Anda di halaman 1dari 91

PERBANDINGAN TES CEPAT MOLEKULER XPERT MTB/RIF

DENGAN UJI MIKROSKOPIS BTA DALAM MENDIAGNOSIS


TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS LANDASAN ULIN TIMUR
KOTA BANJARBARU TAHUN 2022

SKRIPSI
Guna memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh predikat
Sarjana Terapan Kesehatan

OLEH :
Wahyuna Nisa
NIM P07134221047J

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PRODI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM SARJANA TERAPAN
2022

i
PERBANDINGAN TES CEPAT MOLEKULER XPERT MTB/RIF
DENGAN UJI MIKROSKOPIS BTA DALAM MENDIAGNOSIS
TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS LANDASAN ULIN TIMUR
KOTA BANJARBARU TAHUN 2022

SKRIPSI
Guna memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh predikat
Sarjana Terapan Kesehatan

OLEH :
Wahyuna Nisa
NIM P07134221047J

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PRODI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM SARJANA TERAPAN
2022

i
@2022
Hak Cipta ada pada peneliti

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi
“PERBANDINGAN TES CEPAT MOLEKULER XPERT MTB/RIF
DENGAN UJI MIKROSKOPIS BTA DALAM MENDIAGNOSIS
TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS LANDASAN ULIN TIMUR
KOTA BANJARBARU TAHUN 2022”

Disusun oleh :
WAHYUNA NISA
P07134221047J

Telah dipertahankan dalam seminar di hadapan Tim Penguji


Pada tanggal : 05 Desember 2022

SUSUNAN TIM PENGUJI

Ketua,
Dra. Ratih Dewi Dwiyanti, M.Kes
NIP. 19630327 198911 2 001 ( ................................................. )

Anggota,
H. Akhmad Muntaha, S.Pd., MM
NIP. 19591106 198903 1 003 ( ................................................. )

Anggota,
Rifqoh, S.Pd., M.Sc
NIP. 19800819 199903 2 001 ( ................................................. )

Banjarbaru, Desember 2022


Ketua Jurusan Analis Kesehatan

H. Akhmad Muntaha, S.Pd., MM


NIP. 19591106 198903 1 003

iii
SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Wahyuna Nisa


NIM : P07134221047J

Menyatakan bahwa Skripsi dengan judul “PERBANDINGAN TES CEPAT

MOLEKULER XPERT MTB/RIF DENGAN UJI MIKROSKOPIS BTA

DALAM MENDIAGNOSIS TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS

LANDASAN ULIN TIMUR KOTA BANJARBARU TAHUN 2022” adalah

hasil karya saya sendiri.

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan

menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Banjarbaru, Desember 2022

Wahyuna Nisa

iv
RIWAYAT HIDUP

Nama : Wahyuna Nisa


Tempat Tapat dan Tanggal Lahir : Amuntai, 20 Nopember 1989
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Guntung Harapan Rt. 34 Rw. 05
Komp. Griya Utama Trikora 5 Blok G
No. 04 Kel. Guntung Manggis Kec.
Landasan Ulin Kota Banjarbaru.
Riwat Pendidikan :
1. 1993-1995 TK Perancang Sari
2. 1995-2001 SDN Paliwara 3 Amuntai
3. 2001-2004 SMA 1 Negeri Amuntai
4. 2004-2007 DIII Analis Kesehatan Banjarmasin

Riwayat Pekerjaan :
1. 2011-2015 PKM Batulicin 1
2. 2015-2019 PKM Landasan Ulin
3. 2019- sekarang PKM Landasan Ulin Timur

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan rahmat,

hidayah, serta karunia-Nya kepada peneliti, sehingga penyusunan Skripsi ini dapat

peneliti selesaikan dengan tepat pada waktunya.

Skripsi dengan judul “PERBANDINGAN TES CEPAT MOLEKULER

XPERT MTB/RIF DENGAN UJI MIKROSKOPIS BTA DALAM

MENDIAGNOSIS TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS LANDASAN

ULIN TIMUR KOTA BANJARBARU TAHUN 2022” disusun guna memenuhi

salah satu syarat untuk memperoleh predikat Sarjana Terapan Teknologi

Laboratorium Medis di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banjarmasin.

Penyusunan Skripsi ini dibantu oleh beberapa pihak. Oleh sebab itu pada

kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Mahpolah, M.Kes selaku Direktur Polteknik Kesehatan

Kemenkes Banjarmasin.

2. Bapak H. Akhmad Muntaha, S.Pd., MM selaku Ketua Jurusan Analis

Kesehatan dan juga selaku dosen pembimbing, yang dengan kesungguhan hati

memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga Skripsi ini dapat

diselesaikan.

3. Bapak H. Haitami, S.Si., M.Sc selaku Ketua Program Studi Teknologi

Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Banjarmasin.

vi
4. Dra. Ratih Dewi Dwiyanti, M.Kes selaku dosen pembimbing yang dengan

kesungguhan hati memberikan bimbingan serta pengarahan sehingga Skripsi

ini dapat diselesaikan.

5. Rifqoh, S.Pd., M.Sc selaku pembimbing akademik dan juga selaku dosen

penguji yang telah memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan

Skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staf Jurusan Analis Kesehatan yang telah membantu

kelancaran penelitian Skripsi ini.

7. Suami dan anak-anak, serta orang tua dan keluarga besar tercinta yang telah

memberikan kasih sayang, do’a, nasihat dan dukungannya.

8. Teman-teman Analis Kesehatan Alih Jenjang 2021 serta keluarga besar Analis

Kesehatan yang telah berbagi suka dan duka serta mendorong dan memberikan

semangat dalam penelitian Skripsi ini.

Peneliti menyadari Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena

itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para

pembaca. Semoga Skripsi ini dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan bagi kita

semua dan banyak memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat pada

umumnya

Banjarbaru, Desember 2022

Peneliti

vii
PERBANDINGAN TES CEPAT MOLEKULER XPERT MTB/RIF
DENGAN UJI MIKROSKOPIS BTA DALAM MENDIAGNOSIS
TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS LANDASAN ULIN TIMUR
KOTA BANJARBARU TAHUN 2022

Peneliti: Wahyuna Nisa


Pembimbing: Ratih Dewi Dwiyanti, H. Akhmad Muntaha

Abstrak

Tuberkulosis (TB) merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia, salah


satu prioritas dalam penanggulangan TB di Indonesia adalah mampu mendeteksi
kasus TB secara dini. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbandingan
Tes Cepat Molekuler (TCM) Xpert MTB/RIF dengan uji mikroskopis BTA dalam
mendiagnosis tuberkulosis paru di Puskesmas Landasan Ulin Timur. Penelitian ini
merupakan penelitian analitik cross sectional. Populasi penelitian adalah suspek TB
yang datang berobat sebanyak 10 orang dan yang dirujuk sebanyak 92 orang ke
Puskesmas Landasan Ulin Timur sejak tanggal 09 Agustus 2022 hingga 09
September 2022. Sampel suspek TB yang berupa dahak, liur dan bercak darah
dilakukan pemeriksaan dengan Xpert MTB/RIF dan mikroskopis BTA. Hasil
pemeriksaan dengan Xpert MTB/RIF dari 102 sampel terduga TB terdapat TB
positif sebanyak 21 sampel (20,5%). Hasil pemeriksaan dengan mikroskopis BTA
dari 102 sampel terduga TB terdapat TB positif sebanyak 13 sampel (12,7%).
Analisis data menggunakan uji paired T test menunjukkan P (0,001) < ɑ (0,05).
Kesimpulan penelitian yaitu terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil
pemeriksaan M.tuberculosis dengan metode Xpert MTB/RIF dibanding uji
mikroskopis BTA dalam mendiagnosis tuberkulosis paru. Pemeriksaan TB
sebaiknya menggunakan metode Xpert MTB/RIF karena lebih akurat dibandingkan
dengan metode mikroskopis BTA terutama dalam mendeteksi resistensi terhadap
rifampisin sehingga pengobatan bisa dilakukan dengan cepat.
Kata kunci: tuberkulosis, resistensi, mikroskopis, tcm

viii
COMPARISON OF THE XPERT MTB/RIF MOLECULAR QUICK TEST
WITH THE BTA MICROSCOPIC TEST IN THE DIAGNOSIS OF LUNG
TUBERCULOSIS AT LANDASAN ULIN EAST HEALTH CENTER,
BANJARBARU CITY, 2022

Researcher: Wahyuna Nisa


Advisor: Ratih Dewi Dwiyanti, H. Akhmad Muntaha

Abstract

Tuberculosis (TB) is the main cause of death worldwide, one of the priorities in TB
control in Indonesia is being able to detect TB cases early. The purpose of this study
was to compare the Xpert MTB/RIF Molecular Rapid Test (TCM) with the BTA
microscopic test in diagnosing pulmonary tuberculosis at the East Ulin Foundation
Health Center. This research is a cross sectional analytic research. The study
population was TB suspects who came for treatment as many as 10 people and as
many as 92 people who were referred to the East Ulin Foundation Health Center
from August 9, 2022 to September 9, 2022. Samples of TB suspects in the form of
sputum, saliva and blood spots were examined with Xpert MTB/RIF and AFB
microscopy. The results of Xpert MTB/RIF examination of 102 samples of
suspected TB found positive TB in 21 samples (20.5%). The results of smear
microscopic examination of 102 samples of suspected TB showed positive TB in
13 samples (12.7%). Data analysis using paired T test showed P (0.001) < ɑ (0.05).
The conclusion of the study was that there was a significant difference in the results
of M.tuberculosis examination using the Xpert MTB/RIF method compared to the
AFB microscopic test in diagnosing pulmonary tuberculosis. TB examination
should use the Xpert MTB/RIF method because it is more accurate than the AFB
microscopic method, especially in detecting resistance to rifampicin so that
treatment can be carried out quickly.

Keywords: tuberculosis, resistance, microscopic, tcm

ix
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN HAK CIPTA ............................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................ viii
ABSTRACT ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I. Pendahuluan ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 4
C. Batasan Masalah .............................................................................. 4
D. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
E. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5
F. Keaslian Penelitian .......................................................................... 6
BAB II. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 7
A. Mycobacterium tuberculosis ........................................................... 7
1. Morfologi ............................................................................... 7
2. Taksonomi ............................................................................. 7
B. Tuberkulosis .................................................................................... 8
1. Sejarah ................................................................................... 8
2. Definisi .................................................................................. 9
3. Epidemiologi ......................................................................... 10

x
4. Etiologi dan Transmisi ........................................................... 11
5. Faktor Risiko dan Gejala Klinis ............................................ 11
6. Patogenesis ............................................................................ 13
7. Jenis Pemeriksaan .................................................................. 13
8. Pengobatan ............................................................................. 15
C. Mikroskopis BTA ......................................................................... 15
D. Tes Cepat Molekuler (TCM) ........................................................ 17
E. Landasan Teori ............................................................................. 20
F. Kerangka Teori ............................................................................. 22
BAB III. Kerangka Konsep dan Hipotesis .................................................... 23
A. Kerangka Konsep .......................................................................... 23
B. Hipotesis ....................................................................................... 23
BAB IV. Metode Penelitian ............................................................................. 24
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................... 24
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 24
C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 24
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................... 25
E. Instrumen Penelitian ..................................................................... 26
F. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 26
G. Pengolahan dan Analisa Data ....................................................... 40
H. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian ............................................ 40
I. Etika Penelitian ............................................................................. 41
BAB V. Hasil dan Pembahasan ...................................................................... 43
A. Hasil .............................................................................................. 43
B. Pembahasan .................................................................................. 50
BAB VI. Kesimpulan dan Saran ..................................................................... 57
A. Kesimpulan .................................................................................. 57
B. Saran ............................................................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 Keaslian penelitian ............................................................................ 6
Tabel 4.1 Definisi operasional .......................................................................... 25
Tabel 4.2 Skala IUALTD .................................................................................. 32
Tabel 5.1 Karakteristik sampel berdasarkan umur ............................................ 45
Tabel 5.2 Karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin ............................... 45
Tabel 5.3 Karakteristik sampel berdasarkan jenis spesimen ............................. 46
Tabel 5.4 Hasil Uji TCM Xpert MTB/RIF ....................................................... 46
Tabel 5.5 Hasil Uji Mikroskopis BTA .............................................................. 47
Tabel 5.6 Hasil Uji TCM berdasarkan Umur ..................................................... 47
Tabel 5.7 Hasil Uji TCM berdasarkan jenis kelamin ........................................ 48
Tabel 5.8 Hasil Uji TCM Berdasarkan jenis specimen ..................................... 48
Tabel 5.9 Perbandingan hasil pemeriksaan TCM dengan mikroskopis ............ 49

