Anda di halaman 1dari 100

GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA AKADEMI FARMASI

JEMBER TERHADAP SWAMEDIKASI SEDIAAN FARMASI BENZOIL


PEROKSIDA PADA JERAWAT
(Periode Juni 2021)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:
Charanilam Nugraheni
NIM. 181251733

AKADEMI FARMASI JEMBER


2021
GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA AKADEMI FARMASI
JEMBER TERHADAP SWAMEDIKASI SEDIAAN FARMASI BENZOIL
PEROKSIDA PADA JERAWAT
(Periode Juni 2021)

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan menyelesaikan


Ujian Akhir Pendidikan Diploma III Farmasi
Akademi Farmasi Jember

Oleh:
Charanilam Nugraheni
NIM. 181251733

AKADEMI FARMASI JEMBER


2021
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini saya


Nama Mahasiswa : Charanilam Nugraheni
Tempat / Tanggal Lahir : Banyuwangi, 5 Juni 2000
NIM : 181251733
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “Gambaran
Pengetahuan Mahasiswa Akademi Farmasi Jember Terhadap Swamedikasi
Sediaan Farmasi Benzoil Peroksida Pada Jerawat.” adalah bukan Karya Tulis
Ilmiah orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk
kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan apabila
surat pernyataan ini tidak benar saya bersedia mendapatkan sanksi akademik.

Jember, 24 Agustus 2021


Yang menyatakan

Charanilam Nugraheni
NIM. 181251733

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Akademi


Farmasi Jember Terhadap Swamedikasi Sediaan Farmasi Benzoil Peroksida Pada
Jerawat.” disusun oleh Charanilam Nugraheni NIM.181251733 telah kami setujui
untuk diujikan di hadapan tim penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Farmasi
Jember pada 8 September 2021.

Jember, 24 Agustus 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Kukuh Judi Handojo , ST.,MM apt. Laely Dwi B, M.Farm. Klin


NIP.030919720514 NIP. 030919901209

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Akademi


Farmasi Jember Terhadap Swamedikasi Sediaan Farmasi Benzoil Peroksida Pada
Jerawat” disusun oleh Charanilam Nugraheni NIM.181251733 telah diujikan pada
tanggal 8 September 2021 dihadapan tim penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi
Farmasi Jember dan telah diperbaiki sesuai dengan saran dan masukan yang
diberikan dalam seminar Karya Tulis Ilmiah.

Jember, 15 September 2021


Tim Penguji :
1. Penguji I : Kukuh Judi Handojo , ST.,MM ( )
NIP. 030919720514

2. Penguji II : apt. Laely Dwi B, M.Farm . Klin ( )


NIP. 030919901209

3. Penguji III : Hadi Barru Hakam F. S M.Si ( )


NIP. 03091987224

Mengetahui,
Akademi Farmasi Jember
an. Direktur,
Pembantu Direktur Bagian Akademik

(apt. Agnis Pondineka R.A.,M.Farm)


NIP. 030919830815

v
CURRICULUM VITAE

Nama : Charanilam Nugraheni


Tempat,Tanggal Lahir : BANYUWANGI, 5 Juni 2000
Alamat : Dsn. Krajan Ds. Purwodadi 01/01 Gambiran
Banyuwangi
Riwayat Pendidikan :
1. TK Petra Bondowoso Tahun 2004
2. TK Stelladuce Jajag Tahun 2004-2005
3. SDN 2 Jajag Tahun 2005-2012
4. SMPN 1 Genteng Tahun 2012-2015
5. SMAN 2 Genteng Tahun 2015-2018

vi
MOTTO

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam
segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan
syukur”.
Filipi 4 : 6

vii
DESCRIPTION OF KNOWLEDGE OF JEMBER PHARMACY ACADEMY
STUDENTS ON SELF-MEDICATION OF BENZOIL PEROXIDE DOSAGE
FORM IN ACNE
(Period June 2021)

(Charanilam Nugraheni)

ABSTRACT

Self-medication is an effort made by the community in curing the disease they are
suffering from. One of the diseases is acne. Acne is a skin disease that is caused
due to blockage and inflammation of the skin. One of the drugs used in self-
medication for acne is benzoyl peroxide. Self-medication should not be carried
out using any drug, the drugs used in self-medication are over-the-counter
medicines, limited-free medicines and mandatory medicines from pharmacies. The
purpose of this study was to describe the knowledge of Jember Pharmacy
Academy Students on benzoyl peroxide self-medication in acne. The research
method used is descriptive method with cross sectional design. Samples were
calculated using the Slovin formula and obtained 85 samples from 471
populations. The results of the study of the knowledge description of the Jember
Pharmacy Academy students towards self-medication of benzoyl peroxide
pharmaceutical preparations in acne, showed a percentage of 95.14% which was
in the good category.

Key words : self-medication, acne, benzoyl peroxide, description of knowledge

viii
GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA AKADEMI FARMASI
JEMBER TERHADAP SWAMEDIKASI SEDIAAN FARMASI BENZOIL
PEROKSIDA PADA JERAWAT
( Periode Juni 2021 )

(Charanilam Nugraheni)

RINGKASAN

Swamedikasi adalah pengobatan yang dilakukan oleh masyarakat sendiri


tanpa ada konsultasi kepada dokter, orang-orang membeli obat berdasarkan
pengalaman pribadi dan berdasarkan kepercayaan. Salah satu obat yang
digunakan dalam swamedikasi adalah benzoil peroksida. Benzoil peroksida
merupakan obat bebas yang data digunakan dalam mengobati jerawat. Jerawat
adalah reaksi dari penyumbatan pori-pori kulit disertai peradangan yang bermuara
pada saluran kelenjar minyak kulit.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran mengetahuan Mahasiswa
Akademi Farmasi Jember terhadap swamedikasi benzoil peroksida pada jerawat.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan rancangan
croos sectional. Sampel dihitung menggunakan rumus Slovin dan diperoleh 85
sampel dari 471 populasi. Penelitian ini tidak dilakukan dengan survei kepada
responden secara langsung. Kendala ini disebabkan oleh keadaan pandemi
sehingga sebagai alternatif adalah menggunakan google form.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karateristik responden yaitu usia, jenis
kelamin dan pekerjaan. Data berdasarkan usia, sebagian besar (96,48%) sebagai
remaja akhir , sebagian kecil (2,35%) sebagai dewasa awal dan (1,17%) sebagai
dewasa akhir. Data berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar responden adalah
wanita (96,48%) dan sebagian kecil responden adalah pria (3,52%). Data
berdasarkan pekerjaan, sebagian besar belum bekerja (77,65%) belum bekerja dan
sebagian kecil (22,35%) sudah bekerja sebagai Asisten Apoteker.
Gambaran pengetahuan mahasiswa Akademi Farmasi Jember terhadap
swamedikasi sediaan farmasi benzoil peroksida ada jerawat, menunjukkan
persentase sebesar 95,14% termasuk kategori baik.

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
“Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Akademi Farmasi Jember Terhadap
Swamedikasi Sediaan Farmasi Benzoil Peroksida Pada Jerawat”. Karya Tulis
Ilmiah ini disusun memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Diploma III
di Akademi Farmasi Jember. Sesuai dengan batas waktu kemampuan, penulis
menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu, saran dan kritik yang mengandung dari pembaca sangat kami
harapkan demi kesempurnaan penelitian ini.
Pada kesempatan ini perkenankan kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. apt. Dra. Sri Handajani Purbowati. Selaku Direktur Akademi Farmasi
Jember yang telah memberikan ijin penelitian.
2. Kukuh Judi Handojo, S T . M. M selaku pembimbing 1 dan apt. Laely Dwi
B, M. Farm. Klin selaku pembimbing 2 yang telah memberikan bimbingan
serta petunjuk yang sangat berharga bagi penulis dari awal hingga akhir
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Hadi Barru Hakam F. S M.Si selaku penguji 3 yang telah memberikan
bimbingan serta petunjuk yang sangat berharga bagi penulis dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Kedua orang tua ,keluarga, serta sahabat saya dan berbagai pihak yang
senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
Besar harapan kami semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna bagi semua
pihak dan mampu memberikan konstribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
Jember, 24 Agustus 2021

Penyusun

x
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

DAFTAR SINGKATAN
OWA : Obat Wajib Apotik
WHO : World Health Organization
DOWA : Daftar Obat Wajib Apotek
DAFTAR LAMBANG
% : Persen
℃ : Derajat Celcius
─ : Sampai
< : Kurang dari

xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
SAMPUL DALAM...................................................................................... ii
LEMBAR SURAT PERNYATAAN.......................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... v
CURRICULUM VITAE…………………………………………………… vi
MOTTO……………………………………………………………………. vii
ABSTRACT……………………………………………………………….. viii
RINGKASAN……………………………………………………………. ix
KATA PENGANTAR................................................................................. x
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG.............................................. xi
DAFTAR ISI................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL........................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................... 3
1.4.1 Bagi Penelitian.................................................................. 3
1.4.2 Bagi Instansi..................................................................... 3
1.4.3 Bagi Masyarakat............................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Pengetahuan…….......................................................................... 5
2.1.1 Definisi Pengetahuan…………………………………… 5
2.1.2 Tingkatan Pengetahuan…………………………………. 5
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan……………... 7

xii
2.1.4 Kriteria Pengetahuan……………………………………. 9

2.2 Sikap……….…….......................................................................... 9
2.2.1 Definisi Sikap……............................................................. 9
2.2.2 Tingkatan Sikap………………………………………….. 10
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Sikap…….………………… 10
2.3 Tindakan…………………………………………………………… 11
2.3.1 Definisi Tindakan………………………………………... 11
2.3.2 Tingkatan Tindakan……………………………………… 12
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Tindakan…………………… 12
2.4 Swamedikasi………………………………………………………. 13
2.4.1 Pengertian Swamedikasi…………………………………. 13
2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Swamedikasi…….. 14
2.4.3 Swamedikasi yang Rasional……………………………… 15
2.4.4 Kriteria Obat yang Digunakan Dalam Swamedikasi…….. 18
2.5 Obat………………………………………………………………... 19
2.5.1 Pengertian Obat………………………………………….. 19
2.5.2 Penggolongan Obat……………………………………… 19
2.6 Jerawat…………………………………………………………….. 25
2.6.1 Pengertian Jerawat……………………………………….. 25
2.6.2 Klasifikasi Jerawat……………………………………….. 25
2.6.3 Faktor Penyebab Jerawat………………………………… 27
2.6.4 Pengobatan Jerawat……………………………………… 30
2.6.5 Cara Mencegah Terjadinya Jerawat…………………….. 31
2.7 Bisul………………………………………………………………. 32
2.7.1 Pengertian Bisul………………………………………….. 32
2.7.2 Faktor Penyebab Bisul…………………………………… 32
2.8 Benzoil Peroksida…………………………………………………. 33
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 35
3.1 Kerangka Kerja Penelitian........................................................... 35

xiii
BAB 4 METODE PENELITIAN 36
4.1 Desain Penelitian........................................................................... 36
4.2 Kerangka Kerja Penelitian........................................................... 37
4.3 Tempat dan Waktu penelitian..................................................... 38
4.3.1 Tempat Penelitian............................................................. 38
4.3.2 Waktu Penelitian............................................................... 38
4.4 Populasi dan Sampel..................................................................... 38
4.4.1 Populasi............................................................................. 38
4.4.2 Sampel.............................................................................. 38
4.4.3 Rumus Pengambilan Sampel………………………….... 39
4.4.4 Teknik Pengambilan Sampel…………………………… 39
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional............................. 40
4.5.1 Variabel Penelitian............................................................ 40
4.5.2 Definisi Operasional......................................................... 41
4.6 Instrumen Penelitian..................................................................... 41
4.7 Pengumpulan Data........................................................................ 43
4.8 Pengolahan Data............................................................................ 44
4.9 Etika Penelitian.............................................................................. 45
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 47
5.1 Gambaran Umum………………………………………………. 47
5.2 Gambaran Khusus………………………………………………. 47
5.2.1 Karateristik Responden Berdasarkan Usia…………………. 48
5.2.2 Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……….. 48
5.2.3 Karateristik Responden Berdasarkan Pekerjaan……………. 48
5.2.4 Karateristik Responden Berdasarkan Angkatan…………… 49
5.3 Hasil Penelitian…………………………………………………. 49
5.3.1 Gambaran pengetahuan mahasiswa berdasarkan pertanyaan
tentang pengetahuan…………………………………………… 51
5.3.2 Gambaran pengetahuan mahasiswa berdasarkan pertanyaan
tentang sikap…………………………………………………… 52
5.3.3 Gambaran pengetahuan mahasiswa berdasarkan pertanyaan 53

xiv
tentang tindakan…..…………………………………………….
BAB 6 PEMBAHASAN 54
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 58
7.1 Kesimpulan……………………………………………………….. 58
7.2 Saran……………………………………………………………… 58
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 59
LAMPIRAN................................................................................................ 63

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi Operasional............................................................ 41


