CHRISNAWATI
NIM: 27827019007
i
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sabagai Salah Satu Syarat Akadenik Untuk
Memperoleh Gelar
Ahli Madya Analis Kesehatan
CHRISNAWATI
NIM: 27827019007
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Oleh :
CHRISNAWATI
NIM: 27827019007
Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui isi dan susunannya
sehingga dapat diajukan pada Ujian Sidang Karya Tulis Ilmiah
Yang Diselengarakan oleh Prodi D3 Analis Kesehatan Jurusan Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Jurusan
Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
CHRISNAWATI
NIM: 27827019007
Surabaya, 2020
Tim Penguji
Tanda Tangan
Mengetahui
Ketua Jurusan
Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
iv
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur Kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Perbedaan Pewarnaan Bakteri Tahan Asam
dengan Tes Cepat Molekuler Pada Suspec Tuberculosis Di Puskesmas Srengat
Kabupaten Blitar”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu
syarat dalam menyelesaikan Program D-3 Jurusan Analis Kesehatan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surabaya.
Mengingat masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan ini, maka
penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi sempurnanya ini.
Akhirnya penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi
pembaca umumnya dan bagi penulis pada khususnya terutama bila penulis nanti
terjun ke masyarakat.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
3.4.1 Variabel Bebas / Independent ...........................................................20
3.4.2 Variabel Terikat/ Dependent .............................................................20
3.5 Definisi Operasional ....................................................................................20
3.6 Metode Pengumpulan data ...........................................................................21
3.7 Tahapan Penelitian........................................................................................21
3.7.1 Pra analitik (Pengambilan sputum pagi) .............................................21
3.7.2 Analitik ................................................................................................22
3.7.3 Post Analitik .......................................................................................25
3.8 Kerangka Operasional ..................................................................................27
3.9 Analisa data ..................................................................................................28
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan M.tb menggunakan pewarnaan BTA dan TCM ......29
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
dari orang ke orang melalui percikan dahak (droplet) ketika penderita TB paru
aktif batuk, bersin, bicara atau tertawa. Tuberkulosis dapat juga menyerang kulit,
kelenjar limfe, tulang, dan selaput otak dan merupakan penyebab mortalitas
Kemenkes RItahun 2013-2014, angka insiden TB paru sebesar 399 per 100.000
(WHO 2015). Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu daerah dengan penderita
TB paru terbanyak yaitu 22.244 orang di tahun 2014. Daerah dengan kasus BTA
pada tahun 2016 sejumlah 688 penderita, tahun 2017 sejumlah 668 penderita,
tahun 2018 sejumlah 698 penderita dan pada tahun 2019 sejumlah 847 penderita
tersebut mudah dikerjakan dan tidak memerlukan biaya yang mahal, akan tetapi
1
2
standar lain dari pemeriksaan TB paru yaitu kultur bakteri. Kelemahan metode ini
Cepat Molekuler (TCM) yang mampu mendeteksi Deoxyribo Nucleic Acid (DNA)
rifampisin (Kemenkes,2017)
menggunakan Tes Cepat Molekuler (TCM) hanya ada di Rumah Sakit Umum
pewarnaan Bakteri Tahan Asam sehingga untuk meyakinkan hasil maka dilakukan
juga pemeriksaan menggunakan TCM (Data P2P Dinas Kesehatan Kab Blitar).
signifikan antara TCM dengan uji kepekaan metode proporsi. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa TCM memiliki nilai spesifitas yang tinggi untuk mendeteksi
memiliki nilai sensifitas yang tinggi untuk digunakan juga sebagai alat screening
Pewarnaan Bakteri Tahan Asam dan TCM Pada Pasien Suspek Tuberkulosis Paru
asam dan TCM pada pasien suspek TB paru di UPTD Puskesmas Srengat.
4
1. Bagi Peneliti
ATLM bisa menambah ilmu tentang Tes Cepat Molekuler beserta kelebihannya
dibanding BTA.
