Anda di halaman 1dari 84

SKRIPSI

POTENSI TEPUNG UMBI UBI JALAR CILEMBU (Ipomoea batatas L.)


SEBAGAI BAHAN DASAR MEDIA ALTERNATIF PERTUMBUHAN
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

Disusun Oleh

MERDA SRI RAHAYU


NIM. 20184323037

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2022
SKRIPSI

POTENSI TEPUNG UMBI UBI JALAR CILEMBU (Ipomoea batatas L.)


SEBAGAI BAHAN DASAR MEDIA ALTERNATIF PERTUMBUHAN
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar


Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis

Disusun Oleh :

MERDA SRI RHAYU


NIM. 20184323037

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2022

i
HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI

POTENSI TEPUNG UMBI UBI JALAR CILEMBU (Ipomoea batatas L.)


SEBAGAI BAHAN DASAR MEDIA ALTERNATIF PERTUMBUHAN
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

Disusun Oleh :

MERDA SRI RAHAYU


NIM. 20184323037

Telah disetujui di Pontianak


Pada tanggal, 11 Oktober 2022

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ari Nuswantoro, S.ST., S.Si, M.Imun Gervacia Jenny Ratnawaty, ST, M.Sc
NIDN.4025098202 NIDN.4019067801

Ketua Program Studi


Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis
Poltekkes kemenkes Pontianak

Wahdaniah, SKM, M.Kes


NIP. 197009131990032001

ii
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

POTENSI TEPUNG UMBI UBI JALAR CILEMBU (Ipomoea batatas L.)


SEBAGAI BAHAN DASAR MEDIA ALTERNATIF PERTUMBUHAN
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

Telah dipersiapkan dan disusun oleh:

MERDA SRI RAHAYU


NIM. 20184323037

Telah dipertahankan didepan Tim Penguji


Pada tanggal : 17 Oktober 2022
Susunan Tim Peguji
Tanda Tangan

1. Ketua : Ari Nuswantoro, S.ST., S.Si, M.Imun


NIDN : 4025098202 ........................
2. Anggota : Gervacia Jenny Ratnawaty, ST, M.Sc
NIDN : 4019067801 ........................
3. Anggota : Sugito, S. Pd, SKM, M.Kes
NIDN : 4001086903 ........................
4. Anggota : Sri Tumpuk, S.Si, M.Kes
NIDN : 4012116602 ........................

Pontianak, Oktober 2022


Ketua Jurusan Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis

Hendra Budi Sungkawa, SKM, M.Kes


NIP.196912051992031004

iii
BIODATA PENULIS
Nama : Merda Sri Rahayu
Tempat, Tanggal Lahir : Bengkayang, 15 Maret 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jalan Bakran Usman
Handphone : 089694267573

RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar : SD Negeri 01 Bengkayang (2006 - 2012)
2. SMP : SMP Negeri 1 Bengkayang (2012 - 2015)
3. SMA : SMA Negeri 1 Bengkayang (2015 - 2018)

iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini saya :


Nama : Merda Sri Rahayu
NIM : 20184323037
Program Studi : Sarjana Terapan
Jurusan : Teknologi Laboratorium Medis
Perguruan Tinggi : Poltekkes Kemenkes Pontianak

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penelitian skripsi saya
yang berjudul :
Potensi Tepung Umbi Ubi Jalar Cilembu (Ipomoea Batatas L.)
Sebagai Bahan Dasar Media Alternatif Pertumbuhan
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Demikian surat
pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Pontianak, Oktober 2022


Penulis

Merda Sri Rahayu


NIM. 20184323037

v
ABSTRAK

POTENSI TEPUNG UMBI UBI JALAR CILEMBU (Ipomoea batatas L.)


SEBAGAI BAHAN DASAR MEDIA ALTERNATIF PERTUMBUHAN
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
Merda Sri Rahayu1), Ari Nuswantoro1), Gervacia Jenny Ratnawaty 1)
1)
Poltekkes Kemenkes Pontianak
Email : merda.srirahayu0003@gmail.com

Media merupakan tempat untuk pertumbuhan mikroba sehingga suatu


bakteri dapat diidentifikasi. Media Nutrient Agar berdasarkan bahan yang
digunakan termasuk dalam kelompok media semi alami, media semi alami
merupakan media yang terdiri dari bahan alami yang ditambahkan dengan
senyawa kimia. Mahalnya harga media, mengandung bahan kimia, dan mudah
terkontaminasi oleh karna itu dibutuhkan media alternatif dari bahan alami yang
mudah didapat dan harga yang relatif murah. Umbi ubi cilembu merupakan bahan
alam yang mudah didapat dan mengandung karbohidrat dan nutrisi yang cukup
sehingga memungkinkan untuk digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengatahui potensi tepung umbi ubi
jalar cilembu (Ipomoea batatas (L.) sebagai media alternatif pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Penelitian ini menggunakan quasi experiment. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini umbi ubi jalar cilembu yang diolah menjadi tepung dengan 16
kali pengulangan dan menggunakan metode Streak Plate.
Berdasarkan penelitian ini media alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu
berpotensi sebagai media untuk pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli. Berdasarkan uji Mann Whitney terdapat perbedaan antara
jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus pada media alternatif tepung umbi
ubi jalar cilembu dengan jumlah koloni Staphylococcus aureus pada media
Nutrient Agar (p = 0,006 ≤ 0,05) , tidak terdapat perbedaan antara jumlah koloni
bakteri Escherichia coli pada media alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu
dengan jumlah koloni Escherichia coli pada media Nutrient Agar (p = 0,057 ≥
0,05) , terdapat perbedaan antara jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli pada media alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu (p =
0,04 ≤ 0,05)

Kata Kunci : Jumlah Koloni, Media, Umbi Ubi Jalar Cilembu


Daftar Pustaka : 54 (2003 – 2022)

vi
ABSTRACT

POTENTIAL OF CILEMBU SWEET POTATO TUBER FLOUR (Ipomoea


batatas L.) AS A BASIC INGREDIENT OF GROWTH ALTERNATIVE
MEDIA Staphylococcus aureus and Escherichia coli

Merda Sri Rahayu1), Ari Nuswantoro1), Gervacia Jenny Ratnawaty 1)


1)
Poltekkes Kemenkes Pontianak
Email : merda.srirahayu0003@gmail.com

The medium is a place for microbial growth so that a bacterium can be


identified. Nutrient Media Agar based on the ingredients used belongs to the
group of semi-natural media, semi-natural media is a medium consisting of
natural ingredients added with chemical compounds. The high price of the media,
containing chemicals, and easily contaminated by therefore requires alternative
media from natural ingredients that are easy to obtain and at a relatively low price.
Cilembu yam tubers are natural ingredients that are easy to obtain and contain
enough carbohydrates and nutrients so that they allow them to be used as a
medium for bacterial growth.
The purpose of this study was to determine the potential of cilembu sweet
potato tuber flour (Ipomoea batatas (L.) as an alternative medium for the growth
of Staphylococcus aureus and Escherichia coli bacteria.
This study used quasi-experiments. The sample used in this study was
cilembu sweet potato tubers processed into flour with 16 repetitions and using the
Streak Plate method.
Based on this study, the alternative media of sweet potato tuber flour
cilembu has the potential to be a medium for the growth of Staphylococcus aureus
and Escherichia coli bacteria. Based on the Mann Whitney test, there is a
difference between the number of Staphylococcus aureus bacterial colonies in
alternative media of cilembu sweet potato tuber flour and the number of
Staphylococcus aureus colonies in Agar Nutrient media (p = 0.006 ≤ 0.05), there
is no difference between the number of Escherichia coli bacterial colonies in
alternative media of Cilembu sweet potato tuber flour and the number of
Escherichia coli colonies in Agar Nutrient media (p = 0.057 ≥ 0.05), there is a
difference between the number of colonies of bacterial bacteria Staphylococcus
aureus and Escherichia coli on alternative media of cilembu sweet potato tuber
flour (p = 0.04 ≤ 0.05).

Keywords : Number of Colonies, Media, Cilembu Sweet Potato Tubers


Bibliography : 54 (2003 – 2022)

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas Kuasa-Nya
yang telah memberikan segala nikmat dan kesempatan ini sehingga penyusunan
skripsi yang berjudul Potensi Tepung Umbi Ubi Jalar Cilembu (Ipomoea
Batatas L.) Sebagai Bahan Dasar Media Alternatif Pertumbuhan
Staphylococcus aureus Dan Escherichia coli dapat terselesaikan. Skripsi ini
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan
Kesehatan (S.Tr.Kes) pada Poltekkes Kemenkes Pontianak.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak terutama dorongan semangat dari orang terdekat. Selanjutnya
ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Pak Ari
Nuswantoro, S.ST., S.Si, M.Imun selaku pembimbing utama dan Ibu Gervacia
Jenny Ratnawaty, ST, M.Sc selaku pembimbing pendamping yang dengan sangat
sabar dan sangat perhatian dalam memberikan bimbingan hingga Skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Dengan terselesaikannya skripsi ini, perkenankan pula penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Didik Haryadi, S.Gz., M.Si. selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Pontianak.
2. Bapak Hendra Budi Sungkawa, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Pontianak.
3. Ibu Wahdaniah, SKM, M.Kes selaku Ketua Prodi D-IV Teknologi
Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Pontianak.
4. Bapak Sugito, S. Pd, SKM, M.Kes selaku dosen penguji pertama
5. Ibu Sri Tumpuk, S.Si, M.Kes selaku dosen penguji kedua
6. Kedua orang tua yang teramat saya cintai dan saya sayangi Bapak Anggoro
Sutrisno dan Ibu Miarti yang telah memberikan semangat, dukungan serta do’a
kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan dan skripsi ini.
7. Seluruh Bapak / Ibu Dosen, Instruktur dan Staf yang telah memberikan ilmu
dan pengalaman serta bantuan dalam menyelesaikan pendidikan.

viii
8. Sahabat dan seluruh rekan seangkatan tersayang yang selalu mendukung serta
membantu dalam menyelesaikan skripsi.
Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini masih memiliki
banyak kekurangan dan kelemahannya. Untuk itu kritik dan saran dari
pembaca sangat diperlukan demi kesempurnaan Skripsi ini. Semoga hasil
penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya rekan-
rekan mahasiswa/i di lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Pontianak
Jurusan Teknologi Laboratorium Medis.

Pontianak, Oktober 2022

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... ii
BIODATA PENULIS........................................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN................................................. iv
ABSTRAK......................................................................................................... v
ABSTRACT....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR....................................................................................... vii
DAFTAR ISI...................................................................................................... ix
DAFTRA TABEl............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian........................................................................ 4
1. Tujuan Umum......................................................................... 4
2. Tujuan Khusus........................................................................ 4
D. Ruang Lingkup Keilmuan........................................................... 4
E. Manfaat Penelitian...................................................................... 4
F. Keaslian Penelitian..................................................................... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Tanaman Ubi Jalar Cilembu ( ipomea batatas ).......................... 6
1. Taksonomi ............................................................................. 7
2. Morfologi Ubi Jalar ............................................................... 7
3. Kandungan Gizi Ubi Cilembu................................................ 8
4. Tepung Ubi Cilembu ............................................................. 9
5. Manffat dan Keunggulan Ubi Cilembu ................................. 9
B. Kebutuhan Nutrisi dan Media Pertumbuhan Bakteri ................. 9
C. Media Nutrient Agar .................................................................. 12
D. Cara Pengembangbiakan dan Inkubasi Bakteri ......................... 12
E. Genus Staphylococcus ................................................................ 14
1. Definisi Staphylococcus aureus............................................. 14
2. Klasifikasi Staphylococcus aureus......................................... 14
3. Sifat dan Morfologi Staphylococcus aureus.......................... 15
4. Patogenitas Staphylococcus aureus........................................ 15
F. Genus Escherichia ..................................................................... 16
1. Definisi Escherichia coli ....................................................... 16
2. Klasifikasi Escherichia coli ................................................... 17
3. Sifat dan Morfologi Escherichia coli .................................... 17

x
4. Patogenitas Escherichia coli ................................................. 17
G. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri......... 18
H. Kerangka Teori........................................................................... 19

BAB III. KERANGKA KONSEPTUAL


A. Kerangka Konsep........................................................................ 20
B. Definisi Oprasional..................................................................... 21
C. Hipotesis...................................................................................... 21

BAB IV. METODELOGI PENELITIAN


A. Desain Penelitian......................................................................... 22
B. Populasi dan Sampel................................................................... 22
1. Populasi.................................................................................. 22
2. Sampel.................................................................................... 22
3. Sampling................................................................................. 22
C. Waktu dan Tempat Penelitian..................................................... 23
1. Waktu Pnelitian...................................................................... 23
2. Tempat Penelitian................................................................... 23
D. Jenis Data Penelitian................................................................... 23
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data.................................. 23
1. Teknik Pengumpulan Data..................................................... 23
2. Instrumen Penelitian............................................................... 24
3. Prosedur Kerja........................................................................ 24
F. Teknik Pengolahan dan Penyajian Data...................................... 27
G. Analisis........................................................................................ 28

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian .............................................................................29
1. Pengukuran pH .........................................................................29
2. Hasil Makroskopis ...................................................................29
3. Hasil Perhitungan Jumlah Koloni ............................................31
B. Pengolahan Data ...........................................................................32
1. Analisis Univariat .....................................................................32
2. Analisis Bivariat........................................................................33
C. Pembahasan ..................................................................................36

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan....................................................................................40
B. Saran .............................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA

xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Penelitian yang pernah dilakukan....................................................

