Anda di halaman 1dari 92

HUBUNGAN KEPADATAN PARASIT MALARIA DENGAN

JUMLAH TROMBOSIT PADA PENDERITA MALARIA


DI KECAMATAN CEMPAKA

SKRIPSI
Skripsi guna memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Terapan Kesehatan

OLEH:
Muhammad Denny Farras
NIM P07134219027

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM SARJANA TERAPAN
2023
HUBUNGAN KEPADATAN PARASIT MALARIA DENGAN
JUMLAH TROMBOSIT PADA PENDERITA MALARIA
DI KECAMATAN CEMPAKA

SKRIPSI
Skripsi guna memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh predikat
Sarjana Terapan Kesehatan

OLEH:
Muhammad Denny Farras
NIM P07134219027

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM SARJANA TERAPAN
2023

i
@2023
Hak Cipta ada pada peneliti

ii
iii
iv
v
RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Muhammad Denny Farras

Tempat, tanggal lahir : Amuntai, 31 Maret 2001

Agama : Islam

Alamat : Jl. Anugerah Komplek Citra Permata Sari No. 042,

Sungai Malang, Amuntai Tengah, Hulu Sungai

Utara

Nama Orang Tua

Ayah : Husaini

Ibu : Rusdiati

Riwayat Pendidikan : Tahun Lulus

1. Sekolah Dasar Negeri (SDN) Murung Sari 1 : 2013

2. Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 2 HSU : 2016

3. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 HSU : 2019

vi
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena berkat limpahan rahmat dan kasih-Nya akhirnya peneliti dapat

menyelesaikan penyusunan Skripsi dengan judul “Hubungan Kepadatan

Parasit Malaria dengan Jumlah Trombosit pada Penderita Malaria di

Kecamatan Cempaka” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Skripsi ini

dibuat sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi

Teknologi Laboratorium Medis Program Sarjana Terapan Jurusan Analis

Kesehatan pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Banjarmasin.

Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan beberapa kesulitan baik dalam

hal kemampuan peneliti maupun keterbatasan dalam memperoleh literatur, namun

berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya peneliti dapat menyelesaikan

penelitian ini dengan tepat pada waktunya.

Penyusunan Skripsi ini dibantu oleh beberapa pihak. Oleh sebab itu, pada

kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Ns. Andi Parellangi, S.Kep., M.Kep selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kementrian Kesehatan Banjarmasin.

2. Bapak H. Akhmad Muntaha, S.Pd., MM selaku Ketua Jurusan Analis

Kesehatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan.

3. Bapak H. Haitami, S.Si., M.Sc selaku Ketua Prodi Teknologi Laboratorium

Medis Program Sarjana Terapan Jurusan Analis Kesehatan Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan Banjarmasin.

vii
4. Bapak Jujuk Anton Cahyono, S.Si.,M.Sc selaku dosen pembimbing dan

penguji I yang dengan kesungguhan hati memberikan bimbingan serta

pengarahan sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Ibu Rifqoh, S.Pd., M.Sc selaku dosen pembimbing dan penguji II yang

dengan kesungguhan hati memberikan bimbingan serta pengarahan sehingga

Skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Bapak H. Ahmad Muhlisin, S.Pd., M.Kes selaku dosen penguji III dalam

Skripsi ini.

7. Seluruh dosen dan staf Jurusan Analis Kesehatan yang telah membantu

kelancaran penelitian Skripsi ini.

8. Orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan kasih sayang, doa,

nasihat dan dukungannya.

9. Syarifatul Fatimah As Shalihah yang telah membantu peneliti dalam

memberikan kelancaran serta semangat dalam penelitian Skripsi ini.

10. Teman-teman Analis Kesehatan 2019 serta keluarga besar Analis Kesehatan

yang telah memberikan semangat dalam penelitian Skripsi ini.

Semoga seluruh bantuan dan kerjasama yang diberikan semua pihak

mendaptkan ridho dan nilai amal yang sesuai dari Tuhan Yang Maha Esa.

Akhirnya peneliti berharap semoga penyusunan Skripsi ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Banjarbaru, Mei 2023

Peneliti

viii
ABSTRAK

Hubungan Kepadatan Parasit Malaria dengan Jumlah Trombosit pada


Penderita Malaria di Kecamatan Cempaka
Peneliti: Muhammad Denny Farras
Pembimbing: Jujuk Anton Cahyono, Rifqoh

Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium dan disebarkan ke manusia


lewat gigitan nyamuk betina Anopheles yang telah terinfeksi. Kepadatan parasit
malaria adalah jumlah parasit malaria dalam setiap mikroliter darah pasien yang
terinfeksi. Pada penderita malaria, terjadi peningkatan antibodi antiplatelet IgG
yang menyebabkan fagositosis trombosit dan menyebabkan turunnya jumlah
trombosit dalam tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
kepadatan parasit malaria dengan jumlah trombosit pada penderita malaria di
Kecamatan Cempaka. Jenis penelitian ini yaitu Survey Analitik dengan rancangan
penelitian cross sectional, dengan jumlah populasi dan jumlah sampel sebanyak
17 sampel dengan teknik sampling Total Sampling. Variabel kepadatan parasit
malaria didapat dari pemeriksaan mikroskopis malaria dengan sampel darah vena.
Variabel jumlah trombosit didapat dari pemeriksaan trombosit metode
Hematology Analyzer. Pada responden didapatkan kepadatan parasit yaitu 195-
67.883 parasit/uL dengan rata-rata 17.527 parasit/uL. Jumlah trombosit 58.000-
321.000 sel/uL dengan rata-rata 156.235 sel/uL. Berdasarkan uji statistik metode
Spearman, didapatkan p value= 0,031 dengan koefisien korelasi -0,525 yang
berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kepadatan parasit malaria dengan
jumlah trombosit pada penderita malaria di Kecamatan Cempaka. Kesimpulan
pada penelitian ini yaitu kepadatan pada 17 orang responden adalah 195-67.883
parasit/uL, jumlah trombosit 58.000-321.000 sel/uL, dan terdapat hubungan antara
kepadatan parasit dan jumlah trombosit pada penderita malaria di Kecamatan
Cempaka. Saran kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan
variabel eritrosit.

Kata kunci: malaria, trombosit, kepadatan parasit

ix
ABSTRACT

Correlation between Malaria Parasite Density and Platelet Count in


Malaria Sufferers in Cempaka District

Researcher: Muhammad Denny Farras

Advisors: Jujuk Anton Cahyono, Rifqoh

Malaria is caused by the Plasmodium parasite and is spread to humans


through the bite of an infected female Anopheles mosquito. Malaria parasite
density is the number of malaria parasites in each microliter of blood of an
infected patient. In malaria sufferers, there is an increase in IgG antiplatelet
antibodies which cause phagocytosis of platelets and causes a decrease in the
number of platelets in the body. The purpose of this study was to determine the
relationship between malaria parasite density and platelet count in malaria patients
in Cempaka District. This type of research is an analytical survey with a cross-
sectional research design, with a total population and a total sample of 17 samples
with a total sampling technique. Variable malaria parasite density was obtained
from microscopic examination of malaria with venous blood samples. The
variable number of platelets was obtained from the examination of platelets using
the Hematology Analyzer method. Respondents obtained parasite densities of
195-67,883 parasites/µL with an average of 17,527 parasites/µL. The platelet
count is 58,000-321,000 cells/uL with an average of 156,235 cells/uL. Based on
the Spearman method statistical test, p value = 0.031 with a correlation coefficient
of -0.525 which means that there is a significant relationship between the density
of malaria parasites and the number of platelets in malaria sufferers in Cempaka
District. The conclusion of this study was that the density of 17 respondents was
195-67,883 parasites/µL, the platelet count was 58,000-321,000 cells/µL, and
there was a relationship between parasite density and platelet count in malaria
sufferers in Cempaka District. Suggestions to future researchers to conduct
research with erythrocyte variables.

Keywords: malaria, platelets, parasite density

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN HAK CIPTA ............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................. iv
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Batasan Masalah................................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
F. Keaslian Penelitian ............................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 8
A. Malaria ................................................................................................. 8
B. Kepadatan Parasit Malaria ................................................................... 18
C. Trombosit ............................................................................................. 19
D. Landasan Teori ..................................................................................... 25
E. Kerangka Teori..................................................................................... 26
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS.................................. 27

xi
A. Kerangka Konsep ................................................................................. 27
B. Hipotesis............................................................................................... 27
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 28
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 28
B. Rancangan Penelitian ........................................................................... 28
C. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 28
D. Populasi dan Sampel ............................................................................ 29
E. Etik Penelitian ...................................................................................... 29
F. Metode Pengumpulan Data dan Penelitian .......................................... 29
G. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...................................... 30
H. Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ............................................. 37
I. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian ................................................... 39
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 40
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 40
B. Pembahasan .......................................................................................... 46
BAB VI PENUTUP ........................................................................................ 50
A. Kesimpulan .......................................................................................... 50
B. Saran ..................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 52
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .......................................................................... 6

Tabel 4.1 Definisi Operasional ........................................................................ 28

Tabel 5.1 Riwayat Penderita............................................................................ 42

Tabel 5.2 Hasil Pemeriksaan Sediaan Darah Malaria dan Jumlah Trombosit 41

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Stadium Trofozoit Plasmodium vivax ........................................ 10

Gambar 2.2 Stadium Skizon Plasmodium vivax ............................................ 10

Gambar 2.3 Stadium Gametosit Plasmodium vivax ....................................... 10

Gambar 2.4 Stadium Trofozoit Plasmodium falciparum ............................... 12

Gambar 2.5 Stadium Skizon Plasmodium falciparum ................................... 12

Gambar 2.6 Stadium Gametosit Plasmodium falciparum .............................. 12

Gambar 2.7 Siklus Hidup Malaria .................................................................. 15

Gambar 5.1 Distribusi Gambaran Umum Responden Penelitian Berdasar Jenis


Kelamin ............................................................................................................ 40

Gambar 5.2 Distribusi Gambaran Umum Responden Penelitian Berdasar Usia


.......................................................................................................................... 41

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan Penelitian

Lampiran 2 Pernyataan Persetujuan

Lampiran 3 Kuesioner

Lampiran 4 Tabel Rekapitulasi Wawancara

Lampiran 5 Perhitungan Kepadatan Parasit

Lampiran 6 Sertifikat Hasil Uji

Lampiran 7 Surat Izin Laboratorium

Lampiran 8 Surat Izin Penelitian

Lampiran 9 Surat Balasan Izin Penelitian

Lampiran 10 Etik Penelitian

Lampiran 11 Dokumentasi

Lampiran 12 Form Saran Perbaikan

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Malaria masih sebagai ancaman terhadap status kesehatan

masyarakat terutama pada masyarakat yang hidup di daerah terpencil.