2. Bagi Masyarakat
M.tuberculosis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
TB paru adalah salah satu penyakit kronik yang dapat menginfeksi seluruh
bagian tubuh manusia tetapi organ yang paling diserang adalah organ paru. Robert
2.1.2 Epidemiologi
infeksi TB aktif batuk, bersin, atau menyebarkan droplet yang dapat terhirup pada
saat bernafas. Penyakit ini dapat dihubungkan dengan tempat tinggal di daerah
tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain jumlah droplet
kematian nomor tiga didunia setelah Cina dan India. Berdasarkan dari data WHO
tahun 1997, di dunia setiap tahunnya terdapat sembilan juta orang yang terkena
TB paru, dan lebih dari dua juta orang meninggal dunia. Diperkirakan setiap
100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TB paru BTA positif.
5
6
Setiap satu penderita TB paru yang positif akan menularkan 10-15 orang
a. Cara Penularan
2) Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan bakteri ke udara dalam
bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
b. Resiko Penularan
resiko penularan lebih besar dari pasien TB Paru dengan Bakteri Tahan Asam
2.1.3 Patogenesis
Paru merupakan port d’entree lebih dari 98% kasus infeksi Tuberkulosis.
Kuman Tuberkulosis dalam percik renik (droplet nuclei) yang ukurannya sangat
kecil (<5µm) akan terhirup dan dapat mencapai alveolus. Pada sebagian kasus,
non-spesifik, sehingga tidak terjadi respon imunologis spesifik. Akan tetapi, pada
jaringan parut dan bakteri TB paru akan menjadi dorman (Darliana, 2016).
telah terjadi. Setelah terjadi kompleks primer, imunitas selular tubuh terhadap
terhadap tuberkuloprotein, yaitu uji tuberkulin positif. Selama masa inkubasi, uji
8
tuberkulin masih negatif. Pada sebagian besar individu dengan sistem imun yang
berfungsi baik, pada saat sistem imun selular berkembang, poliferasi bakteri
tetap hidup dalam granula. Bila imunitas selular telah terbentuk, bakteri
M. Tuberkulosis menyebar secara sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak
baik, paling sering diapeks paru, limpa dan kelenjar limfe superfisialis. Selain itu,
dapat juga bersarang di organ lain seperti otak, hati, tulang, ginjal dan lain-lain.
Pada umumnya bakteri di sarang tersebut tetap hidup, tetapi tidak aktif (tenang),
demikian pula dengan proses patologiknya. Sarang di apeks paru disebut dengan
fokus Simon, yang dikemudian hari dapat mengalami reaktivasi dan terjadi
aktif karena gangguan atau respon yang inadekuat dari respon sistem imun.
Penyakit dapat juga aktif dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman.
1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit (paru atau ekstra paru).
1) Tuberkulosis Paru
(parenkim) paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar hilus.
limfe, tulang persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin
paru
Tuberkulosis Positif.
yang luas (misalnya proses far advanced), dan/atau keadaan umum pasien
buruk.
penyakitnya, yaitu :
11
1. Baru : Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
2.2 Sputum
Dahak atau sputum adalah mukus yang keluar saat batuk dari saluran
(Kemenkes, 2011).
pengawet CPC lagi karena beberapa alasan sebagai berikut: bahan sulit didapat,
M. tuberculosis berbentuk batang atau basil dan bersifat tahan asam bila
Nellsen. M tuberculosis juga bersifat dorman dan aerob, mati pada pemanasan
1000 C selama 5-10 menit atau dengan alkohol 70-95% selama 15-30 detik.
Bakteri ini dapat bertahan hidup lama, terutama di tempat lembab dan gelap,
namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara ( Kalma, 2018).
13
a) Prinsip Kerja
dipanaskan akan mengikat warna merah dari carbol fuchsin dan tidak akan
luntur oleh larutan asam alkohol sehingga tetap berwarna merah (Albertus,
2014).
Sediaan dahak yang telah diwarnai dapat dinilai baik atau jelek dengan
pembesaran 100 x.
