Diajukan oleh :
Fransiska Jemiman
519 05 014
ABSTRAK
Latar belakang Common cold adalah infeksi saluran pernafasan atas yang
ringan yang disebabkan oleh virus yang sering terjadi dalam masyarakat. Gejala
common cold bervariasi di setiap individu tergantung pada daya tahan dan
respons tubuhnya, sehingga common cold merupakan penyakit yang dapat semb
uh dengan sendirinya. Menurut data World Health Organization(WHO), Prevalen
si commond cold secara keseluruhan adalah sebanyak 1.017.290 kasus.
Diperkirakan bahwa balita di Indonesia mengalami penyakit pilek sebanyak 3
hingga 6 kali per tahun, yang berarti mereka rentan terkena batuk pilek sebanyak
3 hingga 6 kali dalam setahun. Pada tahun 2023 jumlah balita yang ada di
puskesmas panambungan kota Makassar berjumlah 218 orang, yang terkena
commond cold sebanyak 55 orang.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui faktor sanitasi rumah yang berhubungan
dengan kejadian commond cold di Puskesmas Panambungan Kota Makassar.
Metode Penelitian : Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian
kuantitatif dengan metode analitik observasional dengan desain Cross Sectional
Study.Penelitian dilakukan pada Bulan agustus-september 2023 di wilayah kerja
Puskesmas Panambungan Kota Makassar dengan jumlah sampel 55 responden
yang dihitung menggunakan rumus khotori. Penarikan sampel dilakukan dengan
teknik purpsive Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara
menggunakan kuesioner dan observasi. Data kemudian diolah kemudian
dianalisis dengan uji Chi Square menggunakan SPSS dan selanjutnya disajikan
dalam bentuk tabel dan narasi.
Hasil Penelitian : Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara ventilasi rumah (p-value = 0,000 < 0,05), kepadatan hunian (p-
value = 0,004< 0,05) dengan kejadian commond cold di wilayah kerja
Puskesmas Panambungan Kota Makassar,sedangkan kebiasaan merokok (p-
value = 1.000 < 0,05) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian
commond cold di Wilayah Kerja Puskesmas Panambungan Kota Makassar.
Kata Kunci : commond cold, ventilasi rumah, kepadatan hunian, kebiasaan
merokok.
1
Jurusan kesling Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Pancasakti Makassar
2
Jurusan kesling Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Pancasakti Makassar
3
Jurasan Kesling Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Pancasakti Makassar.
ii
Public Health
Faculty Of Public
Environmental health
University Of Pancasakti Makassar
Thesis, September 2022
ABSTRACT
Background: The common cold is a mild upper respiratory tract infection caused
by a virus that often occurs in the community. Common cold symptoms vary from
individual to individual depending on their immune system and response, so
common cold is a disease that can heal on its own. According to data from the
World Health Organization (WHO), the overall prevalence of commond cold is
1,017,290 cases. It is estimated that toddlers in Indonesia experience colds as
many as 3 to 6 times per year, which means they are susceptible to coughing
colds as much as 3 to 6 times a year. In 2023, the number of toddlers in the
panambungan health center in Makassar city will be 218 people, of which 55
people have been affected by the common cold.
Objective: To find out the factors of home sanitation associated with the
incidence of commond cold at the Panambungan Health Center in Makassar.
Method: The type of research used is quantitative research with observational
analytical methods with a Cross Sectional Study design.The study was
conducted in August-September 2023 in the working area of the Panambungan
Health Center in Makassar City with a sample of 55 respondents calculated using
the khotori formula. Sampling is done by purpsive sampling technique. Data
collection was conducted by means of interviews using questionnaires and
observations. The data is then processed then analyzed with the Chi Square test
using SPSS and then presented in the form of tables and narratives.
Result :.
The results of statistical tests showed that there was a significant relationship
between house ventilation (p-value = 0.000 < 0.05), occupancy density (p-value =
0.004< 0.05) with the incidence of commond cold in the working area of the
Panambungan Health Center Makassar City, while smoking habits (p-value =
1,000 < 0.05) did not have a significant relationship with the incidence of
commond cold in the Panambungan Health Center Working Area of Makassar
Keywords:
Stunting, Mother's Knowledge, Family Income, Dietary Patterns.
1. Department of Public Health Nutrition, Faculty Of Public Health, University
of Pancasakti Makassar
2. Department of Public Health Nutrition, Faculty Of Public Health, University
of Pancasakti Makassar
3. Department of Environmental Health, Faculty Of Public Health, University
of Pancasakti Makassar
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas karunia
dan Rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul “ Faktor Sanitasi Rumah Dengan Kejadian Penyakit Commond Cold
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Panambungan Kota Makassar ”
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah untuk
mempelajari cara pembuatan skripsi pada Universitas Pancasakti Makassar dan
untuk memperoleh gelar Serjana Kesehatan Masyrakat Jurusan Kesehatan
Lingkungan.
Pada kesempatan kali ini penulis hendak ucapan terimakasih yang
sedalam- dalamnya penulis hanturkan kepada pembimbing yakni ibu Muharti
Syamsul,S.KM,M.Kes selaku pembimbing I, dan bapak Nur Hamdani Nur,
S.KM.,M.Kes selaku pembimbing II yang penuh ketulusan meluangkan
waktu,tenaga dan pikiran untuk membimbing mengarahkan penulis agar bisa
berkarya sebatas kemampuaan dan menghasilkan yang terbaik oleh karena itu
perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada.
1. Bapak Dr. H. Ampauleng S.E M. Si. selaku Rektor Universitas Pancsakti
Makassar
2. Sumardi sudarman, S.KM.,M.Kes. selaku dekan Fakultas Kesehatan
masyarakat Universitas Pancasakti Makassar.
3. Para pembantu dekan, serta KTU Fakultas Kesehatan masyarakat
Universitas Pancasakti Makassar.
4. Bapak Sumardi Sudarman, S.KM.,M.Kes selaku penasehat akademik
penulis yang telah memberikan motifasi, nasehat dan arahan kepada penulis
selama mengikuti pendidikaan di Universitas Pancasakti Makassar.
5. Bapak dan ibu dosen serta semuah pegawai di lingkungan Universitas
Pancasakti Makassar.
Penulis telah berusaha untuk menyajikan yang terbaik namun disadari bahwa
karya ini tidaklah sesempurna, oleh karena itu keritik dan saran yang
membanggun sangat penulis harapkan dari parah pembaca sekalian agar
perposal ini dapat lebih baik lagi.
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................I
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................II
KATA PENGANTGAR ......................................................................................III
DAFTAR ISI ......................................................................................................IV
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................V
DAFTAR TABLE ...............................................................................................VI
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................VII
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah .........................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................5
E. Keaslian Penelitian .................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................8
A. Tinjauan Umum Tentang Commond Cold ..............................................8
B. Tinjauan Umum Tentang Sanitasi ..........................................................16
C. Tinjauan Umum Tentang Kepadatan Hunian ..........................................18
D. Tinjauan Umum Tentang Ventilasi Rumah .............................................20
E. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Merokok Anggota Keluarga ..............22
F. Kerangka Teori.......................................................................................24
BAB III KERANGKA KONSEP .........................................................................25
A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti ...................................................25
B. Kerangka Penelitian ...............................................................................28
C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif ..............................................28
D. Hipotesis Penelitian ................................................................................30
BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................................31
A. Jenis Penelitian ......................................................................................31
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ..................................................................31
C. Populasi dan Sampel..............................................................................31
D. Cara Pengumpulan Data ........................................................................33
E. Instrumen Penelitian ...............................................................................33
F. Penyajian dan Pengolahan Data ............................................................33
G. Analisis Data ..........................................................................................33
H. Etika Penelitian.......................................................................................34
I. Faktor Pendukung dan Penghambat ......................................................34
v
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................35
a. Hasil .......................................................................................................35
b. Pembahasan ..........................................................................................43
BAB VI PENUTUP ............................................................................................48
a. Kesimpulan ............................................................................................49
b. Saran .....................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................50
LAMPIRAN........................................................................................................
vi
Daftar gambar
Gambar 2.1 kerangka teori ............................................................................