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Ubi Cilembu per 100 g bahan .............................

Tabel 3.1 Definis Operasional Potensi Umbi Ubi Jalar Cilembu


(Ipomoea batatas L.) sebagai bahan dasar media alternatif
pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli............

Tabel 4.1 Komposisi Media Alternatif Tepung Umbi Ubi Jalar


Cilembu...........................................................................................

Tabel 5.1 Hasil Pengukuran pH Media...........................................................

Tabel 5.2 Hasil Pemeriksaan Makroskopis Bakteri Staphylococcus


Aureus Pada Media Alternatif Tepung Umbi Ubi Jalar
Cilembu Dan Media Nutrient Agar.................................................

Tabel 5.3 Hasil Pemeriksaan Makroskopis Bakteri Escherichia coli


Pada Media Alternatif Tepung Umbi Ubi Jalar Cilembu Dan
Media Nutrient Agar........................................................................

Tabel 5.4 Hasil Jumlah Koloni Bakteri Staphylococcus aureus dan


Bakteri Escherichia coli pada Media Tepung Umbi Ubi Jalar
Cilembu...........................................................................................

Tabel 5.5 Deskriptif Perbandingan Jumlah Koloni Bakteri


Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Pada Media
Alternatif Tepung Umbi Ubi Jalar Cilembu....................................

Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Metode Shapiro-Wilk............

Tabel 5.7 Hasil Uji Homogenitas Pertumbuhn Koloni Bakteri


Staphylococcus aureus Dan Bakteri Escherichia coli.....................

Tabel 5.8 Hasil Uji Beda Antara Pertumbuhan Koloni Bakteri


Staphylococcus aureus pada media alternatif tepung umbi
ubi jalar cilembu Dan Pertumbuhan Koloni Staphylococcus
aureus pada media Nutrient Agar....................................................

Tabel 5.9 Hasil Uji Beda Antara Pertumbuhan Koloni Bakteri


Escherichia coli pada media alternatif tepung umbi ubi jalar
cilembu dan pertumbuhan koloni Escherichia coli pada
media Nutrient Agar......................................................................

xii
Tabel 5.10 Hasil Uji Beda Antara Pertumbuhan Koloni Bakteri
Staphylococcus aureus Dan Escherichia Coli pada media
alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu........................................

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Ubi Jalar Cilembu .................................................................

Gambar 2.2 Bakteri Staphylococcus aureus .............................................

Gambar 2.3 Bakteri Escherichia coli .......................................................

Gambar 2.4 Kerangka Teori Potensi Umbi Ubi Jalar Ciembu


(Ipomoea Batatas L) sebagai bahan dasar media
alternatif pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli..............................................................

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Potensi Umbi Ubi Jalar Cilembu


(Ipomoea batatas L.) sebagai bahan dasar media
alternatif pertumbuhan Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli.....................................................................

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Kode Etik Penelitian


Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 Surat Pernyataan Kesediaan Sebagai Pembimbing Teknis
Lampiran 5 Sertifikat Hasil Uji Bakteri Staphylococcus aureus
Lampiran 6 Sertifikat Hasil Uji Bakteri Escherichia coli
Lampiran 7 Perhitungan Media
Lampiran 8 Surat Hasil Uji Pemeriksaan
Lampiran 9 Hasil Uji Statistik
Lampiran 10 Surat Keterangan Selesai Penelitian Laboratorium Terpadu
Poltekkes Kemenkes Pontianak
Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian

xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari makhluk hidup yang
berukuran kecil atau mikroskopik, dari segi bahasa mikrobiologi berasal
dari kata micro artinya kecil, bios yang artinya makhluk hidup dan logos
yang artinya ilmu. Makhluk hidup ini disebut pula dengan istilah
mikroorganisme (Mayasari, 2022). Mikroorganisme sangat erat kaitannya
dengan kehidupan manusia. Beberapa diantaranya dapat menyebabkan
patogen bagi manusia, hal itu terjadi dari masih adanya kasus keracunan
yang disebabkan oleh makanan dan penggunaan bahan tambahan bukan
untuk makanan yang dapat menyebabkan penyakit dan juga bermanfaat bagi
manusia misalnya terlibat dalam pembuatan keju, yogurt, produksi insulin,
serta proses perlakuan yang berkaitan pembuangan limbah (Cappucino dan
Sherman, 2013).
Mempelajari sifat-sifat dan menumbuhkan mikroorganisme memerlukan
suatu media sebagai tempat pertumbuhan mikroorganisme. Media
pertumbuhan harus memenuhi persyaratan nutrisi yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme (Listiyani, Indah Lia, et al. 2019). Nutrisi yang dibutuhkan
oleh mikroorganisme untuk memenuhi pertumbuhannya meliputi sumber
karbon, nitrogen, unsur non logam seperti sulfur dan fosfor, unsur logam
seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air, dan energi
(Juariah,S. 2021). Dasar makanan yang paling baik untuk pertumbuhan
bakteri ialah media yang mengandung zat-zat organik seperti rebusan
daging, sayur- sayuran, sisa-sisa makanan atau ramuan-ramuan yang dibuat
oleh manusia (Dwidjoseputro, 1987).
Media merupakan tempat tinggal yang sangat penting untuk
menumbuhkan mikroba, perhitungan jumlah mikroba, dan pengujian sifat-
sifat fisik bakteri sehingga suatu bakteri dapat diidentifikasi. Media
pertumbuhan mempunyai peran yang sangat penting dalam berbagai bidang
seperti media pertumbuhan yang dapat digunakan sebagai media untuk
pemeriksaan dan pengembangan penyakit yang berasal dari virus dan

1
2

bakteri, pembuatan antimikroba untuk membunuh virus dan jamur pada


tumbuhan, dan sebagai media pengembangan zat antivirus (Sari,2019).
Media yang umum atau sering digunakan untuk menumbuhkan
mikroorganisme adalah media Nutrient Agar yang merupakan media
berbentuk siap pakai. Media NA berdasarkan bahan yang digunakan
termasuk dalam kelompok media semi alami, media semi alami merupakan
media yang terdiri dari bahan alami yang ditambahkan dengan senyawa
kimia. NA (Nutrient Agar) merupakan suatu media yang berbentuk padat,
NA (Nutrient Agar) dibuat dari campuran ekstrak daging dan peptone
dengan menggunakan agar sebagai pemadat, Komposisi NA adalah pepton
5.0, sodium chlorida 5.0, agar 15.0, lab-lemco’ powder 1.0, yeast extract 2.0
(Rossita et al., 2015).
Media NA (Nutrient Agar) berdasarkan bahan yang digunakan termasuk
dalam kelompok media semi alami, media semi alami merupakan media
yang terdiri dari bahan alami yang ditambahkan dengan senyawa kimia
(Munandar, 2016), Mahalnya harga media komersial dan susah untuk
didapat ini menjadi pertimbangan yang baik bagi para peneliti untuk
menemukan media alternatif. Selain itu media komersial ini tidak dapat
diracik sendiri, mengandung bahan pengawet, mengandung bahan kimia,
dan mudah terkontaminasi oleh karna itu dibutuhkan media dari bahan-
bahan yang mudah didapat dan tidak memerlukan biaya yang mahal.
Melimpahnya sumber alam yang dapat digunakan sebagai media
pertumbuhan mikroorganisme mendorong para peneliti untuk menemukan
media alternatif dari bahan-bahan yang mudah didapat dan tidak
memerlukan biaya yang mahal serta untuk memberikan alternatif media
pertumbuhan mikroorganisme (Juariah,2018). Beberapa peneliti berhasil
menemukan media alternatif untuk pertumbuhan mikroorganisme dari
bahan-bahan yang mudah ditemukan di alam. Seperti dari sumber protein
yaitu kacang hijau, kacang kedelai hitam dan berbagai sumber karbohidrat
seperti seperti ubi jalar dan singkong (Arulananthan, 2012).
Penggunaan ubi jalar cilembu sebagai bahan dasar alternatif pembuatan
media untuk pertumbuhan bakteri, karna ubi jalar ini mudahh diperoleh
3

dimasyarakat. Ubi jalar cilembu (Ipomoea batatas (L.) Lam) adalah salah
satu bahan alami yang merupakan sumber karbohidrat yang harganya relatif
murah. Ubi tersebut memiliki nutrisi yang cukup sehingga memungkinkan
untuk digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri. Saputri (2018) Ubi
jalar cilembu ini kaya serat dan vitamin A, serta memiliki mineral khusus
yaitu zat besi, asam folat, mangan, vitamin C, vitamin B2, vitamin B6,
vitamin D, dan vitamin E yang bermanfaat bagi kulit. Ubi cilembu ini juga
memiliki kandungan vitamin yang cukup tinggi. Vitamin A bisa mencapai
7100 IU, sedangkan pada umbi lainnya hanya sekitar 0,001 hingga 0,69 mg.
Selain itu ubi cilembu mengandung vitamin B1 sekitar 0,08 mg, vitamin B2
sekitar 0,05 mg, niacin sebesar 0,9 mg, vitamin C sebesar 20 mg serta
kalsium hingga 46mg.
Menurut penelitian Laily Purnama Sari (2019), pembuatan media
alternatif pertumbuhan bakteri juga menggunakan ubi jalar cilembu
berdasarkan hasil yang diperoleh pertumbuhan bakteri Salmonella typhi
memiliki pertumbuhan yang baik. Namun saat ini belum ada yang
membandingkan potensi ubi jalar cilembu dalam menumbuhkan bakteri
Staphylococcus aureus yang merupakan bakteri Gram-Positif berbentuk
menyerupai bola dengan garis tengah ± 1 μm tersusun dalam kelompok
kelompok tidak teratur (menyerupai buah anggur), dapat pula tersusun
empat-empat, membentuk rantai (3 sampai 4 sel), berpasangan atau satu-
satu (Dewi, 2013) dan bakteri Escherichia coli yang merupakan bakteri
Gram negatif berbentuk batang pendek yang memiliki panjang sekitar 2 μm,
diameter 0,7 μm, lebar 0,4 0,7μm dan bersifat anaerob fakultatif (Taufiq,
2015).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk menggunakan
Ubi jalar cilembu sebagai salah satu bahan media pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli karena lebih mudah didapatkan
dan terjangkau harganya selain itu untuk mengetahui potensi ubi jalar
terhadap bakteri gram positif dan gram negatif.

B. Rumusan Masalah
4

Apakah tepung umbi ubi jalar cilembu (Ipomoea batatas (L.) berpotensi
sebagai media pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui potensi tepung umbi ubi jalar cilembu (Ipomoea
batatas (L) Lam) sebagai media pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pertumbuhan koloni bakteri Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli.
b. Untuk menghitung jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus pada
media pertumbuhan bakteri dengan menggunakan umbi ubi jalar
cilembu (Ipomoea batatas (L.) Lam)
c. Untuk menghitung jumlah koloni bakteri Escherichia coli pada media
pertumbuhan bakteri dengan menggunakan umbi ubi jaar cilembu
(Ipomoea batatas (L.) Lam)
d. Perbedaan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus pada media
alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu dengan jumlah koloni
Staphylococcus aureus pada media Nutrient Agar, perbedaan jumlah
koloni bakteri Escherichia coli pada media alternatif tepung umbi ubi
jalar cilembu dengan jumlah koloni Escherichia coli pada media
Nutrient Agar, dan perbedaan jumlah koloni bakteri Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli pada media alternatif tepung umbi ubi
jalar cilembu.

D. Ruang lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian ini adalah Bakteriologi, mengenai potensi tepung
umbi ubi jalar cilembu (Ipomoea batatas (L.) Lam) sebagai bahan dasar media
alternatif pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
5

Penelitian ini dapat menambah dan memberikan pengetahuan dan


wawasan baru bagi penulis dibidang laboratorium mikrobiologi dengan
pemanfaatan umbi ubi jalar cilembu.
2. Bagi Institusi
Sebagai referensi dan sebagai bahan tambahan kepustakaan
khususnya untuk mahasiswa/i Politeknik Kesehatan Pontianak Jurusan
Analis Kesehatan yang diharapkan dapat berguna untuk proses belajar
mengajar terutama di Bidang Mikrobiologi
3. Bagi Masyarakat Tenaga Analis Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
bahwa umbi ubi jalar cilembu selain dapat dimanfaatkan sebagai olahan
produk makanan dan minuman ternayata memiliki manfaat sebagai media
pertumbuhan bakteri di laboratorium khususnya dibidang bakteriologi.

