Anda di halaman 1dari 84

SKRIPSI

IDENTIFIKASI BAKTERI COLIFORM DENGAN METODE


MPN (Most Probable Number) PADA SAMPEL TERASI

OLEH:

AYU ANDRIAYANI
NIM.1981019

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA
LUBUK PAKAM
T.A 2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi Dengan Judul:

IDENTIFIKASI BAKTERI COLIFORM DENGAN METODE


MPN (Most Probable Number) PADA SAMPEL TERASI

Yang dipersiapkan Dan Diseminarkan Oleh:

Ayu Andriayani
NIM.1981019

Telah disetujui untuk diujikan dan dipertahankan dihadapan Komisi penguji


Skripsi pada ujian sidang Skripsi Program Studi DIV Teknologi Labaratorium Medik
Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.

Lubuk Pakam, Agustus 2023

Pembimbing

Vincentia Ade Rizky, S.Si.T., M.Biomed


NPP. 06. 18. 21. 10. 1997

i
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul:

IDENTIFIKASI BAKTERI COLIFORM DENGAN METODE


MPN (Most Probable Number) PADA SAMPEL TERASI

Oleh:
AYU ANDRIAYANI
NIM.1981019

Skripsi Ini Telah Di seminarkan dan Di Terima Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma DIV Teknologi Laboratorium Medik
Tahun Akademik 2022/2023 Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Terapan
Kesehatan.

Lubuk Pakam, Agustus 2023


Komisi Penguji:

1. apt. Yosi Darmirani, S.Farm., M.K.M., M,Farm


NPP: 06.19.21.09.1995

2. apt. Debi Dinha Octora Sitepu, S.Farm., M,Farm


NPP: 06.18.12.10.1996

3. Vincentia Ade Rizky, S.Si.T., M.Biomed


NPP: 06.18.21.10.1997

Disahkan Oleh:

Dekan Ketua Program Studi


Fakultas Farmasi DIV Teknologi Laboratorium Medik

Dr. apt. Samran, S.Si., M.Si Sa’adah Siregar, S.Si., M.Kes


NPP: 06.21.18.05.1965 NPP: 06.18.20.05.1989

ii
LEMBAR PERYATAAN

IDENTIFIKASI BAKTERI COLIFORM DENGAN METODE


MPN (Most Probable Number) PADA SAMPEL TERASI

SKRIPSI

Untuk memperoleh digelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan


sepanjang pengetahuan saya dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini
tidak terdapat karya yang pernah diajukan juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Lubuk Pakam, Agustus 2023

Ayu Andriayani
NIM.1981019

iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Ayu Andriayani
Tempat/ Tanggal Lahir : Sei.Pinang, 8 Januari 2001
Anak ke : 6 (Enam) Dari 7 (Tujuh) Bersaudara
Agama : Islam
Nama Ayah : Paino
Nama Ibu : Ngatinem
Alamat : Dusun VII Sei. Pinang, Desa Sei.Siarti Kec.
Panai Tengah

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 2007-2013 : SD Swasta Bhakti Mulia Sei.Siarti Kec. Panai


Tengah
2. Tahun 2013-2016 : SMP Negeri 1 Panai Hulu
3. Tahun 2016-2019 : SMK Swasta Kesehatan Sartika Rantau Prapat
4. Tahun 2019-2023 : Program Studi DIV Teknologi Laboratorium
Medik Institut Kesehatan Medistra Lubuk
Pakam

iv
Program Studi Teknologi Laboratorium Medik
Fakultas Farmasi
Institut Kesehatan Medistra

Skripsi, Agustus 2023


Ayu Andriayani

Indentifkasi Bakteri Coliform Dengan Metode MPN (Most probable Number)


Pada Sampel Terasi

XIV + 65 halaman + 9 gambar + 4 tabel + 5 lampiran

ABSTRAK

Bakteri Coliform merupakan suatu kelompok bakteri yang dapat digunakan


sebagai indikator polusi kotoran dan sanitasi yang tidak baik terhadap makanan atau
minuman. Adanya bakteri coliform di dalam makanan menunjukkan kemungkinan
adanya mikroorganisme yang bersifat enterpatogenetik dan toksigenetik yang mampu
mempengaruhi kesehatan biota maupun manusia. Untuk mengetahui apakah terdapat
cemaran bakteri Coliform pada terasi berdasarkan metoden MPN (Most Probable
Number), Untuk mengetahui Nilai bakteri Coliform melalui tabel Mpn (Most
Probable Number) Coliform pada Terasi. Metode MPN adalah salah satu metode
fermentasi tabung ganda dengan tujuan untuk mengetahui jumlah bakteri Coliform,
dengan menggunakan medium cair didalam tabung reaksi, yang mana perhitungan
dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif, yaitu tabung yang ditumbuhi oleh
mikroba setelah di inkubasi pada suhu dan waktu tertentu.Hasil dari uji MPN terdapat
1 sampel yang tidak mengandung bakteri Coliform. Sedangkan 3 sampel lainnya
termasuk dalam kategori tidak memenuhi syarat mikrobiologis. Dimana didapatkan
jumlah bakteri MPN berdasarkan tabel MPN yaitu: pada sampel ke 1 didapatkan hasil
31 koloni, pada sampel ke 2 didapatkan hasil 19 koloni, dan pada sampel ke 4
didapatkan hasil 19 koloni. Peneliti selanjunya diharapkan dapat menguji lebih
lengkap mengenai identifikasi pada terasi dari segi kimia dan fisika serta dapat
meneliti pencemaran bakteri Coliform ini dan memberikan solusi terkait
pencegahannya. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan pengujian lainnya
seperti uji TPC (Total Plate Count) dan uji yang lebih spesifik untuk mengetahui
setiap jenis bakteri.

Kata Kunci: Bakteri Coliform, Terasi, Metode MPN

v
Medical Laboratory Technology Study Program
Pharmacy Faculty
Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Mini Thesis, August 2023


Ayu Andriayani

Identification of Coliform bacteria with Method MPN (Most Probable Number)


on shrimp paste samples

XIV + 65 pages + 9 figures + 4 tables + 5 Attacments

ABSTRACT

Coliform bacteria are a group of bacteria that can be used as indicators of


sewage pollution and poor sanitation of food or drinks. The presence of coliform
bacteria in food indicates the possibility of enteropathetic and toxygenetic
microorganisms that can affect the health of biota and humans. To find out whether
there is contamination of Coliform bacteria in shrimp paste based on the MPN (Most
Probable Number) method, to find out the value of Coliform bacteria through the
Mpn (Most Probable Number) Coliform table in Shrimp Paste. The MPN method is
one of the double-tube fermentation methods with the aim of determining the number
of coliform bacteria, using a liquid medium in a test tube, where the calculation is
carried out based on the number of positive tubes, namely tubes overgrown by
microbes after incubation at a certain temperature and time. The results of the MPN
test contained 1 sample that did not contain Coliform bacteria. While the other 3
samples are included in the category of not meeting microbiological requirements.
Where the number of MPN bacteria is obtained based on the MPN table, namely: in
the 1st sample the results of 31 colonies were obtained, in the 2nd sample the results
of 19 colonies were obtained, and in the 4th sample the results of 19 colonies were
obtained. Researchers are expected to be able to test more fully about the
identification of shrimp paste in terms of chemistry and physics and can examine the
pollution of these coliform bacteria and provide solutions related to prevention.
Researchers are then expected to be able to carry out other tests such as TPC (Total
Plate Count) tests and more specific tests to find out each type of bacteria.

Keywords: Coliform bacteria, shrimp paste, MPN method

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala karunia
dan limpahan rahmat, karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Skripsi dengan judul “Identifikasi Bakteri Coliform Dengan Metode MPN (Most
Probable Number) Pada Sampel Terasi” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Drs. Johannes Sembiring, M.Pd, M.Kes Selaku Ketua Yayasan Institut
Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.
2. Ns. Rahmad Gurusinga, S.Kep, M.Kep Selaku Rektor Institut Kesehatan
Medistra Lubuk Pakam.
3. Dr. apt. Samran, S.Si. M.Si. Selaku Dekan Fakultas Farmasi Institut Kesehatan
Medistra Lubuk Pakam.
4. Sa’adah Siregar, S.Si., M.Kes Selaku Ketua Program Studi Teknologi
Laboratorium Medis Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.
5. Vincentia Ade Rizky, S.Si.T., M,Biomed Selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi arahan kepada
peneliti.
6. apt. Yosi Darmirani, S.Farm., M.K.M., M.Farm selaku penguji I dan apt. Debi
Dinha Octora Sitepu, S.Farm., M.Farm selaku penguji II yang telah memberikan
saran dan masukannya untuk kelengkapan skripsi ini.
7. Asvia Rahayu, S.ST., M,Biomed Selaku wali tingkat yang telah banyak
memberikan ilmu, arahan dan nasihat untuk terselesaikannya skripsi ini.
8. Seluruh Dosen dan Staf pegawai Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam yang
telah banyak memberikan pengetahuan, bimbingan, dan arahan selama mengikuti
pendidikan.
9. Teristimewa dan tak terhingga penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda
Paino dan Ibunda Ngatinem yang telah mencurahkan kasih sayangnya,

vii
mendukung dalam suka maupun duka, dan selalu mendoakan yang terbaik untuk
putrinya. Terimakasih pula kepada semua saudara-saudaraku tersayang, atas do’a
dan dukungan yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
untuk perbaikan selanjutnya. Demikian, semoga skripsi ini bisa bermanfaat dan
menambah wawasan bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

Lubuk Pakam, Agustus 2023

Ayu Andriayani
NIM.1981019

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................
LEMBAR PERNYATAAN...........................................................................................
RIWAYAT HIDUP........................................................................................................
ABSTRAK........................................................................................................................
ABSTRACT....................................................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................................vii
DAFTAR ISI...................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................xii
DAFTAR TABEL.........................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum........................................................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus.......................................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................................
1.4.1 Manfaat Teoritis.....................................................................................................
1.4.2 Manfaat Praktisi.....................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................
2.1 Tinjauan Umum Terasi................................................................................................
2.1.1 Pengertian Terasi......................................................................................................
2.1.2 Proses Pembuatan Terasi..........................................................................................
2.1.3 Mutu Terasi...............................................................................................................
2.1.4 Kriteria Terasi Yang Aman......................................................................................

ix
2.1.5 Kegunaan Terasi.......................................................................................................
2.2 Bakteri Pada Makanan...............................................................................................10
2.3 Bakteri Coliform ......................................................................................................15
2.3.1 Pengertian Bakteri Coliform...................................................................................15
2.3.2 Metode MPN (Most Probable Number).................................................................17
2.4 Kerangka Teori ......................................................................................................2
2.5 Kerangka Konsep....................................................................................................2
2.6 Hipotesis Penelitian...................................................................................................23
BAB III Metode Penelitian...........................................................................................2
3.1 Jenis Penelitian..........................................................................................................2
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian....................................................................................2
3.2.1 Lokasi Penelitian....................................................................................................2
3.2.2 Waktu Penelitian.....................................................................................................2
3.3 Populasi Dan Sampel.................................................................................................2
3.3.1 Populasi ..................................................................................................................2
3.3.2 Sampel ..................................................................................................................24
3.3.3 Penentuan Besar Sampel........................................................................................25
3.4 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional...........................................................25
3.4.1 Variabel Penelitian.................................................................................................25
3.4 2 Defenisi Operasional..............................................................................................26
3.5 Instrumen Penelitian..................................................................................................26
3.5.1 Alat ......................................................................................................................26
3.5.2 Bahan......................................................................................................................26
3.6 Prosedur Penelitian....................................................................................................27
3.6.1 Tahap Pengambilan Sampel...................................................................................27
3.6.2 Tahap Sterilisasi.....................................................................................................27
3.6.3 Tahap Pengenceran Sampel....................................................................................28
3.6.4 Tahap Pembuatan Media........................................................................................28
3.7 Pengujian...................................................................................................................29
3.7.1 Uji Pendugaan (Presumtive test)............................................................................29

x
3.7.2 Uji Penegasan (Confirmative test)..........................................................................29
3.7.3 Uji Pelengkap (Completed test)..............................................................................30
3.8 Jenis Data...................................................................................................................30
3.8.1 Data Primer.............................................................................................................30
3.8.2 Data Sekunder.........................................................................................................30
3.8.3 Pengelolaan Data....................................................................................................31
BAB IV Hasil Dan Pembahasan...................................................................................32
4.1 Hasil ..........................................................................................................................32
4.1.1 Hasil Pengujian Media LB (Lactose Broth)...........................................................32
4.1.2 Hasil Pengujian Media BGLB (Brilliant Green Lactose Broth)............................33
4.1.3 Hasil Pengujian Media EMBA (Eosin Methylen Blue Agar).................................36
4.2. Pembahasan..............................................................................................................37
BAB V Penutup..............................................................................................................40
5.1 Kesimpulan................................................................................................................40
5.2 Saran..........................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................41

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. 1: Terasi..............................................................................................................