Tabel 5.1 Jumlah Responden Berdasarkan Usia……………………. 48
Tabel 5.2 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin…..….…. 48
Tabel 5.3 Jumlah Responden Berdasarkan Pekerjaan………………. 48
Tabel 5.4 Jumlah Responden Berdasarkan Angkatan……………… 49
Tabel 5.5 Gambaran Pengetahuan Berdasarkan Usia……………… 49
Tabel 5.6 Gambaran Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin…… 49
Tabel 5.7 Gambaran Pengetahuan Berdasarkan Pekerjaan………… 50
Tabel 5.8 Gambaran Pengetahuan Berdasarkan Angkatan……….. 50
Tabel 5.9 Hasil penelitian tentang gambaran pengetahuan
mahasiswa Akademi Farmasi Jember terhadap
swamedikasi sediaan farmasi benzoil peroksida pada 50
jerawat…………………………………………………
Tabel 5.10 Analisa data berdasarkan pertanyaan pengetahuan……… 51
Tabel 5.11 Analisa data berdasarkan pertanyaan sikap……………… 52
Tabel 5.12 Analisa data berdasarkan pertanyaan tindakan………… 53

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penandaan Obat Bebas…………………………………… 20


Gambar 2.2 Peringatan Obat Bebas Terbatas…………………………. 20
Gambar 2.3 Penandaan Obat Bebas Terbatas………………………… 21
Gambar 2.4 Penandaan Obat Keras………………………………….. 22
Gambar 2.5 Penandaan Obat Golongan Narkotika…………………… 23
Gambar 2.6 Penandaan Obat Golongan Psikotropika………………… 25
Gambar 2.7 Blackhead comedo dan Whitehead comedo………………. 26
Gambar 2.8 Acne papulose…………………………………………… 26
Gambar 2.9 Jerawat Batu…………………………………………….. 27
Gambar 2.10 Struktur Kimia Benzoil Peroksida……………………… 33
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian………………………………. 37

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perizinan penelitian………………..…………………… 63


Lampiran 2. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas………………………. 64
Lampiran 3. Lembar Pengumpulan Data……………………………... 65
Lampiran 4. Lembar Permintaan Menjadi Responden……………….. 69
Lampiran 5. Lembar Permintaan Menjadi Responden (G-Form)…… 70
Lampiran 6. Informed Consent……………………………………………. 71
Lampiran 7. Informed Consent (G-Form)…………………………… 72
Lampiran 8. Soal Kuisoner………………………………………….. 73
Lampiran 9. Soal Kuisoner (G-Form)...……………………………… 76
Lampiran 10. Kunci Jawaban Kuisioner………………………………. 76
Lampiran 11. Referensi Jawaban Kuisioner……………………………. 78

xviii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penilaian penampilan seseorang dapat diwakili oleh keadaan kulit wajah.

Tidak setiap orang memilik kulit wajah yang baik-baik saja, ada beberapa orang

mengalami masalah pada kulit wajah seperti timbulnya jerawat. Jerawat

merupakan penyakit kulit obstruktif dan inflamatif kronik pada pilosebasea yang

sering terjadi pada masa remaja (Movita, 2013). Pada remaja munculnya jerawat

disebabkan oleh minyak berlebih, pola makan yang tidak baik, begadang, stress

dan adanya bakteri penyebab jerawat. Tempat terjadinya jerawat ialah pada wajah,

bahu,dada, punggung, leher, dan lengan (Wasitaatmadja, 2011). Pada dasarnya

semua orang ingin memiliki kulit yang bersih dan sehat. Maka banyak orang yang

melakukan swamedikasi terhadap pengobatan jerawat.

Swamedikasi adalah mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan

obat-obat yang sederhana yang dibeli bebas di apotik atau toko obat atas inisiatif

sendiri tanpa nasehat dokter (Tan dan Rahardja, 2010). Dasar hukum swamedikasi

adalah Peraturan Menteri Kesehatan No.919 Menkes/Per/X/1993. Secara

sederhana, dapat dijelaskan bahwa swamedikasi merupakan salah satu upaya yang

kerap dilakukan oleh seseorang dalam mengobati gejala sakit atau penyakit yang

sedang dideritanya tanpa terlebh dahulu melakukan konsultasi kepada dokter.

Jenis obat yang digunakan dalam swamedikasi meliputi Obat Bebas, Obat Bebas

Terbatas, dan OWA (Obat Wajib Apotek). Salah satu obat yang sering digunakan

dalam swamedikasi jerawat adalah obat yang mengandung benzoil peroksida,

1
2

contoh merek dagang yang ada dipasaran adalah benzolac. Benzoil peroksida

banyak digunakan untuk pengobatan acne vulgaris. Formulasi benzoil peroksida

dapat digunakan untuk pengobatan secara topikal. Benzoil peroksida memiliki

keuntungan yaitu mengurangi peradangan atau infamasi serta membunuh bakteri

penyebab jerawat. Efek samping dari benzoil peroksida meliputi, kekeringan yang

berlebihan pada kulit, terjadi pengelupasan kulit, eritema dan edema (Berardi,

2004).

Obat yang mengandung benzoil peroksida termasuk obat bebas.

Penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas yang digunakan untuk pengobatan

sendiri (swamedikasi) harus mengikuti prinsip penggunaan obat secara umum,

yaitu penggunaan obat secara aman dan rasional. Penggunaan obat secara rasional

antara lain ketepatan penentuan indikasi atau penyakit dan pasien, ketepatan

pemilihan obat (efektif, aman, ekonomis), serta ketepatan dosis dan cara

penggunaan obat (Muhcid dkk, 2006). Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa

dari keseluruhan responden, 75% responden memiliki pengetahuan yang baik

terhadap swamedikasi sediaan farmasi untuk jerawat dan 25% responden memiliki

pengetahuan yang kurang baik terhadap swamedikasi sediaan farmasi untuk

jerawat (Novelna, 2019).

Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat sering melakukan swamedikasi

terhadap jerawat dengan menggunakan sediaan farmasi atau obat jerawat tanpa

membaca informasi yang tertera pada kemasan sehingga menimbulkan efek

samping yang memperburuk kondisi jerawat. Berdasarkan uraian di atas maka

dilakukan penelitian dengan judul Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Akademi


3

Farmasi Jember Terhadap Swamedikasi Sediaan Farmasi Benzoil Peroksida Pada

Jerawat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini,

bagaimana gambaran pengetahuan mahasiswa Akademi Farmasi Jember terhadap

swamedikasi sediaan farmasi Benzoil Peroksida pada jerawat?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

pengetahuan mahasiswa Akademi Farmasi Jember terhadap swamedikasi sediaan

farmasi Benzoil Peroksida pada jerawat.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian antara lain untuk mengetahui gambaran

pengetahuan mahasiswa Akademi Farmasi Jember terhadap swamedikasi sediaan

farmasi (Benzoil Peroksida) pada jerawat

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Masyarakat

Memberikan informasi dalam memilih sediaan farmasi yang tepat untuk

jerawat.

1.4.2 Bagi Instansi Akademi Farmasi Jember

Memberikan kontribusi hasil penelitian untuk menjadi referensi dalam

mengembangkan sediaan farmasi kosmetika.


4

1.4.3 Bagi Peneliti

Sebagai sarana mengimplementasikan ilmu kefarmasian dan meningkatkan

kepedulian terhadap keamanaan sediaan farmasi untuk jerawat.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap suatu objek melalui indra yang dimilikinya sehingga menghasilkan

pengetahuan (Notoatmodjo, 2014).

Notoatmodjo (2014) menjelaskan bahwa, pengetahuan adalah hal yang

diketahui oleh orang atau responden terkait dengan sehat dan sakit atau kesehatan,

misal tentang penyakit (penyebab, cara penularan, cara pencegahan), gizi, sanitasi,

pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan, keluarga berencana, dan sebagainya.

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2014), pengetahuan seseorang terhadap objek

mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda – beda. Secara garis besarnya

dibagi 6 tingkat, yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu”

ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang yang paling rendah. Kata

5
6

kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu

menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya

2. Memahami (Comprehensif)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat

menginterprestasikan secara benar. Orang telah paham terhadap obyek

atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi real (sebenarnya). Aplikasi

disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen

yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi

bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis

adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan atau memisahkan,

mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas

objek tersebut.
7

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma

yang berlaku dimasyarakat.

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notatmodjo (2014), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Faktor Internal

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang

menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk

mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk

mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut Notoatmodjo

(2014), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga


8

perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk

berperan serta dalam pembangunan, pada umumnya makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

2. Pekerjaan

Menurut Notoatmodjo (2014), pekerjaan adalah keburukan yang

harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan

kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi

lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan,

berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya

merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan

mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

3. Umur

Menurut Notoatmodjo (2014), usia adalah umur individu yang

terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup

umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat

seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi

kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan

kematangan jiwa.
9

b. Faktor Eksternal

1. Faktor Lingkungan

Menurut Notoatmodjo (2014), lingkungan merupakan seluruh kondisi

yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

2. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi

dari sikap dalam menerima informasi.

1. Kriteria Pengetahuan

Menurut Arikunto (2010) dalam Wawan dan Dewi (2011)

pengetahuan seseorang dapat digolongkan menjadi 3 yaitu:

1. Baik : Hasil presentase 76% - 100%

2. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%

3. Kurang : Hasil presentase < 56%

2.2 Sikap

2.2.1 Definisi Sikap

Allport (1924) dalam Notoatmodjo (2014) menyebutkan bahwa sikap

merupakan konsep yang sangat penting dalam komponen sosio-psikologis, karena

merupakan kecenderungan bertindak, dan berpersepsi. Sikap adalah respon

tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan

faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang – tidak senang, setuju –

tidak setuju, baik – tidak baik dan sebagainya).


10

2.2.2 Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2012), tingkatan sikap terbagi menjadi 4 yaitu:

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan objek.

2. Merespon (responding)

Memberi jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan atau suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha

untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas diberikan, terlepas

dari pekerjaan itu benar atau salah, berarti bahwa orang menerima ide itu.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah atau suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap

suatu objek antara lain:

1. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi yang terjadi secara tiba-tiba atau mengejutkan yang

meninggalkan kesan paling mendalam pada jiwa seseorang. Kejadian-

kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus-


11

menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam individu dan

mempengaruhi terbentuknya sikap.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Dalam pembentukan sikap pengaruh orang lain sangat berperan, misalnya

dalam kehidupan masyarakat yang hidup di pedesaan, mereka akan

mengikuti apa yang diberikan oleh tokoh masyarakat.

3. Kebudayaan

Dimana kita hidup mempunyai pengaruh yang besar terhadap

pembentukan sikap. Dalam kehidupan di masyarakat diwarnai dengan

kebudayaan yang ada di daerahnya.

4. Media masa

Media masa elektronik maupun media cetak sangat besar pengaruhnya

terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Dengan

pemberian informasi melalui media masa mengenai sesuatu hal akan

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap.

5. Lembaga pendidikan

Dalam lembaga pendidikan dan lembaga agama berpengaruh dalam

pembentukan sikap, hal ini dikarenakan keduanya meletakkan dasar

pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

2.3 Tindakan

2.3.1 Definisi Tindakan

Tindakan merupakan suatu teori dalam memahami tindakan yang perlu

dilakukan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dalam suatu keadaan. Ketika
12

tindakan sudah menjadi kebiasaan, maka secara otomatis tindakan itu akan selalu

dijalankan. Namun ketika tindakan sudah tidak efektif maka akan muncul

kepedulian pada tindakan serta usaha untuk memeperbaikinya (Johnson dan

Christensen, 2012).

2.3.2 Tingkatan Tindakan

Tindakan terdiri dari 4 tingkatan yaitu:

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil merupakan tindakan tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (guided respons)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan

contoh merupakan indikator tindakan tingkat kedua.

3. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah

mencapai tindakan tingkat ketiga.

4. Adaptasi (adaptational)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik.

2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan

1. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi merupakan faktor positif yang mempermudah

terwujudnya praktek, maka sering disebut sebagai faktor pemudah.


13

Adapun yang termasuk faktor predisposisi, yaitu kepercayaan, keyakinan,

pendidikan, motivasi, persepsi, pengetahuan.

2. Faktor pendukung

Faktor pendukung terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya

fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Fasilitas ini pada

hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku,

sehingga disebut faktor pendukung atau pemungkin.

3. Faktor pendorong

Faktor pendorong terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan

atau petugas lainnya, yang merukapan kelompok referensi dari perilaku

masyarakat. Tindakan orang lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang

penting (Triwibowo, 2015).

2.4 Swamedikasi

2.4.1 Pengertian Swamedikasi

Swamedikasi adalah upaya pengobatan diri sendiri, biasanya dilakukan

untuk mengatasi penyakit ringan, seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza,

diare, penyakit kulit. Swamedikasi menjadi pilihan masyarakat untuk

meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Masyarakat memerlukan pedoman

yang terpadu agar tidak terjadi kesalahan pengobatan saat melakukan

swamedikasi (Restiyono, 2016). Swamedikasi merupakan bagian dari self-care

yang merupakan usaha pemilihan dan penggunaan obat oleh individu untuk

mengatasi gejala atau sakit yang disadarinya (WHO, 1998).


