Anda di halaman 1dari 197

ANALISIS KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA BERDASARKAN

PENDEKATAN BINA SUASANA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


PALARAN 2019

Oleh :
SOFIANA NIMUR
NIM : 15132010035

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS WIDYA GAMA MAHAKAM SAMARINDA

TAHUN 2019

i
ii
ABSTRAK
Sofiana Nimur (2019) Analisis Kejadian Pneumonia Pada Balita
Berdasarkan Pendekatan Bina Suasana di Wilayah Kerja Puskesmas
Palaran Kota Samarinda Tahun 2019, dibawah bimbingan oleh Bapak Drs. I
Putu Sukra, MPHM dan Ibu Andi Suyatni, SKM.,M.Kes selaku pembimbing
I dan Pembimbing II.
Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang
mengenai jaringan paru (alveoli). Data Dinas Kesehatan kota samarinda dilihat
berdasarkan data kasus pneumonia pada tahun 2016, 2017 dan 2018 diketahui
bahwa pada tahun 2018 Puskesmas Palaran merupakan Puskesmas dengan kasus
kejadian pneumonia paling tinggi di antara semua puskesmas yang ada di kota
samarinda, dimana pada tahun 2016 terdapat 94 kasus, 2017 86 kasus dan 2018
196 kasus.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kejadian pneumonia pada
balita berdasarkan pendekatan bina suasana di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran
kota Samarinda tahun 2019. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
kualitatif dengan pendekatan fenomenalogi, pengumpulan data menggunakan
metode wawancara mendalam dan observasi pada 3 ibu balita penderita
pneumonia dan 1 orang petugas pemegang program pneumonia.
Hasil penelitian menunjukan ajakan kesehatan belum terlaksana secara
maksimal karena kurang maksimalnya pendekatan bina suasana, metode bina
suasana yang terlaksana merupakan bina suasana publik yakni melaui media,
namun belum efektif. Sudah ada dukungan kebijakan berupa KTR, CTPS, etika
batuk, ASI eksklusif dan pemberian imunisasi yang sudah disosialisasikan ke
masyarakat, dan partisipasi masyarakat belum maksimal karena peran petugas
dalam bina suasana individu, kelompok masyarakat dan publik belum maksimal
dilakukan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ajakan kesehatan, dukungan
kebijakan dan partisipasi masyarakat yang tidak maksimal menjadi penyebab
tingginya kejadian pneumonia ini disebabkan karena bina suasana belum
maskimal dilakukan. Saran agar kerja sama antara masyarakat dengan petugas
lebih ditingkatkan dan masyarakat terutama ibu lebih berpartipasi dalam
melakukan pencegahan pneumonia pada balita.
Kata Kunci : Pneumonia, Bina Suasana, Ajakan kesehatan, Dukungan Kebijakan,
Partisipasi Masyarakat

iii
ABSTRACK
Sofiana Nimur (2019) Analysis of Pneumonia in infants based on the
approach of development in the working area of Palaran City Samarinda
Puskesmas Year 2019, under the guidance of Mr. Drs. I Putu Sukra, MPHM and
Mrs. Andi Suyatni, SKM., M. Kes as Mentor II.
Pneumonia is a disease of acute respiratory tract infection concerning the
lung tissue (alveoli). Data of the health office of Samarinda is seen based on
pneumonia in 2016, 2017 and 2018, it is known that in 2018 Palaran Puskesmas
is a Puskesmas with the highest incidence of pneumonia among all health centers
in Samarinda City, where in 2016 there are 94 cases, 2017 86 cases and 2018 196
cases.
This research aims to analyse the incidence of pneumonia in infants based
on the development approach in the work area of Palaran Puskesmas in
Samarinda in 2019. The type of research used is qualitative research with a
phenomenogy approach, data collection using in-depth interview methods and
observations on the 3 mothers of toddler patients with pneumonia and 1 person in
the program holder of pneumonia.
The results of the study showed that the health call has not been carried
out in the maximum due to the maximal approach to the development of
atmosphere, the building method that is done is the development of public
atmosphere that is through the media, but not effective. There has been a policy
support in the form of KTR, CTPS, ethics of cough, exclusive breast milk and
immunization administration that has been socialized to the community, and
community participation is not maximized because of the role of officers in the
development of individuals, communities and The public is not maximized.
The conclusion of this research is the invitation to health, policy support
and community participation is not maximal cause the high incidence of
pneumonia is due to the development of the atmosphere has not been done.
Advice to make cooperation between the community and the officers more
enhanced and the community especially the mother is more participatory in the
prevention of pneumonia in infants.
Keywords: Pneumonia, community development, health call, policy support,
Public participation

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allahsubhanawataa’alaataskarunia-Nya


sehingga terselesainya proposal penelitian yang berjudul “ Analisis Kejadian
Pneumonia Pada Balita Berdasarkan Pendekatan Bina Suasana di Wilayah Kerja
Puskesmas Palaran Kota Samarinda 2019” tepat pada waktunya.
penyususnan proposal penelitian ini adalah untuk memenuhi saah satu
persyaratan kelulusan pada Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda
Jurusan Kesehatan Masyarakat, penyusunan dapat terlaksana dengan baik berkat
dukungan dari banyak pihak. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Ali Mushofa, S.E.,M.M. selaku Rektor Universitas Widya
Gama Mahakam Samarinda yang telah memberikan izin kepada peneliti
untuk melanjutkan program studi Kesehatan Masyarakat dan telah
membantu baik sarana serta prasarana yang sangat diperlukan dalam
proses pendidikan.
2. Bapak Suwignyo, SKM.,M.SI, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universtas Widya Gama Mahakam Samarinda.
3. Ibu Rindha Mareta Kusumawati, SKM.,M.Kes, selaku ketua program
Studi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Widya Gama Mahakam
Samarinda
4. Bapak I Putu Sukra, MPHM, selaku dosen pembimbing I yang dengan
sabar memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan pemikiran yang
sangat berguna dalam penyelesaian proposal penelitian ini.
5. Ibu Andi Suyatni SKM,M.Kes, selaku dosen pembimbing II yang dengan
sabar memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan pemikiran yang
sangat berguna dalam penyelesaian proposal penelitian ini.
6. Ibu Dr. Rosdiana, SKM., M.Kes selaku dosen penguji I yang telah
meluangkan banyak waktu untuk mengoreksi dan memberikan saran
dalam proposal ini

v
7. Ibu Kartina Wulandari, SKM.,M.Si selaku dosen penguji II yang telah
meluangkan waktu untuk mengoreksi dan memberikan saran pada
proposal ini
8. Bapak Godefridus Bali Geroda, S.Pd, M. Pd, selaku dosen penguji III yang
telah meluangkan waktu untuk mengoreksi dan memberikan saran pada
prooposal ini.
9. Bapak, Ibu dan Adik tersayang yang selalu mendoakan dan memberikan
dorongan dan motivasi tiada hentinya.
10. Seluruh rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi yang memberikan semangat
dan bantuannya yang tidak dapat penulis sampaikan satu-persatu.
Semoga Allah SWT akan senantiasa memberikan balasan pahala atas segala
bantuan yang telah diberikan selama ini.
Tak lupa penulis sampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak bilamana proses penulisan proposal ini terdapat kesalahan
yang disengaja maupun tidak disengaja. Penulis menyadari bahwa penelitian ini
masih jauh dari sempurna, karena itu diharapkan kritik dan saran yang
membangun bagi penulis demi perbaikan dan kesempurnaan penulisan ini.
Akhir kata penulis berharap proposal penelitian ini dapat bermanfaat buat
kita semua, terutama bagi ilmu Kesehatan Masyarakat.

Samarinda, 20 oktober 2019

Penyusun

Sofiana Nimur

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i


HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................ii
ABSTRAK ...............................................................................................................iii
ABSTRACT ..............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR ..............................................................................................v
DAFTAR ISI .............................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.....................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................xi
DAFTAR BAGAN ....................................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN ..........................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................4
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................................4
1. Tujuan Umum .........................................................................................4
2. Tujuan Khusus ........................................................................................4
D. Manfaat Penelitian .........................................................................................4
1. Bagi Peneliti .............................................................................................4
2. Bagi Puskesmas Palaran ...........................................................................4
3. Bagi Kampus ...........................................................................................4
4. Bagi Masyarakat .......................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ..............................................................................6
A. Pneumonia ......................................................................................................6
1. Pengertian Pneumonia..............................................................................6
2. Hubungan Pneumonia dengan ISPA ........................................................7
3. Epidemiologi Pneumonia .........................................................................7
4. Etiologi Pneumonia ..................................................................................8
5. Tanda dan Gejala......................................................................................9
6. Faktor yang Mempengaruhi Pneumonia ..................................................10

vii
7. Klasifikasi Pneumonia .............................................................................14
8. Pencegahan Pneumonia ............................................................................15
B. Balita ..............................................................................................................16
1. Pengertian Balita ......................................................................................16
C. Bina Suasana.................................................................................................17
1. Pengertian Bina Suasana ........................................................................17
2. Tujuan .....................................................................................................18
3. Bentuk Penerapan Bina Suasana ............................................................19
D. Ajakan Kesehatan (Komunikasi Kesehatan) .................................................20
1. Pengertian Komunikasi Kesehatan .........................................................20
2. Bentuk Komunikasi Kesehatan ...............................................................21
3. Komponen Komunikasi Kesehatan ..........................................................22
4. Media Komunikasi Kesehatan .................................................................24
E. Dukungan Kebijakan......................................................................................27
1. Pengertian Kebijakan Kesehatan .............................................................27
2. Kebijakan Utama Pneumonia ..................................................................27
3. Kebijakan Berkaitan dengan Pneumonia ................................................30
F. Partisipasi Masyarakat ..................................................................................31
1. Pengertian Partisipasi Masyarakat ...........................................................31
2. Dasar-dasar Filosofi Partisipasi Masyarakat ...........................................32
3. Metode Partisipasi Masyarakat ...............................................................33
4. Elemen Partisipasi Masyarakat ................................................................33
G. Puskesmas ......................................................................................................34
1. Konsep Puskesmas ..................................................................................34
H. Penelitian Kualitataif ......................................................................................36
1. Pengertian Kualitatif ................................................................................36
2. Desain Penelitian......................................................................................36
I. Alur Pikir .......................................................................................................38
BAB III METODELOGI PENELITIAN . .................................................................40
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan ....................................................................40
B. Tempat Penelitian ..........................................................................................40

viii
C. Subjek Penelitian/Informan . ..........................................................................40
D. Sumber Data . .................................................................................................41
E. Instrumen Penelitian ......................................................................................41
F. Teknik Pengumpulan Data . ...........................................................................42
G. Analisis Data . ................................................................................................43
H. Keabsahan Data .............................................................................................44
I. Jadwal Penelitian . ..........................................................................................45
J. Operasionalisasi . ...........................................................................................45
BAB 1V Hasil dan Pembahasan . ..............................................................................48
A. Gambaran umum lokasi penelitian ................................................................48
1. Gambaran Umum dan Keadaan Geografi . ...........................................48
2. Visi dan Misi Puskesmas Palaran . ........................................................... 48
3. Data Ketenagaan Puskesmas Palaran . ..................................................49
4. Sarana Puskesmas Palaran . ..................................................................51
B. Hasil Penelitian . ............................................................................................51
1. Karakteristik informan . ........................................................................51
2. Penyajian data . ............................................................................................. 52
a. Ajakan Kesehatan ...........................................................................52
b. Dukungan Kebijakan ......................................................................68
c. Partisipasi Masyarakat . ..................................................................73
C. Pembahasan . ..................................................................................................76
1. Ajakan Kesehatan .................................................................................82
2. Dukungan Kebijakan ............................................................................89
3. Partisipasi Masyarakat . ........................................................................92
BAB V Penutup .........................................................................................................103
A. Kesimpulan . ..................................................................................................103
B. Saran ..............................................................................................................103
Daftar Pustaka
Lampiran

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kebijakan dan Peraturan Pneumonia Anak ..................................... 30


Tabel 3.1 Jadwal Penelitian............................................................................... 43
Tabel 3.2 Operasionalisasi ................................................................................ 44
Tabel 4.1 Data Ketenagaan .............................................................................. 47
Tabel 4.2 Kriteria Informan Utama .................................................................. 50
Tabel 4.3 Identitas Balita ................................................................................. 50
Tabel 4.4 Kriteria Informan Kunci................................................................... 50

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kontribusi dan Partisipasi ............................................................. 32


Gambar 3.1 Proses Analisis Data ...................................................................... 43
Gambar 4.1 Poster Gejala Dini Pneumonia. ..................................................... 64
Gambar 4.2 Poster Gejala Pneumonia Pada Balita. .......................................... 64
Gambar 4.3 Brosure Pneumonia. ...................................................................... 68
Gambar 4.4 Dukungan Kebijakan Etika Batuk. ................................................ 71
Gambar 4.5 Dukungan Kebijakan Pemberian Asi Eksklusif. ........................... 71
Gambar 4.6 Dukungan Kebijakan Pemberian Imuniasasi. ............................... 72
Gambar 4.7 Kondisi Tempat Penampungan Air. .............................................. 79

xi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Alur Fikir ......................................................................................... 39

xii
DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Aquired Immunodeficiency Syndrome

ASI : Air Susu Ibu

CTPS : Cuci Tangan Pakai Sabun

GAPPD : Global Action Plan for Pneumonia and Diarrhoe

HIV : Human Immuno deficiency Virus

ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Akut

NEA : National Education Association

RSV : Respiratory Syncytial Virus

TBC : Tuberculosis

TTDK : Tarikan Dinding Dada Bagian Bawah Kedalam

UNICEF : United Nations Children’s Fund

WHO : World Health Organization

xiii
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pneumonia adalah pembunuh utama balita di dunia yang lebih banyak
dibandingkan dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak.
Persentasenya yaitu 19% dari semua penyebab kematian balita, kemudian
disusul diare 17%, sehingga World Health Oganization (WHO) menyebutnya
sebagai pneumonia is the leading killer of children worldwide. Setiap tahun di
dunia diperkirakan lebih dari 2 juta balita meninggal karena pneumonia (1
balita/20 detik) dari 9 juta total kematian balita. Diantara lima kematian
balita, satu disebabkan oleh pneumonia, namun tidak banyak perhatian
terhadap penyakit ini sehingga pneumonia disebut juga pembunuh balita yang
terlupakan atau the forgotten killer of children. Pneumonia merupakan
penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang mengenai jaringan paru
(alveoli). Penyakit ini ditandai dengan adanya batuk dan atau kesukaran
bernapas yang disertai pula napas sesak atau tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam. Pneumonia yang terjadi sebagian besar disebabkan oleh
mikroorganisme (virus atau bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh
faktor lain, seperti: kondisi lingkungan, sosial, ekonomi, adat istiadat,
malnutrisi, dan imunisasi( Efni, dkk.2016).
Menurut WHO (2017) dalam Kemenkes RI (2018) Pneumonia adalah
penyebab infeksi tunggal terbesar pada anak-anak di seluruh dunia.
Pneumonia membunuh 920.136 anak di bawah usia 5 tahun. Dari 5,9 juta
anak meninggal terhitung 16% diantaranya karena pneumonia tahun 2015
atau lebih dari 2.500 per hari, atau di perkirakan 2 anak balita meninggal
setiap menit. Pneumonia menyerang anak-anak dan keluarga di mana-mana,
tetapi paling umum di Asia Selatan dan Afrika sub-Sahara. Anak-anak dapat
dilindungi dari pneumonia, dapat dicegah dengan intervensi sederhana, dan
dirawat dengan biaya rendah, pengobatan dan perawatan berteknologi rendah.
Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 3
setelah kardiovaskuler dan TBC. Faktor sosial ekonomi yang rendah
2

mempertinggi angka kematian. Kasus pneumonia ditemukan paling banyak


meyerang anak balita. Berdasarkan data dan informasi profil kesehatan RI
menyebutkan prevelensi dari pneumonia pada balita tahun 2016 adalah 57,84
% (503.378 kasus) dan mengalami penurunan pada tahun 2017 menjadi
46,34% (447.431 kasus) kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2018
smenjadi 478.078 kasus.
Berdasarkan data Laporan Rutin Subdit ISPA Tahun 2017, didapatkan
insiden (per 1000 balita) di Indonesia sebesar 20,54.Salah satu upaya yang
dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini yaitu dengan meningkatkan
penemuan pneumonia pada balita. Perkiraan kasus pneumonia secara nasional
sebesar 3,55% namun angka perkiraan kasus pneumonia di masing-masing
provinsi menggunakan angka yang berbeda-beda sesuai angka yang telah
ditetapkan (Kemenkes RI, 2018).
Di Kalimantan Timur Presentase kasus pneumonia balita yang
ditemukan dan ditangani tertinggi pada kota Bontang sebesar 138,9% dan
kota Balikpapan sebesar 92,155%. Berdasarkan profil Kesehatan provinsi
Kalimantan Timur 2018 penemuan kasus Pneumonia pada balita di Provinsi
Kalimantan Timur pada tahun 2016 Sebanyak 7.322 kasus dan mengalami
penurunan pada tahun 2017 sebanyak 6.780 kasus, kemudian kembali
mengalami penurunan pada tahun 2018 sebanyak 5.860 kasus. Rendahnya
penemuan kasus disebabkan belum diketahuinya dengan baik penetapan
diagnose Pneumonia oleh petugas kesehatan, disamping kelengkapan laporan
dari Kabupaten/Kota yang masih rendah, serta pelaporan kasus yang masih
hanya bersumber dari Puskesmas, kerjasama Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit
Swasta dan yang lainnya termasuk Klinik, Balai Pengobataan dan lain-lain,
belum terjalin dengan baik sehingga diduga masih banyak kasus Pneumonia
yang yang dirawat dan tidak terlaporkan.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Samarinda Cakupan
penemuan kasus pneumonia pada tahun 2016 sebanyak 1383 dan mengalami
penurunan pada tahun 2017 sebanyak 1662 kasus, kemudian kembali
3

mengalami penurunan pada tahun 2018 sebanyak 1061 kasus. Menurut Profil
Kesehatan Kota samarinda 2017 Salah satu upaya yang dilakukan untuk
mengendalikan penyakit pneumonia, yaitu dengan meningkatkan penemuan
penderita pada balita. Perkiraan kasus pneumonia pada balita di suatu wilayah
tertentu sebesar 10 % dari jumlah balita di wilayah tersebut. Penemuan dan
penanganan pneumonia pada balita di kota Samarinda pada tahun 2016
cakupannya sebesar 49,9 %, dengan kasus terbanyak ditemukan di wilayah
kecamatan Sungai Kunjang, menyusul kemudian terbanyak kedua berada di
kecamatan Samarinda Utara. Penemuan kasus paling sedikit ada di kecamatan
Sungai Pinang. Jumlah penderita pneumonia pada balita laki-laki lebih
banyak dibanding jumlah penderita yang berjenis kelamin perempuan.
Pusekesmas Palaran merupakan salah satu puskesmas yang berada di
kota Samarinda diwilayah kecamatan Palaran. Data kasus pneumonia pada
balita di Puskesmas Palaran tahun 2016 sebanyak 94 kasus dan mengalami
penurunan pada tahun 2017 sebanyak 86 kasus, sedangkan pada tahun 2018
mengalami peningkatan sebanyak 196 kasus pada. Dipuskesmas Sempaja
pneumonia pada balita masih termasuk dalam kategori 10 besar penyakit
terbesar dipuskesmas.
Promosi Pemberantasan Penyakit ISPA – Pneumonia di Indonesia
mencakup kegiatan advokasi, bina suasana dan gerakan masyarakat. Tujuan
yang diharapkan dari kegiatan ini secara umum adalah meningkatnya
pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat dalam upaya penanggulangan
Pneumonia Balita. Sasaran promosi mencakup sasaran primer (ibu Balita dan
keluarganya), sasaran sekunder (petugas kesehatan dan petugas lintas
program serta sasaran tersier (pengambil keputusan) (Labongkeng, 2008).
Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan bina suasana
melalui menciptakan iklim dan suasana fisik misalnya dengan pemutaran film
kesehatan seperti pneumonia, pemasangan-pemasangan poster, spanduk dan
lain-lain. Dalam hal ini diperlukan langkah-langkah lebih positif yang dapat
membangkitkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terlebih pada ibu
balita penderita pneumonia (Rodiah, dkk, 2016)
4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah
yang dapat tarik untuk penelitian ini adalah Bagaimana analisis kejadian
penumonia pada balita berdasarkan pendekatan bina suasana di Wilayah
KerjaPuskesmas Palaran Kota Samarinda tahun 2019.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Analisis Pneumonia Pada Balita Berdasarkan Pendekatan Bina Suasana di
Wilayah Kerja Puskesmas Palaran Kota Samarinda Tahun 2019 ?
2. Tujuan Khusus
a. Analisis Ajakan Kesehatan untuk Pneumonia pada Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Palaran Kota Samarinda Tahun 2019.
b. Analisis Dukungan Kebijakan yang Berkaitan dengan Pneumonia pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran Kota Samarinda Tahun
2019.
c. Analisis Partisipasi Masyarakat untuk Pneumonia pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Palaran Kota Samarinda Tahun 2019.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti terkait bina suasana
untuk pneumonia pada balita.
2. Bagi Puskesmas Palaran
Penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan pertimbangan bagi tenaga
kesehatan untuk menginformasikan hal-hal yang berhubungan dengan
Analisis Kejadian Pneumonia pada Balita berdasarkan pendekatan bina
suasana.
3. Bagi isntitusi Pendidikan (Kampus)
Sebagai referensi bagi perpustakaan dan sebagai bahan acuan ataupun
pedoman bagi peneliti selanjutnya.
5

4. Bagi Masyararakat (Informan)


Dapat di jadikan sumber informasi untuk menambah pengetahuan
masyarakat tentang penerapan bina suasana untuk pneumonia pada
balita.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pneumonia
1. Pengertian Pneumoia
Pneumonia adalah penyakit yang disebabkan kuman
pneumococcus, staphylococcus, streptococcus, dan virus. Gejala penyakit
pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit kepala, batuk, mengeluarkan
dahak, dan sesak napas. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah
anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan
orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi)
(Kemenkes RI, 2015).
Terjadinya pneumonia ditandai dengan gejala batuk dan atau
kesulitan bernapas seperti napas cepat, dan tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam. Pada umumnya, pneumonia dikategorikan dalam
penyakit menular yang ditularkan melalui udara, dengan sumber
penularan adalah penderita pneumonia yang menyebarkan kuman dalam
bentuk droplet ke udara pada saat batuk atau bersin. Untuk selanjutnya,
kuman penyebab pneumonia masuk ke saluran pernapasan melalui proses
inhalasi (udara yang dihirup), atau dengan cara penularan langsung, yaitu
percikan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin, dan
berbicara langsung terhirup oleh orang di sekitar penderita, atau
memegang dan menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran
pernapasan penderita (Anwar dan Dharmayanti, 2014).Terdapat 3
intervensi sederhana namun efektif jika dilaksanakan secara tepat dan
dapat menurunkan beban penyakit pneumoni pada balita yaitu :
a. Lindungi (protect) melalui pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
dan dilanjutkan dengan pemberian makanan tambahan padat bergizi
sampai umur 2 tahun, Perbaikan gizi pada bayi dan balita sehingga
tidak mengalami malnutrisi
7

b. Cegah (prevent) melalui vaksinasi batuk rejan/pertusis, campak , Hib,


pneumokokus, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, khususnya cuci tangan
pakai sabun (CTPS) dan menerapkan etika batuk yang benar;
c. Menurunkan polusi udara khususnya dalam ruangan. Obati (treat)
melalui deteksi dini dan pengobatan yang adekuat (Kemenkes RI, 2018).
2. Hubungan Ispa dengan Pneumonia
Menurut Mardjanis dalam Fidarani (2017) Ispa dan pneumonia
sangat erat hubungannya terutama pada balita. Ispa dapat berlanjut
menjadi pneumonia. Hal tersebut dapat terjadi pada balita terutama pada
balita yang mengalami gizi kurang atau buruk dan didukung oleh keadaan
lingkungan yang tidak higenis.
Pada balita yang menderita ispa perlu mendapatkan penanganan
yang lebih cepat, agar penyakit tersebut tidak berlanjut menjadi
pneumonia. Sejalan dengan hubungan ispa dengan pneumonia,ruang
lingkup pengendalian ispa pada balita pada awalnya oleh menteri
kesehatan adalah terfokus pada pneumonia (Kemenkes RI, 2011).
3. Epidemiologi Pneumonia pada Balita
Pneumonia pada balita terjadi apabila ada ketidakseimbangan
antara host, agent dan environment. Gangguan terhadap mekanisme
pertahanan paru memudahkan mikroorganisme mencapai dan merusak
saluran pernapasan bagian bawah dan menimbulkan respon inflamasi
yang berakibat terganggunya proses difusi, menyebabkan gangguan
pertukaran gas sehingga berakibat terjadinya hipoksia dan pada keadaan
yang berat menyebabkan gagal napas (Handayani, 2016).
Pneumonia menjadi salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan
akut bagian bawah yang menjadi penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak berusia dibawah lima tahun terutama di negara yang
sedang berkembang. Kematian balita di Indonesia yang disebabkan
penyakit respiratori yang terutama adalah pneumonia (Efni, dkk, 2016).
Banyak faktor yang berkontribusi terhadap kejadian pneumonia dan tidak
8

ada intervensi tunggal yang secara efektif dapat mencegah, mengobati dan
mengendalikan (Kemenkes RI, 2018).
Pneumonia adalah pembunuh utama balita di dunia yang lebih
banyak dibandingkan dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan
campak. Persentasenya yaitu 19% dari semua penyebab kematian balita,
kemudian disusul diare 17%, sehingga World Health Oganization (WHO)
menyebutnya sebagai pneumonia is the leading killer of children
worldwide. Setiap tahun di dunia diperkirakan lebih dari 2 juta balita
meninggal karena pneumonia (1 balita/20 detik) dari 9 juta total kematian
balita. Diantara 5 kematian balita, 1 disebabkan oleh pneumonia, namun
tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini sehingga pneumonia disebut
juga pembunuh balita yang terlupakan atau the forgotten killer of children
(Efni, dkk, 2016).
4. Etiologi Pneumonia Pada Balita
Dari studi mikrobiologik ditemukan penyebab utama bakteriologik
pneumonia anak-balita adalah Streptococcus pneumoniae/pneumococcus
(30-50 % kasus) dan Hemo philus influenzae type b/Hib (10-30% kasus),
diikuti Staphylococcus aureus dan Klebsiela pneumoniae pada kasus
berat. Bakteri lain seperti Mycoplasma pneumonia, Chlamydia spp,
Pseudomonas spp, Escherichia coli (E coli) juga menyebabkan
pneumonia. Pneumonia pada neonatus banyak disebabkan oleh bakteri
Gram negatif seperti Klebsiella spp, E coli di samping bakteri Gram
positif seperti S pneumoniae, grup b streptokokus dan S aureus.
Penyebab utama virus adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV)
yang mencakup 15-40% kasus diikuti virus influenza A dan B,
parainfluenza, human metapneumovirus dan adenovirus. Nair, et al 2010
melaporkan estimasi insidens global pneumonia RSV anak-balita adalah
33.8 juta episode baru di seluruh dunia dengan 3.4 juta episode
pneumonia berat yang perlu rawat-inap. Diperkirakan tahun 2005 terjadi
kematian 66.000 -199.000 anak balita karena pneumonia RSV, 99% di
antaranya terjadi di negara berkembang. Data di atas mempertegas
9

kembali peran RSV sebagai etiologi potensial dan signifikan pada


pneumonia anak-balita baik sebagai penyebab tunggal maupun bersama
dengan penyebab bakteri lain.
Pada dekade terakhir ini epidemi infeksi Human Immuno
deficiency Virus (HIV) berkontribusi meningkatkan insidens dan
kematian pneumonia. Penyebab utama kema tian pneu monia anak
dengan infeksi HIV adalah karena infeksi bakteri namun sering ditemukan
patogen tambahan seperti Pneumocystis jirovici (dulu Pneumocystis
carinii). Di samping itu M tuberculosis tetap merupakan penyebab
penting pneumonia pada anak terinfeksi HIV (Buletin Pneumonia, 2010).
5. Tanda dan Gejala
Terjadinya pneumonia ditandai dengan gejala batuk dan atau
kesulitan bernapas seperti napas cepat, dan tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam. Pada umumnya, pneumonia dikategorikan dalam
penyakit menular yang ditularkan melalui udara, dengan sumber
penularan adalah penderita pneumonia yang menyebarkan kuman dalam
bentuk droplet ke udara pada saat batuk atau bersin. Untuk selanjutnya,
kuman penyebab pneumonia masuk ke saluran pernapasan melalui proses
inhalasi (udara yang dihirup), atau dengan cara penularan langsung, yaitu
percikan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin, dan
berbicara langsung terhirup oleh orang di sekitar penderita, atau
memegang dan menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran
penapasan penderita (Anwar dan Dharmayanti, 2014).
Menurut Sundari (2014) dalam Handriana (2018) bahwa
Pneumonia dapat terjadi melalui aspirasi kuman atau penyebaran
langsung kuman dari saluran respiratorik atas. Hanya sebagian kecil
merupakan akibat sekunder dari viremia/bakteremia atau penyebaran dari
infeksi intra abdomen. Dalam keadaan normal saluran respiratorik bawah
mulai dari sublaring hingga unit terminal adalah steril. Paru terlindung
dari infeksi melalui beberapa nmekanisme termasuk barier anatomi dan
barier mekanik, juga sistem pertahanan tubuh lokal maupun sistemik. Bila
10

sistem pertahanan tidak adekuat, maka kuman akan dapat berkembang


biak secara cepat sehigga terjadi peradangan di saluran pernafasan atau
berkembang menjadi pneumonia. Menurut WHO (2006) dalam Widayat
(2014) bahwa Gejala umum pada anak-anak maupun bayi yang terinfeksi
pneumonia biasanya berupa sulit atau cepat bernafas, batuk, menggigil,
sakit kepala, kehilangan nafsu makan serta demam.
6. Faktor yang mempengaruhi pneumonia pada Balita
Menurut Masrizal et.al (2017) secara epidemiologi penyakit timbul karena
tiga faktor yaitu Host, Agent dan Environment. Selain itu ada empat
faktor yang menyebabkan timbulnya sebuah penyakit yaitu faktor
lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor
genetik atau keturunan.
A. Environment
1) Lingkungan Fisik
a) Kepadatan Hunian
Kepadatan hunian berpengaruh terhadap kejadian pneumonia, hunian
yang tidak memenuhi syarat akan berpengaruh terhadap jumlah koloni
kuman penyebab penyakit menular seperti saluran pernafasan. Pada
rumah yang kecil, penghuni banyak akan mempengaruhi kualitas
udara di dalam rumah. Rumah yang padat penghuni memungkinkan
penularan bakteri, virus penyebab penyakit pneumonia melalui
pernapasan dari penghuni rumah yang satu ke penghuni rumah
lainnya dengan mudah dan cepat.
b) Ventilasi
Ventilasi adalah usaha untuk memenuhi kondisi atmosfer yang
menyenangkan dan menyehatkan manusia. Ventilasi digunakan untuk
pergantian udara. Hawa segar diperlukan dalam rumah guna
mengganti udara ruangan yang sudah terpakai. Udara segar diperlukan
untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan.
Ventilasi berhubungan dengan aliran udara didalam rumah. Ventilasi
rumah berfungsi untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah
11

tetap segar berarti keseimbangan O2 yang diperlukan penghuni akan


terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan O2 rendah, dan CO2
tinggi di dalam rumah (ventilasi berbanding lurus dengan
kelembaban). Fungsi ventilasi yang lain adalah untuk membebaskan
udara ruangan dari bakteri patogen, dan agar ruangan rumah selalu
dalam kelembaban yang optimum
c) Suhu
Suhu udara dapat mempengaruhi konsentrasi pencemar udara, sesuai
dengan keadaan cuaca tertentu. Suhu udara yang tinggi menyebabkan
udara makin renggang sehingga konsentrasi pencemar menjadi
rendah. Sebaliknya pada suhu yang dingin keadaan udara makin padat
sehingga konsentrasi pencemar di udara makin tinggi. Suhu
bergantung pada musim dan kondisi geografis setempat. Suhu dalam
rumah dipengaruhi oleh suhu udara luar, pergerakan udara, dan
kelembaban ruangan. Suhu juga berkaitan dengan ventilasi, Ventilasi
yang kurang menyebabkan berkurangnya kadar oksigen,
bertambahnya kadar karbon dioksida,adanya bau pengap dan suhu
udara ruangan naik. Untuk mendapatkan suhu yang ideal yaitu dapat
dilakukan dengan membuka jendela saat pagi dan siang
d) Kelembaban
Rumah yang lembab merupakan media yang baik bagi pertumbuhan
mikroorganisme antara lain bakteri, spiroket, ricketsia, dan virus.
Mikroorganisme tersebut dapat masuk kedalam tubuh melalui udara.
Kelembaban di luar rumah secara alami dapat mempengaruhi
kelembaban di dalam rumah. Ruang yang lembab memungkinkan
tumbuhnya mikroorganisme patogen, salah satunya mikroorganisme
penyebab pneumonia.
e) Pencahayaan
Cahaya matahari sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama
bagi kesehatan. Selain untuk penerangan cahaya matahari juga dapat
mengurangi kelembaban ruang, mengusir nyamuk, membunuh kuman
12

penyakit tertentu seperti ISPA, TBC, influenza, penyakit mata dan


lain-lain
2) Lingkungan Sosial
a) Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan individu atau masyarakat. Pendidikan tidak secara
langsung berpengaruh dalam timbulnya penyakit pneumonia namun
kemampuan individu dalam menyerap informasi serta berfikir secara
rasional dalam menanggapi suatu masalah yang dihadapi dipengaruhi oleh
pendidikan. Semakin tinggi pendidikan ibu semakin mudah ibu menyerap
informasi yang berkaitan dengan pneumonia pada bayi dan anak
balitanya. Tingkat pengetahuan ibu sangat berperan besar terhadap
kejadian pneumonia pada balita. Hal ini berkaitan dengan perilaku ibu
dalam memberikan makanan yang memadai dan bergizi kepada anaknya
serta perilaku ibu dalam pertolongan, perawatan, peng-obatan, serta
pencegahan pneumonia.
b) Pekerjaan Ibu
Pekerjaan ibu berkaitan dengan banyaknya waktu yang dihabiskan ibu
dalam mengamati pertumbuhan dan perkembangan balita. Selain itu
perkerjaa ibu berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi keluarga. Kondisi
sosial ekonomi keluarga yang rendah menyebabkan gizi buruk yang dapat
mengakibatkan rentannya anak terinfeksi pneumonia.
c) Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi mempengaruhi keadaan gizi, anak dengan kemiskinan
yang tinggi maka akan menderita gizi buruk. Kemiskinan akan
mempengaruhi status gizi anak. Sosial ekonomi memiliki hubungan
secara resiko 1,14 kali untuk menderita gizi kurang (95%CI: 0.89_1.)
13