F. Keaslian Penelitian
Berdasarkan literatur yang ada, Penelitian yang akan dilakukan penulis
belum pernah ada sebelumnya. Beberapa penelitian yang berhubungan dengan
judul penulisan yang pernah dilakukan disajikan pada table dibawah ini.
Tabel 1.1 Penelitian yang pernah dilakukan
Jenis
Penulis/Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian/Kesimpulan
Penelitian
Laily Purnama Pembuatan Media Eksperimen Pertumbuhan bakteri Lactobacillus
Sari 2019 Pertumbuhan Bakteri acidophilus, Salmonella typhii dan
Dengan Escherichia coli pada media umbi ubi jalar
Menggunakan Umbi cilembu (Ipomoea batatas (L.) Lam) hampir
Ubi Jalar Cilembu mendekati pertumbuhan pada media kontrol
(Ipomoea NA (Nutrient Agar). Formula media yang
batatas (L.) Lam) baik yaitu pada formula 2 (7,5%) media
Untuk Bakteri tepung ubi jalar cilembu dan pertumbuhan
Lactobacillus koloni yang banyak terdapat pada formula 3
acidophilus, (10%) media tepung ubi jalar cilembu .
Salmonella typhii Pertumbuhan ketiga bakteri tersebut yang
Dan Escherichia coli paling baik adalah bakteri Salmonella
typhii.
Khaerunnisa, Pemanfaatan air Eksperimen Media umbi kuning dan umbi ungu dapat
Rismaya et all rebusan umbi kuning digunakan sebagai media alternatif dalam
2019 dan ungu sebagai pertumbuhan jumlah bakteri. Pada hasil
media alternatif penelitian menunjukan tidak terdapat
pertumbuhan perbedaan pertumbuhan jumlah bakteri
Escherichia coli dan Escherichia coli dan Staphylococcus
Staphylococcus aureus yang ditanam pada media Nutrient
6

aureus Agar, media alternatif umbi ungu dan umbi


kuning . serta media paling baik yang dapat
digunakan sebagai pertumbuhan jumlah
koloni adalah pada media alternatif umbi
kuning .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Ubi Jalar Cilembu (Ipomoea batatas (L.) Lam)


Ubi Cilembu adalah kultivar ubi jalar merupakan ras lokal asal dari Desa
Cilembu Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa barat.
Ubi cilembu ini populer di kalangan konsumen semenjak tahun 1990-an.
Lahannya yang gembur dan subur sangat cocok dengan tanaman yang
menjalar ini, selain itu lahan yang berada di daerah pegunungan yang
berhawa dingin dan menyejukkan (Haryati dkk., 2015). Petani cilembu lebih
suka menyebut ubi jalarnya dengan nama huwi madu karena warna daging
umbinya kuning kemerahan dan rasa manisnya dianggap seperti madu,
bentuk cilembu bulat memanjang dengan pangkal dan ujung meruncing, kulit
putih agak kekuningan serta daging umbi kuning telur atau kuning orange
(Ferry Fernando, 2022). Menurut petani di Dusun Pangkalan Desa Cilembu,
ubi jalar Cilembu termasuk boled nirkum atau ubi nirkum, ubi jalar ini
sebetulnya sudah ditanam orang sejak tahun 1940-an, tetapi baru popular
namanya mulai tahun 1990-an.
Ubi jalar yang digemari konsumen dalam dan luar negeri adalah ubi jalar
cilembu. Ubi jalar cilembu ini juga dikatakan ubi madu karena ubi ini dikenal
dengan karakteristiknya yang unik, memiliki rasa yang manis dan
mengeluarkan cairan yang mengandung gula. Kandungan gula, khususnya
sukrosa merupakan salah satu indikator yang dapat diandalkan untuk rasa
manis dari ubi jalar cilembu ini (Solihin et al., 2017). Ubi Nirkum menjadi
cepat populer lalu banyak digemari masyarakat, kemudian dikenal sebagai
kultivar ubi Cilembu, peminatnya bukan hanya secara regional dan nasional,
namun kini muncul pula dari Singapura, Malaysia, Arab Saudi, Korea, dll,
kelezatan khasnya dirasakan, saat ubinya dimasak dengan cara dioven,
dikukus, atau dibakar. Ubi cilembu ini bisa jadi sumber makanan lokal
karbohidrat yang dibutuhkan masyarakat Indonesia (Ferry Fernando, 2022) .
Selain karbohidrat yang merupakan kandungan utama dari ubi cilembu, ubi

6
7

ini juga mengandung mineral, vitamin, zat-zat antioksidan, dan serat seperti
(pektin, selulosa dan hemiselulosa) (Sari, 2019).

1. Taksonomi
Menurut (Sari,2019), kedudukan taksonomi tanaman Ubi Jalar Cilembu
(Ipomoea batatas (L). Lam) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Devision : Spermatophyta
Subdivision : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Convolvulus
Familia : Convolvulacea
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea batatas (L.) Lam
Cultivar : Cilembu

Gambar 2.1 Ubi jalar Cilembu


Sumber : (Dokumentasi Peneliti, 2022)

2. Morfologi Ubi Jalar


Morfologi, ubi jalar termasuk tanaman umbi-umbian dan tergolong
tanaman semusim dengan susunan utama terdiri dari batang, umbi, daun,
dan bunga. Tanaman ubi jalar tumbuh menjalar pada permukaan tanah
dengan panjang tanaman dapat mencapai 3m, tergantung pada kultivarnya.
Bentuk batang bulat, tidak berkayu, tidak berbuku-buku dan tumbuh tegak
atau merambat. Bentuk daun bulat sampai lonjong, tepi daun tepi rata atau
berlekuk dangkal sampai berlekuk dalam, dan bagian ujungnya meruncing.
Kurang lebih 3 minggu setelah tanam, tanaman ini biasanya mulai
terbentuk umbi. Bentuk umbi yang ideal dan bermutu baik adalah bulat
8

lonjong agak panjang dan tidak banyak lekukan dengan bobot antara 200g
– 250g per ubi. Baik bentuk maupun ukuran umbi merupakan kriteria
dalam penentuan harga jualnya di pasar (Sumadji, et al., 2018).
3. Kandungan Gizi Ubi Cilembu
Ubi jalar cilembu mempunyai kandungan vitamin A dan C yang lebih
tinggi diantara umbi-umbi lainnya. Sebagai sumber mineral, ubi jalar
memiliki nilai gizi yang lebih tinggi dari mineral yang terkandung dalam
nasi, Ubi Cilembu diduga memiliki kandungan karoten dan likopen yang
tinggi Karoten dan likopen merupakan salah satu zat antioksidan yang
terdapat dalam tanaman. Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat dan
sumber kalori (energi) yang cukup tinggi. Kandungan karbohidrat ubi jalar
menduduki peringkat kelima setelah padi, jagung, ubi kayu, dan terigu
(Setyawati,2017)
Tabel 2.1 Komposisi Kandungan Gizi Ubi jalar Cilembu per 100g bahan
Kandungan Gizi Ubi Cilembu
Energi 360 kJ (86 kcal)
Karbohidrat 20,1 g
Pati 12,7 g
Gula 4,2 g
Diet Serat 3,0 g
Lemak 0,1 g
Protein 1,6 g
Vitamin A
1. A equiv 709 mg
2. Beta-karoten 8509 mg
Vitamin B
1. Thiamine (Vit. B1) 0,1 mg
2. Riboflavin (Vit.B2) 0,1 mg
3. Niacin (Vit. B3) 0,61 mg
4. Asam pantotenat (B5) 0,8 mg
5. Vitamin B6 0,2 mg
6. Folat (Vit. B9) 11 mg
Vitamin C 2,4 mg
Air 68,50 g
Kalsium 30,0 mg
Besi 0,6 mg
Magnesium 25,0 mg
Fosfor 47,0 mg
Kalium 337 mg
Sodium 55 mg
Seng 0,3 mg
9

Sumber: Sari, 2019

4. Tepung Ubi Cilembu


Tepung ubi Cilembu merupakan hancuran ubi jalar Cilembu yang
dihilangkan sebagian kadar airnya. Tepung ubi jalar dapat dibuat secara
langsung dari ubi jalar yang dihancurkan dan kemudian dikeringkan, serta
dapat pula dibuat dari gaplek ubi jalar yang dihaluskan. Pengolahan ubi
jalar menjadi tepung lebih memudahkan dalam transportasi dan
penggunaannya karena tepung ubi jalar dapat dicampur dengan
bermacam–macam tepung lain untuk memperoleh komposisi gizi yang
dikehendaki serta produk olahan yang lebih beragam. Hampir semua jenis
produk roti yang dibuat dari tepung terigu juga dapat dibuat dari tepung
ubi jalar karena tepung ubi jalar mempunyai sifat dapat difermentasikan
oleh khamir Saccharomyces cerevisiae sehingga dalam hal ini tepung ubi
jalar dapat menggantikan fungsi tepung terigu (Suprapti, 2003). Selain itu
tepung ubi jalar mempunyai kandungan gula yang cukup tinggi sehingga
dalam pembuatan produk olahan berbahan tepung ubi jalar dapat
mengurangi penggunaan gula sebanyak 20% (Nuraini, 2004).
5. Manfaat dan Keunggulan Ubi Cilembu
Ubi cilembu merupakan kultivar ubi jalar, merupakan ras lokal asal
Jawa Barat. Ubi Cilembu memiliki kandungan vitamin A yang cukup
tinggi. Selain vitamin A yang tinggi, juga mengandung kalsium, vitamin
B1, vitamin B2, niasin, vitamin C, alkaloid, flavonoid serta saponin.
Kandungan
kimia di atas diduga dapat menurunkan kadar kolesterol berlebih
(Fitriani,2015)

B. Kebutuhan Nutrisi dan Media Pertumbuhan Bakteri


Media merupakan Nutrient yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
pertumbuhan secara in vitro. Pemilihan media yang akan digunakan
disesuaikan sifat penelitian atau pemeriksaan. Fungsi dari suatu media yaitu
10

secara kualitatif digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroorganisme,


sedangkan secara kuantitatif digunakan untuk perbanyakan dan perhitungan
jumlah dari mikroorganisme (Harti, 2014).
Media perbenihan adalah media nutrisi yang disiapkan untuk
menumbuhkan bakteri didalam skala laboratorium. Media perbenihan harus
dapat menyediakan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri.
Media harus mengandung sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, dan faktor
pertumbuhan organik (Radji, 2010). Sejumlah bakteri yang diinokulasikan
pada sebuah media perbenihan disebut inokulum. Bakteri yang tumbuh dan
berkembang biak dalam media perbenihan itu disebut biakan bakteri (Radji,
2010).
Pembiakan mikroba dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi
zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme.
Zat hara digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel,
keperluan energi dalam metabolisme, dan pergerakan. Lazimnya, medium
biakan berisi air, sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen,
sulfur, fosfat, oksigen, hidrogen serta unsur-unsur sekelumit (trace element).
Dalam bahan dasar medium dapat pula ditambahakan faktor pertumbuhan
berupa asam amino, vitamin atau nukleotida (Waluyo, 2016). Nutrisi yang
dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhannya meliputi karbon, nitrogen,
unsur non logam seperti sulfur dan fosfor, unsur logam seperti calsium, zink,
natrium, kalium, tembaga, mangan, magnesium, zat besi, vitamin, air, dan
energi (Cappucino and Sherman 2013).
Menurut Radji (2011) Karbohidrat sangat dibutuhkan oleh bakteri karena
karbohidrat merupakan substrat utama untuk metabolisme bakteri, hampir
setengah berat kering suatu bakteri adalah unsur karbon. Karbon dapat
ditemukan dalam senyawa karbohidrat, sehingga karbohidrat sangat berperan
penting untuk mendukung pertumbuhan bakteri. Sumber karbohidrat lain yang
dapat ditemui dengan mudah adalah dari jenis umbi-umbian seperti umbi ubi
jalar cilembu. Umbi tersebut memiliki kadar karbohidrat yang cukup banyak
serta mengandung protein dan berbagai mineral yang cukup sehingga
memungkinkan untuk digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri. Ristiati
11

(2015) menjelaskan, secara umum media yang baik untuk pertumbuhan harus
memenuhi persyaratan berikut:
a. Mempunyai semua nutrisi yang mudah digunakan oleh organisme
b. Mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan dan derajat
kemasaman (pH) yang sesuai.
c. Tidak mengandung zat-zat penghambat pertumbuhan mikroorganisme
yang dikehendaki.
d. Steril dan terlindung dari kontaminasi.
Media biakan dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori, yaitu:
1. Berdasarkan konsistensinya, dapat dibagi atas beberapa media yaitu
(Rakhmawati, 2012):
a. Media padat mengandung Nutrient yang dilarutkan dengan aquadest
yang ditambah dengan bahan pemadat seperti agar.
b. Media cair merupakan media yang hanya mengandung Nutrient yang
dilarutkan dengan aquadest.
c. Media semi padat dikategorikan hampir sama dengan media padat
hanya saja konsentrasi bahan pemadatnya lebih sedikit.
2. Berdasarkan sifatnya, media dibedakan menjadi 5 kelompok
(Ristiati,2015):
a. Media umum: media yang dipergunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan satu atau lebih kelompok mikroba secar umum;
misalnya agar kaldu nutrisi untuk bakteri, dan agar kentang dekstrosa
untuk jamur.
b. Media pengaya: media mana suatu jenis mikroba diberi kesempatan
untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat dari jenis lainnya yang
sama-sama berada dalam satu media. Misalnya: kaldu slenit atau
kaldu tetrationat untuk memisahkan Salmonella typhi dari mikroba
lain yang ada dalam faeses.
c. Media selektif: media yang hanya dapat ditumbuhi oleh satu atau lebih
jenis mikroba tertentu, tetapi akan menghambat atau mematikan jenis-
jenis lainnya. Misalnya media SS (Salmonella-Shigella) agar untuk
menumbuhkan Salmonella dan Shigella.
12

d. Media diferensial: media yang digunakan untuk penumbuhan mikroba


tertentu serta penentuan sifat-sifatnya; contohnya media agar darah
untuk penumbuhan bakteri hemolitik.
e. Media penguji: media yang digunakan untuk pengujian senyawa
tertentu dengan bantuan mikroba. Misalnya media penguji vitamin,
antibiotika, residu pestisida.
3. Menurut Harti (2012), media digolongkan berdasarkan penyusunnya ada
2 macam antara lain:
a. Media alami yaitu media yang terdiri dari bahan-bahan alami
contohnya ekstrak kentang, sari wortel.
b. Media sintetis (chemically defined media) yaitu media yang terdiri
dari bahan-bahan yang telah diketahui komposisinya.

