TAHAN TUBUH
DISUSUN OLEH:
Mengetahui,
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan yang Maha
Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmat Nya sehingga kami dapat
menyusun proposal penggantian tugas Kuliah Kerja Nyata (KKN) ini dengan
benar. Adapun judul dari tugas penggantian Kuliah Kerja Nyata (KKN) ini yaitu
pembuatan produk jamu godog sebagai imunomodulator dari tanaman jahe, kunyit
dan daun kemangi.
Proposal ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
pelaksanaan tugas penggantian Kuliah Kerja Nyata (KKN) dalam pembuatan
produk jamu godog. Dalam penyusunan proposal ini kami banyak mendapatkan
bimbingan, saran, dan bantuan serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Drs.Arsyad Bachtiar, Msc selaku direktur utama STF Muhammadiyah
Cirebon
2. Ibu Lela Sulastri S.Si.,M.Farm.,Apt selaku kaprodi S1-Farmasi
3. Aan Kunaedi,S.Farm., M.Sc.,Apt selaku dosen pembimbing
4. Dosen STF Muhammadiyah Cirebon
5. Rekan-rekan Mahasiswa-Mahasiswi STF Muhammadiyah Cirebon
6. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan dukungan baik secara
moral dan do’a
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyususunan
proposal ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang kami
dapat untuk dijadikan materi. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
bagi pembaca demi kesempurnaan proposal ini.
Akhir kata kami berharap kiranya proposal ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca.
Cirebon, 25 Juli 2020
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
iii
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 16
LAMPIRAN..................................................................................................... 17
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai perguruan tinggi yang ada di provinsi Jawa Barat, maka STF
Muhammadiyah Cirebon (STFM CIREBON) terpanggil untuk berkontribusi
dalam pencegahan dan penanganan COVID-19 yang sedang mewabah di
masyarakat. Melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat (LPPM) yang ada di lingkungan STFM CIREBON
1
merumuskan kegiatan Kuliah Kerja Mahasiswa di Masa Pandemi COVID-
19 untuk percepatan penanggulangan COVID-19. Kegiatan Kuliah Kerja
Mahasiswa (KKM) merupakan kegiatan yang terjadwal secara akademik di
STF Muhammadiyah Cirebon. Oleh karena itu, percepatan penanggulangan
COVID-19 sangat srategis jika dilakukan melalui kegiatan Kuliah Kerja
Mahasiswa (KKM) . Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) merupakan salah
satu bentuk pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa
secara interdisipliner, institusional, dan kemitraan sebagai salah satu wujud
dari tridharma perguruan tinggi. Program pengabdian kepada masyarakat
dipandang oleh STF Muhammadiyah Cirebon (STFM CIREBON) sebagai
program yang wajib dilaksanakan, baik oleh dosen maupun oleh mahasiswa,
dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip : (1) kompetensi akademik; (2)
kewirausahaan, dan (3) professional, sehingga dapat menghasilkan program
pengabdian kepada masyarakat yang bermutu, relevan, dan sinergis dalam
meningkatkan pemberdayaan masyarakat (Ruyadi dkk, 2010:172). Kuliah
Kerja Mahasiswa (KKM) adalah program Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM)
dengan fokus yang spesifik dengan ciri: (1) relevan dengan program
pembangunan daerah atau pemerintah pusat; (2) relevan dengan kebutuhan
masyarakat; dan (3) relevan dengan visi, misi, renstra, kepakaran, dan
IPTEKS yang dimiliki STFM CIREBON. Program Kuliah Kerja Mahasiswa
(KKM) ini didasarkan kepada prinsip-prinsip pendidikan, yaitu Ing Ngarso
Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani.
1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Tujuan dari pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata sebagai berikut:
2
3. Memberi pengalaman kepada mahasiswa tentang kondisi yang
terdapat pada masyarakat dan bagaimana hidup di tengah – tengah
masyarakat dengan mengimplementasikan disiplin ilmu yang miliki.
4. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi dengan Pemerintah
Kecamatan, pemerintah Desa, dan masyarakat secara langsung.
5. Untuk belajar memahami karakteristik masyarakat pedesaan yang
majemuk dengan segala pola hidup masing – masing.
B. Tujuan Khusus
3
Dikarenakan keadaan saat ini tidak memungkinkan untuk dilaksanakan
secara langsung pada masyarakat, maka tempat pelaksanaan dilakukan
secara webinar.
4
BAB II
PERUMUSAN PROGRAM KERJA
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
dimasyarakat.