Pekerjaan yang sesuai dengan aktivitas gigitan vektor nyamuk, seperti

pergi ke hutan pada malam hari atau tinggal di sana selama musim hujan

untuk kegiatan penebangan hutan akan meningkatkan risiko penularan.

(Ruliansyah dan Pradani, 2020). Malaria disebabkan oleh parasit

Plasmodium dan disebarkan ke manusia lewat gigitan nyamuk betina

Anopheles yang telah terinfeksi. (Kemenkes RI, 2022).

Terdapat empat jenis parasit malaria yang dapat menginfeksi

manusia, yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium vivax, Plasmodium vivax,

dan Plasmodium vivax (CDC, 2021). Indonesia termasuk daerah

berkembang dengan iklim tropis dan sub tropis yaitu sebagai habitat yang

disukai nyamuk Anopheles, vektor penyebab penyakit malaria (Sucipto,

2015).

Permasalahan malaria yang terus berkembang di Indonesia

terkait dengan masih lemahnya upaya penurunan angka kejadian

malaria seperti keberadan breeding place (tempat berkembang biak)

xvi
2

nyamuk anopheles yang menyebar dan lokasi yang sulit untuk di

jangkau, kondisi lingkungan rumah yang tidak memenuhi syarat

kesehatan (ventilasi, atap plafon, dinding rumah yang belum

memadai), perilaku masyarakat melakukan aktivitas keluar rumah

pada malam hari dan menjelang subuh (Darmawansyah, et al. 2019).

Hutan merupakan lingkungan yang bagus dalam penularan malaria karena

hutan menyediakan kondisi suhu, curah hujan dan kelembaban yang

kondusif bagi penyebaran dan kehidupan vektor malaria. (Kar et al.,

2014).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada World Malaria Report

2021, memperkirakan bahwa ada 241 juta kasus malaria, termasuk

627.000 kematian, di seluruh dunia pada tahun 2020, yang berarti sekitar

14 juta lebih banyak kasus dan 69.000 lebih banyak kematian dari tahun

2019. Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), total kasus

malaria di Indonesia mencapai 94.610 kasus pada 2021. Kasus malaria

pada 2021 turun 58,2% dibandingkan pada tahun sebelumnya mencapai

226.364 kasus. Jika dilihat trennya, sejak 2018 kasus malaria yang terjadi

di Indonesia cenderung menurun. Meskipun demikian, kasus malaria

sempat meningkat pada 2019 mencapai 250.628 kasus. Kemudian,

kasusnya menurun pada 2020 dan kembali menanjak pada 2021.

Annual Parasite Incidence (API) malaria di Indonesia pada

tahun 2019 meningkat dibandingkan tahun 2018, yaitu dari yang

awalnya sebesar 0,84 menjadi 0,93 per 1.000 penduduk. (Kemenkes


3

Republik Indonesia, 2019). Pada data yang dikeluarkan oleh Dinas

Kesehatan Kota Banjarbaru tahun 2021 kasus positif malaria tertinggi di

Banjarbaru dipegang oleh Kecamatan Cempaka, dengan jumlah kasus

sebanyak 30 kasus dan API 0,774 per 1.000 penduduk.

Pada penderita malaria, terjadi peningkatan antibodi antiplatelet

IgG pada penderita malaria yang mengikat dan kemudian mengaktivasi

membran trombosit, hal ini menyebabkan penumpukan trombosit oleh

sistem retikuloendotelial (RE), khususnya pada limpa. Sel membran

trombosit yang teraktivasi akan dianggap sebagai sel yang rusak yang

kemudian akan difagosit oleh makrofag (Abdalla, 2004)

Pada penelitian Sadukh dkk (2020) tentang Studi Spasial Kejadian

Malaria Serta Pengaruh Kepadatan Plasmodium sp. Terhadap Anemia dan

Trombositopenia pada Penderita Malaria di Kabupaten Kepulauan Talaud,

Kepadatan Plasmodium sp. pada 34 penderita malaria terdiri dari 18

kasus positif satu (+), 10 kasus positif dua (++), 5 kasus positif tiga

(+++) dan 1 kasus positif empat (++++). Pada hasil uji statistik

menunjukkan adanya hubungan antara kepadatan Plasmodium sp terhadap

trombositopenia pada penderita malaria.

Pada penelitian Ayu dkk (2020) tentang Korelasi Antara

Kepadatan Parasit dengan Status Hematologi pada Penderita Malaria di

Wilayah Kerja Puskesmas Hanura Kabupaten Pesawaran didapatkan rata-

rata kepadatan parasit seluruh subjek adalah 4.088 parasit/μL, kepadatan

parasit terendah adalah 1.041 parasit/μL, dan tertinggi adalah 8.900


4

parasit/μL, sedangkan hasil jumlah trombosit didapatkan dengan rerata

88.434 sel/μL, minimal 70.000 sel/μL, dan maksimal 118,000 sel/μL.

Hasil uji Pearson menunjukan adanya korelasi yang bermakna antara

antara kepadatan parasit dengan jumlah hitung trombosit secara signifikan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti meneliti

hubungan kepadatan parasit malaria dengan jumlah trombosit pada

penderita malaria di Kecamatan Cempaka.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas, maka dapat

disusun rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana Hubungan

Kepadatan Parasit Malaria dengan Jumlah Trombosit pada Penderita

Malaria di Kecamatan Cempaka? “

C. Batasan Masalah

Pada penelitian ini peneliti hanya meneliti apakah hubungan

kepadatan parasit malaria akan mempengaruhi jumlah trombosit dalam

darah pada penderita malaria di Kecamatan Cempaka.


5

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Kepadatan Parasit Malaria dengan

Jumlah Trombosit pada Penderita Malaria di Kecamatan Cempaka.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kepadatan parasit malaria pada penderita

malaria di Kecamatan Cempaka

b. Untuk mengetahui jumlah trombosit pada penderita malaria di

Kecamatan Cempaka

c. Untuk mengetahui hubungan kepadatan parasit malaria dengan

jumlah trombosit pada penderita malaria di Kecamatan Cempaka

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dapat digunakan sebagai referensi untuk mengetahui angka

kejadian malaria di Kalimantan Selatan, tepatnya di wilayah

Kecamatan Cempaka sehingga bisa digunakan sebagai sarana edukasi

mengenai infeksi malaria.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat menambah wawasan sehigga dapat diaplikasikan kepada

masyarakat khususnya pekerja diluar rumah

b. Dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya.


6

F. Keaslian Penelitian

Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan kepadatan parasit

malaria terhadap jumlah trombosit pada penderita malaria di Kecamatan

Cempaka.

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


No. Peneliti Judul Perbedaan
1. Sadukh, P. J. J., Studi Spasial Kejadian Sampel ditentukan
Sambuaga, J. V. I., Malaria Serta Pengaruh secara Accidental
Bongkaraeng Kepadatan Plasmodium Sampling, sedangkan
(2020) sp. Terhadap Anemia dan pada penelitian ini
Trombositopenia pada menggunakan total
Penderita Malaria di sampling, dan juga
Kabupaten Kepulauan pemeriksaan kepadatan
Talaud parasit malaria
menggunakan semi
kuantitatif, sedangkan
penelitian ini
menggunakan
kuantitatif
2. Ayu, P. R. S., Korelasi Antara Teknik pengambilan
Permana, K. A. W. Kepadatan Parasit sampel yang digunakan
(2020) Dengan Status adalah metode
Hematologi Pada pengambilan sampel
Penderita Malaria Di secara Consecutive
Wilayah Kerja Sampling. Sedangkan
Puskesmas Hanura pada penelitian ini
Kabupaten Pesawaran menggunakan total
sampling.
3. Artini, N. N. Y., Analisis Jenis sampel yang
Tatontos E. Y., Plasmodium Penyebab digunakan dalam
Urip (2019) Malaria Terhadap Hitung penelitian, yaitu pasien
Jumlah Trombosit yang dinyatakan
positif malaria
berdasarkan
pemeriksaan
mikroskopis di
wilayah Kabupaten
Lombok Barat,
sedangkan pada
7

penelitian ini
menggunakan sampel
seluruh penderita
malaria di Kabupaten
Banjar tahun 2022
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Malaria

1. Penyakit Malaria

Harijanto (2000) mengatakan Penyakit malaria adalah penyakit

menular yang menyerang dalam bentuk infeksi akut ataupun kronis.

Penyakit ini disebabkan oleh Protozoa genus Plasmodium bentuk

aseksual,yang masuk ke dalam tubuh manusia dan ditularkan oleh

nyamuk Anopheles betina.

Soedarto (2011) mengemukakan bahwa penyakit malaria

disebabkan sporozoa, genus Plasmodium yang terdiri dari spesies

Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae,

Plasmodium ovale dan Plasmodium knowlesi. Penyakit malaria

ditularkan oleh nyamuk Anopheles.

Penyakit malaria tersebar di seluruh jajaran kepulauan di seluruh

wilayah Indonesia, dengan tingkat endemisitas penularan yang

bervariasi. Spesies yang banyak dijumpai di Indonesia adalah

Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum, terutama di daerah

luar jawa seperti Kalimantan, Sulawesi Utara, Papua. (Sardjono, 2019)

8
9

2. Plasmodium vivax

a. Klasifikasi Plasmodium vivax

Filum: Apicomplexa

Kelas: Aconoidasida

Ordo: Haemosporida

Famili: Plasmodiidae

Genus: Plasmodium

Spesies: Plasmodium vivax

b. Morfologi Plasmodium vivax

Tropozoit muda tampak seperti cincin, dengan titik

kromatin pada satu sisi. Pada stadium cincin yang tua, eritrosit

yang diinfeksi membesar dan menjadi pucat, karena kekurangan

hemoglobin. Plasmodium vivax mempunyai kecenderungan

menginfeksi sel darah merah muda atau retikulosit (mempunyai

ukuran yang lebih besar dibandingkan sel darah merah matur).

Tropozoit yang tumbuh bentuknya bertambah besar dan tidak

beraturan, mempunyai pigmen yang halus dan menunjukkan

gerakan amoeboid yang jelas. Setelah 36 jam, tropozoit itu

memenuhi lebih dari separuh eritrosit yang membesar, intinya

mulai membelah menjadi skizon.

Pada fase skizon, gerak parasit menjadi minimal, parasit

memenuhi eritrosit yang besar, pigmen banyak berkumpul dalam

sitoplasma. Setelah 48 jam, skizon mencapai ukurannya yang


10

maksimal dan mengalami segmentasi yang maksimal juga. Pigmen

berkumpul di pinggir, dan terdapat 16-18 merozoit yang berbentuk

bulat atau lonjong, berdiameter 1,5-2 mikron (Rachmawati et al.,

2021)

Gametosit berbentuk bulat besar dan memiliki satu inti

berwarna merah (Kemenkes RI, 2011). Ditemukan titik Schuffner

berada di pinggir. Makrogametosit (betina) berinti merah berada

ditepi memiliki sitoplasma kasar, biru, melebar dan pingmen coklat

menyebar. Mikrogametosit (jantan) berinti merah ditengah

memiliki sitoplasma kasar, biru kemerahan, melebar dan pingmen

coklat menyebar (Sucipto, 2015). Stadium trofozoit, skizon, dan

gametosit Plasmodium vivax dapat dilihat di gambar berikut ini.

Gambar 2. 2 Stadium Trofozoit Gambar 2. 1 Stadium Skizon Plasmodium


Plasmodium vivax vivax

Gambar 2. 3 Stadium Gametosit Plasmodium vivax


11

3. Plasmodium falciparum

a. Klasifikasi Plasmodium falciparum

Filum: Apicomplexa

Kelas: Aconoidasida

Ordo: Haemosporida

Famili: Plasmodiidae

Genus: Plasmodium

Spesies: Plasmodium falciparum

b. Morfologi Plasmodium falciparum

Pada infeksi Plasmodium falciparum bentuk atau fase yang

ditemukan dalam darah tepi hanyalah bentuk cincin dan gametosit.

Pada infeksi berat barulah fase tropozoit dewasa dan skizon

mungkin dapat ditemukan dalam darah tepi. Skizogoni terjadi di

dalam pembuluh darah kapiler organ-organ dalam. Eritrosit yang

terinfeksi Plasmodium falciparum tidak bertambah besar. Sering

ditemukan lebih dari satu parasit dalam satu eritrosit.bentuk cincin

yang menempel pada pinggiran membran eritrosit (accole)

merupakan tanda yang khas pada spesies ini. Dua titik kromatin

(double dots) di dalam satu bentuk cincin sering ditemukan pada

infeksi Plasmodium falciparum. (Rachmawati et al., 2021)

Stadium skizon ditemukan pada penderita malaria berat,

berbentuk kecil padat dan jumlahnya sedikit (Kemenkes RI, 2011)


12

.Skizon dapat berisi 15-30 inti merozoit berwarna gelap (Sucipto,

2015). Sitoplasma pada skizon berwarna kebiruan dan tiap inti

memiliki sitoplasma. Stadium Gametosit berbentuk seperti bulan

sabit dengan inti berwarna merah, inti makrogamet (betina) padat

dan inti mikrogamet (jantan) menyebar (Soedarto, 2011).

Makrogametosit berwarna biru berpigmen (granul) ditengah.

Mikrogametosit berwarna biru kemerahan atau ungu berpigmen

(granul) menyebar (Sucipto, 2015). Stadium trofozoit, skizon, dan

gametosit Plasmodium falciparum dapat dilihat di gambar berikut

ini.

Gambar 2. 4 Stadium Trofozoit Gambar 2. 5 Stadium Skizon


Plasmodium falciparum Plasmodium falciparum

Gambar 2. 6 Stadium Gametosit Plasmodium


falciparum
13

4. Gejala Klinis

Ada 3 tahap gejala klinis malaria menurut Rachmawati (2021) yang

disebut trias malaria:

a. Periode dingin

Pada periode ini penderita mulai menggigil, kulit dingin

dan kering, penderita sering membungkus diri dengan selimut,

pada saat mengigil seluruh badan gemetar, pucat hingga sianosis

seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai

1 jam diikuti dengan 18 meningkatnya temperatur.

b. Stadium Panas

Periode panas Muka penderita kemerahan (flushing) kulit

panas dan kering, nadi cepat, suhu tubuh meningkat hingga 40oC,

respirasi meningkat, nyeri kepala, muntah, syok, delirium hingga

kejang. Periode ini berlangsung selama 2 jam atau lebih.

c. Periode berkeringat

Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh

tubuh, suhu tubuh menurun, mengalami kelelahan, dan penderita

dapat tertidur dengan pulas.


14

5. Siklus Hidup Spesies Malaria

Siklus hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual eksogen

(sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles dan fase aseksual

(skizogoni) dalam badan hospes vertebrata. (Sutanto et al., 2008).

a. Siklus Aseksual

Proses perkembangan Plasmodium sp. dalam manusia

dimulai saat masuknya sporozoit akibat gigitan nyamuk Anopheles

sp infektif (CDC, 2017) . Siklus ekso-eritrositer terjadi setelah 30

menit sejak sporozoit masuk ke dalam sel hati dan berkembangbiak

menjadi skizon (Sucipto, 2015; Kunoli, 2013) . Sel hati yang pecah

akan melepaskan parasit aseksual (anakan) berupa merozoit (CDC,

2017

Setelah 2 atau 3 generasi (3-15 hari) merozoit dibentuk,

sebagian merozoit tumbuh menjadi bentuk seksual. Proses ini

disebut gametogoni (gametositogenesis). Bentuk seksual tumbuh

tetapi intinya tidak membelah. (Setyaningrum, 2020). Proses ini

menghasilkan gametosit jantan (mikrogametosit) dan betina

(makrogametosit) yang berada dalam sirkulasi darah dan

selanjutnya diisap oleh nyamuk Anopheles betina pada waktu

mengisap darah. Penderita dengan stadium gametosit merupakan

sumber penularan di daerah endemis malaria. (Rachmawati et al.,

2021)
15

b. Siklus Seksual

Fase sporogoni terjadi dalam tubuh nyamuk Anopheles

betina yang mengisap darah mengandung parasit bentuk seksual

Dalam lambung (midgut) nyamuk mikrogametosit jantan

mengalami eksflagelasi dan terjadi fertilisasi dengan

makrogametosit betina dan menjadi zigot yang selanjutnya menjadi

ookinet setelah mengalami proses mitosis.

Ookinet menembus epitel sel mukosa lambung dan menjadi

ookista yang berisi sporozoit. Jika ookista pecah, sporozoit migrasi

ke rongga tubuh, ke kelenjar ludah dan siap untuk menginfeksi

manusia pada waktu nyamuk mengisap darah. Siklus hidup di

dalam tubuh vektor dikenal dengan sporogoni, secara lengkap

memerlukan waktu 8-35 hari (Rachmawati et al., 2021). Siklus

malaria dapat dilihat pada gambar 2.7

6. Diagnosis

Gambar 2. 7 Siklus Hidup Malaria


(Sumber: CDC)
16

Pada penderita malaria dapat ditemukan satu atau lebih gejala-

gejala klinis seperti demam tinggi, sakit kepala, menggigil, nyeri di

seluruh tubuh. Pada beberapa kasus dapat disertai gejala lainnya

berupa mual, muntah, dan diare. Gejala tersebut di atas hampir

menyerupai dengan gejala-gejala penyakit lainnya, sehingga

diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk mendapatkan diagnosa

pasti. (Kemenkes RI, 2020)

Menurut Suparman et al. (2004). Ketika mendiagnosis malaria

klinis ringan atau tanpa komplikasi pada anamnesis dilakukan:

1. Harus dicurigai malaria pada seseorang yang berasal dari daerah

endemis malaria dengan demam akut dalam segala bentuk,

dengan/tanpa gejala-gejala lain.

2. Adanya riwayat perjalanan ke daerah endemis malaria dalam 2

minggu terakhir.

3. Riwayat tinggal di daerah malaria.

4. Riwayat pernah mendapat pengobatan malaria.

sedangkan pada pemeriksaan fisiknya:

1. Suhu tubuh lebih dari 37°C.

2. Dapat ditemukan pembesaran limpa.

3. Dapat ditemukan anemia.

4. Gejala klasik malaria yang khas terdiri dari 3 stadium yang

berurutan, yaitu menggigil, demam, berkeringat.


17

Diagnosa dapat dilakukan dengan cara memeriksa sediaan darah

penderita ataupun dengan deteksi antigen yang ada di dalam darah

penderita. Pemeriksaan yang dimaksud adalah:

1. Pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis Pemeriksaan

dilakukan dengan menggunakan kaca sediaan, selanjutnya dilakukan

pewarnaan dan diperiksa menggunakan mikroskop dengan perbesaran

1000x menggunakan minyak imersi.

2. Pemeriksaan menggunakan menggunakan Rapid Diagnostic Test

(RDT) Pemeriksaan menggunakan alat diagnosa cepat untuk

mendeteksi adanya antigen dari Plasmodium sp. yang ada di dalam

tubuh penderita.

3. Pemeriksaan dengan Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pemeriksaan dengan cara memeriksa DNA dari darah penderita

(Kemenkes RI, 2020)

6. Faktor Risiko Malaria

Faktor risiko perilaku dan lingkungan sangat berperan penting

terhadap prevalensi penyakit malaria. Faktor risiko terkait perilaku

meliputi: tidur tidak menggunakan kelambu, keluar pada malam hari,

(Essendi, 2019). Selain itu, faktor perilaku lainnya berupa kebiasaan

tidur di area terbuka atau luar rumah, serta jumlah kunjungan ke

daerah penelitian (Aschale, 2018). Faktor risiko terkait tempat tinggal

atau lingkungan dipengaruhi oleh kelembaban, intensitas curah hujan,

kondisi satwa maupun tumbuhan, suhu, dan adanya penebangan


18

hutan. Karena rata-rata negara di Asia Tenggara adalah daerah

tropis, sehingga faktor-faktor di atas dapat mendukung

meningkatnya prevalensi kejadian malaria (Sulasmi, 2017; Sutarto,

2017).

B. Kepadatan Parasit Malaria

Kepadatan parasit malaria adalah jumlah parasit malaria dalam

setiap mikroliter darah pasien yang terinfeksi. Cara menilai jumlah parasit

yaitu dengan menghitung jumlah parasit per mikroliter (µl) darah (Sucipto,

2015). Pada sediaan darah tebal, parasit dihitung berdasarkan jumlah

leukosit per mikroliter (µl) darah (Harijanto, 2009).

Kepadatan parasit dapat dilihat melalui dua cara yaitu semi-

kuantitatif dan kuantitatif. Metode semi-kuantitatif adalah menghitung

parasit dalam lapang pandang besar menggunakan sistem plus dengan

rincian sebagai berikut:

( - ) : Sediaan darah negatif ( tidak ditemukan parasite dalam 100 lapangan

pandang)

( + ) : Sediaan darah positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 lapangan

pandang)

( ++ ) : Sediaan darah positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100

lapangan pandang)

(+++) : Sediaan positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 lapangan

pandang)
19

(++++) : Sediaan darah positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 1

lapangan pandang) (Widoyono, 2010).