C. Media Nutrient Agar


NA (Nutrient Agar) merupakan suatu medium yang berbentuk padat, NA
(Nutrient Agar) dibuat dari campuran ekstrak daging dan peptone dengan
menggunakan agar sebagai pemadat, Komposisi NA Kode CM0003 adalah
pepton 5.0, sodium chlorida 5.0, agar 15.0, lab-lemco’ powder 1.0, yeast
extract 2.0 (Rossita et al., 2015). Media NA (Nutrient Agar) berdasarkan bahan
yang digunakan termasuk dalam kelompok media semi alami, media semi
alami merupakan media yang terdiri dari bahan alami yang ditambahkan
dengan senyawa kimia. Berdasarkan kegunaanya media NA (Nutrient Agar)
termasuk kedalam jenis media umum, karena media ini merupakan media yang
paling umum digunakan untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri.
Bedasarkan bentuknya media ini berbentuk padat, karena mengandung agar
sebagai bahan pemadatnya. Media padat biasanya digunakan untuk mengamati
penampilan atau morfologi koloni bakteri (Munandar, 2016).

D. Cara Pengembangbiakan dan Inkubasi Bakteri


Menurut (Saputro, 2017) membiakkan bakteri dapat dilakukan dengan
berbagai cara, salah satunya mengembangbiakkan dalam media cawan petri.
Pengembangbiakan dalam cawan ini ada beberapa metode, yaitu:
13

1. Cara gores (Streak plate)


Ose yang telah steril dicelupkan ke dalam suspensi mikroorganisme
yang diencerkan, lalu digoreskan ose tersebut pada cawan yang berisi
media steril, goresan dapat dilakukan pada 3-4 bagian membentuk garis
horizontal di sisi cawan. Pada metode ini, goresan di sisi pertama
diharapkan koloni tumbuh padat dan berhimpitan, pada goresan sisi kedua,
koloni mulai tampak jarang dan begitu selanjutnya, sehingga di dapat
koloni yang tumbuh terpisah dengan koloni lain.
2. Cara sebar (Spread plate)
Pada metode sebar, 0,1 ml suspensi bakteri yang telah diencerkan
disebar pada media steril yang telah didiapkan. Selanjutnya suspensi dalam
cawan diratakan dengan batang hockey stik L-shaped rod agar koloni
tumbuh merata pada media dalam dalam cawan. Kemudian diletakkan
dalam inkubator (37ºC) selama 1-2 hari. Batang hockey stik L-shaped rod
harus benar-benar steril, yaitu dengan mencelupkan terlebih dahulu dalam
alkohol kemudian dipanaskan dengan bunsen. Batang hockey stik L-
shaped rod yang masih panas akibat pemanasan dengan api bunsen dapat
merusak media agar sehingga harus di dinginkan terlebih dahulu dengan
meletakkannya di sekitar api bunsen (± 15 cm).
3. Cara tuang (Pour plate)
Metode tuang sangat mudah dilakukan tanpa membutuhkan
ketrampilan khusus. Metode ini dilakukan dengan pengenceran isolat.
Pengenceran dapat dilakukan beberapa kali agar biakan yang didapat tidak
terlalu padat. 1 ml suspensi bakteri di tuangkan kedalam cawan petri steril
dan dituangkan media stetil hangat (40-50ºC) kemudian ditutup rapat dan
diletakkan dalam inkubator (37ºC) selama 1-2 hari. Penuangan dilakukan
secara aseptik atau dalam keadaan steril agar tidak terjadi kontaminasi atau
masuknya organisme yang tidak diinginkan. Media yang dituang
hendaknya tidak terlalu panas karena dapat mengganggu proses penuangan
dan mengeluarkan uap yang akan menempel pada cawan penutup,
sehingga menggangu proses pengamatan. Pada metode ini, koloni akan
14

tumbuh di dalam media agar. Kultur diletakkan terbalik kemudian


diletakkan dalam inkubator.

4. Cara Tusuk (Stab)


Metode tusuk di lakukan pada media agar tegak. Mikroba yang
ditumbuhkan pada metode tusuk umumnya adalah mikroba anaerob karena
koloni mikroba yang tumbuh di dalam media agar sehingga tidak
memungkinkan adanya oksigen yang cukup bagi mikroba. Metode tusuk
dilakukan dengan cara menusukkan ose jarum yang telah diberi inokulum
ke dalam media agar tegak dengan tidak menyetuhkan ose pada dinding
tabung reaksi.
Inkubasi merupakan suatu teknik perlakuan bagi mikroorganisme
yang telah di inokulasikan pada media (padat atau cair), kemudian di
simpan pada suhu tertentu untuk dapat melihat pertumbuhannya.
Penanaman bakteri dengan media agar akan dilakukan dengan inkubasi.
Bila suhu inkubasi tidak sesuai dengan yang diperlukan, biasanya
mikroorganisme tidak dapat tumbuh dengan baik. Inkubasi di golongkan
menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Inkubasi pada lemari biasa atau suhu kamar.
b. Inkubasi pada inkubator yang suhunya dapat ditentukan (Saputro,
2017).

E. Genus Staphylococcus
1. Definisi Genus Staphylococcus
Staphylococcus berasal dari kata staphylo yang berarti kelompok buah
anggur dan coccus yang berarti bulat dan tergolong bakteri gram positif.
Bakteri Staphylococcus aureus merupakan flora normal pada kulit, saluran
pernafasan dan saluran cerna manusia. Bakteri ini juga dapat ditemukan di
udara dan lingkungan sekitar (Kuswiyanto, 2016).
2. Klasifikasi Staphylococcus sp
Klasifikasi bakteri Staphylococcus sp menurut (Kuswiyanto, 2016):
15

Kingdom : Bacteria
Phylum : Fermicutes
Class : Bacilli
Ordo : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : Staphylococcus aureus

Gambar 2.2 Bakteri Staphylococcus aureus


Sumber : (Dokumentasi peneliti, 2022)

3. Sifat dan Morfologi Staphylococcus aureus


Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat
berdiameter 0,7-1,2 µm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak
teratur menyerupai buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk
spora, dan tidak bergerak. Staphylococcus menghasilkan bahan metabolit
yang dapat diklasifikasikan dalam tiga bentuk yaitu metabolit non-toksin,
eksotoksi dan enterotoksin. Staphylococcus aureus mempunyai daya tahan
yang lebih kuat jika dibandingkan dengan bakteri lain yang tidak
membentuk spora. Staphylococcus aureus memproduksi pigmen lipokrom
yang membuat koloni tampak berwarna kuning keemasan dan kuning
jeruk. Staphylococcus aureus membentuk koloni berwarna abu-abu hingga
kuning emas tua. Selain itu, bakteri ini memberikan hasil positif pada uji
katalase dan uji koagulase, memfermentasi glukosa dalam keadaan
anaerobik fakultatif dan membentuk asam dari fermentasi manitol
(Kuswiyanto, 2016)
4. Patogenitas Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus menyebabkan berbagai jenis infeksi pada
manusia, antara lain infeksi pada kulit, seperti bisul dan furunkulosis;
infeksi yang lebih serius, seperti pneumonia, mastitis, flebitis, dan
16

meningitis; dan infeksi pada saluran urine. Selain itu Staphylococcus


aureus juga menyebabkan infeksi kronis, seperti osteomielitis dan
endokarditis. Staphylococcus aureus dapat menyebabkan keracunan
makanan akibat enterotoksin yang dihasilkannya dan menyebabkan renjat
toksik akibat pelepasan superantigen ke dalam aliran darah (Radji, 2011).
Sebagian bakteri Staphylococcus aureus merupakan flora normal pada
kulit, saluran pernafasan, dan saluran pencernaan makanan pada manusia.
Bakteri ini juga ditemukan diudara dan lingkungan sekitar.
Staphylococcus aureus yang patogen bersifat invasif, menyebabkan
hemolisis, membentuk koagulase, dan bisa meragikan manitol.
Staphylococcus aureus yang terdapat difolikel rambut menyebabkan
terjadinya nekrosis pada jaringan setempat (Jawetz et al., 2008).
Staphylococcus aureus memproduksi koagulase yang mengkatalisis
perubahan fibrinogen menjadi fibrin dan dapat membantu organisme ini
untuk membentuk barisan perlindungan. Bakteri ini juga memiliki reseptor
terhadap permukaan sel inang atau host dan protein matriks (misalnya
fibronektin, kolagen) yang membantu organisme ini untuk melekat.
Bakteri ini memproduksi enzim litik ekstraseluler (misalnya lipase) yang
memecah jaringan inang atau host dan membantu invasi. Beberapa strain
juga memproduksi eksotoksin poten yang menyebabkan sindrom syok
toksik. Enterotoksin juga dapat diproduksi dan menyebabkan diare
(Ekawati, 2018).

F. Genus Escherichia
1. Definisi Genus Escherichia
Genus Escherichia merupakan bagian dari Escherichiae yang termasuk
dalam famili Enterobacteriaceae dan pertama kali diisolasi pada tahun
1885 oleh seorang bakteriologis asal jerman yang bernama Theodor
Escherich (Rahayu et al., 2018). Escherichia merupakan bakteri gram
negatif enterik (Enterobactericeae) yaitu kuman flora normal yang
ditemukan dalam usus besar manusia. Bakteri ini bersifat patogen apabila
berada diluar usus, yaitu lokasi normal tempatnya berada dan tempat lain
17

yang jarang ditinggali oleh bakteri ini. Escherichia sering menimbulkan


infeksi pada saluran kemih, saluran empedu, dan tempat-tempat lain di
rongga perut. Escherichia coli juga merupakan penyebab diare dan infeksi
saluran kemih (Suryati & Bahar, 2017).

2. Klasifikasi Escherichia sp
Klasifikasi Escherichia sp menurut (Kuswiyanto, 2016) :
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gammaproteobacteria
Order : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Species : Escherichia coli

Gambar 2.3 Escherichia coli


Sumber : (Dokuemntasi peneliti, 2022)

3. Sifat dan Morfologi Escherichia coli


Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk batang
lurus, tidak berspora, ada yang berkapsul, berukuran 0,4-0,7 x 1,4 mikron,
sebagian dapat bergerak aktif dengan flagel peritrik. Bakteri ini adalah salah
satu flora normal yang mampu menghasilkan vitamin K dalam usus.
Escherichia coli tumbuh pada media sederhana dengan ph 7,2. Bakteri ini
dapat tumbuh pada suhu 10-40°C dengan suhu optimal 37,5°C. Escherichia
coli mengurai glukosa menjadi asam dan gas, memfermentasi laktosa dan
manitol, tergolong indol-positif, membentuk koloni yang khas pada media
EMB (Eosin Methylene Blue) beberapa jenis menghemolisis, dan tumbuh pada
suasana aerob dan anaerob (Kuswiyanto, 2016).
18

4. Patogenitas Escherichia coli


Escherichia coli adalah penyebab infeksi saluran kemih yang paling sering,
sekitar 90% infeksi saluran kemih pertama terjadi pada wanita muda. Gejala dan
tanda-tandanya antara lain sering berkemih, disuria, hematuria, dan pluria. Nyeri
pada pinggang ditimbulkan oleh infeksi salura kemih bagian atas. Tidak ada
satupun tanda dan gejala tersebut yang khas untuk infeksi Escherichia coli.
Infeksi saluran kemih dapat mengakibatkan bakterimia dengan tanda-tanda klinis
seperti sepsis. Penyakit diare berkaitan dengan Escherichia coli yang
menyebabkan diare sangat banyak ditemukan di dunia. Escherichia coli ini di
klasifikasikan berdasarkan karakteristik sifat virulensinya dan masing-masing
kelompok menyebabkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda. Sifat
pelekatan sel epitel usus halus atau usus besar dikodekan leh gen plasmid.
Dengan cara sama, toksin sering diperantarai oles plasmid dan fuga (Jawetz et al.,
2019).

G. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri


1. Suhu
Mikroorganisme dapat tumbuh normal pada suhu tubuh manusia,
tetapi pada sebagian bakteri yang dapt tumbuh pada kondisi cukup
ekstrim, misalnya pada suhu panas atau dingin. Bakteri stphylococcus
aureus dapat tumbuh paling cepat pada suhu 370 C tetapi membentuk
pigmen paling baik pada suhu kamar 20-250 C.
2. pH
pH optimal untuk pertumbuhan bakteri adalah sekitar pH netral yaitu
6,5 – 7,4. Pada umumnya bakteri tidak akan tumbuh pada pH terlalu asam
atau basa. Sehingga ketahanan terhadap pH ini yang dapat dimanfaatkan
untuk mengawetkan bahan makanan, misalnya dengan teknik fermentasi.
3. Oksigen
Oksigen merupakan unsur yang sangat penting untuk pertumbuhan
mikroba aerob
4. Tekanan Osmotik
Tekanan osmotik yang tinggi dapat menyebabkan air keluar dari
19

dalam sel bakteri, akibatnya bakteri dapat mati atau terhambat


pertumbuhannya. Teknik ini dapat digunakan untuk mengawetkan
makanan dengan cara penambahan garam sehingga tekanan osmotik
cairan akan naik.
5. Unsur Kimia
Pertumbuhannya bakteri memerlukan unsur-unsur kimia seperti C, H,
N, S dan P. selain itu juga membutuhkan unsur mikro seperti Zn, Fe dan
Cu (Yusmaniar, Wardiyah dan Nida, 2017).
H. Kerangka Teori
20

Gambar 2.4 Kerangka Teori Potensi Umbi Ubi Jalar Cilembu (Ipomoea
batatas L.) sebagai bahan dasar media alternatif pertumbuhan
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli .
BAB III
KERANGA KONSEPTUAL

A. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Media alternatif tepung umbi ubi Pertumbuhan bakteri


jalar cilembu (Ipomoea batatas L.) Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli

Variabel Penggangu

1. pH sampel*
2. Suhu Inkubator*

Keterangan : : Diteliti
: Tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Potensi Umbi Ubi Jalar Cilembu


(Ipomoea batatas L.) sebagai bahan dasar media alternatif
pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

B. Definisi Operasional

20
21

Tabel 3.1 Definis Operasional Potensi Umbi Ubi Jalar Cilembu


(Ipomoea batatas L.) sebagai bahan dasar media alternatif
pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Definisi Cara Alat Hasil Skala
Variabel
Operasional Ukur Ukur Ukur Ukur
Variabel Bebas
Media Alternatif Tepung umbi ubi jalar Penimbangan Neraca gr Rasio
Tepung Umbi Ubi cilembu ditimbang
Jalar Cilembu sebanyak 8 gram.
Kemudian
ditambahkan agar
murni 15 gram dan
dilarutkan dengan
aquadest. Dipanaskan
dengan hot plate
sampai homogen dan
disterilkan dengan
autoclave pada suhu
121°C selama 15
menit.

Variabel Terikat
Pertumbuhan koloni Banyaknya koloni Manual Colony CFU Rasio
pada bakteri bakteri yang tumbuh Counter
Staphylococcus pada media alternatif
aureus dan Tepung umbi ubi jalar
Escherichia coli cilembu.

Variabel penganggu
1. pH sampel Media yang sudah Manual pH universal Asam (1-6) Rasio
larut diukur Nertal (7)
menggunakan pH Basa (8-14)
universal , pH yang
harus dikendalikan 7
(Netral)
Temperatur saat °C
2. Suhu inkubator Manual Thermometer Interval
inkubasi konstan 37°C

C. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian yang harus diuji kebenarannya (Sugiyono, 2018). Adapun hipotesis
pada penelitian ini adalah:
Ha: Tepung ubi jalar cilembu berpotensi menjadi media alternatif untuk
bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian dirancang dengan bentuk eksperimen semu (quasi experiment),
yang bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul sebagai
akibat adanya perlakuan tertentu. Namun peneliti tidak mungkin mengontrol
semua variabel luar sehingga perubahan yang terjadi pada efek tidak
sepenuhnya oleh pengaruh perlakuan (Sugiyono,2017).

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek, subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2017).
Populasi dalam penelitian ini umbi ubi jalar cilembu.
2. Sampel
Menurut Notoadmojo (2018), Sampel adalah subjek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah umbi ubi jalar cilembu yang diolah menjadi tepung.
3. Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
terntentu yaitu sampel yang diambil disesuaikan dengan kriteria yang
ditentukan oleh peneliti (Sugiyono,2019). Dalam penelitian ini umbi ubi
jalar cilembu yang digunakan yaitu umbi yang tidak busuk, berbentuk
lonjong , kulit (ubi mentah) warnanya putih kekuningan (tidak terlalu
tebal).
Sampel yang digunakan dalam penilitian ini sebanyak 16 kali untuk
setiap perlakuan.

22
23

C. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari pengajuan judul sampai penelitian
selesai dilakukan Januari - September 2022.
2. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Terpadu Poltekkes
Kemenkes Pontianak.

D. Jenis Data Penelitia


Data dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu hasil pengamatan
pertumbuhan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli pada media alternatif umbi ubi jalar cilembu.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


1. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Menurut Sugiyono (2016) yang menyatakan bahwa data primer adalah
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.
Data primer pada penelitian ini adalah hasil pengamatan langsung pada
media alternatif umbi ubi jalar cilembu pada bakteri Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli.
Data yang diambil adalah data yang diperoleh setelah melakukan
pemeriksaan di laboratorium dengan metode gores pada media alternatif
umbi ubi jalar cilembu selanjutnya data disajikan dalam bentuk tabel.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur suatu
fenomena atau variabel penelitian (Sugiarsi dan Hosizah, 2018).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah colony counter.
3. Prosedur Kerja
a. Metode kerja
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah metode Streak
24

Plate (Cawan gores)


b. Prinsip Pemeriksaan
Teknik Streak Plate (cawan gores) merupakan teknik isolasi mikroba
dengan cara menginokulasikan kultur mikroba diatas permukaan
media secara zig-zag pada media yang telah memadat.
c. Alat dan Bahan yang digunakan penelitian
1) Alat:
a) Neraca analitik
b) Batang pengaduk
c) Gelas arloji
d) Spatula
e) Beaker glass 300 ml
f) pisau
g) Oven
h) Blender
i) Hot plate
j) Lampu spirtus
k) Kapas
l) Tabung reaksi
m) Pipet tetes
n) Gelas ukur 15ml
o) Pengayak 80 mash
p) Erlenmeyer 300 ml
q) Ose bulat
2) Bahan:
a) Tepung umbi ubi jalar cilembu
b) NaCl 0.9%
c) Agar murni
d) Biakan murni Staphylococcus aureus
e) Biakan murni Escherichia coli
f) Aquades
25

d. Cara Kerja
1) Pembuatan tepung umbi ubi jalar cilembu:
a) Pengolahan tepung ubi yaitu sebanyak 5 kg ubi jalar di cuci
untuk menghilangkan sisa kotoran yang menempel pada pada
umbi ubi jalar cilembu.
b) Selanjutnya di lakukan perajangan ubi jalar cilembu untuk
mempermudah dan mempercepat pada proses pengeringan
untuk mendapatkan tepung umbi ubi cilembu, dilakukan
dengan cara manual dengan menggunakan pisau.
c) Setelah umbi ubi Cilembu berbentuk irisan dilakukan
pengeringan. Pengeringan dilakukan untuk menghilangkan
kadar air yang ada didalam umbi ubi jalar cilembu dengan
menggunakan oven selama 12 jam dan suhu 60°C.
d) Setelah kepingan kering kemudian dilakukan proses
penghancuran, proses penghancuran dilakukan untuk
menghancurkan umbi ubi menggunakan blender yang
sebelumnya berbentuk kepingan sehingga dihasilkan bentuk
tepung yang diharapkan.
e) Tepung ubi jalar yang telah dihancurkan kemudian diayak
untuk mendapatkan tepung yang halus (Rochmah, 2019).
2) Pembuatan media alternatif umbi ubi jalar cilembu:
a) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Sebelum pembuatan media hal yang harus dilakukan yaitu
mensterilkan alat, alat yang akan digunakan (Erlenmeyer,
beaker glass, pipet ukur, batang pengaduk, sendok, dan cawan
petri) dengan menggunakan oven pada suhu 100-160°C.
c) Memasukkan bahan-bahan dengan komposisi sebagai berikut:
26

Tabel 4. 1 Komposisi Media Alternatif Tepung Umbi Ubi Jalar Cilembu

Bahan Komposisi
Tepung umbi ubi jalar cilembu 8 gram
Agar 15 gram
Aquadest 1000 ml

d) Setelah homogen, tuangkan kedalam erlenmayer setelah itu


tutup dengan kapas, lalu aluminium foil serta dilapisi kertas
wrap dan diberi label.
e) Kemudian dilakukan sterelisasi larutan media tersebut dengan
autoclave pada suhu 121°C selama 15 menit.
f) Setelah proses sterelisasi selesai buka penutup autoclave dan
keluarkan larutan media, sebelumnya sudah menyiapkan cawan
petri sebanyak yang dibutuhkan ditempat meja yang datar dan
bersih.
g) Selanjutnya media dituangkan pada masing-masing cawan petri
sebanyak 15-20 ml dengan steril didekat nyala api Bunsen.
h) Kemudian mendiamkan media tersebut sampai padat.
3) Pembuatan media NA
Adapun komposisi media Nutrient Agar adalah sebagai berikut :
Lemco beef extract 1 g, Yeast extract 2 g, Peptone 5 g, NaCl 5 g,
Agar 15g.
Cara pembuatan:
Sebanyak 28 g Nutrient Agar ditimbang, disuspensikan kedalam air
suling sebanyak 1000 mL, lalu dipanaskan sampai bahan larut
sempurna lalu disterilkan di dalam autoclave pada suhu 121ºC
selama 15 menit (Oxoid, 1982).
4) Persiapan Suspensi Bakteri Uji
a) Suspensi koloni uji Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
dibuat dengan cara mengambil satu ose koloni dari media NA
padat ke tabung reaksi berisi 5 mL NaCl fisiologis.
b) Kekeruhan pada suspensi koloni uji distandarisasi dengan
standar 0,5 McFarland (sekitar 1,5 x 10 8 CFU/mL).
27

c) Suspensi harus digunakan sebagai inokulum dalam waktu 15


menit. (Nurhayati,2020)
5) Prosedur inokulasi bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli pada media tepung umbi ubi jalar cilembu dan media NA
Menggoreskan sejumlah suspensi sampel pada permukaan
media lempeng agar menggunakan ose bulat inokulasi secara
aseptic, lalu diinkubasi. (Harti, 2012)
6) Tahap Pengamatan
Dilakukan perhitungan terhadap jumlah koloni bakteri pada
media tepung umbi ubi jalar cilembu dan media NA menggunakan
colony counter.
7) Pembacaan Hasil
Pembacaan hasil dilakukan dengan menghitung jumlah koloni
bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli yang tumbuh
pada media tepung umbi ubi jalar cilembu dan media NA. Standard
Plate Counts merupakan metode untuk mendapatkan hasil jumlah
mikroba dengan range 30 – 300 Colony Forming Unit (CFU) /
gram (Nasution, 2018) . Dengan syarat koloni yang ditentukan
untuk dihitung adalah:
a) Satu koloni dihitung 1 koloni
b) Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni
c) Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni
d) Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan
dihitung 2 koloni
e) Koloni yang lebih besar dari setengah cawan tidak dihitung
f) Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung
satu koloni (Kuswiyanto, 2015).

F. Teknik Pengolahan dan Penyajian Data


1. Editing
Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan data hasil
pengamatan (Notoatmodjo, 2017).
28

2. Coding
Coding adalah kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2017).

3. Tabulating
Tabulasi adalah kegiatan membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan
penelitian atau yang diinginkan peneliti (Notoatmodjo, 2017).
4. Cleaning
Cleaning adala kegiatan mengecek kembali data untuk melihat
kemungkinan adanya kesalahan kode, tidak sesuai, ketidaklengkapan, dan
lainnya kemudian dilakukan pembetulan (Notoatmodjo, 2017).

G. Analisis
Analisis data adalah kegiatan pengolahan dan menganalisis data dengan
teknik-teknik tertentu (Notoatmodjo, 2017). Analisis data dalam penelitian ini
meliputi analisis univariat dan bivariat. Analisis unvariat untuk mengetahui
gambaran jumlah terendah, tertinggi, dan rata-rata dari tiap variasi bakteri.
Data yang telah dipeoleh dari hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk
tabel deskriptif dan teks. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui
perbedaan jumlah koloni masing-masing bakteri dengan kontrol .
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 13 - 19 september 2022 di
Laboratorium Terpadu Poltekkes Kemenkes Pontianak. Sampel dalam
penelitian ini adalah umbi ubi jalar cilembu yang telah diiris tipis dan
dikeringkan, kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender hingga
halus seperti tepung.
Data hasil penelitian meliputi pengukuran pH, pemeriksaan makroskopis
koloni bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dan menghitung
jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli yang
tumbuh pada media tepung umbi ubi jalar cilembu dan media kontrol
Nutrient Agar.
1. Pengukuran pH Media
Media yang digunakan dalam penelitian dilakukan pengukuran pH
dengan menggunakan pH universal. Hasil pengukuran pH media alternatif
tepung umbi ubi jalar cilembu dan media Nutrient Agar.
Tabel 5.1 Hasil Pengukuran pH Media

Hasil Pemeriksaan pH Pada Media


Tepung Umbi Ubi Jalar Cilembu Nutrient Agar
7 7

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa pH media alternatif tepung


umbi ubi jalar cilembu adalah 7. Hal ini sesuai dengan media standar yang
digunakan yaitu media Nutrient Agar yang memiliki pH yang sama yaitu
7.
2. Hasil Makroskopis
Hasil pemeriksaan makroskopis koloni bakteri Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli yang tumbuh pada media alternatif tepung umbi ubi
jalar cilembu dan media Nutrient Agar dapat dilihat pada tabel berikut :

29
30

Tabel 5.2 Hasil Pemeriksaan Makroskopis Bakteri Staphylococcus Aureus Pada


Media Alternatif Tepung Umbi Ubi Jalar Cilembu Dan Media Nutrient
Agar.