14

Menurut World Health Organization (WHO) dalam Responsible Self

Medication, swamedikasi atau self-medication perlu memperhatikan beberapa hal,

diantaranya :

a. Obat yang digunakan adalah obat yang terbukti keamanannya, kualitas dan

khasiat.

b. Obat-obatan yang digunakan adalah obat yang diindikasikan untuk kondisi

yang dikenali diri sendiri dan untuk beberapa kondisi kronis atau berulang

(beserta diagnosis medis awal). Dalam semua kasus, obat-obatan ini harus

dirancang khusus untuk tujuan tersebut, dan akan memerlukan bentuk

dosis dan dosis yang tepat

2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Swamedikasi

Praktek swamedikasi menurut World Health Organization (WHO) dalam

Zeenot (2013), dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Faktor sosial ekonomi

Dengan meningkatnya pemberdayaan masyarakat, berakibat pada semakin

tinggi tingkat pendidikan dan semakin mudah akses untuk mendapatkan

informasi. Dikombinasikan dengan tingkat ketertarikan individu terhadap

masalah kesehatan, sehingga terjadi peningkatan untuk dapat berpartisipasi

langsung terhadap pengambilan keputusan dalam masalah kesehatan.

2. Gaya hidup

Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap dampak dari gaya hidup

tertentu seperti menghindari merokok dan pola diet yang seimbang untuk

memelihara kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit (WHO, 1998).


15

3. Kemudahan memperoleh produk obat

Saat ini pasien dan konsumen lebih memilih kenyamanan membeli obat

yang bisa diperoleh dimana saja, dibandingkan harus menunggu lama di

rumah sakit atau klinik.

4. Faktor kesehatan lingkungan

Dengan adanya praktek sanitasi yang baik, pemilihan nutrisi yang tepat

serta lingkungan perumahan yang sehat, meningkatkan kemampuan

masyarakat untuk dapat menjaga dan mempertahankan kesehatan serta

mencegah terkena penyakit.

5. Ketersediaan produk baru

Saat ini, semakin banyak tersedia produk obat baru yang lebih sesuai

untuk pengobatan sendiri. Selain itu, ada juga beberapa produk obat yang

telah dikenal sejak lama serta mempunyai indeks keamanan yang baik juga

telah dimasukkan ke dalam kategori obat bebas, membuat pilihan produk

obat untuk pengobatan sendiri semakin banyak tersedia.

2.4.3 Swamedikasi yang Rasional

Swamedikasi yang benar harus diikuti dengan penggunaan obat yang

rasional. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa penggunaan obat

rasional mensyaratkan bahwa pasien menerima obat yang sesuai dengan

kebutuhan klinis mereka atau peresepan obat yang sesuai dengan diagnosis, dalam

dosis yang memenuhi kebutuhan dan durasi yang tepat, untuk jangka waktu yang

cukup, dan pada biaya terendah. Kriteria yang digunakan dalam penggunaan obat

yang rasional adalah sebagai berikut:


16

a. Tepat Diagnosis

Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter

berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan

pemeriksaan. Dalam proses pengobatan terkandung keputusan ilmiah yang

dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan intervensi

pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan resiko sekecil mungkin

bagi pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengobatan

yang rasional. Obat diberikan sesuai dengan diagnosis. Apabila diagnosis

tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah (Depkes

RI, 2007).

b. Tepat Pemilihan Obat

Obat yang dipilih harus memiliki efek terapi yang sesuai dengan penyakit.

Beberapa pertimbangan dalam pemilihan obat menurut World Health

Organization (WHO) yaitu manfaat (efficacy), kemanfaatan dan keamanan

obat sudah terbukti keamanan (safety), resiko pengobatan yang paling

kecil dan seimbang dengan manfaat dan keamanan yang sama dan

terjangkau oleh pasien (affordable), kesesuaiaan/suittability (cost). Pasien

swamedikasi dalam melakukan pemilihan obat hendaknya sesuai dengan

keluhan yang dirasakan (Depkes RI, 2007).

c. Tepat Dosis

Dosis merupakan aturan pemakaian yang menunjukkan jumlah gram atau


17

volume dan frekuensi pemberian obat untuk dicatat sesuai dengan umur

dan berat badan pasien. Dosis, jumlah, cara, waktu dan lama pemberian

obat harus tepat. Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat

yang dengan rentang terapi yang sempit akan sangat beresiko timbulnya

efek samping. Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin

tercapainya kadar terapi yang diharapkan (Anonim, 2006).

d. Waspada Efek Samping

Pasien hendaknya mengetahui efek samping yang mungkin timbul pada

penggunaan obat sehingga dapat mengambil tindakan pencegahan serta

mewaspadainya. Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping,

yaitu efek tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis

terapi (Anonim, 2006).

e. Efektif, aman, mutu terjamin, dan harga terjangkau

Untuk mencapai kriteria ini obat dibeli melalui jalur resmi. Apoteker

sebagai salah satu profesi kesehatan sudah seharusnya berperan sebagai

pemberi informasi (drug informer) khususnya untuk obat-obat yang

digunakan dalam swamedikasi (Depkes RI, 2006).

f. Tepat tindak lanjut (follow up)

Apabila pengobatan sendiri telah dilakukan, bila sakit berlanjut

konsultasikan ke dokter (Depkes RI, 2007).


18

2.4.4 Kriteria obat yang digunakan dalam Swamedikasi

Jenis obat yang digunakan dalam swamedikasi meliputi obat bebas, obat

bebas terbatas, dan OWA (Obat Wajib Apotek). Penggunaan obat bebas dan obat

bebas terbatas, yang sesuai dengan aturan dan kondisi penderita akan mendukung

penggunaan obat yang rasional. Obat Wajib Apotek adalah beberapa obat keras

yang dapat diserahkan tanpa resep dokter, namun harus diserahkan oleh apoteker

di apotek. Pemilihan dan penggunaan obat DOWA (Daftar obat wajib apotek)

harus dengan bimbingan apoteker.

Obat yang diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria yang sesuai

dengan dasar hukum swamedikasi (Permenkes No. 919/Menkes/Per/X/1993):

a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di

bawah usia 2 tahun, dan orang tua diatas 65 tahun.

b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada

kelanjutan penyakit.

c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan.

d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di

Indonesia.

e. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat

dipertanggung jawabkan untuk pengobatan sendiri.


19

2.5 Obat

2.5.1 Pengertian Obat

Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009, obat adalah

bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk

mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam

rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan

kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.

2.5.2 Penggolongan Obat

Pengertian penggolongan obat yang menyatakan bahwa penggolongan

obat yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan

serta pengamanan distribusi. Pengertian tersebut tercantum dalam Permenkes RI

Nomor 917/Menkes/Per/X/1993 yang kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI

Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000 Penggolongan obat ini terdiri dari: obat bebas,

obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika.

a. Obat Bebas

Obat golongan ini termasuk obat yang relatif paling aman, dapat diperoleh

tanpa resep dokter, selain di apotek juga dapat diperoleh di warung-warung.

Contohnya adalah parasetamol, vitamin c, asetosal (aspirin), antasida daftar obat

esensial (DOEN), dan obat batuk hitam (OBH) (Priyanto, 2010).

Penandaan obat bebas diatur berdasarkan SK Menkes RI Nomor

2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas dan untuk obat bebas

terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas yaitu bulatan berwarna hijau dengan

garis tepi berwarna hitam, seperti terlihat pada gambar berikut.


20

Gambar 2.1 Penandaan Obat Bebas

(Sumber: Priyanto, 2010)

b. Obat Bebas Terbatas

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan obat-obat

kedalam daftar obat „W‟ (Waarschuwing) memberikan pengertian obat bebas

terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan kepada pemakainya tanpa resep

dokter, bila penyerahannya memenuhi persyaratan sebagai berikut.

1. Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari pabriknya atau

pembuatnya.

2. Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan

tanda peringatan. Tanda peringatan tersebut berwarna hitam, berukuran

panjang 5 cm, lebar 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih

sebagai berikut

Gambar 2.2 Peringatan obat bebas terbatas

(Sumber: Priyanto, 2010)


21

Penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI

No.2380/A/SK/VI/83 tanda khusus untuk obat bebas terbatas berupa lingkaran

berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam, seperti terlihat pada gambar

berikut

Gambar 2.3 Penandaan Obat Bebas Terbatas

(Sumber: Priyanto, 2010)

3. Obat Keras

Obat keras atau obat daftar G menurut bahasa Belanda “G” singkatan dari

“Gevaarlijk” artinya berbahaya maksudnya obat dalam golongan ini berbahaya

jika pemakaiannya tidak berdasarkan resep dokter. Menurut Keputusan Menteri

Kesehatan RI yang menetapkan/memasukan obat-obatan kedalam daftar obat

keras, memberikan pengertian obat keras, memberikan pengertian obat keras

adalah obat-obat yang ditetapkan sebagai berikut:

1. Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat disebutkan bahwa

obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep dokter.

2. Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata untuk

dipergunakan secara parental, baik degan cara suntikan maupun dengan

cara pemakaian lain dengan jalan merobek rangkaian asli dari jaringan.

3. Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah

dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan

kesehatan manusia.
22

4. Semua obat yang tercantum dalam daftar obat keras: obat itu sendiri dalam

substansi dan semua sediaan yang mengandung obat itu, terkecuali apabila

dibelakang nama obat disebutkan ketentuan lain, atau ada pengecualian

Daftar Obat Bebas Terbatas

Contoh: Andrenalinum, Antibiotika, Antihistaminika, dan lain-lain.

Adapun penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan

RI No. 02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus obat keras daftar G adalah

lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K

yang menyentuh garis tepi, seperti yang terlihat pada gambar berikut

Gambar 2.4 Penandaan Obat Keras

(Sumber: Priyanto, 2010)

4. Obat Wajib Apotik (OWA)

Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker

di apotek tanpa resep dokter (Keputusan Menteri Kesehatan No:

347/MENKES/VII/1990). Obat yang termasuk kedalam obat wajib apoteker

misalnya obat saluran cerna (antasida), ranitidine, clindamicin cream, dan lain-

lain.

5. Obat Golongan Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebebkan penurunan

atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan


23

rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam

golongan–golongan (Undang – Undang RI No : 2 tahun 2017).

Narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu narkotika golongan I,

digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

dan untuk reagensia diagnostik, serta reagensia laboratorium setelah

mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas

Obat dan Makanan. Contohnya heroina, katinona, amfetamin dan metamfetamin.

Narkotika golongan II dan III, yang berupa bahan baku, baik alami

maupun sintetis, yang digunakan untuk produksi obat diatur dengan Peraturan

Menteri. Contohnya fentanil, morfina, petidina, dan kodeina.

Penandaan narkotika berdasarkan peraturan dalam Ordonansi Obat Bius

yaitu Palang Medali Merah,

Gambar 2.5 Penandaan obat golongan narkotika

(Sumber: Priyanto, 2010)

6. Obat Psikotropika

Pengertian psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997

tentang psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan

narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan

syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan

perilaku. Psikotropika dibagi menjadi 4 golongan, golongan I Psikotropika yang

hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
24

terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Contoh psikotropika golongan I adalah Ekstasi. Golongan II adalah Psikotropika

yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi dan / atau untuk

tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan. Contoh psikotropika golongan II adalah Amphetamine.

Golongan III adalah Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh

psikotropika golongan III adalah Phenobarbital. Golongan IV adalah Psikotropika

yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan / atau

untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan

sindroma ketergantungan. Contoh psikotropika golongan IV adalah Diazepam,

Nitrazepam.

Efek kecanduan yang timbul akibat penggunaan obat psikotropika bisa

berbeda-beda, mulai dari yang ringan hingga menimbulkan ketergantungan. Oleh

karena itu, pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

melarang penggunaan obat-obatan psikotropika tanpa resep dokter.

Penandaan psikotropika yang dipergunakan sama dengan penandaan untuk

obat keras, hal ini karena sebelum diundangkannya UU RI No. 5 tahun 1997

tentang Psikotropika, maka obat-obat psikotropika tremasuk obat keras, hanya

saja karena efeknya dapat mengakibatkan sidroma ketergantungan sehingga dulu

disebut Obat Keras Tertentu.


