Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN

KULIAH KERJA PRAKTIK


Apotek Kimia Farma 176 Slamet Riyadi
Jl. Slamet Riyadi No. 21 Karang Asam Ilir Samarinda
Tanggal 16 Agustus – 31 Agustus 2022

Dosen Pembimbing:
Apt. Muh. Irham Bakhtiar, M.Clin.Pharm
NIDN: 1104019401

Disusun Oleh:
Elsa Putri Mayangsari
1911102415001

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
TAHUN AKADEMIK
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KULIAH KERJA PRAKTIK

Apotek Kimia Farma 176 Slamet Riyadi


Jl Slamet Riyadi No.21 Karang Asam Ilir Samarinda
Tanggal 16 Agustus - 31 Agustus 2022
Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu syarat akademik mencapai derajat
Sarjana Farmasi Program Studi S1 Farmasi Fakultas Farmasi UMKT

Disusun Oleh:
Elsa Putri Mayangsari
1911102415001

Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh:

Pembimbing Lapangan KKP Dosen Pembimbing KKP

apt. Muh Rasyid Indrawan, S.Farm Apt. Muh. Irham Bakhtiar, M.Clin.Pharm
NIDN. 1104019401

Samarinda, 1 September 2022


Ketua Program Studi S1 Farmasi UMKT

apt. Ika Ayu Mentari, M.Farm


NIDN. 1121019201

i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan Kuliah Kerja
Praktek (KKP) di Apotek Kimia Farma 176 Slamet Riyadi dengan baik dan
lancar.
Pada penulisan ini, tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan, serta
motivasi dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih setulus-tulusnya kepada:
1. apt. Muhammad Rasyid Indrawan, S.Farm selaku pembimbing lapangan KKP
sekaligus selaku Apoteker Pengelola Apotek (APA) di Apotek Kimia Farma
176 Slamet Riyadi yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama
KKP berlangsung .
2. apt. Muh. Irham Bakhtiar, M.Clin.Pharm selaku dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dorongan sehingga dalam penyusunan
laporan ini berjalan lancar.
3. Asisten apoteker dan tenaga teknis kefarmasian di Apotek Kimia Farma 176
Slamet Riyadi yang telah memberikan bantuan selama KKP berlangsung
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
Kalimantan Timur yang telah memberikan ilmu dan arahan untuk
menyelesaikan laporan dengan baik.
5. Serta berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Khususnya
rekan-rekan yang telah memberikan bantuan dan motivasi serta kekuatan .
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dan semua pihak yang
membutuhkan dalam peningkatan wawasan tentang apotek. Atas terselesaikannya
laporan ini, sekali lagi penulis ucapkan terima kasih.
Samarinda, September 202

Penulis
Elsa Putri Mayangsari

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perguruan tinggi sebagai lembaga yang mengembangkan
knowledge, juga mesti mencetak mahasiswanya agar memiliki soft skills
yang memadai. Dengan demikian, para lulusannya pun dapat menjadi
individu yang kompeten. Lulusan yang kompeten tidak sekedar mampu
menguasai pengetahuan dan teknologi dibidangnya, melainkan juga mampu
mengaplikasikan kompetensinya dan memiliki soft skills yang memadai.
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang diberikan perguruan tinggi kepada
para lulusannya adalah bekal hard skills. Sementara itu, bekal soft skills
diberikan melalui pengembangan kemampuan berkomunikasi baik lisan,
tulisan maupun gambar, kemampuan bekerja secara mandiri atau tim,
kemampuan berlogika dan kemampuan menganalisis. Kenyataan di
lapangan menunjukkan bahwa untuk mencapai puncak keberhasilan, bukan
hanya hard skills yang dibutuhkan, tetapi juga soft skills. Bahkan dalam
banyak hal, keunggulan seseorang pada soft skills justru menjadi faktor
penting yang menentukan keberhasilan hidupnya (Suharyanti dkk, 2018).
Dunia kerja membutuhkan orang-orang yang tidak hanya lulus
dengan nilai yang tinggi tetapi mereka butuh kemampuan berkomunikasi,
integritas dan kemampuan bekerjasama dengan orang lain. Kualitaskualitas
yang tidak terlihat wujudnya (intangible) namun sangat diperlukan dalam
dunia kerja ini disebut juga dengan soft skills. Soft skills didefinisikan
sebagai perilaku personal dan interpersonal yang mengembangkan dan
memaksimalkan kinerja humanis, termasuk diantaranya kemampuan
berkomunikasi, bersosialisasi, bekerja dalam tim, ketahanan mental, disiplin,
tanggung jawab dan atribut soft skills lainnya (Suharyanti dkk, 2018).
Kuliah kerja praktik (KKP) merupakan kegiatan yang dilaksanakan
oleh mahasiswa berupa magang atau observasi di perusahaan atau instansi
pemerintah secara terbimbing dan terpadu sebagai persyaratan kelulusan.

