Anda di halaman 1dari 106

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI GLISERIN TERHADAP

STABILITAS DAN EFEKTIVITAS PELEMBAB KRIM


EKSTRAK BINAHONG (Anredera Cordifolia) DENGAN BASIS
VANISHING CREAM

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana FarmasiMPUL

Oleh:
Yeni Ermila Yanti
NIM: 1119761920279

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2022
HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI GLISERIN


TERHADAP STABILITAS DAN EFEKTIVITAS PELEMBAB
KRIM EKSTRAK BINAHONG (Anredera Cordifolia) DENGAN
BASIS VANISHING CREAM

SKRIPSI

Oleh:
Yeni Ermila Yanti
NIM: 11194761920279

Telah Disetujui untuk Diajukan dalam Ujian Skripsi


pada Tanggal 25 Agustus 2022

Pembimbing I Pembimbing II

apt. Noval, S. Farm, M.Farm apt. Kunti Nastiti, S.Far., M.Sc


NIK.1166042017095. NIK.1166012019135

ii
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI GLISERIN


TERHADAP STABILITAS DAN EFEKTIVITAS PELEMBAB
KRIM EKSTRAK BINAHONG (Anredera Cordifolia) DENGAN
BASIS VANISHING CREAM

SKRIPSI

Oleh:
Yeni Ermila Yanti
NIM: 11194761920279

Telah Diujikan dan Dipertimbangkan Dosen Penguji Skripsi


Pada Tanggal 25 Agustus 2022
Ketua Dewan Penguji

apt. Noval, S.farm, M.farm


NIK.1166042017095

Anggota Dewan Penguji Penguji Utama

apt. Kunti Nastiti, S.Far., M.Sc apt. Siti Malahayati., M.Farm


NIK.1166012019135 NIK.1166122020192

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kesehatan Ketua Jurusan Farmasi

apt. H. Ali Rakhman Hakim, M.Farm apt. Noval, S.Farm, M.Farm


NIK.1166012015073 NIK.1166042017095

Ketua LPPM
Universitas Sari Mulia

Dini Rahmayani, S.Kep., Ns., MPH


NIK. 1166122004007

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sebenarnya

bahwa SKRIPSI yang saya tulis merupakan karya hasil penelitian saya bersama

arahan dosen pembimbing, dan belum pernah dipublikasikan dalam bentuk

apapun. Acuan pustaka yang tertuang dalam Skripsi ini adalah benar dan dapat

dipertangung jawabkan dan tertuang dalam Daftar Pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan SKRIPSI ini hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut. Demikian

pernyataan keaslian tulisan ini dibuat dengan sebenarnya.

Banjarmasin, 25 Agustus 2022


Yang membuat Pernyataan,

Yeni Ermila Yanti


11194761920279

iv
Pengaruh Variasi Konsentrasi Gliserin Terhadap Stabilitas Dan Efektivitas
Pelembab Krim Ekstrak Binahong (Anredera Cordifolia) Dengan Basis
Vanishing Cream

Yeni Ermila Yanti1*, Noval1, Kunti Nastiti1


1
Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia
Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia,
*E-mail: yeniermyla@gmail.com

ABSTRAK

Abstrak
Latar Belakang: Krim pelembab ditujukan untuk meningkatkan hidrasi kulit.
Jenis bahan pelembab dikategorikan pada beberapa kelompok, diantaranya yaitu
humektan. Humektan adalah kelompok agen pelembab digunakan untuk menjaga
kelembapan. Bahan humektan yang umum digunakan adalah gliserin. Salah satu
tanaman yang khasiatnya baik untuk kulit yaitu daun Binahong (Anredera
Cordifolia). Binahong memiliki kandungan senyawa antioksidan tinggi. Basis
krim yang digunakan adalah Vanishing Cream.
Tujuan: : Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi gliserin terhadap Stabilitas
krim, mengetahui hasil stabilitas dan efektivitas pelembab krim ekstrak binahong
(Anredera Cordifolia) dalam basis vanishing cream.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. Sediaan
krim dibuat menjadi 3 formulasi dengan variasi konsentrasi Gliserin 5%, 10% dan
15%. Sediaan krim di evaluasi stabilitas fisik dan dilakukan uji efektivitas
pelembab dengan alat skin moisture analyzer.
Hasil: Hasil pengamatan evaluasi stabilitas pada hari ke 0, 7 dan 14, pada uji
organoleptis didapatkan hasil meliputi warna, bau, bentuk yang sama tiap
formulasi. Uji homogenitas pada ketiga formula didapatkan hasil yang homogen.
Pada uji pH hasil pH yang paling stabil pada FII. Hasil uji daya sebar yang terluas
pada FI. Hasil uji daya lekat terkuat pada FIII . Hasil uji tipe krim dari ketiga
formulasi merupakan krim M/A. Hasil uji efektivitas menggunakan alat skin
moisture analyzer krim yang paling optimal dalam melembabkan kulit yaitu FIII
dengan konsentrasi gliserin 15%.
Simpulan: Hasil penelitian dari uji stabilitas semua hasil memenuhi persyaratan
evaluasi fisik dari sediaan dan uji efektivitas memenuhi persyaratan kelembapan
pada kulit.

Kata Kunci: Binahong (Anredera Cordifolia), gliserin, krim pelembab, vanishing


cream

v
The Effect of Variations in Glycerin Concentration on the Stability and
Effectiveness of Moisturizing Binahong (Anredera Cordifolia) Extract
Cream With Vanishing Cream Base

Yeni Ermila Yanti1*, Noval1, Kunti Nastiti1


1
Bachelor of Pharmacy Study Program, Faculty of Health, Sari Mulia University
Banjarmasin, South Kalimantan, Indonesia,
*E-mail: yeniermyla@gmail.com

ABSTRACT

Abstract
Background: Moisturizing cream is intended to increase skin hydration. Types of
moisturizing ingredients categorized into several groups, including humectants.
Humectants are group moisturizing agents used to maintain moisture.The most
commonly used humectant is glycerin. One plants that have good properties for
skin is Binahong leaf (Anredera cordifolia). Binahong contains high antioxidant
compounds.Cream base used Vanishing Cream.
Objective: To determine effect of variations in glycerin concentration cream
stability, to determine stability and effectiveness of moisturizing cream of
binahong extract in vanishing cream base.
Methods: This research is laboratory experimental research. Cream preparations
were made into 3 formulations with varying concentrations glycerin 5%,10% and
15%.Cream preparations were evaluated for physical stability and effectiveness
of moisturizer was tested using a skin moisture analyzer.
Results: The results of the observation stability evaluation on days 0,7 and 14, in
the organoleptic test, the results included the same color,odor, shape for each
formulation. Homogeneity test on three formulas obtained homogeneous results.
In pH test, most stable pH was FII. The results of widest dispersion test on FI.
The results of strongest adhesion test in FIII . The result of cream type test from
three formulations was an O/A cream. The results of effectiveness test use a skin
moisture analyzer cream that is the most optimal in moisturizing skin FIII with
glycerin concentration of 15%.
Conclusion: The results of stability test all results meet the requirements of
physical evaluation the preparation and effectiveness test meets requirements of
moisture on the skin.

Keywords:Binahong(Anredera Cordifolia),glycerin, moisturizing cream,


vanishing cream

vi
KATA PENGANTAR

Segala syukur dan puji hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena

anugerah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya

penulis dapat menyelesaikan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Variasi Konsentrasi Gliserin Terhadap Stabilitas Dan Efektivitas Pelembab Krim

Ekstrak Binahong (Anredera Cordifolia) Dengan Basis Vanishing Cream”.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Kesehatan Universitas

Sari Mulia Banjarmasin. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada masa penulisan skripsi

ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, saya

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Hj. Aizar Soedarto, BSc., MBA., selaku Ketua Yayasan Indah Banjarmasin.

2. Dr. RR. Dwi Sogi Sri R, S.KG., M.Pd selaku Rektor Universitas Sari Mulia.

3. Anggrita Sari, S.Si.T., M.Pd., M.Kes selaku Wakil Rektor I Bidang

Akademik dan Kemahasiswaan.

4. Hariadi Widodo, S.Ked., MPH selaku Wakil Rektor II Bidang Keuangan dan

Sistem Informasi.

5. Wakil Rektor III Bidang Sumber Daya dan Kemitraan.

6. Dini Rahmayani, S.Kep., Ns., MPH selaku Ketua LPPM Universitas Sari

Mulia Banjarmasin.

7. apt. H. Ali Rakhman Hakim, M. Farm., Selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Sari Mulia.

vii
8. apt. Noval, M.Farm selaku Ketua Jurusan Farmasi Universitas Sari Mulia

Banjarmasin sekaligus selaku Pembimbing I yang telah menyediakan waktu,

tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini.

9. apt. Kunti Nastiti, S.Far., MSc. selaku Pembimbing II yang telah senantiasa

memberikan arahan, bimbingan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

10. apt. Siti Malahayati., M.Farm selaku penguji utama yang telah memberikan

arahan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

11. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu mendoakan dan telah memberikan

bantuan dukungan material dan moral selama masa perkuliahan hingga

selesainya penyusunan skripsi ini.

12. Teman teman baik saya nella,icha,herna,luna,rara, dan sahabat manjul yang

telah menjadi support sistem saya selama penyusunan skripsi ini.

13. Teman-teman seangkatan yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang

telah bersedia untuk berdiskusi dan saling memberikan motivasi satu sama

lain.

14. Last but not least, I wanna thank me, I wanna thank me for believing in me, I

wanna thank me for doing all this hard work, I wanna thank me for having no

days off, I wanna thank me for never quitting.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini memiliki banyak

kekurangan sehingga dengan segala kerendahan hati peneliti mengharapkan saran

dan kritik yang membangun demi kesempurnaan dimasa yang akan datang.

Banjarmasin, 25 Agustus 2022

viii
Penulis
Saya berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa

manfaat bagi pengembangan ilmu kefarmasian.

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING............................ii

HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI.....................................iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................................iv

ABSTRAK.............................................................................................ix

ABSTRACT.............................................................................................x

KATA PENGANTAR.............................................................................xi

DAFTAR ISI........................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR............................................................................xvii

DAFTAR TABEL...............................................................................xviii

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................xix

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................8

1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................8

1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................8

1.5 Keaslian Penelitian...............................................................................10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................12

2.1 Landasan Teori.....................................................................................12

2.1.1 Tanaman Binahong......................................................................12

x
2.1.2 Krim.............................................................................................15

2.1.3 Vanishing Cream...............................................................................22

2.1.4 Gliserin..............................................................................................23

2.1.5 Evaluasi.............................................................................................24

2.2 Kerangka Teori.....................................................................................27

2.3 Kerangka Konsep.................................................................................27

2.4 Hipotesis...............................................................................................28

BAB III METODE PENELITIAN..........................................................29

3.1 Penentuan Lokasi, Waktu dan Sasaran Penelitian...............................29

3.1.1 Lokasi Penelitian............................................................................29

3.1.2 Waktu Penelitian.............................................................................29

3.1.3 Sasaran Penelitian...........................................................................29

3.2 Jenis dan Rancangan Penelitian............................................................29

3.2.1 Jenis Penelitian...............................................................................29

3.2.2 Rancangan Penelitian......................................................................30

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian...........................................................35

3.3.1 Populasi Penelitian..........................................................................35

3.3.2 Sampel Penelitian...........................................................................35

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional......................................35

3.4.1 Variabel Penelitian..........................................................................35

3.4.2 Definisi Operasional.......................................................................36

3.5 Jenis dan Sumber Data.........................................................................37

3.5.1 Jenis Data........................................................................................37

xi
3.5.2 Sumber Data...................................................................................37

3.6 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data...........................................38

3.7 Analisis Data.........................................................................................38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................39

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian..................................................................39

4.2 Hasil Penelitian.....................................................................................39

4.2.1 Organoleptis....................................................................................39

4.2.2 Uji Homogenitas.............................................................................40

4.2.3 Uji pH.............................................................................................40

4.3 Pembahasan..........................................................................................49

4.4 Keterbatasan.........................................................................................60

BAB V SIMPULAN DAN SARAN..........................................................61

5.1 Simpulan...............................................................................................61

5.2 Saran.....................................................................................................61

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................62

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2. 1 Daun Binahong

Gambar 2. 2 Struktur Kimia Gliserin

Gambar 2. 3 Kerangka Teori

Gambar 2. 4 Kerangka Konsep

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabe 1.1 Keaslian Penelitian……………………………………………………..10

Tabel 3. 1 Formulasi Vanishing Cream Ekstrak Binahong...................................32

Tabel 3.2 Definisi

Operasional…………………………………………………...36

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Uji Organoleptis……………………………………

39

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Uji

Homogenitas…………………………………...40

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Uji pH………………………………………………

40

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Uji Daya Sebar…………………………………….42

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Uji Daya

Lekat……………………………………..43

Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Uji Tipe Emulsi

…………………………………….44

Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Uji Efektivitas

Pelembab…………………………...45

xiv
xv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Jadwal penelitian

2. Formulir Judul Penelitian

3. Surat Permohonan Melakukan Penelitian

4. Sertifikat Ethical

5. Hasil Cek Plagiarisme

6. Bukti Dokumentasi Penelitian

7. Hasil Pengolahan Data Penelitian

8. Lembar Konsul Pembimbing I

8. Lembar Konsul Pembimbing II

10. Berita Acara Perbaikan Proposal Skripsi

11. Berita Acara Perbaikan Skripsi

12. Riwayat Hidup

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Kulit merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia yang terletak di

bagian terluar atau permukaan tubuh yang berinteraksi langsung dengan

lingkungan. Dalam kehidupan sehari-hari, kulit terus-menerus berinteraksi dengan

berbagai produk atau bahan asing, seperti kosmetik, benda-benda sekitar, dan

kondisi lingkungan. Pengaruh setiap produk memberikan interaksi yang berbeda

pada setiap kulit individu (Butarbutar & Chaerunisaa, 2020).

Secara alami, kulit memiliki lapisan lemak tipis pada permukaannya yang

terdiri atas produksi kelenjar minyak yang berfungsi untuk melindungi kulit dari

kelebihan penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Saat ini, banyak

penelitian mengenai kosmetik dengan tujuan menciptakan suatu produk yang

inovatif untuk mengatasi permasalahan individu dengan kondisi kulit kering

(Butarbutar & Chaerunisaa, 2020).

Produk yang umumnya berinteraksi dengan kulit adalah kosmetik.