Metode yang digunakan menghitung parasit secara kuantitatif;

digunakan pemeriksaan jumlah leukosit pada darah. Bila pada 200 leukosit

ditemukan 10 parasit atau lebih (≥10 parasit), catat hasilnya per 200

leukosit. Bila pada 200 leukosit hanya ditemukan 9 parasit atau kurang (≤

9 parasit), maka dilanjutkan pemeriksaan sampai menjadi 500 leukosit,

dicatat hasilnya per 500 leukosit. Jumlah parasit dalam 1 µl darah dapat

dirumuskan:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑠𝑖𝑡 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐿𝑃 × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑒𝑢𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ ∗


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑒𝑢𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐿𝑃

*Jumlah leukosit pada darah responden

(Kemenkes, 2020)

C. Trombosit

1. Definisi Trombosit

Darah membentuk sekitar 8% dari berat total tubuh manusia dan

memiliki volume 5-5,5 liter. Darah terdiri dari 3 jenis elemen sel darah

yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit. Trombosit adalah elemen ke 3

yang tedapat dalam darah. Dalam setiap milliliter darah secara normal

terdapat sekitar 250 juta trombosit (Sherwood,2014)

Trombosit terbentuk dari megakariosit di sumsum tulang.

Megakariosit merupakan sel yang sangat besar dalam susunan

hemapoietik dalam sumsum tulang belakang yang kemudian memecah

menjadi trombosit atau keping-keping darah. Trombosit dihasilkan


20

dengan cara fragmentasi (melepaskan diri) dari perifer sitoplasma

megakariosit akibat stimulus trombopoietin. Megakariosit mengalami

maturasi dengan replikasi inti endomitotik, volume sitoplasmanya

betambah besar sejalan dengan penambahan lobus inti menjadi dua

kali lipat. Selanjutnya, sitoplasma menjadi granula dan trombosit

dilepaskan dalam bentuk platelet atau keping darah. Trombosit

dihasilkan oleh tiap megakariosit berjumlah sekitar 4000 trombosit.

Diameter trombosit sekitar 1-2 μm, lama hidup trombosit sekitar 7-10

hari. (Aliviameita, 2019)

Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbatan mekanis

sebagai respon hemostatik normal terhadap luka vaskuler, melalui

reaksi adhesi, pelepasan, agregasi dan fusi serta aktivitas

prokoagulannya. Nilai normal trombosit bervariasi sesuai metode yang

dipakai. Jumlah trombosit normal dengan metode Dacie adalah 150 –

400 x 109 /L. Menurut metode Rees Ecker jumlah normal trombosit

140 – 340 x 109 /L, apabila menggunakan metode Coulter Counter

jumlah normal trombosit 150 – 350 x 109 /L (Wirawan, 2011)

2. Faktor yang Mempengaruhi Trombosit

Orang dengan trombositopenia rentan terhadap pendarahan,

seperti mudah memar, sering berdarah dari gusi ataupun mimisan.

Trombositopenia dapat disebabkan oleh berbagai gejala seperti

anemia aplastik, demam berdarah, dan leukemia ITP (Willy, 2019).

Selain itu juga dipengaruhi oleh kanker, anemia (anemia defisiensi


21

besi dan anemia hemolitik), inflamasi seperti inflammatory bowel

disease (IBD) atau reumatoid arthritis, infeksi seperti tuberkulosis,

operasi pengangkatan spleen, dan penggunaan kontrasepsi oral. (Price,

2014).

Beberapa keadaan dapat menyebabkan peningkatan platelet

sementara antara lain proses pemulihan dari kehilangan darah yang

cukup banyak, setelah aktivitas fisik atau eskresi, pemulihan dari

konsumsi alkohol, dan defisiensi vitamin B12 dan folat. (labtestonline,

2015). Jumlah trombosit yang sangat rendah bisa saja tidak bergejala,

namun bisa juga menimbulkan perdarahan berat dan dapat berbahaya

untuk penderita. Tanda dan gejala yang muncul dapat berupa mudah

memar atau lebam. Trombosit yang diproduksi dalam sumsum tulang

ini berperan penting dalam proses pembekuan darah, sehingga orang

yang mengalami trombositopenia sangat rentan mengalami

perdarahan. Trombosit tidak dihasilkan dalam jumlah yang cukup oleh

sumsum tulang. Sumsum tulang memproduksi trombosit dengan

jumlah yang sesuai, namun akibat suatu kondisi trombosit

dihancurkan oleh tubuh. Trombosit tertahan di dalam limpa yang

membengkak, menyebabkan darah kekurangan trombosit

(Rusmayanti, 2015).
22

3. Pemeriksaan Trombosit

Pemeriksaan hitung trombosit dapat dilakukan dengan metode

langsung dan tidak langsung. Metode langsung dapat dilakukan

dengan metode Rees Ecker, metode Brecher Cronkite, dan metode

otomatis. Metode Rees Ecker dapat dilakukan dengan cara darah

diencerkan dengan larutan BCB (Brilliant Cresyl Blue), sehingga

trombosit akan tercat terang kebiruan. Trombosit dihitung dengan

bilik hitung dibawah mikroskop, kemungkinan kesalahan metode Rees

Ecker 16-25%. Cara automatik menggunakan alat hematology

analyzer yang memiliki keuntungan lebih praktis, lebih cepat, hasil

keakuratan tinggi. (Gandasoebrata, 2013). Metode Brecher Cronkite

dapat dilakukan dengan cara darah diencerkan dengan larutan

amonium oksalat 1% untuk melisiskan eritrosit, trombosit dihitung

pada bilik hitung menggunakan mikroskop fase kontras.

Kemungkinan kesalahan Brecher Cronkite 8-10% (Dacie, 2010).

Hitung trombosit cara tak langsung dilakukan dengan metode

Fonio dan estimasi jumlah trombosit pada sediaan apus darah tepi

(SADT). Metode Fonio dilakukan menggunakan darah kapiler

dicampur dengan larutan magnesium sulfat 14% kemudian dibuat

SADT dan dilakukan pengecatan giemsa. Jumlah trombosit dihitung

dalam 1000 eritrosit, jumlah mutlak trombosit dapat diperhitungkan

dari jumlah mutlak eritrosit. Cara Fonio lebih kasar daripada cara

langsung. Cara estimasi jumlah trombosit pada SADT, semua hasil


23

hitung trombosit baik normal maupun abnormal yang diperiksa secara

langsung harus dilakukan cross check dengan SADT yang bertujuan

untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hitung trombosit secara

langsung dan estimasi (Gandasoebrata, 2013)

4. Hubungan Penyakit Malaria dengan Jumlah Trombosit

Malaria mempengaruhi hampir semua komponen darah dan

trombositopenia merupakan salah satu kelainan hematologis yang

ditemui (Lacerda et al., 2011) Trombositopeni merupakan

berkurangnya jumlah trombosit di bawah normal, yaitu kurang dari

150 x 109 /L (Sacher dan Richard, 2009).

Pada penderita malaria, Platelet-associated IgG (PAIgG)

meningkat, peningkatan PAIgG juga dapat diartikan sebagai aktivasi

platelet serta berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit.

membran trombosit diikat oleh antibodi antiplatelet yang kemudian

diaktivasi sehingga menyebabkan penumpukan trombosit oleh sistem

retikuloendotelial (RE) khususnya pada limpa (Abdalla, 2004).

Antibodi IgG yang ditemukan pada membran trombosit juga

menyebabkan gangguan agregasi trombosit dan meningkatnya

penghancuran trombosit oleh makrofag (Price, 2006). Makrofag

berperan dalam destruksi trombosit, karena peningkatan macrophage-

colony stimulating factor (M-CSF) berhubungan dengan

trombositopenia. Trombosit difagosit oleh makrofag teraktivasi pada

hati dan limpa. Kadar M-CSF yang meningkat pada malaria,


24

meningkatkan aktivitas makrofag yang dapat memediasi destruksi

trombosit (Bhandary, 2011)

5. Tinjauan Umum Metode Hematology analyzer

Hematology analyzer berfungsi untuk pengukuran dan

pemeriksaan sel darah dalam sampel darah. Alat hematology analyzer

memiliki beberapa kelebihan yaitu efisiensi waktu, volume sampel,

dan ketepatan hasil. Pemeriksaan dengan hematology analyzer dapat

dilakukan dengan cepat hanya memerlukan waktu sekitar 45 detik.

Sampel darah yang digunakan dapat menggunakan darah perifer

dengan jumlah darah yang lebih sedikit. Hasil yang dikeluarkan alat

ini biasanya sudah melalui quality control yang dilakukan oleh intern

laboratorium (Medonic, 2016).

Beberapa kekurangan hematology analyzer antara lain tidak

dapat menghitung sel abnormal, misalnya sel-sel yang belum matang

pada leukemia, infeksi bakterial, sepsis dan sebagainya, dan tidak

mampu menghitung ketika jumlah sel sangat tinggi. Cross check

menggunakan sediaan apus darah tepi sangat berarti. Penggunaan alat

hematology analyzer perlu mendapatkan perhatian khusus dalam hal

perawatan. Suhu ruangan harus dilakukan kontrol secara berkala,

reagen harus dalam penyimpanan yang baik, dan sampel dijaga supaya

tidak terjadi aglutinasi. Sampel darah yang digunakan adalah sampel

darah yang sudah ditambahkan antikoagulan. Apabila sampel yang


25

digunakan terdapat darah yang menggumpal, maka apabila terhisap

alat akan merusak alat tersebut (Medonic, 2016).

D. Landasan Teori

Penyakit malaria adalah penyakit menular yang menyerang

dalam bentuk infeksi akut ataupun kronis. Penyakit ini disebabkan

oleh Protozoa genus Plasmodium bentuk aseksual, yang masuk ke

dalam tubuh manusia dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina.

genus Plasmodium yang terdiri dari spesies Plasmodium falciparum,

Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale dan

Plasmodium knowlesi. (Soedarto, 2011)

Malaria masih sebagai ancaman terhadap status kesehatan

masyarakat terutama pada masyarakat yang hidup di daerah terpencil.

Pekerjaan yang sesuai dengan aktivitas gigitan vektor nyamuk, seperti

pergi ke hutan pada malam hari atau tinggal di sana selama musim

hujan untuk kegiatan penebangan hutan akan meningkatkan risiko

penularan. (Ruliansyah dan Pradani, 2020).

Pada penderita malaria, terjadi peningkatan antibodi antiplatelet

IgG pada penderita malaria yang mengikat kemudian mengaktivasi

membran trombosit, hal ini menyebabkan penumpukan trombosit oleh

sistem retikuloendotelial (RE), khususnya pada limpa. Sel membran

trombosit yang teraktivasi akan dianggap sebagai sel yang rusak yang

kemudian akan difagosit oleh makrofag (Abdalla, 2004)


26

E. Kerangka Teori

Faktor Risiko Malaria Infeksi malaria

Plasmodium sp.