Interpretasi BTA
2) Scanty = 1 – 9 / 100 LP
3) 1 + = 10 – 99 / 100 LP
4) 2 + = 1 – 10 / LP
14
mikroskopis (pewarnaan ZN), tes niacin dan tes PNB, namun bagi laboratorium
yang mampu menyediakan tes MPT64, dapat menggunakan tes MPT64 untuk
minimal dengan dua tes di antaranya tes niacin (diambil dari biakan dengan media
dahak disimpan pada suhu 4°C. Specimen dahak untuk pemeriksaan biakan dan
uji kepekaan harus sesegera mungkin sampai di laboratorium dengan suhu dingin
(2°C - 10°C).
15
pada media padat LJ , tidak diperbolehkan untuk pemeriksaan media cair (MGIT)
(Kemenkes, 2015).
menentukan MIC setiap strain isolat yaitu konsentrasi terendah yang ditumbuhi
kurang dari 20 koloni (MIC dari INH untuk M. tuberculosis strain H37RV adalah
0,06 μg/ml), setelah itu membandingkan antara MIC strain isolat dengan MIC dari
INH untuk M. tuberculosis strain H37RV. Bila rasio resistensinya 2, maka strain
nukleat, dan deteksi sekuen target. Sistem tersebut terdiri atas alat GeneXpert,
Processing Control (SPC) dan Probe Check Control (PCC). Sample processing
control berfungsi sebagai control proses yang adekuat terhadap bakteri target serta
untuk memastikan proses rehidrasi reagen, pengisian tabung PCR pada katrid,
mutasi pada daerah gen rpoB. Setiap molecular beacon dilabel dengan dye
florofor yang berbeda. Cycle threshold(Ct) maksimal yang valid untuk analisis
hasil pada probe A, B dan C adalah 39 siklus, sedangkan pada probe D dan E 36
antara probe yang paling awal muncul dengan paling akhir muncul) ˂ 4.0
berikut :
b. Nilai Ct pada probe yang paling awal muncul > (nilai Ct valid maksimal
5) “Tidak terdeteksi Tuberkulosis” apabila hanya terdapat satu atau tidak terdapat
monoclonal terhadap antigen yang dikode genRD1, RD2 dan RD3 digunakan
(Regions Of Different) yaitu RD1, RD2 dan RD3 dan dapat dilakukan cepat
Gen yang menjadi ESAT6, CFP10 dan MPb64 terdapat pada region RD
yang terdeteksi ini menjadi RD1-RD3 diduga kuat sebagai gen virulensi yang
terlihat dua garis di area kontrol dan tes. Hasil menunjukan negatif apabila hanya
METODOLOGI PENELITIAN
yaitu untuk membandingkan hasil pemeriksaan pewarnaan bakteri tahan asam dan
Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien suspek TB paru di UPTD
3.3.2 Sampel
19
20
Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu pasien suspek TB paru dengan
batuk lebih dari 2 minggu, pasien tidak sedang dalam masa pengobatan dan pasien
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pewarnaan bakteri tahan asam
M. tuberculosis
observasi terhadap data primer yaitu data diambil secara langsung pada tempat
Laboratorium.
1. Persiapan Alat
Sputum pot yang bertutup, botol bersih dengan penutup, hand scoon, formulir
2. Persiapan pasien
Jelaskan pada pasien apa yang dimaksud dengan sputum agar yang
sputum.
Pasien berkumur dengan air dahulu, kemudian di beri wadah yang bermulut
lebar, mempunyai tutup berulir, suci hama, tidak mudah pecah, tidak bocor,
sekali pakai dibuang (disposible). Pasien dalam posisi berdiri, jika tidak
dahak lalu di tutup. Wadah diberi label yang yang berisi nama, alamat,
3.7.2 Analitik
2. Sampel
didekontaminasi.
b) Sputum yang terdapat pada lidi diletakan di kaca sediaan dibuat tersebar
merata, ukuran 2 x 3 cm, dan tidak terlalu tipis untuk menghindari apusan
ditempatkan di atas bak cuci atau baskom, antara satu sediaan dengan
ke sediaan lain).
membuang air.
ke sediaan lain).
24
menit.
sediaan lain).
pembacaan sediaan apus sepanjang garis tengah dari ujung kiri ke kanan
B. PemeriksaanTCM
handscoon, jas lab, pipet disposible, sampel reagen, cartridge sekali pakai.