Gambar 2.2. 2: Bakteri Escherichia Coli..............................................................................
Gambar 2.2. 3: Bakteri Shigella sp.......................................................................................
Gambar 2.2 4: Bakteri Vibrio Cholera..................................................................................
Gambar 2.3 5: Hasil uji pada media LB (Lactose Broth).....................................................
Gambar 2.3 6: Hasil uji pada media BGLB (Brilliant Green Lactose Broth)......................
Gambar 2.3 7: Hasil uji pada media EMBA (Eosin Methylen Blood Agar).........................
Gambar 4.1.1: Hasil pengujian pada media LB (Lactose Broth)..........................................
Gambar 4.1.2: Hasil pengujian pada media BGLB (Brilliant Green Lactose Broth............

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.4.1: Tabel Defenisi Operasional...................................................................26


Tabel 4.1.1: Data Hasil Pengujian Pendugaan (Persumtive test)..............................33
Tabel 4.1.2: Data Hasil Pengujian Penegasan (Confirmative test)...........................35
Tabel 4.1.3: Hasil Uji Pelengkap (Completed test)...................................................36

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Lembar Pengajuan Judul Skripsi......................................................................


Lampiran 2: Lembar Surat Izin Penelitian............................................................................
Lampiran 3: Rancangan Penelitian.......................................................................................
Lampiran 4: Dokumentasi Penelitian...................................................................................
Lampiran 5: Tabel MPN seri 333.........................................................................................

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bakteri coliform merupakan jenis bakteri yang mampu digunakan sebagai
indikator keberadaan bakteri-bakteri lain. Penentuan coliform sebagai indikator
pencemaran dengan melihat dari jumlah koloninya bakteri yang pasti berkolerasi
positif dengan adanya keberadaan bakteri-bakteri pathogen, identifikasi coliform
lebih cepat dan murah dari pada analisis jenis bakteri-bakteri lain. Rendahnya
keberadaan bakteri coliform pada suatu produk menunjukan semakin baiknya kualitas
produk makanan tersebut. Coliform merupakan suatu kelompok bakteri yang dapat
digunakan sebagai indikator polusi kotoran dan salinitas yang tidak baik terhadap
makanan atau minuman. Adanya bakteri coliform di dalam makanan menunjukkan
kemungkinan adanya mikroorganisme yang bersifat eterpatogenetik dan taksigenetik
yang mampu mempengaruhi kesehatan biota maupun manusia (Endang, 2020).
Berdasarkan World Gastrotritis Organizatiton salah salah satu penyakit yang
disebakan akibat kontaminasi bakteri Coliform yaitu diare. Saat ini diare sudah
menjadi masalah kesehatan dunia terutama dinegara berkembang. Terhitung sekitar 2
milyard kasus diare diseluruh dunia tercatat setiap tahunnya, dan 1,9 juta anak lebih
muda dari 5 tahun meninggal akibat diare. Di Indonesia pada tahun 2013 tercatat
kasus diare dengan prevalensi sebesar 3,0% per 1000 penduduk kasus diare di
Indonesia. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih
tinggi. Data dinas kesehatan provinsi Sumatera Utara menyatakan jumlah kasus diare
yang ditemukan dan ditangani yaitu sebanyak 38,67% dengan IR diare per 1000
penduduk mencapai 16,36%. Pencapaian IR ini jauh di bawah target program yaitu
220 per 1000 penduduk. Kota Medan merupakan daerah endemis penyakit diare. Dari
data dinas kesehatan kota Medan mengenai jumlah kunjungan kasus diare yang
paling banyak di puskesmas Medan Deli sebanyak 1729. Kejadian diare ini
disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang tercemar Bakteri, Bakteri yang

1
2

dapat menjadi penyebab diare infeksi salah satunya adalah bakteri Coliform (Riri,
2014).
Berdasarkan data Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), kasus
keracunan tingkat nasional salah satu sebabnya oleh minuman dimana terhitung 757
kasus keracunan disebabkan oleh minuman. Dari kasus yang telah tercatat tidak
dijelaskan secara langsung apakah penyebab keracunan disebakan oleh kontaminasi
bakteri atau bahan kimia (BPOM, 2019). Namun, secara teori Bakteri Coliform juga
menyebabkan kontaminasi makanan dan minuman, yang menyebabkan salah satu
gejala yaitu diare. Makanan yang kurang terjamin kebersihannya akan sangat mudah
terkontaminasi. Penyimpanan yang lama akan menyebabkan tumbuhnya bakteri
pathogen seperti Coliform. Bakteri Coliform merupakan mikroorganisme yang sering
digunakan sebagai indikator untuk menentukan suatu sumber air terkontaminasi
pathogen atau tidak. Bakteri Coliform dapat tumbuh dan berkembang baik pada suhu
penyimpanan 7 0C hingga 60 0C. Pengolahan makanan minuman yang tidak higienis
dan saniter dapat mengakibatkan adanya bahan-bahan yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan pada konsumen. Makanan dan minuman dapat menimbulkan
penyakit disebabkan dua hal, yaitu mengandung komponen beracun (logam berat dan
bahan kimia beracun) dan terkontaminasi mikroorganisme patogen. Makanan yang
terkontaminasi dapat menimbulkan penyakit. Gangguan kesehatan yang terjadi
berupa gangguan pada saluran pencernaan dengan gejala mual, perut mulas, muntah
dan diare (Irianto, 2014).
Menurut Hasanah (2018) makanan yang telah tercemar mikroba seringkali
tidak tampak secara kasat mata, bahkan tidak menyebabkan kerusakan fisik seperti
kerusakan berasal segi warna, rasa, dan penampilan, sehingga membuat rakyat tetap
mengkonsumsi makanan tersebut tanpa terdapat rasa curiga sedikitpun. Beberapa
faktor yang mengakibatkan terjadinya kontaminasi pada makanan, salah satunya
terkait menggunakan pengolahan makanan, tidak memperhatikan prinsip higiene baik
berasal perlengkapan alat-alat yang dipergunakan dan kebersihan para tangan penjual.
Menurut Isnaeni (2014) ada beberapa bakteri pathogen penyebab penyakit
pada makanan yaitu seperti Salmonella sp., Vibrio sp., Shigella sp., Streptococcus
3

faecalis, Bacillus cereus, dan golongan bakteri Coliform yakni Escherichia coli. Oleh
karena itu sebab penting untuk mengetahui tingkat keamanan yang berasal dari suatu
makanan untuk menghindari penyakit yang akan disebabkan, baik yang berasal dari
perlakuan kebersihan maupun dari lingkungan disekitar.
Setyorini (2013) mengatakan bahwa jika dalam suatu makanan sudah
tercemar bakteri Coliform sebanyak >1100 dari 750 ml sampel, memungkinkan
terjadinya penyakit yang berhubungan menggunakan mekanisme pertahanan tubuh,
baik itu mengakibatkan diare atau infeksi-infeksi lain. Adanya kandungan bakteri
Coliform dalam suatu makanan menandakan bahwa terjadi kontaminasi cemaran tinja
manusia yang ada dalam sumber air maupun makanan tersebut, yang bisa
ditimbulkan berasal dari peralatan dan juga pengerjaan yang kurang higienis.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan Darna, dkk (2017), tentang Analisis
cemaran Bakteri Coliform pada makanan tradisoinal sotong pangkong di jalan
merdeka kota Pontianak berdasarkan nilai Most Probable Number (MPN)
menunjukan bahwa cemaran bakteri Coliform berdasarkan nilai MPN sampel sotong
pangkong sebelum dan sesudah dipanggang melebihi batas maksimum yang telah
ditentukan oleh badan regulasi pangan BPOM No HK.00.06.1.52.4011 Tahun 2009
yaitu <3 MPN gram.
Dan pada penelitian yang dilakukan Taufik (2022), mengenai Analisis
cemaran Bakteri Coliform dan idenfikasi Bakteri Eschechia coli pada air gallon
didesa sungai danau menunjukkan bahwa diketahui 5 dari 5 sampel yang diuji tidak
memenuhi syarat yang telah ditentukan menurut PERMENKES No.
492/MENKES/PER/IV/2010 menyatakan bahwa parameter mikrobiologi terhadap
bakteri Coliform pada 100 ml air tidak boleh menggandung satu pun bakteri Coliform
atau 0 koloni/g (per 100 ml sampel).
Penelitian yang terdahulu telah dilakukan oleh Dita (2019), tentang
pemeriksaan jumlah kapang sebagai indikator kualitas terasi di pasar Tambaksari
Surabaya dapat disimpulkan bahwa persentase seluruh sampel terasi adalah 100%
berkualitas baik, sehingga terasi dipasar tersebut tergolong aman dikonsumsi.
Mengingat terasi merupakan bagian makanan (bumbu) yang digemari masyarakat di
4

Indonesia maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terasi tentang identifikasi
bakteri Coliform dengan metode MPN (Most Probable Number) pada Sampel Terasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat cemaran bakteri Coliform pada terasi?
2. Bagaimana nilai bakteri Coliform pada terasi berdasarkan metode MPN
(Most Probable Number)?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui apakah terdapat cemaran bakteri Coliform pada terasi
berdasarkan metode MPN (Most Probable Number).
2. Untuk mengetahui Nilai Bakteri Coliform melalui tabel MPN (Most
Probable Number) pada Terasi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengindentifikasi bakteri Coliform pada terasi dengan metode
MPN (Most Probable Number).
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 ManfaatTeoritis
Menerapkan keilmuan bidang Bakteriologi tentang bakteri Coliform
yang terdapat pada bahan makanan khususnya Terasi dengan menggunakan
metode MPN (Most Probable Number).
1.4.2 Manfaat Praktisi
a. Bagi Institut Kesehatan Medistra
Penelitian ini diharapkan sebagai bahan acuan pembelajaran serta
bahan tambahan referensi bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan pada
bidang Bakteriologi yaitu tentang identifikasi bakteri Coliform sebagai
kualitas terasi dengan metode MPN (Most Probable Number).
5

b. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi pada masyarakat supaya dapat memilah serta
menentukan bahan pangan khususnya Terasi yang aman dikonsumsi dan
juga sesuai dengan ketetapan SNI (Standar Nasional Indonesia) oleh
Kemenkes sehingga saat dikonsumsi akan terhindar berasal penyakit yang
ditimbulkan berasal makanan yang tercemar bakteri.
c. Bagi Peneliti
Bagi peneliti untuk dapat mengaplikasikan langsung materi dan
praktikum yang telah dipelajari, dan untuk menambah informasi,
pengetahuan, wawasan serta pengalaman penelitian selama melakukan
penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Terasi


2.1.1 Pengertian Terasi

Gambar 2.1 1: Terasi


(Sumber: Ryana Aryadita, 2020)

