SKRIPSI
Oleh:
Yeni Ermila Yanti
NIM: 1119761920279
SKRIPSI
Oleh:
Yeni Ermila Yanti
NIM: 11194761920279
Pembimbing I Pembimbing II
ii
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI
SKRIPSI
Oleh:
Yeni Ermila Yanti
NIM: 11194761920279
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kesehatan Ketua Jurusan Farmasi
Ketua LPPM
Universitas Sari Mulia
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
bahwa SKRIPSI yang saya tulis merupakan karya hasil penelitian saya bersama
apapun. Acuan pustaka yang tertuang dalam Skripsi ini adalah benar dan dapat
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan SKRIPSI ini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut. Demikian
iv
Pengaruh Variasi Konsentrasi Gliserin Terhadap Stabilitas Dan Efektivitas
Pelembab Krim Ekstrak Binahong (Anredera Cordifolia) Dengan Basis
Vanishing Cream
ABSTRAK
Abstrak
Latar Belakang: Krim pelembab ditujukan untuk meningkatkan hidrasi kulit.
Jenis bahan pelembab dikategorikan pada beberapa kelompok, diantaranya yaitu
humektan. Humektan adalah kelompok agen pelembab digunakan untuk menjaga
kelembapan. Bahan humektan yang umum digunakan adalah gliserin. Salah satu
tanaman yang khasiatnya baik untuk kulit yaitu daun Binahong (Anredera
Cordifolia). Binahong memiliki kandungan senyawa antioksidan tinggi. Basis
krim yang digunakan adalah Vanishing Cream.
Tujuan: : Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi gliserin terhadap Stabilitas
krim, mengetahui hasil stabilitas dan efektivitas pelembab krim ekstrak binahong
(Anredera Cordifolia) dalam basis vanishing cream.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. Sediaan
krim dibuat menjadi 3 formulasi dengan variasi konsentrasi Gliserin 5%, 10% dan
15%. Sediaan krim di evaluasi stabilitas fisik dan dilakukan uji efektivitas
pelembab dengan alat skin moisture analyzer.
Hasil: Hasil pengamatan evaluasi stabilitas pada hari ke 0, 7 dan 14, pada uji
organoleptis didapatkan hasil meliputi warna, bau, bentuk yang sama tiap
formulasi. Uji homogenitas pada ketiga formula didapatkan hasil yang homogen.
Pada uji pH hasil pH yang paling stabil pada FII. Hasil uji daya sebar yang terluas
pada FI. Hasil uji daya lekat terkuat pada FIII . Hasil uji tipe krim dari ketiga
formulasi merupakan krim M/A. Hasil uji efektivitas menggunakan alat skin
moisture analyzer krim yang paling optimal dalam melembabkan kulit yaitu FIII
dengan konsentrasi gliserin 15%.
Simpulan: Hasil penelitian dari uji stabilitas semua hasil memenuhi persyaratan
evaluasi fisik dari sediaan dan uji efektivitas memenuhi persyaratan kelembapan
pada kulit.
v
The Effect of Variations in Glycerin Concentration on the Stability and
Effectiveness of Moisturizing Binahong (Anredera Cordifolia) Extract
Cream With Vanishing Cream Base
ABSTRACT
Abstract
Background: Moisturizing cream is intended to increase skin hydration. Types of
moisturizing ingredients categorized into several groups, including humectants.
Humectants are group moisturizing agents used to maintain moisture.The most
commonly used humectant is glycerin. One plants that have good properties for
skin is Binahong leaf (Anredera cordifolia). Binahong contains high antioxidant
compounds.Cream base used Vanishing Cream.
Objective: To determine effect of variations in glycerin concentration cream
stability, to determine stability and effectiveness of moisturizing cream of
binahong extract in vanishing cream base.
Methods: This research is laboratory experimental research. Cream preparations
were made into 3 formulations with varying concentrations glycerin 5%,10% and
15%.Cream preparations were evaluated for physical stability and effectiveness
of moisturizer was tested using a skin moisture analyzer.
Results: The results of the observation stability evaluation on days 0,7 and 14, in
the organoleptic test, the results included the same color,odor, shape for each
formulation. Homogeneity test on three formulas obtained homogeneous results.
In pH test, most stable pH was FII. The results of widest dispersion test on FI.
The results of strongest adhesion test in FIII . The result of cream type test from
three formulations was an O/A cream. The results of effectiveness test use a skin
moisture analyzer cream that is the most optimal in moisturizing skin FIII with
glycerin concentration of 15%.
Conclusion: The results of stability test all results meet the requirements of
physical evaluation the preparation and effectiveness test meets requirements of
moisture on the skin.
vi
KATA PENGANTAR
Segala syukur dan puji hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena
anugerah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
Sari Mulia Banjarmasin. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada masa penulisan skripsi
ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, saya
1. Hj. Aizar Soedarto, BSc., MBA., selaku Ketua Yayasan Indah Banjarmasin.
2. Dr. RR. Dwi Sogi Sri R, S.KG., M.Pd selaku Rektor Universitas Sari Mulia.
4. Hariadi Widodo, S.Ked., MPH selaku Wakil Rektor II Bidang Keuangan dan
Sistem Informasi.
6. Dini Rahmayani, S.Kep., Ns., MPH selaku Ketua LPPM Universitas Sari
Mulia Banjarmasin.
vii
8. apt. Noval, M.Farm selaku Ketua Jurusan Farmasi Universitas Sari Mulia
9. apt. Kunti Nastiti, S.Far., MSc. selaku Pembimbing II yang telah senantiasa
10. apt. Siti Malahayati., M.Farm selaku penguji utama yang telah memberikan
11. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu mendoakan dan telah memberikan
12. Teman teman baik saya nella,icha,herna,luna,rara, dan sahabat manjul yang
13. Teman-teman seangkatan yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang
telah bersedia untuk berdiskusi dan saling memberikan motivasi satu sama
lain.
14. Last but not least, I wanna thank me, I wanna thank me for believing in me, I
wanna thank me for doing all this hard work, I wanna thank me for having no
dan kritik yang membangun demi kesempurnaan dimasa yang akan datang.
viii
Penulis
Saya berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK.............................................................................................ix
ABSTRACT.............................................................................................x
KATA PENGANTAR.............................................................................xi
DAFTAR ISI........................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR............................................................................xvii
DAFTAR TABEL...............................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
x
2.1.2 Krim.............................................................................................15
2.1.4 Gliserin..............................................................................................23
2.1.5 Evaluasi.............................................................................................24
2.4 Hipotesis...............................................................................................28
xi
3.5.2 Sumber Data...................................................................................37
4.2.1 Organoleptis....................................................................................39
4.3 Pembahasan..........................................................................................49
4.4 Keterbatasan.........................................................................................60
5.1 Simpulan...............................................................................................61
5.2 Saran.....................................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................62
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Operasional…………………………………………………...36
39
Homogenitas…………………………………...40
40
Lekat……………………………………..43
…………………………………….44
Pelembab…………………………...45
xiv
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Jadwal penelitian
4. Sertifikat Ethical
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
berbagai produk atau bahan asing, seperti kosmetik, benda-benda sekitar, dan
Secara alami, kulit memiliki lapisan lemak tipis pada permukaannya yang
terdiri atas produksi kelenjar minyak yang berfungsi untuk melindungi kulit dari
kelebihan penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Saat ini, banyak
seperti kondisi kulit kering walaupun ada sebagian individu yang memiliki jenis
kulit kering pada bagian tubuh tertentu. Kulit kering dapat dipengaruhi oleh
kekasaran permukaan kulit, dan hidrofilitas. Selain itu, kulit kering juga
dipengaruhi oleh iklim, usia, dan pemakaian produk yang tidak sesuai jenis kulit.