2. Sampel
3. Pemeriksaan RT-PCR
1. Segel sampel reagent (SR) dibuka dan penutup tabung yang berisi sampel
dahak.
selama 10 menit. Setelah itu dikocok kuat kembali, lalu inkubasi kembali
menit.
4. Cartridge Xpert MTB/RIF diberi identitas pada sisi kanan atau kiri
disediakan. Pipet diisi sampai melebihi tanda 2ml yang ada pada pipet.
gelembung udara.
mesin geneXpert.
1. Interpretasi BTA
a. Negatif : 0 / 100 LP
b. Scanty : 1 – 9 / 100 LP
c. 1+ : 10 – 99 / 100 LP
d. 2+ : 1 – 10 / LP
tuberculosis)
26
Analisa data
pewarnaan tahan asam (Ziehl Nellsen) dengan pemeriksaan Tes Cepat Molekuler
(TCM) maka digunakan analisa data menggunakan SPSS dengan uji non
dengan metode Ziehl Nellsen (ZN) dan Tes Cepat Molekuler (TCM) didapatkan
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan M.tb menggunakan pewarnaan BTA dan TCM
Pemeriksaan
Jenis BTA metode
No. Kode Sampel Usia Dahak Metode
Kelamin Ziehl Nellsen
TCM
1 0015 32 P Neg Neg
2 0018 18 L Neg Neg
3 0019 44 L Neg Neg
4 0022 74 L 1+ 1+
5 0023 66 L Neg Neg
6 0024 69 L Neg Neg
7 0027 61 L Neg Neg
8 0028 44 P Neg Scanty
9 0029 66 P Neg Neg
10 0030 45 P Neg Neg
11 0031 29 P Neg Neg
12 0032 52 P Neg Neg
13 0033 68 L 1+ 2+
14 0034 51 L 3+ 3+
15 0035 50 P 1+ 2+
16 0037 35 P Scanty Scanty
17 0036 53 L Neg Neg
18 0038 40 P Neg Neg
19 0040 54 P 1+ 1+
20 0042 47 L Neg Neg
21 0046 45 L Neg Neg
22 0047 50 P Neg Neg
29
30
Pemeriksaan
Jenis BTA metode
No. Kode Sampel Usia Dahak Metode
Kelamin Ziehl Nellsen
TCM
23 0048 8 L Neg Neg
24 0049 61 L Neg Neg
25 0050 27 P Neg Neg
26 0051 25 P Neg Neg
27 0052 25 L Neg Neg
28 0053 49 L Neg Neg
29 0054 58 L Neg Neg
30 0057 69 P Neg Neg
negatif sebanyak 24 orang (80%), hasil scanty sebanyak 1 orang (3,33%), hasil
positif 1 sebanyak 4 orang (13,33%) dan hasil positif 3 sebanyak 1 orang (3,33%).
Karena data yang digunakan merupakan data nominal maka analisa data
dan TCM
TCM
Dari hasil analisa data menggunkan uji wilcoxon didapatkan hasil sebagai
berikut :
Test Statisticsb
TCM - ZN
Z -1.732a
Didapatkan nilai signifikan sebesar 0,083 (p > 0,05) yang artinya tidak ada
dan TCM
4.3 Pembahasan
perbedaan hasil pemeriksaan BTA metode Ziehl Nellsen (ZN) dan Tes Cepat
sebesar 0,083 (p > 0,05) yang artinya tidak ada perbedaan hasil yang signifikan
dipengaruhi oleh sampel sputum yang dijadikan bahan pemeriksaan cukup baik
dari segi jumlah maupun konsistensinya hal tersebut membuat BTA dapat dilihat
ada atau tidaknya pada mikroskop dengan pewarnaan BTA sedangkan pada
diagnostik yang termudah, tercepat dan termurah dan sampai saat ini masih
manual. Kesalahan yang dapat terjadi pada pemeriksaan BTA dengan pewarnaan
Ziehl Neelsen antara lain waktu fiksasi diatas nyala api yang terlalu singkat atau
terlalu lama yang bias merusak sediaan, Penggunaan reagen yang tidak sesuai,
pewarnaan yang kurang baik / tidak rata serta intepretasi hasil yang salah
(Fihirudin, 2015)
reagen Ziehl Neelsen. Tahap analitik yaitu tahap mulai penyusunan Prosedur
Tetap (Protap), mengolah dan memeriksa spesimen dahak sesuai prosedur tetap,
penyimpanan sedian untuk uji silang. Tahap pasca analitik yaitu tahap mulai dari
2016).
