Praktek Kerja Profesi Apoteker. Oleh
karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Direktur Rumah Sakit Immanuel Bandung dan Kepala Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Immanuel Bandung
2. Ibu apt. Efina Widiantini, S.Farm selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Immanuel Bandung
3. Ibu apt. Sri Marlina Ginting, S.Farm selaku preceptor penangungjawab
Rumah Sakit Immanuel Bandung
4. Ibu apt. Nadia Puspita Oktaviani, S.Farm selaku Preseptor dari Rumah Sakit
Immanuel Bandung
5. Ibu apt. Dewi Ningsih, S.Farm selaku Preseptor dari Rumah Sakit Immanuel
Bandung
6. Ibu apt. Jessica Utomo, S.Farm selaku Preseptor dari Rumah Sakit Immanuel
Bandung
7. Ibu apt. Kristy R. Martadiani, S.Farm selaku Preseptor dari Rumah Sakit
Immanuel Bandung
8. Ibu apt. Wydiani Prasti, S.Farm selaku Preseptor dari Rumah Sakit Immanuel
Bandung
9. Bapak apt. Angga Kusuma, S.Farm selaku Preseptor dari Rumah Sakit
Immanuel Bandung
10. Seluruh Staf dan karyawan Rumah Sakit Immanuel Bandung atas segala
bantuannya
11. Ibu Prof. Dr. apt. Afifah B. Sutjiatmo, MS. selaku dekan Fakultas Farmasi,
Universitas Jenderal Achmad Yani
12. Dr. apt. Sri Wahyuningsih, M.Si. selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi.
13. Ibu Dra. apt. Pudjiastuti, M.Si. selaku koordinator Praktek Kerja Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani
14. Ibu apt. Ita Nur Anisa, S.Si., M.Si. selaku pembimbing Praktek Kerja Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani
15. Segenap Staff pengajar dan karyawan Program Studi Profesi Apoteker,
Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani
16. Kedua orangtua dan keluarga penulis atas doa dan dukungan yang selalu
diberikan kepada penulis
17. Rekan-rekan calon Apoteker Universitas Jenderal Achmad Yani angkatan
XXIX yang selalu memberikan semangat, bantuan dan perhatian
Penulis menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini masih jauh
dari sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan untuk perbaikan laporan ini
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan hal tersebut, maka Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Jendral Achmad Yani mengadakan program Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) kepada calon Apoteker yang dilaksanakan di Rumah Sakit
Immanuel selama satu bulan, yaitu mulai tanggal 1 November 2020 sampai 30
November 2020. Para calon Apoteker diharapkan dapat memahami tentang peran
dan tanggung jawab seorang Apoteker di Rumah Sakit, selain itu juga dapat
menambah pengetahuan, pengalaman serta keterampilan sebagai upaya untuk
mempersiapkan calon Apoteker yang kompeten dimasa mendatang.
Syarat Tercapai Visi Misi yaitu Angka infeksi akan rendah apabila terdapat
keterlibatan secara aktif semua personil Rumah Sakit, dimana seluruh personil
Rumah Sakit baik dokter, perawat, petugas gizi, ambulatory, bag laundry, petugas
lab, bagian administrasi, keamanan dan cleaning service serta mahasiswa yang
sedang menjalankan pendidikan, pasien, pengunjung, ruang perawatan, kamar
bedah, peralatan dan seluruh lingkungan RS (dari tingkat rendah sampai direksi)
ikut serta dalam melakukan segala sesuatu tindakan untuk mencegah terjadinya
infeksi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
PPAB (Panduan Penggunaan Antibiotik) harus ada untuk setiap RS, kalo belum
punya bisa pake punyanya RS lain dengan area atau regional yang sama kalo tidak
ada boleh pake yang nasional. Kita tidak bisa pake yang dari amerika karena
berbeda baik dari bobot badan rerata dan kondisi iklim yang berbeda. PPAB di RS
Immanuel telah disusun sejak 2017 silam dan sampai saat ini masih dalam tahap
penyempurnaan. Di imanuel tidak ada isolasi airborne MDR sehingga harus
dirujuk ke rumah sakit yang bisa mengendalikan hal tersebut. Di Imanuel
penamaannya masih PFT yang mungkin berbeda dengan RS lain yang telah
menggunakan istilah/penamaan dengan KFT tetapi pada hakekatnya statusnya
sama hanya berbeda di namanya.
