Anda di halaman 1dari 22

KEMENTERIAN PERTANIAN

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN


POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA MAGELANG
JURUSAN PERTANIAN
Jl. Kusumanegara No. 2 Yogyakarta Telp. (0274) 375528

LAPORAN PRAKTIKUM

I. Identitas
Mata Kuliah : Rekayasa Produk Pertanian
Acara Praktikum : Pembuatan Media Potato Dextrose Agar (PDA)
Tujuan : Mampu membuata Media Potato Dextrose Agar (PDA) dengan
peralatan sederhana
Tempat : Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta
Hari, Tanggal : Jum’at, 7 Januari 2022
Nama Mahasiswa : Dyah Retno Mulatsih
NIRM : 03.01.18.0010
No Absen : 10
Semester : VII PPB 1
Dosen pengampu : 1. Ir. Heriyanto, MS
2. Endah Puspitojati, S.TP, MP
Asisten Dosen : Novia Aristi Rahayu, STP., M.Sc

II. Dasar Teori


Medium merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran zat makanan
(nutrient) yang berfungsi sebagai tempat tumbuh mikrobia. Selain untuk menumbuhkan
mikrobia, medium dapat digunakan juga untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifat–
sifat fisiologi, dan perhitungan jumlah mikrobia (Cahyani, 2014). Salah satu
mikroorganisme yang sering dibiakan dalam ilmu mikrobiologi baik dalam bidang
industri pangan maupun industri pertanian adalah jamur. Jamur merupakan salah satu
mikroorganisme yang sering ditumbuhkan menggunakan media PDA (Potato Dextrose
Agar).
Menurut Griffth et al, (2007) dalam Rohmi dkk (2019), media Potato Dextrose
Agar (PDA) merupakan media yang umum digunakan sebagai isolasi dan budidaya
jamur yang menjadi ciri penting dari pertumbuhan jamur yaitu ciri-ciri morfologi dan
juga warna jamur. Media PDA tersebut terbuat dari ekstrak kentang dengan
penambahan sumber karbohidrat berupa dextrose, salah satu syarat nutrisi media untuk
menumbuhkan jamur adalah karbohidrat.
Salah satu media agar yang cocok dan mendukung pertumbuhan cendawan
adalah potato dextrose agar (PDA) yang memilki pH 4.5 sampai 5.5 sehingga
menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan lingkungan yang netral dengan
pH 7.0 dan suhu optimum untuk pertumbuhan antara 25–30 °C (Cappucino & Sherman,
2014). Berdasarkan komposisinya, PDA termasuk dalam media semisintetik karena
tersusun atas bahan alami kentang dan bahan sintetik dextrose dan agar. Kentang
mengandung karbohidrat, vitamin, dan mikronutrien lain yang dapat dimanfaatkan oleh
cendawan. Sedangkan dextrose sebagai karbohidrat sederhana menjadi sumber energi
yang dapat segera digunakan. Komponen agar dalam media berfungsi sebagai bahan
pemadat. Masing-masing dari ketiga komponen tersebut sangat diperlukan bagi
pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme terutama cendawan (Octavia &
Wantini, 2017).
Media PDA instan dibuat oleh pabrik atau perusahaan tertentu sudah dalam
bentuk sediaan siap pakai, namun harganya mahal, dan hanya dapat diperoleh pada
tempat tertentu. Mahalnya harga media instan serta melimpahnya sumber daya alam
yang dapat digunakan sebagai media pertumbuhan mikroorganisme mendorong peneliti
untuk menemukan media alternatif dari bahan-bahan yang mudah didapat dan tidak
memerlukan biaya yang mahal.
Pertumbuhan serta perkembangan jamur umumnya sangat dipengaruhi oleh
sejumlah faktor diantaranya ialah suhu, cahaya, udara, pH serta nutrisi seperti karbon
dan nitrogen (Barnett dan Hunter, 1998), dan karbohidrat sederhana (Kelley, 1977).
Media semi sintetik seperti PDA memiliki kandungan karbohidrat yang cukup sehingga
baik digunakan untuk pertumbuhan jamur. Media ini cukup banyak dibutuhkan dalam
pembiakkan jamur baik di dalam laboratorium maupun dalam bidang pertanian. Namun
harga dari media ini cukup mahal selain itu tidak semua toko bahan kimia menyediakan,
sedangkan kebutuhan media PDA semakin banyak sehingga diperlukan alternatif lain
untuk menggantikan media biakan jamur tersebut.
III. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan media Potato
Dextrose Agar (PDA) adalah sebagai berikut.
a. Alat
1. Dandang
2. Kompor
3. Pengaduk
4. Saringan
5. Gelas ukur
6. Tabung reaksi menggunakan botol kaca bekas minuman UC 1000
7. Pisau
8. Timbangan

