Anda di halaman 1dari 76

PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI EKSTRAK

DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus) TERHADAP


FORMULASI SEDIAAN LOTION
HALAMAN SAMPUL

SKRIPSI

Oleh :
Yeni Febrianti
NIM 18040103

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
JEMBER
2023
PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI EKSTRAK
DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus) TERHADAP
FORMULASI SEDIAAN LOTION
HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi ( S. Farm )

Oleh :
Yeni Febrianti
NIM 18040103

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
JEMBER
2023

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Hasil penelitian ini telah diperiksa oleh pembimbing dan telah disetujui untuk

mengikuti seminar proposal pada Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas dr. Soebandi

Jember, 6 September 2022

Pembimbing Utama

Syaiful Bachri, S.KM., M.Kes


NIDN. 4020016201

Pembimbing Anggota

apt. Dhina Ayu Susanti, M. Kes


NIDN. 0729098401

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini yang berjudul Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Ekstrak Daun

Kenikir (Cosmos caudatus) Terhadap Formulasi Sediaan Lotion telah diuji dan

disahkan oleh Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan pada:

Hari :

Tanggal :

Tempat : Program Studi Sarjana Farmasi, Universitas dr. Soebandi Jember


Tim Penguji,
Ketua Penguji,

Jamhariyah, S.ST., M.Kes


NIDN. 4011016401
Penguji II, Penguji III,

Syaiful Bachri, S.KM.Kes apt. Dhina Ayu Susanti, M.Kes


NIDN.402001620 NIDN. 0729098401
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas dr. Soebandi

Ns. Hella Meldy Tursina, S.Kep., M.Kep


NIDN. 0706109104

iv
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Yeni Febrianti

Nim : 18040103

Program Studi : S1 Farmasi

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini


benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan
pengambilan tulisan atau hasil tulisan orang lain.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian


atau keseluruhan skripsi ini adalah karya orang lain atau ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam skripsi ini, maka saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut. Demikian pernyataan yang saya buat
dengan sebenar-benarnya.

Jember, 2023
Yang menyatakan,

Materai 10.000

Yeni Febrianti

v
SKRIPSI
HALAMAN PEMBIMBING SKRIPSI

PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI EKSTRAK DAUN


KENIKIR (Cosmos caudatus) TERHADAP FORMULASI
SEDIAAN LOTION

Oleh:

Yeni Febrianti
NIM. 18040103

Pembimbing

Dosen Pembimbing Utama : Syaiful Bachri, S.KM., M.Kes

Dosen Pembimbing Anggota : apt. Dhina Ayu Susanti, M.Kes

vi
PERSEMBAHAN

Skripsi ini dengan sepenuh hati saya persembahkan kepada:

1. Allah SWT, yang senantiasa memberkahi sepanjang hidup, salah satunya

adalah memberikan kemampuan serta kemudahan dalam menyelesaikan

skripsi ini.

2. Untuk kedua orang tua yang telah membantu dan membimbing anaknya

mengerjakan tugas akhir. Tanpa doa dan dukungan dari kalian mungkin

saya tidak mampu menyelesaikan tugas ini.

3. Saya berterima kasih kepada keluarga besar yang turut mendoakan dan

memberi dukungan.

4. Seluruh dosen Universitas dr. Soebandi, yang telah mendidik dan

mengajarkan ilmunya dengan sangat baik.

5. Kepala laboran dan laboratorium biologi dan laboratorium teknologi Prodi

Sarjana Farmasi Universiras dr. Soebandi yang telah memberikan

kesempatan untuk dukungan proses penelitian skripsi.

6. Seluruh anak angkatan 18 yang telah mendukung saya terutama kelas 18 B

Farmasi yang telah membantu memberikan masukan untuk

menyempurnakan tugas akhir ini.

vii
MOTTO

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupanya.”


(QS. Al Baqarah : 286)

“Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan
petunjuk.”
(QS. Ad-dhuha : 7)

“Sukses adalah saat persiapan dan kesempatan bertemu.”


Bobby Unser

“Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia.”


Nelson Mandala

“Pengetahuan tidak hanya didasarkan pada kebenaran saja, tetapi juga kesalahan.”
Garl Gustay Jung

viii
ABSTRAK

Febrianti, Yeni,* Bachri, Syaiful**, Susanti, Dhina Ayu***. 2023. Pengaruh


Perbedaan Konsentrasi Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos Caudatus)
Terhadap Formulasi Sediaan Lotion. Skripsi. Program Studi Farmasi,
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas dr. Soebandi Jember.

Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber antioksidan alami
yaitu daun kenikir. Ekstrak etanol daun kenikir mengandung alkaloid, flavonoid,
fenolik, saponin, steroid dan kuersetin dimana zat ini adalah flavonoid utama pada
daun kenikir. Daun kenikir dengan kandungan senyawa flavonoid diformulasikan
dalam bentuk lotion. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mengevaluasi
pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak daun kenikir terhadap formulasi sediaan
lotion. Desain penelitian ini adalah eksperimental yang diawali dengan melakukan
formulasi sediaan lotion dengan penambahan konsentrasi ekstrak daun kenikir
10% (F1), 20% (F2), dan 30% (F3). Lotion dievaluasi sifat fisiknya dengan
parameter uji organoleptis, homogenitas, daya sebar, viskositas, dan pH. Data
yang diperoleh dianalisis dengan statistik One Way Anova untuk mengetahui
adanya perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ketiga formula menghasilkan lotion yang homogen, tidak
ada butiran, beraroma khas daun kenikir, berwarna hijau kekuningan (F1), hijau
pekat (F2), dan hijau kecoklatan (F3). Hasil uji daya sebar, viskositas, dan pH
terhadap perbedaan konsentrasi ekstrak daun kenikir tidak menunjukkan adanya
perbedaan bermakna (P>0,005). Tidak ada pengaruh perbedaan konsentrasi
ekstrak daun kenikir terhadap formulasi sediaan lotion daun kenikir.

Kata Kunci : Cosmos Caudatus L, lotion, uji mutu fisik

ix
ABSTRACT

Febrianti, Yeni,* Bachri, Syaiful**, Susanti, Dhina Ayu***. 2023. The Effect of
Differences in the Concentration of Kenikir Leaf Extract (Cosmos
Caudatus) Against the Preparations FormulationLotion. Thesis. Pharmacy
Study Program, Faculty of Health Sciences, University of dr. Soebandi
Jember.

One of the plants that can be used as a source of natural antioxidants is kenikir
leaves. The ethanol extract of kenikir leaves contains alkaloids, flavonoids,
phenolics, saponins, steroids and quercetin which are the main flavonoids in
kenikir leaves. Marijuana leaves containing flavonoid compounds are formulated
in the formlotion. The purpose of this study was to determine and evaluate the
effect of different concentrations of kenikir leaf extract on the formulationlotion.
The design of this study is experimental which begins with the formulation of
preparationslotion with the addition of kenikir leaf extract concentrations of 10%
(F1), 20% (F2), and 30% (F3).Lotion evaluated its physical properties with
organoleptic test parameters, homogeneity, spreadability, viscosity, and pH. The
data obtained were analyzed using One Way Anova statistics to determine whether
there were significant differences between treatment groups. The results of the
research show that the three formulas producelotion homogeneous, no granules,
has a distinctive aroma of kenikir leaves, yellowish green (F1), dark green (F2),
and brownish green (F3) in color. The results of the spreadability, viscosity, and
pH tests for different concentrations of kenikir leaf extract did not show any
significant difference (P>0.005). There was no effect of differences in the
concentration of kenikir leaf extract on the formulation of kenikir leaf lotion
preparations.

Keywords : Cosmos Caudatus L,  lotion, physical quality test

x
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan
pendidikan Program Studi Sarjana Farmasi Universitas dr. Soebandi dengan
judul" Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Ekstrak Daun Kenikir(Cosmos caudatus)
Terhadap Formulasi Sediaan Lotion".
Selama proses penyusunan skripsi ini penulis dibimbing dan dibantu oleh
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Andi Eka Pranata S.ST., S,Kep.,Ns,M. Kes selaku Rektor
Universitas dr. .Soebandi Jember
2. Hella Meldy Tursina, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas dr. Soebandi Jember
3. apt. Dhina Ayu Susanti, M.Kes. Selaku Ketua Program Studi Sarjana
Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas dr.Soebandi dan dosen
pembimbing anggota
4. Jamhariyah, S.ST., M.Kes Selaku Ketua Penguji
5. Syaiful Bachri, S.KM., M.Kes Selaku Dosen Pembimbing Utama
Penulis tentu menyadari atas kelemahan dan keterbatasan dalam
ilmu pengetahuan dan pengalaman sehingga penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Jember, 31 Maret 2023

Penulis

xi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
HALAMAN JUDUL..............................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iv
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI.......................................................v
HALAMAN PEMBIMBING SKRIPSI..............................................................vi
PERSEMBAHAN................................................................................................vii
MOTTO...............................................................................................................viii
ABSTRAK.............................................................................................................ix
ABSTRACT.............................................................................................................x
KATA PENGANTAR...........................................................................................xi
DAFTAR ISI........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xvii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................5
1.4.1 Bagi Peneliti..............................................................................5
1.4.2 Bagi Masyarakat........................................................................5
1.4.3 Bagi Peneliti Lain......................................................................5
1.5 Keaslian Penelitian................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................7
2.1 Tinjaun Tanaman Kenikir.....................................................................7
2.1.1 Klasifikasi Daun Kenikir...........................................................7

xii
2.1.2 Morfologi Daun Kenikir............................................................7
2.1.3 Kandungan Kimia Daun Kenikir...............................................8
2.1.4 Pigmen Daun Kenikir..............................................................10
2.2 Ekstraksi..............................................................................................10
2.2.1 Jenis-Jenis Ekstraksi................................................................10
2.3 Kosmetika...........................................................................................14
2.3.1 Kosmetika Herbal....................................................................15
2.3.2 Kosmetika Kimia.....................................................................16
2.3.3 Jenis-Jenis Kosmetika.............................................................18
2.4 Sediaan Lotion....................................................................................20
2.4.1 Komponen Utama Sediaan Lotion..........................................21
2.4.2 Zat Tambahan Sediaan Lotion.................................................22
2.4.3 Evaluasi Sediaan Lotion..........................................................23
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL...............................................................24
3.1 Kerangka Konseptual..........................................................................24
3.2 Hipotesis Penelitian.............................................................................25
BAB 4 METODE PENELITIAN........................................................................26
4.1 Desain Penelitian.................................................................................26
4.2 Populasi dan Sampel...........................................................................26
4.3 Lokasi..................................................................................................26
4.4 Waktu..................................................................................................26
4.5 Variabel...............................................................................................26
4.5.1 Variabel Bebas.........................................................................26
4.5.2 Variabel terikat........................................................................27
4.6 Definisi Operasional............................................................................27
4.7 Alat dan Bahan....................................................................................29
4.7 1 Alat..........................................................................................29
4.7 2 Bahan.......................................................................................29
4.8 Prosedur Kerja.....................................................................................29
4.8.1 Pembuatan Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos caudatus)...........29
4.8.2 Pembuatan Lotion Esktrak Daun Kenikir................................30