buffer kemudian diinkubasi selama 15 menit lalu diambil dengan pipet khusus dan
darurat seperti kerusakan alat atau listrik mati maka dapat digunakan pewarnaan
ZN, tetapi bila didapat hasil negatif dan setelah pengobatan tidak ada perbaikan
maka perlu diklarifikasi dengan metode TCM dikarenakan sensitifitas TCM lebih
tinggi serta tingkat kesalahan akibat human error lebih rendah dibanding
pewarnaan ZN.
BAB 5
5.1 Kesimpulan
disimpulkan :
sebanyak 24 orang (80%), hasil scanty sebanyak 1 orang (3,33%), hasil positif
3. Pada analisa data dengan uji statistika Wilcoxon didapatkan nilai signifikan
sebesar 0,083 (p > 0,05) yang artinya tidak ada perbedaan hasil antara
5.2 Saran
pemeriksaan yang cepat dan akurat sebaiknya menggunakan TCM dan apabila
pada keadaan darurat seperti terjadi kerusakan alat TCM atau lampu mati maka
35
36
ATLM guna meningkatkan skill / keterampilan dalam pemeriksaan BTA baik itu
DAFTAR PUSTAKA
Ariyani, F, Maulin & Noor. 2016. Perbedaan Hasil Deteksi Pewarnaan Bakteri
Tahan Asam dan Rapid Antigen pada Pasien Diagnosa Tuberkulosis
Paru. Jurnal Mitra Kesehatan, 1 (2), 112.
Handoyo & Ari. 2001. Prinsip Umum Dan Pelaksanaan Polymerase Chain
Reaction (PCR), Unitas, 9 (1), 17-20.
Kalma & Adrika. 2018. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Basil Tahan Asam
Antara Spesimen Dahak Langsung diperiksa Dengan Ditunda 24 Jam.
Jurnal Media Analis Kesehatan, 9 (2), 131.
Kalma. 2015. Efektifitas Waktu fiksasi Preparat Untuk Pewarnaan Basil Tahan
Asam Metode Ziehl Neelsen. Jurnal Media Analis Kesehatan Vol. VI
No.1 Mei 2015
Latifah Imas. 2013. Pemantapan Mutu Internal (PMI) Dan Eksternal (PME) Pada
Pemeriksaan Mycobacterium Tuberculosis Di Puskesmas Kecamatan
Wilayah Jakarta Barat. Jurnal Ilmu Kesehatan, 8(1); Januari 2016.
Fakultas Kesehatan Universitas MH Thamrin
Naim, Nurlia & Novi D. 2018. Performa Tes Cepat Molekuler dalam Diagnosa
Tuberkulosis di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makasar. Jurnal
Media Media Analis Kesehatan, 9 (2), 113.
Sudoyo, Aru W. 2014 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI, Jakarta:
Interna Publising.
Susanti S, Kountul C & Buntuan V. 2013. Pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA)
Pada Sputum Penderita Batuk lebih dari 2 Minggu di Poliklinik Penyakit
Dalam BLU RSUP. Prof. Dr.R.D Kandou Manado. Jurnal e-Clinic (Eci),
1 (1).
39
Lampiran 1
Lampiran 2
HASIL PENELITIAN
Lampiran 3
ANALISA DATA
Ranks
Test Statisticsb
TCM - ZN
Z -1.732a
Asymp. Sig. (2-tailed) .083
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
42
Lampiran 4
PEMBIMBING 1
PEMBIMBING 2
43
NAMA : CHRISNAWATI
NIM : P27827019007
JUDUL KTI : Perbedaan Hasil Pewarnaan Bakteri Tahan Asam dengan TCM
pada pasien suspek TB paru di Puskesmas Srengat Kabupaten
Blitar
- Spasi diperbaiki
- Manfaat Penelitan
ditambah Manfaat
bagi ATLM