Kepadatan Parasit Malaria

PAIgG

Destruksi trombosit oleh


makrofag
Penyebab turunnya jumlah
trombosit:
-Anemia Jumlah trombosit
-Demam berdarah
-Leukemia
-Tuberkulosis, dll
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Faktor yang mempengaruhi


turunnya jumlah trombosit

Faktor risiko malaria

Jumlah Trombosit

Kepadatan Parasit Malaria

Plasmodium sp

Keterangan:

: Tidak diteliti

: Diteliti

B. Hipotesis

Terdapat hubungan pada kepadatan parasit malaria dengan jumlah

trombosit pada penderita malaria di Kecamatan Cempaka.

27
28

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah metode survei analitik. Metode survei

analitik adalah teknik yang digunakan untuk menganalisis hubungan

variabel terikat dan bebas yaitu kepadatan parasit malaria dengan jumlah

trombosit pada penderita malaria di Kecamatan Cempaka

B. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan cross sectional, yaitu

desain penelitian di mana peneliti mengumpulkan data kepadatan parasit

malaria dan jumlah trombosit dari banyak individu yang berbeda pada satu

titik waktu tanpa pengulangan. Rancangan ini bertujuan untuk

menganalisis hubungan kepadatan parasit malaria dengan jumlah

trombosit pada penderita malaria di Kecamatan Cempaka.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Pengambilan sampel dilaksanakan di Puskesmas Cempaka,

kemudian pemeriksaaan sampel dilakukan di Puskesmas Cempaka dan

Laboratorium Parasitologi, Poltekkes Kemenkes Banjarmasin. Penelitian

dilakukan pada tanggal 26 Desember 2022 – 10 Januari 2023


29

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh suspek malaria

di Kecamatan Cempaka pada tanggal 1 Agustus – 31 Desember

2022 yang berjumlah 17 orang.

2. Sampel

Penelitian ini menggunakan metode non probability

sampling dengan teknik pengambilan sampel secara total sampling.

Sampel penelitian ini adalah penderita malaria di Kecamatan

Cempaka yang berjumlah 17 orang

E. Etik Penelitian
Etik penelitian dilakukan di RSD Idaman, dan telah lulus pada

tanggal 24 Desember dengan nomor sertifikat RS00124/KEPK-

RSDI/04/2023. Lampiran 10

F. Metode Pengumpulan Data Penelitian

1. Instrumen Penelitian

a. Alat

Alat yang digunakan untuk pemeriksaan malaria metode

sediaan darah (film darah) adalah object glass, pipet tetes, pipet

ukur, blub, gelas ukur, beaker glass, botol penyimpanan buffer,

botol penyimpanan giemsa, timer, rak pewarnaan, botol semprot,

jarum & holder vakum, sarung tangan medis, turniket, tabung

vakum K3EDTA, wadah benda tajam, ice box, dan book slide

malaria.

29
30

b. Bahan

Bahan yang digunakan adalah darah, giemsa stock, larutan

buffer, aquades, kapas alkohol 70%, kapas kering, plester, dan

minyak imersi.

c. Kuesioner

Untuk mengetahui faktor penyebab infeksi malaria pada

pekerja proyek penghijauan hutan, maka digunakan lembar

observasi berupa kuesioner (Lampiran 3).

G. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


1. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas: kepadatan parasit malaria
b. Variabel terikat: jumlah trombosit pada penderita malaria di
Kecamatan Cempaka.
2. Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Alat Ukur Satuan Skala Ukur
Ukur
Kepadatan Jumlah parasit Mikroskopis Rasio Parasit/μL
parasit malaria per darah
Malaria mikroliter darah
pada penderita
malaria di
Kecamatan
Cempaka
Jumlah Jumlah trombosit Metode Rasio Sel/μLdarah
Trombosit di dalam darah Hematology
pada penderita analyzer
malaria di
Kecamatan
Cempaka
31

2. Cara Pengumpulan Data

a. Data Primer

Pada penelitian ini, data primer yang diperoleh berupa hasil

pemeriksaan laboratorium secara mikroskopis dengan menemukan

parasit malaria pada sediaan darah dan pemeriksaan jumlah

trombosit menggunakan metode Hematology analyzer pada

penderita malaria di Kecamatan Cempaka.

b. Persiapan Penelitian

1) Pengajuan syarat uji etik oleh Komisi Etik Unit Penelitian

Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

2) Meminta surat pengantar penelitian ke Dinas Kesehatan

Kesehatan Kota Banjarbaru

3) Meminta data kasus malaria di Dinas Kesehatan Kesehatan

Kota Banjarbaru

4) Permohonan izin penelitian wilayah kerja Dinas Kesehatan

Kesehatan Kota Banjarbaru

5) Pembuatan surat izin untuk melakukan penelitian di

Laboratorium Parasitologi Jurusan Analis Kesehatan Politeknik

Kesehatan Kementrian Kesehatan Banjarmasin

c. Pelaksanaan Penelitian

1) Penjelasan Sebelum Penelitian


32

Melakukan Penjelasan Sebelum Penelitian (PSP) sebelum

pengambilan sampel yaitu menjelaskan kepada subjek

penelitian tentang tujuan penelitian dan cara pengambilan

sampel (Lampiran 1).

2) Informed consent

Memberikan Informed consent kepada responden penelitian

yaitu penderita malaria di Puskesmas Cempaka untuk

ketersediaan sebagai responden penelitian ini dengan

menandatangani Informed consent (Lampiran 1).

3) Persiapan Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk penelitian disiapkan terlebih

dahulu, alat dan bahan harus dalam keadaan steril dan bersih.

4) Pembuatan Larutan Buffer

Larutan buffer digunakan untuk mengencerkan giemsa dan

pencucian sediaan darah. Larutan buffer dibuat dengan

mencampurkan satu tablet buffer (pH 7,2) dalam 1 liter

aquades. Masukkan larutan buffer ke dalam botol penyimpanan

buffer (Kemenkes, 2020).

5) Pembuataan Larutan Giemsa 3%

Larutan Giemsa 3% dibuat untuk pewarnaan sediaan darah

malaria. Pembuatan larutan giemsa 3% dengan cara

mencampurkan 3 bagian giemsa stock dengan 97 bagian larutan

buffer, lalu homogenkan. Masukkan larutan giemsa 3% yang


33

sudah jadi ke dalam botol penyimpanan giemsa (Kemenkes,

2020).

d. Prosedur Penelitian

1) Pengambilan Darah Vena

Pengambilan darah vena dilakukan di Puskesmas Cempaka.

a) Lakukan komunikasi terapeutik seperti menyapa lalu

menjelaskan maksud dan tujuan pengambilan darah serta

identifikasi pasien dengan meminta nama lengkap, alamat,

dan tanggal lahir.

b) Data identitas pasien ditulis pada label/etiket pada tabung

vakum. Kode label ditulis kode/nama/no.urut.

c) Disinfeksi tangan terlebih dahulu, lalu gunakan sarung

tangan medis

d) Kesesuaian persyaratan pemeriksaan diverifikasi oleh

flebotomis, seperti puasa, aktivitas fisik tertentu, konsumsi

obat-obatan, dan lain-lain.

e) Alat dan bahan dipersiapkan.

f) Responden diposisikan nyaman untuk flebotomi serta diberi

arahan untuk mengurangi rasa takut.

g) Turniket dipasang 3 sampai 4 inci dari lokasi pungsi vena

ditentukan dengan meraba vena. Responden diminta

mengepalkan telapak tangan untuk mempermudah

menemukan lokasi pungsi vena.


34

h) Lokasi pungsi vena didisinfeksi menggunakan kapas alkohol

secara melingkar. Tunggu pulasan alkohol mengering

dengan sendirinya.

i) Jarum diposisikan 30 derajat terhadap pemukaan kulit.

Jarum ditusukan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari

tangan kanan. Tangan kiri memegang lengan responden

untuk imobilisasi lengan dan vena.

j) Setelah darah tampak teraspirasi sebanyak 3ml ke tabung

vakum, responden diminta melepaskan kepalan tangan dan

petugas melepaskan turniket.

k) Letakkan kapas kering pada tempat penusukan, jarum ditarik

perlahan dan lurus.

l) Pasien diminta menutup daerah penusukan dengan kapas

kering atau plester selama beberapa menit.

2) Pembuatan Sediaan Darah Tebal Malaria

a) Persiapan alat dan bahan

b) Beri label/etiket pada ujung kaca sediaan darah. Kode

ditulis kode/nama/no. urut

c) Ambil sedikit darah menggunakan pipet tetes untuk dibuat

sediaan pada slide yang sudah diberi label

d) Pada slide, darah dibuat homogen dengan cara memutar

pipet tetes searah jarum jam dari arah luar ke dalam,

sehingga terbentuk bulatan dengan diameter 1-1,5cm


35

e) Sediaan dikeringkan pada tempat datar dan pengeringan

tidak boleh berada pada suhu panas karena mengakibatkan

sediaan menjadi pecah-pecah

f) Selama proses pengeringan, hindari sediaan dari serangga,

debu, kelembapan yang tinggi, dan getaran

g) Setelah kering, sediaan diwarnai menggunakan larutan

giemsa. (Kemenkes, 2020).

3) Pewarnaan Sediaan Darah

a) Kaca sediaan diletakkan pada rak pewarnaan dengan posisi

darah berada di atas.

b) Larutan giemsa 3% dituangkan dari tepi hingga menutupi

seluruh permukaan kaca objek dan dibiarkan selama 45

menit.

c) Pada saat pencucian, dituangkan air bersih secara perlahan-

lahan dari tepi kaca objek sampai larutan giemsa yang

terbuang menjadi jernih. Sediaan darah dikeringkan dan siap

diperiksa di bawah mikroskop perbesaran 1000x (Kemenkes,

2020).

e. Pemeriksaan Sampel

1) Pemeriksaan Trombosit di Auto Hematology Analyzer Mindray

BC-3200

a) Pastikan kabel power terhubung dengan baik


36

b) Tekan tombol power ON. Alat akan melakukan initalize

sistem selama 3-5 menit

c) Setelah initalize akan muncul background enter count

screen

d) Cek hasil background:

• WBC ≤ 0,3×109/L

• PLT ≤ 10×109/L

e) Jika nilai background tidak masuk nilai d atas, maka

lakukan prosedur perawatan

f) Tekan [MENU] pilih Sample Mode enter Sample Mode

screen

g) Pilih whole dari pilihan Sample Mode, homogenkan

sampel dalam tabung vakum

h) Tekan [OPEN] untuk membuka sample compartment door

i) Pilih posisi tube holder tutup

j) Cek layar pastikan pada displays Sample Mode tertuis

Ready dan Count Mode displays Whole

k) Tekan tombol [ASPIRATE] untuk memulai analisis

l) Untuk shutdown lakukan tahap pembersihan, masukkan E-

Z cleanser pada tube holder 1, tutup tekan [ASPIRATE].