xiii
4.8.3 Formulasi Sediaan Lotion Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos
caudatus).............................................................................................30
4.8.4 Evaluasi Sediaan Lotion..........................................................31
4.9 Teknik pengumpulan Data..................................................................33
4.9.1 Observasi.................................................................................33
4.10 Teknik Analisis................................................................................33
BAB 5 HASIL PENELITIAN.............................................................................35
5.1 Perhitungan Rendemen Ekstrak..........................................................35
5.2 Hasil Evaluasi Sediaan Lotion............................................................35
5.2.1 Uji Organoleptis......................................................................35
5.2.2 Uji Homogenitas......................................................................36
5.2.3 Uji Daya Sebar........................................................................36
5.2.4 Uji Viskositas..........................................................................37
5.2.5 Uji pH......................................................................................38
BAB 6 PEMBAHASAN.......................................................................................40
6.1 Rendemen Ekstrak..............................................................................40
6.2 Hasil Evaluasi Sediaan Lotion............................................................40
6.2.1 Uji Organoleptis......................................................................40
6.2.2 Uji Homogenitas......................................................................41
6.2.3 Uji Daya Sebar........................................................................42
6.2.4 Uji Viskositas..........................................................................43
6.2.5 Uji pH......................................................................................45
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN................................................................47
7.1 Kesimpulan.........................................................................................47
7.2 Saran....................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................49
LAMPIRAN..........................................................................................................52

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian...................................................................................6
Tabel 4.1 Definisi Operasional..............................................................................27
Tabel 4.2 Formulasi Sediaan Lotion......................................................................30
Tabel 5.1 Data Hasil Ekstrak Daun Kenikir...........................................................35
Tabel 5.2 Hasil Pengujian Organoleptik Sediaan Lotion Ekstrak Daun Kenikir...35
Tabel 5.3 Hasil Pengujian Homogenitas Sediaan Lotion Daun Kenikir................36
Tabel 5.4 Hasil Pengujian Daya Sebar Sediaan Lotion Daun Kenikir...................36
Tabel 5.5 Hasil Pengujian SPSS ANOVA One Way Daya Sebar Sediaan Lotion
Daun Kenikir..........................................................................................................37
Tabel 5.6 Data Pengukuran Viskositas Sediaan Lotion Daun Kenikir..................37
Tabel 5.7 Hasil Uji SPSS ANOVA One Way Viskositas Sediaan Lotion Daun
Kenikir....................................................................................................................38
Tabel 5.8 Data Hasil Pengujian pH........................................................................38
Tabel 5.9 Hasil Uji SPSS ANOVA One Way pH..................................................39
14 cm

xv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Daun Kenikir (Cosmos caudatus)........................................................7
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual.........................................................................24
Gambar 4.1 Skema Uji Organoleptis.....................................................................31
Gambar 4.2 Skema Uji Homogenitas.....................................................................31
Gambar 4.3 Skema Uji pH.....................................................................................32
Gambar 4.4 Skema Uji Daya Sebar.......................................................................32
Gambar 4.5 Skema Uji Viskositas.........................................................................33

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Perhitungan Rendemen Sampel Ekstrak Daun Kenikir.....................52
Lampiran 2. Perhitungan Formula Pembuatan Lotion...........................................52
Lampiran 3. Dokumentasi Proses Pembuatan Dan Evaluasi Sediaan Lotion........55
Lampiran 4. Uji SPSS One Way ANOVA Daya Sebar Sediaan Lotion Daun
Kenikir....................................................................................................................59
Lampiran 5. Uji SPSS One Way ANOVA Viskositas Sediaan Lotion Daun
Kenikir....................................................................................................................60
Lampiran 6. Uji SPSS One Way ANOVA pH Sediaan Lotion Daun Kenikir....61

xvii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebanyakan orang menggunakan kosmetik perawatan dalam kehidupan

sehari–hari seperti susu pembersih, penyegar, lotion, krim siang, krim malam, dan

krim mata. Kosmetik perawatan berfungsi untuk menghilangkan kotoran pada

kulit, mempertahankan kelembapan kulit, melindungi kulit dari paparan sinar ultra

violet, menunda penuaan, mengangkat sel kuli mati, dan menghaluskan kulit.

Setiap perempuan pasti menginginkan berpenampilan cantik, dan keinginan

tersebut dimudahkan dengan adanya teknologi yang semakin canggih yang

menawarkan berbagai upaya untuk mempercantik diri. Baik perawatan mandiri di

rumah ataupun melakukan perawatan di klinik kecantikan. Nandityasari (2009)

menyatakan bahwa 55% dari 85% wanita Indonesia yang berkulit gelap

menginginkan kulitnya menjadi lebih putih. Penggunaan lotion dapat membantu

mengurangi dehidrasi pada kulit. Lotion merupakan produk kosmetik yang dapat

menjaga kelembapan kulit dengan caramengurangi penguapan air dari kulit dan

menarik air dari udara yang masuk ke dalam stratum corneum yang mengalami

dehidrasi sehingga dapat melembabkan kulit (Sumbayak & Diana, 2018).

Perawatan kulit diperlukan untuk mencegah masalah pada kulit seperti kering,

kasar, dan kusam.

Lotion tergolong sediaan kosmetik emolien (pelembut) dengan kandungan

air lebih banyak. Lotion berfungsi untuk menjaga kelembaban kulit,

membersihkan kulit, dan mencegah kehilangan air atau mempertahankan bahan

aktif. Bahan penyusun lotion antara lain bahan aktif, pengemulsi, bahan pengisi,

1
2

pelembab, pembersih, pelarut, pewangi dan pengawet (Mohiudin, AK.,2019).

Lotion merupakan sediaan cair yang terdiri dari fase minyak dan fase air yang

distabilkan oleh emulgator, dengan kandungan satu atau lebih bahan aktif di

dalamnya. Emulsi terbuat dari campuran minyak, air, serta emulgator sebagai

bahan dasar emulsi dan bahan aktif yang berasal dari penambahan ekstrak

tanaman. Tipe lotion umumnya terdiri dari 10- 15% fase minyak, 75-85% fase air, dan 5-

10% humektan (Rahmawanty dkk., 2020). Formulasi lotion dibuat dengan

memvariasikan konsentrasi agen pengental, penstabil, dan pengemulsi yaitu setil alkohol

dan karagenan. Tipe lotion yang diharapkan adalah tipe minyak dalam air (M/A).Lotion

tipe M/A memiliki kelebihan yaitu mudah dicuci dan dibersihkan karena karakteristik

fase luar dari tipe ini adalah hidrofilik (Mardikasari dkk.,2017). Formulasi lotion dipilih

karena sediaan berbentuk emulsi yang bersifat mudah dicuci dengan air dan tidak

lengket dibandingkan dengan sediaan topikal lainnya. Keunggulan lainnya adalah

dengan kandungan air yang cukup besar bentuk sediaan lotion dapat diaplikasikan

dengan mudah, daya penyebaran serta penetrasinya cukup tinggi, tidak

memberikan rasa berminyak, dan memberikan efek sejuk ( Pujiastuti dan

Kristiani, 2019).

Tanda lotion yang baik yaitu mudah menyerap saat dioleskan pada kulit dan

tidak greasy atau berminyak. Lotion dapat digunakan siang ataupun malam hari

karna sediaan lotion memiliki tekstur yang ringan serta tidak memberikan bekas

hal ini yang menjadikan lotion merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan

sebagai pelembab kulit, selain itu lotion juga cocok digunakan di iklim yang

lembab atau ketika cuaca mulai panas (Zulkarnain et al., 2013). Upaya untuk

melindungi kulit dari paparan sinar ultra violet dapat menggunakan lotion yang
3

memiliki kandungan vitamin C yang memiliki efek antioksidan yang baik untuk

menangkal radikal bebas. Lotion dapat digunakan secara rutin untuk mendapatkan

kulit yang lembab dan terlingungi (Haque & Talukder, 2018).

Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber antioksidan

alami yaitu daun kenikir. Menurut penelitian Athifah (2019) dan Rahayu (2018)

menyatakan bahwa daun kenikir (Cosmos caudatus) memiliki aktivitas

antioksidan secara in vitro dengan nilai IC50 sebesar 89,411 µg/ml. Ekstrak etanol

daun kenikir mengandung alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin, steroid dan

kuersetin dimana zat ini adalah flavonoid utama pada daun kenikir. (Nurhaeniet

al, 2014) telah melakukan penelitian mengenai aktivitas antioksidan serta

kandungan fenolik dan flavonoid dari ekstrak etanolik daun kenikir, penelitian

tersebut membuktikan bahwa kenikir memiliki aktivitas antioksidan yang kuat

dengan nilai IC50 sebesar 19,43μg/ml, kandungan fenolik total sebesar 18,68(%

b/b EAG) dan kadar kandungan flavonoid totalnya 55,48 (% b/b ).

Banyak jurnal yang telah dipbulikasikan terkait aktivitas biologik dari

berbagai ekstrak bagian tanaman kenikir dan senyawa metabolit sekundernya.

Salah satu aktivitas yang diketahui yaitu antioksidan karena adanya senyawa-

senyawa golongan flavonoid dan fenolik yang diperoleh dengan berbagai cara

ekstraksi pada bagian daun ataupun bunganya (Ari Widiyanto et al, 2020).

Penggunaan lotion pemutih wajah ataupun badan memiliki dampak positif

dan dampak negatif. Dampak positifnya yaitu adanya kepuasan karena efek putih

yang dihasilkan dari penggunaan produk pemutih tersebut. Sedangkan dampak

negatif dari penggunaan lotion racikan yaitu munculnya bintik-bintik hitam dan
4

gatal-gatal yang dirasakan pada awal pemakaian, bahkan sebelum kulit memutih.