Gambar 3.1 kerangka konsep penelitian ......................................................
vii
DAFTAR TABEL
Table 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di
Wilayah Kerja Puskesmas Panambungan Kota Makassar
Table 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Panambungan Kota Makassar
Table 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Panambungan Kota Makassar
Table 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Panambungani Kota Makassar
Table 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian commond cold Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Panambungan Kota Makassar
Table 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan ventilasi rumah Di Wilayah Kerja
Puskesmas Panambungan Kota Makassar
Table 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan kepadatan hunian rumah Di
Wilayah Kerja Puskesmas Panambungan Kota Makassar
Table 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan kebiasaan merokok Pada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Panambungan Kota Makassar
Table 5.9 Hubungan Ventilasi Rumah Dengan Kejadian Commond Cold pada
Balita Diwilayah Kerja Puskesmas Panambungan Kota Makassar
Table 5.10 Hubungan Kepadatan Hunian Rumah Dengan Kejadian Commond
Cold pada Balita Diwilayah Kerja Puskesmas Panambungan Kota
Makassar
Table 5.11 Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Commond Cold
pada Balita Diwilayah Kerja Puskesmas Panambungan Kota
Makassar
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Penelitian
2. Hasil Olahan Data
3. Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Pancasakti Makassar
4. Surat Izin Penelitian Dari Dinas Penanaman Modal Kota Makassar,
Sulawesi Selatan
5. Surat Izin Penelitian Dari Walikota Makassar, Sulawesi Selatan
6. Surat Izin Penelitian Dari Dinas Kesehatan Kota Makassar, Sulawesi
Selatan
7. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Dari Puskesmas
Panambunga Kota Makassar, Sulawesi Selatan
8. Dokumentasi Penelitian
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Common Cold juga dikenal sebagai pilek, adalah salah satu penyakit
infeksius yang paling umum terjadi pada manusia. Penyakit ini ditandai
dengan gejala-gejala seperti hidung tersumbat, bersin, batuk, sakit
tenggorokan, dan demam ringan. Walaupun Common Cold umumnya
dianggap sebagai penyakit ringan, namun dampaknya terhadap individu dan
masyarakat secara keseluruhan cukup signifikan. Common cold adalah
infeksi saluran pernafasan atas yang ringan yang disebabkan oleh virus
yang sering terjadi dalam masyarakat. Gejala common cold bervariasi di
setiap individu tergantung pada daya tahan dan respons tubuhnya, sehingga
common cold merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya
(self-limited) dalam waktu 7-10 hari(Laili .dkk, 2021).
Menurut WHO (2020) Amerika Serikat memiliki tingkat kejadian paling
tinggi dari penyakit flu biasa (common cold) antara bulan April hingga
September, terutama di daerah dengan iklim sedang. Prevalensi flu biasa
pada anak-anak usia pra-sekolah adalah sekitar 3-8 kasus per tahun, namun
angka ini cenderung meningkat pada anak-anak yang dititipkan di fasilitas
penitipan anak. Pada kelompok remaja dan dewasa di Amerika Serikat,
prevalensi rata-rata commond cold adalah sekitar 2-4 kasus per tahun. Di
Australia, commond cold dilaporkan menjadi alasan dalam 11% konsultasi
dengan dokter umum. Sementara itu, sebuah studi cross-sectional di
Norwegia pada anak-anak usia 4-5 tahun melaporkan bahwa sekitar 48%
anak-anak yang mengalami commond cold juga lebih dari 2 kali dalam
setahun(Syuhada,dkk.2022).
Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia, prevalensi
common cold di Indonesia sekitar 25%, dan sekitar 13% kasus dapat
terdiagnosis secara pasti oleh dokter. Pada balita di Indonesia, diperkirakan
terjadi 3 hingga 6 kasus penyakit common cold dalam setahun. Penting
untuk menangani common cold dengan cepat guna mencegah komplikasi
yang berpotensi fatal, seperti pneumonia, serta komplikasi lainnya seperti
otitis media akut (OMA) dan mastoiditis(Sunarti, 2020). Prevalensi secara
1
2
peneliti, belum ada penelitian sebelumnya yang dilakukan mengenai topik ini
di Kota makassar. Oleh karena itu, penelitian terhadap permasalahan ini
memiliki potensi yang besar untuk dilakukan.
A. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: Apa saja faktor sanitasi rumah yang
mempengaruhi kejadian penyakit common cold pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Panambungan kota Makassar?
B. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh faktor sanitasi rumah dengan kejadian penyakit
commond cold pada balita diwilaya kerja puseksemas Penambungan kota
makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh faktor kepadatan hunian dengan kejadian
penyakit Commond cold pada balita di Wilayah kerja Puskesmas
Panambungan.
b. Untuk mengetahui pengaruh faktor keberadaan ventilasi rumah terhadap
kejadian penyakit Commond cold pada balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Panambungan.
c. Untuk mengetahui pengaruh faktor perilaku merokok dalam rumah
dengan kejadian penyakit Commond cold pada balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Panambungan.
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi instansi terkait
Sebagai bahan masukan bagi pihak yang bersangkutan untuk
mnenurunkan angka kejadian commond cold pada balita
2. Bagi pendidikan
Sebagai acuan bagi peneliti –peneliti selanjutnya yang ingin melakukan
penelitian mengenai kejadian commond cold pada balita
3. Bagi peneliti
Sebagai tambahan ilmu kopotensi dan pengalaman berharga bagi peneliti
dalam melakukan penelitian kesehatan khususnya commond cold pada
balita.
6
E. KEASLIAN PENELITIAN
Nama Judul Jenis Dan Hasil Pemberdayaan
Metode
Penelitian
Syhuda Analisis Analitik Dalam penelitian ini, Variabel
dkk(2021) Determinn deskriptif ditemukan bahwa terdapat penelitian,wakt
Kejadian dengan hubungan yang signifikan u penelitian
Common Cold pendekatan antara variabel status gizi dan lokasi
Pada Balita cross- (ρ=0,000), status imunisasi penelitian
DiWilayah sectional (ρ=0,000), ASI eksklusif
Kerja study (ρ=0,000),dan pengetahuan
Puskesmas (ρ=0,002) dengan kejadian
Katobengke common cold pada balita.
Kota Baubau
Tahun 2021
Musyafak Pengaruh metode Terdapat hubungan yang Waktu
et.al(2022) Perilaku survey,pend kuat dengan nilai P value = penelitian dan
Terhadap ekatan 0,000 < 0,05 dan positif (+) lokasi
Tingkat cross dengan nilai koefisien penelitian
Pengetahuan sectional korelasi sebesar 0,556
Common Cold antara tingkat pengetahuan
Pada dengan model perilaku
Mahasiswa swamedikasi Common cold
Baru Farmasi pada mahasiswa farmasi
angkatan 2021 di Fakultas
Kedokteran Universitas
Tanjungpura.