Dalam ilmu farmasi sediaan harus memiliki khasiat yang baik bagi
tubuh. Jamu dan obat herbal terstandar (OHT) khasiatnya hanya sebatas
pemeliharaan kesehatan, tentunya secara tradisional (tradisional health use)
dan atau pengobatan tradisional (traditional treatment) untuk gangguan
kesehatan. Untuk sediaan fitofarmaka di gunakan sebagai pengobatan yang
terbukti secara ilmiah (scientifically estabilished treatment) sampai ke klaim
khasiat dapat mengobati tergantung hasil uji.
5
Namun, obat tradisional tersebut masih dimungkinkan untuk
dimanfaatkan dalam kaitan khasiatnya untuk membantu memelihara daya
tahan tubuh manusia. Beberapa obat tradisonal yang secara empiris telah
lama dimanfaatkan dan dinyatakan aman, sehingga dapat dimanfaatkan
dengan kriteria bahwa tumbuhan obat tersebut didukung oleh data ilmiah
yang mendukung pembuktian untuk daya tahan tubuh.
2. Jamu
6
Dalam jamu godogkan material jamu (tumbuh-tumbuhan)
direbus dengan air, dan air hasil rebusan digunakan untuk
mengobati penyakit. Bahan bakunya dapat berupa bahan
kering atau bahan yang masih segar.
c. Jamu seduhan, yaitu jamu berupa powder (serbuk). Jamu
ini biasanya diseduh dengan menggunakan air panas lalu
diminum.
d. Jamu oles yaitu penggunaan jamu ini dilakukan dengan
cara dioleskan pada tubuh bagian luar. Bentuk jamu ini
sering disebut pillis atau tapel. Bentuk kedua jamu ini
seperti pasta atau lem dan biasanya dalam kondisi segar
maupun kering.
e. Jamu dalam bentuk pil, tablet dan kapsul yaitu bentuk
jamu ini sangat sederhana dan mudah untuk dikonsumsi,
seperti halnya obat-obatan modern.
3. Fitofarmaka
7
2.2 Pengertian Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan
untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan
lain suhu pengeringan tidak lebih dari 60oC.
Jenis-jenis simplisia:
1. Simplisia nabati: simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian
tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel
yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan
cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa senyawa
kimia murni
2. Simplisia hewani : simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-
zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan
kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu
(Mel depuratum).
3. Simplisia pelikan (mineral) adalah simplisia berupa bahan pelikan
atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng
dan serbuk tembaga.
Simplisia yang aman dan berkhasiat adalah simplisia yang tidak
mengandung bahaya kimia, mikrobiologis, dan bahaya fisik, serta
mengandung zat aktif yang berkhasiat. Ciri simplisia yang baik adalah
dalam kondisi kering (kadar air < 10%), untuk simplisia daun, bila diremas
bergemerisik dan berubah menjadi serpihan, simplisia bunga bila diremas
bergemerisik dan berubah menjadi serpihan atau mudah dipatahkan, dan
simplisia buah dan rimpang (irisan) bila diremas mudah dipatahkan. Ciri
lain simplisia yang baik adalah tidak berjamur, dan berbau khas menyerupai
bahan segarnya (Herawati, Nuraida, dan Sumarto, 2012).
Proses pemanenan dan preparasi simplisia merupakan proses yang
menentukan mutu simplisia dalam berbagai artian, yaitu komposisi senyawa
kandungan, kontaminasi dan stabilitas bahan. Namun demikian simplisia
8
sebagai produk olahan, variasi senyawa kandungan dapat di perkecil, diatur
atau dikonstankan (Depkes RI, 2000).
Dalam hal simplisia sebagai bahan baku dan produk siap konsumsi
langsung dapat dipertimbangkan 3 konsep untuk menyusun parameter
standar umum:
1. Simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya memenuhi 3
parameter mutu umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis
(identifikasi), kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia dan biologis)
serta aturan penstabilan (wadah, penyimpanan dan transportasi).
2. Simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai obat
tetap diupayakan memenuhi 3 paradigma produk kefarmasian, yaitu
Quality–Safety-Efficacy (mutu-aman-manfaat).
3. Simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang bertanggung
jawab terhadap respon biologis harus mempunyai spesifikasi kimia,
yaitu informasi komposisi (jenis dan kadar) senyawa kandungan.
(Depkes RI, 2000).
9
2. Sortasi basah: Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-
kotoran atau bahan asing lainnya setelah dilakukan pencucian dan
perajangan.