b. Bahan
1. Agar powder sebanyak 20 gram
2. Kentang sebanyak 200 gram
3. Dextrose sebanyak 20 gram
4. Aquades secukupnya
5. Alcohol 70 %
6. Kapas
7. Kain kasa
8. Plastik
9. Karet gelang

IV. Prosedur Kerja


Langkah kerja dalam praktikum pembuatan media Potato Dextrose Agar (PDA)
adalah sebagai berikut.
a. Sterilisasi Alat
1. Siapkan alat yang akan digunakan,
2. Bungkus botol UC 1000 dengan kertas, lalu kukus menggunakan dandang
selama ± 3 jam.
3. Setelah itu diamkan hingga dingin.
b. Pembuatan Media Potato Dextrose Agar (PDA)
1. Kupas kentang dan potong berbentuk dadu. Kemudian tambahkan 500 ml
air dan dipanasi hingga kentang lunak. Lalu saring dan ambil kaldunya.
2. Kaldu yang telah diambil tadi dimasak kembali dengan air sebanyak 1000
ml.
3. Tambahkan agar powder sebanyak 20 gram dan dextrose sebanyak 20 gram
kedalam kaldu.
4. Dinginkan kaldu sampai suam-suam kuku.
5. Masukkan kaldu tersebut kedalam botol UC 1000 sebanyak 20 ml.
6. Tutup mulut botol menggunakan kapas, kain kasa, dan plastik kemudian
ikat menggunakan karet gelang.
7. Sterilkan media menggunakan dandang selama 3 jam. Pastikan untuk
menambah air pada dandang secara berkala agar tidak mengering.
8. Setelah selesai, simpan media PDA pada suhu ruang dan amati
perkembangannya.

V. Hasil dan Pembahasan


Praktikum pembuatan media Potato Dextrose Agar (PDA) ini dilaksanakan di
rumah mahasiswa yang dalam pelaksanaannya menggunakan peralatan sederhana yaitu
menggunakan peralatan rumah tangga. Meskipun tidak dilakukan di laboratorium,
pembuatan media PDA tetap dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Praktikum
(SOP) agar dapat menghasilkan media PDA yang steril dan sesuai untuk media
inokulasi jamur.
Pada pembuatan media ini menggunakan kentang, dextrose dan agar powder
sebagai bahan utama. Menurut Octavia dan Wantini tahun 2017, kentang mengandung
karbohidrat, vitamin, dan mikronutrien lain yang dapat dimanfaatkan oleh cendawan.
Sedangkan dextrose sebagai karbohidrat sederhana menjadi sumber energi yang dapat
segera digunakan. Komponen agar dalam media berfungsi sebagai bahan pemadat.
Masing-masing dari ketiga komponen tersebut sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroorganisme terutama cendawan.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, pembuatan media Potato
Dextrose Agar (PDA) ini dikatakan berhasil. Hal ini dibuktikan dengan tidak
terdapatnya mikroba atau benda asing lain yang tumbuh pada media PDA, tidak
berlendir, dan tidak terjadi perubahan warna setelah dilakukan pengamatan selama 3-7
hari. Oleh sebab itu, media PDA yang dibuat pada praktikum kali ini steril dari
kontaminan dan layak sebagai media inokulasi jamur. Hasil praktikum pembuatan
media Potato Dextrose Agar (PDA) dapat dilihat pada Lampiran.

VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pembuatan media Potato Dextrose Agar (PDA)
yang dilaksanakan di rumah mahasiswa yang berlokasi di Rejowinangun, Kecamatan
Kotagede, Kota Yogyakarta ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pembuatan media
Potato Dextrose Agar (PDA) berhasil dan layak menjadi media inokulasi jamur tiram.
Hal ini dibuktikan dengan tidak terdapatnya mikroba atau benda asing lain yang tumbuh
pada media PDA, tidak berlendir, dan tidak terjadi perubahan warna setelah dilakukan
pengamatan selama 3-7 hari.

VII. Daftar Pustaka


Cahyani, V.R. (2014) Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Pertanian Program Studi
Agroteknologi.Surakarta :Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

Cappuccino, James G. dan Sherman, N. (2014) Manual Laboratorium Biologi. Jakarta:


EGC.

Griffth W Garth.(2007) Copper Deciency In Potato Dextrose Agar Cause Reduceed


Pigmentation In Cultures Of Various Fungi.Europe: European Microbiological
Societies

Octavia, A., & Wantini, S. (2017). Perbandingan pertumbuhan cendawan Aspergillus


flavus pada media PDA (potato dextrose agar) dan media alternatif dari
singkong (Manihot esculenta Crantz). Jurnal Analis Kesehatan, 6(1), 625–631.

Rohmi, dkk. 2019. Ubi Jalar Putih (Ipomoea Batatas L.) Media Alternatif Pertumbuhan
Aspergillus Niger. Jurnal Kesehatan Prima. Poltekkes Mataram. 13(2),
143-150.
Yogyakarta, 7 Januari 2022

Mengetahui
Dosen Pengampu Praktikan

Ir. Heriyanto, MS Dyah Retno Mulatsih


LAMPIRAN

Gambar 1. Sterilisasi alat Gambar 2. Alat dan bahan yang digunakan dalam
pembuatan media PDA

Gambar 3. Perebusan kentang Gambar 4. Proses perebusan kaldu kentang, agar


powder dan dextrose
Gambar 5. Pengukuran PDA sebanyak 20 ml Gambar 6. PDA dimasukkan kedalam botol steril

Gambar 7. Tutup mulut botol menggunakan kapas, Gambar 8. Sterilisasi media PDA selama 3 jam
kasa yang dilapisi plastik kemudian ikat menggunakan
karet gelang
Gambar 9. Media Potato Dextrose Agar (PDA) siap Gambar 10. Media PDA yang telah diamati selama
disimpan di suhu ruang 3 hari

Gambar 11. Media PDA yang siap untuk media


inokulasi jamur
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA MAGELANG
JURUSAN PERTANIAN
Jl. Kusumanegara No. 2 Yogyakarta Telp. (0274) 375528

LAPORAN PRAKTIKUM

I. Identitas
Mata Kuliah : Rekayasa Produk Pertanian
Acara Praktikum : Pembibitan Jamur Tiram F1
Tujuan : Mampu melakukan pembibitan jamur tiram (F1) pada media
Media Potato Dextrose Agar (PDA) dengan peralatan
sederhana
Tempat : Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta
Hari, Tanggal : Jum’at, 7 Januari 2022
Nama Mahasiswa : Dyah Retno Mulatsih
NIRM : 03.01.18.0010
No Absen : 10
Semester : VII PPB 1
Dosen pengampu : 1. Ir. Heriyanto, MS
2. Endah Puspitojati, S.TP, MP
Asisten Dosen : Novia Aristi Rahayu, STP., M.Sc

II. Dasar Teori


Jamur merupakan tanaman yang tidak mempunyai klorofil sehingga tidak bisa
melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur
digolongkan sebagai tanaman heterotrofik, karena jamur hidup dengan cara mengambil
zat – zat makanan, seperti selulosa, glukosa, lignin, protein, dan senyawa pati dari
organisme lain. Jamur telah dikenal dan popular sebagai bahan makanan lezat sejak
abad XIV Masehi. Jamur dinilai mengandung karbohidarat, berbagai mineral seperti
kalsium, kalium, fosfor, dan besi serta vitamin B, B12 dan C. Kandungan protein (10,5-
30,4%) yang terdapat pada jamur lebih tinggi dibandingkan dengan bahan makanan lain
yang juga berasal dari tanaman, yakni protein jamur dua kali lebih tinggi daripada
asparagus dan kentang, empat kali lebih tinggi daripada wortel dan tomat dan enam kali
lebih tinggi daripada jeruk.
Jamur mempunyai ragam jenis, salah satunya adalah jamur tiram putih
(Pleurotos ostreatus). Nama jamur tiram (Pleurotus ostreatus) diberikan karena bentuk
tudung jamur ini agak membulat, lonjong, dan melengkung menyerupai cangkang
tiram. Permukaan tudung jamur tiram licin, agak berminyak jika lembab, dan tepinya
bergelombang. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan jamur dari famili
Agaricaceae dan dibudidayakan oleh masyarakat karena merupakan salah satu produk
yang dapat dikembangkan dengan teknik yang sederhana.
Jamur tiram (Pleurotos ostreatus) mempunyai kandungan gizi yang cukup besar
sehingga bermanfaat bagi kesehatan manusia. Jamur tiram enak dimakan dan dipercaya
mempunyai khasiat obat untuk berbagai penyakit, seperti lever, diabetes, anemia,
sebagai antiviral dan anti kanker, menurunkan kadar kolesterol, meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap serangan polio dan influenza serta kekurangan gizi. Selain itu,
jamur tiram juga dipercaya mampu membantu penurunan berat badan karena berserat
tinggi dan membantu pencernaan (Sunarmi dan Cahyo, 2010 ).
Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah
dibudidayakan. Jamur tiram termasuk familia Agaricaceae atau Tricholomataceae dari
klasis Basidiomycetes. Klasifikasi jamur tiram menurut Alexopolous (1962) adalah
sebagai berikut:
Divisi : Amastigomycota
Sub-Divisi : Basidiomycotina
Klasis : Basidiomycetes
Ordo : Agaricales
Familia : Agaricaceae
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus sp
Menurut Suhardiman (1983) terdapat beberapa jenis jamur tiram yang sering
dibudidayakan petani, antara lain :
1. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), warna tubuh buah putih.
2. Jamur tiram coklat (P. abalonus), warna tubuh buah kecoklatan.
3. Jamur tiram kuning (Pleurotus sp), warna tubuh buah kuning dan sangat jarang
ditemukan.
Menurut Gunawan (2004), ciri-ciri jamur tiram adalah daging tebal. Berwarna
putih, kokoh, tetapi lunak pada bagian yang berdekatan dengan tangkai, bau dan rasa
tidak merangsang. Tangkai tidak ada atau jika ada biasanya pendek, kokoh dan tidak
dipusat atau lateral (tetapi kadang-kadang dipusat), panjang 0,5-4,0 cm, gemuk, padat,
kuat kering, umumnyta berambut atau berbulu kapas paling sedikit di dasar.
Jamur ini memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar membentuk corong dangkal
seperti kulit karang (tiram). Tubuh buah jamur memiliki tudung (pilues) dan tangkai
(stipes atau stalk). Pileus berbentuk mirip cangkang tiram berukuran 5-15 cm dan
permukaan bagian bawah berlapis-lapis seperti insang berwana putih dan lunak.
Sedangkan pertumbuhan tangkainya dapat pendek atau panjang (2-6 cm). Tangkai ini
menyangga tudung lateral (dibagian tepi) atau eksentris (agak ke tengah) Jamur tiram
bersih (Pleurotus florida dan Pleurotus ostreatus) memiliki tudung berwarna putih susu
atau putih kekuning-kuningan dengan garis tengah 3-14 cm (Djarijah dan Abbas, 2001).
Permukaan jamur tiram licin dan agak berminyak ketika lembab sedangkan
bagian tepinya mulus agak bergelombang. Daging jamur cukup tebal, kokoh tapi lunak
pada bagian yang berdekatan dengan tangkai. Jika sudah terlalu tua, daging buah
menjadi alot dan keras. Spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4µm. Miselium
berwarna putih dan bisa tumbuh dengan cepat (Gunawan, 2001).
Jamur tiram memiliki inti plasma dan spora yang berbentuk sel – sel lepas atau
bersambungan membentuk hifa dan miselium. Pada titik – titik pertemuan percabangan
miselium akan terbentuk bintik kecil yang disebutpin head atau calon tubuh jamur yang
akan berkembang menjadi tubuh buah jamur (Parjimo dan Agus, 2007).
Permukaan bawah tudung dari tubuh buah muda terdapat bilah-bilah (lamela).
Lamela tubuh menurun dan melekat pada tangkai. Pada lamela terdapat sel-sel
pembertuk spora (basidium) yang berisi basidiospora. Basidiospora biasanya dibentuk
pada saat tubuh buah telah dewasa (mengalami kematangan). Selama tepi tudung masih
berlipat-lipat, tubuh buah dikatakan belum dewasa. Tepi tudung yang merengah penuh
maka tubuh buah mencapai fase dewasa dan dapat dipanen. Tubuh buah yang matang
biasanya rapuh dan spora dapat dilepaskan (Gunawan, 2005).
Batang atau tangkai jamur tiram tidak tepat berada ditengah tudung, tetapi agak
kepinggir. Tubuh buahnya membentuk rumpun yang memiliki banyak percabangan dan
menyatu dalam satu media. Jika sudah tua, daging buahnya akan menjadi liat dan keras.
Warna jamur yang disebut dengan oyster mushroom ini bermacam-macam, ada yang
putih, abu-abu, cokelat, dan merah Di Indonesia, jenis yang paling banyak
dibudidayakan adalah jamur tiram putih. (Parjimo dan Agus, 2007).
Secara alami jamur tiram banyak ditemukan tumbuh di batang-batang kayu
lunak yang telah lapuk seperti pohon karet, damar, kapuk atau sengon yang tergeletak
di lokasi yang sangat lembab dan terlindung dari cahaya matahari. Pada fase
pembentukan miselium, jamur tiram membutuhkan suhu 22 - 28º C dan kelembaban
60% - 80%. Pada fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu 16 - 22º C dan
kelembaban 80% - 90% dengan kadar oksigen 10% (Parjimo dan Agus, 2007).
Berdasarkan pernyataan (Sunarmi dan Cahyo, 2010) awal dari budidaya jamur
membutuhkan biakan murni yang bebas dari kontaminasi dan memiliki sifat – sifat
genetik yang baik, yakni dalam hal kuantitas maupun kualitas. Untuk menghasilkan
mutu jamur yang baik tentu sangat tergantung dari mutu bibitnya, bibit jamur tiram
yang baik salah satunya ditandai dengan pertumbuhan miselium yang merata diseluruh
media tumbuh. Data yang diperoleh dari UPTD BP2TPH Sleman menggunakan biakan
murni dengan kriteria antara lain : jamur cukup dewasa, sehat dan bebas dari hama
penyakit, jamur berumur sekitar 4 hari sebelum berkembang menjadi badan buah, bebas
dari kelainan fisik, bentuknya besar, berdaging tebal dan kokoh.

III. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan media Potato
Dextrose Agar (PDA) adalah sebagai berikut.
a. Alat
1. Dandang
2. Kompor
3. Pinset
4. Wadah alcohol dan aquades
5. Gelas ukur
6. Talenan
7. Pisau
8. Sarung tangan
9. Masker

b. Bahan
1. Jamur tiram yang berusia muda
2. Medium Potato Dextrose Agar (PDA)
3. Aquades secukupnya
4. Alcohol 70%
5. Alcohol 3%
6. Kapas
7. Tissue
8. Plastik
9. Karet gelang
10. Kertas koran

IV. Prosedur Kerja


Langkah kerja dalam praktikum pembuatan media Potato Dextrose Agar (PDA)
adalah sebagai berikut.
a. Sterilisasi Alat dan Ruangan
1. Siapkan alat yang akan digunakan.
2. Rendam alat yang akan digunakan menggunakan alcohol 70% selama ± 15
menit.
3. Semprotkan alcohol 70% pada ruangan yang akan digunakan untuk
pembibitan jamur agar suci hama.

b. Pembuatan Media Potato Dextrose Agar (PDA)


1. Semprotkan alcohol 70% ke tangan terlebih dahulu, gunakan sarung tangan
dan masker.
2. Ambil jamur tiram kemudian sterilkan dengan cara disemprot
menggunakan alcohol 3%.
3. Setelah itu ambil sampel jamur dengan cara dipotong dengan ukuran 1x1
cm. Ambil bagian jamur yang berada dibagian dalam pada pangkal dan
mahkota jamur.
4. Rendam kembali potongan jamur dengan alcohol 3% selama 2-3 menit.
Lalu rendam kedalam aquades selama 2-3 menit.
5. Ambil potongan jamur, tiriskan menggunakan tissue atau kertas koran.
6. Kemudian rendam lagi potongan jamur dengan alcohol 3% selama 2-3
menit. Lalu rendam kedalam aquades selama 1 menit.
7. Tiriskan kembali potongan jamur tersebut menggunakan tissue atau kertas
koran sampai benar-benar kering.
8. Nyalakan kompor dan mulai lakukan pembibitan jamur tiram di dekat
sumber api.
9. Celupkan pinset kedalam alcohol 70% dan panaskan pinset dengan api
kompor ulangi sebanyak 3 kali pengulangan.
10. Kemudian ambil media PDA, buka tutup botol secara perlahan dengan tetap
berada diatas api kompor.
11. Kemudian ambil potongan jamur dan masukkan kedalam media PDA.
12. Setelah selesai tutup kembali media menggunakan kapas dan plastik.
13. Simpan jamur pada suhu ruang.
14. Amati pertumbuhan jamur.

V. Hasil dan Pembahasan


Inokulasi adalah proses penanaman jaringan pada media tumbuh. Inokulasi
yang digunakan dalam pembuatan biakan murni adalah jaringan tumbuh jamur dengan
teknik kultur jaringan. Proses inokulasi harus berlangsung dalam keadaan yang selalu
aseptik, di dalam memulai proses ini baik tangan, jamur dan peralatan harus steril. Pada
praktikum pembibitan jamur tiram (F1) ini dilakukan secara sederhana dirumah
mahasiswa.
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan didapatkan hasil bahwa terdapat
jamur yang mengalami kontaminan. Kontaminasi ini disebabkan oleh proses inokulasi
yang tidak steril dan udara yang ada di ruangan tempat penanaman jamur mengandung
banyak mikroba sehingga ada kemungkinan besar terjadinya kontaminan. Pada
pembibitan jamur F1 percobaan pertama di hari ke 2 menunjukkan bahwa jamur mulai
tumbuh dengan ciri-ciri terdapat miselium berwarna putih. Namun di hari ke 8,
potongan kentang menjadi kering dan pertumbuhan jamur terhenti. Selain itu pada
potongan kentang juga terdapat bercak berwarna hitam.
Pada pembibitan jamur F1 percobaan kedua tepatnya di hari ke 7 penanaman
jamur menunjukkan pertumbuhan jamur yang baik. Hal ini ditandai dengan adanya
miselium berwarna putih seperti rambut halus yang tumbuh di sekitar potongan kentang
yang terlihat mulai menyebar merata ke seluruh botol. Namun di hari ke 13 muncul
jamur berwarna hijau dan membuat pertumbuhan jamur berhenti. Kemudian pada
pembibitan jamur F1 percobaan ketiga juga mengalami hal yang sama yaitu terdapat
jamur berwarna hijau, bercak hitam merah dan media yang berlendir. Hasil praktikum
dapat dilihat pada Lampiran.
Menurut Parjimo dan Agus tahun 2007, pembuatan bibit F1 berhasil apabila
telah tampak miselium berwarna putih yang tumbuh disekitar eksplan dan miselium
tersebut terlihat menyebar merata keseluruh tabung reaksi. Namun berdasarkan hasil
praktikum pembibitan jamur yang dilakukan secara sederhana ini mengalami
kontaminan dengan tampaknya jamur berwarna hijau, bercak hitam dan media yang
berlendir. Sehingga jamur yang mengalami kontaminan tidak dapat dijadikan sebagai
bibit jamur. Pembibitan jamur tiram F1 dapat dikatakan berhasil apabila tidak terdapat
mikroba atau benda asing yang tumbuh selain bibit jamur.

VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pembibitan jamur tiram F1 yang dilaksanakan di
rumah mahasiswa yang berlokasi di Rejowinangun, Kecamatan Kotagede, Kota
Yogyakarta ini didapatakan kesimpulan bahwa pembibitan jamur F1 mengalami
kontaminan. Dari 3 kali percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa jamur
awalnya memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang baik hal ini ditendai dengan
adanya miselium berwarna putih yang tumbuh merata di botol. Namun dihari
berikutnya jamur mengalami kontaminan dengan ciri-ciri terdapat jamur berwarna
hijau, bercak hitam dan berlendir pada media PDA. Hal ini dapat disebabkan oleh tidak
sterilnya proses inokulasi dan ruangan yang tidak suci sehingga menyebabkan adanya
mikroba pada bibit jamur.

VII. Saran
Proses pembibitan dan budidaya jamur tiram diharapkan selalu dalam kondisi
yang aseptik, agar tidak terkontaminasi dan mendapatkan hasil yang berkualitas unggul.
Penggunaan formulasi media tanam yang tepat sangat diperhatikan karena titik
keberhasilan awal dari pembibitan yakni tempat tumbuh yang sesuai dan cukup nutrisi
bagi jamur tiram.

VIII. Daftar Pustaka


Gunawan, AW. 2001. Usaha pembibitan Jamur. Jakarta. Penebar swadaya
. 2004. Budidaya Jamur Tiram. PT Agro Media Pustaka. Depok.
Andoko, Agus dan Parjimo. 2007. Budidaya Jamur (Jamur Kuping, Jamur Tiram dan
Jamur Merang). Agromedia Pustaka. Jakarta.
Riyanto, Frendi. 2010. Pembibitan Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus) di Balai
Pengembangan dan Promosi Tanaman Pangan Dan Hortikultura (BPPTPH)
Ngipiksari Sleman, Yogyakarta.
Saparinto, Cahyo dan Sunarmi. 2010. Usaha 6 Jenis Jamur Skala Rumah Tangga.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Yogyakarta, 7 Januari 2022

Mengetahui
Dosen Pengampu Praktikan

Ir. Heriyanto, MS Dyah Retno Mulatsih


LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Praktikum

Gambar 1. Percobaan pertama : pembibitan jamur Gambar 2. Percobaan kedua : pembibitan jamur
tiram F1 di hari ke 2 masih terdapat miselium tiram F1 dihari ke 8 tidak mengalami pertumbuhan
berwarna putih jamur

Gambar 3. Percobaan kedua : pembibitan jamur tiram Gambar 4. Percobaan kedua : pembibitan jamur
F1 dihari ke 7 miselium mulai menyebar ke tiram F1 dihari ke 13 muncul jamur berwarna hijau
permukaan botol dan bercak hitam
Gambar 5. Percobaan ketiga : Pembibitan jamur tiram Gambar 6. Percobaan ketiga : Pembibitan jamur
F1 dihari ke 4 terlihat bahwa miselium dengan ciri-ciri tiram F1 dihari ke 9 menunjukkan bahwa terdapat
rambut halus mulai terlihat bercak hitam dan berlendir pada media PDA

Gambar 7. Pembibitan jamur tiram F1 yang Gambar 8. Jamur yang terkontaminan


terkontaminan
Lampiran 2. Dokumentasi Praktikum

Gambar 1. Pemilihan biakan murni jamur tiram Gambar 2. Persiapan alat dan bahan pembibitan
jamur tiram F1

Gambar 3. Proses pengambilan eksplan jamur tiram Gambar 4. Hasil pemotongan jamur tiram yang
akan di inokulasi
Gambar 5. Perendaman eksplan jamur tiram dengan Gambar 6. Eksplan jamur tiram ditiriskan diatas
alcohol 3% dan aquades kertas

Gambar 7. Mulut botol media PDA dipanaskan di api Gambar 8. Inokulasi jamur tiram pada media PDA
untuk mensterilkan botol
Gambar 9. Proses inokulasi jamur tiram F1 yang Gambar 10. Bibit jamur tiram F1 siap disimpan di
dilakukan di dekat sumber api suhu ruang

Anda mungkin juga menyukai