Ningsih, Survey Survei Hasil penelitian yang Waktu
(2019) Sanitasi Analitik didapat adalah terdapat 74 penelitian dan
Lingkungan Dengan responden (56.06%) yang lokasi
Penderita Pendekatan memiliki Ventilasi rumah penelitian
Common cold Cross yang tidak baik. 70
di Kabupaten Sectional responden (53.03%) yang
Kampar Study. memiliki Kelembaban
rumah yang tidak
Memenuhi syarat. 70
responden (53.03%) yang
memiliki pencahayaan
rumah yang tidak baik, 85
responden (64.39%) yang
memiliki kepadatan hunian
yang baik, 70 responden
(53.03%) yang memiliki
7
8
9
tanpa pengobatan. Namun, jika tidak diobati, flu biasa dapat memperburuk
kondisi asma dan memicu penyakit yang lebih parahSalah satu alasan utama
pasien datang ke fasilitas medis adalah karena pilek biasa. Dalam konteks
gejala commond cold merujuk pada beberapa gejala yang umum terjadi saat
seseorang mengalami flu, seperti demam ringan yang tiba-tiba, sakit kepala,
batuk, hidung tersumbat, dan sakit tenggorokan(Nakano dkk, 2022)
Penyakit Common cold terjadi karena infeksi virus dan faktor
pendukung lainnya. Kejadian penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun.
Common Cold adalah infeksi primer yang terjadi di nasofaring dan hidung
yang sering disertai dengan keluarnya cairan. Penyakit ini lebih umum terjadi
pada bayi dan anak-anak. Istilah "nasofaring akut" digunakan untuk
menggambarkan penyakit pada anak, sedangkan "common cold" digunakan
untuk menggambarkan penyakit pada orang dewasa, karena gejala klinisnya
berbeda antara orang dewasa dan anak-anak. Pada anak-anak, infeksi ini
meluas ke daerah sinus paranasal dan telinga tengah, disertai demam yang
tinggi.
2. Epidemiologi Commond cold
Epidemiologi common cold mengacu pada studi tentang penyebaran,
karakteristik, dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya common cold
dalam populasi. Hal ini melibatkan analisis tentang berapa banyak orang yang
terkena common cold, bagaimana virus menyebar, faktor risiko yang
mempengaruhi kejadian common cold, serta cara-cara untuk mencegah
penyebaran penyakit ini. Dalam epidemiologi common cold, beberapa faktor
yang dipelajari meliputi jenis virus yang paling umum menyebabkan common
cold, seperti rhinovirus, serta faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
penyebarannya. Misalnya, kontak langsung dengan orang yang terinfeksi,
terutama dalam situasi yang melibatkan kerumunan atau ruangan yang
tertutup, dapat meningkatkan risiko penularan common cold. Selain itu, faktor-
faktor lingkungan seperti tingkat kelembapan dan suhu juga dapat
mempengaruhi penyebaran virus.
Commond cold tidak hanya menjadi masalah di negara berkembang,
tetapi juga menjadi masalah global di negara lain. Di Rusia, ISPA dikenal
dengan sebutan Acute respiratory infections (ARI)), yaitu penyakit yang
menyebabkan kematian dan merupakan penyakit yang sering didiagnosis
10
pada anak-anak 2,5 – 4 kali lebih sering dibandingkan pada orang dewasa.
95% penyebab infeksi saluran pernafasan atas pada anak adalah virus.
Infeksi saluran pernapasan atas yang paling umum adalah nasofaringitis/flu
biasa. Penyebabnya antara lain: rhinovirus, virus influenza, adenovirus (ADV),
enterovirus, dan virus parainfluenza (PIV) (2-4). Lebih dari 200 Rhinovirus
ditemukan. Virus yang menginfeksi terutama commond cold pada anak-anak
dibawah usia 5 tahun (Ningsih, 2019)
Studi epidemiologi common cold juga mencakup upaya untuk
memahami cara mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit ini. Ini
termasuk tindakan seperti menjaga kebersihan pribadi, mencuci tangan
secara teratur, menggunakan masker saat sakit, serta menghindari kontak
dengan orang yang terinfeksi. Selain itu, vaksinasi juga merupakan strategi
yang sedang diteliti untuk melindungi terhadap beberapa jenis virus yang
menyebabkan common cold.
Di negara-negara di belahan bumi utara, kejadian common cold paling
tinggi terjadi mulai bulan September dan berakhir sekitar bulan Maret.
Prevalensi common cold berbeda-beda pada berbagai kelompok usia. Anak-
anak prasekolah, yang berusia 1-5 tahun, memiliki tingkat kejadian common
cold sebanyak 7,4%-8,3% setiap tahunnya. Penyebaran common cold
disebabkan oleh rhinovirus melalui inhalasi atau kontak langsung. Rhinovirus
dapat bertahan di tangan manusia selama 2 jam dan beberapa hari di
permukaan lainnya. Infeksi dapat terjadi ketika individu yang terinfeksi
memindahkan virus ke mukosa hidung atau konjungtiva(Passioti et al., 2014)
3. Penyebab Common Cold
Pada umumnya common cold disebabkan oleh beberapa jenis virus
yang tidak menghasilkan kekebalan yang berlangsung lama setelah infeksi.
Beberapa virus yang tidak menghasilkan kekebalan yang berlangsung lama
antara lain respiratory syncytial virus (RSV), parainfluenza virus (PIVs), dan
human coronavirus (HCoVs). Sementara itu, virus seperti rhinovirus,
adenovirus, influenza virus, dan enterovirus dapat menyebabkan kekebalan
spesifik yang berlangsung lama. Rhinovirus menjadi penyebab utama
gangguan saluran pernapasan atas. Rhinovirus termasuk dalam genus
Enterovirus yang dapat berkembang biak pada suhu 33-35°C, yang
merupakan suhu yang umumnya ada di saluran pernapasan manusia. Virus
11
ini memiliki masa inkubasi sekitar 48 jam. Beberapa individu, seperti bayi,
lansia, dan mereka yang memiliki gangguan kekebalan tubuh, lebih rentan
terinfeksi rhinovirus (Jacek et al.2021)
Rhinovirus memiliki peran lebih dari 30% dalam penyebab common
cold. Pada setiap musim, rhinovirus berperan dalam terjadinya common cold,
tidak tergantung pada cuaca. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya common cold, termasuk faktor genetik, stres psikologis, merokok,
dan aktivitas fisik yang berat. Sekitar 80% kasus common cold disebabkan
oleh rhinovirus. Lingkungan juga memainkan peran penting dalam
epidemiologi common cold, seperti waktu yang dihabiskan di dalam ruangan
bersama dengan individu yang terinfeksi, tingkat kelembapan lingkungan yang
tinggi atau rendah dapat mendukung kelangsungan hidup sebagian virus
((Passioti dkk.2014)
4. Patofisiologi Common cold
Patofisiologi common cold melibatkan penularan virus penyebab
infeksi saluran pernapasan melalui kontak dengan partikel virus atau kontak
fisik dengan penderita. Proses common cold dimulai ketika rhinovirus
menempel pada reseptor spesifik pada sel epitel ICAM-1, yang merupakan
reseptor utama rhinovirus, serta pada reseptor Low-density Lipoprotein (LDL)
untuk rhinovirus serotipe minor. Setelah itu, rhinovirus memicu peradangan
melalui mekanisme yang melibatkan nuclear factor-kappaB. Meskipun
rhinovirus tidak secara signifikan merusak sel-sel epitel saluran pernapasan
atas, gejala yang muncul pada common cold disebabkan oleh respons
inflamasi. Rhinovirus juga dapat mengganggu fungsi pelindung epitel,
mempermudah paparan sel epitel terhadap bakteri, meningkatkan risiko
infeksi bakteri sekunder, serta merangsang respons terhadap iritan dan
alergen eksternal (Passioti dkk, 2014)
Patofisiologi common cold dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk
karakteristik virus seperti jenis dan muatan virus, faktor host seperti faktor
genetik, fungsi kekebalan tubuh, usia, dan kondisi komorbiditas, serta faktor
lingkungan seperti polusi, gaya hidup, dan stres. Gejala dan kemungkinan
komplikasi common cold terjadi karena interaksi dinamis antara karakteristik
virus yang menginfeksi dan respons kekebalan tubuh. Umumnya, common
cold dapat sembuh dengan sendirinya jika sistem kekebalan tubuh kita sehat.