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Bakteri Mycobacterium tuberculosis ............................................. 8
Gambar 2.2 Patogenesis Tuberkulosis .............................................................. 13
Gambar 2.3 Kerangka Teori .............................................................................. 22
Gambar 3.1 Kerangka Konsep .......................................................................... 23
Gambar 4.1 Contoh sampel penelitian .............................................................. 28
Gambar 4.2 Pengolahan Spesimen .................................................................. 33
Gambar 4.3 Tampilan create test ....................................................................... 35
Gambar 4.4 Barcode catrid ................................................................................ 36
Gambar 4.5 Cara pengisian .............................................................................. 36
Gambar 4.6 Xpert MTB/RIF dengan lampu hijau ............................................ 37
Gambar 4.7 Tampilan jendela View Result .................................................... 38
Gambar 4.8 Kotak dialog Select Test To Be Viewed ...................................... 38
Gambar 4.9 Contoh hasil pada layar monitor ................................................... 39
Gambar 4.10 Interpretasi hasil Xpert MTB/RIF ............................................... 39
Gambar 5.1 Uji Paired T Test ........................................................................... 54

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Pemeriksaan Xpert MTB/RIF dan Mikroskopis BTA

Lampiran 2. Brosur Kit Pemeriksaan BTA

Lampiran 3. Brosur Kit Pemeriksaan Xpert MTB/RIF

Lampiran 4. Penjelasan sebelum persetujuan (PSP)

Lampiran 5. Imformed Consent

Lampiran 6. Blanko TB 05 Permintaan pemeriksaan TB

Lampiran 7. Inform Consent penelitian

Lampiran 8. Sampel sputum TB dan pembuatan slide BTA

Lampiran 9. Pemeriksaan sputum dengan Xpert MTB/RIF

Lampiran 10. Xpert MTB/RIF

Lampiran 11. Hasil pemeriksaan Xpert MTB/RIF

Lampiran 12. Surat ijin Penelitian

Lampiran 13. Kode Etik Penelitian

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular dan salah satu

penyebab utama kematian di seluruh dunia. Hingga pandemi virus corona

(COVID-19), TB merupakan penyebab utama kematian dari agen infeksi

tunggal, peringkat di atas HIV/AIDS. TB menyebar ketika orang yang

menderita TB mengeluarkan bakteri ke udara (misalnya melalui batuk). TB

dapat menyerang tanpa memandang usia atau jenis kelamin. Beban tertinggi

adalah pada pria dewasa, yang menyumbang 56% dari semua kasus TB pada

tahun 2020 sebagai perbandingan, wanita dewasa menyumbang 33% dan anak-

anak sebesar 11% (WHO, 2021).

Indonesia menjadi salah satu negara penyumbang 2/3 kasus TB di

seluruh dunia dengan estimasi angka kasus 845.000 dan jumlah kematian

98.000. Pada situasi pandemi Covid-19 kasus TB di tahun 2020 dari 845.000

kasus yang seharusnya ditemukan, hanya 349.000 kasus ditemukan. Sementara

untuk kasus TB resisten dari perkiraan 24.000 kasus yang harusnya ditemukan,

hanya 860 kasus yang ditemukan. Persentasi di tahun 2018 dan 2019 estimasi

kasus yang ditemukan sebesar 60%. Tetapi ternyata di tahun 2020 malah

kebalikannya hanya 30% kasus yang ditemukan (WHO, 2021).

1
2

Beberapa permasalahan program penanggulangan TB adalah

rendahnya penemuan kasus dan lamanya penegakkan diagnosis TB. Salah satu

prioritas dalam penanggulangan TB di Indonesia adalah mampu mendeteksi

kasus TB secara dini, termasuk kasus BTA negatif yang sering terkait dengan

HIV serta meningkatkan kapasitas laboratorium untuk mendiagnosis TB

Resistan Obat (RO). (Kemenkes RI, 2017).

TB dapat menyebabkan kematian, namun TB juga dapat disembuhkan

ketika didiagnosis dengan akurat dan diobati secara efektif. Gold Standar/baku

emas untuk diagnosis TB adalah dengan pemeriksaan kultur padat atau cair,

namun metode ini membutuhkan waktu lama antara 6-8 minggu. Selama

pemeriksaan, pasien mungkin mendapatkan pengobatan yang tidak sesuai,

sehingga meningkatkan kemungkinan berkembangnya strain TB resistan obat

dan kejadian resistan (Kemenkes RI, 2017).

Metode pemeriksaan yang banyak digunakan adalah pemeriksaan

mikroskopis. Terdapat kelemahan dalam hal teknik pembuatan sediaan dan

interpretasi hasil dari pemeriksaan BTA. Jumlah bakteri yang dibutuhkan relatif

besar, yaitu minimal 104-105 bakteri/ml sputum untuk mendapatkan hasil positif

sehingga umumnya hanya efektif terhadap pasien yang sudah memiliki

manifestasi klinis. Manifestasi klinis TB perlu waktu hampir satu bulan atau

bahkan lebih sebelum dapat menimbulkan respon imunitas seluler dan jumlah

bakteri dapat ditemukan dalam jumlah cukup banyak di dalam sputum (Sumual

dkk, 2017).

2
3

Peraturan Menteri Kesehatan No. 67 Tahun 2016 tentang

Penanggulangan Tuberkulosis menyatakan bahwa salah satu upaya untuk

mengatasi permasalahan penemuan kasus TB adalah menggunakan TCM

dengan Xpert MTB/RIF. Xpert MTB/RIF merupakan penemuan terobosan

untuk diagnosis TB berdasarkan pemeriksaan molekuler yang menggunakan

metode Real Time Polymerase Chain Reaction Assay (RT-PCR) semi

kuantitatif yang menargetkan wilayah hotspot gen rpoB pada M. tuberculosis,

yang terintegrasi dan secara otomatis mengolah sediaan dengan ekstraksi

deoxyribo nucleic acid (DNA) dalam kartrid sekali pakai. Penelitian invitro

menunjukkan batas deteksi kuman TB dengan metode RT-PCR GeneXpert

minimal 131 kuman/ml sputum (Kurniawan dkk, 2016).

Hasil studi penelitian menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan dengan

TCM Xpert MTB/RIF jauh lebih tinggi persentase penemuan kasus positif TB

dibanding dengan pemeriksaan mikroskopis sehingga terdapat peningkatan

jumlah kasus positif TB sebesar 14,3% di RSUD Wangaya pada tahun 2018

(Novianti, Simarmata, dan Lolong, 2020). Pada Januari 2021 Puskesmas

Landasan Ulin Timur Kota Banjarbaru merupakan puskesmas yang ditunjuk

sebagai puskesmas rujukan pemeriksaan TCM selain RS Idaman Kota

Banjarbaru.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai perbandingan hasil pemeriksaan TCM dengan Expert

MTB/RIF dibandingkan dengan uji mikroskopis dalam mendiagnosis

tuberkulosis paru di Puskesmas landasan Ulin Timur Kota Banjarbaru.


4

B. Rumusan Masalah

Bagaimana keunggulan pemeriksaan TCM dengan Expert MTB/RIF

dibandingkan dengan uji mikroskopis dalam mendiagnosis tuberkulosis paru

di Puskesmas Landasan Ulin Timur Kota Banjarbaru?

C. Batasan Masalah

Peneliti akan melakukan pemeriksaan TB dengan metode Tes Cepat

Molekuler (TCM) Xpert MTB/RIF dan uji mikroskopis pada sampel sputum

di Puskesmas Landasan Ulin Timur Kota Banjarbaru.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbandingan Tes Cepat Molekuler (TCM)

Xpert MTB/RIF dengan uji mikroskopis dalam mendiagnosis tuberkulosis

paru di Puskesmas Landasan Ulin Timur Kota Banjarbaru.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan sputum menggunakan Tes

Cepat Molekuler (TCM) dengan Xpert MTB/RIF di Puskesmas

Landasan Ulin Timur Kota Banjarbaru.

b. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan sputum menggunakan uji

mikroskopis di Puskesmas Landasan Ulin Timur Kota banjarbaru.

c. Untuk mengetahui perbandingan hasil pemeriksaan Tes Cepat

Molekuler (TCM) dengan Xpert MTB/RIF dan uji mikroskopis pada

sampel sputum di Puskesmas Landasan Ulin Timur Kota Banjarbaru.


5

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan ilmu

pengetahuan di bidang bakteriologi, terutama pada pemeriksaan

tuberkulosis paru menggunakan metode Tes Cepat Molekuler (TCM)

Xpert MTB/RIF.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

dan keterampilan dalam melakukan perbandingan hasil

pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) Xpert MTB/RIF dan uji

mikroskopis dalam mendiagnosis tuberkulosis.

b. Manfaat bagi ATLM

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi bagi

petugas laboratorium mengenai Tes Cepat Molekuler (TCM)

dalam mendiagnosis tuberkulosis.

c. Manfaat bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi

perkembangan di bidang ilmu teknologi laboratorium medis

tentang keunggulan Tes Cepat Molekuler (TCM) Xpert MTB/RIF

dalam mendiagnosis tuberkulosis.


6

F. Keaslian Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini memiliki perbedaan dengan

penelitian sebelumnya, perbedaan dapat dilihat dari specimen yang digunakan,

metode yang dipakai serta tujuan penelitian.

Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang akan

dilakukan antara lain :

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


No Peneliti Judul Penelitian Perbedaan
1 Simarmata, Perbandingan Keunggulan Tes Penelitian ini tidak hanya
dan Lolong Cepat Molekuler dengan Xpert menggunakan sputum
(2020) MTB/ RIF Dibanding dengan sebagai bahan pemeriksaan,
Uji Mikroskopis dalam tetapi juga spesimen bukan
Mendiagnosis Tuberkulosis di sputum. Antara lain berasal
Indonesia Tahun 2018 dari bilasan/ aspirasi cairan
lambung, cairan pleura dan
aspirasi limfonodus

2 Novianti, Pemanfaatan Tes Cepat Penelitian ini menggunakan


dkk (2020) Molekuler (TCM) GeneXpert metode campuran dimana
Sebagai Alat Diagnostik TB data dikumpulkan secara
Paru Di RSUD Wangaya Kota kuantitatif dan kualitatif.
Denpasar

3 Erizka Perbandingan uji diagnostik Penelitian ini


Rivani, dkk GeneXpert MTB/RIF untuk membandingkan diagnostik
(FK UNSRI, mendeteksi resistensi GeneXpert terhadap
2019) rifampicin Mycobacterium pemeriksaan mikroskopis
tuberculosis pada pasien TB BTA dan kultur MTBC. Serta
paru di RSUP dr. Moh. Hoesin deteksi Rifampisin resisten
Palembang pada GE dan MTBC.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mycobacterium tuberculosis

1. Morfologi

Kuman ini berukuran 0,4 x 3µ berbentuk batang, tidak membentuk

spora, mempunyai sifat khusus, yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan

sehingga disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Bakteri ini tidak

tahan terhadap panas dan akan mati pada suhu 60oC selama 5-20 menit.