Makroskopis
Koloni Bakteri
Perubahan Perubahan
Staphylococcus Bentuk Warna Ukuran Konsistensi
bentuk warna
aureus koloni koloni koloni koloni
media media
Media Alternatif Bulat Putih Besar Smooth Tidak ada Tidak ada
Tepung Umbi sampai
Ubi Jalar Kecil
Cilembu
Media Nutrient Bulat Putih Sedang Smooth Tidak ada Tidak ada
Agar sampai
kecil

Tabel 5.3 Hasil Pemeriksaan Makroskopis Bakteri Escherichia coli Pada Media
Alternatif Tepung Umbi Ubi Jalar Cilembu Dan Media Nutrient Agar.

Makroskopis
Koloni Bakteri Perubahan Perubahan
Bentuk Warna Ukuran Konsistensi
Escherichia coli bentuk warna
koloni koloni koloni koloni
media media
Media Alternatif Bulat Putih Kecil Smooth Tidak ada Tidak ada
Tepung Umbi
Ubi Jalar
Cilembu
Media Nutrient Bulat Putih Sedang Smooth Tidak ada Tidak ada
Agar sampai
kecil

Tabel 5.2 menjelaskan pada media alternatif tepung umbi ubi jalar
cilembu koloni bakteri Staphylococcus aureus yang tumbuh berbentuk
bulat dan bergerigi, berwarna putih, berukuran besar sampai kecil, dan
memiliki konsistensi koloni yang smooth. Pada media alternatif tepung
umbi ubi jalar cilembu tidak terjadi perubahan bentuk media dan tidak
terjadi perubahan warna pada media. Sedangkan pada media Nutrient
Agar kolon bakteri yang tumbuh berbentuk bulat, berwarna putih, dan
berukuran sedang hingga kecil.
Tabel 5.3 menjelaskan pada media alternatif tepung umbi ubi jalar
cilembu koloni bakteri Escherichia coli yang tumbuh berbentuk bulat,
berwarna putih, berukuran kecil, dan memiliki konsistensi koloni yang
smooth. Pada media alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu tidak terjadi
perubahan bentuk media dan tidak terjadi perubahan warna pada media.
Sedangkan pada media Nutrient Agar kolon bakteri yang tumbuh
berbentuk bulat, berwarna putih, dan berukuran sedang hingga kecil.
31

3. Hasil Perhitungan Jumlah Koloni


Koloni yang tumbuh pada media tepung umbi ubi jalar cilembu dan
media Nutrient Agar dihitung menggunakan colony counter. Berikut tabel
hasil perhitungan jumlah koloni yang tumbuh pada media tepung umbi ubi
jalar cilembu dan media Nutrient Agar.
Tabel 5.4 Hasil Jumlah Koloni Bakteri Staphylococcus aureus dan Bakteri
Escherichia coli pada Media Tepung Umbi Ubi Jalar Cilembu
Bakteri Kode Jumlah Koloni (CFU) Rata-rata
(CFU)
UJC.1 SA 103 CFU
UJC.2 SA 110 CFU
UJC.3 SA 105 CFU
UJC.4 SA 99 CFU
UJC.5 SA 100 CFU
UJC.6 SA 114 CFU
UJC.7 SA 111 CFU
UJC.8 SA 98 CFU
Staphylococcus aureus 119,12 CFU
UJC.9 SA 95 CFU
UJC.10 SA 119 CFU
UJC.11 SA 140 CFU
UJC.12 SA 121 CFU
UJC.13 SA 160 CFU
UJC.14 SA 208 CFU
UJC.15 SA 102 CFU
UJC.16 SA 121 CFU
UJC.1 EC 105 CFU
UJC.2 EC 125 CFU
UJC.3 EC 100 CFU
UJC.4 EC 189 CFU
UJC.5 EC 180 CFU
UJC.6 EC 167 CFU
UJC.7 EC 160 CFU
UJC.8 EC 219 CFU
Escherichia coli 160,56 CFU
UJC.9 EC 101 CFU
UJC.10 EC 135 CFU
UJC.11 EC 178 CFU
UJC.12 EC 423 CFU
UJC.13 EC 151 CFU
UJC.14 EC 102 CFU
UJC.15 EC 132 CFU
UJC.16 EC 102 CFU
Kontrol SA.1 205 CFU
Kontrol (+) positif Kontrol SA.2 162 CFU
Staphylococcus aureus Kontrol SA.3 129 CFU 169,2 CFU
Kontrol SA.4 163 CFU
Kontrol SA.5 187 CFU
Kontrol EC.1 363 CFU
Kontrol (+) positif Kontrol EC.2 208 CFU
Escherichia coli Kontrol EC.3 115 CFU 221,2 CFU
Kontrol EC.4 197 CFU
Kontrol EC.5 223 CFU
Kontrol (-) negatif NA Kontrol (-) NA 0 CFU 0 CFU
Kontrol (-) negatif UJC Kontrol (-) UJC 0 CFU 0 CFU
Kontrol (+) positif : Media Nutrient Agar yang ditanami bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli
32

Kontrol (-) negatif : Media Nutrient Agar dan Media Ubi Jalar Cilembu
Tabel 5.4 menunjukan hasil penelitian jumlah koloni bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada media alternatif tepung
umbi ubi jalar cilembu dan media Nutrient Agar. Nilai rata-rata jumlah
koloni bakteri Staphylococcus aureus pada media alternatif tepung umbi
ubi jalar cilembu sebesar 119,12 CFU dan nilai rata-rata jumlah koloni
bakteri Escherichia coli pada media alternatif tepung umbi ubi jalar
cilembu didapatkan nilai sebesar 160,56 CFU. Pada media kontrol (+)
positif Staphylococcus aureus didapatkan nilai rata-rata 169,2 CFU dan
pada media kontrol (+) positif Escherichia coli didapatkan nilai rata-rata
sebesar 221,2 CFU , sedangkan pada media kontrol (-) negatif Nutrient
Agar dan media kontrol (-) tepung umbi ubi jalar cilembu yang dilarutkan
dengan aquadest tidak ditemukan adanya pertumbuhan koloni bakteri.

B. Pengolahan Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis yang berfungsi untuk meringkas
kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data
tersebut berubah menjadi informasi yang berguna, dan pengolahan datanya
hanya satu variabel saja, sehingga dinamakan univariat. Yang termasuk
analisis univariat tersebut adalah statistik deskriptif (Sujarweni,2014).
Hasil analisis univariat perbandingan antara bakteri Staphylococcus aureus
dan bakteri Escherichia coli pada media alternatif tepung umbi ubi jalar
cilembu dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.5 Deskriptif Perbandingan Jumlah Koloni Bakteri Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli Pada Media Alternatif Tepung Umbi Ubi Jalar
Cilembu
Banyak Jumlah koloni Jumlah koloni Rata-rata
sampel terkecil terbesar
UJC. SA 16 95 CFU 208 CFU 119,12 CFU
UJC. EC 16 100 CFU 423 CFU 160,56 CFU

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui data bakteri Staphylococcus


aureus pada media alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu mempunyai
nilai jumlah koloni terkecil sebesar 95 CFU, nilai jumlah koloni terbesar
33

sebesar 208 CFU, dan nilai rata-rata sebesar 119,12 CFU. Sedangkan data
bakteri Escherichia coli pada media alternatif tepung umbi ubi jalar
cilembu mempunyai nilai jumlah koloni terkecil sebesar100 CFU, nilai
jumlah koloni terbesar sebesar 432 CFU, dan nilai rata-rata sebesar 160,56
CFU. Pengolahan data kemudian dilanjutkan dengan analisis bivariat
untuk mengetahui perbandingan antara jumlah koloni media alternatif
tepung umbi ubi jalar cilembu dengan jumlah koloni media kontrol
Nutrient Agar terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus,
perbandingan antara jumlah koloni media alternatif tepung umbi ubi jalar
cilembu dengan jumlah koloni media kontrol Nutrient Agar terhadap
pertumbuhan Escherichia coli, perbandingan antara jumlah koloni bakteri
Staphylococcus aureus dan bakteri Escherichia coli pada media alternatif
tepung umbi ubi jalar cilembu.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis yang berfungsi untuk mengetahui
hubungan antara variabel (Sujarweni,2014). Analisis bivariat dilakukan
terhadap dua variabel yang diduga berhubungan (Notoatmodjo, 2018).
Pada penlitian ini analisis bivariat dilakukan dengan uji normalitas, uji
homogenitas, dan uji Mann Whitney.
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang
digunakan dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Pada
penelitian ini metode yang digunakan adalah menggunakan shapiro-
wilk. Penerapan pada uji shapiro-wilk adalah jika signifikansi ≥ 0.05,
berarti data tersebut normal. Berikut hasil uji normalitas menggunakan
uji shapiro-wilk.
Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Metode Shapiro-Wilk
Tests of Normality

Shapiro-Wilk
Statistic df Significance
Staphylococcus_aureus ,736 16 ,000
Escherichia_coli ,698 16 ,000
a. Liliefors Significance Correction
34

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui pada data pertumbuhan


koloni bakteri Staphylococcus aureus diperoleh niai significance 0,000
≤ 0,05 dapat disimpulkan data tidak berdistribusi normal. Pada data
pertumbuhan koloni bakteri Escherichia coli diperoleh niai significance
0,000 ≤ 0,05 dapat disimpulkan data tidak berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Langkah berikutnya setelah dilakukan uji normalitas yaitu dengan
melakukan uji homogenitas untuk mengetahui hubungan varians dari
data yang digunakan pada penelitian. Penerapan pada uji homogenitas
adalah jika signifikansi ≥ 0.05, berarti data tersebut homogen
Tabel 5.7 Hasil Uji Homogenitas Pertumbuhn Koloni Bakteri Staphylococcus
aureus Dan Bakteri Escherichia coli
Test Of Homogeneity Of Variances
Levene Statistic df1 df2 Significance
3,430 1 30 ,074

Berdasarkan tabel 5.7 hasil dari pengujian homogenitas antara data


pertumbuhan koloni bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli diperoleh nilai signifikansinya sebesar 0,074. Nilai tersebut lebih
dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen
c. Uji Mann Whitney
Perbedaan antara pertumbuhan koloni bakteri Staphylococcus
aureus pada media alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu dan
pertumbuhan koloni Staphylococcus aureus pada media Nutrient Agar
dapat dilihat pada tabel 5.8 dibawah ini
Tabel 5.8 Hasil Uji Beda Antara Pertumbuhan Koloni Bakteri Staphylococcus
aureus pada media alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu Dan
Pertumbuhan Koloni Staphylococcus aureus pada media Nutrient
Agar
Test Statisticsa

Jumlah_koloni1
Mann-Whitney U 7,000
Wilcoxon W 143,000
Z -2,726
Asymp. Sig. (2-tailed) ,006
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,004b
a. Grouping Variabel: Jenis_koloni1
b. Not corrected for ties.
35

Nilai significance atau p value pada output tersebut sebesar 0,006 ≤


0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara
pertumbuhan koloni bakteri Staphylococcus aureus pada media
alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu dan pertumbuhan koloni
Staphylococcus aureus pada media Nutrient Agar.

Perbedaan antara pertumbuhan koloni bakteri Escherichia coli pada


media alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu dan pertumbuhan koloni
Escherichia coli pada media Nutrient Agar
Tabel 5.9 Hasil Uji Beda Antara Pertumbuhan Koloni Bakteri Escherichia coli
pada media alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu dan
pertumbuhan koloni Escherichia coli pada media Nutrient Agar
Test Statisticsa

Jumlah_koloni2
Mann-Whitney U 17,000
Wilcoxon W 153,000
Z -1,900
Asymp. Sig. (2-tailed) ,057
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,062b
a. Grouping Variabel: Jenis_koloni2
b. Not corrected for ties.

Nilai significance atau p value pada output tersebut sebesar 0,057 ≥


0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
antara pertumbuhan koloni bakteri Escherichia coli pada media
alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu dan pertumbuhan koloni
bakteri Escherichia coli pada media Nutrient Agar.
Perbedaan antara pertumbuhan koloni bakteri Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli pada media alternatif tepung umbi ubi jalar
cilembu dapat dilihat pada tabel 5.10 dibawah ini
Tabel 5.10 Hasil Uji Beda Antara Pertumbuhan Koloni Bakteri Staphylococcus
aureus Dan Escherichia Coli pada media alternatif tepung umbi ubi
jalar cilembu.
Test Statisticsa

Jumlah_koloni3
Mann-Whitney U 73,500
Wilcoxon W 209,500
Z -2,056
Asymp. Sig. (2-tailed) ,040
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,039b
a. Grouping Variabel: Jenis_koloni3
36

b. Not corrected for ties.

Berdasarkan tabel 5.10 Nilai sig atau p value pada output tersebut
sebesar 0,04 ≤ 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan antara pertumbuhan koloni bakteri Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli pada media alternatif tepung umbi ubi jalar
cilembu.