12
Namun, jika sistem kekebalan tubuh lemah, dapat muncul komplikasi dari
common cold. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat common cold
meliputi otitis media akut, rhinosinusitis, gangguan penciuman pasca-infeksi
seperti parosmia, anosmia, phantosmia, bronkiolitis dan pneumonia.
Patogenesis common cold dan infeksi virus pada umumnya memiliki
kesamaan, yaitu melibatkan interaksi antara replikasi virus dan respon
inflamasi tubuh. Namun, patogenesis virus-virus saluran pernapasan dapat
sangat beragam karena perbedaan lokasi utama tempat replikasi virus. Virus
influenza, misalnya, melakukan replikasi di epitel trakeobronkial, sedangkan
rhinovirus utamanya berada di epitel nasofaring(Bagaskara, 2020).
5. Tanda dan Gejala Commond cold
Menurut Gonzales, R. Dkk (2008), tanda dan gejala awal dari common
cold umumnya muncul sekitar 1-3 hari setelah terpapar virus melalui batuk.
Gejala-gejala tersebut meliputi hidung yang berair dan tersumbat, sakit
tenggorokan, batuk, sakit kepala ringan, bersin-bersin, sedikit demam atau
tanpa demam (dewasa: < 39ºC; anak-anak: < 38ºC), serta rasa lelah yang
ringan. Gejala dimulai dengan hidung yang berair, kadang-kadang tersumbat,
kemudian diikuti oleh batuk dan demam ringan. Pada bayi, jika cairan atau
lendir keluar dari hidung dalam jumlah banyak, hal ini dapat menyebabkan
kesulitan bernapas. Cairan yang keluar dari hidung dapat berupa sekret cair
dan jernih yang dapat menjadi kental dan berwarna kuning jika terjadi infeksi
sekunder oleh bakteri. Sekret ini dapat sangat merangsang anak kecil.
Sumbatan hidung (kongesti) menyebabkan anak bernapas melalui mulut dan
membuatnya gelisah.
Adapun gejala commond cold adalah sebagia berikut:
a. Gejala common cold biasanya muncul dalam rentang waktu 1-3 hari
setelah terinfeksi.
b. Pada awalnya, penderita biasanya merasakan ketidaknyamanan di
hidung atau tenggorokan.
c. Kemudian, penderita akan mengalami bersin-bersin, hidung berair, dan
merasa sakit ringan.
d. Suara penderita dapat menjadi serak.
e. Biasanya, tidak ada demam, namun demam ringan bisa muncul
bersamaan dengan gejala lainnya.
13
f. Hidung akan mengeluarkan cairan yang encer dan jernih dalam jumlah
yang sangat banyak pada hari-hari awal, yang dapat mengganggu
penderita.
g. Kemudian, sekret hidung akan menjadi lebih kental, berwarna kuning-
hijau, dan jumlahnya tidak terlalu banyak.
h. Gejala biasanya akan menghilang dalam waktu 5-10 hari, meskipun
batuk dengan atau tanpa dahak sering kali berlangsung hingga minggu
kedua (Admin, 2011).
6. Gejala dan Perbedaan Common Cold, Influenza dan Covid-19
Gejala dan perbedaan antara Common Cold, Influenza, dan Covid-19
umumnya dapat dikenali melalui ciri-ciri yang muncul setelah terpapar virus.
Pada umumnya, gejala common cold akan muncul dalam rentang waktu 1-3
hari setelah terpapar virus. Beberapa gejala yang dapat terjadi meliputi hidung
tersumbat, sakit tenggorokan, sakit kepala, batuk ringan, bersin-bersin, mata
berair, demam (tidak selalu terjadi), dan merasa kelelahan (Riza Maula &
Rusdiana, 2019)
Commond cold memiliki kesamaan dengan influenza dan COVID-19.
Namun, penyebab dan tingkat keparahan gejala berbeda di antara ketiga
kondisi tersebut. Pilek biasa disebabkan oleh rhinovirus, sedangkan influenza
disebabkan oleh virus influenza, dan COVID-19 disebabkan oleh coronavirus.
Gejala yang dialami mirip, seperti sakit kepala, sakit tenggorokan, batuk, dan
demam. Namun, individu dengan flu biasa tidak selalu mengalami demam
(Jacek dkk.2021a)
Perbedaan gejala antara common cold, influenza dan Covid-19 dapat dilihat
dalam Tabel 1 berikut ini:
Gejala Commond cold Influenza Covidp-19
Demama Tidak sering Sering Sangat
Sakit Sangat sering Sangat sering sering
tenggorokan Sangat sering Sangat sering dan lebih berat
Tidak sering
Sakit kepala Sering sedang Sangat sering
Tidak sering
Batuk Sering sedang Sangat sering dan lebih berat
Sering
Rinorea Sering namun lebih Sering dan lebih berat
Tidak sering
Nyeri otot ringan
Tidak sering
sumber(Jacek et al., 2021a)
14
7. Penatalaksanaan
Common cold adalah penyakit yang disebabkan oleh rhinovirus yang
secara alami akan sembuh dengan sendirinya ketika virus mati karena masa
hidupnya yang terbatas. Hal ini disebut sebagai self-limiting disease yang
bergantung pada daya tahan tubuh individu. Meskipun belum ada antivirus
khusus yang ditemukan untuk rhinovirus ini, pengobatan hanya difokuskan
pada meringankan atau menghilangkan gejala yang dirasakan mengganggu
penderita. Tujuan terapi adalah untuk mengurangi gejala-gejala yang timbul
akibat common cold.
Penatalaksanaan terapi meliputi:
a. Outcome: Tujuan terapi common cold adalah untuk mengurangi gejala-
gejala yang muncul sebagai akibat dari penyakit common cold.
b. Pengobatan simptomatik: Pengobatan hanya difokuskan pada meredakan
gejala yang dirasakan penderita, seperti penggunaan obat pereda nyeri
dan demam, obat batuk, dan dekongestan nasal untuk mengurangi
sumbatan hidung.
c. Perawatan suportif: Penderita dianjurkan untuk istirahat yang cukup,
minum banyak cairan untuk menjaga hidrasi, dan menjaga kebersihan diri
serta praktik higienis, seperti mencuci tangan secara teratur.
d. Tujuan terapi common cold adalah mengurangi gejala dan membantu
individu merasa lebih baik dan berfungsi dengan lebih baik. Sasaran
terapi common cold adalah mengurangi gejala common cold,
memperbaiki kondisi dan fungsi pasien, serta mencegah penyebaran
penyakit.
e. Strategi terapi utama meliputi istirahat yang cukup dan konsumsi cairan
yang mencukupi. Selain itu, terapi juga bertujuan untuk mengobati gejala
common cold yang melibatkan dua proses. Proses pertama adalah infeksi
virus pada sel hidung, sedangkan proses kedua adalah aktivasi mediator
inflamasi yang secara langsung menyebabkan gejala common cold.
Idealnya, pengobatan dilakukan untuk kedua proses tersebut (Tietze,
2010).
f. Terapi common cold yang dianjurkan oleh Blenkinsopp, dkk. (2009)
meliputi penggunaan dekongestan (simpatomimetik), antihistamin, obat
batuk, analgesik, dan antivirus. Dalam pengobatan common cold tanpa
15
tidur dengan jumlah anggota keluarga yang tidur di kamar tersebut (Arsyad,
2011).
1. Kamar tidur dianggap memenuhi syarat jika hasil pembagian luas lantai
kamar tidur dengan jumlah penghuni menghasilkan lebih dari 8 𝑚2 luas
lantai per orang.