B. Host
1. Umur
Balita merupakan usia rentan terinfeksi pneumonia. Dalam penentuan
klasifikasi penyakit dibedakan atas 2 kelompok yaitu kelompok umur 1-4
tahun dan 5-9 tahun. Pada usia sangat mudah lebih rentan terhadap
penyakit ini disebabkan pertumbuhan daya tahan tubuh belum sempurna.
2. Status Gizi
Status gizi berkaitan dengan imunitas tubuh balita terhadap berbagai
macam penyakit. Balita dengan gizi kurang rentan terinfeksi pneumonia.
penelitian yang dilakukan di provinsi Nusa Tenggara Barat, karakteristik
balita dengan pneumonia diketahui Status gizi (kriteria Waterlow)
penderita adalah obesitas pada 37 anak (15,1%), overweight pada 29 anak
(11,8%), 97 anak bergizi normal (39,6%), malnutrisi ringan didapatkan
pada 50 anak (20,4%), malnutrisi sedang 21 anak (8,6%) dan malnutrisi
berat 11 anak (4,5%).
3. Status Imunisasi
Pemberian imunisasi dapat menurunkan risiko untuk terkena pneumonia.
Imunisasi yang berhubungan dengan kejadian penyakit pneumonia adalah
imunisasi pertusis (DTP), campak, Haemophilus influenza, dan
pneumokokus.
4. Pemberian Asi Eksklusif
Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu
setidaknya selama 6 bulan, dan setelah 6 bulan bayi mulai diperkenalkan
dengan makanan padat. Sistem pertahanan tubuh balita akan berusaha
mempertahankan atau melawan benda asing yang masuk kedalam tubuh,
sistem pertahanan tubuh yang paling baik diperoleh dari ASI. ASI
memberikan proteksi pasif kepada tubuh balita untuk menghadapi
patogen yang masuk kedala tubuh. Pemberian ASI secara ekslusif dapat
mencegah pneumonia oleh bakteri dan virus.
14

5. Pemberian Vitamin A
Vitamin A bermanfaat untuk meningkatkan imunitas dan melindungi
saluran pernapasan dari infeksi kuman.Vitamin A dapat melindungi tubuh
dari infeksi organisme asing, seperti bakteri patogen. Mekanisme
pertahanan ini termasuk ke dalam sistem imun eksternal, karena sistem
imun ini berasal dari luar tubuh. Vitamin ini akan meningkatkan aktivitas
kerja dari sel darah putih dan antibodi di dalam tubuh sehingga tubuh
menjadi lebih resisten terhadap senyawa toksin maupun terhadap
serangan mikroorganisme parasit, seperti bakteri patogen dan virus
C. Agent
Berbagai macam bakteri, virus, mikroplasma dan protozoa dapat
menyebabkan pneumonia. Bakteri penyebab Pneumonia misalnya dari genus
Streptococcus, Staphylococus, Pneumococus, Haemophylus, Bordetella ,dan
Corynobacterium. Sedangkan virus penyebab ISPA seperti pada golongan
Mycovirus, Adenovirus, Coronavirus, Pikornavirus, Mycoplasma, dan
Herpesvirus dan lain-lain.
7. Klasifikasi Peumonia pada Balita
Pneumonia pada balita diklasifikasikan sesuai dengan gejala atau
tanda dan akan diberikan tindakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kondisi
balita tersebut. Menurut Kemenkes RI (2015) berikut adalah klasifikasi
pneumonia pada balita yang berumur 2 bulan sampai dengan 59 bulan, antara
lain :
1. Pneumonia Berat
Pneumonia berat adalah seorang anak yang melakukan pemeriksaan,
ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah kedalam (TTDK) atau
saturasi oksigen <90 pada balita.
2. Pneumonia Ringan
Pneumonia ringan adalah seorang anak yang melakukan pemeriksaan tidak
ditemukan adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam (TTDK),
namun ditemukannya napas cepat 50 × / menit atau lebih pada anak umur 2
bulan sampai dengan umur 12 bulan, dan 40 × / menit atau lebih pada anak
15

umur 12 bulan samapai dengan umur 59 bulan.Sebagian besar anak yang


menderita pneumonia tidak akan menjadi pneumonia berat jika
mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat
3. Batuk Bukan Pneumonia
Batuk bukan pneumonia adalah seorang yang melakukan pemeriksaan tidak
ditemukan adanya tarikan dinding dada bagian bawah, tidak mengalami
napas cepat, frekuensi napas kurang 50 × / menit pada anak yang berumur 2
bulan sampai dengan 12 bulan dan kurang dari 40 × / menit pada anak yang
berumur 12 bulan sampai dengan anak yang berumur 59 bulan.
8. Pencegahan Pneumonia pada Balita
Upaya pencegahan merupakan komponen strategis pemberantasan
pneumonia pada anak terdiri dari pencegahan melalui imunisasi dan non-
imunisasi. Imunisasi terhadap patogen yang bertanggung jawab terhadap
pneumonia merupakan strategi pencegahan spesifik. Pencegahan non-imunisasi
merupakan pencegahan non-spesifik misalnya mengatasi berbagai faktor-risiko
seperti polusi udara dalam-ruang, merokok, kebiasaan perilaku tidak
sehat/bersih, perbaikan gizi dan dan lain-lain(Buletin pneumonia, 2010).
Mencegah pneumonia pada anak-anak adalah komponen penting dari
strategi untuk mengurangi kematian anak. Imunisasi terhadap Hib,
pneumokokus, campak dan batuk rejan (pertusis) adalah cara paling efektif
untuk mencegah pneumonia. Nutrisi yang memadai adalah kunci untuk
meningkatkan pertahanan alami anak-anak, dimulai dengan pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan. Selain efektif mencegah
pneumonia, juga membantu mengurangi lama penyakit jika seorang anak jatuh
sakit. Mengatasi faktor-faktor lingkungan seperti polusi udara dalam ruangan
(dengan menyediakan tungku dalam ruangan yang bersih dan terjangkau,
misalnya) dan mendorong kebersihan yang baik di rumah-rumah yang ramai
juga mengurangi jumlah anak yang terserang pneumonia (Who 2016).
Menurut Kartasasmita (2010) dalam Fidarani (2017), selain menghindarkan
atau mengurangi faktor resiko,pencegahan juga dapat dilakukan melalui
pendekatan komunitas, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan, perbaikan
16

gizi, pelatihan petugas kesehatan dalam diagnosis dan penatalaksanaan yang


benar dan efektif. Upaya pencegahan merupakan komponen strategis
pemeberantasan pneumonia pada anak terdiri dari pencegahan melalui
imunisasi dan nonimunisasi. Imunisasi terhadap patogen yang bertanggung
jawab terhadap pneumonia merupakan strategei pencegahan yang spesifik.
Penyuluhan kesehatan masyarakat dianggap sebagai upaya yang paling
penting dalam pengendalian pneumonia dan tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan penatalaksanaan kasus dan perbaikan kesehatan lingkungan. Sasaran
dari penyuluhan kesehatan adalah ibu dan pengasuh balita sebagai sasaran
primer sedangkan sasaran sekunder adalah petugas kesehatan, kader posyandu,
pengambil keputusan, perencana, pengelola program serta sektor lain yang
terkait. Tujuan dari promosi kesehatan adalah mengupayakan agar masyarakat
mengambil perilaku sehingga sesuai dengan syarat-syarat kesehatan (Indrayani,
2017).
WHO dan UNICEF terintegrasi oleh Global perencanaan tindakan untuk
pneumonia dan diare (GAPPD) bertujuan untuk mempercepat pengendalian
pneumonia dengan kombinasi intervensi untuk melindungi, mencegah, dan
mengobati pneumonia pada anak-anak dengan tindakan untuk: melindungi
anak-anak dari pneumonia termasuk mempromosikan pemberian ASI eksklusif
dan pemberian makanan pendamping yang memadai, mencegah pneumonia
dengan vaksinasi, mencuci tangan dengan sabun, mengurangi polusi udara
rumah tangga, pencegahan HIV dan profilaksis kotrimoksazol untuk anak yang
terinfeksi dan terpajan HIV. Mengobati pneumonia yang berfokus untuk
memastikan bahwa setiap anak yang sakit memiliki akses ke jenis perawatan
yang tepat - baik dari petugas kesehatan berbasis masyarakat, atau di fasilitas
kesehatan jika penyakitnya parah dan bisa mendapatkan antibiotik dan oksigen
yang mereka butuhkan untuk sembuh (WHO, 2012).
17

B. Balita
1. Pengertian Balita
Balitaadalah individu atau sekelompok individu dari suatu penduduk
yang berada dalam rentang usia tertentu. Balita juga merupakan salah satu
periode usia manusia setelah bayi. Rentang usia balita dimulai dari dua
sampai dengan lima tahun, atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu
usia 24-60 bulan. Balita merupakan generasi yang perlu mendapatkan
perhatian, karena balita merupakan generasi menerus dan modal dasar
untuk kelangsungan hidup bangsa, balita amat peka terhadap penyakit,
tingkat kematian balita sangat tinggi (Aderiani & Wirajatmadi, 2012).
Balita diharapkan tumbuh dan berkembang dalam keadaan sehat
jasmani, sosial dan bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.
Masalah kesehatan balita merupakan masalah nasional, mengingat angka
kesakitan dan angka kematian pada balita masih cukup tinggi. Angka
kesakitan mencerminkan keadaan yang sesungguhnya karena penyebab
utamanya berhubungan dengan faktor lingkungan dan lainnya (Adriani &
Wirajatmadi, 2012).
C. Bina Suasana
1. Pengertian Bina Suasana
Bina Suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku
yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan
sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di
rumah, organisasi siswa/mahasiswa, serikat pekerja/ karyawan, orang-
orang yang menjadi panutan/idola, kelompok arisan, majelis agama dan
lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung
perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk memperkuat proses
pemberdayaan, khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari
fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan bina suasana (Kemenkes RI, 2011).
Bina suasana (dukungan sosial/social support) adalah sebuah
kegiatan dengan tujuan untuk mencari dukungan dari berbagai elemen
18

(tokoh-tokoh masyarakat) untuk menjembatani antara pelaksana program


kesehatan dengan masyarakat sebagai penerima program kesehatan
tersebut. Strategi ini dapat disebut sebagai upaya bina suasana atau
membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Sasaran utama
dukungan sosial atau bina suasana ini adalah para tokoh masyarakat di
berbagai tingkat (sasaran sekunder), sedangkan untuk sasaran dukungan
sosial atau bina suasana lainnya terdiri dari kelompok peduli kesehatan,
para pemuka agama, tenaga profesional kesehatan, institusi pelayanan
kesehatan, organisasi massa, tokoh masyarakat, kelompok media massa
dan lembaga swadaya masyarakat (Setyabudi dan Dewi, 2017).
Strategi bina suasana perlu ditetapkan untuk menciptakan norma-
norma dan kondisi/situasi kondusif dimasyrakat dalam mendukung
perilaku hidup bersih dan sehat. Bina suasana sering dikaitkan dengan
pemasaran sosial dan kampanye. Namun perlu diperhatikan bahwa bina
suasana dimaksud untuk menciptakan suasana yang mendukung,
menggerakan masyarakat secara pasrtisipatif dan kemitraan. Strategi bina
suasana dapat dilakukan melalui :
1. Pengembangan potensi budaya masyarakat dengan mengembangkan
kerja sama lintas sektor termasuk organisasi kemasyarakatan,
keagamaan, pemuda, wanita serta kelompok media massa.
2. Pengembangan penyelenggaraan penyuluhan, mengembangkan media
dan sarana, mengembangkan metode dan teknik serta hal lain yang
mendukung penyelenggaraan penyuluhan.
2. Tujuan Bina Suasana
tujuan utama dari kegiatan bina suasana/dukungan sosial (Social
Support) ini adalah pertama tersedianya anjuran dan contoh positif dari
para petugas kesehatan atau pemuka masyarakat. Kedua agar kegiatan
atau program kesehatan memperoleh dukungan dari tokoh masyarakat
(toma) dan tokoh agama (toga) dan selanjutnya toma dan toga diharapkan
dapat menjembatani antara pengelola program kesehatan dengan
masyarakat (Susilowati, 2015).
19

3. Bentuk Penerapan Bina Suasana Di Masyarakat


Menurut Setyabudi dan Dewi (2017) Adapun bentuk-bentuk
dukungan sosial yang dilaksanakan di masyarakat adalah sebagai berikut.
a. Bina Suasana Individu
Bina suasana individu ini dilakukan oleh individu tokoh-tokoh
masyarakat. Para tokoh masyarakat ini menjadi individu-individu
yang menjadi panutan dalam hal mempraktikan program kesehatan
yang sedang diperkenalkan. Mereka juga diharapkan dapat menjadi
individu-individu panutan dalam hal perilaku yang sedang
diperkenalkan dengan bersedia atau mau mempraktikkan perilaku
yang sedang diperkenalkan tersebut misalnya seorang pemuka agama
yang rajin melaksanakan 3M yaitu Menguras, Menutup dan
Mengubur demi mencegah munculnya wabah demam berdarah. Lebih
lanjut bahkan diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan
turut menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang
kondusif bagi perubahan perilaku individu.
b. Bina Suasana Kelompok
Bina suasana kelompok dilakukan oleh para kelompok-kelompok
yang ada didalam masyarakat, seperti ketua RT, RW, karang taruna,
serikat pekerja dan lain sebagainya. Dalam hal ini, kelompok-
kelompok tersebut menjadi kelompok yang peduli dengan program
kesehatan yang sedang diperkenalkan dan setuju atas program
kesehatan tersebut serta mendukung program kesehatan tersebut.
Bentuk dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut lalu bersedia
juga mempraktikan perilaku yang sedang diperkenalkan,
mengadvokasi pihak-pihak yang terkait, dan atau melakukan kontrol
sosial terhadap individu-individu anggotanya.
c. Bina Suasana Publik
Bina suasana publik dilakukan oleh masyarakat umum melalui
pemanfaatan media-media komunikasi yang ada. Sebagai contoh
radio, TV, koran, majalah, websites, dan lain sebagainya. Dalam hal
20

ini, media massa yang ada peduli serta menjadi pendukung dalam
program kesehatan yang sedang diberlakukan atau diperkenalkan.
Suasana atau pendapat umum yang positif ini dirasakan sebagai
pendukung atau penekan (social presurre) oleh individu-individu
anggota masyarakat, sehingga mereka mau melaksanakan perilaku
yang sedang diperkenalkan.
d. Ajakan Kesehatan (Komunikasi kesehatan)
1. Pengertian Komunikasi Kesehatan
Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk
mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat, dengan
menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik
menggunakan komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa.
Tujuan utama komunikasi kesehatan adalah perubahan perilaku kesehatan
masyarakat. Dan selanjutnya perilaku masyarakat yang sehat tersebut
akan berpengaruh kepada meningkatnya derajat kesehatan masyarakat
(Notoatmodjo, 2012).
Komunikasi kesehatan mencakup pemanfaatan jasa komunikasi
untuk menyampaikan pesan dan mempengaruhi proses pengambilan
keputusan yang berhubungan dengan upaya peningkatan dan pengelolaan
kesehatan oleh individu maupun komunitas masyarakat. Selain itu,
komunikasi kesehatan juga meliputi kegiatan menyebarluaskan informasi
tentang kesehatan kepada masyarakat agar tercapai perilaku hidup sehat,
menciptakan kesadaran, mengubah sikap dan memberikan motivasi pada
individu untuk mengadopsi perilaku sehat yang direkomendasikan
menjadi tujuan utama komunikasi kesehatan (Rahmadiana, 2012).
Komunikasi kesehatan memberi kontribusi dan menjadi bagian dari
upaya pencegahan penyakit serta promosi kesehatan. Komunikasi
kesehatan juga dianggap relevan dengan beberapa konteks dalam bidang
kesehatan, termasuk didalamnya 1) hubungan antara ahli medis dengan
pasien, 2) daya jangkau individu dalam mengakses serta memanfaatkan
informasi kesehatan, 3) kepatuhan individu pada proses pengobatan yang
21

harus dijalani serta kepatuhan dalam melakukan saran medis yang


diterima, 4) bentuk penyampaian pesan kesehatan dan kampanye
kesehatan 5) penyebaran informasi mengenai resiko kesehatan pada
individu dan populasi, 6) gambaran secara garis besar profil kesehatan di
media massa dan budaya, 7) pendidikan bagi pengguna jasa kesehatan
bagaimana mengakses fasilitas kesehatan umum serta sistem kesehatan
dan 8) perkembangan aplikasi program seperti telekesehatan
(Rahmadiana, 2012).
2. Bentuk Komunikasi Kesehatan
Notoatmodjo 2012 menyatakan bahwa bentuk komunikasi yang
sering digunakan dalam program-program kesehatan adalah komunikasi
antarpribadi (interpersonal comunication) dan komunikasi massa (mass
comunication).
a) Komunikasi Antarpribadi (Tatap Muka)
Notoatmodjo 2012 menyatakan bahwa bentuk komunikasi yang
sering digunakan dalam program-program kesehatan adalah komunikasi
antarpribadi (interpersonal comunication) dan komunikasi massa (mass
comunication). Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi langsung,
tatap muka antar satu orang dengan orang lain baik perorangan maupun
kelompok. Komunikasi ini tidak melibatkan kamera, artis, penyiar atau
penulis skenario. Komunikator langsung bertatap muka dengan
komunikan, baik secara individual maupun kelompok.
Di dalam pelayanan kesehatan, komunikasi antarpribadi ini terjadi
antara petugas kesehatan atau helath provider dengan clients, atau
kelompok masyarakat dan para anggota masyarakat. Komunikasi
antarpribadi merupakan pelengkap komunikasi massa. Artinya, pesan-
pesan kesehatan yang telah disampaikan lewat media massa (televisi,
radio, koran dan sebagainya) dapat ditindaklanjuti dengan melakukan
komunikasi pribadi, misalnya penyuluhan kelompok dan konseling
kesehatan. Komunikasi antarpribadi dapat efektif apabila memenuhi tiga
hal di bawah ini:
22

1) Emphaty, yakni menempatkan diri pada kedudukan orang lain (orang


yang diajak berkomunikasi).
2) Respect, terhadap perasaan dan sikap orang lain.
3) Jujur dalam menanggapi dalam menanggapi pertanyaan orang lain
yang diajak berkomunikasi.
Metode komunikasi antarpribadi yang paling baik adalah
konseling (councelling), karena didalam cara ini antara komunikator
atau konselor dengan komunikan atau klien terjadi dialog. Klien dapat
lebih terbuka menyampaikan masalah dan keinginan-keinginannya,
karena tidak ada pihak ketiga yang hadir (Notoadmodjo. 2012).
b) Komunikasi Massa
Komunikasi massa ialah penggunaan media massa untuk
menyampaikan pesan-pesan atau informasi kepada khalayak atau
masyarakat. Komunikasi dalam kesehatan masyarakat berarti
menyampaikan pesan-pesan kesehatan melalui berbagai media massa
(TV, radio, media cetak, dan sebagainya), dengan tujuan agar
masyarakat berperilaku hidup sehat.
Di dalam program pneumonia misalnya pesan-pesan yang
disampaikan antara lain: penyebab, penularan, penanggulangan penyakit
pneumonia, dan sebagainya kepada masyarakat agar :
1. mengetahui penyebab, cara pencegahan, cara penularan pneumonia,
tanda-tanda pneumonia, dan sebagainya ;
2. melakukan upaya-upaya untuk pencegahan pneumonia; melakukan
tindakan pengobatan yang tepat bila mereka atau keluarga mereka
menderita pneumonia.
3. mengetahui penyebab, cara pencegahan, cara penularan pneumonia,
tanda-tanda pneumonia, dan sebagainya ;
3. Komponen Komunikasi Kesehatan
Menurut Junaedi dan Sukomo (2018) bahwa Komponen komunikasi
kesehatan tak berbeda halnya dengan komponen komunikasi pada
umumnya. Komunikasi tidak hanya sebatas penyampaian pesan saja,
23

adanya umpan balik (feedback) atau respon dari penerima pesan


menandakan bahwa komunikasi dapat terjadi hanya jika memenuhi
komponen-komponen tertentu. Komunikasi juga merupakan suatu proses
yang tidak akan berjalan baik tentunya jika tidak memenuhi komponen-
komponen tersebut. Komponen komunikasi terssebut adalah sebagai
berikut :
1. Komunikator
Dalam komunikasi kesehatan, komunikator adalah orang atau lembaga
kesehatan yang menyampaikan pesan. Misalnya berisikan himbauan
untuk melakukan program KB.
2. Komunikan
Dalam komunikasi kesehatan istilah komunikan ialah sebagai orang
yang menerima pesan. Komunikan bisa berupa masyarakat yang
diberikan sosialisasi dari pihak lembaga kesehatan.
3. Pesan
Dalam komunikasi kesehatan, pesan adalah pernyataan yang didukung
oleh lambang yang mempunyai arti, contohnya slogan tentang hindari
pneumonia
4. Media
Media dalam komunikasi kesehatan ialah sebagai sarana atau saluran
yang mendukung proses penyampaian pesan. Media dalam komunikasi
kesehatan adadua yakni media (saluran) interpersonal dan kelompok.
Media bisa berupa cetak maupun elektronik yang biasa dilakukan
dengan kegiatan penyuluhan.
5. Gangguan atau hambatan (noise)
Gangguan dalam proses komunikasi dapat berupa gangguan fisik seperti
suara yang sangat keras, atau perilaku yang tidak biasa. Gangguan
dalam proses komunikasi juga dapat berupa gangguan mental ,
gangguan psikologis, ataupun semantik. Dalam proses komunnikasi
gangguan dapat berupa segala sesuatu yang dapat menganggu dalam
24

proses penerimaan, penafsiran, atau penyediaan umpan balik tentang


sebuah pesan.
6. Efek
Efek pada komunikasi kesehatan yakni dampak atau akibat yang
ditimbulkan oleh pesan. Efek atau dampak ialah ketercapaian kita dalam
penyampaian pesan.
4. Media Komunikasi Kesehatan
a) Definisi Media Kesehatan
Media berasal dari kata mediu yang berarti tengah, pengantar,
perantara. Media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun
secara luas. Munculnya berbagai macam definisi disebabkan adanya
perbedaan dalam sudut pandang, maksud, dan tujuannya. NEA (National
Education Association) memaknai media sebagai segala benda yang dapat
dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen
yang digunakan untuk kegiatan tersebut (susilowati, 2016).
Menurut Setyabudi dan Dewi (2017) bahwa Media promosi
kesehatan atau ajakan kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk
menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator
sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya
diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan.
.Peran Media dalam upaya promosi kesehatan sangatlah luas diantaranya
adalah dapat mempermudah penyampaian informasi, dapat menghindari
kesalahan persepsi, dapat memperjelas informasi, dapat mempermudah
pengertian, dapat mengurangi komunikasi verbalistik, dapat menampilkan
objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata, serta dapat memperlancar
komunikasi
b) Jenis Media Kesehatan
Menurut Efendi dan Makhfudli (2009) media promosi kesehatan dapat
digunakan sebagai saluran komunikasi (ajakan) untuk mengirimkan pesan
kesehatan. Media yang digunakan adalah sebagai berikut :
25

a) Media elektronik
1. Televisi
yaitu media penyampaian pesan atau informasi melalui media televisi
dapat bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya jawab
yang berkaitan dengan masalah kesehatan, pidato, TV spot, qiuz atau
cerdas cermat dan sebagainya
2. Radio
yaitu penyampaian pesan atau informasi melalui berbagai obrolan
seperti tanya jawab, sandiwara, ceramah, radio spot dan sebagainya
3. Film atau video
merupakan media yang dapat menyajikan pesan bersifat fakta maupun
fiktif yang dapat bersifat informatif, edukatif maupun instruksional.
Film atau video menjadi alat bantu belajar yang sangat baik, video dan
film dapat mengatasi kekurangan keterampilan dalam membaca dan
penguasaan bahasa, mengatasi keterbatasanpengelihatan, video dan
film sangat baik untuk menerangkan suatu proses dengan
menggunakan pengulangan gerakan secara lambat demi memperjelas
uraian dan ilustrasi, memikat perhatian, merangsang dan memotivasi
kelompok sasaran, video dan film sangat baik untuk menyajikan teori
dan praktik, menghemat waktu untuk melakukan penjelasan.
b) Media cetak
1. Leaflet dan pamflet
adalah kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu masalah untuk
sasaran yang dapat membaca. Leaflet terdiri atas 200-400 kata dan
kadang-kadang berseling dengan gambar. Leaflet berukuran 20×30
cm, dan biasanya disajikan dalam bentuk terlipat. Biasanya leaflet
diberikan setelah sasaran selesai kuliah atau ceramah agar dapat
digunakan sebagai pengingat pesan atau dapat juga diberikan sewaktu
ceramah untuk memperkuat pesan yang sedang disampaikan.
26

2. Booklet
Media ini berbentuk buku kecil yang berisi tulisan atau gambar atau
keduanya. Sasaran booklet adalah masyarakat yang dapat membaca
3. Flayer
Seleberan berbentuk seperti leaflet, tetapi tidak berlipat biasanya
disebarkan melalui udara (pesawat udara)
4. Billboard
Berbentuk papan besar berukuran 2×2 m yang berisi tulisan dan atau
gambar yang ditempatkan dipinggir jalan besar yang dapat dilihat atau
dibaca oleh pemakai jalan.
5. Poster
Poster merupakan pesan singkat dalam bentuk gambar. Ukuran poster
biasanya sekitar 50 × 60 cm. Karena ukuran poster yang terbatas maka
tema dalam poster tidak terlalu banyak, sedapat-dapatnya hanya ada
satu tema dalam poster.
6. Flannelgraph
Merupakan guntingan-guntingan gambar atau tulisan yang
dibelakangnya diberi kertas amril (ampelas), guntingan gambar
tersebut kemudian ditempelkan pada papan berlapis dan flanel atau
kain berbulu yang lain.Keuntungan menggunakan flanelgraph adalah
peserta dapat mendekat atau memilih sendiri gambar atau kata yang
diinginkannya untuk ditempatkan ditempat yang ia inginkan. Dengan
cara ini para peserta menunjukan gagasan sendiri tentang masalah
yang sedang diskusikan. Flanelgraph yang telah digunakan dalam
suatu pnedidikan juga dapat dipergunakan kembali untuk pendidikan
kesehatan dengan topik kesehatan yang berebeda.
7. Buletin board
Merupakan guntingan-guntingan gambar atau tulisan yang
dibelakangnya diberi kertas amril (ampelas), guntingan gambar
tersebut kemudian ditempelkan pada papan berlapis dan flanel atau
kain berbulu yang lain.
27

E. Dukungan Kebijakan untukPneumonia


1. Pengertian Kebijakan Kesehatan
Kebijakan kesehatan didefinisikan sebagai suatu cara atau tindakan
yang berpengaruh terhadap perangkat institusi, organisasi, pelayanan
kesehatan dan pengaturan keuangan dari sistem kesehatan. Kebijakan
kesehatan merupakan bagian dari sistem kesehatan. Komponen sistem
kesehatan meliputi sumber daya, struktur organisasi, manajemen,
penunjang lain dan pelayanan kesehatan. Kebijakan kesehatan bertujuan
untuk mendisain program-program di tingkat pusat dan lokal, agar dapat
dilakukan perubahan terhadap determinan-determinan kesehatan termasuk
kebijakan kesehatan internasional. Kebijakan kesehatan adalah suatu hal
yang peduli terhadap pengguna pelayanan kesehatan termasuk manajer
dan pekerja kesehatan. Kebijakan kesehatan dapat dilihat sebagai suatu
jaringan keputusan yang saling berhubungan, yang pada prakteknya
peduli kepada pelayanan kesehatan masyarakat. Kebijakan-kebijakan
kesehatan dibuat oleh pemerintah dan swasta. Kebijakan merupakan
produk pemerintah, walaupun pelayanan kesehatan cenderung dilakukan
secara swasta, dikontrakkan atau melalui suatu kemitraan, kebijakannya
disiapkan oleh pemerintah di mana keputusannya mempertimbangkan
juga aspek politik. Jelasnya kebijakan kesehatan adalah kebijakan publik
yang merupakan tanggung jawab pemerintah dan swasta. Sedangkan
tugas untuk menformulasi dan implementasi kebijakan kesehatan dalam
satu negara merupakan tanggung jawab Departemen Kesehatan (massie,
2009).
2. Kebijakan Utama Tentang Pneumonia
Kebijakan utama dalam mencegah dan mengendalikan pneumonia
anak-anak di Indonesia tertulis dalam Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (2011) yang telah direvisi
pada tahun 2016. Konten pedoman ini sejalan dengan pedoman GAPPD
yang diterbitkan oleh WHO dan UNICEF (berfokus pada melindungi,
mencegah, dan mengobati). Dalam panduan tersebut, Kementerian
28

Kesehatan Republik Indonesia menguraikan kegiatan pencegahan dan


pengendalian penyakit pneumonia dalam empat fokus utama yaitu
promosi, pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi. Fokus utama tersebut
diterjemahkan kedalam lima kegiatan yaitu Penemuan dan tatalaksana
kasus Pneumonia Balita; Kesiapsiagaan dan respons terhadap terjadinya
pandemik; Pengendalian faktor risiko ISPA; Sistem informasi data,
surveilans, dan penelitian; dan Penguatan dukungan manajemen program
(penjelasan masing-masing kegiatan Selain itu, Kementerian Kesehatan
RI juga membuat modul perawatan dan manajemen pneumonia pada
tahun 2010. Konten modul tersebut mencakup pedoman untuk penilaian
kondisi batuk anak, klasifikasi batuk, tindakan medis, konseling,
kunjungan rumah, dan penerapan modul puskesmas. Pedoman ini yang
ada target utamanya pelayanan kesehatan khususnya Puskesmas.
Kementerian Kesehatan Indonesia melalui Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan (P2PL) telah
menerbitkan modul Tatalaksana Standar Pneumonia sejak 2010
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Modul menjelaskan
secara rinci tentang tindakan untuk mencegah dan mengobati pneumonia
terutama di komunitas dan layanan Puskesmas. Isi modul termasuk
tindakan yang praktis dan mudah terkait dengan pneumonia, seperti
pedoman dalam menilai batuk dan pernapasan pada anak-anak, klasifikasi
tanda dan gejala berdasarkan usia, keputusan pengobatan dan konseling
rujukan untuk ibu dengan pneumonia, tindak lanjut atau kunjungan rumah
oleh petugas kesehatan, dan aplikasi modul tatanan layanan di Puskesmas.
Modul ini menyediakan informasi tentang panduan terkait pelaporan dan
pencatatan, identifikasi logistik yang dibutuhkan untuk program
pencegahan dan penanggulangan Pneumonia, dan rumus untuk
menghitung perkiraan kejadian pneumonia per tahun.
Modul Tatalaksana Pneumonia sangat lengkap untuk menjadi
pedoman praktis dalam mencegah dan menanggulangi Pneumonia di
layanan Puskesmas, namun tidak ada modul berkaitan dengan manajemen
29

Pneumonia untuk pasien, keluarga, atau anggota masyarakat lainnya.