1
2
Diantara beberapa faktor yang telah disebutkan terjadinya dehidrasi kulit adalah
dengan mengurangi Trans Epideral Water loss (TEWL) dan menarik air untuk
hidrasi kulit dan meningkatkan kadar air pada SC dengan cara menyediakan air ke
kulit dan meningkatkan oklusi untuk mengurangi TEWL. Hal itu juga mencakup
celah kulit dan memberikan lapisan film pelindung yang menenangkan dan
kemampuan lapisan ganda lipid antar sel untuk menyerap, mempertahankan dan
yaitu pelembab yang bersifat oklusif, humektan, dan lipid interseluler pada
Stratum Corneum (SC). Bahan yang bersifat oklusif dan humektan adalah bahan
dalam produk kosmetika, pangan, obat dan pestisida. Humektan merupakan bahan
yang bersifat higroskopis, dapat mempertahankan air pada lapisan epidermis agar
tidak menguap dan mengabsorbsi air dari udara lembab sampai kelembaban
tertentu. Humektan juga merupakan zat yang dapat menarik air jika dioleskan
pada kulit dan secara teoritis dapat meningkatkan hidrasi SC (Stratum Corneum)
asam alfa hidroksi, dan glukosa. Pada penelitian ini humektan yang dipilih adalah
menyerap air hampir sama dengan Natural Moisturizing factor (NMF) dapat
karakteristik fisik,kimia dan spf sediaan krim tipe O/W ekstrak biji kakao, dari
hasil pada penelitian tersebut yang dilakukan pada 10 orang responden dengan
menggunakan krim pada permukaan kulit dengan kriteria kelembutan krim yang
dibersihkan. Dari hasil uji aseptabilitas yang telah dilakukan didapatkan bahwa
dan kemudahan di cucikan hal ini karena viskositasnya paling reandah pada
formula I. Dari tiga kriteria penilaian yang diamati diambil kesimpulan bahwa
4
formula 1 adalah formula yang paling lembut dioleskan, paling mudah diratakan
Maka dari itu dapat disimpulkan dalam penelitian ini humektan Gliserin lebih
Bahan-bahan penyusun krim umumnya yaitu, zat aktif atau bahan yang
maka di perlukan tambahan zat aktif yang berasal dari bahan alam. Salah satu
tanaman di Indonesia yang khasiat nya baik untuk kulit dan ber potensi untuk
dikembangkan menjadi tambahan zat aktif produk kosmetik pelembab yaitu daun
partikel seperti asap, polusi, dan sinar UV yang mengoksidasi kulit, sehingga
menyebabkan kerusakan kulit dan penuaan dini. Akibat dari radikal bebas
tersebut, lapisan terluar tubuh ini rentan mengalami kering, tampak bernoda,
hingga timbulnya tanda-tanda penuaan di usia yang relatif masih muda. Untuk
dapat melindungi kulit, maka kita perlu menetralkan radikal bebas tersebut. Salah
manfaat untuk kulit, beberapa manfaat nya yaitu melindungi kulit dari berbagai
kerusakan sel akibat radiasi UV, anti penuaan atau peremajaan kulit, dan juga
5
dapat meningkatkan produksi kolagen pada kulit sehingga kulit akan lebih
ternutrisi dan lebih sehat. Antioksidan dapat berupa molekul kompleks maupun
Maka dari itu penambahan zat aktif yang berkhasiat sebagai antioksidan
dan penangkal radikal bebas ini sangat baik digunakan sebagai zat aktif dengan
yang baik.
antioksidan yang tinggi dengan nilai IC 50 sebesar 40,27 ppm, lebih baik daripada
IC50 yang dihasilkan vitamin C yaitu sebesar 49,2 ppm. Hal ini menjelaskan
perhitungan kurang dari 50 ppm, yaitu 40,27 ppm. Hal ini sesuai dengan
dapat digolongkan menurut IC50. Semakin kecil nilai IC50 berarti semakin kuat
sebagai krim antioksidan dari ekstrak daun Binahong adalah FIII yang
Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa Sediaan krim ekstrak etanol daun
antioksidan yang paling efektif adalah FII yang mengandung ekstrak sebesar 0,4
pertumbuhan bakteri dan beberapa krim anti jerawat (acne vulgaris) (Anwar &
Soleha, 2016). Penelitian tentang krim untuk pelembab dari daun Binahong ini
dikembangkan menjadi suatu produk sediaan kosmetik yaitu berupa krim. Krim
banyak disenangi oleh masyarakat karena sifatnya yang mudah dioleskan, tidak
dingin karena lambatnya penguapan air pada kulit, mudah dicuci dengan air,
pelepasan obat yang baik, serta tidak terjadi penyumbatan di kulit (Leboe, 2020).
Dalam penelitian ini, basis sediaan krim yang digunakan adalah Vanishing
Cream. Sediaan ini merupakan sediaan emulsi tipe m/a minyak dalam air,
mengandung asam stearat dalam jumlah besar yang terdispersi dalam air dengan
berminyak, mudah menyebar, dan mudah diabrsopsi kulit Krim ini juga
melembabkan kulit dan mencegah kulit menjadi kering kasar dan pecah. Sediaan
Vanishing Cream lebih disukai dan banyak dipakai karena sifatnya yang mudah
7
enak dan mudah menyebar merata saat dioleskan pada kulit, mudah dihilangkan
dari tempat pemakaian, memberi kesan dingin dan efek emolien pada kulit. Selain
itu krim ini juga dapat digunakan pada kulit dengan luka yang basah karena bahan
pembawa minyak dalam air cenderung untuk menyerap cairan yang dikeluarkan
b. Bagaimana hasil evaluasi Stabilitas yang didapatkan pada sediaan krim ekstrak
a. Teoritis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk meningkatkan ilmu
farmasi.
9
Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi kepada institusi pendidikan untuk
c. Bagi Mahasiswa
d. Bagi Peneliti
f. Bagi Industri
Dapat memberikan kontribusi yang positif dan juga dapat digunakan sebagai
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Familia : Basellaceae
Genus : Anredera
12
13
bentuk tak beraturan dan bertekstur kasar. Tipe daun binahong adalah daun
hijau, berbentuk jantung (cordata), panjang 5-10 cm, lebar 3-7 cm, helaian
daun tipis lemas, ujung runcing, pangkal berlekuk (emerginatus), tepi rata,
serta permukaan licin, tipe bunga binahong adalah bunga majemuk berbentuk
mahkota 0,50-1,00 cm, dan berbau harum (Santi Deliani Rahmawati, 2020).