2. Kamar tidur dianggap tidak memenuhi syarat kesehatan jika hasil
pembagian luas lantai kamar tidur dengan jumlah penghuni menghasilkan
kurang dari 8 𝑚2 luas lantai per orang.
D. Tinjauan Umum Tentang Ventilasi Rumah
Ventilasi adalah proses yang memperbaharui atau mengganti udara di
dalam suatu ruangan atau bangunan dengan udara segar dari luar. Tujuan
utama ventilasi adalah menjaga kualitas udara dalam ruangan agar tetap
sehat dan nyaman bagi penghuninya. Udara segar yang masuk melalui
ventilasi membantu mengurangi kelembapan berlebih, menghilangkan bau
yang tidak sedap, serta mengurangi konsentrasi polutan di dalam ruangan.
Ventilasi memainkan peran yang sangat penting dalam memungkinkan
masuknya cahaya matahari ke dalam rumah penderita. Kehadiran cahaya
matahari di dalam rumah penderita dapat memiliki efek yang menguntungkan,
membantu membunuh baktteri.
Menurut Jeni dkk.(2022) Ventilasi rumah didefinisikan sebagai proses
alami atau mekanis untuk memasukkan udara segar ke dalam ruangan dan
menghilangkan udara yang terasa pengap. Proses ini, yang dikenal sebagai
ventilasi rumah, melibatkan aliran udara segar dan penghilangan udara
tercemar, baik melalui mekanisme alami maupun mekanis. Tujuannya adalah
menjaga keseimbangan kadar oksigen (O2) yang dibutuhkan oleh penghuni
rumah. Jika ventilasi tidak memadai, kadar oksigen di dalam rumah akan
menurun dan tingkat karbon dioksida (CO2) yang berbahaya akan meningkat
(Mukono dalam(Jeni dkk, 2022)).
Sementara menurut Aristatia & Yulyani( 2021), ventilasi udara
memainkan peran yang sangat penting dalam menjaga kesehatan anak,
terutama balita. Kebersihan ventilasi udara harus dijaga agar udara yang
dihirup tetap bersih. Dengan udara yang bersih dan kaya oksigen, penghuni
rumah akan terhindar dari risiko Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) atau
gangguan kesehatan lainnya.sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
21
Commond cold
Balita
penatalaksana
Pengobatan Farmakologi
1) Dekongestan
(Simpatomitetik)
2) Antihistamin
3) Obat Batuk
4) Analgesik
5) Antivirus
25
26
Kepadatan
Hunian
Ventilasi Commond
Rumah cold pada
Balita
Perilaku Merokok
Anggota Keluarga
Keterangan:
: Variabel Bebas
: Variabel Terikat
2. Kepadatan Hunian
Definisi operasional
Banyaknya penghuni kamar dibandingkan luas lantai kamar, memenuhi
syarat jika luas ≥ 8𝑚2 untuk 2 orang
Kriteria objektif
Memenuhi syarat : Apabila luas kamar tidur ≥ 8 𝑚2 untuk dua orang
Tidak memenuhi syarat : Apabila luas kamar tidur< 8 𝑚2 untuk dua orang
3. Ventilasi Rumah
Definisi operasional
Ventilasi pada rumah adalah segala celah atau lubang yang
memungkinkan udara masuk dan keluar, baik dalam kondisi tetap maupun
dapat dibuka dan ditutup
Kriteria objektif
Memenuhi syarat : Apabila luas ventilasi ≥10% dari luas lantai
rumah
Tidakmemenuhi syarat : Apabila luas ventilasi <10% dari luas
lantai rumah
D. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis alternatif (HA)
a) Ada hubungan kepadatan hunian dengan kejadian commond cold di
wilayah kerja Puskesmas Panambungan kota Makassar
b) Ada hubungan ventilasi rumah dengan kejadian commond cold di
wilayah kerja Puskesmas Panambungan kota makassar
c) Ada hubungan perilaku merokok anggota keluarga dengan kejadian
commond cold di wilayah kerja Puskesmas Panambungan kota
Makassar
2. Hipotesis nul (Ho)
a) Tidak ada hubungan kepadatan hunian dengan kejadian commond cold
di wilayah kerja puskesmas Panambungan Kota Makassar
b) Tidak ada hubungan pola makan dengan kejadian commond cold di
wilayah kerja puskesmas Panambungan Kota Makassar
c) Tidak ada hubungan perilaku merokok anggota keluarga dengan
kejadian commond cold di wilayah kerja puskesmas Panambungan Kota
Makassar
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain study
cross sectional. pengumpulan data informasi serta pengukuran antar variabel
independen dan dependen dilakukan pada waktu yang sama. Desain study
cross sectional ini cocok digunakan untuk menganalisis subjek penelitian
pada jumlah yang besar karena mudah dilaksanakan, sederhana, ekonomis
dalam hal waktu serta hasilnya dapat diperoleh dengan cepat.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan diwilayah kerja Puskesmas Panambungan
Kecamatan Mariso Kota Makassar
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 01 Agustus 2023 - 01 September
2023.
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Menurut sogiyono (2019) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang
tertentu yang diteteapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik
kesimpulanya. Populasi merujuk pada semua subjek yang menjadi focus
penelitian atau objek yang sedang diteliti (Aryani & Syapitri, 2018). Populasi
dalam penelitian ini adalah semua balita yang berobat di wilayah kerja
Puskesmas Panambungan kota makassar periode Januari – April 2023
sebanyak 218 orang balita.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadiakn subjek penelitian
dan dianggap mewakili keseluruhan populasi(Prof. DR.Dr. Sudigdo
Sastroasmoro,2002). Dalam penelitian ini jumblah sampel yang diperoleh
adalah 55 balita.
31
32
3. Jumlah sampel
Untuk menentukan besarnya sampel dapat menggunakan rumus Khotori :
n= N.Z²- α/2. P .q
d²(N-1) Z²-α/zP.q
Keterangan :
n = Besar Sampel sampel
N = Besar Populasi
Z² -α/2= Statistik Z (Z=1,95 untuk α 0,05
P = Perkiraan proporsi (prevalensi) variabel dependen pada
populasi (95%)
d = Delta presesi absolut atau margin of eror yang
diinginkan dikedua sisi proporsi (±5%)
q = 1-P
n= 218. (1,96) ². (0,96).(0,05)
(0,05)²(218-1)+(1,96)²(0,95) (0,05)
N= 40.18
0,72
= 55
uji (value) dengan nilai α= 0,05 pada tingkat kepercayaan 95%. Berikut
adalah rumus yang digunakan untuk menghitung nilai chi-square: x²=
Ʃ(0-∈)∈
keterangan:
X² = Hasil perhitungan yang di konfirmasikan dengan tabel chi-
square
0 = Observasi (nilai yang di peroleh)
∈ = Expected (nilai yang di harapkan)
Ʃ = Jumlah (sigma)
0,05 = Nilai ketetapan
Intrerprestasi: berhubungan bila nilai p Value lebih kecil dari α= 0,05 dan
berarti Ho ditolak dan Ha diterima
H. Etika Penelitian
1. Mengajukan dan menyerahkan surat permohonan izin kepada
penanggung jawab di Wilayah kerja puskesmas Panambungan Kota
Makassar dan memohon kerja sama kepada pihak Puskesmas selama
peroses penelitian berlangsung.
2. Anonymiti (tanpa nama) menjelaskan bentuk penulisan questionnaire
dengan tidak perlu mencantum nama pada lembar pengumpulan data,
hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
3. Confidentiality (kerahasiaan), semua informasi yang telah dikumpulkan
dijamin kerahasiaanya oleh para peneliti, hanya kelompok data tertentu
yang akan dilaporkan pada hasil riset. Kerahasiaan yang diberi subjek
penelitian dijamin oleh peneliti dan tidak akan disampaikan ke pihak lain
yang tidak berkaitan dengan penelitian tersebut.