Dampak negatif yang dirasakn setelah pemakaian lama yaitu kulit menjadi tipis

yang menyebabkan rasa perih ketika terkena matahari, mudah tergores dan

meninggalkan bekas luka yang sulit untuk dihilanhkan (Firnayanti, 2017). Hal ini

disebabakan karena zat kimia yang terkandung dalam lotion. Keuntungan dari

penambahan bahan aktif alami adalah dapat meningkatkan nilai tambah dan

fungsi dari lotion tanpa memberi efek iritasi. Penambahan zat alami pada lotion

berfungsi sebagai antioksidan (Agustin, 2021). Penambahan bahan alami

diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dan fungsi dari lotion tanpa memberi

efek iritasi. Penambahan zat alami pada lotion sebagai antioksidan telah dilakukan

oleh Purwaningsih et al (2014).

Salah satu inovasi dalam pemanfaatan serta pengembangan bidang

formulasi sediaan farmasi yaitu melakukan formulasi lotion dengan menggunakan

ekstrak daun kenikir sebagai bahan utama. Daun kenikir diyakini memiliki

aktivitas antioksidan sehinga peneliti tertarik melakukan formulasi lotion yang

berfungsi sebagai pelembab dan pelindung kulit dari radikal bebas sinar ultra

violet. Penelitian perlu dilakukan untuk memenuhi karakteristik dan stabilitas

lotion yang meliputi organoleptis, homogenitas, pH, uji daya sebar dan uji

viskositas.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak daun kenikir

terhadap formulasi sediaan lotion?


5

2. Bagaimana pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak daun kenikir

terhadap formulasi sediaan lotion?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi

ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus) terhadap formulasi sediaan lotion.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Membuat formulasi sediaan lotion ekstrak daun kenikir (Cosmos

caudatus).

2. Mengevaluasi pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak daun kenikir

terhadap formulasi sediaan lotion.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Bagi peneliti dapat menambah wawasan ilmu tentang formulasi sediaan

lotion ekstrak daun kenikir.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan formulasi

sediaan lotion ekstrak daun kenikir

1.4.3 Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain dapat menjadi rujukan, sumber informasi dan bahan

referensi bagi penelitian selanjutnya.


6

1.5 Keaslian Penelitian


Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Nama penulis Judul jurnal Perbedaan Persamaan
Erwan Kurnianto, Ika Formulasi Lotion - Menggunakan eatnol -Menggunakan
Ristia Rahman, Dian Ekstrak Terpurifikasi 50% sedangkan di ekstrak daun kenikir.
Kartikasari, Daun Kenikir penelitian ini
Hairunnisa (2021) (Cosmos caudatus menggunakan etanol
Kunth). 96%.
- konsentrasi 0,10%,
0,25% dan 0,50%
sedangkan yang
digunakan di
penelitian ini
10%,20% dan 30%.
Suprianto, Hendri Efektifitas Lotion Anti -Memanfaatkan lotion -Menggunakan
Faisal, dan Endang Nyamuk Ekstrak daun kenikir sebagai ekstrak daun kenikir
Subekti (2021) Etanol Daun Kenikir antinyamuk, - pelarut etanol 96%
(Cosmos caudatus) sedangkan penelitian
ini memanfaat ekstrak
daun kenikir untuk
body lotion.
-Menggunakan
konsentrasi 5%, 10%,
15% sedangkan
penelitian yang akan
dilakukan menggun
akan konsentrasi
10%, 20% dan 30%.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjaun Tanaman Kenikir

2.1.1 Klasifikasi Daun Kenikir

Menurut Syarifuldin (2014) klasifikasi ilmiah daun kenikir (Cosmos

caudatus) (Sharifuldin & Thesis, 2014) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Asterales

Familli : Asteraceae

Genus : Cosmos

Species : Cosmos caudatus Kunth. ( Moshawih et al., 2017)

Gambar 2.1 Daun Kenikir (Cosmos caudatus)

2.1.2 Morfologi Daun Kenikir

Tanaman Kenikir (Cosmos caudatus) adalah salah satu tanaman obat ynag

banyak dijumpai tumbuh liar di lingkungan sekitar penduduk indonesi. Daun

kenikir yang memiliki bau tidak bersahabat banyak dikonsumsi masyarakat

7
8

sebagai sayuran dan lalapan. Daun ekstrak kenikir mengandung senyawa

fitokimia seperti terpenoid, asam lemak , flavonoid, alkaloid, tannin dan saponin.

Secara tradisional daun ini juga digunakan sebagai obat penambah nafsu makan,

lemah lambung, penguat tulang dan pengusir serangga ( Yusoff, et al., 2015).

Kenikir dikenal dengan naman yang berbeda di berbagai daerah. Di Melayu

kenikir dikenal dengan sebutan ulam raja, di Jawa Tengah dikenal dengan nama

kenikir, dan di Malaysia orang menyebutnya dengan nama pelampong (Susisla, et

al,. 2012).

Herba semusim berbatang saperti pipa yang bergaris-garis membujur. Daun

bertangkai panjang dan duduk berhadapan, berbagai menyirip 2-3, berbau damar

bila diremas. Bunga dalam karangan bongkol yang terdapat pada ujung batang

dan pada ketiak daun teratas, berwarna lembayung berbintik-bintik kuning

ditengahnya. Buah keras berbentuk jarum. Baru-baru ini sebuah hasil penelitian

menunjukan bahwa kenikir atau dikenal dengan nama ulam raja di Malaysia, pada

dosis 500mg/kg berpotensi sebagai agen terapi guna mengembalikan kerusakan

tulang pada wanita yang sudah mengalami menopause. Sementara itu penelitian

lainya menyebutkan bahwa kenikir berpotensi sebagai anti radang karena

kandungan flavonoid yang berpetensi debagai antioksidan.

2.1.3 Kandungan Kimia Daun Kenikir

Kandungan kimia yang ada di dalam daun kenikir yakni saponin, flavonoid,

polifenol dan minyak atsiri. Akarnya mengandung hidroksieugenol dan kanoferil

alcohol (CCRC Farmasi UGM 2014).


9

Menurut Endang Hanani 2020 kandungan kimia akan di uraikan sebagai

berikut:

1. Flavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang memiliki struktur inti C6-

C3—C6 yaitu dua cincin aromatic yang dihubungkan dengan 3 atom C,

biasanya dengan ikatan atom O yang berupa ikatan oksigen heterosiklik.

Senyawa ini dapat dimasukan sebagai senyawa polifenol karena mengandung

dua atau lebih gugus hidroksil, bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam

basa.

2. Minyak Atsiri

Minyak atsiri merupakan senyawa yang terkandung dalam tumbuhan yang

memiliki sifat mudah menguap, bau yang spesifik pada banyak tumbuhan,

rasa getir, kadang-kadang berasa tajam dan hangat. Dalam keadaan murni

minyak atsiri yang diteteskan pada kertas tidak menimbulkan noda sehingga

sering disebut dengan minyak terbang (Volatile oil) atau essential oil.

3. Saponin

Kata saponin berasal dari tanaman Saponaria vaccaria yaitu tanaman yang

dapat digunakan sebagai sabun dan ternyata mengandung saponin. Saponin

larut dalam air, tidak larut dalam eter, dan jika dihidrolisis akan menghasilkan

aglikon. Saponin adalah sutau senyawa yang memiliki bobot molekul tinggi

atau besar, tersebar dalam beberapa tumbuhan merupakan bentuk glikosida

dengan molekul gula yang terkait dengan aglikontriterpen atau steroid.


10

4. Polifenol

Polifenol merupakan senyawa potensial sebagai antikanker. Polifenol

didefinisikan sebagai senyawa yang memiliki sekurangnya satu cincin

aromatik dengan satau atau lebih gugus fungsi hidroksil(Fatma et al., 2021).

2.1.4 Pigmen Daun Kenikir

Tanaman kenikir (Cosmos caudatus) pada bagian daun mengandung

berbagai macam zat, salah satunya adalah beta karoten. Beta karoten merupakan

golongan karoten pro-vitamin A, sedangkan karotenoid adalah merupakan pigmen

kuning-merah.

Pigmen klorofil diekstrak dari daun bayam, daun suji dan daun kenikir.

Pigmen antosianin dapat diekstrak dari kol merah, buah naga dan ketan

hitam(Ardianto et al., 2015).

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi menurut (Marjoni, 2016) merupakan suatu proses pemisahan dari

bahan campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai dengan tujuan

untuk menarik suatu zat aktif atau komponen-komponen kimia yang ada didalam

simplisia. Dalam menentukan dari suatu proses ekstraksi perlu beberapa kondisi

dan pertimbangan yaitu senyawa kimia yang telah memiliki identitas,

mengandung kelompok senyawa kimia tertentu, organisme (tanaman dan hewan)

dan penemuan senyawa baru.

2.2.1 Jenis-Jenis Ekstraksi

Menurut (Marjoni, 2016) ekstraksi dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu

sebagai berikut:
11

a. Berdasarkan bentuk substansi dalam campuran

1. Ektraksi padat-cair

Proses ekstraksi padat-cair ini merupakan proses ekstraksi yang paling

banyak ditemukan dalam mengisolasi suatu substansi yang terkandung di

dalam suatu bahan alam. Proses ini melibatkan substan yang berbentuk

padat di dalam campurannya dan memerlukan kontak yang sangat lama

antara pelarut dan zat padat. Kesempurnaan proses ekstraksi sangat

ditentukan oleh sifat dari bahan alam dan sifat dari bahan yang akan di

ekstraksi.

2. Ekstraksi cair-cair

Ekstraksi ini dilakukan apabila substansi yang akan diekstraksi berbentuk

cairan di dalam campurannya.

b. Berdasarkan penggunaan panas

a. Ekstraksi secara dingin

Metode ekstraksi secara dingin bertujuan untuk mengekstrak senyawa-

senyawa yang terdapat dalam simplisia dalam yang tidak tahan terhadap

panas atau bersifat thermolabil. Ekstraksi secara dingin dapat dilakukan

dengan beberapa cara berikut ini:

1. Maserasi

Maserasi adalah proses ekstraksi sederhana yang dilakukan hanya dengan

cara merendam siplisia dalam satu atau campuran pelarut selama waktu

tertentu pada temperature kamar dan terlindungi dari cahaya.


12

2. Perkolasi

Perkolasi adalah proses penyarian zat aktif secara dingin dengan cara

mengalirkan pelarut secara kontinu pada simplisia selama waktu tertentu.

b. Ekstraksi secara panas

Metode panas digunakan apabila senyawa-senyawa yang terkandung

dalam simplisia sudah dipastikan tahan panas. Metode ekstraksi yang

membutuhkan panas diantaranya:

1. Seduhan

Seduhan merupakan ekstraksi paling sederhana hanya dengan merendam

simplisia dengan air panas selama waktu tertentu (5-10 menit).