1
.
2

1.2. Tujuan
Tujuan Umum

1. Meningkatkan kompetensi, kecerdasan, keterampilan dan karakter


mahasiwa sesuai dengan visi misi Universitas.
2. Membangun kerja sama antara Universitas dan Institusi/ stakeholders
Tujuan Khusus
1. Memberikan pengalaman belajar yang berharga kepada mahasiswa,
melalui keterlibatan langsung pada institusi baik pemerintah maupun
swasta yang terkait dengan keilmuan program studi farmasi.
2. Memberikan kesempatan belajar kepada mahasiswa untuk memecahkan
masalah yang sedang mereka hadapi dengan dasar teori-teori yang
mereka dapatkan dalam perkuliahan.
3. Meningkatkan kemampuan berpikir mahasiswa sehingga mampu
menggabungkan antara ospek teori dan praktik
4. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi segala
permasalahaan kerja yang di hadapi oleh dunia kerja dan dapat membantu
memberikan alternatif pemecahannya secara nyata
5. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi dengan pemerintahan
daerah, maupun swasta sehingga perguruan tinggi dapat lebih berperan
dan menyesuaikan kegiatan pendidikan serta penelitiannya dengan
tuntutan nyata dari stakeholder.
6. Meningkatkan kemandirian mahasiswa setelah menyelesaikan pendidikan
pada jenjang S1.
1.3. Manfaat
1. Memperluas pengetahuan dan keterampilan dalam bidang keilmuan yang
ditekuni
2. Meningkatkan daya kritis serta kepekaannya terhadap masalah-masalah
yang ada di tempat pelaksaan KKP
3. Meningkatkan sikap dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang
dihadapi
3

4. Memberikan pengalaman belajar yang mendukung kesiapaannya dalam


memasuki pasar kerja
BAB II
PROFIL TEMPAT KKP
2.1 Pengertian Apotek Secara Umum
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh Apoteker. Apotek bertujuan untuk meningkatkan mutu
Pelayanan Kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian,
dan melindungi pasien serta masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (Permenkes No.73 Tahun
2016,Pasal 1, ayat1)
2.2 Sejarah Apotek Kimia Farma
Apotek Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di
Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama
perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp &
Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di
masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia
melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan
Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus
1971, bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas,
sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero).
Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah
statusnya menjadi perusahaan publik, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam
penulisan berikutnya disebut Perseroan. Bersamaan dengan perubahan
tersebut, Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya (sekarang kedua bursa telah merger dan kini bernama Bursa Efek
Indonesia). Berbekal pengalaman selama puluhan tahun, Perseroan telah
berkembang menjadi perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di
Indonesia. Perseroan kian diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan
dan pembangunan bangsa, khususnya pembangunan kesehatan masyarakat
Indonesia. 
Saat ini PT. Kimia Farma Apotek bertrasnformasi menjadi healthcare
provider company, suatu perusahaan jaringan layanan kesehatan terintegrasi