25

Gambar 2.6 Penandaan obat golongan psikotropika

(Sumber: Priyanto, 2010)

6.1 Jerawat

2.6.1 Pengertian Jerawat

Jerawat adalah reaksi dari penyumbatan pori-pori kulit disertai peradangan

yang bermura pada saluran kelenjar minyak kulit. Sekresi minyak kulit menjadi

tersumbat, membesar dan akhirnya mengering menjadi jerawat (Muliyawan dan

Suriana, 2013). Gangguan kulit yang berupa peradangan dari folikel pilosebasea

ini ditandai dengan adanya erupsi komedo, papul, pustul, nodus dan kista pada

tempat predileksinya (muka, leher, lengan atas, dada dan punggung)

(Wasitaatmadja, 1997). Hal tersebut diperparah oleh bakteri Propionibacterium

acnes, Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus (Ardina, 2011)

2.6.2 Klasifikasi Jerawat

Menurut (Muliyawan dan Suriana, 2013) berdasarkan jenisnya jerawat

dapat dibedakan menjadi:

1. Acne punctate

Acne punctata merupakan blackhead comedo atau whitehead comedo yang

bisa menjadi cikal bakal tumbuhnya jerawat. Bila kuman masuk ke dalam

sumbatan pori-pori kulit, maka kedua komedo tersebut berganti rupa menjadi

jerawat dengan tingkatan yang lebih tinggi.


26

Gambar 2.7 Gambar blackhead comedo dan whitehead comedo

(Sumber: Google)

2. Acne papulose

Acne papulosa merupakan jerawat dalam bentuk papul, yaitu peradangan

disekitar komedo yang berupa tonjolan kecil.

Gambar 2.8 Acne papulose

(Sumber: Google)

3. Acne pustulosa

Acne pustulosa merupakan jerawat dalam bentuk pustul, yaitu jerawat

papul dengan puncak berupa pus atau nanah. Biasanya usia pustul lebih pendek

dari pada papul.

4. Acne indurate

Acne indurate merupakan jerawat yang terinfeksi bakteri Staphylococcus

epidermidis sehingga menimbulkan abses.

5. Cystic acne (jerawat batu)

Cystic acne (jerawat batu) merupakan jerawat dengan ukuran yang besar

dan apabila terjadi jumlahnya bisa hampir memenuhi wajah.


27

Gambar 2.9 Jerawat batu

(Sumber: Google)

2.6.3 Faktor Penyebab Jerawat

Faktor penyebab jerawat cukup banyak, antara lain:

1. Genetik

Jerawat merupakan penyakit genetik akibat adanya peningkatan kepekaan unit

pilosebasea terhadap kadar androgen yang normal. Faktor genetik ini berperan

dalam menentukan bentuk, gambaran klinis, penyebaran dan durasi penyakit.

Pada lebih dari 80% penderita mempunyai minimal seorang saudara kandung

yang menderita jerawat dan pada lebih dari 60% penderita mempunyai minimal

salah satu orangtua dengan jerawat juga (Efendi, 2003). Apabila kedua

orangtua pernah menderita jerawat berat, anak-anak mereka akan memiliki

kecenderungan serupa (Ramdani dkk, 2015)

2. Hormonal

a. Hormon Androgen

Hormon ini memegang peranan yang penting karena kelenjar palit sangat

sensitif terhadap hormon ini. Hormon androgen berasal dari testis dan kelenjar

anak ginjal (adrenal). Hormon ini menyebabkan kelenjar palit bertambah besar

dan produksi sebum meningkat.


28

b. Hormon Estrogen

Pada keadaan fisiologi, estrogen tidak berpengaruh terhadap produksi sebum.

Estrogen dapat menurunkan kadar gonadotropin yang berasal dari kelenjar

hipofisis. Hormon gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi

sebum.

c. Hormon Progesteron

Progesteron dalam jumlah fisiologis tidak mempunyai efek pada efektifitas

terhadap kelenjar lemak. Produksi sebum tetap selama siklus menstruasi, akan

tetapi kadang-kadang progesteron dapat menyebabkan jerawat premenstrual

(Rook dkk, 1972).

3. Makanan

Jenis makanan yang sering dihubungkan dengan timbulnya jerawat adalah

makanan yang tinggi lemak (kacang, daging,susu dan es krim), tinggi

karbohidrat, beryodida tinggi (makanan asal laut) dan makanan yang pedas.

Jenis makanan di atas diyakini dapat merubah komposisi sebum dan

menaikkan produksi kelenjar sebasea (Efendi, 2003).

4. Psikis

Stress emosi pada sebagian penderita dapat menyebabkan kambuhnya jerawat,

hal ini terjadi melalui mekanisme peningkatan produksi hormon androgen

dalam tubuh (Efendi, 2003).

5. Musim/Iklim

Suhu yang tinggi, kelembaban udara yang lebih besar, serta sinar ultraviolet

yang lebih banyak menyebabkan jerawat lebih sering timbul pada musim panas
29

dibandingkan dengan musim dingin. Faktor ini berhubungan dengan laju

ekskresi sebum. Kenaikan suhu udara 1ºC pada kulit mengakibatkan kenaikan

laju ekskresi sebum sebanyak 10% (Efendi, 2003).

6. Kosmetika

Menggunakan alas bedak, blush on dan bedak padat bisa memicu munculnya

jerawat, hal ini dikarenakan partikel kosmetik tersebut bisa menyumbat pori-

pori atau bersifat komedogenik (Muliyawan dan Suriana, 2013).

7. Infeksi bakteri

Bakteri yang terlibat dalam proses terbentuknya jerawat adalah

Propionibacterium acnes, Corynebacterium acnes,dan Staphylococcus

epidermidis Peran bakteri ini adalah membentuk enzim lipase yang dapat

memecah trigliserida menjadi asam lemak bebas yang bersifat komedogenik

(Efendi, 2003).

8. Terlalu sering terpapar sinar matahari

Beraktivitas di bawah sinar matahari membuat tubuh berkeringat. Kelenjar

minyak pun menjadi lebih aktif. Tumpukan minyak inilah yang menyebabkan

jerawat muncul (Muliyawan dan Suriana, 2013).

9. Bahan kimia lainnya

Mengonsumsi obat-obatan jenis tertentu bisa membuat jumlah bakteri

penyebab timbulnya jerawat bertambah banyak, sehingga jerawat menjadi

lebih sering muncul (Muliyawan dan Suriana, 2013).


30

2.6.4 Pengobatan Jerawat

Pengobatan jerawat dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu cara

topikal, sistemik dan bedah. Cara topikal biasanya digunakan untuk mengobati

jerawat dalam kategori ringan sedangkan cara sistemik dan bedah digunakan

untuk mengobati jerawat dalam kategori sedang hingga berat (Cunliffe, 1989).

Cara topikal. Prinsip pengobatan dengan cara topikal adalah mencegah

pembentukan komedo, menekan peradangan dan mempercepat penyembuhan lesi

jerawat. Cara topikal dapat dilakukan dengan penggunaan obat topikal dan

penggunaan cosmedic antijerawat. Obat topikal terdiri dari:

1. Bahan iritan/pengelupas, misalnya sulfur, resorsinol, asam salisilat, benzoil

peroksida, asam vitamin A dan asam azeleat. Efek samping obat iritan dapat

dikurangi dengan pemakaian hati-hati dimulai dari konsentrasi yang paling

rendah.

2. Obat lain, misalnya kortikosteroid topikal atau suntikan intralesi dapat dipakai

untuk mengurangi radang yang terjadi (Wasitaatmadja, 1997).

Cara sistemik. Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan

aktivitas jasad renik disamping dapat juga menekan reaksi radang, menekan

produksi sebum dan mempengaruhi keseimbangan hormonal. Golongan obat

sistemik terdiri atas:

1. Antibakteri sistemik, misalnya tetrasiklin, eritromisin dan klindamisin.

2. Obat hormonal dapat digunakan untuk menekan produksi androgen atau secara

kompetitif menduduki reseptor organ target di kelenjar sebasea, seperti etinil

estradiol dan anti-androgen siproteron asetat.


31

3. Retinoid dan asam vitamin A oral dipakai untuk menekan hiperkeratinisasi

sesuai dengan patofisiologi jerawat (Wasitaatmadja, 1997).

Cara bedah. Bedah kulit ditujukan untuk memperbaiki jaringan parut

yang terjadi akibat jerawat, dapat berupa bedah listrik, bedah kimia, bedah beku,

bedah pisau, dermabrasi dan bedah laser (Wasitaatmadja, 1997).

2.6.5 Cara Mencegah Terjadinya Jerawat

Hal-hal yang dilakukan untuk mengatasi dan mencegah jerawat adalah

sebagai berikut:

1. Rajin membersihkan wajah, terutama setelah berpergian dengan menggunakan

make-up, dan sebelum tidur.

2. Memilih pembersih muka dan make-up sesuai jenis kulit. Jerawat akan timbul

jika salah memilih pembersih wajah atau riasan tidak sesuai dengan jenis kulit.

3. Gaya hidup sehat dengan makanan bergizi, tidak mengkonsumsi banyak lemak

dan kolestrol. Olahraga teratur dapat membantu membersihkan pori-pori kulit.

Tidak begadang, tidak merokok, dan menghindari terpaan radikal bebas

berlebih seperti polusi udara juga akan membantu tubuh menangkal bakteri

penyebab jerawat.

4. Tidak memencet jerawat. Memencet jerawat hanya akan memperparah

peradangan dan menyebarkan bakteri. Pastikan wajah bersih dan gunakan obat

jika perlu, kemudian biarkan jerawat sembuh dengan sendirinya


32

2.7 Bisul

2.7.1 Pengertian Bisul

Bisul adalah tonjolan yang berisi nanah akibat dari infeksi bakteri yang

menyebabkan inflamasi pada folikel rambut atau jaringan subkutan dan

sekitarnya. Bentuknya bulat, terasa nyeri, batas jelas dan ada nanah pada bagian

tengahnya. Penyakit kulit seperti bisul dan eksim dapat disebabkan oleh bakteri

Staphylococcus aureus (Jawetz, 2008).

Penyakit bisul ini bisa menyerang siapa saja, bayi, anak-anak mengingat

daya tahan tubuh mereka masih rentang terhadap penyakit. Bukan berarti orang

dewasa terbebas dari bisul. Penyakit bisul dapat menyerang hampir semua bagian

tubuh, terutama pada bagian yang ada lipatannya, yang memungkinkan sering

terjadi gesekan seperti ketiak dan bokong. Biasanya bisul tumbuh tidak sendiri,

maka dari itu bisul dikategorikan sebagai penyakit menular melalui kuman yang

menempel pada tangan setelah menggaruk bagian kulit yang terkena bisul.

2.7.2 Faktor Penyebab Bisul

Faktor-faktor penyebab bisul:

a. Iritasi Kulit

b. Kebersihan Kulit yang Kurang Terjaga

c. Aktivitas bakteri Staphylococcus aureus

d. Daya tahan tubuh menurun

e. Pola makan yang kurang sehat


33

Makanan dan minuman menjadi faktor utama pada penyakit ini, karena

penyakit ini terjadi disebabkan oleh bakteri yang masuk pada tubuh melalui

makanan dan menimbulkan darah menjadi kotor dan terjadi infeksi.

2.8 Benzoil Peroksida

Gambar 2.10 Struktur Kimia Benzoil Peroksida

(Sumber: Google)

Nama : Benzoil Peroksida

Golongan : Peroksida Organik

Rumus Molekul : C14H10O4

Sinonim / Nama Dagang : Peroxide, dibenzoyl; benzoperoxide; benzoyl

superoxide, dibenzoyl peroxide; diphenylglyoxal

peroxide; xerac BP 5, TCBA, diphenylglyoxal

peroxide; nericur; peroxydex; acnegel; persadox,

lucidol; benoxyl; benzoic acid peroxide; acetoxyl;

aztec BPO; lucidol; benzac; incidol; fostex; NA

2085,benzoic acid peroxide, benzoyl superoxide,

G20, BPO, Cadet, Garox, Oxy 5, oxy-5, Oxy-L,

Topex, Xerac, BZF-60.


34

Deskripsi : Bentuk kristal, granul; tidak berwarna hingga

berwarna keputihan, bau seperti almond.

Berat molekul : 242,23

Titik leleh : 104,5℃ (220,1 F)

Titik dekomposisis : 106-108℃ (223-226 F)

Tekanan uap : <1 mmHg pada 20℃

Kelarutan dalam air : <1%; larut dalam benzene, eter, aseton, kloroform,

sedikit larut dalam alkohol, karbon disulfida, olive oil.

Benzoil peroksida merupakan obat bebas. Benzoil peroksida banyak

digunakan untuk pengobatan jerawat dengan konsentrasi benzoil peroksida 2,5%,

5% ,10% terdapat pada sediaan seperti lotion, krim, sabun, gel, dan juga terdapat

pada konsentrasi 4%, 5,5 %, 20%. Formulasi benzoil peroksida dapat digunakan

untuk pengobatan topikal jerawat. Efek samping dari benzoil peroksida meliputi

kekeringan yang berlebihan pada kulit, dan terjadi pengelupasan kulit, eritema

atau edema (Berardi, 2004).

Mekanisme kerja dari benzoil peroksida dengan melepaskan oksigen

secara perlahan yang dapat memberikan efek anti bakteri sehingga mengurangi

dalam pembentukan asam lemak bebas serta mempunyai efek mengeringkan,

benzoil peroksida merupakan pilihan dalam pengobatan topikal. (Depkes,2007).


BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual

Swamedikasi sediaan farmasi


Variabel Bebas
(Benzoil Peroksida) untuk jerawat

Variabel Penghubung

Faktor yang mempengaruhi


pengetahuan :

1. Umur
2. Tingkat Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Faktor Lingkungan
5. Sosial Budaya
( Notoadmojo, 2014 )

Variabel Terikat
Gambaran pengetahuan mahasiswa
mahasiswi Akademi Farmasi Jember

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak Diteliti

35
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif menggunakan metode

penelitian kuantitatif (jenis survey) dengan desain penelitian potong lintang atau

Cross Sectional. Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan

atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat

kesimpulan yang lebih luas (Sugiyono, 2012).

Penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang lebih

menekankan pada aspek pengukuran secara objektif terhadap fenomena sosial.

Jenis yang digunakan adalah jenis survey, yaitu merupakan penelitian yang

mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dkk, 2002).

Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional, yaitu suatu

penelitian untuk mempelajari suatu dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko

dengan efek, dan dengan suatu pendekatan, observasi ataupun dengan

pengumpulan data pada suatu saat tertentu (point time approach) (Notoatmodjo,

2002).

36
37

4.2 Kerangka Kerja Penelitian

Pemilihan Lokasi dan populasi

Pengurusan perijinan di Akademi Farmasi


Jember

Menentukan Sampel

Penyusunan Kuisioner dan kunci jawaban

Uji Validitas dan Reabilitas Kuisioner di


Stikes Dr.Soebandi Jember

Pengumpulan kuisioner

Tidak valid dan Valid dan reliabel


reliabel

Perbaikan
kuisioner Pembagian
Kuisioner

Uji validitas dan


reabilitas
Pengumpulan
data
Valid dan reliabel
Pengolahan data
Analisis data

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian


Laporan
hasil
penelitian
38

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian

4.3.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Akademi Farmasi Jember

4.3.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari – September 2021 dan

pengambilan data dilakukan pada bulan Juni 2021.

4.4 Populasi dan Sampel

4.4.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2010) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi Akademi Farmasi

Jember sejumlah 471 orang.

4.4.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2012) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel pada penelitian ini

adalah mahasiswa mahasiswi Akademi Farmasi Jember. Kriteria sampel yang

diambil adalah mahasiswa-mahasiswi yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria

Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi dan target

yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2008).

a. Kriteria Inklusi

1. Mahasiswa Akademi Farmasi Jember


39

2. Mahasiswa Akademi Farmasi Jember yang bersedia menjadi

responden.

4.4.3. Rumus Pengambilan Sampel

Menurut Notoatmodjo (2010) rumus untuk mengambil sampel menggunakan

rumus slovin:

Ket:

n = besar sampel yang diambil

N = besar populasi

e = error tolerance/ taraf signifikasi (0,1)

4.4.4 Teknik Pengambilan Sampel

Terdapat teknik dalam pengambilan sampel untuk melakukan penelitian,

teknik sampel merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel

yang akan digunakan dalam penelitian (Sugiyono, 2017).

Teknik Sampling yang digunakan adalah Non Probability Sampling.

Menurut Sugiyono (2015) Non Probability Sampling adalah teknik yang tidak
40

memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi

untuk dipilih menjadi sampel.

Teknik Non Probability Sampling yang digunakan dalam pengambilan

sampel pada penelitian ini lebih tepatnya penulis menggunakan accidental

sampling. Accidental sampling dilakukan dengan cara mengambil responden yang

kebetulan ada, dan sesuai dengan kriteria inklusi.

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.5.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015).

a. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono,

2017). Variabel bebas pada penelitian ini adalah swamedikasi sediaan

farmasi (Benzoil Peroksida) untuk jerawat.

b. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2017). Variabel terikat

pada penelitian ini adalah gambaran pengetahuan mahasiswa mahasiswi

Akademi Farmasi Jember.

c. Variabel pengubung (intervening variable) adalah variabel yang secara

teoritis mempengaruhi hubungan antar variabel independen dengan

dependen, tetapi tidak bisa diamati dan diukur (Sugiyono, 2010). Variabel
41

penghubung pada penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan.

4.5.2 Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Kategori dan Alat dan Parameter


Operasional Kriteria Cara dan Skala
Ukur Pengukuran
Swamedikasi sediaan Swamedikasi
farmasi (Benzoil merupakan
Peroksida) Terhadap upaya
Jerawat pengobatan yang
dilakukan
sendiri.
Gambaran Pengetahuan Penilaian untuk Kuisoner Ordinal
Pengetahuan merupakan hasil jawaban benar
dari tahu, dan ini diberi skor 1 dan
terjadi setelah untuk jawaban
orang salah diberi skor 0.
melakukan
pengindraan
terhadap suatu Nilai :
objek tertentu.
(Notoatmojo, Baik :76-
2010 ) 100%
Cukup :56-75%
Kurang :<56%
(Arikunto, 2010)

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan

untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2014).

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket atau

kuisioner menggunakan kuesioner yang diberikan kepada sampel, kemudian hasil

dari kuesioner dicatat dalam LPD (Lembar Pengumpulan Data). Angket atau

kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara


42

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawab (Sugiyono, 2011).

Untuk memperoleh hasil penelitian yang valid dan akurat dibutuhkan data

yang teruji dan terbukti kebenarannya. Karena pada prinsipnya meneliti adalah

melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik (Sugiyono, 2011).

Dalam penelitian ini menggunakan sistem angket atau kuesioner yang diberikan

kepada sampel, kemudian hasil dari kuesioner dicatat dalam LPD (Lembar

Pengumpulan Data).

Kuesioner untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan

reliabilitas dengan karakteristik seperti sejenis diluar lokasi penelitian. Uji

validitas dan reliabilitas dilakukan pada Mahasiswa-Mahasiswi Farmasi STIKES

Dr. Soebandi Jember.

1. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu alat yang menunjukkan seberapa jauh suatu

instrumen memiliki ketepatan dan kecermatan dalam melakukan fungsi

ukurnya. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan bahwa variabel

yang diukur memang benar-benar variabel yang hendak diteliti oleh

peneliti (Cooper dan Schindler, dalam Zulganef, 2006). Untuk melihat

validitas setiap pertanyaan dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total

Correlation. Jika nilai Corrected Item-Total Correlation lebih dari nilai R

tabel, maka pernyataan dapat dikatakan valid.

DF = N - 2
43

Jumlah N yang digunakan dalam uji validitas 30 responden

DF = 30 – 2 = 28 jadi nilai R tabel adalah 0,3061 dengan signifikan 0,1 %

(Tingkat kepercayaan 90 %)

2. Uji Reabilitas

Reliabilitas adalah derajat konsistensi data dalam interval waktu tertentu

(Sugiyono, 2010). Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa

suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah cukup baik (Suharsimi

Arikunto, 2006). Reliabilitas dapat dilihat dari tabel Reliability Statistic.

Jika nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari nilai R tabel 0,6 maka

pertanyaan dapat dikatakan reliabel.

4.7 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk

memperoleh data yang dibutuhkan. Dalam penggunaan tenik pengumpulan data,

peneliti memerlukan instrumen yaitu alat bantu agar pengerjaan pengumpulan

data menjadi lebih mudah (Arikunto, 2006).

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan melakukan penyebaran

kuisioner melalui media google form dengan menggunakan Skala Guttman. Skala

Guttman adalah skala yang digunakan untuk mendapatkan jawaban tegas dari

responden, yaitu hanya terdapat dua interval seperti “setuju-tidak setuju”; “ya-

tidak”; “benar-salah”; “positif-negatif”; “pernah-tidak pernah” dan lain-lain”.


44

Skala pengukuran ini dapat menghasilkan pertanyaan dalam bentuk pilihan

ganda meupun check list, dengan jawaban yang dibuat skor tertinggi (benar) satu

dan terendah (salah) nol (Sugiyono, 2014).

4.8 Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan satu langkah yang penting, hal ini disebabkan

karena data yang diperoleh langsung dari penelitian masih mentah, belum

memberikan informasi apa-apa, dan belum siap untuk disajikan (Notoatmodjo,

2012).

Data yang telah terkumpul dari lembar kuesioner yang telah diisi akan

diolah dengan beberapa tahap sebagai berikut:

a. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir

atau kuisoner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap, jelas,

relevan, dan konsisten.

b. Tabulation

Tabulasi adalah memberi skor pada setiap item, dan mengubah jenis data

dengan memodifikasi sesuai dengan teknik analisis yang digunakan.

c. Coding

Coding merupakan kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka/bilangan.

d. Processing

Setelah semua lembar kuesioner terisi penuh dan benar serta sudah melewati

pengkodean, langkah pengolahan selanjutnya adalah memproses data agar


45

data yang sudah di-entry dapat di analisis. Pemrosesan data dilakukan

dengan cara entry data dari lembar kuesioner ke komputer.

e. Cleaning

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data

yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut

dimungkinkan terjadi pada saat kita memasukan data ke komputer.

4.9 Etika Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2012), etika penelitian adalah suatu pedoman etika

yang berlaku untuk setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak

peneliti, pihak yang diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan

memperoleh dampak hasil penelitian tersebut. Masalah etika yang harus

diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:

a. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak responden penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian

tersebut, dan peneliti juga mempersiapkan lembar formulir persetujuan

(informed concent) kepada responden (Notoatmodjo, 2012).

b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy

and confidentiality)

Setiap responden mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan individu dalam memberikan informasi, maka dari itu seorang

peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan

kerahasiaan identitas responden (Notoatmodjo, 2012).


46

c. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,

keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu

dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan

menjelaskan prosedur penelitian (Notoatmodjo, 2012).

d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits )

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin

bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya.

Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi

subjek (Notoatmodjo, 2012).


BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

5.1 Gambaran Umum

Penelitian ini dilakukan di Akademi Farmasi Jember pada bulan Juni 2021.

Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling

dengan jumlah sampel ditentukan menggunakan rumus slovin. Sampel yang

digunakan pada penelitian ini adalah Mahasiswa Akademi Farmasi Jember yang

memenuhi kriteria inklusi yaitu 85 responden.

Kriteria inklusi pada peneitian ini adalah Mahasiswa Akademi Farmasi

Jember dan Mahasiswa Akademi Farmasi Jember yang bersedia menjadi

responden. Responden diberi informed consent kuesioner sebagai bentuk

persetujuan dari calon responden. Responden yang memberikan persetujuan

menjadi responden dalam penelitian diarahkan untuk mengisi dan menjawab

kuisioner melalui google formulir.

5.2 Gambaran Khusus

Dari hasil penelitian diperoleh hasil penyebaran kuisioner yang telah diisi

oleh 85 responden Mahasiswa Akademi Farmasi Jember yang memenuhi kriteria

inklusi. Jumlah soal yang diberikan sebanyak 24 pertanyaan yang telah memenuhi

uji validitas dan reabilitas.

47
48

5.2.1 Karateristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.1 Jumlah Responden Berdasarkan Usia

No. Rentang Usia Jumlah Responden Persentase Kategori (Depkes RI, 2009)
1. 17-25 82 96.48 % Remaja Akhir
2. 26-35 2 2,35 % Dewasa Awal
3. 36-45 1 1,17 % Dewasa Akhir
Total 85 responden 100%

Berdasarkan Tabel 5.1 rentang usia terbesar responden dalam penelitian

ini adalah rentan usia 17-25 tahun dengan persentase sebesar 96.48% dan rentang

usia terkecil responden dalam penelitian ini adalah rentan usia 26-35 dengan

persentase sebesar 2,35% dan rentang usia 36-45 dengan persentase sebesar

1,17%.

5.2.2 Karateristik Responden Berdasakan Jenis Kelamin

Tabel 5.2 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase


1. Wanita 82 96,48%
2. Pria 3 3,52%
Total 85 Responden 100%

Berdasarkan Tabel 5.2 jenis kelamin terbesar responden dalam penelitian

ini adalah wanita dengan persentase 96,48% dan jenis kelamin terkecil responden

dalam penelitian ini adalah pria dengan persentase 3,52%.

5.2.3 Karateristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 5.3 Jumlah responden berdasarkan pekerjaan

No. Pekerjaan Jumlah Persentase


1. Belum bekerja 66 77.65%
2. Sudah bekerja (AA) 19 22,35%
Total 85 Responden 100%
49

Berdasarkan Tabel 5.3 sebagian besar responden (77,65%) belum bekerja

dan sebagian kecil responden (22,35%) sudah bekerja sebagai Asisten Apoteker.

5.2.4 Karateristik Responden Berdasarkan Angkatan

Tabel 5.4 Jumlah Responden Berdasarkan Angkatan

No. Angkatan Jumlah Responden Persentase


1. 2018 31 36,48%
2. 2019 29 34,11%
3. 2020 25 29,41%
Total 85 responden 100%

Berdasarkan Tabel 5.4 angkatan 2018 memiliki persentase sebesar 36,48%,

angkatan 2019 memiliki persentase 34,11% dan angkatan 2020 memiliki

persentase sebesar 29,41%.