Terasi merupakan produk hasil olahan ikan dalam bentuk kering dan
terfermentasi. Banyak masakan khas Indonesia, yang dalam dalam proses
pembuatannya tidak dapat dipisahkan dari terasi sebagai salah satu komponen
bumbunya. Terasi sudah dikenal luas di Indonesia, terbukti dari banyak dan
beragamnya sebutan yang diberikan untuk produk terasi ini. Terasi tidak
dikenal di Indonesia saja, tetapi di negara lain juga terdapat produk semacam
terasi ini. Di Pilipina, terasi tersebut “bagoong” dan jika dibuat dari udang
kecil disebut “balanchan” atau “alanang”. Di Kamboja disebut Laos disebut
“padec” dan di Jepang disebut “gyoniso”.
Menurut Peraturan Kepala Badan POM Nomor 21 tahun 2016 tentang
Kategori Pangan, terasi udang adalah daging udang atau rebon segar atau
campurannya yang dicampur dengan adonan dan bahan tambahan lainnya
membentuk pasta kemudian dikeringkan dan di fermentasi. Terasi umumnya
terbuat dari udang kecil (rebon) dan dari ikan kecil atau teri. Bahan lainnya
adalah tepung terigu, tepung beras atau tepung lainya. Bahan-bahan campuran

6
7

inilah yang selanjutnya menentukan mutu dan cita-rasa terasi yang dihasilkan.
Terasi adalah bumbu masak yang dibuat dari udang yang difermentasikan,
berbentuk seperti pasta dan berwarna hitam-coklat, menjadi kemerahan bila
ditambah bahan pewarna. Terasi memiliki bau yang tajam dan biasanya
digunakan untuk membuat sambal terasi, tapi juga divariasikan dalam
berbagai resep tradisonal Indonesia. Ciri khas terasi adalah aromanya yang
agak tajam dan rasanya gurih (Hariyanto, 2013).
Terasi yang banyak diperdagangkan dipasar, secara umum dapat
diberbeda-bedakan sebagai dua macam sesuai bahan bakunya, yaitu terasi
yang dibuat berasal udang serta terasi yang dibuat berasal ikan. Udang
diklasifikasikan ke dalam filum Arthopoda, kelas Crustacea, dan bangsa
Decapoda. Setiap udang kemudian dibagi kembali atas suku, marga, dan jenis
yang berbeda-beda. Udang juga dikelompokkankan berdasarkan tempat
hidupnya yaitu udang laut dan udang darat (Khadijah, 2016).
Terasi dipergunakan menjadi bahan penyedap masakan untuk
menambah cita rasa makanan tersebut, seperti di masakan sayuran, sambal,
rujak, dan sebagainya sebagai bahan makanan setengah basah yang berkadar
garam tinggi, terasi bisa disimpan berbulan-bulan (Suwandi, 2015).
2.1 2 Proses Pembuatan Terasi
Proses pembuatan terasi dilakukan menggunakan metode fermentasi. Selama
fermentasi protein dihidrolisis menjadi turunan-turunannya, seperti pepton, peptida,
dan asam-asam amino. Fermentasi dapat menghasilkan amonia yang menimbulkan
terasi berbau menyengat. Di dalam masakan, terasi digunakan sebagai penyedap dan
menimbulkan cita rasa (flavouring agent) (Kemenristek, 2015).
Cara Pembuatan:
1. Udang rebon dicuci bersih, kemudian dijemur sampai kering di bawah
sinar matahari, Penjemuran dilakukan selama 2-3 hari.
2. Bahan tersebut kemudian dicampur dengan garam sebanyak 13% dan
tepung beras atau terigu, sambil diremas-remas. Pada terasi bermutu
8

rendah sering ditambahkan bahan-bahan lain supaya volumenya


meningkat.
3. Kedalam campuran ini ditambahkan sedikit air dan diaduk terus
menerus sampai membentuk adonan yang kompak dan padat. Adonan
ini, kemudian dijemur dalam bentuk lempengan- lempengan kecil
selama 3-4 hari.
4. Setelah selesai masa penjemuran, lempengan-lempengan adonan tadi
ditumbuk halus dan diberikan sedikit air sampai membentuk adonan
(menggumpal) yang kokoh. Adonan ini dibungkus dengan daun pisang
kering atau plastik, kemudian diperam atau difermentasi.
5. Lama pemeraman adalah 3-4 minggu. Pemeraman dilakukan pada suhu
kamar. Jika terdapat pada inkubator, pemeraman dapat dilakukan pada
suhu 20-30 0C, yang merupakan suhu optimum untuk fermentasi terasi.
2.1.3 Mutu Terasi
Berdasarkan SNI 2716.1:2016, terasi udang adalah produk olahan
hasil perikanan dengan menggunakan bahan baku rebon atau udang segar,
kering atau campurannya yang mengalami perlakuan fermentasi. Pembuatan
terasi udang ini meliputi adanya perlakuan penggaraman, pengeringan,
penggilingan, dan fermentasi. Syarat bahan baku pembuatan terasi udang ini
harus diolah dari rebon atau udang lainnya, segar atau kering yang layak
dikonsumsi oleh manusia.
Bahan baku tidak boleh berasal dari perairan yang tercemar. Bahan
penolong yang digunakan pada proses pembuatan terasi udang yakni air yang
dipakai sebagai bahan penolong untuk kegiatan di unit pengolahan memenuhi
ketentuan yang berlaku. Bahan pangan lain yang digunakan seperti garam dan
BTP (Bahan Tambahan Pangan) juga harus memenuhi standar (food grade)
dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Peralatan yang digunakan untuk
membuat terasi udang adalah alat penggiling, alat pengering, bak/ember
plastik, keranjang plastik, meja proses, pengaduk, dan timbangan. Persyaratan
untuk peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam penanganan terasi
9

udang adalah tidak mengelupas, tidak berkarat, tidak merupakan pencemaran


jasad renik, tidak retak dan mudah dibersihkan. Semua peralatan dalam
keadaan bersih sebelum, selama, dan sesudah digunakan.
2.1.4 Kriteria Terasi Yang Aman Di Konsumsi
Adapaun kriteria terasi yang berkualitas baik menurut Neni Rahmani (2021)
Yaitu :
1. Kemasan
Pastikan bahwa kemasan benar-benar tidak dalam keadaan robek
sedikitpun atau masih utuh. Jangan membeli terasi dengan kondisi
kemasan yang telah sobek ataupun terbuka.
2. Warna
Pilihlah terasi yang warnanya tidak terlalu mencolok dan terlihat
alami. Warna terasi yang cerah merupakan warna tidak alami, terasi
dengan warna coklat kehitaman adalah terasi dengan kualitas baik.Terasi
dengan warna merah juga baik, tetapi pastikan warna tersebut bukan
berasal dari pewarna yang berbahaya. Bisa dilihat dengan memegang
terasi, penggunaan warna yang tidal aman akan meninggalkan warna pada
tangan.
3. Aroma
Pastikan aroma yang tercium dari terasi aroma yang segar khas terasi
dan tidak menyengat terlalu tajam atau berbau busuk. Aroma terasi yang
menyengat busuk biasanya ada kandungan bahan kimia didalam terasi.
4. Bentuk
Terasi yang baik umumnya akan berbentuk padat dan kering namun
mudah hancur. Hindari membeli terasi yang sangat keras atau bahkan
lengket. Selain itu terasi yang basah juga akan mudah tercemar oleh
jamur ataupun bakteri.
2.1.5 Kegunaan Terasi
Menurut Ramadhanny (2017) Terasi dapat digunakan dalam beberapa
keperluan, antara lain yaitu:
10

1. Sebagai bumbu, pada berbagai olahan masakan yang dapat meningkatkan


cita rasa.
2. Sebagai pengganti udang atau ikan, pada pembuatan olahan produk krupuk
udang atau ikan, sehingga lebih praktis.
3. Sebagai pemantap cita rasa makanan, misalnya pada aneka jenis sambal, nasi
goreng dan lain-lain, sebagaimana halnya vetsin pada masakan cina.

2.2 Bakteri Pada Makanan


Makanan yang terkontaminasi dengan keadaan suhu dan waktu yang cukup
serta kondisi yang memungkinkan suburnya mikrooorganisme atau kuman penyakit,
maka makanan akan menjadi media yang menguntungkan bagi kuman untuk
berkembang biak dan apabila dikonsumsi akan berbahaya bagi kesehatan. Beberapa
penyakit yang berhubungan dengan aspek hygiene makanan atau minuman. Penyakit
yang berhubungan dengan unsur makanan atau minuman lazim disebut sebagai water
and food borne disease. Penyakit yang ditularkan oleh mikroorganisme yang ada pada
makanan/minuman tersebut biasanya berupa penyakit infeksi.
Menurut Amaliyah (2017) sumber kontaminasi pada makanan dapat
dipengaruhi oleh tiga macam hal yang akan berdampak menjadi suatu penyakit. Antara
lain:
a. Pengaruh lingkungan fisik Kontaminasi fisik merupakan kontaminasi yang
terlihat jelas dengan kasat mata penyebab keberadaannya dapat melalui
hewan, penjamah makanan yang tidak higiene ketika mengelola makanan
tersebut baik itu dari alat, bahan makanan dan ruangan yang tidak
memadai. Lingkungan fisik yang dapat mempengarui kualitas dari
makanan yaitu air, udara dan tanah.
b. Pengaruh lingkungan kimia kontaminasi kimia merupakan keberadaan
suatu bahan kimia yang ditemukan didalam makanan yang akan
menimbulkan suatu penyakit atau keracunan jika masuk kedalam tubuh
manusia. Seperti pemberian bahan pengawet, bahan pewarna serta bahan-
11

bahan kimia lainnya secara berlebihan sehingga menimbulkan dampak


berbahaya nantinya.
c. Pengaruh lingkungan biologi kontaminasi biologi merupakan kontaminasi
yang diakibatkan oleh keberadaan mikroorganisme dalam makanan.
Beberapa mkroorganisme yang dapat mengkontaminasi makanan seperti
fungi (Aspergillus, Fusarium, Penicillium), bakteri (Escherichia coli,
Salmonella, Clostridium pefringens), virus (Virus Hepatitis A/HAV) dan
parasit (Entamoeba histolitica, Trichinella spirallis, Tanea saginata).
Kerusakan yang paling umum terjadi pada bahan makanan adalah
pembusukkan, dan ini dapat disebabkan oleh bakteri ataupun jamur. Adapun
bakteri penghasil racun adalah:
a. Escherchia Coli
Escherchia coli merupakan mikroflora normal yang hidup dalam alat
pencernaan manusia dan hewan. Memiliki bentuk basil dengan ukuran 0,4-0,7
µm, termasuk bakteri gram negatif, motil (dapat bergerak) karena memiliki
flagel dan pili, pada suhu 37 0C bakteri ini tumbuh optimum, respirasi secara
aerobik beberapa strain memiliki kapsul dan tidak berspora serta dapat
melangsungkan fermentasi secara anaeob dengan uji IMVIC (Indol, Metylred,
Voges Proskauer, Sodium Cytrate) glukosa. Biakan dari bakteri ini membentuk
koloni bulat, konveks, pinggiran merata dan halus. Escherchia coli termasuk
bakteri pathogen yang dapat menyebabkan penyakit diare jika terkontaminasi
pada makanan (Setyorini, 2013).

Gambar 2.2 2: Bakteri Escherichia coli


(Sumber: Anggraeni, 2015)
12

Berikut adalah klasifikasi dari bakteri Escherichia coli menurut


Murwarni (2017) yakni:
Kingdom : Bacteria
Philum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacterianceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli

Menurut Khotimah (2016) terdapat beberapa jenis bakteri patogenik,


antara lain:
1. Enteropatogenik Escherichia coli (EPEC)
Jenis bakteri EPEC merupakan bakteri yang menyebabkan penyakit
diare yang menyerang pada bayi. Proses penginfeksiannya dengan menempel
pada bagian mukosa usus sehingga membuat diare menjadi encer. Penyakit
diare ini dapat sembuh dengan sendirinya, akan tetapi juga dapat menjadi
kronik sehingga membutuhkan antibiotik untuk pengobatannya.
2. Enterotoksigenik Escherichia coli (ETEC)
Jenis bakteri ini biasa menginfeksi orang yang berpergian kedaerah
atau ke lingkungan yang baru terutama pada bayi sangat rentan terserang atau
terinfeksi bakteri ini. Proses penginfeksian ETEC dengan cara menempel di
usus halus. Ada beberapa strain yang menghasilkan enterotoksin ST atau
13

tahan panas dan ada juga enterotoksin LT atau yang tidak tahan panas, apabila
strain-strain diatas dihasilkan maka akan menyebabkan diare berat.
3. Enterohemoragik Escherichia coli (EHEC)
Jenis bakteri ini dapat menimbulkan penyakit kolitis hemoragik pada
manusia yaitu diare yang disertai keluarnya darah. EHEC ditularkan melalui
foodborn disease dengan gejala yang ditimbulkan muntah, sakit perut yang
bersamaan dengan kram.

4. Enteroinvasif Escherichia coli (EIEC)


Jenis bakteri ini mirip dengan patogenitas infeksi dari shigelosis yaitu
diare yang disertai dengan demam. Proses penginfeksian dari EIEC dengan
cara tumbuh berkembang pada sel-sel epitel mukosa usus, sehingga
menyebabkan kerusakan pada sel tersebut.
5. Enteroagregatif Escherichia coli (EAEC)
Jenis bakteri ini menimbulkan diare akut dan kronis. EAEC mampu
menghasilkan enterotoksin yang tidak panas yang dapat menyababkan
diare.namun, diare yang disertai keluarnya darah seperti EHEC.
b. Shigella sp
Shigella termasuk bakteri gram negatif berbentuk coccobacilli. Shigella
merupakan bakteri anaerob fakultatif. Shigella memiliki ciri koloni yaitu bundar,
cembung, dan transparan dengan diameter 2 mm dalam 24 jam. Kemudian
dilanjutkan menurut Prabhurajeshwar dan Chandrakanth (2018), bakteri Shigella
bersifat non motil dan tidak membentuk spora (Ainurrochman, 2013).
Makanan sabagai faktor utama penularan bakteri Shigella sp. Makanan yang
sering terkontaminasi shigella adalah salad, sayuran segar (mentah), susu dan produk
susu, serta air yang terkontaminasi. Sayuran segar yang tumbuh pada tanah terpolusi
dapat menjadi faktor penyebab penyakit, seperti disentry basher atau shigellosis yang
disebabkan oleh shigella. (Dantje, 2015).
Shigella sp di bagi mejadi 4 soesies yaitu: shigella dysentrial, shigella flexneri,
shigella boydii dan shigella sonnie. Shigella sp merupakan kuman kecil berbentuk
14

batang dengan pengecatan gram


bersifat negatif ramping dengan
ukuran 0,5-0,7 µm x 2-3 µm,
tidak mempunyai flagel sehingga
tidak dapat bergerak dan tidak
berspora. Pertumbuhan cepat pada suhu 37ºc pada Mac conkey, SSA, EMBA dan
endo. Shigella mempermentasi berbagai karbohidrat, ddengan pengecualian utama
laktosa untuk mengkasilkan asam tanpa gas (Sembel, 2015).

Gambar 2.2 3: Bakteri Shigella Sp


(Sumber: Fitratul, 2018)

Berikut adalah klasifikasi dari bakteri Shigella sp. menurut Lightfoot:


Kingdom : Bacteria
Philum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacterianceae
Genus : Shigella
Spesies : Shigella sp.
c. Vibrio Cholera
Vibrio cholera merupakan bakteri gram negatif, berbentuk koma, bersifat
anaerobik fakultatif. Biakan bakteri Vibrio cholera membentuk sebuah koloni
cembung (convex), bulat, halus (smooth). Termasuk bakteri halofilik (bakteri yang
dapat tumbuh dalam kondisi garam tinggi) dan dapat tumbuh optimal pada air laut
15

bersainitas 20-40%, tidak tahan


terhadap kondisi asam, dapat
tumbuh pada pH 4-9 dan
pada pH 6,5-8,5 tumbuh
secara optimal. Bakteri ini
termasuk bakteri pathogen
fakultatif intraseluler yang
dapat ditemukan pada manusia dan hewan primata (Guli, 2016).
Salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholera adalah
penyakit kolera. Penyakit kolera merupakan penyakit infeksius usus atau penyakit
diare yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan didunia.
Penularan penyakit kolera dapat disebabkan oleh makanan dan minuman yang
terkontaminasi oleh bakteri Vibrio cholera atau berkontak langsung dengan penderita
(Sawasvirojwong, 2013).

Gambar 2.2 4: Bakteri Vibrio Cholera


(Sumber: Dennis, 2018)

Berikut adalah klasifikasi dari bakteri Vibrio cholera menurut Faruque (2008):
Kingdom : Bacteria
Divisio : Proteobacteria
Kelas : Gamma proteobacteria
Ordo : Vibrionales
16

Famili : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
Spesies : Vibrio cholera

2.3 Bakteri Coliform


2.3.1 Pengertian Bakteri Coliform
Bakteri Coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri
patogenik lain. Lebih tepatnya, bakteri Coliform fekal adalah bakteri indikator
adanya pencemaran bakteri patogen. Bakteri Coliform bersifat anaerob
fakultatif, termasuk ke dalam bakteri gram negatif, berbentuk batang, tidak
membentuk spora, memiliki flagel peritrikus, berkapsul atau tidak, dan dapat
memfermentasi laktosa untuk menghasilkan asam dan gas pada suhu 35ºC -
37ºC. Bakteri Coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai
indikator adanya populasi kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik
terhadap air, makanan, susu dan produk – produk susu. Adanya bakteri
coliform didalam makanan atau minuman menunjukan kemungkinan adanya
mikroorganisme yang bersifat enteropatogenik dan toksigenik yang berbahaya
bagi kesehatan (Irianto, 2013).
Bakteri Coliform dapat dibedakan atas dua, yaitu Coliform fecal dan
Coliform non fecal.
1. Coliform fecal merupakan kelompok bakteri yang dapat memfermentasi
laktosa pada suhu 44,0C,bakteri ini yang paling tidak dikehendaki
kehadirannya di dalam air minum maupun makanan karena bakteri ini
ada di kotoran hewan maupun manusia, misalnya Escherichia coli.
2. Coliform non fecal biasanya ditemukan pada hewan dan tanaman yang
sudah mati, misalnya Enterobacter aerogenes (Wardhany, 2015).
Kelompok bakteri Coliform yang digunakan sebagai indeks sanitasi
berasal dari spesies dari genus Escherichia, Enterobacter, Citrobacter, dan
Klebsiella. Sedangkan dalam kelompok bakteri pembentuk fekal yaitu
17

Escherichia coli. Escherichia digunakan sebagai salah satu indikator sanitasi


(strain patogen) dalam kelompok coliform dan Fecal Coliform.
Escherichia coli merupakan bakteri yang berbentuk batang lurus
dengan ukuran 1 – 4 μm, motil atau nonmotil dan mesofil. Bakteri ini
ditemukan dalam isi intestinal manusia, hewan berdarah hangat dan unggas.
Banyak strain bakteri ini yang bersifat non patogen, tetapi beberapa strain
patogen terhadap manusia dan hewan, serta terkait dengan penyakit bawaan
pangan. Spesies penting pada pangan adalah Escherichia coli (Sopandi,
2013).
Enterobacter merupakan bakteri yang berbentuk batang lurus dengan
ukuran 1-2 μm, motil, dan mesofil. Enterobacter ditemukan dalam isi
intestinal manusia, hewan, unggas dan lingkungan. Bakteri ini termasuk
dalam Coliform sebagai salah satu indikator sanitasi. Spesies penting pada
pangan adalah Enterobacter aerogenes.
Klebsiella merupakan bakteri yang berbentuk batang medium dengan ukuran
1-4 μm, sel tunggal atau berpasangan, motil, mempunyai kapsul, dan termasuk
bakteri mesofil. Bakteri ini ditemukan dalam isi intestinal manusia, hewan, unggas,
tanah, air dan biji-bijian tanaman. Bakteri ini termasuk Coliform sebagai salah satu
indikator sanitasi. (Sopandi, 2013).
Aerobacter dan klebsiella yang biasa disebut golongan perantara,
mempunyai sifat seperti Coli, tetapi lebih banyak didapatkan didalam habitat
tanah dan air dari pada didalam usus, sehingga disebut non-fekal dan
umumnya tidak pathogen. Penentuan Fecal Coliform menjadi indikator
pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkolerasi positif dengan
keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebuh
murah, cepat dan sederhana dari pada mendeteksi bakteri patogenik lain.
2.3. 2 Metode MPN (Most Probable Number)
MPN merupakan metode perhitungan mikroorganisme yang memakai data
hasil dari pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair sehingga dihasilkan
18

kisaran jumlah mikroorganisme dalam jumlah perkiraan terdekat dengan merujuk


pada table MPN (Most Probable Number) (Sri Harti, 2015).
Metode MPN adalah salah satu metode fermentasi tabung ganda
dengan tujuan untuk mengetahui jumlah bakteri Coliform, dengan
menggunakan medium cair didalam tabung reaksi, yang mana perhitungan
dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif, yaitu tabung yang
ditumbuhi oleh mikroba setelah di inkubasi pada suhu dan waktu tertentu.
Pengamatan tabung dilihat dengan mengamatan timbulnya kekeruhan atau
terbentuknya gas yang dihasilkan pada tabung durham yang diletakkan
dengan posisi terbalik oleh mikroba pembentuk gas. Penggunaan metode
MPN dalam penelitian ini karena pada metode MPN memiliki sensifitas yang
lebih tinggi dan dapat mendeteksi bakteri Coliform dengan jumlah yang
mudah dan dalam jumlah yang sangat minim sekalipun.
Pemeriksaan MPN terdapat 3 macam seri tabung, adapun ketiga
macam seri tabung adalah sebagai berikut:
1. Ragam 333 Pada pengenceran sedang. Sampel makanan/minuman, pil
jamu, serbuk minuman dll.
2. Ragam 511 pada sampel air dengan tingkat pencemaran rendah atau
sudah mengalami proses pengolahan.
3. Ragam 555 Sampel air dengan tingkat pencemaran tinggi atau belum
mengalami proses pengolahan (Budiyono, 2017).
Asumsi yang diterapkan dalam metode MPN adalah:
1. Bakteri terdistribusi sempurna dalam sampel.
2. Sel bakteri terpisah-pisah secara individual tidak dalam bentuk rantai atau
kumpulan (Bakteri Coliform) termasuk Escherichia coli terpisah
sempurna tiap selnya dan tidak menbentuk rantai.
3. Media yang pilih telah sesuai untuk pertumbuhan bakteri target dalam
suhu dan waktu inkubasi tertentu sehingga minimal satu sel hidup mampu
menghasilkan tabung positif selama masa inkubasi tersebut.
19

4. Jumlah yang didapatkan menggambarkan bakteri yang hidup (viable) saja.


Sel yang terluka dan tidak tidak mampu menghasilkan tabung positif tidak
akan terdeteksi.
Pada pengujian MPN coliform ini dilakukan dengan 3 tingkatan yaitu, Uji
Pendugaan, Uji konfirmasi dan Uji Pelengkap.
a. Uji Pendugaan (Presumtif Test)
Merupakan uji pendahuluan tentang ada atau tidaknya kehadiran
bakteri Coliform berdasarkan terbentuknya asam dan gas disebabkan karena
fermentasi laktosa oleh bakteri golongan Coli. Terbentuknya gas dapat
dilihat dari kekeruhan pada media laktosa dan gas yang dihasilkan dapat
dilihat dalam tabung durham berupa gelembung udara. Tabung dinyatakan
positif jika terbentuk gas lebih dari volume di dalam tabung durham.
Banyaknya kandungan bakteri golongan Coli dapat dilihat dengan
menghitung tabung yang menunjukkan reaksi positif terbentuk asam dan gas
dan dibandingkan dengan tabel MPN.
Pada uji pendugaan media yang digunakan sebagai nutrisi
adalah media LB (Lactose Broth). Media LB (Lactose Broth)
merupakan media pengaya yang digunakan sebagai detektor adanya
golongan bakteri coliform dalam suatu sampel.
Adapun kandungan nutrisi yang terdapat di media LB antara
lain: Pepton 0.5%, adanya pepton ini bertanggung jawab dalam
menyediakan nitrogen, asam amino, vitamin dan mineral, Laktosa
0.5% sebagai penyedia karbohidrat untuk membantu proses fermentasi
bakteri, Beef Extract 0.3% sebagai penyedia nutrisi esensial untuk
proses metabolisme tubuh (Akhwan, 2017).
20

Gambar 2.3 5: Hasil Uji Pendugaan pada media LB


b. (Sumber: Oktira, 2021) Uj
i
Penegasan (Confirmative Test)
Uji penegasan dilakukan untuk menegaskan bahwa gas yang
terbentuk disebabkan oleh bakteri Coliform. Uji positif pada uji
penegasan menghasilkan angka indeks, angka ini disesuaikan dengan
tabel MPN untuk menentukan jumlah Coliform dalam sampel
(Wardahany, 2015)
Pada uji penegesan media yang digunakan adalah media BGLB
(Brillian Green Lactose Broth) dengan tujuan untuk membedakan
bakteri Coliform dengan bakteri lainnya. Kandungan nutrisi yang
terdapat pada media ini yaitu: Peton, Laktosa, Oxbill dan brilliant
green sebagai penghambat bakteri selain bakteri Coliform (Akhwan,
2017).