Umbi terdapat di pangkal batangnya, dan bisa juga diperbanyak dengan umbi
batang yang disebar di tanah. Tumbuh dengan baik di daerah tropis atau
c. Kandungan Kimia
antioksidan, antijamur, dan antitumor. Komponen aktif dalam hal ini tanaman
yang dilakukan oleh (Tahar et al., 2019) menunjukkan ekstrak daun binahong
berpotensi sebagai tabir surya, nilai rata-rata SPF ekstrak daun binahong yang
diperoleh pada konsentrasi (300 ppm, 350 ppm, 400 ppm dan 450 ppm)
memberikan perlindungan minimal, karena berada pada range SPF 2-12. Daun
yang dilakukan oleh (Parwati et al., 2014) menunjukkan bahwa ekstrak etanol
sebesar 40,27 ppm, lebih baik daripada IC50 yang dihasilkan vitamin C yaitu
sebesar 49,2 ppm. Hal ini menjelaskan bahwa kemampuan menangkap radikal
dikarenakan nilai IC50 yang diperoleh dari perhitungan kurang dari 50 ppm,
yaitu 40,27 ppm. Hal ini sesuai dengan pernyataan Molyneux bahwa tingkat
Semakin kecil nilai IC50 berarti semakin kuat daya antioksidannya (Parwati et
al., 2014). Adanya kandungan flavonoid, antioksidan tinggi dan nilai SPF yang
sediaan krim pelembab memiliki nilai SPF 2-12 yang dapat memberikan
2.1.2 Krim
a. Pengertian krim
mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian
luar. Krim merupakan sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Krim
biasanya digunakan sebagai emolien atau pemakaian obat pada kulit. Istilah
krim digunakan secara luas dalam bidang farmasi dan industri kosmetika.
Formula krim terdiri atas zat aktif yang diformulasikan ke dalam basis krim
sebagai pembawa. Krim yang baik harus memperhatikan basis yang cocok,
perubahan suhu dan perubahan komposisi (adanya penambahan salah satu fase
pengenceran yang cocok dan harus dilakukan secara teknik aseptis. Krim yang
pengemulsi krim harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang
emulpid, lemak bulu domba, setasium, setil alkohol, stearil alkohol, golongan
sorbitan, polisorbat, PEG dan sabun dan bahan pengawet yang umum biasanya
Sifat umum sediaan semi padat terutama sediaan krim yaitu mampu
16
melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama
b. Tipe Krim
krim) yang digunakan melalui kulit akan hilang tanpa bekas. Pembuatan
(jenis lemak yang ampifil) yang umumnya adalah rantai panjang alkohol
seperti adeps lanae, ester asam lemak dengan garam dari asam lemak
maka dapat terjadi pembalikan fasa. Contoh: cold cream. Cold cream adalah
dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih berwarna putih dan bebas
dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar
(Annisa, 2020).
17
1. Kelebihan Krim
b. Praktis.
c. Mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe M/A (minyak
dalam air).
beracun
i. Bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak
2. Kekurangan krim
keadaan panas
c. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe A/M karena terganggu
a. Fase minyak, merupakan bahan obat yang larut dalam minyak yang
b. Fase air, merupakan bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
(Annisa, 2020).
a. Zat berkhasiat
b. Minyak
c. Air
d. Pengemulsi
dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat atau dikehendaki. Sebagai
2020).
e. Basis Krim
19
Bahan baku yang paling banyak digunakan untuk pembawa pada salep
netral juga kemampuan menyebarnya yang mudah pada kulit. Basis ini
sukar dicuci, dan dapat digunakan sebagai oklusif atau bahan aktif kosmetik
dari kulit. Suatu lapisan tipis petroleum menghasilkan rasa hangat pada
kulit, karena kelembapan yang tidak terasa tidak menguap. Sedikit sekali air
juga sebagai “basis serap” meskipun istilah “serap” tidak tepat. Basis ini
pada sentuhan tidak menyerap air, tetapi dengan pengadukan yang cukup,
basis ini dapat menyerap larutan air dan dapat dianggap sebagai emulsi air
20
di dalam minyak. Basis serap terbagi menjadi dua jenis yaitu bentuk
anhidrat dan bentuk emulsi. Lanolin anhidrat dan petrolatum yang hidrofilik
dalam air, dan dikenal sebagai “krim”. Basis vanishing cream termasuk
dalam golongan ini. Diberi istilah vanishing cream karena waktu krim ini
digunakan dan digosokkan pada kulit, hanya sedikit atau tidak terlihat bukti
nyata tentang adanya krim yang sebelumnya. Hilangnya krim ini dari kulit
atau pakaian dipermudah oleh emulsi minyak di dalam air yang terkandung
di dalamnya. Krim dapat digunakan pada kulit dengan luka yang basah,
Bahan pembawa yang larut dalam air dibuat dari campuran polietilen
glikol dengan bobot molekul yang tinggi dan polietilen glikol dengan bobot
dengan konsistensi seperti salep, yang melunak atau meleleh jika digunakan
air. Basis ini larut dalam air karena adanya gugusan polar dan ikatan eter
Persyaratan mutu:
1) Aman
sehingga tidak lebih toksik dari bahan aktif yang belum diformulasi.
senyawa.
2) Efektif
mampu memberikan efek yang maksimal dan optimal. Jumlah atau dosis
farmakologis yang optimal untuk tiap bentuk sediaan dengan efek samping
minimal.
3) Stabil
22
a) Stabilitas fisika
b) Stabilitas kimia
c) Stabilitas mikrobiologi
d) Stabilitas farmakologis
Vanishing Cream merupakan sediaan emulsi tipe o/w minyak dalam air
yang mengandung asam stearat dalam jumlah besar yang terdispersi dalam air
emulgator yang bersifat asam lemak seperti asam stearate. Kombinasi emulgator
ini akan membentuk suatu masa sediaan yang berkilau. Vanishing Cream disukai
untuk penggunaan sehari – hari karena krim ini memiliki tekstur tidak lengket,
tidak berminyak, mudah menyebar, dan mudah di absorbs kulit. Krim ini juga
melembabkan kulit dan mencegah kulit menjadi kering, kasar, dan pecah
2.1.4 Gliserin
profilen glikol, hyaluronic acid, gliserin, asam salisilat dan lainnya. Pada
bahan yang bersifat sebagai humektan dimana gliserin efektif dapat meningkatkan
kemampuan sediaan untuk mengabsorbsi air dari luar menuju ke dalam kulit
dapat menyerap air dari udara dan mampu mempertahankannya. Proses ini juga
gliserin dapat menjaga kelembaban pada kulit karena banyaknya gugus hidroksil
sehingga semakin kuat dalam mengikat dan menahan air pada kulit Selain
terjadinya dehidrasi pada kulit, hal ini merupakan fungsi dari pelembab dengan
Gliserin memiliki sifat dapat meningkatkan daya sebar dalam sediaan krim
24
dan lotion. Gliserin dapat berdifusi kedalam stratum korneum kemudian menahan
air dalam kulit, sifat-sifat lain gliserin selain sebagai pelembab humektan dan
mempengaruhi fungsi dari protektif kulit untuk dapat melawan iritasi, dapat
kolagen kulit, serta dapat mempercepat proses penyembuhan luka (Aryani, 2019).
Sumber : (Aryani,
Gambar 2. 2 Struktur Kimia Gliserin
2019)
2.1.5 Evaluasi
a. Uji Stabilitas
meliputi pengamatan organoleptis, uji homogenitas, pH, uji daya sebar, uji
daya lekat, dan uji tipe krim. Pengujian stabilitas ini dilakukan selama 2
1) Uji organoleptis
indra atau secara visual yang meliputi warna, bau dan bentuk Pengamatan
2) Uji homogenitas
keefektifan terapi dari suatu sediaan krim karena jika suatu sediaan
homogen maka setiap kali pengambilan akan memiliki kadar zat aktif yang
2018).