Peran peran keluarga atau komponen sosial lainnya sangat potensial
apabila ada panduan yang jelas sehingga meningkatkan partisipasi
komunitas mencegah pneumonia karena dukungan sosial merupakan
bagian dari sistem kesehatan. Kementerian Kesehatan memperkuat
kebijakan pedoman Pneumonia dengan menerbitkan berbagai kebijakan
dan peraturan kesehatan lain yang disahkan secara hukum oleh legislatif,
presiden, atau menteri kesehatan. Tujuan dari kebijakan dan peraturan
hukum pemerintah adalah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat,
contohnya dibuatnya Standar Pelayanan Kesehatan Minimum (SPM)
diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan No. 43 tahun 2016, ASI
Eksklusif diatur dalam peraturan pemerintah No. 33 tahun 2012, dan
Pemberdayaan Masyarakat dan Partisipasi dalam Pembangunan
Kesehatan diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan No. 65 tahun 2013 .
Departemen Kesehatan Indonesia telah menerbitkan berbagai kebijakan
dan peraturan kesehatan untuk kesehatan masyarakat, namun peraturan-
peraturan tersebut minim sosialisasi, sehingga secara tidak langsung dapat
membatasi partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Selain
itu, program pedoman Pneumonia di Indonesia khususnya modul
pedoman penangulangan Pneumonia belum diperbaharui sejak 2010,
sehingga terdapat beberapa poin yang berbeda dengan pedoman
pencegahan dan penanggulangan Pneumonia dari WHO. Program
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) telah terbukti efektif dalam
meningkatkan cakupan layanan dan pencegahan pneumonia pada anak
Balita, namun tidak disebutkan dalam pedoman ISPA terbaru
30

3. Kebijakan yang berkaitan Dengan Pneumonia


Kebijakan dan Peraturan yang mendukung Pencegahan dan
Penanggulangan Pneumonia pada Anak
Tabel 2.1 Kebijakan dan Peraturan Pneumonia Anak
Aspek perlindungan, Peraturan dan Pedoman
pencegahan, pengobatan
Pneumonia pada anak
1. Menyusui eksklusif 1. undang-Undang Kesehatan
2. Nutrisi yang memadai. Indonesia No. 36 tahun 2006
3. Suplemen vitamin A. 2. Peraturan Daerah KIBBLA
4. Kesetaraan antara pedesaan- untuk Kesehatan Ibu, Bayi
perkotaan, ekonomi tingkat Baru Lahir, Bayi dan Balita
rendah-tinggi dalam layanan 3. Peraturan Pemerintah No. 33
5. Vaksin tahun 2012 tentang ASI
6. Obat-obatan Eksklusif
7. Minum dan sanitasi 4. Peraturan Menteri Kesehatan
8. Mencuci tangan dengan No. 43 tahun 2016 tentang
sabun Standar Pelayanan Minimal
9. Mengurangi polusi rumah untuk Kesehatan
tangga dan udara 5. Peraturan Menteri Kesehatan
10. Perlindungan HIV No. 12 tahun 2017 tentang
11. Asuransi Kesehatan Imunisasi
12. Aksesibilitas ke fasilitas 6. Peraturan Menteri Kesehatan
kesehatan No. 99 tahun 2015 tentang
13. Fasilitas dalam pelayanan Pelayanan Kesehatan dalam
kesehatan Asuransi Kesehatan Nasional
14. Memperkuat kebijakan 7. Peraturan Menteri Kesehatan
kesehatan negara No. 75 tahun 2014 tentang
15. Pasokan dan distribusi obat Akreditasi Pusat Kesehatan
pneumonia 8. Panduan untuk Mengontrol
Infeksi Saluran Pernafasan
31

Akut 2016 (Pedoman


Pengendalian ISPA 2016)
9. Modul untuk Standar untuk
Manajemen Pneumonia
tahun 2012
10. Manajemen Terpadu
BalitaSakit (di bawah 5
tahun) tahun 2015
11. Manajemen Terpadu Balita
Sakit Berbasis Masyarakat
(di bawah 5 tahun) tahun
2015

F. Partisipasi Masyarakat
1. Pengertian Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota
masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat
tersebut. Partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berarti keikutsertaan
seluruh anggota masyarakat dan memecahkan masalah kesehatan mereka
sendiri. Di dalam hal ini masyarakat sendirilah yang akan memikirkan,
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program-program
kesehatan mereka, institusi kesehatan hanya memotivasi dan
membimbingnya. Di dalam Partisipasi, setiap anggota masyarakat
dituntut suatu kontribusi atau sumbangan. Kontribusi tersebut bukan
hanya terbatas pada dana dan finansial saja, tetapi dapat berbentuk daya
(tenaga) dan ide (pemikiran). Dalam hal ini dapat diwujudkan didalam 4
M, yakni manpower (tenaga), money (uang), material (benda) dan mind
(ide) (Notoatmodjo, 2012).
32

Gambar 2.1
Kontribusi dan Partisipasi
Kontribusi

M anpower
M oney Program Health
Kesehat Status
M aterial an (Derajat
Kesehatan
M ind/ideas
)

Sumber : Notoatmodjo,2012

2. Dasar-dasar Filosofi Partisipasi Masyarakat


Dalam hubungannya dengan fasilitas tenaga kesehatan , partisipasi
masyarakat dapat diarahkan untuk mencukupi kelangkaan sumber daya
tersebut. Dengan kata lain partisipasi masyarakat dapat menciptakan
fasilitas dan tenaga kesehatan. Pelayanan kesehatan/program kesehatan
yang diciptakan dengan adanya partisipasi masyarakat didasarkan
kepada idealisme :
a) Community felt need
Apabila pelayanan atau program itu diciptakan oleh masyarakat
sendiri, ini berarti bahwa masyarakat itu memerlukan pelayanan
tersebut. Sehingga adanya pelayanan kesehatan bukan karena
diturunkan dari atas, yang belum dirasakan perlunya, tetatpi tumbuh
dari bawah yang diperlukan masyarakat dan untuk masyarakat.
b) Organisasi pelayanan atau program kesehatan masyarakat yang
berdasarkan partisipasi masyarakat adalah salah satu bentuk
pengorganisasian masyarakat. Hal itu berarti bahwa fasilitas
pelayanan kesehatan itu timbul dari masyarakat sendiri.
c) Pelayanan kesehatan tersebut akan dikerjakan oleh masyarakat
sendiri. Artinya tenaga dan penyelenggaraannya akan ditangani oleh
33

anggota masyarakat itu sendiri yang dasarnya sukarela, dibawah


bimbingan petugas kesehatan setempat.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa filosofi partisipasi
masyarakat dalam pelayanan atau program kesehatan masyarakat adalah
terciptanya suatu pelayanan untuk masyarakat, dari masyarakat dan oleh
masyarakat (Notoatmodjo, 2012).
3. Metode Partisipasi Masyarakat
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengajak atau
menumbuhkan partisipasi masyarakat. Pada pokoknya ada dua cara,
yakni :
a) Partisipasi dengan paksaan (Enforcement participation)
Artinya memaksa masyrakat untuk berkontribusi dalam suatu
program, baik melalui perundang-undangan, peraturan-peraturan
maupun dengan perintah lisan saja. cara ini akan lebih cepat hasilnya,
dan mudah. Tetapi masyarakat akan takut, merasa dipaksa, dan
kaget, karena dasarnya bukan kesadaran (awarnees), tetapi
ketakutan. Akibatnya masyarakat tidak akan mempunyai rasa
memiliki terhadap program.
b) Partisipasi dengan persuasi dan edukasi
Yakni suatu partisipasi yang didasari pada kesadaran. Sukar
ditumbuhkan, dan akan memakan waktu yang lama. Tetapi bila
tercapai hasilnya ini akan mempunyai rasa memiliki, dan rasa
memelihara. Partisipasi dimulai dengan penerangan pendidikan dan
sebagainya, baik secara langsung maupun tidak langsung
(Notoatmodjo, 2007).
4. Elemen Partisipasi Masyarakat
Elemen partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut :
a) Motivasi
Persyaratan utama masyarakat berpartisipasi adalah motivasi. Tanpa
motivasi masyarakat sulit untuk berpartisipasi disegala program .
Timbulnya motivasi harus dari masyarakat itu sendiri dan pihak luar
34

hanya merangsang saja. Untuk itu maka pendidikan kesehatan


sangat diperlukan dalam rangka merangsang tumbuhnya motivasi.
b) Komunikasi
Suatu komunikasi yang baik adalah yang dapat menyampaikan
pesan, ide, dan informasi masyarakat. Media masa seperti TV, radio,
poster, film dan sebagainya. Sebagaian adalah sangat efektif untuk
menyampaikan pesan yang akhirnya dapat menimbulkan partisipasi
c) Kooperasi
Kerjasama dengan instansi diluar kesehatan masyarakat dan instansi
kesehatan sendiri adalah mutlak diperlukan. Terjelmanya team work
antara mereka ini akan membantu menumbuhkan partisipasi
G. Puskesmas
1. Konsep Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah satu sarana
pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatau
wilayah kerja.
Di Indonesia, puskesmas merupakan tulang punggung pelayanan
kesehatan tingkat pertama. Konsep Puskesmas dilahirkan tahun 1968
ketika dilangsungkan Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) I di
Jakarta, dimana dibicarakan upaya pengorganisasian system pelayanan
kesehatan di tanah air, karena pelayanan kesehatan tingkat pertama pada
waktu itu dirasakan kurang menguntungkan dan dari kegiatan-kegiatan
seperti BKIA, BP, dan P4M dan sebagiannya masih berjalan sendiri-
sendiri dan tidak berhubungan. Melalui Rekerkesnas tersebut timbul
gagasan untuk menyatukan semua pelayanan tingkat pertama kedalam
suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas)
Puskesmas dibangun untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
dasar, menyeluruh, dan terpadu bagi seluruh masyarakat yang tinggal di
35

wilayah kerjanya. Kunjungan masyarakat pada suatu pelayanan kesehatan


tidak saja dipengaruhi oleh kualitas pelayanan tetapi juga dipengaruhi oleh
faktor lain diantaranya: Sumber daya manusia, motivasi pasien,
ketersediaan bahan dan alat, tarif dan lokasi. Puskesmas adalah salah satu
sarana pelayanan kesehatan yang amat penting di Indonesia. Puskesmas
adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten / kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja
(Budiarto, 2015).
Secara umum, pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh
Puskesmas meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (upaya
pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitasi
(pemulihan kesehatan). Syarat pendirian Puskesmas berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 pasal 10
ayat 1 dan 2:
a. geografis;
b. aksesibilitas untuk jalur transportasi
c. kontur tanah;
d. fasilitas parkir;
e. fasilitas keamanan
f. ketersediaan utilitas publik;
g. pengelolaan kesehatan lingkungan; dan. kondisi lainnya.
Selain persyaratan sebagaimana dimaksud, pendirian Puskesmas
harus memperhatikan ketentuan teknis pembangunan bangunan gedung
negara.Untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya melalui upaya kesehatan seperti yang dicanangkan dalam
Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 75 tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) perlu adanya pelayanan
kesehatan yang baik dan berkualitas oleh penyelenggara kesehatan, oleh
sebab itu dituntut kinerja yang tinggi dari penyelenggara kesehatan itu
sendiri.
36

H. Penelitian Kualitatif
1. Pengertian Kualitatif
Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk
memahami (to understand) fenomena atau gejala sosial dengan lebih
menitikberatkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang
dikaji. Harapannya dengan diperoleh pemahaman yang mendalam tentang
fenomena untuk selanjutnya akan menghasilkan sebuah teori. Tujuan Lain
dari penelitian kualitatif ini yaitu bertujuan untuk mendapatkan
pemhaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif
partisipan atau objek penelitian (Evi dan Kresno, 2016).
Menurut Strauss & Corbin (2003) dalam Evi dan Kresno (2016)
penelitian kualitatif merupakan penelitian yang temuannya tidak diperoleh
melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Namun demikian,
data-data tersebut memungkinkan untuk dianalisis melalui suatu
penghitungan. Penelitian ini didasari oleh paradigma naturalistic
interpretative, perspektif post-positivistik, dan teori post-modernisme
yang berusaha mengkonstruksi realitas dan memahami maknanya dengan
memperhatikan proses, peristiwa, dan otentisitas. Subjek yang terlibat
relative sedikit dibandingkan dengan penelitian kuantitatif. Analisis yang
digunakan umumnya adalah analisis tematik. Dalam penelitian ini,
kehadiran nilai peneliti bersifat eksplisit pada situasi tertentu karena
mereka menjalin interaksi secara intens dengan realitas yang ditelitinya.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian kualitatif antara lain: fenomenologi, etnografi,
studi kasus, grounded theory dan narrative research. Fenomenologi
adalah studi tentang fenomena. Ini menjelaskan sesuatu yang ada sebagai
bagian dari dunia di mana kita hidup. Fenomena bisa berupa kejadian,
situasi, pengalaman atau konsep. Penelitian fenomenologi biasanya
melakukan investigasi terhadap reaksi atau persepsi masyarakat terhadap
fenomena tertentu. Peneliti berusaha menemukan sesuatu yang khas dari
sebuah fenomena melalui wawancara mendalam pada partisipan yang
37

terlibat fenomena tersebut. Informasi yang didapat dari partisipan akan


dikaji oleh peneliti sehingga menghasilkan pernyataan yang mewakili
reaksi atau persepsi partisipan terhadap fenomena. Pernyataan tersebut
selanjutnya dapat kelompokkan menjadi tema-tema tertentu yang akan
menjelaskan sebuah fenomena. Contoh penelitian ini misalnya
pengalaman pemberian ASI eksklusif oleh ibu yang bekerja.
Etnografi merupakan penelitian deskriptif mengenai kultural dan
masyarakat. Parameter yang digunakan pada penelitian jenis ini adalah
sesuatu yang bersifat umum, seperti: geografi (negara, provinsi, dataran
tinggi), agama, dan pengalaman. Di bidang kesehatan, pendekatan
etnografi dapat digunakan karena parameter kultural (geografi, agama,
dan pengalaman) dapat mempengaruhi respon populasi terhadap masalah
kesehatan.
Studi kasus merupakan penelitian mendalam dan spesifik tentang
sebuah kasus. Studi kasus sangat umum digunakan dalam bidang
kesehatan, hukum, bisnis, dan ilmu social. Dalam bidang kesehatan, kasus
dapat berupa penyakit, program, maupun individu (pasien, pengelola
kesehatan, pengambil kebijakan).
Penelitian grounded theory focus untuk mendapatkan teori-teori
baru. Teori tersebut diyakini tersirat dalam data yang berasal dari
partisipan yang mengalami suatu peristiwa, proses, atau fenomena. Teori
tersebut tidak muncul sebelum penelitian dimulai, melainkan teori itu
dibangun secara induktif selama proses penelitian berlangsung.
Narrative research merupakan penelitian tentang pengalaman
hidup seseorang yang diceritakan kepada peneliti atau pun yang
ditemukan dalam dokumen. Bentuk penelitian ini umum ditemukan dalam
biografi dan autobiografi (Saryono dan Anggraeni, 2018).
38

I. Alur Pikir
Alur pikir penelitian adalah serangkaian konsep dan kejelasan
hubungan antar konsep tersebut yang dirumuskan oleh peneliti berdasarkan
tinjauan pustaka, dengan meninjau teori yang disusun. Alur pikir dalam
penelitian ini yaitu menganalisis keajdian pneumonia pada balita berdasarkan
pendekatan bina suasana di wilayah kerja puskesmas sempaja kota Samarinda
analisis kejadian pneumonia itu sendiri terwujud berdasarkan bina suasana
dengan ajakan kesehatan, dukungan kebijakan dan partisipasi masyarakat,
yang lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :
39

Bagan 2.1 Alur Pikir

Pneumonia
a. Menerima
Informasi
Ajakan Komunikasi pneumonia
Kesehatan Kesehatan b. Sumber
informasi
c. Media informasi
d. Hambatan
menerimaASI
a. Pemberian
informasi
eksklusif
Bersifat b. Pemberian
Dukungan Umum imunisasi
Kebijakan
c. KTR
Bersifat d. Etika Batuk
Khusus
Penemuan dan
tatalaksana pneumonia
pada balita

Partisispasi
Kontribusi
Masyarakat
Ibu a. Memberikan ASI
eksklusif 6 bulan
pertama
kehidupan
b. Membawa balita
diimunisasi
c. Mencuci tangan
pakai sabun
d. Melarang anggota
keluarga merokok

Penanganan
Pneumonia
40

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan


Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan fenomenologi. Fenomenologi adalah studi tentang fenomena.
Fenomena bisa berupa kejadian, situasi, pengalaman atau konsep. Penelitian
fenomenologi biasanya melakukan investigasi terhadap reaksi atau persepsi
masyarakat terhadap fenomena tertentu. Peneliti berusaha menemukan sesuatu
yang khas dari sebuah fenomena melalui wawancara mendalam pada
partisipan yang terlibat fenomena tersebut (Raco, 2010).
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang
menitikberatkan pada gambaran yang lengkap pada fenomena yang di kaji.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan pemhaman yang sifatnya umum
terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan atau objek penelitian (Evi
dan kresno, 2016).
B. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran
Kota Samarinda yang akan dilaksanakan pada bulan September 2019.
C. Informan Penelitian
Informan penelitian atau responden adalah subjek/orang yang
mengetahui informasi mengenai objek penelitian, baik dia sebagai pelaku
maupun yang memahami objek yang sedang diteliti. Dalam prosesnya
kemudian, peneliti melakukan pengamatan, mewawancarai atau mengambil
foto peristiwa atau kejadian yang terjadi pada informan atau subjek penelitian
(Eryando, dkk. 2017).
1. Teknik Pemilihan Informan
Dalam penelitian ini teknik pemilihan informan akan dilakukan dengan
purposive sampling. Purposive Sampling merupakan teknik pengambilan
41

sampel yang dilakukan atas dasar pertimbangan peneliti semata yang


menganggap bahwa unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam
anggota sampel yang diambil (Surahman, dkk. 2016).
Alasan pemilihan informan penelitian yaitu :
a. Informan dipilih berdasarkan kondisi yang sesuai dengan
topikpenelitian dan yang dipandang tahu dengan situasi tersebut,
b. Bersedia membantu dan mau dijadikan subyek penelitian yang akan
dilakukan, serta memiliki waktu yang cukup untuk dimintai informasi
dan dapat bekerjasama.
2. Informan Penelitian
a. Informan utama pada penelitian ini adalah 3 (tiga) orang ibu yang
memiliki balita menderita pneumonia yang berada di Wilayah Kerja
Puskesmas Palaran.
b. Informan Kunci yakni 1 orang pemegang program penyakit
pneumonia yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran
D. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap 3 (tiga) orang
ibu dari balita yang menderita pneumonia dan wawancara mendalam juga
dilakukan kepada informan kunci yang dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara dan rekaman handphone.
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui data yang dikumpulkan
oleh pihak lain yang berkaitan dengan permasalahan ini yakni diperoleh
dari petugas pemegang program pneumonia.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan menggunakan
bantuan pedoman wawancara, buku catatan dan recorder. Didukung oleh
pedoman wawancara dengan teknik wawancara mendalam (indepth interview)
pada ibu balita, wawancara mendalam juga dilakukan kepada 1 (satu) orang
informan kunci yang ada.
42

F. Teknik pengumpulan Data


Cara pengumpulan data menggunakan :
1. Observasi
Observasi berarti mengumpulkan data langsung dari lapangan.
Proses observasi dimulai dengan mengidentifikasi tempat yang hendak
diteliti. Setelah tempat penelitian diidentifikasi, dilanjutkan dengan
membuat pemetaan, sehingga diperoleh gambaran umum tentang sasaran
penelitian. Kemudian peneliti mengidentifikasi siapa yang akan
diobservasi, kapan, berapa lama dan bagaimana. Maka peneliti melakukan
pengamatan situasi di wilayah Kerja Puskesmas Palaran dan
mengumpulkan data informan dari Puskesmas untuk menentukan kriteria
yang akan diteliti. Jika wawancara berkomunikasi dengan orang. Maka
observasi tidak terbatas pada orang. Tetapi juga ketersediaan media
informasi ajakan kesehatan untuk pneumonia pada balita, dukungan
kebijakan berkaitan dengan pneumonia pada balita dan partisipasi
masyarakat untuk pneumonia pada balita. Dari proses pelaksanaan
pengumpulan data, penulis melakukan nonparticipant observation yaitu
metode pengumpulan data tanpa harus terlibat, atau hanya melakukan
pengamatan saja.
2. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan
informan. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam
hubungan tatap muka, sehingga gerak mimik informan merupakan pola
media yang melengkapi kata-kata secara verbal. Dalam hal ini peneliti
melakukan wawancara mendalam dengan ibu yang memiliki balita
penderita pneumonia juga dilakukan pada petugas pemegang program
pneumonia yang dijadikan sebagai informan kunci yang mengetahui
perkembangan kasus pneumonia pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Palaran ,dengan menggunakan pedoman wawancara, rekaman tape
recorder/handphone.
43

G. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat
pengumpulan data dilapangan, setelah selesai pengumpulan data dalam peiode
tertentu. Bahkan pada saat wawancara, sudah harus dilakukan analisis terhadap
jawaban hasil wawancara.
Pada penelitian ini metode untuk analisis data menggunakan teori Miles
dan Huberman yang dikutip oleh Sutopo (2007), mengemukakan bahwa proses
analisis data yaitu sebagai berikut :
1. Pengumpulan data yaitu data pertama dan data mentah dikumpulkan dalam
suatu penelitian.
2. Reduksi data yaitu proses memilih, memfokuskan, menerjemahkan
denganmembuat catatan mengubah data mentah yang dikumpulkan dari
penelitianke dalam catatan yang telah disortir atau diperiksa.
3. Penyajian data yaitu menyusun informasi dengan cara tertentu
sehinggadiperlukan kemungkinan penarikan kesimpulan atau pengambilan
tindakan.
4. Penarikan kesimpulan yaitu langkah meliputi makna yang
telahdisederhanakan, disajikan dalam pengujian data dengan cara mencatat
keteraturan, pola-pola penjelasan secara logis dan metodelogis,
konfiguraasiyang memungkinkan diprediksi hubungan sebab akibat melalui
hukumhukumempiris”.
Sehingga metode analisis data deskriptif kualitatif dari Milles dan
Huberman dapat dilihat pada bagan berikut ini :
44

Gambar 3.1 Proses analisis data

Pengumpulan
Penyajian
Data
Data

Reduksi
Penarikan
Data
Kesimpulan

Sumber : Miles dan Huberman yang dikutip oleh Sutopo (2007)


H. Keabsahan Data
Pada penelitian ini uji kredibilitas dengan metode triangulasi.
Triangulasi seumber yaitu menguji dan membandingkan hasil wawancara
mendalam dengan ibu dari balita yang menderita pneumonia. Teknik
triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber
lainnya. Dengan Triangulasi sumber, peneliti dapat membandingkan atau me-
recheck derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber
yang berbeda. Triangulasi sumber dilakukan dalam upaya me-recall kembali
ingatan nforman dan mencari kesatuan informasi yang saling mendukung
antara informan yang satu dengan informan lainnya (Bahcri, 2010).
45

I. Jadwal Penelitian
3.1 Tabel Jadwal Penelitian
Tahun 2019
No Kegiatan
November April Mei Juli September Oktober
Persiapan
1 Proposal
Pembuatan
2 Proposal
Seminar
3 Proposal
Pelaksanaan
4 Penelitian
Pengolahan
5 Data
Seminar
6 Hasil
7 Pendadaran

J. Operasionalisasi
Operasional merupakan salah satu instrumen dari riset karena
merupakan salah satu tahapan dalam proses pengumpulan data. Definisi dari
operasional menjadikan konsep yang masih bersifat abstrak menjadi
operasional yang memudahkan pengukuran variabel tersebut. Sebuah definisi
operasional juga bisa dijadikan sebagai batasan pengertian yang dijadikan
pedoman untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan penelitian. Menurut
Widjino (2012) Operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan
pedoman untuk melakukan sesuatu kegiatan atau pekerjaan.
46

2.2 Tabel Operasionalisasi


Tujua Dimensi Domain Sumber data Sistem
n Pengumpulla
n data

analisi a. Komunikas b. Menerima a. Ibu balita a. Wawancar


s i kesehatan informasi tentang b. Petugas b. Observasi
Ajaka pneumonia pemegang
n c. Sumber program
Keseh penenerimaan pneumoni
atan informasi a
d. Media penerimaan
informasi
b.Hambatan a. Hambatan Ibu balita
Komunikas Penerimaan
i informasi

Analsi Kebijakan a. Pemberian Asi a. Ibu Balita a. Wawancar


si Umum eksklusif b. Petugas a
kunga b. Pemberian pemegang b. Observasi
n Imunisasi program i
Kebij c. KTR pneumonia
akan d. Etika Batuk
Kebijakan a. Penemuan dan
Khusus tatalaksasana
pneumonia
47

Analis Kontribusi a. Memberikan ASI Ibu balita a. Wawancar


is ibu eksklusif 6 bulan a
Partisi pertama b. Observasi
pasi kehidupan
Masy b. Membawa anak
arakat untuk
diimunisasi
c. Cuci tangan
pakai sabun
d. Melarang
anggota keluarga
untuk merokok
48

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Gambaran Umum dan Keadaan Geografi
Kecamatan Palaran adalah salah satu bagian dari wilayah Kota
Samarinda, berdasarkan PP No. 21 Tahun 1987, terdiri dari 5 Kelurahan,
yaitu : Kelurahan Rawa makmur, Bukuan, Simpang Pasir, Handil Bakti, dan
Bantuas.Batas Wilayah:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Mahakam
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Mahakam
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sanga-sanga
Kabupaten Kutai
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Samarinda Seberang
Namun wilayah kerja Puskesmas Palaran hanya membawahi 3
Kelurahan yaitu Rawa Makmur, Handil Bakti dan Simpang Pasir. Adapun
luas wilayah kerja Puskesmas Palaran 128 Km2 yang dihuni oleh sekitar
35.150 jiwa terdiri dari laki-laki 18.360 jiwa dan perempuan sebanyak
16.790 jiwa yang tersebar di tiga kelurahan. Kepadatan penduduk 18.000
Jiwa/km2. Adapun jumlah kepala keluarga sebanyak 10.625 KK dengan
adanya peningkatan jumlah RT menjadi 109 RT(Sumber:Monografi
Kelurahan Palaran Tahun 2018)

2. Visi dan Misi Puskesmas Palaran


a. Visi
Mengacu pada Visi dan Misi Indonesia Sehat 2025 dan Dinas
Kesehatan Kota Samarinda maka dibentukVisi Puskesmas Palaran
adalah untuk “TERWUJUDNYA DERAJAT KESEHATAN
MANDIRI PADA INDIVIDU, KELUARGA, KELOMPOK DAN
MASYARAKAT MELALUI PELAYANAN YANG BERMUTU,
49

BERKUALITAS SERTA BERDAYA SAING DENGAN SUMBER


DAYA MANUSIA YANG HANDAL”.

b. Misi
Adapun Misi Puskesmas Palaran adalah:
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terintegrasi.
b. Memantapkan komitmen pegawai melalui pelayanan yang
profesional, berbudaya dan mampu berinovasi.
c. Mengikutsertakan masyarakat dalam upaya peningkatan derajat
kesehatannya melalui perilaku hidup bersih dan sehat.
d. Mengembangkan kemitraan dibidang kesehatan bersama lintas
sektor dan swasta.
3. Data Ketenagaan
Upaya kesehatan membutuhkan sumber daya manusia yang
memadai, kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan akan
memberikan dampak kepada peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Berdasarkan data yang ada dipuskesmas Palaran, jumlah tenaga yang
ada sebanyak 93 orang yang terdiri dari: tenaga PNS yang ada di Puskesmas
sebanyak 49 tenaga PTTB 6 orang dan PTTH sebanyak 38 orang. Untuk
melihat jenis tenaga lihat Tabel 4.1
Tael 4.1 Tabel Data Ketengaan Puskesmas
Palaran Kota Samarinda
PENDIDIKA
N JENIS N JUMLA KETERAN
STATUS
O TENAGA H GAN
TERAKHIR

S1 1 PNS AKTIF
1 Manajemen
SPK 1 PNS AKTIF
S1 3 PNS AKTIF
2 Dokter Umum
S1 3 PTTH AKTIF
50

3 Dokter Gigi S1 1 PNS AKTIF

Ahli Kesehatan S1 2 PNS AKTIF


4
Masyarakat S1 1 PTTB AKTIF
5 Sanitarian DIII 2 PNS AKTIF
S1 2 PTTB AKTIF
DIII 9 PNS AKTIF
6 Perawat Honorer
DIII 2 AKTIF
Puskesmas
SPK 4 PNS AKTIF
DI 1 PNS AKTIF
DIII 10 PNS AKTIF
7 Bidan DIV 1 PNS AKTIF
DIV 2 PTTH AKTIF
DIII 5 PTTH AKTIF
8 Perawat Gigi SPRG 1 PNS AKTIF
DIII 2 PNS AKTIF
9 Analis
DIII 1 PTTH AKTIF
SI 1 PNS AKTIF
10 Ahli Gizi
DIII 1 PNS AKTIF
11 Apoteker S1 1 PTTH AKTIF
DIII 3 PNS AKTIF
12 Asisten Apoteker DIII 2 PTTH AKTIF
SMF 1 PTTH AKTIF
S1 1 PNS AKTIF

Administrasi SH 1 PTTB AKTIF


14
Umum DIII 1 PTTH AKTIF
DII 1 PTTH AKTIF
51

SMK 1 PTTH AKTIF


SLTA 2 PNS AKTIF
Pengadministrasi
an Rekam Medis SLTA 1 PTTH AKTIF
15
& Perekam SLTP 1 PTTB AKTIF
Medis
SMK 1 PTTH AKTIF
Teknik
16 DIII 1 PNS AKTIF
Informatika
17 Security SLTA 3 PTTH AKTIF
SLTA 1 PTTH AKTIF
18 Tukang Kebun
SD 1 PTTH AKTIF

4. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan sebagai salah satu sumber daya kesehatan dewasa
ini terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, hal ini bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Adapun sarana
kesehatan di Puskesmas Palaran Tahun 2018adalah :
Puskesmas : 1 Buah(Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap)
Pustu : 2 Buah
Poskesdes : 2 Buah
Pusling : 1 Buah Mobil
Ambulance : 3 Buah
Posyandu Lansia : 5 Buah
Posyandu Balita : 27 Buah

B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Informan
Jumlah informan dalam penelitian ini adalah empat orang, terdiri
dari tiga orang ibu balita penderita pneumonia sebagai informan utama,
satu orang pemegang program penyakit pneumonia di Puskesmas Palaran
sebagai informan kunci.
52

Berdasarkan data yang diperoleh pada saat wawancara,


karakteristik informan utama dan kunci dapat digambarkan pada tabel
berikut :
Tabel 4.2 Kriteria Informan Utama
No Kode Usia Pendidikan
1 W.A.J 35th SD
2 W.A.S 37th SMP
3 W.A.L 31th SD

Tabel 4.3 Identitas Balita


No Inisial Umur Jenis Kelamin

1 NA 2,5th Perempuan

2 AK 2th Laki-laki

3 MA 2,5th Perempuan

Sumber :Data Primer yang diolah


Tabel 4.4 Kriteria Informan Kunci
No Kode Usia Jabatan Pendidikan
1 W.B.R 39 Pemegang Program D3 Kebidanan
Penyakit pneumonia

2. Hasil Penelitian Ajakan Kesehatan untuk Pneumonia Pada Ibu Balita


Penderita Pneumonia
a. Komunikasi Kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti pada tiga
orang ibu balita dan satu orang pemegang program pneumonia
penderita pneumonia di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran mengenai
ajakan kesehatan untuk pneumonia pada balita yang disesuaikan
53

dengan domain penelitian, ajakan kesehatan untuk pneumonia pada


balita .