Gambar 2.3 6: Hasil Uji Penegasan pada BGLB


(Sumber: Taufik, 2022)

c. Uji Pelengkap (Completed Test)


Uji pelengkap merupakan suatu uji yang digunakan untuk
mengatahui bakteri secara spesifik menggunakan media selektif.
21

Media selektif yang digunakan dalam uji ini yaitu media EMBA
(Eosin Methylen Blue Agar).
Adapun kandungan nutrisi yang terdapat pada media ini antara
lain: Pepton 10 g, Laktosa 5 g, Eosin 0,4 g sebagai indikator pH dan
menghambat pertumbuhan bakteri gram positif, Sukrosa 5 g sebagai
sumber karbohidrat, K2HPO4 (dipottasium phosphate) 2 g sebagai
sumber elektrolit dan untuk mnyeimbangkan secara osmotik, Agar
yang berfungsi sebagai bahan pemadat.
Adapun tahap dari uji pelengkap yaitu masing-masing biakan
positif pada uji penegasan diinokulasikan pada media EMBA (Eosin
Methylen Blue). Diinkubasi pada suhu 37 0C selama 24 jam. Adanya
bakteri E.coli didapati dengan tumbuhnya koloni bakteri yang
berwarna hijau metalik. (Akhwan, 2017).

Gambar 2.3 7: Hasil Uji Konfimasi pada media EMBA


(Sumber: Taufik, 2022)
22

2.4 Kerangka Teori

Terasi dihaluskan dengar menggunakan mortar


dan ditambahkan dengan aquadest

Suspensi terasi

Indentifikasi menggunakan Metode MPN (Most Probable Number)

Uji Pendugaan (Presumtive test) Dengan media LB (Lactose Broth) jika hasil positif (+)
Uji Penegasan (Confirmative Test) dengan media BGLB (Brilliant Green Lactose Broth)
dilanjutkan ke uji penegasan
hasil media LB yang positif (+) dilanjutkan ke uji Pelengkap (Completed Test)

Uji Pelengkap (Completed Test) menggunakan media EMBA (Eosin Metilent Blue Agar)

Adanya bakteri Esherichia coli ditunjukkan dengan tumbuhnya koloni bakteri berwarna
hijau metalik
23

2.5 Kerangka konsep


Terasi

Biologi Kimia

Uji kualitas

Kontaminasi Identifikasi Bakteri


mikroba Coliform dengan Metode
MPN

Penyakit
Ada tidaknya terasi
yang terkontaminasi
mikroba

Keterangan :
: Variabel yang di teliti
------------- : Varibel yang tidak diteliti.
2.6 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis peneliti
adalah :
1. Terdapat cemaran bakteri Coliform pada Terasi berdasarkan metode MPN
(Most Probable Number)
2. Nilai bakteri Coliform pada Terasi berdasarkan tabel MPN (Most Probable
Number).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan dengan
mengindentifikasi bakteri coliform yang terdapat pada beberapa sampel terasi di
Delimas Pasar Raya Lubuk Pakam. Penentuan uji ini menggunakan metode MPN
(Most Probable Number) dengan seri 3:3:3 yang terdiri dari tiga tingkat pengujian
yaitu uji pendugaan, uji penegasan dan uji pelengkap.
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi di Institut
Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2023.
3.3 Populasi Dan Sampel
3.3.1 Populasi
Menurut Handayani (2020), populasi adalah totalitas dari setiap elemen yang
akan diteliti yang memiliki ciri sama, bisa berupa individu dari suatu kelompok,
peristiwa, atau sesuatu yang akan diteliti. Populasi yang digunakan dalam penelitian
Indentifikasi Bakteri Coliform pada Terasi ini diperoleh dengan cara membeli Terasi
pada penjual terasi yang berjualan di Delimas Pasar Raya Lubuk Pakam.
3.3.2 Sampel
Menurut Siyoto (2015), Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang
diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Sampel
pada penelitian ini adalah Terasi yang beli dari penjual yang berada di Delimas Pasar
Raya Lubuk Pakam.

24
25

3.3.3 Penentuan Besar Smpel


Penentuan besar sampel pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
rumus slovin sebagai berikut:
N
n=
1+N ( e ) ²
Keterangan:
N = Jumlah Populasi
n = Jumlah Sampel
d = Tingkat Kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (5% dengan tingkat
kepercayaan 95%)
Berdasarkan Rumus Slovin untuk penentuan besaran sampel pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
N
n= 2
1+ N ( e )
4
¿ 2
1+ 4 ( 0,05 )
4
¿
1+ 4 (0,0025)
4
¿ =3,96=4
1,01
Dari hasil perhitungan rumus diatas maka penelitian ini menggunakan
sampel dengan jumlah 4 sampel terasi yang dibeli dari para penjual terasi di Pasar
Lubuk Pakam.
3.4 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional
3.4. 1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut/sifat/nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di
pelajari dan di tarik kesimpulan. Terdapat dua variabel penelitian, yaitu variabel
terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable). Berkaitan
dengan penelitian ini, variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:
26

a. Variabel Terikat (Dependent Variable)


Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel dependen adalah: Bakteri Coliform
b. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya dan timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen
dalam penelitian ini adalah: Terasi
3.4.2 Defenisi Operasional
Defenisi operasional pada penelitian bertujuan untuk memberikan atau
menentukan makna bagi suatu variable dengan spesifik kegiatan atau pelaksaan yang
dibutuhkan untuk mengukur mengkategorikan, atau manipulasi variabel. Defenisi
operasinal mengatakan pada peneliti atau pembaca apa yang diperlukan untuk
menjawab pertanyaan atau pengujian hipotesis (Sutama, 2016).

Tabel 3.4 1 Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Pemeriksaan Hasil

Bakteri Merupakan bakteri indicator adanya Metode MPN Jumlah bakteri


Coliform pencemaran bakteri pathogen yang Coliform
digunakan sebagai indicator adanya berdasarkan pada
populasi kotoran dan kondisi sanitasi tabung.
yang tidak baik terhadap air,
makanan, susu dan produk lain.
Terasi Merupakan bahan pemeriksaan yang - -
berbentuk seperti adonan pasta
berwarna hitam-coklat, kadang
ditambah dengan pewarna sehingga
menjadi kemerahan.
27

3.5 Instrumen Penelitian


3.5.1 Alat
Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Cawan Petri, Tabung
Reaksi, Timbangan Analitik, Bunsen, Autoclave, Incubator, Pipet ukur, Ose, Label,
Rak Tabung, Tabung Durham, Ball Pipet, Korek Api, Batang Pengaduk, LAF
(Laminar Air Flow), Erlemeyer, Mortar, Aliminium foil.
3.5.2 Bahan
Adapun bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Aquadest,
Suspensi Terasi, Media LB (Lactose Broth), Media BGLB (Brilliant Green Lactose
Broth), Media EMBA (Eosin Metilent Blue Agar), Kapas, Alcohol 70%.
3.6 Prosedur Penelitian
A. Pra Analitik
3.6.1 Tahap pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan mengambil secara
acak (random sempling) pada penjual terasi sebanyak 4 sampel dari penjual terasi di
Delimas Pasar Raya Lubuk Pakam. Adapun pengambilan sampel dilakukan oleh
peneliti sendiri dengan cara membeli terasi yang di jual. Lalu masing- masing sampel
terasi diberi label atau kode tertentu. Selanjutnya sampel dibawa ke laboratorium
untuk pemeriksaan bakteri coliform.
3.6.2 Tahap Sterilisasi
1. Disiapkan alat-alat gelas yang akan diperlukan saat penelitian seperti
cawan petri, gelas beker, tabung reaksi.
2. Cawan petri sebelum dilakukan sterilisasi dicuci terlebih dahulu dengan
detergen dan dibilas dengan air bersih.
3. Setelah cawan kering dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas
coklat. Alat dan bahan di autoklaf dengan suhu 121 0C dengan tekanan 2
atm selama 15 menit.
4. Alat-alat gelas yang tahan dengan pemanasan tinggi disterilkan
menggunakan autoklaf, sedangkan alat seperti jarum ose cukup disterilkan
dengan Bunsen (Handayani, 2013).
28

3.6.3 Tahap Pengenceran Sampel


Terasi dihaluskan dengan mortar lalu ditimbang sebanyak 10 gr dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi larutkan dengan aquadest 90 ml
kemudian homogenkan. Pengenceran 10-1 dilakukan dengan mengambil
suspense dari pengenceran awal sebanyak 1 ml dan masukkan ke tabung
reaksi yang berisi aquadest 9 ml baru dan homogenkan, selanjutnya untuk
pengenceran 10-2 dan 10-3 dilakukan dengan cara yang sama ( Kartika, 2014).
3.6.4 Tahap Pembuatan Media
1. Pembuatan media LB (Lactose Broth)
Ditimbang 5.8 g serbuk Lactose Broth dan dilarutkan dalam 450 ml
aquadest, dan dipanaskan sampai mendidih sambil diaduk dingga larut dan
homogen. Kemudian masukan media sebanyak 9 ml kedalam tabung
reaksi yang sudah terdapat tabung durham dengan posisi terbalik, tutup
mulut tabung reaksi dengan kapas dan aluminium foil. Lalu disterlisasi
dalam autoclave pada suhu 1210 C selama 15 menit (Soemarno, 2015).
2. Pembuatan media BGLB (Brilliant Green Lactose Broth)
Ditimbang 8 g serbuk media BGLB dan dilarutkan dalam 200 ml
aquadest, dan dipanaskan sampai mendidih sambil diaduk dingga larut dan
homogen.Kemudian masukan media sebanyak 9 ml kedalam tabung reaksi
yang sudah terdapat tabung durham dengan posisi terbalik, tutup mulut
tabung reaksi dengan kapas dan aluminium foil. Lalu disterlisasi dalam
autoclave pada suhu 1210 C selama 15 menit (Riri, 2015).
3. Pembuatan media EMBA (Eosin Methylen Blue Agar)
Pembuatan media EMBA dilakukam dengan menimbang terlebih dahulu
media sebanyak 8 g, selanjutnya dimasukan erlemeyer dan ditambahkan
aquadest sebanyak 200 ml. Larutan dihomogenkan dalam penangas yang
dipanaskan sambil diaduk. Setelah homogen ditutup dengan kapas lalu
disterilisasi dalam autoclave pada suhu 1210 C selama 15-30menit.
Medium yang telah steril dituang pada petridish steril dalam Biosafety
29

Cabinet hingga memadat, selanjutnya medium siap untuk dilakukan


pemeriksaan selanjutnya (Utami Sri, 2018).
B. Analitik
3.7 Tahap Pengujian
3.7.1 Uji Pendugaan (Presumtive test)
Cara kerja:
1. Pertama-tama lakukan pengenceran sampel menjadi 3 tabung dengan
pengenceran 10-1,10-2,10-3
2. Siapkan 9 tabung reaksi berisi 9 ml media LB (Lactose Broth) steril
dengan serial pengenceran 10-1, 10-2, 10-3. Tiap pengenceran terdapat
masing-masing 3 buah tabung.
3. Sampel dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukan ke dalam masing-masing 3
tabung sesuai pengenceran.
4. Beri tanda untuk setiap sampel dan pengenceran agar tabung tidak tertukar
dan mempermudah pengamatan.
5. Inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 370 C.
6. Amati dan catat tabung yang menunjukan reaksi positif dengan adanya
gelembung udara pada tabung durham dan atau mengalami perubahan
warna dari kuning menjadi kuning keruh pada larutan uji
7. Apabila setelah diamati 24 jam tidak terbentuk gas pada tabung durham,
maka inkubasi dilanjutkan hingga 48 jam (Mende, 2020).
3.7.2 Uji Penegasan (Confirmative Test)
Cara kerja:
1. Pindahkan 1 ose dari tabung yang menunjukan hasil positif dari uji
pendugaan kedalam tabung yang berisi media BGLB (Brilliant Green
Lactose Broth) steril.
2. Beri tanda untuk setiap sampel dan pengenceran agar tabung tidak tertukar
dan mempermudah pengamatan.
3. Inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 370 C.
30

4. Amati dan catat tabung yang menunjukan hasil positif dengan


terbentuknya gas dalam tabung durham.
5. Apabila setelah diamati 24 jam tidak terbentuk gas pada tabung durham,
maka inkubasi dilanjutkan hingga 48 jam (Mende, 2020).
3.7.3 Uji Pelengkap (Completed Test)
Cara kerja:
1. Hasil dari biakan yang bernilai positif pada uji penegasan MPN coliform
diambil 1 ose biakan.
2. Goreskan ke permukaan media EMBA (Eosin Methylen Blue Agar)
secara zig-zag
3. Diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.
4. Amati pertumbuhan koloni pada media EMBA (Eosin Methylen Blue
Agar)
5. Adanya bakteri Escherichia coli ditunjukkan dengan tumbuhnya koloni
bakteri berwarna hijau metalik (Mende, 2020).
C. Pasca Analitik
1. Pencatatan hasil penelitian
2. Dokumen hasil penelitian
3. Pelaporan hasil penelitian
3.8 Jenis Data
3.8.1 Data Primer
Data diambil dari suspensi terasi yang dimasukkan kemasing-masing media
dengan mengingkubasi pada suhu 37 0C selama 24-48jam. Jika ditemukan hasil
positif pada salah tabung. Maka dilanjutkan ke pengujian selanjutnya. Hasil dari
setiap pengujian dicatat dan dikumpulkan untuk dibuat dalam bentuk tabel.
3.8.2 Data sekunder
Yaitu data dari sumber-sumber penelitian yang relevan, baik yang diperoleh
melalui buku, bahan kuliah, dan informasi-informasi yang ada kaitannya dengan
penelitian ini dijadikan sebagai landasan teoritis dalam penulisan proposal penelitian
ini.
31

3.8.3 Pengelolaan Data


Data-data yang dikumpulkan setelah 7 hari penelitian dengan menggunakan
metode MPN (Most Probable Number) pada Terasi dan data primer yang diperoleh
dari ada tidak bakteri Coliform dalam terasi selama diinkubasi 24 jam pada masing-
masing media pengujian. Setelah semua data yang didapatkan dari masing-masing
media, Selanjutnya dilakukan pengolahan data dalam bentuk tabel.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN

4.1 Hasil
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah terasi yang dijual di
Delimas Pasar Raya Lubuk Pakam. Sampel yang di ambil sebanyak 4 sampel terasi
yang dibeli langsung dari pasar. Pengambilan dilakukan dengan membeli terasi tidak
bermerek dan disimpan dalam wadah steril. Adapun metode yang digunakan yaitu
metode MPN (Most Probable Number) untuk mengetahui seberapa banyak
kandungan bakteri coliform yang terdapat dalam terasi. Metode MPN umumnya
digunakan menghitung bakteri khususnya bakteri coliform dan Escherichia coli Pada
metode ini dilakukan pengenceran sampel. Tujuan dari pengenceran sampel yaitu
mengurangi jumlah kandungan mikroba dalam sampel sehingga nantinya dapat
diamati dan diketahui jumlah mikroorganisme secara spesifik sehingga didapatkan
perhitungan yang tepat. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dari 4 sampel
terdapat 3 sampel positif mengandung bakteri coliform sedangkan 1 sampel negatif
bakteri coliform. Adapun pengujian bakteri coliform menggunakan metode MPN
dengan 3 tahap, yaitu uji pendugaan, uji konfirmasi dan uji pelengkap. Berikut hasil
dari tahapan masing-masing uji:
4.1.1 Hasil Uji Pendugaan (Presumtive test)
Uji pendugaan merupakan pengujian tahap awal yang bertujuan untuk
mengetahui dugaan adanya keberadaan bakteri coliform berdasarkan terbentuknya
asam dan gas yang disebabkan karena fermentasi laktosa. Pada uji pendugaan ini
menggunakan media LB (Lactose Broth) sebagai nutrisi yang dapat diuraikan oleh
bakteri coliform. Sampel di uji dengan menggunakan metode MPN (Most Probable
Number) dengan seri 3 tabung setiap pengencerannya. Hasil positif ditandai dengan
terbentuknya gas atau kekeruhan warna pada media LB (Lactose Broth).

32
33

A B

Gambar 4.1.1: a) Media LB negatif coliform, b) Media LB positif


coliform (Doc.Pribadi 2023)

Berdasarkan gambar diatas maka didapatkan hasil positif karena media


mengalami kekeruhan. Keberadaan bakteri Coliform dan Escherichia coli ditandai
dengan adannya gas (CO2) atau kekeruhan didalam tabung. Didapat hasil pada uji
pendugaan MPN seperti pada tabel dibawah ini. Pada kondisi ini aerob, bakteri ini
mengoksidasi asam amino, sedangkan jika tidak terdapat oksigen metabolisme
bersifat fermentatif dan energi diproduksi dengan cara memecah gula menjadi asam
organik. Bakteri coliform mampu menghasilkan butanol diol, asam format, asam
asetat, asam suksinat serta gas CO 2 dan H2S dengan hasil uji berupa warna media
berubah dari kuning jernih menjadi warna kuning lebih keruh pada tabung dan
terbentuk gas pada tabung durham (Widodo, 2015)
Tabel 4.1.1 Data Hasil Pengujian Pendugaan (Persumtive test) pada media LB
(Lactose Broth) selama 2x 24 jam pada suhu 370 C

Hasil Uji Pendugaan


No Sampel Keterangan
10-1 10-2 10-3
1 S1 2 2 2 Positif
2 S2 0 2 1 Positif
3 S3 0 0 0 Negatif
34

4 S4 1 2 2 Positif
4.1.2 Hasil Uji Penegasan (Confirmative test)
Hasil positif dari uji pendugaan kemudian dilanjutkan uji penegasan yaitu
dengan cara diambil 1-2 ose dari tabung yang positif uji pendugaan kemudian
diinokulasikan ke tabung yang telah berisi media BGLB (Briliant Green Lactose
Broth) dan di inkubasi pada incubator pada suhu 370 C selama 2x24 jam. Media ini
dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan meningkatkan pertumbuhan
bakteri Coliform Escherichia coli atau media ini mempunyai kemampuan membatasi
pertumbuhan mikroba yang tidak diharapkan yang dapat menganggu pengamatan.
Adanya bakteri Coliform ditandai dengan terbentuknya asam dan gas (CO2) yang
disebabkan fermentasi laktosa oleh bakteri golongan coli.

A B

Gambar 4.1.2: a) Media BGLB negatif, b) Hasil media BGLB


positif (Doc.Pribadi 2023)
35

Berdasarkan hasil uji penegasan diatas setelah diinkubasi tabung durham


menunjukan adanya gas dan media berubah menjadi kekeruhan yang artinya terdapat
bakteri Coliform Escherichia coli pada sampel. Dan jika pada tabung tidak
menunjukan gas atau kekeruhan berarti tidak terdapat bekteri Coliform Escherichia
coli.

Tabel 4.1.2 Data Hasil Pengujian Penegasan (Confirmative test) pada media
BGLB (Brilliant Green Lactose Broth) selama 2x 24 jam pada suhu
370 C
Hasil Uji Penegasan Jumlah Bakteri
No Sampel Keterangan
10 -1
10-2 10-3 MPN(MPN/g)
1 S1 2 2 2 Positif 31 Koloni
2 S2 0 2 1 Positif 19 Koloni
3 S3 0 0 0 Negatif -
4 S4 1 2 2 Positif 19 Koloni

Berdasarkan tabel diatas jumlah bakteri yang diperoleh berdasarkan pada tabel
MPN seri 3. Dimana angka yang diperoleh pada tabel MPN merupakan jumlah
bakteri Coliform dalam tiap gram/tiap mL sampel yang diperiksa. Pada uji penegasan
didapatkan hasil tabung positif dan setelah dirujuk pada tabel MPN.
Adanya bakteri Coliform Escherichia coli didalam sampel terasi menunjukkan
bahwa adanya kontaminasi serta adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik yang
dapat mengganggu kesehatan. Hal ini dapat terjadi karena terjadinya cemaran seperti
penjual yang kurang memperhatikan kebersihan dalam pembuatan terasi serta lokasi
tempat penjualan yang tidak bersih. Untuk itu perlu diperhatikan kebersihan dan
sanitasi saat pengolahan atau pembuatan terasi.
4.1.3 Hasil Uji Pelengkap (Completed test)
36

Uji pelengkap merupakan tahap akhir yang digunakan untuk mengetahui


bakteri yang lebih spesifik pada uji bakteri Coliform dengan menggunakan metode
MPN. Pada uji ini bakteri akan diketahiu berdasarkan pertumbuhan warna koloni
yang tumbuh pada media. Pada uji pelengkap ini menggunakan media EMBA (Eosin
Methylent Blue Agar). Media EMBA merupakan media selektif dan diferensial untuk
mendeteksi ada atau tidaknya cemaran bakteri Coliform pada suatu makanan ataupun
minuman. Kandungan eosin pada yang terdapat pada media EMBA berperan sebagai
indikator pH dan menghambat pertumbuhan bakteri gram positif, sehingga bakteri
yang dapat tumbuh pada media ini hanya bakteri gram negatif.
Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil dari uji pelengkap, ditemukan
adanya koloni bakteri yang tumbuh pada media EMBA yaitu koloni berwarna hijau
metalik. Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa semua sampel dari
yang positif menghasilkan koloni berwarna hijau metalik. Koloni bakteri dengan
warna hijau metalik tumbuh di media EMBA sebagai ciri makroskopik bakteri
Escherichia coli.
Tabel 4.1.3 Hasil Uji Pelengkap (Completed test) pada media EMBA (Eosin
Methylen Blue Agar) selama 1x 24 jam pada suhu 370 C

No Sampel Hasil Uji Pelengkap Keterangan


1 S1 Adanya warna hijau metalik Positif
2 S2 Adanya warna hijau metalik Positif
3 S3 Tidak terdapat Negatif
4 S4 Adanya warna hijau metalik Positif

Dari hasil uji pelengkap yang didapat positif dilakukan pewarnaan gram.
Pewarnaan gram ini berfungsi untuk mengetahui bahwa bakteri tersebut benar-benar
dalam golongan gram negatif atau gram positif, dan Escherichia coli merupakan
bakteri golongan gram negatif.
4.2 Pembahasan
37