Kuman TB akan cepat mati apabila terpajan sinar matahari langsung

selama 2 jam, tahan 20-30 jam dalam dahak, dan tahan 8-10 hari di dalam

percikan dahak. Biakan dalam suhu kamar dapat bertahan selama 6-8

bulan dan dapat disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 20oC

selama 2 tahun, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang

gelap dan lembap. Kuman ini dapat bertahan dalam larutan kimia dan

desinfektan seperti fenol 5%, H2SO4 15%, sitrat 3%, NaOH 4%. Kuman

TB dapat dihancurkan oleh Iodium tinktur selama 5 menit dan alkohol

80% selama 2-10 menit. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat bersifat

dorman (tidur beberapa tahun) (Kuswiyanto, 2017).

2. Taksonomi

Berikut ini taksonomi dari M. tuberculosis

Kingdom : Bacteria

Phylum : Actinobacteria

7
8

Class : Actinobacteridae

Order : Actinomycetales

Suborder : Corynebacterineae

Family : Mycobactericeace

Genus : Mycobacterium

Spesies : Mycobacterium tuberculosis (Kuswiyanto, 2017)

Gambar 2 1 Mycobacterium tuberculosis (Sumber: Kuswiyanto, 2017)

B. Tuberkulosis

1. Sejarah

Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit yang tertua yang

pernah diidentifikasi dari manusia. Penyakit ini sudah teridentifikasi

sekitas 3400 tahun sebelum Masehi, ketika para ilmuwan menemukan

gambaran khas tuberkulosis tulang pada mumi seorang anak kecil di Mesir
9

yang mengalami kelainan karena tuberkulosis. Hippocrates (460-370 SM)

sangat berjasa karena dialah yang Pertama kali menjelaskan gambaran dari

penyakit tuberculosis yang dihubungkan dengan demam dan terjadinya

luka di paru-paru yang tidak bisa disembuhkan.

Tuberkulosis diduga pada awalnya berasal dari hewan yang

menular ke manusia. Laennec, yang menemukan stetoskop, secara akurat

menggambarkan evolusi TB, dari tuberculum kecil mengawali semua

manifestasi patologis, pada tahun 1819. Dua puluh tahun kemudian,

Schonlein juga mengakui tuberculum sebagai lesi anatomi dasar dan dari

nama tuberculum inilah akhirnya penyakit ini disebut sebagai tuberculosis.

Koch mengidentifikasi basil tuberkel pada tahun 1882, dan penemuan

Roentgen x-ray pada tahun 1895 sangat meningkatkan kemampuan untuk

mendiagnosa TB pada awal perjalanan penyakit (Mertaniasih, M. N., dkk,

2013).

2. Definisi

Tuberkulosis adalah suatu penyakit kronik menular yang

disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga sering dikenal dengan

Basil Tahan Asam (BTA). Sebagian besar kuman TB sering ditemukan

menginfeksi parenkim paru dan menyebabkan TB paru, namun bakteri ini

juga memiliki kemampuan menginfeksi organ tubuh lainnya (TB ekstra

paru) seperti pleura, kelenjar limfe, tulang, dan organ ekstra paru lainnya

(Kemenkes RI, 2020).


10

3. Epidemiologi TB

Secara geografis, pada tahun 2020 kasus TB terbanyak berada di

wilayah Asia Tenggara (43%), Afrika (25%) dan Pasifik Barat (18%),

dengan bagian yang lebih kecil di Mediterania Timur (8,3%), Amerika

(3,0%) dan Eropa (2,3%). 30 negara dengan beban TB tinggi

menyumbang 86% dari semua perkiraan kasus insiden di seluruh dunia,

dan delapan negara menyumbang dua pertiga dari total global: India

(26%), Cina (8,5%), Indonesia (8,4%), Filipina (6,0%), Pakistan (5,8%),

Nigeria (4,6%), Bangladesh (3,6%) dan Afrika Selatan (3,3%) (WHO,

2021)

4. Etiologi dan Transmisi TB

Terdapat 5 bakteri yang berkaitan erat dengan infeksi TB:

Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis, Mycobacterium

africanum, Mycobacterium microti and Mycobacterium cannettii.

M.tuberculosis (M.TB), hingga saat ini merupakan bakteri yang paling

sering ditemukan, dan menular antar manusia melalui rute udara

Ada 3 faktor yang menentukan transmisi M.TB :

a. Jumlah organisme yang keluar ke udara.

b. Konsentrasi organisme dalam udara, ditentukan oleh volume ruang

dan ventilasi.

c. Lama seseorang menghirup udara terkontaminasi (Kemenkes RI,

2013).
11

Cara Penularan TB :

a. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif melalui percik renik

dahak yang dikeluarkannya. Namun, bukan berarti bahwa pasien TB

dengan hasil pemeriksaan BTA negatif tidak mengandung kuman

dalam dahaknya. Hal tersebut bisa saja terjadi oleh karena jumlah

kuman yang terkandung dalam contoh uji < dari 5.000 kuman/ cc

dahak sehingga sulit dideteksi melalui pemeriksaan mikroskopis

langsung.

b. Pasien TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan

menularkan penyakit TB. Tingkat penularan pasien TB BTA positif

adalah 65%, pasien TB BTA negatif dengan hasil kultur positif adalah

26% sedangkan pasien TB dengan kultur negatif dan Foto thoraks

positif adalah 17%.

c. Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang

mengandung percik renik dahak yang infeksius tersebut.

d. Pada waktu batuk dan bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara

dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei / percik renik). Sekali

batuk dapat menghasilkan sekitar 3.000 percikan dahak (Keliat dan

Abidin, 2016).

5. Faktor resiko dan gejala klinis TB Paru

a. Faktor resiko TB Paru

Terdapat beberapa kelompok orang yang memiliki risiko lebih

tinggi untuk mengalami penyakit TB, kelompok tersebut adalah :


12

1) Anak-anak

2) Orang yang menderita HIV/AIDS

3) Orang usia lanjut

4) Orang dengan diabetes mellitus

5) Perokok

6) Orang yang kontak erat atau kontak serumah dengan pasien TB

(Kemenkes RI, 2020).

b. Gejala klinis TB Paru

Sekitar sepertiga penduduk dunia mengidap TB laten yang

berarti orang telah terinfeksi bakteri TB tetapi belum (belum) sakit

dan tidak dapat menularkan penyakit tersebut. Ketika seseorang

mengidap TB aktif, maka mereka akan mengalami beberapa gejala.

Gejala TBC umumnya terdiri dari:

1) Batuk parah yang berlangsung setidaknya tiga minggu atau lebih

2) Keringat di malam hari

3) Batuk darah atau dahak

4) Sakit pada bagian dada

5) Kelelahan

6) Penurunan berat badan tanpa nafsu makan

7) Demam dan menggigil (Farmaku, 2020).


13

6. Patogenesis

Gambar 2.2 Patogenesis Tuberkulosis

7. Jenis pemeriksaan tuberkulosis

Pemeriksaan Penunjang Pada Tuberkulosis Paru antara lain:

a. Pemeriksaan bakteriologis

1) Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung/BTA

Pemeriksaan dahak selain berfungsi untuk menegakkan

diagnosis, juga untuk menentukan potensi penularan dan menilai

keberhasilan pengobatan.

2) Pemeriksaan kultur/biakan

Pemeriksaan kultur dapat dilakukan dengan media padat

(Lowenstein-Jensen) dan media cair (Mycobacteria Growth

Indicator Tube) untuk identifikasi kuman M. tuberculosis.

3) Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM)


14

Pemeriksaan tes cepat molekuler dengan metode Xpert

MTB/RIF. TCM merupakan sarana untuk penegakan diagnosis,

namun tidak dapat dimanfaatkan untuk perbandingan hasil

pengobatan.

b. Pemeriksaan Uji kepekaan obat

Bertujuan untuk menentukan ada atau tidaknya kuman MTB

yang resisten terhadap OAT (Kemenkes RI, 2016).

c. Pemeriksaan serologis

Pemeriksaan deteksi antibodi serologis lainnya memiliki

sensitivitas dan spesifisitas yang tidak konsisten, sehingga tidak

direkomendasikan oleh WHO untuk mendiagnosis TB (Alisjahbana,

2020).

d. Pemeriksaan lainnya

1) Pemeriksaan histopatologi pada kasus yang dicurigai TB

ekstraparu.

2) Pemeriksaan foto toraks

Foto toraks berperan dalam mengperbandingan terduga

TB dengan hasil BTA negatif dan/atau TCM negatif. Foto toraks

juga bermanfaat sebagai metode skrining untuk TB. Namun,

diagnosis TB tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan foto

toraks (sensitivitas tinggi, spesifisitas rendah), karena dapat

menyebabkan overdiagnosis TB (Kemenkes RI, 2016).


15

8. Pengobatan

Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap awal dan

tahap lanjutan dengan maksud:

a. Tahap Awal: Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan

pada tahap ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan

jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir

pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resistan

sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap

awal pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan. Pada

umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya

penyulit, daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan

selama 2 minggu pertama.

b. Tahap Lanjutan: Pengobatan tahap lanjutan bertujuan membunuh sisa

sisa kuman yang masih ada dalam tubuh, khususnya kuman persister

sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan

(Kemenkes RI, 2016).

C. Mikroskopis BTA

Tujuan pemeriksaan mikroskopis sputum adalah :

1. Menegakkan diagnosis TB

2. Menentukan potensi penularan

3. Memantau hasil pengobatan pasien (Depkes RI, 2006).

Untuk menegakkan diagnosis, dahak pasien perlu diperiksa untuk

melihat adanya BTA secara mikroskopis. Pasien diminta mengumpulkan 2


16

contoh uji dahak dengan kualitas yang baik berupa dahak Sewaktu dan Pagi

(SP) atau dahak Sewaktu-Sewaktu (SS). Dahak Sewaktu (S) ditampung di

fasyankes, sedangkan dahak Pagi (P) ditampung pada pagi segera setelah

bangun tidur (Alisjahbana, 2020).

Mikroskopis BTA menggunakan teknik pewarnaan Ziehl Neelsen

(ZN). Adapun prinsip pewarnaan ZN, Mycobacterium sp memiliki dinding sel

yang tebal mengandung wax dari lipid dan asam mikolat yang menyebabkan

bakteri ini sulit ditembus oleh pengecatan biasa. Komposisi cat ZN antara lain:

1. ZN A: cat primer, berisi Carbol fuchsin 1%, cat merah gelap dalam 5%

phenol yang larut dalam bahan lipid seperti yang dimiliki oleh dinding sel

Mycobacterium sp. Penetrasi cat ini akan dipermudah dengan adanya

pemanasan yang membantu carbol fuchsin menembus dinding lipid

menuju sitoplasma.

2. ZN B: decolorizing agent, berisi asam alkohol (3% HCl dan 95% Ethanol).

Sifat larutan ini mampu mengeraskan dinding sel yang tersusun dari lipid.

Dekolorisasi menggunakan asam alkohol tidak dapat melunturkan cat

primer (ZN A), karena ZN A lebih larut dibandingkan ZN B. ZN A

tertahan di dalam sitoplasma, yang menyebabkan bakteri ini tetap

berwarna merah.

3. ZN C: counterstain, berisi Methylene blue 0,1%. Hanya sel bakteri non-

BTA yang terwarnai oleh methylene blue karena mengalami dekolorisasi

pada saat pencucian dengan ZN B. Sedangkan bakteri Mycobacterium sp.


17

yang merupakan BTA telah meretensi cat ZN A (R. Juliantina dan

Agustiningtyas, 2020).

Pemeriksaan kuman TB secara mikroskopis lebih murah, namun

cenderung kehilangan banyak kasus TB dan hanya mendeteksi penyakit TB

yang sudah lanjut. Keterlambatan mendiagnosis TB akan meningkatkan

morbiditas, mortalitas dan memperbesar peluang transmisi di masyarakat

(Simarmata dan Lolong, 2020).

D. Tes Cepat Molekuler (TCM)

Pemeriksaan TB dapat dilakukan dengan menggunakan alat Tes Cepat

Molekuler (TCM) atau GeneXpert. Pemeriksaan ini juga menggunakan sampel

dahak atau sputum. TCM jauh lebih unggul dibanding pemeriksaan BTA

dahak, karena waktu pemeriksaan yang jauh lebih singkat serta jauh lebih

sensitif. TCM dapat mendeteksi kuman TB dalam jumlah yang sangat sedikit

meski pemeriksaan BTA tidak dapat mendeteksinya (karta sembiring, 2019).

Pemeriksaan TCM dengan Xpert MTB/RIF merupakan metode deteksi

molekuler berbasis nested real-time PCR untuk diagnosis TB, yang

menggunakan sistem otomatis yang mengintegrasikan proses purifikasi

spesimen, amplifikasi asam nukleat, dan deteksi sekuen target. Sistem tersebut

terdiri atas alat GeneXpert, komputer dan perangkat lunak. Setiap pemeriksaan

menggunakan katrid sekali pakai dan dirancang untuk meminimalkan

kontaminasi silang. Katrid Xpert MTB/RIF juga memiliki Sample Processing

Control (SPC) dan Probe Check Control (PCC). Sample processing control

berfungsi sebagai control proses yang adekuat terhadap bakteri target serta
18

untuk memonitor keberadaan penghambat reaksi PCR, sedangkan PCC

berfungsi untuk memastikan proses rehidrasi reagen, pengisian tabung PCR

pada katrid, integritas probe, dan stabilitas dye.

Hasil pemeriksaan TCM akan menunjukkan ada tidaknya DNA

Mycobacterium tuberculosis kompleks dan ada tidaknya mutasi penyandi

resistansi rifampisin, serta perhitungan semikuantitatif jumlah basil pada

spesimen berdasarkan nilai Ct (high, <16; medium, 16-22; low, 22-28; very

low ,> 28).

1. ‘MTB terdeteksi’ apabila terdapat dua probe memberikan nilai Ct dalam

batas valid dan delta Ct min (selisih/perbedaan Ct terkecil antar pasangan

probe) < 2.0

2. ‘Rifampisin Resistan tidak terdeteksi’ apabila delta Ct maks

(selisih/perbedaan antara probe yang paling awal muncul dengan paling

akhir muncul) ≤ 4.0

3. ‘Rifampisin Resistan terdeteksi’ apabila delta Ct maks > 4.0

4. ‘Rifampisin Resistan indeterminate’ apabila ditemukan dua kondisi

sebagai berikut :

a. Nilai Ct pada probe melebihi nilai valid maksimal (atau nilai 0)

b. Nilai Ct pada probe yang paling awal muncul > (nilai Ct valid

maksimal – delta Ct maksimal cut-off 4.0)

5. ‘Tidak terdeteksi MTB’ apabila hanya terdapat satu atau tidak terdapat

probe yang positif.


19

Pemeriksaan Xpert MTB/RIF sudah diatur secara otomatis sesuai

dengan protokol kerja Xpert MTB/RIF dan tidak dapat dimodifikasi oleh

pengguna (Kemenkes RI, 2017).

Setiap jenis pemeriksaan TB mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Untuk saat ini, penggunaan TCM menjadi prioritas pemeriksaan TB karena

mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:

1. Sensitivitas tinggi.

2. Hasil pemeriksaan dapat diketahui dalam waktu kurang lebih 2 jam.

3. Dapat digunakan untuk mengetahui hasil resistansi terhadap Rifampisin.

4. Tingkat biosafety rendah (Kemenkes RI, 2017).

Adapun Keterbatasan alat TCM:

1. Pemeriksaan TCM dengan Xpert MTB/RIF TIDAK ditujukan untuk

menentukan keberhasilan atau pemantauan pengobatan.

2. Hasil negatif tidak menyingkirkan kemungkinan TB. Pemeriksaan tersebut

harus dilakukan sejalan dengan pemeriksaan biakan MTB untuk

menghindari risiko hasil negatif palsu dan untuk mendapatkan isolat MTB

sebagai bahan identifikasi dan uji kepekaan.

3. Hasil positif tidak selalu mengindikasikan keberadaan mikroorganisme

hidup/viable.

4. Deteksi MTB kompleks dipengaruhi oleh jumlah mikroorganisme dalam

spesimen. Hasil sangat dipengaruhi cara pengumpulan, pengolahan, dan

penyimpanan spesimen.
20

5. Kinerja pemeriksaan Xpert MTB/RIF tergantung dari kemampuan petugas

lab dan kepatuhan terhadap instruksi kerja, sehingga seluruh petugas lab

harus mendapatkan pelatihan terlebih dahulu.

6. Dokter yang mengambil keputusan medis harus menginterpretasi hasil

pemeriksaan Xpert MTB/RIF sesuai dengan riwayat medis pasien, gejala,

dan tanda yang ditemukan serta hasil dari uji diagnostik lainnya.

7. Interferensi pemeriksaan dapat terjadi akibat keberadaan lidocaine (>20%

v/v), mucin (>1.5% w/v), ethambutol (>5 μg/mL), guaifenesin (>2.5

mg/mL), phenylephrine (>25% v/v), atau tea tree oil (>0.008% v/v)

(Kementerian Kesehatan RI 2017).

E. Landasan Teori

Indonesia menjadi salah satu negara penyumbang 2/3 kasus TB di

seluruh dunia. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif melalui percik

renik dahak yang dikeluarkannya, infeksi akan terjadi apabila orang lain

menghirup udara yang mengandung percik renik dahak yang infeksius tersebut.

Terdapat beberapa kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi

untuk mengalami penyakit TB, kelompok tersebut adalah anak-anak, orang

yang menderita HIV/AIDS, orang usia lanjut, orang dengan diabetes mellitus,

perokok, dan orang yang kontak erat atau kontak serumah dengan pasien TB.

Gejala TB umumnya terdiri dari batuk parah yang berlangsung setidaknya tiga

minggu atau lebih, keringat di malam hari, batuk darah atau dahak, sakit pada
21

bagian dada, kelelahan, penurunan berat badan tanpa nafsu makan, demam dan

menggigil.

Gold standart pemeriksaan penunjang dalam diagnosis TB adalah

dengan pemeriksaan kultur padat atau cair, namun metode ini membutuhkan

waktu lama antara 6-8 minggu. Selama pemeriksaan, pasien mungkin

mendapatkan pengobatan yang tidak sesuai, sehingga meningkatkan

kemungkinan berkembangnya strain TB resistan obat dan kejadian resistan

Metode pemeriksaan yang banyak digunakan adalah pemeriksaan

mikroskopis. Namun terdapat kelemahan dalam hal teknik pembuatan sediaan

dan interpretasi hasil dari pemeriksaan BTA karena sangat bergantung dengan

keterampilan petugas laboratorium. Jumlah bakteri yang dibutuhkan relatif

besar, yaitu minimal 104-105 bakteri/ml sputum untuk mendapatkan hasil

positif sehingga umumnya hanya efektif terhadap pasien yang sudah memiliki

manifestasi klinis. Pemeriksaan kuman TB secara mikroskopis lebih murah,

namun cenderung kehilangan banyak kasus TB dan hanya mendeteksi penyakit

TB yang sudah lanjut. Keterlambatan mendiagnosis TB akan meningkatkan

morbiditas, mortalitas dan memperbesar peluang transmisi di masyarakat.

Saat ini, pemeriksaan TB dapat dilakukan dengan menggunakan alat

Tes Cepat Molekuler (TCM) Xpert MTB/RIF. Pemeriksaan ini juga

menggunakan sampel dahak atau sputum. TCM jauh lebih unggul dibanding

pemeriksaan mikroskopis BTA, karena waktu pemeriksaan yang jauh lebih

singkat serta jauh lebih sensitif. TCM dapat mendeteksi kuman TB dalam

jumlah yang sangat sedikit meski pemeriksaan BTA tidak dapat


22

mendeteksinya. Penelitian invitro menunjukkan batas deteksi kuman TB

dengan metode RT-PCR GeneXpert minimal 131 kuman/ml sputum.

F. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi :


- Penggunaan obat
- Persiapan sampel

TCM

Pasien suspek Mycobacterium Pengobatan


Tuberkulosis
Kultur
tuberculosis

Mikroskopis
Sembuh

Faktor yang mempengaruhi:


- Pengambilan Spesimen
Gambar 2.3 Kerangka Teori - Pembuatan Sediaan
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Metode
Pemeriksaan
M.tuberculosis

TCM Xpert Uji Mikroskopis


MTB/RIF

M.tuberculosis M.tuberculosis
- Negatif - Negatif
- Positif Scanty - Positif Very Low
- Positif (+1) - Positif Low
- Positif (+2) - Positif Medium
- Positif (+3) - Positif High

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Diteliti

B. Hipotesis

Terdapat perbedaan hasil pemeriksaan sputum dengan Tes Cepat Molekuler

(TCM) Xpert MTB/RIF dan uji mikroskopis BTA dalam mendiagnosis

tuberkulosis paru di Puskesmas Landasan Ulin Timur Kota Banjarbaru.

23
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah analitik dengan

pendekatan cross sectional, artinya pengukuran variabel hanya dilakukan

dengan pengamatan sesaat atau dalam periode tertentu dan setiap studi hanya

dilakukan satu kali pengamatan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Puskesmas Landasan Ulin

Timur Kota Banjarbaru. Waktu penelitian adalah 09 Agustus 2022 s.d 09

September 2022.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh pasien

suspek TB paru di Puskesmas Landasan Ulin Timur Kota Banjarbaru

sebanyak 10 orang dan seluruh pasien suspek TB paru yang dirujuk ke

Puskesmas Landasan Ulin Timur Kota Banjarbaru sebanyak 92 orang pada

09 Agustus 2022 s.d 09 September 2022 dengan jumlah total 102 orang.

2. Sampel

Sampel diambil dengan teknik Total Sampling dan didapatkan 102

sampel penelitian sejak tanggal 09 Agustus 2022 s.d 09 September 2022.

24
25

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas adalah metode pemeriksaan bakteri Mycobacterium

tuberculosis pada sputum pasien suspek tuberkulosis.

b. Variabel terikat adalah hasil uji TCM Xpert MTB/RIF dan hasil uji

mikroskopis pada sputum pasien suspek tuberkulosis.

2. Definisi Operasional

Definisi Operasional
Tabel 4.1 Variabel dan Definisi Operasional
Skala
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
Bakteri penyebab
Mycobacterium terjadinya penyakit - - -
1.
tuberculosis tuberkulosis

2. Pemeriksaan Prosedur Mikroskop Ordinal − Negatif


Mikroskopis pemeriksaan untuk − Positif Scanty
BTA mendeteksi bakteri − Positif (+1)
Mycobacterium − Positif (+2)
tuberculosis pada − Positif (+3).
sputum pasien
suspek TB

3. Pemeriksaan Prosedur Xpert Ordinal − Non


TCM Xpert pemeriksaan untuk MTB/RIF Detected/
MTB/RIF mendeteksi bakteri Negatif
Mycobacterium − Detected/
tuberculosis pada Positif Very
sputum pasien low
suspek TB − Positif Low
− Positif
Medium
− Positif High
26

E. Instrumen Penelitian

1. Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian antara lain Alat

GeneXpert, catride, pipet ukur 2ml, mikroskop, kaca slide, lidi, dan

Biosafety Cabinet.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Diluent

GeneXpert, Ziehl Neelsen kit, dan desinfektan.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer adalah data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan

bakteri Mycobacterium Tuberculosis dengan Xpert MTB/RIF dan

mikroskopis BTA yang dilakukan di laboratorium Puskesmas Landasan

Ulin Timur Kota Banjarbaru .

2. Data sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh untuk bahan referensi

dari buku, jurnal, skripsi dan instansi sebagai penunjang dan berkaitan

dengan penelitian ini.

3. Persiapan penelitian

a. Melakukan permohonan ijin untuk pelaksanaan penelitian di

Laboratorium Puskesmas Landasan Ulin Timur Kota Banjarbaru.

b. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan pada

penelitian.
27

c. Melakukan uji etik penelitian kepada komisi etik Penelitian

Kesehatan.

d. Melakukan tes cepat molekuler Xpert MTB/RIF dan uji mikroskopis

BTA di Laboratorium Puskesmas Landasan Ulin Timur Kota

Banjarbaru.

