Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN

PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN DI RUMAH SAKIT

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES


YOGYAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

Kelompok : 11

Lokasi : RS PKU Muhammadiyah Gamping

Ketua Kelompok : Rara Angesti Sekarlangit (P07133118033)

Anggota : 1. Yetty Dwi Kurniawati (P07133118037)

2. Ruci Caraka Wedha Utamie (P07133118040)

3. Afifah Nur Anggraini (P07133118048)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA SANITASI JURUSAN KESEHATAN


LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN


i KESEHATAN
YOGYAKARTA
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan hasil Praktik Belajar Lapangan (PBL) di Rumah Sakit oleh kelompok 11
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Tahun 2020, telah dikoreksi dan
disetujui oleh pembimbing pada :

Hari : ………………………

Tanggal : ………………………

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Lapangan

Naris Dyah Prasetyawati, SST, M.Si.

NIP.198703252009122002

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat karunia-
Nya, “LAPORAN PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN DI RUMAH SAKIT“
dapat diselesaikan. Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk
memenuhi tugas Sanitasi Rumah Sakit. Selain itu, laporan ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Penyehatan ruang perawatan dan lainnya,
Penyediaan air bersih, Pengelolaan limbah cair, Pengelolaan sampah,
Pengendalian vektor dan binatang pengganggu, Desinfeksi dan sterilisasi ruangan,
Penyehatan makanan dan minuman, Pengendalian Penyakit Infeksi, Sterilisasi
peralatan dan media di unit CSSD, Penyehatan tempat pencucian (laundry), dan
Kegiatan K3 di rumah sakit bagi para pembaca dan penulis. Saya sampaikan
terimakasih kepada Ibu Naris Dyah Prasetyawati, S.ST, M.Si, Bapak Sigid
Sudaryanto, SKM, M.Pd, dan Ibu Sri Muryani, SKM, M.Kes selaku dosen mata
kuliah Sanitasi Rumah Sakit yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan.
Dalam penyusunan laporan ini penulis telah berupaya dengan maksimal
untuk mendapatan sumber yang valid dan terpercaya, sehingga apa yang di
paparkan dalam laporan ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh semua pihak
yang membutuhkan. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran untuk membantu
penyempurnaan laporan ini.

Yogyakarta, 27 April 2020

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Tujuan............................................................................................................
C. Sasaran...........................................................................................................
D. Peserta............................................................................................................
E. Waktu dan Tempat.........................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Landasan Teori...............................................................................................
B. Materi Laini....................................................................................................