5.3 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang gambaran

pengetahuan mahasiswa Akademi Farmasi Jember terhadap swamedikasi sediaan

farmasi benzoil peroksida pada jerawat, periode Juni 2021 di peroleh hasil data

responden dari penyebaran kuesioner sebagai berikut.

Tabel 5.5 Gambaran Pengetahuan Responden Berdasarkan Usia

No. Rentang Usia Jumlah Responden Persentase Kategori


1. 17-25 82 95,1 % Baik
2. 26-35 2 87,5 % Baik
3. 36-45 1 100 % Baik
Total 85 responden

Tabel 5.6 Gambaran Pengetahuan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase Kategori


1. Wanita 82 95,3 % Baik
2. Pria 3 88,8 % Baik
Total 85 Responden
50

Tabel 5.7 Gambaran Pengetahuan Responden Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan Jumlah Responden Persentase Kategori


1. Sudah Bekerja 19 96,7 % Baik
2. Belum Bekerja 66 96,1 % Baik
Total 85 Responden

Tabel 5.8 Gambaran Pengetahuan Responden Berdasarkan Angkatan

No. Angkatan Jumlah Responden Persentase Kategori


1. 2018 31 94,49 % Baik
2. 2019 29 94,54% Baik
3. 2020 25 96,67% Baik
Total 85 responden

Tabel 5.9 Hasil penelitian tentang gambaran pengetahuan mahasiswa


Akademi Farmasi Jember terhadap swamedikasi sediaan farmasi benzoil
peroksida pada jerawat.
No. Berdasarkan Persentase (%) Kategori
1. Pertanyaan Pengetahuan 94,11 Baik
2. Pertanyaan Sikap 91,17 Baik
3. Pertanyaan Tindakan 99,21 Baik
4. Persentase Keseluruhan Kuisioner 95,14 Baik

Berdasarkan Tabel 5.9, gambaran pengetahuan mahasiswa Akademi

Farmasi Jember terhadap swamedikasi sediaan farmasi benzoil peroksida pada

jerawat masuk dalam kategori baik (95,14%), berdasarkan pertanyaan

pengetahuan (94,11%) masuk dalam kategori baik, berdasarkan pertanyaan sikap

(91,17%) masuk dalam kategori baik dan berdasarkan pertanyaan tindakan

(99,21%) masuk dalam kategori baik.


51

5.3.1 Gambaran pengetahuan mahasiswa berdasarkan pertanyaan tentang

pengetahuan.

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan didapatkan hasil untuk

gambaran pengetahuan berdasarkan pertanyaan tentang pengetahuan sebesar

94,11%. Besar persentase ini termasuk tingkat pengetahuan kategori baik menurut

kriteria penilaian.

Tabel. 5.10 Analisa data berdasarkan pertanyaan pengetahuan


No. Pertanyaan Persentase (%) Kategori
1. Swamedikasi artinya mengobati segala keluhan pada diri sendiri 98,8 Baik
dengan obat-obat yang sederhana yang dibeli bebas di apotik atau
toko obat atas inisiatif sendiri tanpa nasehat dokter

2. Jenis obat yang digunakan dalam swamedikasi meliputi: Obat 98,8 Baik
Bebas, Obat Bebas Terbatas, dan OWA (Obat Wajib Apotek).

3. Jerawat adalah reaksi dari penyumbatan pori-pori kulit disertai 96,4 Baik
peradangan yang bermuara pada saluran kelenjar minyak kulit.

4. Jerawat merupakan gangguan kulit 97,6 Baik

5. Jerawat hanya terjadi pada bagian kulit wajah 88,2 Baik

6. Jerawat sama dengan bisul 90,5 Baik

7. Bisul disebabkan oleh infeksi bakteri Staphylococcus auerus pada 97,6 Baik
folikel rambut

8. Jerawat disebabkan oleh minyak yang berlebih dan diperparah oleh 95,4 Baik
bakteri Propionibacterium acnes , Staphylococcus epidermidis

9. Benzoil peroksida merupakan obat bebas 94,1 Baik

10. Benzoil peroksida dapat mengurangi peradangan jerawat 96,4 Baik

11. Benzoil peroksida bisa digunakan untuk pengobatan selain topical 82,3 Baik

12. Benzoil peroksida menyebabkan pengelupasan kulit 94,1 Baik

13. Makanan tinggi lemak dan makanan pedas merupakan salah satu 97,6 Baik
penyebab jerawat

14. Menggunakan alas bedak, blush on dan bedak padat bisa memicu 91,7 Baik
munculnya jerawat

15. Hormon progesteron yang meningkat ada saat datang bulan bisa 95,2 Baik
menyebabkan jerawat

16. Terlalu sering terpapar sinar matahari menyebabkan jerawat 90,5 Baik
52

Berdasarkan Tabel 5.10 analisa data tentang pertanyaan pengetahuan

didapatkan hasil bahwa pertanyaan 1-16 masuk kedalam kategori baik. Hal ini

menunjukkan bahwa mahasiswa sudah memahami pengetahuan tentang

swamedikasi, jerawat dan benzoil peroksida.

5.3.2 Gambaran pengetahuan mahasiswa berdasarkan pertanyaan tentang sikap.

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan didapatkan hasil untuk

gambaran pengetahuan berdasar pertanyaan tentang sikap sebesar 94,17%. Besar

persentase ini termasuk tingkat pengetahuan kategori baik menurut kriteria

penilaian.

Tabel 5.11 Analisa data berdasarkan pertanyaan sikap

No. Pertanyaan Persentase (%) Kategori


17. Meskipun bukan ancaman yang serius, 96,4 Baik
nyatanya jerawat dapat menurunkan
rasa percaya diri seseorang

18. Memperhatikan kondisi dan jenis kulit 85,8 Baik


merupakan hal yang tidak penting
dalam swamedikasi jerawat

Berdasarkan Tabel 5.11 analisa data tentang pertanyaan sikap didapatkan

hasil bahwa pertanyaan 17 dan 18 masuk kedalam kategori baik. Hal ini

menunjukkan bahwa mahasiswa sudah memahami sikap yang harus dihadapi

apabila mengalami jerawat.

5.3.3 Gambaran pengetahuan mahasiswa berdasarkan pertanyaan tentang

tindakan.

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan didapatkan hasil untuk

gambaran pengetahuan berdasar pertanyaan tentang sikap sebesar 99,21%. Besar


53

persentase ini termasuk tingkat pengetahuan kategori baik menurut kriteria

penilaian.

Tabel 5.12 Analisa data berdasarkan pertanyaan tindakan

No. Pertanyaan Persentase (%) Kategori


19. Apabila saat melakukan swamedikasi tidak 97,6 Baik
kunjung sembuh dan jerawat bertambah parah,
maka saya akan berobat ke dokter

20. Penggunaan kosmetik yang tidak sesuai dengan 97,6 Baik


jenis kulit dapat menyebabkan jerawat

21. Harus lebih berhati-hati dalam memilih sediaan 100 Baik


farmasi dalam melakukan swamedikasi jerawat

22. Salah satu cara mencegah jerawat adalah 100 Baik


membersihkan wajah dan menggunakan
kosmetik yang sesuai dengan tipe kulit

23. Pola makan yang baik dapat mencegah 100 Baik


terjadinya jerawat

24. Memencet jerawat hanya akan memperparah 100 Baik


peradangan dan menyebarkan bakteri.

Berdasarkan Tabel 5.12 analisa data tentang pertanyaan pengetahuan

didapatkan hasil bahwa pertanyaan 19-24 masuk kedalam kategori baik. Hal ini

menunjukkan bahwa mahasiswa sudah memahami tindakan yang dilakukan

apabila terdapat jerawat.


BAB 6

PEMBAHASAN

Swamedikasi merupakan sebuah upaya yang dilakukan masyarakat dalam

hal mengobati penyakit yang dideritanya tanpa ada konsultasi dokter maupun

apoteker. Salah satu swamedikasi yang dilakukan adalah swamedikasi jerawat

dengan menggunakan bahan aktif benzoil peroksida. Benzoil peroksida

merupakan obat bebas, namun penggunaanya harus disesuaikan dengan kebutuhan

karena benzoil peroksida memiliki formulasi yang berbeda-beda, sehingga tidak

bisa digunakan secara sembarangan. Fenomena tersebut yang melatarbelakangi

penelitian gambaran pengetahuan mahasiswa Akademi Farmasi Jember terhadap

swamedikasi sediaan farmasi benzoil peroksida pada jerawat (Periode Juni 2021).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan

mahasiswa terhadap swamedikasi jerawat menggunakan benzoil peroksida, untuk

mengetahui apakah mahasiswa memahami sikap yang di lakukan apabila terjadi

jerawat dan untuk mengetahui tindakan apa yang di lakukan mahasiswa terhadap

jerawat. Hasil penelitian yang diakukan pada Mahasiswa Akademi Farmasi

Jember, mendapatkan persentase total (95,14%) termasuk kategori baik,

persentase untuk pertanyaan pengetahuan (94,11%) termasuk kategori baik,

persentase untuk pertanyaan sikap (91,17%) termasuk kategori baik, dan

persentase pertanyaan tindakan (99,21%) termasuk kategori baik.

54
55

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Novelna di tahun 2019 pada siswa-

siswi SMA Negeri 2 Sidikalang mendapatkan hasil penelitian dengan persentase

sebesar (75%) termasuk dalam kategori cukup.

Karateristik responden dalam penelitian ini berdasarkan usia, jenis kelamin

pekerjaan (sudah atau belum bekerja) dan angkatan. Berdasarkan usia, usia 17-25

tahun (remaja akhir) memiliki persentase pengetahuan 95,1% termasuk dalam

kategori baik. Usia 26-35 (dewasa awal) memiliki persentase pengetahuan 87,5%

termasuk dalam kategori baik. Usia 36-55 (dewasa akhir) memiliki persentase

pengetahuan 100% termasuk dalam kategori baik. Dengan bertambahnya usia,

maka akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis. Pada aspek

psikologis taraf mental seseorang semakin matang dan dewasa (Notoadmojo,

2007). Sesuai data di atas yang memiliki usia lebih dewasa persentase

pengetahuannya juga semakin besar.

Berdasarkan pekerjaan, yang sudah bekerja memiliki persentase

pengetahuan 96,7% termasuk dalam kategori baik dan yang belum bekerja

memiliki persentase pengetahuan 96,1% termasuk dalam kategori baik juga.

Lingkup pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh banyak pengalaman

dan pengetahuan baik secara langsung dan tidak langsung (Notoadmojo, 2007).

Sesuai dengan data di atas orang-orang yang sudah bekerja memiliki persentase

pengetahuan sedikit lebih besar daripada yang belum bekerja karena yang sudah

bekerja memiliki pengalaman dan pengetahuan lebih banyak. Tetapi, yang belum

bekerja juga memiliki persentase besar, karena penelitian ini dilakukan di


56

Akademi Farmasi, dimana seharusnya walaupun belum bekerja mereka

memahami tentang obat dan penyakit yang ada dalam penelitian ini.

Berdasarkan jenis kelamin, jenis kelamin wanita memiliki persentase

pengetahuan 95,3% termasuk kategori baik, jenis kelamin pria memiliki

persentase 88,8% termasuk kategori baik. Menurut Ifada (2010), tidak ada

hubungan yang bermakna yang bisa dikaitkan antara pengetahuan seseorang

dengan jenis kelaminnya. Juga pria dan wanita memiliki pengetahuan yang sama

karena berada dalam lingkungan yang sama. Hal tersebut sesuai dengan data

diatas dimana persentase pengetahuan pria dan wanita sama baiknya.

Berdasarkan angkatan, angkatan 2018 memiliki persentase sebesar 94,49%

termasuk kategori baik. Angkatan 2019 memiliki persentase sebesar 94,54%

termasuk kategori baik. Dan angkatan 2020 memilik persentase sebesar 96,67%

termasuk kategori baik. Hal tersebut menunjukkan pengetahuan yang dimiliki

oleh yang sudah lama belajar di Akademi Farmasi Jember (Angkatan 2018) lebih

kecil dibandingkan yang baru belajar di Akademi Farmasi Jember (Angkatan

2020) walaupun hasilnya sama baik. Karena pengetahuan didapat bukan hanya

dari berapa lama seseorang belajar, melainkan bisa dipengaruhi oleh adanya faktor

lain seperti faktor lingkungan dan sosial budaya (Notoatmodjo, 2014). Faktor

lingkungan dan sosial budaya itu sendiri diartikan bahwa pengetahuan di masa

sekarang ini bisa diperoleh lebih cepat dari lingkungan sekitar dan internet.

Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui

indera yang dimilikinya (mata, hidung, telingan dan sebagainya) (Notoadmojo,

2007). Pengetahuan sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor seperti usia,


57

pengalaman, pendidikan, pekerjaan dll. Berdasarkan penelitian didapatkan hasil

pengetahuan mahasiswa Akademi Farmasi Jember dalam pertanyaan pengetahuan

sebesar 94,11%. Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa Akademi Farmasi

Jember memiliki pengetahuan yang baik dalam melakukan swamedikasi jerawat

menggunakan sediaan farmasi benzoil peroksida.