4. Prosedur penelitian

Dalam Penelitian ini sampel yang digunakan merupakan sampel

sputum pagi yang diantar ke laboratorium. Adapun volume sampel

penelitian minimal 1 ml dengan variasi sampel sputum meliputi

nanah/dahak purulen, sputum dengan bercak darah, dan air liur yang

mengandung lendir. Variasi sampel ini bisa diperiksa dengan

menggunakan tes cepat molekuler Xpert MTB/RIF dan mikroskopis BTA.

Pada sampel sputum berupa liur yang cair seperti air dan sampel sputum

yang mengandung darah segar tidak dapat dilakukan pemeriksaan dengan

Xpert MTB/RIF karena tidak sesuai syarat sampel untuk pemeriksaan

TCM Xpert MTB/RIF dan mikroskopis BTA.

Sampel sputum yang digunakan merupakan satu pot sampel

sputum yang sama yang kemudian diperiksa dengan mikroskopis BTA dan

tes cepat molekuler Xpert MTB/RIF. Sampel sputum terlebih dahulu

diambil untuk pembuatan slide BTA sebanyak 2 buah, sisa sampel sputum

akan digunakan untuk pemeriksaan tes cepat molekuler Xpert MTB/RIF.

Sisa sampel tetap disimpan selama pemeriksaan tes cepat molekuler

berlangsung sampai hasil keluar. Jika hasil sudah keluar dan tidak
28

menunjukkan adanya error atau invalid maka sampel sputum sisa sudah

bisa dibuang.

Gambar 4.1 Contoh sampel penelitian

a. Prosedur pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis dengan

mikroskpis BTA

1) Persiapan Tindakan

a) Ditulis nomor identitas pasien pada bagian ujung kaca

sediaan. Bila menggunakan kaca frosted, tulis dengan

menggunakan pensil 2B pada bagian yang buram/frosted.

Bila menggunakan kaca biasa, tulis dengan spidol

permanen pada stiker yang diletakkan di balik kaca sediaan.

b) Dilakukan cuci tangan rutin

c) Memakai handscoen (dapat menggunakan handscoen yang

tidak steril)

2) Pembuatan slide BTA

a) Diambil dan pilih bagian dari dahak yang purulen yang telah

didekontaminasi dengan menggunakan ose atau lidi

b) Diletakkan sputum yang terdapat pada ose ke kaca sediaan.

Sediaan dibuat tersebar merata, ukuran 2 x 3 cm, dan tidak


29

terlalu tipis untuk menghindari apusan menjadi kering

sebelum diratakan

c) Diratakan sediaan dengan membuat spiral-spiral kecil

sewaktu apusan setengah kering dengan menggunakan lidi

lancip sehingga didapat sebaran leukosit lebih rata dan area

baca lebih homogen. Jangan membuat spiral-spiral kecil

pada apusan yang sudah kering, karena dapat terkelupas dan

menjadi aerosol yang berbahaya

d) Dikeringkan apusan di udara bebas

e) Dilakukan fiksasi apusan dengan pemanasan :

(1) Pastikan apusan menghadap ke atas

(2) Lewatkan 3 X melalui api dari lampu spiritus

(3) Gunakan pinset atau penjepit kayu untuk memegang

kaca (pemanasan yang berlebihan akan merusak hasil)

f) Dikeringkan apusan di atas rak sediaan, hindari sinar

matahari langsung

g) Dicelupkan ose yang telah digunakan pada botol pasir

disinfektan, kemudian membakarnya sampai ose membara.

Bila menggunakan lidi, langsung dibuang ke dalam botol

berisi disinfektan

h) Dilepaskan handschoen dan buang pada tempat yang telah

disediakan

i) Cuci tangan rutin


30

3) Pewarnaan Sediaan

a) Diletakkan sediaan dengan bagian apusan menghadap ke atas

pada rak yang ditempatkan di atas bak cuci atau baskom,

antara satu sediaan dengan sediaan lainnya masing-masing

berjarak kurang lebih 1 jari

b) Digenangi seluruh permukaan sediaan dengan carbol fuchsin

1%

c) Dipanasi dari bawah dengan menggunakan sulut api setiap

sediaan sampai keluar uap (sekitar 5 menit), didiamkan

kemudian dipanasi lagi sebanyak 3 kali. Usahakan jangan

sampai api langsung mengenai sediaan

d) Didiamkan sediaan selama 5 menit

e) Dibilas sediaan dengan hati-hati (jangan sampai ada percikan

ke sediaan lain)

f) Dimiringkan sediaan menggunakan penjepit kayu atau pinset

untuk membuang air

g) Digenangi dengan asam alkohol sampai tidak tampak warna

merah carbol fuchsin

h) Dibilas sediaan dengan hati-hati (jangan sampai ada percikan

ke sediaan lain)

i) Digenangi permukaan sediaan dengan methylene blue 0.1%

1 menit

j) Dibilas sediaan dengan air mengalir (jangan ada percikan ke

sediaan lain)
31

k) Dimiringkan sediaan untuk mengalirkan air

l) Dilepaskan handshoen dan membuang ditempat yang telah

ditentukan

m) cuci tangan rutin

4) Pembacaan Sediaan Apus

a) Digunakan lensa objektif 10 x untuk menetap-kan fokus dan

menemukan lapang pandang.

b) Diteteskan satu tetes minyak emersi, aplikator minyak emersi

tidak boleh menyentuh kaca objek.

c) Diputar lensa objektif 100x dengan hati-hati ke atas sediaan

apus.

d) Disesuaikan fokus dengan hati-hati sampai sel-sel terlihat.

e) Dibaca mulai dari ujung kiri ke ujung kanan dan dilakukan

pada sediaan yang sel-selnya terlihat, bila sediaan tampak

kosong, geser pada lapang pandang.

f) Diperiksa minimum sebanyak 300 LP, sebelum dinyatakan

negatif (–).

g) Setelah selesai pembacaan, dibersihkan minyak dari sediaan

apus dengan menggunakan pelarut organik.

h) Setelah kering, ditempatkan sediaan apus tersebut dengan

hati-hati dalam kotak penyimpanan guna pengontrolan

kualitas oleh laboratorium rujukan/cross-check.


32

5) Pelaporan

Intepretasi BTA (quantitative report) menurut Kemenkes

/ Union Against Tuberculosis and Lung Diseases ( IUATLD )

Tabel 4.2 Skala IUATLD


Skor Kriteria Cara penelitian

Tidak ditemukan
BTA paling sedikit
Negatif dalam 300 lapang Negatif
pandang

Ditemukan 1-9
BTA dalam 100
lapang pandang Tulis jumlah BTA
Scanty
(catat jumlah yang ditemukan
BTA)

Ditemukan 10-99
BTA dalam 100
1+ +1
lapang pandang

Ditemukan 1-9
BTA per lapang
2+ pandang (min. 50 +2
lapang pandang)

Ditemukan lebih
dari 10 BTA per
3+ lapang pandang +3
(min. 20 lapang
pandang)

b. Prosedur pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis dengan Xpert

MTB/RIF

Spesimen dahak dapat berupa dahak yang dikeluarkan

langsung atau dengan cara invasif (seperti induksi dan suction).

Pengolahan spesimen dahak dapat dilakukan di tempat yang sama


33

untuk pengolahan dan pewarnaan mikroskopis. Apabila di

laboratorium pelaksana TCM tersedia Biological Safety Cabinet

(BSC), maka direkomendasikan untuk dapat mengolah spesimen di

dalam BSC.

Berikut adalah prosedur pengolahan spesimen dahak:

1) Diberi label identitas pada setiap katrid. Identitas spesimen

dapat ditempel atau ditulis pada bagian sisi katrid. JANGAN

memberikan label pada bagian barcode.

2) Dibuka penutup pot dahak, ditambahkan Sample Reagent yang

sudah tersedia sebanyak 2 kali volume spesimen.

Gambar 4. 2 Prosedur umum pengolahan spesimen

Catatan:

(a) Sample Reagent untuk pengolahan 1 spesimen dahak.

(b) Apabila volume dahak >4 ml, maka disarankan untuk

membagi spesimen menjadi 2 bagian dan harus dilakukan

dalam BSC. Satu bagian digunakan untuk pemeriksaan

TCM, satu bagian lainnya disimpan dalam pot dahak baru

sebagai cadangan.
34

3) Ditutup kembali pot dahak, kemudian kocok dengan kuat

sampai campuran dahak dan Sample Reagent menjadi

homogen.

4) Didiamkan selama 10 menit pada suhu ruang.

5) Dikocok kembali campuran, lalu diamkan selama 5 menit (pada

sampel mengandung darah inkubasi selama 30 menit).

6) Bila masih ada gumpalan, dikocok kembali agar campuran

dahak dan Sample Reagent menjadi homogen sempurna dan

biarkan selama 5 menit pada suhu kamar.

7) Dibuka penutup katrid, kemudian dibuka tempat penampung

spesimen. Gunakan pipet yang disediakan untuk memindahkan

spesimen dahak yang telah diolah sebanyak 2 ml (sampai garis

batas pada pipet) ke dalam katrid secara perlahanlahan untuk

mencegah terjadinya gelembung yang bisa menyebabkan eror.

8) Ditutup katrid secara perlahan dan masukan katrid ke dalam alat

TCM.

Catatan:

(a) Spesimen yang sudah diolah dan masuk ke dalam katrid

harus segera dimasukkan ke dalam alat TCM. Saat

mengolah beberapa spesimen dalam satu waktu, pengisian

spesimen ke dalam katrid dilakukan satu persatu. Tutup

katrid terlebih dahulu sebelum mengisi katrid berikutnya.


35

(b) Jika terdapat sisa spesimen yang telah diolah, spesimen

tersebut dapat disimpan selama 5 jam jika dibutuhkan

pemeriksaan ulang (Kementerian Kesehatan RI 2017).

c. Prosedur penggunaan alat GeneXpert MTB/RIF:

Jika spesimen telah diolah dan dimasukan ke dalam katrid,

maka pemeriksaan harus dilakukan dalam kurun waktu 4 jam. Saat

mengolah beberapa spesimen dalam satu waktu, pengisian spesimen

ke dalam katrid dilakukan satu persatu. Tutup katrid terlebih dahulu

sebelum mengisi katrid berikutnya. Adapun cara pengopersian alat

GeneXpert MTB/RIF yaitu:

1) Pastikan komputer dan alat TCM telah menyala

2) Pada halaman utama GeneXpert® Dx System, klik “Create

Test”, maka akan muncul kotak dialog “Please scan katrid

barcode” (Gambar 5.4).

Gambar 4. 3 Tampilan saat create test


36

3) Pindai barcode katrid menggunakan barcode scanner dengan

cara menekan tombol warna kuning pada barcode scanner

(Gambar 5.5A) atau pilih ‘Manual Entry’ untuk memasukkan

16 digit nomor seri katrid (Gambar 5.5B).

Gambar 4. 4 Memasukkan barcode Katrid

4) Setelah nomor seri katrid masuk, masukkan: NIK pada kolom

Patient ID dan bila tidak ada maka menggunakan no.identitas

sediaan. Pada kolom sample ID masukkan No urut register TB

04_Nama_umur. Bagian “Select Module” akan terisi secara

otomatis, petugas lab tidak perlu mengubahnya. Kemudian klik

“Start Test” (Gambar 5.6)

Gambar 4. 5 Contoh cara pengisian


37

5) Lampu warna hijau di alat TCM akan berkedip-kedip pada

modul yang terpilih otomatis. Buka pintu modul dan letakkan

katrid TCM (Gambar 5.7).

Gambar 4. 6 Alat GeneXpert dengan lampu hijau

6) Tutup pintu modul dengan sempurna hingga terdengar bunyi

klik. Pemeriksaan akan dimulai dan lampu hijau akan tetap

menyala tanpa berkedip. Pemeriksaan akan berlangsung kurang

lebih 2 jam. Saat pemeriksaan selesai, lampu akan mati secara

otomatis dan pintu modul akan terbuka secara otomatis.