4. Perajangan
7. Pengepakan
10
Sub Divisi : Spermatophytina
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Zingiber Mill
Spesies : Zingiber officinale Roscoe
Jahe (Zingiber officinale Roscoe.) merupakan salah satu herbal medisin
yang telah dikenal oleh masyarakat sebagai bumbu dan dapat digunakan
sebagai bahan obat alami. Rimpang jahe biasa digunakan masyarakat
pada kondisi masuk angin, gangguan pencernaan, batuk kering, kolera,
difteri, digigit ular, gatal-gatal; di samping itu digunakan pula dalam
upaya peningkatan nafsu makan, penghangat badan (Wahyoedi, 1994).
Gingerol berefek sebagai analgetika, sedatif, antipiretika dan motilitas
gastrointestinal (Anonim, 2008). Zat pedas (gingerol) pada jahe juga
merupakan senyawa yang dapat meningkatkan sistem daya tahan tubuh.
Penghambatan proses oksidasi komponen lipida dalam makanan
terdapat kecenderungan peningkatan penelitian. Gingerol dan Zingeron
mengurangi peroksidasi fosfolipida lisosoma dengan keberadaan ion
Ferri dan asam askorbat (Aesbach et al., 1994).
Hasil penelitian menyebutkan bahwa ekstrak zat pedas rimpang
berpengaruh pada motilitas lambung setelah pemakaian per oral.
Disebutkan pula sebagai profilaksi keadaan nausea dan vomitus yang
diakibatkan karena “motion sickness” (Anonim, 1999). Di daerah
Kismantoro dikenal berbagai nama lokal rimpang jahe yaitu; Jahe
gajah/badak, jahe emprit, jahe gundhul dan jahe merah, yang sementara
ini mempunyai nama latin yang sama Zingiber officinale Roscoe.
11
B. Kunyit
C. Daun Kemangi
12
Gambar 2.3 Daun Kemangi
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Ocimum
Spesies : basilicum
Nama binomial : Ocimum basilicum
Daun kemangi (Ocimum basilicum L.) mengandung antioksidan alami
yang berkhasiat menjaga kesehatan badan. Senyawa antioksidan alami
tersebut berupa senyawa fenolik (tokoferol, flavonoid dan asam fenolat),
senyawa nitrogen (alkoloid, asam karoten yang terkandung dalam
kemangi merupakan senyawa antioksidan yang dapat mencegah
kerusakan sel tubuh manusia (Maryati, et al., 2007).
2.4 Program kerja
Program kerja yang akan dilaksanakan didasarkan pada hasil analisis
lingkungan sekitar pada saat kondisi adanya covid-19. Program-program
kerja yang akan dilaksanakan sebagai berikut :
1. Pembuatan simplisia kering
13
Tujuannya : masyarakat dapat membuat bahan jamu godog dengan baik,
dan dapat disimpan dalam waktu lama.
Proses Pembuatan simplisia
a. Pengumpulan: dibutuhkan tanaman segar yang akan dijadikan sebagai
bahan baku simplisia.
b. Sortasi basah: untuk memisahkan kotoran dari tanaman atau bahan
asing lainnya dari bahan simplisia.
c. Pencucian: tanaman segar dicuci bersih dengan air mengalir dilakukan
untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melekat pada
simplisia.
d. Perajangan: tanaman segar yang telah bersih dirajang ± 1 mm.
e. Pengeringan: dikeringkan menggunakan wadah selama 1 hari atau
lebih hingga kering.
f. Simplisia yang telah dibuat dipastikan kering, dipastikan dengan hasil
rajangan mudah diremah dan mudah patah
g. Sortasi kering: implisia yang telah kering lalu didisortasi kering untuk
menghilangkan kotoran yang masih ada
h. Timbang beberapa simplisia yang telah ditentukan dengan berat total
7gram, dan masukan kedalam kemasan plastik
2. Pembuatan jamu godog
Untuk mendapatkan efek khasiat yang baik perlu diperhatikan
komposisi tiap 7 gram sediaan terdiri dari 3 simplisia:
a. Jahe 2,3 gram/ruas
b. Kunyit 2,3 gram/ruas
c. Kemangi 2,3 gram/ruas
Tujuannya : agar masyarakat dapat membuat jamu godong sendiri
dengan baik
Cara pembuatan jamu godog
a. Panaskan air hingga mendidih, gunakan air tawar bersih dan tidak
mengandung zat kimia berbahaya untuk merebus. Masukkan bahan
14
simplisia, pastikan seluruh simplisia terendam sekitar 3cm. biarkan
selama 15-30 menit.
b. Untuk merebus bahan berkhasiat obat gunakan wadah yang terbuat
dari periuk tanah (keramik), panic enamel, atau panci beling. Jangan
menggunakan wadah dari logam seperti besi, aluminium, dan
kuningan. Logam mengandung zat iron trichloride dan potassium
ferricyanide. Zat tersebutmenimblkan endapan pada air dalam
mengobati penyakit. Selama perebusan, jangan terlalu sering
membuka tutup wadah agar kandungan minyak atsirinya tidak
mudah hilang.
c. Gunakan api sesuai dengan jenis herbal yang direbus.
d. Api kecil: gunakan untuk merebus herbal yang berkhasiat sebagai
tonikum, seperti ginseng dan jamur agar kandungan aktifnya terserap
kedalam air rebusan (rebus sekitar 2 jam).
e. Api besar: gunakan untuk merebus herbal atau simplisia yang
berhasiat diaforetik (mengeluarkan keringat) dan mengandung
banyak minyak atsiri, seperti daun mint, cengkih dan daun manis.
Setelah mendidih, masukkan bahan dan rebus sebentar.
f. Jika tidak ada ketentuan lain, rebusan dianggap selesai saat air
rebusan tersisa setengah dari jumlah air semula, misalnya 800cc
menjadi 400 cc, juka bahannya direbus kebanyakan berupa bahan
keras seperti biji atau batang maka air rebusan disisakan
sepertiganya, misalnya 600 cc menjadi 200 cc.
g. Jika mengandung bahan kering, umumnya dosis (takaran) setengah
dari jumlah bahan segar.
h. Minum rebusan sari tumbuhan obat dalam keadaan hangat.
Umumnya, rebusan herbal diminum sebelum makan agar mudah
terserap namun, untukramuan obat yang dapat merangsang lambung,
minum setelah makan. Minum ramuan obat yang berkhasiat sebagai
penguat (tonikum) pada waktu pagi hari sewaktu perut kosong.
15
i. Lakukan pengobatan secara teratur. Yang perlu diingat, pengobatan
herbal membutuhkan kesabaran karena tidak langsung terasa
manfaatnya, tetapi bersifat konstruktif (memperbaiki/membangan).
j. Pengobatan herbal bisa ditambahkan madu untuk menambah cita
rasa dan efek yang maksimal, lalu aduk sebentar hingga tercampur
rata, dan minum selagi hangat.
16
BAB III
Demikian proposal program kerja ini dibuat sebagai kerangka acuan dan
gambaran singkat mengenai Pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
dalam rangka mendapatkan tanggapan dan bantuan dari berbagai pihak. Kepada
semua pihak yang membantu Mahasiswa Peserta KKN Sekolah Tinggi Farmasi
Muhammadiyah Cirebon angkatan xx tahun 2021 mengucapkan terima kasih atas
partisipasinya. Semoga segala bantuan dan amal usaha dari pihak yang peduli dan
simpati terhadap usaha ini bernilai ibadah disisi Allah SWT.
17
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). 2020.
BUKU SAKU OBAT TRADISIONAL UNTUK MEMELIHARA DAYA
TAHAN TUBUH. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia.
Herawati, D., L. Nuraida, dan Sumarto.2012. Cara Produksi Simplisia Yang Baik.
Seafast Center. Institut Pertanian Bogor.
18
Joe, B. M. Vijaykumar and B.R. Lokesh, 2004.Biological properties of curcumin-
cellular and molecular mechanisms of action. Critical Review in Food
Science and Nutrition 44 (2): 97 - 112.
Maryati., Fauzia. R.S., dan Rahayu.T. 2007. Uji Aktivitas Antibakteri Minyak
Atsiri Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) Terhadap Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi, 8, (1),
30-38.
Peter J, Delves, Ivan, Roitt. 2000. The Immune System. Second of Two Parts. The
New England Journal of Medicine.
Swan dan Roemantyo. 2002. Jamu as Medicine in Java, Indonesia: South Pasific
Study.
Wahyoedi, B. 1994. Beberapa Data Farmakologi dari Jahe. 1-4. warta perhipba.
19
LAMPIRAN
20
Lampiran 2. Rencana dan Indikator Pogram Kelompok KKM 2020
Ketua LPPM
21
Lampiran 3. Kinerja Indikator Output dan Capaian Program KKM 2020
22