C. Pembahasan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan selain sumber nutrisi
untuk pertumbuhan bakteri, media pertumbuhan harus dalam keadaan steril
dan mempunyai pH yang sesuai. pH ditentukan dan disesuaikan dengan
menambahkan larutan asam atau basa dengn nilai yang optimum bagi
pertumbuhan bakteri (Boleng,2015). Pada penelitian ini pH media altenatif
disesuaikan dengan pH pada media NA, setelah dilakukan pengukuran
dengan menggunakan pH indikator diketahui bahwa pH pada media NA
adalah 7, maka pH pada media alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu harus
disesuaikan hingga didapatkan pH 7, penyesuaian pH dapat dilakukan dengan
penambahan HCl 1% atau KOH 1%. Tetapi setelah dilakukan pengecekan pH
diketahui pada tabel 5.1 terlihat hasil pengukuran pH yang dilakukan pada
media alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu adalah 7 hal ini sesuai dengan
media standar yang digunakan yaitu media Nutrient Agar yang memiliki pH
yang sama yaitu 7, maka penambahan larutan HCl 1% atau KOH 1% tidak
diperlukan.
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan pemeriksaan secara
makroskopis pada media alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu koloni
bakteri Staphylococcus aureus yang tumbuh berbentuk bulat, berwarna putih,
berukuran besar sampai kecil, dan memiliki konsistensi koloni yang smooth.
Pada media alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu tidak terjadi perubahan
bentuk media dan tidak terjadi perubahan warna pada media, pada media
Nutrient Agar kolon bakteri yang tumbuh berbentuk bulat, berwarna putih,
dan berukuran sedang hingga kecil. Sedangkan pada hasil pemeriksaan
makroskopis pada media alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu koloni
37

bakteri Escherichia coli yang tumbuh berbentuk bulat, berwarna putih,


berukuran kecil, dan memiliki konsistensi koloni yang smooth. Pada media
alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu tidak terjadi perubahan bentuk media
dan tidak terjadi perubahan warna pada media. Sedangkan pada media
Nutrient Agar kolon bakteri yang tumbuh berbentuk bulat, berwarna putih,
dan berukuran sedang hingga kecil.
Pada hasil pehitungan jumlah koloni didapatkan nilai rata-rata jumlah
koloni bakteri Staphylococcus aureus pada media alternatif tepung umbi ubi
jalar cilembu sebesar 119,12 CFU dan nilai rata-rata jumlah koloni bakteri
Escherichia coli pada media alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu
didapatkan nilai sebesar 160,56 CFU. Pada media kontrol (+) positif
Staphylococcus aureus didapatkan nilai rata-rata 169,2 CFU dan pada media
kontrol (+) positif Escherichia coli didapatkan nilai rata-rata sebesar 221,2
CFU , sedangkan pada media kontrol (-) negatif Nutrient Agar dan media
kontrol (-) tepung umbi ubi jalar cilembu yang dilarutkan dengan aquadest
tidak ditemukan adanya pertumbuhan koloni bakteri, hal ini menyatakan
bahwa dapat dipastikan sumber protein dan karbohidrat untuk pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada penelitian ini adalah
tepung umbi ubi jalar cilembu.
Berdasarkan dari uji deskriptif bakteri Staphylococcus aureus pada media
alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu mempunyai nilai terkecil sebesar 95
CFU, nilai terbesar sebesar 208 CFU, dan nilai rata-rata sebesar 119,12 CFU,
Sedangkan data bakteri Escherichia coli pada media alternatif tepung umbi
ubi jalar cilembu mempunyai nilai terkecil sebesar 100 CFU, nilai terbesar
sebesar 432 CFU, dan nilai rata-rata sebesar 160,56 CFU. Perbedaan jumlah
koloni tersebut pada tiap petridisk dapat dipengaruhi oleh kandungan nutrisi
dan cara inokulasi pada tiap petridisk.
Pada Uji statistik Mann Whitney dilakukan untuk mengetahui perbedaan
antara pertumbuhan koloni bakteri Staphylococcus aureus pada media
alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu dan pertumbuhan koloni
Staphylococcus aureus pada media Nutrient Agar dimana didapatkan hasil
nilai signifikansi p sebesar 0,006 dimana nilai signifikansi p = 0,006 ≤ 0,05
38

yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara pertumbuhan koloni


Staphylococcus aureus pada media alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu
dan pertumbuhan koloni Staphylococcus aureus pada media Nutrient Agar,
hal ini dapat terjadi karna didalam media alternatif tepung umbi ubi cilembu
ini nutrisi yang ada kurang mendukung untuk pertumbuhan Staphylococcus
aureus. Kandungan yang kompleks didalam media menyebabkan
pertumbuhan mikroorganisme membutuhkn waktu yang lebih lama untuk
menguraikan komponen-komponen sederhana yang dapat diserap sel dan
digunakan untuk sintesis sel dan energi, dan perbedaan pertumbuhan bakteri
dapat pula dipengaruhi oleh kandungan nutrisi, pH, temperatur, aerasi,
konsentrasi garam, dan kekuatan ionik medium (Juriah, 2021). Pada
penelitian yang dilakukan perlakukan yang menggunakan media Nutrient
Agar koloni yang tumbuh teleihat lebih jelas dan nyata serta mudah diamati,
hal ini dikarnakan media Nutrient Agar merupakan media yang sudah teruji
secara klinis baik untuk pertumbuhan bakteri sehingga proses metabolism
bakteri berlangsung optimal, sedangkan pada media alternatif tepung umbi
ubi jalar cilembu masih memiliki nutrisi yang lebih kompleks sehingga
pertumbuhannya tidak seoptimal pada media Nutrient Agar. Nutrisi yang
dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhannya meliputi karbon,
nitrogen, unsur non logam seperti sulfur dan fosfor, unsur logam seperti
calsium, zink, natrium, kalium, tembaga, mangan, magnesium, zat besi,
vitamin, air, dan energi (Cappucino and Sherman, 2013) sedangkan pada
media alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu ini hanya mengandung energi,
air, vitamin, zat besi, magnesium, kalium, dan fosfor (Sari, 2019)
Uji statistik Mann Whitney yang selanjutnya bertujuan untuk mengetahui
perbedaan antara pertumbuhan koloni bakteri Escherichia coli pada media
alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu dan pertumbuhan koloni Escherichia
coli pada media Nutrient Agar, dimana didapatkan hasil nilai signifikansi p
sebesar 0,057 dimana nilai signifikansi p = 0,057 ≥ 0,05 yang menyatakan
bahwa tidak terdapat perbedaan antara pertumbuhan koloni bakteri
Escherichia coli pada media alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu dan
pertumbuhan koloni Escherichia coli pada media Nutrient Agar. Pada media
39

alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu ini penelitian yang dihasilkan
dianggap sama kualitasnya atau cukup optimal dan sebanding dengan media
Nutrient Agar berdasarkan hasil dari pemeriksaan secara makroskopis dan
pemeriksaan secara uji statistik, sehingga media alterntatif tepung umbi ubi
jalar cilembu ini dapat dianggap sebagai media alternatif untuk pertumbuhan
bakteri Escherichia coli.
Uji statistik Mann Whitney yang terakhir dilakukan pada media tepung
umbi ubi jalar cilembu untuk mengetahui ada atau tidak Perbedaan antara
pertumbuhan koloni bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada
media alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu kemudian didapatkan nilai
signifikansi p sebesar 0,04 dimana nilai signifikansi p = 0,04 ≤ 0,05 yang
menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara pertumbuhan koloni bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada media tepung umbi ubi
jalar cilembu, berdasarkan pemeriksaan secara makroskopis maupun secara
uji data statistik pada bakteri Escherichia coli jumlah koloni yang dihasikan
lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri Staphylococcus aureus hal ini dapat
terjadi karna kebutuhan nutrisi pada bakteri Staphylococcus aureus dengan
bakteri Escherichia coli ini berbeda selain itu bakteri Escherichia coli tumbuh
baik pada hampir semua media pembenihan dapat meragi laktosa dan bersifat
mikroaerofilik (Radji, 2019).
Berdasarkan penelitian ini media alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu
berpotensi sebagai media untuk pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli walaupun jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada
media alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu tidak sebanyak pada media
Nutrient Agar. Hal ini dikarenakan pada media Nutrient Agar kandungan
sumber nutrisi untuk pertumbuhan bakteri sudah sesuai dengan standar media
pertumbuhan bakteri.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian potensi tepung umbi ubi jalar cilembu
(ipomoea batatas l.)sebagai bahan dasar media alternatif pertumbuhan
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dapat disimpulkan bahwa :
1. Ciri-ciri koloni bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli yang
tumbuh pada media alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu adalah :
berbentuk bulat dan bergerigi, berwarna putih, berukuran besar sampai
kecil, dan memiliki konsistensi koloni yang smooth.
2. Jumlah rata-rata koloni bakteri staphylococcus aureus yang tumbuh pada
media alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu yaitu 119,12 CFU dengan
nilai terkecil sebesar 95 CFU dan nilai terbesar sebesar 208 CFU.
3. Jumlah rata-rata koloni bakteri Escherichia coli yang tumbuh pada media
alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu yaitu 160,56 CFU dengan nilai
terkecil sebesar100 CFU dan nilai terbesar sebesar 432 CFU.
4. Berdasarkan uji Mann Whitney terdapat perbedaan antara jumlah koloni
bakteri Staphylococcus aureus pada media alternatif tepung umbi ubi jalar
cilembu dengan jumlah koloni Staphylococcus aureus pada media
Nutrient Agar (p = 0,006 ≤ 0,05) , tidak terdapat perbedaan antara jumlah
koloni bakteri Escherichia coli pada media alternatif tepung umbi ubi jalar
cilembu dengan jumlah koloni Escherichia coli pada media Nutrient Agar
(p = 0,057 ≥ 0,05) , terdapat perbedaan antara jumlah koloni bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada media alternatif tepung
umbi ubi jalar cilembu (p = 0,04 ≤ 0,05)

B. Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Disarankan untuk peneliti selanjutnya dapat menggunakan jenis ubi
yang berbeda yaitu ubi jalar kuning dan ubi jalar putih, karna belum ada
yang menggunakan ubi jalar kuning dan ubi jalar putih sebagai media

40
41

alternatif untuk pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan


Escherichia coli
2. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi institusi
poltekkes kemenkes pontianak khususnya dalam bidang mikrobiologi.
3. Bagi Tenaga Analis Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi
tambahan tentang potensi tepung umbi ubi jalar cilembu (ipomoea
batatas l.) sebagai bahan dasar media alternatif pertumbuhan
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
DAFTAR PUSTAKA

Anisah, R.T. (2015). Media Alternatif untuk Pertumbuhan Bakteri


Menggunakan Sumber Karbohidrat yang Berbeda. [Skripsi] Surakarta :
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Arulanantham, R., Pathmanathan, S., Ravimannan, N., dan Niranjan, K. (2012).


Alternative Culture Media for Bacterial Growth Using Different
Formulation of Protein Sources. Journal of Natural Product and Plant
Resourse. Halaman 697-700.

Cappuccino, James G., and Sherman Natalie. (2013). "Manual Laboratorium


biologi; alih bahasa, Nur Miftahurrahmah." Jakarta: EGC

Dewi, Amalia Krishna. (2013). "Isolasi, identifikasi dan uji sensitivitas


Staphylococcus aureus terhadap amoxicillin dari sampel susu kambing
peranakan ettawa (PE) penderita mastitis di wilayah Girimulyo,
Kulonprogo, Yogyakarta." Jurnal Sain Veteriner 31.2 : 138-150.

Diniyati, B. (2012). Kadar Betakaroten, Protein, Tingkat Kekerasan dan Mutu


Organoleptik Mie Instan dengan Substitusi Tepung Ubi Jalar Merah
(Ipomoea batatas) dan Kacang Hijau (Vigna radiata). [Skripsi]. Program
Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro. Semarang

Dwijoseputro. (1987). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Penerbit Djambatan.


Halaman 15, 30, 31, 32, 35, 37, 38

Lestari, R. D., Ekawati, E. R., & Suryanto, I. (2018). Identifikasi Staphylococcus


Aureus Dan Hitung Total Jumlah Kuman Pada Bakpia Kacang Hijau.
Jurnal SainHealth, 2(2), 1-4.

Fernando, Ferry. (2022). Perancangan Sarana Penyimpanan Dan Kemasan Ubi


Cilembu. Tanra: Jurnal Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni dan
Desain Universitas Negeri Makassar 9.1: 36-47

Fitriani, Yeyen Nor, et al. (2015). "Formulasi and evaluasi stabilitas fisik suspensi
ubi cilembu (ipomea batatas L.) dengan suspending agent cmc na dan pgs
sebagai antihiperkolesterol." Jurnal Farmasi Sains dan Terapan 2.1

Harti, A.S. (2012). Dasar – Dasar Mikrobiologi Kesehatan. Yogyakarta: N

Harti, A.S., (2014). Mikrobiologi Kesehatan. Yogyakarta: CV. Andi offset.


Halaman 72.

Haryati, B., Nurbaeti, N., dan Nana, S. (2015). Petunjuk Teknis Budidaya Ubi
Cilembu . Jawa Barat : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Jawa
Barat. : 1-7.
Iriyanti, Yuni. (2012). Subtitusi Tepung Ubi Ungu Dalam Pembuatan Roti Manis,
Donat dan Cake Bread. Proyek akhir. [Skripsi] Yogyakarta: Fakultas
Teknik, Univeritas Negri Yogyakarta

Jawetz et al., (2008). Medical Microbiology. 24thed. North America: Lange


Medical book.

Jawetz et al., (2019). Medical Microbiology. 28thed. North America: Lange


Medical book.

Juariah, Siti, and Wulan Puspa Sari. (2018). "Pemanfaatan Limbah Cair Industri
Tahu Sebagai Media Alternatif Pertumbuhan Bacillus Sp." Klinikal Sains:
Jurnal Analis Kesehatan 6.1 : 24-29.

Juariah, Siti. (2021). "Media Alternatif Pertumbuhan Staphylococcus Aureus Dari


Biji Durian (Durio Zibethinus murr)." Meditory: The Journal of Medical
Laboratory 9.1 : 19-25.

Khaerunnisa, Rismaya, et al. (2019). "Pemanfaatan air rebusan umbi kuning dan
ungu sebagai media alternatif pertumbuhan Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus." Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
11.1 : 269-276.

Kumalaningsih, Sri. (2006). Antioksidan Alami. Trubus Agrisarana. Surabaya.

Kuswiyanto (2015) Bakteriologi 1 Buku Ajar Analis Kesehatan, Buku Kedokteran


EGC, Jakarta

Kuswiyanto. (2016). ‘Bakteriologi 2 : buku ajar analis kesehatan’. Jakarta: EGC.

Listiyani, I. L., Hayati, D. N., Amanah, R. N., & Iswara, A. (2019). Koro Benguk
(Mucuna pruriens) Sebagai Media Alternatif Pertumbuhan Bakteri
Pengganti Nutrient Agar. Proceeding of The URECOL, 91-94.

Mahon C, Lehman D, Manuselis G. (2015). Texbook of diagnostic microbiologi


4th ed. USA : Saunders Elsevier, 420-853P

Mayasari, Ulfayani. (2022). Buku Ajar Mikrobiologi. Media Sains Indonesia.

M. Lies Suprapti. (2003). Tepung Ubi Jalar pembuatan dan pemanfaatannya.


Kanisius: Yogyakarta.

Munandar, K. (2016). Pengenalan Laboratorium IPA-BIOLOGI Sekolah.


Bandung: Refika Aditama. Halaman 10.

Nasution, N. G., Ferasyi, T. R., & Razali, R. (2018). Pemeriksaan Cemaran


Formalin Dan Mikroba Pada Bakso Yang Dijual Di Beberapa Tempat Di
Kota Langsa (The Examination of Formalin and Microbial Contents on
Meatballs of Several Places in Langsa City). Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Veteriner, 2(3), 288-295.

Neltriana N. (2015). Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Kotoran Sapi terhadap


Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar [Skripsi]. Padang: Universitas Andalas.

Notoatmodjo, Soekidjo, (2017). Metodelogi Penelitian Kesehatan,PT Rineka


Cipta, Jakarta

Notoatmodjo, S (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nuraini. (2004). Pengolahan Tepung Ubi Jalar dan Produk-produknya untuk


Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan. Makalah Pribadi Falsafah Sains
(PPS 702). [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Halaman 9

Nurhayati, Lilih Siti, Nadhira Yahdiyani, and Akhmad Hidayatulloh. (2020).


"Perbandingan pengujian aktivitas antibakteri starter yogurt dengan metode
difusi sumuran dan metode difusi cakram." Jurnal Teknologi Hasil
Peternakan 1.2 : 41-46.

Oxoid. (1982) . The oxoid mannual of culture media, ingredients and other
laboratory services. Fifth Edition. Published by Oxoid Limited, Wade
Road.Basingtoke.Hampshire. Halaman: 223

Purbasari, Karlina, and Angga Rahabistara Sumadji. (2018). Studi variasi ubi jalar
(Ipomoea batatas L) berdasarkan karakter morfologi di Kabupaten Ngawi.
Florea: Jurnal Biologi dan Pembelajarannya 5.2 : 78-84.

Radji, M., & M.Biomed. (2011). Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa
Farmasi dan Kedokteran. Jakarta: EGC

Radji, M. (2019). Buku Ajar Mikrobiologi : Panduan Mahasiswa Farmasi


& Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Rakhmawati, A. (2012). Penyiapan Media Organisme. Yogyakarta. Jurusan


Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta.

Ristiati, N. P. (2015). Pengantar Mikrobiologi Umum. Edisi 1. Edited by H. Putra.


Denpasar: Udayana University Press.

Rochmah, Mulidavi Mutya, et al. (2019). "Karakteristik Sifat Kimia dan


Organoleptik Churros Tersubtitusi Tepung Beras dengan Tepung Ubi."
Jurnal Pangan Dan Gizi 9.1 : 74.

Rosita, A.S., Kukuh, M., dan Sawitri, K. (2015). Komparasi Media NA Pabrikan
dengan NA Modifikasi untuk Media Pertumbuhan Bakteri Comparison of
Medium NA Manufacturer With NA Modifications to the Medium of the
Bacteri. [Skripsi]. Jember : FKIP Universitas Muhammadiyah Jember.

Saleha, N.M. (2016). Optimasi Formulasi Flakes Berbasis Tepung Ubi Cilembu
Tepung Tapioka Serta Tepung Kacang Hijau Menggunakan Aplikasi Design
Expert Metode Mixture D-Optimal. [Skripsi]. Bandung: Fakultas teknik
Universitas Pasundan Bandung. Halaman 42.

Sari, Laily Purnama. (2019). Pembuatan Media Pertumbuhan Bakteri dengan


Menggunakan Umbi Ubi Jalar Cilembu (Ipomoea batatas (L.) Lam) untuk
Bakteri Lactobacillus acidophilus, Salmonella typhii dan Escherichia coli.
[Skripsi].

Saputro, B. (2017). Pengantar Bakteriologi Dasar. Malang: Intimedia.

Sarwono,B. (2005). Ubi Jalar. Jakarta:Penebar Swadaya.

Setiawan, B., (2015). Budidaya Umbi-Umbian Padat Nutrisi, Yogyakarta:


Pustaka Baru Press.

Setyawati, Iffah. (2017). "Perbandingan Kadar Total Karoten Dan Likopen Ubi
Jalar Cilembu (Ipomea batatas Lamk.) Selama Proses Pengolahan." Jurnal
Wiyata: Penelitian Sains dan Kesehatan 2.2 : 176-180.

Solihin, M. A. et al. (2017). ‘Karakteristik Lahan Dan Kualitas Kemanisan Ubi


Jalar Cilembu’, Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan
(Journal of Natural Resources and Environmental Management), 7(3), pp.
251–259. doi: 10.29244/jpsl.7.3.251-259

Sugandi, Wahyu K., Asep Yusuf, and Asri Widyasanti. (2020). "Rancang Bangun
dan Uji Kinerja Mesin Pembersih Ubi Cilembu." Prosiding Industrial
Research Workshop and National Seminar. Vol. 11. No. 1.

Sugiyono (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alphabet.

Suryati, N., Bahar, E., and Ilmiawati, (2017). Uji efektifitas antibakteri ekstrak
Aloe vera terhadap pertumbuhan Escherichia coli secara in vitro.
Jurnal Kesehatan Andalas. Vol. 6, No.3: 518-522

Supadmi Sri, (2009). Study Variasi Ubi Jalar (Ipomoea Batatas L) Berdasarkan
Morfologi, Kandungan Gula Reduksi dan Pola Pita Lisozim,Tesis, Program
Pasca Sarjana Fakultas Sains Universitas Sebelas Maret Surakarta

Suprapti, M.L. (2003). Tepung Ubi Jalar : Pembuatan dan Pemanfaatannya.


Cetakan Pertama. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Taufiq, Sarah, Umi Yuniarni, and Siti Hazar. (2015). "Uji aktivitas antibakteri
ekstrak etanol biji buah pepaya (Carica papaya L.) terhadap Escherichia
coli dan Salmonella typhi." [Skripsi]. Prosiding Farmasi : 654-661.

Wahyuni, T. Sri dan Wargiono, J. (2012). Morfologi dan Anatomi tanaman.


Malang: Balitkabi Litbang.

Waluyo, L. (2016). Mikrobiologi Umum. Malang : Penerbitan Universitas


Muhammadiyah Malang.
Lampiran 1 Ethical Clearance
Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 4 Surat Pernyataan Kesediaan Sebagai Pembimbing Teknis
Lampiran 5 Sertifikat Hasil Uji Bakteri Staphylococcus aureus
Lampiran 6 Sertifikat Hasil Uji Bakteri Escherichia coli
Lampiran 7 Perhitungan Media
Rumus : W1 x V2 = W2 x v1
1. Media Nutrient Agar
Komposisi Awal Media Standar Nutrient Agar (Racikan)
- Ekstrak daging sapi : 3 gram
- Peptone : 5 gram
- Agar : 15 gram
- Aquadest : 1000 ml
Komposisi Media Nutrient Agar (Instan) Pada Botol Media yaitu 28 gr
dalam 1000 ml
Perhitungan Pembuatan Media Nutrient Agar dalam 170 ml:
1 plate = 15 ml
11 plate x 15 ml = 165 ~ 170 ml
28 x 170 = W2 x 1000
4760 = W2 x 1000
W2 = 4760/1000 = 4,76 gr
2. Media Alternatif Tepung Umbi Ubi Jalar Cilembu
Komposisi Awal Media Alternatif Tepung Umbi Ubi Jalar Cilembu
- Tepung Umbi Ubi Jalar Cilembu : 8 gr
- Agar : 15 gr
- Aquadest : 1000 ml
Perhitungan Pembuatan Media Alternatif Tepung Umbi Ubi Jalar
Cilembu
1 plate = 15 ml
33 plate x 15 ml = 495 ~ 500 ml
- Tepung umbi ubi jalar cilembu : 8 x 500 = W2 x 1000
4000 = W2 x 1000
W2 = 4000/1000 = 4 gr
- Agar : 15 x 500 = W2 x 1000
7500 = W2 x 1000
W2 = 7500/1000 = 7,5 gr
- Aquadest : 500 ml
Lampiran 8 Surat Hasil Uji Pemeriksaan
Lampiran 9 Hasil Uji Statistik
1. Uji Deskriptif
Descriptive Statistics

Banyak Jumlah koloni Jumlah koloni Rata-rata


sampel terkecil terbesar
UJC. SA 16 95 CFU 208 CFU 119,12 CFU
UJC. EC 16 100 CFU 423 CFU 160,56 CFU

2. Uji Normalitas
Test of Normality

Kolmogorov−Smirnov
a Shapiro-Wilk

Statisti df Significanc Statisti df Significanc


c e c e
Staphylococcus_aureu ,287 1 ,001 ,736 1 ,000
s 6 6
Escherichia_coli ,235 1 ,019 ,698 1 ,000
6 6
Kontrol (+) ,201 5 ,200 ,968 5 ,859
Staphylococcus
aureus
Kontrol (+) ,292 5 ,189 ,911 5 ,472
Escherichia coli
a. Liliefors Significance Correction
3. Uji Homogenitas
Test Of Homogeneity Of Variances
Levene Statistic df1 df2 Significance
3,430 1 30 ,074
4. Uji Mann Whitneyy
- Hasil Uji Beda Antara Pertumbuhan Koloni Bakteri Staphylococcus
Aureus pada media alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu Dan
Pertumbuhan Koloni Staphylococcus aureus pada media Nutrien Agar

- Hasil Uji Beda Antara Pertumbuhan Koloni Bakteri Escherichia coli pada
media alternatif tepung umbi ubi jalar cilembu dan pertumbuhan koloni
Escherichia coli pada media Nutrien Agar

- Hasil Uji Beda Antara Pertumbuhan Koloni Bakteri Staphylococcus

Aureus Dan Escherichia Coli pada media alternatif tepung umbi ubi jalar
cilembu.
Lampiran 10 Surat Keterangan Selesai Penelitian Laboratorium Terpadu
Poltekkes Kemenkes Pontianak
Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian
Pencucian umbi dari sisa-
Pengambilan umbi ubi jalar sisa kotoran

Mengupas kulit umbi ubi Mengiris umbi menjadi


jalar cilembu bagian yang tipis
Memasukan umbi kedalam Umbi setelah dioven
oven dengan suhu 60°C. selama 12 jam

Penyaringan
Umbi pelarut
dihalsukan dengan Dihaluskan kembali
maserasi
blender dengan mortar
Kemudian diayak Tepung umbi ubi jalar
menggunakan ayakan cilembu
80mash

Pembuatan media umbi ubi Pengukuran pH media


jalar cilembu umbi
Penuangan media diukur Penuangan media kedalam
dengan gelas ukur 15 ml cawan petri

Pembuatan suspensi bakteri Pembuatan suspensi bakteri


Pembuatan suspensi bakteri Pembuatan suspensi bakteri

Penanaman bakteri
Penanaman bakteri
Hasil pertumbuhan bakteri Hasil pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus Escherichia coli

Pertumbuhan bakteri Pertumbuhan bakteri


Staphylococcus aureus Escherichia coli pada
pada media alternatif media alternatif
Pertumbuhan bakteri
Pertumbuhan bakteri
Escherichia coli pada
Staphylococcus aureus
media NA kontrol (+)
pada media NA kontrol (+)
potitif
positif

Pertumbuhan bakteri pada Pertumbuhan bakteri pada


media alternatif umbi media NA kontrol (-)
kontrol (-) negatif negatif

Anda mungkin juga menyukai