3.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis habis
Pakai (BMHP)
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
merupakan suatu siklus kegiatan , dimulai dari pemilihan, perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan
penarikan, pengendalian, dan administrasi. Kegiatan tersebut harus dilakukan oleh
Instalasi Farmasi Rumah Sakit dengan menggunakan sistem satu pintu. Sistem
satu pintu ini bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui Instalasi
Farmasi.
3.1.1 Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) sesuai dengan kebutuhan.
Setiap rumah sakit harus menggunakan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan,
BMHP berdasarkan formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan
terapi, pola penyakit, efektivitas dan keamanan, pengobatan berbasis bukti, mutu
harga, dan ketersediaan di pasaran. Hal ini sesuai dengan yang tertera di dalam
Permenkes No. 72 Tahun 2016.
3.1.3 Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian,
produksi/pembuatan sediaan farmasi, dan sumbangan/dropping/hibah.
1. Pembelian
Pembelian adalah rangkaian proses pengadaan untuk mendapatkan sediaan
farmasi dan BMHP dari pemasok.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah :
a. Kriterian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
meliputi kriteria umum dan kriteria mutu obat.
b. Persyaratan pemasok
c. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan sediaan farmasi, alat kesehatan,
bahan medis habis pakai
d. Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu.
3. Sumbangan/Dropping/Hibah
Instalasi farmasi harus melakukan pencatatan dan pelaporan terhadap penerimaan
dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) sumbangan/dropping/hibah. Rumah sakit Immanuel menerima obat-
obatan sumbangan/dropping/hibah untuk pengobatan Tubercolosis, vaksin dan
obat-obatan ARV ( Anti Retroviral Virus) dari Dinas Kesehatan Kota Bandung.
3.1.4 Penerimaan
Penerimaan dan pemeriksaan merupakan salah satu bagian dari kegiatan
pengadaan agar obat yang diterima sesuai dengan jenis, jumlah dan mutunya
berdasarkan dokumen yang menyertainya dilakukan oleh panitia penerimaan yang
salah satu anggotanya adalah tenaga farmasi. Penerimaan barang yang datang ke
IFRS Immanuel dilakukan dengan pemeriksaan kesesuaian antara faktur, surat
pesanan, serta barang yang datang ke rumah sakit. Pengecekan yang dilakukan
diantaranya yaitu : keabsahan faktur (nama distributor, alamat, dan tanda tangan
apoteker penanggung jawab), memastikan kesesuaian tujuan , memastikan
kesesuaian nama obat, dosis, kekuatan, kemasan, jumlah obat, nomor batch,
tanggal kadaluwarsa, dan kondisi fisik barang (kecacatan/kerusakan). Hal lainnya
yang perlu diperhatikan dalam penerimaan yaitu : harus mempunyai Material
Safety Data Sheet (MSDS), untuk bahan berbahaya, khusus untuk alat kesehatan
harus mempunyai Certificate of Origin, sertifikat analisa produk, khusus untuk
vaksin dan enzim harus diperiksa cool box dan catatan pemantauan suhu dalam
perjalanan.
Jika barang yang datang sudah sesuai dengan faktur, maka barang akan langsung
diterima dan petugas yang bertugas dalam pengadaan akan memberikan tanda
terima berupa cap/stempel rumah sakit beserta dengan paraf petugas. Jika barang
yang dikirim tidak sesuai dengan surat pesanan atau terdapat kecacatan/kerusakan
fisik, maka IFRS Immanuel akan membuat nota pengembalian barang atau retur
dan mengembalikan barang tersebut ke PBF yang bersangkutan untuk ditukar
dengan barang yang sesuai.
3.1.5 Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan sediaan farmasi dan BMHP yang diterima pada tempat yang dinilai
aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Gudang
Farmasi IFRS Immanuel menyimpan semua sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai. Bahan medis habis pakai disimpan di dalam lemari
khusus dan terpisah. Metode yang digunakan dalam proses penyimpanan barang
di Gudang farmasi IFRS yaitu berdasarkan stabilitas sediaan, bentuk sediaan,
obat-obat khusus seperti narkotika, psikotropika, dan obat-obat tertentu (OOT)
disimpan di lemari khusus terpisah terkunci ganda yang kemudian disusun
berdasarkan alfabetis dengan menerapkan prinsip FEFO (First Expired First Out)
dan FIFO (First In First Out) serta dengan memperhatikan adanya obat-obat
LASA (looke alike sound alike) yang ditandai dengan stiker kuning dan obat-
obatan High Alert dengan stiker berwarna merah. Penulisan nama obat pada rak
dibuat khusus dimana suku kata yang beresiko tinggi mengalami kesalahan baca
ditulis dengan huruf kapital dengan variasi warna dan huruf yang berbeda.