2. Coque ( penggodokan )

Merupakan proses penyarian dengan cara menggodok simplisia

menggunakan api langsung dan hasilnya dapat langsung digunakan

sebagai obat baik secara keseluruhan termasuk ampasnya atau hanya

hasil godokanyya saja tanpa ampas.

3. Infusa

Infusa merupakan sediaan cair yang di buat dengan cara menyari

simplisia nabati dengan air pada suhu 900C selama 15 menit.

4. Digesti

Digesti adalah proses ekstraksi yang cara kerjanya hampir sama dengan

maserasi, hanya saja digesti menggunakan pemanasan rendah pada suhu

30-400C. Metode ini biasanya digunakan untuk simplisia yang tersari

baik pada suhu biasa.


13

5. Dekokta

Proses penyarian secara dekokta hampir sama dengan infusa,

perbedaanya hanya terletak pada lamanya waktu pemanasan. Waktu

pemanasan pada dekokta lebih lama di banding metode infusa, yaitu 30

menit dihitung setelah suhu mencapai 900C. Metode ini sudah sangat

jarang digunakan karena selain proses penyarianya yang kurang

sempurna dan juga tidak dapat digunakan untuk mengekstraksi senyawa

yang bersifat yang termolabil.

6. Refluks

Refluk merupakan proses ekstraksi dengan pelarut pada titik didih pelarut

selama waktu dan jumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin balik

( kondensor ). Proses ini umumnya dilakukan 3-5 kali pengulangan pada

residu pertama, sehingga termasuk proses ekstraksi yang cukup

sempurna.

7. Soxletasi

Proses soxletasi merupakan proses ekstraksi panas menggunakan alat

khusus berupa ekstraktor soxklet. Suhu yang digunakan lebih rendah

dibandingkan dengan suhu pada metode refluks.

c. Berdasarkan proses pelaksanaan

a. Ekstraksi berkesinambungan (Continous Extraction)

Pada proses ekstraksi ini, pelarut yang sama dipakai berulang-ulang

sampai proses ekstralsi selesai.


14

b. Ekstraksi bertahap (Bath Extraction)

Dalam ekstraksi ini pada setiap tahap ekstraksi selalu dipakai pelarut

yang selalu baru sampai proses ekstraksi selesai.

d. Berdasarkan metode ekstraksi

a. Ekstraksi tunggal

Merupakan proses ekstraksi dengan cara mencampurkan bahan yang

diekstrak sebanyak satu kali dengan pelarut. Pada ekstraksi ini sebagaian

dari zat aktif akan terlarut dalam pelarut sampai mencapai suatu

keseimbangan.

b. Ekstraksi multi tahap

Merupakan suatu proses ekstraksi dengan cara mencampurkan bahan

yang akan diekstrak beberapa kali dengan pelarut yang baru dalam

jumlah yang lebih banyak. Ekstrak yang dihasilkan dengan cara ini

memiliki rendemen lebih tinggi dibandingkan ekstraksi tunggal, di

karena bahan yang di ekstrak mengalami beebrapa kali pencampuran dan

pemisahan.

2.3 Kosmetika

Kata kosmetik berasal dari bahasa Yunani yaitu kosmetike tekhne yang

berarti berhias diri. Kosmetik merupakan salah satu jenis sediaan farmasi yang

dibuat dengan tujuan untuk membersihkan, memperbaiki bau, serta memperbaiki

bagian luar tubuh manusia seperti kulit epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ

genital bagian luar, serta membran mukosa agar menjadi lebih baik (BPOM RI,

2019). Menurut peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang bahan
15

pembuatan kosmetik tahun 2019, komponen yang biasa terkandung dalam

kosmetik, biasanya seperti bahan pewarna, pengawet dan bahan tabir surya.

Kosmetik dibuat menarik dengan berbagai macam warna dengan diberikan bahan

pewarna. Untuk menjaga stabilitas kosmetik serta mencegahnya dari kerusakan,

diberikan tambahan bahan pengawet. Selain itu, untuk melindungi kulit dari

radiasi sinar ultraviolet biasanya diberikan tambahan bahan tabir surya (BPOM

RI, 2019). Komponen-komponen tersebut biasanya berasal dari bahan-bahan yang

didapat secara alami ataupun bahan yang sudah disintetis terlebih dahulu.

Dasar dari kecantikan adalah kesehatan. Kulit yang sehat adalah bagian

yang langsung dapat kita lihat karena kulit merupakan organ tubuh yang berada

paling luar dan berfungsi sebagai pembungkus tubuh, pemakaian kosmetik yang

tepat akan bermanfaat bagi kesehatan tubuh yaitu untuk kebersihan pribadi,

meningkatkan daya tarik melalui make up, meningkatkan rasa percaya diridan

perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari sunar ultraviolet, polusi dan

faktor lingkungan lain (Nadya berliana, 2018).

2.3.1 Kosmetika Herbal

Kosmetik herbal merupakan sediaan kosmetik yang diformulasikan

menggunakan bahan-bahan alami yang memiliki fungsi tertentu, terutama untuk

digunakan dalam pengobatan. Kosmetik herbal merupakan produk yang sangat

bermanfaat karena memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan mendasar

terutama kaum wanita. Kosmetik juga terbagi menjadi dua yaitu kosmetik herbal

dan kosmetik non herbal (Alamin, 2020).


16

Kosmetik herbal dengan bahan alami dianggap lebih berkualitas, ramah

lingkungan, dan aman. Selain itu, kosmetik herbal juga memiliki efek samping

yang lebih sedikit. Kosmetik herbal ini dapat diformulasikan dari satu atau lebih

bahan alami dengan aktivitas yang diinginkan (Bashirah D dan Putriana H.A,

2019). Kosmetik herbal saat ini banyak digunakan oleh sejumlah masyarakat

sebab kosmetik herbal sebagian mengandung bahan alami dan dapat

meminimalkan efek samping dari kosmetik sintetis yang tinnggi akan bahan-

bahan kimia seperi bahan yang mengandung zat hidrokuinon (Primadiamanti et

al., 2019).

2.3.2 Kosmetika Kimia

Kosmetik sintetis merupakan campuran dari beragam senyawa kimia

contohnya seperti krim pemutih kulit yang mengandung hidrokuinon. Krim

pemutih yang mengandung hidrokuinon banyak digunakan untuk menghilangkan

bercak-bercak pada wajah atau kulit secara cepat (Primadiamanti et al., 2019).

Berdasarkan public warning BPOM (Badan Pemeriksa Obat dan Makanan)

dari tahun ke tahun ditetapkan zat kimia paling berbahaya dan dilarang

diantaranya (Salsabila, 2018) :

a. Merkuri (Hg) atau air raksa

Pemakaian Merkuri Hg tersebut (Hydrargyrum) dalam kosmetik terutama

krim pemutih dapat menimbulkan alergi, iritasi, perubahan warna kulit,

serta pada pemakaian dengan dosis tinggi dan panjang dapat menyebabkan

kerusakan permanen pada otak, ginjal, dan gangguan perkembangan janin

dilahirkan cacat.
17

b. Hidroquinon (Hq) > 2%

Bahaya pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat

menyebabkan iritasi kulit kemerahan dan rasa terbakar, juga dapat

menyebabkan kelainan pada ginjal (nephropathy), kanker darah (leukemia)

dan kanker sel hati (hepatocellular adenoma). Hidrokinon dilarang

digunakan karena kandungannya dalam kosmetik yang dijual bebas sangat

berbahaya jika digunakan jangka panjang.

c. Tretinoin/ retinoic acid

Tretinoin/ retinoic acid atau asam retinoat juga terrmasuk golongan obat

keras sehingga penggunaanya harus dengan resep dokter, sama halnya

dengan hidrokuinon. Bahaya penggunaan bahan ini dapat 12 menyebabkan

kulit kering, rasa terbakar, teratogenik (kecacatan pada janin).

d. Zat Warna Rhodamin B

Bahan pewarna merah K. 10 (Rhodamin B) adalah zat warna sintetis yang

umumnya digunakan sebagai zat warna kertas, tekstil, atau tinta. Zat warna

ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan dan merupakan zat

karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Rhodamin dalam konsentrasi

tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada kulit.

e. DEG (Diethylene Glycol)

DEG (Diethylene Glycol) merupakan racun bagi manusia dan binatang

karena dapat menyebabkan depresi sistem syaraf pusat, keracunan pada

hati dan gagal ginjal. Kasus dibeberapa negara telah banyak menyebabkan

kematian.
18

2.3.3 Jenis-Jenis Kosmetika

Menurut Krismangingrum (2021) kosmetik terbagi dalam dua golongan

yaitu :

a. Kosmetik menurut cara pembuatan (Kosmetik modern)

Kosmetik modern merupakan bahan kimia yang diolah secara modern

(termasuk di antaranya adalah cosmetic).

b. Kosmetik tradisional bentuk-bentuk tradisional, misalnya mangir, lulur,

yang dibuat dari bahan alam yang diolah menurut resep dan cara turun-

menurun. Semi tradisional, diolah secara tradisional yang komponennya

benar-benar tradisional dan diberi warna yang menyerupai bahan

tradisional.