Sebagian besar penggunaan kosmetik adalah untuk mengatasi permasalah kulit,

seperti kondisi kulit kering walaupun ada sebagian individu yang memiliki jenis

kulit kering pada bagian tubuh tertentu. Kulit kering dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya kulit mengalami dehidrasi, kemampuan sebum,

kekasaran permukaan kulit, dan hidrofilitas. Selain itu, kulit kering juga

dipengaruhi oleh iklim, usia, dan pemakaian produk yang tidak sesuai jenis kulit.

1
2

Diantara beberapa faktor yang telah disebutkan terjadinya dehidrasi kulit adalah

faktor yang paling dominan (Butarbutar & Chaerunisaa, 2020).

Salah satu cara untuk mengatasi beberapa permasalahan kulit tersebut

yaitu dengan menggunakan kosmetik pelembab (moisturizer) seperti

krim,lotion,gel dan lainnya. Krim pelembab merupakan produk yang ditujukan

untuk meningkatkan hidrasi kulit. Mekanisme pelembab menghidrasi kulit adalah

dengan mengurangi Trans Epideral Water loss (TEWL) dan menarik air untuk

menghidrasi Stratum Corneum (SC) dan epidermis. Pelembab meningkatkan

hidrasi kulit dan meningkatkan kadar air pada SC dengan cara menyediakan air ke

kulit dan meningkatkan oklusi untuk mengurangi TEWL. Hal itu juga mencakup

celah kulit dan memberikan lapisan film pelindung yang menenangkan dan

melindungi kulit dari gesekan. Selanjutnya, aplikasi pelembab dapat

menghaluskan permukaan kulit dengan mengisi ruang-ruang di antara sebagian

deskuamasi kulit yang mengelupas. Pelembab juga dapat mengembalikan

kemampuan lapisan ganda lipid antar sel untuk menyerap, mempertahankan dan

mendistribusikan air (Butarbutar & Chaerunisaa, 2020)

Jenis bahan pelembab dapat dikategorikan dalam beberapa kelompok,

yaitu pelembab yang bersifat oklusif, humektan, dan lipid interseluler pada

Stratum Corneum (SC). Bahan yang bersifat oklusif dan humektan adalah bahan

yang paling banyak diformulasikan dalam komponen produk pelembab karena

memiliki campuran lemak yang dapat mengembalikan kelembaban kulit.

Humektan adalah kelompok agen atau kandungan pelembab yang

digunakan untuk menjaga kelembapan suatu produk, umumnya dapat digunakan


3

dalam produk kosmetika, pangan, obat dan pestisida. Humektan merupakan bahan

yang bersifat higroskopis, dapat mempertahankan air pada lapisan epidermis agar

tidak menguap dan mengabsorbsi air dari udara lembab sampai kelembaban

tertentu. Humektan juga merupakan zat yang dapat menarik air jika dioleskan

pada kulit dan secara teoritis dapat meningkatkan hidrasi SC (Stratum Corneum)

(Butarbutar & Chaerunisaa, 2020).

Bahan humektan yang umumnya digunakan adalah gliserin, sorbitol, urea,

asam alfa hidroksi, dan glukosa. Pada penelitian ini humektan yang dipilih adalah

gliserin karena gliserin adalah humektan yang kuat mempunyai kemampuan

menyerap air hampir sama dengan Natural Moisturizing factor (NMF) dapat

mengembalikan kulit kering menjadi normal dengan cepat dan mampu

mempertahankan kondisi normal tersebut lebih lama dibandingkan humektan

yang lain (Putra, 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Hendradi et al., 2013) yang

meneliti tentang pengaruh humektan Gliserin dan Propilenglikol terhadap

karakteristik fisik,kimia dan spf sediaan krim tipe O/W ekstrak biji kakao, dari

hasil pada penelitian tersebut yang dilakukan pada 10 orang responden dengan

menggunakan krim pada permukaan kulit dengan kriteria kelembutan krim yang

dioleskan, kemudahan krim diratakan, dan kemudahan krim dicucikan atau

dibersihkan. Dari hasil uji aseptabilitas yang telah dilakukan didapatkan bahwa

Formula I (Gliserin), memiliki skor terbanyak pada kriteria kemudahan dioleskan,

dan kemudahan di cucikan hal ini karena viskositasnya paling reandah pada

formula I. Dari tiga kriteria penilaian yang diamati diambil kesimpulan bahwa
4

formula 1 adalah formula yang paling lembut dioleskan, paling mudah diratakan

dan paling mudah di cucikan dibandingkan dengan formula 2 (Propilen glikol).

Maka dari itu dapat disimpulkan dalam penelitian ini humektan Gliserin lebih

unggul dalam memberikan efek kelembutan pada kulit dibandingkan dengan

humektan Profilen glikol (Hendradi et al., 2013) .

Bahan-bahan penyusun krim umumnya yaitu, zat aktif atau bahan yang

dapat memberikan khasiat. Untuk mengembangkan produk kosmetik pelembab

maka di perlukan tambahan zat aktif yang berasal dari bahan alam. Salah satu

tanaman di Indonesia yang khasiat nya baik untuk kulit dan ber potensi untuk

dikembangkan menjadi tambahan zat aktif produk kosmetik pelembab yaitu daun

Binahong (Anredera Cordifolia).

Tanaman ini memiliki kandungan senyawa antioksidan tinggi yang

mempunyai kemampuan sebagai penangkal radikal bebas. Radikal bebas adalah

partikel seperti asap, polusi, dan sinar UV yang mengoksidasi kulit, sehingga

menyebabkan kerusakan kulit dan penuaan dini. Akibat dari radikal bebas

tersebut, lapisan terluar tubuh ini rentan mengalami kering, tampak bernoda,

hingga timbulnya tanda-tanda penuaan di usia yang relatif masih muda. Untuk

dapat melindungi kulit, maka kita perlu menetralkan radikal bebas tersebut. Salah

satu caranya dengan menggunakan zat antioksidan. Zat Antioksidan merupakan

suatu senyawa yang dapat menghambat, mencegah dan menetralisir kerusakan

oksidatif yang diakibatkan oleh radikal bebas. Antioksidan memiliki banyak

manfaat untuk kulit, beberapa manfaat nya yaitu melindungi kulit dari berbagai

kerusakan sel akibat radiasi UV, anti penuaan atau peremajaan kulit, dan juga
5

dapat meningkatkan produksi kolagen pada kulit sehingga kulit akan lebih

ternutrisi dan lebih sehat. Antioksidan dapat berupa molekul kompleks maupun

senyawa sederhana. Kandungan senyawa pada daun binahong yaitu senyawa

metabolit sekunder diantaranya flavonoid, triterpenoid, steroid, alkaloid, fenol,

dan saponin (Leboe, 2020).

Maka dari itu penambahan zat aktif yang berkhasiat sebagai antioksidan

dan penangkal radikal bebas ini sangat baik digunakan sebagai zat aktif dengan

gliserin sebagai humektan untuk membuat sebuah produk kosemetik pelembab

yang baik.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Parwati et al., 2014)

menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun binahong mempunyai aktivitas

antioksidan yang tinggi dengan nilai IC 50 sebesar 40,27 ppm, lebih baik daripada

IC50 yang dihasilkan vitamin C yaitu sebesar 49,2 ppm. Hal ini menjelaskan

bahwa kemampuan menangkap radikal bebas ekstrak daun binahong termasuk

dalam golongan sangat kuat dikarenakan nilai IC 50 yang diperoleh dari

perhitungan kurang dari 50 ppm, yaitu 40,27 ppm. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Molyneux bahwa tingkat kekuatan antioksidan menggunakan DPPH

dapat digolongkan menurut IC50. Semakin kecil nilai IC50 berarti semakin kuat

daya antioksidannya (Parwati et al., 2014).

Penelitian lain tentang Binahong yang dilteliti oleh (Faruki, 2021)

melakukan pengujian kandungan antioksidan pada daun binahong dengan

menggunakan metode DPPH didapatkan hasil pengujian aktivitas krim

antioksidan terhadap DPPH untuk masing-masing formula, yang paling efektif


6

sebagai krim antioksidan dari ekstrak daun Binahong adalah FIII yang

mengandung ekstrak sebanyak 0,04 gram dengan % peredaman sebesar 63,61%.

Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa Sediaan krim ekstrak etanol daun

Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) yang memiliki aktivitas

antioksidan yang paling efektif adalah FII yang mengandung ekstrak sebesar 0,4

gram dengan % peredaman sebesar 63,61% (Faruki, 2021).

Penggunaan daun Binahong di kalangan masyarakat saat ini juga

digunakan sebagai terapi penyembuhan luka (Pebri et al., 2017), pencegahan

pertumbuhan bakteri dan beberapa krim anti jerawat (acne vulgaris) (Anwar &

Soleha, 2016). Penelitian tentang krim untuk pelembab dari daun Binahong ini

masih belum ada yang mengembangkan, sehingga tanaman ini dapat

dikembangkan menjadi suatu produk sediaan kosmetik yaitu berupa krim. Krim

banyak disenangi oleh masyarakat karena sifatnya yang mudah dioleskan, tidak

lengket, kemampuan penyebarannya yang baik pada kulit, memberikan efek

dingin karena lambatnya penguapan air pada kulit, mudah dicuci dengan air,

pelepasan obat yang baik, serta tidak terjadi penyumbatan di kulit (Leboe, 2020).

Dalam penelitian ini, basis sediaan krim yang digunakan adalah Vanishing

Cream. Sediaan ini merupakan sediaan emulsi tipe m/a minyak dalam air,

mengandung asam stearat dalam jumlah besar yang terdispersi dalam air dengan

bantuan emulgator. Vanishing Cream memiliki tekstur tidak lengket, tidak

berminyak, mudah menyebar, dan mudah diabrsopsi kulit Krim ini juga

melembabkan kulit dan mencegah kulit menjadi kering kasar dan pecah. Sediaan

Vanishing Cream lebih disukai dan banyak dipakai karena sifatnya yang mudah
7

tercucikan dengan air, tidak meninggalkan bekas bila dioleskan, pemakaiannya

enak dan mudah menyebar merata saat dioleskan pada kulit, mudah dihilangkan

dari tempat pemakaian, memberi kesan dingin dan efek emolien pada kulit. Selain

itu krim ini juga dapat digunakan pada kulit dengan luka yang basah karena bahan

pembawa minyak dalam air cenderung untuk menyerap cairan yang dikeluarkan

oleh luka tersebut (Warnida et al., 2019).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengembangkan ekstrak

daun Binahong (Anredera Cordifolia) dengan membuatnya menjadi sediaan Krim

berbasis Vanishing Cream, sehingga diperlukan suatu formulasi. Penelitian ini

bertujuan untuk melihat pengaruh variasi konsentrasi gliserin terhadap stabilitas

dan efektivitas pelembab krim ekstrak binahong (Anredera Cordifolia) dengan

basis Vanishing Cream.


8

I.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah

a. Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi gliserin terhadap Stabilitas krim

ekstrak Binahong (Anredera Cordifolia) dengan basis Vanishing Cream ?

b. Bagaimana hasil evaluasi Stabilitas yang didapatkan pada sediaan krim ekstrak

Binahong (Anredera Cordifolia) dengan basis Vanishing Cream ?

c. Bagaimana hasil evaluasi Uji Efektivitas krim pelembab ekstrak Binahong

(Anredera Cordifolia) dengan basis Vanishing Cream ?

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

a. Untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi gliserin terhadap Stabilitas

krim ekstrak Binahong (Anredera Cordifolia) dengan basis Vanishing Cream.

b. Untuk mengetahui Stabilitas yang didapatkan pada sediaan krim ekstrak

Binahong (Anredera Cordifolia) dengan basis Vanishing Cream.

c. Untuk mengetahui Efektivitas pelembab krim ekstrak Binahong (Anredera

Cordifolia) dengan basis Vanishing Cream.

I.4 Manfaat Penelitian

a. Teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk meningkatkan ilmu

pengetahuan dalam bidang kefarmasian khususnya pada bidang teknologi

farmasi.
9

b. Bagi Perguruan Tinggi

Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi kepada institusi pendidikan untuk

peserta didik dalam mengembangkan sediaan di teknologi farmasi.

c. Bagi Mahasiswa

Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mahasiswa sehingga dapat

mengembangkan sediaan di bidang teknologi farmasi.

d. Bagi Peneliti

1. Untuk meningkatkan keilmuan peneliti mengenai pemahaman dalam

teknologi sediaan farmasi

2. Sebagai dasar penelitian selanjutnya tentang sediaan Krim pelembab ekstrak

Binahong dalam basis Vanishing Cream.

e. Bagi Peneliti Selanjutnya

Agar bisa lebih dikembangkan dalam materi-materi yang lainnya untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran.

f. Bagi Industri

Dapat memberikan kontribusi yang positif dan juga dapat digunakan sebagai

acuan untuk penelitian dalam bidang yang sama.


10

I.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian penelitian dengan penelitian lain


No Judul Desain Hasil
1. Formulasi dan Uji 1. Ekperimental 1. Evaluasi sediaan krim ekstrak
(Experimental etanol daun Binahong pada
Aktivitas Krim
research) pengujian organoleptik semua
Antioksidan Ekstrak 2. Menggunakan formulasi memiliki hasil yang
Ekstrak Binahong baik, begitu pula pada pengujian
Etanol Daun Binahong
homogenitas semua formula
(Anredera Cordifolia) memiliki hasil yang baik. Pada
pengujian daya sebar semua
(TEN.) Steenis) Dengan
sediaan krim tidak memenuhi
Metode DPPH (1,1 – syarat. Pada pengujian pH
sediaan, FII, FIII dan FV yang
diphenyl-2-picrylhydrazil)
memiliki nilai sesuai dengan pH
(Leboe, 2020) fisiologis kulit. Pada pengujian
daya lekat semua sediaan krim
memenuhi persyaratan.
2. Sediaan krim ekstrak etanol daun
Binahong (Anredera cordifolia
(Ten.) Steenis) yang memiliki
aktivitas antioksidan yang paling
efektif adalah FII yang
mengandung ekstrak sebesar 0,4
gram dengan % peredaman
sebesar 63,61%.
2. Pengaruh Gliserin Dan 1. Ekperimental Dari hasil uji aseptabilitas didapatkan
Profilenglikol Terhadap (Experimental bahwa formula I memiliki skor
Karakteristik Fisik, Kimia, research) terbanyak pada kriteria kemudahan
Dan SPF Sediaan Krim 2. Menggunakan diratakan. Hal ini disebabkan oleh
Tipe O/W Ekstrak Biji Gliserin viskositasnya yang paling rendah
Kakao (Theobroma cacao Profilenglikol pada formula I. Dan untuk skor
L.) (Hendradi et al., 2013) sebagai humektan terbanyak dari kriteria kemudahan
dicucikan adalah formula I. Dari tiga
kriteria penilaian yang diamati
diambil kesimpulan bahwa formula I
adalah formula yang paling lembut
dioleskan, paling mudah diratakan
dan paling mudah dicucikan.
3. Formulasi Dan Uji 1. Eksperimental Hasil penelitian menunjukkan
Efektivitas Sediaan Krim (Experimental bahwa minyak nilam
Minyak Nilam research) (Pogostemon cablin, Benth) dapat
(Pogestemon cablin, 2. Menggunakan
dibuat dalam sediaan krim dengan
Benth) Terhadap Minyak Nilam
Propionicbacterium acnes
konsentrasi 2,5%; 5%; dan 10%.
(Ermawati & Wahdaniah, Sediaan krim minyak nilam
2020) (Pogostemon cablin, Benth)
memiliki aktivitas antibakteri
terhadap Propionibacterium
acnes.
11

Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilaksanakan yaitu:

a. Pada penelitian pertama yang dilakukan oleh (Leboe, 2020) meneliti


adanya aktivitas antioksidan dalam krim ekstrak etanol daun Binahong
dengan menggunakan metode DPPH. Sedangkan penelitian ini meneliti
bagaimana pengaruh variasi konsentrasi gliserin pada stabilitas sediaan
krim berbasis vanishing cream ekstrak Binahong dan juga mengamati
efektivitas pelembab pada krim tersebut.
b. Penelitian kedua yang dilakukan oleh (Hendradi et al., 2013) yaitu melihat
pengaruh Gliserin dan Profilenglikol terhadap karakteristik fisik, kimia,
dan spf sediaan krim tipe O/W ekstrak biji kakao. Sedangkan pada
penelitian ini menggunakan variasi konsentrasi humektan gliserin pada
sediaan krim berbasis vanishing cream dan melihat stabilitas dan juga
daya efektivitas pelembab pada sediaan krim tersebut.
c. Penelitian ketiga yang dilakukan oleh (Ermawati & Wahdaniah, 2020)
yaitu membuat sediaan krim berbasis vanishing cream dengan
menggunakan minyak atsiri sebagai zat aktif. Sedangkan pada penelitian
ini membuat sediaan krim berbasis vanishing cream dengan menggunakan
ektrak daun binahong sebagai zat aktif.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Landasan Teori

2.1.1 Tanaman Binahong

a. Klasifikasi Tanaman Binahong


Klasifikasi tanaman binahong (Anredera Cordifolia) menurut

(Eggli,2004) dan (AnwardanTri,2016) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheobionta

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Class : Magnoliopsida

Ordo : Caryophyllales

Familia : Basellaceae

Genus : Anredera

Jenis : Anredera cordifolia(Tenore)Steenis

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2021)

Gambar 2. 1 Daun Binahong

12
13

b. Morfologi Tanaman Binahong

Tanaman binahong berupa tumbuhan menjalar, berumur panjang

(perenial), panjang tanaman dapat mencapai ± 5 m. Akar binahong berbentuk

rimpang, berdaging lunak. Batang bertekstur lunak, berbentuk silindris,

saling membelit, berwarna merah, bagian dalam solid, permukaan halus,

kadang membentuk semacam umbi yang melekat di ketiak daun dengan

bentuk tak beraturan dan bertekstur kasar. Tipe daun binahong adalah daun

tunggal, bertangkai sangat pendek (subsessile), tersusun berseling, berwarna

hijau, berbentuk jantung (cordata), panjang 5-10 cm, lebar 3-7 cm, helaian

daun tipis lemas, ujung runcing, pangkal berlekuk (emerginatus), tepi rata,

serta permukaan licin, tipe bunga binahong adalah bunga majemuk berbentuk

tandan, bertangkai panjang, muncul di ketiak daun, mahkota berwarna

krem keputih-putihan berjumlah lima helai tidak berlekatan, panjang helai

mahkota 0,50-1,00 cm, dan berbau harum (Santi Deliani Rahmawati, 2020).

Perbanyakan biji binahong secara generatif, namun lebih sering

berkembang atau dikembangbiakan secara vegetatif melalui akar rimpangnya.

Tumbuhan ini mudah tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi.

Tanaman ini umumnya dikembangkan secara generatif melalui biji,

walaupunlebih sering diperbanyak melalui vegetatif dengan akar rimpangnya.

Umbi terdapat di pangkal batangnya, dan bisa juga diperbanyak dengan umbi

batang yang disebar di tanah. Tumbuh dengan baik di daerah tropis atau

subtropis (Santi Deliani Rahmawati, 2020).


14

c. Kandungan Kimia

Binahong mengandung komponen aktif yang bermanfaat memiliki

banyak sifat farmakologis seperti antimikroba, anti-inflamasi, antikanker,

antioksidan, antijamur, dan antitumor. Komponen aktif dalam hal ini tanaman

termasuk saponin, tanin, terpenoid, alkaloid dan flavonoid. Pada penelitian

yang dilakukan oleh (Tahar et al., 2019) menunjukkan ekstrak daun binahong

berpotensi sebagai tabir surya, nilai rata-rata SPF ekstrak daun binahong yang

diperoleh pada konsentrasi (300 ppm, 350 ppm, 400 ppm dan 450 ppm)

memberikan perlindungan minimal, karena berada pada range SPF 2-12. Daun

binahong juga memiliki aktivitas antioksidan, dimana Penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh (Parwati et al., 2014) menunjukkan bahwa ekstrak etanol

daun binahong mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi dengan nilai IC 50

sebesar 40,27 ppm, lebih baik daripada IC50 yang dihasilkan vitamin C yaitu

sebesar 49,2 ppm. Hal ini menjelaskan bahwa kemampuan menangkap radikal

bebas ekstrak daun binahong termasuk dalam golongan sangat kuat

dikarenakan nilai IC50 yang diperoleh dari perhitungan kurang dari 50 ppm,

yaitu 40,27 ppm. Hal ini sesuai dengan pernyataan Molyneux bahwa tingkat

kekuatan antioksidan menggunakan DPPH dapat digolongkan menurut IC 50.

Semakin kecil nilai IC50 berarti semakin kuat daya antioksidannya (Parwati et

al., 2014). Adanya kandungan flavonoid, antioksidan tinggi dan nilai SPF yang

memberikan perlindungan minimal dapat dijadikan acuan untuk membuat

sediaan krim pelembab memiliki nilai SPF 2-12 yang dapat memberikan

perlindungan minimal pada kulit (Santi Deliani Rahmawati, 2020).


15

2.1.2 Krim

a. Pengertian krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi kental

mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian

luar. Krim merupakan sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih

bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Krim

biasanya digunakan sebagai emolien atau pemakaian obat pada kulit. Istilah

krim digunakan secara luas dalam bidang farmasi dan industri kosmetika.

Formula krim terdiri atas zat aktif yang diformulasikan ke dalam basis krim

sebagai pembawa. Krim yang baik harus memperhatikan basis yang cocok,

maka basis menjadi hal yang penting (Annisa, 2020).

Stabilitas krim akan rusak jika sistem campurannya terganggu karena

perubahan suhu dan perubahan komposisi (adanya penambahan salah satu fase

secara berlebihan). Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika sesuai

pengenceran yang cocok dan harus dilakukan secara teknik aseptis. Krim yang

sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu 1 (satu) bulan. Bahan

pengemulsi krim harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang

dikehendaki. Contoh bahan pengemulsi pada krim yang dapat digunakan

emulpid, lemak bulu domba, setasium, setil alkohol, stearil alkohol, golongan

sorbitan, polisorbat, PEG dan sabun dan bahan pengawet yang umum biasanya

digunakan untuk pembuatan krim adalah metil paraben (nipagin) 0,12-0,18%,

propilparaben (nipasol) 0,02-0,05% (Annisa, 2020).

Sifat umum sediaan semi padat terutama sediaan krim yaitu mampu
16

melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama

sebelum sediaan ini dicuci atau dihilangkan (Annisa, 2020).

b. Tipe Krim

Berdasarkan fase internalnya, krim dapat dibedakan menjadi:

1) Tipe M/A atau O/W

Vanishing cream merupakan kosmetika yang dimaksudkan untuk

membersihkan, melembabkan, dan sebagai alas bedak. Krim m/a (vanishing

krim) yang digunakan melalui kulit akan hilang tanpa bekas. Pembuatan

krim m/a sering menggunakan zat pengemulsi campuran dari surfaktan

(jenis lemak yang ampifil) yang umumnya adalah rantai panjang alkohol

walaupun untuk beberapa sediaan kosmetik pemakaian asam lemak lebih

popular (Annisa, 2020).

2) Tipe A/M atau W/O

Krim berminyak mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik

seperti adeps lanae, ester asam lemak dengan garam dari asam lemak

dengan logam bervalensi 2, contohnya Ca. Krim A/M dan M/A

membutuhkan emulgator yang berbeda-beda. Jika emulgator tidak tepat,

maka dapat terjadi pembalikan fasa. Contoh: cold cream. Cold cream adalah

sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin

dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih berwarna putih dan bebas

dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar

(Annisa, 2020).
17

c. Kelebihan dan Kekurangan Krim

1. Kelebihan Krim

a. Mudah menyebar rata.

b. Praktis.

c. Mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe M/A (minyak

dalam air).

d. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat.

e. Tidak lengket, terutama tipe M/A

f. Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe A/M

g. Digunakan sebagai kosmetik

h. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorbsi tidak cukup

beracun

i. Bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak

menyebabkan kulit berminyak (Annisa, 2020).

2. Kekurangan krim

a. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam

keadaan panas

b. Mudah pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas

c. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe A/M karena terganggu

sistem campuran terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan

perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara

berlebihan (Annisa, 2020).


18

d. Bahan-bahan Penyusun Krim

1. Formula dasar krim, antara lain:

a. Fase minyak, merupakan bahan obat yang larut dalam minyak yang

bersifat asam. Contoh: asam stearat, adeps lanae, paraffin liquidum,

paraffin solidum, minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol,

stearil alkohol, dan sebagainya.

b. Fase air, merupakan bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.

Contoh: Na tetraborat (borax, Na biboras), trietanolamin/ TEA, NaOH,

KOH, Na2CO3, gliserin, polietilenglikol/PEG, propilenglikol, surfaktan

(Na lauril sulfat, Na setostearil alkohol, polisorbatum/tween, span)

(Annisa, 2020).

2. Bahan-bahan penyusun krim, yaitu:

a. Zat berkhasiat

b. Minyak

c. Air

d. Pengemulsi

Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan

dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat atau dikehendaki. Sebagai

bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba,

setaseum, setil alkohol, stearil alkohol dan trietanolamin stearat (Annisa,

2020).

e. Basis Krim
19

1. Basis hidrokarbon (Basis berlemak)

Petroleum dan salep putih, yang berupa petroleum dengan 5%

malam tawon, merupakan jenis pembawa yang memiliki sifat hidrofilik.

Bahan baku yang paling banyak digunakan untuk pembawa pada salep

adalah petroleum karena konsistensinya, kelunakannya dan sifatnya yang

netral juga kemampuan menyebarnya yang mudah pada kulit. Basis ini

sukar dicuci, dan dapat digunakan sebagai oklusif atau bahan aktif kosmetik

yang dapat menghambat terjadinya penguapan kelembapan secara normal

dari kulit. Suatu lapisan tipis petroleum menghasilkan rasa hangat pada

kulit, karena kelembapan yang tidak terasa tidak menguap. Sedikit sekali air

yang dapat dimasukkan ke dalam basis berminyak ini tanpa penambahan

zat-zat lainnya (Annisa, 2020).

2. Basis Serap (Basis absorpsi)

Basis serap dibentuk dengan penambahan zat-zat yang dapat

bercampur dengan hidrokarbon dan zat yang mempunyai gugus polar

contohnya sulfat, sulfonat, karboksil, hidroksil, atau suatu ikatan eter.

Lanolin, lanolin terisolasi, kolesterol, lanosterol dan sterol-sterol lainnya,

sterol terasetilasi atau ester dari polihidrat alkohol (misalnya sorbitan

monostearat atau monooleat) dapat ditambahkan untuk membuat basis

hidrokarbon yang bersifat hidrofilik. Campuran hidrofilik seperti itu disebut

juga sebagai “basis serap” meskipun istilah “serap” tidak tepat. Basis ini

pada sentuhan tidak menyerap air, tetapi dengan pengadukan yang cukup,

basis ini dapat menyerap larutan air dan dapat dianggap sebagai emulsi air
20

di dalam minyak. Basis serap terbagi menjadi dua jenis yaitu bentuk

anhidrat dan bentuk emulsi. Lanolin anhidrat dan petrolatum yang hidrofilik

merupakan contoh pembawa anhidrat yang menyerap air untuk membentuk

emulsi air di dalam minyak (Annisa, 2020).

3. Basis yang dapat dicuci dengan air

Basis yang dapat dicuci dengan air merupakan emulsi minyak di

dalam air, dan dikenal sebagai “krim”. Basis vanishing cream termasuk

dalam golongan ini. Diberi istilah vanishing cream karena waktu krim ini

digunakan dan digosokkan pada kulit, hanya sedikit atau tidak terlihat bukti

nyata tentang adanya krim yang sebelumnya. Hilangnya krim ini dari kulit

atau pakaian dipermudah oleh emulsi minyak di dalam air yang terkandung

di dalamnya. Krim dapat digunakan pada kulit dengan luka yang basah,

karena bahan pembawa minyak di dalam air cenderung untuk menyerap

cairan yang dikeluarkan luka tersebut (Annisa, 2020).

4. Basis yang larut dalam air

Bahan pembawa yang larut dalam air dibuat dari campuran polietilen

glikol dengan bobot molekul yang tinggi dan polietilen glikol dengan bobot

molekul rendah. Campuran tersebut akan menghasilkan produk-produk

dengan konsistensi seperti salep, yang melunak atau meleleh jika digunakan

pada kulit. Pembuatan sediaan dengan bahan-bahan ini tidak memerlukan

air. Basis ini larut dalam air karena adanya gugusan polar dan ikatan eter

yang banyak (Annisa, 2020).

f. Persyaratan Mutu Krim


21

Sediaan yang dibuat harus memenuhi persyaratan mutu yang setara

dengan ketentuan United States Pharmacopeia (USP) dan memperhatikan

kriteria pendaftaran obat jadi Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Persyaratan mutu:

1) Aman

Aman berarti sediaan yang dibuat harus aman secara fisiologis

maupun psikologis dan dapat meminimalisir terjadinya efek samping

sehingga tidak lebih toksik dari bahan aktif yang belum diformulasi.

Bahan sediaan farmasi merupakan senyawa kimia yang mempunyai

karakteristik fisikokimia yang berhubungan dengan efek

farmakologis.Perubahan sedikit saja pada karakteristik tersebut dapat

menyebabkan perubahan farmakokinetika dan farmakodinamika suatu

senyawa.

2) Efektif

Efektif berarti sejumlah kecil obat yang diberikan pada pasien

mampu memberikan efek yang maksimal dan optimal. Jumlah atau dosis

pemakaian sekali pakai, sehari, dan selama pengobatan (kurun waktu)

harus mampu mencapai reseptor dan dapat menimbulkan respons

farmakologis.Sediaan efektif merupakan sediaan jika digunakan sesuai

aturan yang disarankan dengan aturan pakai menghasilkan efek

farmakologis yang optimal untuk tiap bentuk sediaan dengan efek samping

minimal.

3) Stabil
22

a) Stabilitas fisika

Sifat-sifat fisika seperti organoleptis, keseragaman, kelarutan, dan

viskositas tidak berubah.

b) Stabilitas kimia

Secara kimia inert sehingga tidak menimbulkan perubahan warna, pH,

dan bentuk sediaan.

c) Stabilitas mikrobiologi

Tidak adanya pertumbuhan mikroorganisme selama waktu edar. Jika

mengandung pengawet, harus tetap efektif selama waktu edar.

d) Stabilitas farmakologis

Selama penyimpanan dan pemakaian, efek terapetiknya harus tetap

sama (Annisa, 2020).

2.1.3 Vanishing Cream

Vanishing Cream merupakan sediaan emulsi tipe o/w minyak dalam air

yang mengandung asam stearat dalam jumlah besar yang terdispersi dalam air

dengan bantuan emulgator. Vanishing cream mengandung emulgator yang

bersifat basa seperti trietanolamin, kalium, ammonium, natrium hidroksida, dan

emulgator yang bersifat asam lemak seperti asam stearate. Kombinasi emulgator

ini akan membentuk suatu masa sediaan yang berkilau. Vanishing Cream disukai

untuk penggunaan sehari – hari karena krim ini memiliki tekstur tidak lengket,

tidak berminyak, mudah menyebar, dan mudah di absorbs kulit. Krim ini juga

melembabkan kulit dan mencegah kulit menjadi kering, kasar, dan pecah

(Warnida et al., 2019).


23

2.1.4 Gliserin

Humektan merupakan bahan yang mampu menangkap air dari udara,

humektan adalah bahan yang paling banyak yang di formulasikan dalam

komponen produk pelembab, karena memiliki campuran lemak yang dapat

mengembalikan kelembapan kulit. Ada beberapa macam jenis humektan yaitu

profilen glikol, hyaluronic acid, gliserin, asam salisilat dan lainnya. Pada

penelitian ini humektan yang digunakan adalah Gliserin. Gliserin merupakan

bahan yang bersifat sebagai humektan dimana gliserin efektif dapat meningkatkan

kemampuan sediaan untuk mengabsorbsi air dari luar menuju ke dalam kulit

untuk dapat mempertahankan kelembabannya. Mekanisme kerja gliserin sebagai

humektan adalah dengan membentuk lapisan yang bersifat higroskopis sehingga

dapat menyerap air dari udara dan mampu mempertahankannya. Proses ini juga

dapat mencegah terjadinya dehidrasi pada lapisan stratum korneum. Keunggulan

gliserin Sebagai humektan dibandingkan dengan bahan humektan lainnya adalah

gliserin dapat menjaga kelembaban pada kulit karena banyaknya gugus hidroksil

sehingga semakin kuat dalam mengikat dan menahan air pada kulit Selain

berfungsi sebagai humektan, gliserin juga dapat berdifusi kedalam stratum

korneum selanjutnya akan membentuk suatu lapisan yang akan berpengaruh

terhadap penurunan TEWL (Trans Epidermal Water Loss) sehingga mencegah

terjadinya dehidrasi pada kulit, hal ini merupakan fungsi dari pelembab dengan

sifat oklusif (Aryani, 2019).

Gliserin memiliki sifat dapat meningkatkan daya sebar dalam sediaan krim
24

dan lotion. Gliserin dapat berdifusi kedalam stratum korneum kemudian menahan

air dalam kulit, sifat-sifat lain gliserin selain sebagai pelembab humektan dan

oklusif, gliserin memberikan efek keratolitik dengan mendegradasi esmosome,

mempengaruhi fungsi dari protektif kulit untuk dapat melawan iritasi, dapat

menyebabkan plastisisasi pada kulit, mereduksi pemecahan jaringan, stabilisasi

kolagen kulit, serta dapat mempercepat proses penyembuhan luka (Aryani, 2019).

Sumber : (Aryani,
Gambar 2. 2 Struktur Kimia Gliserin
2019)

2.1.5 Evaluasi

a. Uji Stabilitas

Pada penentuan stabilitas sediaan dilakukan pengujian secara fisik,

meliputi pengamatan organoleptis, uji homogenitas, pH, uji daya sebar, uji

daya lekat, dan uji tipe krim. Pengujian stabilitas ini dilakukan selama 2

minggu yaitu pada hari ke 0, 7, dan 14.

1) Uji organoleptis

Pada pengujian organoleptik dilakukan dengan menggunakan panca

indra atau secara visual yang meliputi warna, bau dan bentuk Pengamatan

dilakukan pada hari ke 0, 7, dan 14 (Erwiyani et al., 2018).


25

2) Uji homogenitas

Pada pengujian homogenitas bertujuan untuk melihat dan

mengetahui tercampurnya bahan-bahan sediaan krim sehingga tidak terlihat

adanya butiran-butiran kasar. Homogenitas suatu sediaan mempengaruhi

keefektifan terapi dari suatu sediaan krim karena jika suatu sediaan

homogen maka setiap kali pengambilan akan memiliki kadar zat aktif yang

sama. Pengamatan dilakukan pada hari ke 0, 7, dan 14 (Erwiyani et al.,

2018).

3) Uji pH

Pada pengujian pH bertujuan untuk mengetahui kadar asam dan

basa dari sediaan krim dan juga untuk melihat keamanan sediaan krim agar

tidak mengiritasi kulit ketika digunakan . Berdasarkan persyaratan SNI 16-

4954-1998 tentang pH sediaan krim yang memenuhi persyaratan yaitu 3,5-

8. Pengamatan dilakukan pada hari ke 0, 7, dan 14 (Erwiyani et al., 2018).

4) Uji daya lekat

Pada pengujian daya lekat dilakukan untuk mengukur kemampuan

krim untuk melekat pada saat digunakan pada kulit. Persyaratan daya lekat

yang baik pada krim yaitu lebih dari 4 detik. Semakin lama krim melekat

pada kuat maka semakin banyak zat aktif yang diabsorbsi dan krim

memberikan efek terapi yang lebih optimal. Pengamatan dilakukan pada

hari ke 0, 7, dan 14 (Erwiyani et al., 2018).

5) Uji daya sebar

Pada pengujian daya sebar dilakukan untuk melihat kemampuan


26

menyebar sediaan krim pada permukaan kulit pada saat pemakaian.

Persyaratan daya sebar yang baik untuk krim yaitu 4-7 cm (Latif dkk.,

2020). Daya sebar yang baik menyebabkan kontak antara obat dengan kulit

menjadi luas, sehingga absorpsi obat ke kulit berlangsung cepat.

Pengamatan dilakukan pada hari ke 0, 7, dan 14 (Erwiyani et al., 2018).

6) Uji tipe emulsi

Pada pengujian tipe emulsi bertujuan untuk mengetahui tipe krim

apakah krim tersebut merupakan tipe minyak dalam air (M/A) atau tipe air

dalam minyak (A/M). Pada penelitian ini pengujian tipe emulsi

menggunakan kelarutan zat warna. Penentuan tipe emulsi menggunakan uji

dispersi zat warna dengan menggunakan metilen blue. Bila metilen blue

tersebar merata maka tipe krim yang dihasilkan adalah minyak dalam air

(M/A) dan apabila timbul bintik-bintik biru pada krim maka tipe krim yang

dihasilkan adalah air dalam minyak (A/M) Pengamatan dilakukan pada hari

ke 0, 7, dan 14 (Ermawati & Wahdaniah, 2020).

b. Uji Efektivitas Pelembab

Pada uji efektivitas pelembab sediaan krim dilakukan pengujian

menggunakan alat skin moisture analyzer untuk mengetahui kemampuan

sediaan dalam mengurangi penguapan air dari kulit. Caranya adalah

mengumpulkan sukarelawan sebanyak 15 orang yang bersedia untuk memakai

produk vanishing cream ini ke bagian tangannya, penelitian dilakukan pada

hari ke 0. Prosedur ini dilakukan pada setiap formula sebagai kontrol dalam

sediaan krim. Nilai efektivitas krim pelembab dapat dilihat dari kenaikan
27

presentase kelembapan yang dihitung berdasarkan selisih nilai kelembapan

yang dihasilkan pada alat skin moisture analyzer dari sebelum dilakukan

pengolesan krim pada sukarelawan dan dibandingkan dengan nilai kelembapan

sesudah pengolesan sediaan pada sukarelawan (Aryani, 2019).

II.2 Kerangka Teori

(Leboe, 2020), (Putra, 2012), (Leobernard Butue et al., 2019), (Aryani, 2019).

Gambar 2. 3 Kerangka Teori

II.3 Kerangka Konsep


28

Gambar 2. 4 Kerangka Konsep

II.4 Hipotesis

Terdapat pengaruh variasi konsentrasi Gliserin dalam sediaan krim berbasis

vanishing cream ekstrak Binahong (Anredera Cordifolia) terhadap evaluasi

stabilitas dan efektivitas pelembab.


4
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Penentuan Lokasi, Waktu dan Sasaran Penelitian

III.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi Fakultas

Kesehatan Universitas Sari Mulia yang berlokasi di jalan Pramuka No.2 Pemurus

Luar, Kecamatan Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

III.1.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan agutus 2022.

III.1.3 Sasaran Penelitian

Sasaran pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi

konsentrasi Gliserin terhadap Stabilitas dan Efektivitas krim ekstrak Binahong

(Anredera Cordifolia) dengan basis Vanshing Cream.

III.2 Jenis dan Rancangan Penelitian

III.2.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

eksperimental laboratorium one-shot case study. Desain penelitian ini merupakan

desain penelitian yang mana tidak menggunakan variabel kontrol dalam

pelaksanaanya dan sampel tidak diambil secara acak (Amrina, 2020). Dipilih jenis

penelitian ini dikarenakan proses pembuatan sediaan Vanishing Cream tidak ada

kelompok kontrol, melainkan menggunakan variasi konsentrasi dari humektan

nya yaitu Gliserin dan dilihat formulasi manakah yang sangat stabil dan yang

memiliki efektivitas pelembab yang baik.

29
30

III.2.2 Rancangan Penelitian

a. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan analitik (Fujitsu),

ph meter (Lutron), mortir, stamper, stirrer (Thermosentrik), alat daya sebar,

alat daya lekat, alat uji efektivitas pelembab skin moisture analyzer, dan alat

alat gelas lainnya.

2. Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu, Ekstrak daun Binahong,

Gliserin, Malam Putih, Asam Stearat, Trietanolamin (TEA), Vaselin putih,

Metil paraben, dan Aquadest.

b. Prosedur Kerja

1. Persiapan Daun Binahong (Anredera Cordifolia)

Ekstrak Daun Binahong didapatkan dari Mitra Bina Argo mandiri

Yogyakarta.

2. Formulasi Krim berbasis Vanishing Cream Ekstrak Binahong (Anredera


Cordifolia)
31

Tabel 3. 1 Formulasi Vanishing Cream Ekstrak Binahong (Anredera Cordifolia)

No BAHAN Formula % Fungsi

FORMULA FI FII FIII

1. Ektrakbinahong 0,04 0,04 0,04 Zat Aktif

2. Gliserin 5 10 15 Humektan

3. Malam Putih 2 2 2 Stifenning Agent

4. Asam stearate 15 15 15 Pengemulsi

5. TEA 1,5 1,5 1,5 Pengemulsi

6. Vaselin putih 8 8 8 Basis Krim

7. Metil Paraben 0,18 0,18 0,18 Pengawet

8. Aquadest Ad.100 Ad.100 Ad.100 Pelarut

3. Pembuatan Krim Ekstrak Binahong (Anredera Cordifolia) dengan basis


Vanishing Cream.
Sediaan krim yang dibuat pada penelitian ini menggunakan ekstrak

binahong kering dalam basis vaniishing cream dengan variasi konsentrasi

Gliserin yaitu (5, 10, dan 15%). Krim dengan basis Vanishing Cream terdiri
32

dari dua fase, fase pertama adalah fase minyak yaitu (Asam stearat, Malam

putih, dan Vaselin putih) dileburkan pada suhu 70 C diatas penangas air

sampai larut sempurna. Lalu yang ke dua dalah fase air yang terdiri dari

(Trietanolamin TEA, Gliserin dengan konsentrasi (5, 10, dan 15%), metil

paraben, dan aquadest) dilarutkan pada suhu 70 C diatas penangas air

sampai larut sempurna. Fase air dimasukkan ke dalam fase minyak setelah

larut, diaduk hingga homogen sampai terbentuk masa krim yang baik,

kemudian tambahkan zat aktif nya yaitu ekstrak binahong dan diaduk

hingga homogen, setelah terbentuk masa krim yang sempurna, kemas krim

dengan memasukan krim ke dalam pot krim yang sudah disiapkan.

Selanjutnya adalah melakukan evaluasi pada stabilitas krim dan melakukan

uji efektivitas pelembab pada sediaan krim tersebut.

4. Evaluasi sediaan Krim


a. Uji Stabilitas

Pada penentuan stabilitas sediaan dilakukan dengan penyimpanan

suhu ruang yaitu pada suhu (±29oC) pengujian dilakukan selama 2 minggu

yaitu pada hari ke 0, 7, dan 14. Dilakukan pengamatan meliputi pengamatan

organoleptis, uji homogenitas, pH, uji daya sebar, uji daya lekat, dan uji tipe

emulsi.

1. Uji Organoleptis

Pemeriksaan organoleptis ini dilakukan pengamatan cream secara

visual meliputi bentuk, warna, dan bau selama penyimpanan. Jika tidak

terjadi perubahan selama 14 hari penyimpanan, maka secara organoleptis

sediaan dapat dikatakan stabil (Erwiyani et al., 2018).


33

2. Uji homogenitas

Pada pengujian homogenitas bertujuan untuk melihat dan

mengetahui tercampurnya bahan-bahan sediaan krim sehingga tidak

terlihat adanya butiran-butiran kasar. Homogenitas suatu sediaan

mempengaruhi keefektifan terapi dari suatu sediaan krim karena jika

suatu sediaan homogen maka setiap kali pengambilan akan memiliki

kadar zat aktif yang sama (Erwiyani et al., 2018).

3. Uji pH

Pada pengujian pH bertujuan untuk mengetahui kadar asam dan

basa dari sediaan krim dan juga untuk melihat keamanan sediaan krim

agar tidak mengiritasi kulit ketika digunakan (Somba, 2019). Rentang pH

sediaan krim yang memenuhi persyaratan yaitu 3,5-8 (Erwiyani et al.,

2018).

4. Uji Daya Sebar

Pada pengujian daya sebar dilakukan untuk melihat kemampuan

menyebar sediaan krim pada permukaan kulit pada saat pemakaian.

Persyaratan daya sebar yang baik untuk krim yaitu 4-7 cm. Daya sebar

yang baik menyebabkan kontak antara obat dengan kulit menjadi luas,

sehingga absorpsi obat ke kulit berlangsung cepat (Erwiyani et al., 2018).

5. Uji Daya Lekat

Pada pengujian daya lekat dilakukan untuk mengukur

kemampuan krim untuk melekat pada saat digunakan pada kulit.

Persyaratan daya lekat yang baik pada krim yaitu lebih dari 4 detik.
34

Semakin lama krim melekat pada kuat maka semakin banyak zat aktif

yang diabsorbsi dan krim memberikan efek terapi yang lebih optimal

(Erwiyani et al., 2018).

6. Uji tipe Emulsi

Pada pengujian tipe emulsi bertujuan untuk mengetahui tipe krim

apakah krim tersebut merupakan tipe minyak dalam air (M/A) atau tipe

air dalam minyak (A/M). pada penelitian ini penentuan tipe emulsi

menggunakan uji kelarutan zat warna. Penentuan tipe emulsi

menggunakan uji dispersi zat warna dengan menggunakan metilen blue.

Bila metilen blue tersebar merata maka tipe krim yang dihasilkan adalah

minyak dalam air (M/A) dan apabila timbul bintik-bintik biru pada krim

maka tipe krim yang dihasilkan adalah air dalam minyak (A/M)

(Erwiyani et al., 2018).

b. Uji Efektivitas Pelembab

Pada uji efektivitas pelembab sediaan krim dilakukan pengujian

menggunakan alat skin moisture analyzer untuk mengetahui kemampuan

sediaan dalam mengurangi penguapan air dari kulit. Caranya adalah

mengumpulkan sukarelawan sebanyak 15 orang yang bersedia untuk

memakai produk vanishing cream ini ke bagian tangannya, penelitian

dilakukan pada hari ke 0. Prosedur ini dilakukan pada setiap formula

sebagai kontrol dalam sediaan krim. Nilai efektivitas krim pelembab dapat

dilihat dari kenaikan presentase kelembapan yang dihitung berdasarkan

selisih nilai kelembapan yang dihasilkan pada alat skin moisture analyzer
35

dari sebelum dilakukan pengolesan krim pada sukarelawan dan di

bandingkan dengan nilai kelembapan sesudah pengolesan sediaan pada

sukarelawan (Aryani, 2019).

III.3 Populasi dan Sampel Penelitian

III.3.1 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah Ekstrak Binahong (Anredera

Cordifolia) yang di dapatkan dari Bina Agro Mandiri Yogyakarta

III.3.2 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sejumlah serbuk

Ekstrak daun Binahong (Anredera Cordifolia) yang di peroleh dari Bina Agro

Mandiri.

III.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

III.4.1 Variabel Penelitian

a. Variabel Independen

Variabel Independen atau variable bebas ialah yang menjadi sebab atau dapat

mempengaruhi adanya perubahan pada variable terikat (Amrina, 2020).

Variabel Independen pada penelitian ini yaitu Variasi Konsentrasi dari

Humektan yang digunakan yaitu Variasi konsentrasi Gliserin sebanyak 5%,

10%, dan 15%.

b. Variabel Dependen
36

Variabel Dependen atau variable terikat dipengaruhi oleh adanya variable

bebas (Amrina, 2020).Variable dependen pada penelitian ini adalah uji

organoleptis, uji homogenitas, uji daya sebar, uji daya lekat, uji pH, uji

hedonitas, dan uji efektivitas pelembab.

III.4.2 Definisi Operasional

Tabel 3. 2 Formulasi Krim Berbasis Vanishing Cream

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur


Variabel
Independent
Variasi gliserin adalah humektan yang Evaluasi Fisik Memenuhi Nominal
Konsentrasi dari kuat,mempunyai kemampuan Persyaratan Dan Rasio
Humektan, yaitu menyerap air hampir sama dengan evaluasi Fisik
gliserin Natural Moisturizing factor(NMF)
dapat mengembalikan kulit kering
menjadi normal dengan cepat dan
mampu mempertahankan kondisi
normal tersebut lebih lama
dibandingkan humektan yang lain.
Variabel
Dependent
Uji Organolpetis Uji Organoleptis yaitu dengan Pengamatan Perubahan fisik Nominal
mengamati visual sediaan seperti visual dari bentuk, bau,
bentuk, bau, dan warna. dan warna
sediaan.
Uji Uji Homogenitas yaitu mengamati Homogenizer Ketercampuran Nominal
Homogenitas sediaan tercampur secara merata. Sediaan
Uji pH Uji pH yaitu untuk melihat tingkat Ph meter Nilai pH (4,5,- Rasio
keasaman dan kebasaan dari suatu 6,5)
sediaan.
Uji Daya Sebar Uji Daya Sebar yaitu untuk melihat Alat uji daya Daya sebar yang Rasio
kemampuan sediaan krim menyebar sebar baik untuk
di permukaan kulit saat pemakaian. sediaan krim
adalah (5-7 cm)
Uji Daya Lekat Uji Daya Lekat adalah Untuk melihat Alat ukur daya Waktu lekat Rasio
kemampuan krim untuk melekat pada lekat (tidak < 4 detik)
saat digunakan pada kulit.
Uji Tipe Emulsi Uji Tipe Emulsi adalah untuk -Uji Dispersi Bila metil biru Nominal
mengetahui tipe krim apakah krim zat warna tersebar merata
tersebut merupakan tipe minyak (M/A) maka tipe krim
dalam air (M/A) atau tipe air dalam -Uji adalah (M/A)
minyak (A/M). Pengencera
37

n (A/M)

Uji Efektivitas Uji efektivitas yaitu untuk Pengujian Standard nilai Rasio
mengetahui efektivitas pelembab dilakukan kelembapan pada
pada sediaan krim. menggunakan kulit :
alat skin ≤33%, kulit
moisture sangat kering
analyzer 34~37%, kulit
kering
38~42%, kulit
normal
43~46%, kulit
lembab

III.5 Jenis dan Sumber Data

III.5.1 Jenis Data

a. Data Kualitatif

Data Kualitatif adalah data yang berbentuk kata atau data yang tidak

berbentuk angka (Amrina, 2020). Pada penelitian ini data kualitatif nya yaitu

uji organoleptis, uji homogenitas, dan uji tipe emulsi.

b. Data Kuantitatif

Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data yang tidak

berbentuk kata (Amrina, 2020).Pada penelitian ini data kuantitatif nya yaitu uji

pH, uji daya sebar, uji daya lekat,dan uji Efektivitas sediaan.

III.5.2 Sumber Data

a. Data primer

Data primer merupakan data yang didapatkan dari penelitian yang

dilakukan peneliti secara langsung menggunakan alat ukur atau pengambilan

data secara langsung (Amrina, 2020). Data primer yang digunakan pada
38

penelitian ini adalah data hasil dari uji stabilitas yaitu uji organoleptis, pH,

daya lekat, dan daya sebar dan data uji efektivitas sediaan.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapatkan secara tidak langsung,

seperti buku, jurnal, dan lainnya (Amrina, 2020). Data sekunder yang

digunakan pada penelitian ini diambil dari data, dokumen dan literatur yang

relevan untuk mendukung penelitian.

III.6 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara

mendokumentasikan dan mengobservasi hasil dari pembuatan formula cream dan

evaluasi cream. Pengumpulan data dengan mendokumentasikan dapat berbentuk

tulisan, gambar, atau karya – karya menumental, seperti catatan harian, sejarah

kehidupan, cerita, biografi, peraturan, dan kebijakan (Amrina, 2020).

Pengumpulan data dengan cara observasi merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan mengamati secara langsung keadaan atau situasi dari

subjek penelitian (Amrina, 2020). Pengumpulan data secara observasi pada

penelitian ini yaitu menggunakan teknik Participan Observation yaitu teknik

pengumpulan data yang peneliti nya ikut meneliti secara langsung, mengamati

secara langsung proses penelitian yang dijalankan.

III.7 Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis bivariate. Analisis

bivariate digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen (Yanuar & Widajati, 2016). Pada penelitian ini
39

uji yang digunakan adalah uji One Way Anova, apabila asumsi normalitas dan

homogenitas tidak terpenuhi maka dilanjutkan uji Kruskal-Wallis. Jika didapat

H0>0,05 maka tidak terdapat pengaruh pengaruh variasi konsentrasi Gliserin

dalam sediaan krim berbasis vanishing cream ekstrak Binahong terhadap evaluasi

stabilitas dan efektivitas pelembab dan jika Ha <0,05 maka terdapat pengaruh

variasi konsentrasi Gliserin dalam sediaan krim berbasis vanishing cream ekstrak

Binahong terhadap evaluasi stabilitas dan efektivitas pelembab.


39
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Teknologi Farmasi Universitas Sari

Mulia Banjarmasin. Laboraturium tersebut berada di Gedung D lantai 4, yang

beralamat di Jl. Pramuka No.2, Pemurus Luar, Kec. Banjarmasin Timur, kota

Banjarmasin Kalimantan Selatan.

IV.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Organoleptis

Tabel 4.1 Hasil pengamatan organoleptis sediaan Vanishing Cream

Hari Ke
Formula Pengamatan
0 7 14
Warna Putih Kecoklatan Putih Kecoklatan Putih Kecoklatan
F1 Bau Bau Basis Bau Basis Bau Basis
Bentuk Sedikit Kental Sedikit Kental Sedikit Kental
Warna Putih Kecoklatan Putih Kecoklatan Putih Kecoklatan
F2 Bau Bau Basis Bau Basis Bau Basis
Bentuk Kental Kental Kental
Warna Putih Kecoklatan Putih Kecoklatan Putih Kecoklatan
Bau Bau Basis Bau Basis Bau Basis
F3
Bentuk Sangat Kental Sangat Kental Sangat Kental

Berdasarkan hasil pada tabel 4.1 uji organoleptis pada formula I, II,

dan III sebelum dan sesudah penyimpanan selama 14 hari didapatkan hasil

warna yang sama pada ketiga formula yaitu putih kecoklatan, berbau khas

basis krim yaitu vanishing cream pada masing-masing formula dan pada

bentuk krim berbeda beda tiap formulasi, FI didapatkan hasil sedikit kental,

FII kental dan FIII sangat kental. Pada pengamatan uji organoleptis yang

39
40

dilakukan selama 14 hari didapatkan hasil yang sama tiap-tiap formula hal

tersebut mrnunjukkan bahwa krim pada penelitian ini merupakan krim yang

stabil.

4.2.2 Uji Homogenitas

Tabel 4.2 Hasil pengujian uji homogenitas sediaan Vanishing Cream

Formula Hari Ke-0 Hari Ke-7 Hari Ke-14


F1 Homogen Homogen Homogen
F2 Homogen Homogen Homogen
F3 Homogen Homogen Homogen

Berdasarkan hasil pada tabel 4.2 Hasil pengujian homogenitas dari

ketiga formula sediaan vanishing cream masing-masing krim tidak terlihat

adanya butiran kasar pada kaca objek pada saat pengamatan sebelum dan

sesudah penyimpanan selama 14 hari. Krim ini merupakan krim yang

homogen.

4.2.3 Uji pH

Tabel 4.3 Hasil pengujian uji pH sediaan Vanishing Cream

Replikasi Rata-rata ±
Formulasi Hari P-Value
1 2 3 SD
Ke-0 5,54 5,55 6,22 5,91 ± 0,32
Hari ke-0
FI Ke-7 6,19 5,75 5,80 5,73 ± 0,26
0,656
Ke-14 5,3 5,6 6,14 5,69 ± 0,26
Ke-0 5,74 6,17 5,69 6,10 ± 0,24 Hari ke-7
FII Ke-7 5,8 6,13 5,75 5,89 ± 0,20 0,948
Ke-14 5,98 6,9 5,70 5,86 ± 0,07
Ke-0 5,54 5,81 6,07 5,86 ± 0,42 Hari ke-14
FIII Ke-7 5,81 5,83 5,95 5,80 ± 0,62 0,384
Ke-14 5,84 5,74 5,81 5,68 ± 0,05
41

Grafik Hasil Uji pH


6.2
6.1
6
5.9
5.8
5.7
5.6
5.5
5.4
Hari Ke-0 Hari Ke-7 Hari Ke-14

F1 F2 F3

Uji pH pada tabel 4.3 formula I, II, dan III sebelum penyimpanan

didapatkan hasil rata-rata tertinggi yaitu pada FII sebesar 6,1 dan pH

terendah pada FI sebesar 5,86 kemudian pada saat sesudah penyimpanan

didapatkan hasil pH tertinggi yaitu pada FII sebesar 5,89 dan pH terendah

pada FIII sebesar 5,68. Hasil pH sebelum dan sesudah penyimpanan

mengalami kenaikan dan penurunan tiap formulasi tetapi nila pH masih

masuk ke dalam pH yang baik untuk kulit. pH yang baik sesuai dengan pH

kulit yaitu 4,5 – 6,5 (Lumentut et al., 2020). Berdasarkan analisis statistik

ANOVA satu jalan pada lampiran didapatkan hasil analisis normalitas dan

uji normalitas hasil signifikansi semua formula dengan Sig >0.05 yang

artinya data menyebar normal dan data homogen. Uji ANOVA Analisis data

pH diperoleh nilai signifikansi semua formula dengan Sig >0.05 yang

artinya tidak ada perbedaan pH terhadap variasi konsentrasi Gliserin pada

hari ke-0, ke-7 & ke-14.

4.2.4 Uji Daya Sebar


42

Tabel 4.4 Hasil pengamatan uji daya sebar sediaan Vanishing Cream

Replikasi (cm) Rata-rata ±


Formulasi Hari P-Value
1 2 3 SD
Ke-0 5,5 5,9 6 6,1 ± 0,2
FI Ke-7 5,6 5,8 6,2 6,3 ± 0,3
Ke-14 5,9 6 6,5 6,4 ± 0,3
Ke-0 5,3 5,6 5,9 5,9 ± 0,3
FII Ke-7 5,9 6 6,2 5,6 ± 0,1 0,001
Ke-14 6 6,3 6,5 6,1 ± 0,2
Ke-0 5,6 5,9 6 5,8 ± 0,2
FIII Ke-7 5,9 6,2 6,4 5,6 ± 0,2
Ke-14 6,7 6,4 6,6 5,8 ±0,1

Grafik Uji Daya Sebar (Cm)


7

6.5

5.5

4.5

4
Hari Ke-0 Hari Ke-7 Hari Ke-14

Formula I Formula II Formula III

Hasil Tabel 4.4 uji daya sebar krim pada formula I, II, dan III

sebelum penyimpanan daya sebar didapatkan nilai rata-rata tertinggi yaitu

pada FI sebesar 6,1 cm dan daya sebar terendah pada FIII sebesar 5,8 cm

kemudian pada saat sesudah penyimpanan didapatkan hasil daya sebar

tertinggi yaitu pada FI sebesar 6,4 cm dan daya sebar terendah pada FIII

sebesar 5,6 cm. Hasil dari ketiga formula sediaan krim masih dalam rentang
43

standar daya sebar krim yang baik yaitu 5-7 cm (Lumentut et al., 2020).

Berdasarkan analisis statistik ANOVA satu jalan, analisis normalitas dan uji

homogenitas didapatkan hasil signifikansi semua formula dengan Sig >0.05

yang artinya data menyebar normal dan data homogen. Uji ANOVA

Analisis data daya sebar diperoleh nilai signifikansi semua formula dengan

dengan Sig <0.05 yang artinya ada perbedaan daya sebar terhadap variasi

konsentrasi Gliserin pada hari ke-0, ke-7 & ke-14.

4.2.5 Hasil Uji Daya Lekat

Tabel 4.5 Hasil pengamatan uji daya lekat sediaan Vanishing Cream

Replikasi (Detik) Rata-rata ±


Formulasi Hari P-Value
1 2 3 SD
Ke-0 8 9 11 9 ± 5,8 Hari ke-0
FI Ke-7 7 10 12 8 ± 2,5 0,031
Ke-14 6 9 8 9 ± 1,5
Ke-0 9 12 19 13 ± 5,1 Hari ke-7
FII Ke-7 12 14 17 14 ± 2,5 0,006
Ke-14 11 14 18 16 ± 3,5
Ke-0 17 19 21 17 ± 2,0 Hari ke-14
FIII Ke-7 18 19 22 19 ± 2,0 0,002
Ke-14 19 20 21 21 ± 1,0

Grafik Uji Daya Lekat (Detik)


25
20
15
10
5
0
Hari Ke-0 Hari Ke-7 Hari Ke-14

Formula I Formula II Formula III


44

Hasil Tabel 4.5 uji daya lekat krim pada formula I, II, dan III

sebelum penyimpanan daya lekat didapatkan nilai rata-rata tertinggi yaitu

pada FIII sebesar 17 detik dan daya lekat terendah pada FI sebesar 9 detik

kemudian pada saat sesudah penyimpanan didapatkan hasil daya lekat

tertinggi pada FIII sebesar 21 detik dan daya lekat terendah pada FI sebsar 8

detik. Berdasarkan analisis statistik ANOVA satu jalan, analisis normalitas

dan uji homogenitas didapatkan hasil signifikansi semua formula dengan Sig

>0.05 yang artinya data menyebar normal dan data homogen. Uji ANOVA

Analisis data daya lekat diperoleh nilai signifikansi semua formula dengan

dengan Sig <0.05 yang artinya ada perbedaan daya lekat terhadap variasi

konsentrasi Gliserin pada hari ke-0, ke-7 & ke-14.

4.2.6 Hasil Uji Tipe Emulsi

Tabel 4.6 Hasil pengamatan uji tipe emulsi sediaan Vanishing Cream

Uji Tipe Waktu Formula I Formula II Formula


Emulsi III
Uji Hari Ke-1 M/A M/A M/A
Kelarutan
zat warna
Hari Ke-2 M/A M/A M/A

Hari Ke-3 M/A M/A M/A

Berdasarkan hasil pada tabel 4.6 uji tipe emulsi dengan metode uji

kelarutan zat warna pada formula I, II dan III sebelum dan sesudah

penyimpanan didapatkan hasil yang sama yaitu tipe M/A (Minyak dalam

Air) hal ini dapat dilihat pada saat pengujian krim dengan zat warna
45

(methylen blue) krim yang di tetesi dengan methylen blue terlihat tercampur

secara merata pada ketiga formulasi.

4.2.7 Uji Efektivitas Pelembab

Tabel 4.7 Hasil pengamatan uji efektivitas pelembab sediaan Vanishing Cream

Nilai rata- rata Kelelmbapan dengan alat Skin Moisture Analyzer

Sebelum di oleskan FI (%) FII (%) FIII (%)


krim
33% 45% 55,4% 60%

Uji efektifitas pelembab dilakukan setelah mendapatkan persetujuan

Etik Universitas Sari Mulia Banjarmasin, pengujian dilakukan dengan

menggunakan alat skin moisture analyzer untuk mengetahui kemampuan

sediaan dalam melembabkan kulit. Pengujian dilakukan kepada sukarelawan

sebanyak 15 orang yang memenuhi kriteria usia 20-30 tahun dengan tekstur

kulit yang cenderung kering dengan tingkatan ringan hingga sedang, dan

bersedia untuk diberikan perlakuan pengolesan krim di bagian punggung

tangan dan menandatangani surat persetujuan ketersediaan menjadi

sukarelawan dalam penelitian. Pada penelitian ini, uji efektivitas pelembab

dilakukan sebanyak satu kali tindakan tiap masing-masing formula sediaan

krim. Hasil yang didapatkan terlihat adanya kenaikan nilai kelembapan pada

saat sesudah pengolesan krim pada punggung tangan sukarelawan, sebelum

pengolesan krim didapatkan rata- rata kulit sukarelawan kering-normal yaitu


46

36% dan setelah dioleskan krim terlihat bahwa ada kenaikan kelembapan

yaitu pada formula I rata-rata 46%, formula II yaitu 56% dan FII yaitu 60%.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa penambahan gliserin berpengaruh

terhadap peningkatan kelembapan kulit, semakin tinggi konsentrasi gliserin

maka kemampuan untuk melembabkan kulit semakin baik. Pada uji

efektivitas pelembab, formula gliserin yang paling optimal dalam

melembabkan kulit adalah FIII dengan konsentrasi gliserin yaitu 15%.


47

Moisturizer adalah salah satu rangkaian skincare berupa pelembap yang

berbentuk krim atau losion yang berfungsi untuk mengatasi kulit kering. Cara

kerjanya adalah dengan menahan atau menyegel air keluar dari permukaan kulit

sehinga kulit terasa lebih halus dan tidak kering. Kulit yang kering terjadi akibat

hilangnya kelembapan stratum korneum dan matriks antar sel menyebabkan kulit

kering, kasar dan bersisik. Oleh karena itu dibuatlah sediaan krim yang

mengandung bahan pelembab dan mengandung antioksidan. Pelembab dapat

meningkatkan kadar air stratum korneum dan hydrating agent, sehingga dapat

mereduksi tanda dan gejala kulit kering, kasar, serta membuat permukaan kulit

menjadi halus dan lembut (Wahyu et al., 2021).

Kandungan antioksidan dapat mencegah, menghambat dan

menngendalikan reaksi oksidasi dari radikal bebas yang menyebabkan kerusakan

struktural kulit. Binahong (Anredera Cordifolia) merupakan salah satu bahan

alam yang memiliki kandungan senyawa antioksidan tinggi yang bertindak

sebagai penangkal radikal bebas. Antioksidan memiliki banyak manfaat untuk

kulit, beberapa manfaat nya yaitu melindungi kulit dari berbagai kerusakan sel

akibat radiasi UV, anti penuaan atau peremajaan kulit, dan juga dapat

meningkatkan produksi kolagen pada kulit sehingga kulit akan lebih ternutrisi

dan lebih sehat. Binahong juga memiliki kandungan metabolit sekunder seperti

flavonoid, fenol, tanin, dan juga vitamin C. Secara empiris binahong juga

digunakan masyarakat untuk penyembuhan lukan dan dibeberapa penelitian

binahong digunakan sebagain acne vulgaris (Tahar et al., 2019).


48

Maka dari itu penambahan zat aktif yang berkhasiat sebagai antioksidan

dan penangkal radikal bebas ini sangat baik digunakan sebagai zat aktif dalam

krim pelembab ini. Selain zat aktif, humektan juga bahan yang penting untuk di

tambahkan dalam sediaan pelembab. Humektan adalah kelompok agen atau

kandungan pelembab yang digunakan untuk menjaga kelembapan suatu produk,

umumnya dapat digunakan dalam produk kosmetika. Pada penelitian ini

humektan yang dipilih adalah gliserin karena gliserin adalah humektan yang kuat

mempunyai kemampuan menyerap air hampir sama dengan Natural Moisturizing

factor (NMF) dapat mengembalikan kulit kering menjadi normal dengan cepat

dan mampu mempertahankan kondisi normal tersebut lebih lama dibandingkan

humektan yang lain. Dengan adanya penambahan zat aktif yang mengandung

antioksidan tinggi dan humektan yang paling baik untuk melembabkan kulit,

untuk membantu efektivitas sediaan dalam melembabkan kulit maka diperlukan

pemilihan basis yang sesuai, basis yang tepat untuk sediaan krim pelembab adalah

basis vanisihing cream dengan tipe emulsi M/A. (Wahyu et al., 2021) Vanishing

Cream memiliki tekstur tidak lengket, tidak berminyak, mudah menyebar, dan

mudah diabrsopsi kulit Krim ini juga melembabkan kulit dan mencegah kulit

menjadi kering kasar dan pecah. maka krim yang dihasilkan bukan hanya

berfungsi untuk melembabkan kulit saja, tetapi krim ini juga dapat melindungi

kulit dari kerusakan oksidatif dan juga bertindak sebagai anti aging sehingga kulit

lebih ternutrisi dan lebih sehat (Ermawati & Wahdaniah, 2020).


49

IV.3 Pembahasan

4.3.1 Organoleptis

Uji organoleptis dilakukan untuk melihat tampilan fisik suatu sediaan krim

yang meliputi warna, bau, dan bentuk (Nealma & Nurkholis, 2020). Pada

pengamatan warna, bau, dan bentuk yang dihasilkan pada FI, FII, dan FIII

sebelum penyimpanan didapatkan hasil warna yang sama pada ketiga formula

yaitu putih kecoklatan, berbau khas basis krim yaitu vanishing cream dan pada

pengamatan bentuk krim berbeda beda tiap formulasi, yaitu pada FI didapatkan

hasil sedikit kental, FII kental dan FIII sangat kental. Ketiga formulasi krim juga

memiliki tekstur yang lembut, mudah menyebar, dan tidak terasa lengket.

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan selama 4 minggu dengan

melihat warna, bau dan bentuk dari sediaan krim pada keempat formula

menunjukkan bahwa tidak ada perubahan warna, bau maupun bentuk pada

sediaan krim setiap minggunya. Krim tidak menimbulkan bau tengik dan tidak

adanya perubahan warna saat sesudah penyimpanan, hal ini menunjukkan

kestabilan pada ketiga formula dalam sediaan krim tersebut. Ketiga krim dengan

konsentrasi gliserin yang berbeda-beda tidak berpengaruh terhadap penyimpanan

krim, jadi dapat disimpulkan ketiga krim dengan konsentrasi yang berbeda-beda

tersebut adalah krim yang stabil selama penyimpanan 14 hari di dalam suhu ruang

dan variasi konsentrasi gliserin tidak berpengaruh dalam penyimpanan krim

tersebut.

Sediaan kosmetik yang stabil yaitu sediaan yang masih berada dalam

batas yang dapat diterima selama periode waktu penyimpanan dan penggunaan,
50

dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimiliki saat dibuat.

Ketidakstabilan fisika dari sediaan krim ditandai dengan adanya perubahan warna,

pemisahan fase, dan timbulnya bau. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh

(Erwiyani et al., 2018) membuat sediaan krim avocado dan daun sirih, pada

penyimpanan hari ke 7 dan 14 krim yang mengandung daun alpukat mengalami

perunbahan warna, adanya perubahan warna yang terjadi pada sediaan

dipengaruhi oleh oksidasi dimana senyawa antioksidan mudah mengalami

oksidasi sehingga menyebabkan oerubahan warna selama penyimpanan (Erwiyani

et al., 2018). Perubahan bau dan ketengikan dapat disebabkan oleh oksigen dari

udara yang mengoksidasi lemak atau minyak, selain itu cahaya merupakan salah

satu katalisator yang juga dapat menimbulkan reaksi oksidasi sehingga dapat

disimpulkan bahwa fase minyak yang terdapat didalam sediaan krim tidak

mengalami oksidasi (Wulandari, 2016).

4.3.2 Uji Homogenitas

Uji Homogenitas bertujuan untuk melihat dan mengetahui tercampurnya

bahan-bahan krim. Pengujian ini dilakukan dengan cara visual pada kaca

transparan dengan melihat penyebaran warna dan pencampuran bahan sediaan

krim (Purwaningsih et al., 2020). Homogenitas adalah parameter yang cukup

penting di dalam sediaan kosmetik karena menunjukkan tingkat kehalusan suatu

sediaan kosmetik yang dihasilkan (Lumentut et al., 2020). Semakin halus sediaan

krim maka semakin baik sediaan krim yang dihasilkan karena merupakan

parameter tercampurnya komponen minyak dan air (Lumentut et al., 2020). Pada

pembuatan basis krim hal yang harus diperhatikan adalah proses pengadukan
51

harus secara konstan dan harus dalam keadaan hangat, hal ini bertujuan agar

semua bahan dapat tercampur merata atau homogen karena semua bahan yang

larut dalam minyak sangat cepat menjadi lilin saat dingin, sehingga dalam

keadaan hangat semua fase minyak dan air dapat tercampur secara homogen

sebelum fase minyak dingin dan mengeras menjadi lilin (Nealma & Nurkholis,

2020).

Hasil pengujian homogenitas dari ketiga formula sediaan vanishing krim

sebelum dan sesudah penyimpanan selama 14 hari atau 2 minggu didapatkan hasil

pengamatan menunjukkan ketiga sediaan krim homogen secara fisik dan tidak

terlihat adanya butiran-butiran kasar pada sediaan krim baik sebelum dan sesudah

penyimpanan, hal ini menunjukkan bahan-bahan yang digunakan dalam

pembuatan krim tercampur sempurna, sehingga lamanya penyimpanan dan adanya

perbedaan kosentrasi basis Gliserin tidak mempengaruhi homogenitas tersebut.

Sediaan krim yang baik adalah sediaam yang harus homogen dan bebas

dari partikel-partikel yang masih menggumpal. Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi suatu sediaan tidak homogen diantaranya adalah proses

pencampuran, suhu Pencampuran dan lama pengadukan (Pratasik et al., 2019).

Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh (Nealma & Nurkholis, 2020) yang

melakukan pengamatan homogenitas fisik pada sediaan krim, hasil yang

didapatkan pada penelitian tersebut menunjukkan krim yang tidak homogen

karena ditemukan adanya butiran-burtiran kasar didalam krim. Hal ini

menunjukkan bahwa sediaan krim tidak stabil karena didalam kandungan formula

mengandung fase minyak dan fase air yang sama, ketidakstabilan emulsi yang
52

terbentuk diakibatkan proses pengadukan yang tidak sempurna pada saat

penelitian tersebut dan menyebabkan proses pecahnya emulsi yang bersifat tidak

dapat Kembali (Nealma & Nurkholis, 2020).

4.3.3 Uji pH

Pegujian pH dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan krim mempunyai

sifat asam, netral atau basa. Berdasarkan persyaratan SNI 16-4954-1998 tentang

pH sediaan krim pH krim yang ideal adalah sesuai dengan pH kulit yaitu berkisar

3,5 – 8,0. Jika pH sediaan krim tidak sesuai dengan pH kulit maka akan

menyebabkan gangguan pada kulit, apabila terlalu asam akan menimbulkan iritasi

pada kulit dan apabila terlalu basa akan menyebabkan kulit menjadi bersisik atau

kering (Purwaningsih et al., 2020).

Hasil pengujian pH dari ketiga formula sebelum penyimpanan 14 hari

diperoleh hasil rata-rata nilai pH tertinggi yaitu pada FII sebesar 6,1 dan pH

terendah pada FI sebesar 5,86 kemudian pada saat sesudah penyimpanan

didapatkan hasil pH tertinggi yaitu pada FII sebesar 5,89 dan pH terendah pada

FIII sebesar 5,68. Selama penyimpanan 14 hari hasil menunjukkan terjadi

penurunan pH tiap- tiap formula sediaan krim, akan tetapi pH yang dihasilkan

pada sediaan masih berada pada kisaran pH sediaan krim yang dipersyaratkan.

Nilai pH tersebut berada dalam kisaran pH yang terdapat pada SNI 16-4399-1996

sebagai syarat mutu pelembab kulit (4,5-8,0) dan kisaran pH normal kulit yaitu

4,5-6,5 dengan demikian krim yang dihasilkan aman digunakan, hal ini dilihat

bahwa krim yang dibuat memenuhi syarat pH kulit sehingga aman untuk di
53

aplikasikan ke kulit. pH sediaan harus berada dalam rentang pH kulit untuk

mencegah iritasi pada kulit (Purwaningsih et al., 2020).

Beberapa faktor yang mempengaruhi ketidakstabilan nilai pH yaitu

dipengaruhi oleh reaksi kimia dan faktor suhu pada saat penyimpanan di percepat

(Purwaningsih et al., 2020). Nilai pH yang baik adalah nilai pH yang masih

berada dalam kisaran pH krim ideal, pada penelitian ini hasil pengukuran pH

mengalami kenaikan dan penurunan yang disebabkan oleh reaksi kimia dan faktor

suhu pada saat penyimpanan. Seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh

(Wulandari, 2016) hasil pengukuran pH sediaan krim menunjukkan nilai pH

mengalami kenaikan, ini disebabkan reaksi oksidasi senyawa fenol yang terdapat

dalam krim, pada suhu 400C ketiga sediaan krim mengalami penurunan pH,

namun perubahan Ph masih dalam rentang pH kulit. Hal ini menunjukkan adanya

pengaruh suhu terhadap pH krim (Wulandari, 2016).

Berdasarkan analisis statistik ANOVA satu jalan pada lampiran 7.1

didapatkan hasil bahwa pada semua formula, hasil analisis normalitas data pH

diperoleh nilai signifikansi (Sig) semua formula dengan Sig >0.05 yang artinya

data menyebar normal, dilanjutkan dengan uji homogenitas didapatkan hasil nilai

signifikansi semua formula dengan Sig >0.05 yang artinya data homogen. Uji

ANOVA Analisis data pH diperoleh nilai signifikansi semua formula dengan Sig

>0.05 yang artinya tidak ada perbedaan pH terhadap variasi konsentrasi Gliserin

pada hari ke-0, ke-7 & ke-14. Berdasarkan analisis statistik ANOVA satu jalan

pada lampiran 7.1 didapatkan hasil analisis normalitas dan uji normalitas

didapatkan hasil signifikansi semua formula dengan Sig >0.05 yang artinya data
54

menyebar normal dan data homogen. Uji ANOVA Analisis data pH diperoleh

nilai signifikansi semua formula dengan Sig >0.05 yang artinya tidak ada

perbedaan pH terhadap variasi konsentrasi Gliserin pada hari ke-0, ke-7 & ke-14.

4.3.4 Uji Daya Sebar

Uji Daya Sebar dilakukan dengan cara sebanyak 1 gram sediaan

diletakkan pada kaca arloji kemudian di tutupi dengan kaca arloji yang lain dan

gunakan pemberat di atasnya 200 gram dan diukur diameternya setelah 1 menit.

Pengujian dilakukan reflikasi pengulangan sebanyak tiga kali pengulangan pada

masin-masing formula (Shintia et al., 2021). Tujuan dilakukannya daya sebar

adalah untuk mengetahui kemampuan sediaan krim menyebar pada permukaan

kulit saat di aplikasikan (Iskandar et al., 2019). Krim diharapkan mampu

menyebar dengan sempurna tanpa ada kesulitan dalam penggunaan pada kulit,

kemampuan penyebaran sediaan krim yang baik akan memberikan kemudahan

saat krim di aplikasikan ke kulit sehingga memberikan kenyamanan pada saat

pemakaiannya. Daya Sebar krim yang memenuhi persyaratan yaitu 4-7 cm

(Pratasik et al., 2019).

Hasil pengujian daya sebar dari ketiga formula sebelum penyimpanan daya

sebar didapatkan nilai rata-rata dan SD tertinggi yaitu pada FI sebesar 6,1 cm dan

daya sebar terendah pada FIII sebesar 5,8 cm kemudian pada saat sesudah

penyimpanan didapatkan hasil daya sebar tertinggi yaitu pada FI sebesar 6,4 cm

dan daya sebar terendah pada FIII sebesar 5,6 cm. Hal tersebut terjadi karena
55

semakin tinggi konsentrasi gliserin maka kekentalan sediaan akan semakin tinggi

dan daya sebarnya menurun (Shintia et al., 2021).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Erwiyani dkk (2018) mengatakan

bahwa semakin cair sediaan krim maka diameter sebar sediaan akan semakin luas

karena daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas krim sehingga semakin

tinggi nilai daya sebar krim maka semakin rendah nilai viskositas dari suatu

sediaan krim. Maka dapat disimpulkan penambahan gliserin dengan konsentrasi

yang berbeda-beda tiap formula berpengaruh terhadap daya lekat sediaan,

semakin tinggi konsentrasi gliserin maka sediaan semakin kental dan daya

sebarpun menurun (Shintia et al., 2021).

Berdasarkan analisis statistik ANOVA satu jalan pada lampiran 7.2

didapatkan hasil bahwa pada semua formula, hasil analisis normalitas data daya

sebar diperoleh nilai signifikansi (Sig) semua formula dengan Sig >0.05 yang

artinya data menyebar normal, dilanjutkan dengan uji homogenitas didapatkan

hasil nilai signifikansi semua formula dengan Sig >0.05 yang artinya data

homogen. Uji ANOVA Analisis data daya sebar diperoleh nilai signifikansi

semua formula dengan Sig <0.05 yang artinya ada perbedaan daya sebar terhadap

variasi konsentrasi Gliserin pada hari ke-0, ke-7 & ke-14.

4.3.5 Uji Daya Lekat

Pengujian daya lekat dilakukan dengan meletakkan 1 gram krim di atas

kaca objek, dibutuhkan sebanyak 2 kaca objek, satu sebagai tempat meletakkan

krim dan satu lainnya untuk menutup krim tersebut. Pada kaca objek bagian atas

diberikan beban 250 gr skemudian dilepaskan sampai kedua kaca objek terpisah.
56

Waktu dihitung dan di catat. Tujuan dilakukannya daya lekat untuk mengetahui

kemampuan suatu sediaan untuk dapat menempel pada kulit. Semakin lama suatu

sediaan menempel pada kulit maka absorbansinya pada kulit akan semakin baik.

Daya lekat yang memenuhi persyaratan menurut SNI yaitu lebih dari 4 detik

(Muthoharoh & Ratna Rianti, 2020).

Hasil pengujian daya lekat sediaan vanishing cream dari hari ke-0 sampai

hari ke-14 dari ketiga formula menunjukkan hasil nilai daya lekat yang memenuhi

persyaratan ketentuan yaitu lebih dari 4 detik. Hasil uji daya lekat sebelum

penyimpanan didapatkan nilai rata-rata dan tertinggi yaitu pada FIII sebesar 17

detik dan daya lekat terendah pada FI sebesar 9 detik kemudian pada saat sesudah

penyimpanan didapatkan hasil daya lekat tertinggi pada FIII sebesar 21 detik dan

daya lekat terendah pada FI sebsar 8 detik. Hasil yang diperoleh dari data waktu

melekatnya sediaan menunjukkan semakin tinggi konsentrasi gliserin maka

semakin lama waktu melekat krim, semakin lama krim melekat pada kulit maka

zat aktif akan terabsobsi semakin besar (Muthoharoh & Ratna Rianti, 2020) Maka

dapat disimpulkan pada pengujian daya lekat adanya variasi konsentrasi gliserin

berpengaruh terhadap daya lekat krim yang mana semakin tinggi konsentrasi

gliserin maka daya lekat akan semakin kuat, dan konsentrasi gliserin yang paling

optimal dan yang paling baik pada uji daya lekat adalah pada FIII yaitu 15%.

Menurut penelitian (Warnida et al., 2019) semakin tinggi suhu pada saat

pencampuran dan lama pengadukan dalam pembuatan sediaan krim maka akan

menghasilkan daya lekat sediaan krim yang tinggi. Nilai daya lekat yang tinggi

dipengaruhi oleh suhu pada saat pencampuran dikarenakan semakin tinggi suhu
57

maka semakin terpecahnya droplet-droplet sehingga memudahkan bahan untuk

tercampur secara merata. Suhu akan mempengaruhi ikatan antar partikel pada

sediaan krim. Suhu yang tinggi akan menyebabkan peningkatan jarak pada atom

sehingga gaya antar atom pada sediaan akan berkurang. Berkurangnya gaya antar

atom akan membuat sediaan krim menjadi lebih encer sehingga nilai daya

lekatnya menjadi kecil. Sedangkan pada suhu rendah, jarak antar atom akan

semakin kecil sehingga gaya antar atom pada sediaan krim akan meningkat dan

membuat sediaan krim menjadi lebih lengket. Lama pengadukan menyebabkan

semua bahan tercampur secara merata sehingga tidak terdapat butiran pada

sediaan krim (Baskara dkk., 2020).

Berdasarkan analisis statistik ANOVA satu jalan pada lampiran 7.3

didapatkan hasil bahwa pada semua formula, hasil analisis normalitas daya lekat

diperoleh nilai signifikansi (Sig) semua formula dengan Sig >0.05 yang artinya

data menyebar normal, dilanjutkan dengan uji homogenitas didapatkan hasil nilai

signifikansi semua formula dengan Sig >0.05 yang artinya data homogen. Uji

ANOVA Analisis data daya lekat diperoleh nilai signifikansi semua formula

dengan Sig <0.05 yang artinya ada perbedaan daya lekat terhadap variasi

konsentrasi Gliserin pada hari ke-0, ke-7 & ke-14.

4.3.6 Uji Tipe Emulsi

Pengujian tipe krim/emulsi bertujuan untuk memastikan formula sediaan

krim dengan basis vanishing cream masih sesuai dengan tipe krim yang di

harapkan yaitu minyak dalam air (M/A) maka diperlukannya pengujian tipe

emulsi (Ermawati & Wahdaniah, 2020).


58

Pada pengujian tipe emulsi ini menggunakan kelarutan zat warna dengan

menggunakan zat pewarna larut yaitu metilen blue yang di teteskan di permukaan

krim kemudian di aduk dan diamati apakah warna tersebut tercampur merata ke

dalam krim atau sebaliknya. Dari ketiga formula sediaan krim saat sebelum dan

sesudah penyimpanan selama 14 hari didapatkan hasil yang sama yaitu tipe krim

M/A hal ini terlihat saat metilen blue di teteskan pada permukaan krim

didapatkan hasil pengamatan zat pewarna tercampur secara homogen dalam

sediaan vanishing cream pada ketiga formulasi. Zat pewarna biru atau metilen

blue akan larut dalam fase air, sehingga fase air akan tewarnai biru secara merata

yang menandakan krim tersebut merupakan krim tipe M/A akan tetapi jika

sediaan krim diteteskan dengan metilen blue terdapat adanya bintik-bintik biru

yang menandakan zat pewarna tersebut tidak tercampur merata maka krim

tersebut merupakan krim tipe A/M (Daniansyah, 2021). Hasil yang didapatkan

dalam penelitian ini sudah sesuai dengan basis yang digunakan pada krim yaitu

Vanisihing Cream, basis krim tersebut merupakan basis dengan tipe emulsi M/A.

Hasil dalam penelitian ini sudah sesuai dengan tujuan formulasi awal yaitu

memformulasikan krim tipe M/A (Warnida et al., 2019).

4.3.7 Uji Efektivitas

Uji efektivitas pelembab dengan basis vanishing cream dilakukan dengan

menggunakan alat skin moisture analyzer untuk mengetahui kemampuan sediaan

dalam melembapkan kulit. Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan

persetujuan dari pihak etik Universitas Sari Mulia Banjarmasin. Pengujian ini

melibatkan sukarelawan sebanyak 15 orang yang bersedia untuk dilakukan


59

pengujian krim dengan menandatangani surat persetujuan ketersediaan menjadi

sukarelawan dalam penelitian. Prosedur penelitian dilakukan dengan cara

melakukan pengecekkan kelembapan kulit menggunakan alat skin moisture

analyzer, kemudian dilakukan sebanyak satu kali tindakan tiap masing-masing

formula sediaan krim yaitu sebelum dioleskan sediaan dilakukan pengecekkan

tekstur kulit pada alat dan didapatkan hasil persentase tekstrur kulit yang kering

cenderung normal. Kemudian dilakukan pengolesan krim pada punggung tangan

dengan didiamkan selama 5 menit pada saat sesudah pengolesan krim dan dicek

kembali menggunakan alat skin moisture analyzer lalu dilihat apakah ada

kenaikan persentase nilai kelembapan kulit setelah dioleskan krim pada punggung

tangan sukarelawan. Nilai efektivitas krim pelembab dapat dilihat dari kenaikan

presentase kelembapan yang dihitung berdasarkan selisish nilai kelembapan yang

dihasilkan pada alat skin moisture analyzer sebelum pengolesan krim pada

punggung tangan dan dibandingkan dengan nilai kelembapan setelah pengolesan

krimpada punggung tangan.

Hasil yang didapatkan yaitu sebelum pengolesan krim didapatkan hasil

rata- rata kulit sukarelawan kering – normal dengan persentase yaitu 36%

kemudian setelah di oleskan krim terlihat bahwa ada kenaikan kelembapan yaitu

pada FI didapatkan rata-rata 46%, FII yaitu 56% dan FIII yaitu 60%. Hasil

tersebut menunjukkan terlihat adanya kenaikan persentase kelembapan pada saat

sesudah dilakukan pengolesan krim, maka dapat disimpulkan bahwa penambahan

gliserin berpengaruh terhadap peningkatan kelembapan kulit, semakin tinggin

konsentrasi gliserin maka semakin tinggi nilai kelembapan pada kulit. Pada uji
60

efektivitas pelembab, formula gliserin yang paling optimal dalam melembabkan

kulit adalah FIII dengan konsentrasi gliserin yaitu 15%, nilai tersebut dapat dilihat

dari skala kelembapan kulit yaitu jika nilai < 33% kulit sangat kering, 34-37%

kulit kering, 38-42% kulit normal, 43-46% kulit lembab dan 45-65% kulit sangat

lembab (Iskandar et al., 2019). Hasil tersebut menunjukkan bahwa berdasarkan

skala nilai kelembapan alat skin moisture analyzer termasuk ke dalam kulit yang

lembab.

Pada penelitian yang dilakukan oleh (Hendradi et al., 2013) yang membuat

sediaan krim dengan menggunakan humektan propilenglikol dan gliserin

didapatkan hasil uji aseptabilitas yang telah dilakukan didapatkan bahwa formula

dengan humektan gliserin mendapatkan hasil skor tertinggi drngan kriteria paling

lembut dioleskan, mudah diratakan dan paling mudah dicucikan daripada formula

dengan humektan propilenglikol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gliserin

merupakan agen humektan yang bekerja dengan baik dalam melembabkan kulit

dan semakin tinggi konsentrasi gliserin maka semakin tinggi daya kelembapan

kulit, sehingga dalam penelitian ini gliserin dengan konsentrasi 15% adalah

konsentrasi yang paling baik sebagai humektan sediaan krim dalam melembabkan

kulit.

IV.4 Keterbatasan

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah keterbatasan waktu, sehingga

pada uji stabilitas kurang maksimal yaitu hanya 14 hari.


61
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

V.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa adanya pengaruh variasi konsentrasi gliserin terhadap stabilitas krim yaitu

pada uji daya sebar dan daya lekat, dimana formula yang paling baik dari hasil

evaluasi adalah FIII dan variasi konsentrasi gliserin tidak berpengaruh terhadap

evaluasi stabilitas fisik pada uji organoleptis, homogenitas dan pH sediaan. Pada

penentuan stabilitas sediaan yang dilakukan selama 14 hari, hasil pengamatan

stabilitas yaitu uji organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar, daya lekat, dan uji

tipe emulsi semua hasil menunjukan sediaan krim memenuhi persyaratan yang

telah ditentukan dan krim ini merupakan krim yang stabil selama penyimpanan 14

hari. Pada Uji Efektivitas formula gliserin yang paling optimal dalam

melembabkan kulit adalah FIII dengan konsentrasi 15%.

V.2 Saran

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, lembaga

serta sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya. Saran yang diberikan oleh

peneliti yaitu :Perlu dilakukan uji stabilitas dengan waktu yang lebih optimal dari

penelitian ini yaitu lebih dari 14 hari.

61
DAFTAR PUSTAKA

Amrina, V. (2020). Formulasi dan evaluasi spray gel minyak atsiri bunga cengkeh
(syzygium aromaticum (l.) Merrill & perry) dengan basis karbopol 940.
2020. http://repository.unism.ac.id/id/eprint/1738

Annisa. (2020). Uji Formulasi Sediaan Krim Minyak Atsiri Bunga Chamomile
(Chamomilla recucita L.) Dengan Variasi Konsentrasi Basis Adeps Lanae

Anwar, A. M., & Soleha, T. U. (2016). Benefit of Binahong’s Leaf (Anredera


cordifolia) as a treatment of Acne vulgaris. Majority, 5(4), 179–183.

Aryani, R. (2019). Uji Efektivitas Krim Pelembab Yang Mengandung Gel Daun
Lidah Buaya (Aloe vera Linn.) Dan Etil Vitamin C. Jurnal Ilmiah Farmasi
Farmasyifa, 2(1), 52–61. https://doi.org/10.29313/jiff.v2i1.4203

Butarbutar, M. E. T., & Chaerunisaa, A. Y. (2020). Peran Pelembab dalam


Mengatasi Kondisi Kulit Kering. Majalah Farmasetika, 6(1).
https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v6i1.28740

Daniansyah. (2021). Formulasi Dan Uji Mutu Fisik Sediaan Krim Ekstrak Daun
Karamunting (Rhodomytustomentosa).

Ermawati, & Wahdaniah, N. (2020). Formulasi Dan Uji Efektiviitas Sediaan Krim
Minyak Nilam (Pogestemon cablin, Benth) Terhadap Propionibacterium
acnes Zulfahmi. Jurnal Kesehatan Yamasi Makasar, 4(1), 98–110.

Erwiyani, A. R., Destiani, D., & Kabelen, S. A. (2018). Pengaruh Lama


Penyimpanan Terhadap Sediaan Fisik Krim Daun Alpukat (Persea
Americana Mill) dan daun sirih hijau (Piper betle Linn). Indonesian Journal
of Pharmacy and Natural Product, 1(1), 23–29.
https://doi.org/10.35473/ijpnp.v1i1.31

Faruki, resyatri faradisa. (2021). Formulasi Dan Uji Aktivitas Krim Antioksidan
Ekstrak Etanol Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Dengan
Metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil). 6.

Hendradi, E., Chasanah, U., Indriani, T., & Fionnayuristy, F. (2013). Pengaruh
Gliserin Dan Propilenglikol Terhadap Karakteristik Fisik, Kimia, Dan Spf
Sediaan Krim Tipe O/W Ekstrak Biji Kakao ( Theobroma cacao L . ). 2(1).

Iskandar, B., Frimayanti, N., Firmansya, F., Agustini, T. T., & Putri, D. D. (2019).
Evaluasi Sifat Fisik dan Uji Kelembaban Sediaan Losion Yang Dijual Secara
Online-Shop. Jurnal Dunia Farmasi, 4(1), 8–16.
https://doi.org/10.33085/jdf.v4i1.4561

Leboe, D. W. (2020). Formulasi Dan Uji Aktivitas Krim Antioksidan Dan Ekstrak

62
63

Etanol Daun Binahong( Anredera cordifolia ( Ten .) Steenis ) Dengan


Metode DPPH ( 1 , 1-diphenyl-2- picrylhydrazil ). Jurnal Farmasi, 8(2), 60–
69.

Leobernard Butue, Fatimawali, & Wewengkang, D. S. (2019). Formulasi Sediaan


Krimm Ekstrak Etanol Daun Kaliandra (Calliandra surinamensis) Dan Uji
Aktivitas Dan Uji AktivItas Antibakterinya Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus Gichella. 8(November), 671–678.

Lumentut, N., Edi, H. J., & Rumondor, E. M. (2020). Formulasi dan Uji Stabilitas
Fisik Sediaan Krim Ekstrak Etanol Kulit Buah Pisang Goroho (Musa
acuminafe L.) Konsentrasi 12.5% Sebagai Tabir Surya. Jurnal MIPA, 9(2),
42. https://doi.org/10.35799/jmuo.9.2.2020.28248

Muthoharoh, L., & Ratna Rianti, D. (2020). Uji Stabilitas Fisik SedIaan Krim
Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera L.). Jurnal Kefarmasian
Akfarindo, 27–35. https://doi.org/10.37089/jofar.v0i0.76

Nealma, S., & Nurkholis. (2020). Formulasi Dan Evaluasi Fisik Krim Kosmetik
Dengan Variasi Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia sappan) Dan Beeswax
Sumbawa. Jurnal TAMBORA, 4(2), 8–15.
https://doi.org/10.36761/jt.v4i2.634

Parwati, N., Napitupulu, M., & Diah, A. (2014). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Tenore) Steenis) dengan 1,1-Difenil-
2-Pikrilhidrazil (DPPH) Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Jurnal
Akademika Kimia, 3(4), 206–213.

Pebri, G. I., Rinidar, & Amiruddin. (2017). Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun
Binahong (Anredera cordifolia) Terhadap Proses Penyembuhan Luka Insisi
(Vulnus incisivum) PADA MENCIT (Mus musculus). Jimvet, 2(1), 1–11.

Pratasik, M. C. M., Yamlean, P. V. Y., & Wiyono, W. I. (2019). Formulasi Dan Uji
Stabilitas Fisik Sediaan Krim Ekstrak Etanol Daun Sesewanua
(Clerodendron squamatumVahl.).Pharmacon,8(2),261.
https://doi.org/10.35799/pha.8.2019.29289

Purwaningsih, N. S., Romlah, S. N., & Choirunnisa, A. (2020). Literature Review


Uji Evaluasi Sediaan Krim. Edu Masda Journal, 4(2), 108.
https://doi.org/10.52118/edumasda.v4i2.102

Putra, W. O. (2012). Pengaruh Variasi Konsentrasi Gliserin Sebagai Humektan Pada


Sediaan Pasta Gigi Minyak Atsiri Sereh Dapur (Cymb opogon c citratus)
Terhadap Sifat Fisik Sediaan Dan Daya Antibakteri Streptococcu us mutans.
Pengaruh Variasi Konsentrasi Gliserin Dap Sifat Fisik Sediaan Dan Daya
Antibakteri, 12.
64

Santi Deliani Rahmawati, H. S. (2020). Uji Aktivitas Daun Binahong (Anredera


cordifolia (Ten.) steenis) Terhadap Cacing Ascaridia galli Secara In Vitro.
3(2017), 54–67. http://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf

Shintia, C., Endah, S. R. N., & Nofriyaldi, A. (2021). Pengaruh Variasi Konsentrasi
HPMC Dan Gliserin Terhadap Sifat Fisik Gel Hand Sanitizer Ekstrak Etanol
Daun Pala (Myristica fragrans Houtt.). Pharmacoscript, 4(1), 58–69.
https://doi.org/10.36423/pharmacoscript.v4i1.603

Tahar, N., Indriani, N., & Nonci, F. Y. (2019). Efek Tabir Surya Ekstrak Daun
Binahong (Anredera cordifolia). Ad-Dawaa’ Journal of Pharmaceutical
Sciences, 2(1), 29–35. https://doi.org/10.24252/djps.v2i1.6569

Wahyu, L., Sari, K., Pratiwi, P. Y., & Widiastuti, R. (2021). Formulasi Dan Uji
Stabilitas Fisik Sediaan Krim Lulur Ekstrak Etanol Daun Binahong
( Anredera cordifolia ) Dengan. 1(2), 84–95.

Warnida, H., Wahyuni, D., & Sukawaty, Y. (2019). Formulasi Dan Evaluasi
Vanishing Cream Berbasis Lemak Tengkawang. Jurnal Penelitian Ekosistem
Dipterokarpa, 5(1), 63–70.

Wulandari, P. (2016). Uji Stabilitas Fisik Dan Kimia Sediaan Krim Ekstrak ETtanol
Tumbuhan Paku (Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr.). In Skripsi.
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

Pas Foto
Formal warna
Nama Lengkap : Yeni Ermila Yanti

Tempat Tanggal Lahir : Tumbang Manjul, 27 September 2000

: Sampit, Kotawaringin Timur, Jl. Kapten


Alamat Lengkap
Mulyono No.28

Nomor Telpon : 082151068168

E-Mail : Yeni.ermyla@gmail.com

Nama Orang Tua : 1. Ayah : Johansyah


2. Ibu : Erna Wati

: 1. SD : SDN 1 Tumbang Manjul


2. SMP : SMPN 1 Seruyan Hulu
Riwayat Pendidikan Formal
3. SMA : SMAN 1 Sampit
4. Perguruaan Tinggi : Universitas Sari Mulia

: 1. Koordinator Media Publikasi


Pengalaman Organisasi HIMAFARMA Paracelsus (2019-2020)
2. Anggota PIK

Anda mungkin juga menyukai