4
5

dan terbesar di Indonesia, yang pada akhir tahun 2020 memiliki 1278 apotek,
500 klinik dan praktek dokter bersama, 75 laboratorium klinik, dan 10
optik,dengan visi menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang
terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di
Indonesia.
2.3 Profil Tempat KKP
Kuliah Kerja Praktek (KKP) dilaksanakan di Apotek Kimia Farma 176
Slamet Riyadi yang terletak di Jalan Slamet Riyadi No.21 Karang Asam Ilir
Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Apotek Kimia Farma 176 Slamet Riyadi
dibangun dibawah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. PT Kimia Farma
mempunyai visi yaitu menjadi jaringan dalam pelayanan laboratorium klinik
terbaik di Indonesia dan mendukung kehidupan yang lebih sehat. Adapun
misi PT Kimia Farma adalah penyediaan layanan serta pengelolaan jaringan
laboratorium klinik yang berkualitas, pengembangan bisnis jaringan sesuai
kebutuhan pasar didukung dengan teknologi dan SDM berkualitas, dan
sinergi dengan PT. Kimia Farma Apotek dalam penyediaan layanan
kesehatan terintegrasi dan lengkap (One Stop Healthcare Solution). Bidang
usaha Healthcare Kimia Farma didukung dengan adanya kegiatan
manufaktur farmasi, riset dan pengembangan, distribusi dan perdagangan,
pemasaran, ritel farmasi, serta laboratorium klinik dan klinik kesehatan.
Apotek Kimia Farma 176 Slamet Riyadi menjadi salah satu apotek yang
banyak dikunjungi masyarakat daerah Jalan Slamet Riyadi dan sekitarnya.
Selain itu, posisi Apotek ini juga cukup strategis dan dekat dengan tempat
keramaian (yaitu MARIMAR dan MAHAKAM LAMPION GARDEN),
sehingga masyarakat mudah untuk akses secara langsung ke apotek Kimia
Farma 176 Slamet Riyadi.
Bangunan Apotek Kimia Farma 176 Slamet riyadi terdiri dari 4 lantai
dimana dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang seperti tempat
parkir mobil/motor, wastafel, CCTV, air bersih, ruangan ber-AC, swalayan
farmasi dan alkes, telepon, komputer, printer, mesin cetak struk pembelian,

2
5

toilet, ruang dokter, lemari pendingin/kulkas, rak alat kesehatan, rak obat,
ruang penyimpanan obat dan tempat peracikan.
Jenis pelayanan yang tersedia di Apotek Kimia Farma 176 Slamet Riyadi
sebagai berikut :
1. Pelayanan Resep Tunai dan Kredit
2. Pelayanan Swalayan Farmasi
3. Pelayanan UPDS (Upaya Pengobatan Sendiri)
4. Alat Kesehatan
5. Praktek Dokter Umum (dr. Munirah)
6. Praktek Dokter Kejiwaan/Psikiater (dr. Dradjat Witjaksono Sp.KJ)
7. Praktek Dokter Gigi (drg. Tri Sari Dewi,Sp.KG)
2.4 Struktur Organisasi Apotek

Pharmacy Manager

apt. Muh Rasyid Indrawan., S.Farm

Tenaga Teknis Kefarmasian

Siti Jumaidah, Amd.Farm

Pelaksana

Hamdanah Elsa Putri Mayangsari

Gambar 2.1 Apotek Kimia Farma KF Slamet Riyadi


2.5 Standar Pelayanan Kefarmasian
A. Manajerial Pengelolaan Sediaan Farmasi (Permenkes No. 73, 2016).
1. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola
penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
2. Pengadaan

3
5

Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan


Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima
4. Penyimpanan
1) Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada
wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus
ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-
kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa.
2) Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi
4) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis.
5) Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out)
dan FIFO (First In First Out)
5. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian
pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok
baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-

4
5

kurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan,


jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
6.Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dilakukan pada setiap proses
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu
stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya
disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari pelaporan internal
dan eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan
untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan
laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat
untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan
pelaporan lainnya. Petunjuk teknis mengenai pencatatan dan pelaporan
akan diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.
B. Pelayanan Farmasi Klinik (Permenkes No. 73, 2016).
1. Pengkajian Resep
Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian
farmasetik dan pertimbangan klinis.
Kajian administratif meliputi:
a) Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan
b) Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon
dan paraf; dan
c) Tanggal penulisan Resep.
Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
a) Bentuk dan kekuatan sediaan;
b) Stabilitas
c) Kompatibilitas (ketercampuran Obat).
Pertimbangan klinis meliputi:
a) Ketepatan indikasi dan dosis Obat;
b) Aturan, cara dan lama penggunaan Obat;

5
5

c) Duplikasi dan/atau polifarmasi;


d) Reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat,
manifestasi klinis lain);
e) Kontra indikasi;
f) Interaksi.
2. Dispensing
Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat
merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan atau
meracik obat, memberikan etiket, penyerahan sediaan farmasi dengan
informasi yang memadai disertai pendokumentasian (Permenkes No. 73,
2016).
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak
memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam
segala aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau
masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas
dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus,
rute dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan
alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui,
efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau
kimia dari Obat dan lain-lain.
4. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three prime
questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu
dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker harus

6
5

melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah


memahami Obat yang digunakan (Permenkes No. 73, 2016).
5. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat
melakukan Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah,
khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan
penyakit kronis lainnya (Permenkes No. 73, 2016).
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi Obat yang efektif dan terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi
atau memodifikasi fungsi fisiologis (Permenkes No.73, 2016).

7
5

BAB III
DESKRIPSI TUGAS
3.1.Perencanaan dan Pengadaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit,
pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat (Permenkes No.73,
2016). Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan
Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan (Permenkes No.73, 2016).
3.2.Sistem Penyimpanan Obat atau bahan habis pakai
Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas
pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama Obat, nomor
batch dan tanggal kadaluwarsa. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada
kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya
(Permenkes No. 73, 2016).
Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang
lainnya yang menyebabkan kontaminasi. Sistem penyimpanan dilakukan
dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun
secara alfabetis. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First
Out) dan FIFO (First In First Out) (Permenkes No.73, 2016).
3.3.Alur Penerimaan Obat
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima (Permenkes No.73, 2016).
3.4.Kartu Stok
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan
atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan,
6

kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian


persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau
elektronik. Kartu stok sekurang- kurangnya memuat nama Obat, tanggal
kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan
(Permenkes No.73, 2016).
3.5.Sistem Return Barang
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 tentang
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis pakai
Pada Pemusnahan dan Penarikan ialah Obat kadaluwarsa atau rusak harus
dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat
kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
3.6 Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika
Dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain
yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan
dengan berita acara pemusnahan.
Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep
selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Penarikan sediaan
farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan peraturan perundang-
undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan
oleh BPOM atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar dengan
tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
7

3.7 Dokumentasi dan Pengelolaan Sediaan Farmasi


Pada sistem dokumentasi adalah seorang Apoteker juga dituntut untuk
melakukan monitoring penggunaan Obat, melakukan evaluasi serta
mendokumentasikan segala aktivitas kegiatannya untuk membantu
penelusuran kembali dalam waktu yang relatif singkat jika terjadinya
kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan dan
mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi masalah terkait Obat (drug
related problems). Untuk menghindari hal tersebut, Apoteker harus
menjalankan praktik sesuai standar pelayanan. Apoteker juga harus mampu
berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi
untuk mendukung penggunaan Obat yang rasional (Permenkes No.73, 2016).
3.8 Pelayanan Resep
Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,
penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian
informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya
pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication error)
(Permenkes No.73, 2016).
3.9.Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi
obat. Setelah melakukan pengkajian. Resep dilakukan hal sebagai berikut:
1. Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep:
a.menghitung kebutuhan jumlah Obat sesuai dengan Resep
b. mengambil Obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama Obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik Obat.
2. Melakukan peracikan Obat bila diperlukan
3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
a. warna putih untuk Obat dalam/oral
b. warna biru untuk Obat luar dan suntik
c. menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi atau
emulsi.
8

4. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk Obat
yang berbeda untuk menjaga mutu Obat dan menghindari penggunaan
yang salah. Setelah penyiapan Obat dilakukan hal sebagai berikut:
1) Sebelum Obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara
penggunaan serta jenis dan jumlah Obat (kesesuaian antara penulisan
etiket dengan Resep)
2) Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
3) Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien
4) Menyerahkan Obat yang disertai pemberian informasi Obat
5) Memberikan informasi cara penggunaan Obat dan hal-hal yang terkait
dengan Obat antara lain manfaat Obat, makanan dan minuman yang
harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan Obat
dan lain-lain
6) Penyerahan Obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara
yang baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin
emosinya tidak stabil
7) Memastikan bahwa yang menerima Obat adalah pasien atau
keluarganya; 8. Membuat salinan Resep sesuai dengan Resep asli dan
diparaf oleh Apoteker (apabila diperlukan)
8) Menyimpan Resep pada tempatnya (Permenkes No. 73, 2016).
3.10.Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
Apoteker dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak,
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek
penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.
Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas dan herbal
(Permenkes No. 73, 2016).
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan
metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif,
efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping,
9

interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan
lain-lain. Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi:
1) Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan
2) Membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan
masyarakat (penyuluhan);
3) Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien
4) Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi
yang sedang praktik profesi
5) Melakukan penelitian penggunaan obat
6) Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah
7) Melakukan program jaminan mutu. Pelayanan informasi obat harus
didokumentasikan untuk membantu penelusuran kembali dalam waktu
yang relatif singkat
3.11.Monitoring Efek Samping
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis (Permenkes No. 73, 2016).
Kegiatan:
1.Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping Obat.
2.Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
3.Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional
3.12 Home Pharmacy Care
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan
Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk
kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya
(Permenkes No. 73, 2016).
Jenis Pelayanan Kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh
Apoteker, meliputi:
10

1. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan


pengobatan
2. Identifikasi kepatuhan pasien
3. Pendampingan pengelolaan Obat dan/atau alat kesehatan di rumah,
misalnya cara pemakaian Obat asma, penyimpanan insulin
4. Konsultasi masalah Obat atau kesehatan secara umum
5. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan Obat
berdasarkan catatan pengobatan pasien
6. Dokumentasi pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di rumah .
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelayanan Manajerial
1. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan barang di Apotek Kimia Farma Slamet Riyadi
berdasarkan atas tiga hal yaitu :
a) Barang Kosong
Barang kosong dapat diketahui melalui sistem komputer dan buku
defecta. Sistem komputer dapat digunakan untuk mencatat penolakan
serta berapa jumlah penolakan sementara Buku defecta merupakan
buku yang berisi daftar obat baru yang dibutuhkan pasien namun tidak
ada di apotek maupun sistem komputer.
b) Kartu Stok
Barang dapat dilihat melalui kartu stok dimana barang tersebut
sering keluar, slow moving atau stagnant. Sehingga dapat
meminimalkan pemesanan barang yang slow moving dan stagnant.
Kartu stok dikimia farma slamet riyadi menggunakan sistem komputer
kecuali untuk obat tertentu seperti psikotropika dan narkotika
menggunakan kartu stok manual dan komputer.
c) Pareto ABC
Barang yang diprioritaskan untuk dipesan di apotek kimia farma
ialah barang yang tergolong pareto A dimana barang atau obat
menghasilkan 80% omset untuk apotek. Untuk pareto B dan C dipesan
seperlunya saja karna tidak berpengaruh besar dalam kenaikan omset.
2. Pengadaan
Pemesanan di apotek kimia farma semua sudah tersistem dengan baik,
surat pesanan obat akan otomatis terbentuk di sistem sesuai kebutuhan
apotek . surat pesanan otomatis terbentuk berdasarkan penjualan bulan
sebelumnya atau bisa di sebut apotek kimia farma mempunyai sistem
Refill Stok agar barang yang keluar tidak sampai kosong .Jika telah terbaca
dan terbentuk di sistem, maka dilakukan pengadaan dengan surat pesanan

11
tersebut yang dicetak di apotek dan ditandatangani oleh APA. Kemudian
surat pesanan tersebut diberikan kepada PBF atau distributor dengan
menghubungi melalui telepon dan menitipkan surat pesanan tersebut
kepada pengantar barang yang mengirimkan ke apotek. Terkhusus untuk
pesanan obat golongan narkotika harus menggunakan SP khusus yang diisi
secara manual yang selanjutnya diorder ke PBF Kimia Farma Trading
and Distribution Surat pesanan Narkotika wajib ditandatangani oleh APA
dan harus terdapat nama lengkap, jabatan, nama distributor, jumlah dan
jenis obat narkotika yang dipesan, nomor SIPA, nomor SIA, serta adanya
stempel apotek.
Adapun untuk pemesanan obat psikotropika, prekursor,dan obat obat
tertentu lainnya menggunakan surat pesanan yang diisi secara manual dan
telah ditandatangani oleh APA yang selanjutnya boleh langsung diorder ke
PBF. Untuk obat Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan OOT wajib
memberikan surat pesanan terlebih dahulu baru kemudian barang bisa
dikirim atau diantar.
3. Penerimaan
Distributor mengantarkan barang sesuai dengan surat pesanan dengan
membawa faktur ke Apotek. Penerimaan barang dilakukan oleh petugas
Apotek dengan memeriksa kualitas dan kuantitas barang, tanggal
kadaluwarsa, nomor batch dan bila barang yang diterima tidak sesuai
dengan pesanan, maka harus segera dikonfirmasi dengan distributor yang
bersangkutan atau langsung dilakukan pereturan
4. Penyimpanan
Penyimpanan obat dan perbekalan farmasi di apotek kimia Farma
disusun berdasarkan efek farmakologi nya, yang kemudian akan disusun
lagi berdasarkan suhu penyimpanan, jenis sediaan, alfabetis dan
menggunakan prinsip FIFO (First in first out) dan FEFO (First expired
first out). Sistem penyimpanan berdasarkan efek farmakologis ini sudah
cukup baik karena bisa meminimalisir medication error tetapi juga
memiliki kekurangan yaitu menyulitkan bagi yang baru memasuki

12
lapangan pekerjaan, karena butuh proses yang cukup lama untuk
menghafal efek farmakologis dari masing-masing obat.
Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika terletak di lemari double
lock yang kuncinya dipegang oleh apoteker. Namun untuk penyimpanan
obat prekursor masih bergabung obat-obat biasa dan belum dipisahkan
tempat khusus. Untuk stock obat pada apotek Kimia Farma sudah
dilakukan sesuai aturan yaitu tidak diletakkan langsung bersentuhan
dengan lantai melainkan disimpan dalam rak rak obat yang disesuaikan
dengan jenis sediaan untuk memudahkan mencari stok obat tersebut.
sedangkan untuk obat yang memerlukan stabilitas suhu tertentu akan
diletakkan di lemari pendingin yang dilengkapi dengan termometer di
bagian dalam pintu kulkas, pengecekan suhu dilakukan pada shift pagi dan
sore dan dicatat pada kertas monitoring suhu. Untuk standar penyimpanan
suhu penyimpanan obat (Insulin dan suppositoria) pada lemari pendingin
yaitu 8°C agar stabilitas obat di dalamnya terjaga. Untuk menjaga
stabilitas suhu obat tidak hanya dikendalikan untuk obat yang berada di
lemari pendingin saja namun juga untuk obat-obat lain yang berada di luar
lemari pendingin digunakan termometer ruangan untuk menjaga stabilitas
dari sediaan tersebut dengan kisaran suhu ruangan ± 25° C.
5. Pengendalian
Pengendalian persediaan barang menggunakan sistem komputerisasi
dimana setiap barang yang masuk di-entry ke komputer dan setiap barang
yang keluar (terjual) juga tercatat di komputer, sehingga dapat diketahui
status persediaan setiap barang. Masing-masing karyawan diberi tanggung
jawab untuk memeriksa atau mengawasi rak-rak barang yang ditentukan
dengan cara menggunakan stok elektronik dan melakukan stok opname
setiap tiga bulan sekali. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah
barang yang ada di apotek dan memeriksa kesesuaian jumlah stok fisik
obat dengan jumlah yang tertera di komputer. Sehingga kesalahan,
kehilangan, kerusakan serta kadaluwarsa sediaan dapat diketahui dan
ditelususri sedini mungkin.

13
6. Pencatatan dan Pelaporan
Pelaporan di Apotek Kimia Farma dibuat langsung oleh apoteker
pengelola apotek. Pelaporan untuk obat Narkotika dan Psikotropika
dilakukan setiap awal bulan. Laporan penggunaan obat narkotika di
lakukan melalui online SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan
Psikotropika). Asisten apoteker setiap bulannya menginput data
penggunaan narkotika dan psikotropika melalui SIPNAP lalu setelah data
telah terinput data tersebut di import (paling lama sebelum tanggal 10 pada
bulan berikutnya). Laporan meliputi laporan pemakaian narkotika untuk
bulan bersangkutan (meliputi nomor urut, nama bahan/sediaan, satuan,
persediaan awal bulan), pasword dan username didapatkan setelah
melakukan registrasi pada dinkes .
B. Pelayanan Farmasi Klinik
1. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Untuk alur pelayanan resep pertama resep datang, kemudian dilakukan
skrining setelah itu dicek ketersediaan obat jika obat ada konfirmasi
kepasien harga jika pasien setuju dan telah melakukan pembayaran resep
tersebut lalu obat disiapkan,setelah itu obat diserahkan disertai PIO.Namun
Jika obat tidak ada, pihak apotek melakukan konfirmasi ke dokter untuk
mengganti sediaan yang kandungan dan dosisnya sama, atau jika pasien
berkenan untuk menunggu maka dicarikan obat yang sama persis di apotek
kimia farma cabang lain untuk meminimalisir penolakan .
2. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi
Obat secara teori banyak hal yang perlu diperhatikan. Sistem Dispensing
obat di Apotek Kimia Farma Slamet Riyadi dilakukan sesuai dengan standar
pelayanan yang telah ditetapkan .mulai dari penyiapan obat hingga
penyerahan obat kepada pasien
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Di Apotek Kimia Farma Slamet riyadi Kegiatan pelayanan informasi
obat di apotek dilakukan oleh Apoteker dan TTK yang sedang

14
bertugas,penyampaian informasi terkait obat selalu dijelaskan setiap kali
pasien berkunjung untuk membeli obat dengan resep atau tanpa resep
4. Home Pharmacy Care
Home Phamrmacy Care di apotek Kimia Farma slamet riaydi lebih
diperuntukan pada pasien yang memiliki penyakit degenerative seperti
diabetes dan hipertensi Kegiatan yang dilakukan mengingatkan penggunaan
obat, menanyakan keluhan yang dirasakan saat konsumsi obat ,kendala jika
obat tidak rutin diminum, mengingatkan factor yang memicu penyakit dan
yang perlu dihindari, jumlah obat yang tersisa masih ada atau sudah habis,
memonitoring efektifitas penggobatan berdasarkan catatan pengobatan
pasien.
5. Monitoring Efek Samping Obat
Pada proses monitoring efek samping obat yaitu menyanyakan kepada
pasien apakah ada keluhan selama menggunakan obat tersebut jika ada
maka terapi akan di modifikasi jika tidak maka pengobatan akan terus
dilanjutkan.

15
BAB V
KESIMPULAN
5.1.Kesimpulan
Manajerial Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan seperti Perencanaan,
Pengadaan, Penerimaan, Penyimpanan, Pengendalian Pencatatan dan Pelaporan di
Apotek Kimia Farma Slamet Riyadi sudah berjalan dengan baik namun terdapat
sedikit perbedaan yang terdapat dalam Permenkes No.73, Tahun 2016. Begitu
pula dengan Pelayanan Farmasi Klinik pada Apotek Kimia Farma Slamet Riyadi
seperti Pengkajian Resep, Dispensing, Pelayanan Informasi Obat (PIO),
Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care) dan Monitoring Efek
Samping (MESO) sudah sesuai Permenkes No.73 Tahun 2016, hanya saja
terdapat sedikit perbedaan pada tahap pelaksanaannya.

16
DAFTAR PUSTAKA
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

Suharyanti, C., (2015). Pengaruh Proses Pembelajaran dan Program Kerja Praktek
Terhadap Pengembangan Soft Skills Mahasiswa. Jurnal Pendidikan
Administrasi Perkantoran Universitas Sebelas Maret, 4(1), p.118291.

17
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Lokasi

Lampiran 2. Apotek Kimia Farma 176 Slamet Riyadi

18
Lampiran 3. Dokter Praktek

Lampiran 4. Rak Swalayan

19
Lampiran 5. Rak Obat Ethical

Lampiran 6. Rak Gudang Penyimpanan

20
Lampiran 7. Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika di Lemari Khusus

Lampiran 8. Faktur

21
Lampiran 9. Etiket

Lampiran 10. Copy Resep

Lampiran 10. Surat Pesanan

22
23

Anda mungkin juga menyukai