Penggolongan kosmetik berdasarkan kegunannya bagi kulit :

a. Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetic)

Kosmetik perawatan kulit digunakan untuk merawat kebersihan dan

kesehatan kulit yaitu kosmetik untuk membersihkan kulit contohnya

(cleanser) sabun, cleasing, cream, cleasing milk, dan penyegar kulit

(freshener). Sedangkan kosmetik untuk melembapkan kulit misalnya

mousturizing cream, night cream, dan suncreen.

b. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)

Kosmetik riasan merupakan keperluan untuk merias dan menutup cacat

pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang menarik sehingga

menimbulkan efek percaya diri (self confidence), sehingga dalam kosmetik

riasan peran zat pewarna dan zat pewangi sangat besar (Suci, 2016).
19

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI (2019), kosmetik dibagi menjadi

13 preparat yaitu :

a. Preparat yang digunakan untuk bayi, misalnya bedak bayi, minyak bayi,

parfum bayi dan lain-lain.

b. Preparat yang digunakan untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath

capsule dan lain-lain.

c. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shayow, pensil alis dan lain-

lain.

d. Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water dan lain-lain.

e. Preparat untuk rambut, misalnya hair spray, cat rambut dan lain-lain.

f. Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut dan lain-lain.

g. Preparat make up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstik, blush on dan

lain-lain.

h. Preparat untuk menjaga kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth

washes dan lain-lain.

i. Prepaat pewarnaan kulit, misalnya pembersih, pelembab, dan lainlain.

j. Preparat untuk kuku, misalnya cat kuku, lotion kuku dan lain-lain.

k. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindung,

cream dan lain-lain.

l. Preparat cukur, misalnya sabun cukur dan lain-lain.

m. Preparat untuk suntan dan suncreen, misalnya suncreen foundation, dan

lain-lain.
20

2.4 Sediaan Lotion

Lotion didefinisikan sebagai campuran dari dua cairan yang tidak saling

bercampur, yang distabilkan dengan sistem emulsi dan jika ditempatkan pada

suhu ruang akan berbentuk cairan yang dapat dituang. Proses dispersi suatu

larutan ke dalan larutan yang tidak saling bercampur dinamakan dengan emulsi,

bentuknya doplet dan ukurannya dipengaruhi oleh laju pengadukan selama proses

emulsifikasi (Nazipi et al., 2017). Jika dibandingkan dengan salep atau krim,

pemakaian lotion lebih cepat merata setelah diaplikasikan pada permukaan kulit

karena konsistensinya berbentuk cair. Emulgator berfungsi sebagai bahan

pengemulsi untuk menstabilkan sediaan emulsi. Untuk mengetahui karakteristik

lotion dapat dilakukan serangkaian pengujian fisik dan uji stabilitas sediaan

(Pujiastuti dan Monica, 2019).

Hal penting yang harus diperhatikan formulator dalam membuat sediaan

lotion adalah fungsi lotion yang akan dikembangkan. Fungsi dari lotion adalah

untuk mempertahankan kelembaban kulit, melembutkan dan membersihkan,

mencegah kehilangan air, dan mempertahankan bahan aktif. Formulasi lotion

biasanya terdiri dari pelembab, pengemulsi, bahan pengisi, pembersih, bahan

aktif, pelarut, pewangi, dan pengawet (Tazkiya, 2022).

Bahan-bahan lotion adalah gliserin, pengental, minyak mineral, setil

alkohol, silikon dan preservatif. Gliserin berfungsi sebagai humektan, yaitu

menahan air di bawah lapisan kulit untuk mencegah kehilangan air yang

berlebihan. Pengental berfungsi sebagai pengikat fasa minyak dan fasa air.
21

Minyak mineral dan silikon berfungsi sebagai pelembab (moisturizing) kulit. Setil

alkohol berfungsi sebagai surfaktan dan emolien (Tazkiya, 2022).

2.4.1 Komponen Utama Sediaan Lotion

a. Setil Alkohol

Setil alkohol merupakan alkohol dengan bobot molekul yang tinggi, yang

dapat berfungsi sebagai coating agent, emulsifying agent, stiffening agent,

emolien dan bersifat water absorptive. Setil alkohol memiliki pemerian berupa

wax, granul, serpihan putih dan kubus. Memiliki sifat kelarutan praktis tidak larut

dalam air, mudah larut dalam etanol (95%) dan eter, kelarutan akan meningkat

dengan meningkatnya suhu, dapat bercampur saat dilelehkan dengan isopropil

miristat, lemak, paraffin padat dan cair (Kusumawardani, 2019).

b. Metil Paraben

Pemerianya berupa serbuk halus, putih, hampir tidak berbau, tidak

mempunyai rasa, dan agak membakar diikuti rasa tebal. Kelarutanya yaitu larut

dalam 500 bagian air, mudah larut dalam eter dan etanol. Metil paraben digunakan

sebagai pengawet pada fase air dengan batas penggunaan sebesar 0,02-0,3%.

Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet dan antimikroba dalam

kosmetik, produk makanan dan formulasi farmasi dan digunakan baik sendiri atau

dalam kombinasi dengan paraben lain atau dengan antimikroba lain dan efektif

pada kisaran pH yang luas dan memeliki aktivitas antimikroba yang kuat

(Kusumawardani, 2019).
22

c. Dimethicon

Dimethicon merupakan cairan tidak berwarna, bersifat non polar dan

tersedia dalam berbagai macam viskositas. Zat ini dapat digunakan sebagai

emolien, antifoaming agnt, dan water-repelling agent. Dimethicon mampu

membentuk film pada kulit yang menyerap sebum (kulit berminyak), mencegah

kilauan, dan dapat menjadi barier yang efektif terhadap senyawa kimia yang dapat

mengiritasi kulit (Kusumawardani, 2019).

2.4.2 Zat Tambahan Sediaan Lotion

a. Metil paraben

Metil paraben (nipagin)termasuk dalam bahan pangan (BTP) khususnya

anti jamur yang digunakan secara luas sebagai pengawet untuk

makanan, obat-obatan dan kosmetika. Bahan pengawet umumnya

digunakan untuk mengawetkan pangan yang mempunyai sifat mudah

rusak. Senyawa paraben merupakan pengawet yan popular ditambahkan

pada sediaan bentuk krim, pasta, produk kecantikan, perekat, makanan

lemak dan minyak, karena mempunyai aktivitas antimikroba

berspektrum luas, tidak berwarna, tidak berbau, stabil dan murah. Salah

satu senyawa paraben adalah metil paraben.

b. Fragrance parfum

Bahan pewangi adalah bahan kimia yang memiliki aroma tertentu.

Bahan pewangi sering ditambahkan dalam kosmetik, sabun, detergen,

sampo, pengharum ruangan, dan sebagainnya. Bahan kimia yang


23

digunakan sebagai bahan pewangi biasanya berupa senyawa ester(tim

guru eduka, 2015)

2.4.3 Evaluasi Sediaan Lotion

a. Uji Organoleptis

Uji organoleptis meliputi pengujian terhadap bentuk, warna, rasa dan bau

serta tanda-tanda lain yang dapat dilihat dengan mata biasa.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas adalah merupakan uji untuk memberikan informasi bahwa

data penelitian masing-masing kelompok data berasal dari populasi yang tidak

berbeda jauh keragamannya(Dr. H. fajri ismail, 2018)

c. Uji pH

Uji pH dilakukan untuk mengukur pH (derajat kesamaan) sediaan dan untuk

menguji apakah sediaan sudah memenuhi syarat pH yang sesuai dengan kondisi

pH kulit(Apt. Asti Rahayu, 2019).

d. Uji Daya sebar

Uji daya sebar ini dilakukan untuk mengetahui luas permukaan daya sebar

sediaan pada kulit.

e. Uji Viskositas

Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar atau

kecilnya gesekan didalam fluida (Syaiban et al 2020). Besarnya kekentalan zat

cair (viskositas) dinyatakan dengan suatu bilangan yang menentukan suatu zat cair

(Soebiakto et al 2016).
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual

Kosmetik Kosmetik Kimia

Kosmetika Herbal

Cream Lotion Salep Gel

Ekstrak Daun Kenikir:

- Konsentrasi 10%

- Konsentrasi 20%

- Konsentrasi 30%

Evaluasi sifat fisik lotion dengan beberapa


konsentrasi bahan aktif:

- Uji pH - Organoleptis

- Homogenitas - Viskositas

- Daya sebar

Uji Statistik

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

= tidak diteliti

= diteliti

24
25

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara dalam suatu

penelitian, adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

HO: Tidak terdapat pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak daun kenikir (Cosmos

caudatus) terhadapformulasi sediaan lotion.

HI: Terdapat pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak daun kenikir (Cosmos

caudatus) terhadap formulasi sediaan lotion.


BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain eksperimental, meliputi penyiapan

sampel, pembuatan ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus) dan formulasi lotion

berbahan aktif ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus).

4.2 Populasi dan Sampel

Populasi merupakan kumpulan objek penelitian yang memiliki karakteristik

yang sama. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah daun kenikir

(Cosmos caudatus). Sampel adalah sebagian dari subjek yang diambil dari

keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel

yang digunkan dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol daun kenikir (Cosmos

caudatus).

4.3 Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Farmasi dan

Laboratorium Biologi Farmasi Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas dr.Soebandi Jember.

4.4 Waktu

Waktu yang akan dilakukan pada bulan Februari 2023 - Maret 2023

4.5 Variabel

4.5.1 Variabel Bebas

Variabel bebas yang akan digunakan pada penelitian ini adalah konsentrasi

ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus).

26
27

4.5.2 Variabel terikat

Variabel terikat yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sifat fisik

sediaan lotion ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus) yaitu uji pH, uji

organoleptis, uji homogenitas, uji viskositas dan uji daya sebar.

4.6 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang dirumuskan oleh peneliti tentang

istilah-istilah yang ada pada masalah peneliti dengan maksud untuk menyamarkan

persepsi antara peneliti dengan orang-orang yang terkait dengan penelitian.

Tabel 4.1 Definisi Operasional


Hasil
Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Skala
ukur
Konsentrasi Jumlah Dari jumlah Timbangan Interval %
ekstrak daun konsentrasi dari total sediaan analitik
kenikir ekstrak daun sebanyak 200
kenikir 10%, gram dihitung
20% dan 30%. sesuai jumlah
presentase dari
masing-masing
bahan.
Sifat fisik : Warna, bentuk Sediaan Visual Numerik Kental
 organoleptis dan bau berbentuk berwarna
lotion, bau khas putih
daun kenikir kehijauan
 homogonitas Campuran dari Uji Objek glass Rasio Tidak
semua bahan homogenitas terdapat
lotion dan dilakukan butiran
semua bagian dengan cara butiran
yang memiliki diambil sampel kasar
susunan sama lotion sebanyak
dan merata. 0,1 gram lalu
oleskan pada
objek glass dan
diamati.
 pH pH merupakan Pengujian pH pH meter Interval pH 4,0-8,0
ukuran dari dilakukan
konsentrasi ion dengan cara
hidrogen menimbang 1
dengan gram sediaan
menunjukan lalu larutkan
kesamaan atau aquades 10ml
kebasaan suatu dalam beaker
zat. glass, lalu ukur
pH
28

menggunakan
pH meter
digital. pH yang
baik dan tidak
dapat
mengiritasi
kulityaitu 4,0-
8,0.
 daya sebar Daya sebar Uji daya sebar Kaca bulat Interval 3-7cm
yang dapat dilakukan
menjamin dengan cara
sediaan dapat ditimbnag
mudah sampel sediaan
diaplikasikan, sebanyak 0,5
tidak mudah gram letakkan
menguap dan ditengah kaca
hilang bulat dan
dipermukaan. pemberat 150
gram, diamkan
selama 1 menit
lalu catat
diameter
penyebabnya,
daya sebar yang
baik 3-7 cm.
 viskositas Viskositas yang Pengujian Viskometer Interval 50,0-
menunjukkan viskositas 1000dPas
kemudahan dilakukan
yang sediaan dengan cara
dimasukan dan menempatkan
dikeluarkan dari sampel pada
wadah dan wadah
memiliki daya viskometer
sebar yang baik sampai spindel
saat terendam. Atur
diaplikasikan. kecepatan
spindel yang
akan digunakan
lalu jalankan
viskometer
rentang
viskositas pada
sediaan semi
padat adalah
50,0-1000dPa.s,
dengan
viskositas
maksimal yang
diingikan
250.0dPa.s
29

4.7 Alat dan Bahan

4.7 1 Alat

Alat yang digunakan yaitu timbangan analitik, seperangkat alat maserasi,

water bath, beaker glass, corong, mortar, stamper, cawan , batang pengaduk,

sudip, kertas saring, gelas ukur, kertas perkamen dan wadah lotion.