1) Menerima Informasi Tentang Pneumonia


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti
terhadap tiga orang informan utama yakni ibu balita penderita
pneumonia dan satu orang informan kunci yakni pemegang program
pneumonia diketahui bahwa tiga orang informan sudah menerima
informasi tentang pneumonia namun informasi yang diterima oleh
ketiga informan tentang pneumonia masih sangat terbatas karena
hanya berupa saran untuk melakukan pencegahan namun pencegahan
yang disarankan juga masih belum lengkap dan satu dari tiga orang
informan ini disarankan untuk kembali melakukan kontrol apabila
belum sembuh. Isi dari informasi yang diterima setiap informan
berbeda-beda dua diantaranya menerima informasi berupa saran yang
berkaitan dengan pencegahan pneumonia sedangkan satu orang
informan lainnya menerima informasi berupa saran untuk melakukan
pencegahan terhadap pneumonia namun disertakan saran agar
melakukan kontrol kembali jika belum sembuh.Berdasarkan
wawancara yang dilakukan terhadap informan ketiga yakni L,
diketahui bahwa L menerima informasi berupa saran untuk melakukan
pencegahan terhadap pneumonia yang disertakan dengan saran untuk
kembali melakukan kontrol jika belum sembuh. Hal ini dibuktikan
dengan hasil wawancara sebagai berikut :
Kutipan 1
“Bilang dari puskesmasnya itu aja kalo ada yang merokok didalam
rumah disuruh keluar kalo nda anaknya yang dijauhkan,terus
rumah-rumah yang berdebu yang kotor-kotor itu dibersihkan, ee
terus masalah makanannya itu bilang dikurangi-kurangilah makan
sembarangan,dikasih makanan yang bergizi”(W.A.L.13)
54

Selanjutnya informan menjelaskan informasi lain yang diterimanya


adalah berupa saran untuk melakukan kontrol kembali. Hal ini
dibuktiksn dengan hasil wawancara sebagai berikut :

Kutipan 2
“kalonya belum sembuh disuruh bawa lagi kepuskesmas, iya itu aja
sih”(W.A.L.14)
Sementara itu, hasil wawancara yang dilakukan terhadap dua
informan utama lainnya yakni J dan S juga menunjukan bahwa
informasi yang mereka terima tidak jauh beda dengan yang diterima
oleh informan ketiga yaitu berupa saran untuk melakukan pencegahan
pneumonia diantaranya menjauhkan anak dari asap
rokok,membersihkan rumah agar tidak berdebu, memperhatikan
makanan anak namun yang membedakannya adalah informan ketiga
disarankan untuk melakukan kontrol kembali jika belum sembuh
sedangkan untuk kedua informan lainnya pencegahan lain yang
disarankan adalah agar tidak melakukan kontak fisik dengan orang
yang sudah terpapar pneumonia. Hal ini dibuktikan dengan hasil
wawancara sebagai berikut :
Kutipan 3
“Biasanya jangan jajan sembarangan jauhkan dari asap rokok,
sama debu-debu itu sih dikasitau”(W.A.S.13)
Selanjutnya menjelaskan informasi lain yang diterimanya dari
petugas kesehatan. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara sebagai
berikut :
Kutipan 4
“Dikasitau juga disuruh makan yang bergizi gitu, jauhkan dari
makanan yang membuat dia batuk, biasanya gitu, terus dikasitau
supaya bersih-bersih rumah, terus disuruh jauhin dari anak yang
batuk pilek kalo dirumah, karena itu menular”(W.A.S.15)
55

Sementara itu satu orang informan utama lainnya yakni J


mengatakan informasi yang sudah diterimanya adalah berupa saran
untuk melakukan pencegahan terhadap pneumonia namun sama seperti
dua orang informan lainnya informasi pneumonia tentang pencegahan
yang diterima oleh informan inipun masih kurang lengkap karena
berdasarkan pemaparan dari informasi yang pernah diterima informan
menjelaskan sebagian dari pencegahannya saja. Hal ini dibuktikan
dengan hasil wawancara sebagai berikut:
Kutipan 5
“Ya, disampaikan ya, ee itu jauhkan dari asap rokok, terus jangan
bakar-bakar sampah gitu, jauhkan dari asap bakar-bakar
sampahlah gitu ya,, terus pola makan anaknya dijaga dikasih
makanan yang bergizi gitu, ee terus kalo ada kakanya yang
sakitkah, itu jangan apa gitu nah, biar nda menular
hehe”(W.A.J.11)
Selanjutnya informan memaparkan informasi lain seperti ketika
jalan agar tidak terkena debu-debu jalan, asap rokok dan bakar
sampah. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara sebagai berikut :
Kutipan 6
“Ee ya kalo jalan itu sering dipesankan,,ee kena debu-debu jalan
gitu nah,,asap-asap rokok, asap-asap bakar-bakar sampah, ee itu
aja sih”(W.A.J.12)
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara pada informan kunci
yang juga mengatakan bahwa informan sudah diberikan informasi
tentang pneumonia. Ini sesuai dengan petikan dari wawancara berikut
ini :
Kutipan 7
“Awalnya kita tanyakan keluhan dulu dek,misalnya kita tanyakan
dirumah ada yang batuk atau ada yang sakit seperti itu,kalo
dibilangnya tidak ada maka kita akan berikan konseling seperti
hindari asap rokok, hindari asap obat nyamuk, debu-debu,menjaga
56

kebersihan lingkungan, lalu dari makanannyakan harus


memperhatikan makanan yang bergizi kalo dari makan itu sudah
termasuk jajan sembarangan itu gak dibolehkan,terus kita akan sara
nkan agar dibawa lagi kepuskemas kalo 2-3 hari belum ada
perubahan” (W.B.R.4)
Dari kutipan-kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi
bina suasana antara petugas kesehatan dan ibu balita yakni melalui
pemberian informasi dan anjuran petugas kepada ibu agar melakukan
pencegahan pneumonia,Adapun informasi dan anjuran yang
disampaikan petugas kepada ibu balita masih terbatas. hal ini bisa
dilihat dari hasil wawancara diatas. Dari hasil wawancara diatas juga
dapat memberikan gambaran mengenai pengetahuan ibu tentang
pneumonia masih sangat kurang.
2) Sumber Penerimaan Informasi
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap
tiga orang informan utama yakni ibu balita penderita pneumonia dan
satu orang informan kunci yakni pemegang program pneumonia
diketahui bahwa sumber informasi dari tiga orang informan ini adalah
dari petugas kesehatan di Puskesmas pada saat berobat selain dari
puskesmas dua orang dari tiga informan mengatakan tidak menerima
informasi dari sumber lain sementara satu orang informan lainnya
menjelaskan pernah menerima informasi diluar gedung puskesmas
yaitu melalui sosialisasi yang informan sendiri juga sudah tidak
mengingat dengan jelas waktu diadakannya sosialisasi itu. Wawancara
pada informan pertama yakni J pada penjelasan pertama bahwa sumber
informasi yang diterima oleh J ini dari petugas kesehatan di puskesmas
pada saat J membawa anaknya berobat .Hal ini dibuktikan dengan
hasil wawancara sebagai berikut :
Kutipan 8
“Ee, dari petugasnya sih, petugas puskesmasnya sih sama
bidannya”(W.A.J.13)
57

Selanjutnya informan memaparkan bahwa informan mendapatkan


informasi pada saat anaknya sakit di Puskesmas. Hal ini dibuktikan
dengan hasil wawancara sebagai berikut :
Kutipan 9
“Dapat informasinya pas anak saya sakit dipuskesmas”(W.A.J.14)
Lebih lanjut J juga menjelaskaan bahwa dirinya tidak pernah
menerima informasi diluar puskesmas ataupun mengikuti sosialisasi
yang diadakan oleh petugas diwilayahnya. Hal ini dibuktikan dengan
hasil wawancara sebagai berikut :
Kutipan 10
“ee gak ada sih mba kalo sosialisasi, gak ada memang sih mba disini,
Cuma mungkin saya yang kurang tahu, mungkin karena saya cuek
juga, cuman mungkin kalo dilain itu ada aja gitu ya”(W.A.J.15)
Berdasarkan kutipan diatas diketahui bahwa informan pertama
yakni J menggunakan sumber yang terpercaya sebagai sumber
informasinya seperti dari petugas kesehatan di pusekesmas
namuninformasi yang diterima melaui petugas kesehatan dipuskesmas
didapatkan hanya pada saat berobat, ini menunjukan bahwa informasi
yang diterimapun hanya akan seadanya tentang pneumonia dan tidak
menyeluruh tentang pneumonia. Selain itu informan kedua yakni S juga
kurang terpapar dengan informasi mengenai pneumonia karena sumber
informasi yang digunakan hanya bergantung pada petugas kesehatan
dipuskemas dan S menerima informasi tentang pneumonia hanyapada
saat anaknya sakit namun sebelumnya S pernah mengikuti sosialisasi
yang diadakan diwilayahnya namun untuk waktunya tepatnya
sosialisasi itu S kurang ingat. Hal ini dibuktikan dengan hasil
wawancara sebagai berikut :
Kutipan 11
“Biasanya, pas berobat itu biasanya petugasnya yang
ngasitau”(W.A.S.16)
58

Dari kutipan diatas diketahui bahwa informan kedua yakni S


menerima informasi tentang pneumonia biasanya dari petugas
kesehatan dipuskesmas pada saat berobat. Kemudian selanjutnya S
menjelaskan bahwa pernah menerima informasi selain hanya pada saat
berobat dipuskesmas yaitu melalui sosialisasi yang pernah diadakan
oleh petugas kesehatan sebelumnya diwilayah tempat tinggalnya tetapi
untuk waktu tepatnya S tidak mengingat dengan jelas kapan
diadakannya sosialisasi itu. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara
sebagai berikut :
Kutipan 12
Kalo selain kepuskesmas itu pernah ada sosialisasi itu mungkin
setahun yang lalu ya itu, kurang ingat juga sih, habis itu nda
lagi”(W.A.S.20)
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa sumber informasi
yang digunakan S hanya dari petugas kesehatan dipuskesmas pada saat
anaknya dibawa berobat, selain itu informasi yang diterima juga pernah
melalui sosialisasi dari petugas kesehatan yang diadakan diwilayahnya,
namun jangka waktu dari informasi yang diterima itu sudah sangat
lama. Ini menunjukan bahwa S kurang terpapar dengan informasi
mengenai pneumonia, sumber informasi yang digunakan hanya
berharap pada petugas kesehatan sementara perilaku S untuk mencari
informasi dari sumber lain sangat kurang. Sementara itu hasil
wawancara pada satu orang informan utama lainnya yakni L
mengatakan bahwa sumber informasi hanya dari petugas kesehatan
dipuskesmas pada saat anaknya sakit dibawa kepuskesmas. Hal ini
dibuktikan dengan hasil wawancara berikut ini :
Kutipan 13
“Dokterkah bidannya itu ya, kurang ingat juga saya”(W.A.L.15)
Informan L juga menjelaskan bahwa informasi pneumonia L dapatkan
pada saat anaknya sakit di Puskesmas. Hal ini dibuktikan dengan hasil
Wawancara sebagai berikut :
59

Kutipan 14
“Saya dapat informasinya pas waktu anak saya sakit, saya bawa
kepuskesmas, dan bilang puskesmasnya begitu” (W.A.L.16).
selanjutnya L menjelaskan bahwa L tidak menerima informasi dari
sumber lain selain dipuskesmas, ini dibuktikan dengan hasil wawancara
sebagai berikut :
Kutipan 15
“Gak ada sih, langsung dari puskesmasnya aja, dan kita yang
langsung kepuskesmasnya” (W.A.L.17)
Dari kutipan diatas diketahui bahwa L hanya mendapatkan
Informasi hanya ketika anaknya sakit, dan L menerima informasi
tentang pneumonia dari sumber yang terpercaya yaitu dari petugas
kesehatan di puskesmas, namun meskipun demikian perilaku L yang
mencari informasi hanya ketika anaknya sakit menunjukan bahwa L
juga masih sangat kurang terpapar dengan informasi tentang
pneumonia, keyakinan L hanya tergantung kepada puskesmas yang
mana ketika anaknya sakit L baru akan menerima informasi, sementara
tidak ada upaya L untuk mencari dan menemukan sumber informasi
lain selain pada petugas kesehatan.
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara peneliti dengan
informan kunci yang juga mengatakan bahwa pemberian informasi
dilakukan oleh petugas kesehatan dipuskesmas dan pernah dilakukan
diluar puskesmas seperti melakukan sosialisasi keseluruh RT pada
tahun 2017, kemudian untuk 2018 dan 2019 memang belum diadakan
sosialisasi kembali. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara sebagai
berikut :
Kutipan 16
“Pemberian informasi kita lakukan dipuskesmas Selain dipuskesmas
itu pemberian informasi seperti sosialisasi keluar Kalo untuk tahun
ini sama tahun kemarin itu belum ada dilakukan sosialisasi lagi, Tapi
60

kalo untuk tahun lalunya tahun 2017 saya ada penyuluhan di RT,
semua RT diseluruh RT” (W.B.R.6).
Dari kutipan-kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata
sumber informasi ibu balita penderita pneumonia adalah dari petugas
kesehatan dipuskesmas.Adapun bina suasana yang terjalin di
Puskesmas Palaran adalah hanya petugas dengan pasien/ibu balita dan
berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan juga tidak menemukan
upaya bina suasana yang terjalin antara individu tokoh masyarakat dan
kelompok masyarakat, hal ini juga bisa dilihat dari hasil wawancara
diatas bahwa sumber penerimaan informasi pneumonia ibu di Wilayah
tersebut hanya dari petugas kesehatan. Dari wawancara diatas dapat
memberikan gambar bahwa peran aktif petugas promosi kesehatan di
Wilayah tersebut masih belum maksimal dibuktikan dengan sosialisasi
tentang pneumonia belum pernah dilaksanakan lagi selain pada tahun
2017.
3) Media Penerimaan Informasi Tentang Pneumonia
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap tiga
orang informan utama yakni ibu balita penderita pneumonia dan satu
orang informan kunci diketahui bahwa media penerimaan informasi
dari ketiga informan adalah melalui media di puskesmas seperti leaflet,
brosur dan poster, informan melihat adanya ketersediaan media
informasi tersebut dipuskesmas, namun pemanfaatannya belum
maksimal dilakukan oleh informan, ketika kepuskesmas informan
hanya membaca sekilas-kilas informasi yang ada pada media tersebut,
bahkan ada media yang tidak dibaca sama sekali karena informan
beranggapan bahwa ketika kepuskesmas tujuan mereka hanya untuk
berobat . Wawancara yang dilakukan pada informan pertama yakni J
mengatakan bahwa informan melihat adanya ketersediaan media
informasi ketika berada dipuskesmas namun informan kurang maksimal
dalam memanfaatkan media tersebut. Hal ini dibuktikan dengan hasil
wawancara sebagai berikut :
61

Kutipan 17
“ya, ada sih mba saya liat, cuman yang saya liat tuh cuman yang
didinding-dinding aja gitu, gak kepikiran juga mau baca yang
dikotak-kotak kecil itukan, pikiran saya berobat aja gitu nah, jadi
kalo duduk Cuma keliat yang didinding-dinding aja
hehe”(W.A.J.20).
Lebih lanjut informan J memaparkan alasan tidak maksimal
dalam memanfaatkan media informasi yang tersedia dipuskesmas
karena J merasa tujuannya kepuskesmas hanya untuk berobat . Hal ini
dibuktikan dengan hasil wawancara sebagai berikut :
Kutipan 18
“Ee gak kepikiran aja sih mba saya baca, karena saya mau berobat
anak aja gitu nah, jadi ya, gak kepikiran mau baca hehe” (W.A.J.21)
Dari kutipan diatas diketahui bahwa J kurang memanfaatkan media
informasi yang tersedia dipuskesmas, J beranggapan bahwa
kepuskesmas hanya untuk melakukan pengobatan, hal ini menunjukan
pola pikir J yang salah mengakibatkan daya tariknya terhadap media
informasi yang tersedia sangat kurang yang mempengaruhi minat
membaca dari informan ini kurang. Sementara itu wawancara dengan
informan kedua yakni S juga kurang maksimal dalam memanfaatkan
media informasi yang tersedia sama halnya dengan informan pertama J
juga melihat adanya media informasi yang tersedia, dari media yang
tersedia tersebut pemanfaatannya kurang maksimal dan ada juga yang
tidak dimanfaatkan sama sekali. Hal ini dibuktikan dengan hasil
wawancara sebagai berikut :
Kutipan 19
“Pernah sih, cuman ngeliat gitu aja yang didinding,yang dipapan itu,
cara menangani cuci tangan,,batuk pilek, ya, cuman ya diliat gitu aja
sudah, nda dibaca, paling diliat oh, ya itu, sudah, nda dibaca
lagi”(W.A.S.24)
62

Selanjutnya informan memaparkan bahwa media seperti poster


yang ditempelkan didinding ataupun papan informasi sempat dibaca
namun hanya sekilas. Hal ini dibuktikan denga hasil wawancara sebagai
berikut :
Kutipan 20
“Ya baca, kalo yang namanya didinding sama dipapan itu ya kita
nunggu ya pasti baca, ya cuman yang sekilas-sekilas aja yang baca,
sambil nunggu ya, baca-baca juga”(W.A.S.25).
Dari kutipan diatas diketahui bahwa tidak adanya ketertarikan
informan terhadap media informasi yang tersedia menyebabkan
informan hanya melihat-lihat dan membaca sekilas-sekilas media yang
tersedia. Selanjutnya S menjelaskan ada media yang tidak dimanfaatkan
atau dibaca oleh S karena S merasa tidak perlu untuk membaca semua
jenis media yang tersedia dipuskesmas, dengan alasan yang sama dengan
informan sebelumnya S menjelaskan bahwa tujuannya kepuskesmas
hanya untuk membawa anaknya berobat. Hal ini dibuktikan dengan hasil
wawancara sebagai berikut :
Kutipan 21
“Iya yang brosur kaya kertas kecil itukan Itu ada sih tapi nda dibaca
sih,,cuman kalo kepuskesmaskan buat berobat aja, cuman kalo yang
didinding itukan sembari nunggu sambil liat-liat, oh itu, itu, itu
aja,nda fokus membacanya”(W.A.S.29).
Dari kutipan ini diketahui bahwa S melihat adanya jenis media lain
selain media seperti poster yang ditempelkan dipapan informasi tetapi
ada jenis media lainnya seperti brosur tetapi informan tidak
memaanfaatkan media tersebut dengan hanya melihat dan tidak
mengambil media tersebut untuk dibaca dengan tujuan menambah
informasi informan tentang pneumonia. Sementara itu wawancara yang
dilakukan terhadap satu orang informan lainnya yakni L mengatakan
bahwa dia memang melihat dan menyadari ketersediaan media informasi,
tetapi L hanya melihat dan tidak mengambil untuk dibaca, kemudian L
63

sempat melihat media lainnya yang tersedia juga seperti poster yang
ditempelkan dipapan informasi dan L mengatakan bahwa sempat
membaca namun hanya sekedar membaca. Hal ini dibuktikan dengan
hasil wawancara sebagai berikut :

Kutipan 21
“Ada sih, Cuma ngeliat aja gitukan,nda ngambil” (W.A.L.21)
Selanjutnya L menjelaskan tidak kepirikan untuk membaca media yang
tersedia dengan alasan ketika ke Puskesmas Fokusnya hanya untuk
berobat anak. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara sebagai
berikut:
Kutipan 22
“Nda, nda kepikiran sih, soalnya fokus untuk berobat anak”(W.A.L.22)
Diketahui dari dari kutipan diatas kesadaran informan akan
memanfaatkan media informasi yang tersedia sangat kurang. Informan
merasa ketika berada dipuskesmas informan hanya fokus untuk
pengobatan anaknya, sehingga kesadaran untuk memanfaatkan media
informasi yang tersedia tidak terpikirkan. Selanjutnya S menjelaskan
bahwa ada media informasi yang sempat dibaca oleh informan namun
informan mengaku hanya sekedar membaca. Hal ini dibuktikan dengan
hasil wawancara sebagai berikut :
Kutipan 23
“Ada sih, sempat ngebaca kalo yang didinding sama yang dipapan
itu,tapi sekedar ngebaca aja”(W.A.L.24).
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan
informan kunci yang mengatakan bahwa mereka menyediakan media
informasi tentang pneumonia dipuskesmas tetapi tidak dilakukan
sosialisasi mengenai pemanfaatan media yang tersedia, Pemanfaatan
media yang tersedia tergantung dari kesadaran informan untuk
memanfaatkan media yang tersedia tersebut. Hal ini dibuktikan dengan
hasil wawancara sebagai berikut :
64

Kutipan 24
“Biasanya untuk media seperti brosur leaflet itukan kita sediakan di
pendaftaran itu ada,terus diinformasi juga itu ada”
“Gak ada sih dek, itu tergantung dari kesadaran ibu balita itu sendiri
untuk menmanfaatkan media-media itu” (W.B.R.8.9).
Adapun berdasarkan hasil observasi peneliti ditemukan bahwa
ketersediaan media di Wilayah Kerja Pukesmas palaran hanya disediakan
ditempat pelayanan seperti Puskesmas diluar puskesmas tidak ditemukan
media informasi untuk pneumonia yang bisa diakses oleh masyarkat luas
di Wilayah tersebut, dan ketesedian media informasi ditempat pelayanan
seperti Puskesmas juga masih sangat terbatas hal ini dibuktikan dengan
hasil dokumentasi sebagai berikut :

4.1 Media informasi berupa poster Informasi Gejala Dini


Pneumonia pada Balita yang tersedia di Puskesmas
Palaran

4.2 Media Berupa Poster Informasi Gejala Pneumonia Pada Balita


yang tersedia di Puskesmas Palaran
65

Dari kutipan-kutipan diatas dan berdasarkan observasi peneliti


dapat disimpulkan bahwa di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran sudah
tersedia media informasi pneumonia seperti leaflet, brosure dan poster,
namun ketersediaan media informasi tersebut hanya disediakan di tempat
pelayanan Kesehatan seperti Puskesmas sedangkan ketersediaan media
diluar tempat pelayanan kesehatan ataupun tempat-tempat umum yang
bisa diakses oleh masayarakat luas di Wilayah tersebut belum ada dalam
ini bisa dikatakan bahwa puskesmas telah melakukan bina suasana publik
dengan memanfaat media informasi yang tersedia namun bina suasana
yang dilakukan melalui pemanfaatan media ini masih belum efektif.
4) Hambatan dalam Penerimaan Informasi Tentang Pneumonia
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap 3 orang
informan utama diketahui bahwa dalam proses penerimaan informasi
tentang pneumonia informan mengatakan memiliki hambatan. Hambatan
yang informan alami berbeda-beda, satu diantara tiga orang informan
mengatakan bahwa infroman kurang cerna atau kurang paham jika tidak
diberikan penjelasan yang banyak jadi susah paham.Sementara satu
orang informan lainnya mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada
hambatan yang berasal dari informannya sendiri namun informan
mengatakan hambatannya dari anaknya sendiri yang mana ketika
dibawah kepuskesmas anaknya suka nangis ketakutan karena berpikir
bahwa kepuskesmas akan disuntik, jadi ketika petugas kesehatan seperti
dokter menyampaikan informasi tentang pneumonia informan merasa
informasi yang tersampaikan jadinya kurang jelas.
Kemudian pada satu orang informan lainnya mengatakan bahwa
hambatan yang dialami adalah informan merupakan orang yang susah
paham atau susah menangkapi sesuatu yang dijelaskan dan informan ini
juga memiliki hambatan yang berasal dari anaknya sendiri yakni anaknya
sering menangis, rewel dan cerewet sehingga mengakibatkan informan
kadang-kadang lupa dengan apa yang disampaikan. Pada informan
pertama yakni J mengatakan bahwa informan merasa kurang jelas dan
66

kurang cerna dalam menerima informasi jika penjelasannya kurang


banyak. Hal ini dibuktikan dengan wawancara sebagai berikut :
Kutipan 25
“Ya, kesulitannya ya, kurang jelas gitu ya , ee namanya saya ini juga
kalo kurang penjelasan yang banyak gitu, kurang gimana gitu hehe,
kurang cerna hehe, susah paham gitu nah mba, kalo sudah kadang
pulang, kadang lupa apa yang diomongkan, mau tanya, mau tanya lagi
gak berani gitu hehe”(W.A.J.26)
Adapun hasil wawancara dengan informan utama J juga
menjelaskan anaknya sering rewel ketika di Puskesmas. Hal ini
dibuktikan dengan hasil wawancara sebagai berkut :
Kutipan 26
“itu namanya kita lagi berobat jugakan apalagi tuh, anak lagi rewel-
rewel tuh, kalo sudah dijelaskan, aduh, kadang gak, gak dengar
gitu,karena anak rewel gitu, ya namanya gagal fokus gitukan hehe”
(W.A.J.28)
Dari kutipan diatas dapat simpulkan bahwa informan J merasa
kurang paham dengan informasi yang sudah diterimanya karena
penjelasan dari informasi yang diterima oleh informan kurang banyak,
informan mengatakan bahwa susah paham dan susah mencerna informasi
yang diterima jika penjelasan dari informasi yang diterimanya itu kurang
banyak dan kurang fokus karena anaknya menangis, disisi lain informan
juga tidak berani untuk bertanya kembali mengenai informasi yang sudah
diterima oleh informan tersebut.
Sementara itu wawancara terhadap informan lainnya yakni L
mengatakan bahwa hambatan informan dalam menerima informasi
tentang pneumonia yakni informan adalah orang yang susah nangkap
kalo dijelaskan , informan juga menjelaskan karena anaknya juga sering
rewel ketika dibawa kepuskesmas menyebabkan informan kurang paham
dengan informasi yang disampaikan.Hal ini dibuktikan dengan hasil
wawancara sebagai berikut :
67

Kutipan 27
“Ee soalnya saya ini orangnya kurang nangkep sih kalo dijelaskan
begitukan soalnya anaknya juga sering rewel, nangis cerewet gitu, Jadi
kurang pahamlah gitu, kadang-kadang kalo pulang rumah bisa lupa,
apa-apa bilang dokternya”(W.A.L.31)”.
Selanjutnya satu orang informan lainnya juga menjelaskan bahwa
yang menjadi kendala pada saat informan menerima informasi tentang
pneumonia yakni anaknya sering nangis ketika diPuskesmas, karena
anaknya berpikir akan disuntik menyebabkan informasi pneumonia ini
kurang jelas tersampaikan ke informan. Hal ini dibuktikan dengan hasil
wawancara sebagai berikut :
Kutipan 28
“Nda juga sih sebenarnya cuman anakku tuh kalo kita bawa
kepuskesmas itu suka nangis, dia kalo sudah dokter itu nangis taunya
disuntik pasti nangis, jadi kalo berobat pas dokter jelasin dia nangis
ketakutan,dianya nangis minta pulang (W.A.S.36)
Adapun informan utama ini juga memaparkan kurang jelas
menerima informasi pada saat anaknya menangis. Hal ini dibuktikan
dengan hasil wawancara berikut :
Kutipan 29
“Ya kurang jelas gitu sih jadinyakan, karena dia nangis gitukan,
biasanya itu”(W.A.S.37)
Adapun berdasarkan observasi peneliti hambatan lain dari
informan yang ditemukan adalah berupa ketersediaan media yang rata-
rata isi pesannya dalam bentuk deskripsi, seinggga informan sulit
memahami isi pesan yang disampaikan. Hal ini dibuktikan dengan hasil
dokumentasi sebagai berikut:
68

Gambar 4.3 Brosure Pneumonia


Dari kutipan-kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas
ibu balita penderita pneumonia diwilayah Kerja Puskesmas Palaran
memiliki hambatan yang mempengaruhi kurangnya pemahaman informan
mengenai informasi tentang penumonia, sebagaian besar faktor
penghambat yang mempengaruhi kurang tersampainya informasi
pneumonia pada informan adalah di pengaruhi faktor anak yang sering
rewel ketika dibawa kepuskesmas dan sebagaian kecilnya adalah
hambatan dari informannya sendiri yang kurang paham atau sulit
memahami informasi yang disampaikan dan ketersedian media yang
dalam bentuk deskripsi menyebabkan informan sulit memahami isi pesan.
B. Hasil Dukungan Kebijakan yang Berkaitan dengan Pneumonia Pada
Balita
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan tiga orang informan
utama diketahui bahwa dua dari tiga orang informan informan hanya
mengetahui adanya kebijakan umum yang berkaitan dengan pneumonia
pada balita sedangkan untuk kebijakan khusus mayoritas informan tidak
69

mengetahui adanya kebijakan khusus untuk pneumonia pada


balita.Adapun kebijakan umum yang berkaitan dengan pneumonia yang
diketahui oleh dua informan utama diantaranya adalah mengenai Kawasan
Tanpa Rokok (KTR). Adapun satu orang informan lainnya tidak
mengetahui adanya kebijakan umum maupun kebijakan khusus untuk
pneumonia Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara sebagai berikut :
Kutipan 30
“Ee gak ada sih mba, gak, gak tahu gitu nah, gak ada sih
kayanya”(W.A.J.30).
Sementara berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap tiga orang
informan utama lainnya diketahui bahwa informan utama mengetahui
adanya kebijakan umum yang berkaitan dengan pneumonia pada
balita.Seperti penerapan KTR dipuskemas. Hal ini dibuktikan dengan hasil
wawancarasebagaiberikut:
Kutipan 31
“Eekalo sosialisasi tentang bahaya merokok iya ada, tapi kalo soal yang
fokus batuk, pilek sama sesak itu tadi nda ada”(W.A.S.41)
Sementara wawancara dengan informan yang lainnya yakni L juga
menjelaskan tentang dukungan kebijakan umum yang berkaitan dengan
pneumonia. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara sebagai berikut :
Kutipan 32
“Disampaikan aja, itu bilangnya kalo ada yang ngerokok disuruh keluar
aja, sampah bakar sampah itu nda boleh katanya” (W.A.L.37)
Adapun Dukungan kebijakan umum lain yang dipaparkan
informan adalah mengenai KTR. Hal ini dibuktikan dengan wawancara
berikut :
Kutipan 33
“ya ada, kaya tulisan semacam spanduk gitukan,,kaya gak boleh
ngerokok didalam ruangan, dipuskesmas gitukan, atau didalam
rumah”(W.A.L.38)
70

Selain itu berdasarkan wawancara peneliti pada tiga orang


informan utama mengenai kebijakan khusus untuk pneumonia, diketahui
bahwa informan tidak mengetahui adanya kebijakan khusus yang
diterapkan puskesmas palaran untuk penanganan pneumonia pada balita.
Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara sebagai berikut :
Kutipan 34
“Ee gak ada sih mba, gak, gak tahu gitu nah, gak ada sih kayanya”
(W.A.J.30)
Selanjutnya Informan kedua juga menjelaskan bahwa tidak
mengetahui kebijakan khusus tentang pneumonia hal ini dibuktikan
dengan hasil wawancara berikut :
Kutipan 35
“Nda ada”(W.A.S.39).
Informan ketiga juga tidak pernah mendengar tentang dukungan
kebijakan khusus untuk pneumonia. Hal ini dibuktkan dengan hasil
wawancara berikut :

Kutipan 36
“Gak pernah dijelaskan”(W.A.L.35)
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan
informan kunci diketahui bahwa kebijakan yang berkaitan dengan
pneumonia terdiri dari kebijakan yang bersifat umum dan khusus. Adapun
kebijakan yang bersifat umum yakni Kawasan Tanpa Rokok (KTR),
larangan buang dahak sembarangan dan pemanfaatan masker, hal ini
dibuktikan dengan hasil wawancara sebagai berikut :
Kutipan 37
“Ya, paling yang kita terapkan kaya itu aja sih dek misalkan kalo anak
batuk selalu dipakai masker, terus jangan buang dahak
sembarangan,iya itu aja” (W.B.R.13)
Adapun Informan kunci juga memamparkan ada penerapan KTR di
Puskesmas. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara berikut :
71

Kutipan 38
“Iya kaya KTR itukan ada tuh didepan”(W.B.R.16)
Selain itu, berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti
diketahui bahwa ada dukungan kebijakan lain yang bersifat umum yang
berkaitan dengan pneumonia pada balita yakni pemberian ASI Ekslusif
pada bayi, pemberian imunisasi dan etika batuk. Hal ini dibuktikan dengan
hasil dokumentasi sebagai berikut :

Gambar 4.4 Bentuk Dukungan Kebijakan Bersifat Umum


Berupa Poster Etika Batuk di Puskesmas Palaran

Gambar 4.5 Bentuk Dukungan Kebijakan Bersifat Umum


Berupa Poster Pemberian ASI eksklusif di Puskemsas
Palaran
72

Gambar 4.6 Bentuk Dukungan Kebijakan Bersifat Umum


Berupa Poster Pemberian Imunisasi di Puskesmas Palaran
Adapun kebijakan khusus yang berkaitan dengan penanganan
masalah pneumonia pada balita yang ada dipuskesmas Palaran diketahui
bahwa belum ada kebijakan khusus tentang pneumonia dari puskesmas
palaran namun disesuaikan kebijakan utama dalam mencegah dan
mengendalikan pneumonia anak-anak termasuk balita yang tertulis dalam
pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapasan
akut(2011) yang telah direvisi pada tahun 2016.Adapun fokus utamanya
diterjemahkan dalam 5 kegiatan dimana salah satunya merupakan
penemuan dantatalaksana pneumonia pada balita. Hal ini dibuktikan
dengan hasil wawancara sebagai berikut :
Kutipan 39
"Ya,kita gunakan itu adalah penemuan dan tatalaksana pneumonia
pada balita yang sesuai SOP, dan itu dasarnya kita ikuti yang sesuai
dibuku pedomannya itu"(W.B.R.12)
Berdasarkan informasi dari informan kunci diketahui bahwa
dalam menyelesaikan masalah pneumonia, pihak puskesmas palaran
menerapkan kebijakan utama dari pneumonia pada anak-anak termasuk
balita yang tertulis dalam pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi
saluran pernafasan akut (2011) yang telah direvisi pada tahun 2016 dengan
salah satu fokus utama kegiatannya adalah penemuan dan tatalaksana
pneumonia pada balita.
Dari Kutipan-kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat
dukungan kebijakan yang bersifat umum dan khusus di Puskesmas
73

Palaran, namun mayoritas informan hanya mengetahui dukungan


kebijakan yang bersifat umum sedangkan dukungan kebijakan yang
bersifat khusus mayoritas informan tidak mengetahuinya.
3. Hasil Penelitian Partisipasi Masyarakat Terhadap Pencegahan
Pneumonia Pada Balita
a) Kontribusi Ibu Balita
1) Pemberian ASI Eksklusif
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti
terhadap tiga orang informan utama diketahui bahwa mayoritas ibu
balita penderita pneumonia tidak memberikan ASI Eksklusif pada
balita tetapi dibantu dengan susu formula alasan yang dipaparkan
informan bermacam-macam seperti alasan pekerjaan, kemudian
capeh menyususi, dan persedian ASI yang tidak cukup
mengakibatkan informan memilih alternatif bantuan dengan susu
formula. Wawancara pada informan pertama yakni J mengatakan
bahwa informan tidak memberikan ASI sepenuhnya pada 6 bulan
pertama kelahiran tetapi dibantu dengan susu formula disebabkan
karena persediaan asi tidak cukup. Hal ini dibuktikan dengan hasil
wawancara sebagai berikut:
Kutipan 40
“Iya sih ASI Eksklusif cuman nda sampai 6 bulan” (W.A.J.34)
Adapun J juga memaparkan alasan mengenai balitanya
tidak diberikan ASI eklsusif full waktu bayi. Dibuktikan dengan
hasil wawancara berikut :
“keluhan jugakan, karena ASInya gak banyak keluar gitu nah,
setetes-tetes sedikit, jadi ya, dibantu aja sama susu
formula”(W.A.J.34)
Selanjutnya informan kedua yakni S menjelaskan bahwa
informan tidak memberikan ASI Eksklusif full untuk balitanya,
alasan yang dipaparkan informan adalah karena informan kerja
sehingga untuk pemberian ASI dengan susu formula, kemudian
74

informan juga menjelaskan alasannya tidak melakukan pompa ASI


informan merasa pompa ASI itu ribet. Hal ini dibuktikan dengan
asil wawancara sebagai berikut :
Kutipan 41
“Ya, karena saya kerja juga gitu, jadi kalo saya kerja, saya kasih
susu formula, dirumah baru ASI, jadi diselingin
gitu”(W.A.S.47)
Selanjutnya S menjelaskan alasan tidak melakukan pompa
ASI untuk menghindari pemberian susu formula dibuktikan dengan
hasil wawancara sebagai berikut :
Kutipan 42
“Ee nda kepikiran sih, tapi kalo pake pompa ASI agak
ribet”(W.A.S.49)
Adapun alasan lain dari informan tidak melakukan pompa
ASI adalah sebagai berikut :
Kutipan 43
“Di, karena dipompanya lama, kita harus ditaruh dulu di,
anu,dikulkas dia, nda bolehkan ,dia harus sendiri freezernya
,nda boleh digabung sama yang lain, ituyang ribet, sedangkan
kita pake kulkas produk, anu apa rumah tangga,jadi nda bisa,
itukan khusus nda boleh digabungkan sama yang lain, jadi agak
ribet”(W.A.S.50)
Sementara wawancara pada informan lainnya yakni L
mengatakan bahwa pada balitanya tidak diberikan ASI Eksklusif
sepenuhnya karena informan merasa capeh jika menyusui terus dan
informan juga mengatakan bahwa menurut informasi dari
suaminya yang dia dengar bahwa pemberian ASI dibantu susu
formula mampu meningkatkan daya tahan tubuh anaknya. Hal ini
dibuktika n dengan hasil wawancara sebagai berikut :
Kutipan 44
“Ee itu sih ada dibantu, sama susu formula” (W.A.L.40)
75

Adapun alasan yang dipaparkan informan tidak diberikan


ASI eksklusif full adalah dibuktikan dengan hasil wawancara
berikut :
Kutipan 45
“Kadang-kadang juga sih kalonya kita cape,pegel karena netek
badankan, kita bikinkan susu formula, terus bilang bapaknya
juga sih,bagus jugakan untuk menambah daya tahan tubuhnya
gitu, biar kuat gitu”(W.A.L43).
Dari kutipan-kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa
mayoritas ibu balita penderita pneumonia diwilayah Kerja
Puskesmas Palaran tidak konsisten dalam pemberian ASI eksklusif,
yang mana ASI Eksklusif tidak diberikan secara masksimal kepada
balita tetapi dibantu dengan susu formula karena alasan kerja, capeh
menyusui badan dan stok ASI yang terbatas. Hal ini menunjukan
perilaku ibu dalam pencegahan pneumonia pada balita masih
kurang, dalam hal ini perlu diadakan penyuluahan yang rutin tentang
manfaat pemberian ASI eksklusif dalam mencegah pneumonia pada
balita, agar masyarakat menyadari pentingnya pemberian ASI
Ekslusif untuk kesehatan bayi atau balita maupun ibu kedepannya.
2) Membawa Anak untuk diimunisasi
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti
terhadap tiga orang informan utama diketahui bahwa masih ada
informan yang hanya kadang-kadang saja membawa balitanya untuk
diimunisasi, dari tiga orang ibu balita penderita pneumonia terdapat
dua orang informan yang status imunisasinya kurang lengkap dan
satu orang diantaranya status imunisasinya sejauh ini sudah lengkap.
Wawancara pada informan pertama yakni J mengatakan bahwa
anaknya diimunisasi hanya sekali setelah lahir, untuk seterusnya
informan tidak pernah membawa balitanya untuk diimunisasi
kembali. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara sebagai berikut:
Kutipan 46
76

“imunisasinya sih, baru lahir aja sih mba"(W.A.J.39)


Adapun informan menjelaskan alasan hanya sekali membawa
anaknya untuk diimunisasi adalah sebagai berikut :
Kutipan 47
“Ee, itu sih, itu kadang mau imunisasi gitukan, tapi pasti ada tuh,
kalo tanggalnya imunisasi tuh, pasti pilek gitu, pilek, ee jadi gak
bolehkan kalo pilek itukan, jadi terus, ee pulang, terus belakangan
malas sudah ngebawanya hehe”(W.A.J.43)
Selanjutnya wawancara pada informan utama kedua yakni S
mengatakan bahwa informan selalu membawa balitanya untuk
diimunisasi pada saat ada jadwal imunisasi, hal ini menunjukan
informan peduli terhadap kesehatan balitanya.Hal ini dibuktika
dengan hasil wawancara sebagai berikut :
Kutipan 48
“Lengkap”(W.A.S.51)
Selanjutnya informan menjelaskan bahwa status imunisasi dari
balitanya lengkap. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara
berikut :
Kutipan 49
“Ee saya lupa sih, tapi dicatatan lengkap sih”(W.A.S.52)
Sementara itu wawancara yang dilakukan pada satu orang
informan lainnya yakni L diketahui bahwa informan L pernah tidak
membawa anaknya untuk diimunisasi. Hal ini dibuktikan dengan
hasil wawancara sebagai berikut :
Kutipan 50
“Ee pernah yang umur 8 bulan, sama yang pertama lahirkan , umur
seminggu pernah juga,yang setahun setengah, itu aja”(W.A.L.45)
Adapun informan menjelaskan bahwa ketika ada jadwal
imunisasi kadang informan tidak ada ditempat. Hal ini dibuktikan
dengan hasil wawancara berikut :
Kutipan 51
77

“nda juga sih kalo lengkap, soalnya kita sering nda ada dirumah
jalan gitu,jadi nda sempat ikut itukan kalo ada jadwal imunisasi”(
W.A.L.46).
Dari kutipan-kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata
ibu balita di Wilayah kerja Puskesmas Palaran kadang-kadang saja
membawa balitanya untuk diimunisasi, hal ini menunjukan partisipasi
ibu dalam pencegahan pneumonia pada balita belum maksimal
dilakukan. Dalam hal ini penyuluhan ataupun sosialisasi mengenai
manfaat dari membawa balita untuk diimunisasi terhadap pencegahan
pneumonia perlu dilakukan secara terus-menerus agar meningkatkan
partisipasi ibu balita terhadap pencegahan pneumonia serta menyadari
akan manfaat dari membawa balita untuk dimunisasi.
3) Mencuci Tangan Pakai Sabun
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan tiga orang
informan utama diketahui bahwa ibu balita penderita pneumonia
dalam hal mencuci tangan balita pakai sabun setelah beraktivitas
diluar rumah sudah dilakukan oleh tiga orang informan utama, namun
pada pelaksanaanya belum maksimal dilakukan oleh informan, dalam
pelaksanaanya mayoritas informan kadang mencuci tangan
menggunakan sabun kadang juga lupa menggunakan sabun akibatnya
tangan hanya dicuci menggunakan air biasa. Wawancara pada
informan pertama yakni J diketahui bahwa informan selalu mencuci
tangan sehabis melakukan aktivitas diluar rumah, namun informan
kadang-kadang saja menggunkan sabun pakai sabun. Hal ini
dibuktikan dengan hasil wawancara sebagai berikut :
Kutipan 52
“Iya cuci tangan sih”(W.A.J.52)
Adapun informan ini menjelaskan bahwa kadang mencuci
tangan balitanya menggunkan sabun hanya ketika tangannya kelihatan
kotor. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara berikut :
Kutipan 53
78

“Ee kalo dia main pasir gitukan, main tanah-tanah,,main kotor-


kotor betul baru kita kasih sabun hehe,,tapi kalo biasa aja sih, cuci-
cuci pake air, air aja biasa”(W.A.J.53)
Sementara itu pada satu orang informan lainnya yakni S
diketahui bahwa informan kadang-kadang saja mencuci tangan
balitanya menggunakan sabun. Hal ini terbukti dengan hasil
wawancara sebagai berikut :
Kutipan 54
“Ya kadang-kadang pakai sabun, kadang engak”(W.A.S.59)
Berikutnya informan menjelaskan jika dalam keadaan buru-
buru iinforman mencuci tangan hanya menggunkan air biasa. Hal ini
dibuktikan dengan hasil wawancara sebagai berikut :
Kutipan 55
“Ya, kalo sudah buru-buru cuci tangan sudah pakai air biasa
aja”(W.A.S.60)
Sedangkan pada satu informan utama lainnya yakni L
diketahui bahwa tangan balitanya kadang-kadang dicuci pakai sabun
dan kadang juga tidak. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara
sebagai berikut :
Kutipan 56
“Kadang-kadang cuci tangan, kadang-kadang juga lupa cuci
tangannya”(W.A.L.57)
Adapun informan juga menjelaskan hanya kadang-kadang saja
cuci tangan menggunakan sabun. Hal ini dibuktikan dengan hasil
wawancara berikut :
Kutipan 57
“Kadang-kadang pakai sabun, kadang-kadang nda juga
hehe”(W.A.L.58)
Adapun Berdasarkan observasi Peneliti diketahui bahwa
diwilayah kerja Puskesmas Palaran tidak ditemukan tempat umu
sebagai sarana cuci tangan Cuma-Cuma diwilayah tersebut, disisi
79

lain berdasarkan observasi ditemukan juga bahwa rata-rata dirumah


warga atau masyarakat diwilayah Kerja Puskesmas Palaran tidak
ditemukan instalasi air bersih berasal dari PAM yang digunakan
sebagai air untuk cuci tangan, rata-rata masyarakatnya menggunakan
air Penampungan dari air hujan dimana , kondisi tempat
penampungan air tersebut juga tidak di perhatikan dari segi
kebersihannya terbukti tempat penampungan tidak menggunakan
penutup.Hal ini dibuktikan dengan hasil dokumentasi sebagai berikut
:

Gambar 4.7 Kondisi tempat Penampungan Air yang


digunakanuntuk cuci tangan maupun
kebutuhan sehari-hari
Dari kutipan-kutipan diatas maupun berdasarkan observasi
peneliti dapat disimpulkanrata-rata ibu di Wilayah Kerja Puskesmas
Palaran mayoritas tidak konsisten dalam cuci tangan pakai sabun dan
persediaan sarana untuk penunjang cuci tangan seperti instalasi air
bersih dan ketersediaan sarana ditempat umum sebagai sarana cuci
tangan Cuma-Cuma juga belum ada, dalam hal ini peran serta
kelompok maupun tokoh masyarakat dalam menjadi panutan untuk
mendukung perilaku cuci tangan pakai sabun belum ditemukan hal
ini dapat dilihat pada partisipasi dari ibu untuk mencuci tangan
sangat minim karena ibu tidak memiliki toko yang dijadikan panutan
dalam beperilaku.
80

4) Melarang Anggota Keluarga Merokok didalam Rumah


Berdasarkan Hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada
tiga orang informan utama diketahui bahwa rata-ratakepala keluarga
di Wilayah kerja Puskesmas Palaran adalah perokok. Kesadaran
anggota keluaraga atau kepala keluarga untuk tidak merokok didalam
rumah ataupun dilingkungan rumah sangat minim.Wawancara pada
informan pertama yakni J mengatakan bahwa J sudah mencoba
memberikan kesadaran dengan memberikan informasi bahwa
merokok didalam rumah itu berbaya bagi kesehatan. Namun
pemberian informasi seperti itu tidak mengubah perilaku perokok. Hal
ini dibuktikan dengan hasil wawancara sebagai berikut :
Kutipan 58
“Ee iya sih, sering itu mba saya, uda jangan ngerokok lagi
tuh,jangan dekat-dekat merokok gitukan, uda tahu merokok itu
bahaya ya, apalagi ngerokok itu dekat, samping anak tuh, cuman
ya, kaya gak didengarin tuh, gak dihiraukan tuh hehe (W.A.J.62)
Lebih lanjut J menjelaskan lebih memilih mengalah jika ada
anggota keluarga yang merokok didalam rumah cara membawa
balitanya pergi agar tidak terpapar dengan asap rokok. Hal ini
dibuktikan dengan hasil wawancara sebagai berikut:
Kutipan 59
“dibiarkan sih, cuman kita yang ngalah, kita yang pergi
hehe”(W.A.J.64)
Sementara itu informan kedua yakni S menjelaskan bahwa
informan juga sudah memberikan informasi kepada anggota keluarga
yang merokok didalam rumah, namun hal seperti itu tidak mengubah
perilaku perokok untuk tetap merokok didalam rumah. Hal ini
dibuktikan dengan hasil wawancara sebagai berikut :
81

Kutipan 60
“Biasanya kalo sudah larang pergi mereka, tapi ya kadang
namanya anak kecil kadang dianya juga yang nyamperin
bapaknya, tapi kadang kalo sama kainya saya nda berani
ngelarang juga, karena namanya orang tua nda enak juga mau
ngelarang, jadi ya dimaklumi aja, tapi ya, kalo bapaknya dia
ngerti”(W.A.S.67).
Selanjutnya wawancara pada informan ketiga yakni L
menjelaskan bahwa jika informan melihat ada angggota keluarganya
merokok didalam rumah L memberikan pengertian agar tidak
merokok didalam rumah. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara
sebagai berikut :
Kutipan 61
“Ada, Kalonya aku ngeliatkan kusuruh keluar gitu ya”
(W.A.L.62)
Adapun L juga menjelaskan kesadaran dari anggota keluarga
masih sangat kurang tentang bahaya merokok didalam rumah
meskipun sudah diberikan pengertian. Hal ini dibuktikan dengan
hasil wawancara berikut :
Kutipan 62
“Kadang-kadang meski sudah dilarangkan, tetap juga masuk lagi
ngerokok didalam rumah” (W.A.L.63)
Dari kutipan-kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa merokok
masih menjadi perilaku yang biasa dilakukan. Pengetahuan yang
dimiliki tentang bahaya merokok belum mampu menyadarkan
seseorang akan bahaya merokok bagi kesehatan.
82

C. Pembahasan
1) Komunikasi Kesehatan
a) Menerima Informasi Tentang Pneumonia
Berdasarkan hasil penelitian peneliti dengan metode wawancara
terhadap tiga orang informan utama yaitu ibu balita penderita pneumonia
dan satu orang informan kunci yakni pemegang program pneumonia pada
balita diketahui bahwa rata-rata ibu sudah menerima informasi tentang
pneumonia. Dimana mereka menjelaskan informasi yang mereka terima
mengenai pneumonia adalah mengenai pencegahan yang harus dilakukan
agar terhindar dari pneumonia, disisi lain mereka juga menerima anjuran
dari petugas kesehatan berupa saran agar kembali melakukan kontrol jika
balitanya masih belum sembuh.
Temuan dilapangan juga ditemukan bahwa Rata-rata pengetahuan
ibu diwilayah kerja Puskesmas Palaran masih kurang tentang pneumonia
hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dari ibu yang rata-rata
memiliki status pendidikan yang rendah, seperti yang kita ketahui bahwa
pendidikan memegang peranan penting dalam membentuk pengetahuan
seseorang.Pegetahuan ibu yang kurang mengenai pneumonia didasari oleh
informasi yang diterima adalah informasi umum mengenai pneumonia,hal
ini disebabkan karena bina suasana yang dilakukan petugas kepada ibu
balita di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran melalui pemberian informasi
terbatas, dan dari petugas dalam melakukan bina suasana dengan
pemberian informasi juga tidak memberikan informasi secara lengkap
seperti informasi dari petugas yang diberikan kepada ibu balita adalah
hanya sebagian mengenai pneumonia sehingga mempengaruhi
pengetahuan ibu tentang pneumonia pada balita, petugas tidak
menjelaskan bahwa pencegahan lain dari pneumonia adalah memberikan
ASI eksklusif 6 bulan pertama kelahiran, membiarkan cahaya matahari
masuk kedalam rumah dengan membuka jendela kamar setiap hari,
ventilasi rumah yang baik dan rutin melakukan imunisasi, faktor lainnya
adalah bina suasana yang terjalin di Wilayah tersebut hanya dilaksanakan
83

melalui petugas kesehatan dan bina suasana yang dilakukan oleh petugas
hanya dilakukan di Puskesmas sedangkan diluar puskesmas melalui
sosialisasi diluar gedung puskesmas sejauh ini belum dilaksanakan
kembali oleh petugas seperti yang kita ketahui Informasi merupakan faktor
yang dominan berhubungan dengan tingkat pengetahuan.Sesuai dengan
teori yang mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang meliputi pendidikan, pekerjaan, umur, lingkungan/
pengalaman, sosial ekonomi dan informasi.
Teori piaget juga mengatakan bahwa sesorang cenderung untuk
membangun pengetahuannya dari informasi yang mereka dapat, entah itu
dari orang tua, teman maupun media massa. Seseorang menggabungkan
pengamatan mereka untuk membentuk pengetahuan mereka dan
menyertakan pemikiran-pemikiran baru yang mereka dapatkan dari
sumber informasi karena tambahan informasi akan mengembangkan
pemahaman mereka tentang suatu pengetahuan (Santock, 2009).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bina
suasana sudah terjalin antara petugas dan ibu balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Palaran yakni melalui informasi tentang pneumonia pada balita
yang disampaikan oleh petugas kesehatan namun bina suasana ini belum
terjalin dengan baik karena faktor dari petugas yang memiliki keterbatasan
dalam memberikan informasi tentang pneumonia sehingga informasi yang
diterima oleh ibu balita masih sangat kurang dan faktor dari ibu sendiri
yang kurang aktif dalam mencari informasi sehingga menyebabkan
pengetahuannya kurang tentang pneumonia.Untuk itu diperlukan peran
aktif petugas dalam hal menjalin bina suasana individu dan kelompok
dengan memberdayakan tokoh masyarakat dan RT, RW dan karang taruna
agar menjembatani perilaku kesehatan yang diperkenalkan tentang
pneumonia kepada masyarakat atau ibu sebagai penerima hal ini dilakukan
melalui pemberian pendidikan den penyuluhan kepada tokoh masyrakat
dan kelompok masyarakat seperti RT, RW dan karang taruna di Wilayah
Kerja Puskesmas Palaran.
84

b) Sumber Penerimaan Informasi


Berdasarkan hasil penelitian dengan metode wawancara kepada
tiga orang informan utama dan satu orang informan kunci yaitu pemegang
program pneumonia yaitu mengenai sumber penerimaan informasi
diketahui bahwa sumber informasi dari ketiga informan hanya dari
petugas kesehatan pada saat balita mereka sakit dibawa kepuskesmas.
Namun 1 orang dantara ketiga informan ini menjelaskan pernah menerima
informasi mengenai pneumonia diluar gedung puskesmas yakni melalui
sosialisasi namun ketepatan waktu dan jangka waktu dari sosialisasi ini
sudah sangat lama, terbukti dari informan tidak mengingat dengan jelas
kapan waktu tepatnya diadakan sosialisasi tersebut.
Temuan peneliti dilapangan juga menemukan bahwa rata-rata
sumber informasi adalah hanya dari petugas kesehatan, tidak ditemukan
sumber lain yang menjadi sumber informasi ibu balita di Wilayah
tersebut, dalam hal ini memberikan gambaran bahwa tidak ada peran serta
dari komponen lain seperti tokoh masyarakat ataupun kelompok
masyarakat seperti RT, RW dan karang taruna yang bisa dijadikan kader
sebagai jembatan petugas kesehatan dalam memperkenalkan perilaku
kesehatan kepada masyarakat melalui penyebarlausan informasi tentang
pneumonia kepada masyarakat ataupun ibu balita di Wilayah tersebut,
dengan kata lain bahwa jika ada peran aktif dari tokoh masyarakat
ataupun RT, RW dan karang taruna yang peduli terhadap kasus
pneumonia di Wilayah maka dalam hal ini mereka bisa dijadikan sumber
informasi oleh ibu mengenai pneumonia.
Berdasarkan temuan peneliti dilapangan juga ditemukan bahwa
rata-rata ibu tidak pernah menerima informasi tentang peumonia melalui
sosialisasi ataupun penyuluhan di wilayah tersebut selain informasi yang
ibu dapatkan melalui konseling di Puskesmas ketika anaknya sakit.
Padahal dengan seringnya ibu menerima informasi melalui sosialisasi dari
petugas kesehatan ataupun melalui tokoh masyarakat yang dipercaya
membantu petugas kesehatan menyebarkan informasi dan menyetujui dan
85

mempraktikkan perilaku kesehatan dalam hal pencegahan pneumonia pada


balita. Maka akan sangat membantu ibu dalam mempraktikan dan
menerapkan perilaku tersebut karena sudah ada yang menjadi panutan ibu
dalam mempraktikan perilaku tersebut.Minimnya sumber informasi yang
diterima ibu mengakibatkan tingkat pengetahuan ibu kurang baik atau
hanya cukup mengetahui tentang pneumonia tidak secara
keseluruhansehingga menyebabkan bagaimana cara mengenali dengan
ketindakan pencegahan peumonia, ibu masih belum terlalu tahu.Hasil
penelitian ini sesuai dengan teori Rahmayani (2010) dalam Umalihayati
(2017) yang mengatakan bahwa Sumber informasi akan mempengaruhi
bertambahnya seseorang tentang suatu hal sehingga informasi yang
diperoleh dan terkumpul secara keseluruhan ataupun sebagian, serta di
perkuat oleh teori Jogianto yang berpendapat bahwa Informasi yang
berkualitas tergantung dari tiga hal yaitu : Akurat yang artinya informasi
harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan harus jelas mencerminkan
hasilnya, Tepat pada waktunya yang artinya informasi yang diterima tidak
boleh terlambat dan Relavan yang artinya informasi tersebut mempunyai
manfaat oleh pemakainya.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Sumber
informasi yang hanya mengandalkan petugas kesehatan mempengaruhi
pengetahuan dan perilaku kesehatan informan. Keyakinan informan hanya
pada petugas kesehatan yang ketika sakit baru akan mendapatkan
informasi menyebabkan pengetahuannya hanya sebatas tentang pneumonia
ataupun tidak mengetahui pneumonia secara keseluruhan dan berdampak
pada perilaku pencegahan ibu balita untuk pneumonia. Untuk itu
diperlukan kerja sama antara petugas dan komponen masyarakat seperti
tokoh masyarakat maupun RT, RW dan karang taruna agar ibu tidak
kekurangan informasi mengenai pneumonia serta dibutuhkan peran aktif
ibu balita sendiri agar memanfaatkan media informasi yang ada.
86

c) Media Penerimaan Informasi


Berdasarkan hasil penelitian dengan metode wawancara terhadap
tiga orang informan utama dan satu orang informan kunci yakni
pemegang program pneumonia diketahui bahwa media yang tersedia
dipuskesmas adalah media berupa poster,leaflet dan brosure. Fungsi
media ini adalah membantu menyebarkan infomasi termasuk informasi
tentang pneumonia, selain konseling, petugas puskemas palaran dalam
menyebarkan informasi adalah juga melalui media cetak yang mereka
sediakan.Adapun mayoritas informan menyadari adanya keersedian media
cetak tersebut dipuskesmas palaran, namun mayoritas infroman tidak
memiliki ketertarikan terhadap media cetak yang tersedia dipuskemsas
palaran.Hal ini ditandai dengan kurangnya minat membaca dari informan
terhadap media yang tersedia.Dalam hal inikomunikasi yang dilakukan
melalui media cetak dipuskesmas palaran belum efektif.Dalam hal inipun
penulis menganalisis media yang tersedia belum secara maksimal
dimanfaatkan oleh informan utama.Hal ini bisa kita lihat dari hasil
penelitian bahwa informan tidak terlalu memanfaatkan media yang
tersedia ketika berada dipuskesmas.Hal ini sejalan dengan informasi yang
didapatkan dari informan kunci yakni pemegang program pneumonia
yang menjelaskan bahwa dipuskesmas mereka sudah menyediakan media
seperti poster, leaflet tentang pneumonia dan pemanfaatan untuk media
tersebut tergantung dari kesadaran informan.
Temuan peneliti dilapangan menemukan bahwa ada penerapan
bina suasana yang dilakukan oleh petugas yakni dengan memanfaatkan
media untuk mendapatkan dukungan sosial kepada ibu ataupun
masyarakat terhadap perubahan perilaku hidup sehat dan bersih. Media
yang digunakan adalah berupa leaflet poster dan brosure dan berdasarkan
observasi dilapangan peneliti tidak menemukan adanya media luar ruang
yang dugunakan untuk mendapatkan dukungan sosial tersebut,
Temuan peneliti dilapangan juga menemukan bahwa rata-rata ibu balita
sulit memahami isi pesan yang disampaikan karena rata-rata tingkat
87

pendidikan masyarakatnya rendah, sehingga informasi yang disampaikan


oleh pemberi informasi atau pesan tidak tersampaikan.. Tingkat
pendidikan seseorang akan membantu orang tersebut untuk lebih mudah
menangkap dan memahami suatu informasi. Berdasarkan observasi
peneliti juga menemukan bahwa media yang tersedia sebagai saluran
penyampaian pesan (informasi) tidak memberikan informasi yang menarik
untuk dibaca oleh penerima informasi karena isi pesannya dalam bentuk
deskripsi sehingga informasi yang disampaikan melalui media tersebut
dibaca hanya pada saat-saat tertentu seperti ketika penerima pesannya atau
masyarakatnya ada waktu karena masyarakat tidak terlalu fokus dengan
hal-hal seperti itu.
.Peran Media dalam upaya promosi kesehatan sangatlah luas
diantaranya adalah dapat mempermudah penyampaian informasi, dapat
menghindari kesalahan persepsi, dapat memperjelas informasi, dapat
mempermudah pengertian, dapat mengurangi komunikasi verbalistik,
dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata, serta
dapat memperlancar komunikasi (Setyabudi & Mutia, 2017).

`Berdasarkan pemaparan diatas disimpulkan bahwapemanfataan


media yang bertujuan untuk mendapatkan dukungan belum efektif karena
media yang tersedia hanya berupa poster, leaflet dan brosure. Dalam hal
ini dibutuhkan peran petugas untuk memperbanyak media informasi yang
menarik tentang pneumonia seperti menyediakan media audiovisual
seperti TV diruang tunggu pasien dengan melakukan pemutaran video
yang berkaitan dengan pneumonia pada balita.
d) Hambatan dalam menerima informasi
Berdasarkan hasil penelitian peneliti dengan metode wawancara
dengan tiga orang informan utama ibu balita penderita pneumonia, peneliti
menemukan hambatan dari informan dalam menerima informasi dimana
mayoritas informan menjelaskan kurang paham jika penjelasan dari
informasi yang disampaikan kurang banyak dan kurang tangkap dalam
88

menerima informasi, adapun hambatan lain yang ditemukan adalah faktor


dari balita sendiri yang sering menangis ketika akan dibawa
kepuskesmas.Dalam hal ini peneliti menganalisis bahwa hambatan-
hambatan tersebut dipengaruhi oleh latar belakang pendididikan yang
dimiliki oleh informan serta kesiapan informan dalam menerima
informasi.Pendidikan memegang peranan penting dalam membantu
seseorang untuk memahami sesuatu yang disampaikan dan diterima. Hal
ini dibuktikan dengan penjelasan dari informan yang mengatakan
informan susah untuk memahami informasi yang diterima jika
penjelasanya kurang banyak.
Berdasarkan temuan peneliti dilapangan juga ditemukan bahwa
rata-rata ibu tidak memahami isi pesan jika hanya dijelaskan dalam bentuk
deskripsi sehingga menghambat tersampainya pesan tersebut kepada
penerima pesan atau ibu balita, ibu juga tidak merasa puas dengan hanya
menerima informasi yang sedikit dan kurang penjelasan yang banyak.
Latar belakang pendidikan yang rendah juga menyebabkan ibu
kurang tangkap dalam menerima informasi yang disampaikan seperti yang
kita ketahui bahwa status pendidikan juga sangat mempengaruhi proses
penerimaan informasi yang ada. Adanya perbedaan tingkat pendidikan
seseorang menjadikan setiap individu memiliki pemahaman yang berbeda
dalam mencerna informasi yang diterima.
Berdasarkan hambatan yang dirasakan ibu baita pneumonia dalam
menrima informasi tentang pneumonia maka peneliti juga menganalisis
bahwa metode yang digunakan kurang tetap jika hanya dijelaskan, maka
dalam hal ini dibutuhkan media sebagai penyalur informasi yang
disampaikan oleh petugas kesehatan. Karena dengan keadaan anak
menangis dalam menerima informasi, informan hanya akan fokus
keanaknya dan ditambah dengan daya tangkap dari informan yang kurang
sehingga menyebabkan informasi yang disampaikan kurang jelas
tersampaikan mengakibatkan kurang pahamnya informan mengenai isi
dari informasi yang disampaikan, sehingga dibutuhkan media informasi
89

sepertti leaflef ataupun pamflet yang bisa dibagikan ke informan untuk


informan bisa baca dan dan dibawa pulang.
2) Dukungan Kebijakan yang berkaitan dengan pneumonia
Berdasarkan hasil penelitian dengan metode obeservasi dan
wawancaradengan informan utama dan informan kunci yakni pemegang
program pneumonia mengenai dukungan kebijakan yang berkaitan dengan
pneumonia diPuskesmas Palaran diketahui bahwa terdapat dukungan
kebijakan umum dan khusus dipuskesmas palaran.Adapun kebijakan
umum yang berkaitan dengan pneumonia adalah seperti Pemberian ASI
eksklusif, Pemberian imunisasi, Etika batuk merupakan kebijakan dan
peraturan kesehatan anak yang mendukung program pneumonia pada anak
yang diterbitkan oleh kemenkes.Meskipun kebijakan-kebijakan tersebut
tidak secara khusus bertujuan untuk menangani pneumonia pada anak,
namun akan dapat melindungi balita dan ibu dari penyakit termasuk
pneumonia. Sementara itu informan kunci juga memaparkan bahwa
mereka menerapkan peraturan seperti larangan buang dahak sembarangan
dan pemanfaatan masker serta KTR untuk menghindari pneumonia pada
balita dan peraturan tersebut disosialisasikan dan melalui media yang
teredia seperti poster dipuskesmas Palaran.
Adapun dukungan kebijakan khusus yang berkaitan dengan
penanganan masalah pneumonia pada balita yang ada dipuskesmas Palaran
berdasarkan hasil penelitian dengan informan kunci dengan metode
wawancara diketahui bahwa dukungan kebijakan khusus tentang
pneumonia pada balita yang diterapkan diPuskesmas Palaran mengacu
pada mengacu pada kebijakan utama dalam mencegah dan mengendalikan
pneumonia anak-anak termasuk balita yang tertulis dalam pedoman
pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapasan akut(2011) yang
telah direvisi pada tahun 2016. Konten pedoman ini sejalan dengan
pedoman GAPPD yang diterbitkan oleh WHO dan UNICEF (berfokus
pada melindungi, mencegah, dan mengobati).Fokus utama tersebut
90

diterjemahkan kedalam lima kegiatan yang mana salah satunya adalah


Penemuan dan tatalaksana kasus Pneumonia pada Balita.
Namun hasil penelitian dengan ketiga informan utama diketahui
bahwa informan utama tidak mengetahui dukungan kebijakan mengenai
pneumonia dipuskesmas palaran, dalam hal ini penulis menganalisis
bahwa ketiga informan tidak memahami mengenai bentuk dari dukungan
kebijakan yang diterapkan dari puskesmas.Sementara dari puskesmas
sudah mensosialisasikan dukungan kebijakan tersebut melalui media yang
tersedia dipuskesmas.
Dalam hal ini peneliti menganalisis mengenai dukungan kebijakan
dalam Kegiatan pencegahan dan penanggulangan Pneumonia sebagian
besar menjadi peran pelayanan kesehatan yakni dari tenaga kesehatan
dipuskesmas yakni melalui penerapan kebijakan utama dengan fokus
kegiatan yaitu penemuan dan tatalaksana pneumonia pada balita maupun
kebijakan umum yang sudah diterapkan.Disisi lain keterlibatan komponen
masyarakat seperti tokoh-tokoh masyarakat dalam hal kerja sama antara
tenaga kesehatan dengan tokoh masyarakat dalam membantu menurunkan
angka kejadian pneumonia pada balita belum ada. Karena berdasarkan
observasi belum ada pembentukan organisasi ataupun lembaga yang secara
khusus membantu menurunkan angka kejadian pneumonia.Sementara pada
dasarnya partisipasi komponen masyarakat seperti tokoh masyarakat,
pembentukan organisasi ataupun lembaga yang ada dimasyaraakat seperti
itu sangat potensialmencegah pneumonia karena dukungan sosial itu
merupakan bagian dari sistem kesehatan.
Kementerian Kesehatan Indonesia melalui Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan (P2PL) telah
menerbitkan modul Tatalaksana Standar Pneumonia sejak 2010
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).Modul menjelaskan
secara rinci tentang tindakan untuk mencegah dan mengobati pneumonia
terutama di komunitas dan layanan Puskesmas. Isi modul termasuk
tindakan yang praktis dan mudah terkait dengan pneumonia, seperti
91

pedoman dalam menilai batuk dan pernapasan pada anak-anak, klasifikasi


tanda dan gejala berdasarkan usia, keputusan pengobatan dan konseling
rujukan untuk ibu dengan pneumonia, tindak lanjut atau kunjungan rumah
oleh petugas kesehatan, dan aplikasi modul tatanan layanan di Puskesmas.
Modul ini menyediakan informasi tentang panduan terkait pelaporan dan
pencatatan, identifikasi logistik yang dibutuhkan untuk program
pencegahan dan penanggulangan Pneumonia, dan rumus untuk
menghitung perkiraan kejadian pneumonia per tahun.Modul Tatalaksana
Pneumonia sangat lengkap untuk menjadi pedoman praktis dalam
mencegah dan menanggulangi Pneumonia di layanan Puskesmas, namun
tidak ada modul berkaitan dengan manajemen Pneumonia untuk pasien,
keluarga, atau anggota masyarakat lainnya.Peran peran keluarga atau
komponen sosial lainnya sangat potensial apabila ada panduan yang jelas
sehingga meningkatkan partisipasi komunitas mencegah pneumonia
karena dukungan sosial merupakan bagian dari sistem kesehatan.
Berdasarkan penjelasan diiatas dapat disimpulkan bahwakurangnya
dukungan kebijakan kesehatan menjadi salah faktor meningkatnya
kejadian pneumonia diwilayah kerja puskesmas palaran. Dikatakan
demikian karena tidak adanya peran atau dukungan kerjasama antara
tenaga kesehatan dan tokoh masyarakat dalam membantu menurunkan
angka kejadian pneumonia pada balita sehingga berdampak pada peran
dan partisipasi masyarakat yang terbatas dalam mencegah Pneumonia dan
dapat juga memengaruhi kesadaran mereka terhadap penyakit Pneumonia
pada balita karena komponen masyarakat juga sebenarnya memiliki
potensi besar untuk membantu pemerintah ataupun tenaga kesehatan
dalam mengurangi angka mortalitas dan morbiditas yang disebabkan
karena pneumonia pada balita dan pada dasarnya kebijakan mengenai
Pemberdayaan Masyarakat dan Partisipasi dalam Pembangunan
Kesehatandiatur dalam peraturan Menteri Kesehatan No. 65 tahun 2013.
92

3) Partisipasi Masyarakat Terhadap Kejadian Pneumonia Pada Balita


a) Kontribusi Ibu
1. Memberikan ASI eksklusif 6 Bulan Pertama Kehidupan
Berdasarkan hasil penelitian peneliti dengan metode
wawancara terhadap 3 orang informan utama mengenai pemberian
ASI eksklusif pada 6 bulan pertama kehidupan diketahui bahwa
pada usia balita 0-6 bulan balita tidak diberikan ASI eksklusif full
dalam usia 6 bulan pertama kehidupan. Mayoritas informan
memberikan ASI namun dbantu dengan susu formula. Hasil
dilapangan juga ditemukan bahwa rata-rata ibu balita diwilayah
Kerja Puskesmas Palaran menganggap pemberian ASI eksklusif
dibantu dengan susu formula membantu pertumbuhan pada balita
padahal seperti yang kita ketahui bahwa pada dasarnya pemberian
ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan sedini mungkin setelah
lahir sampai umur 6 bulan tanpa pemberian makanan lain karena
ASI eksklusif saja telah terbukti baik untuk kesehatan seperti dapat
mengurangi tingkat morbiditas dan mortilitas bayi salah satunya
karena infeksi saluran pernafasan. ASI eksklusif mempunyai
perbedaan komponen dari hari ke hari yang disesuaikan dengan
kebutuhan bayi yang dimulai dari kolostrom, ASI transisi dan ASI
matur.Sehingga ASI eksklusif sangat berperan dalam tumbuh
kembang anak dan dapat meningkatkan kecerdasan anak.
Hasil dilapangan juga ditemukan bahwa sumber daya
manusia diwilayah kerja puskesmas palaran masih sangat minim
oleh sebab itu informasi yang disampaikan kepada Masyarakat juga
sangat terbatas. Padahal informasi sangat berperan penting dalam
meningkatkan pengetahuan masyarakat agar pneumonia bisa
dicegah sedini mungkin contohnya adalah informasi tentang
pentingnya pemberian ASI eksklusif terhadap balita.
93

Adapun hasil dilapangan ditemukan juga bahwa dalam hal


pemberian ASI eksklusif 6 bulan pertama kehidupan diketahui
bahwa tidak semua ibu diwilayah kerja Puskesmas Palaran
memberikan ASI eksklusif pada balitanya. Hal ini dikarenakan
sebagian ibu adalah karir yakni memiliki pekerjaan lain diluar
selain ibu rumah tangga sehingga sulit bagi ibu untuk memberikan
ASI eksklusif kepada balitanya, diperkuat dengan kondisi ekonomi
yang tidak memadai di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran
menyebabkan sebagian ibu ikut bekerja untuk membantu
perekonomian keluarga, sehingga ibu tidak fokus melakukan
tugasnya sebagai ibu rumah tangga yang pada dasarnya tugas
seorang ibu adalah pengasuhan terhadap anak salah satunya adalah
melalui pemberian ASI eksklusif dengan tujuan memperbaiki
status gizi dari balita agar terhindar dari pneumonia.
Disamping itu rata-rata ibu balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Palaran tidak mampu dalam segi material dalam hal
melakukan pompa ASI agar balita tetap diberikan ASI eksklusif
namun hal ini tidak dilakukan disebabkanfaktor alat yang harus
menggunakan tempat penyimpanan khusus seperti Freezer,rata-rata
ibu diwilayah Kerja Puskesmas Palaran hanya menggunakan
kulkas rumah tangga, dalam hal ini menimbulkan anggapan dan
persepsi dari ibu diwilayah kerja puskesmas Palaran bahwa proses
pompa ASI susah untuk dilakukan padahal pompa ASI sangat
membantu ibu agar balitanya tetap diberikan ASI dengan tujuan
menghindari pemberian makanan lain selain ASI pada balita.
Hasil lapangan juga ditemukan bahwa rata-rata pegetahuan
ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran masih sangat kurang
mengenai ASI eksklusif menyebabkan kesadaran Ibu untuk
memberikan ASI eksklusif pada balita agar terhindar dari
pneumonia masih sangat kurang hal ini dibuktikan dengan hasil
wawancara terhadap ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran yang
94

mengatakan bahwa pemberian ASI dibantu susu formula


membantu pertumbuhan balita seperti menguatkan daya tahan
tubuh balita. persepsi ibu yang seperti ini menunjukan bahwa
pengetahuan ibu tentang pneumonia masih sangat kurang padahal
pengetahuan memegang peranan penting dalam hal pencegahan
pneumonia pada balita.
Berdasarkan Penjelasan diatas upaya kesehatan yang harus
dilakukan dalam mengendalikan kejadian pneumonia pada ibu-ibu
di wilayah kerja Puskesmas Palaran yaitu dengan memberikan
penyuluhan kepada ibu-ibu tentang manfaat ASI eksklusif,
pentingnya pemberian ASI eksklusif, serta kelebihan ASI
eksklusif, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu-ibu.
Menganjurkan ibu-ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya untuk mencegah terjadinya pneumonia atau penyakit
lainnya.
2. Membawa Anak untuk diimunisasi
Berdasarkan hasil penelitian peneliti dengan metode
wawancara terhadap tiga orang informan utama diketahui bahwa
dari ketiga orang informan utama satu diantaranya sering mebawa
balitanya untuk diimunisasi hal ini ditandai dengan lengkapnya
status imunisasi dibuku KIA infroman.Sementara dua diantaranya
kadang-kadang saja membawa anaknya untuk diimunisasi, hal ini
dibuktikan dengan hasil penelitian terhadap dua orang informan
tersebut.satu orang infoman mengatakan bahwa dirinya pernah
tidak membawa balitanya imunisasikarena pernah tidak ada
ditempat ketika ada jadwal imunisasi sementara satu orang lainnya
menjelaskan dirinya hanya sekali membawa anaknya untuk
diimunisasi karena anaknya pernah sakit pada saat jadwal
imunisasi shingga belakangan infroman merasa malas untuk
mmbawa anaknya kembali untuk diimunisasi. Dalam hal ini
penulis menganalisis peran ibu ataupun partisipasi ibu dalam
95

menjaga atau mencegah pneumonia pada balita belum maksimal


dilakukan.
Orang tua terutama ibu memiliki peran yang penting dalam
masa pertumbuhan anak, sekaligus dalam proses pencegahan dan
penanggulangan penyakit pneumonia. Peran orang tua antaralain
adalah : peran sebagai penyedia, perawatan anak, sosialisasi anak,
peran pendidikan, dan peran afektif. Alasan mengapa orang tua
memegang peranan penting bagi kesehatan anak karena kehidupan
seorang anak ditentukan oleh lingkungan keluarga.Peran ibu dalam
mencegah penyakit pneumonia pada balita salah satunya adalah
dengan membawa balitanya untuk diimunisasi dan hal ini
merupakan Salah satu bentuk pola asuh ibu yakni pengasuhan
perawatan dasar balita.Pengasuhan ini meliputi pemberian
imunisasi pada bayi dan balita sebagai upaya pencegahan penyakit.
Pemberian imunisasi lengkap sebelum anak mencapai usia 1 tahun,
anak akan terlindung daribeberapa penyebab yang paling utama
dari infeksi pernafasan termasuk batuk rejan, difteri, tuberculosis
dan campak. Penderita difteri, pertusis apabila tidak mendapat
pertolongan yang memadai akan berakibat fatal. Dengan pemberian
imunisasi berarti mencegah kematian pneumonia yang diakibatkan
oleh komplikasi penyakit campak dan Pertusis.Hasil penelitian
yang berhubungan dengan status imunisasi menunjukkan bahwa
ada kaitan antara penderita pneumonia yang mendapatkan
imunisasi tidak lengkap dan lengkap dan bermakna secara statistik.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sievert pada tahun 2003 dalam
Agussalim (2012) menyebutkan bahwa imunisasi yang lengkap
dapat memberikan peranan yang cukup berarti mencegah kejadian
pneumonia.
imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada
bayi dan anak dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar
tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakittertentu.
96

Tujuan imunisasi adalah untuk memberikan kekebalan pada bayi


agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang
disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit.bila orangtua tidak
mau anaknya diimunisasi berarti bisa membahayakan keselamatan
anaknya dan anak-anak lain disekitarnya, karena mudah tertular
penyakit berbahaya yang dapat menimbulkan sakit berat, cacat atau
kematian.
Berdasarkan Penjelasan diatas peran ibu dengan membawa
anak untuk diimunisasi sangat penting.Sebaliknya ibu yang tidak
membawa atau kadang-kadang saja membawa anaknya untuk
diimunisasi memberikan peluang masuknya penyakit pada tubuh
balitanya termasuk pneumonia.Sebaliknya ibu yang selalu
membawa balitanya untuk diimunisasi berkontribusi menghindari
terjadinya pneumonia pada balitanya. Dalam hal ini diperlukan
peran aktif petugas kesehatan dalam mengkampanyekan tentang
manfaat imunisasi untuk kesehatan balita, serta peran serta tokoh
masyarakat dalam menjadi jembatan petugas kesehatan dalam
mengajak ibu untuk selalu melakukan imunisasi rutin sehingga
tercipta bina suasana di Wilayah tersebut.
3. Mencuci TanganPakai Sabun
Berdasarkan hasil penelitian peneliti dengan metode
wawancara terhadap tiga orang informan utama yakni ibu balita
penderita pneumonia diketahui bahwa hampir semua informan
belum maksimal menerapkan perilaku mencuci tangan
menggunakan sabun. Mencuci tangan menggunakan sabun
dilakukan informan kadang-kadang saja. Dalam hal ini perilaku
mencuci tangan menggunakan sabun belum konsisten dilakukan
ibu balita penderita pneumonia. Ketiga informan memiliki alasan
yang beragam mengenai perilaku tidak konsisten dalam mencuci
tangan menggunakan sabun seperti lupa dan buru-buru, alasan
lainnya seperti jika tangan yang tidak kelihatan kotor akan dicuci
97

menggunakan air biasa dan sebaliknya jika kelihatan kotor baru


akan dicuci menggunakan sabun.Pengetahuan informan yang tidak
cukup mengenai mencuci tangan yang baik dan benar
menghasilkan perilaku yang hanya kadang-kadang saja mencuci
tangan mnggunakan sabunhanya pada saat tangan kelihatan kotor.
Berdasarkan temuan dilapangan ditemukan bahwa rata-rata
tingkat kesadaran ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran dalam
penerapan cuci tangan menggunakan sabun masih sangat kurang,
ibu masih kurang mampu dalam mencegah terjadinya pneumonia
pada balita dikatakan demkian karena ibu diwilayah kerja
Puskesmas Palaranhanya kadang-kadang saja mencuci tangan
menggunakan sabun, perilaku cuci tangan menggunakan sabun
dilakukan pada waktu-waktu tertentu saja seperti hanya ketika
tangan kelihatan kotor sedangkan ketika tidak kelihatan kotor
tangan hanya akan dicuci dengan air saja, padahal seperti yang kita
ketahui bahwa mencuci tangan hanya menggunakan air biasa saja
tidak cukup mampu menghilangkan bakteri yang menempel
ditangan namun mencuci tangan dengan air dan sabun dapat lebih
efektif menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari
permukaan kulit dan secara bermakna mengurangi jumlah
mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus, bakteri dan
parasit lainnya pada kedua tangan. Mencuci tangan dengan
menggunakan air dan sabun dapat lebih efektif membersihkan
kotoran dan telur cacing yang menempel pada permukaan kulit,
kuku dan jari-jari pada kedua tangan.
Berdasarkan observasi dilapangan juga rata-rata dirumah
masyarakat tidak ditemukan instalasi air bersih berasal dari PAM
atau membeli dari penjual air dalam gerobak untuk air bersih
sebagai air untuk mencuci tangan menggunakan sabun, keadaan ini
jelas dipengaruhi oleh perekonomian keluarga yang rata-rata
98

menengah kebawah sehingga masyarakat di Wilayah tersebut


cenderung menggunakan air penampungan ataupun air sumur
untuk mencuci tangan ataupun untuk kebutuhan sehari-hari,
keadaan ekonomi ini mempengaruhi ketersediaan sarana cuci
tangan, padahal seperti yang kita ketahui bahwa Kebiasaan
mencuci tangan tidak dibawah air mengalir tidak dapat melindungi
setiap individu dari bakteri dan virus yang terdapat di tangan.
Apalagi kebiasaan menggunakan danberbagi wadah cuci tangan hal
itu sama saja saling berbagi kuman dan tetap membiarkan kuman
menempel pada tangan.
Disamping itu berdasarkan observasi dilapangan peneliti
tidak menemukan fasilitas untuk mencuci tangan seperti kran air
maupunmedia-media informasi tentang pentingnya cuci tangan
pakai sabun yang mudah diakses oleh masyarakat diwilayah
tersebutdan tidak ditemukannya fasilitas umum untuk cuci tangan
pakai sabun secara Cuma-Cuma, padahal dengan adanya fasilitas-
fasilitas seperti itu memudahkan masyarakat dalam menerapkan
perilaku mencuci tangan pakai sabun dengan baik sehingga bakteri,
mikroorganisme dan kuman penyebab pneumonia pada balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Palaran tidak menempel ditangan. Disisi
lain ketersedian media informasi tentang pentingnya cuci tangan
pakai sabun di Wilayah tersebut sangat membantu dalam
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat dalam
mencegah pneumonia pada balita.
Berdasarkan temuan dilapangan juga ditemukan bahwa
rata-rata masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran memiliki
pengetahuan yang kurang mengenai cuci tangan menggunakan
sabun dalam membantu mencegah terjadinya pneumonia pada
balita, dikatakan demikian karena perilaku mencuci tangan yang
hanya kadang-kadang saja menggunakan sabun, mencuci tangan
pakai sabun hanya pada saat tangan kelihatan kotor, serta mencuci
99

tangan ala kadarnya saja dan tidak mau berlama-lama mencuci


tangan, hal ini jelas dipengaruhi oleh faktor ketersediaan waktu
masyarakat di Wilayah tersebut dalam mencuci tangan sehingga
mempenagruhi untuk melakukan suatu tindakan dan seperti yang
kita ketahui Pengukuran pengetahuan mengenai perilaku cuci
tangan pakai sabun meliputi pengetahuan mengenai pengertian cuci
tangan pakai sabun, manfaat cuci tanganpakai sabun, penyakit yang
dapat terjadi bila tidak cuci tangan pakai sabun, waktu-waktu
penting cuci tangan pakai sabun, dan cara cuci tangan pakai sabun
yang baik.
Berdasarkan pemaparan diatas diketahui rata-rata
masyarakat diwilayah kerja Puskesmas Palaran belum menerapkan
perilaku cuci tangan pakai sabun yang baik, yang mana mereka
belum menerapkan perilaku cuci tangan pakai sabun seperti yang
diharapkan, hal ini jelas dipengaruhi oleh sumber daya yang masih
kurang, keadaan ekonomi yang kurang memadai, faktor material
maupun pngetahuan dari masyarakat mengenai pencegahan
pneumonia melalui cuci tangan pakai sabun yang masih sangat
kurang.
4. Melarang Anggota Keluarga Merokok didalam Rumah
Berdasarkan hasil penelitian dengan metode wawancara
terhadap tiga orang informan utama diketahui bahwa kesadaran
tentang bahaya merokok terhadap kesehatan dlingkungan rumah di
Wilayah Kerja Puskesmas Palaran masih sangat kurang. Kesadaran
anggota keluarga agar tidak merokok didalam rumah ataupun
dilingkungan rumah belum sepenuhnya ada terbukti dari hasil
wawancara yang dilakukan peneliti terhadap ibu di Wilayah kerja
Puskesmas Palaran yang mengatakan bahwa suami ataupun
anggota keluarga lainnya masih melakukan aktivitas merokok
didalam rumah ataupun dilingkungan rumah bahkan ketika
merokok tanpa mempedulikan keberadaan anggota keluarga
100

lainseperti balita yang bisa saja terkena dampak dari paparan asap
rokok tersebut.
Adapun hasil temuan dilapangan juga diketahui bahwa
minimnya sumber daya manusia ataupun tingkat kesadaran yang
masih kurang di wilayah kerja Puskemas Palaran menyebabkan
rata-rata kepala keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran
merupakan perokok akan tetapi kepala keluarga tersebut tidak
memiliki potensi dalam hal mencegah terjadinya pneumonia pada
balita di Wilayah tersebut dikatakan demikian karena perilaku
merokok masih dilakukan pada saat didalam rumah ataupun diluar
rumah dan tanpa merasa bersalah masih melakukan aktivitas
merokok didepan anak ataupun istri yang tanpa disadari juga akan
menghirup asap dari rokok tersebut padahal seperti yang kita
ketahui adanya anggota keluarga serumah mempunyaikebiasaan
merokok dapat memperbesar risiko untuk menderita gangguan
pernapasan dan Pencemaran udaradi rumah yang terjadi akibat asap
rokok dapat mengganggu saluran pernapasan dan memicu
pneumonia pada balita.
Disamping itu berdasarkan temuan dilapangan diketahui
bahwa perilaku merokok kepala keluarga di Wilayah Kerja
Puskesmas Palaran di dalam rumah ataupun dlingkungan rumah
dipengaruhidari anggapan mereka bahwa merokok merupakan hal yang
sudah biasa dilakukan, karena hal ini merupakan salah satu cara
untuk mengisi kekosongan kegiatan, sekedar merileksasikan diri
dari aktivitas pekerjaan maupun sekedar mengisi waktu-waktu sela
dalam beraktivitas. Karena perilaku merokok ini sudah dianggap
biasa tentu saja para perokok akan langsung merokok tanpa
menghiraukan keadaan sekitarnya, sehingga apapun akibat dari
merokok tersebut terhadap orang disekitarnya bukan menjadi
perhatian dari perokok ini.
101

Sementara itu berdasarkan observasi peneliti dilapangan


diwilayah Kerja Puskesmas Palaran tidak ditemukan pesan-pesan
bahaya tentang merokok sepertipenerapan Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) di setiap RT ataupun Kelurahan, media informasi tentang
KTR hanya diterapkan di Puskesmas, dalam hal ini tidak ada
kesadaran untuk mefasilitasi media penerapan KTR yang bisa
dijangkau oleh masyarakat diwilayah tersebut, padahal dengan
adanya fasilitas-fasilitas seperti itu dapat membantu memberikan
pendidikan kesehatan terhadap masyarakat diwilayah tersebut dan
tentu saja hal seperti itu juga sebagai upaya promosi kesehatan
dalam mengurangi perokok yang merokok serta mendidik generasi
berikutnya agar tidak merokok sehingga terciptanya lingkungan
sehat dan tidak adanya balita pneumonia di Wilayah Kerja
Puskesmas palaran tersebut.
Berdasarkan temuan dilapangan juga ditemukan bahwa
rata-rata kepala keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran
mengetahui bahaya merokok melalui pesan bergambar di
bungkusan rokok ataupun melalui pemberian informasi dari dari
anggota keluarga lain yang merasa terganggu dengan aktivitas
merokok mereka namun mereka tidak pernah merespon pesan
tersebut dibuktikan dengan kepala keluarga yang masih terbiasa
dengan aktivitas merokok tanpa memikirkan akibat dari merokok
yang sudah jelas disampaikan melalui sampul ataupun pesan
bergambar dibungkusan rokok dan melalui informasi ataupun
pesan yang disampaikan oleh anggota keluarga lain sehingga
menimbulkan pemikiran atapun persepsi dari mereka bahwa orang
disekitarnya tetap akan sehat meskipun mereka merokok.
Berdasarkan penjelasan diatas partisipasi masyarakat dalam
mencegah perilaku merokok didalam rumah ataupun diluar rumah
yang menjadi pemicu pneumonia pada balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Palaran sangat dibutuhkan. Hal ini tentu saja
102

memerlukan partisipasi dari segi Manpower (tenaga), MoPey


(Uang), Material (Benda) dan Mind(Pemikiran/ide)
103

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Ajakan Kesehatan
Ajakan kesehatan belum maksimal dilakukan di Wilayah Kerja
puskesmas palaran disebabkan upaya menciptkan bina suasana hanya
dilakukan melalui media di Puskesmas dan media yang tersedia juga
kurang efektif karena hanya menggunkan poster, leaflet dan brosure dan
belum ada keterlibatan atau partisipasi dari tokoh masyarakat dan
kelompok masyarakat untuk menyebarluarkan informasi pneumonia
karena petugas kesehatan belum melaksanakan upaya bina suasana kepada
tokoh masyarakat dan kelompok masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas
Palaran.
2. Dukungan Kebijakan
Sudah ada dukungan kebijakan yang berkaitan dengan pneumonia
diwilayah Kerja Puskesmas Palaran yakni pemberian ASI eksklusif,
pemberian imunisasi, KTR, Cuci tangan pakai sabun, etika batuk dan
tatalaksana pneumonia pada balita dan dukungan kebijakan ini sudah
disosialisasikan oleh petugas kepada masyarakat.
3. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran masih
kurang disebabkan belum ada yang menjadi panutan masyrakat dalam
berperilaku seperti dari tokoh masyarakat setempat dan kelompok
masyarakat diwilayah tersebut seperti RT, RWdan karang taruna yang bisa
dijadikan sebagai acuan dalam berperilaku.
104

B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diberikan beberapa saran
diantaranya :
a. Kepada ibu balita penderita pneumonia
agar lebih berpartisipasi dalam melakukan pencegahan pneumonia pada
balita seperti memberikan ASI eksklusif, selalu membawa anak imunisasi,
serta Penerapan CTPS.
b. Puskesmas
1. Meningkatkatkan hubungan antara petugas kesehatan dengan
komponen masyarakat dengan peningkatan penerapan bina susana baik
individu, kelompok masyarakat maupun publik.
2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat pada umumnya serta ibu baita
dan keluarga ibu pada khususnya melalui sosialisasi rutin tentang
pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat utamanya dalam
menjaga kesehatan balita agar terhindar dari pneumonia
c. Bagi Tokoh Masyarakat Setempat
Para tokoh masyarakat setempat diharapkan mampu berperan serta untuk
menjadi penyampai informasi yang efektif dan efisien mengenai
pneumonia di masyarakat. Sehingga masyarakat atau ibu paham akan
pentingnya menjaga kesehatan balita dengan berperilaku sehat agar
terhindar dari pneumonia.
d. Kepada peneliti selanjutnya
Pengkajian lebih dalam tentang penerapan bina suasana dengan
peningkatan kasus pneumonia utamanya terkait peran tokoh masyarakat
dan kelompok masyaraat dalam membantu menurunkan kasus pneumonia
pada balita. Keterbatasan dalam penelitian ini, bisa menjadi masukan bagi
peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih baik lagi dengan jumlah
sampel penalitian yang lebih banyak lagi dan dengan pengkajian yang
lebih mendalam.
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, Merryana dan BambangWirajatmadi. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat.


Jakarta :Kencana
Agussalim. Hubungan Pegetahuan, Status Imunisasi dan Keberadaan Perokok
dalam rumah dengan Penyakir Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada
Balita di Puskesmas Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Ilmiah
Stikes, 1(2)
Bachri, S Bachtiar. 2010. Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada
Penelitian Kualitatif. Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol. No.10.1 April 2010
(46-62).
Budiarto. 2015. Kualitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas Di Kecamatan
Enrekang Kabupaten Enrekang.Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politikjurusan Ilmu Administrasi.UniversitasHasanudin.
Ceria, I. (2016). Hubungan faktor risiko intrinsik dengan kejadian pneumonia
pada anak balita. Jurnal Medika Respati, 11(4), 44–52
Dinas Kesehatan Kota Samarinda 2016. Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun
2016.
Departemen Kesehatan RI.(2009). Panduan Penyelenggaraan Cuci Tangan Pakai
Sabun Sedunia(HCTPS).Jakarta:
Efni, Yulia, dkk. 2016. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian
Pneumonia pada Balita di Kelurahan Air Tawar Barat Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas vol 5, No 2 (2016).
Eryando, dkk. 2017. Teori dan Aplikasi Pengumpulan Data Kesehatan Termasuk
Biostatika Dasar. Yogyakarta : Rapha Publishing
Fidarani, Faza. 2017. Gambaran Tatalaksana Pneumonia Pada Balita Di
Puskesmas Kota Tanggerang Selatan Tahun 2017 (Studi Kasus di Kota
Pamulang). Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam
Negeri Hidayatullah Jakarta 1439 H / 2017 M.
Handayani, Rizqa Wahyu. 2016. Beberapa Faktor Resiko Pneumonia pada Balita
(Studi di Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo). Porgram Studi
Magister Epidemiologi. Universitas Diponegoro Semarang 2016.
Handriana, Idris. 2018. Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs)
Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kerja Uptd
Puskesmas Talaga Kabupaten Majalengka Tahun 2018. Jurnal Kampus
Stikes Ypib Majalengka # Volume Vii No. 14oktober 2018.
Hayati, Zahratul dan neti Sulami.2018. Peran Ibu Rumah Tangga dalam
Pencegahan Perilaku Merokok Keluarga didalam Rumah.Jurnal Kebidanan
dan Kesehatan, Vol.3.No.2.Juli-Desember 2018.ISNN :2407-0874
Indrayani, Mira. 2017. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kejadian Pneumonia
Pada Bayi Di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2017.
Fakultas Kesehatan Masyarkat. Universitas Sumatera Utara Medan 2018.
Junaedi, Fajar dan Gita FilosaSukomo. 2018. Komunikasi Kesehatan Sebuah
Pengantar Komprehensif. Prenadamedia Group (Divisi Kencana).
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah
Kesehatan Panduan Bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta : Pusat
Promosi Kesehatan Kemenkes Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun di
Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI.
Kementrian Kesehatan RI. 2015. Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita.
Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan RI 2017. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. 2018.
Labongkeng, Bethy. 2008. Peran Penyuluh Kesehatan Dalam Upaya Pencegahan
Ispa Balita Di Kecamatan Palu Utara Kota Palu. Konsentrasi Promosi
Kesehatan Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
Mazrisal, dkk. 2017. Zona Kerentanan Pneumonia Pada Balita Berdasarkan
Faktor Risiko Dengan Pendekatan Sistem Informasi Geografis Di Kota
Sawahlunto. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas ANDALAS
Padang.
Martha, Evi dan SudartiKresno. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif Bidang
Kesehatan. Rajawali Pers, 2016.
Miles, Mattew B Dan Amichael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif
BukuSumber Tentang Metode-Metode Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi
Rohisi.Jakarta: Universitas Indonesia
Massie, Roy G.A. 2009. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 12 No. 4
Oktober 2009: 409–417
Notoadmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta :Rineka Cipta, 2007.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta, 2012
Nur, A &N Marissa. 2014. Riwayat pemberian air susu ibu dengan penyakit
infeksi pada balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 9(2), 144–149.
Permatasari, Elok dan Kholifah, Siti. 2014. Analisis Strategi Bina Suasana Dalam
Pelaksanaan Kemitraan Bidan Dan Dukun Bayi. The Indonesian Journal Of
Health Science, Vol. 4, No. 2, Juni 2014.
‘Permenkes RI, 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 33
Tahun 2012 Tentang Pemberian ASI Ekslusif. Menteri Kesehatan RI.
Pusat Data dan Informasi. (2016-2018). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016-
2018. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Pangestu, AW.dkk. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Merokok Shisha Pada Siswa Sma X Di Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (E-Journal) Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (Issn: 2356-
3346)
Rahmadiana, Metta. 2012. Komunikasi Kesehatan : Sebuah Tinjauan. Jurnal
Psikogenesis. Vol. 1, No. 1/ Desember 2012.
Rosmalina, Aryanti. 2015. Konseling Dalam Bidang Kesehatan. Orasi, Volume
VI Nomer 1 Januari- Juni 2015
Rodiah, Saleha, dkk. 2016. Strategi Promosi Kesehatan Puskesmas Dtp Tarogong
Kabupaten Garut. Sosiohumaniora, Volume 18 No. 1 Maret 2016
Raco, 2010. Metode penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan keunggulannya.
Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Rasyid, Z. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia
anak balita di RSUD Bangkinang Kabupaten Kampar. Jurnal Kesehatan
Komunitas, 2(3), 136–140.
Susilowati, Dwi. 2016. Promosi Kesehatan. Pusat pendidikan sumber Daya
Manusia Kesahatan.
Santock, John W. 2009. Adolescence PerkembanganRemaja.Jakarta :Erlangga
Susilowati, Dwi. 2015. Bina Suasana Promosi Kesehatan pada Berbagai Tingkat.
Pusat Pendidikan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Jakarta 2015
Seyawati, Ari dan Marwiati. 2018 . Tata Laksana Kasus Batuk Dan Atau
Kesulitan Bernafas : Literature Review. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Setyabudi, Ratih Gayatri dan MutiaDewi. 2017. Analisis Strategi Promosi
Kesehatan dalam Rangka Meningkatkan Kesadaran Hidup Sehat oleh
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah :
Jurnal komunikasi P-ISSN: 1907-898X, E-ISSN: 2548-7647 Volume 12,
Nomor 1, Oktober 2017.
Saryono dan Anggraeni,Mekar Dwi. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan.Yogyakarta :Nuha Medika
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung : Alfabeta
Susanto, Andi. 2015.
PerbedaanPelaksanaanTugasKesehatanKeluargaPneumonia Dan Tidak
Pneumonia PadaBalita Di
DesaPlalanganKecamatanKalisatKabupatenJember. Program
StudiIlmuKeperawatanUniversitasJember2015
Sutrisno. 2009. ManajemenKeuanganTeori, KonsepdanAplikasi.Yogyakarta:
Ekonisia.
Umalihayati, Jumiati. 2017. Hubungan Antara Sumber Informasi, Pengetahuan
Dan Perilaku Ibu Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah
Puskesmas Kramatwatu Kabupaten Serang Tahun 2017. Jurnal
Medikes,Volume 4, edisi 2, November 2017
WHO,2016.https://www.who.int/newsroom/facsheets/detail/pneumonia.Diakses
Tanggal 25 Mei 2019
WHO/UNICEF. 2013. Ending preventable child deaths from pneumonia and
diarrhoea by 2025: the integrated global action plan for pneumonia and
diarrhoea (GAPPD). World Health Organization and The United Nations
Children's Fund. USA.
Lampiran 1 Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA INFORMAN “A” (Informan Utama)


(Ibu Balita Penderita Pneumonia)
Identitas Informan
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :

1. Apakah ibu sudah pernah menerima informasi tentang pneumonia ? jika sudah
informasi apa yang ibu terima tentang pneumonia ?
2. Dimana dan dari siapa ibu menerima informasi tentang pneumonia ?
3. Media apa saja yang ibu gunakan dalam menerima informasi tentang
pneumonia ?
4. Apa saja hambatan yang ibu dapatkan dalam menerima informasi tentang
pneumonia ?
5. Apakah ibu pernah mendengar tentang terkait dukungan kebijakan diterapkan
untuk pneumonia dari puskesmas?
6. Apakah pada saat bayi balita ibu diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan
kehidupan ?
7. Apakah ibu selalu membawa balita ibu untuk diimunisasi ?
8. Apakah ibu ataupun balita ibu selalu mencuci tangan menggunakan sabun ?
9. Apakah ibu selalu melarang anggota keluarga untuk tidak merokok didalam
rumah?
PEDOMAN WAWANCARA INFORMAN “B” (Informan Kunci)

(Pemegang Program Pneumonia)

Identitas Informan

Nama :

Umur :

Pendidikan :

1. Infomasi apa saja yang sudah diberikan untuk pneumonia pada ibu balita ?
2. Dimana dan pada saat kapan informasi pneumonia diberikan ?
3. Media apa yang digunakan dalam pemberian informasi tentang pneumonia ?
4. Dukungan kebijakan apa saja yang diterapkan untuk pneumonia pada balita
dari puskesmas ?
Lampiran 2 Pedoman Observasi

LEMBAR OBSERVASI

Analisis Kejadian Pneumonia Pada Balita Berdasarkan Pendekatan Bina


Suasana di Puskesmas Palaran 2019

NO ASPEK YANG DIAMATI YA TIDAK KETERANG


AN

Ketersediaan Media Informasi Tentang Pneumonia Pada Balita

1. Pamflet dan Leaflet  Ada

2. Brosur  Ada

3. Buletin

4. Banner

5. Poster  Ada

6. Flayer

7. Billboard

8. Film dan Video

9. TV

10. Radio
Lampiran 3 Data Master Wawancara

MASTER

HASIL REKAMAN WAWANCARA PADA INFROMAN/IBU BALITA


PENDERITA PNEUMONIA 2019

Nama :J
Usia : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Terakhir : SD
Nama Balita : NA
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 2,5 Tahun
Tempat :Jl. Trikora Gg Tepian 1 RT 10 Kelurahan Handil Bakti
Waktu : 17 Sepetember 2019, pukul 12.00-13.45

No Pertanyaan Peneliti (Sofiana Nimur) Informan

1 Assalamualaikum ibu,,ee Waalaikumsalam,,iya nda


selamat siang maaf uda apa-apa,,silahkan dimulai aja
menganggu
waktunya,,saya sofiana
Nimur Mahasiswa
Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas
Widyagama Mahakam
Samarinda yang
melakukan penelitian
diwilayah kerja
Puskesmas Palaran,,ee
bisa kita mulai ajakah bu
?

2 Ee boleh tahukah Ee Keluhannya itu sih


bu,,keluhan anaknya mba,,demam,batuk,pilek,,itu
waktu dibawa periksa sih awalnya tuh batuk bilek
kepuskesmas itu seperti nah nda kelamaannya ada
apa ya bu ? demamnya gitu mba,,terus
nda lama batuknya sama
pileknya itu nda sembuh-
sembuh gitu nah,,terus
belakanganya nafasnya tuh
agak susah,nda tahu juga
kenapa,,ee saya liat kalo dia
tarik nafas itu hidungnya itu
kembang kempis gitu nah
mba,,itu aja sih mba
keluhannya,,terus nafasnya
itu agak-agak susah nafas
gitu nah,,itu aja sih mba
keluhannya

3 Terus kalo boleh tahu bu, Ee dibatuknya itu kayanya


itu batuknya uda berapa uda,, satu mingguan itu,,ee
lama bu ? lebihlah itu mba,, ee uda
belih obat, berobat,,, beli
obat itu gak sembuh-sembuh
gitu nah,,

4 Itu beli obatnya dimana Kadang diapotik,,di,,kalo


bu ? nda sembuh diapotikkan
kadang baru kepuskesmas
gitu,,
5 Ohh gitu,,terus bu waktu Pola makannya sih mba
dibawa kepuskesmas apa disuruh jaga gitu,,ngak boleh
aja sih bu yang makan jajan sembarangan
disampaikan sama gitukan,,minum-minum es
petugasnya disitu terus jauh ee dijauhkan dari
mungkin dari bidanya asap rokok gitu,,,segala yang
atau dokternya ? bakar-bakar sampah
gitukan,,gak boleh segala
jalan kena-kena debu
gitu,,gitu aja sih mba,,

6 Ee kalo boleh tahu Ee Itu kali mba,,bapaknya


bu,,tapi kalo dari ibu dirumah inikan bapaknyakan
sendiri ni ya apa yang merokok,,mungkin karena
ibu ketahui tentang disebabkan bapaknya
sakitnya anak ibu ini ? merokok,,karena mungkin
sering-sering bakar sampah
hehe mungkin tehirup
asapnya gitu mba hehe

7 Terus selain itu apa lagi Terus kena debu-debu


yang ibu ketahui ? gitukan,,suka jalan-jalan gitu
nah kena debu-debu
dijalan,,asap-asap gitu,,asap
asap bakar sampah
gitukan,,karena juga
cuacanya gitukan nda
memungkinkan gitu ya mba,,

8 Terus selain itu bu ? Ee selain itu sih mungkin


pola makannya kali ya
mba,,mungkin suka jajan
sembarangan

9 Terus tahunya dari siapa Ee dari petugasnya


bu ? sih,,soalnya saya gak tahu
juga itu,,kalo penyebabnya
itu dari rokok,dari asap itu,,

10 Ohh gitu bu,,terus kalo Iya sih mba,,pernah


informasi ibu pernah gak
bu menerima informasi
tentang sakitnya anak ibu
ini ?

11 Kira-kira apa aja bu Ya,,disampaikan ya,,ee itu


informasinya itu ? jauhkan bapaknya dari asap
rokok,,terus jangan bakar-
bakar sampah gitu,,jauhkan
dari asap bakar-bakar
sampahlah gitu ya,, terus
pola makan anaknya
dijaga,,ee terus kalo ada
kakanya yang sakitkah,,itu
jangan apa gitu nah,,,biar
nda menular hehe

12 Terus kalo selain itu apa Ee ya kalo jalan itu sering


lagi bu yang dipesankan,,ee kena debu-
disampaikan ? debu jalan gitu nah,,asap-
asap rokok,, asap-asap
bakar-bakar sampah,,ee itu
aja sih

13 Ee terus bu itu yang Ee,,dari petugasnya sih,,


nyampaikan petugas puskesmasnya sih
informasinya siapa bu ? sama bidanya

14 Terus informasinya itu Dapat informasinya pas anak


pas kapan ibu terima ? saya sakit dipuskesmas,,

15 Ee bu tapi kalo ee gak ada sih mba kalo


sebelumnya bu,,mungkin sosialisasi,,gak ada memang
sebelum anak ibu sih mba disini,,Cuma
sakit,,pernah gak sih mungkin saya yang kurang
bu,,ibu menerima tahu,,mungkin karena saya
informasi mengenai cuek juga,,cuman mungkin
sakitnya ini,,entah itu kalo dilain itu ada aja gitu
sosialisasi dari petugas ya,,tapi saya tuh,,yang saya
kesehatan,,atau mungkin tahu tuh itu sih diberita-
juga dengar dari orang- berita tv aja,,itu bilangnya
orang gitu bu ? jangan sepelekan gitu
ya,,kalo sakit yang kaya gini
tuh bilangnya jangan
disepelekan gitu ya apalagi
kalo sudah sampai sesak-
sesak itu tadi ya,,

16 Jadi ngeliatnya diberita- Iya,,awalnya emang sakit


berita tv gitu ya bu ? biasa gitukan Cuman pilek
sama batuk itu tadikan uda
biasa gitu ya,,

17 Jadi tahunya karena iya,,dijelaskan sama


dijelaskan atau dikasitau petugasnya baru tahu itu
sama petugaskah bu ? penyebabnya,,sama
disarankan tadi kalo jangan
jajan sembarangan sama kalo
ada yang batuk pilek itu
jangan didekatkan,,nanti
menular

18 Terus untuk informasi Ee diberitahukan sama


yang disampaikan petugasnya sih,,waktu
petugasnya itu dalam dipuskesmas itu,,
bentuk apa ya bu ?

19 Diberitahukannya secara Ee diberitahu langsung aja


apa bu ? sih,,,

20 Ee pas kepuskesmas itu ya,,ada sih mba saya


pernah gak bu ada liat,,cuman yang saya liat tuh
ngeliat semacam kertas cuman yang didinding-
kecil yang berisi dinding aja gitu,,gak
informasi kesehatan kepikiran juga mau baca
seperti yang dialami yang dikotak-kotak kecil
anak ibu ini ? itukan,,pikiran saya berobat
aja gitu nah,,jadi kalo duduk
Cuma keliat yang didinding-
dinding aja hehe,,

21 Ohh ya bu tadikan ibu Ee gak kepikiran aja sih mba


bilang yang dikotak kecil saya baca,,karena saya mau
itu ngeliat itu tapi gak berobat anak aja gitu
dibaca,,nah itu kalo nah,,,jadi ya,,gak kepikiran
boleh tahu bu kenapa gak mau baca hehe,,
dibaca bu ?

22 Kalo selain kertas kecil nda sih,,,, cumankan


itu bu,,pernah gak ngeliat namanya kita berobat gak
ditv dipuskesmas atau terlalu sering-sering liat tv
dimana gitu bu tayangan gitu,,gak tahu ya,,tapi
berupa video tentang memang tvnya gak deh itu
sakitnya anak ibu ini ? disediakan dipuskesmas,,

23 Itu gak tahu atau gak Tvnya nda ada sih,,kalo


terlalu perhatikan diluar sih memang nda ada
gitukah bu ? ya,,memang nda ada sih tv
dipuskesmas itu,,

24 Ee kalo dari hp Iya,,bisa aja sih,,kadang


bu,,pernah gak bu baca- ada,,postingan sih bukan
baca sendiri lewat hp anukan,,kadang ada
gitu bu,, mungkin lewat anukan,,postingan-
internet gitu bu ? postingan,,kalo sakit ini
jangan disepelekan gitu,,kalo
diliatkan kaya biasa ajakan
batuk pilek tuh,,kadang
orangtuanya cuekkan,,apa
biasa aja gitu nda tahunya
berbahaya gitu ya,,apalagi
kalo sudah sesak nafasnya
gitu ya,,

25 Ee terus bu ada gak bu Ee,, ada sih mba,,


kesulitan yang ibu
rasakan dalam menerima
informasi mengenai
sakitnya anak ibu ini ?

26 Kira-kira kesulitannya Ya,,kesulitannya ya,,kurang


seperti apa aja bu ? jelas gitu ya menjelaskan,,ee
namanya saya ini juga kalo
kurang penjelasan yang
banyak gitu,,kurang gimana
gitu hehe,,kurang cerna
hehe,,gagal fokus gitu nah
mba,,kalo sudah kadang
pulang,,kadang lupa apa
yang diomongkan,,mau
tanya,,mau tanya lagi gak
berani gitu hehe

27 Jadi,,padahal uda Ee iya gak konsen,,jadi pas


dijelaskan gitu ya bu,tapi pulang lupa lagi hehe
gak ,,mungkin karena
gak konsen atau gimana
gitu ya bu ?

28 Selain itu kira-kira ada itu namanya kita lagi


lagi gak bu ? berobat jugakan apalagi
tuh,,anak lagi rewel-rewel
tuh,,kalo sudah
dijelaskan,,aduh,,kadang
gak,,gak dengar gitu,,karena
anak rewel gitu,,ya namanya
gagal fokus gitukan hehe

29 Jadinya dengarnya Iya dengarnya setengah-


setengah-setengah setengah gitu sih,,agak-agak
gitukah bu ? setengah gitu ngedengarnya,,

30 Ohh ya bu,,kalo boleh Ee gak ada sih mba,,gak,,gak


tahu ada gak bu tahu gitu nah,, gak ada sih
diterapkan dukungan kayanya,,
kebijakan mengenai
sakitnya anak ibu
ini,,mungkin berupa
peraturan gitu bu dari
puskesmas ?

31 Tapi kalo yang berkaitan gak ada sih mba,,yang


gitu bu,,mungkin seperti tahunya tuh,,saya tuh
larangan tentang dari,,berita-berita tvkah gitu
merokok, bakar-bakar ya,,mungkin kalo
sampah gitu bu ? dipuskemas itu ada
tulisan,,cuman saya,,kaya
nda baca gitu ya,,saya tahu
sih kalo kaya gitu,,

32 Ada gitu ya bu pernah Iya sih mba,,tahu aja gitu


ngeliat tulisannya itu ? ya,,kalo asap-asap rokok itu
berbahaya,,bakar-bakar
sampah itu berbahaya
asapnya,,cuman disini kita
tuh cuek-cuek aja gitu nah
hehe,,

33 Jadi sebenarnya tahu tapi Iya,,cuek-cuek aja gitu,,


cuek-cuek aja gitu ya bu
?

34 Ehh bu kalo dulu ini Iya sih ASI Eksklusif cuman


anaknya ASI nda sampai 6 bulan,,
Eksklusifkah bu ?

35 Ee maksudnya gak Ee keluhannya gitu ya,,nda


sampai 6 bulan itu sampai 6 bulan,,ee ya ASI
seperti apa bu ? Eksklusifnyakan nda sampai
6 bulankan cuman anu-
anukan dibantu sama susu
formula juga,,

36 Ee kalo boleh tahu keluhan jugakan,,karena


bu,,kenapa dibantu sama ASInya gak banyak keluar
susu formula bu ? gitu nah,,setetes-tetes
sedikit,,jadi ya,,dibantu aja
sama susu formula

37 Em,, jadi bu itu sampai Ee sampai,,,satu tahun,,,satu


berapa bulan bu,,dibantu tahun sentengahlah,,ee uda
sama susu formulanya,, saya berhentikan aja
tuh,,netek ASInya,,

38 Jadi dilanjut sama susu Ee iya,,dilanjut sama susu


formula gitukah bu ? formula aja

39 Kalo untuk imunisasinya imunisasinya sih,,,baru lahir


sendiri bu,,pernah aja sih mba,,
dibawa imunisasikah bu
?

40 Em,,terus sekarang Dua tahun setengah,,


umurnya berapa sih bu ?

41 Nah,,terus untuk gak ada,,cuman pulang dari


imunisasi seterusnya itu RS,,diimunisasi
gimana bu ? uda,,gaklagi,,

42 Gak lagi,,jadi Iya,,satu kali aja,,


imunisasinya Cuma
sekali ajakah bu ?

43 Kalo boleh tahu itu Ee,,itu sih,,,itu kadang mau


kenapa ya bu,,kok imunisasi gitukan,,tapi pasti
imunisasinya bisa sekali ada tuh,,kalo tanggalnya
aja ? imunisasi tuh,,pasti pilek
gitu,,pilek,,ee jadi gak
bolehkan kalo pilek
itukan,,jadi terus,,ee
pulang,,terus belakangan
malas sudah ngebawanya
hehe

44 Jadi malas gitu dibawa iya jadi keterusan deh


keimunisasinya ? malasnya hehe,,

45 Ee terus bu,,bukunya gak ada bukunya,,


adakah bu ?

46 Ee tapi kok bisa gitu ya Ee disarankan imunisasi sih


bu,,tapi ada gak sih bu ada,,sayanya ajakan,,,ee
disarankan untuk waktu bukunya yang hamil
imunisasi ? itu memang adakan,,waktu
imunisasi pertama dirumah
sakit ada,,terus pulang,,taroh
dimana sudah buku-bukunya
tuh,,terus ini imunisasi cari-
cari bukunya,,uda gak ada
lagi,,teruskan kalo kita mau
kepuskesmaskan dicarinya
buku pertama itukan,,terus
kalo gak ada gak bisa
dia,,jadi keterus-
keterusaan,,akhirnya
uda,,nda dibawa lagi

47 Emm terus kalo sekarang Iya,,sudah,,


anaknya sudah dikasih
makanan pendamping ya
bu ?

48 Kalo boleh Ee Makanannya,,ini


tahu,,makananya biasanya sukanya sih
biasanya apa aja bu makananya sama
dikasih ? ikan,,kadang kalo
sayur,,sayur tuh,,kadang
sayur-sayurnya juga
nah,,gak juga suka terlalu
banyak sayur gitu,,paling
kaya kacang aja sih,,suka
dia,,

49 Jadi kaya gak semua Gak semua sayur sih,,kalo


sayur gitu ya bu ? ikan,,telor itu suka dia
makan,sama kecap,,

50 Itu dikasih setiap harikah Nda setiap hari sih


bu ? mba,,kadang dia gak mau
juga makan sayur

51 Kalo untuk buah-buahan Iya,,buahan-buahan senang


bu ada gak dikasih,, dia,,kaya
pisang,,gitukan,,kaya apel
dia suka itu,,

52 Terus untuk anak ibu ini Iya,,cuci tangan sih,,


biasanya kalo habis
bermain ataupun habis
beraktivitas ataupun pas
dia mau makan diluar
rumah tangannya dicuci
gak bu ?

53 Terus pakai sabun gak bu Ee kalo dia main pasir


cuci tangannya ? gitukan,,main tanah-
tanah,,main kotor-kotor betul
baru kita kasih sabun
hehe,,tapi kalo biasa aja
sih,,cuci,,cuci pake air,,air
aja biasa

54 Emm kalo dari ibu Iya,,kadang kita ajarin,,kalo


sendiri ada gak bu mau makan,,pegang
ngajarin anaknya supaya makanan,,itu,,cuci tangan
cuci tangannya memakai gitu,,
sabun ?

55 Terus tadi kadang Diliatkan gak terlalu


tangannya dicuci pakai kotor,,jadi dipake air aja
sabun kadang juga ngak? ya,,dikira hilang aja gitu
hehe

56 Oh iya baik bu,,,ohh ya Iya,,saya memang,,lagi


bu tadi juga bilang ya senang bakar-bakar sampah
kalo anak ibu sakit juga hehe dirumah,,males buang
mungkin dari asap bakar sampahkan,,jadikan kaya
sampah gitu ya sama sampah yang bungkus-
merokok,,nah kalo untuk bungkus itukan saya bakar
bakar sampah sendiri hehe,,
sendiri,,emang disini ada
bakar sampah gitukah bu
?
57 Kaya sampah-sampah Iya,,sampah-sampah plastik
plastik gitukah bu ? dibakar sendiri,,iya,,

58 Itu bakarnya dimana bu ? Didepan rumah hehe

59 Ohh iya terus kalo Iya ada,,


dirumah tadi ibu bilang
ada yang ngerokok ya,,

60 Yang ngerokok siapa bu Ee bapaknya,,


?

61 Biasanya ngerokoknya Didalam rumah sih,,bahkan


didalam rumah apa tuh disamping,,samping
diluar rumah bu ? anaknya tuh,, samping,,kita
tuh,,kalo nda pergi sana,,
jauh merokok,,baru tuh
orangnya pergi,,

62 Ee tapi pernah gak sih Ee iya sih,,sering itu mba


ngelarang bapaknya saya,,uda jangan ngerokok
untuk tidak merokok ? lagi tuh,,jangan dekat-dekat
merokok gitukan,,uda tahu
merokok itu bahaya
ya,,apalagi ngerokok itu
dekat,,samping anak
tuh,,cuman ya,,kaya gak
didengarin tuh,,gak
dihiraukan tuh hehe,,

63 Jadi tetap aja ngerokok iya tetap merokok didalam


didalam rumah ataupun rumah
disamping adeknya ini
ya ?
64 Jadi,,kalo sudah seperti dibiarkan sih,,cuman kita
itu bu,,dibiarkan atau yang ngalah,,kita yang pergi
gimana ? hehe

65 Ohh iya baik bu,,terima Iya sama-sama mba,,


kasih untuk
informasinya,,
MASTER

HASIL REKAMAN WAWANCARA PADA INFORMAN/IBU BALITA


PENDERITA PNEUMONIA 2019

Nama :S

Usia : 37

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : SMP

Nama Balita : AK

Umur : 2 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Gg Pelabuhan Rt 32 Kelurahan Rawa Makmur

Waktu : 20 Septembter 2019, pkl 10.00-11.25

No pertanyaan Peneliti (Sofiana Nimur) Informan

1 Assalamualaikum ibu,,ee Walaikumsallam,,iya


selamat pagi ya bu,,maaf ndapapa,,iya bisa,,
sudah menganggu
waktunya,saya Sofiana
Nimur Mahasiswa
Fakultas Kesehatan
Masyarakat universitas
Widyagama Mahakam
Samarinda, yang
melakukan penelitian
diwilayah kerja
puskesmas Palaran,,bisa
kita mulai aja ya bu ?

2 Boleh tahukah bu, Ee,,batuk pilek,,tapi


keluahan anaknya waktu disertai demam,,tapi kalo
dibawa periksa batuknya itu,,apa,,ada
kepuskesmas itu seperti dahaknya kaya gitu
apa aja ya bu ? nah,,jadi dia kalo bernafas
susah,,kalo dia sudah
keluarkan,muntahkan
dahaknya dia jadi enak,

3 Awalnya itu Cuma batuk Awalnya dia pilek,


sama pilek aja atau sama batuk,,lama-lama batuknya
demam atau gimana bu ? itu disertai sesak gitu nah
karena pengaruh lendir kali
ya,nanti kalo dia sudah
muntahin enak
sudah,,karena lendirnya itu
yang bikin dia susah
bernafas,,kendengaran kalo
bernafas itu,,kedengaran
suaranya ogrok-ogrok gitu,

4 Terus untuk batuknya itu Ee lebih dari


uda berapa lama ya bu ? seminggu,,batuk awal-awal
sih saya biarin kasih obat
biasa aja,,tapi lebih dari
seminggu batuknya parah,
jadi bawa kepuskesmas

5 Terus untuk obat awalnya Biasanya sih diwarung-


itu,,ibu beli dimana bu ? warung,,
6 Ohh gitu bu,,Terus kalo Ya,,biasanya sih dari
boleh tahu waktu dibawa dokternya bilang jangan
kepuskesmas itu apa aja kasih makan
sih bu yang disampaikan sembarangan,,jajan
sama petugasnya sembaranagan,,jangan
mungkin dari bidan atau dikasih makan es,jauhkan
dokternya yang dari asap rokok,,biasanya
nanganin? itu,,ya debu-debu gitu
jalanan, suruh jauhkan
gitu,,kalo keluar rumah
pake masker

7 Terus selain itu bu ? Disuruh rumahnya


dibersihin,,jangan ada
debu,,jauhkan dari orang
merokok,,biasanya itu,,

8 Kalo dari ibu sendiri ni Biasanya sih,,dia


apa sih yang ibu ketahui kecapean,,kalo sudah
mengenai sakitnya anak kecapean sih dia
ibu ini ? panas,,tapi biasanya sih
karena kebanyakan minum
es,,kalo sudah dia minum
es pasti dia batuk,pilek
itu,,bakalan kena
sudah,,terus kalo sudah
berpaparan sama asap
keselek langsung dia
batuk,,karena disinikan
juga kebanyakan orang
merokok,,
9 Kalo selain itu apalagi Ya,,biasanya itu aja sih
yang ibu ketahui ?

10 Tahunya dari mana bu ? Saya sih biasanya tahu sih


kalo kecapean bisa
batuk,bisa ini,, kebanyakan
asap rokok,debu,,tapi ada
juga yang kasitau
sih,,biasanya ada orang
kasitau

11 Kalo dari orang-orang itu Biasanya dari keluarga


biasanya siapa bu yang yang ngasitau,,biasanya sih
ngasitau ? anaknya sakit nanti kita
dikasitau jauhin dari debu,
rokok, sama itu jangan kasi
makan ciki-ciki,,biasanya
itu hehe

12 Ohh gitu bu,,kalo untuk Pernah,,


informasi tentang
sakitnya anak ibu
ini,,pernah gak sih ibu
menerima informasi gitu
bu ?

13 Ee kira-kira informasi apa Biasanya jangan jajan


aja sih bu yang ibu terima sembarangan,,jauhkan dari
itu ? asap rokok,sama debu-
debu,,itu sih dikasitau

14 Jadi kalo yang Iya,,


berhubungan sama asap-
asap itu disuruh jauhkan
gitu ya bu ?

15 Terus kalo selain itu bu ? Dikasitau juga disuruh


makan yang bergizi
gitu,,jauhkan dari makanan
yang membuat dia
batuk,,biasanya gitu,,terus
dikasitau supaya bersih-
bersih rumah,,terus disuruh
jauhin dari anak yang
batuk pilek kalo
dirumah,,karena itu
menular

16 Terus itu yang Biasanya,,pas berobat itu


memberikan atau yang biasanya petugasnya yang
menyampaikan ngasitau,,
informasnyai itu keibu
siapa bu ?

17 Dari petugasnya siapa bu Biasanya sih kalo


kira-kira ? dipuskesmas itu untuk
anak-anak ada dokter ada
bidan,,

18 Untuk informasinya itu Ya,,itu pas berobat


ibu terimanya pas kapan dipuskesmasnya,,,
dan dimana ?

19 Ohh gitu bu,,oh ya bu Pernah,,


kalo sebelumnya
bu,,mungkin sebelum
anak ibu sakit pernah gak
bu menerima informasi
mengenai sakitnya ini
entah itu sosialisasi dari
petugas kesehatan,atau
mungkin juga dengar dari
orang-orang gitu bu

20 Pas kapan itu bu ? Kalo sosialisai itu mungkin


setahun yang lalu ya
itu,,kurang ingat juga
sih,,habis itu nda lagi

21 Kalo untuk tahun ini ? Belum ada,,

22 Memang belum ada Iya memang belum ada,,


informasinya gitukah bu ?

23 Terus bu biasanya untuk Biasanya dikasitau


informasi yang langsung,,
disampaikan petugas itu
tadi bu,,biasanya dalam
bentuk apa bu mereka
sampaikan ?

24 Pas kepuskesmas itu Pernah sih,,cuman ngeliat


bu,,pernah gak ada gitu aja yang
ngeliat semacam kertas didinding,yang dipapan
kecil yang berisi itu,,cara menangani cuci
informasi tentang tangan,,batuk
sakitnya anak ibu ini ? pilek,,ya,,cuman ya diliat
gitu aja sudah,,nda
dibaca,,paling diliat oh,,ya
itu,,sudah,,nda dibaca lagi,

25 Tapi dibaca gitu ya bu ? Ya baca,,kalo yang


namanya didinding sama
dipapan itu ya kita nunggu
ya pasti baca,,ya cuman
yang sekilas-sekilas aja
yang baca,,sambil nunggu
ya,,baca-baca juga

26 Terus kalo yang kaya Ada,,yang kaya brosur


dikertas kecil itu tadi gitukan ?
gimana bu ada gak bu?

27 Iya betul bu,, Yang kaya kecil-kecil,,itu


iya ada,,iya itu ada,,

28 Terus itu ada ngambil Nda sih,,


buat ibu baca gitukah bu
?

29 Kenapa bu ? Iya yang brosur kaya kertas


kecil itukan Itu ada sih tapi
nda dibaca sih,,cuman kalo
kepuskesmaskan buat
berobat aja,,cuman kalo
yang didinding itukan
sembari nunggu sambil
liat-liat,,oh itu,,itu,,itu
aja,,nda fokus
membacanya,,

30 Terus kalo boleh tahu Nda ada,,ee kepuskesmas


bu,,kenapa kaya gak ada untuk berobat aja,,nda
niat gitu bu buat ngambil ngambil yang begitu-
untuk dibaca gitu bu atau gituan,,
gimana bu?

31 Tapi itu memang ada Iya ada,,


disediakan gitu ya bu ?

32 Terus kalo melaui tv gitu Kalo tv itu nda ada ya,,gak


bu,,pernah liat gitu gak bu pernah liat soalnya
pemutaran video
kesehatan mengenai
sakitnya anak ibu ini ?

33 Jadi memang gak ada ya Iya memang gak ada sih


bu tvnya ? itu tvnya dipuskesmas,,

34 Kalo dihp gitu bu pernah Pernah,,


gak bu baca sendiri gitu
bu,,mungkin melalui
internet gitu bu ?

35 Apa aja biasanya yang Ee cara pengobatan


ibu baca bu ? tradisional sih biasanya
kalo di hp,,

36 Ohh gitu bu,terus bu ada Nda juga sih,,cuman


gak sih kesulitan anakku tuh kalo kita bawa
tersendiri yang rasakan kepuskesmas itu suka
dalam menerima nangis,,dia kalo sudah
informasi mengenai dokter itu nangis taunya
sakitnya anak ibu ini ? disuntik pasti nangis,,jadi
kalo berobat pas dokter
jelasin dia nangis
ketakutan,,kan kadang
dokter tuh
ngomongnya,,apa
laju,dianya nangis minta
pulang ,,

37 Untuk informasinya Ya kurang jelas gitu sih


gimana bu ? jadinyakan,,karena dia
nangis gitukan,,biasanya
itu,,

38 Itu menjadi kesulitan gak Ya,,sulit karenakan dokter


buat ibu ? ngejelaskan dia
nangis,,jadinya kurang
jelas gitu,,

39 Kalo untuk dukungan Nda ada,,,


kebijakan gitu bu ada gak
bu diterapkan dari
puskesmas gitu
bu,,mungkin berupa
peraturan gitu bu dari
puskesmas ?

40 Emang gak ada gitukah Emang gak ada sih


bu ?

41 Tapi kalo kaya yang Ee kalo sosialisasi tentang


berkaitan gitu bahaya merokok iya
bu,,mungkin kaya ada,,tapi kalo soal yang
sosialisai bahaya fokus batuk,,pilek sama
merokok gitu bu ? sesak itu tadi nda ada,,

42 Ohh gitu bu,,kalo Iya ada,,itu dipuskesmas,,


semacam yang tulisan
kaya kawasan tanpa
merokok gitu juga
dipuskesmas gitu ada ya
bu ?

43 Kalo untuk anaknya ini Iya ASI Eksklusif,,


bu,,dulu pemberian ASI
Eksklusif gak bu ?

44 Berarti dari 0-6 bulan Iya,,


tanpa makanan
pendamping gitu ya bu?

45 Kalo kaya bantuan susu Iya,dikasih,,


formula gitu bu ?

46 Berarti ASI dibantu susu Iya,,betul


formula gitu ya bu ?

47 Kalo boleh tahu Ya,,karena saya kerja juga


bu,,kenapa dibantu susu gitu,,jadi kalo saya
formula bu ? kerja,,saya kasih susu
formula,,dirumah baru
ASI,,jadi diselingin gitu,,

48 Jadi susu formulanya itu Ya,,saya kasih sampai


dikasih sampai umur sekarang umurnya masih
berapa bu ? dua tahun jugakan,,

49 Ohh gitu bu,,terus bu Ee nda kepikiran sih,,tapi


tadikan ibu bilang kalo kalo pake pompa ASI agak
kerja penggantinya pake ribet
formula ya,,terus bu
kenapa gak pake pompa
ASI aja gitu bu ?

50 Ribet gimana bu Di,,karena dipompanya


maksudnya? lama,,kita harus ditaruh
dulu di,,anu,,dikulkas
dia,,nda bolehkan,,dia
harus sendiri
freezernya,,nda boleh
digabung sama yang
lain,,ituyang ribet,
sedangkan kita pake kulkas
produk,,anu apa rumah
tangga,jadi nda bisa,,itukan
khusus nda boleh
digabungkan sama yang
lain,,jadi agak ribet,,

51 Ohh gitu bu,,terus kalo Lengkap,,


untuk imunisasinya
sendiri bu,,gimana bu ?

52 Ohh gitu bu,,sudah Ee saya lupa sih,,tapi


berapa kali itu bu ? dicatatan lengkap sih,,

53 Kalo untuk sekarang Iya,,dia sudah makan nasi


sudah dikasih makanan sekarang
pendamping ya bu ?

54 Biasanya apa aja sih bu Dia suka makanan yang


yang dikasih tuh berkuah,,sayur bening
makanannya ? biasanya,,yang penting
harus ada telor juga,,sama
ikan,,
55 Jadi setiap harikah bu Iya,,setiap hari masalahnya
dikasih sayur dan sayur dia juga suka
itu diganti-ganti gak bu ? sayur,,iya,,,diganti-ganti
juga sayurannya

56 Kalo untuk buah- Iya,,dia paling suka


buahannya sendiri itu pisang,,pepaya sama
gimana bu kasih gak ? semangka,,itu biasanya

57 Itu setiap hari gitu gak bu Ya,,kalo ada aja baru


dikasih ? dikasih,,

58 Oh gitu bu, terus biasanya Cuci tangan,,


kalo habis beraktivitas
diluar rumah ataupun
habis bermain atau pas
mau makan itu biasanya
anak ibu cuci tangan gak
bu ?

59 Terus cuci tangannya Ya,,kadang-kadang pakai


pakai sabun gak bu ? sabun,,kadang engak,,

60 Itu kenapa ya bu kira-kira Ya,,kalo sudah buru-buru


? cuci tangan sudah langsung
pakai air biasa aja

61 Tapi memang ada ya bu Iya diajarin,,tapi kadang


ngajarin anaknya untuk lupa hehe,,kalo ada ya,,tapi
cuci tangan pakai sabun kalo uda buru-buru,,cuci
kalo habis main ataupun tangan sudah gitu aja,,
beraktivitas diluar rumah

62 Terus kalo dirumah Ada lima orang,,


itu,,laki-lakinya ada
berapa orang ya bu ?

63 Dari 5 orang itu,,yang Yang dewasanya 3


dewasanya ada berapa orang,,iya ada dua orang
orang terus ada yang yang merokok,,
ngerokok gak bu ?

64 Biasanya mereka Ya kadang dirumah kadang


merokoknya didalam diluar,,
rumah atau diluar rumah
bu ?

65 Pernah gak bu Ya pernah sih,,,


merokoknya dekat anak
ibu ini ?

66 Nah kalo dari ibu sendiri Pernah,,kalo kusuruh kalo


pernah ngelarang gak bu merokok jauh-jauh,,dari
? anaknya karena dia bisa
batuk,,

67 Terus ketika sudah Biasanya kalo sudah larang


dilarang mereka berhenti pergi mereka,,tapi ya
gitu kah merokok dekat kadang namanya anak
anak ibu ini ? kecil kadang dianya juga
yang nyamperin
bapaknya,,tapi kadang kalo
sama kainya saya nda
berani ngelarang
juga,,karena namanya
orang tua nda enak juga
mau ngelarang,,jadi ya
dimaklumi aja,,tapi
ya,,kalo bapaknya dia
ngerti,,

68 Ohh iya baik bu,,terima Iya,,sama-sama,,


kasih untuk informasinya
ya bu ya,,
MASTER

HASIL REKAMAN WAWANCARA PADA INFROMAN/IBU BALITA


PENDERITA PNEUMONIA 2019

Nama :L

Umur : 31

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : SD

Nama Balita : MA

Usia : 2,5 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Gaya Baru Rt 09 Kelurahan Rawa Makmur


Kec.Palaran

Waktu : 23 September, 2019 Pukul 11.25-12.33

No Pertanyaan Peneliti (Sofiana Nimur) Informan

1 Selamat siang ibu,, Iya siang,,

2 Maaf menganggu waktunya Iya ndapapa,,


ya bu,,saya Sofiana Nimur
Mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarakat
Universitas Widyagama
Mahakam Samarinda yang
sedang melakukan
penelitian diwilayah
dipuskesmas Palaran,,
3 Bisa kita mulai ajakah bu ? Bisa,,

4 Boleh tahukah bu,,keluhan Batuk,,pilek kadang dua


anaknya waktu dibawa hari kadang 4 hari
periksa kepuskesmas itu kadang juga semingguan
seperti apa aja ? batuknya tersu dikasih
obat antibiotik sama
batuk pileknya sama
demamnya
juga,,Batuknya kadang
kalo sudah 3-5
hari,kadang-kadang
bunyi napasnya grok-
grok gitu,,

5 Nafasnya kaya sesak Iya,,kaya sesak


gitukah bu ? nafasnya,,mungkin
karena dahaknya gak
keluarkan jadi kaya
lendir,makanya nafasnya
agak susah

6 Jadi batuknya itu uda Uda seminguan,,


berapa lama bu ?

7 Terus bu waktu dibawa Bilangnya nda boleh


kepuskesmas apa aja sih bu jajan sembarangan,,terus
yang disampaikan seperti makanan yang
petugasnya disana ? berminyak,makan-makan
yang keras-keras,,es-es
yang bersoda-soda nda
dibolehkan juga,,
8 Terus selain itu apa lagi bu Sama pola makannya
? harus dijaga,,bilangnya
juga kalo ada yang
merokok didalam rumah
disuruh keluar,terus
rumah-rumah yang
berdebu atau yang kotor-
kotor itukan
dibersihkan,,terus
kalonya belum sembuh
disuruh bawa lagi
kepuskesmas,,

9 Terus dari ibu sendiri apa Kalo dari pikiran saya


sih yang ibu ketahui sih,,sebabnya gergara
mengenai sakitnya anak ibu jajanan sembarang
ini ? itu,,seperti beli bombon-
bombon,,kaya gulali,teh
gelas,yang manis-manis
itu pokoknya,,

10 Jadi dari makananya gitu Iya dari makananya sih


ya yang ibu tahu,, yang saya tahu,,

11 Terus tahunya dari siapa bu Tahunya sih,,dari diri


? saya sendiri
gitukan,,soalnya
makanan sembarangan
jugakan,,kalonya dari
cuacanya sih nda
ngeganggu sih menurut
saya,,kadangkan ada
tetangga saya yang
bilang karena cuacanya
jugakan,,

12 Ohh gitu,,kalo untuk Pernah sih,,tapi dari


informasinya sendiri Puskesmasnya aja
bu,pernah gak ibu nerima
informasi mengenai
sakitnya anak ibu ini ?

13 Kira-kira bu,,informasi Bilang dari


tentang apa aja ibu yang puskesmasnya itu aja
terima mengenai sakitnya kalo ada yang merokok
anak ibu ini ? didalam rumah disuruh
keluar kalo nda anaknya
yang dijauhkan,terus
rumah-rumah yang
berdebu yang kotor-kotor
itu dibersihkan,,ee terus
masalah makanannya itu
bilang dikurangi-
kuranguilah makan
sembarangan,dikasih
makanan yang bergizi,,

14 Terus selain itu ada lagi kalonya belum sembuh


gak bu yang ibu terima ? disuruh bawa lagi
kepuskesmas,,iya itu aja
sih

15 Ee terus bu Itu yang Dokterkah bidannya itu


nyampaikan informasinya ya,,kurang ingat juga
itu siapa bu ? saya
16 Nah bu,,ibu nerima Saya dapat informasinya
informasinya itu pas kapan pas waktu anak saya
dan dimana ya bu ? sakit,,saya bawa
kepuskesmas,,dan bilang
puskesmasnya begitu,,

17 Terus selain informasi yang Gak ada sih,,langsung


ibu terima pas anak ibu dari puskesmasnya
berobat,,nah kalo selain itu aja,,dan kita yang
bu mungkin sebelum anak langsung
ibu sakit, mungkin pernah kepuskesmasnya,,
mengikuti sosialisasi atau
apa gitu bu ?

18 Jadi kalo anak sudah sakit Iya,,baru dapat


baru dapat informasi gitu informasinya dari sana,,
bu ?

19 Terus informasi yang Dari,,langsung


disampaikan dokter atau pembicaraan,,dijelaskan
bidannya itu dalam bentuk
apa bu disampaikan ?

20 Jadi diberitahukan secara Iya secara langsung,,


langsung gitu ya bu ?

21 Kalo dipuskesmas itu Ada sih,,Cuma ngeliat


bu,,pernah gak ngeliat aja gitukan,,nda ngambil
kertas kecil yang berisi
informasi kesehatan seperti
sakit yang dialami anak ibu
ini ?

22 Terus kenapa gak diambil Nda,,nda kepikiran


bu,,mungkin untuk dibaca sih,,soalnya fokus untuk
buat nambah pengetahuan,, berobat anak,,

23 Jadi gak dibaca bu ? Iya,,gak dibaca,,,,

24 Kalo yang didinding- Ada sih,,sempat ngebaca


dinding gitu atau yang kalo yang didinding sama
dipapan-papan gitu bu ? yang dipapan itu,tapi
sekedar ngebaca aja

25 Jadi sekedar ngebaca aja Iya nda terlalu fokus gitu


gitu bu ? ngebacanya,,

26 Kalo selain kertas kecil gitu Nda ada sih mba,,soalnya


bu,,Pernah gak ngeliat kita nda memperhatikan
pemutaran video kesehatan juga,,namanya kita mau
mengenai sakitnya anak ibu berobatkan, jadi nda
ini,,mungkin ditv perhatikan,,tapi kalo
puskesmas gitu bu atau setahu saya sih kaya nda
dimana gitu bu ? ada itu mba tvnya,,

27 Jadi nda memperhatikan Memang nda ada tvnya


atau setahu ibu gak tvnya kayanya,,
gitukah bu ?

28 Kalo dari hp bu pernah gak Nda ada sih,,nda pernah


ibu baca-baca
sendiri,,mungkin cari tahu
sendiri gitu bu tentang
sakitnya anak ibu ini ?

29 Itu kenapa bu ? Ee nda kepikiran


sih,,mau cari-cari dihp
gitu seperti kaya google
bilang orang
youtube,,nda kepikiran,,

30 Emm terus ada gak bu Ada sih,,


kesulitan atau hambatan
yang ibu rasakan dalam
menerima informasi
mengenai sakitnya anak ibu
ini?

31 Kira-kira kesulitan atau Ee soalnya saya ini


hambatan seperti apa aja orangnya kurang
yang ibu rasakan ? nangkep sih kalo
dijelaskan
begitukan,,soalnya
anaknya juga sering
rewel, nangis cerewet
gitu,,jadi kurang
pahamlah gitu,,kadang-
kadang kalo pulang
rumah bisa lupa,,apa-apa
bilang dokternya,,

32 Jadi kaya kurang konsen Iya,,kurang konsen jadi


gitukah bu atau gimana ? kadang lupa kalo sudah
dirumah,,

33 Selain itu ada lagi gak bu ? Ee itu aja sih,,

34 Ohh ya bu,,kalo untuk Gak ada sih,,


dukungan kebijakan ada
gak bu diterapkan
dukungan kebijakan berupa
aturan atau apagitu
bu,mengenai sakitnya anak
ibu ini dari Puskesmasnya ?

35 Itu gak pernah dengar atau Gak pernah dijelaskan,,


gimana bu ?

36 Kalo yang berkaitan gitu Iya,,kalo itu ada,,


bu,,mungkin kaya larangan
untuk tidak merokok
didalam rumah,dilarang
membakar sampah gitu bu
?

37 Itu disampaikan atau Disampaikan aja,,itu


gimana bu ? bilangnya kalo ada yang
ngerokok disuruh keluar
aja,,sampah bakar
sampah itu nda boleh
katanya

38 Terus kalo yang kaya Iya ada,,kaya tulisan


berupa tulisan gitu bu ada semacam spanduk
gak kaya peraturan seperti gitukan,,kaya gak boleh
itu tadi ? ngerokok didalam
ruangan,,dipuskesmas
gitukan,,atau didalam
rumah,,

39 Ohh iya bu,,emm kalo Iya ASI dia,,


untuk anak ibu ini dia ASI
Eksklusif gak bu ?

40 ASI nya dari 0-6 bulan itu Ee itu sih ada


tanpa dibantu susu formula dibantu,,sama susu
atau minuman gitu bu ? formula,,

41 Jadi gak tok ASI gitu bu? Iya gak tok ASI,,

42 Ohh gitu,,kalo boleh tahu Bilang tetangga-tetangga


kenapa bu dibantu sama sih,,bilang orang-orang
susu formula ? biar fisiknya tambah kuat
gitu,,

43 Ohh gitu bu terus selain itu Kadang-kadang juga sih


karena apa lagi bu ? kalonya kita cape,pegel
karena netek
badankan,,kita bikinkan
susu formula,,terus
bilang bapaknya juga
sih,bagus jugakan untuk
menambah daya tahan
tubuhnya gitu,,biar kuat
gitu,,

44 Ohh iya bu untuk Pernah sih mba,,


imunisasinya sendiri
gimana bu pernah dibawa
imunisasikah bu ?

45 Uda berapa kali bu ? Ee pernah yang umur 8


bulan,,sama yang
pertama lahirkan ,,umur
seminggu pernah
juga,yang setahun
setengah,,itu aja

46 Ee itu uda lengkapkah bu nda juga sih kalo


atau gimana ? lengkap,,soalnya kita
sering nda ada dirumah
jalan gitu,jadi nda sempat
ikut itukan kalo ada
jadwal imunisasi,,

47 Jadi pernah nda ikut Iya,,pernah nda ikut


imunisasi gitu ya? imunisasi,,

48 Kalo untuk bukunya ada Kemarin itu sih mba


gak bu ? ada,,Cuma namanya kita
lantaran tinggalnya nda
netapkan,,nanti ditempat
ibu mertua,,nanti
ditempat orang
tua,tempat ibu saya
disamarindakan jadi
bulak balikk,kesana
kesini akhirnya hilang,,

49 Ohh iya ibu kalo untuk Iya,,sudah,


anaknya ini sudah dikasih
makanan pendamping ya?

50 Makanannya apa aja bu Makananya kadang-


biasanya ? kadang kaya sayur
bening, terus kalonya
sudah bosankan kaya
sayur bening,besok-
besok diganti lagi,,kaya
semacam shop terus kaya
oseng-osengan sayur
bayam gitu makannya,,
51 Untuk sayuran gitu dikasih Untuk sayur dikasihnya
setiap harikah bu atau ngak juga setiap hari sih,
gimana ? jarang juga,,tergantung
anaknya aja lagi,,kalo dia
mau makan sayur
dikasih,,tapi kalonya
kadang gak maukan gak
dikasih gitu,,

52 Terus kalo untuk lauknya Biasanya untuk lauknya


biasanya apa aja bu ? kaya ikan,,semacam kaya
ikan rebus gitu,,jadi
ikannya tuh direbus aja
gitu

53 Kalo untuk buah-buahan Ada,,


ada gak bu dikasih ?

54 Buahan-buahannya Untuk buah-buahan biasa


biasanya apa aja bu ? dikasih Kaya seperti
semangka,,kaya
jeruk,pisang,itu sih,,

55 Itu,,setiap hari gak bu Jarang,,kadang-kadang


dikasih ? tiga hari sekali,,dua hari
sekali

56 Dikasihnya 3 hari atau 2 Bilang orang sih kalo


sekali itu karena apa bu ? terlalu sering
dikasih,,bilangnya anu
juga sih,,bilangnya sih
takut kaya semacam
mencret gitu
bilangnya,,jadi
dikasihnya jarang pake
jarak gitu,,

57 Oh ya bu biasanya anak ibu Kadang-kadang cuci


ini cuci tangan dulu gak bu tangan,,kadang-kadang
kalo habis beraktifitas juga lupa cuci
diluar rumah atau habis tangannya,,
bermain ataupun pas mau
makan ?

58 Terus tadikan ibu bilang Kadang-kadang pakai


kadang cuci tangan kadang sabun,,kadang-kadang
juga ngak,,kalo pas cuci nda juga hehe
tangan itu tangan dicuci
pakai sabun gak bu ?

59 Itu kadang cuci tangan Kadang kalo dari


sama kadang ngak kenapa anaknya inikan kita nda
bu ? ngeliat dan nda
perhatikan dia sering nda
cuci tangan,,

60 Hehe ohh iya bu,,kalo Ada,,Paman sama kakak-


didalam rumah itu ada yang kakaknya itulah,,
ngerokok gak bu ?

61 Biasanya ngerokoknya Kadang-kadang didalam


didalam rumah apa diluar rumah,,kadang-kadang
bu ? diluar juga,,

62 Ibu ada ngelarang gitu gak Ada,,Kalonya aku


bu untuk tidak merokok ngeliatkan kusuruh
didalam rumah ? keluar gitu ya,,
63 Kalo sudah ibu larang Kadang-kadang meski
untuk tidak merokok sudah dilarangkan,,tetap
didalam rumah atau didekat juga masuk lagi
anak ibu,,itu mereka ikutin ngerokok didalam rumah
gak bu ?

64 Terus pernah ngeliat Pernah sih kalonya aku


ngerokoknya dekat anak ngeliatkan kusuruh
ibu gitu gak bu ? keluar gitu,,jauh-jauh
gitukan,,

65 Kalo sudah seperti itukan Kadang-kadang sih,,kita


bu,,itu gimana bu kaya juga jengkel,marah
tadikan ibu sudah gitukan,,perlu dimarahin
ngelarang tapi tetap juga dulu,dinasihatin dulu
ngerokok didalam rumah baru dia nurut gitukan
atau dekat anak ibu itu baru keluar merokok,
dibiarkan atau gimana?

66 Jadi kalo sudah seperti itu Kadang-kadang sih,,kalo


mereka gak ngerokok lagi kadang-kadang dia sudah
didalam rumah atau gimana lupakan 2,3 hari
bu ? dikasitau nanti dia masuk
lagi kedalam merokok
lagi dekat anak saya
kadang,,gitu sih mba,,

67 Oh iya baik,,makasih ya bu Iya sama,,


informasinya,,
Master

REKAMAN HASIL WAWANCARA PADA INFORMAN PETUGAS


PEMEGANG PROGRAM PNEUMONIA BALITA DI WILAYAH
PUSKESMAS PALARAN 2019

Nama :R

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 39

Jabatan : Pemegang Program Pneumonia

Tempat : Puskesmas Palaran

No Pertanyaan Peneliti (Sofiana Nimur) Informan


1 Selamat siang ibu, maaf Iya, silahkan dek
menganggu waktunya,saya
Sofiana Nimur mahasiswa
Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas
Widyagama Mahakam
Samarinda yang melakukan
penelitian penelitian dengan
ibu dari balita pasien
pneumonia yang ibu
tangani,,boleh saya langsung
bertanyakah bu ?
2 Ibu boleh tahu nama ibu Nama saya Rasma
siapa ? dek,
3 Jabatannya disini sebagai Saya disini bidan dek
apa ya bu ? tapi rangkap juga
sebagai pemegang
program penyakit
pneumonia dan diare
dek,
4 Ohh ya bu pemberian Awalnya kita
informasi seperti apa aja tanyakan keluhan dulu
bu,yang diberikan kepada dek,misalnya kita
ibu balita penderita tanyakan dirumah ada
pneumonia biasanya bu ? yang batuk atau ada
yang sakit seperti
itu,kalo dibilangnya
tidak ada maka kita
akan berikan
konseling seperti
hindari asap rokok,
hindari asap obat
nyamuk, debu-
debu,menjaga
kebersihan
lingkungan, lalu dari
makanannyakan harus
memperhatikan
makanan yang bergizi
kalo dari makan itu
sudah termasuk jajan
sembarangan itu gak
dibolehkan, terus kita
akan sarankan agar
dibawa lagi
kepuskemas kalo 2-3
hari belum ada
perubahan
5 Ohh gitu bu,,lalu bu biasanya Bidan ia, dokter ia
yang menyampaikan atau
yang memberikan informasi
biasanya siapa bu ?
6 Terus bu selain mereka Pemberian informasi
dapatkan informasi pas kita lakukan
berobat aja ada lagi gak dipuskesmas Selain
pemberian informasi diluar dipuskesmas itu
puskesmas mungkin seperti pemberian informasi
melakukan sosialisasi atau seperti sosialisasi
melakukan kunjungan rumah keluar Kalo untuk
gitu bu ? tahun ini sama tahun
kemarin itu belum ada
dilakukan sosialisasi
lagi, Tapi kalo untuk
tahun lalunya tahun
2017 saya ada
penyuluhan di RT,
semua RT diseluruh
RT.
7 Nah terus bu biasanya ada Iya ada leaflet, poster-
medianya jugakah bu yang poster itukan.
digunakah dalam
memberikan informasinya
itu?
8 Nah terus bu penggunaan Biasanya untuk media
media yang seperti leaflet seperti brosur leaflet
dan poster itu seperti apa bu itukan kita sediakan di
diberikan ke ibu balitanya pendaftaran itu
itu, kalo misalkan mereka ada,terus dinformasi
datangkan Cuma dilakukan juga itu ada.
konseling gitu ya tadi bu
terus untuk medianya seperti
apa bu ?
9 Terus itu ada gak bu Gak ada sih dek,,itu
semacam sosialisasi tergantung dari
pemanfatan media seperti itu kesadaran ibu balita
keibu balitanya, mungkin itu sendiri untuk
disuruh untuk ngebaca atau menmanfaatkan
apa gitu? media-media itu,,
10 Ohh gitu bu,, selain pamflet Gak ada sih dek, tvnya
sama brosur itu tadikan bu, belum ada,masih tv
kalo untuk pemutaran video biasa kemarin sempat
melalui TV Gitu adakah bu dibuatkan tapi gak jadi
dipuskesmas ?
11 Ohh iya bu,,ini penyakit Iya tinggi,,
pneumonia ini penederita
lumayan banyak gitukan bu ?
12 Nah bu untuk pneumonia ini Ya,,kita gunakan itu
ada gak bu,,dibuatkan adalah penemuan dan
dukungan kebijakan khusus tatalaksana pneumonia
tersendiri untuk penyakitnya pada balita yang
ini bu ? sesuai SOP, dan itu
dasarnya kita ikuti
yang sesuai dibuku
pedomannya itu
13 Kalo kebijakan yang Ya, paling yang kita
berkaitan dengan pneumonia terapkan kaya itu aja
sendiri apa aja bu ? sih dek misalkan kalo
anak batuk selalu
dipakai masker, terus
jangan buang dahak
sembarangan,iya itu
aja
14 Terus kaitannya kebijakan Ya,,untuk mengurangi
itu dengan pneumonia apa angka kesakitan
aja bu ? pneumonia pada balita
15 Jadi itu seperti gak ada Gak ada sih dek
dasarnya gitu ya bu atau
ketentuan khusus ?
16 Tapi kalo yang berkaitan ada Iya kaya KTR itukan
lagi gak bu ? ada tuh didepan,
17 Terus penerapan KTR itu Kita sosialisasi aja sih
seperti apa bu ? dek,kalo medianyakan
masih kurang,jadi
kami lakukan
sosialisasi aja selain
papan informasi
Lampiran 4 Matriks Analisis Data

Matriks Analisis Data

Keterangan Kode (W.A.J.2) = Wawancara / Kode Panduan Wawancara /


Inisial Informan/ Nomor Urut Pertanyaan

A. Analisis Ajakan Kesehatan Yang diterima Ibu Balita


1. Menerima Informasi Tentang Pneumonia
No Kode Kutipan Keterangan

Informan (Ibu Balita Penderita Pneumonia)

1 W.A.J.11.12 “Ya, disampaikan ya, ee itu Diketahui


jauhkan dari asap rokok, terus informan sudah
jangan bakar-bakar sampah menerima
gitu, jauhkan dari asap bakar- informasi
bakar sampahlah gitu ya,, terus tentang
pola makan anaknya dijaga pneumonia
dikasih makanan yang bergizi
gitu, ee terus kalo ada kakanya
yang sakitkah, itu jangan apa
gitu nah, biar nda menular
hehe”
“Ee ya kalo jalan itu sering
dipesankan,,ee kena debu-debu
jalan gitu nah,,asap-asap rokok,,
asap-asap bakar-bakar
sampah,,ee itu aja sih”

2 W.A.S.13.15 “Biasanya jangan jajan


sembarangan jauhkan dari asap
rokok, sama debu-debu itu sih
dikasitau”

“Dikasitau juga disuruh makan


yang bergizi gitu, jauhkan dari
makanan yang membuat dia
batuk, biasanya gitu, terus
dikasitau supaya bersih-bersih
rumah, terus disuruh jauhin dari
anak yang batuk pilek kalo
dirumah, karena itu menular”
3 W.A.L.13.14 “Bilang dari puskesmasnya itu
aja kalo ada yang merokok
didalam rumah disuruh keluar
kalo nda anaknya yang
dijauhkan,terus rumah-rumah
yang berdebu yang kotor-kotor
itu dibersihkan, ee terus masalah
makanannya itu bilang
dikurangi-kuranguilah makan
sembarangan,dikasih makanan
yang bergizi”

“kalonya belum sembuh disuruh


bawa lagi kepuskesmas, iya itu
aja sih”

Informan Kunci (Pemegang Program Pneumonia)

4 W.B.R.4 “Awalnya kita tanyakan keluhan Dibenarkan


dulu dek,misalnya kita tanyakan informan kunci
dirumah ada yang batuk atau bahwa
ada yang sakit seperti itu,kalo infroman
dibilangnya tidak ada maka kita utama sudah
akan berikan konseling seperti menerima
hindari asap rokok, hindari asap informasi
obat nyamuk, debu- tentang
debu,menjaga kebersihan pneumonia
lingkungan, lalu dari
makanannyakan harus
memperhatikan makanan yang
bergizi kalo dari makan itu
sudah termasuk jajan
sembarangan itu gak
dibolehkan,terus kita akan
sarankan agar dibawa lagi
kepuskemas kalo 2-3 hari belum
ada perubahan”

2. Sumber Penerimaan Informasi


5 W.A.J.13.14 “Ee, dari petugasnya sih, Diketahui bahwa
petugas puskesmasnya sih informan menerima
sama bidannya” informasi hanya
ketika anaknya sakit
“Dapat informasinya pas dipuskesmas
anak saya sakit
dipuskesmas”
6 W.A.J.15 “ee gak ada sih mba kalo
sosialisasi,,gak ada memang
sih mba disini,,Cuma
mungkin saya yang kurang
tahu,,mungkin karena saya
cuek juga,,cuman mungkin
kalo dilain itu ada aja gitu
ya,,tapi saya tuh,,yang saya
tahu tuh itu sih diberita-
berita tv aja,,itu bilangnya
jangan sepelekan gitu
ya,,kalo sakit yang kaya gini
tuh bilangnya jangan
disepelekan gitu ya apalagi
kalo sudah sampai sesak-
sesak itu tadi ya”
7 W.A.S.16. “Biasanya, pas berobat itu Diketahui informan
biasanya petugasnya yang menerima informasi
ngasitau” pada saat anaknya
sakit dipuskesmas
8 W.A.S.20 “Kalo selain kepuskesmas dan sebelumnya
itu pernah ada sosialisasi itu juga sudah pernah
mungkin setahun yang lalu menerima informasi
ya itu, kurang ingat juga sih, tentang pneumonia
habis itu nda lagi” melalui sosialisasi

9 W.A.L.15.16 “Dokterkah bidannya itu ya, Diketahui sumber


kurang ingat juga saya” informasi informan
dari petugas
“Saya dapat informasinya dipuskemas dan
pas waktu anak saya sakit, mendapatkan
saya bawa kepuskesmas dan informasinya pada
bilang puskesmasnya saat balitanya sakit
begitu”
10 W.A.L.17 “Gak ada sih, langsung dari
puskesmasnya aja, dan kita
yang langsung
kepuskesmasnya”
Informan Kunci (Pemegang Program Pneumonia)

11 W.B.R.6 “Pemberian informasi kita Diketahui bahwa


lakukan dipuskesmas Selain petugas kesehatan
dipuskesmas itu pemberian memberikan
informasi seperti sosialisasi informasi hanya
keluar Kalo untuk tahun ini dilakukan
sama tahun kemarin itu dipuskesmas,untuk
belum ada dilakukan pemberian
sosialisasi lagi, Tapi kalo informasi melalui
untuk tahun lalunya tahun sosialisasi diluar
2017 saya ada penyuluhan puskesmas sudah
di RT, semua RT diseluruh tidak dilakukan lagi
RT”

3. Media Penerimaan Informasi


No Kode Kutipan Keterangan

11 W.A.J.20 “ya, ada sih mba saya liat, Diketahui bahwa


cuman yang saya liat tuh informan tidak
cuman yang didinding- kepikiran untuk
dinding aja gitu, gak menfaatkan media
kepikiran juga mau baca informasi yang
yang dikotak-kotak kecil tersedia
itukan, pikiran saya berobat dipuskesmas dan
aja gitu nah, jadi kalo duduk bependapat bahwa
Cuma keliat yang didinding- kepuskesmas
dinding aja hehe” hanya untuk
12 W.A.J.21 “Ee gak kepikiran aja sih
mba saya baca, karena saya berobat
mau berobat anak aja gitu
nah, jadi ya, gak kepikiran
mau baca hehe”
13 W.A.S.24.25 “Pernah sih, cuman ngeliat
gitu aja yang didinding,yang
dipapan itu,,cara menangani
cuci tangan,,batuk pilek, ya,
cuman ya diliat gitu aja
sudah, nda dibaca, paling
diliat oh, ya itu, sudah, nda
dibaca lagi”

“Ya baca, kalo yang namanya


didinding sama dipapan itu
ya kita nunggu ya pasti baca,
ya cuman yang sekilas-
sekilas aja yang baca, sambil
nunggu ya, baca-baca juga”
14 W.A.S.29 “Iya yang brosur kaya kertas
kecil itukan Itu ada sih tapi
nda dibaca sih,,cuman kalo
kepuskesmaskan buat berobat
aja, cuman kalo yang
didinding itukan sembari
nunggu sambil liat-liat, oh
itu, itu, itu aja,nda fokus
membacanya”
15 W.A.L.21.22 “Ada sih, Cuma ngeliat aja
gitukan,nda ngambil”
“Nda, nda kepikiran sih,
soalnya fokus untuk berobat
anak”
16 W.A.L.24 Ada sih, sempat ngebaca kalo
yang didinding sama yang
dipapan itu,tapi sekedar
ngebaca aja”

Informan Kunci (Pemegang Program Pneumonia)

17 W.B.R.7.8 “Biasanya untuk media Diketahui bahwa


seperti brosur leaflet itukan media informasi
kita sediakan di pendaftaran disediakan
itu ada,terus diinformasi juga dipendaftaran dan
itu ada” dibagian informasi
“Gak ada sih dek, itu kemudian untuk
tergantung dari kesadaran pemanfaatan
ibu balita itu sendiri untuk medianya sendiri
menmanfaatkan media-media tergantung dari
itu” kesadaran dari ibu
balita untuk
memanfaatkan
media yang sudah
tersedia

4. Hambatan dalam penerimaan informasi


18 W.A.J.26.28 “Ya, kesulitannya ya, kurang Diketahui bahwa
jelas gitu ya, ee namanya informan merasa
saya ini juga kalo kurang kurang cerna jika
penjelasan yang banyak gitu, informasi yang
kurang gimana gitu hehe, disampaikan
kurang cerna hehe, susah kurang penjelesan
paham gitu nah mba, kalo yang banyak dan
sudah kadang pulang, kadang kurang fokus
lupa apa yang diomongkan, mendengarkan jika
mau tanya, mau tanya lagi anaknya menangis
gak berani gitu hehe”
“itu namanya kita lagi
berobat jugakan apalagi tuh,
anak lagi rewel-rewel tuh,
kalo sudah dijelaskan, aduh,
kadang gak, gak dengar
gitu,karena anak rewel gitu,
ya namanya gagal fokus
gitukan hehe”
19 W.A.S.36.37 “Nda juga sih sebenarnya Diketahui bahwa
cuman anakku tuh kalo kita informan merasa
bawa kepuskesmas itu suka kesulitan dalam
nangis, dia kalo sudah dokter menerima
itu nangis taunya disuntik informasi ketika
pasti nangis, jadi kalo dalam kondisi
berobat pas dokter jelasin dia anaknya nangis
nangis ketakutan,dianya sehingga informasi
nangis minta pulang. yang disampaikan
kurang jelas
“Ya kurang jelas gitu sih
jadinyakan, karena dia nangis
gitukan, biasanya itu”
20 W.A.L.31 “Ee soalnya saya ini Diketahui bahwa
orangnya kurang nangkep sih informan merasa
kalo dijelaskan begitukan kurang nangkap
soalnya anaknya juga sering dan kurang paham
rewel, nangis cerewet gitu, dalam menerima
jadi kurang pahamlah gitu, informasi jika
kadang-kadang kalo pulang hanya dijelaskan
rumah bisa lupa, apa-apa karena anaknya
bilang dokternya” sering rewel pada
saat penerimaan
informasi.

B. Dukungan Kebijakan
No Kode Kutipan Keterangan

Informan utama Ibu Balita Penderita Pneumonia

21 W.A.J.30 “Ee gak ada sih mba, gak, Diketahui bahwa


gak tahu gitu nah, gak ada ibu tidak
sih kayanya” mengetahui
dukungan
22 W.A.J.33 “gak ada sih mba,,yang kebijakan khusus
tahunya tuh,,saya tuh maupun umum
dari,,berita-berita tvkah yang berkaitan
gitu ya, mungkin kalo dengan pneumonia
dipuskemas itu ada tulisan, dari Puskesmas
cuman saya,,kaya nda
baca gitu ya, saya tahu sih
kalo kaya gitu”
23 W.A.S.39.40 “Nda ada” Diketahui
“Emang gak ada sih” Informan tidak
24 W.A.S.41 “Ee kalo sosialisasi mengetahui adanya
tentang bahaya merokok dukungan
iya ada,,tapi kalo soal kebijakan khusus
yang fokus batuk,,pilek untuk pneumonia
sama sesak itu tadi nda pada balita, tetapi
ada” informan hanya
mengetahui
dukungan yang
bersifat umum
seperti melalui
sosialisasi bahaya
merokok

25 W.A.L.34.35 “Gak ada sih” Diketahui bahwa


“Gak pernah dijelaskan” informan tidak
26 W.A.L.37.38 “Disampaikan aja, itu mengetahui dan
bilangnya kalo ada yang tidak pernah
ngerokok disuruh keluar mendengar tentang
aja, sampah bakar sampah kebijakan khusus
itu nda boleh katanya” yang berkaitan
“Iya ada, kaya tulisan dengan pneumonia
semacam spanduk gitukan, tetapi pernah
kaya gak boleh ngerokok mendengar
didalam ruangan, kebijakan umum
dipuskesmas gitukan atau yang berkaitan
didalam rumah” dengan pneumonia
seperti larangan
merokok serta
KTR.

Informan Kunci Petugas Pemegang Program Pneumonia

27 W.B.R.12 “Ya, kita gunakan itu Diketahui bahwa


adalah penemuan dan terdapat kebijakan
tatalaksana pneumonia khusus dan umum
pada balita yang sesuai yang diterapkan
SOP dan itu dasarnya kita oleh puskesmas
ikuti yang sesuai dibuku untuk pneumonia
pedomannya itu”
28 W.B.R..13.16 “Ya, paling yang kita
terapkan kaya itu aja sih
dek misalkan kalo anak
batuk selalu dipakai
masker, terus jangan
buang dahak
sembarangan,iya itu aja”

29 W.B.R.17 “Kita sosialisasi aja sih


dek,kalo medianyakan
masih kurang,jadi kami
lakukan sosialisasi aja
selain papan informasi”

C. Kontribusi Ibu Terhadap Pneumonia


1. Pemberian ASI Eksklusif
No Kode Kutipan Keterangan

Informan (Ibu Balita Penderita Pneumonia)

30 W.A.J.34.35 “Iya sih ASI Eksklusif cuman Diketahui bahwa


nda sampai 6 bulan” informan
“keluhan jugakan, karena memberikan ASI
ASInya gak banyak keluar dibantu dengan
gitu nah, setetes-tetes sedikit, susu formula
jadi ya, dibantu aja sama susu karena informan
formula” tidak memiliki
stok ASI yang
cukup

31 W.A.S.47 “Ya, karena saya kerja juga


gitu, jadi kalo saya kerja, saya
kasih susu formula, dirumah
baru ASI, jadi diselingin gitu”
32 W.A.S. “Ee nda kepikiran sih,,tapi Diketahui bahwa
49.50 kalo pake pompa ASI agak Informan
ribet” memberikan ASI
diselingi dengan
“Di,,karena dipompanya
susu formula
lama,,kita harus ditaruh dulu
karena informan
di,,anu,,dikulkas dia,,nda
kerja tidak
bolehkan,dia harus sendiri
kepikiran untuk
freezernya,,nda boleh
pompa ASI
digabung sama yang lain,
karena ribet
ituyang ribet, sedangkan kita
pake kulkas produk, anu apa
rumah tangga,jadi nda bisa,
itukan khusus nda boleh
digabungkan sama yang
lain,,jadi agak ribet”

33 W.A.L.40.43 “Ee itu sih ada dibantu, sama Diketahui bahwa


susu formula” informan
Pemberian ASI
“Kadang-kadang juga sih
dibantu dengan
kalonya kita cape,pegel
susu formula
karena netek badankan,,kita
bikinkan susu formula,,terus
bilang bapaknya juga
sih,bagus jugakan untuk
menambah daya tahan
tubuhnya gitu,,biar kuat gitu”

2. Membawa anak untuk diimunisasi


34 W.A.J.39.43 “imunisasinya sih, baru lahir Di ketahui
aja sih mba" bahwa
informan baru
“Ee, itu sih, itu kadang mau sekali
imunisasi gitukan, tapi pasti membawa
ada tuh, kalo tanggalnya anaknya untuk
imunisasi tuh, pasti pilek gitu, diimunisasi
pilek, ee jadi gak bolehkan kalo
pilek itukan, jadi terus, ee
pulang, terus belakangan malas
sudah ngebawanya hehe”
]35 W.A.S.51.52 “Lengkap” Diketahui
bahwa
“Ee saya lupa sih, tapi Informan
dicatatan lengkap sih” selalu
membawa
anaknya untuk
diimunisasi

36 W.A.L.45.46 “Ee pernah yang umur 8 bulan, Diketahui


sama yang pertama lahirkan , bahwa
umur seminggu pernah informan
juga,yang setahun setengah, itu pernah tidak
aja” membawa
“nda juga sih kalo lengkap, anaknya untuk
soalnya kita sering nda ada diimunisasi
dirumah jalan gitu,jadi nda
sempat ikut itukan kalo ada
jadwal imunisasi”

3. MencuciTangan Pakai Sabun


37 W.A.J.52.53 “Iya cuci tangan sih” Diketahui bahwa
informan kadang-
“Ee kalo dia main pasir kadang saja
gitukan, main tanah- mencuci tangan
tanah,,main kotor-kotor betul mengunakan sabun
baru kita kasih sabun
hehe,,tapi kalo biasa aja sih,
cuci-cuci pake air,air aja
biasa”
38 W.A.S.59.60 “Ya kadang-kadang pakai
sabun, kadang engak”

“Ya, kalo sudah buru-buru


cuci tangan sudah pakai air
biasa aja”
39 W.A.L.57.58 “Kadang-kadang cuci tangan,
kadang-kadang juga lupa cuci
tangannya”

“Kadang-kadang pakai sabun,


kadang-kadang nda juga
hehe”
4. Melarang anggota keluarga merokok didalam rumah
41 W.A.J.62.63 “Ee iya sih, sering itu mba Diketahui bahwa
saya, uda jangan ngerokok informan sudah
lagi tuh,jangan dekat-dekat mencoba melarang
merokok gitukan, uda tahu anggota
merokok itu bahaya ya, keluarganya untuk
apalagi ngerokok itu dekat, tidak merokok
samping anak tuh, cuman ya, didalam rumah
kaya gak didengarin tuh, gak
dihiraukan tuh hehe”

“iya tetap merokok didalam


rumah”
42 W.A.J.64 “dibiarkan sih, cuman kita
yang ngalah, kita yang pergi
hehe”
43 W.A.S.67 “Biasanya kalo sudah larang
pergi mereka, tapi ya kadang
namanya anak kecil kadang
dianya juga yang nyamperin
bapaknya, tapi kadang kalo
sama kainya saya nda berani
ngelarang juga, karena
namanya orang tua nda enak
juga mau ngelarang,,jadi ya
dimaklumi aja, tapi ya, kalo
bapaknya dia ngerti”
40 W.A.L.62.63 “Ada, Kalonya aku ngeliatkan
kusuruh keluar gitu ya”
“Kadang-kadang meski sudah
dilarangkan, tetap juga masuk
lagi ngerokok didalam rumah”
Lampiran 6 Surat Balasan Penelitian
Lampiran 7 Dokumentasi Kegiatan

Gambar I : Media Ajakan Pneumonia Berupa Poster


Gambar 2 : Brosure Sebagai Media Ajakan Kesehatan di Puskesmas
Palaran
Gambar 3 : Media Promosi Dukungan Kebijakan
Gambar 4 : Tempat penampungan Air yang digunakan untuk kebutuhan
sehari-hari termasuk mencuci tangan
Gambar 5 : Wawancara Bersama informan utama
Gambar 6 : Wawancara Bersama Informan Utama
Gambar 7 : Wawancara Bersama Informa Utama
Gambar 8 : Wawancara dengan informan Kunci

Anda mungkin juga menyukai