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN


A. Metode Pelaksanaan.......................................................................................
B. Alat dan Bahan...............................................................................................
C. Rancangan Rencana Kegiatan........................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum...........................................................................................
B. Hasil Kegiatan................................................................................................
C. Pembahasan....................................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat.
Dalam rangka upaya kesehatan ini, pemerintah berusaha agar setiap
penduduk memiliki kesempatan untuk memperoleh derajat kesehatan yang
optimal melalui pemeliharaan, peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan yang
dilaksanakan secara menyeluruh. Penyelenggaraan upaya kesehatan
didukung oleh sumber daya kesehatan yang melibatkan tenaga kesehatan,
sarana kesehatan, perbekalan kesehatn, pembiayaan kesehatan,
pengelolaan kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan.
Upaya kesehatan dapat dilakukan melalui pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif),
yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Salah satu unsur kesehatan adalah sarana kesehatan. Sarana kesehatan
meliputi balai pengobatan, pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit
umum, rumah sakit khusus dan sarana kesehatan lainnya.
Rumah sakit adalah sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai
misi untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau
oleh seluruh lapisan masyarakat, juga sebagai tempat pendidikan dan
pelatihan tenaga kesehatan serta tempat penelitian dan pengebangan
kesehatan serta tempat peneliian dan pengembangan kesehatan. Salah satu
bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di rumah sakit adalah
sanitasi.
Kegiatan yang dilakukan sanitarian rumah sakit meliputi
Penyehatan ruang perawatan dan lainnya, Penyediaan air bersih,
Pengelolaan limbah cair, Pengelolaan sampah, Pengendalian vector dan
binatang pengganggu, Desinfeksi dan sterilisasi ruangan, Penyehatan
makanan dan minuman, Pengendalian Penyakit Infeksi, Sterilisasi
peralatan dan media di unit CSSD, Penyehatan tempat pencucian
(laundry), dan Kegiatan K3 di rumah sakit.
Kegiatan praktik kerja lapangan (PKL) mdi rumah sakit PKU
Muhammadiyah Gamping, Sleman merupakan kegiatan pelatihan bagi
mahasiswa jurusan kesehatan lingkungan untuk menerapkan ilmu yang
telah didapat dan memberi pengalaman bagi mahasiswa itu sendiri.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dengan diadakannya program Praktik Belajar Lapangan
(PBL) mahasiswa diharapkan dapat menerapkan materi yang telah
didapat dari perkuliahan, membandingkan dengan realita yang
dijalani saat melaksanakan PBL, dan terakhir dapat menyusun
laporan sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat dan disetujui.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui cara pemantauan lingkungan
fisik di RS PKU Muhammadiyah Gamping.
b. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme penyediaan air
bersih di RS PKU Muhammadiyah Gamping.
c. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengelolaan limbah cair
di RS PKU Muhammadiyah Gamping.
d. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengelolaan sampah di
RS PKU Muhammadiyah Gamping.
e. Mahasiswa dapat mengetahui cara desinfeksi dan sterilisasi
ruangan di RS PKU Muhammadiyah Gamping.
f. Mahasiswa dapat mengetahui pengendalian vektor dan
binatang pengganggu di RS PKU Muhammadiyah
Gamping.
g. Mahasiswa dapat mengetahui penyehatan makanan dan
minuman di RS PKU Muhammadiyah Gamping.
h. Mahasiswa dapat mengetahui penyehatan tempat penyucian
(loundry) di RS PKU Muhammadiyah Gamping.
i. Mahasiswa dapat mengetahui kegiatan K3 di RS PKU
Muhammadiyah Gamping.
j. Mahasiswa dapat mengetahui pengendalian penyakit
infeksi (PPI) di RS PKU Muhammadiyah Gamping.
C. Sasaran
Kegiatan PBL ini ditujukan kepada mahasiswa semester empat
prodi DIII Kesehatan Lingkungan untuk menambah pengetahuan dan
pengalaman yang berkaitan dengan mata kuliah yang selama ini di
pelajari.
D. Peserta
Peserta kegiatan PBL diikuti oleh seluruh mahasiswa semester empat
prodi DIII Kesehatan Lingkungan yang tersebar di beberapa rumah sakit.
Untuk Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping diikuti oleh empat
mahasiswa yaitu :
1. Rara Angesti Sekarlangit (P07133118033)
2. Yetty Dwi Kurniawati (P07133118037)
3. Ruci Caraka Wedha Utamie (P07133118040)
4. Afifah Nur Anggraini (P07133118048)
E. Waktu dan Tempat
Praktik Belajar Lapangan (PBL) dilaksanakan di Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Gamping yang dimulai tanggal 13 April 2020
sampai dengan tanggal 15 Mei 2020.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Rumah Sakit
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.340/MENKES/PER/III/2010 “Rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan rawat darurat”.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, menyatakan bahwa “Rumah
sakit adalah sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang
sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan
penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan
gangguan kesehatan.”.
Dari pengertian diatas rumah sakit melakukan beberapa jenis
pelayanan, diantaranya adalah pelayanan medis, pelayanan penunjang
media, pelayana perawatan, pelayanan rehabilitas, pencegahan dan
peningkatan kesehatan, juga dapat menjadi tempat pendidikan atau
pelatihan medis, menjadi tempat penelitian dan pengembangan
teknologi bidang kesehatan. Sehingga perlu adanya penyelenggaraan
kesehatan rumah sakit yang dilaksanakan sesuai dengan syarat dan
ketentuan undang-undang.
2. Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, dapat menjadi tempat
penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran
lingkungan dan gangguan kesehatan. Sehingga untuk menghindari hal-
hal merugikan yang kemungkinan dapat ditimbulkan dari aktivitas
pelayanan kesehatan perlu dilalukan penyelenggaraan kesehatan
lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan republik Indonesia No.
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit meliputi :
1. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit
2. Persyaratan hygiene dan sanitasi makanan minuman
3. Penyehatan air
4. Pengelolaan limbah
5. Pengelolaan tempat pencucian linen (laundry)
6. Pengendalian serangga, tikus, dan binatang pengganggu
lainnya
7. Dekontaminasi melalui disinfeksi dan sterilisasi
8. Persyaratan pengamanan radiasi
9. Upaya promosi kesehatan dari aspek kesehatan lingkungan
B. Materi Lain
1. Inspeksi Lingkungan Fisik Rumah Sakit
Lingkungan rumah sakit meliputi ruang bangunan dan halaman
rumah sakit. Inspeksi lingkungan rumah sakit meliputi sanitasi
bangunan fisik dan kelengkapannya, pencahayaan di dalam ruangan,
penghawaan ruang bangunan, kebisingan di lingkungan rumah sakit
dan dalam ruangan, serta kebersihan ruang bangunan dan halaman
rumah sakit.
1. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit
a. Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas
yang jelas, dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak
memungkinkan orang atau binatang peliharaan keluar
masuk dengan bebas.
b. Luang banguna dan halaman harus disesuaikan dengan luas
lahan keseluruhan, sehingga tersedia tempat parkir yang