Kekuatan dosis juga ditulis jelas pada rak dan diberi warna merah jika tersedia
lebih dari satu kekuatan dosis. Bahan-bahan yang mudah terbakar disimpan dalam
ruangan khusus tempat penyimpanan bahan-bahan mudah terbakar.
3.1.6 Pendistribusian
Distribusi adalah kegiatan menyalurkan sediaan farmasi dan BMHP di rumah
sakit untuk pelayanan pasien dalam proses terapi baik pasien rawat inap maupun
rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis dan BMHP. Rumah sakit
harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya
pengawasan dan pengendalian sedian farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai. Metode distribusi perbekalan farmasi yang terdapat di IFRS
Immanuel yaitu sebagai berikut:
1. Distribusi perbekalan farmasi dari gudang besar farmasi secara langsung
kepada satelit-satelit farmasi. Sistem pendistribusian perbekalan farmasi dari
gudang farmasi menuju satelit farmasi secara umum tertera pada Lampiran 3
Gambar III.3. Permintaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai oleh unit pelayanan dalam bentuk DKB (Daftar Kebutuhan
Barang) yang dilakukan secara online, dimana DKB tersebut harus divalidasi
oleh kepala ruangan/kepala instalasi. Gudang farmasi mencetak SBBK (Surat
Bukti Barang Keluar) sebagai bukti pengeluaran barang, SBBK
ditandatangani oleh petugas gudang yang menyiapkan barang dan petugas
unit pelayanan yang menerima barang. Pengiriman barang dari gudang ke
satelit dilakukan secara manual, barang di antar lansung oleh petugas gudang.
Selain itu, pengiriman barang dapat menggunakan lift barang dan alat
aerocom.
2. Pendistribusian perbekalan farmasi dengan sistem permintaan barang antar
satelit. Sistem distribusi ini dilakukan apabila terdapat kekosongan atau
kekurangan perbekalan farmasi pada suatu satelit dan perbekalan farmasi
tersebut tidak terdapat dalam stok penyimpanan gudang. Alur distribusi
dengan sistem permintaan barang antar satelit tertera pada Lampiran 4
Gambar III.4.
3. Distribusi perbekalan farmasi dengan sistem floor stock dilakukan pada
beberapa tempat seperti poli Pusat Medik, ruang kemoterapi, ruang USG, dan
ruangan Rawat Inap.
3.1.8 Pengendalian
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya
sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategis dan program yang telah
ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di
Rumah Sakit.
Pengendalian dilakukan oleh tim farmasi dan terapan (TKT) Rumah Sakit
Immanuel. Tujuan pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yaitu untuk :
1. Penggunaan obat sesuai formularium, serta diagnosis dan terapi
2. Memastikan persediaan efektif dan efisien, tidak terjadi kelebihan, serta
pengembalian. Pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai di IFRS Immanuel, yaitu dengan melakukan evaluasi
persediaan barang slow moving, death stock, serta melakukan stok opname
setiap 6 bulan sekali. Pengendalian dapat juga menggunakan kartu stok
manual, dan sistem komputerisasi.
3.1.9 Administrasi
Kegiatan administrasi terdiri dari pencatatan, pelaporan, administrasi keuangan,
dan administrasi penghapusan. Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang
bertujuan untuk memonitoring transaksi sediaan farmasi dan BMHP yang keluar
dan yang masuk di lingkungan IFRS. Pencatatan dapat dilakukan dengan
menggunakan bentuk digital maupun manual. Untuk pelaporan sendiri
merupakan kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi sediaan
farmasi dan BMHP, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada
pihak yang berkepentingan. Jenis pelaporan yang wajib dibuat IFRS meliputi
laporan penggunaan psikotropika dan narkotika serta laporan pelayanan
kefarmasian. Apabila Instalasi Farmasi harus mengelola keuangan maka perlu
menyelenggarakan administrasi keuangan. Sedangkan administrasi penghapusan
merupakan kegiatan penyelesaian terhadap sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu
tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai kepada pihak terkait sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
Lakukan verifikasi yang meliputi (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar
waktu pemberian, benar rute pemberian. benar informasi, benar respon, evaluasi
obat). Alur pelayanan resep rawat jalan dapat dilihat pada Lampiran 5 Gambar
III.5
Alur pelayanan resep di IGD hampir sama dengan alur pelayanan resep di satelit
rawat jalan namum di IGD tidak terdapat nomor antrian karena pelayanan resep
di IGD sangat cepat yakni <15 menit, sehingga konseling pun jarang diberikan
kepada pasien. Pada kelengkapan resep di IGD terdapat kartu order, dan status
BPJS atau tunai, namun tidak terdapat telaah resep.
Saat melakukan konseling pada pasien rawat inap yang akan pulang apoteker akan
melakukan skrining terhadap rekam medic pasien terlebih dahulu. Hal ini
dilakukan untuk mencocokan kondisi serta diagnosis pasien dengan obat-obatan
yang akan diberikan. Selain itu, apoteker akan mengisi form konseling yang
terdiri dari 3 rangkap, 1 rangkap berwarna putih diberikan kepada pasien, 1
rangkap berwarna hijau untuk arsip farmasi dan 1 rangkap berwarna merah muda
untuk rekam medik.
Untuk pasien yang menerima OAT, konseling biasa dilakukan untuk pasien yang
pertama kali dapat OAT. Terdapat form khusus untuk konseling OAT. Pengisian
data pasien (hari, nama, no RM, tanggal lahir, pekerjaan, berkeluarga,
ruang/satelit, nama dokter, jenis kelamin, berat badan, pendidikan, jumlah anak)
Pengisian Data Penyakit (keluhan, diagnosis, penyakit lain, data laboratorium).
Data Obat (Obat TB dan Obat lain yang digunakan). Dalam melakukan konseling
kepada pasien yang menerima OAT, beberapa hal penting yang perlu disampaikan
diantaranya :
1. Three Prime Question, meliputi : bagaimana penjelasan dokter tentang obat
anda, bagaimana penjelasan dokter tentang cara pakai obat anda dan
bagaimana penjelasan dokter mengenai apa yang akan terjadi setelah anda
minum obat.
2. Indikasi obat
3. Dosis obat
4. Aturan pakai obat yang meliputi
a. Jumlah obat yang dikonsumsi dihitung berdasarkan berat badan pasien
b. Obat diminum 1 jam sebelum makan dan harus pada waktu yang sama
setiap hari.
c. Jika lupa minum obat bila waktu masih dekat dengan waktu minum obat
sebelumnya segera minum
d. Bila waktunya ingat minum obat terlewat jauh dan dekat dengan waktu
minum obat hari selanjutnya jangan minum obat 2 kali pada hari tersebut
1. Efek samping
a. Mual dan muntah
b. Kulit kemerahan dan gatal
c. Warna kemerahan pada air seni, keringat, air mata dan ludah
2. Interaksi Obat
a. Makanan dan minum sehingga obat harus diminum pada saat perut kosong
b. Tidak diminum dengan obat lain seperti antasida, obat KB, fenitoin,
losartan dan Amiodaron
3. Penyimpanan Obat
Jauhkan dari jangkauan anak – anak dan terlindung dari cahaya matahari
langsung, mudah terlihat oleh pasien agar pasien tidak lupa minum obat.
4. Rekomendasi untuk pasien
a. Menutup mulut dan hidung pada saat bersin dan batuk dan buang tisu ke
tempat sampah infeksius
b. Tidak batuk diudara terbuka terutama di tempat yang ber AC
3.2.8 Visite
Visite yang dilakukan adalah visite besar dan visite mandiri. Visite besar
dilakukan bersama professional kesehatan lainnya. Biasanya dilakukan setiap 1
minggu sekali setiap hari rabu. Yang mana 1 hari sebelum dilakukan pengambilan
data rekam medic pasien. Visite besar biasanya dilakukan pada pasien ICU, HCU,
NICU dan PICU. Sedangkan untuk visite mandiri dilakukan secara rutin namun
tidak terjadwal, biasanya bersamaan dengan dilakukan PTO dan MESO.
Dibilas terlebih dahulu, dan dialirkan ke instalasi pengelolaan air limbah, dan di
masukkan ke dalam kolam khusus, diukur parameternya yakni BOD (Biochemical
Oxygen Demand) untuk mengukur kandungan oksigen yang terlarut pada sampel
dan COD (Chemical Oxygen Kimiawi) untuk mengukur jumlah oksigen yang
yang dibutuhkan untuk mengoksidasikan zat organik dalam air. Jika limbah cairan
telah stabil dan tidak mencemari lingkungan, selanjutnya dialirkan ke saluran
pembuangan.
DAFTAR PUSTAKA
KEPALA
INSTALASI
FARMASI
PENGATUR
PENGATUR PENGATUR PENGATUR FARMASI KLINIK
GUDANG FARMASI FARMASI MANAJEMEN
FARMASI & RANAP, PM RAJAL FARMASI & KAMAR
PENGADAAN DAN BPJS (DC2,IGD) BEDAH