I. Faktor Pendukung dan Penghambat
1. Faktor pendukung
Faktor pendukung dalam penelitian ini adalah adanya fasilitas yang
membantu dalam teknik penulisan, meliputi laptop, dan HP
2. Faktor penghambat
Faktor penghambat dalam penelitian yaitu kesulitan dalam melakukan
wawancara karena masih ada responden yang susah dihubungi atau
masih sibuk dengan kerja
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Panambungan Kota
Makassar. Secara geografis, Puskesmas Panambungan terletak di wilayah
Kelurahan Panambungan, Kecamatan Mariso, Kota Makassar Sulawesi
Selatan. Penelitian dilakukan untuk memahami kesehatan masyarakat di
wilayah ini, termasuk tantangan dan masalah kesehatan yang dihadapi.
Informasi ini akan digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan program
kesehatan yang lebih efektif dan relevan bagi penduduk setempat .Wilayah
ini memiliki luas sekitar 77 hektar, sementara seluruh wilayah Kecamatan
Mariso memiliki luas sekitar 1,82 kilometer persegi, yang meliputi tiga
kelurahan sebagai wilayah kerjanya, yaitu:
a. Kelurahan Penambungan
b. Kelurahan Kunjung Mea
c. Kelurahan Mario
Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Panambungan adalah sebagai berikut:
1) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ujung Pandang
2) Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Mario dan Kelurahan
Lette
3) Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar
Secara keseluruhan, Puskesmas Panambungan memiliki 19 titik lokasi
Posyandu. Alamat Puskesmas Panambungan adalah di Jalan rajawali Lorong
300, Kelurahan Penambungan, Kecamatan Marisso, Kota Makassar,
Sulawesi Selatan.
2. Karakteristik Umum Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini karakteristik umum subjek penelitian meliputi data
seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan responden.
Responden penelitian ini adalah ibu balita atau pengasuh balita yang yang
berada di wilayah kerja puskesmas panambungan kota makassar yang
berjumlah 55 responden.
35
36
jumlah 33 (60.0%) dan paling sedikit berada pada kelompok umur 2-4 tahun
dengan jumlah 22 (40.0%).
c. Tingkat Pendidikan `
Adapun Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
dapat dilihat pada tabel 5.3 sebagai berikut:
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidkan Di Wilayah Kerja Puskesmas Panambungan
Kota Makassar
Responden
Pendidikan
N %
SMP 14 25.5
SMA 24 43.6
Sarjana 17 30.9
Total 55 100
Sumber : Data Primer, 2022
d. Jenis Pekerjaan
Adapun Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan disajikan
pada tabel 5.4
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis
Pekerjaan Di Wilayah Kerja Puskesmas Panambungan
Kota Makassar
Responden
Pekerjaan
N %
IRT 38 69.1
Wiraswasta 17 30.9
Total 55 100
Sumber : Data Primer, 2023
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukaan bahwa berdasarkan jenis
pekerjaan responden paling banyak adalah responden Ibu Rumah Tangga
(IRT) yaitu terdapat 38 (69.1%) responden dan paling sedikit bekerja
sebagai pegawai swasta yaitu terdapat 17(30.9%) responden.
38
3. ANALISIS UNIVARIAT
c. Kepadatan hunian
Adapun Hasil penelitian mengenai kepadatan hunian dapat dilihat
pada table distribusi 5.7 berikut:
Tabel 5.7
Distribusi Responden Berdasarkan Kepadatan Hunian
Di Wilayah Kerja Puskesmas Panambungan
Kota Makassar
Kepadatan Hunian Responden
N %
Tidak Memenuhi Syarat 38 69.1
Memenuhi Syarat 17 30.9
Total 55 100
Sumber: data primer, 2023
Berdasrkan table 5.7 menunjukan bahwa rumah yang tergolong padat
dan tidak memenuhi syarat sebanyak 38 (69,1%) dan rumah yang tergolong
tidak padat dan memenuhi syarat sebanyak 17 (30,9%)
d. Kebiasaan merokok
Hasil penelitian mengenai kebiasaan merokok dapat dilihat pada table 5.8
berikut:
Tabel 5.8
Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan merokok
Di Wilayah Kerja Puskesmas Panambungan
Kota Makassar
Kebiasaan Merokok Responden
N %
Ya 33 60,0
Tidak 22 40,0
Total 55 100
Sumber: data primer, 2023
Berdasrkan table 5.8 menunjukan bahwa responden yang merokok
didalam rumah terdapat 33(60,0%) dan responden yang tidak merokok
terdapat 22(40,0%).
40
4. ANALISIS BIVARIAT
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji Chisquare. Adanya
hubungan variabel independen dengan kejadian commond cold ditunjukkan
dengan nilai p kurang dari (< ) 0,05.
a. Hubungan Ventilasi Rumah Dengan Kejadian Commond Cold pada
Balita Diwilayah Kerja Puskesmas Panambungan Kota Makassar
Table 5.9
Hubungan Ventilasi Rumah Dengan Kejadian Commond Cold
pada Balita Diwilayah Kerja Puskesmas Panambungan
Kota Makassar
Table 5.10
Hubungan Kepadatan Hunian Rumah Dengan Kejadian Commond Cold
pada Balita Diwilayah Kerja Puskesmas Panambungan
Kota Makassar
Table 5.11
Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Commond Cold
pada Balita Diwilayah Kerja Puskesmas Panambungan
Kota Makassar
Kejadian Commond Cold
Pada Balita Total
Kebiasaan
Ya Tidak
Merokok
n % n % n % P
Value
Tidak 14 25,5 8 14,5 22 40.0 1,000
Ya 21 38,2 12 21,8 33 60.0
Total 35 63,6 20 36,4 55 100
Sumber : Data Primer, 2023
Berdasarkan Tabel 5.11 menunjukan bahwa dari 22(39,9%)
responden dengan kategori tidak merokok terdapat 14 (25,5%) balita yang
mengalami kejadian commond cold dan terdapat 8 (14,5%) balita yang tidak
mengalami kejadian commond cold, sedangkan dari 33 (60,0%) responden
dengan kategori merokok terdapat 21 (38,2%) balita yang mengalami
kejadian commond cold dan 12 (21,8%) balita yang tidak mengalami
kejadian commond cold
Dari hasil analisis statistik dan uji Chi Square diperoleh nilai p =
1,000.Karena nilai p lebih besar dari (>) 0,05 maka, dapat disimpulkan tidak
ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan kejadian
commond cold pada balita di Wilayah Puskesmas Panambungan.
43
B. PEMBAHASAN
Berdasrkan analisis data yang telah dilakukan dan disesuaikan dengan tujuan
penelitian, maka pembahasan hasil penelitian diuraikan sebagai berikut:
1. Hubungan Ventilasi Rumah Dengan Kejadian Commond Cold Pada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Panambungan Kota Makassar
yaitu lebih dari 2 orang per 8 m². Keputusan Menteri Kesehatan tersebut juga
menegaskan bahwa tidak dianjurkan bagi lebih dari dua orang dewasa untuk
berbagi satu kamar tidur, kecuali dalam kasus balita.
Hasil peneltian ini diperoleh dari 55 sampel didapat hasil persentase
kategori kepadatan hunian yang memenuhi syarat dari 17 (30,9%)
responden,yang mengalami kejadian commond cold terdapat 6 (10,9%) balita
dan yang tidak mengalami kejadian commond cold sebanyak 11 (20,0%).