3) Uji pH
basa dari sediaan krim dan juga untuk melihat keamanan sediaan krim agar
krim untuk melekat pada saat digunakan pada kulit. Persyaratan daya lekat
yang baik pada krim yaitu lebih dari 4 detik. Semakin lama krim melekat
pada kuat maka semakin banyak zat aktif yang diabsorbsi dan krim
Persyaratan daya sebar yang baik untuk krim yaitu 4-7 cm (Latif dkk.,
2020). Daya sebar yang baik menyebabkan kontak antara obat dengan kulit
apakah krim tersebut merupakan tipe minyak dalam air (M/A) atau tipe air
dispersi zat warna dengan menggunakan metilen blue. Bila metilen blue
tersebar merata maka tipe krim yang dihasilkan adalah minyak dalam air
(M/A) dan apabila timbul bintik-bintik biru pada krim maka tipe krim yang
dihasilkan adalah air dalam minyak (A/M) Pengamatan dilakukan pada hari
hari ke 0. Prosedur ini dilakukan pada setiap formula sebagai kontrol dalam
sediaan krim. Nilai efektivitas krim pelembab dapat dilihat dari kenaikan
27
yang dihasilkan pada alat skin moisture analyzer dari sebelum dilakukan
(Leboe, 2020), (Putra, 2012), (Leobernard Butue et al., 2019), (Aryani, 2019).
II.4 Hipotesis
METODE PENELITIAN
Kesehatan Universitas Sari Mulia yang berlokasi di jalan Pramuka No.2 Pemurus
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan agutus 2022.
Jenis penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
pelaksanaanya dan sampel tidak diambil secara acak (Amrina, 2020). Dipilih jenis
penelitian ini dikarenakan proses pembuatan sediaan Vanishing Cream tidak ada
nya yaitu Gliserin dan dilihat formulasi manakah yang sangat stabil dan yang
29
30
1. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan analitik (Fujitsu),
alat daya lekat, alat uji efektivitas pelembab skin moisture analyzer, dan alat
2. Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu, Ekstrak daun Binahong,
b. Prosedur Kerja
Yogyakarta.
2. Gliserin 5 10 15 Humektan
Gliserin yaitu (5, 10, dan 15%). Krim dengan basis Vanishing Cream terdiri
32
dari dua fase, fase pertama adalah fase minyak yaitu (Asam stearat, Malam
putih, dan Vaselin putih) dileburkan pada suhu 70 C diatas penangas air
sampai larut sempurna. Lalu yang ke dua dalah fase air yang terdiri dari
(Trietanolamin TEA, Gliserin dengan konsentrasi (5, 10, dan 15%), metil
sampai larut sempurna. Fase air dimasukkan ke dalam fase minyak setelah
larut, diaduk hingga homogen sampai terbentuk masa krim yang baik,
kemudian tambahkan zat aktif nya yaitu ekstrak binahong dan diaduk
hingga homogen, setelah terbentuk masa krim yang sempurna, kemas krim
suhu ruang yaitu pada suhu (±29oC) pengujian dilakukan selama 2 minggu
organoleptis, uji homogenitas, pH, uji daya sebar, uji daya lekat, dan uji tipe
emulsi.
1. Uji Organoleptis
visual meliputi bentuk, warna, dan bau selama penyimpanan. Jika tidak
2. Uji homogenitas
3. Uji pH
basa dari sediaan krim dan juga untuk melihat keamanan sediaan krim
2018).
Persyaratan daya sebar yang baik untuk krim yaitu 4-7 cm. Daya sebar
yang baik menyebabkan kontak antara obat dengan kulit menjadi luas,
Persyaratan daya lekat yang baik pada krim yaitu lebih dari 4 detik.
34
Semakin lama krim melekat pada kuat maka semakin banyak zat aktif
yang diabsorbsi dan krim memberikan efek terapi yang lebih optimal
apakah krim tersebut merupakan tipe minyak dalam air (M/A) atau tipe
air dalam minyak (A/M). pada penelitian ini penentuan tipe emulsi
Bila metilen blue tersebar merata maka tipe krim yang dihasilkan adalah
minyak dalam air (M/A) dan apabila timbul bintik-bintik biru pada krim
maka tipe krim yang dihasilkan adalah air dalam minyak (A/M)
sebagai kontrol dalam sediaan krim. Nilai efektivitas krim pelembab dapat
selisih nilai kelembapan yang dihasilkan pada alat skin moisture analyzer
35
Ekstrak daun Binahong (Anredera Cordifolia) yang di peroleh dari Bina Agro
Mandiri.
a. Variabel Independen
Variabel Independen atau variable bebas ialah yang menjadi sebab atau dapat
b. Variabel Dependen
36
organoleptis, uji homogenitas, uji daya sebar, uji daya lekat, uji pH, uji
n (A/M)
Uji Efektivitas Uji efektivitas yaitu untuk Pengujian Standard nilai Rasio
mengetahui efektivitas pelembab dilakukan kelembapan pada
pada sediaan krim. menggunakan kulit :
alat skin ≤33%, kulit
moisture sangat kering
analyzer 34~37%, kulit
kering
38~42%, kulit
normal
43~46%, kulit
lembab
a. Data Kualitatif
Data Kualitatif adalah data yang berbentuk kata atau data yang tidak
berbentuk angka (Amrina, 2020). Pada penelitian ini data kualitatif nya yaitu
b. Data Kuantitatif
Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data yang tidak
berbentuk kata (Amrina, 2020).Pada penelitian ini data kuantitatif nya yaitu uji
pH, uji daya sebar, uji daya lekat,dan uji Efektivitas sediaan.
a. Data primer
data secara langsung (Amrina, 2020). Data primer yang digunakan pada
38
penelitian ini adalah data hasil dari uji stabilitas yaitu uji organoleptis, pH,
daya lekat, dan daya sebar dan data uji efektivitas sediaan.
b. Data sekunder
seperti buku, jurnal, dan lainnya (Amrina, 2020). Data sekunder yang
digunakan pada penelitian ini diambil dari data, dokumen dan literatur yang
tulisan, gambar, atau karya – karya menumental, seperti catatan harian, sejarah
data yang dilakukan dengan mengamati secara langsung keadaan atau situasi dari
pengumpulan data yang peneliti nya ikut meneliti secara langsung, mengamati
independen dan variabel dependen (Yanuar & Widajati, 2016). Pada penelitian ini
39
uji yang digunakan adalah uji One Way Anova, apabila asumsi normalitas dan
dalam sediaan krim berbasis vanishing cream ekstrak Binahong terhadap evaluasi
stabilitas dan efektivitas pelembab dan jika Ha <0,05 maka terdapat pengaruh
variasi konsentrasi Gliserin dalam sediaan krim berbasis vanishing cream ekstrak
beralamat di Jl. Pramuka No.2, Pemurus Luar, Kec. Banjarmasin Timur, kota
4.2.1 Organoleptis
Hari Ke
Formula Pengamatan
0 7 14
Warna Putih Kecoklatan Putih Kecoklatan Putih Kecoklatan
F1 Bau Bau Basis Bau Basis Bau Basis
Bentuk Sedikit Kental Sedikit Kental Sedikit Kental
Warna Putih Kecoklatan Putih Kecoklatan Putih Kecoklatan
F2 Bau Bau Basis Bau Basis Bau Basis
Bentuk Kental Kental Kental
Warna Putih Kecoklatan Putih Kecoklatan Putih Kecoklatan
Bau Bau Basis Bau Basis Bau Basis
F3
Bentuk Sangat Kental Sangat Kental Sangat Kental
Berdasarkan hasil pada tabel 4.1 uji organoleptis pada formula I, II,
dan III sebelum dan sesudah penyimpanan selama 14 hari didapatkan hasil
warna yang sama pada ketiga formula yaitu putih kecoklatan, berbau khas
basis krim yaitu vanishing cream pada masing-masing formula dan pada
bentuk krim berbeda beda tiap formulasi, FI didapatkan hasil sedikit kental,
FII kental dan FIII sangat kental. Pada pengamatan uji organoleptis yang
39
40
dilakukan selama 14 hari didapatkan hasil yang sama tiap-tiap formula hal
tersebut mrnunjukkan bahwa krim pada penelitian ini merupakan krim yang
stabil.
adanya butiran kasar pada kaca objek pada saat pengamatan sebelum dan
homogen.