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan

(senang – tidak senang, setuju – tidak setuju, baik – tidak baik dan sebagainya).

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil pengetahuan mahasiswa Akademi

Farmasi Jember dalam pertanyaan sikap sebesar 91,17%. Hal tersebut

menunjukkan bahwa mahasiswa Akademi Farmasi Jember memiliki sikap yang

baik dalam menyikapi adanya jerawat.

Tindakan adalah suatu hal yang di lakukan untuk mencapai suatu tujuan.

Ketika tindakan sudah menjadi kebiasaan, maka secara otomatis tindakan itu akan

selalu dijalankan. Berdasarkan penelitian didapatkan hasil pengetahuan

mahasiswa Akademi Farmasi Jember dalam pertanyaan tindakan sebesar 99,21%.

Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa Akademi Farmasi Jember

melakukan tindakan yang baik dalam swamedikasi dan saat terjadinya jerawat.
BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan

a. Gambaran pengetahuan mahasiswa Akademi Farmasi Jember terhadap

swamedikasi sediaan farmasi benzoil peroksida pada jerawat sebesar

95,14% menunjukkan kategori baik.

b. Gambaran pengetahuan mahasiswa Akademi Farmasi Jember terhadap

swamedikasi sediaan farmasi benzoil peroksida pada jerawat, pada

pertanyaan pengetahuan sebesar 94,11% menunjukkan kategori baik.

c. Gambaran pengetahuan mahasiswa Akademi Farmasi Jember terhadap

swamedikasi sediaan farmasi benzoil peroksida pada jerawat, pada

pertanyaan sikap sebesar 91,17% menunjukkan kategori baik.

d. Gambaran pengetahuan mahasiswa Akademi Farmasi Jember terhadap

swamedikasi sediaan farmasi benzoil peroksida pada jerawat, pada

pertanyaan tindakan sebesar 99,21% menunjukkan kategori baik.

7.2 Saran

a. Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat lebih memahami dan memperhatikan dalam

melakukan swamedikasi terhadap penyembuhan jerawat.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan untuk mengkaji lebih banyak sumber dan referensi agar hasil

penelitiannya lebih baik lagi.

58
59

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Modul Pelatihan Penggunaan Obat Rasional. Direktorat Jenderal


Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Direktorat Bina Penggunaan Obat
Rasional. Jakarta.

Ardina, Y. 2011. Pengembangan Formulasi Sediaan Gel Anti Jerawat Serta


Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Daun Pepaya (Carica
Papaya A Linn.). Tesis. Fakultas Farmasi. Institut Teknologi Bandung.

Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bumi Aksara. Jakarta

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.


Jakarta.

Azwar, Saifudin. 2010. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka


Pelajar. Yogyakarta.

Berardi, R. 2004, Handbook of Nonprescription Drugs, Edisi IV, American


Pharmacist Assosiation. Amerika.

Cunliffe, William J. 1989. Treatment of acne. Cunliffe, William J. Martin Dunitz


Ltd. The United Kingdom.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Penggunaan Obat
Bebas Dan Bebas Terbatas. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Riset Kesehatan Dasar.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 36 Tahun 2009. Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI.
Jakarta.

Efendi, Zukesti. 2003. Peranan Kulit Dalam Mengatasi Terjadinya Akne


Vulgaris. USU Digital Library. Medan.
Ifada, Ingga. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan
Masyarakat Mengenai Pelayanan Kesehatan Mata. Karya Tulis Ilmiah.
Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro.
Jawetz, E., J. Melnick, dan E. Adelberg. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi
23, EGC. Jakarta.
Jhonson dan Christensen. 2012. Educational Research: Quantittive, Qualitative,
and Mixed Approaches. SAGE Publications. America.
60

Kemenkes RI. 1983. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


2380/A/SK/VI/86. Tanda Khusus Obat Bebas Terbatas. Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.

Kemenkes RI. 1986. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:


02396/A/SK/VII/86. Tanda Khusus Obat Keras Daftar G. Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta

Kemenkes RI. 1990. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


347/MENKES/SK/VII/1990. Obat Wajib Apotek No.1. Menkes. Jakarta.

Movita Theresia. 2013. Acne Vulgaris. Continuing Medical Education. 40. 4. 269
– 271.
Muchid, Umar, Chusun, Masrul, Wurjati, Purnama. 2006. Pharmaceutical Care
untuk Penyakit Hipertensi. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Muliyawan, D, dan Suriana, N. 2013. A-Z tentang Kosmetik. Elex Media
Komputindo. Jakarta

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Edisi Revisi,


Rineka Cipta. Jakarta

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.


Notoatmodjo, S 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan, Catatan Pertama. Rineka Cipta.
Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Edisi Revisi,


Rineka Cipta. Jakarta

Notoadmodjo S. 2014. Ilmu perilaku kesehatan. Rineka cipta. Jakarta.

Novelna. 2019. Gambaran Pengetahuan Sikap dan Tindakan Siswa-Siswi SMA 2


Terhadap Swamedikasi Sediaan Farmasi Pada Jerawat di Sikalang. Karya
Tulis Ilmiah. Fakultas Farmasi. Politeknik Kesehatan Medan.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan


Profesional. Edisi kedua, Salemba Medika. Jakarta.

Priyanto. 2010. Farmakologi Dasar Untuk Mahasiswa Farmasi dan


Keperawatan. Pleskonfi. Jakarta.
61

Peraturan Menteri Kesehatan RI. 1993. Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia No. 917/MENKES/PER/X/1993. Wajib Daftar Obat Jadi.
Menkes. Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan RI. 1993. No.919/Menkes/Per/X/1993. Kriteria


Obat Yang Dapat Di Serahkan Tanpa Resep. Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2000. No.949/Menkes/Per/VI/2000.
Penggolongan Obat. Jakarta.

Ramdani, R. & Sibero, H. T. 2015. Treatment for Acne Vulgaris. J MAJORITY .


Volume 4 Nomor 2 Januari 2015.
Restiyono, A. 2016. Analisis Faktor yang Berpengaruh dalam Swamedikasi
Antibiotik pada Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Kajen Kabupaten
Pekalongan. Jurnal Promosi Indonesia. 11. 1 .15.

Rook, Wilkinson dan Ebling. 1972. Textbook of Dermatology. Edisi II, London
Blackwell Scientific Publications Osney Mead. Oxford.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 2002. Metode Penelitian Survai. LP3ES.
Jakarta.

Sugiyono. 2009. Metode. Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.


Bandung.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,


dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif


dan R&D. Alfabeta. Bandung

Sugiyono .2015. Statistik untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.


Bandung

Sentra Informasi Keracunan Nasional (SiKerNas), Pusat Informasi Obat dan


Makanan, Badan POM RI. 2011. Benzoil Peroksida:
http://ik.pom.go.id/v2016/katalog/Benzoil%20Peroksida.pdf . Diakses
pada 11 Juni 2021.
62

Tan, H. T dan K. Rahardja. 2010. Obat-obatan Sederhana Untuk Gangguan


Sehari-hari. Gramedia. Jakarta.

Triwibowo, C. 2015. Pengantar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Nuha


Medika. Yogyakarta.

Undang-undang Republik Indonesia. 2007. Nomor 5 Tahun 2007. Psikotropika.


Jakarta.

Undang-undang Republik Indonesia. 2009. Nomor 35 Tahun 2009. Narkotika


beserta Penjelasannya. Citra Umbara. Bandung.

Undang undang Republik Indonesia. 2017. Nomor. 2 tahun 2017. Narkotika.


Jakarta.

Wasitaatmadja, SM. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Universitas Indonesia


Press. Jakarta.
Wasitaatmadja, SM. 2002. Anatomi Kulit. Dalam Sulistia G. Ganiswara: Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 3, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta.

Wasitaatmadja, SM. 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Wasitaatmadja, SM. 2011. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 6, Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Wawan, Dewi. 2010. Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku
Manusia. Nuha Medika. Yogyakarta.
WHO. 1998. The Role of the Pharmacist in Self Care and Self Medication:
http://apps.who.int/medicinedocs/en/d/Jwhozip32e//. Diakses Pada 1
Februari 2021

Zeenot, Stephen. 2013. Pengelolaan & Penggunaan Obat Wajib Apotek.


DMEDIKA (Anggota IKAPI). Yogyakarta.
63

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perizinan Penelitian


64

Lampiran 2. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

Pertanyaan Corrected Nilai Cronbach Kriteria


Item Signifikasi Alpha
1. 0,700 0,000 0,874 Valid dan Reliable
2. 0,605 0,000 0,878 Valid dan Reliable
3. 0,401 0,028 0,883 Valid dan Reliable
4. 0,499 0,005 0,880 Valid dan Reliable
5. 0,573 0,001 0,878 Valid dan Reliable
6. 0,365 0,047 0,885 Valid dan Reliable
7. 0,621 0,000 0,877 Valid dan Reliable
8. 0,455 0,012 0,882 Valid dan Reliable
9. 0.694 0,000 0,875 Valid dan Reliable
10. 0,358 0,052 0,884 Valid dan Reliable
11. 0.332 0,073 0,884 Valid dan Reliable
12. 0,534 0,002 0,880 Valid dan Reliable
13. 0,256 0,172 0,886 Tidak Valid dan Reliable
14. 0,526 0,003 0,880 Valid dan Reliable
15. 0,621 0,000 0,877 Valid dan Reliable
16. 0,700 0,000 0,874 Valid dan Reliable
17. 0,605 0,000 0,878 Valid dan Reliable
18. 0,401 0,028 0,883 Valid dan Reliable
19. 0,499 0,005 0,880 Valid dan Reliable
20. 0,573 0,001 0,878 Valid dan Reliable
21. 0,365 0,047 0,885 Valid dan Reliable
22. 0,621 0,000 0,887 Valid dan Reliable
23. 0,455 0,012 0,882 Valid dan Reliable
24. 0,694 0,000 0,875 Valid dan Reliable
25. 0,358 0,052 0,884 Valid dan Reliable
65
65

Lampiran 3. Lembar Pengumpulan Data

NO NAMA Jenis Kelamin Usia Angkatan Pekerjaan P.1 P.2 P.3 P.4 P.5 P.6 P.7 P.8 P.9 P.10 P.11 P.12 P.13 P.14 P.15 P.16 P.17 P.18 P.19 P.20 P.21 P.22 P.23 P.24 TOTAL
1. I N K Wanita 21 2018 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 23
2. I MA Pria 23 2018 X 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 17
3. D I F Wanita 21 2018 X 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
4. E D R Wanita 21 2018 X 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 21
5. S Y K Wanita 20 2019 X 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 20
6. B Wanita 20 2019 X 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 21
7. A N E Wanita 21 2019 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 22
8. F P K Wanita 22 2018 AA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 21
9. D A W Wanita 20 2019 AA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 23
10. S N I Wanita 20 2018 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 21
11. E D S Wanita 21 2018 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23
12. M D S Wanita 22 2018 X 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 21
13. DA Wanita 21 2018 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
14. R N N P Wanita 20 2018 X 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 21
15. TI Wanita 21 2020 AA 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 21
16. A Wanita 22 2019 AA 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 22
17. M D S P Wanita 22 2018 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
18. MC Wanita 21 2018 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
19. H Wanita 22 2018 X 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23
20. D Wanita 21 2018 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23
21. L S P Wanita 19 2020 AA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
22. SF Wanita 20 2020 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23
23. NG Wanita 22 2018 AA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
24. A D R Wanita 21 2018 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
25. ARH Pria 18 2019 X 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23
66

26. NR Wanita 21 2018 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24


27. ZF Wanita 19 2019 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
28. R Wanita 22 2018 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 23
29. FND Wanita 21 2018 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23
30. AZES Wanita 19 2020 X 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23
31. CNF Wanita 21 2019 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23
32. VA Wanita 20 2019 X 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23
33. SER Wanita 21 2018 AA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
34. Y DW Wanita 20 2019 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
35. IJ Wanita 21 2018 X 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23
36. D Wanita 20 2019 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 23
37. RK Wanita 20 2019 X 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
38. DAL Wanita 22 2018 X 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
39. F Wanita 21 2019 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 23
40. DAP Wanita 19 2020 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
41. KN Wanita 20 2019 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 23
42. M Wanita 19 2020 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
43. AL Wanita 20 2019 AA 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 22
44. NF Wanita 21 2020 AA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
45. NC Wanita 21 2018 AA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
46. DPS Wanita 21 2020 AA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
47. BA Wanita 21 2018 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
48. WAP Wanita 19 2020 X 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
49. WAS Wanita 18 2020 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
50. AM Wanita 20 2018 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
67