memadai dan dilengkapi dengan rambu parkir.
c. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir.
Jika berlokasi di daerah banjir haus menyediakan
fasilitas/teknologi untuk mengatasinya.
d. Lingkungan rumash sakit harus kawasan bebas rokok.
e. Lingkungan bangunan tumah sakit harus dilengkapi
penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup.
f. Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek
atau tidak terdapat genangan air dan dibuat landai menuju
ke saluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima
air masuk dan disesuaikan dengan luas halaman.
g. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus
tertutup dan terpisah, masing-masing dihubungkan
langsung dengan instalasi pengolahan air limbah.
h. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu dan tempat-tempat
tertentu yang menghasilkan sampah harus disediakan
tempat sampah.
i. Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu
dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara
kualitas dan kuantitas yang memenuhi persyaratan
kesehatan, sehingga tidak memungkinkan sebagai tempat
bersarang dan berkembangbiaknya serangga, binatang
pengerat, dan binatang pengganggu lainnya.
2. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit
a. Lantai
1) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air,
permukaan rata, tidak licin, warna terang, dan mudah
dibersihkan.
2) Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai
kemiringan yang cukup ke arah saluran pembuangan air
limbah.
3) Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk
konus/lengkung agar mudah dibersihkan.
b. Dinding
Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan
menggunakan cat yang tidak luntur serta tidak
menggunakan cat yang mengandung logam berat.
c. Ventilasi
1) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di
dalam kamar/ruang dengan baik.
2) Luas ventilasi alamiah minimum 15% dari luas lantai.
3) Bila ventilasi alamiah tidak menjamin adanya
pergantian udara dengan baik, kamar atau ruangan
harus dilengkapi dengan penghawaan buatan/mekanis.
4) Penggunaaan ventilasi buatan/mekanis harus
disesuaikan dengan bentuk ruangan.
d. Atap
1) Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat
perindukan serangga, tikus, dan hewan pengganggu
lainnya.
2) Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi
dengan penangkal petir.
e. Langit-langit
1) Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah
dibersihkan.
2) Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai.
3) Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari
kayu harus anti rayap.
f. Kontruksi
Balkon, beranda dan talang harus sedemikian sehingga
tidak terjadi genangan air yang dapat menjadi tempat
perindukan nyamuk Aedes.
g. Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar dan dapat
mencegah masuknya serangga, tikus, dan hewan
pengganggu lainnya.
h. Jaringan Instalasi
1) Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air
limbah, gas, listrik, sistem penghawaan, sara
komunikasi dan lain-lain harus memenuhi persyaratan
teknis kesehatan agar aman digunakan untuk tujuan
pelayanan kesehatan.
2) Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan
dengan pipa air limbah dan tidak boleh bertekanan
negatif untuk menghindari pencemaran air minum.
i. Lalu Lintas Antar Ruangan
1) Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus
didisain sedemikian rupa dan dilengkapi dengan
petunjuk letak ruangna, sehingga memudahkan
hubungan dan komunikasi antar ruangan serta
menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan
kontaminasi.
2) Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus
dilengkapi dengan sarana pencegahan kecelakaan
seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang
mudah dipahami oleh pemakainnya, atau untuk lift 4
(empat) lantai harus dilengkapi ARD (Automatic
Reserve Divided) yaitu alat yang dapat mencari lantai
terdekat bila mati listrik.
3) Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau
dengan mudah bila terjadi kebakaran atau kejadian
darurat lainnya dan dilengkapi ram untuk brankar.
j. Fasilitas Pemadam Kebakaran
Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas
pemadam kebakaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Ruang Bangunan
Pemantauan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai
dengan fungsi serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu
dengan pengelompokkan ruangan berdasarkan tingkat risiko
terjadinya penularan penyakit sebagai berikut :
a. Zona dengan Risiko Rendah
Zona dengan risiko rendah meliputi : ruang administrasi,
ruang komputer, ruang pertemuan, ruang perpustakaan,
ruang resepsionis, dan ruang pendidikan latihan.
b. Zona dengan Risiko Sedang
Zona risiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan
penyait, rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu
pasien.
c. Zona dengan Risiko Tinggi
Zona risiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan
intensif, laboratorium, ruang penginderaan medis (madical
imaging), ruang bedah mayat (autopsy), dan ruang jenazah.
d. Zona dengan Risiko Sangat Tinggi
Zona dengan risiko sangat tinggi meliputi : ruang operasi,
ruang bedah mulut, ruang perawatan gigi, ruang gawat
darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi.
4. Kualitas Udara Ruang
a. Tidak berbau (terutama bebas dari H2S dan Amoniak)
b. Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10
micron dengan rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam
tidak melebihi 150 µg/m3, dan tidak mengandung debu
asbes.
5. Pencahayaan
Pencahayaan, penerangan, dan intensitasnya di ruangan umum
dan khusus harus sesuai dengan peruntukkannya.
6. Penghawaan
Persyaratan penghawaan untuk masing-masing ruang atau unit
seperti beriku :
a. Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi,
laboratorium, perlu mendapatkan perhatian yang khusus
karena sifat pekerjaan yang terjadi ruang-ruang tersebut.
b. Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih
positif sedikit (minimum 0,10 mbar) dibandingkan ruang-
ruang lain di rumah sakit.
c. Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didisain
sedemikian rupa sehingga dapat menyediakan suhu dan
kelembaban.
7. Kebisingan
Kebisingan diruang perawatan tidak boleh melebihi 45
dBA, di ruang poliklinik maksimum 80 dBA, laboratorium
maksimum 68 dBA, ruang cuci dapur maksimum 75 dBA.
8. Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit
Perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah
toilet dan jumlah kamar mandi adalah jika jumlah tempat tidur
10 maka jumlah toilet dan kamar mandi 1. Setiap penambahan
10 tempat tidur harus ditambah 1 toilet & 1 kamar mandi.
Indeks perbandingan jumlah karyawan dengan jumlah toilet
dan jumlah kamar mandi adalah jika jumlah karyawan 20 maka
jumlah toilet 1 dan jumlah kamar mandi 1. Setiap penambahan
20 karyawan harus ditambah toilet 1 & kamar mandi 1.
9. Jumlah Tempat Tidur
Perbandingan jumlah termpat tidur dengan luas lantai untuk
kamar perawatan dan kamar isolasi sebagai berikut :
a. Ruang Bayi
1. Ruang perawatan minimal 2 m2/tempat tidur
2. Ruang isolasi minimal 3,5 m2/tempat tidur
b. Ruang Dewasa
1. Ruang perawatan minimal 4,5 m2/tempat tidur
2. Ruang isolasi minimal 6 m2/tempat tidur
10. Lantai dan Dinding
Lantai dan dinding harus bersih, dengan tingkat kebersihan
sebagai berikut :
a. Ruang operasi : 0 – 5 CFU/cm2 dan bebas patogen dan gas
gangren
b. Ruang perawatan : 5 – 10 CFU/cm2
c. Ruang Isolasi : 0 – 5 CFU/cm2
d. Ruang UGD : 5 – 10 CFU/cm2
2. Penyediaan Air Bersih

3. Pengolahan Limbah Cair


A. Air Limbah

Limbah deidefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha atau
kegiatan manusia. Karakteristik atau sifat air limbah yang dihasilkan oleh
rumah sakit dibedakan menjadi tiga bagian besar, yaitu karakteristik fisik,
kimia dan biologi.

B. Sifat-Sifat Air Limbah

Berikut adalah sifat air limbah dibedakan menjadi 3 yaitu :

1. Sifat Fisik

a. Padatan total (Total Solid)

Padatan total adalah padatan yang tersisa dari penguapan dan sampel
limbah cair pada temperatur 103-105ºC.

b. Bau
Limbah cair berpotensi mengandung senyawa berbau ataupun
senyawa yang potensial menghasilkan bau selama proses pengolahan limbah
cair.

c. Temperatur

Temperatur pada air dapat menentukan besarnya spesies biologi dan


tingkat aktivitasnya.

d. Kepadatan

Kepadatan limbah cair merupakan karakteristik yang penting pada


limbah cair karena dapat memberi informasi tingkat kepadatan air limbah
dalam bak sedimentasi maupun unit lain dalam Instalasi Pengolahan Air
Limbah.

e. Warna

Karakteristik yang sangat mencolok pada air limbah adalah berwarna


karena disebabkan oleh adanya alga dan zat-zat organik yang terkandung
didalamnya

a. Kekeruhan

Kekeruhan pada dasarnya disebabkan oleh adanya koloid, zat organik,


jasad renik, lumpur, dan benda terapung yang tidak dapat mengendap dengan
segera.

2. Sifat Kimia

- Zat Organik :

a. Protein

Protein merupakan senyawa kimia yang komplek dan tidak stabil,


sebagian protein larut dalam air dan sebagian lagi tidak.
b. Minyak dan lemak Minyak dan lemak biasanya terdapat dalam air
limbah. Minyak dan lemak tidak dapat diuraikan oleh mikroba.

c. Karbohidrat

Beberapa karbohidrat seperti gula larut dalam air sedangkan pati tidak
dapat larut dalam air dan meskipun stabil dapat diubah dalam bentuk gula oleh
aktivitas mikroba

d. Pestisida

Pestisida termasuk diantaranya insektisida dan herbisida telah banyak


digunakan pada saat ini baik pada perkotaan maupun pertanian. Penggunaan
yang salah dapat menyebabkan kontaminasi pada aliran air. Banyak dari
pestisida ini bersifat toksik dan akan terakumulasi sehingga menyebabkan
permasalahan tingkat rantai makanan yang tertinggi.

e. Deterjen atau Surfaktan

Deterjen adalah golongan dari molekul organik yang dipergunakan


sebagai pengganti sabun untuk pembersih supaya mendapatkan hasil yang
lebih baik. Dalam air zat ini menimbulkan buih dan selama proses aerasi buih
tersebut berada di atas permukaan gelembung udara sifatnya relatif tetap.
Surfaktan menyebabkan timbulnya busa (foam) yang stabil dan biasanya
terdapat dalam deterjen sintetik. Kandungan zat organik di dalam limbah cair
harus ditentukan baik secara kualitas maupun kuantitas. Pengukuran
kandungan zat organik dapat dilakukan dalam pengukuran Chemical Oxygen
Demand (COD) dan Biochemical Oxygen Demand (BOD).

