Anda di halaman 1dari 36

MEKANISME TRANSPORTASI

SPESIMEN TB
Latar Belakang
 Lebih dari 17,000 pulau, ≈ 514 Kabupaten/Kota
 7,045 lab mikroskopis (Puskesmas, RS, BKPM)
 611 laboratorium TCM– beban kerja yang masih rendah
 Rif Res memerlukan pemeriksaan DST lini 1 dan 2
 Hanya 9 laboratorium tersertifikasi DST lini 1 dan 2
 Penggunaan TCM untuk pemeriksaan TB, TB anak, TH HIV dan Ekstra Paru.
 Transportasi contoh uji, bukan transportasi pasien  memperkecil resiko
infeksi
TUJUAN TRANSPORTASI SPESIMEN
1. Memperluas akses masyarakat terhadap pemeriksaan TB yang berkualitas
secara aman dan selamat
2. Mengurangi risiko penularan pasien di transportasi umum
3. Memudahkan/meringankan beban biaya transportasi pasien
JEJARING PEMERIKSAAN YANG BAIK

 Rujukan / Pemeriksaan untuk Pasien yang risiko tinggi (TB/TB RO)


sesuai algoritme
 Sistem transportasi spesimen yang baik dan teratur

 Pengembangan dan maintenance infrastruktur

 Peningkatan kapasitas petugas

 PMI dan PME yang terintegrasi

 Mekanisme penyampaian hasil pemeriksaan yang cepat dan efektif.

 Memastikan rujukan ke pengobatan yang sesuai


MEKANISME TRANSPORTASI SPESIMEN TB
A. Manajemen Transportasi Spesimen
B. Kapasitas Laboratorium Rujukan
C. Kerahasiaan Informasi Pasien
D. Moda Transportasi
E. Logistik dan Penjadwalan
F. Pengembalian hasil pemeriksaan
G. Formulir Pencatatan dan Ketersediaan Standar Prosedur Operasional
(SPO)
H. Komunikasi
I. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan
A. MANAJEMEN TRANSPORTASI SPESIMEN
 Komitmen semua pihak
 Berdasarkan cara pengemasan dan pengirimannya

1. Pengiriman spesimen dengan menggunakan sistem rantai dingin (cold chain).


Dilakukan pada spesimen dahak dan isolat yang akan dilakukan pemeriksan biakan, uji kepekaan lini 1
dan 2. Pengemasan spesimen dilakukan dengan ice pack atau ice gell untuk menjaga suhu 2 – 8 0C.
2.Pengiriman spesimen tanpa menggunakan sistem rantai dingin (cold chain).
Dilakukan pada spesimen dahak yang untuk pemeriksaan TCM dan LPA.
 Dahak diterima oleh laboratorium maksimal 2 x 24 jam dari saat
pengambilan dahak.
 Mekanisme pengiriman spesimen TB dapat dilakukan secara langsung maupun
melalui Stasiun Pengumpul Contoh Uji (SPC).
ALUR PELAYANAN DIAGNOSIS TB DAN TB RO

 Diagnosis TB RO, TB HIV, TB Anak


 Kab/ kota yang memiliki alat TCM
 Terduga TB RO, TB HIV, TB Anak datang langsung ke RS/Lab TCM
 Terduga TB RO, TB HIV, TB Anak datang ke Puskesmas/ RS yang tidak memiliki

TCM kirim sputum ke Lab TCM di kab/ kota yang sama


 Kab tdk punya TCM suspek TB RO, TB HIV, TB Anak datang ke
puskesmas/RS sub rujukan  kirim sputum ke Lab TCM di kab/kota lain
sesuai jejaring yang telah dibentuk/disepakati
 Diagnosis TB
 Kab/kota yang memiliki alat TCM
 Faskes TCM dan jejaring TCM: terduga TB diperiksa menggunakan alat TCM
 Faskes non jejaring TCM: terduga TB diperiksa menggunakan mikroskopis

 Kab/kota yang tidak memiliki TCM


 Terduga TB diperiksa menggunakan mikroskopis
ALUR PEMERIKSAAN LAB PASIEN TB RO

 Pemeriksaan pasien TB RO sebelum pengobatan


 Pasien memulai pengobatan di “RS Rujukan TB RO” atau “RS TB RO”
 Pengambilan dahak untuk pemeriksaan DST lini 1 dan 2 dilakukan oleh RS Rujukan
TB RO atau RS TB RO. Dahak dikirim ke Lab Rujukan CDST sesuai jejaring lab yang
ditentukan dari Program TB
 Seluruh hasil MTB Pos Rif resistan pemeriksaan TCM dari terduga TB RO (sesuai
algoritme diagnosis)
 Seluruh hasil yang tetap menunjukkan MTB Pos Rif resistan setelah diulang dari
pemeriksaan TCM yang berasal dari terduga TB
 Follow up dahak ( TB RO)
 Pasien datang ke RS Rujukan/Sub Rujukan  berdahak  kirim ke lab Biakan
SISTEM TRANSPORTASI CONTOH UJI DENGAN SPC
TAHAPAN PENGEMBANGAN
SISTEM TRANSPORTASI SPESIMEN TB
1. Perencanaan dan Persiapan
• Identifikasi kebutuhan sistem transportasi di setiap wilayah (menghitung jumlah terduga TB
dan TB RO)
• Identifikasi daerah dgn beban TB tinggi dan SUFA/LKB
• Petakan seluruh fasyankes, klinik, lapas/rutan, rs (pemerintah, swasta, militer, polisi) dan penyedia layanan TB RO
• Kebutuhan penggunaan SPC atau tidak (ditentukan oleh Dinkes Kesehatan Prov/Kab Kota)
• Pembuatan jejaring rujukan dan surat penetapan SPC (jika menggunakan)
• Identifikasi penyedia kurir/jasa transportasi dan pembuatan kontrak kerja
• Sosialisasi dan workshop tingkat kab / kota
• Monitoring dan evaluasi
2. Pelaksanaan sosialisasi kegiatan transportasi spesimen TB
Kegiatan sosialisasi tidak perlu diadakan secara khusus, namun dapat dilakukan bersama dengan pertemuan TB lainnya seperti pelatihan, workshop dan
pertemuan monev.
 Kebijakan Program Penanggulangan TB termasuk algoritma diagnosis TB.

 Presentasi jejaring pemeriksaan laboratorium, penekanan pada sistem rujukan (fasyankes dan laboratorium yang terlibat dalam jejaring, akses

layanan laboratorium yang tersedia, pemutusan rantai penularan).


 Simulasi pengemasan spesimen dan pemutaran video tata cara pengemasan dahak.

 Pencatatan dan Pelaporan termasuk kesepakatan pengisian eTB manager dan alur pelaporan hasil.

3. Pelaksanaan kegiatan sistem transportasi spesimen TB


Dinas Kesehatan Provinsi melakukan monitoring dan evaluasi rutin (setiap 6 bulan) untuk
PENCATATAN E-TB MANAGER
No Kegiatan Pilihan 1 Pilihan 2
1 Pembukaan kasus di etb manager Data officer di RS Petugas Poli DOTS /
MTPTRO Lab Faskes TCM *)
2 Sumber informasi Buku rujukan terduga Buku rujukan terduga atau
TB 05
3 Pencatatan hasil TCM Petugas lab TCM RS Petugas lab TCM
4 Penulisan kode terduga TB RO Petugas poli TB RO
5 Penulisan kode terduga TB (kriteria 10) Petugas poli TB / TB RO

Note:
- Pembukaan terduga/kasus di etb manager hanya dapat dilakukan oleh Layanan Pengobatan TB / TB RO
- *) Petugas Poli DOTS / Lab Faskes TCM (non-layanan TB RO) dapat menginput terduga / kasus
di etb manager dengan ketentuan:
1. Jika hasil RR (resisten) harus dipindahkan ke layanan TB RO
2. Jika hasil SR (sensitif) kasus di etb manager di tutup, kemudian data pasien dipindahkan ke SITT
3. Jika hasil Neg, Invalid, Error, No result maka tutup kasus di ETB Manager
- Semua hasil pemeriksaan laboratorium (TCM, CDST, LPA, Mikroskopis) harus terinput dalam etb manager
- Untuk Lab seperti BLK/BBLK/Labkes, harus memastikan bahwa terduga/pasien harus teregister
di etb manager untuk dapat menginput data hasil pemeriksaan laboratorium
PENDANAAN SOSIALISASI SISTEM
TRANSPORTASI SPESIMEN TB
 Workshop to disseminate model of sputum transportion system from province
to district at province level – Budget Line 110
 Workshop to disseminate model of sputum transportion system health
facilities to diagnostic centers, for TB and HIV diagnostic (including prison)
at district level – Budget Line 195
 Budget “Packing and Transportation for specimen transportation – budget
line no.86)
PENYEDIA LAYANAN KURIR
 Kurir dapat berupa penyedia transportasi pengiriman, petugas kesehatan, atau
petugas lainnya. Jika pengiriman dilakukan oleh petugas kesehatan atau petugas
lainnya, maka biaya pengiriman menggunakan sistem klaim sesuai dengan standar
pembiayaan yang berlaku.
 Tugas dan tanggung jawab penyedia layanan kurir atau petugas pengantar:
 Memastikan kemasan tersegel dan dilengkapi formulir permintaan pemeriksaan yang diisi lengkap.
 Kurir dan petugas SPC menandatangani buku ekspedisi.

 Kurir dilarang membuka kemasan bahan rujukan.

 Segera kirimkan bahan rujukan ke laboratorium rujukan dengan jalur yang paling singkat.

 Serahkan paket bahan rujukan kepada petugas khusus di laboratorium rujukan.

 Kurir dan petugas di laboratorium rujukan menanda tangani formulir serah terima spesimen .
INFORMASI DI DALAM KONTRAK KERJA
KURIR
1. Tanggal efektif kerjasama dimulai 5. Area kerja (lokasi penjemputan dan
2. Tanggal kerjasama berakhir pengantaran)

3. Perjanjian kerjasama 6. Para pihak yang terlibat


4. Kesepakatan para pihak, seperti: 7. SPO proses (penjemputan dan
 Kurir bersedia menjemput/ mengantar pengantaran)
spesimen dan kegiatan lain yang 8. Waktu penjemputan dan pengantaran yang
dibutuhkan sesuai
 Cara SPC/ faskes menghubungi kurir
 Ketentuan administratif dalam proses 9. SPO bagi kurir
menjemput/mengantar contoh uji 10. Harga per SPC
 Kurir mengumpulkan bukti pengiriman
11. Daftar alamat penjemputan dan
dan penerimaan dan menagihkan pengantaran spesimen
sesuai periode tagihan yang disepakati
bersama. 12. Pengakhiran kontrak
 Batas waktu pembayaran setelah
13. Penalty clause
Dinkes Prov / PPO menerima tagihan
dan dokumen lengkap 14. Amendement clause
B. KAPASITAS LABORATORIUM RUJUKAN
 jumlah spesimen yang dikirim dari fasyankes akan meningkat sehingga
meningkatkan beban pemeriksaan di laboratorium rujukan.
 Manajemen pemeriksaan di laboratorium rujukan harus mengantisipasi
peningkatan jumlah spesimen tersebut sehingga kualitas pemeriksaan
 laboratorium wajib menjamin ketepatan waktu pengisian hasil pemeriksaan
sesuai format yang berlaku. laboratorium dapat terjaga
 Pengaturan jejaring rujukan spesimen TB diatur oleh Kementerian Kesehatan
berdasarkan pertimbangan beban kerja di masing-masing laboratorium
C. KERAHASIAAN INFORMASI PASIEN
 Kerahasiaan informasi pasien harus terjaga selama proses transportasi
spesimen, mulai dari pengumpulan spesimen, pengiriman ke laboratorium
rujukan oleh kurir dan pengembalian hasil pemeriksaan laboratorium.
D. MODA TRANSPORTASI

 Dinas Kesehatan Provinsi bersama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


mengidentifikasi kebutuhan transportasi spesimen satu persatu fasyankesnya,
termasuk identifikasi kebutuhan SPC masing-masing Fasyankes.
 Terdapat beberapa macam penyedia layanan transportasi sebagai berikut:
 Pengiriman dilakukan oleh petugas fasyankes sendiri, misalnya oleh petugas TB,
petugas laboratorium atau petugas lain di fasyankes yang telah ditunjuk oleh
pimpinan untuk mengantarkan spesimen yang telah dikemas ke laboratorium
rujukan.
 Pengiriman dilakukan oleh pihak ketiga misalnya kurir, travel, dll. Pengiriman oleh
kurir dapat dilakukan melalui Perjanjian Kerjasama antara Dinas Kesehatan Provinsi
dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau melalui mekanisme lain sesuai aturan
yang berlaku.
E. LOGISTIK DAN PENJADWALAN
 Pihak yang terkait dengan kegiatan ini perlu menentukan apakah pengiriman
spesimen dilakukan sesuai jadwal yang tetap misalnya seminggu sekali atau
sesuai kebutuhan.
 Alur rujukan yang berjalan saat ini perlu dipetakan meliputi jenis spesimen
yang dikirim, jenis penyedia transportasi yang digunakan serta pembagian
wilayah rujukan.
F. PENGEMBALIAN HASIL PEMERIKSAAN
 Hasil pemeriksaan TCM harus dilaporkan ke fasyankes pengirim dalam
waktu 1x 24 jam
 Informasi hasil pemeriksaan dapat dilakukan melalui sms, telepon, dan
melalui pesan elektronik (Tembusan Wasor Dinas Kesehatan Kabupaten Kota
dan SPC).
 Formulir TB.05 beserta lampiran hasil pemeriksaan TCM dikirimkan ke
fasyankes pengirim secara berkala sesuai kesepakatan masing-masing
wilayah.
 Hasil pemeriksaan TCM, biakan dan uji kepekaan wajib tercatat pada e-TB
Manager.
G. FORMULIR PENCATATAN DAN KETERSEDIAAN
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
 Fasyankes pengirim
 Formulir yang ada di fasyankes yaitu Register terduga TB (TB 06), formulir permohonan
pemeriksaan bakteriologis TB (TB 05), formulir rujukan terduga TB RO. Formulir TB 05 dan
formulir rujukan terduga TB RO disertakan dalam paket pengiriman spesimen TB.
 Fasyankes juga perlu membuat buku ekspedisi untuk memantau spesimen yang dikirimkan
melalui mekanisme ini.
 Stasiun Pengumpul Contoh Uji
 SPC perlu mencatat dan memonitor spesimen yang dikirimkan oleh fasyankes dalam jejaringnya
untuk memastikan spesimen yang dikirimkan sampai laboratorium rujukan yang dituju.
 Penyedia layanan kurir
 Penyedia layanan kurir menggunakan formulir untuk mencatat spesimen yang dikirimkan melalui
mekanisme transportasi spesimen.
 Laboratorium rujukan
 Laboratorium rujukan mencatat semua pemeriksaan yang dilakukan pada register laboratorium
TBC untuk fasyankes mikroskopis dan TCM (TB 04).
H. KOMUNIKASI
 konfirmasi pengiriman spesimen dari fasyankes pengirim ke laboratorium,
konfirmasi penerimaan spesimen di laboratorium serta pengembalian hasil
pemeriksaan
 Informasi tentang pasien TB dan TB RO yang ditemukan juga perlu
disampaikan ke Dinas Kesehatan untuk memastikan pasien mendapat
pengobatan yang tepat.
I. MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN
Indikator kinerja yang dimonitor di fasyankes pengirim
Jumlah sesimen yang dirujuk.
Proporsi hasil kembali diantara spesimen yang dikirim.
Proporsi hasil tepat waktu diantara spesimen yang dikirim.
Proporsi spesimen yang diambil tepat waktu oleh penyedia layanan kurir.
Indikator kinerja yang dimonitor di laboratorium rujukan
Jumlah spesimen yang diperiksa di laboratorium rujukan.
Proporsi pengiriman spesimen yang sampai di laboratorium tepat waktu.
Proporsi pengembalian hasil (sesuai kesepakatan metode pengembalian) secara tepat waktu.
Proporsi spesimen yang ditolak karena tidak memenuhi persyaratan (misalnya karena spesimen tidak sesuai
standar, pengemasan tidak sesuai standar, tidak memiliki dokumen dll).
Indikator kinerja yang dimonitor oleh penyedia layanan sebagai bagian dari perjanjian kerjasama
Jumlah paket pengiriman dan spesimen yang dikirimkan.
Proporsi paket pengiriman yang dikirimkan tepat waktu.
Proporsi paket pengiriman yang hilang atau rusak (di bagi per rute pengiriman atau kabupaten/kota).
Indikator kinerja yang dimonitor di Dinas Kesehatan/ Kementerian Kesehatan
Jumlah fasyankes yang melaksanakan kegiatan transportasi spesimen TB.
Unit cost per spesimen per fasyankes per bulan.
Monitoring setiap indikator untuk masing-masing level secara rutin.
EVALUASI EFEKTIVITAS JEJARING
 Jumlah perkiraan terduga TB RO di provinsi dicocokkan
dengan jumlah pemeriksaan TCM dari terduga TB RO
Contoh:
 Perkiraan terduga TB MDR prov Sulsel 1.081 per tahun (90 per bulan).
 Perkiraan terduga TB MDR kota Makassar 488 per tahun (40 per
bulan)
 Jumlah pemeriksaan TCM per bulan dari terduga TB MDR ?
 Jumlah terduga TB sesuai TB 06 di faskes TCM dicocokkan
dengan jumlah pemeriksaan TCM dari terduga TB
UJICOBA SISTEM TRANSPORTASI SPESIMEN TB
 Pada tahun 2015, telah dilakukan uji pendahuluan pengembangan sistem transportasi
spesimen oleh Kementerian Kesehatan bersama USAID/Deliver di 9 Provinsi dan 18
Kabupaten/kota.
 Metode SPC (Stasiun Pengumpul Contoh Uji)
 Call center di tingkat pusat

 Pada tahun 2017, dikembangkan uji coba mekanisme transportasi spesimen oleh
Kementerian Kesehatan bersama Yayasan KNCV Indonesia (YKI) di 50 kabupaten/kota
di 10 provinsi dengan menggunakan penyedia kurir PT Pos Indonesia. paten/Kota
dalam kemudahan akses untuk mempercepat diagnosis TB.
- Metode Pengiriman Langsung
- Penggunaan kurir yang sama (PT POS)
- Aplikasi android (Sitrust)

Dari 2 (dua) uji pendahuluan tersebut diharapkan cukup sebagai acuan bagi Program Pengendalian TBC
untuk mekanisme pengiriman spesimen di tingkat fasyankes.
KEGIATAN TRANSPORTASI SPESIMEN DALAM
PROGRAM TB
 Diharapkan seluruh provinsi memiliki mekanisme transportasi
contoh uji:
 Pengemasan :
 Bahan untuk pengemasan disediakan oleh Dinkes kab/Kota

 Bahan disediakan oleh faskes dan diklaim ke program

 Pengiriman
 Menggunakan kurir dengan sistem kontrak

 Dikirim dengan ekspedisi dan diklaim ke Program

 Diharapkan tidak merujuk pasien secara langsung untuk


mengurangi resiko loss to follow up dan resiko infeksi
PENGEMASAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN
TB
ALAT DAN BAHAN
 Pengadaan dilakukan di Tingkat Provinsi
 Cool Box 6lt untuk maksimum 3-4 orang yang terduga TB
 Ice gel
 Pot dahak
 Ziplock plastik kecil
 Ziplock plastik besar
 Plastik ukuran sedang untuk membungkus 3 tempat dahak
 Parafilm – dipotong dan dibagi
 Stiker Label – tergantung dari laboratorium
 Isolasi ukuran besar
Materi Kemasan
contoh rekapan kebutuhan
logistik sistem transportasi
spesimen
PENGALAMAN PENGIRIMAN SPESIMEN
KE LABORATORIUM
 Beberapa provinsi belum mampu melakukan pengemasan dan pengiriman contoh
uji secara standar
 Contoh uji tiba di laboratorium dalam kondisi pecah, bocor, kering, dll

 Umpan balik dari Laboratorium:


 BBLK Surabaya:
 kiriman dari Sulut: Tidak ada formulir pengantar, sputum tumpah, sudah habis
 Kalbar: tidak menggunakan parafilm, walaupun pot dahak sesuai standar, sputum rembes dan habis

 Sulteng: kiriman 24 sampel, 6 sampel tumpah karena packing tidak sesuai (tidak menggunakan

parafilm, pot dahak tidak standar)


 BBLK Jakarta: Kiriman contoh uji dari Provinsi Lampung tidak sesuai standar (cara
packing, pengisian form TB 05)
SULAWESI UTARA
Tidak ada formulir pengantar,
sputum tumpah, sudah habis
RSUD KETAPANG,
KALBAR
tidak menggunakan parafilm,
walaupun pot dahak sesuai standar, sputum rembes dan
habis
PALU, SULAWESI TENGAH

kiriman 24 sampel, 6 sampel


tumpah karena packing tidak
sesuai (tidak menggunakan
parafilm, pot dahak tidak
standar)
TIDAK MENGGUNAKAN PARAFILM, DAHAK
TUMPAH
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai