Anda di halaman 1dari 128

SKRIPSI

PENGARUH MEDIA MINIMOVIE TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN


PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL DAN TINGKAT KEMATANGAN
EMOSI PADA ANAK USIA SEKOLAH

PENELITIAN QUASY EXPERIMENT

Oleh:
FARIDA NORMA YULIANTI
NIM. 131511133034

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019

1
SKRIPSI

PENGARUH MEDIA MINIMOVIE TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN


PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL DAN TINGKAT KEMATANGAN
EMOSI PADA ANAK USIA SEKOLAH

PENELITIAN QUASI EXPERIMENT

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep.)


pada Program Studi Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

Oleh:
FARIDA NORMA YULIANTI
NIM. 131511133034

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019

1
SURAT PERNYATAAN

Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah
dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang
pendidikan di Perguruan Tinggi manapun.

Surabaya, 4 Juli 2019


Yang Menyatakan,

Farida Norma Yulianti


NIM. 131511133034

2
HALAMAN PERNYATAAN
PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Airlangga, saya yang bertanda tangan dibawah
ini:
Nama : Farida Norma Yulianti
NIM : 131511133034
Program Studi : Pendidikan Keperawatan
Fakultas : Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Airlangga Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
“Pengaruh Media Minimovie terhadap Tingkat Pengetahuan Pencegahan
Kekerasan Seksual dan Tingkat Kematangan Emosi pada Anak Usia Sekolah”
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Airlangga berhak menyimpan, alihmedia/ format,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan
tugas akhir saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Surabaya, 4 Juli 2019


Yang Menyatakan

Farida Norma Yulianti


NIM. 131511133034

3
SKRIPSI

PENGARUH MEDIA MINIMOVIE TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN


PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL DAN TINGKAT KEMATANGAN
EMOSI PADA ANAK USIA SEKOLAH

Oleh:
Nama: Farida Noma Yulianti
NIM. 131511133034

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI


TANGGAL, 2 Juli 2019
Oleh

Pembimbing Ketua

Ilya Krisnana, S. Kep.Ns., M. Kep.


NIP. 198109282012122002

Pembimbing

Iqlima Dwi Kurnia, S. Kep.Ns., M. Kep


NIP. 198601252016113201

Mengetahui
a.n Dekan
Wakil Dekan I

Dr. Kusnanto, S.Kp., M. Kes.


NIP. 196808291989031002

4
SKRIPSI

PENGARUH MEDIA MINIMOVIE TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN


PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL DAN TINGKAT KEMATANGAN
EMOSI PADA ANAK USIA SEKOLAH

Oleh:
Farida Norma Yulianti
NIM. 131511133034

Telah diuji
Pada tanggal, 4 Juli 2019
PANITIA PENGUJI

Ketua : Tiyas Kusumaningrum, S.Kep.Ns., M.Kep. ( )


NIP. 198307032014042001

Anggota : 1. Ilya Krisnana, S.Kep.Ns., M.Kep ( )


NIP. 198109282012122002

2. Iqlima Dwi Kurnia S.Kep.Ns., M.Kep ( )


NIP. 198601252016113201

Mengetahui
a.n Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga
Wakil Dekan I

Dr. Kusnanto S.Kp., M.Kes


NIP. 196808291989031002

5
MOTTO

Kejujuran tertinggi adalah menjadi diri sendiri


dan “Say Alhamdulillah in every moment”

6
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbinganNya saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH
MEDIA MINIMOVIE TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN
PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL DAN TINGKAT KEMATANGAN
EMOSI PADA ANAK USIA SEKOLAH
”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
keperawatan (S.Kep.) pada Program Studi Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga.
Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya dengan hati yang tulus kepada:
1. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs., (Hons) selaku Dekan Fakultas
KeperawatanUniversitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan
kesempatan danfasilitas kepada saya untuk menyelesaikan pendidikan Program
Studi Ners.
2. Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes. selaku Wakil Dekan I Fakultas
KeperawatanUniversitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan
kesempatan dandorongan kepada kami untuk menyelesaikan Program Studi
Pendidikan Ners.
3. Ilya Krisnana, S.Kep.Ns., M.Kep selaku Dosen Pembimbing I yang telah
bersediamembimbing, memberikan masukan, saran, informasi, serta
meluangkanwaktunya untuk saya demi kemajuan dalam penyelesaian skripsi.
4. Iqlima Dwi Kurnia S.Kep.Ns., M.Kep selaku Dosen Pembimbing II yangtelah
bersedia membimbing, memberikan masukan, saran, dan informasi, serta
meluangkan waktunya untuk saya demi kemajuan dalam penyelesaian skripsi.
5. Dr. Yuni Sufyanti Arief S.Kp., M.Kes selaku Dosen Penguji I padaujian proposal
dan selaku Ketua Penguji pada ujian Skripsi yang telahmemberikan kritik dan
saran serta bimbingan untuk perbaikan dalampenyusunan skripsi ini.
6. Aria Aulia Nastiti, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Dosen Penguji II padaujian
proposal yang telah memberikan kritik dan saran serta bimbingan
untukperbaikan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Segenap dosen Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah
memberikan ilmu, pengalaman, dan bimbingannya selama ini.
8. Kepala Bakesbangpol Surabaya beserta staf yang telah megizinkan dan
memfasilitasi saya untuk mengajukan surat permohonan pengambilan data
penelitian.
9. Kepala Sekolah kelompok perlakuan dan kelompok kontrol beserta staf yang
telah mengizinkan saya melakukan pengambilan data awal dan melakukan
penelitian.
10. Seluruh responden dan orang tua/wali responden yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
11. Orang tua Lilik dan Ayas yang bersedia meluangkan waktunya untuk membantu
saya dalam penelitian ini.
12. Keluarga tercinta Wak Kaji terutama ibu dan bapak saya yang telah memberikan
kasih sayang, perhatian, doa selama ini, beserta kakak-kakak saya yang

7
memberikan motivasi dan kebutuhan skripsi sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi ini.
13. Teman solid saya Ashil Kes Foh Al Ghozali yang menghibur dan memberikan
motivasi kepada saya selama proses penyelesaian skripsi ini
14. Teman terdekat saya Wulan, Oyin, Faza, Astri, dan Nyuasthi yang bersedia
mendengarkan keluh kesah saya, mengingatkan, dan membangunkan saya
selama proses penyelesaian skripsi ini.
15. Dulur GEN Corps khususnya Gen 8 (Adhe, Lusi, Sisi, Nadia, Vega, Henny,
Fachri, Lilik, Kusnul, Yenny, Sajid, Meilia, Teguh, Luluk, Maya, Ucik, dan
Ferly) yang selalu memberikan semangat dan dukungan yang luar biasa pada
Saya.
16. Teman Pandawa kelompok belajar (Adhe, Rouf, Alfian, Supri, Nopen, dan
Farhan) yang menjadi teman sharing dalam menyusun proposal dan
mengerjakan skripsi.
17. Kakak tingkat terbaik di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga (Dian,
Wini, Intan, Puyu, Rista, Meyvita, Rofita) yang bersedia memberikan arahan
dalam menyelesaikan proposal dan skripsi ini.
18. Fina, Retno, Gali, Diki, Ayu Rasyidah, Ayu Sep, Leli, Wahyu, Ucik, Ayas, dan
Tyas yang seringkali ada saat saya butuh bantuan.
19. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2015 yang telah memberikan dukungan
dan semangat baik secara langsung maupun tidak langsung demi
terselesaikannya skripsi ini.
20. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
selama proses penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan, dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Saya sadar
bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, tetapi saya berharap skripsi ini bermanfaat
bagi pembaca dan bagi keperawatan.

Surabaya, 2 Juli 2019

Penulis

8
ABSTRACT

The Influence of Mini Movie Media on Prevention Knowledge Levels of Sexual


Violence and Emotional Maturity in School-Age Children
By: Farida Norma Yulianti

Background: Sexual violence against children is one of the world’s problem that has
an impact on the mental, physical, and psychological conditions for the victim. The
level of prevention knowledge and emotional maturity in the child needs to be
grown, so that the child can be aware and know how to avoid sexual violence. This
study analyzeds the influence of mini movie media on prevention knowledge levels
of sexual violence and emotional maturity in school-age children. Methods: This
study used quasi experimental design with two groups and involved 85 students (pre-
posttest in the treatment group and posttest in the control group) was used Emotional
Maturity and Knowledge of Child Abuse Questionnaire as the instrument. This
research conducted used a simple random sampling technique. The collected data
were tested use Mann-Whitney and Wilcoxon statistical test. Results: The Mann-
Whitney and Wilcoxon statistical test showed that mini movie media had a
significant impact on the level of prevention knowledge sexual violence (p=0,000
and p=0,025) and the level of emotional maturity (p = 0,000 and p=0,000).
Conclusions: Education through mini movie media can stimulate children's
awareness and teacher as an effort to prevent sexual violence.

Keywords: Minimovie media, prevention knowwledge of sexual violence, children's


emotional maturity.

9
ABSTRAK
Pengaruh Media Minimovie terhadap Tingkat Pengetahuan Pencegahan
Kekerasan Seksual dan Tingkat Kematangan Emosi pada Anak Usia Sekolah
Oleh: Farida Norma Yulianti

Pendahuluan: Kekerasan seksual pada anak adalah salah satu masalah di seluruh
dunia yang memberikan dampak pada kondisi mental, fisik, dan psikologis bagi
korban. Tingkat pengetahuan pencegahan dan kematangan emosi dalam diri anak
perlu ditumbuhkan, sehingga anak dapat sadar dan mengetahui cara menghindari dari
tindak kekerasan seksual. Studi ini menganalisis pengaruh media minimovie terhadap
tingkat pengetahuan pencegahan kekerasan seksual dan tingkat kematangan emosi
pada anak usia sekolah. Metode: desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dua kelompok quasi experimental dan melibatkan 85 responden (pre-posttest pada
kelompok perlakuan dan posttest pada kelompok kontrol). Instrumen penelitian yang
digunakan berupa kueisoner Kematangan emosi dan Child Knowladge Abuse
Questionnaire (CKAQ), penelitian dilakukan menggunakan probability sampling
dengan teknik simple random sampling. Data yang telah terkumpul di uji statistik
menggunakan Mann-Whitney Test dan Wilcoxon Rank Test. Hasil: hasil penelitian uji
statistik Mann-Whitney Test menunjukan bahwa media minimovie memiliki pengaruh
terhadap tingkat pengetahuan pencegahan kekerasan seksual (p=0,000) dam tingkat
kematangan emosi (p=0.000). Diskusi: pendidikan yang disampaikan melalui media
minimovie ini dapat menstimulasi kesadaran anak dan guru dalam upaya mencegah
kekerasan seksual.

Kata kunci: Media minimovie, tingkat pengetahuan pencegahan kekerasan seksual,


kematangan emosi anak

10
DAFTAR ISI

Halaman Judul..........................................................................................................i
Surat Pernyataan.......................................................................................................i
Lembar Pernyataan Bebas Loyaliti.........................................................................iv
Lembar Pengesahan..................................................................................................i
Lembar Penguji.........................................................................................................i
Motto.........................................................................................................................i
Ucapan Terima Kasih................................................................................................i
Abstract.....................................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................xii
Daftar Tabel...............................................................................................................i
Daftar Gambar..........................................................................................................i
Daftar Lampiran........................................................................................................i
Daftar Arti Singkatan................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................1
1.3.1 Tujuan Umum..............................................................................1
1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................................1
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................1
1.4.1 Teoritis.......................................................................................1
1.4.2 Praktis........................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN TEORI...................................................................................1
2.1 Konsep Kekerasan Seksual...................................................................1
2.1.1 Definisi Kekerasan Seksual.......................................................1
2.1.2 Klasifikasi Kekerasan pada Anak..............................................1
2.1.3 Faktor Penyebab Kekerasan Seksual.........................................1
2.1.4 Dampak......................................................................................1
2.1.5 Upaya Pendidikan Seksual pada Anak......................................1
2.2 Tahap Perkembangan Anak...................................................................1
2.2.1 Perkembangan Kognitif.............................................................1
2.2.2 Perkembangan Psikososial........................................................1
2.2.3 Perkembangan Psikoseksual......................................................1
2.3 Konsep Kematangan Emosi Anak.........................................................1
2.3.1 Tahap Kematangan....................................................................1
2.3.2 Kematangan Emosi....................................................................1
2.3.3 Karakteristik Kematangan Emosi..............................................1
2.3.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Emosional.1
2.4 Tingkat Pengetahuan Anak....................................................................1
2.4.1 Karakteristik Tingkat Pengetahuan Anak..................................1
2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan...............................18
2.5 Media Audio Visual...............................................................................1
2.5.1 Definisi Media Audio Visual.....................................................1

11
2.5.2 Jenis-Jenis Animasi...................................................................1
2.5.3 Media Audio Visual sebagai Pembentukan Karakter Anak.......1
2.6 Teori Keperawatan Heatlh Promotion Model (HPM)...........................1
2.6.1 Konsep Teori Heatlh Promotion Model....................................1
2.6.2 Penjabaran Teori........................................................................1
2.7 Keaslian Penulisan................................................................................1
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS..................................1
3.1 Hipotesis Penelitian...............................................................................1
BAB 4 METODE PENELITIAN..........................................................................1
4.1 Rancangan Penelitian............................................................................1
4.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling...............................................1
4.2.1 Populasi.....................................................................................1
4.2.2 Sampel Penelitian dan Besar Sampel........................................1
4.2.3 Sampling....................................................................................1
4.3 Variabel Penelitian................................................................................1
4.3.1 Identifikasi Variabel...................................................................1
4.3.2 Definisi Operasional..................................................................1
4.4 Alat dan Bahan Penelitian.....................................................................1
4.5 Instrumen Penelitian..............................................................................1
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................1
4.7 Prosedur Pengumpulan Data.................................................................1
4.8 Analisis Data.........................................................................................1
4.9 Kerangka Kerja.....................................................................................1
4.10Masalah Etik..........................................................................................1
4.10.1 Lembar persetujuan (informed consent)....................................1
4.10.2 Tanpa nama (anonimity)............................................................1
4.10.3 Kerahasiaan (confidentiality).....................................................1
4.11Keterbatasan Penelitian.........................................................................1
BAB 5 PEMBAHASAN.......................................................................................71
5.1 Hasil Penelitian....................................................................................71
5.2 Pembahasan..........................................................................................79
BAB 6 PENUTUP...................................................................................................1
6.1 Kesimpulan...........................................................................................1
6.2 Saran......................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................1

12
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keaslian Penulisan Peneliti ...................................................................30


Tabel 4.1 Definisi Operasional .............................................................................60
Tabel 4.2 Tabel Skala Likert..................................................................................62
Tabel 4.3 Tabel Blue Print Kuisoner pengetahuan pencegahan ...........................63
Tabel 4.4 Tabel Blue Print Kuisoner kematangan emosi......................................64
Tabel 5.1 Karakteristik Demografi Responden.....................................................73
Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Pencegahan pre-test dan post-test
Kelompok Perlakuan.............................................................................74
Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Kematangan Emosi pre-test dan post-test
Kelompok Perlakuan.............................................................................76
Tabel 5.4 Distribusi pada Post Test Kuesioner Tingkat Pengetahuan
Pencegahan Responden.........................................................................77
Tabel 5.5 Distribusi pada Post Test Kuesioner Tingkat Kematangan Emosi........78

13
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Bentuk Kekerasan Anak Di Indonesia ..............................................2


Gambar 1.2 Laporan Kasus Kekerasan Seksual Anak .........................................3
Gambar 2.1 Teori Nola J Pender Health Promotion Model..................................25
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Peneliti ..........................................................34
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian .......................................................................56
Gambar 4.2 Bagan Kerangka Kerja ......................................................................69

14
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan Penelitian bagi Responden Penelitian ............................79


Lampiran 2 Lembar Permohonan menjadi Responden ........................................81
Lampiran 3 Satuan Acara Penelitian ....................................................................82
Lampiran 4 Lembar Persetujuan (Informed Consent)..........................................85
Lampiran 5 Data Demografi.................................................................................86
Lampiran 6 Lembar Kuisoner ..............................................................................87
Lampiran 7 Lembar Izin Penggunaan Instrumen.................................................91
Lampiran 8 Surat Pengambilan Data Awal dari Bangkesbangpol .......................93
Lampiran 9 Surat Pengambilan Data Awal dari DP5A ........................................94
Lampiran 10 Surat Izin Penelitian........................................................................95
Lampiran 11 Surat Perizinan Penelitian ke Sekolah ............................................97
Lampiran 12 Uji Etik Penelitian...........................................................................99
Lampiran 13 Surat Selesai Penelitian...................................................................100
Lampiran 14 Hasil Analisis Data Uji Statistik......................................................102
Lampiran 15 Validitas dan Reabilitas Kuisoner....................................................107

15
DAFTAR ARTI SINGKATAN

KPAI : Komisi Perlindungan Anak Indonesia


PKPA : Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
WHO : World Health Organization
UNICEF : The United Nations International Children’s Emergency Fund
HPM : Heatlh Promotion Model
SD : Sekolah Dasar
CKAQ : Children's Knowledge Abuse Questionnaire
DP5A : Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan, dan
Perlindungan Anak
PUSPASAGA : Pusat Pembelajaran Keluarga
PUHA : Bidang Pengarusutamaan Hak Anak
SDN : Sekolah Dasar Negeri

16
BAB 1

PENDAHULUAN

1
2

1.1 Latar Belakang

Peningkatan kasus kekerasan pada anak yang terjadi di Indonesia dalam

setiap tahun merupakan kondisi yang sangat memprihatinkan (KPAI, 2019).

Kekerasan seksual adalah bentuk tindakan kriminal yang dilakukan untuk

memuaskan hasrat secara paksa dengan cara memaksa, membujuk, mengancam,

dan ketidakberdayaan anak dalam melakukan kegiatan seksual secara paksa

(McKibbin, Humphreys, & Hamilton, 2017). Kematangan emosi yang kurang dan

kurangnya pengetahuan upaya pencegehan pada anak dapat menjadikan anak

sebagai korban dalam kekerasan seksual yang terjadi disekitar, korban kekerasan

seksual pada anak laki-laki maupun perempuan dapat menimbulkan sejumlah

masalah dalam dirinya yang pada akhirnya dapat mengancam masa depan (Sari R,

Nulhaqim, & Irfan, 2010). Pendidikan seksual yang kurang diajarkan pada anak

dapat mempengaruhi tingkat kematangan emosi dan pengetahuan anak dalam

menilai situasi menyimpang di lingkungan sekitar, akibatnya anak tidak dapat

mengetahui cara menghadapi perilaku kekerasan seksual (Permatasari, 2017).

Metode pendidikan melalui media audio visual merupakan pendekatan massa di

era modern yang tepat untuk memberikan informasi akurat dalam menyampaikan

pesan kesehatan bagi segala usia dan tidak membedakan golongan, sehingga dapat

menumbuhkan awareness atau kesadaran dalam diri yang berujung pada

perubahan perilaku (Arifah, 2010). Penelitian mengenai pengaruh minimovie

terhadap tingkat kematangan dan pengetahuan anak dalam mencegah kekerasan

seksual belum dapat dijelaskan.


3

Bentuk Kekerasan Anak di Indonesia


Kekerasan Psikis

2.00% kekerasan seksual


9.00%
13.00% kekerasan seksual
yang tidak dilaporkan
76.00%
kekerasan fisik

Menurut

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun (2014) data yang di ambil dari KPAI

tahun (2014) mengenai kasus kekerasan seksual, sebanyak 46%-62% terjadi

dirumah dan sekolah. Tempat yang digunakan anak sebagai belajar kenyataannya

disalah gunakan menjadi tempat melakukan tindakan kekerasan seksual (Sari et

al., 2010). Pengetahuan pencegahan kekerasan seksual pada anak yang kurang

dalam menghadapi berbagai perilaku bentuk kekerasan seksual perlu di ajarkan

untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak (Darmawan, 2014).

Komisi Perlindungan Anak Indonesia tahun (2018) menyatakan bahwa kekerasan

sexual yang terjadi pada anak setiap tahun cukup tinggi (lebih dari 100 kasus) dan

pelaku merupakan orang terdekat korban (D. Setiawan, 2018). Pelaku kekerasan

seksual pada anak yang dilakukan orang terdekat seperti ayah tiri dan kandung,

paman, keluarga terdekat sebanyak (85%) dan sisanya (15 persen) oleh orang luar

(PKPA, 2018).

Gambar 1.1 Sumber: (Komisi Perlindungan Anak Indonesia tahun 2018 )


4

Laporan data yang diambil dari KPAI mengenai kasus kekerasan seksual pada

anak di Indonesia masuk dalam peringkat tertinggi sebanyak (84%), sedangkan

negara lain Vietnam (79%), Nepal (79%), Kamboja (73%), dan Pakistan (43%)

(Setyawan David, 2019). Usia korban kekerasan seksual menurut laporan yang

didapat Komisi Perlindungan Anak Indonesia ditahun (2018) paling sering terjadi

pada anak berusia 7-15 tahun. Laporan yang didapat oleh Ketua KPAI mengenai

kekerasan seksual terhadap anak laki-laki tahun (2017 dan 2018) mengalami

peningkatan, terlihat dari data kasus yang terjadi di beberapa daerah Indonesia (D.

Setiawan, 2018). 95% anak laki-laki korban dari kekerasan seksual tidak

melaporkan dirinya ke perlindungan anak (McKibbin et al., 2017). Laporan data

kekerasan seksual pada anak di Indonesia 4 tahun terakhir menurut Ketua Komisi

Perlindungan Anak Indonesia tahun (2018):

Laporan Kasus Kekerasan Seksual pada Anak


6000
4662 4579 4885
5000 4309
4000 x Jawa timur
3000 y Indones i a
2000
672 719
1000 191 117
0
2014 2015 2016 2017 2018 2019

Gambar 1.2 Sumber: Komisi Perlindungan Anak Indonesia (David,


Setiawan, 2019).
Peningkatan kasus kekerasan seksual di Indonesia yang selalu meningkat setiap

tahun dapat memberikan dampak negative bagi korban, seperti kerusakan fisik
5

dan psikologis berupa trauma mental, depresi, ketakutan, malu, yang dapat

berujung pada bunuh diri (Sari et al., 2010). Data kekerasan seksual di Jawa

Timur yang menunjukan penurunan setiap tahun, tetap menjadi kasus dalam

jumlah angka tinggi. Berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas Pengendalian

Penduduk, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP5A) Surabaya

di bidang pengarusutamaan hak anak (PUHA), kasus kekerasan seksual dalam 5

tahun terakhir mengalami peningkatan yang didominasi anak perempuan dan anak

usia sekolah dasar sebagai korban. Kasus kekerasan seksual yang terjadi

membutuhkan perhatian yang lebih serius dibandingkan bentuk kejahatan yang

lain, dampak yang serius terhadap korban dapat menimbulkan keresahan

dimasyarakat (Amanda & Riski, 2016). Perilaku kekerasan seksual pada anak

dengan tindak kekerasan fisik atau emosional dapat memberikan dampak

perkembangan perilaku dan agresi seksual yang berbahaya bagi masa depan anak

(WHO, 2012).

Bentuk-bentuk perilaku kekerasan seksual pada anak dapat berupa:

kekerasan fisik-seksual, memperlihatkan pornografi, serta hal lain seperti

pelecehan secara verbal-emosional (Bullying) dan memegang organ intim lawan

jenis (McKibbin et al., 2017). Kegiatan eksploitasi seksual pada anak di berbagai

wilayah sebagian besar dilakukan oleh pelaku untuk mendapatkan keinginan

maupun sesuatu yang dapat menguntungkan diri sendiri (Fauziah A, 2018). Pelaku

kekerasan seksual melakukan hal tersebut pada korban dengan modus mengajak

bermain, hukuman, iming-iming, dan memberikan pujian hingga kebohongan

yang barbau dengan mistis (Darmawan, 2014). Hasil wawancara yang telah

dilakukan di DP5A Surabaya kasus kekerasan seksual mengalami peningkatan,


6

menurut laporan kasus kekerasan seksual pada anak banyak terjadi di daerah

ekslokalisasi tepatnya di kecamatan Sawahan bagian Surabaya selatan daerah

dukuh sampai pakis, namun untuk daerah yang sangat diperhatikan adalah

wilayah Banyu Urip. Pelaku kekerasan seksual di Surabaya ini sering dilakukan

oleh kerabat terdekat korban seperti ayah tiri, guru, paman, kakek, kakak, maupun

tetangga. Alasan pelaku melakukan kegiatan tersebut adalah untuk memuaskan

hasrat, nafsu yang tidak terkendali, dan dampak dari penutupan daerah tersebut,

pelaku melakukan aksi ditempat yang sepi pada siang atau malam hari. Tempat

pelaku biasa melakukan kegiatan tersebut yaitu dirumah, sekolah, dan dimakam.

Akibat kekerasan seksual yang dilakukan pada anak akan menimbulkan dampak

seperti kerusakan fisik, trauma mental, yang berujung pada bunuh diri. Tindak

lanjut oleh pemerintah Surabaya dalam menghadapi kasus ini adalah memvonis

pelaku maksimal 15 tahun penjara dan untuk korban akan dilakukan rehabilitasi di

PUSPASAGA daerah Siola yang didampingi oleh psikolog. Dampak dari

kekerasan seksual yang terjadi pada anak-anak dapat mempengaruhi tingkat

kematangan emosi dan pengetahuan pada anak dalam memandang kehidupan

masa depan (Noviana Ivo, 2015). Tingkat kematangan emosi anak yang kurang

dapat disebabkan karena kurangnya pendidikan seksual yang diajarkan, sehingga

anak tidak memiliki sikap waspada pada perilaku kekerasan seksual yang terjadi

lingkungan sekitar (Permatasari, 2017). Sedikit anak yang melaporkan pernah

mengalami kekerasan seksual dapat memberikan kesalahpahaman mengenai

perilaku seksual, untuk itu pemahaman yang benar pada anak mengenai

seksualitas sangat dibutuhkan dengan harapan anak dapat mengetahui pentingnya

menjaga diri untuk menghindari kekrasan seksual (Andriani, Ardianto, &


7

Srisanto, 2017). Pencegahan primer dapat dilakukan melalui diskusi formal

seperti sekolah dengan tujuan memberikan informasi yang akurat dan

menanamkan pemahaman pada anak mengenai perliaku baik-buruk, serta

meningkatkan daya pengendalian anak dalam menghadapi perilaku kekerasan

seksual sesuai dengan teori model promosi kesehatan (McKibbin et al., 2017).

Pencegehan kekerasan seksual dapat dilakukan secara primer yang

berfokus pada kesadaran akan perilaku yang menunjukan adanya kekerasan

seksual pada anak (McKibbin et al., 2017). Materi yang disampaikan dapat

dilakukan sesuai dengan teori Health Promotion Model sebagai edukasi yang

sesuai dengan tahap usianya (Paramastri, Supriyati, & Priyanto, 2010a). Intervensi

yang disampaikan penelitian sebelumnya membuktikan bahwa penggunaan media

sebagai pembelajaran anak dapat memotivasi diri anak dalam menjaga diri

(Andriani et al., 2017). Kelebihan media minimovie yang dapat digunakan sebagai

intervensi penelitian adalah dengan menampilkan gambar animasi yang bersuara

dapat menekankan realita dari permasalahan yang terjadi, sehingga informasi

yang diberikan dapat dipahami (Andriani et al., 2017). Berdasarkan penelitian

diatas mengenai metode audio visual, peneliti akan melakukan penelitian berupa

pengaruh media minimovie berbentuk film animasi pendek, berisi ajakan untuk

menjaga diri dari kekerasan seksual, pentingnya pengetahuan menjaga bagian

tubuh, dan cara menghadapi tindak kekerasan, sehingga dapat meningkatkan

kematangan emosi dan pengetahuan anak dalam upaya mencegah perilaku

kekerasan seksual.
8

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh minimovie terhadap tingkat kematangan emosi

dan pengetahuan anak di Surabaya dalam upaya mencegah terjadinya

kekerasan seksual pada anak?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menjelaskan pengaruh minimovie terhadap tingkat kematangan emosi dan

pengetahuan anak di Surabaya dalam upaya pencegahahan kekerasan seksual pada

anak.

1.3.2 Tujuan Khusus:

1. Menjelaskan pengaruh minimovie terhadap tingkat kematangan emosi anak di

Surabaya dalam upaya pencegahan kekerasan seksual.

2. Menjelaskan pengaruh minimovie terhadap tingkat pengetahuan anak di

Surabaya dalam upaya pencegahan kekerasan seksual.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pengaruh

media minimovie teradap tingkat kematangan emosi dan pengetahuan anak di

Surabaya sehingga dapat digunakan dalam upaya pencegahan terjadinya

kekerasan seksual.
9

1.4.2 Praktis

1. Bagi perawat, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi, bahan

masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan praktek layanan

keperawatan anak.

2. Bagi tempat penelitian, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan

dalam memberikan sumber informasi dan bahan pertimbangan inovasi

pembelajaran bagi siswa.

3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi

dan bahan penelitian selanjutnya untuk dikembangkan lebih luas di bidang

keperawatan anak maupun pada bidang profesi lain.


BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Kekerasan Seksual

2.1.1 Definisi Kekerasan Seksual

Kekrasan terhadap anak menurut WHO adalah bentuk perlakuan yang

salah secara emosional, fisik, seksual, penelantaran, dan eksploitasi yang dapat

menimbulkan dampak negative bagi masa depan anak. Kesehatan anak,

perkembangan anak, dan harga diri anak akan mengalami gangguan secara tidak

langsung dalam jangka waktu yang panjang (UNICEF, 2017). Kekerasan seksual

adalah bentuk tindakan kriminal yang dilakukan untuk memuaskan hasrat secara

paksa dengan cara memaksa, membujuk, mengancam, dan ketidakberdayaan anak

dalam melakukan kegiatan seksual secara paksa (McKibbin et al., 2017).

2.1.2 Klasifikasi Kekerasan pada Anak

Bentuk-bentuk kekerasan pada anak menurut UNICEF tahun (2017):

a. Kekerasan fisik

Kekerasan fisik adalah kekerasan yang dilakukan seseorang dengan

menggunakan anggota tubuh dan mengontrol kegiatan anak, sehingga

dampaknya dapat membahayakan pertumbuhan maupun perkembangan anak.

b. Kekerasan seksual dan psikis

Bentuk kekeraasan seksual dapat berupa memaksa hubungan dan melakukan

tindakan secara seksual, menyentuh organ vital dengan berbagai modus seperti

iming-iming, paksaan, dan kebohongan lain bersifat mistis, mempertontonkan

video pornografi, prostitusi, dan eksploitasi seksual. Bentuk kekerasan psikis

8
9

yang dapat terjadi anak dengan melakukan ancaman yangdapat mengisolasi

anak dari keluarga atau lingkungan disekitarnya.

c. Kekerasan emosional

Kekerasan emosional pada anak adalah kekerasan yang dilakukan melalui

perkataan dan perbuatan yang dapat menjadikan anak merasa bodoh dan tidak

berharga. Kekerasan ini dapat berupa kritikan yang dilakukan secara terus

menerus, menyudutkan anak dengan menyalahkan semua masalah, memalukan

anak didepan orang lain, mengintimidasi anak, dan melakukan kekerasan

verbal melalui perkataan maupun tulisan yang membuat anak tersakiti.

2.1.3 Faktor Penyebab Kekerasan Seksual

Faktor penyebab tejadinya kekerasan seksual pada anak adalah anak yang

takut mengalami ancaman hukuman, tayangan kekerasan seksual dan pornografi,

serta pendidikan seksual pada anak yang tidak diajarkan, sehingga kematangan

emosi dan tingkat pengetahuan anak berkurang dalam menghadapi perilaku

kekerasan seksual. Pelaku pelecehan seksual pada anak melakukan tindakan

secara bertahap dan pintar dalam merayu korban, sehingga anak akan tidak

berdaya dan mudah dikendalikan (Neherta, M., 2017).

2.1.4 Dampak

Dampak yang terjadi pada anak yang mengalami kekerasan seksual akan

mempengaruhi tingkat kematangan emosi pada anak kedepan (Noviana, I., 2015).

Menurut Violence Prevention Initiative tahun (2009) kekerasan yang terjadi pada

anak juga akan mempengaruhi perkembangan kognitif, social, emosional,

kesehatan fisik anak. Jenis kekerasan yang dialami anak dapat memberikan
10

kerugian bagi anak, berbagai ciri dampak dari kekerasan seksual sebagai berikut

(UNICEF, 2017).

a. Adanya luka lebam dan patah tulang yang tidak terjelaskan.

b. Anak terlihat takut dan mengisolasi diri dari lingkungan (Depresi).

c. Sering tidak masuk sekolah.

d. Anak memperlihatkan perilaku seksual yang aneh dan tidak pantas.

e. Anak memperlihatkan sikap tidak percaya dan sering mimpi buruk

f. Anak syok, sering mengeluh sakit kepala atau sakit perut dengan alasan yang

tidak jelas, respon mudah terkejut, agitasi, agresi (Sindrom trauma

pemerkosaan).

g. Perubahan tiba-tiba pada kepribadian anak.

2.1.5 Upaya Pendidikan Seksual pada Anak

Fakta akan kekerasan seksual pada anak dapat terjadi dimana saja seperti

rumah, sekolah, klub olahraga, dan lingkungan sekitar. Pelaku kekerasan seksual

terhadap anak tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi anak dan remaja

mulai melakukan. Usia rata-rata korban kekerasan seksual adalah 9-12 tahun,

persentase pelaku korban kekerasan seksual anak (40%) kerabat sendiri dan (40%)

orang dewasa. Persepsi social yang berkembang dimasyarakat membuat korban

tidak berani untuk melaporkan tindak kekerasan seksual yang terjadi. Pendidikan

kesehatan reproduksi dan upaya perlindungan diri untuk mencegah terjadinya

kekerasan seksual tidak didukung oleh masyarakat, karena alasan tabu untuk

dibicarakan. Akibat yang terjadi hampir 80% kekerasan seksual yang terjadi pada
11

anak saat remaja menjadi orang yang bemasalah dan terlibat dengan pemakaian

alcohol, dan korban perempuan yang menjadi prostitusi berujung pada bunuh diri

(Neherta, M., 2017). Pencegahan yang dapat dilakukan pada anak agar terhindar

dari kekerasan seksual meliputi 3 macam (McKibbin et al., 2017).

a. Pencegahan primer yang berfokus pada informasi akurat mengenai kesadaran

akan perilaku yang menunjukan adanya kekerasan seksual pada anak

(pendidikan usia dini), pencegahan ini dapat dilakukan dengan diskusi formal

disekolah dengan bantuan guru dan tenaga kesehatan.

b. Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang berfokus pada anak remaja dan

anak yang beresiko melakukan perilaku kekerasan dengan memberikan

pelayanan

c. Pencegahan tersier berfokus pada terapi pengobatan anak maupun remaja yang

mengalami perilaku kekerasan seksual.

Pendidikan seksual pada anak sesuai tahap usia perlu untuk dilakukan,

peran orang tua, guru, dan tenaga kesehatan penting dalam mengajarkan

bagaimana berperilaku dan menghadapi kekerasan seksual pada anak. Pendidikan

seksual pada anak dapat diajarkan melalui berbagai metode dan media, sehingga

dengan adanya pendidikan tersebut penegtahuan akan bahaya kekerasan seksual

dan perkembangan kemandirian anak dapat menghindarkan anak dari perilaku

kekerasan seksual (Neherta, M., 2017).


12

2.2 Tahap Perkembangan Anak

2.2.1 Perkembangan Kognitif

Teori perkembangan kognitif anak di Sekolah Dasar usia 7-12 tahun

menurut Piaget mulai mengalami perkembangan ke arah yang lebih konkret,

rasional, dan obyektif, namun untuk pemirikiran masih bersifat abstrak (Permana,

2013). Tahapan ini dibuktikan dengan keampuan anak dalam mengembangkan

pola berfikir yang logis dari pola pikir intuitif dan kemampuan anak memahami

hubungan sebab-akibat. Sensorimotor, seiring berkembangnya kognitif anak di

usia tersebut akan menunjukan interaksi awal di lingkungan sebagai suatu respon

(Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011). Pengalaman baru yang diterima akan di

ingat anak dan akan di ikuti dengan kemajuan pada pertumbuhan intelektual.

Peristiwa yang sedang terjadi, oleh anak akan dipahami dan selanjutnya anak akan

mulai berargumentasi untuk memecahkan suatu masalah yang terjadi (Ibda, 2015).

Kemampuan anak dalam membedakan yang bersifat sementara dan tetap mulai di

pahami, selain itu di usia Sekolah Dasar anak dapat menilai dari sudut pandang

orang lain (Desmita, 2010).

2.2.2 Perkembangan Psikososial

Peranan penting pembentukan kualitas dan kemandirian anak dapat

dipengaruhi oleh relasi anak dengan keluarga, teman sebaya, guru, masyarakarat

sekitar. Usia anak Sekolah Dasar adalah usia yang akan mempelajari berbagai

pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal anak di masa depan (Murni, 2017).

Proses social comparison adalah kondisi anak meningkatkan pemahaman diri

dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain secara komparatif (Slavin,
13

2011). Perkembangan psikosial pada anak berkembang bersama dengan

perkembangan emosi, social, dan moral (Murni, 2017).

a. Perkembangan Emosi: ditahap ini terjadi ketidak seimbangan emosi anak

karena difase ini emosi dalam diri anak sangat kuat yang lebih mudah terbawa,

sehingga diperlukan bimbingan sebagai arahan (Murni, 2017).

b. Perkembangan Sosial: perkembangan tahap ini ditandai dengan meningkatnya

intensitas hubungan anak dengan teman sebayanya, semakin bertambah usia

akan semakain meningkat. Teman sebaya ditahap ini iktberperan penting dalam

perkemabangan social, karena dengan teman sebaya anak akan belajar dan

mendapat informasi dunia diluar keluarga (Murni, 2017).

c. Perkembangan Moral: perkembangan moral dalam usia Sekolah Dasar masih

rendah disebabkan intelektual anak yang belum mencapai titik menerapkan

prinsip abstrak. Tahap ini anak hanya akan menerima dan mengikuti peraturan

yang telah ada (Murni, 2017).

2.2.3 Perkembangan Psikoseksual

Menurut teori psikoseksual Freud perkembangan manusia usia anak

sekolah dimulai dari usia (6-12 tahun), dalam usia ini anak masuk pada tahapan

fase laten yang berfokus pada kecenderungan seksual dengan aktivitas fisik dan

intelektual anak. Energy fisik dan psikologi yang ada dalam diri anak digunakan

sebagai media untuk mengeksplorasi pengetahuan dan pengalaman dengan

beraktifitas social maupun fisik. Tahap usia anak pada fase ini memiliki berbagai

pertanyaan babpendidik akan berperan penting dalam merespon pertanyaan anak.

Rasa penasaran anak mengenai seks dapat berujung pada percobaan dengan teman
14

sepermainan, maka dari itu peran pendidik dalam mengajarkan anak dengan

berbagai macam metode maupun media yang dapat digunakan sebagai pendekatan

pada anak (Andi, M.2018).

2.3 Konsep Kematangan Emosi Anak

2.3.1 Tahap Kematangan

Kematangan adalah proses perkembangan yang telah dicapai, keadaan atau

kondisi seseorang dalam bereaksi dengan cara tertentu dengan kesiapan yang

sudah dimiliki. Kesiapan individu merupakan pola tingkah laku yang sudah

dipelajari dan diterapkan melalui reaksi psikologis seperti takut, berani, reflex,

dan marah (Desmita, 2010).

2.3.2 Kematangan Emosi

Emosi merupakan reaksi seseorang dalam menghadapi situasi, sehinggan

menimbulkan suatu sikap, persepsi, dan tingkah laku, sehingga memberikan

ekspresi sebagai respon. Kematangan emosi adalah kemampuan dan kesanggupan

individu merespon dan mengontrol emosi dengan baik secara kritis situasi untuk

menyelesaikan tantangan hidup (Yuli G., Maria M., 2010). Bentuk emosi positif

berupa suka, cinta, dan perkembangan lain yang baik untuk individu. Menurut

Cole tahun (1983) kematangan emosi memiliki kemampuan untuk

mengungkapkan dan menerima emosi yang menunjukan kesetiaan, meghargai


15

orang lain secara realitas, menilai harapan, rasa empati, mengurangi pertimbangan

yang bersifat emosional, toleransi dan menghormati orang. Kematangan emosi

menurut Nurpratiwi tahun (2010) adalah proses kepribadian yang

berkesinambungan dalam mencapai kematangan emosi yang sehat. Kriteria

kematangan emosi antara lain;

a. Berkembang kearah kemandirian (toward independent)

b. Menerima kenyataan (ability to accept reality)

c. Mampu beradaptasi (adaptability)

d. Mampu merespon dengan tepat (readiness to respondden)

e. Kapasitas untuk seimbang (capacity to balance)

f. Mampu berempati (empatic understanding)

g. Mampu mengetahui masalah (controlling anger)

Menurut Hurlock tahun (1980) kematangan emosi seseorang dapat dilihat

ketika anak mampu menilai situasi secara kritis dengan kemampuan mengontrol

dan mengendalikan emosi sesuai dengan taraf perkembangan emosi.

2.3.3 Karakteristik Kematangan Emosi

Tiga ciri-ciri orang yang memiliki kematangan emosi yang baik:

a. Kontrol emosi

Tidak semua semua individu dapat meledakan emosinya dihadapan orang lain,

tetapi beberapa orang menunggu saat yang tepat untuk mengungkapkan emosi.

Individu yang memiliki kematangan yang baik dapat mengontrol emosinya


16

dengan baik dan tidak memberikan dampak negative bagi orang lain (Yuli G.,

Maria M., 2010).

b. Pemahaman diri

Individu yang memiliki kematangan emosi adalah individu yang mampu

mengatur pemikirannya, memahami emosi yang dirasakan, mengetahui emosi

yang dirasakan, dan memberikan stimulus pada situasi yang dihadapi (Yuli G.,

Maria M., 2010).

c. Penggunaan fungsi krisis mental

Individu dapat berfikir objektif dengan memahami kondisi yang sedang terjadi

sebelum mengungkapkan emosinya (Yuli G., Maria M., 2010).

2.3.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Emosional

Menurut Hurlock tahun (1980) faktor yang mempengaruhi kematangan

emosi sebagai berikut:

a. Jenis kelamin

Laki - laki dan perempuan dikatakan memiliki kematangan emosi yang baik

ketika mengungkapkan emosi dengan cara yang lebih dapat diterima.

Perbedaan stereotype laki-laki dan perempuan menyebabkan perbedaan dalam

perilaku prososial, yaitu perilaku yang dilakukan untuk berinteraksi maupun

menolong orang lain. Perilaku prososial terjadi pada anak perempuan, karena

mudah merasa tidak nyaman jika orang lain mengalami kesusahan.

b. Usia

Perkembangan emosi seseorang sejalan dengan bertambahnya usia, karena

dipengaruhi tingkat pertumbuhan dan kematangan fisik-fisiologis.


17

c. Pola asuh orang tua

Keluarga adalah sumber utama bagi anak untuk belajar dan menyatakan diri

sebagai mahluk social dengan pengalaman berinteraksi. Interaksi dalam

keluarga akan memperlihatkan dan menentukan pola perilaku anak.

d. Lingkungan

Individu akan memberikan perhatian kepada orang lain saat berada di

lingkungan sekitar, dengan tujuan untuk beradaptasi dan mencari jati diri dan

komunitas social.

2.4 Tingkat Pengetahuan Anak

Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui

indera manusia yang dimiliki, meliputi indera penglihatan dan indera

pendengaran. Pengetahuan menjadi domain paling penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang. Orang yang didasari pengetahuan akan memiliki perilaku

yang dapat dilakukan lebih lama dan berkelanjutan (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan pada anak untuk mencegah

kekerasan seksual merupakan dukungan awal yang dapat diberikan melalui

program pencegahan melalui beberapa promosi kesehatan untuk meningkatkan

fokus perhatian terhadap sesuatu dalam upaya melindungi anak dari bahaya

kekerasan seksual (Tutty, 1995).


18

2.4.1 Karakteristik Tingkat Pengetahuan Anak

Kriteria tingkat pengetahuan pencegahan kekerasan seksual pada anak

yang baik dapat dilihat dari kemandirian anak yang sesuai dan terdiri dari

beberapa konsep, antara lain (Tutty, 1995)

1. Memahami kepemilikan tubuh dan fungsinya, konsep ini menjelaskan bahwa

anak bertanggung jawab atas tubuhnya sendiri dan memiliki hak untuk

melawan seseorang yang dapat membahayakan diri.

2. Memahami dan menyadari sentuhan yang baik dan buruk, serta merespon

dengan tepat terhadap situasi yang terjadi dilingkungan.

3. Dapat berfikir kritis dan mengantipasi hal buruk agar tidak terjadi.

4. Memiliki sifat tegas dan pengetahuan yang baik mengenai keselamatan diri

dilingkungan

2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang dimiliki seseorang

dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

a. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon

yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan akan berfikir sejauh mana

keuntungan yang akan diperoleh dari gagasan tersebut.

b. Paparan Media Massa


19

Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik, berbagai informasi

dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar

media massa (televisi, radio, dan pamflet) akan memperoleh informasi yang lebih

dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media massa.

c. Ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder, keluarga dengan

status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status

ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi yang

termasuk kebutuhan sekunder.

d. Hubungan Sosial

Manusia adalah makhluk sosial, dalam kehidupan saling berinteraksi

antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi, lebih mudah dalam

terpapar informasi. Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi

kemampuan individu untuk menerima pesan.

e. Pengalaman

Seorang individu akan memperoleh pengalaman tentang berbagai hal dari

lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya.

2.5 Media Audio Visual

2.5.1 Definisi Media Audio Visual

Audio visual merupakan bentuk media yang berisi gambar dan suara yang

dapat berupa video animasi dan film pendek atau minimovie yang interaktif.
20

Animasi adalah suatu gambar dan suara yang disajikan akan digerakan secara

mekanik elektronis sehingga menghidupkan dari ilusi pergerakan (Santosa, S.,

2013). Perkembangan animasi tidak hanya berbentuk gambar sederhana yang

bergerak, saat ini animasi berkembang menjadi produk film didukung dengan

media suara yang lebih canggih dan terlihat jauh lebih hidup dan nyata 2D

maupun 3D (Ranang A. S, dkk., 2010).

2.5.2 Jenis-Jenis Animasi

a. Animasi Cell

Animasi yang berasal dari gabungan lembaran animasi yang berbentuk

tunggal, setiap lembaran berisi beberapa karakter dan akan menjadi kesatuan

gambar (Santosa, S., 2013).

b. Animasi Frame

Jenis animasi ini adalah animasi yang paling sederhana. Rangkaian gambar

yang berurutan dan menunjukan suatu proses merupakan teknik animasi dari

animasi frame. Animasi farame manual dapat dibuat dengan menggambar

ditepian buku dan dibuka secara cepat (Santosa, S., 2013).

c. Animasi Sprite

Animasi jenis ini memiliki objek gambar yang tidak bergerak dalam waktu

bersamaan, pengeditan objek juga dilakukan pada masing-masing gambar

yang berada di bitmap dan objek gambar akan berjalan secara mandiri

(Santosa, S., 2013).

d. Animasi Path
21

Animasi path adalah animas yang objeknya digerakan mengikuti garis

lintasan, contohnya mobil yang mengikuti jalur lintasan (Santosa, S., 2013).

e. Animasi Spline

Animasi ini dibuat dengan kurva yang telah dilakukan perhitungan

matematika dan objeknya mengikuti garis lintasan yang berbentuk kurva.

Contok objek animasi spline adalah burung yang terbang dengan kecepatan

yang berubah-ubah (Santosa, S., 2013).

f. Animasi Vektor

Animasi ini memiliki letak gambar yang menggunakan gambar vector, dan

pengeditan yang dilakukan sama seperti pengeditan animasi sprite (Santosa,

S., 2013).

g. Animasi Morphing

Animasi ini memiliki rangkaian frame yang menciptakan gambar yang

bergerak secara halus dari gambar awal ke bentuk gambar lain. Animasi

morphing merupakan animasi yang dapat mengubah suatu bentuk objek

menjadi objek lain (Santosa, S., 2013).

h. Animasi Clay

Objek animasi clay adalah tanah liat yang berbentuk, kemudian setiap bentuk

objek akan difoto. Rangkaian foto tersebut akan diedit dengan kecepatan

tertentu, sehingga menimbulkan gerakan animasi (Santosa, S., 2013).

i. Animasi Komputer

1. Animasi 2D
22

Animasi jenis inidibuat menggunakan gambar tangan, kemudian dilakukan

pengeditan untuk memberikan warna, penerapan virtual, dan penataan data

yang akan digunakan sebagai animasi.

2. Animasi 3D

Proses pembuatan animasi ini menggunakan computer yang berbasis 3

dimensi, dengan gambar yang memiliki ciri dan gerakanyang berbeda secara

bersama. Objek gambar dapat digunakan menggunakan tangan dan di scan,

maupun mengunakan teknik digital dengan perangkat lunak (Santosa, S.,

2013).

2.5.3 Media Audio Visual sebagai Pembentukan Karakter Anak

Media massa merupakan dalah satu faktor penting dalam lingkungan

masyarakat modern. Perkembangan teknologi komunikasi yang maju dapat

memberikan dampak positif maupun negative, para ahli memperdebatkan efek

terpaan kekerasan dimedia massa. Media massa yang diyakini memiliki pengaruh

lebih adalah media berupa audio visual (Milla, 2002). Menurut Mc Quel dan

Windhl menjelaskan model psikologgi Comstoc bahwa pesan yang disampaikan

dalam audio visual lewat pendengaran dan penglihatan akan memiliki daya tarik

lebih, sehingga stimulus akan membangkitkan tingkah laku dan mempelajari

sumber lain (Wahyuningtyas, 2017). Komunikasi massa dapat berfungsi dalam

memberikan informasi, mendidik, dan mempengaruhi seseorang, sehingga

memberikan dampak positif maupun negative. Menurut penelitian American

Psychological Association (APA) media audio visual dalam pembelajaran yang

bermutu akan mempengaruhi perilaku baik seseorang, dan tayangan tidak bermutu

dapat memberikan dampak buruk (Milla, 2002).


23

Teori modeling oleh Bandura manusia belajar dengan mengamati dan

perilaku orang disekitarnya, sehingga manusia akan lebih cepat mendapatkan

respon (Andriani et al., 2017). Interaksi yang timbul pada video animasi

berbentuk film pendek dapat ditiru anak dalam kehidupan, karena animasi

interaktif akan membentuk karakteristik melalui penerimaan kognitif anak

(Pujasari, Lucy, 2016). Media berbentuk audio visual akan membantu para orang

tua dan guru dalam menanamkan pendidikan karakter pada anak secara

berkesinambungan, karena dalam audiovisual terdapat audiovisual dan gerak yang

memberikan kesan nyata, serta memanipulasi pesan sesuai tujuan yang

disampaikan (Zubaedi,2015).
Menurut Notoatmodjo (1997) peningkatan pengetahuan pada seseorang

dapat terjadi karena adanya pengaruh dari pengulangan informasi secara berulang-

ulang. Metode pendidikan melalui media audio visual merupakan pendekatan

massa di era modern yang tepat untuk memberikan informasi akurat dalam

menyampaikan pesan kesehatan bagi segala usia dan tidak membedakan

golongan, sehingga dapat menumbuhkan awareness atau kesadaran dalam diri

yang berujung pada perubahan perilaku (Arifah, 2010).

2.6 Teori Keperawatan Heatlh Promotion Model (HPM)

2.6.1 Konsep Teori Heatlh Promotion Model

Heatlh Promotion Model adalah teori keperawatan yang dikembangkan

oleh Nola J. Pender tahun 1987, dan muncul pada Penelitian tentang 7 faktor

persepsi kognitif dan 5 faktor modifikasi tingkah laku yang mempengaruhi

tentang perilaku kesehatan (Nursalam, 2015). Teori HPM memiliki tujuan

membantu perawat melakukan intervensi dalam mempromosikan gaya hidup

sehat pada tahap perilaku konseling (Pender, 2011). Heatlh Promotion Model
24

adalah model teori keperawatan yang menggabungkan 2 teori yaitu teori nilai

pengharapan dengan teori pembelajaran sosial. Kedua teori ini akan melibatkan

individu dalam melakukan suatu tindakan untuk mencapai tujuannya dengan

melakukan interaksi yang menghubungkan setiap tindakan, perilaku, dan

lingkungan sehingga dapat mengubah perilaku dan pola pikir individu atau

masyarakat. Manusia merupakan sesorang yang membutuhkan aspek bilogis,

psikologis, sosial, dan spiritual dalam kehidupan, dengan adanya teori Health

Promotion Model perawat dapat membantu klien memenuhi kebutuhan tersebut

dengan mengubah perilaku untuk mengubah gaya hidup yang lebih sehat. Kunci

konsep Health Promotion Model (Pender, 2011):

a. Manusia

Manusia dengan lingkungan melakukan simbiosis dengan kata lain antara

manusia dan lingkungan terjalin hubungan interaksi timbal balik. Manusia

merupakan makhluk biopsikososial yang mengakibatkan interaksi biologis,

psikologis dan social. Manusia sebagian dibentuk oleh lingkungan akan tetapi

manusia juga mencari lingkungan yang sesuai dengan kondisinya sehingga

dapat mengekspresikan potensinya, baik yang diperoleh dari lingkungan

maupun yang berasal dari dalam diri.

b. Lingkungan

Lingkungan didefiniskan sebagai tempat dimana individu hidup yang di

dalamnya terdapat faktor sosial, budaya dan fisik. Lingkungan dapat

dimodifikasi oleh manusia untuk menciptakan kondisi yang positif dan

memfasilitasi tindakan manusia untuk meningkatkan kesehatan.

c. Sehat
25

Sehat adalah keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial bukan

hanya terbebas dari penyakit. Dilakukan dengan aktualisasi potensi individu

yang berorientasi pada tujuan, perawatan diri dan hubungan yang memuaskan

dengan orang lain.

d. Sakit

Sakit adalah suatu kondisi yang dialami manusia sepanjang hidup yang

menghambat individu baik yang berdurasi pendek (akut) atau yang berdurasi

panjang (kronis) sehingga individu tersebut membutuhkan dan mencari

bantuan kesehatan.

e. Keperawatan

Keperawatan adalah hubungan kerjasama antar aspek meliputi perawat dengan

individu, keluarga, dan masyarakat dengan tujuan menciptakan keadaan yang

positif dan menguntungkan sehingga derajat kesehatan klien optimal dan

mecapai kesejahteraan.

2.6.2 Penjabaran Teori

Individual characteristic Behavior specific cognitions Behavioral


And experiences and affect outcome
Perceived benefits of
action
Immadite competing
Pior related Perceived barriers of
demand (low control)
behavior action
and preference

Perceived Self-efficacy Commitment


Faktor personal: Health
Biologi to a plan of promoting
action behavior
Psikologi Activity relacted affect
Sosiokltural
Interpersonal influence
(family, peero, provider):
norma, support

Situation influence
26

Gambar 2.1 Teori Nola J Pender Health Promotion Model (2006) (Nursalam,
2015).
1. Karakterisktik individu dan pengalaman individu

a. Perilaku sebelumnya

Perilaku kesehatan dimasa lalu yang memiliki dampak langsung dan tidak

langsung terhadap perilaku kesehatan, sehingga memberikan efek langsung pada

perilaku sebelumnya. Teori social kognitif menjelaskan bahwa perilaku terdahulu

akan memberikan pengaruh tidak langsung pada perilaku promosi kesehtana

melalui persepsi. Hasil dar pengalaman terdahulu merupakan hasil yang

diharapkan. Perawat dapat membantu dengan melihat riwayat klien sebelumnya

yang berfokus pada promosi kesehatan dengan tujuan menimbulkan potensi, sikap

yang baik, dan hasil yang positif (Nursalam, 2015).

b. Faktor personal

- Biologi: usia, indeks massa tubuh, status pubertas, sttus menopouse, kekuatan,

keseimbangan.

- Psikologi: rasa aman, motivasi diri, status kesehatan

- Sosiokultural: suku, etnis, akulturasi, pendidikan, dan status sosioekonomi

2. Kognitif behavior spesifik dan sikap

a. Manfaat tindakan
27

Manfaat tindakan dalam Health Promottion Model yang dilakukan secara

langsung akan memberikan motivasi perilaku, dan secara tidak langsung akan

memberikan dampak positif sebagai hasil yang diinginkan. Teori nilai ekspetasi

dipengaruhi motivasi untuk mewujudkan perilaku seseorang dari pengalaman

terdahulu melalui pembeljaran yang dilakukan melalui observasi perilaku

orang lain. Manfaat lain akan memberikan kesadaran dan motivasi yang tinggi

dalam melakukan perilaku kesehatan (Nursalam, 2015). Kematangan kognitif

dan peningkatan pengetahuan dalam diri akan memberikan pemahaman pada

anak dalam upaya mencegah terjadi perilaku kekerasan seksual, dengan teori

yang dikemukakan oleh Nola J. Pender yaitu salah satu yang mempengaruhi

perilaku kematangan emosi dan pengetahuan anak adalah motode promosi

kesehatan melalui media (Juwarti, 2015).

b. Hambatan tindakan

Hambatan tindakan adalah rintangan yang menghalangi dan biaya yang dipakai

(Nursalam, 2015). Hambatan terdiri dari persepsi yang berhubungan dengan

kesulitan, biaya, dan ketidaknyamanan. Hambatan tindakan dapat memberikan

motivasi dalam menghindari perilaku yang akan dilakukan. Rintangan adalah

sikap yang dapat menghalangi dalam melakukan kegiatan (Juwarti, 2015).

Hambatan tindakan anak untuk memahami pencegahan kekerasan seksual

adalah tahap kematangan emosi dan tingkat pengetahuan. Pendidikan seksual

yang kurang dalam mempersiapkan anak memahami pencegahan kekerasan

seksual dapat menyebabkan kurangnya tingkat kewaspadaan anak akan bahaya

perilaku kekerasan seksual (Noviana, Ivo, 2015).

c. Self – efficacy
28

Self-Efficacy menurut Bandura adalah keyakinan seseorang yang dapat

mengetahui dan memahami situasi yang terjadi untuk menciptakan sesuatu

yang lebih baik, hal tersebut dipengaruhi perilaku seseorang (Nursalam, 2015).

Pengetahuan seseorang mengenai self – efficacy yaitu: feed back eksternal dari

orang lain yang dihasilkan dari perilaku dan evaluasi, ajakan orang lain,

pengalam orang lain, dan status psikologi meliputi kecemasan, ketakutan, dan

ketenangan dari orang lain yang menilai. Self – efficacy dipengaruhi oleh

aktivitas yang positif. Self – efficacy dapat memotivasi perilaku promosi

kesehatan secara langsung dengan harapan dan tidak langsung oleh hambatan,

serta ditentukan oleh rencanan dan komitmen tindakan (Juwarti, 2015).

d. Sikap yang berhubungan dengan aktivitas

Perasaan yang dirasakan sebelum, sedang, dan sesudah melakukan perilaku

berdasarkan sifat stimulus perilaku. Respon afektif terhadap perilaku yaitu

emosi dalam kegiatan, tindakan diri, dan lingkungan saat kegiatan berlangsung

(Nursalam, 2015). Perasaan yang dirasakan saat melakukan kegiatan akan

mempengaruhi perilaku dapat dilakukan kembali atau tidak. Teori Bandura

mengemukakan bahwa respon emosional memiliki pengaruh terhadap

psikologis saat melalukan tindakan, yang merupakan sumber informasi

kepercayaan (Juwarti, 2015).

e. Pengaruh interpersonal

Sumber dari pengaruh interpersonal adalah kelompok, keluarga, dan pelayanan

kesehatan, sehingga dapat memberikan pengaruh mengenai perilaku,

kepercayaan, dan sikap. Pengaruh interpersonal dipengaruhi oleh norma,

dukungan social, serta model pengalaman orang lain. Motivasi dengan memuji
29

atau menguatkan secara social dapat memberikan pengaruh kepada orang lain

(Nursalam, 2015).

f. Pengaruh situasional

Pengaruh situasional adalah persepsi individu dengan situasi disekitar yang

dapat menghalangi perilaku. Persepsi terhadap pilihan, karakteristik, dan

lingkungan yang aman tentram adalah situasi yang dapat mempengaruhi

perilaku seseorang untuk mempertahankan perilaku promosi kesehatan dalam

populasi. Pengaruh situasional dapat menjadi menjadi strategi atau fasilitas

dalam melakukan promosi kesehatan (Nursalam, 2015).

3. Komitmen rencana tindakan

Komitmen rencana tindakan adalah salah satu proses kognitif yang mendasar.

Proses kognitif membutuhkan komitmen dalam melakukan tindakan sesuai

dengan waktu dan tempat bersama sekelompok orang atau individualisme.

Komitmen rencana tindakan merupakan suatu strategi dalam melaksanakan atau

mendapatkan perubahan terhadap perilaku yang dituju (Nursalam, 2015).

4. Kebutuhan yang mendesak

Kebutuhan mendesak adalah perilaku mendesak yang dilakukan dengan sadra

untuk mencegah kejadian yang tidak inginkan. Kebutuhan mendesak berbeda

dengan hambatan yang hasilnya tidak sesuai degan apa yang dipikirkan

(Nursalam, 2015).

5. Hasil perilaku

Media Kematangan emosi dan Sexual abuse


Pengetahuan pencegahan
30

Audio visual dalam Tingkat pengetahuan Dampak perilaku seksual


pembelajaran
Kemandirian anak usia Kekerasan seksual
Sekolah Dasar
prevention knowledge Sexual abuse
maturity
Perilaku yang di tujukan pada promosi kesehatan adalah hasil dari tindakan positif

yang ingindicapai dalam gaya hidup sehat. Gaya hidup sehat mencakup semua

aspek yang diinginkan dalam meningkatkan kesehatan, kemampuan fungsional,

dankualitas hidup yanglebih baik (Nursalam, 2015).

2.7 Keaslian Penulisan

Peneliti mencari jurnal pada halaman Repository, Researchgate, Scholar,

dan Scopus untuk mengetahui ada dan tidak penelitian sebelumnya yang meneliti

pengaruh media minimovie terhadap tingkat pengetahuan pencegahan kekerasan

seksual dan tingkat kematangan emosi pada anak usia sekolah.

Setelah memasukan kata kunci diatas, peneliti membatasi beberapa jurnal

dan full text tahun 2010-2019 sebanyak 10 artikel dengan melihat judul yang

sesuai dengan penelitian.

Tabel 2.1 Keaslian Penulisan Pengaruh Media Minimovie terhadap Kematangan


Emosi dan Pengetahuan pada Anak di Surabaya dalam Upaya
Mencegah Sexual Abuse.
No Judul Artikel; Metode (Desain, Sampel, Hasil Penelitian
Penulis; Tahun Variabel, Instrumen,
Analisis)
1. Early Prevention 1. Desain: kualitatif Adanya usaha preventif
Toward Sexual Abuse 2. Sampel: anak berusia 9 – dan promotif dalam
on Children 10 tahun yang duduk di mencegah terjadinya
(Paramastri, Supriyati, kelas 4 SD yang dipilih kekerasan seksual pada
& Priyanto, 2010b). secara purposive, umlah anak
subjek tidak ditentukan
Schoolar.google.co.id 3. Variabel: Prevention
Toward Sexual Abuse
4. Instrumen: lembar
Wawancara
5. Analisis data
31

menggunakan analisis
isi (Content).
2 Measurement of 1. Desain: kuantitatif Adanya hubungan
Vigilance in 2-Year- 2. Sampel: anak berusia 2 antara perhatian
Old Children (Davies, tahun sebanyak 51 anak berkelanjutan dan
Segalowitz, & William, 3. Variabel: Vigilance in 2- kolerasi neurologis.
2013). Year-Old Video kartun yang
4. Instrumen: kuisoner diberikan
Researchgate.net untuk mengetahui mengguanakan metode
tingkat pengetahuan kompuet pada anak
anak memberikan
5. Analisis data konseptualisasi
menggunakan uji pengetahuan pada anak.
kolerasi pearson
3 Analysis Of Child 1. Desain: korelasional Sebagian besar ibu
Sexual Abuse pendekatan cross memiliki pengetahuan
Prevention Behavior sectional tentang pendidikan
By Parents In School 2. Sampel: ibu yang seksual dini tentang
Age Children (Nuari, memiliki anak usia 6-8 sikap ibu yang baik dan
n.d., 2016). tahun, sebanyak 22 positif terhadap
responden. pencegahan pelecehan
Researchgate.net 3. Variabel: Sexual Abuse seksual anak pada anak
Prevention Behavior usia sekolah
4. Instrumen: kuisoner
untuk mengetahui
pengetahuan
pencegahan kekerasan
seksual pada anak.
5. Analisis data yang
digunakan uji statistik
Spearmean Rho
4 Gambaran Pemahaman 1. Desain: cross sectional - Peran guru memberikan
Anak Usia Sekolah 2. Sampel: siswa kelas 3, pendidikan dasar
Dasar Tentang 4, 5 dengan jumlah 57 berupa kematangan
Pendidikan Seksual responden emosi anak mengenai
Dalam Upaya 3. Variabel: pemahaman pencegahan seksual
Pencegahan Kekerasan anak mengenai kurang optimal.
Seksual Pada Anak pendidikan seksual - Pemahaman anak yang
(Permatasari, 2017). 4. Instrumen: kuisoner kurang dalam
untuk mengetahui peran mengetahui
Researchgate.net guru memberikan pencegahan
pendidikan dan tingkat kekerasan seksual.
pengetahuan anak - Adanya pengaruh peran
pencegahan seksual guru dalam
abuse. memberikan
5. Analisis data yang pendidikan pada
digunakan uji statistik siswa sebagai upaya
pearson test mencegah kekerasan
seksual.
5 Perilaku Prososial 1. Desain: kuantitatif Ada hubungan yang
Ditinjau Dari Empati 2. Sampel: guru pendidik sangat signifikan
Dan sebanyak 49 responden antara empati,
32

Kematangan Emosi 3. Variabel: Empati Dan kematangan emosi,


(Asih, G., Maria, Kematangan Emosi perilaku prososial.
2010). 4. Instrumen: penggunaan
skala untuk mengukur
Jurnal.umk.ac.id prososial perilaku,
empati, dan kematangan
emosi
5. Analisis data yang.
digunakan regresi dan
analisis uji-t, teknik
korelasi Part Whole.
6 Pengaruh Pendidikan 1. Desain: Pra- Adanya pengaruh yang
Seks dengan Metode Experimental signifikan pendidikan
Buzz Group terhadap 2. Sampel: orang tua/ wali seksual dengan metode
Peran Pendidik Orang murid dengan jumlah buzz group terhadap
Tua dalam Pencegahan 30 responden peranorang tua
Kekerasan Seksual 3. Variabel: Pendidikan mendidik anak untuk
Anak Di Surabaya Seks dalam Pencegahan mencegah terjadinya
(Dwi Agus, 2016). Kekerasan Seksual sexual abuse
Anak
Repository.unair.ac.id 4. Instrumen: booklet dan
kuisoner untuk
mengetahui pendidikan
dan pencegahan
kekerasan seksual pada
anak
5. Analisis data yang
digunakan digunakan
dengan uji statistic
Wilxcon Signed Rank
Test
7 Mengantisipasi 1. Desain: kualitatif Penelitian ini
Kejahatan Seksual 2. Sampel: guru kelas dan menghasilkan
Terhadap Anak Melalui siswa MI Yayasan al- pemahaman kepada
Pembelajaran Hikmah Grobogan anak dan guru
“Aku Anak Berani 3. Variabel: pentingnya menjaga diri
Melindungi Diri Mengantisipasi sendiri agar terhindar
Sendiri”: Kejahatan Seksual dari kejahatan seksual.
Studi Di Yayasan Al- Terhadap Anak
Hikmah Grobogan 4. Instrumen: observasi,
(Hikmah Siti, 2017). wawancara, dan
menggunakan metode
Schoolar.google.co.id cerita singkat dengan
gambar kartun
5. Analisis data yang
digunakan analisis isi
33

8 Pengaruh Pemanfaatan 1. Desain: kuantitatif Adanya pengaruh


Media Massa 2. Sampel: siswa kelas 4 pemanfaatan media
Elektronik Audiovisual dengan jumlah 22 elektronik media massa
terhadap Karakter responden elektronik audiovisual
Peserta Didik Kelas IV 3. Variabel: Pemanfaatan terhadap karakter
MI Al-Jihad Media Massa peserta didik kelas 4.
Karanggenbang ELektronik Audiovisual
(Wahyuningtyas, terhadap Karakter
2017). 4. Instrumen: wawancara,
dan menggunakan
Repository.iainpurwok metode FGD
erto.ac.id 5. Analisis data yang
digunakan dengan
rumus statistic regresi
liner sederhana
9 Perbandingan 1. Desain: kuantitatif Terjadi peningkatan
Efektivitas Antara 2. Sampel: jumlah 28 rata-rata nilai
Metode Video dan responden. pengetahuan responden
Cerita Boneka Dalam 3. Variabel: Video dan pada kelompok metode
Pendidikan Seksual Cerita Boneka Dalam video sebelum dan
Terhadap Pengetahuan Pendidikan Seksual setelah diberikan
Anak Prasekolah Terhadap Pengetahuan intervensi
(Istiqomah Aprilaz, Anak Prasekolah Adanya pengaruh
2016). 4. Instrumen: pendidikan seksual
Pengumpulan data melalui metode video
menggunakan kuisioner terhadap rata-rata nilai
dan analisis data pengetahuan responden
Schoolar.google.co.id
menggunakan paired t
test dan independent t
test
5. Analisis data yang
digunakan dengan uji
pearson
10 Perancangan 1. Desain: kualitatif Informasi pencegahan
Multimedia Interaktif 2. Sampel: anak usia 6-12 pelecehan seksual
Untuk Materi tahun. penting untuk diketahui
Perlindungan Anak 3. Variabel: Multimedia anak sejak dini.
Terhadap Pelecehan interaktif untuk materi Informasi seperti
Seksual Berbasis perlindungan anak empat bagian tubuh
Mobile (Dewa Putu, terhadap pelecehan yang tidak boleh
dkk, 2019). seksual disentuh oleh orang
4. Instrumen: Multimedia lain selain orang tua
Schoolar.google.co.id interaktif dan dokter dapat
dikembangkan melalui membantu anak untuk
tahapan Decide, menghindari diri dari
Design, develop dan pelecehan seksual.
Evaluate (DDD-E) Salah satu upaya
5. Analisis data yang adalah dengan
digunakan dengan uji merancang sebuah
uji Black-box testing multimedia interaktif
untuk materi
pencegahan pelecehan
34

seksual pada anak.

Literature Review

Berdasarkan 10 Jurnal yang ada pada tabel diatas maka dapat

disimpulkan bahwa kematangan emosi dan tingkat pengetahuan pada anak

berpengaruh dalam upaya mencegah terjadinya sexual abuse. Pengaruh media

minimovie menjadi cara yang dapat mempengaruhi kematangan emosi dan

pengetahuan pencegahan kekerasan seksual pada anak. Kemampuan dalam

menilai situasi yang baik pada anak dengan berfikir kritis untuk lebih

mengontrol emosi dalam dirinya, sehingga pengetahuan pencegahan kekerasan

seksual pada diri anak dapat memberikan perubahan perilaku dengan rasa

kewaspadaan diri akan lingkungan disekitar dan mengubah perilaku anak agar

terhindar dari perilaku kekerasan seksual. Sehingga upaya pencegahan

kekerasan seksual menggunakan media minimovie ini dapat dilakukan oleh


Manfaat:
Peningkatan kematangan
para pendidik dalam memotivasi anak
emosi dan dalam mengajarkan upaya pencegahan
tingkat
pengetahuan anak
perilaku kekerasan.
Hambatan tindakan:
Perilaku sebelumnya:
Kematangan emosi dan
Pengalaman
tingkat pengetahuan
sebelumnya
pencegahan anak
BAB 3
Komitmen Hasil
KERANGKA KONSEPTUAL
Self-efficacy rencana
DAN HIPOTESIS perilaku:
tindakan: Tingkat
Faktor personal: Anak melakukan kematang
Usia anak pencegahan an dan
Affect kekerasan pengetahu
Jenis kelamin
Media yang dapat seksual an anak
Status pendidikan mempengaruhi perilaku meningkat

Pemberian media minimovie


Pengaruh interpersonal: terhadap tingkat kematangan
Keluarga, guru, petugas emosi dan pengetahuan anak
kesehatan, teman
sebaya, tokoh
masyarakat.

Pengaruh situasional:
Rasa aman, keinginan
35

Keterangan

Diteliti Tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual “Pengaruh Media Minimovie terhadap Tingkat


Pengetahuan Pencegahan Kekerasan Seksual dan Tingkat Kematangan
Emosi pada Anak Usia Sekolah”.

Gambar 3.1 berdasarkan teori Nola J. Pender meneganai Health

Promotion Model adalah cara untuk menghubungkan gambaran yang terjadi

dalam kehidupan manusia dengan lingkungan disektiar. Teori Health Promotion

Model memiliki variabel yang saling berkaitan antara lain karakteristik dan

pengalaman individu (perilaku personal dan faktor personal), kognitif - perilaku

spesifik (manfaat tindakan, hambatan tindakan, self – efficacy, sikap yang

berhubungan dengan aktivitas, pengaruh interpersonal dan pengaruh situasional),

komitmen rencana tindakan, kebutuhan yang mendesak, dan hasil perilaku.


36

Variabel yang ada pada teori Health Promotion Model beberapa

diantaranya memiliki peran penting dalam perubahan tingkat kematangan emosi

dan pengetahuan pada anak dalam upaya mengetahui pencegehan kekerasan

seksual yaitu; faktor personal, sikap yang berhubungan dengan aktivitas,

komitmen rencana tindakan, dan hasil perilaku. Kematangan emosi dan tingkat

pengetahuan pencegahan kekerasan seksual pada anak merupakan salah satu hal

yang penting di miliki anak dalam upaya pencegahan terjadinya kekerasan

seksual. Kematangan emosi dan tingkat pengetahuan anak dalam upaya mencegah

terjadinya kekerasan seksual dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain;

pior related behavior (pengalaman sebelumnya yang terjadi pada anak) dan faktor

personal seperti usia, jenis kelamin, tempat tinggal, dan status pendidikan. Ada

pun perubahan tingkat kematangan emosi dan pengetahuan pencegahan kekerasan

seksual pada anak yang dipengaruhi oleh media melalui berbagai metode edukasi

yang akan diberikan, dengan cara yang dapat memotivasi diri anak seperti melalui

media minimovie. Pengaruh media minimovie yang digunakan sebagai edukasi

dapat menghindarkan anak dari perilaku kekerasan seksual yang dapat terjadi.

Tingkat kematangan emosi dan pengetahuan anak dalam upaya mencegah

kekerasan seksual dalam memahami situasi yang terjadi, dapat mempengaruhi

perilaku untuk mengetahui bagaimana cara menghindari dan mengetahui tindakan

perilaku kekerasan. Tingkat kematangan emosi dan pengetahuan pencegahan

kekerasan seksual pada anak dapat meningkat dengan adanya media minimovie

yang dapat mencegah terjadinya kekerasan seksual.

3.1 Hipotesis Penelitian

H1: ada pengaruh media minimovie terhadap tingkat pengetahuan pencegahan


37

kekerasan seksual pada anak usia sekolah

H1: ada pengaruh media minimovie terhadap tingkat kematangan emosi pada anak
usia sekolah
BAB 4

METODE PENELITIAN

Metode penelitian dalam penelitian ini membahas tentang desain

penelitian, populasi, sampel, dan besar sampel, identifikasi variabel, definisi

operasional, instrumen, lokasi dan waktu, prosedur pengumpulan data, kerangka

kerja, analisis data, etika penelitian, dan keterbatasan penelitian.

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode

experimen semu jenis quasi-experimental, yaitu suatu metode penelitian yang

dilakukan dengan satu kelompok dilakukan intervensi (kelompok experimen)

sesuai metode penelitian peneliti, kelompok lain tidak diberikan intervensi

(kelompok kontrol) (Nursalam, 2016). Awal penelitian kelompok perlakuan akan

diberikan kuisoner pre-test dan setelah perlakuan akan diberi kuisoner post-test,

sedangkan kelompok kontrol akan diberikan kuisoner post-test saja. Penelitian ini

digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang

dihadapi pada masa sekarang ini, dengan tujuan mengetahui pengaruh media

minimovie terhadap tingkat pengetahuan pencegahan kekerasan seksual dan

tingkat kematangan emosi pada anak usia sekolah. Jenis rancangan dari penelitian

ini menggunakan uji statistic Mann-whitney untuk mengetahui pengaruh media

terhadap variabel yang satu dengan yang lain diantara kelompok perlakuan dan

kontrol, serta dilakukan uji Wilcoxon Rank Test untuk menguji perbedaan

signifikan subjek dikelompok perlakuan sebelum dan setelah diberikan intervensi.

55
56

Subjek Pra-test Intervensi Pasca-test


K-A O I O1-A
K-B - - O1-B
Time 1 Time 2 Time 3

Keterangan:
K-A : subjek kelompok perlakuan kelas 4
K-B : subjek (kelompok kontrol kelas 4
O : pemberian kuisoner pre-tes Kematangan Emosi dan CKAQ
I : intervensi (media minimovie)
- : aktivitas lain (selain media minimovie)
O1-A dan O1-B: pemberian kuisoner Kematangan Emosi dan CKAQ masing-
masing kelompok (kelompok perlakuan dan kontrol)

Gambar 4.1 Rancangan penelitian Pengaruh Media Minimovie terhadap


Tingkat Pengetahuan Pencegahan Kekerasan Seksual dan
Tingkat Kematangan Emosi pada Anak Usia Sekolah.

Berdasarkan rancangan diatas, kelompok perlakuan diberi perlakuan

sedangkan kelompok kontrol tidak. Kelompok perlakuan akan diawali dengan

pre-test dan setelah pemberian intervensi pada kelompok perlakuan akan

diberikan kembali pengukuran (post-test). Kelompok kontrol hanya diberikan

kuisoner post-test dan setelah itu diberikan intervensi.

4.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

4.2.1 Populasi

Populasi adalah subyek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi kriteria

yang telah ditetapkan (Nursalam 2016). Populasi dibagi menjadi dua yaitu,

populasi target dan terjangkau. Populasi target adalah populasi yang memenuhi

kriteria sampling dan menjadi sasaran akhir penelitian peneliti. Populasi dalam

penelitian ini adalah semua siswa kelas 4 Sekolah Dasar kelompok perlakuan

dengan jumlah 105 siswa, serta di kelompok kontrol dengan jumlah 112 siswa

atau jumlah total kedua sekolah sebanyak 217 Siswa.


57

4.2.2 Sampel Penelitian dan Besar Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat terjangkau dan dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui teknik sampling (Nursalam 2016).

Besar sampling dari penelitian ini berdasarkan perhitungan penentuan besar

sampel dengan menggunakan rumus Krejcie dan Morgan (Nursalam, 2016).


2
N . z . p .q
n= 2 2
d ( N−1 ) + z . p . q

217.(1,96)2 .0,1.0,9
n=
(0,05)2 ( 217−1 )+(1,96)2 .0,1 .0,9

75, 026448
n=
0,885744

n=84,704438303

n=85

Keterangan:
n = perkiraan besar sampel
N = perkiraan jumlah populasi
z = nilai standar nominal untuk α = 0,05 (1,96)
p = perkiraan proporsi
q=1–p
d = tingkat kesalahan yang dipilih (0,05)

Dari hasil penghitungan diatas, didapatkan jumlah sampel sebanyak 85

responden yang diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu:

1. 42 siswa dari kelompok perlakuan

2. 43 siswa dari kelompok kontrol


58

Sampel adalah populasi target yang dapat dipergunakan sebagai subyek

penelitian melalui sampling:

a. Kriteria Inklusi merupakan karakteristik secara umum dari subjek penelitian

dari suatu populasi target yang terjangkau dan yang akan diteliti (Nursalam,

2016). Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah:


1) Anak kelas 4 Sekolah Dasar
b. Kriteria Ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

sebelumnya memenuhi kriteria inklusi karena berbagai sebab (Nursalam,

2016). Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah:


1) Sedang tidak ditempat penelitian atau tidak masuk sekolah,

Berdasarkan penentuan kriteria inklusi dan eksklusi dari kedua responden

maka didapatkan sampel anak berusia 7-12 tahun kelas 4 Sekolah Dasar. Sampel

anak sesuai dengan kriteia inklusi peneliti sebanyak 42 responden pada SD

kelompok perlakuan dan 43 responden pada SD kelompok kontrol. Adapun

karakteristik yang sama dari kedua SD tersebut, yaitu:

1. Kedua SD termasuk dalam kategori SD Negeri yang terakreditasi A.


2. Kedua SD belum pernah dilakukan penelitian mengenai kekerasan seksual

dengan media yang akan dilakukan dalam penelitian peneliti.


3. Wilayah ke 2 SD termasuk dalam daerah zona merah (ekslokalisasi) di

Surabaya

4.2.3 Sampling

Sampling adalah proses pengambilan bagian dari populasi untuk

mewakilkan populasi dalam penelitian. Teknik sampling adalah cara yang

digunakan untuk pengambilan sampel, agar sampel yang diambil benar-benar

sesuai dengan subyek penelitian secara keseluruhan (Nursalam 2016).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan probability sampling

dengan teknik Simple Random Sampling. Metode Simple Random Sampling


59

adalah teknik sampling yang paling sederhana yang dilakukan secara acak pada

setiap elemennya (Nursalam, 2016). Populasi yang masuk Sampling Frame dalam

hal ini sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditentukan.

Responden yang berjumlah 217 memiliki kriterian inklusi dan eksklusi, setelah

itu diacak berdasarkan nomer absen yang keluar pada pengacakan, dengan jumlah

sampel yang dibutuhkan yakni 42 responden kelompok perlakuan dan 43

responden pada kelompok kontrol.

4.3 Variabel Penelitian

4.3.1 Identifikasi Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu misalnya benda, manusia, dan lain-lain (Nursalam 2016).

1. Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain (Nursalam 2016). Variabel independen pada

penelitian ini adalah pengaruh media minimovie.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau nilainya

ditentukan oleh variabel lain. Variabel dependen akan muncul sebagai akibat

dari manipulasi variabel-variabel lain (Nursalam 2016). Variabel dependen

pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan pencegahan kekerasan seksual

dan tingkat kematangan emosi anak.


60

4.3.2 Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi operasional Pengaruh Media Minimovie terhadap Tingkat


Pengetahuan Pencegahan Kekerasan Seksual dan Tingkat Kematangan
Emosi pada Anak Usia Sekolah.

Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala Skor


Operasional
Independen Kegiatan Pengaruh media Media - -
Pengaruh pemberian minimovie yang minimovie
Media edukasi melalui diberikan untuk (PKPA, 2015)
Minimovie media minimovie meningkatkan dan (UNICEF,
yang dilakukan kematangan emosi dan 2015).
oleh peneliti padapengetahuan
anak usia Sekolah pencegahan kekerasan
Dasar dengan seksual pada anak
tujuan diberikan dalam 1x
meningkatkan pertemuan dengan
pengetahuan jumlah 5 minimovie
untuk yang berbeda setiap
menumbuhkan pertemuannya. Durasi
tingkat dalam minimovie yaitu
kematangan 1.29, 4.31, 3.11,
emosi dan 10.38, 1.39 menit.
pengetahuan anak serta berisi mengenai:
dalam upaya 1.Jenis dan bentuk
mencegah kekerasan seksual
kekerasan seksual pada anak
2. Ciri-ciri pelaku
kekerasan
3.Dampak kekerasan
seksual
4.Tatalaksana
kekerasan seksual
5.Pencegahan
kekerasan seksual
6. Cara mengontrol
emosi, pemahaman
diri, dan respon dalam
menilai situasi
Dependen Kemampuan anak Penilaian tingkat Kuisoner Ordinal Penilaian dengan benar
Pengetahuan mengetahui pengetahuan pada CKAQ atau salah
pencegahan pencegahan dan anak: Pertanyaan Pernyataan positif:
fokus perhatian 1. Tanggung jawab Favorable: 0= Benar
anak terhadap diri 3, 4, 5, ,6, 7, , 1= Salah
sesuatu yang 2. Melakukan 8, 9, 10, 13,
terjadi dan antisipasi terhadap 14, 16, 17, 18, Penyataan negatif:
tindakan yang perlindungan diri 20, 21, 23, 24, 0= Salah
akan dilakukan 3. Memahami mana 26, 27, 28, 29 , 1=Benar
anak dalam hal-hal yang benar 30, 33
menghadapi dan mana hal yang Skor Tingkat
situasi perilaku salah Pengetahuan
61

kekerasan Unfavorable: Pencegahan


seksual. 1, 2, 11, 12, Tinggi: 17-33
15, 19, 22, Rendah: <17
25, 31, 32

Total soal 33
butir
Dependen Kemampuan anak Penilaian tingkat Kuisoner Ordinal Penilaian dengan skala
Tingkat dalam bertindak, kematangan emosi Kematangan Likert 1-4.
kematangan melakukan anak: emosi Pernyataan positif:
emosi anak kegiatan, 1. Pemahaman diri Pertanyaan 1= sangat tidak setuju
memutuskan yang favorable: 2= tidak setuju
masalah yang berkembang ke 1, 2. 6, 9, 3=setuju
dihadapi, arah mandiri. 10,11, 12 (7 4=sangat setuju
mengontrol 2. Memahami soal)
sendiri emosinya. penggunaan Penyataan negatif:
fungsi krisis Pertanyaan 1= sangat setuju
mental unfavorable: 2=setuju
3. Kontrol emosi. 3, 4, 5, 7, 8 (5 3=tidak setuju
soal) 4=sangat tidak setuju

Total soal 12 Skor Tingkat


butir kematangan emosi
Tinggi: 37-48
Sedang: 25-36
Rendah: 12-24

4.4 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Proyektor sebagai alat penampil intervensi media minimovie

b. Bulpoin untuk mengisi kuisoner

Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu:

a. Kuesioner kematangan emosi dan Child Knowladge of Abuse Questionnaire

(CKAQ) sebagai variabel yang akan diukur

b. Minimovie diberikan sebagai intervensi dari penelitian


62

4.5 Instrumen Penelitian

Pengumpulan data dilakukan peneliti dengan dua instrumen penelitian yaitu

kematangan emosi dan Children's Knowledge of Abuse Questionnaire (CKAQ).

Instrumen atau alat pengumpulan data pada penelitian berupa kuesioner

kematangan emosi anak dengan pilihan benar atau salah yang terdiri dari 4 pilihan

bergradasi yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak

setuju (STS). Skor untuk pertanyaan favorable dan unfavorable dapat dilihat di

tabel 4.2. Sedangkan kuisoner pengetahuan pada anak menggunakan pernyataan

benar (B) dan salah (S). Kuesioner pada penelitian ini menggunakan kuesioner

tertutup (close ended question) dalam bentuk multiple choise yaitu pertanyaan

yang diberikan menyediakan alternatif jawaban pertanyaan tersebut, dan

responden hanya harus memilih salah satu diantaranya sesuai dengan pendapat

responden tersebut serta pertanyaan yang dibuat sesuai dengan parameter yang

telah ditentukan (Notoatmodjo 2002).

Tabel 4.2 Skor Skala Likert


Keterangan Skor Pernyataan Skor Pernyataan
Favorable Unfavorable
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

4.5.1 Kuisoner Children's Knowledge of Abuse Questionnaire (CKAQ)

Kuisoner Children Knowladge of Abuse Quisoner untuk pengetahuan

pencegahan kekerasan seksual pada anak di ambil dari penelitian yang dilakukan

oleh Leslie M. Tutty (2002). Kuisoner CKAQ ini selanjutnya di uji validitas dan

reabilitas terlebih dahulu pada 15 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan

termasuk sampel penelitian. Item kuisoner dianggap valid jika tabel r menunjukan
63

minimal 0,3 dan uji reabilitas dengan hasil nilai Cronbach alfa minimal 0,6

(Sugiyono, 2011). Hasil uji validitas yang telah dilakukan oleh peneliti pada bulan

April 2017 menunjukkan bahwa semua item dalam kuesioner adalah valid dengan

nilai r hitung > r tabel. Hasil uji reabilitas menghasilkan nilai koefisien alpha

cronbach sebesar 0,712 artinya reliabel. Batasan usia anak dalam kriteria adalah

kelas 4 Sekolah Dasar. Rentang skor tingkat pengetahuan pencegahan kekerasan

seksual anak adalah 17-33. Rentang skor 17-33 dikatagorikan “pengetahuan anak

tinggi”, skor <17 dikatagorikan “pengetahuan anak rendah”.

Tabel 4.3 Tabel Blue Print Kuisoner pengetahuan pada anak (CKAQ)
Aspek Indikator Nomer Jumlah Skoring
Tingkat Tanggung 10, 12, 21, 6 Skor untuk jawaban
Pengetahuan jawab diri 22, 23, 25 menggunakan skala likert.
Pencegahan Melakukan 6 , 13, 26, 6 Pertanyaan favorable:
antisipasi 30, 32, 33 3, 4, 5, ,6, 7, ,8, 9, 10, 13,
terhadap 14, 16, 17, 18, 20, 21, 23,
perlindungan 24, 26, 27, 28, 29 ,30, 32,
diri 33 (22 soal)
Memahami 1, 2, 3, 4, 5, 21 SS= 4, S=3, TS= 2, STS=1
hal mana 7, 8, 9, 11, Pertanyaan unfavorable:
yang benar 14, 15, 16, 1, 2, 11, 12, 15, 19, 22,
dan salah. 17, 18, 19, 25, 27, 31, 32 (11 soal)
20, 24, 27, SS= 1, S=2, TS= 3, STS=4
28, 29, 31
Tingkat Pengetahuan
Pencegahan
Jumlah Pertanyaan 33
Tinggi: 17-33
Rendah: <17

4.5.2 Kuisoner Kematangan Emosi

Kuisoner kematangan emosi anak dibuat sendiri oleh peneliti dan mengacu

pada 3 domain kematangan emosi anak dari Hurlock (1980) yang dibuat oleh

peneliti dengan skala Likert. Kuisoner kematangan emosi tersebut akan diuji

validitas dan reabilitasnya terlebih dahulu pada 15 subjek yang memenuhi kriteria

inklusi dan termasuk sampel penelitian. Item kuisoner dianggap valid jika tabel r
64

menunjukan minimal 0,3 dan uji reabilitas dengan hasil nilai Cronbach alfa

minimal 0,6 (Sugiyono, 2011). Hasil uji validitas yang telah dilakukan oleh

peneliti pada bulan April 2017 menunjukkan bahwa semua item dalam kuesioner

adalah valid dengan nilai r hitung > r tabel. Hasil uji reabilitas menghasilkan nilai

koefisien alpha cronbach sebesar 0,699 artinya reliabel. Rentang skor tingkat

kematangan emosi adalah 12-48. Rentang skor 37-48 dikatagorikan “kematangan

emosi tinggi”, rentang skor 25-36 dikatagorikan “kematangan emosi sedang”, dan

rentang skor 12-24 dikatagorikan “kematangan emosi rendah”

Tabel 4.4 Tabel Blue Print Kuisoner kematangan emosi anak


Aspek Indikator Nomer Jumlah Skoring
Soal
Tingkat Pemahaman diri 4, 6, 9 3 Skor untuk jawaban
Kematangan anak yang menggunakan skala likert.
Anak berkembang ke arah Pertanyaan favorable:
mandiri 1, 2. 6, 9, 10, 11, 12 (7 soal)
Memahami 5, 8, 5 SS= 4, S=3, TS= 2, STS=1
penggunaan fungsi 10, 11,
krisis mental 12 Pertanyaan unfavorable:
Kontrol emosi 1, 2, 3, 4 3, 4, 5, 7, 8 (5 soal)
7 SS= 1, S=2, TS= 3, STS=4

Tingkat kematangan emosi


Jumlah Pertanyaan 12 Tinggi: 37-48
Sedang: 25-36
Rendah: 12-24

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah berada di Sekolah Dasar Kecamatan Sawahan

dengan 2 kelompok yaitu perlakuan dan kontrol. Penelitian dilaksanakan pada

bulan April 2019 dan membutuhkan waktu penelitian 2 minggu untuk kelompok

perlakuan dan 1 minggu untuk kelompok kontrol.


65

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

1. Tahap administratif

Tahap ini peneliti menurus surat izin survey pengambilan data awal dan surat

izin penelitian ke bagian akademik Fakultas Keperawatan Universitas

Airlangga. Peneliti melakukan survei data awal melalui prosedur pembuatan

surat permohonan penelitian dari Fakultas Keperawatan, dan melakukan

kunjungan ke bakesbangpol tanggal 15 Januari 2019 untuk meminta surat

tembusan ke dinas pendidikan dan DP5A Surabaya dengan tujuan

mendapatkan informasi tempat terjadi perilaku kekerasan seksual terbesar

pada anak usia Sekolah Dasar di Surabaya.

2. Tahap pencarian dan penentuan responden

Tanggal 11 Maret 2019 peneliti datang di SD Negeri Banyu Urip II Surabaya

dan SD Negeri Pakis III Surabaya untuk mencari informasi dari salah satu

kepala sekolah dan guru di sekolah tersebut. Peneliti melakukan observasi

dan wawancara mengenai penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan di

masing-masing sekolah, peneliti juga melakukan survei pada masing-masing

kelas untuk mencari data jumlah dan menentukan responden yang sesuai

dengan kriteria inklusi. Kelas 4 di masing-masing sekolah memiliki 3

ruangan kelas, yaitu 4A, 4B, dan 4C, setiap kelas terdiri dari 35-36 siswa

yang sesuai dengan kriteria inklusi. Peneliti memilih responden

menggunakan teknik simple random sampling menggunakan kertas yang

tertulis nomer absen siswa dan diambil secara acak, setelah itu peneliti
66

mengambil kertas sesuai dengan jumlah besar sampel yang dihitung untuk

dijadikan subjek penelitian.

3. Tahap etik penelitian

Peneliti telah mendapatkan etik dari Fakultas Keperawatan Universitas

Airlangga. Uji etik dilakukan untuk memberikan manfaat kepada responden

dan memperkecil kerugian dan kesalahan penelitian.

4. Tahap informed consent

Setelah peneliti mendapat persetujuan Kepala Sekolah peneliti memberikan

surat izin penelitian dari Fakultas kepada sekolah yang terkait dan

memberikan informed consent untuk responden. Peneliti masuk pada kelas

yang dijadikan sebagai responden sesuai dengan kriteria inklusi. Peneliti

memberikan penjelasan penelitian, lembar menjadi responden penelitian, dan

informed consent yang diberikan kepada wali kelas sehari sebelum penelitian

dilakukan karena responden berusia <18 tahun. Informed consent yang telah

disetujui tanpa paksaan digunakan oleh peneliti untuk membagikan kuisoner

pada responden.

5. Tahap pengumpulan data

Pengumpulan data telah dilakukan dalam 2 waktu pada anak kelas 4 pada

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang telah ditetapkan peneliti.

Waktu penelitian dilaksanakan sesuai dengan koordinasi dari pihak sekolah


67

pada bulan April samapi Mei 2019. Peneliti masuk pada jam sebelum

dimulainya jam pelajaran, responden telah dikumpulkan peneliti dalam 1

kelas dengan ruangan tertutup. Peneliti mulai membagikan kuisoner dan

menjelaskan poin-poin pertanyaan dari kuisoner, serta memberikan instruksi

untuk mengerjakan secara bersama dengan waktu maksimal 20 menit.

Pengisian kuisoner oleh responden ditemani oleh tim dari peneliti yang

berjumlah 8 orang. Tim peneliti adalah mahasiswa dari Fakultas Keperawatan

Universitas Airlangga semester 8, yaitu Itsnaini, Fina, Ucik, Lilik, Faza,

Wahyu, dan Lusi. Kuisoner yang telah di isi dikembalikan kepada peneliti,

namun peneliti menginstruksikan responden mengecek kembali apakah

kuisoner sudah terisi semua. Kuisoner yang telah diisi responden di teliti

kembali oleh peneliti, setelah diketahui data sudah lengkap peneliti

memberikan intervensi penelitian menggunakan media minimovie. Setelah

selesai pemutaran minimovie, dilakukan review ulang mengenai isi dan

makna serta dilakukan tanya jawab tentang hal-hal yang berkaitan dengan

minimovie tersebut. Di akhir sesi penelitian, peneliti memberikan souvernir

berupa pin dan bolpoin pada responden.

4.8 Analisis Data

Analisis data merupakan teknik pengolahan data penelitian yang dapat

membantu dalam pembacaan hasil akhir penelitian. Tahapan awal analisis data

adalah mengumpulkan data kemudian dilakukan perhitungan berdasarkan

subvariabel yang diteliti, setelah itu melihat distribusi data dengan menggunakan

uji normalitas. Setelah data diketahui hasil uji normalitasnya dan didapatkan

bahwa data memiliki distribusi yang tidak nomal sehingga dilanjutkan dengan
68

melakukan Uji statistik Mann-Whitney. Uji statistik ini digunakan untuk

mengetahui signifikansi pengaruh media terhadap dua variabel yang tidak

berpasangan dengan skala ordinal. Tanda positif (+) menunjukkan arah hubungan

positif yang berarti bahwa apabila variabel independen tinggi maka variabel

dependen juga tinggi sedangkan tanda (-) menunjukkan arah hubungan negatif

yang berarti bahwa jika variabel independen tinggi maka variabel dependen turun

dan sebaliknya. Tingkat kematangan emosi dan pengetahuan anak merupakan

variabel dengan skala data ordinal. Selanjuntnya dilakukan uji statistik Wilcoxon

Rank, untuk menguji perbedaan signifikan subjek dikelompok perlakuan sebelum

diberikan intervensi dan setelah diberikan intervensi. Langkah-langkah yang

dilakukan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:

1. Editing merupakan pemeriksaan kebenaran pengisian data oleh responden pada

kuesioner yang telah diisi.

2. Scoring merupakan perhitungan jawaban responden yang telah diisi pada

kuesioner dari berbagai variabel penelitian yang tersusun dalam beberapa

kriteria sehingga dapat dihitung menjadi kategori yang jelas dan berbeda.

3. Coding merupakan pemberian kode pada masing-masing kelompok atau jenis

data dalam jenis data dalam kuesioner yang telah diisi oleh responden.

4. Entry adalah memasukkan data penelitian yang telah diberi kode dan

dipindahkan ke dalam computer.


69

4.9 Kerangka Kerja

Seluruh anak kelas 4 yang belajar di Sekolah Dasar


berjumlah 217 siswa
Simple
Random
Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi Samping
ada 42 kelompok perlakuan dan 43 kelompok kontrol.

Kelmopok Perlakuan Kelompok Kontrol

Pengumpulan data kuisoner pra-test Pengumpulan data kuisoner post-test


oleh kelompok perlakuan oleh kelompok kontrol

Pemberian intervensi media


minimovie

Review dan sesi tanya jawab


mengenai minimovie

Pengumpulan data kuisoner post-test


oleh kelompok perlakuan

Analisis Data: Uji statistik Wilcoxon Analisis Data: Uji statistik Man
pada kelompok perlakuan sebelum dan Whitney pada kelompok kontrol dan
sesudah diberi intervensi. perlakuan

Penyajian hasil

Gambar 4.2 Kerangka Kerja Pengaruh Media Minimovie terhadap Tingkat


Pengetahuan Pencegahan Kekerasan Seksual dan Tingkat
Kematangan Emosi pada Anak Usia Sekolah.
70

4.10 Masalah Etik

4.10.1 Lembar persetujuan (informed consent)

Informasi mengenai maksud dan tujuan penelitian yang diberikan kepada

responden penelitian harus jelas dan lengkap. Responden memiliki hak untuk

berpartisipasi dalam penelitian ataupun menolak menjadi responden penelitian.

4.10.2 Tanpa nama (anonimity)

Nama responden penelitian tidak disertakan pada lembar kuesioner. Hal

tersebut bertujuan untuk menjaga identitas pribadi responden yang bersedia untuk

ikut penelitian. Peneliti menjaga data responden dengan melakukan koding yaitu

memberikan kode untuk masing-masing responden penelitian.

4.10.3 Kerahasiaan (confidentiality)

Kerahasiaan informasi terkait responden penelitian dijamin oleh peneliti.

Hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian.

4.11 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian yang dialami peneliti dalam melaksanakan penelitian

antara lain:

Bahasa yang digunakan dalam kuesioner masih ada yang sulit dimengerti oleh

responden, sehingga peneliti harus memberikan penjelasan atau gambaran berupa

contoh yang lebih mudah dimengerti.

1. Penelitian yang dilakukan peneliti pada kedua kelompok tidak homogen atau

memiliki distribusi data yang tidak normal.


71

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan hasil penelitian dan pembahasan pengaruh media

minimovie terhadap tingkat pengetahuan pencegahan kekerasan seksual dan

tingkat kematangan emosi pada anak usia sekolah. Hasil penelitian ini meliputi:

1. Gambaran umum lokasi penelitian

2. Karakteristik demografi responden

3. Variabel yang diukur berkaitan dengan pengaruh media minimovie terhdap

tingkat kematangan emosi dan pengetahuan anak Sekolah Dasar dalam

upaya mencegah kekerasan seksual.

Data yang diperoleh selanjutnya dilakukan pembahasan setelah dianalisis dengan

menggunakan uji statistik Wilcoxon Rank Test untuk mengetahui perbedaan yang

signifikan subjek dikelompok perlakuan sebelum diberikan intervensi dan setelah

diberikan intervensi dan uji statistik Mann Whitney untuk mengetahui signifikansi

pengaruh media terhadap dua variabel yang tidak berpasangan (kelompok kontrol

dan kelompok perlakuan).

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol di

Surabaya. Lokasi kelompok perlakuan merupakan daerah ekslokalisasi, tepatnya di

wilayah Kecamatan Sawahan, Surabaya dan berdiri sejak tahun 1977. Terciptanya

sekolah yang berprestasi, berimtaq, mandiri, dan nyaman adalah visi sekolah
72

kelompok perlakuan. SD pada kelompok perlakuan adalah salah satu sekolah negeri

favorit yang berada di Kecamatan Sawahan Surabaya. Jumlah kelas pada kelompok

perlakuan terdiri dari kelas I hingga kelas VI. Distribusi siswa di masing-masing

tingkatan kelas dibagi menjadi kelas A sampai kelas C. Pengambilan data awal

responden, peneliti melakuakan survei untuk menentukan responden pada kelas IV,

karena pada saat dilakukan penelitian kelas VI sudah lulus, tidak akan berada di

tempat penelitian dan untuk kelas V memiliki jadwal yang cukup padat untuk

tambahan pelajaran dan persiapan lomba yang sebagian besar siswa nya kelas V.

Atas dasar itulah peneliti mengambil kelas IV sebagai responden penelitian.

Responden kelompok perlakuan pada penelitian ini sebanyak 42 dari kelas A, B,

dan C.

Sekolah Dasar pada kelompok perlakuan memberikan pengajaran budi

pekerti dan budaya dilingkungan sekitar melalui pelajaran PPKN. Pelajaran bagi

siswa kelas IV pada kelompok perlakuan akan dimulai jam 11.00 sampai 15.00

(Senin-Kamis, Sabtu) dan jam 10.30 (Jumat). Ekstrakulikuler pada kelompok

perlakuan antara lain sepak bola, drum band, tari remo, dan pramuka. Pendidikan

tentang kemandirian dalam mencegah kekerasan seksual baik dari pihak sekolah

maupun institusi kesehatan belum pernah ada.

Lokasi kelompok kontrol merupakan daerah ekslokalisasi, tepatnya di

wilayah Kecamatan Sawahan, Surabaya dan beridiri sejak tahun 1969. Unggul,

terampil dalam bidang akademik dan non akademik, unggul dalam prestasi dan

pengembangan lingkungan yang asri dan sehat serta luhur dalam budi pekerti

adalah visi sekolah kelompok kontrol. Sekolah Dasar pada kelompok kontrol

merupakan sekolah yang telah lama berdiri dan memiliki berbagai prestasi. Jumlah
73

kelas pada kelompok kontrol terdiri dari kelas I hingga kelas VI. Distribusi siswa di

masing-masing tingkatan dibagi menjadi kelas A sampai C. Keunggulan luasnya

sekolah yang besar pada kelompok kontrol mempengaruhi jam belajar di sekolah

kelompok kontrol lebih lama di bandingkan SD lain. Pelajaran dimulai jam 07.30-

12.00 (senin-kamis), jam 07.00-11.00 (jumat-sabtu). Responden kelompok kontrol

pada penelitian ini sebanyak 43 dari kelas A, B, dan C.

Sekolah pada kelompok kontrol memberikan pengajaran budi pekerti dan

budaya dilingkungan melalui pelajaran Agama, PPKN, dan di ekstrakulikuler lain.

Ekstrakulikuler pada kelompok kontrol antara lain batik, samroh, komputer,

pramuka, lukis, dan dokter kecil. Kegiatan ekstrakulikuler dilaksankan hari jumat

dan sabtu, karena jam pulang yang lebih awal. Pendidikan tentang kemandirian

dalam mencegah kekerasan seksual baik dari pihak sekolah maupun institusi

kesehatan belum pernah ada.

5.1.2 Karakteristik Demografi Responden

Karakteristik demografi responden meliputi usia dan jenis kelamin.

Tabel 5.1 Karakteristik Demografi Siswa Kelompok Perlakuan dan Kelompok


Kontrol (April-Mei 2019).
Karakteristik Katagori Kelompok Kelompok Total %
Responden Perlakuan Kontrol
f % f %
Usia 9 Tahun 4 9,5 0 0 4 4,7
10 Tahun 32 76,2 34 79,0 66 77,6
11 Tahun 4 9,5 9 21,0 13 15,2
12 Tahun 2 4,8 0 0 2 2,5
Total 42 100,0 43 100,0 85 100,0
Jenis Kelamin Perempuan 25 59,5 17 39,5 43 50,6
Laki-laki 17 40,5 26 60,5 42 49,4
Total 42 100,0 43 100,0 85 100,0

Tabel 5.1 menunjukan bahwa distribusi responden berdasarkan usia pada

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebagian besar berusia 10 tahun, yaitu

berturut-turut 32 responden (76,2%) dan 34 responden (79%).


74

Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dari masing-masing

kelompok perlakuan sebagian besar anak perempuan, yaitu sebanyak 25

responden (59,5%) dan laki-laki yaitu 17 responden (40,5%). Sedangkan

responden kelompok kontrol sebagian besar adalah laki-laki sebanyak 26

responden (60,5%), serta sebagiannya lagi anak perempuan sebanyak 17

responden (39,5%).

5.1.3 Variabel yang Diukur

Variabel yang diukur yaitu pengaruh media minimovie terhdap tingkat kematangan

emosi dan tingkat pengetahuan pada anak Sekolah Dasar di Surabaya.

1. Perbedaan pre-test dan post-test tingkat pengetahuan pencegahan kekerasan

seksual kelompok perlakuan sebelum dan sesudah pemberian media

minimovie

Tabel 5.2 Distribusi Parameter Tingkat Pengetahuan Pencegahan Kekerasan


Seksual pada Responden Kelompok perlakuan
No Parameter Pre test Post test Selisih
pengetahuan Min Max Mean SD Min Max Mean SD
pencegahan
1 Tanggung jawab 2 6 17,86 2,226 4 6 20,52 1,612 2,66
diri
2 Melakukan 1 6 16,52 2,54 4 6 20,64 1,665 4,12
antisipasi
terhadap
perlindungan
diri
3 Memahami 7 18 57,26 4,722 15 21 69,98 4,314 12,72
mana yang
benar dan salah

Tingkat pengetahuan Pre-test Post-test


No
pencegahan f % f %
1 Rendah 5 11,9 0 0
2 Tinggi 37 88,1 42 100
Total 42 100 42 100
Wilcoxon Rank Test p = 0,025
75

Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan data mean dan standar deviasi dari

parameter tingkat pengetahuan pencegahan anak kelompok perlakuan sebelum

dan sesudah diberikan media minimovie. Semua parameter pada tingkat

pengetahuan mengalami peningkatan, peningkatan yang terjadi paling besar yaitu

pada pemahaman mana yang benar dan salah dengan bersikap objektif sebelum

mengungkapkan emosi naik 12,72 dari 57,26 menjadi 69,98. Tingkat pengetahuan

anak pada kelompok perlakuan sebelum pemberian media minimovie sesuai

parameter yang telah diukur terlihat bahwa sebagian responden memiliki tingkat

pengetahuan kategori tinggi sebanyak 37 responden (88,1%) dan setelah

pemberian media minimovie tingkat pengetahuan pencegahan kekerasan seksual,

khususnya pada parameter pemahaman hal yang benar dan salah pada semua

responden mengalami perubahan menjadi kategori tinggi sebanyak 42 responden

(100%).

Uji statistik dengan Wilcoxon Rank Test didapatkan nilai p=0,025 (p<0,05),

menunjukan adanya perbedaan yang signifikan pengaruh media minimovie

terhadap tingkat pengetahuan pencegahan kekerasan seksual pada kelompok

perlakuan.
76

2. Perbedaan pre-test dan post-test tingkat kematangan emosi anak kelompok

perlakuan sebelum dan sesudah pemberian media minimovie

Tabel 5.3 Distribusi Parameter Tingkat Kematangan Emosi pada Responden


Kelompok perlakuan
No Parameter Pre test Post test Selisih
Kematangan Emosi Min Max Mean SD Min Max Mean SD
1 Pemahaman diri 7 11 8,88 0,968 7 11 9,02 1,024 0,14
anak yang
berkembang ke arah
mandiri
2 Memahami 8 18 14,57 1,977 14 20 17,36 1,679 2,79
penggunaan fungsi
krisis mental
3 Kontrol emosi 10 15 12,88 1,234 10 16 14,36 1,265 1,48

Tingkat kematangan Pre-test Post-test


No emosi anak f % f %
1 Rendah 0 0 0 0
2 Sedang 21 50 4 9,5
3 Tinggi 21 50 38 90,5
Total 42 100 42 100
Wilcoxon Rank Test p = 0,000

Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan data mean dan standar deviasi dari

parameter tingkat kematangan emosi anak di kelompok perlakuan sebelum dan

sesudah diberikan media minimovie. Semua parameter pada tingkat kematangan

emosi mengalami peningkatan, peningkatan yang terjadi paling besar yaitu pada

penggunaan fungsi krisis mental anak dengan bersikap objektif sebelum

mengungkapkan emosi naik 2,79 dari 14,57 menjadi 17,36. Tingkat kematangan

emosi anak pada kelompok perlakuan sebelum pemberian media minimovie sesuai

parameter yang telah diukur terlihat bahwa 21 responden memiliki tingkat

kematangan emosi kategori sedang (50%), dan tingkat kematangan emosi dalam

kategori tinggi sebanyak 21 responden (50%).

Tingkat kematangan emosi anak terdiri dari tiga kategori, yaitu tinggi, sedang,

dan rendah. Sebagian besar responden pada kelompok perlakuan setelah diberikan
77

intervensi melalui media minimovie, tingkat kematangan emosi khususnya pada

parameter pemahaman penggunaan fungsi krisis mental mengalami perubahan

menjadi kategori tinggi pada 38 responden (90,5%).

Uji statistik dengan Wilcoxon Rank Test didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05),

menunjukan bahwa adanya perbedaan yang signifikan pengaruh media minimovie

terhadap tingkat kematangan emosi anak pada kelompok perlakuan.

3. Pengaruh media minimovie terhadap tingkat pengetahuan pencegahan

kekerasan seksual pada anak kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

Tabel 5.4 Distribusi pada Post-test Kuisoner Tingkat Pengetahuan Pencegahan


Kekerasan Seksual (CKAQ) pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok
Kontrol
No Katagori Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
f % f %
1 Rendah 0 0 6 14
2 Tinggi 42 100 37 86
Total 42 100 43 100
Mann Whitney Test p = 0,000

Tabel 5.4 menunjukan bahwa tingkat pengetahuan siswa kelas IV kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol terdiri dari dua katagori, yaitu rendah dan tinggi.

Tingkat pengetahuan pencegahan kekerasan seksual responden pada kelompok

perlakuan memiliki tingkat pengetahuan pencegahan yang lebih tinggi, yaitu 42

responden (100%), sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 37 responden

(86%).

Uji statistik dengan Mann-Whitney U Test didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05),

menunjukan adanya pengaruh yang signifikan media minimovie terhadap tingkat

pengetahuan pencegahan kekerasan seksual antara siswa kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol “H1 diterima”.


78

4. Pengaruh media minimovie terhadap tingkat kematangan emosi anak

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

Data dibawah ini menguraikan tentang tingkat kematangan emosi:

Tabel 5.5 Distribusi pada Post-test Kuesioner Tingkat Kematangan Emosi pada
Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol
No Tingkat kematangan Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
emosi anak f % f %
1 Rendah 0 0 0 0
2 Sedang 4 9,5 13 30,2
3 Tinggi 38 90,5 30 69,8
Total 42 100 43 100
Mann Whitney Test p = 0,000

Tabel 5.5 menunjukan bahwa tingkat kematangan emosi siswa kelas IV

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol terdiri dari tiga katagori, yaitu rendah,

sedang, dan tinggi. Tingkat kematangan emosi responden pada kelompok

perlakuan memiliki tingkat kematangan emosi yang lebih tinggi, yaitu 38

responden (90,5%), sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 30 responden

(69,8%).

Uji statistik dengan Mann-Whitney U Test didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05),

menunjukan adanya pengaruh yang signifikan media minimovie terhadap tingkat

kematangan emosi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol “H1

diterima”.
79

5.2 Pembahasan

Bagian ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian Pengaruh Media

Minimovie terhadap Tingkat Pengetahuan Pencegahan Kekerasan Seksual dan

Tingkat Kematangan Emosi Anak Usia Sekolah pada Kelompok Perlakuan dan

Kelompok Kontrol.

5.2.1 Pengaruh Media Minimovie terhadap Tingkat Pengetahuan

Pencegahan pada Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol

Media minimovie memiliki pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan

anak dalam upaya mencegah kekerasan seksual. Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan pada kelompok perlakuan sebelum diberikan minimovie sebagian

responden memiliki tingkat pengetahuan pencegahan kategori tinggi dan setelah

diberikan media minimovie semua responden memiliki kategori tinggi, sesuai

tabel 5.2. Pentingnya pengetahuan pencegahan kekerasan seksual yang diberikan

pada anak untuk mencegah kekerasan seksual merupakan dukungan awal yang

dapat diberikan melalui program pencegahan untuk meningkatkan fokus perhatian

terhadap sesuatu dalam upaya melindungi anak dari bahaya kekerasan seksual

(Tutty, 1995). Peningkatan pengetahuan pencegahan kekerasan seksual pada anak

dapat menanamkan sikap waspada yang dilakukan dengan tujuan untuk

memberikan perubahan perilaku pada anak dalam upaya mencegah terjadi

kekerasan seksual. Pemberian informasi melalui media minimovie, dapat menjadi

stimulus yang kuat untuk meningkatkan pengetahuan dan memberikan perubahan

sikap pada responden. Hal ini sejalan dengan penelitian yang membahas efek dari

suatu komunikasi adalah perubahan sikap dan akan tergantung sejauh komunikasi
80

itu dapat diperhatikan, dipahami, dan diterima (Azwar, 2013). Pengetahuan

pencegahan kekerasan seksual yang didapat melalui media minimovie dalam

promosi kesehatan dapat memberikan informasi bagi responden dan menjadi

domain terpenting agar terbentuknya perilaku dan rasa waspada untuk diri di

lingkungan sekitar dalam upaya mencegah terjadinya kekerasan seksual.

Pentingnya media minimovie sebagai alat promosi kesehatan dalam penelitian ini

adalah perubahan tingkat pengetahuan pada responden dalam melakukan upaya

pencegahan terhadap kekerasan seksual.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan Mann-Whitney U Test menunjukan

bahwa media minimovie berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan pada anak

dalam upaya mencegah kekerasan seksual, sesuai dengan tabel 5.4. Media

minimovie menurut penelitian American Psychological Association (APA) media

audio visual dalam pembelajaran yang bermutu akan mempengaruhi perilaku baik

seseorang, dan tayangan tidak bermutu dapat memberikan dampak buruk (Milla,

2002). Pesan yang telah disampaikan dalam film pendek melalui pendengaran dan

penglihatan akan memiliki daya tarik lebih, sehingga stimulus akan memberikan

pengetahuan yang baik untuk membangkitkan tingkah laku anak dan mempelajari

sumber lain. Individu yang telah menerima stimulus selanjutnya akan meberikan

pengetahuan kesadaran dalam dirinya, sehingga dengan adanya pengetahuan

pencegahan kekerasan seksual anak memiliki kesadaran akan bahaya dan dampak

dari kejahatan kekerasan seksual yang terjadi disekitar lingkungan, anak akan

memiliki rasa waspada yang baik dan dapat menciptakan sikap yang baik pula

dalam melakukan upaya pencegahan terjadinya kekerasan seksual.


81

Teori Health Promotion Model memiliki tujuan untuk memberikan

intervensi dalam mempromosikan gaya hidup sehat untuk mengubah perilaku,

selain itu didalam teori HPM memiliki variabel yang saling mempengaruhi antara

lain karakteristik dan pengalaman individu (perilaku personal dan faktor

personal), kognitif - perilaku spesifik (manfaat tindakan, hambatan tindakan, self

– efficacy, sikap yang berhubungan dengan aktivitas, pengaruh interpersonal dan

pengaruh situasional), komitmen rencana tindakan, kebutuhan yang mendesak,

dan hasil perilaku (Pender, 2011). Pengaruh media minomovie merupakan salah

satu alternatif yang kemungkinan dapat mengubah perilaku yang diharapkan

terjadi pada tingkat pengetahuan pada anak dalam upaya mencegah kekerasan

seksual. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang membahas respon afektif suatu

keompok terhadap perubahan perilaku yaitu emosi atau perasaan yang dirasakan

dalam kegiatan, tindakan diri, dan lingkungan saat kegiatan berlangsung setelah

diberikan intervensi (Safitri, 2016). Media minimovie yang telah diberikan akan

menstimulus pola fikir anak untuk merespon keadaan sekitar yang belum, sedang,

dan sesudah dialami. Sehingga dengan adanya pemberian media minimovie anak

dapat menerapkan pengetahuan pencegahan kekerasan seksual yang diterima

melalui sikap dan tindakan yang diharapkan dalam upaya mencegah kekerasan

seksual. Hal ini menunjukan bahwa program pemberian media minimovie

terhadap peningkatan pengetahuan dalam upaya mencegah kekerasan seksual

pada anak dibutuhkan.

Pemberian minimovie pada responden kelompok perlakuan terhadap

peningkatan pengetahuan pencegahan kekerasan seksual memiliki kelebihan

untuk menumbuhkan rasa kewaspadaan pada anak dalam upaya mencegah


82

kekerasan seksual sesuai dengan tahap usia. Sikap yang muncul dalam diri anak

merupakan hasil dari informasi yang didapat setelah melakukan penginderaan

terhadap suatu objek melalui panca indera manusia meliputi indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan telinga (Notoatmodjo, 2014). Media audio

visual seperti minimovie ini dapat menjadi alat yang dapat membantu anak dalam

menstimulasi indera penglihatan maupun indera pendengaran saat terjadi proses

penerimaan pesan, sehingga pesan yang disampiakan menjadi lebih menarik dan

mudah dipahami. Tingkat pengetahuan seorang anak dalam menilai situasi inilah

yang dapat mempengaruhi perilaku suatu individu nantinya dalam upaya

mencegah kekerasan seksual yang sering terjadi.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui hasil uji dari Uji statistik Wilcoxon

Rank Test menunjukan adanya perbedaan antara tingkat pengetahuan pencegahan

kekerasan seksual pada kelompok intervensi saat pre test dan post test. Hasil

penelitian menunjukan bahwa sebelum diberikan intervensi media minimovie

sebagian responden kelompok perlakuan telah memiliki tingkat pengetahuan

pencegahan kategori tinggi, sedangkan setelah diberikan intervensi minimovie

tingkat pengetahuan pencegahan semua responden kelompok perlakuan berubah

menjadi kategori tinggi, sesuai data yang ada pada tabel 5.4. Peningkatan

pengetahuan pencegahan pre-test ke post-test terjadi pada 5 responden yang

memiliki peningkatan skor dan kategori tingkat pengetahuan pencegahan yang

tinggi, sehingga menunjukan bahwa adanya informasi baru yang diperoleh setelah

pengamatan dari media yang diberikan. Sejalan dengan teori yang disampaikan

oleh Notoatmodjo bahwa pengetahuan dapat meningkat dengan baik apabila

stimulus yang diberikan diterima dengan baik (Asfar, 2018). Sehingga informasi
83

mengenai kekerasan seksual yang telah didapat dari minimovie dapat diterima dan

dipahami anak dengan baik. Hal ini juga sejalan dengan penelitian tentang

pengaruh pendidikan kesehatan dengan media video terhadap perubahan

pengetahuan tentang pencegahan kesehatan reproduksi menunjukkan adanya

perbedaan antara nilai pre-test dan post-test (Handayani, 2017). Peningkatan

parameter pengetahuan pencegahan yang terjadi pada ke 5 responden setelah

diberikan post-test, yaitu pemahaman anak mengenai hal yang benar dan salah.

Selain itu, dengan adanya peningkatan pengetahuan pencegahan kekerasan

seksual pada kelompok perlakuan diharapkan dapat meningkatkan rasa

kewaspadaannya dalam melindungi diri dari bahaya kekerasan seksual yang dapat

terjadi dilingkungan sekitar.

Berdasarkan perubahan parameter pada pengetahuan pencegahan kekerasan

seksual pada anak paling besar terjadi pada kemampuan anak dalam mamahami

hal yang benar dan salah, sesuai dengan tabel 5.2. Tingkat pengetahuan

pencegahan kekerasan seksual dapat diukur berdasarkan 3 karakteristik, yaitu

memiliki rasa tanggung jawab dan hak untuk melawan seseorang yang dapat

membahayakan diri, melakukan antisipasi perlindungan diri dengan baik, dan

memahami hal yang benar dan salah (Tutty, 2003). Kemampuan anak yang baik

dalam memahami hal yang benar dan salah dapat mempengaruhi parameter lain

dari tingkat pengetahuan anak dalam menghadapi masalah kekerasan seksual yang

dapat terjadi di lingkungan sekitar. Sehingga perlunya pengetahuan pencegahan

kekerasan seksual diharapkan anak mendapat informasi yang akurat dalam

meningkatkan rasa waspada dalam diri. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

membahas rasa kewaspadaan anak terhadap bahaya kekerasan seksual didapat


84

melalui suatu video yang ditayangkan di komputer untuk meningkatkan

pengetahuan dan didapatkan adanya perubahan perilaku setelah diberikan

intervensi (Davies et al., 2013). Tingkat pengetahuan pencegahan yang baik pada

anak mengenai kekerasan seksual dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab atas

kepemilikan tubuhnya sendiri untuk melawan seseorang yang dapat

membahayakan dirinya, dan anak dapat memiliki kemampuan antipsipasi untuk

melindungi diri dari kejahatan kekerasan seksual dilingkungan.

5.2.2 Pengaruh Media Minimovie terhadap Tingkat Kematangan Emosi

Anak Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol

Media minimovie memiliki pengaruh terhadap peningkatan kematangan emosi

anak dalam upaya mencegah kekerasan seksual. Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan pada responden kelompok perlakuan sebelum diberikan

minimovie memiliki tingkat kematangan emosi kategori sedang dan menjadi

kategori tinggi setelah diberikan minimovie, sesuai tabel 5.3. Selain itu, hasil uji

statistik Mann-Whitney U Test menunjukan adanya pengaruh media minimovie

terhadap tingkat kematangan emosi anak dalam upaya mencegah kekerasan

seksual, sesuai pada tabel 5.5. Minimovie merupakan suatu gambar dan suara yang

ditampilkan dengan digerakan secara mekanik elektronis sehingga menghidupkan

keadaan dari ilusi pergerakan (Santosa, S., 2013). Dampak pemberian minimovie

sebagai metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran berupa animasi

dapat menstimulasi dan menarik perhatian individu, sehingga dapat

mempengaruhi pola pemikiran dalam memotivasi belajar. Hasil penelitian yang

telah dilakukan menurut Edgar Dale diagram cone of learning menekankan


85

pentingnya media untuk anak dalam pendidikan, yaitu informasi yang didapat

melalui media pendengaran dan penglihatan sebagian besar dapat di ingat

(Setiawan, 2016). Teori Piaget menjelaskan bahwa anak di usia Sekolah Dasar 7-

12 tahun mulai berkembang ke arah yang lebih konkret pada kemajuan kognitif

yang menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara

kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya (Yuli dan

Maria, 2010). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan

membahas adanya sebagian besar pengaruh pemanfaatan media massa elektronik

audio visual yang memberikan pengaruh terhadap pembentukan karakter siswa

lebih kritis dalam menyikapi dan menyelasaikan masalah yang terjadi di

lingkungan (Wahyuningtyas, 2017). Berdasarkan penelitian hampir semua

responden mengatakan sangat setuju ketika ditanya takut dan pergi ketika bertemu

dengan orang yang tidak dikenal, serta melindungi tubuh merupakan tanggung

jawab diri yang harus dilakukan. Contoh pada responden no 12 setelah diberikan

intervensi menunjukan peningkatan dari kategori sedang menjadi tinggi, salah

satunya pada parameter pemahaman penggunaan fungsi krisis mental. Responden

menyetujui bahwa berkata jujur sangat penting, karena mereka percaya jujur

membuat segalanya menjadi lebih mudah dan tidak sendirian dalam menjalani

kehidupan. Berdasarkan hal tersebut, tenaga pengajar Sekolah Dasar dapat

mengimplementasikan pemberian media minimovie terhadap tingkat kematangan

emosi anak sebagai langkah pencegahan terjadinya kekerasan seksual. Minimovie

digunakan untuk mendapatkan umpan balik atau respon dari stimulus responden

dalam memahami situasi yang dapat terjadi disekitarnya, sehingga proses

pemberian minimovie pada anak dapat memicu terjadinya proses pembentukan


86

kematangan emosi yang baik pada setiap responden dalam upaya mencegah

kekerasan seksual. Media minimovie memberikan suatu gambaran yang terlihat

nyata dengan tujuan untuk menstimulasi diri anak, agar ikut dalam cerita dalam

film pendek tersebut dan menerapkan di dunianya.

Hasil penelitian menunjukan tingkat kematangan emosi pada anak

kelompok perlakuan mengalami kenaikan sebelum dan sesudah diberikan

intervensi, namun terdapat 4 orang anak yang tetap memiliki kategori kematangan

emosi tingkat sedang, sesuai pada tabel 5.3. Sesuai hasil pengisian kuisoner yang

dilakukan oleh responden pada kelompok perlakuan menunjukan bahwa

responden yang memiliki tingkat kematangan emosi tingkat sedang meskipun

telah diberikan intervensi, yaitu responden yang berumur 9 tahun. Kematangan

emosi yang baik adalah kemampuan dan kesanggupan individu merespon dan

mengontrol emosi dengan baik secara kritis untuk menyelesaikan tantangan hidup

(Yuli dan Maria, 2010). Kematangan emosi yang baik yaitu ketika anak dapat

memahami apa yang dirasakan dengan memberikan respon yang tepat terhadap

lingkungan sekitar, memahami kondisi yang terjadi sebelum mengungkapkan

emosinya, dan mengontrol emosi dalam dirinya agar tidak memberikan dampak

negatif bagi orang lain. Sedangkan kematangan emosi pada anak yang kurang

baik adalah anak yang belum mampu menilai situasi secara kritis dengan

kemampuan mengontrol dan mengendalikan emosi sesuai dengan perkembangan

emosi di tahap usia. Meskipun responden pada kelompok perlakuan yang berusia

9 tahun masih memiliki tingkat kematangan emosi sedang setelah diberikan

intervensi, namun sebagian besar responden tersebut mengalami peningkatan pada


87

parameter pemahaman penggunaan fungsi krisis mental, hanya saja hasil skoring

kuisoner yang diisi responden belum mencukupi kategori tinggi.

Hasil penelitian post-test kelompok perlakuan menunjukan bahwa

sebagian besar responden memiliki tingkat kematangan emosi yang tinggi

meskipun tidak diberikan minimovie. Berdasarkan distribusi responden jenis

kelamin pada tabel 5.1 pada kelompok kontrol menunjukan bahwa jumlah

responden jenis kelamin laki-laki lebih besar dari responden perempuan, hal inilah

yang dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kematangan

emosi anak dalam upaya mencegah kekerasan seksual. Tingkat kematangan emosi

sesuai dengan teori Hurlock (1980) dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti

pola asuh orang tua, jenis kelamin yang sering terjadi pada anak perempuan

karena memiliki perilaku prososial, usia, dan lingkungan (Yuli dan Maria, 2010).

Tingginya tingkat kematangan emosi responden kelompok kontrol dapat

dikarenakan jenis kelamin responden dan lingkungan sekolah. Hal ini juga sejalan

dengan hasil penelitian yang membahas pencegahan kekerasan seksual melalui

gambaran terhadap pemahaman anak menunjukan bahwa anak laki-laki lebih

mudah memahami pendidikan seksual dibandingkan anak perempuan

(Permatasari, 2017). Anak perempuan memiliki sifat yang mudah merasa tidak

nyaman jika orang lain mengalami kesusahan, sehingga dapat dijadikan

keuntungan bagi pelaku tindak kekerasan untuk membohongi anak dalam

melakukan aksinya. Lingkungan sekolah yang dapat menjadi pengaruh dalam

upaya mencegah tindak kekerasan seksual, seperti luas tanah yang besar pada

sekolah dapat memberikan fasilitas ruangan kelas yang mencukupi bagi waktu

belajar anak disekolah sehingga materi yang diberikan kepada anak-anak dapat
88

lebih matang dan diterima oleh anak. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa

responden kelompok perlakuan akan memiliki tingkat kematangan emosi yang

sebanding dengan kelompok kontrol, karena kontrol emosi, pemahaman diri, dan

penggunaan fungsi krisis mental seseorang tidak hanya didapat melalui

pendidikan disekolah. Keluarga dan media promosi kesehatan di lingkungan

masyarakat juga dapat mempengaruhi tingkat kematangan emosi anak, sehingga

responden pada kelompok perlakuan dapat mengetahui bagaimana cara

meningkatkan kematangan emosi yang lebih baik dalam hal upaya mencegah

kekerasan seksual di lingkungan sekitar.

Berdasarkan perubahan parameter pada tingkat kematangan emosi anak

paling besar yaitu pemahaman krisis mental pada kelompok perlakuan,

mengalami kenaikan paling tinggi dibandingkan karakteristik kematangan emosi

lain, sesuai pada tabel 5.3. Tingkat kematangan emosi memiliki karakteristik yang

telah diukur berupa pemahaman diri anak yang berkembang ke arah mandiri,

memahami fungsi krisis mental, dan kontrol emosi dalam menerima situasi dan

mampu merespon dengan tepat. Pemahaman diri pada anak dapat dikatakan baik

ketika anak dapat mengetahui suasana hati yang sedang dirasakan saat

menghadapi suatu masalah dan memberikan respon pada situasi yang sedang

dihadapi dan kontrol emosi yang baik yaitu ketika anak dapat mengontrol

emosinya saat menerima apa yang telah terjadi dengan respon yang baik.

Penggunaan fungsi krisis mental pada individu dikatakan baik ketika individu

memiliki pemikiran yang bersifat objektif dalam memahami kondisi

dilingkungan, dan sebelum mengungkapkan emosi dalam diri (Moshahid, 2017).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Sekolah Dasar, menyaatakan
89

bahwa anak usia Sekolah Dasar telah memiliki kemampuan membedakan dan

memahami hal yang bersifat sementara dan tetap, selain itu di usia Sekolah Dasar

anak dapat menilai sesuatu dari sudut pandang orang lain (Desmita, 2010).

Karakteristik penggunaan fungsi krisis mental yang baik pada individu memiliki

pengaruh besar terhadap karakteristik lain dari tingkat kematangan emosi anak

dalam upaya mencegah kekerasan seksual. Sehingga ketika anak menghadapi

situasi secara nyata anak dapat menggunakan fungsi krisis mentalnya, yaitu

dengan berfikir secara masuk akal dan memahami perasaan yang dirasakan dalam

dirinya. Pemikiran yang dilakukan secara objektif atau masuk akal ini dapat

mempengaruhi bagaimana individu mengontrol emosi dalam dirinya, dengan

melihat situasi atau masalah yang terjadi disekitar dan berfikir tidak berdasarkan

sudut pandang pribadi dalam mengungkapkan emosinya. Sehingga emosi yang

diungkapkan nantinya tidak memberikan dampak negatif bagi orang lain.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui hasil uji dari Uji statistik dengan

Wilcoxon Rank Test didapatkan nilai dengan hasil adanya perbedaan antara tingkat

pengetahuan pencegahan kekerasan seksual pada kelompok intervensi saat pre

test dan post test. Minimovie yang membahas cara mengontrol emosi dalam upaya

mencegah kekerasan seksual memberikan respon adaptif terhadap peningkatan

kematangan emosi anak pada rasa bersalah terhadap perilaku kekerasan seksual

yang terjadi dilingkungan sekitar (Tangney et al., 2004). Hal ini membuat

responden kelompok intervensi lebih termotivasi untuk memperbaiki sikap

sebelumnya menjadi lebih baik dalam meningkatkan kematangan emosinya

dengan mengontrol diri, sehingga tidak merugikan orang lain dalam

mengungkapkan emosi dalam hal upaya mencegah kekerasan seksual. Selain itu,
90

hal ini terjadi karena media minimovie yang diberikan kepada kelompok

intervensi memicu individu dalam mencari informasi dari sumber lain, sejalan

dengan Notoatmodjo (2014) pemberian media sebagai promosi kesehatan akan

mendorong individu untuk mendapatkan informasi, mendalami dan bertukar

informasi dengan hasil akhir mengetahui informasi yang akurat dan lebih baik.
BAB 6

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan

penelitian pengaruh media minmovie terhadap tingkat kematangan emosi

dan pengetahuan anak di Surabaya dalam upaya mencegah kekerasan

seksual adalah sebagai berikut.

1. Media minimovie dapat meningkatkan tingkat pengetahuan anak dalam upaya

mencegah kekerasan seksual. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

menggunakan uji statistik yang telah dilakukan pada responden kelompok

perlakuan setelah diberikan intervensi semua responden memiliki tingkat

pengetahuan pencegahan kekerasan seksual kategori tinggi, ditunjukan adanya

perubahan tingkat pengetahuan pencegahan kekerasan seksual pada kelompok

perlakuan yang meningkat melalui media minimovie terlihat dari 3 parameter

yang telah diukur.


2. Media minimovie dapat meningkatkan tingkat kematangan emosi anak dalam

upaya mencegah kekerasan seksual. Hal ini sesuai dengan hasil uji statistik

yang menunjukan media minimovie memiliki pengaruh yang signifikan dalam

upaya mencegah kekerasan seksual. Pengaruh media minimovie terhadap

tingkat kematangan emosi anak pada kelompok perlakuan dalam upaya

mencegah kekerasan seksual memiliki kategori tinggi, ditunjukan adanya

perubahan tingkat kematangan emosi pada responden kelompok perlakuan

yang meningkat melalui media minimovie terlihat dari 3 parameter yang telah

diukur.

74
75

6.2 Saran

Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan, maka saran yang dapat

diberikan antara lain sebagai berikut.

1. Bagi institusi pendidikan, media minimovie dalam upaya mencegah kekerasan

seksual dapat digunakan sebagai alternative penyampaian informasi

kesehatan karena telah terbukti dapat meningkatkan tingkat kematangan

emosi dan tingkat pengetahuan pencegahan kekerasan seksual pada anak.


2. Bagi subjek penelitian, informasi yang telah didapat melalui minimovie dapat

diterapkan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kematangan emosi dan

pengetahuan pencegahan kekerasan seksual dalam diri anak dapat meningkat

dalam upaya mencegah terjadinya kekerasan seksual.


3. Bagi peneliti lain, dalam melakukan penelitian terkait dengan pengaruh media

minimovie terhadap tingkat pengetahuan pencegahan anak dan tingkat

kematangan emosi dapat menggunakan responden yang memiliki

karakteristik yang sama dengan batasan usia kurang dari 10 tahun.


76

DAFTAR PUSTAKA

Amanda, P. K., & Riski, P. (2016). Menangani Kekerasan Seksual terhadap Anak
dengan Bukti. Jurnal Peradilan Indonesia, 4(Juli).
Andriani, S., Ardianto, D. T., & Srisanto, E. (2017). Perancangan Animasi 2d
Sebagai Antisipasi Kekerasan Seksual Pada Anak Usia 10 – 12 Tahun. Jurnal
Desain Komunikasi Visual Adiwarna, 1. Retrieved from
https://www.neliti.com/id/publications/86379/perancangan-animasi-2d-
sebagai-antisipasi-kekerasan-seksual-pada-anak-usia-10-12
Arifah, S. (2010). Pengaruh pendidikan kesehatan dengan modul dan media visual
terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap wanita dalam menghadapi
menopause (Tesis). Surakarta: Universitas Sebelas Maret., 29(14), 235–246.
Asfar, A. (2018). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan
dan Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi di SMP Baznas Provinsi Sulawesi
Selatan. Journal of Islamic Nursing., (June), 0–1.
https://doi.org/10.1016/j.chiabu.2017.06.006
Asih, G., Maria, M. (2010). Perilaku Prososial ditinjau dari Empati dan
Kematangan Emosi. Jurnal Psikologi, I(1), 33–42.
Azwar, S. (2013). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Elsevier Inc. https://doi.org/10.1016/j.sxmr.2017.12.002
Darmawan, M. (2014). Mengajari Kewaspadaan Kekerasan Seksual Pada Anak.
Indonesian Pediatric Society, 2–5. Retrieved from
http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mengajari-kewaspadaan-
kekerasan-seksual-pada-anak
David Setiawan. (2019). KPAI : 4 . 885 Kasus Pelanggaran Hak Anak.
Davies, P. L., Segalowitz, S. J., & William, J. (2013). Developmental
Neuropsychology Development of Response- Monitoring ERPs in 7- to 25-
Year-Olds, 5641(November), 37–41.
https://doi.org/10.1207/s15326942dn2503
Fauziah, A., Tri, S. (2018). Kekerasan Seksual pada Anak di Indonesia. Prosiding
Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(October), 1–146.
https://doi.org/10.24198/jppm.v2i1.13233
Handayani, L. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Video
Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Pencegahan HIV/AIDS di SMA
Negeri 1 Parigi Kabupaten Pangandaran. unisayogya. Journal of Nursing, 2.
https://doi.org/10.1016/j.childyouth.2018.03.040
Hikmah, S. (2017). Mengantisipasi Kejahatan Seksual terhadap anak melalui
pembelajaran "Aku AnakBerani Melindungi Diri Sendiri”: Studi di Yayasan
al-Hikmah Grobogan Abstrak. Sawwa, 12(April), 187–206.
Ibda, F. (2015). Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget. Jurnal Intelektualita,
3(1), 27–38. https://doi.org/10.3109/02841851.2010.495350
Juwarti. (2015). The Promotion Health Model. Jurnal Pustaka Kesehatan.
KPAI. (2018). Diagram Kekerasan Anak Indonesia.
McKibbin, G., Humphreys, C., & Hamilton, B. (2017). “Talking about child
sexual abuse would have helped me”: Young people who sexually abused
reflect on preventing harmful sexual behavior. Elsavier Child Abuse and
Neglect, 70(June), 210–221. https://doi.org/10.1016/j.chiabu.2017.06.017
77

Milla, M. N. (2002). Pengaruh Terpaan Kekerasan Media Audio ‐ Visual Pada


Kognisi Agresif dan Afeksi Agresif Studi Meta ‐ Analisis. Jurnal Psikologi,
33(2), 1–8.
Moshahid, M. (2017). Emotional maturity and academic achievement of B.Ed
students : A co-relational study. International Journal of Advanced Research
and Development, 2(3), 133–136.
Murni. (2017). Perkembangan Fisik, Kognitif, dan Psikososial pada Masa Kanak-
Kanak awal 2-6 tahun. Jurnal Ilmiah Islam Futura, III, 19–33.
Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan Jakarta: Rineka Cipta.
Elsevier. https://doi.org/10.1016/j.chiabu.2017.10.007
Noviana, I. (2015). Child Sexual Abuse: Impact and Hendling. Pusat Penelitian
Dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Kemnetrian RI, (200), 13–28.
Retrieved from http://www.greenbiz.com/news/2010/10/20/e-waste-
recycling-report-card-hands-out-poor-middling-marks
Nuari, N. A. (2016). Analysis Of Child Sexual Abuse Prevention Behavior By
Parents In School Age Children. Jurnal Ilmu Kesehatan, 5(2203–1433), 1–8.
Nursalam. (2015). Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/3-2Metodologi_Nursalam_EDISI%204-
21%20NOV.pdf
Paramastri, I., Supriyati, & Priyanto, M. A. (2010a). Early Prevention Toward
Sexual Abuse on Children. Jurnal Psikologi, 37(1), 1–12.
https://doi.org/10.22146/jpsi.7688
Paramastri, I., Supriyati, & Priyanto, M. A. (2010b). Early Prevention Toward
Sexual Abuse on Children. Jurnal Psikologi.
https://doi.org/10.22146/jpsi.7688
Pender, N. J. (2011). Health Promotion Model Manual.
https://www.researchgate.net/publication/280228792_Heath_Promotion_Mo
del_Manual
Permana, D. F. W. (2013). Perkembangan Keseimbangan pada Anak Usia 7 s/d 12
Tahun Ditinjau dari Jenis Kelamin. Media Ilmu Keolahragaan Indonesia,
3(1), 25–29. https://doi.org/10.1038/ncomms11147
Permatasari, E., S. G. A. (2017). Gambaran Pemahaman Anak Usia Sekolah Dasar
Tentang Pendidikan Seksual dalam Upaya Pencegahan Kekerasan Seksual
pada Anak. The Indonesian Journal of Health Science, 9(1).
PKPA. (2018). Catatan Perlindungan Anak 2018.
Pujasari, Lucy, dkk. (2010). Psikologi Komunikasi. Yogyakarta: CV Budi Utama
Ranang A. S., dkk. (2010). Animasi Kartun dari Analog sampai Digital. Jakarta
barat: Indeks h.34
Robert, E. Slavin. (2011). Psikologi Pendidikan. Teori dan Oraktuk. Jakarta:
Indeks.
Safitri, A. (2016). Pengaruh Pendidikan Seks Dengan Metode Buzz Group
Terhadap Peran Pendidik Orang Tua Dalam Pencegahan Kekerasan Seksual
Anak. Jurnal Ners Unair.
Santosa, Sowignjo. (2013). Ensiklopedia Seni Budaya; Cara Muda Membuat
Animasi Kartun Keren. Yogyakarta: Taka Publisher
Sari, R., Nulhaqim, S. A., & Irfan, M. (2010). Pelecehan Seksual terhadap Anak.
78

Jurnal UNPAD, 4480, 1–146.


Setiawan, D. (2018). KPAI: Kekerasan Seksual Anak Laki-Laki Meningkat.
Retrieved from https://www.kpai.go.id/berita/kpai-kekerasan-seksual-anak-
laki-laki-meningkat
Setiawan, I. (2016). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Geografi melalui
PengembanganMedia Pendidikan. Jurnal UPI Bandung.
Tangney, J. P. et al. (2004). High Self‐Control Predicts Good Adjustment, Less
Pathology, Better Grades, and Interpersonal Success. Journal of Personality,
(October). https://doi.org/10.1016/j.wsif.2018.04.004
Tutty, L. M. (1995). The revised Children’s Knowledge of Abuse Questionnaire:
Development of a Measure of Children’s Understanding of Sexual Abuse
Prevention Concepts. Journal Consulting and Clinical Psychological, 19.
Wahyuningtyas, P. (2017). Pengaruh Pemanfaatan Media Massa Elektronik
Audiovisual Terhadap Karakter Peserta Didik Kelas IV Mi Al-Jihad
Karanggebang Jetis Ponorogo Tahun Pelajaran. Jurnal Kependidikan Dan
Kemasyarakatan, 1–107.
Yus, Anita. (2011). Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Adhitya
Andrebina Agung.
Zubaedi. (2015). Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam
Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana
79

Lampiran 1

PROGRAM KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PENJELASAN PENELITIAN BAGI RESPONDEN PENELITIAN

1. Judul Penelitian
Pengaruh Media Minimovie terhadap Tingkat Pengetahuan Pencegahan
Kekerasan Seksual dan Tingkat Kematangan Emosi pada Anak Usia Sekolah
2. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Menjelaskan pengaruh minimovie terhadap kematangan dan Pengetahuan
anak di Surabaya dalam upaya pencegahahan kekerasan seksual pada anak.
b. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan pengaruh minimovie terhadap tingkat kematangan anak
dalam upaya pencegahan kekerasan seksual.
2. Menjelaskan pengaruh minimovie terhadap tingkat Pengetahuan anak di
Surabaya dalam upaya pencegahahan kekerasan seksual pada anak.
3. Perlakuan yang Diterapkan pada Subjek
Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimen, sehingga terdapat
pemberian intervensi terhadap subjek. Subjek terlibat sebagai responden yang
akan diminta untuk mengisi kuesioner yang dibagikan dengan sejujur-jujurnya
sesuai dengan kondisi dan apa yang subjek ketahui saat ini dan diberikan
intervensi berupa media minimovie.
4. Manfaat Penelitian bagi Subjek Penelitian
Subjek yang terlibat dalam penelitian ini akan memperoleh pengetahuan
mengenai pencegahan kekerasan seksual.
5. Hak untuk Undur Diri
Keikutsertaan subjek dalam penelitian ini bersifat sukarela dan responden
berhak untuk mengundurkan diri kapanpun, tanpa menimbulkan konsekuensi
yang merugikan responden.

6. Kerahasiaan Data
Dalam penelitian ini semua data dan informasi identitas subjek penelitian
dijaga kerahasiaannya yaitu dengan tidak mencantumkan identitas subjek
80

penelitian secara jelas dan pada laporan hasil penelitian, nama subjek
penelitian dibuat kode.
7. Adanya Insentif untuk Subjek
Keikutsertaan subjek dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga tidak
ada insentif berupa uang yang akan diberikan kepada responden. Responden
akan memperoleh souvenir berupa pin.
8. Prosedur Penelitian
Penyusunan proposal penelitian

Pengajuan ethical
Instrument penelitian Perizinan
clearance

Pemilihan responden sesuai kriteria inklusi dan eksklusi

Membagikan kuisoner dan pemberian intervensi responden terpilih

Entry dan analisis data menggunakan uji statistik Mann-Whitney dan Wilcoxon

Pelaporan

9. Informasi Tambahan
Apabila ada hal yang kurang jelas dari penjelasan peneliti atau ada sesuatu
yang ingin ditanyakan berkaitan dengan penelitian ini, subjek dapat
menghubungi peneliti:
Nama: Farida Norma Yulianti
Mahasiswa: S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan UNAIR
No. Telp/WA: 081232222181/085732309902
Email: farida.norma.yulianti-2015@fkp.unair.ac.id

Lampiran 2

PROGRAM KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
81

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth: Kepala Sekolah

Dengan hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian skripsi Program Studi
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya, maka
saya:
Nama: Farida Norma Yulianti
NIM: 131511133034
akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Media Minimovie terhadap
Tingkat Pengetahuan Pencegahan Kekerasan Seksual dan Tingkat Kematangan
Emosi pada Anak Usia Sekolah”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media
minimovie terhadap tingkat pengetahuan pencegahan kekerasan seksual
dan tingkat kematangan emosi pada anak usia sekolah. Kegiatan yang
dilakukan adalah pemberian kuisoner dan intervensi berupa media
minimovie. Untuk kepentingan tersebut, karena responden berusia di
bawah 18 tahun maka saya memohon kerja sama dari orang tua/wali untuk
mengizinkan putra putrinya menjadi responden dalam penelitian ini.
Semua data dan informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan
hanya dipergunakan dalam pengembangan ilmu, tidak ada maksud
kegunaan lain. Atas bantuan, kerjasama, dan partisipasi Bapak/Ibu/Wali
serta putrinya dalam penelitian ini.
Atas perhatian, kerjasama, dan partisipasi dalam penelitian ini saya
hargai dan saya ucapkan terima kasih.
Surabaya, April 2019
Hormat saya

Farida Norma Yulianti


82

Lampiran 3

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SATUAN ACARA PENELITIAN

JUDUL PENELITIAN : Pengaruh Media Minimovie terhadap Tingkat


Pengetahuan Pencegahan Kekerasan Seksual dan
Tingkat Kematangan Emosi pada Anak Usia
Sekolah
PENELITI : Farida Norma Yulianti
NIM : 131511133034

Peneliti adalah Mahasiswa Program Studi Keperawatan Fakultas


Keperawatan Universitas Airlangga.
Bapak/Ibu/Saudara telah diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian
ini. Partisipan ini sesungguhnya bersifat sukarela. Bapak/Ibu/Saudara
berhak memilih untuk berpartisipasi atau tidak berpartisipasi atau
mengajukan keberatan atas penelitian ini. Tidak ada konsekuensi atau
dampak negatif jika Bapak/Ibu/Saudara membatalkan untuk ikut
berpartisipasi. Sebelum Bapak/Ibu/Sadura memutuskan untuk
berpartisipasi, maka saya akan menjelaskan beberapa hal sebegai berikut:
Sub Topik Bahasan : Tingkat Pengetahuan Pencegahan
Kekerasan Seksual dan Tingkat Kematangan
Emosi Anak Usia Sekolah
Sasaran : Anak Sekolah Dasar Kelas 4
Hari/Tanggal : April 2019
Waktu : 30 menit (setiap pertemuan)
1. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kematangan emosi dan
pengetahuan anak di Surabaya dalam upaya mencegah kekerasan seksual.
2. Penelitiani ini bermanfaat bagi anak, pendidik, dan petugas kesehatan untuk
menambah pengetahuan, khususnya dalam ilmu keperawatan anak dalam
menerapkan intervensi melalui media minimovie dalam upaya mencegah
83

kekerasan seksual sehingga diharapkan tingkat kematangan emosi dan


pengetahuan pencegahan kekerasan seksual pada anak meningkat.
3. Jika Bapak/Ibu/Saudara ikut berpartisipasi dalam penelitian ini, maka peneliti
akan memberikan kuisoner sebanyak 2 kali (pre-post) pada responden untuk
mengukur tingkat kematangan dan pengetahuan pencegahan kekerasan seksual
pada anak. Pertemuan berikutnya peneliti akan memberikan intervensi berupa
media minimovie pada pada Bapak/Ibu/Saudara. Pengisian kuisoner dan
pemberian intervensi akan dilakukan pada waktu dan tempat yang disepakati.
4. Selama pengisian kuisoner, peneliti dan tim akan membantu responden cara
mengisi kuisoner. Pengisian kuisoner akan dilakukan kurang lebih 15 menit.
5. Pemberian intervensi media minimovie dilakukan 2x dalam 1 minggu, sesi 1
dengan minimovie yang berdurasi 1.29; 4.31; dan 3.11 dan pertemuan
selanjutnya 10.38 dan 1.39 menit dengan edukasi cara mengetahui pencegahan
kekerasan seksual.
6. Media yang akan digunakan dalam penelitian:
a. LCD dalam memberikan intervensi menggunakan media minimovie
b. Bulpoint untuk mengisi kuisoner
7. Metode dalam penelitian berupa media minimovie yang berisi bentuk-bentuk
perilaku kekerasan seksual, ciri-ciri pelaku, dampak kekerasan seksual,
tatalaksana kekerasan seksual, dan pencegahan kekerasan seksual.
8. Kegiatan pembelajaran
a. Pertemuan 1 (29 April 2019)

N Waktu Kegiatan Penelitian Kegiatan Responden


o
1. 2 menit Pembukaan: a. Menjawab salam
b. Memberikan salam b. Mendengarkan dan
c. Menjelaskan tujuan memperhatikan
penelitian
d. Menyebutkan pokok
bahasan yang akan
disampaikan
2. 20 menit Memberikan kuisoner Menjawab lembar
tingkat kematangan kuisoner dan bertanya
emosi kepada responden. bila tidak bisa
Selama pengisian memahami.
kuisoner oleh responden
anak kelas 4 SD akan
didampingi oleh tim
peneliti.
3. 10 menit untuk Pelaksanaan: Memperhatikan,
3 minimovie Menjelaskan dan merespon, dan
84

berdurasi 1.29; memperlihatkan 3 media bertanya.


4.31; dan 3.11. minimovie terhadap
tingkat kematangan
emosi anak dalam
mencegah kekerasan
seksual dengan durasi
sesuai minimovie yang
ditampilkan.
4. 3 menit Penutup: Menjawab salam
a. Menyimpulkan materi
yang telah disampaikan
b. Menyampaikan
terimakasih atas
perhatian dan waktu
yang telah diberikan
kepada peserta
c. Mengucapkan salam
b. Pertemuan 2 ( 30 April 2019)
N Waktu Kegiatan Penelitian Kegiatan Responden
o
1. 2 menit Pembukaan: a. Menjawab salam
a. Memberikan salam b. Mendengarkan dan
b. Menjelaskan tujuan memperhatikan
penelitian
2. 13 menit untuk Pelaksanaan: Memperhatikan,
2 minimovie Menjelaskan dan merespon, dan bertanya
berdurasi 10.38 memperlihatkan 2 media
dan 1.39 minimovie terhadap
tingkat pengetahuan anak
dalam upaya mencegah
kekerasan seksual
dengan durasi sesuai
minimovie yang
ditampilkan.
3. 5 menit Penutup: Menjawab salam
a. Menyimpulkan materi
yang telah disampaikan
b. Menyampaikan
terimakasih atas
perhatian dan waktu
yang telah diberikan
kepada peserta
c. Mengucapkan salam
85

Lampiran 4

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LEMBAR PERSETUJUAN
(Informed Consent)

Kode partisipan
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : (Tulislah dalam 3 huruf inisial)
Umur :
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan

Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai:


1. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Media Minimovie terhadap Tingkat
Pengetahuan Pencegahan Kekerasan Seksual dan Tingkat Kematangan
Emosi pada Anak Usia Sekolah”.
2. Manfaat bersedia sebagai partisipan penelitian
3. Prosedur penelitian
Berdasarkan penjelasan yang telah saya terima dari peneliti, maka
dengan ini saya menyatakan bersedia/tidak*) bersedia secara sukarela
untuk menjadi partisipan dalam penelitian dengan penuh kesadaran serta
tanpa keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya tanpa ada
paksaan dari pihak manapun.
Surabaya, April 2019
Peneliti

Partisipan

Farida Norma Yulianti

Dosen Pembimbing I
Saksi
86

Ilya Krisnana S. Kep.Ns., M. Kep


NIP. 198109282012122002
Lampiran 5

DATA DEMOGRAFI PARTISIPAN


Pengaruh Media Minimovie terhadap Tingkat Pengetahuan Pencegahan

Kekerasan Seksual dan Tingkat Kematangan Emosi pada Anak Usia Sekolah

Nomer Responden :
Tanggal Pengambilan Data :
Petunjuk pengisian
1. Bacalah dengan cermat dan teliti pada setiap bagian pertanyaan dalam

kuisoner ini
2. Isilah identitas diri anda
Identitas Responden

1. Usia : tahun
2. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan (Pilih salah satu)
3. Agama :
4. Kelas :
5. Suku Bangsa :
87

Lampiran 6

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LEMBAR KUISONER
KEMATANGAN EMOSI

Kode partisipan
Jenis kelamin: Laki-laki/Perempuan (Pilih salah satu)
Tanggal Lahir:
Umur:
Petunjuk:
1. Isilah biodata Anda (Tidak perlu diberi nama)
2. Pahami pertanyaan
3. Pada tabel dibawah jawablah pertanyaan secara tepat dengan memberi
salah satu tanda centang (√) pada kolom yang telah disediakan:
- SS (Sangat Setuju)
- S (Setuju)
- TS (Tidak Setuju)
- STS (Sangat Tidak Setuju)

No Pertanyaan SS S TS STS
1. Ketika orang lain menjelek-jelekkan saya
dihadapan orang banyak, saya akan sabar
dan tidak marah maupun berbicara kasar.
2. Saat masalah datang bertubi-tubi saya
cenderung bersikap tabah menghadapi
semuanya.
3. Ketika ada orang lain mengganggu saya
atau melakukan kesalahan, saya
cenderung marah meluap-luap.
4. Saya sering merasa tidak tahu bagaimana
harus bersikap yang baik.
5. Saya selalu bergantung pada orang lain
dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
6. Saya lebih senang bermain dengan teman
seusia saya.
7. Saya mudah putus asa saat menghadapi
masalah.
No Pertanyaan SS S TS STS
8. Ketika dinasehati seseorang saya
cenderung bersikap menghindar.
88

9. Saya yakin bersikap jujur membuat hidup


menjadi lebih baik.
10. Setiap tindakan yang saya ambil, berfikir
terlebih dahulu sebelum melakukannya.
11. Saya takut dan akan pergi ketika bertemu
dengan orang yang saya kenal.
12. Saya memiliki tanggung jawab untuk
menjaga diri dari orang yang tidak
dikenal.
89

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LEMBAR KUISONER
CHILDREN KNOWLADGE OF ABUSE QUESTIONNAIRE
Oleh Leslie M. Tutty 2003

Petunjuk:
1. Pahami pertanyaan (tanyakan soal jika tidak dapat memahami)
2. Pada tabel dibawah jawablah pertanyaan secara tepat dengan memberi
salah satu tanda centang (√) pada kolom yang telah disediakan:
- B (Benar)
- S (Salah)

No Pertanyaan Benar Salah


1. Selalu menyimpan rahasia sendiri
2. Memperbolehkan orang yang Anda suka memeluk
Anda
3. Tidak mau berbicara dengan orang yang tidak di
kenal
4. Menginginkan ciuman dari orang tua sebelum tidur
adalah hal yang baik.
5. Boleh mengatakan “tidak” pada orang yang tidak
dikenal
6. Anda akan menjauh saat seseorang yang tidak
dikenal menyentuh Anda
7. Anda tidak mempercayai orang asing yang berkata
mengenal Anda
8. Tidak boleh memeluk dan bermain dengan
menggelitik terlalu lama
9. Ketika jatuh dari sepeda dan terluka, Anda
memperbolehkan dokter/perawat membuka pakain
Anda untuk diperiksa
10 Jika seseorang menyentuh anggota badan Anda yang
. tidak boleh disentuh, Anda akan melaporkan pada
orang yang Anda percaya
11. Memberikan permen terakhir pada teman Anda,
karena jika tidak diberikan Anda tidak bisa berteman
dengannya
12 Jika seseorang menyentuh Anda saat berjalan dan
. Anda tidak menyukai. Itu adalah kesalahan Anda

No Pertanyaan Benar Salah


90

13 Berkata “tidak” Jika orang yang tidak dikenal


. menyentuh tubuh yang tidak boleh disentuh
14 Orang asing terlihat seperti orang biasa
.
15 Melakukan apa saja yang diperintahkan oleh orang
. dewasa, meskipun itu bukan hal yang baik
16 Menyentuh terlalu sering adalah hal yang tidak baik
. dilakukan
17 Anda dapat merasakan sentuhan yang baik dan
. sentuhan yang dapat membahayakan Anda
18 Memperbolehkan orang yang Anda kenal memeluk
. Anda
19 Mau melakukan apa yang diperintahkan anak nakal
. di sekolah
20 Mengetahui niat buruk seseorang saat menyentuh
. Anda
21 Setelah mengerjakan tugas dengan baik, guru
. memberikan tepukan selamat pada Anda
22 Membiarkan orang dewasa menyentuh Anda,
. meskipun Anda merasa tidak suka
23 Jika saat dijalan Anda disentuh seseorang dan tidak
. menyukai hal itu, Anda akan melaporkan pada orang
yang Anda percaya
24 Kadang-kadang anggota keluarga menyentuh Anda
. hingga membuat Anda merasa tidak nyaman.
25 Anak laki-laki tidak perlu khawatir pada orang lain
. yang menyentuh anggota tubuh pribadinya.
26 Jika saat berjalan dijalan ibu Anda berbicara dengan
. tetangga baru yang belum pernah Anda temui. Anda
akan tetap ikut bergabung dengan ibu Anda
27 Jika ayah teman Anda berkata kucingnya hilang dan
. meminta tolong Anda untuk mencari, Anda akan ikut
pergi mencari bersama ayah teman Anda
28 Memperbolehkan tetangga memeluk dan
. mengucapkan selamat, karena Anda telah
memenangkan lomba.
29 Beberapa orang tidak dikenal akan terlihat baik
.
30 Jika kerabat Anda memegang bagian pribadi Anda,
. Anda akan merasa bingung
31 Jika pembantu Anda menyuruh untuk melepas
. celana dikasur, Anda akan melakukannya
32 Anda akan diam saja, ketika seseorang datang
. menghampiri Anda yang sedang mandi.
33 Ketika berpisah dengan orang tua di pasar, Anda
. akan meminta bantuan pada petugas keamanan
91

Lampiran 7

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LEMBAR IZIN PENGGUNAAN INSTRUMEN

Perizinan Penggunaan Minimovie

Tingkat Kematangan Emosi dan Pengetahuan Pencegahan Kekerasan

Seksual pada Anak


92

Perizinan Kuisoner CKAQ Tingkat Pengetahuan Pencegahan Kekerasan

Seksual pada Anak


93

Lampiran 8

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
94

Lampiran 9

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
95

Lampiran 10

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
96
97

Lampiran 11

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
98
99

Lampiran 12

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
100

Lampiran 13

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
101
102

Lampiran 14

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ANALISIS DATA UJI STATISTIK

MANN-WHITNEY U TEST DAN WILCOXON RANK TEST

MANN-WHITNEY U TEST
Pengaruh Media Minimovie terhadap Tingkat Kematangan Emosi Anak pada
Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Emosi_perlakuan2
Frequency Valid Percent Cumulative Percent
Valid SEDAN
4 9.5 9.5
G
TINGGI 38 90.5 100.0
Total 42 100.0
Emosi_Kontrol2
Frequency Valid Percent Cumulative Percent
Valid SEDAN
13 30.2 30.2
G
TINGGI 30 69.8 100.0
Total 43 100.0
103

Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
kematangan_emosi PERLAKUAN 42 54.00 2268.00
KONTROL 43 32.26 1387.00
Total 85
Test Statisticsa
kematangan_emosi
Mann-Whitney U 441.000
Wilcoxon W 1387.000
Z -4.081
Asymp. Sig. (2-
.000
tailed)
a. Grouping Variable: kelompok

Pengaruh Media Minimovie terhadap Tingkat Pengetahuan Anak pada


Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Kat_preCKAQ
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 5 11.9 11.9 11.9
Tinggi 37 88.1 88.1 100.0
Total 42 100.0 100.0
Kat_postCKAQ
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 42 100.0 100.0 100.0

Ranks
Kelompok
_CKAQ N Mean Rank Sum of Ranks
CKAQ 1 42 63.33 2660.00
2 43 23.14 995.00
Total 85
104

Test Statisticsa
CKAQ
Mann-Whitney U 49.000
Wilcoxon W 995.000
Z -7.546
Asymp. Sig. (2-
.000
tailed)
a. Grouping Variable:
Kelompok_CKAQ

WILCOXON RANK TEST


Perbedaan Tingkat Kematangan Emosi Anak pada Kelompok Perlakuan
Pre-test dan Post-test
Descriptive Statistics (Pre-test)
N Mean Std. Deviation Varia
Statistic Statistic Std. Error Statistic Statis
Pre_Pemahamandiri 42 8.88 .149 .968
Pre_berfikirlogis 42 14.57 .305 1.977
Pre_Kontrolemosi 42 12.88 .190 1.234
Valid N (listwise) 42
Descriptive Statistics (Post-test)
N Mean Std. Deviation Varia
Statistic Statistic Std. Error Statistic Stati
Post_Pemahamandiri 42 9.02 .158 1.024
Post_berfikirlogis 42 17.36 .259 1.679
Post_Kontrolemosi 42 14.36 .195 1.265
Valid N (listwise) 42

Pre_Emosi2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SEDAN
21 50.0 50.0 50.0
G
TINGGI 21 50.0 50.0 100.0
Total 42 100.0 100.0
105

Post_Emosi2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SEDAN
4 9.5 9.5 9.5
G
TINGGI 38 90.5 90.5 100.0
Total 42 100.0 100.0
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
a
Post_Emosi - Negative Ranks 0 .00 .00
Pre_Emosi Positive Ranks 42b 21.50 903.00
Ties 0c
Total 42
a. Post_Emosi < Pre_Emosi
b. Post_Emosi > Pre_Emosi
c. Post_Emosi = Pre_Emosi

Test Statisticsb
Post_Emosi -
Pre_Emosi
Z -5.665a
Asymp. Sig. (2-
.000
tailed)
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Perbedaan Tingkat Pengetahuan Anak pada Kelompok Perlakuan Pre-test


dan Post-test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Kat_postCKAQ - Negative Ranks 0a .00 .00


Kat_preCKAQ
Positive Ranks 5b 3.00 15.00

Ties 37c

Total 42

a. Kat_postCKAQ < Kat_preCKAQ

b. Kat_postCKAQ > Kat_preCKAQ

c. Kat_postCKAQ = Kat_preCKAQ
106

Test Statisticsb

Kat_postCKAQ -
Kat_preCKAQ

Z -2.236a

Asymp. Sig. (2-tailed) .025

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test


Statistics

Pre_Pemaha Pre_berfikir Pre_Kontro Post_Pemaha Post_berfikir Post_Kontrol


mandiri objektif lemosi mandiri onjektif emosi

N Valid 42 42 42 42 42 42

Missing 0 0 0 0 0 0

Mean 8.88 14.57 12.88 9.02 17.36 14.36

Std. Error of Mean .149 .305 .190 .158 .259 .195

Median 9.00 15.00 13.00 9.00 17.50 14.50

Mode 9 16 13 9 19 15

Std. Deviation .968 1.977 1.234 1.024 1.679 1.265

Variance .937 3.909 1.522 1.048 2.821 1.601

Range 4 10 5 4 6 6

Minimum 7 8 10 7 14 10

Maximum 11 18 15 11 20 16

Sum 373 612 541 379 729 603

Percentiles 25 8.00 14.00 12.00 8.00 16.00 14.00

50 9.00 15.00 13.00 9.00 17.50 14.50

75 9.25 16.00 14.00 10.00 19.00 15.00


107

Lampiran 15

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

VALIDITAS DAN REABILITAS KUISONER

Uji Validitas Kuisoner Kematangan Emosi


Soa
l r tabel r hitung Interpretasi
1 0.3 0.447 Valid
2 0.3 0.315 Valid
3 0.3 0.654 Valid
4 0.3 0.623 Valid
5 0.3 0.923 Valid
6 0.3 0.446 Valid
7 0.3 0.873 Valid
8 0.3 0.842 Valid
9 0.3 0.369 Valid
10 0.3 0.316 Valid
11 0.3 0.782 Valid
12 0.3 0.316 Valid

Uji Validitas Kuisoner Kematangan Emosi


r Interpretas
r Tabel Hitung i
0.6 0.699 Reliabel
108

Uji Validitas Kuisoner Pengetahuan Pencegahan Kekerasan Seksual pada


Anak (CKAQ)
Interpretas
Soal r tabel r hitung i
1 0.3 0.423 Valid
2 0.3 0.472 Valid
3 0.3 0.678 Valid
4 0.3 0.609 Valid
5 0.3 0.69 Valid
6 0.3 0.719 Valid
7 0.3 0.829 Valid
8 0.3 0.862 Valid
9 0.3 0.413 Valid
10 0.3 0.69 Valid
11 0.3 0.306 Valid
12 0.3 0.337 Valid
13 0.3 0.695 Valid
14 0.3 0.593 Valid
15 0.3 0.641 Valid
16 0.3 0.319 Valid
17 0.3 0.482 Valid
18 0.3 0.46 Valid
19 0.3 0.457 Valid
20 0.3 0.773 Valid
21 0.3 0.709 Valid
22 0.3 0.312 Valid
23 0.3 0.6 Valid
24 0.3 0.672 Valid
25 0.3 0.755 Valid
26 0.3 0.365 Valid
27 0.3 0.339 Valid
28 0.3 0.364 Valid
29 0.3 0.619 Valid
30 0.3 0.301 Valid
31 0.3 0.68 Valid
32 0.3 0.39 Valid
33 0.3 0.541 Valid

Uji Reabilitas Kuisoner Pengetahuan Pencegahan Kekerasan Seksual pada


Anak (CKAQ)
Interpreta
r tabel r hitung
si
0.6 0.712 Reliabel
109

Anda mungkin juga menyukai