Sedangkan persentase kategori kepadatan hunian rumah yang tidak
memenuhi syarat dari 38(69,1%) responden, yang mengalami kejadian
commond cold terdapat 29 (52.7%) balita dan yang tidak mengalami kejadian
commond cold sebanyak 9 (16.4%) balita. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara kepadatan hunian rumah dengan kejadian commond
cold pada balita.
Berdasarkan analisis uji chi-square, ditemukan adanya korelasi yang
signifikan antara kepadatan hunian kamar dan kejadian commond cold (ISPA)
pada balita di wilayah kerja puskesmas panambungan kota makassar. Nilai p-
value yang dihasilkan adalah 0,004 (p kurang dari (< )0,005). Dalam konteks
ini, balita yang tinggal dalam kondisi hunian kamar yang tidak memenuhi
syarat memiliki peluang lebih tinggi untuk mengalami commond cold
dibandingkan dengan balita yang tinggal dalam hunian kamar yang memenuhi
syarat.
Hasil dari penelitian ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Putri & Mantu (2019), yang juga mengidentifikasi adanya
hubungan signifikan antara kepadatan penghuni dan kejadian commond cold
pada balita, dengan nilai p-value sebesar 0,001 (p kurang dari (<) 0,005).
Hasil ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agungnisa
(2019), yang menemukan bahwa kepadatan hunian kamar memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kejadian commond cold (ISPA) pada balita, dengan
nilai p-value sebesar 0,004 (p kurang dari (<) 0,05). Dengan demikian, hasil
dari penelitian dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya untuk
memperhatikan kepadatan hunian sebagai faktor yang berpotensi
memengaruhi risiko commond cold(ISPA) pada balita.
Adanya hubungan yang signifikan antara kepadatan hunian rumah
dengan kejadian commond cold karena kepadatan hunian rumah merupakan
47
pencetus awal dan proses penularan penyakit. Semakin padat tingkat hunian,
maka perpindahan penyakit khususnya penyakit melalui udara akan semakin
mudah dan cepat terjadi
Berdasarkan observasi lapangan, dapat disimpulkan bahwa mayoritas
responden tinggal dalam kondisi kepadatan hunian yang tidak memenuhi
syarat. Penelitian ini berhubungan erat dengan kenyataan bahwa sebagian
besar hunian kamar di wilayah kerja puskesmas panambungan kota makassar
dikategorikan sebagai hunian yang padat. Dalam kondisi ini, banyak anak dan
orang tua yang berbagi satu kamar dengan luas kurang dari 4 m² per orang.
Selain itu, luas bangunan rumah juga tidak sebanding dengan jumlah
penghuni yang tinggal di dalamnya. Terdapat kasus di mana beberapa
keluarga tinggal dalam satu rumah yang seharusnya digunakan oleh satu
keluarga.
Dalam konteks rumah sehat, penting untuk memastikan bahwa luas
lantai rumah sesuai dengan jumlah penghuninya agar terhindar dari masalah
kelebihan beban dan kekurangan oksigen, sesuai dengan pandangan yang
dinyatakan oleh Suryo (2010). Semakin banyak penghuni dalam suatu
ruangan, semakin cepat tingkat karbon dioksida (CO2) dalam udara akan
meningkat, yang pada gilirannya dapat mengurangi kadar oksigen (O2) yang
tersedia(Yuslinda dkk.(2017). Untuk mencegah penyakit pernapasan,
diperlukan jarak minimal 90 cm antara tempat tidur satu dengan yang lain, dan
langit-langit setidaknya harus memiliki tinggi minimal 2,75 m, sesuai dengan
rekomendasi Suryo (2010).
Berdasarkan Hasil observasi di Wilayah kerja Puskesmas
Panambungan Kota Makassar dari 38(69,1%) responden dengan kepadatan
hunian rumah yang tidak memenuhi syarat, terdapat 29(52,7%) balita yang
mengalami kejadian commond cold dan 9(16,4%) balita yang tidak mengalami
commond cold.hal ini dapat disimpulakan bahw kepadatan rumah yang tinggi
memiliki korelasi dengan peningkatan resiko commond cold pada balita.
Sejumlah faktor mungkin menyebabkan tingginya kepadatan hunian rumah di
Wilayah Puskesmas Panambungan Kota Makassar. Pertama, keterbatasan
sumber daya ekonomi dapat mendorong banyak keluarga untuk tinggal dalam
ruang yang terlalu kecil untuk kebutuhan mereka. Kedua, urbanisasi yang
tinggi dapat menyebabkan peningkatan populasi di daerah perkotaan, yang
48
51
DAFTAR PUSTAKA
Aristatia, N., & Yulyani, V. (2021). Analisis Faktor - Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Balita Di
Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2021. 1(4).
Aryani, N., & Syapitri, H. (2018). Hubungan Kebiasaan Merokok Anggota
Keluarga Di Dalam Rumah Dengan Ispa Pada Balita Di Puskesmas
Helvetia Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Masyarakat Dan Lingkungan
Hidup, 3(1),Article 1.
Astuti, W. T., & Siswanto, S. (2022). Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga
dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita
Usia15Tahun.Jurnal Keperawatan Karya Bhakti, 8(2), Article 2. https://doi.
org/10.56186/jkkb.10
Bagaskara, G. (2020). LITERATURE REVIEW : Pengetahuan Masyarakat
Tentang Pencegahan Nasofaringitis Akut (Common Cold).
Czubak J, Stolarczyk K, Orzel A, Frączek M, Zatoński T. 2021. Comparison of
the clinical differences between Covid-19, SARS, influenza, and the
common cold: a systematic literature review.
Hasni, H., Nurleny, & Kontesa, M. (2022). Hubungan Kebiasaan Merokok
Anggota Keluarga Dan Penggunaan Obat Nyamuk Dengan Kejadian Ispa
Pada Bayi Dan Balita. Jurnal Kesehatan Pijar, 1(1), Article 1.
Hayati, S. (2019). Gambaran Faktor Penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(Ispa) Pada Balita Di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung.
Isnani, N., & Muliyani, M. (2019). Gambaran Pola Penggunaan Antibiotik Pada
Pasien Common Cold Anak Di Instalasi Rawat Jalan Rsud Dr. H. Moch.
Ansari Saleh BanjarmasiN. Jurnal Insan Farmasi Indonesia,
Jacek, C., Karolina, S., Orzeł, A., Frączek, M., & Tomasz, Z. (2021b).
Comparison of the clinical differences between COVID-19, SARS,
influenza, and the common cold: A systematic literature review.
Jeni, E., Syamsul, M., & Wijaya, I. (2022). Kondisi Lingkungan Fisik Rumah
Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Wilayah Puskesmas Panambungan
Kota Makassar. Jurnal Promotif Preventif, 4(2), 116 123. https://doi.org/10
.47650/jpp.v4i2.372
Keman, S., & Safitri, A. (2019). Hubungan Tingkat Kesehatan Rumah dengan
Kejadian Ispa pada Anak Balita di Desa Labuhan. https://www.neliti.com/p
ublications/3929/hubungan-tingkat-kesehatan-rumah-dengan-kejadian-
ispa-pada-anak-balita-di-desa-l
Laili, N. F., Restyana, A., Probosiwi, N., Savitri, L., Megasari, E., A, T. S., Sari, E.
L., & Maula, L. (2021). Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Perilaku
Swamedikasi Common Cold di Apotek X Kabupaten Nganjuk. Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 21(3), 1164.
Maftuchah, M., Christine, P. I., & Jamaluddin, M. (2020). The Effectiveness of
Tea Tree Oil and Eucalyptus Oil Aromaterapy for Toddlers with Common
Cold. JURNAL KEBIDANAN, 10(2), 131-137.
Musyafak, S. N., Yuswar, M. A., & Purrwanti, N. U. (2022). Swamedikasi:
Pengaruh Perilaku Terhadap Tingkat Pengetahuan Common Cold Pada
Mahasiswa Baru Farmasi.
