Anda di halaman 1dari 4

Suatu Polimorf dari obat yang sama memiliki pola difraksi sinar-X yang berbeda, mungkin memiliki

titik lebur dan kelarutan yang berbeda dan juga biasanya ada dalam kebiasaan yang berbeda.

Kelas obat tertentu sangat rentan terhadap polimorfisme; misalnya, sekitar 65% dari sulfonamida
komersial dan 70% dari barbiturat yang digunakan secara medis diketahui ada dalam beberapa bentuk
polimorfik.

Polimorf tertentu yang dibentuk oleh obat tergantung pada kondisi kristalisasi; misalnya, pelarut yang
digunakan, laju kristalisasi dan suhu.

Di bawah dari beberapa kondisi tertentu, bentuk polimorfik dengan energi bebas terendah akan menjadi
yang paling stabil, dan polimorf lainnya akan cenderung berubah.  Polimorfisme memiliki implikasi
pharmaceutical sebagai berikut:

* Masalah Formulasi:

a. Polimorf dengan keadaan kristal tertentu mungkin sulit disuntikkan dalam bentuk suspensi
atau diformulasikan sebagai tablet (lihat di atas).

b. Transformasi antara bentuk polimorfik selama masa penyimpanan dapat menyebabkan perubahan
ukuran kristal pada suspensi dan akhirnya membentuk caking.

c. Pembentukan kristal dalam krim merupakan hasil dari fase transformasi, hal ini dapat menyebabkan
krim menjadi berpasir.

d. Perubahan bentuk vehicle polimorfik seperti minyak theobroma, yang digunakan untuk membuat
supositoria, dapat menyebabkan produk dengan karakteristik leleh yang berbeda dan tidak dapat
diterima.

* Masalah Analisis

a. Kesulitan dalam identifikasi muncul ketika sampel dengan zat yang sama memberikan hasil yang
berbeda dalam keadaan padat ketika di analisis menggunakan spektrum inframerah, hal ini dikarenakan
memiliki bentuk polimorfik yang berbeda.

b. Perubahan bentuk polimorfik dapat disebabkan oleh penggilingan dengan kalium bromida ketika
sampel sedang disiapkan untuk analisis menggunakan inframerah.

c. Perubahan bentuk kristal juga dapat disebabkan oleh metode ekstraksi, dalam hal ini pelarut yang
digunakan untuk isolasi obat dari formulasi sebelum dianalisis menggunakan spektroskopi inframerah.
Hal ini bisa dihindari dengan mengubah sampel dan bahan yang lain menjadi bentuk yang sama dengan
rekristalisasi dari pelarut yang sama.
TIP: Tidak mungkin untuk memprediksi apakah obat tertentu memiliki beberapa bentuk polimorfik dan
karenanya hati-hati harus selalu diterapkan pada saat memproses obat untuk menghindari kemungkinan
perubahan polimorfik yang kemudian membentuk sifat dri polimorf itu sendiri.

* perbedaan bioavailabilitas

Perbedaan bioavailabilitas dari berbagai bentuk polimorfik obat biasanya tidak signifikan tetapi
hal ini merupakan masalah dalam kasus obat kloramfenikol palmitat, satu (bentuk A) dari tiga bentuk
polimorfik diantaranya memiliki absorbed yang buruk.

Kristal Hidrat

Ketika beberapa senyawa mengkristal maka senyawa tersebut dapat menjerap pelarut kedalam
kristal. Kristal yang mengandung pelarut kristalisasi disebut pelarut kristal, atau kristal hidrat ketika air
yang digunakan sebagai pelarut kristalisasi. Kristal yang tidak mengandung air sebagai pelarut kristalisasi
maka disebut dengan anhydrates.

Ada dua jenis utama pelarut kristal :

1. Pelarut polimorfik sangat stabil dan sulit dihilangkan karena pelarut berperan penting dalam
menyatukan kristal. Ketika kristal-kristal ini kehilangan pelarutnya, maka kristal ini akan runtuh dan
mengkristal ulang dalam bentuk kristal baru.

2. Pelarut pseudopolymorphic lebih mudah kehilangan pelarutnya dan desolvation tidak


menghancurkan kisi kristal. Dalam pelarut ini pelarut bukan bagian dari ikatan kristal dan hanya
menempati rongga di dalam kristal.

Pelarut tertentu yang dibentuk oleh obat tergantung pada kondisi kristalisasi, khususnya pelarut yang
digunakan.

Bentuk obat yang dilarutkan memiliki sifat fisikokimia yang berbeda dengan bentuk anhidrat:

◾Titik lebur kristal anhidrat biasanya lebih tinggi dari pada hidrat.

◾Kristal anhidrat biasanya memiliki kelarutan yang lebih tinggi dalam air

daripada bentuk kristal hidrat.

◾Tingkat kelarutan obat dari berbagai bentuk pelarut berbeda-beda tetapi umumnya lebih

tinggi daripada bentuk anhidrat.

◾Mungkin ada perbedaan terkait dengan bioavailabilitas dari pelarut obat tertentu;
misalnya, pelarut monoetanol untuk melarutkan prednisolon tersier butil asetat memiliki

tingkat penyerapan in vivo yang hampir lima kali lebih besar dari pada bentuk obat

anhidrat ini.

Pembasah untuk permukaan padat dan serbuk

Pembasahan pada padatan ketika cairan menyebar ke permukaannya disebut sebagai spreading
wetting.

◾Gaya yang bekerja pada tetesan di permukaan padat (Gambar 1.4a) dinyatakan dengan

menggunakan persamaan Young:

RUMUS

di mana γS / A adalah tegangan permukaan padat, γS / L adalah tegangan antarmuka

padat-cair, γL / A adalah tegangan permukaan cairan dan θ adalah sudut kontak.

◾Kecenderungan pembasahan dapat dinyatakan dengan koefisien sebaran, S, sebagai:

RUMUS

◾Untuk penyebaran cairan di atas permukaan padat secara menyeluruh, S harus memiliki

nilai nol atau positif.

◾Jika sudut kontak lebih besar dari 0 °, syarat (cos θ - 1) akan negatif, seperti halnya

nilai S.

◾Oleh karena itu, kondisi untuk pembasahan spontan secara menyeluruh yaitu dengan

nilai sudut kontak adalah nol.

Pembasahan pada serbuk ketika awalnya direndam dalam cairan disebut sebagai pembasahan
immersional (setelah terendam, proses penyebaran pembasahan menjadi penting).

GAMBAR

(PENJELASAN GAMBAR : Kesetimbangan antara gaya yang bekerja pada (a) setetes cairan pada
permukaan padat dan (b) padatan terendam sebagian. )
Key points

■ pembasahan pada permukaan yang padat ditentukan oleh sudut kontak;

pembasahan total terjadi ketika sudut kontak adalah nol.

■ pada serbuk akan sulit terbasahi ketika sudut kontak lebih besar dari 90°

Anda mungkin juga menyukai