Parameter limbah cair yang tergolong dalam zat organik antara lain
sebagai berikut :

a. pH
Kadar pH yang baik adalah kadar pH dimana memungkinkan
kehidupan biologis di dalam air berjalan baik. pH yang baik untuk limbah
adalah netral (pH 7).

b. Alkalinitas

Alkalinitas atau kebebasan air limbah disebabkan oleh adanya


hidroksida, karbonat dan bikarbonat seperti kalsium, magnesium dan natrium
atau kalium.

c. Logam

Logam seperti Nikel (Ni), Mg, Fe meskipun dalam konsentrasi yang


rendah dibutuhkan oleh mikroorganise tetapi dengan kadar yang berlebih
dapat membahayakan kehidupan mikroorganisme. Adanya polutan polutan
berupa logam berat Pb, Cd, Hg dan logam lainnya dalam konsentrasi yang
melebihi ambang batas dalam air dapat membahayakan bagi mahluk hidup.

d. Gas

Nitrogen, CO2, H2S, NH3 dan CH4. Gas-gas ini berasal dari
dekomposisi zat organik dalam air limbah.

3. Sifat Biologi
a. Bakteri

Bakteri merupakan mikroorganisme bersel tunggal dan biasanya tidak


berwarna. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang tidak dapat
dijadikan indikator polusi buangan manusia.

b. Jamur

Jamur dapat memecah materi organik, tidak melakukan fotosintesis,


tumbuh pada daerah lembab dengan pH rendah.

c. Alga
Alga dapat memberikan gangguan pada air, seperti timbulnya bau dan
rasa yang tidak diinginkan.

C. Parameter Kualitas Air yang Diuji

Parameter Kualitas Air yang Diuji:

a. BOD

Biochemical Oxygen Demand (BOD) didefinisikan sebagai jumlah


oksigen yang diperlukan untuk menguraikan benda organik oleh bakteri,
sehingga limbah menjadi jernih kembali. Parameter yang paling umum
digunakan untuk pengukuran kandungan zat organik di dalam limbah cair
adalah BOD5 yaitu pengukuran oksigen terlarut DO (Dissolved Oxygen) yang
digunakan mikroorganisme untuk oksidasi biokimia zat organik membutuhkan
waktu 5 hari.

b. COD

Chemical Oxygen Demand (COD) adalah kebutuhan oksigen dalam


proses oksidasi secara kimia. Nilai COD akan selalu lebih besar dari BOD
karena kebanyakan senyawa lebih mudah teroksidasi secara kimia dari pada
secara biologi.

c. E-Coli

Escherchia coli atau biasa disingkat E-coli adalah satu jenis spesies
utama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri ini ditemukan pada usus
besar manusia.

d. TSS

Total Suspended Solid (TSS) adalah ukuran dari zat padat tersuspensi
di dalam air limbah, limbah cair atau perairan yang ditentukan oleh jumlah
berat lumpur yang ada di dalam air limbah setelah mengalami pengeringan

e. Deterjen
Deterjen adalah golongan molekul organik, dalam air zat ini akan
menimbulkan buih dan selama proses aerasi buih tersebut akan berada di atas
permukaan gelembung udara.

f. Minyak dan Lemak

Lemak merupakan senyawa organik yang tidak mudah diuraikan oleh


mikroba. Minyak jika terdapat di dalam limbah cair, dapat merugikan karena
dapat menghambat aktivitas biologi untuk pengolahan limbah cair. Selain itu
dapat merusak sistem perpipaan pada instalasi pengolahan air limbah.

g. Amonia

Amonia adalah senyawa kimia, biasanya senyawa ini didapati berupa


gas dengan bau tajam yang khas. Walaupun amonia memiliki sumbangan
penting bagi kebutuhan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah senyawa
kaustik yang dapat merusak kesehatan.

h. Phospat

Phospat adalah sebuah ion poliatomik atau radikal terdiri dari satu
atom fosforus dan empat oksigen. Fosfat merupakan satu-satunya bahan galian
(diluar air) yang mempunyai siklus, unsur fosfor di alam diserap oleh mahluk
hidup, senyawa fosfat pada jaringan mahluk hidup yang telah mati terurai,
kemudian terakumulasi dan mengendap. Kandungan phosphat yang tinggi
menyebabkan suburnya alga dan organisme lainnya. Phosphat kebanyakan
berasal dari bahan pembersih yang mengandung senyawa phosphat.

Pengukuran kandungan phosphat dalam air limbah berfungsi untuk


mencegah tingginya kadar phosphat sehingga tidak merangsang pertumbuhan
tumbuhan-tumbuhan dalam air.

D. Pengolahan Air Limbah dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob


Seluruh air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit yakni
yang berasal dari kegiatan rumah sakit, yakni yang berasal dari limbah
domestik maupun limbah klinis dikumpulkan melalui pipa pengumpul
selanjutnya dialirkan ke bak kontrol.

a. Penguraian Anaerob

Di dalam bak penguraian anaerob tersebut polutan organic yang ada di


dalam air limbah akan diuraikan oleh mikroorganisme secara anaerob, akan
menghasilkan gas metan H2S. Dengan tahap pertama konsentrasi BOD dapat
menurunkan 60-70%. Air olahan selanjutnya akan diolah dengan proses
pengolahan lanjut dengan system anaerob-aerob.

b. Proses Pengolahan Lanjut

Proses pengolahan lanjut ini dilakukan dengan system biofilter anaerob


aerob. Pengolahan air limbah dengan proses biofilter anaerob-aerob terdiri
dari beberapa bagian yaitu bak pengendap awal, biofilter anaerob, biofilter
aerob, bak pengendap akhir. Air limbah yang berasal dari pengolahan anaerob
(pengolahan tahap pertama) dialirkan ke bak pengendap awal, untuk
mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran lainnya. Berfungsi juga
sebagai pengurai lumpur dan penampung lumpur.