4.2.3 Uji pH
Replikasi Rata-rata ±
Formulasi Hari P-Value
1 2 3 SD
Ke-0 5,54 5,55 6,22 5,91 ± 0,32
Hari ke-0
FI Ke-7 6,19 5,75 5,80 5,73 ± 0,26
0,656
Ke-14 5,3 5,6 6,14 5,69 ± 0,26
Ke-0 5,74 6,17 5,69 6,10 ± 0,24 Hari ke-7
FII Ke-7 5,8 6,13 5,75 5,89 ± 0,20 0,948
Ke-14 5,98 6,9 5,70 5,86 ± 0,07
Ke-0 5,54 5,81 6,07 5,86 ± 0,42 Hari ke-14
FIII Ke-7 5,81 5,83 5,95 5,80 ± 0,62 0,384
Ke-14 5,84 5,74 5,81 5,68 ± 0,05
41
F1 F2 F3
Uji pH pada tabel 4.3 formula I, II, dan III sebelum penyimpanan
didapatkan hasil rata-rata tertinggi yaitu pada FII sebesar 6,1 dan pH
didapatkan hasil pH tertinggi yaitu pada FII sebesar 5,89 dan pH terendah
masuk ke dalam pH yang baik untuk kulit. pH yang baik sesuai dengan pH
kulit yaitu 4,5 – 6,5 (Lumentut et al., 2020). Berdasarkan analisis statistik
ANOVA satu jalan pada lampiran didapatkan hasil analisis normalitas dan
uji normalitas hasil signifikansi semua formula dengan Sig >0.05 yang
artinya data menyebar normal dan data homogen. Uji ANOVA Analisis data
Tabel 4.4 Hasil pengamatan uji daya sebar sediaan Vanishing Cream
6.5
5.5
4.5
4
Hari Ke-0 Hari Ke-7 Hari Ke-14
Hasil Tabel 4.4 uji daya sebar krim pada formula I, II, dan III
pada FI sebesar 6,1 cm dan daya sebar terendah pada FIII sebesar 5,8 cm
tertinggi yaitu pada FI sebesar 6,4 cm dan daya sebar terendah pada FIII
sebesar 5,6 cm. Hasil dari ketiga formula sediaan krim masih dalam rentang
43
standar daya sebar krim yang baik yaitu 5-7 cm (Lumentut et al., 2020).
Berdasarkan analisis statistik ANOVA satu jalan, analisis normalitas dan uji
yang artinya data menyebar normal dan data homogen. Uji ANOVA
Analisis data daya sebar diperoleh nilai signifikansi semua formula dengan
dengan Sig <0.05 yang artinya ada perbedaan daya sebar terhadap variasi
Tabel 4.5 Hasil pengamatan uji daya lekat sediaan Vanishing Cream
Hasil Tabel 4.5 uji daya lekat krim pada formula I, II, dan III
pada FIII sebesar 17 detik dan daya lekat terendah pada FI sebesar 9 detik
tertinggi pada FIII sebesar 21 detik dan daya lekat terendah pada FI sebsar 8
dan uji homogenitas didapatkan hasil signifikansi semua formula dengan Sig
>0.05 yang artinya data menyebar normal dan data homogen. Uji ANOVA
Analisis data daya lekat diperoleh nilai signifikansi semua formula dengan
dengan Sig <0.05 yang artinya ada perbedaan daya lekat terhadap variasi
Tabel 4.6 Hasil pengamatan uji tipe emulsi sediaan Vanishing Cream
Berdasarkan hasil pada tabel 4.6 uji tipe emulsi dengan metode uji
kelarutan zat warna pada formula I, II dan III sebelum dan sesudah
penyimpanan didapatkan hasil yang sama yaitu tipe M/A (Minyak dalam
Air) hal ini dapat dilihat pada saat pengujian krim dengan zat warna
45
(methylen blue) krim yang di tetesi dengan methylen blue terlihat tercampur
Tabel 4.7 Hasil pengamatan uji efektivitas pelembab sediaan Vanishing Cream
sebanyak 15 orang yang memenuhi kriteria usia 20-30 tahun dengan tekstur
kulit yang cenderung kering dengan tingkatan ringan hingga sedang, dan
krim. Hasil yang didapatkan terlihat adanya kenaikan nilai kelembapan pada
36% dan setelah dioleskan krim terlihat bahwa ada kenaikan kelembapan
yaitu pada formula I rata-rata 46%, formula II yaitu 56% dan FII yaitu 60%.
berbentuk krim atau losion yang berfungsi untuk mengatasi kulit kering. Cara
kerjanya adalah dengan menahan atau menyegel air keluar dari permukaan kulit
sehinga kulit terasa lebih halus dan tidak kering. Kulit yang kering terjadi akibat
hilangnya kelembapan stratum korneum dan matriks antar sel menyebabkan kulit
kering, kasar dan bersisik. Oleh karena itu dibuatlah sediaan krim yang
meningkatkan kadar air stratum korneum dan hydrating agent, sehingga dapat
mereduksi tanda dan gejala kulit kering, kasar, serta membuat permukaan kulit
kulit, beberapa manfaat nya yaitu melindungi kulit dari berbagai kerusakan sel
akibat radiasi UV, anti penuaan atau peremajaan kulit, dan juga dapat
meningkatkan produksi kolagen pada kulit sehingga kulit akan lebih ternutrisi
dan lebih sehat. Binahong juga memiliki kandungan metabolit sekunder seperti
flavonoid, fenol, tanin, dan juga vitamin C. Secara empiris binahong juga
Maka dari itu penambahan zat aktif yang berkhasiat sebagai antioksidan
dan penangkal radikal bebas ini sangat baik digunakan sebagai zat aktif dalam
krim pelembab ini. Selain zat aktif, humektan juga bahan yang penting untuk di
humektan yang dipilih adalah gliserin karena gliserin adalah humektan yang kuat
factor (NMF) dapat mengembalikan kulit kering menjadi normal dengan cepat
humektan yang lain. Dengan adanya penambahan zat aktif yang mengandung
antioksidan tinggi dan humektan yang paling baik untuk melembabkan kulit,
pemilihan basis yang sesuai, basis yang tepat untuk sediaan krim pelembab adalah
basis vanisihing cream dengan tipe emulsi M/A. (Wahyu et al., 2021) Vanishing
Cream memiliki tekstur tidak lengket, tidak berminyak, mudah menyebar, dan
mudah diabrsopsi kulit Krim ini juga melembabkan kulit dan mencegah kulit
menjadi kering kasar dan pecah. maka krim yang dihasilkan bukan hanya
berfungsi untuk melembabkan kulit saja, tetapi krim ini juga dapat melindungi
kulit dari kerusakan oksidatif dan juga bertindak sebagai anti aging sehingga kulit
IV.3 Pembahasan
4.3.1 Organoleptis
Uji organoleptis dilakukan untuk melihat tampilan fisik suatu sediaan krim
yang meliputi warna, bau, dan bentuk (Nealma & Nurkholis, 2020). Pada
pengamatan warna, bau, dan bentuk yang dihasilkan pada FI, FII, dan FIII
sebelum penyimpanan didapatkan hasil warna yang sama pada ketiga formula
yaitu putih kecoklatan, berbau khas basis krim yaitu vanishing cream dan pada
pengamatan bentuk krim berbeda beda tiap formulasi, yaitu pada FI didapatkan
hasil sedikit kental, FII kental dan FIII sangat kental. Ketiga formulasi krim juga
memiliki tekstur yang lembut, mudah menyebar, dan tidak terasa lengket.
melihat warna, bau dan bentuk dari sediaan krim pada keempat formula
menunjukkan bahwa tidak ada perubahan warna, bau maupun bentuk pada
sediaan krim setiap minggunya. Krim tidak menimbulkan bau tengik dan tidak
kestabilan pada ketiga formula dalam sediaan krim tersebut. Ketiga krim dengan
krim, jadi dapat disimpulkan ketiga krim dengan konsentrasi yang berbeda-beda
tersebut adalah krim yang stabil selama penyimpanan 14 hari di dalam suhu ruang
tersebut.
Sediaan kosmetik yang stabil yaitu sediaan yang masih berada dalam
batas yang dapat diterima selama periode waktu penyimpanan dan penggunaan,
50
dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimiliki saat dibuat.
Ketidakstabilan fisika dari sediaan krim ditandai dengan adanya perubahan warna,
pemisahan fase, dan timbulnya bau. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh
(Erwiyani et al., 2018) membuat sediaan krim avocado dan daun sirih, pada
et al., 2018). Perubahan bau dan ketengikan dapat disebabkan oleh oksigen dari
udara yang mengoksidasi lemak atau minyak, selain itu cahaya merupakan salah
satu katalisator yang juga dapat menimbulkan reaksi oksidasi sehingga dapat
disimpulkan bahwa fase minyak yang terdapat didalam sediaan krim tidak
bahan-bahan krim. Pengujian ini dilakukan dengan cara visual pada kaca
sediaan kosmetik yang dihasilkan (Lumentut et al., 2020). Semakin halus sediaan
krim maka semakin baik sediaan krim yang dihasilkan karena merupakan
parameter tercampurnya komponen minyak dan air (Lumentut et al., 2020). Pada
pembuatan basis krim hal yang harus diperhatikan adalah proses pengadukan
51
harus secara konstan dan harus dalam keadaan hangat, hal ini bertujuan agar
semua bahan dapat tercampur merata atau homogen karena semua bahan yang
larut dalam minyak sangat cepat menjadi lilin saat dingin, sehingga dalam
keadaan hangat semua fase minyak dan air dapat tercampur secara homogen
sebelum fase minyak dingin dan mengeras menjadi lilin (Nealma & Nurkholis,
2020).
sebelum dan sesudah penyimpanan selama 14 hari atau 2 minggu didapatkan hasil
pengamatan menunjukkan ketiga sediaan krim homogen secara fisik dan tidak
terlihat adanya butiran-butiran kasar pada sediaan krim baik sebelum dan sesudah
Sediaan krim yang baik adalah sediaam yang harus homogen dan bebas
Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh (Nealma & Nurkholis, 2020) yang
menunjukkan bahwa sediaan krim tidak stabil karena didalam kandungan formula
mengandung fase minyak dan fase air yang sama, ketidakstabilan emulsi yang
52
penelitian tersebut dan menyebabkan proses pecahnya emulsi yang bersifat tidak
4.3.3 Uji pH
sifat asam, netral atau basa. Berdasarkan persyaratan SNI 16-4954-1998 tentang
pH sediaan krim pH krim yang ideal adalah sesuai dengan pH kulit yaitu berkisar
3,5 – 8,0. Jika pH sediaan krim tidak sesuai dengan pH kulit maka akan
menyebabkan gangguan pada kulit, apabila terlalu asam akan menimbulkan iritasi
pada kulit dan apabila terlalu basa akan menyebabkan kulit menjadi bersisik atau
diperoleh hasil rata-rata nilai pH tertinggi yaitu pada FII sebesar 6,1 dan pH
didapatkan hasil pH tertinggi yaitu pada FII sebesar 5,89 dan pH terendah pada
penurunan pH tiap- tiap formula sediaan krim, akan tetapi pH yang dihasilkan
pada sediaan masih berada pada kisaran pH sediaan krim yang dipersyaratkan.
Nilai pH tersebut berada dalam kisaran pH yang terdapat pada SNI 16-4399-1996
sebagai syarat mutu pelembab kulit (4,5-8,0) dan kisaran pH normal kulit yaitu
4,5-6,5 dengan demikian krim yang dihasilkan aman digunakan, hal ini dilihat
bahwa krim yang dibuat memenuhi syarat pH kulit sehingga aman untuk di
53
dipengaruhi oleh reaksi kimia dan faktor suhu pada saat penyimpanan di percepat
(Purwaningsih et al., 2020). Nilai pH yang baik adalah nilai pH yang masih
berada dalam kisaran pH krim ideal, pada penelitian ini hasil pengukuran pH
mengalami kenaikan dan penurunan yang disebabkan oleh reaksi kimia dan faktor
suhu pada saat penyimpanan. Seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh
mengalami kenaikan, ini disebabkan reaksi oksidasi senyawa fenol yang terdapat
dalam krim, pada suhu 400C ketiga sediaan krim mengalami penurunan pH,
namun perubahan Ph masih dalam rentang pH kulit. Hal ini menunjukkan adanya
didapatkan hasil bahwa pada semua formula, hasil analisis normalitas data pH
diperoleh nilai signifikansi (Sig) semua formula dengan Sig >0.05 yang artinya
data menyebar normal, dilanjutkan dengan uji homogenitas didapatkan hasil nilai
signifikansi semua formula dengan Sig >0.05 yang artinya data homogen. Uji
ANOVA Analisis data pH diperoleh nilai signifikansi semua formula dengan Sig
>0.05 yang artinya tidak ada perbedaan pH terhadap variasi konsentrasi Gliserin
pada hari ke-0, ke-7 & ke-14. Berdasarkan analisis statistik ANOVA satu jalan
pada lampiran 7.1 didapatkan hasil analisis normalitas dan uji normalitas
didapatkan hasil signifikansi semua formula dengan Sig >0.05 yang artinya data
54
menyebar normal dan data homogen. Uji ANOVA Analisis data pH diperoleh
nilai signifikansi semua formula dengan Sig >0.05 yang artinya tidak ada
perbedaan pH terhadap variasi konsentrasi Gliserin pada hari ke-0, ke-7 & ke-14.
diletakkan pada kaca arloji kemudian di tutupi dengan kaca arloji yang lain dan
gunakan pemberat di atasnya 200 gram dan diukur diameternya setelah 1 menit.
menyebar dengan sempurna tanpa ada kesulitan dalam penggunaan pada kulit,
Hasil pengujian daya sebar dari ketiga formula sebelum penyimpanan daya
sebar didapatkan nilai rata-rata dan SD tertinggi yaitu pada FI sebesar 6,1 cm dan
daya sebar terendah pada FIII sebesar 5,8 cm kemudian pada saat sesudah
penyimpanan didapatkan hasil daya sebar tertinggi yaitu pada FI sebesar 6,4 cm
dan daya sebar terendah pada FIII sebesar 5,6 cm. Hal tersebut terjadi karena
55
semakin tinggi konsentrasi gliserin maka kekentalan sediaan akan semakin tinggi
bahwa semakin cair sediaan krim maka diameter sebar sediaan akan semakin luas
karena daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas krim sehingga semakin
tinggi nilai daya sebar krim maka semakin rendah nilai viskositas dari suatu
semakin tinggi konsentrasi gliserin maka sediaan semakin kental dan daya
didapatkan hasil bahwa pada semua formula, hasil analisis normalitas data daya
sebar diperoleh nilai signifikansi (Sig) semua formula dengan Sig >0.05 yang
hasil nilai signifikansi semua formula dengan Sig >0.05 yang artinya data
homogen. Uji ANOVA Analisis data daya sebar diperoleh nilai signifikansi
semua formula dengan Sig <0.05 yang artinya ada perbedaan daya sebar terhadap
kaca objek, dibutuhkan sebanyak 2 kaca objek, satu sebagai tempat meletakkan
krim dan satu lainnya untuk menutup krim tersebut. Pada kaca objek bagian atas
diberikan beban 250 gr skemudian dilepaskan sampai kedua kaca objek terpisah.
56
Waktu dihitung dan di catat. Tujuan dilakukannya daya lekat untuk mengetahui
kemampuan suatu sediaan untuk dapat menempel pada kulit. Semakin lama suatu
sediaan menempel pada kulit maka absorbansinya pada kulit akan semakin baik.
Daya lekat yang memenuhi persyaratan menurut SNI yaitu lebih dari 4 detik
Hasil pengujian daya lekat sediaan vanishing cream dari hari ke-0 sampai
hari ke-14 dari ketiga formula menunjukkan hasil nilai daya lekat yang memenuhi
persyaratan ketentuan yaitu lebih dari 4 detik. Hasil uji daya lekat sebelum
penyimpanan didapatkan nilai rata-rata dan tertinggi yaitu pada FIII sebesar 17
detik dan daya lekat terendah pada FI sebesar 9 detik kemudian pada saat sesudah
penyimpanan didapatkan hasil daya lekat tertinggi pada FIII sebesar 21 detik dan
daya lekat terendah pada FI sebsar 8 detik. Hasil yang diperoleh dari data waktu
semakin lama waktu melekat krim, semakin lama krim melekat pada kulit maka
zat aktif akan terabsobsi semakin besar (Muthoharoh & Ratna Rianti, 2020) Maka
dapat disimpulkan pada pengujian daya lekat adanya variasi konsentrasi gliserin
berpengaruh terhadap daya lekat krim yang mana semakin tinggi konsentrasi
gliserin maka daya lekat akan semakin kuat, dan konsentrasi gliserin yang paling
optimal dan yang paling baik pada uji daya lekat adalah pada FIII yaitu 15%.
Menurut penelitian (Warnida et al., 2019) semakin tinggi suhu pada saat
pencampuran dan lama pengadukan dalam pembuatan sediaan krim maka akan
menghasilkan daya lekat sediaan krim yang tinggi. Nilai daya lekat yang tinggi
dipengaruhi oleh suhu pada saat pencampuran dikarenakan semakin tinggi suhu
57
tercampur secara merata. Suhu akan mempengaruhi ikatan antar partikel pada
sediaan krim. Suhu yang tinggi akan menyebabkan peningkatan jarak pada atom
sehingga gaya antar atom pada sediaan akan berkurang. Berkurangnya gaya antar
atom akan membuat sediaan krim menjadi lebih encer sehingga nilai daya
lekatnya menjadi kecil. Sedangkan pada suhu rendah, jarak antar atom akan
semakin kecil sehingga gaya antar atom pada sediaan krim akan meningkat dan
semua bahan tercampur secara merata sehingga tidak terdapat butiran pada
didapatkan hasil bahwa pada semua formula, hasil analisis normalitas daya lekat
diperoleh nilai signifikansi (Sig) semua formula dengan Sig >0.05 yang artinya
data menyebar normal, dilanjutkan dengan uji homogenitas didapatkan hasil nilai
signifikansi semua formula dengan Sig >0.05 yang artinya data homogen. Uji
ANOVA Analisis data daya lekat diperoleh nilai signifikansi semua formula
dengan Sig <0.05 yang artinya ada perbedaan daya lekat terhadap variasi
krim dengan basis vanishing cream masih sesuai dengan tipe krim yang di
harapkan yaitu minyak dalam air (M/A) maka diperlukannya pengujian tipe
Pada pengujian tipe emulsi ini menggunakan kelarutan zat warna dengan
menggunakan zat pewarna larut yaitu metilen blue yang di teteskan di permukaan
krim kemudian di aduk dan diamati apakah warna tersebut tercampur merata ke
dalam krim atau sebaliknya. Dari ketiga formula sediaan krim saat sebelum dan
sesudah penyimpanan selama 14 hari didapatkan hasil yang sama yaitu tipe krim
M/A hal ini terlihat saat metilen blue di teteskan pada permukaan krim
sediaan vanishing cream pada ketiga formulasi. Zat pewarna biru atau metilen
blue akan larut dalam fase air, sehingga fase air akan tewarnai biru secara merata
yang menandakan krim tersebut merupakan krim tipe M/A akan tetapi jika
sediaan krim diteteskan dengan metilen blue terdapat adanya bintik-bintik biru
yang menandakan zat pewarna tersebut tidak tercampur merata maka krim
tersebut merupakan krim tipe A/M (Daniansyah, 2021). Hasil yang didapatkan
dalam penelitian ini sudah sesuai dengan basis yang digunakan pada krim yaitu
Vanisihing Cream, basis krim tersebut merupakan basis dengan tipe emulsi M/A.
Hasil dalam penelitian ini sudah sesuai dengan tujuan formulasi awal yaitu
persetujuan dari pihak etik Universitas Sari Mulia Banjarmasin. Pengujian ini
tekstur kulit pada alat dan didapatkan hasil persentase tekstrur kulit yang kering
dengan didiamkan selama 5 menit pada saat sesudah pengolesan krim dan dicek
kembali menggunakan alat skin moisture analyzer lalu dilihat apakah ada
kenaikan persentase nilai kelembapan kulit setelah dioleskan krim pada punggung
tangan sukarelawan. Nilai efektivitas krim pelembab dapat dilihat dari kenaikan
dihasilkan pada alat skin moisture analyzer sebelum pengolesan krim pada
rata- rata kulit sukarelawan kering – normal dengan persentase yaitu 36%
kemudian setelah di oleskan krim terlihat bahwa ada kenaikan kelembapan yaitu
pada FI didapatkan rata-rata 46%, FII yaitu 56% dan FIII yaitu 60%. Hasil
konsentrasi gliserin maka semakin tinggi nilai kelembapan pada kulit. Pada uji
60
kulit adalah FIII dengan konsentrasi gliserin yaitu 15%, nilai tersebut dapat dilihat
dari skala kelembapan kulit yaitu jika nilai < 33% kulit sangat kering, 34-37%
kulit kering, 38-42% kulit normal, 43-46% kulit lembab dan 45-65% kulit sangat
skala nilai kelembapan alat skin moisture analyzer termasuk ke dalam kulit yang
lembab.