4.7 2 Bahan

Bahan yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu ekstrak daun kenikir

(Cosmos caudatus), asamstearat, etanol 96%, propilengglikol, metil paraben,

aquades, TEA, gliserin, emulgide, setil alcohol danpewangi(Pratama et al., 2020).

4.8 Prosedur Kerja

4.8.1 Pembuatan Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos caudatus)

Pembuatan ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus) dalam

pelarut etanol 96% menggunakan metode maserasi. Simplisia daun kenikir

(Cosmos caudatus) ditimbang sebanyak 200 gram kemudian direndam dalam

etanol 96% sebanyak 2liter selama 3x24 jam dan sesekali diaduk kemudian

dilakukan remaserasidengan 2 liter etanol 96% selama 24 jam. Hasil ekstrak

etanol kenikir (Cosmos caudatus) yang telah direndam ditampung dalam gelas

beaker yang selanjutnya dimasukkan ke dalam labu evaporator untuk

mendapatkan ekstrak kental. Proses evaporasi dilakukan pada tekanan rendah

dengan suhu 50oC sampai mendapatkan hasil ekstrak kental yang pekat (Debby et

al., 2017).
30

4.8.2 Pembuatan Lotion Esktrak Daun Kenikir

Prinsip pembuatan lotion adalah pencampuran beberapa bahan yang disertai

pengadukan dan pemanasan yang sempurna. Bahan dipisahkan menjadi dua

bagian, yaitu bahan yang larut minyak dan bahan yang larut air. Bahan-bahan

yang termasuk fase minyak antara lain asam stearat dan cetil alkohol. Bahan-

bahan yang termasuk fase air antara lain gliserin, trietanolamin,

propilenglikol,metil paraben, dan aquadest. Fase minyak dicampur sampai

homogen disertai pemanasan 70-75oC sehingga terbentuk sediaan A. Fase air pun

dicampur sampai homogen disertai pemanasan 70-75oC sehingga terbentuk

sediaan B. Setelah homogen, kedua sediaan tersebut dicampur pada suhu 70°C.

Pada suhu 37°C, metil paraben dan ekstrak etanol daun kenikir dimasukkan ke

dalam sediaan C, kemudian pewangi ditambahkan pada suhu 35°C. Setelah

penambahan pewangi, pengadukan terus dilakukan selama satu menit sehingga

terbentuk lotion (Kurniawan, 2012).

4.8.3 Formulasi Sediaan Lotion Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos caudatus)

Tabel 4.2 Formulasi Sediaan Lotion


Formula Daftar
Bahan Fungsi
F1 F2 F3 Pustaka
Ekstrak daun Komponen
10% 20% 30%
kenikir utama
(Rowe et al
Asam stearat 2 2 2 Emulgator
2009)
(Rowe et al
Setil alkohol 1 1 1 Emolien
2009)
(Depkes RI
Propilenglikol 5 5 5 Humektan
1995)
(Rowe et al
Gliserin 4 4 4 Humektan
2009)
(Rowe et al
TEA 1 1 1 Emulgator
2009)
(Depkes RI
Metil paraben 0,2 0,2 0,2 Pengawet
1995)
Fragrance 0,1 0,1 0,1 Zat
31

tambahan
(Dirjen
Aquades Ad. 100 Ad. 100 Ad. 100 Pelarut
POM 1979)

4.8.4 Evaluasi Sediaan Lotion

1. Uji Organoleptis

Uji organoleptis ini dilakukan bertujuan untuk melihat tampilan fisik

sediaan yang meliputi warna, bentuk, dan bau(Choirul, 2019).


Disiapkan formulasi sediaan lotion ekstrak daun kenikir

Pengamatan perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan


lotion ekstrak daun kenikir

Gambar 4.1 Skema Uji Organoleptis


(Handayani 2019)
2. Uji homogenitas

Homogenitas krim dievaluasi dengan mengoleskan sediaan pada

permukaan kaca objek kemudian disebarkan dengan bantuan kaca objek

yang lain untuk mendapatkan permukaan yang homogen(Luthfiyana

etal., 2016).
Mengoleskan sediaan lotion pada plat kaca

Mengamati dengan diraba

Gambar 4.2 Skema Uji Homogenitas


(Handayani 2019)
3. Uji pH

Penetapan pH pada sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter.

Alat pH meter dicelupkan secara langsung kedalam sediaan lotion.

Kemudian dilihat perubahan skala pada pH meter. Angka yang tertera


32

pada skala pH meter merupakan nilai pH dari sediaan (Luthfiyana et al.,

2016).

Menyiapkan sediaan lotion ekstrak daun kenikir

Elektroda dicelupakn kedalam lotion sampai pH meter


menunjukan pembacaan

Gambar 4.3 Skema Uji pH


(Juswita 2017)
4. Uji Daya Sebar

Uji daya sebar ini dilakukan untuk mengetahui luas permukaan daya

sebar sediaan pada kulit.


Menyiapkan sediaan lotion dan letakkan di tengah kaca arloji

Ambil kaca bulat lainya dan letakkan diatas sediaan lotion dan
diamkan selam 1 menit kemudian diameter penyebaranya
dicatat

Gambar 4.4 Skema Uji Daya Sebar


(Juswita 2017)
5. Uji Viskositas

Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar

atau kecilnya gesekan didalam fluida (Syaiban et al 2020). Besarnya

kekentalan zat cair (viskositas) dinyatakan dengan suatu bilangan yang

menentukan suatu zat cair (Soebiakto et al 2016).


33

Menyiapkan sediaan lotion ekstrak daun kenikir

rotor ditempatkan ditengah-tengah mangkok berisi lotion

Amati jarum penunjuk viskositas , setelah stabil kemudiaan


dibaca skala yang terdapat pada viskometeer tersebut

Gambar 4.5 Skema Uji Viskositas


(Juswita 2017)

4.9 Teknik pengumpulan Data

4.9.1 Observasi

Observasi merupakan aktivitas pengamatan terhadap suatu objek secara

cermat langsung dilokasi penelitian, serta mencatat secara sistematis mengenai

gejala-gejala yang diteliti ( Mardawani 2020). Observasi yang akan dilakukan

pada penelitian ini melipti proses pembuatan ekstrak daun kenikir hingga proses

formulasi lotion ekstrak daun kenikir yang akan dilakukan di Laboratorium

Teknologi Farmasi Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan,

Universitas dr. Soebandi Jember.

4.10 Teknik Analisis

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah menggunakan uji statistik

SPSS yaitu iji One Way ANOVA yang digunakan untuk menganalisis sediaan

lotion dengan konsentrasi 10% 20% dan 30%. Uji ANOVA One Way adalah

sejenis ini statistika parametik dengan tujuan mengetahui ada tidaknya perbedaan

rata-rata antara lebih dari dua grup sampel yang ditujukkan berdasarkan nilai

signitif ≥ 0,05. Apabila hasil perhitungan uji ANOVA menunjukan adanya


34

perbedaan yang bermakna maka dilanjutkan dan uji LSD untuk menentukan

perbedaan pengaruh perlakuan terhadap parameter uji antar formula.


BAB 5 HASIL PENELITIAN

5.1 Perhitungan Rendemen Ekstrak

Data hasil penelitian ekstrak daun kenikir setelah proses maserasi yang

dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.1 Data Hasil Ekstrak Daun Kenikir

Sampel Bobot Awal Bobot Akhir


Ekstrak daun kenikir 200gram 14,69%

Perhitungan rendemen dilakukan untuk menentukan perbandingan jumlah

ekstrak yang diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

% Rendemen =

5.2 Hasil Evaluasi Sediaan Lotion

5.2.1 Uji Organoleptis

Uji Organoleptis ini bertujuan untuk melihat tampilan fisik sediaan lotion

yang meliputi warna, bentuk dan bau.

Tabel 5.2 Hasil Pengujian Organoleptik Sediaan Lotion Ekstrak Daun Kenikir

Formula
Uji Organoleptis
F1 F2 F3
Warna Hijau kekuningan Hijau pekat Hijau kecoklatan

Bentuk Semi padat Semi padat Semi padat

Bau Khas daun kenikir Khas daun kenikir Khas daun kenikir
Ket : F1 : Konsentrasi 10%

F2 : Konsentrasi 20%

F3 : Konsentrasi 30%

35
36

Berdasarkan hasil pengujian organoletis pada sediaan lotion daun kenikir

konsentrasi 10%,20% dan 30% memiliki bentuk semi padat, berwarna hijau

kekuningan hingga hijau kecoklatan dan bau khas daun kenikir.

5.2.2 Uji Homogenitas

Uji Homogenitas adalah salah satu uji fisik sediaan lotion yang bertujuan

untuk memberikan informasi bahwa data penelitian masing-masing kelompok

data berasal dari populasi yang tidak berbeda jauh keragamannya.

Tabel 5.3 Hasil Pengujian Homogenitas Sediaan Lotion Daun Kenikir

Formula Uji Homogenitas


F1 Homogen, tidak ada butiran kasar
F2 Homogen, tidak ada butiran kasar
F3 Homogen, tidak ada butiran kasar

Berdasarkan hasil uji homogenitas pada sediaan lotion dengan konsentrasi

10%, 20% dan 30% menghasilkan sediaan homogen dengan ditandai dengan tidak

ada butiran kasar pada sediaan lotion ekstrak daun kenikir.

5.2.3 Uji Daya Sebar

Uji daya sebar ini dilakukan untuk mengetahui luas permukaan daya sebar

sediaan pada kulit.