Air limpasan dari bak pengendapan awal selanjutnya dialirkan ke bak


konaktor anaerob diisi dengan media dari bahan plastik berbentuk sarang
tawon.

Jumlah bak konaktor anaerob bisa dibuat lebih dari satu sesuai dengan
kualitas dan jumlah air yang diolah. Penguraian zat organic akan dilakukan
mikroorganisme. Bakteri anaeobic akan tumbuh pada permukaan media,
mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum terurai
di bak pengendap. Air limpasan dari bak anaerob akan dialirkan ke bak
konaktor aerob.
Didalam bak konaktor aerob diisi dengan media bahan kerikil, plastik
(polyethylene), batu apung atau bahan serat sambil diaerasi atau dihembus
dengan udara sehingga mikroorganisme yang ada akan menguraikan zat
organic yang ada dalam air limbah menempel pada permukaan media. Dengan
demikian air limbah akan kontak dengan mikroorganisme yang tersuspensi
dalam air maupun yang menempel pada permukaan media, hal tersebut dapat
meningkatkan efisiensi penguraian zat organic, deterjen serta mempercepat
proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan amonia menjadi lebih besar.

Dari bak aerasi air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak
pengendap akhir lumpur aktif yang mengandung massa mikroorganisme
diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa
sirkulasi. Sedangkan air limpasan dialirkan ke bak khlorinasi dan dapat
dibuang langsung ke saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan
aerob selain dapat menurunkan zat organic (BOD, COD), ammonia, deterjen,
padatan tersuspensi (SS), phosphat dan lainnya.

4. Pengelolaan Sampah

Menurut KEPMENKES RI nomor 1204 tahun 2004 limbah padat


rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat akibat
kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis.
Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di luar
medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat
dimanfaatkan kembali apabila ada teknologi. Limbah non medis ini
penyimpanannya pada tempat sampah berplastik hitam. Sedangkan Limbah
medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius dan limbah
patologi, limbah farmasi (obat kadaluarsa), limbah sitotoksis adalah limbah
berasal dari sisa obat pelayanan kemoterapi, limbah medis padat tajam seperti
pecahan gelas, jarum suntik, pipet dan alat medis lainnya serta limbah
radioaktif adalah limbah berasal dari penggunaan medis ataupun riset di
laboratorium yang berkaitan dengan zat-zat radioaktif.
Pengelolaan sampah merupakan salah satu aspek strategis dari rumah
sakit, karena dengan pengelolaan sampah yang baik akan menciptakan
“image” yang baik bagi rumah sakit.

Unit sanitasi rumah sakit sebagai bagian dari organisasi rumah sakit
dalam melaksanakan fungsi organisasinya mengikut alur atau mekanisme
yang disebut suatu system yang meliputi input, proses dan output. Demikian
halnya dengan pengelolaan sampah di RS PKU Muhammadiyah Gamping
berupa input yang meliputi perencanaan pengelolan sampah, proses yang
meliputi pelaksanaan pengelolaan sampah, proses yang meliputi pelaksanaan
pengelolaan sampah, dan output yang meliputi hasil pengelolaan sampah.

Pihak RS PKU Muhammadiyah Gamping telah melaksanakan


pengelolaan sampah, akan tetapi pengelolaan sampah yang dilakukan
dirasakan belum optimal. Hasil studi pendahuluan pada bulan Januari 2016 di
instalasi Sanitasi menunjukan bahwa ada beberapa masalah yang ditemukan
salah satunya dari segi input belum dilakukan perencanaan Sumber Daya
Manusia (SDM). Jumlah SDM yang menangani pengelolaan sampah baik
medis maupun non medis terbatas sehingga mengakibatkan beban kerja
pegawai yang menangani sampah menjadi bertambah. Dari 7 petugas
pengelola sampah, ada 3 petugas yang mengalami kelebihan beban kerja.

Pengelolaan limbah di setiap rumah sakit sudah mengacu pada


Kemenkes RI No.1204/Menkes/ SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan
lingkungan Rumah Sakit. Pengelolaan ini dimulai sejak pemilahan,
pengangkutan dan pemusnahan. RS PKU Muhammadiyah Gamping juga
mempunyai unit sanitasi dan SOP pengolahan limbah sampah medis, sarana
dan prasarana pengelolaan limbah dan dokumen kerjasama pemusnahan
limbah dengan pihak ketiga yang berizin. Namun karena pengelolaan limbah
ini melibatkan sumber daya manusia mulai dari proses pengumpulan sampai
pemusnahan yang membutuhkan perilaku dan ketaatan dari sumber daya
manusia tersebut, maka dari itu masih perlu dilakukan evaluasi dan
pengawasan terus menerus terhadap pengelolaan limbah rumah sakit.