52
53
Nakano, Y., Watari, T., Adachi, K., Watanabe, K., Otsuki, K., Amano, Y., Takaki,
Y., & Onigata, K. (2022). Survey of potentially inappropriate prescriptions
for common cold symptoms in Japan: A cross-sectional study.
Nanda, M., Anasti, A., Andini, C., Ramadhani, D. F., Ayuanda, T. H., & Tanjung,
H. Y. (2023). Faktor yang Mempengaruhi Sanitasi Lingkungan
Masyarakat di Kelurahan Belawan Bahari Kecamatan Medan Belawan.
Jurnal Pendidikan Tambusai, 7(1), Article 1.
Ningsih, N. F. (2019). Survey Sanitasi Lingkungan Penderita Common cold di
Kabupaten Kampar.Nur, N. H. (2019). Pengaruh Kondisi Fisik Rumah
Dengan Kejadian Ispa Pada Anak Usia 1-12 Tahun Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tarakan Kecamatan Wajo Kota Makassar. 1(2).
Nur, N. H., Muharti Syamsul, & Genoveva Imun. (2021). Faktor Risiko
Lingkungan Kejadian ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Panambungan. Journal of Health Quality Development, 1(1), 10-22.
Oktaviani, S., Fujiana, F., & Ligita, T. (2022). Hubungan Perilaku Meroko
Keluarga Di Dalam Rumah Tangga Dengan Kejadian Infeksi Saluran
Pernafasan
Akut (Ispa) Pada Balitai Wilayah Kerja Puskesmas Rasau Jaya. Jurnal Vo
kasi Keperawatan (JVK), 5(1), Article1.
Pappas DE. 2017.The common cold. Elsevier Public Health Emergency
Collection, 2018, 199–202.
Passioti, M., Maggina, P., Megremis, S., & Papadopoulos, N. G. (2014). The
Common Cold: Potential for Future Prevention or Cure. Current Allergy
and Asthma Reports, 14(2), 413. https://doi.org/10.1007/s11882-013-
0413-5
Polumulo, S. Z. (2019). Hubungan Sanitasi Rumah Dengan Kejadian Penyakit
Common Cold Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalate Kota
Gorontalo Tahun 2019.
Prayata, R. H., Mahendra, A. I., Indraswara, I.& Sriwijayanti, N. (2023).
Hubungan Paparan Asap Rokok pada Perokok Pasif dengan Angka
Kejadian Ispa pada Usia 18-65 Tahun di Dusun Krajan Desa Sidodadi,
Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Malahayati Nursing Journal,
5(1), Article 1.
Rahmah, S., & Ganing, A. (2022). Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perbaikan
Sarana Sanitasi Dalam Pencegahan Stunting Di Lingkungan Kadolang
kelurahan Mamunyu. 2(1).
Ristanti, F. F. (2019). Pengaruh Kondisi Sanitasi Rumah Terhadap Kejadian
ISPA Di Kecamatan Wiyung Kota Surabaya.
Riza Maula, E., & Rusdiana, T. (2019). Terapi Herbal dan Alternatif pada Flu
Ringan atau ISPA non-spesifik. Farmasetika.com (Online), 1(2),7. https://
doi.org/10.24198/farmasetika.v1i2.9709
Sarina Jamal, Henni Kumaladewi Hengky, & Amir Patintingan. (2022). Pengaruh
Paparan Asap Rokok Dengan Kejadian Penyakit Ispa Pada Balita
Dipuskesmas Lompoe Kota Parepare. Jurnal Ilmiah Manusia Dan
Kesehatan, 5(1),
Setiani, E. M., Mirasa, Y. A., & Winarti, E. (2023). Determinasi Pengetahuan Ibu
dan Pengaruh Rokok terhadap Kejadian ISPA pada Balita: Karakteristik
responden berdasarkan pengetahuan. Sci-Tech Journal (STJ), 2(2),
Article 2. https://doi.org/10.56709/stj.v2i2.105
54
No.Responden :
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
IDENTITAS BALITA
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
No Pertanyaan
2 Kepadatan hunian
Statistics
Jenis Usia
Kelami Balit Pekerjaa Common Ventilasi Kepadatan Kebiasaan
n Pedndidikan a n d Cold Rumah Hunian Merokok
N Valid 55 55 55 55 55 55 55 55
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid L 28 50.9 50.9 50.9
P 27 49.1 49.1 100.0
Total 55 100.0 100.0
Pedndidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SMP 14 25.5 25.5 25.5
SMA 24 43.6 43.6 69.1
SARJANA 17 30.9 30.9 100.0
Total 55 100.0 100.0
Usia Balita
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0-1 tahun 33 60.0 60.0 60.0
2-4 tahun 22 40.0 40.0 100.0
Total 55 100.0 100.0
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid IRT 38 69.1 69.1 69.1
WIRASWASTA 17 30.9 30.9 100.0
Total 55 100.0 100.0
Commond Cold
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 20 36.4 36.4 36.4
Ya 35 63.6 63.6 100.0
Total 55 100.0 100.0
Ventilasi Rumah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Memenuhi Syarat 39 70.9 70.9 70.9
Memenuhi Syarat 16 29.1 29.1 100.0
Total 55 100.0 100.0
Kepadatan Hunian
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Memenuhi Syarat 38 69.1 69.1 69.1
Memenuhi Syarat 17 30.9 30.9 100.0
Total 55 100.0 100.0
Kebiasaan Merokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 22 40.0 40.0 40.0
Ya 33 60.0 60.0 100.0
Total 55 100.0 100.0
Analisis bivariat
Crosstabs
Crosstab
Commond Cold Total
Tidak Ya
Ventilasi Rumah Tidak Memenuhi Syarat Count 7 32 39
% of Total 12.7% 58.2% 70.9%
Memenuhi Syarat Count 13 3 16
% of Total 23.6% 5.5% 29.1%
Total Count 20 35 55
% of Total 36.4% 63.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymptotic Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Significance sided) sided)
(2-sided)
Pearson Chi-Square 19.646a 1 .000
Continuity Correctionb 17.006 1 .000
Likelihood Ratio 19.953 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear 19.289 1 .000
Association
N of Valid Cases 55
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.82.
b. Computed only for a 2x2 table
Kepadatan Hunian * Commond Cold
Crosstab
Commond Cold Total
Tidak Ya
Kepadatan Hunian Tidak Memenuhi Syarat Count 9 29 38
% of Total 16.4% 52.7% 69.1%
Memenuhi Syarat Count 11 6 17
% of Total 20.0% 10.9% 30.9%
Total Count 20 35 55
% of Total 36.4% 63.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymptotic Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Significance sided) sided)
(2-sided)
Pearson Chi-Square 8.541a 1 .003
Continuity Correctionb 8.425 1 .004
Likelihood Ratio 6.861 1 .009
Fisher's Exact Test .006 .005
Linear-by-Linear 8.386 1 .004
Association
N of Valid Cases 55
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.18.
b. Computed only for a 2x2 table
Kebiasaan Merokok * Commond Cold
Crosstab
Commond Cold Total
Tidak Ya
Kebiasaan Merokok Tidak Count 8 14 22
% of Total 14.5% 25.5% 40.0%
Ya Count 12 21 33
% of Total 21.8% 38.2% 60.0%
Total Count 20 35 55
% of Total 36.4% 63.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymptotic Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Significance sided) sided)
(2-sided)
Pearson Chi-Square .000a 1 1.000
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .000 1 1.000
Fisher's Exact Test 1.000 .614
Linear-by-Linear .000 1 1.000
Association
N of Valid Cases 55
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.00.
b. Computed only for a 2x2 table
TABULASI DATA