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Hendradi et al., 2013) yang membuat
didapatkan hasil uji aseptabilitas yang telah dilakukan didapatkan bahwa formula
dengan humektan gliserin mendapatkan hasil skor tertinggi drngan kriteria paling
lembut dioleskan, mudah diratakan dan paling mudah dicucikan daripada formula
merupakan agen humektan yang bekerja dengan baik dalam melembabkan kulit
dan semakin tinggi konsentrasi gliserin maka semakin tinggi daya kelembapan
kulit, sehingga dalam penelitian ini gliserin dengan konsentrasi 15% adalah
konsentrasi yang paling baik sebagai humektan sediaan krim dalam melembabkan
kulit.
IV.4 Keterbatasan
V.1 Simpulan
bahwa adanya pengaruh variasi konsentrasi gliserin terhadap stabilitas krim yaitu
pada uji daya sebar dan daya lekat, dimana formula yang paling baik dari hasil
evaluasi adalah FIII dan variasi konsentrasi gliserin tidak berpengaruh terhadap
evaluasi stabilitas fisik pada uji organoleptis, homogenitas dan pH sediaan. Pada
stabilitas yaitu uji organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar, daya lekat, dan uji
tipe emulsi semua hasil menunjukan sediaan krim memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan dan krim ini merupakan krim yang stabil selama penyimpanan 14
hari. Pada Uji Efektivitas formula gliserin yang paling optimal dalam
V.2 Saran
serta sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya. Saran yang diberikan oleh
peneliti yaitu :Perlu dilakukan uji stabilitas dengan waktu yang lebih optimal dari
61
DAFTAR PUSTAKA
Amrina, V. (2020). Formulasi dan evaluasi spray gel minyak atsiri bunga cengkeh
(syzygium aromaticum (l.) Merrill & perry) dengan basis karbopol 940.
2020. http://repository.unism.ac.id/id/eprint/1738
Annisa. (2020). Uji Formulasi Sediaan Krim Minyak Atsiri Bunga Chamomile
(Chamomilla recucita L.) Dengan Variasi Konsentrasi Basis Adeps Lanae
Aryani, R. (2019). Uji Efektivitas Krim Pelembab Yang Mengandung Gel Daun
Lidah Buaya (Aloe vera Linn.) Dan Etil Vitamin C. Jurnal Ilmiah Farmasi
Farmasyifa, 2(1), 52–61. https://doi.org/10.29313/jiff.v2i1.4203
Daniansyah. (2021). Formulasi Dan Uji Mutu Fisik Sediaan Krim Ekstrak Daun
Karamunting (Rhodomytustomentosa).
Ermawati, & Wahdaniah, N. (2020). Formulasi Dan Uji Efektiviitas Sediaan Krim
Minyak Nilam (Pogestemon cablin, Benth) Terhadap Propionibacterium
acnes Zulfahmi. Jurnal Kesehatan Yamasi Makasar, 4(1), 98–110.
Faruki, resyatri faradisa. (2021). Formulasi Dan Uji Aktivitas Krim Antioksidan
Ekstrak Etanol Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Dengan
Metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil). 6.
Hendradi, E., Chasanah, U., Indriani, T., & Fionnayuristy, F. (2013). Pengaruh
Gliserin Dan Propilenglikol Terhadap Karakteristik Fisik, Kimia, Dan Spf
Sediaan Krim Tipe O/W Ekstrak Biji Kakao ( Theobroma cacao L . ). 2(1).
Iskandar, B., Frimayanti, N., Firmansya, F., Agustini, T. T., & Putri, D. D. (2019).
Evaluasi Sifat Fisik dan Uji Kelembaban Sediaan Losion Yang Dijual Secara
Online-Shop. Jurnal Dunia Farmasi, 4(1), 8–16.
https://doi.org/10.33085/jdf.v4i1.4561
Leboe, D. W. (2020). Formulasi Dan Uji Aktivitas Krim Antioksidan Dan Ekstrak
62
63
Lumentut, N., Edi, H. J., & Rumondor, E. M. (2020). Formulasi dan Uji Stabilitas
Fisik Sediaan Krim Ekstrak Etanol Kulit Buah Pisang Goroho (Musa
acuminafe L.) Konsentrasi 12.5% Sebagai Tabir Surya. Jurnal MIPA, 9(2),
42. https://doi.org/10.35799/jmuo.9.2.2020.28248
Muthoharoh, L., & Ratna Rianti, D. (2020). Uji Stabilitas Fisik SedIaan Krim
Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera L.). Jurnal Kefarmasian
Akfarindo, 27–35. https://doi.org/10.37089/jofar.v0i0.76
Nealma, S., & Nurkholis. (2020). Formulasi Dan Evaluasi Fisik Krim Kosmetik
Dengan Variasi Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia sappan) Dan Beeswax
Sumbawa. Jurnal TAMBORA, 4(2), 8–15.
https://doi.org/10.36761/jt.v4i2.634
Parwati, N., Napitupulu, M., & Diah, A. (2014). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Tenore) Steenis) dengan 1,1-Difenil-
2-Pikrilhidrazil (DPPH) Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Jurnal
Akademika Kimia, 3(4), 206–213.
Pebri, G. I., Rinidar, & Amiruddin. (2017). Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun
Binahong (Anredera cordifolia) Terhadap Proses Penyembuhan Luka Insisi
(Vulnus incisivum) PADA MENCIT (Mus musculus). Jimvet, 2(1), 1–11.
Pratasik, M. C. M., Yamlean, P. V. Y., & Wiyono, W. I. (2019). Formulasi Dan Uji
Stabilitas Fisik Sediaan Krim Ekstrak Etanol Daun Sesewanua
(Clerodendron squamatumVahl.).Pharmacon,8(2),261.
https://doi.org/10.35799/pha.8.2019.29289
Shintia, C., Endah, S. R. N., & Nofriyaldi, A. (2021). Pengaruh Variasi Konsentrasi
HPMC Dan Gliserin Terhadap Sifat Fisik Gel Hand Sanitizer Ekstrak Etanol
Daun Pala (Myristica fragrans Houtt.). Pharmacoscript, 4(1), 58–69.
https://doi.org/10.36423/pharmacoscript.v4i1.603
Tahar, N., Indriani, N., & Nonci, F. Y. (2019). Efek Tabir Surya Ekstrak Daun
Binahong (Anredera cordifolia). Ad-Dawaa’ Journal of Pharmaceutical
Sciences, 2(1), 29–35. https://doi.org/10.24252/djps.v2i1.6569
Wahyu, L., Sari, K., Pratiwi, P. Y., & Widiastuti, R. (2021). Formulasi Dan Uji
Stabilitas Fisik Sediaan Krim Lulur Ekstrak Etanol Daun Binahong
( Anredera cordifolia ) Dengan. 1(2), 84–95.
Warnida, H., Wahyuni, D., & Sukawaty, Y. (2019). Formulasi Dan Evaluasi
Vanishing Cream Berbasis Lemak Tengkawang. Jurnal Penelitian Ekosistem
Dipterokarpa, 5(1), 63–70.
Wulandari, P. (2016). Uji Stabilitas Fisik Dan Kimia Sediaan Krim Ekstrak ETtanol
Tumbuhan Paku (Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr.). In Skripsi.
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
Pas Foto
Formal warna
Nama Lengkap : Yeni Ermila Yanti
E-Mail : Yeni.ermyla@gmail.com