Tabel 5.4 Hasil Pengujian Daya Sebar Sediaan Lotion Daun Kenikir

Daya Sebar
Formula
Replikasi
F1 (cm) F2 (cm) F3 (cm)
1 4,5 3,5 5
2 5 4 4
3 5 4 4,5

Rata-rata 4,8 4,1 4,1


37

Berdasarkan pengujian daya sebar pada sediaan lotion ekstrak daun kenikir

konsentrasi 10% diperoleh diameter 4,8cm, pada konsentrasi 20% diperoleh

4,1cm, dan konsentrasi 30% diperoleh 4,1cm.

5.2.4 Uji Viskositas

Uji Viskositas merupakan uji sifat fisik sediaan lotion yang bertujuan untuk

mengukur kekentalan yang menyatakan besar atau kecilnya gesekan didalam

sediaan.

Tabel 5.6 Data Pengukuran Viskositas Sediaan Lotion Daun Kenikir


Viskositas
Formula
Replikasi
F1 (dPa's) F2 (dPa's) F3 (dPa's)
1 19 15 15
2 19 14 15
3 19 14 12

Rata-rata 19 14,3 14

Hasil uji viskositas dilakukan untuk engetahui suatu viskositas dari sediaan,

dimana nilai viskositas tersebut menyatakan besarnya tahanan suatu cairan untuk

mengalir.

5.2.5 Uji pH

Uji pH dilakukan adalah uji sediaan lotion yang bertujuan untuk menguji

apakah sediaan sudah memenuhi syarat pH yang sesuai dengan kondisi pH kulit.

Tabel 5.8 Data Hasil Pengujian pH


Uji pH
Formula
Replikasi
F1 F2 F3
38

1 7,93 7,59 7,81


2 7,80 7,37 7,45
3 7,76 7,66 7,59

Rata-rata 7,83 7,54 7,61

Berdasarkan hasil pengujian pemeriksaan pH pada sediaan lotion ekstrak

daun kenikir konsentrasi 10%, 20% dan 30% diperoleh dengan pH 4-8, sehingga

sediaan tersebut memenuhi syarat sebagai cream pelembab kulit.


BAB 6 PEMBAHASAN

6.1 Rendemen Ekstrak

Hasil dari pemekatan menggunakan rotary evaporator adalah berupa

ekstrak kental. Selanjutnya ekstrak kental ditimbang dan dihitung

presentase rendemennya. Rendemen merupakan salah satu parameter yang

digunakan untuk mengetahui seberapa banyak ekstrak yang dihasilkan dari

proses ekstraksi, dinyatakan dengan perbandingan antara jumlah ekstrak

yang dihasilkan dengan jumlah bahan yang digunakan (Tazkya, 2022).

Hasil persen rendemen pada penelitian ini memiliki nilai baik yaitu 14,69%.

Hasil rendemen memenuhi persyaratan rendemen yang baik yaitu rentang 10-15%

(Hamsidar, 2014). Semakin tinggi nilai persen rendemen yang dihasilkan

menandakan nilai ekstrak yang dihasilkan semakin banyak (Wijaya et al., 2018).

Penentuan kadar rendemen bertujuan untuk mengetahui kadar metabolit sekunder

yang terbawa oleh pelarut tersebut tetapi tidak dapat menentukan jenis senyawa

yang terbawa tersebut (Rukayyah et al., 2022). Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh (Harliya dan Widiyantoro, 2020) yang menyatakan

bahwa konsentrasi pelarut etanol 96% menghasilkan rendemen ekstrak kenikir

sebesar 10,98% dan masuk dalam rentang syarat rendemen yang baik.

6.2 Hasil Evaluasi Sediaan Lotion

6.2.1 Uji Organoleptis

Pengujian organoleptis sediaan lotion dilakukan dengan mengamati bentuk

fisik, bau dan warna sediaan (Mardikasari et al., 2017). Dari hasil organoleptis,

bentuk sediaan lotion ekstrak daun kenikir dengan variasi konsentrasi 10%, 20%,

39
40

dan 30% memenuhi syarat mutu fisik yaitu mempunyai bentuk setengah padat

pada krim umumnya, berwarna hijau dan berbau khas ekstrak daun kenikir.

Ketiga formula menghasilkan warna yang berbeda dikarenakan konsentrasi zat

aktif pada setiap formula berbeda, semakin tinggi konsentrasi maka semakin pekat

warna yang dihasilkan ( Sugiharto, 2020).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Cahyanti,

2018) yang melakukan uji mutu fisik pada daun kenikir yang didapatkan hasil

bahwa uji organoleptis pada ekstrak daun kenikir dengan variasi konsentrasi

0,5%, 1% dan 2% relatif memiliki hasil yang sama karna menggunakan bahan dan

cara yang sama, hanya saja warna yang dihasilkan memiliki perbedaan karna

perbedaan konstrasi dimana semakin banyak konsentrasinya makan warna yang

dihasilkan juga akan semakin pekat.

6.2.2 Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui tercampurnya

bahan-bahan sediaan lotion. Homogenitas suatu sediaan dipengaruhi oleh proses

pencampuran pada saat pembuatan sediaan (Pujiastuti dan Monica, 2019).

Dari hasil uji homogenitas, sediaan lotion ekstrak daun kenikir dengan

variasi konsentrasi memenuhi persyaratan uji homogenitas dimana hasil dari

ketiga konsentrasi 10%, 20%, dan 30% mendapat hasil homogen, yaitu

tercampurnya semua bahan atau komponen dalam sediaan lotion. Sediaan lotion

dikatakan homogen bila zat aktif dengan zat tambahan tercampur merata.

Sediaan dapat dikatakan homogen jika tidak terdapatnya partikel-partikel

kasar, butir-butir halus dan memiliki warna yang merata pada sediaan
41

(Mardikasari et al., 2017). Sediaan memiliki homogenitas yang baik sehingga

berpengaruh pada pemerataan dosis. Apabila sediaan homogen, maka dosis setiap

bagian juga sama/merata. Dengan hasil uji homogenitas mendapatkan hasil

homogen maka sediaan ini memenuhi syarat mutu fisik krim sehingga layak

digunakan (Cahyanti, 2018).

Peningkatan konsentrasi ekstrak daun kenikir tidak mempengaruhi

homogenitas sediaan lotion, berdasarkan jurnal (Noer dan Sundari, 2016)

homogenitas sistem emulsi dipengaruhi oleh teknik atau cara pencampuran yang

dilakukan serta alat yang digunakan pada proses pembuatan emulsi tersebut. Hasil

tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tazkiya (2022) dimana

pada variasi konsentrasi ekstrak rimpang kunyit 1%, 2%, dan 3% menunjukkan

hasil homogen meskipun terdapat perbedaan konsentrasi ekstrak pada sediaan.

6.2.3 Uji Daya Sebar

Tujuan dari pengujian daya sebar adalah untuk mengetahui kemampuan

penyebaran sediaan lotion pada saat diaplikasikan di kulit. Syarat daya sebar yang

baik untuk sediaan topikal kisaran 5-7 cm2 (Pertiwi et al., 2017). Hasil uji daya

sebar pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai terbaik daya sebar pada

sediaan lotion ekstrak daun kenikir yaitu pada konsentrasi 10% dengan diameter

4,8cm2, sedangkan pada pada konsentrasi 20% diperoleh 4,1cm2, dan konsentrasi

30% diperoleh 4,1cm2. Daya sebar pada penelitian ini menunjukkan hasil yang

kurang baik, hal ini dapat disebabkan oleh faktor suhu, waktu pencampuran,

konsentrasi ekstrak maupun interaksi antara ketiganya memiliki efek terhadap

respon daya sebar yang dihasilkan.


42

Hasil uji ANOVA menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p>0,005) yakni

senilai 0.847, dari nilai tersebut diketahui bahwa tidak ada perbedaan bermakna

dari ketiga variasi konsetrasi (10%, 20%, dan 30%) pada daya sebar terhadap

formulasi lotion daun kenikir.

Hal tersebut terjadi karena kandungan air pada sediaan semakin sedikit

sehingga lotion semakin kental. Seiring dengan menurunnya daya sebar sediaan

maka semakin meningkat viskositasnya sehingga butuh beberapa waktu dalam

menyebar ketika diaplikasikan pada kulit. Hasil penelitian menunjukkan semakin

tinggi penambahan konsentrasi ekstrak maka sediaannya semakin kental dan daya

sebarnya semakin menurun (Ulandari dan Surgihartini, 2019).

Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh (Ulandari dan

Sugihartini, 2020), dimana hasil uji daya sebar menunjukkan jika penambahan

konsentrasi ekstrak daun kelor menurunkan daya sebarnya (p<0,05). Menurut

penelitian oleh Tazkiya (2022), diketahui bahwa hasil formulasi hand lotion

ekstrak daun kunyit memiliki nilai daya sebar pada konsetrasi terendah dengan

nilai F1 memiliki daya sebar 7 cm, F2 memiliki daya sebar 6,9 cm dan F3

memiliki daya sebar 6,75 cm. Berdasarkan nilai tersebut semakin tinggi

konsentrasi ekstrak maka semakin kecil nilai daya sebarnya, sebagaimana hasil

penelitian yang dilakukan oleh (Dominica dan Dian, 2019), bahwa jumlah ekstrak

yang digunakan pada masing-masing formula berpengaruh pada nilai diameter

daya sebar sediaan.


43

6.2.4 Uji Viskositas

Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar atau

kecilnya gesekan didalam fluida (Syaiban et al 2020). Pengujian viskositas pada

penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui sifat alir dan tingkat kekentalan

pada lotion. Sediaan lotion dengan viskositas antara 2.000-4.000 cP atau 20-40

dPa.s (Hariningsih, 2019). Hasil dari penelitian yang diperoleh belum memenuhi

syarat dengan hasil uji viskositas pada konsentrasi masing masing sebesar 19

dPa's, 14,3 dPa's, dan 14 dPa's seperti disajikan pada tabel 5.5. Namun jika

mengacu pada Food and Drug Administration, viskositas lotion yang baik

<30.000 cP (Indriyati, 2018), maka hasil penelitian telah memenuhi syarat

dengan hasil uji viskositas pada konsentrasi masing masing sebesar 19 dPa's, 14,3

dPa's, dan 14 dPa's atau dalam rentang 1400 – 1900 cP.

Data hasil penelitian uji viskositas dianalisis menggunakan SPSS ANOVA

dan didapatkan nilai 0.847 yang dapat diketahui bahwa nilai tersebut tidak

signifikan (P<0,005) dan tidak ada perbedaan yang signifikan pada tiga variasi

konsentrasi yang diformulasikan untuk lotion daun kenikir.

Sediaan dengan nilai viskositas yang baik, maka dapat memudahkan saat

mengaplikasikan sediaan tersebut. Viskositas dari sediaan juga berpengaruh pada

daya sebar sediaan. Apabila sediaan memiliki viskositas yang baik, maka daya

sebar sediaan pun juga akan baik. Karena apabila sediaan memiliki viskositas

yang rendah (terlalu encer), maka penyebaran sediaan tersebut pada kulit juga

tidak baik. Sedangkan apabila sediaan memiliki viskositas yang terlalu tinggi

(terlalu kental), maka penyebaran sediaan tersebut pada kulit juga akan susah.
44

Seperti yang dijelaskan pada penelitian yang dilakukan oleh Ningrum (2011) yang

menyatakan bahwa viskositas yang terlalu tinggi akan menurunkan tingkat

kenyamanan penggunaan, karena sediaan sulit mengalir, maka saat mengeluarkan

sediaan dari kemasan juga menjadi lebih sulit. Viskositas yang terlalu tinggi juga

akan berpengaruh pada proses pengemasan, karena viskositas yang tinggi , berarti

hambatan tinggi sehingga menghambat penuangan sediaan ke dalam wadah.

Viskositas yang terlalu rendah juga tidak diharapkan karena jika sediaan terlalu

encer maka sediaan akan menetes saat diaplikasikan pada kulit sehingga sediaan

tidak tinggal seluruhnya pada permukaan kulit.

Pada penelitian ini didapatkan nilai viskositas terbaik adalah pada

konsentrasi 10% dibandingakan pada konsetrasi 20% atau 30%. Nilai viskositas

semakin menurun dengan bertambahnya konsentrasi ekstrak daun kenikir.

Viskositas yang baik akan memiliki nilai yang tinggi. semakin tinggi viskositas

suatu bahan, maka bahan itu akan semakin stabil karena mengalami pergerakan

partikel cenderung lebih sulit dengan semakin kentalnya suatu bahan (Fitria et al.,

2016).

Hal ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Kurniawan, 2012).

dimana nilai viskositas tertinggi terdapat pada body lotion yang tidak

menggunakan ekstrak daun handeuleum dibandingkan dengan komposisi body

lotion ekstrak daun handeuleum sebesar 2 – 4%, nilai viskositas menurun seiring

dengan ditambahkannya ekstrak daun handeuleum pada formulasi yang digunakan

diikuti dengan tidak digunakannya bahan-bahan yang berfungsi sebagai emulsifier

seperti gliseril stearat dan petroleum jelly pada formulasi body lotion. Dengan
45

semakin menurunnya konsentrasi gliseril stearat dan petroleum jelly, maka

viskositas produk yang dihasilkan akan semakin rendah.

6.2.5 Uji pH

Pengujian pH sediaan lotion bertujuan untuk mengetahui derajat keasaman

atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu sediaan untuk menjamin sediaan tidak

menyebabkan iritasi pada kulit (Taskya, 2022). Faktor – faktor yang dapat

mempengaruhi pH berasal dari bahan – bahan yang digunakan dalam sediaan.

Pengujian ini juga dilakukan guna mengetahui mengetahui pengaruh penambahan

ekstrak daun kenikir sebagai bahan aktif dan variasi konsentrasi ekstrak terhadap

sediaan lotion.

Pada penelitian ini didapatkan rata – rata pH dari tiga variasi konsentrasi

10%, 20%, dan 30%. Hasil yang diperoleh telah sesuai dengan syarat nilai pH

kulit pada sediaan topikal yaitu antara 4-8 (Gozali et al., 2019). Apabila sediaan

memiliki pH yang sama dengan pH kulit, maka dalam pemakaiannya sediaan

tersebut tidak akan menimbulkan efek merugikan, jika pH sediaan terlalu asam

atau basa dapat menyebabkan kering pada kulit dan menimbulkan iritasi

(Cahyanti, 2018). Dengan mendapatkan hasil pH sediaan sebesar pH 7,61 dan pH

dari senyawa yang terkandung didalam ekstrak daun kenikir yang sebagai zat aktif

dalam sediaan, sudah mendapatkan pH yang stabil dimana pH dari senyawa

flavonoid dan saponin mendekati nilai pH sediaan topikal yang dipersyaratkan

yaitu 4-8. Sediaan topikal dengan nilai pH yang terlalu asam dapat mengiritasi

kulit sedangkan bila nilai pH terlalu basa dapat membuat kulit kering dan bersisik.

Apabila pH sediaan berada di luar interval pH kulit dikhawatirkan akan


46

menyebabkan kulit bersisik atau bahkan terjadi iritasi sedangkan bila berada di

atas pH kulit dapat menyebabkan kulit terasa licin, cepat kering, serta dapat

mempengaruhi elastisitas kulit (Lenny et al., 2021).

Hasil uji statistik menunjukkan nilai P>0,005 yaitu 0,314 dimana nilai

tersebut tidak signifikan (P<0,005) sehingga diketahui bahwa variasi konsentrasi

pada lotion daun kenikir tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna terhadap

pH sediaan. Jika nilai Sig. <0,05 artinya signifikan. Sebaliknya jika nilai Sig

P>0,05 artinya tidak signifikan (Hariyanti, 2018).


BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Tidak ada pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak daun kenikir

terhadap formulasi sediaan lotion daun kenikir.

2. Ketiga formula menghasilkan lotion yang homogen, tidak ada butiran,

beraroma khas daun kenikir, berwarna hijau kekuningan, hijau pekat,

hijau kecoklatan dan hasil dari uji sebar, viskositas dan pH tidak

menunjukkan adanya perbedaan bermakna (P>0,005).

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan, maka saran yang

dapat dipergunakan dalam perbaikan penelitian selanjutnya adalah sebagai

berikut :

1. Diharapkan adanya uji aktivitas antioksidan untuk sediaan lotion.

2. Sebaiknya diadakan uji kesukaan dan uji fisik stabilatas untuk mendapatkan

hasil uji yang tepat.

47
DAFTAR PUSTAKA
Ulandari, A. S., & Sugihartini, N. (2020). Evaluasi Sifat Fisik Sediaan Lotion
Dengan Variaso Konsentrasi Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L.)
Sebagai Tabir Surya. Jurnal Farmasi Udayana, 9(1), 45.
https://doi.org/10.24843/jfu.2020.v09.i01.p07
Wijaya, H., Novitasari, S. Jubaidah. 2018. Perbandingan Metode Ekstraksi
Terhadap Rendemen Ekstrak Daun Rambai Laut (Sonneratia Caseolaris L.
Engl). Samarinda.Akademi Farmasi Samarinda Jurnal.

48
LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Rendemen Sampel Ekstrak Daun Kenikir

a. Maserasi daun kenikir

Berat serbuk daun kenikir = 200gram

Etanol 96% = 2 liter

b. Perhitungan rendemen
Berat serbuk simplisia = 200gram

berat cawan kosong = 70,74 gram

cawan+esktrak = 100,12gram

berat ekstrak = 100,12 - 70,74 = 29,38 gram

rendemen ekstrak =

= 14, 69 %

Lampiran 2. Perhitungan Formula Pembuatan Lotion

1. Formula 10%

Ekstrak daun kenikir =

Asam setearat =

Setil alkohol =

49
50

Propilenglikol =

Gliserin =

TEA =

Metil paraben =

Fragance =

2. Formula 20%

Ekstrak daun kenikir =

Asam setearat =

Setil alkohol =

Propilenglikol =

Gliserin =

TEA =
51

Metil paraben =

Fragance =

3. Formula 30%

Ekstrak daun kenikir =

Asam setearat =

Setil alkohol =

Propilenglikol =

Gliserin =

TEA =

Metil paraben =

Fragance =
52

Lampiran 3. Dokumentasi Proses Pembuatan Dan Evaluasi Sediaan Lotion

Jenis
No Dokumentasi
Dokumentasi
1. Daun kenikir

2. Alat Penelitian
53

3. Bahan-bahan
penelitian

4. Ektraksi daun
kenikir metode
maserasi
54

5. Uji
homogenitas

6. Uji daya sebar

7. Uji pH

F1 F2

F3
55

8. Uji viskositas

F1 F2

F3

9. Ekstrak kental
daun kenikir

10. Serbuk daun


kenikir
56

Lampiran 4. Uji SPSS One Way ANOVA Daya Sebar Sediaan Lotion Daun
Kenikir

Descriptives
Formulasi
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Std. Lower Upper
N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum
FI 3 4.333 .7638 .4410 2.436 6.231 3.5 5.0
F2 3 4.333 .5774 .3333 2.899 5.768 4.0 5.0
F3 3 4.500 .5000 .2887 3.258 5.742 4.0 5.0
Total 9 4.389 .5465 .1822 3.969 4.809 3.5 5.0
57

Test of Homogeneity of Variances


Formulasi
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.462 2 6 .651

ANOVA
Formulasi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .056 2 .028 .071 .932
Within Groups 2.333 6 .389
Total 2.389 8
58

Lampiran 5. Uji SPSS One Way ANOVA Viskositas Sediaan Lotion Daun
Kenikir

Descriptives
Formulasi
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Std. Lower Upper
N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum
FI 3 16.33 2.309 1.333 10.60 22.07 15 19
F2 3 16.00 2.646 1.528 9.43 22.57 14 19
F3 3 15.00 3.606 2.082 6.04 23.96 12 19
Total 9 15.78 2.587 .862 13.79 17.77 12 19

Test of Homogeneity of Variances


Formulasi
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.491 2 6 .635

ANOVA
Formulasi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2.889 2 1.444 .171 .847
Within Groups 50.667 6 8.444
Total 53.556 8
59

Lampiran 6. Uji SPSS One Way ANOVA pH Sediaan Lotion Daun Kenikir

Descriptives
Formula
95%
Confidence
Interval for
Mean
Std. Std. Lower Upper
N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum
F1 3 7.7767 .17243 .09955 7.3483 8.2050 7.59 7.93
F2 3 7.5400 .22869 .13204 6.9719 8.1081 7.37 7.80
F3 3 7.6700 .08544 .04933 7.4578 7.8822 7.59 7.76
Total 9 7.6622 .18130 .06043 7.5229 7.8016 7.37 7.93

Test of Homogeneity of Variances


Formula
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.860 2 6 .235

ANOVA
Formula
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .084 2 .042 1.415 .314
Within Groups .179 6 .030
Total .263 8

Anda mungkin juga menyukai