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan jumlah 4 sampel terasi yang di


beli dari penjual di pasar Delimas pasar Raya Lubuk Pakam dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat cemaran bakteri Coliform pada terasi yang dijual di pasar
Delimas pasar Raya Lubuk Pakam berdasarkan metode MPN (Most Probable
Number), serta mengetahui nilai Bakteri Coliform melalui tabel MPN. Hasil
penelitian terhadap identifikasi bakteri pada terasi ini dilakukan dengan dengan
metode MPN, metode MPN biasanya digunakan untuk mengetahui keberadaan
bakteri Coliform, menghitung jumlah bakteri khususnya bakteri Coliform dan fecal
coliform. Bakteri Coliform merupakan indikator alami baik didalam air yang tampak
jernih maupun air yang berasal dari tanah itu sendiri, sedangkan bakteri fecal coli
adalah bakteri yang berasal dari saluran pencernaan manusia (Irianto, 2013).
Metode MPN ini digunakan dengan tiga tahap pengujian yaitu: uji pendugaan,
uji penegasan dan uji pelengkap. Uji pendugaan dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan 36 tabung reaksi yang berisi sampel media LB (Lactose broth)
untuk masing-masing sampel yang diinkubasi selama 2 x 24 jam pada suhu 37 oC,
untuk uji penegasan yaitu menggunakan hasil yang positf dari uji pendugaan,
sedangkan uji pelengkap yaitu menggunakan hasil positif pada media penegasan
dengan cara meninokulasikan pada media EMBA (Eosin methylene blue agar).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil yaitu dari 4
sampel yang digunakan pada uji pendugaan menggunakan media LB (Lactose broth)
dengan suhu 37 oC terdapat 3 sampel positif yaitu pada sampel dengan kode S1,S2
Dan S4. Sampel yang positif bisa dilihat dengan adanya kekeruhan atau gelembung
gas pada tabung. Setelah dilakukan uji perkiraan lalu sampel yang positif dilanjutkan
ke pengujian penegasan dengan menggunakan media BGLB (Brilliant green lactose
broth), dengan menginokulasikan hasil positif ke media BGLB yang berisi tabung
durham dengan menggunakan ose, lalu diinkubasi dengan suhu 37 oC selama 1 x24
jam. Untuk terasi yang tidak terdapat bakteri, kemungkinan karena saat pembuatan
dan penggunaan bahan yang bersih (tidak tercemar bakteri) dengan sanitasi yang baik
38

dari para penjual. Diketahui bahwa bakteri fecal Coliform atau Escherichia coli dapat
tahan berbulan-bulan pada tanah dan di dalam air atau makanan, tetapi dapat mati
dengan pemanasan pada suhu 60 0C atau lebih selama 15 menit (Falamy, 2012).
Dan pada uji penegasan yang dilakukan didapatkan hasil positif pada sampel
S1, S2 dan S4. Dan dari pengujian ini didapatkan hasil jumlah koloni bakteri MPN
melalui tabel MPN seri 3 tabung yaitu: sampel ke 1 menunjukan nilai 31MPN/g,
sampel ke 2 menunjukan nilai 19MPN/g, dan sampel ke 4 menunjukkan nilai
19MPN/g.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terasi yang dijual di pasar Delimas
Lubuk Pakam berpotensi menyebabkan terjadinya resiko gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh Cemaran bakteri Coliform. Hal ini dibuktikan dengan jumlah sampel
terasi yang memiliki jumlah koloni bakeri coliform lebih tinggi dan tidak memenuhi
syarat SNI NO 7388:2009 No.12.6 tentang batas maksimum cemaran
mikroorganisme dalam pangan, bahwa makanan jenis terasi seharusnya tidak
mengandung pathogen dan kadar maksimum cemaran mikroba pada terasi adalah
<3/100g sampel.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Made (2019) tentang
pengaruh waktu penyimpanan terhadap tingkat cemaran bakteri Coliform pada
makanan tradisional Lawar Bali yang menyatakan bahwa hasil yang diperoleh dapat
diketahui bahwa tingkat cemaran bakteri Coliform pada makanan tradisional lawar
bali dalam waktu 2 jam setelah disimpan memiliki rata-rata tingkat cemaran 63/gr.
Jika dibandingkan dengan SNI 7388:2009 dalam daging olahan maka tidak
memenuhi persyaratan karena melebihi 10/gr. Bakteri Coliform dalam jumlah tertentu
dapat menjadi indikator suatu kondisi yang bahaya dan adanya kontaminasi bakteri
pathogen.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan Taufik (2022), mengenai Analisis
cemaran Bakteri Coliform dan idenfikasi Bakteri Eschechia menunjukkan bahwa
diketahui 5 dari 5 sampel yang diuji tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan
39

menurut PERMENKES No. 492/MENKES/PER/IV/2010 menyatakan bahwa


parameter mikrobiologi terhadap bakteri Coliform pada 100 ml air tidak boleh
menggandung satu pun bakteri Coliform atau 0 koloni/g (per 100 ml sampel).
Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar dari sampel positif
terkontaminasi bakteri Coliform ini terjadi kemungkinan dikarenakan lingkungan
yang kurang memadai dan kurang terjaga kebersihannya. Faktor dominan yang
mempengaruhi tingkat kontaminasi pada makanan adalah lokasi yang berdekatan
dengan tempat pembuangan sampah. Sesuai dengan pernyataan Mirawati (2014) yang
menyatakan bahwa kontaminasi bakteri pada makanan dapat dipengaruhi oleh
kualitas sanitasi tempat penjual.
Menurut Saadah (2017) selain lingkungan penjualan yang kurang memadai,
kebersihan saat proses pembuatan menjadi faktor terjadinya kontaminasi yang,
memungkinkan terjadi kontaminasi bakteri pada makanan tersebut, karena tangan
yang tidak bersih dapat menjadi perantara (vektor) terjadinya perpindahan bakteri
atau virus dari tubuh ke sumber lain.
Dan berdasarkan hasil uji pelengkap yang positif dilakukan pewarnaan gram.
Pewarnaan ini berfungsi untuk mengetahui bahwa bakteri tersebut benar-benar dalam
golongan bakteri gram negatif atau gram positif. Setelah dilakukan pewarnan gram
dan dilakukan pemeriksaan di mikroskop terdapat bakteri gram negatif berwarna
merah. Dan Escherichia coli merupakan bakteri golongan negatif berbentuk batang
dan berwarna merah pada pewarnaan gram. Esherichia coli digunakan sebagai salah
satu indikator sanitasi dalam kelompok Coliform dan Fecal coli. Bakteri ini
ditemukan dalam isi intestinal manusia, hewan berdarah hangat dan unggas. Banyak
strain bakteri ini yang bersifat non patogen, tetapi beberapa strain patogen terhadap
manusia dan hewan, serta terkait dengan penyakit bawaan pangan (Sopandi, 2013).
Beberapa penyakit yang sering timbul akibat bakteri Escherichia coli adalah
penyakit diare, bakteri Escherichia coli yang menyebabkan diare sangat sering
ditemukan diseluruh dunia. Bakteri ini diklasifikasikan oleh ciri khas sifat - sifat
40

virulensinya dan setiap grup menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang


berbeda. Gejalanya yaitu diare yang merupakan buang air besar yang encer dengan
lebih sering dalam sehari, kadang disertai muntah, badan lesu atau lemah, panas,
tidak nafsu makan, bahkan darah dan lendir dalam kotoran, diare juga bisa
menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (Tambunan, 2010).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan tentang Identifikasi Bakteri Coliform
dengan metode MPN pada sampel terasi ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil dari uji MPN terdapat 1 sampel yang tidak mengandung bakteri
Coliform. Sedangkan 3 sampel tercemar bakteri coliform Dimana didapatkan
jumlah bakteri MPN berdasarkan tabel MPN yaitu: pada sampel ke 1
didapatkan hasil 31 koloni, sampel ke 2 didapatkan hasil 19 koloni, dan
sampel ke 4 didapatkan hasil 19 koloni.
2. Dari hasil uji pelengkap pada media EMBA ditemukan jenis bekteri yaitu
bakteri Eschericia coli dimana ditandai dengan pertumbuhan koloni berwarna
hijau metalik.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan terkait penelitian Identifikasi bakteri
Coliform dengan metode MPN pada sampel terasi ini yaitu:
1. Bagi masyarakat
Sebaiknya masyakat dapat mengkonsumsi terasi yang layak sesuai
dengan ketetapan SNI (Standar Nasional Indonesia) oleh Kemenkes dan
Badan POM.
2. Bagi penjual
Penjual hendaknya dapat mencantukan tanggal produksi pembuatan
untuk lebih menyakinkan masyarakat terkait kelayakan dan keamanan
terasi.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjunya diharapkan dapat menguji lebih lengkap mengenai
identifikasi pada terasi dari segi kimia seperti meneliti cemaran logam,
serta kriteria uji yang lain sehingga kelayakan terasi yang akan

41
42

dikonsumsi masyarakat lebih terjamin keamanannya. Dan diharapkan


peneliti selanjutnya dapat melakukan pengujian lain seperti uji TPC (Total
Plate Count) dan uji yang lebih spesifik untuk mengetahui setiap jenis
bakteri.
43
DAFTAR PUSTAKA

Akhwan, A D. (2017). Analisis Cemaran Bakteri Coliform Escherichia coli Pada


Bubur Bayi Home Industri Di Kota Malang Dengan Metode TPC dan MPN.
Skripsi. Fakultas Kedokteran. UIN Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Artika, Y. (2018). Pemeriksaan Bakteri Pada Terasi Udang yang Berada Di Pasar
Pusat Pasar Tradisional Medan. Universitas Medan Area: 2019.
Badan POM RI. (2016). Kriteri Mikrobiologi dalam Pangan Olahan. Direktorat
Standarisasi Produk Pangan
Budiyono, H., Harris, Retni, Budiarti, S. (2012). Analisis Ambang Batas Escherichia
coli Sebagai Indikator Pencemaran Pada Daging Sapi di Rumah Pemotongan
Hewan Kota Jambi. Biospectes 5(1): 14-21.
Darna, M. T. (2017). Analisis Cemaran Bakteri Coliform pada Makanan Tradisional
Sotong Pangkong di Jalan Merdeka Kota Pontianak Berdasarkan Nilai Most
Probable Number (MPN). Jurnal Probiont, 153.
Dhafin, A. A. (2017). Analisis Cemaran Bakteri Coliform Esherichia Coli pada
Bubur bayi Home Industry di kota Malang dengan Metode TPC dan MPN.
Universitas Negeri Islam Maulana Malik Ibrahim Malang: Analisis
%20cemaran.pdf.
Dita Artanti, F. A. (2018). Pemeriksaan Jumlah apang Pada Terasi Dalam Kemasan
Tanpa Merk Di Pasar Tembaksari Surabaya. Universitas Muhammadiyah
Suraya: 2019.
Endang Tita putri, M. E. (2020). Kepadatan Bakteri Coliform Sebagai Indikator
Pencemaran Biologis Di Perairan Pesisir Sepuluh Kabupaten Bangkalan.
Universitas Trujono Madura, 243-244.
Hanafiarti, D. (2015). Isolasi dan Identifikasi Bakteri Penghasil Protease dari Terasi
Udang Rebon(Mysis relicta). Fakultas Pertanian,Universitas Lampung:
123.com.
Hasanah, Y. R., Ellyke, P. T. Ningrum. (2018). Praktik Hygiene Personal dan
Keberadaan Bakteri Escherichia coli pada Tangan Penjual Petis (Studi Pasar