51. S Wanita 20 2019 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23


52. SNA Wanita 20 2020 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
53. LA Wanita 20 2019 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23
54. ARA Wanita 20 2019 X 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
55. MDM Wanita 19 2020 X 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 22
56. YM Wanita 21 2020 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
57. DRA Wanita 19 2020 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 22
58. NL Wanita 35 2020 AA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
59. F MM Wanita 19 2020 AA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23
60. EL Wanita 21 2019 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 23
61. RLN Wanita 20 2020 AA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
62. N Wanita 38 2020 AA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
63. CTR Wanita 21 2018 AA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
64. F Wanita 21 2019 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 22
65. NI Wanita 20 2019 X 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
66. NI Wanita 22 2018 AA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
67. F Pria 20 2019 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
68. L Wanita 19 2020 X 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
69. V Wanita 20 2019 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
70. SHC Wanita 19 2020 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23
71. HH Wanita 23 2020 AA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23
72. NRW Wanita 19 2020 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23
73. ES Wanita 27 2018 X 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 21
74. FI Wanita 21 2020 AA 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 22
75. HNS Wanita 19 2020 X 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23
68

76. S S A Wanita 19 2019 X 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23


77. S Wanita 20 2019 X 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23
78. R N I Wanita 22 2019 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23
79. W A Wanita 20 2019 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23
80. U R Wanita 21 2018 X 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 22
81. A D Wanita 19 2020 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
82. S K Wanita 21 2018 X 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
83. Y G M Q W Wanita 20 2019 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23
84. Y R Wanita 23 2018 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23
85. S R I Wanita 20 2019 X 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22

TOTAL 84 84 82 83 75 77 83 81 80 82 70 80 83 78 81 77 82 73 83 83 85 85 85 85
Persentase tiap pertanyaan 98,82353 98,82353 96,47059 97,64706 88,23529 90,58824 97,64706 95,29412 94,11765 96,47059 82,35294 94,11765 97,64706 91,76471 95,29412 90,58824 96,47059 85,88235 97,64706 97,64706 100 100 100 100
Persentase Total 95,14706
69

Lampiran 4. Lembar Permintaan Menjadi Responden

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,

Mahasiswa/Mahasiswi calon responden

Di Akademi Farmasi Jember

Sebagai syarat tugas akhir mahasiswa akademi farmasi jember (AKFAR), saya
akan melakukan penelitian dengan judul GAMBARAN PENGETAHUAN
MAHASISWA - MAHASISWI AKADEMI FARMASI JEMBER
TERHADAP SWAMEDIKASI SEDIAAN FARMASI (Benzoil Peroksida)
PADA JERAWAT .

Berdasarkan hal tersebut saya mohon kesediaan saudara untuk menjadi responden
pada penelitian ini. Selanjutnya kami saudara mengisi kuesioner yang saya
sediakan dengan kejujuran dan apa adanya. Jawaban saudara dijamin
kerahasiaannya.

Demikian atas bantuan dan partisipasinya disampaikan terima kasih.

Jember, 22 Juni 2021

Peneliti

CHARANILAM NUGRAHENI

NIM:181251733
70

Lampiran 5. Lembar Permintaan Menjadi Responden (G-Form)


71

Lampiran 6. Informed Consent

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama (inisial) :

Jenis kelamin/Usia :

Angkatan :

Pekerjaan :

Sesudah mendapatkan informasi serta mengetahui manfaat penelitian yang


berjudul GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA - MAHASISWI
AKADEMI FARMASI JEMBER TERHADAP SWAMEDIKASI SEDIAAN
FARMASI (Benzoil Peroksida) PADA JERAWAT . Dengan ini saya bersedia
menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Akademi
Farmasi Jember atas nama Charanilam Nugraheni. Apabila sewaktu-waktu merasa
dirugikan dalam hal apapun berhak membatalkan persetujuan ini.

Demikian surat persetujuan ini saya buat, saya percayakan kepada peneliti
bahwa semua informasi yang saya berikan dalam penelitian ini mohon dijamin
kerahasiaannya.

Jember, 22 Juni 2021

(………………………........)
72

Lampiran 7. Informed Consent (G-Form)


73

Lampiran 8. Soal Kuisioner

Berilah tanda check list (√) untuk jawaban yang anda pilih pada kolom dibawah
ini :

Pertanyaan tentang pengetahuan responden :

NO Pertanyaan Benar Salah

1. Swamedikasi artinya mengobati segala keluhan pada diri


sendiri dengan obat-obat yang sederhana yang dibeli bebas
di apotik atau toko obat atas inisiatif sendiri tanpa nasehat
dokter

2. Jenis obat yang digunakan dalam swamedikasi meliputi:


Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, dan OWA (Obat Wajib
Apotek).

3. Jerawat adalah reaksi dari penyumbatan pori-pori kulit


disertai peradangan yang bermuara pada saluran kelenjar
minyak kulit.

4. Jerawat merupakan gangguan kulit

5. Jerawat hanya terjadi pada bagian kulit wajah

6. Jerawat sama dengan bisul

7. Bisul disebabkan oleh infeksi bakteri Staphylococcus auerus


pada folikel rambut

8. Jerawat disebabkan oleh minyak yang berlebih dan


diperparah oleh bakteri Propionibacterium acnes ,
Staphylococcus epidermidis

9. Benzoil peroksida merupakan obat bebas


74

10. Benzoil peroksida dapat mengurangi peradangan jerawat

11. Benzoil peroksida bisa digunakan untuk pengobatan selain


topical

12. Benzoil peroksida menyebabkan pengelupasan kulit

13. Makanan tinggi lemak dan makanan pedas merupakan salah


satu penyebab jerawat

14. Menggunakan alas bedak, blush on dan bedak padat bisa


memicu munculnya jerawat

15. Hormon progesteron yang meningkat ada saat datang bulan


bisa menyebabkan jerawat

16. Terlalu sering terpapar sinar matahari menyebabkan jerawat

Pertanyaan tentang sikap responden :

No. Pertanyaan Benar Salah

17. Meskipun bukan ancaman yang serius, nyatanya jerawat


dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang

18. Memperhatikan kondisi dan jenis kulit merupakan hal


yang tidak penting dalam swamedikasi jerawat
75

Pertanyaan tentang tindakan responden :

No. Pertanyaan Benar Salah

19. Apabila saat melakukan swamedikasi tidak kunjung


sembuh dan jerawat bertambah parah, maka saya akan
berobat ke dokter

20. Penggunaan kosmetik yang tidak sesuai dengan jenis kulit


dapat menyebabkan jerawat

21. Harus lebih berhati-hati dalam memilih sediaan farmasi


dalam melakukan swamedikasi jerawat

22. Salah satu cara mencegah jerawat adalah membersihkan


wajah dan menggunakan kosmetik yang sesuai dengan tipe
kulit

23. Pola makan yang baik dapat mencegah terjadinya jerawat

24. Memencet jerawat hanya akan memperparah peradangan


dan menyebarkan bakteri.
76

Lampiran 9. Soal Kuisioner (G-Form)


77

Lampiran 10. Kunci Jawaban Kuisioner

Kunci jawaban pertanyaan tentang pengetahuan responden :

1. Benar 9. Benar
2. Benar 10. Benar
3. Benar 11. Salah
4. Benar 12. Benar
5. Salah 13. Benar
6. Salah 14. Benar
7. Benar 15. Benar
8. Benar 16. Benar

Kunci jawaban pertanyaan tentang sikap responden :

17. Benar
18. Salah

Kunci jawaban pertanyaan tentang tindakan responden :

19. Benar
20. Benar
21. Benar
22. Benar
23. Benar
24. Benar
78

Lampiran 11. Referensi Kunci Jawaban Kuisioner

REFERENSI KUISIONER

Referensi pertanyaan tentang pengetahuan responden :

1. Swamedikasi berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan


obat-obat yang sederhana yang dibeli bebas di apotik atau toko obat atas
inisiatif sendiri tanpa nasehat dokter (Rahardja,2010).

2. Obat yang dapat digunakan dalam pengobatan sendiri adalah obat-obat


yang dapat digunakan tanpa resep seperti: obat bebas (OB), obat bebas
terbatas (OBT) dan obat wajib apotek (OWA) (Muhcid dkk, 2006).

3. Jerawat adalah reaksi dari penyumbatan pori-pori kulit disertai peradangan


yang bermuara pada saluran kelenjar minyak kulit (Muliyawan dan
Suriana, 2013).

4. Jerawat merupakan gangguan kulit yang berupa peradangan dari folikel


pilosebasea ini ditandai dengan adanya erupsi komedo, papul, pustul,
nodus dan kista pada tempat predileksinya (muka, leher, lengan atas, dada
dan punggung) (Wasitaatmadja, 1997) . Gangguan kulit berupa jerawat
sering dianggap sebagai gangguan kulit yang timbul secara fisiologis, hal
ini dikarenakan tidak ada seorang pun yang semasa hidupnya sama sekali
tidak pernah menderita gangguan kulit tersebut (Efendi, 2003).

5. Tempat munculnya jerawat berada di muka, leher, lengan atas, dada dan
punggung (Harahap, 2009) .

6. Jerawat tidak sama dengan bisul (Jawetz, 2008) .

7. Bisul disebabkan oleh infeksi bakteri Staphylococcus auerus pada folikel


rambut (Jawetz, 2008) .

8. Jerawat diperparah oleh bakteri Propionibacterium acnes, Staphylococcus


epidermidis dan Staphylococcus aureus (Ardina, 2007) .
79

9. Benzoil peroksida merupakan obat bebas (Hazel et al, 2019).

10. Benzoil peroksida dapat mengurangi peradangan jerawat (Hazel et al,


2019).

11. Benzoil peroksida merupakan pilihan obat jerawat untuk pengobatan


topikal. (Depkes, 2007).

12. Efek samping dari benzoil peroksida meliputi: kekeringan yang berlebihan
pada kulit, dan terjadi pengelupasan kulit, eritema atau edema (Berardi,
2004).

13. Jenis makanan yang sering dihubungkan dengan timbulnya jerawat adalah
makanan yang tinggi lemak (kacang, daging, susu dan es krim), tinggi
karbohidrat, beryodida tinggi (makanan asal laut) dan makanan yang
pedas. Jenis makanan diatas diyakini dapat merubah komposisi sebum dan
menaikkan produksi kelenjar sebasea (Efendi, 2003).

14. Menggunakan alas bedak, blush on dan bedak padat bisa memicu
munculnya jerawat, hal ini dikarenakan partikel kosmetik tersebut bisa
menyumbat pori-pori atau bersifat comedogenic (Muliyawan dan Suriana,
2013).

15. Hormon Progesteron dalam jumlah fisiologis tidak mempunyai efek pada
efektifitas terhadap kelenjar lemak. Produksi sebum tetap selama siklus
menstruasi, akan tetapi kadang-kadang progesteron dapat menyebabkan
jerawat premenstrual (Rook, dkk, 1972).

16. Terlalu sering terpapar sinar matahari. Beraktivitas di bawah sinar


matahari membuat tubuh berkeringat. Kelenjar minyak pun menjadi lebih
aktif. Tumpukan minyak inilah yang menyebabkan jerawat muncul
(Muliyawan dan Suriana, 2013).

Referensi pertanyaan tentang sikap responden :


80

17. Meskipun bukan ancaman yang serius, nyatanya jerawat dapat


menurunkan rasa percaya diri seseorang (Andy, 2009) .

18. Memperhatikan kondisi dan jenis kulit merupakan hal yang penting dalam
swamedikasi jerawat, karena tiap orang memiliki jenis kulit yang berbeda,
maka tidak semua bisa melakukan swamedikasi yang sama (Novelna,
2019).

Referensi pertanyaan tentang tindakan responden :

19. Apabila saat melakukan swamedikasi tidak kunjung sembuh dan jerawat
bertambah parah, maka saya akan berobat ke dokter (Novelna,2019).

20. Penggunaan kosmetik yang tidak sesuai dengan jenis kulit dapat
menyebabkan jerawat hal ini dikarenakan partikel kosmetik tersebut bisa
menyumbat pori-pori atau bersifat comedogenic (Muliyawan dan Suriana,
2013).

21. Harus lebih berhati-hati dalam memilih sediaan farmasi dalam melakukan
swamedikasi jerawat , karena setiap orang memiliki jenis kulit yang
berbeda maka tidak semua bisa melakukan swamedikasi yang sama, dan
setiap obat dapat memunculkan efek samping yang berbeda pada tiap
orang. (Novelna, 2019).

22. Memilih pembersih muka dan make-up sesuai jenis kulit. Jerawat akan
timbul jika salah memilih pembersih wajah atau riasan tidak sesuai dengan
jenis kulit (Novelna, 2019).

23. Gaya hidup sehat dengan makanan bergizi, tidak mengkonsumsi banyak
lemak dan kolestrol. Olahraga teratur dapat membantu membersihkan
pori-pori kulit. Tidak begadang, tidak merokok, dan menghindari terpaan
radikal bebas berlebih seperti polusi udara juga akan membantu tubuh
menangkal bakteri penyebab jerawat. (Novelna, 2019).
81

24. Memencet jerawat hanya akan memperparah peradangan dan


menyebarkan bakteri. Pastikan wajah bersih dan gunakan obat jika perlu,
kemudian biarkan jerawat sembuh dengan sendirinya (Novelna, 2019).

Anda mungkin juga menyukai