Setelah proses tahap pembersihan selesai, tekan tombol

OFF pada bagian belakang analyzer (Mindray, 2012)

2) Menghitung Parasit Malaria


37

Metode yang digunakan menghitung parasit adalah secara

kuantitatif yaitu menggunakan sedian darah tebal

a) Sediaan darah tebal yang sudah diwarnai dan sudah kering

diletakkan di bawah mikroskop perbesaran 1000x,

b) Diteteskan minyak imersi pada sediaan darah

c) Diperiksa sediaan darah dengan cara menggerakkan meja

sediaan secara zig-zag

d) Dihitung jumlah parasit dan jumlah leukosit per lapangan

pandang sampai terpenuhi 200 atau 500 leukosit seperti

rumus sebagai berikut:


Jumlah parasit 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑠𝑖𝑡 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐿𝑃 × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑒𝑢𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ ∗
Per mikroliter darah = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑒𝑢𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐿𝑃

*Jumlah leukosit pada darah responden

Catatan:

- Bila pada 200 leukosit ditemukan 10 parasit atau lebih,

catat hasilnya per 200 leukosit. Bila pada 200 leukosit

hanya ditemukan 9 parasit atau kurang, maka lanjutan

pemeriksaan sampai menjadi 500 leukosit, catat

hasilnya per 500 leukosit.

G. Pengolahan dan Analisis Data Penelitian

1. Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari dari pemeriksaan jumlah parasit secara

mikroskopis dan dari jumlah trombosit metode Hematology Analyzer

disajikan dengan bentuk tabel


38

2. Analisis Data

Data yang diperoleh berasal dari pemeriksaan jumlah trombosit

dengan metode hematology analyzer dan pemeriksaan jumlah parasit

metode mikroskopis disajikan dalam bentuk tabel kemudian data yang

telah dikumpulkan diolah dengan bantuan software SPSS versi 26 for

windows. Analisis data dilakukan secara statistik untuk mengetahui

hubungan kepadatan parasit malaria dengan jumlah trombosit. Data

diperoleh menggunakan uji statistik korelasi Pearson dengan asumsi

data berdistribusi normal, sedangkan apabila data tidak berdistribusi

normal maka menggunakan uji statistik Spearman.

H. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian

1. Kesulitan

Kesulitan yang dialami yaitu sulitnya meyakinkan responden untuk

bersedia diambil darah venanya, maka dari itu peneliti menjamin

bahwa proses pengambilan darah vena diawasi langsung oleh tenaga

ahli teknologi laboratorium medis.

2. Kelemahan
39

Kelemahan penelitian ini adalah pada data kuesioner, tidak semua

faktor atau penyebab yang mempengaruhi jumlah trombosit dikaitkan

pada penelitian ini.


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

a. Keadaan Geografis

Secara geografis Kecamatan Cempaka berbatasan dengan

Kecamatan Banjarbaru Selatan di sebelah Utara; Kecamatan Liang

Anggang di sebelah Barat; Kabupaten Banjar di sebelah Timur;

dan Kabupaten Tanah Laut di sebelah Selatan. Wilayah Kecamatan

Cempaka berada pada ketinggian 7-100 m dari permukaan laut,

dengan ketinggian 7-25 m (2.218 Ha) dan 25-100 m(7.840 Ha).

b. Jumlah penduduk

Berdasarkan data proyeksi penduduk, Penduduk Kecamatan

Cempaka pada tahun 2017 sebanyak 34.853 jiwa yang terdiri atas

18.072 jiwa penduduk laki-laki dan 16.787 jiwa penduduk

perempuan. Jumlah penduduk Kecamatan Cempaka yang

terbanyak berada di Kelurahan Cempaka sebesar 16.023 jiwa

dengan luas wilayah 80,65 Km2. Jumlah rumah tangga di

Kecamatan Cempaka sebesar 9.576 tersebar di masing-masing

Kelurahan. Untuk angka rata-rata jiwa per rumah tangga di setiap

kelurahan memiliki nilai yang sama yaitu empat.

40
41

2. Gambaran Umum Responden

a. Jenis Kelamin

Responden penelitian berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-

laki berjumlah 16 orang, sedangkan perempuan berjumlah 1 orang

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.1


Perempuan
(5,88%)

Laki-laki
(94,11%)

Gambar 5. 1 Distribusi Gambaran Umum Responden Penelitian


Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru

b. Usia

Responden penelitian berdasarkan usia, kelompok umur ≤

40 Tahun sebanyak 6 orang, sedangkan kelompok umur > 40 tahun

sebanyak 11 orang, dan dengan rentang umur 27-62 tahun. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.2

≤ 40 Tahun
35,29%

> 40 Tahun
64,70%

Gambar 5. 2 Distribusi Gambaran Umum Responden Penelitian


Berdasarkan usia di Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru
42

c. Riwayat Penderita

Hasil kuesioner responden yang diperoleh melalui wawancara

langsung didapatkan 4 responden pernah mengalami luka yang

lama/ sulit sembuh, sedangkan 13 responden tidak pernah

mengalami. 1 responden pernah terinfeksi tuberkulosis dan dalam

pengobatan selama 4 bulan, sedangkan 16 responden lainnya tidak

pernah terinfeksi tuberkulosis. 11 responden pernah mengonsumsi

obat antimalaria, sedangkan 6 responden tidak pernah

mengonsumsi. 13 responden adalah perokok aktif, sedangkan 4

responden bukan perokok aktif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1 Riwayat Penderita

Pertanyaan Ya Tidak
n (%) n (%)
Riwayat Penderita
- Pernah mengalami luka yang 4 (23,5%) 13 (76,47%)
lama/sulit sembuh
- Pernah terkena penyakit 1 (5,88%) 16 (94,1%)
tuberkulosis
- Pernah Mengonsumsi obat 11 (64,7 %) 6 (35,29%)
antimalaria
- Perokok aktif 13 (74,47%) 4 (23,5%)

3. Hasil Pemeriksaan Sediaan Darah Malaria dan Jumlah Trombosit

Didapatkan kepadatan parasit dengan jumlah paling rendah 195

parasit/uL dan paling tinggi 67.883 parasit/uL dan dengan rata-rata

17.527 parasit/uL. Pada jumlah trombosit, yang paling rendah adalah


43

58.000 sel/uL dan paling tinggi adalah 321.000 sel/uL dengan rata-rata

156.235 sel/uL. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.1

Tabel 5.2 Hasil Pemeriksaan Sediaan Darah


Malaria dan Jumlah Trombosit

Kode Kepadatan Parasit Jumlah Trombosit


No.
Sampel (Parasit/uL) (sel/uL)

1. S1 67.883 60.000

2. S2 42.744 191.000

3. S3 41.591 58.000

4. S4 4.060 64.000

5. S5 220 277.000

6. S6 195 200.000

7. S7 2.444 147.000

8. S8 5.883 143.000

9. S9 5.590 151.000

10. S10 2.370 321.000

11. S11 5.527 183.000

12. S12 25.809 104.000

13. S13 40.775 158.000

14. S14 9.769 263.000

15. S15 16.021 84.000

16. S16 6.614 163.000

17. S17 20.467 89.000

Rata-rata 17.527 156.235


44

Untuk melihat perbandingan kepadatan parasit dan jumlah trombosit

dapat dilihat di grafik pada gambar 5.3

350,000

300,000

250,000

Jumlah 200,000
Trombosit
(Sel/uL) 150,000

100,000

50,000

0
0 20,000 40,000 60,000 80,000
Kepadatan Parasit (Parasit/uL)

Gambar 5. 3 Grafik Perbandingan Kepadatan Parasit dan Jumlah Trombosit

Pada gambar 5.3 terlihat bahwa kepadatan parasit berbanding

terbalik dengan jumlah trombosit, yang berarti semakin tinggi

kepadatan parasit maka semakin rendah jumlah trombosit.

4. Analisis Data

a. Uji Normalitas

Diketahui bahwa nilai signifikansi p-value sebesar 0,003.

Nilai ini <0,05, maka sesuai dengan dasar pengambilan keputusan

dalam uji normalitas di atas dapat disimpulkan bahwa data tidak


45

berdistribusi normal, sehingga digunakan uji spearman untuk

mengetahui hubungan antara kepadatan parasit malaria dengan

jumlah trombosit.

b. Uji Korelasi Spearman

Berdasarkan uji statistik diketahui nilai signifikansi atau

Sig (2-tailed) sebesar 0,031, karena nilai Sig. (2-tailed) lebih kecil

dari 0,05; maka artinya terdapat hubungan yang signifikan

(bermakna) antara kepadatan (density) parasit malaria dengan

jumlah trombosit. Pada koefisien korelasi diperoleh angka sebesar

-0,525, Artinya tingkat kekuatan hubungan (korelasi) antara

kepadatan parasit dengan jumlah trombosit cukup kuat (Sugiyono,

2017), serta koefisiensi korelasi pada uji statistik bernilai negatif

yaitu -0,525, maka hubungan antara kepadatan parasit malaria

dengan jumlah trombosit berbanding terbalik atau tidak searah

artinya semakin tinggi kepadatan parasit malaria maka semakin

rendah jumlah trombosit pada tubuh penderita.


46

B. Pembahasan
Dari hasil penelitian yang berlangsung pada 26 Desember sampai dengan

10 Januari, Peneliti melakukan pemeriksaan pada 17 penderita yang pernah

terindikasi malaria. Berdasarkan hasil penelitian, usia penderita malaria

terdiri dari 27 tahun sampai dengan 62 tahun, dimana usia ini termasuk dalam

golongan usia dewasa yang merupakan kelompok usia produktif, dimana

pada usia tersebut memungkinkan untuk bekerja dan bepergian keluar rumah

sehingga lebih berpeluang untuk kontak dengan vektor penyakit malaria

(Radiati, 2002).

Pada tabel 5.1 didapatkan kepadatan parasit dengan jumlah paling rendah

195 parasit/uL dan paling tinggi 67.883 parasit/uL dan dengan rata-rata

17.527 parasit/uL. Jumlah trombosit paling rendah adalah 58.000 sel/uL dan

paling tinggi adalah 321.000 sel/uL dengan rata-rata 156.235 sel/uL.

Berdasarkan uji statistik Spearman diketahui nilai signifikansi atau Sig (2-

tailed) sebesar 0,031, karena nilai Sig. (2-tailed) lebih kecil dari 0,05; maka

artinya terdapat hubungan yang signifikan (bermakna) antara kepadatan

(density) parasit malaria dengan jumlah trombosit. Hasil ini sejalan dengan

penelitian Ayu dkk. (2020) pada penelitian ini menunjukan adanya korelasi

yang bermakna antara kepadatan parasit dengan jumlah hitung trombosit

dengan nilai p=0,00, dengan nilai r = -0,581.

Pada penderita malaria, terjadi peningkatan antibodi antiplatelet IgG pada

penderita malaria yang mengikat kemudian mengaktivasi membran trombosit,

hal menyebabkan penumpukan trombosit oleh sistem retikuloendotelial (RE).

Sel membran trombosit yang teraktivasi akan dianggap sebagai sel yang rusak
47

yang kemudian akan difagosit oleh makrofag (Abdalla, 2004). Mekanisme

pembuangan trombosit dalam malaria melibatkan kompleks antara parasit

malaria dan trombosit, yang disebut kompleks trombosit-parasit, yang

terbentuk ketika parasit malaria berinteraksi dengan permukaan trombosit.

Kompleks ini kemudian dapat dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh, yang

menyebabkan kerusakan pada trombosit dan memicu penurunan jumlah

trombosit dalam darah (Chaudary, 2016).

Pada koefisien korelasi diperoleh angka sebesar -0,525, Artinya tingkat

kekuatan hubungan (korelasi) antara kepadatan parasit dengan jumlah

trombosit cukup kuat (Sugiyono, 2017). Nilai koefisien korelasi adalah

negatif, sehingga hubungan antara kepadatan parasit malaria dengan jumlah

trombosit berbanding terbalik atau tidak searah artinya semakin tinggi

kepadatan parasit malaria maka semakin rendah jumlah trombosit pada tubuh

penderita. Hasil tersebut mendukung penelitian George et al. pada tahun 2016

menunjukkan bahwa kepadatan parasit malaria dalam darah memiliki korelasi

yang signifikan dengan penurunan jumlah trombosit pada pasien malaria di

Uganda. Selain kepadatan parasit malaria, trombosit juga dapat dipengaruhi

oleh penyakit demam berdarah dengue (DBD).Hasil penelitian Ayunani dkk.

(2017), Didapatkan hubungan yang bermakna antara derajat keparahan pasien

demam berdarah dengan jumlah trombosit karena nilai p = 0,000 (nilai p <

0,05), dimana semakin besar derajat demam berdarah, maka semakin rendah

jumlah trombositnya. Masuknya virus demam berdarah di dalam tubuh

manusia akan terjadi reaksi yang kemudian virus akan bereplikasi dan akan
48

melepaskan zat-zat yang merusak sel-sel pembuluh darah. Proses tersebut

menyebabkan permeabilitas dinding kapiler meningkat yang salah satunya

ditunjukkan dengan melebarnya pori-pori pembuluh darah kapiler. Hal

tersebut akan mengakibatkan bocornya sel-sel darah, salah satunya trombosit

(Widoyono, 2007). Pada penelitian ini tidak diteliti faktor ini.

Pada kuesioner terdapat 11 responden (64,7%)yang pernah mengonsumsi

obat antimalaria dan 6 (35,3%) orang yang tidak pernah. Pemberian obat

antimalaria dapat mempengaruhi jumlah parasit dalam tubuh. Salah satu obat

antimalaria adalah artemisin, mekanisme obat ini yaitu besi dari pemecahan

hemoglobin mereduksi ikatan endoperoksid dan melepaskan dengan kuat

radikal bebas besi oxo dari spesies yang dapat membunuh parasit. Artemisin

juga memperlambat sintesa protein dalam perkembangan parasit dan bekerja

pada membran parasit dengan memakai oksigen lipid dengan peroksidasi

lemak. Obat ini menghambat perkembangan tropozoit yang berarti mencegah

progresivitas atau perkembangan penyakit malaria (Azlin, 2016). Didapatkan

4 orang (23,5%) pernah mengalami luka yang sulit sembuh, dan 13 orang

(76,5%) tidak pernah mengalami luka yang sulit sembuh. Jumlah trombosit

yang sangat rendah bisa saja tidak bergejala, namun bisa juga menimbulkan

perdarahan berat dan dapat berbahaya untuk penderita. Tanda dan gejala yang

muncul dapat berupa mudah memar atau lebam dan sulitnya untuk sembuh

(Rusmayanti, 2015)

Selain demam berdarah, pengobatan tuberkulosis juga dapat

mempengaruhi jumlah trombosit. Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan 1


49

orang responden (5,9%) pernah menderita tuberkulosis dan sedang dalam

masa pengobatan selama 4 bulan terakhir, jumlah trombosit responden

tersebut adalah 143.000 sel/ul. Hasil penelitian oleh Martiasari (2019), terjadi

penurunan trombosit pada pengobatan tuberkulosis 3, 4, dan 5 bulan.

Menurut Oehadian (2003), Penurunan jumlah trombosit dikarenakan obat

antituberkulosis mempunyai efek menurunkan produksi trombosit pada

sumsum tulang, destruksi lempengan-lempengan darah trombosit.

perifer dan disfungsi trombosit. Penekanan megakariosit selektif dapat

disebabkan oleh situs obat

Selain pengobatan tuberkulosis, menurut Vaya et al. (2003), merokok

dapat mempengaruhi jumlah trombosit karena zat-zat kimia dalam asap rokok

dapat merusak dinding pembuluh darah dan memicu respons peradangan. Hal

ini dapat menyebabkan penurunan jumlah trombosit dalam darah dan

peningkatan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular. Selain itu, beberapa

zat kimia dalam rokok juga dapat merangsang trombosit untuk melepaskan

protein dan faktor pembekuan darah yang dapat memicu pembentukan

bekuan darah yang tidak diinginkan. Pada penelitian ini, didapatkan 13

responden adalah perokok aktif, sedangkan 4 responden bukan perokok aktif.

Pada penelitian Hozawa, et al. (2005) di Jepang, menunjukkan bahwa

merokok dapat mempengaruhi jumlah trombosit pada perokok aktif. Studi

tersebut melibatkan 3.642 orang perokok aktif dan 3.562 orang bukan

perokok, dan hasilnya menunjukkan bahwa jumlah trombosit pada perokok

aktif lebih rendah dibandingkan dengan bukan perokok.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 26 Desember

2022 – 10 Januari 2023 terhadap 17 orang penderita malaria di Kecamatan

Cempaka Kota Banjarbaru, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Didapatkan kepadatan parasit paling rendah 195 parasit/µL dan paling

tinggi 67.883 parasit/µL dengan rata-rata 17.527 parasit/uL

2. Didapatkan jumlah trombosit paling rendah 58.000 sel/uL dan paling

tinggi adalah 321.000 sel/uL dengan rata-rata 156.235 sel/uL.

3. Terdapat hubungan bermakna antara kepadatan parasit malaria dengan

jumlah trombosit penderita malaria karena nilai p-value=0,031 dengan

koefisien korelasi -0,525

B. Saran

1. Bagi Peneliti

Disarankan kepada para peneliti yang akan melakukan penelitian

agar meneliti kepadatan parasit dengan variabel selain trombosit,

misalnya eritrosit dan eosinofil

2. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat dan responden untuk selalu memperhatikan

kebersihan lingkungan sekitar, selalu memeriksakan kesehatan secara

berkala dan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang.

50
51

3. Bagi Puskesmas

Mengadakan pengendalian penyakit malaria seperti pemeriksaan

malaria, memberikan penyuluhan tentang pemberantasan malaria serta

survei malaria di wilayah Kecamatan Cempaka.


52

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla, S. dan Pasvol, G. (2004). Malaria : A Hematological Perspective.


London: Imperial College Press; 2004.
Aliviameita, A. & Puspitasari. (2019). Buku Ajar Mata Kuliah Hematologi.
Sidoarjo: Umsida Press
Aschale, Y., Mengist, A., Bitew, A., Kassie, B., & Talie, A. (2018). Prevalence of
malaria and associated risk factors among asymptomatic migrant
laborers in West Armachiho District, Northwest Ethiopia. Res Rep
Trop Med, 9, 95-101
Ayu S. P. R. & Permana, K. A. W. (2020). Korelasi Antara Kepadatan Parasit
Dengan Status Hematologi Pada Penderita Malaria Di Wilayah Kerja
Puskesmas Hanura Kabupaten Pesawaran. JK Unila, 4(2), 117-121
Azlin, E. (2016). Obat anti malaria. Sari Pediatri, 5(4), 150-4.
Bhandary, N, Vikram, G. S. & Shetty, H. Thrombocytopenia in Malaria: A
Clinical Study. Biomedical Research. 2011;22(4):489-491.
Centers for Disease Control and Prevention. (2021). Malaria – About Malaria –
FAQs. Diakses 17 September 2022.
Chaudhary P, Kumar G, Kaur S, et al. Mechanisms of Thrombocytopenia in
Malaria. Indian J Hematol Blood Transfus. 2016;32(4):398-407
Dacie, S. J. V. & Lewis, S. M. (2010). Practical Haematology. 7th ed. Longman
Singapore Publisher ltd. Singapore.
Darmawansyah, Habibi, J. & Ramlis, W. R. (2019). Determinan Kejadian
Malaria (Kajian Epodemiologi di Daerah Wabah). J Ilmu Kesehat Masy.
2019;08(03):136–42.
Essendi, W. M., Vardo-Zalik, A. M., Lo, E., Machani, M. G., Zhou, G.,
Githeko, A. K. , & et al. (2019). Epidemiological risk factors for
clinical malaria infection in the highlands of Western Kenya. Malar J.
18(211), 1–7
Gandasoebrata, R. (2013). Penuntun Laboratorium Klinis. Jakarta: Dian Rakyat.
Harijanto, PN. 2000. Malaria: Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi klinis, dan
Penanganan. Jakarta: EGC.
Kar, N. P., Kumar, A., Singh, O. P., Carlton, J. M. & Nanda, N. (2014). A Review
of Malaria Transmission Dynamics in Forest Ecosystems. Parasites Vect,
7:265-277.
Kemenkes RI. (2020). Modul Pelatihan Mikroskopis Malaria Bagi Tenaga Atlm
(Ahli Teknologi Laboratorium Medik).
53

Kemenkes RI. (2021). Pedoman Teknis Pemeriksaan Parasit Malaria. Jakarta.


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019) Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2019. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. (2020). Buku Saku Penatalaksaan Kasus Malaria.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Lab Test Online. (2015). Platelet. Lab Test Online. Diakses 17 September 2022,
dari https://labtestsonline.org/understanding/analytes/platelet/
Lacerda MVG, et al. (2011). Thrombocytopenia in Malaria: Who Cares? Mem
Inst Oswaldo Cruz. Spain. 106(1):52-5.
Manual Book Medonic. (2016). Standar Operating Procedures. Hematology
Analyzer. M. M-Series. MRK Diagnostic.
Oehadian, Amaylia. (2003). Aspek Hematologi Tuberkulosis.
Price, S. & Wilson, L. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Ed 6. Jakarta: EGC; 2006.
Rachmawati, B., Suci, N. W., Retnoningrum, D., & Ariosta. (2021). Panduan
Skrining Malaria di Unit Transfusi Darah. Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
Ruliansyah, A., & Pradani, F.Y. (2020). Perilaku-perilaku Sosial Penyebab
Peningkatan Risiko Penularan Malaria di Pangandaran. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan, 23(2), 115–125
Rusmayanti, K. D., et al. (2015). Perbedaan Hasil Hitung Jumlah Trombosit
Metode Apusan Darah Tepi Dengan Autohematologi Analyzer: Instalasi
Laboratorium Patologi Klinik FK UNAND RSUP Sangah Denpasar,
Program Studi Analis Dari Perbedaan Sampai Analyzer.
Sadukh, P. J. J., Sambuaga, J. V. I., & Bongakaraeng. (2020). Studi Spasial
Kejadian Malaria Serta Pengaruh Kepadatan Plasmodium sp. Terhadap
Anemia dan Trombositopenia pada Penderita Malaria di Kabupaten
Kepulauan Talaud. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 10(1),33-44
Sardjono, T. W. & Fitri L. E. (2019). Kupas Bahas Ringkas tentang Malaria.
Malang: UB Press
Setyaningrum, E. (2020). Mengenal Malaria dan Vektornya. Manual.
Bandarlampung: AliImron.
Soedarto. (2011). Malaria, Epidemiologi Global-Plasmodium-Anopheles,
Penatalaksanaan Penderita Malaria. Surabaya: Sagung Seto
Sucipto, C. D. (2015). Manual Lengkap Malaria. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, CV.
54

Sulasmi, S., Setyaningtyas, D. E., Rosanji, A., & Rahayu, N. Pengaruh curah
hujan, kelembaban, dan temperatur terhadap prevalensi malaria di
Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan. JHECDs, 3(1), 7-22
Sutarto, & Cania, B. Faktor lingkungan, perilaku dan penyakit malaria. J
Kesehatan dan Agromedicine, 4(1), 84-173
Radiati, A. (2002). Pengaruh Infeksi Malaria Terhadap Status Gizi di Kabupaten
Tasikmalaya Jawa Barat. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Weraman, P. (2020). Buku Pedoman Indeks Klinis Epidemiologi Malaria untuk
Kader Kesehatan di Wilayah Kepulauan Tropis.
Widoyono, 2010. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya. Penerbit Erlangga.
Willy, T. (2019). Trombositopenia - Gejala, penyebab dan mengobati - Alodokter.
Alodokter
Wirawan, Riadi. (2011). Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Fakultas
Kedokteran UI. Jakarta
World Health Organization. (2021). World Malaria Report 2021. from WHO
Press.
Yunita, N. N. Y, Tatontos, E. Y., & Urip. (2019). Analisis Jenis Plasmodium
Penyebab Malaria Terhadap Hitung Jumlah Trombosit. Jurnal Analis
Medika Biosains (JAMBS), 6(1), 58-65.
LAMPIRAN
Lampiran 1

PENJELASAN PENELITIAN UNTUK SUBJEK PENELITIAN

1. Judul Penelitian :

“Hubungan Kepadatan Parasit Malaria dengan Jumlah Trombosit pada

Penderita Malaria di Kecamatan Cempaka ”

2. Tujuan :

Untuk mengetahui hubungan kepadatan parasit malaria dengan jumlah

trombosit pada penderita malaria di Kecamatan Cempaka.

3. Pendahuluan :

Malaria adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh protozoa

genus Plasmodium. Penyebaran parasit ini disebabkan oleh gigitan nyamuk

Anopheles betina. Pada prinsipnya ada beberapa faktor yang dapat

memengaruhi kerentanan manusia terhadap Plasmodium.

Cara hidup manusia berpengaruh terhadap penularan penyakit malaria,

sebagai contoh bahwa kebiasaan tidak memakai anti nyamuk waktu tidur dan

senang begadang, akan lebih cepat terinfeksi malaria. Selain itu, malaria juga

dapat memengaruhi trombosit, trombosit akan berkurang yang kemudian akan

menyebabkan darah sulit membeku, dan terjadi pendarahan dalam tubuh


4. Penjelasan Sebelum Persetujuan (PSP) :

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka peneliti akan

melakukan pengumpulan data dengan pengambilan darah vena terhadap

subjek penelitian yang setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Peneliti akan melakukan prosedur pengambilan darah vena dan

spesimen darah akan dimasukkan ke dalam tabung vakum EDTA. Sisa

spesimen darah yang ada pada spuit akan digunakan untuk pemeriksaan

mikroskopis sediaan darah malaria. Hasil pemeriksaan spesimen darah vena

dengan menggunakan Hematology Analyzer untuk mengetahui jumlah

trombosit dalam darah dan hasil pemeriksaan mikroskopis digunakan untuk

mendapatkan ada tidaknya infeksi malaria pada responden.

Lembar PSP diberikan kepada responden. Subjek penelitian akan

diberikan waktu untuk memikirkan dan mengambil keputusan untuk

kesediaannya terlibat dalam penelitian ini.

5. Perlakuan yang Diterapkan pada Subjek Penelitian :

Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik, subjek (penderita

malaria terlibat sebagai responden yang akan diberikan pertanyaan dan

memberikan jawaban pada saatnya berlangsung wawancara). Kuesioner akan

diisi oleh peneliti dengan melakukan wawancara secara langsung pada waktu

dan tempat berdasarkan kesepakatan antara subyek penelitian dan peneliti.

Waktu pelaksanaan pengisian kuesioner disesuaikan dengan waktu responden

pada saat di Puskesmas. Subyek penelitian dalam memberikan jawaban atas


pertanyaan dalam kuesioner membutuhkan waktu sekitar kurang lebih 10

menit.

Subyek penelitian akan diberikan perlakuan yaitu pengambilan darah

vena menggunakan vacum, kemudian darah akan dimasukkan ke dalam

tabung vakum EDTA sebagai sampel penelitian untuk diperiksa di

Hematology Analyzer dan sebagai pemmbuatan sediaan darah untuk

pemeriksaan mikroskopis.

Apabila terdapat kekurangan penjelasan dari peneliti, maka responden

memiliki hak untuk bertanya dan mengetahui segala sesuatu yang

berhubungan dengan penelitian ini kepada peneliti.

6. Manfaat :

Manfaat yang akan diperoleh subjek penelitian adalah dapat

memperoleh pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan infeksi

malaria yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan hubungan kepadatan

parasit malaria terhadap jumlah trombosit pada pekerja hutan.

7. Bahaya Potensial :

Peneliti akan melakukan pengambilan darah pada pungsi vena. Resiko

yang ditimbulkan kemungkinan terjadinya hematoma. Responden yang belum

terbiasa diambil darahnya kemungkinan akan mengalami rasa takut dan sakit

akibat penusukkan.
8. Hak untuk Mengundurkan Diri :

Keikutsertaan subjek penelitian dalam penelitian ini bersifat sukarela

dan subjek penelitian berhak untuk mengundurkan diri kapanpun, tanpa

menimbulkan konsekuensi yang merugikan peneliti dan subjek penelitian.

9. Adanya Insentif untuk Responden :

Sebagai bentuk terimakasih atas ketersediaannya untuk berpartisipasi

dalam penelitian ini, maka peneliti akan memberikan insentif berupa susu dan

telur sebagai bentuk penghargaan kepada subjek penelitian setelah selesai

dilakukannya pengambilan darah dan menjawab serta mengisi data yang

dibutuhkan dalam penelitian.

10. Kerahasiaan Data :

Semua informasi pribadi dan data yang didapat dari pemeriksaan yang

telah dilakukan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk

kepentingan penelitian. Pada penelitian ini identitas pasien tidak dicantumkan

dan diganti dengan menggunakan kode.

Apabila subjek penelitian memiliki pertanyaan yang lebih lanjut

berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, resppnden dapat menghubungi

peneliti atas nama Muhammad Denny Farras dengan nomor Whatsapp

085787513852.
Lampiran 2
Lampiran 3
LAMPIRAN 4
Tabel Rekapitulasi Wawancara Terarah Antara Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Trombosit Pada Penderita Malaria di Kecamatan Cempaka
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Kode S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17
Umur 62 27 42 40 44 23 37 35 50 51 39 35 40 40 46 30 27
(tahun)
Pekerjaan Pekerja Pekerja
Penam Pekerja
Penam- Penam-
-bang
Pekerja Pegawai Bri- Pekerja Pekerja Bri- Pekerja Pekerja Bri- Bri-
hutan Brimob hutan swasta hutan bang bang
Intan hutan mob hutan mob hutan hutan mob mob
Intan hutan Intan
Riwayat
Pernah Ya Tidak Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak
mengala
mi luka
yang
lama/
sulit
sembuh
Pernah Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
terkena
TBC
Pernah Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya Ya Tidak
mengons
umsi
obat
antimala
ria
Perokok Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
aktif
Lampiran 5
Perhitungan Kepadatan Parasit

Jumlah Parasit
Jumlah Leukosit Jumlah Leukosit
Kode Seluruh Kepadatan Parasit
No. Dalam Darah Seluruh Lapangan
Sampel Lapangan (Parasit/uL)
(Sel/uL) Pandang
Pandang

1. S1 2.586 5.250 200 67.883

2. S2 1.096 7.800 200 42.744

3. S3 995 8.360 200 41.591

4. S4 116 7.000 200 4.060

5. S5 20 5.500 500 220

6. S6 15 6.500 500 195

7. S7 80 6.110 200 2.444

8. S8 159 7.400 200 5.883

9. S9 130 8.600 200 5.590

10. S10 50 9.480 200 2.370

11. S11 151 7.320 200 5.527

12. S12 1.229 4.200 200 25.809

13. S13 1.631 5.000 200 40.775

14. S14 402 4.860 200 9.769

15. S15 615 5.210 200 16.021

16. S16 151 8.760 200 6.614

17. S17 656 6.240 200 20.467


Lampiran 6
SERTIFIKAT HASIL UJI
Lampiran 7
SURAT IZIN LABORATORIUM
Lampiran 8
Surat Izin Penelitian
Lampiran 9
Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 10
Etik Penelitian
Lampiran 11
Dokumentasi
1. Pengambilan sampel darah vena

2. Pemeriksaan jumlah trombosit metode Hematology Analyzer


3. Pewarnaan slide malaria

4. Pemeriksaan mikroskopis sediaan malaria


Lampiran 12
Form Saran Perbaikan

Anda mungkin juga menyukai