7) Buka pintu modul dan keluarkan katrid. Katrid yang telah

dipakai harus dibuang ke tempat sampah infeksius sesuai

dengan SOP yang diterapkan oleh masing-masing institusi.

8) Pembacaan hasil

a) Petugas dapat melihat hasil pemeriksaan dengan cara klik

“View Result” pada menu GeneXpert Dx, maka secara

umum akan muncul jendela seperti pada Gambar 4.6.

Untuk memilih hasil pemeriksaan, maka klik “View Test”.


38

Gambar 4.7 Tampilan jendela View Result

b) Setelah klik “View Test”, maka akan muncul kotak dialog

“Select Test To Be Viewed”. Pilih nama pasien yang

diinginkan, kemudian klik “OK”, maka hasil pemeriksaan

akan muncul.

Gambar 4.8 kotak dialog “Select Test To Be Viewed”


39

Gambar 4.9 Contoh hasil pada layar monitor

9) Pelaporan

Gambar 4.10 Interpretasi hasil pemeriksaan Xpert MTB/RIF


40

G. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

a. Editing yaitu mengkaji dan meneliti data yang telah terkumpul dari

hasil pemerikaan bakteri Mycobacterium Tuberkulosis.

b. Coding yaitu memberi kode pada tiap data dalam bentuk angka atau

huruf, tujuannya untuk memberikan identitas pada data.

c. Tabulating yaitu membuat tabel data sesuai dengan tujuan penelitian

atau yang diinginkan oleh peneliti.

2. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian perbandingan keunggulan tes cepat

molekuler dengan Xpert MTB/RIF dibanding dengan uji mikroskopis

dalam mendeteksi tuberkulosis di Puskesmas Landasan Ulin Timur Kota

Banjarbaru akan dijabarkan menggunakan tabel distribusi sampel hasil

pemeriksaan dengan menggunakan Uji T pada software SPSS.

H. Kelemahan dan Kesulitan Penelitian

1. Kelemahan

Terdapat kelemahan pada penelitian ini yaitu pada sampel liur yang dibuat

sediaan BTA memiliki kualitas kurang bagus karena sampel liur tidak bisa

menempel kuat seperti sampel dahak ketika diolah sediaan. Sehingga

menyebabkan hasil positif rendah atau lebih banyak hasil negatif.

2. Kesulitan

Yang menjadi kesulitan dalam penelitian ini adalah pengisian inform consent

pasien karena sampel pemeriksaan sebagian besar merupakan sampel rujukan

dari beberapa faskes yang berada di wilayah kota Banjarbaru.


41

I. Etika Penelitian

1. Respect of Person

Penelitian ini tidak akan memaksa responden untuk menjadi responden.

Responden memiliki hak mengundurkan diri ataupun hak untuk menolak menjadi

responden. Penelitian ini menghormati dengan tidak mencantumkan nama

responden dan hanya akan menggunakan kode pada lembar hasil pemeriksaan.

Informed consent berisi penjelasan manfaat penelitian, responden dapat

mengundurkan diri kapan saja, dan jaminan kerahasiaan responden. Setelah

mendapatkan informasi, responden dipersilahkan menentukan pilihan, jika

bersedia maka responden dipersilahkan untuk menandatangani lembar

persetujuan dan jika tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak calon

responden.

2. Beneficence- non maleficence

a. Beneficence: Prinsip etik berbuat baik dalam penelitian ini yaitu membantu
untuk mengetahui perbandingan hasil pemeriksaan tes cepat molekuler
dengan uji mikroskopis sehingga didapatkan hasil yang akurat dalam
mendiagnosis tuberkulosis paru.
b. Non maleficence: peneliti meminimalisir dampak yang merugikan bagi
responden dengan cara setiap hasil pemeriksaaan tidak mencantukan nama
responden. Selain itu, pemeriksaan dilakukan dengan sangat hati-hati dan
teliti untuk menghindari pengulangan pengambilan sampel yang dapat
merugikan responden.
3. Justice

Selama pelaksanaan penelitian peneliti berusaha sebaik mungkin dapat berlaku

adil, dan menjunjung tinggi keadilan manusia dan menghargai hak-hak untuk

mendapatkan perlakuan yang sama, keuntungan yang sama, tanpa membedakan

agama, etnis dan hak untuk menjaga privasi. Peneliti memberikan kesempatan

yang sama bagi responden sebelum, selama dan sesudah penelitian tanpa
42

membeda-bedakan responden. Sebelum penelitian responden memiliki hak untuk

menerima atau menolak menjadi responden. Peneliti akan memberikan

penjelasan sebelum penelitian kepada responden. Responden berhak

mengundurkan diri bila merasa tidak nyaman selama penelitian berlangsung dan

setelah penelitian peneliti akan menjaga hak privasi responden dengan cara

merahasiakan semua data responden.


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Tempat Penelitian

Puskesmas Landasan Ulin Timur merupakan Puskesmas yang

berdiri pada Tahun 2019. Puskesmas Landasan Ulin Timur Bersama

dengan 9 (Sembilan) Puskesmas lainnya yang berada di wilayah kota

Banjarbaru ditetapkan menjadi Unit Pelayanan Teknis pada Dinas

Kesehatan Kota Banjarbaru berdasarkan Peraturan Walikota Banjarbaru

No. 18 Tahun 2019 Tentang Pembentukan Unit Pelayanan Teknis Pusat

Kesehatan Masyarakat Landasan Ulin Timur pada Dinas Kesehatan Kota

Banjarbaru, dimana disebutkan bahwa Puskesmas adalah fasilitas

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat

dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya di wilayah kerjanya, yang

mendukung terwujudnya kecamatan sehat (PKM LUT, 2019).

Sejak tahun 2010, WHO merekomendasikan penggunaan alat

Xpert MTB/RIF sebagai pemeriksaaan awal untuk diagnosis TB RO dan

TB pada pasien HIV. Pemeriksaan Xpert MTB/RIF merupakan

pemeriksaan molekuler dengan teknologi Nucleic Acid Amplification

Technology (NAAT) yang dapat mendiagnosis TB dan resistansi terhadap

43
44

Rifampisin dalam waktu 2 jam. Pada tahun 2013, terdapat rekomendasi

WHO yang menambahkan pemeriksaan TCM dapat dilakukan pada

Liquor Cerebro Spinalis (LCS) untuk mendiagnosis meningitis TB dan

tambahan rekomendasi untuk diagnosis TB pada anak dan dewasa, serta

diagnosis TB Ekstra Paru. Penggunaan TCM untuk TB diatur melalui

Permenkes No. 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan TB dan Rencana

Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB

2016-2020. Fasilitas layanan kesehatan yang dilengkapi dengan TCM

dapat menggunakan alat tersebut untuk diagnosis TB Sensitif Obat dan TB

Resistan Obat (RO). (Kemenkes RI, 2017).

Laboratorium Puskesmas Landasan Ulin Timur merupakan salah

satu laboratorium yang menerima hibah alat pemeriksaan Tes Cepat

Molekuler Xpert MTB/RIF untuk pemeriksaan Tuberkulosis. Alat Tes

Cepat Molekuler Xpert MTB/RIF yang digunakan untuk menegakkan

diagnosa Tuberkulosis tidak hanya untuk pasien yang berobat di

Puskesmas Landasan Ulin Timur tetapi juga menerima rujukan spesimen

dari Puskesmas, rumah sakit swasta dan praktik dokter mandiri yang

berada di wilayah Kota Banjarbaru.

2. Hasil Penelitian

a. Karakteristik sampel penelitian

Penelitian ini menggunakan 102 sampel terduga TB, baik dari

pasien yang bergejala maupun dari kontak erat keluarga pasien

penderita TB. Penelitian dilakukan selama satu bulan di mulai dari

tanggal 09 Agustus 2022 s.d 09 September 2022 di Puskesmas


45

Landasan Ulin Timur Kota Banjarbaru. Data sampel dikelompokkan

berdasarkan umur, jenis kelamin, jenis spesimen, hasil pemeriksaan

tes cepat molekuler dan hasil pemeriksaan mikroskopis.

Tabel 5.1 Karakteristik sampel penelitian berdasarkan umur


Umur Jumlah Persentase (%)
< 15 tahun 10 9,8
15 - 54 tahun 65 63,7
> 54 tahun 27 26,5
Jumlah 102 100

Hasil penelitian terdiri dari 102 sampel dari terduga TB

dengan umur < 15 tahun ada 10 orang (9,8%), 15–54 tahun ada 65

orang (63,7%) dan umur ≥ 55 tahun ada 27 orang (26,5%).

Tabel 5.2 Karakteristik sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin


Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-laki 60 58,8
Perempuan 42 41,2
Jumlah 102 100

Berdasarkan jenis kelamin terdapat 60 orang (58,8%) adalah

laki-laki dan 42 orang (41,2 %) perempuan yang merupakan terduga

TB.
46

Tabel 5.3 Karakteristik sampel penelitian berdasarkan jenis spesimen


Jenis Spesimen Jumlah Persentase (%)
Dahak 67 65,7
Bercak Darah 7 6,9
Liur 28 27,4
Jumlah 102 100

Adapun jenis spesimen dalam penelitian ini sebanyak 67

spesimen (65,7%) merupakan spesimen dahak atau sputum purulen

berwarna hijau kekuningan, 7 spesimen (6,9%) merupakan spesimen

sputum dengan bercak darah, dan 28 spesimen (27,4%) merupakan

spesimen liur atau sputum mukoid yang masih diperbolehkan untuk

dilakukan pemeriksaan dengan metode Xpert MTB/RIF.

Tabel 5.4 Hasil uji metode TCM MTB/RIF


Hasil Jumlah Persentase (%)
MTB Not Detected 81 79,4
MTB Detected Low Rif.Sen 8 7,9
MTB Detected Medium Rif.Sen 9 8,8
MTB Detected High Rif.Sen 4 3,9
Jumlah 102 100

Adapun hasil pemeriksaan TB dengan metode TCM MTB/RIF

didapatkan hasil MTB Not Detected atau negatif sebanyak 81 sampel

(79,4%), MTB Detected Low Rif.Sen sebanyak 8 sampel (7,9%), MTB

Detected Medium Rif.sen sebanyak 9 sampel (8,8%), MTB Detected

High Rif.Sen sebanyak 4 sampel (3,9%).


47

Tabel 5.5 Hasil uji metode mikroskopis

Hasil Jumlah Persentase (%)


Negatif 89 87,3
Positif (+1) 6 5,9
Positif (+2) 5 4,9
Positif (+3) 2 1,9
Jumlah 102 100

Dengan metode mikroskopis didapatkan hasil negatif

sebanyak 89 sampel (87,3%), positif (+1) sebanyak 6 sampel (5,9%),

positif (+2) sebanyak 5 sampel (4,9%), dan positif (+3) sebanyak 2

sampel (1,9%).

Tabel 5.6 Hasil uji TCM berdasarkan umur


Umur
Hasil < 15 15-54 > 54 Jumlah
tahun tahun tahun
MTB Not Detected 9 52 20 81
MTB Detected Low
1 4 3 8
Rif.Sen
MTB Detected
0 6 3 9
Medium Rif.Sen
MTB Detected High
0 3 1 4
Rif.Sen
Jumlah 10 65 27 102

Berdasarkan tabel 5.6 hasil pemeriksaan TCM dengan Xpert

MTB/RIF maka hasil positif (rifampisin sensitif dan rifampisin

resisten) paling tinggi pada kelompok umur 15-54 tahun sebanyak 13

orang. Sedangkan pada usia < 15 tahun terdapat 1 orang dan ≥ 55

tahun sebanyak 7 orang.


48

Tabel 5.7 Hasil uji TCM berdasarkan jenis kelamin


Jenis Kelamin
Hasil Jumlah
Laki-laki Perempuan

MTB Not Detected 49 32 81


MTB Detected Low
5 3 8
Rif.Sen
MTB Detected Medium
4 5 9
Rif.Sen
MTB Detected High
2 2 4
Rif.Sen
Jumlah 60 42 102

Berdasarkan tabel 5.7 jenis kelamin penderita TB positif

(Rifampisin sensitif dan Rifampisin resisten) diperoleh data bahwa 11

orang adalah jenis kelamin laki-laki dan 10 orang adalah jenis kelamin

wanita.

Tabel 5.8 Hasil uji TCM berdasarkan jenis spesimen


Jenis Spesimen
Hasil Jumlah
Dahak Bercak Darah Liur
MTB Not Detected 51 5 25 81
MTB Detected Low
5 0 3 8
Rif.Sen
MTB Detected
8 1 0 9
Medium Rif.Sen
MTB Detected High
3 1 0 4
Rif.Sen
Jumlah 67 7 28 102

Pada tabel 5.8 hasil pemeriksaan TCM Xpert MTB/RIF dengan

hasil positif (rifampisin sensitif dan rifampisin resisten) paling tinggi

ditemukan pada sampel dengan jenis spesimen dahak yaitu 16 sampel,

kemudian sampel liur 3 sampel (MTB Detected Low) dan sampel


49

bercak darah 2 sampel (MTB Detected medium dan MTB Detected

High).

b. Perbandingan hasil pemeriksaan TB dengan metode TCM

MTB/RIF dan metode mikroskopis

Tabel 5.9 Perbandingan hasil pemeriksaan TCM dengan mikroskopis

Mikroskopis BTA

Hasil TCM Jumlah


Positif Positif Positif
Negatif
(+1) (+2) (+3)
MTB Not
81 0 0 0
Detected 81
MTB Detected
7 1 0 0
Low Rif.Sen 8
MTB Detected
1 5 3 0
Medium Rif.Sen 9
MTB Detected
0 0 2 2
High Rif.Sen 4
Jumlah 89 6 5 2 102

Berdasarkan data tersebut diketahui dari 102 sampel terduga TB

ditemukan 81 sampel negatif TB dengan pemeriksaan TCM dan

mikroskopis, 7 sampel menunjukkan MTB Detected Low Rif.sen pada

metode TCM namun negatif dengan pemeriksaan mikrosopis. 1

sampel menunjukkan MTB Detected Medium pada pemeriksaan TCM

namun negatif pada pemeriksaan mikroskopis.1 sampel menunjukkan

MTB Detected Low pada metode TCM dan positif (+1) pada

pemeriksaan mikroskopis 5 sampel menunjukkan MTB Detected

Medium pada pemeriksaan TCM dan positif (+1) pada pemeriksaan


50

mikroskopis. 3 sampel menunjukkan MTB Detected Medium pada

pemeriksaan TCM dan positif (+2) pada pemeriksaan mikroskopis. 2

sampel menunjukkan MTB Detected High pada pemeriksaan TCM

dan positif (+2) pada pemeriksaan mikroskopis. 2 sampel

menunjukkan MTB Detected High pada pemeriksaan TCM dan positif

(+3) pada pemeriksaan mikroskopis.

B. Pembahasan

Berdasarkan tabel 5.6 dari 102 sampel penelitian dengan

karakteristik sampel penelitian berdasarkan umur dengan Xpert MTB/RIF

maka hasil positif (rifampisin sensitif dan rifampisin resisten) paling tinggi

pada kelompok umur 15-54 tahun sebanyak 13 orang. Sedangkan pada usia

< 15 tahun terdapat 1 orang dan ≥ 55 tahun sebanyak 7 orang. Berdasarkan

tabel 5.7 jenis kelamin terduga TB diperoleh data bahwa 11 orang (52,3%)

adalah jenis kelamin laki-laki dan 10 orang (47,6%) adalah jenis kelamin

wanita merupakan penderita TB. Hasil ini mendukung laporan WHO yang

menyebutkan bahwa persentase kejadian penyakit TB di Indonesia lebih

besar terjadi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan pada jenis kelamin

perempuan. Sedangkan persentase penderita TB diatas usia 14 tahun adalah

sebesar 89%. Hal ini menunjukan bahwa kejadian penyakit TB masih

didominasi oleh penderita TB dengan usia yang masih produktif (WHO,

2021). Selain itu, umur 15-54 tahun termasuk umur yang produktif terhadap

penularan penyakit termasuk TB. Tingginya angka penderita TB pada

rentang umur produktif pada laki-laki diduga ada hubungannya dengan

tingkat aktifitas dan pekerjaan sebagai tenaga produktif yang


51

memungkinkan untuk mudah tertular dengan kuman TB setiap saat dari

penderita lain yang BTA positif ataupun BTA negatif.

Pada tabel 5.8 hasil pemeriksaan TCM Xpert MTB/RIF dengan hasil

positif (rifampisin sensitif dan rifampisin resisten) paling tinggi ditemukan

pada sampel dengan jenis spesimen dahak yaitu 16 sampel (MTB Detected

Low, MTB Detected medium dan MTB Detected High), hal ini disebabkan

karena dahak berupa nanah lendir yang mengandung kuman

Mycobakterium tuberculosis dikeluarkan melalui mekanisme batuk

sehingga Mycobakterium tuberculosis dapat ditemukan dalam pemeriksaan

Tuberkulosis. Hasil positif sampel liur yaitu 3 sampel (MTB Detected Low),

ini menunjukkan kecenderungan jumlah kuman yang ditemukan dalam

pemeriksaan hanya sedikit, karena air liur bukanlah merupakan tempat

berkembang biak Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium

tuberculosis yang ada di air liur berasal dari proses pengeluaran dahak

melalui mulut yang terdapat kelenjar air liur, sehingga mungkin saja

ada sisa-sisa Mycobacterium tuberculosis yang tertinggal di air liur

meskipun dalam jumlah yang sedikit. Sedangkan hasil positif dengan

sampel bercak darah yaitu 2 sampel (MTB Detected medium dan MTB

Detected High), darah dalam dahak dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan

terutama saat pemeriksaan spesimen, sehingga jumlah kuman yang

ditemukan lebih sedikit. Darah yang ada dalam spesimen dahak berasal dari

luka terbuka bronchus akibat infeksi Mycobacterium tuberculosis, sehingga

dahak yang dikeluarkan dapat bercampur dengan darah.


52

Berdasarkan hasil pemeriksaan suspek TB paru dengan

menggunakan metode TCM dan mikroskopis terdapat perbedaan hasil

dimana pada metode GeneXpert yang dapat dilihat pada Tabel 5.9

menunjukkan bahwa hasil negatif pada metode mikroskopis sebanyak 89

dari 102 sampel, berbeda dengan hasil MTB not detected pada metode TCM

sebanyak 81 dari 102 sampel. Pada hasil pemeriksaan menggunakan metode

Xpert MTB/RIF diperoleh hasil positif 8 sampel (MTB Detected Low dan

MTB Detected Medium) tetapi negatif dengan pemeriksaan mikroskopis.

Terdapat 1 sampel positif (+1) pada uji mikroskopis dan MTB Detected Low

pada Xpert MTB/RIF. Terdapat 5 sampel positif (+1) pada uji mikroskopis

tetapi MTB Detected Medium pada Xpert MTB/RIF. Terdapat 3 sampel

positif (+2) pada uji mikroskopis dan MTB Detected Medium pada Xpert

MTB/RIF. Terdapat 2 sampel positif (+2) pada uji mikroskopis tetapi MTB

Detected High pada Xpert MTB/RIF. Terdapat 2 sampel positif (+3) pada

uji mikroskopis dan MTB Detected High pada Xpert MTB/RIF.

Berdasarkan tabel 5.9 didapatkan hasil penelitian dengan hasil

positif pada Mikroskopis sebanyak 13 sampel sedangkan pada Xpert

MTB/RIF sebanyak 21 sampel (18 Rifmpisin sensitif dan 3 Rifampisin

resisten), hasil positif lebih banyak dibandingkan dengan

pemeriksaan mikroskopis. Adanya perbedaan hasil pemeriksaan Xpert

MTB/RIF dibanding hasil pemeriksaan mikroskopis dikarenakan perbedaan

metode kedua pemeriksaan. Pada pemeriksaan Xpert MTB/RIF digunakan

sistem otomatis yang mengintegrasikan proses purifikasi spesimen,

amplikasi asam nukleat dan deteksi sekuen target, cartridge Xpert MTB/RIF
53

memiliki Sample Processing Control (SPC) dan Probe Check Control

(PCC). SPC berfungsi sebagai control proses yang adekuat terhadap bakteri

target serta untuk memonitor keberadaan penghambat reaksi PCR,

sedangkan PCC berfungsi untuk memastikan proses rehidrasi reagen,

pengisian tabung PCR pada cartridge, integritas probe dan stabilitas dye

(Kemenkes RI, 2017).

Berdasarkan skala IUATLD (International Union Against

Tuberculosis and Lung Disease) hasil negatif pada pemeriksaan

mikroskopis jika tidak ditemukan BTA dalam 300 lapang pandang. Hasil

penelitian Kurniawan & Arsyad (2016) menyebutkan bahwa Perbedaan

hasil secara mikroskopis dan Xpert MTB/RIF terjadi karena batas deteksi

bakteri M. tuberculosis dengan metode Xpert MTB/RIF minimal 131

bakteri/ml sputum sedangkan metode mikroskopis dapat mendeteksi bakteri

M. tuberculosis dengan jumlah minimal 104 - 105 bakteri/ml sputum.

Banyaknya jaringan lendir akan memperbesar volume sampel sehingga

memperkecil kemungkinan untuk dapat mengambil sampel yang

mengandung kuman M.Tuberculosis, Sedangkan pada pemeriksaan Xpert

MTB/RIF dengan metode deteksi molekuler berbasis nested real-time PCR

mampu mendeteksi DNA MTB kompleks secara kualitatif (Kemenkes RI,

2017), sehingga memungkinkan pada pemeriksaan mikroskopis BTA tidak

ditemukan tetapi dapat terdeteksi pada pemeriksaan Xpert MTB/RIF,

karena Xpert MTB/RIF mampu mendeteksi MTB dalam bentuk hancur

sekalipun.
54

Gambar 5.1 Uji T-test Paired

Uji T Test – Paired dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan

yang ditunjukan dari data hasil penelitian. Berdasarkan hasil uji ini, jika Uji

T Test menunjukan P ≥ ɑ (0,05) maka tidak terdapat perbedaan yang

signifikan dari data tersebut dan bila P < ɑ (0,05) maka terdapat perbedaan

yang signifikan dari data hasil penelitian tersebut. Adapun hasil uji T Test

pada penelitian menunjukkan P (0,001) < ɑ (0,05) yang berarti terdapat

perbedaan yang signifikan dari hasil pemeriksaan Suspek TB paru metode

Xpert MTB/RIF dan uji mikroskopis pada sampel terduga TB.

Salah satu prioritas dalam pengendalian tuberkulosis (TB) adalah

mampu mendeteksi kasus TB secara dini. Pemeriksaan mikroskopis BTA

merupakan metode pemeriksaan yang banyak digunakan. Kelebihan

pemeriksaan mikroskopis BTA adalah biayanya murah. Namun masih ada

kelemahannya karena dalam sputum harus terkandung minimal 10.000

BTA/ml sputum serta hasil pemeriksaan tidak dapat membedakan

M.tuberculosis dari Mycobacterium sp. yang lain. Diagnosis TB dengan

pemeriksaan mikroskopis memiliki sensitivitas yang rendah, tidak mampu

menentukan kepekaan obat, dan memiliki kualitas yang berbeda-beda


55

karena dipengaruhi oleh tingkat keterampilan petugas dalam melakukan

pemeriksaan.

Hasil penelitian Meike, dkk (2011) menyebutkan bahwa faktor yang

berhubungan dengan hasil pemeriksaan mikroskopis antara lain

pengambilan dahak dan pembuatan sediaan dahak, Sedangkan kualitas

reagen, kualitas mikroskop, pewarnaan sediaan dan pembacaan hasil tidak

terdapat hubungan yang berarti terhadap hasil pemeriksaan mikroskopis.

Hasil penelitian Rosdiyanti (2016) menyebutkan bahwa faktor yang

mempengaruhi kinerja petugas laboratorium dalam melakukan pembuatan

sediaan dahak diantaranya beban kerja, lingkungan kerja, dan insentif

petugas. Hasil penelitian Budiharjo (2016) menyebutkan bahwa penunjang

keberhasilan uji mikroskopis adalah kualitas sputum agar tidak didapatkan

hasil BTA negatif palsu.

Xpert MTB/RIF merupakan pemeriksaan molekuler secara

automatis untuk mendeteksi M. tuberculosis dan sekaligus mendeteksi

resistensi M. tuberculosis terhadap rifampisin. Pemeriksaan ini

menggunakan metode heminested real-time polymerase chain reaction

(PCR) assay untuk mendeteksi mutasi pada regio hotspot rpoB, kemudian

diperiksa dengan beacon molecular sebagai probe. Pengujian

dilakukan pada platform Xpert MTB/RIF, mengintegrasikan sampel yang

akan diolah dalam cartridge plastic sekali pakai. Cartridge ini berisi semua

reagen yang diperlukan untuk dapat melisiskan bakteri, ekstraksi asam

nukleat, amplifikasi, dan deteksi gen yang sudah diamplifikasi. Hasil


56

pemeriksaan dapat diperoleh dalam waktu 2 jam. Pemeriksaan ini bersifat

automatis dan tidak perlu tenaga ahli khusus (Sirait, 2013).

Efektivitas TCM Xpert MTB/RIF lebih sensitif dibanding

pemeriksaan di bawah mikroskop. Jika memeriksa dahak lewat mikroskop,

maka basil bakteri-bakteri yang memiliki sel berbentuk batang atau seperti

silinder harus hidup supaya terlihat jelas. Lamanya waktu dahak yang

diperiksa juga memengaruhi sensitivitas hasil pemeriksaan. Pada pasien

terduga TB, dahak harus cepat dikirim ke bagian laboratorium rumah sakit

kurang dari dua jam. Lebih dari dua jam, kuman akan mati (Palomino JC,

2015).

Saat menggunakan pemeriksaan TCM Xpert MTB/RIF, kuman yang

mati masih bisa diperiksa. Ini dikarenakan TCM Xpert MTB/RIF

menganalisis DNA kuman. Meskipun kumannya mati tetap terdeteksi,

apakah kuman tersebut positif kuman TBC atau tidak (Alhasan, A.H, 2014).
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Ditemukan hasil positif BTA pada uji Mikroskopis sebanyak 13 pasien

yang positif dan negatif sebanyak 89 pasien dari 102 pasien yang suspek

TB.

2. Ditemukan hasil positif metode TCM Xpert MTB/RIF sebanyak 21 pasien

yang positif dan negatif sebanyak 81 pasien dari 102 pasien yang suspek

TB

3. Hasil uji T Test menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan dari data

hasil penelitian yang telah dilakukan. Hal ini dibuktikan dari hasil P (0,001)

< ɑ (0,05) dengan demikian, terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil

pemeriksaan terduga TB paru menggunakan metode Xpert MTB/RIF dan

uji mikroskopis BTA.

B. SARAN

1. Pemeriksaan TB sebaiknya menggunakan metode Xpert MTB/RIF karena

lebih akurat dibandingkan dengan metode mikroskopis BTA terutama

dalam mendeteksi resistensi terhadap rifampisin sehingga pengobatan bisa

dilakukan dengan cepat.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk diuji sensitivitas dan

spesifisitas terhadap tes cepat molekuler Xpert MTB/RIF pada penderita

suspek TB dan TB MDR.

57
58

3. Kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan

membandingkan seberapa besar perbandingan hasil uji Metode Mikroskopis

dengan TCM dan diharapkan memperhatikan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi hasil positif palsu ataupun negatif palsu.


DAFTAR PUSTAKA

Alhasan, A.H. 2014. Perbedaan Hasil Pemeriksaan Mikroskopik Bakteri Tahan


Asam dan GeneXpert pada pasien suspek MDR-TB.
http://etd.respository.ug.ac.id/index.php?mod:penelitian_detail&sub:
Penelitian Detail & act: view & typ: html & buku_id:68770.
Alisjahbana B, Hadisoemarto P, Lestari B W. 2020. Diagnosis Dan Pengelolaan
Tuberkulosis Untuk Dokter Praktik Swasta. eds. Heda Melinda et al.
Unpad Press.
Farmaku. 2020. “Cara Penularan TBC, Pengobatan, Dan Pencegahannya.”
Farmaku.com: 1–10. https://www.farmaku.com/artikel/penularan-tbc/
(April 13, 2022).
karta sembiring, dr.samuel. 2019. Indonesia Bebas Tuberkolusis. CV Jejak (Jejak
Publisher). https://books.google.co.id/books?id=BLXPDwAAQBAJ
(April 20, 2022).
Keliat, Ermanta N, and Alwinsyah Abidin. 2016. “Diagnosis Tuberkulosis.”
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara: 1–23.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://reposit
ory.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/63515/078%2520.pdf%3Fseq
uence%3D1%26isAllowed%3Dy&ved=2ahUKEwjFj4zbvsrxAhVNVH0
KHfVpACEQFjAAegQIAxAC&usg=AOvVaw12RCYEntfF3yVf9GWE
Yq3C.
Kemenkes RI. 2013. “Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tentang
Tatalaksana TBC.” Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata
Laksana Tuberkulosis: i–100.
Kemenkes RI. 2020. “Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tentang
Tatalaksana TBC.” Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata
Laksana Tuberkulosis. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
———. 2020. “Apa Itu TBC - TBC Indonesia.” tbindonesia.or.id.
https://tbindonesia.or.id/pustaka-tbc/informasi/tentang-tbc/apa-itu-tbc/
(April 13, 2022).
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Petunjuk Teknis Pemeriksaan TB Dengan TCM.
www.tbindonesia.or.id.
Kurniawan, Eka, Raveinal Raveinal, Fauzar Fauzar, and Zulkarnain Arsyad. 2016.
“Nilai Diagnostik Metode ‘Real Time’ PCR GeneXpert Pada TB Paru
BTA Negatif.” Jurnal Kesehatan Andalas 5(3): 730–38.
Kuswiyanto. 2017. “Bakteriologi 3: Buku Ajar Analis Kesehatan”. Jakarta: EGC.
Mertaniasih, M. N., Koendhori, B. E., Kusumaningrum, D. 2013. “Buku Ajar
Tuberkulosis Diagnostik Mikrobiologis.” In Airlangga University Press, ,
1, 2, dan 10.
Novianti, Novianti, Oster Suriani Simarmata, and Dina Bisara Lolong. 2020.
“Pemanfaatan Tes Cepat Molekuler (Tcm) Genexpert Sebagai Alat
Diagnostik Tb Paru Di Rsud Wangaya Kota Denpasar.” Jurnal Ekologi
Kesehatan 18(3): 135–48.
Palomino J, Martin A. 2015. "Drug Resisten Mechanisms in Mycobacterium
tuberculosis Antibotic".317-40.
R. Juliantina, Farida, and Irena Agustiningtyas. 2020. “Pengecatan Ziehl Neelsen
(ZN) – Laboratorium Mikrobiologi FK UII.” Laboratorium Mikrobiologi
FK UII Web. https://fk.uii.ac.id/mikrobiologi/materi/pengecatan-ziehl-
neelsen-zn/ (May 7, 2022)
Siyoto, Sandu and M. Ali Sodik. 2015. “Dasar Metodologi Penelitian Dr. Sandu
Siyoto, SKM, M.Kes M. Ali Sodik, M.A. 1.” Dasar Metodologi
Penelitian: 1–109
Sumual, Rama L et al. 2017. “Deteksi Mycobacterium Tuberculosis Pada Sampel
Sputum Menggunakan Teknik Loop-Mediated Isothermal Amplification (
LAMP-TB ).” 5.
WHO. 2021. Global Tuberculosis Report 2021. Geneva: World Health
Organization.
Lampiran 1. Hasil pemeriksaan Xpert MTB/RIF dan Mikroskopis BTA

4.
Lampiran 2. Prosedur Pewarnaan BTA
Lampiran 3. Prosedur pemeriksaan Xpert MTB/RIF
Lampiran 4

PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN (PSP)

Judul Penelitian :

“Evaluasi Keunggulan Tes Cepat Molekuler Dengan Xpert MTB/RIF Dibanding


Dengan Uji Mikroskopis Dalam Mendiagnosis Tuberkulosis Paru Di Puskesmas
Landasan Ulin Timur Kota Banjarbaru Tahun 2022”

Tujuan :

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui keunggulan Tes Cepat Molekuler


(TCM) dengan Xpert MTB/RIF dibandingkan uji mikroskopis dalam mendiagnosis
tuberkulosis paru di Puskesmas Landasan Ulin Timur Kota Banjarbaru.

Perlakuan yang Diterapkan pada Subjek Penelitian :

Tidak ada perlakuan khusus terhadap subjek penelitian, subjek penelitian hanya
diminta untuk mengeluarkan dahak pagi dan sewaktu. Sampel yang akan digunakan
dalam penelitian adalah sampel sputum pagi. Dimana sampel sputum pagi dari satu
pot yang sama akan dilakukan dua macam pemeriksaan. Yaitu tes cepat molekuler
dengan Xpert MTB/RIF dan dengan uji mikroskopis BTA untuk mendiagnosis
tuberkulosis paru.

Manfaat :

Manfaat yang akan diperoleh subjek penelitian adalah untuk mengetahui


keunggulan Tes Cepat Molekuler (TCM) dengan Xpert MTB/RIF dibandingkan uji
mikroskopis dalam mendiagnosis tuberkulosis paru di Puskesmas Landasan Ulin
Timur Kota Banjarbaru
Bahaya Potensial :

Pada penelitian ini tidak ada bahaya potensial secara fisik yang diakibatkan oleh
keterlibatan responden dalam penelitian.

Hak untuk Mengundurkan Diri :

Keikutsertaan subjek penelitian dalam penelitian ini bersifat sukarela dan subjek
penelitian berhak untuk mengundurkan diri kapanpun, tanpa menimbulkan
konsekuensi yang merugikan peneliti dan subjek penelitian.

Adanya Insentif untuk Responden :

Tidak ada insentif khusus terhadap subjek penelitian, karena subjek penelitian
adalah suspek penderita TB yang diharuskan memeriksakan dirinya di
Laboratorium Puskesmas Landasan Ulin Kota Banjarbaru untuk menegakkan
diagnose penyakitnya.

Kerahasiaan Data :

Semua informasi pribadi dan data yang didapat dari pemeriksaan yang telah
dilakukan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk kepentingan
penelitian. Pada penelitian ini identitas pasien tidak dicantumkan dan diganti
dengan menggunakan kode.

Apabila subjek penelitian memiliki pertanyaan yang lebih lanjut berkaitan dengan
penelitian yang akan dilakukan, responden dapat menghubungi peneliti atas nama
Waahyuna Nisa nomor handphone/WA 085248849084
Lampiran 5

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN

UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Usia :

Alamat :

Pekerjaan :

Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa :

Setelah mendapat keterangan tentang tujuan dan manfaat dilakukan penelitian


tersebut, maka saya setuju ikut berpartisipasi dalam penelitian yang berjudul:

“Evaluasi Keunggulan Tes Cepat Molekuler Dengan Xpert MTB/RIF


Dibanding Dengan Uji Mikroskopis Dalam Mendiagnosis Tuberkulosis Paru
Di Puskesmas Landasan Ulin Timur Kota Banjarbaru Tahun 2022”

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya tanpa paksaan

Banjarbaru,

Responden

( )
Lampiran 6. Blanko TB 05 Permintaan pemeriksaan TB
Lampiran 7. Inform Consent penelitian
Lampiran 8. Sampel sputum TB dan pembuatan slide BTA
Lampiran 9. Pemeriksaan sputum dengan Xpert MTB/RIF
Lampiran 10. Xpert MTB/RIF
Lampiran 11. Hasil pemeriksaan Xpert MTB/RIF
Lampiran 12. Surat ijin Penelitian
Lampiran 13. Kode Etik Penelitian

Anda mungkin juga menyukai