44
45

Anom Kecamatan Sumenep Kabupaten Sumenep). E-Jurnal Pustaka


Kesehatan. Vol.6 (1): 77-84
Hermawan. (2018). Uji Bakteri Fecal Coliform pada Cincau Hitam yang berada di
pasar Segiri Samarinda. Kalimantan Timur: Universitas Muhammadiyah
Kalimantan Timur.
Humaira, P. D. (2020). Analisis Bakteri Coliform Pada Jajanan Minuman. Politeknik
Kesehatan, Kemenkes, Medan: 2020.
Irianto. (2013). Mikrobiologi Medis. Jakarta Alvabeta.CV.
Ir. Sutrisno Koswara, M. M. (2017). Produksi Pangan: Untuk Industri Rumah Tangga
Terasi Udang. Jakarta,Indonesia: Badan POM.
Isnaeni, A. N., F. Swastawati, L. Rianingsih. 2014. Pengaruh Penambahan Tepung
yang Berbeda terhadap Kualitas Produk Petis dari Cairan Sisa Pengukusan
Bandeng (Chanos Chanos Forks) Presto. Jurnal Pengolahan dan Biotenologi
Hasil Perikanan. Vol.3 (3): 40-46
Jasmadi, Y. H. (2014). Prevalensi Bakteri Coliform dan Esherichia coli pada Daging
sapi yang dijual di pasar Tradisional dan pasar Modern di kota Pekan Baru.
JOM FMIPA, 32.
James,G.2013. Microbiology A Laboratory Manual. Jakarta: KDT
Kartika, E, Khotimah S & Yanti, AH, (2014). Deteksi Bakteri Indikator Keamanan
Pangan Pada Sosis Daging ayam di Pasar Tradisional Flamboyan Pontianak.
Jurnal Protobiont, vol. 3, no. 2, hal. 111-119
Kemenristek, (2015). Terasi dan Petis. Diakses melalui padhttp://warintek.ristek.go.id
pada tanggal 20 Mei 2023 jam 10.30.
Khadijah, S. (2016). Uji Komposisi Bahan Baku Terasi Pada Alat Penumbuk
Mekanis. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara.
Falamy,R, Efrida,WR, dan Ety,AP. (2012). Deteksi Bakteri Coliform Pada Jajanan
Pasar Cincau Hitam di Pasar Tradisional dan Swalayan Kota Bandar
Lampung. Bandar Lampung: FK Universitas Lampung.
Guli, M. M. 2016. Patogenesis Penyakit Kolera pada Manusia. Biocelebes. Vol 10(2):
46

18-24
Mirawati. (2014). Salmonella pada Jajanan yang dijual dikantin dan luar kantin
sekolah dasar. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan. Vol 1(2), 145.
Muh. Ridho Syafarullah Kadir, A. S. (2020). Mutu Terasi Udang Rebon (Acetes
Indicus) Yang Diperdagangkan Di Beberapa Pasar Kota Kendari. Jurusan
Teknologi Hasil Perikanan,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Halu Oleo, Kendari, 2.
Ningrum, I. (2020). Uji Kandungan Bakteri Koliform Pada Petis Ikan Tongkol
Dengan Menggunakan Metode MPN (Most Probable Number) Yang Terdapat
Di Pasar Klampis Bangkalan Madura. Fakultas Sains Dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya: 2020, Skripsi.
Novita, L. N. (2018). Uji Bakteri Coliform dan Escherichia coli pada Air Minum Isi
Ulang dan Air Sumur di Kabupaten Cirebon. Jurnal Ilmu Alam Indonesia, 61-
62.
Oktira Roka Aji, N. N. (2021, September). Deteksi Keberadaan Coliform Dan
Escheriachia Coli Pada Es Batu Dari Penjual Minuman Di Sekitar Kampus 4
Univesitas Ahmad Dahlan. Jurnal Metamorfosa (Journal Of Biologycal
Scienes), 8(2), 223.
Peraturan Mentri Kesehatan RI. No. 17, 2015 Tentang ketahanan pangan dan gizi.
Peraturan Mentri Kesehatan RI. Jakarta.
Publish, D. (2023). Populasi Dan Sampel Penelitian Kuantitatif (Cara Menentukan).
https://deepublishstore.com/pengertian-populasi-dan-sampel
Rahayu, (2018). Escherichia coli: Patogenitas, Analisis dan Kajian Risiko. Bogor:
IPB Press
Riri Novita, S. (2014). Uji Kualitas Air Sumur Dengan Menggunakan Metode MPN
(Most Probable Number). Jurnal Bioilmi Vol. 1 No. 1. Available online:
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/bioilmi/article/view/1128
47

Saadah. (2017). Analisa Bakteri Coliform dalam es batu dari Berbagai kantin di
Universitas Islam Negri Raden Intan Lampung. Skripsi.FTK UIN Raden Intan
Lampung.
Sawasvirojwong, S., P. Srimanote, V. Chatsudthingpong, C. Muanprasat. (2013). An
Adult Mouse Model of Vibrio cholera-induced Diarrhea for Studying
Pathogenesis and Potential Therapy of Cholera. PLOS Neglected Tropical
Disease. Vol 7: 1-1
Sri Harti, A. (2015). Mikrobiologi Kesehatan. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.
Soemarno. (2008). Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik. Akademi Analis
Kesehatan. Yogyakarta.
Sopandi, Tatang. (2013). Mirobiologi Pangan. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta
Taufik Kurahman, R. R. (2022). Analisis Cemaran Bakteri Coliform Dan Identifkasi
Bakteri Escherichia Coli Pada Air Galon Di Desa Sungai Danau. Journal Of
Pharmaceutical Care and Sciens,79-80.
Tambunan, Samuel. (2010). Hygiene Sanitasi dan Pemeriksaan Kandungan Bakteri.
Escherichia coli pada Es Kolak Durian yang Dijajakan Di Jalan Dr. Mansyur
Kelurahan Padang Bulan Kota Medan Tahun 2010. Skripsi FKM. USU
Medan.
Wardhany, S. (2015). Analisa Bakteri Coliform pada Air Minum dengan
Menggunakan Metode Most Probable Number (MPN). Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
Widodo T.S, Sulistiyanto B. dan Utama C.S. (2015). Jumlah Bakteri Asam Laktat
(BAI). Dalam Digesta Usus Halus dan Sekum Ayam Boiler yang Diberi
Pakam Ceceran Pabrik Pakam yang Difermentasi. Agripet: Vol (15) No. 2.
98-103.
48

LAMPIRAN
Lampiran 1
49

Lampiran 2
50

Lampiran 3
Tabel Rancangan Penelitian

Bulan
30 10 Agu
N Uraian 19 2 Apr- 20 - 28 Juni- 5 Juli stus
o kegiatan Nov 17 Jan- 1 Apr 25 Mei Juni Juli 2023 2023
2022 27 Mar 2023 2023 2023 2023
Pengajuan
1 Judul
Penyusunan
2 Proposal
Seminar
3 Proposal
Perbaikan
4 Proposal

5 Penelitian
Hasil dan
6 Data

Sidang
7 Skripsi

8 Pengumpulan
51

Lampiran 4
Dokumentasi Penelitian

Sampel terasi yang akan di uji

Penimbangan sampel terasi sebanyakl 10 gr

Terasi dihaluskan menggunakan mortar


52

Terasi yang sudah halus siap di encerkan

Proses
pengenceran terasi dengan aquadest 10 mL

Seluruh sampel terasi yang sudah diencerkan


53

Media LB (Lactose Broth) yang digunakan media


tahapan uji pendugaan pada metode MPN

Penimbangan media LB sebanyak 5,8 gr

Media LB yang telah diencerkan kemudian dipanaskan


54

di hotplate

Pemipetan media LB ke masing-masing tabung reaksi

Pemipetan sampel ke dalam


tabung yang berisi media LB
55

Medis LB yang telah selesai diberi sampel


dan diinkubasi selama 2 x 24 jam

Media LB yang telah diinkubasi mengalami kekeruhan


yang berarti postif tercemar bakteri Coliform

Media BGLB (Brilliant Green


Lactose Broth) yang
Digunakan sebagai media tahapan uji penegasan
56

Penimbangan media BGLB sebanyak 8 gr

Media BGLB yang sudah


disterilisasi

Pemipetan Media BGLB


ke masing –masing tabung reaksi
57

Media BGLB yang sudah di masukkan sampel

Media BGLB yang positif mengalami kekeruhan

Media EMBA (Eosin Methylen


Blue Agar) yang digunakan
sebagai media tahapan uji pelengkap pada metode MPN
58

Penimbangan media EMBA sebanyak 8 gr

Mengambil 1-2 ose media BGLB yang positif lalu di inokulasi ke media EMBA

Hasil media EMBA dari sampel 1 Hasil media EMBA dari sampel 2
59

Hasil media EMBA dari sampel 3 Hasil media EMBA dari sampel 4
yang menunjukkan hasil negatif

Mengambil koloni
bakteri dari hasil media EMBA
yang positif untuk dibuat preparat

Pembuatan Preparat dari koloni bakteri pada media EMBA


60

Pewarnaan Gentian Violet pada masing-masing


Preparat Bakteri

Mencuci preparat di air mengalir

Pewarnaan Iodin pada masing-masing preparat


61

Pewarnaan Safranin pada masing-masing preparat

Pengamatan preparat bakteri yang telah diwarnai dibawah


Mikroskop dengan menggunakan lensa pembesaran 100x dengan
penambahan Imersil Oil
62

Hasil morfologi dari sampel 1 media EMBA pada pewarnaan gram

Hasil morfologi dari sampel 2 media EMBA pada pewarnaan gram


63

Hasil morfologi dari sampel 4 media EMBA pada pewarnaan gram

Reagen Gentian Violet yang digunakan


Reagen Iodin yang digunakan setelah
untuk pewarnaan gram
Digunakan untuk pewarnaan gentian
violet
64

Reagen Safranin digunakan untuk


mewarnai bakteri berwarna merah
65

Reagen Alkohol asam yang digunakan


untuk pewarnaan

Imersion Oil digunakan untuk memperjelas


Mikroskop digunakan Untuk Melihat Objek sangat obyek pada saat akan mengamatip preparat
kecil yang Sulit dilihat kasat mata dengan Perbesaran mikroskopik dengan perbesaran yang besar yaitu
4x, 10x, 40x, dan 100x 100x
Laminar Air Flow digunakan sebagai tempat
penanam bakteri pada media

Tabung reaksi yang dgunakan untuk tempat uji


media dan sampel yang akan diteliti

untuk mensterilkan Inkubator digunakan untuk menginkubasi


elas yang memiliki media yang telah ditumbuhkan bakteri atau
untuk menumbuhkan bakteri
volume
66

Hotplate dugunakan untuk memanaskan


digunakan untuk
media yang telah diencerkan dengan
lat gelas yang tidak
aquadest
an dan volume
67

LAMPIRAN 5

Tabel MPN 333 menurut Formula Thomas sebagai berikut (Suanda, 2018)

Jumlah TB Gas pada Indek Jumlah TB Gas pada Indek


Penampang MPN Penampang MPN
per 100 per 100
3 x 10 3x1 3 x 0,1 ml 3 x 10 3x1 3 x 0,1 ml
ml ml ml ml ml ml

0 0 0 0 2 0 0 10
0 0 1 3 2 0 1 14
0 0 2 6 2 0 2 19
0 0 3 9 2 0 3 24
0 1 0 3 2 1 0 15
0 1 1 6 2 1 1 20
0 1 2 9 2 1 2 25
0 1 3 12 2 1 3 30
0 2 0 6 2 2 0 21
0 2 1 9 2 2 1 26
0 2 2 12 2 2 2 31
0 2 3 16 2 2 3 37
0 3 0 9 2 3 0 27
0 3 1 13 2 3 1 33
0 3 2 16 2 3 2 38
0 3 3 19 2 3 3 44
1 0 0 4 3 0 0 29
68

1 0 1 7 3 0 1 39
1 0 2 11 3 0 2 49
1 0 3 14 3 0 3 60
1 1 0 2 3 1 0 46
1 1 1 1 3 1 1 58
1 1 2 1 3 1 2 72
1 1 3 18 3 1 3 86
1 2 0 12 3 2 0 76
1 2 1 12 3 2 1 95
1 2 2 19 3 2 2 116
1 2 3 23 3 2 3 139
1 3 0 15 3 3 0 190
1 3 1 19 3 3 1 271
1 3 2 23 3 3 2 438
1 3 3 27 3 3 3 1.898
69

Anda mungkin juga menyukai