5. Penyehatan Makanan Minuman


Penyehatan makanan minuman merupakan upaya pengawasan,
pelindungan, dan peningkatan kualitas hygiene dan sanitasi pangan
untuk mewujudkan kualitas pengelolaan pangan yang sehat, aman dan
selamat.
Penyehatan pangan siap saji adalah upaya pengawasan,
pelindungan, dan peningkatan kualitas higiene dan sanitasi pangan
siap saji agar mewujudkan kualitas pengelolaan pangan yang sehat,
aman dan selamat.
Standar baku mutu dan persyaratan kesehatan untuk pangan siap
saji sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan yang
mengatur mengenai standar baku mutu dan persyaratan kesehatan
untuk pangan siap saji. Selain itu, rumah makan/restoran dan kantin
yang berada di dalam lingkungan rumah sakit harus mengikuti
ketentuan mengenai standar baku mutu dan persyaratan kesehatan
untuk pangan siap saji.
Syarat penyehatan hygiene dan sanitasi makanan minuman :
a. Angka kuman E.Coli pada makanan harus 0/gr sampel makanan
dan pada minuman angka kuman E.Coli harus 0/100 ml sampel
minuman.
b. Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka tota lkuman
sebanyak-banyaknya 100/cm2 permukaan dan tidak ada kuman E.
Coli.
c. Makanan yang mudah membusuk disimpan dalam suhu panas lebih
dari 65,5°atau dalam suhu dingin kurang dari 4°C. Untuk makanan
yang disajikan lebih dari 6 jam disimpan suhu – 5°C sampai -1°C.
d. Makanan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu ±
10°C.
e. Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu kelembaban
penyimpanan dalam ruangan 80 -90 %.
f. Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada lantai,
dinding, atau langit-langit dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Jarak bahan makanan dengan lantai 30 cm
2) Jarak bahan makanan dengan dinding 15 cm
3) Jarak bahan makanan dengan langit-langit 50 cm
Fungsi utama rumah sakit (RS) adalah menyelenggarakan upaya
penyembuhan dan pemulihan penyakit. Pengelolaan makanan RS,
sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan di RS yang
mendukung upaya penyembuhan dan pemulihan penyakit melalui
penyelenggaraan makanan yang higienis dan sehat. Prinsip-prinsip
dasar sanitasi penyelenggaraan makanan di RS pada dasarnya tidak
berbeda dengan tempat-tempat penyelenggaraan makanan lain, tetapi
standar kebersihan dan higiene pelayanan makanannya lebih tinggi
karena rentannya pasien yang masuk RS dan ancaman penyebaran
kuman pathogen yang tinggi di lingkungan RS.
Makanan yang tidak dikelola dengan baik dan benar dapat
menimbulkan dampak negatif seperti penyakit dan keracunan akibat
bahan kimia, mikroorganisme, tumbuhan atau hewan, serta dapat pula
menimbulkan alergi.

6. K3 Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 tahun


2009 tentang Rumah Sakit disebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit dapat didirikan oleh
pemerintah, pemerintah daerah atau swasta. Persyaratan teknis bangunan
rumah sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam
pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua
orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut.
Bahaya potensial di rumah sakit dapat mengakibakan penyakit dan
kecelakaan akibat kerja, yaitu disebabkan oleh faktor biologi (virus,
bakteri dan jamur), faktor kimia ( antiseptic, gas anestasi), faktor
ergonomic (cara kerja yang salah), faktor fisika (suhu, cahaya, bising,
listrik, getaran dan radiasi), faktor psikososial (kerja bergilir, hubungan
sesama karyawan atau atasan). Bahaya potensial yang dimungkinkan ada
di rumah sakit, diantaranya adalah mikrobiologi, desain/fisik, kebakaran,
mekanik, kimia/gas/karsinogen, radiasi dan resiko hukum atau keamanan.
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) adalah Upaya untuk
memberikan jaminan keselamatan meningkatkan derajat kesehatan para
pekerja atau buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja, pengendalian bahaya di temoat kerja , promosi kesehatan,
pengobatan dan rehabilitasi.
Upaya Kesehatan Dan Keselamtan Kerja (K3) Di Rumah Sakit
adalah Upaya kesehatan dan keselamatan kerja (k3) di rumah sakit
menyangkut tenaga kerja, cara atau metode kerja, alat kerja, proses kerja
dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan,
pengobatan dan pemulihan. Kinerja setiap petugas kesehatan dan non
kesehatan merupakan resultant dari tiga komponen K3 yaitu kapasitas
kerja, beban kerja dan lingkungan kerja.
Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah
Sakit adalah Suatu proses kegiatan yang dimulai dengan tahap
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian yang
bertujuan untuk membudayakan kesehatan dan keselmatan kerja K3 di
rumah sakit.
Kebakaran adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan dan kadang
kala tidak dapat dikendalikan, sebagai hasil pembakaran suatu bahan
dalam udara dan mengeluarkan energy panas dan nyala (api). Proses
pembakaran adalah suatu reaksi eksotermis, yaitu suatu reaksi yang
mengeluarkan panas. Bila api yang terjadi sangat terbatas maka gejala
tersebut belum dinyatakan sebagai kebakaran, tetapi bila api mulai
memungkinkan terjadinya penjalaran maka gejala itu dapat dikatakan
kebakaran.
Selain itu kegiatan yang dilakukan untuk melaksanakan kegiatan K
3 adalah promosi kesehatan. Promosi yang dilakukan oleh pihak K3RS me
ngenai APAR yang bertempat di depan klinik yang terdapat pasien dan
pengunjung. Tujuan dilaksanakanya promosi kesehatan harapanya baik pa
sien dan pengunjung RS bisa memahami kondisi ketika terjadi kebakaran,
baik kebakaran ringan dan besar.

7. Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu


Rumah sakit adalah sarana pelayanan kesehatan, tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi
tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran
lingkungan dan gangguan kesehatan. Pengertian Pengendalian
serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya adalah upaya untuk
mengurangi populasi serangga, tikus, dan binatang pengganggu
lainnya sehingga keberadaannya tidak menjadi vektor penularan
penyakit.Beberapa persyaratan dalam pengendalian vector adalah
sebagai berikut :
- Kepadatan jentik Aedes sp yang diamati melalui indeks
kontainer harus 0 (nol).
- Tidak ditemukannya lubang tanpa kawat kasa yang
memungkinkan nyamuk masuk ke dalam ruangan, terutama di
ruangan perawatan.
- Semua ruang di Rumah Sakit harus bebas dari kecoa, terutana
pada dapur, gudang makanan, dan ruangan steril.
- Tidak ditemukannya tandaq-tanda keberadaan tikus terutana
pada daerah bangunan tertutup (core) Rumah Sakit.
- Tidak ditemukannya lalat di dalam bangunan tertutup (core) di
Rumah Sakit.
- Di lingkungan Rumah Sakit harus bebas kucing dan anjing.
Berikut adalaha upaya pencegahan dan pemberantasan vector dan
binatang penganggu.
1) Pencegahan pada nyamuk :
- Melakukan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN)
dengan Mengubur, Menguras, Menututp (3M).
- Pengaturan aliran pembuangan air limbah dan saluran
dalam keadaan tertutup.
- Pembersihan tananam sekitar Rumah Sakit secara
berkala yang menjadi tempat perindukan.
- Pemasangan kawat kasa di seluruh ruangan dan
penggunaan kelambu terutama di ruang perawatan
anak.

Pemberantasan pada nyamuk :

- Pemberantasan dilakukan apabila larva atau jentik


nyamuk Aedes sp. > 0 dengan abatisasi.
- Melakukan pemberantasan larva/jentik dengan
menggunakan predator.
- Melakukan oiling untuk memberantas culex.
- Bila diduga ada kasus demam berdarah yang tertular
di Rumah Sakit, maka perlu dilakukan pengasapan
(fogging) di Rumah Sakit.
-

2) Pencegahan pada kecoa :

- Menyimpan bahan makanan dan makanan siap saji


pada tempat tertutup.
- Pengelolaan sampah yang memenuhi sayarat
kesehatan.
- Menututp lubang-lubang atau celah-celah agar kecoa
tidak masuk ke dlam ruangan.
- Pembersihan telur kecoa dengan cara mekanis, yaitu
membersihkan telur yang terdapat pada celah-celah
dinding, lemari, peralatan dan telur kecoa
dimusnahkan dengan dibakar/dihancurkan.

Pemberantasan pada kecoa

Pemberantasan kecoa dapat dilakukan secara fisik


dan kimiawi.
1. Secara Fisik atau Mekanis :
a. Membunuh langsung kecoa dengan alat
pemukul.
b. Menyiram tempat perindukan dengan air
panas.
c. Menutup celah-celah dinding.
2. Secara kimiawi dengan menggunakan insektisida
dengan pengasapan, bubuk, semprotan, dan
umpan.

3) Pencegahan pada Tikus

- Melakukan penutupan saluran terbuka, lubang-lubang


di dinding, plafon, pintu, dan jendela.
- Melakukan pengelolaan sampah yang memenuhi
syarat kesehatan.

Pemberantasan pada tikus :

Melakukan pengendalian tikus secara fisik dengan


pemasangan perangkap, pemukulan atau sebagai alternatif
terakhir dapat dilakukan secara kimia dengan
menggunakan umpan beracun.

4) Pencegahan pada Lalat

Melakukan pengelolaan sampah/limbah yang


memnuhi syarat kesehatan.Menyediakan tempat
pembuangan sampah yang tertutup agar tidak mengundang
lalat serta membuang sampah tepat sesuai jenisnya.
Pemberantasan pada lalat :
Bila kepadatan lalat di sekitar tempat sampah
(perindukan) melebihi 2 (dua) ekor per block grill maka
dilakukan pengendalian lalat secara fisik, biologik, dan
kimia.

8. Pengendalian Penyakit Infeksi


9. CSSD

BAB III

PEMBAHASAN

BAB IV

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai