Anda di halaman 1dari 29

MANFAAT JAMU GODOG UNTUK MENINGKATKAN DAYA

TAHAN TUBUH

KULIAH KERJA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI


FARMASI MUHAMMADIYAH CIREBON TAHUN 2020

DISUSUN OLEH:

NO NAMA MAHASISWA NIM JURUSAN


1 Arief Syarifudin Ramdhani 12117001 S1 Farmasi
2 Mila Zainatul Milhah 12117008 S1 Farmasi

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN


MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI FARMASI
MUHAMMADIYAH CIREBON
2020
LEMBAR PENGESAHAAN
PROPOSAL RENCANA KEGIATAN KKM
Rencana Kegiatan
Judul : Manfaat Jamu Godog Untuk Meningkatkan daya tahan
tubuh
Lokasi : Secara Webinar
Perkiraan Biaya : Rp. 90.000,-
Sumber Dana : Kas Mahasiswa KKM STF Muhammadiyah Cirebon
Pelaksanaan Kegiatan
Dosen Pembimbing Lapangan : Aan Kunaedi,S.Farm., M.Sc.,Apt
Ketua Kelompok : Arief Syarifudin Ramdhani
Waktu Pelaksanaan Survey : 25 Juli – 25 Agustus 2020
Cirebon, 25 Juli 2020
Disetujui
Dosen Pembimbing Lapangan Ketua Kelompok

Aan Kunaedi,S.Farm., M.Sc.,Apt Arief Syarifudin Ramdhani

NBM: NIM : 12117001

Mengetahui,

Ketua LPPM Ketua Program Studi S1 Farmasi

Aan Kunaedi,S.Farm., M.Sc.,Apt Lela Sulastri,S.Si,.M.Farm,.Apt

NBM: NBM : 1048651

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan yang Maha
Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmat Nya sehingga kami dapat
menyusun proposal penggantian tugas Kuliah Kerja Nyata (KKN) ini dengan
benar. Adapun judul dari tugas penggantian Kuliah Kerja Nyata (KKN) ini yaitu
pembuatan produk jamu godog sebagai imunomodulator dari tanaman jahe, kunyit
dan daun kemangi.
Proposal ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
pelaksanaan tugas penggantian Kuliah Kerja Nyata (KKN) dalam pembuatan
produk jamu godog. Dalam penyusunan proposal ini kami banyak mendapatkan
bimbingan, saran, dan bantuan serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Drs.Arsyad Bachtiar, Msc selaku direktur utama STF Muhammadiyah
Cirebon
2. Ibu Lela Sulastri S.Si.,M.Farm.,Apt selaku kaprodi S1-Farmasi
3. Aan Kunaedi,S.Farm., M.Sc.,Apt selaku dosen pembimbing
4. Dosen STF Muhammadiyah Cirebon
5. Rekan-rekan Mahasiswa-Mahasiswi STF Muhammadiyah Cirebon
6. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan dukungan baik secara
moral dan do’a
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyususunan
proposal ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang kami
dapat untuk dijadikan materi. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
bagi pembaca demi kesempurnaan proposal ini.
Akhir kata kami berharap kiranya proposal ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca.
Cirebon, 25 Juli 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1

1.2 Tujuan Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata.............................................. 2

1.3 Analisa Situasi Keadaan Desa.............................................................. 3

1.4 Tema Kegiatan...................................................................................... 3

1.5 Waktu Kegiatan.................................................................................... 3

1.6 Tempat dan Lokasi Pelaksanaan........................................................... 3

1.7 Penyelenggaraan Kegiatan.................................................................... 4

1.8 Anggaran Kegiatan............................................................................... 4

1.9 Susunan Peserta.................................................................................... 4

1.10 Sumber Dana........................................................................................ 4

BAB II PROGRAM KERJA

2.1 Obat Tradisional.................................................................................... 5

2.2 Pengertia Simplisia............................................................................... 8

2.3 Klasifikasi Tanaman............................................................................. 10

2.4 Program Kerja....................................................................................... 13

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 15

iii
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 16

LAMPIRAN..................................................................................................... 17

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jahe............................................................................................... 10


Gambar 2.2 Kunyit........................................................................................... 12
Gambar 2.3 Daun Kemangi.............................................................................. 13

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Anggaran Program KKM 2020...................................... 17


Lampiran 2 Rencana dan Indikator Program Kelompok KKM 2020 STF....... 18
Lampiran 3 Kinerja Indikator Output dan Capaian Program KKM 2020........ 19

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesembuhan seseorang dari penyakit yang dikarenakan oleh virus,
bakteri, ataupun antigen lain yang memicu terjadinya reaksi pada tubuh,
bergantung pada sistem kekebalan tubuh itu sendiri. Sebagai respon, tubuh
akan menaikkan sistem pertahanan tubuh yang dapat pula dipicu dengan
memberikan senyawa yang disebut imunomodulator. Hal ini akan
menyebabkan produksi limfosit meningkat pesat dan sel limfosit B akan
mensekresikan antibodi dengan afinitas yang lebih tinggi terhadap antigen
jika dibandingkan dengan paparan antigen pertama (Delves & Roitt, 2000).
Sistem kekebalan tubuh yang berfungsi baik sangat penting dalam
memerangi COVID-19. Terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan oleh
masyarakat untuk membantu meningkatkan sistem daya tahan tubuh, salah
satunya yaitu dengan mengkonsumsi jamu. Jamu pada dasarnya umum bagi
orang Indonesia, bahkan banyak orang yang terbiasa mengkonsumsi jamu
sehari-hari.
Sebagian besar masyarakat mengkonsumsi jamu karena percaya
memberikan manfaat yang cukup besar terhadap kesehatan baik untuk
pencegahan dan pengobatan terhadap suatu penyakit maupun dalam hal
menjaga kebugaran dan kecantikan dan meningkatkan stamina tubuh.
Sampai saat ini keberadaan jamu terus berkembang. Hal ini terlihat pada
permintaan terhadap jamu yang terus mengalami peningkatan (Biofarmaka
IPB, 2013).

Sebagai perguruan tinggi yang ada di provinsi Jawa Barat, maka STF
Muhammadiyah Cirebon (STFM CIREBON) terpanggil untuk berkontribusi
dalam pencegahan dan penanganan COVID-19 yang sedang mewabah di
masyarakat. Melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat (LPPM) yang ada di lingkungan STFM CIREBON

1
merumuskan kegiatan Kuliah Kerja Mahasiswa di Masa Pandemi COVID-
19 untuk percepatan penanggulangan COVID-19. Kegiatan Kuliah Kerja
Mahasiswa (KKM) merupakan kegiatan yang terjadwal secara akademik di
STF Muhammadiyah Cirebon. Oleh karena itu, percepatan penanggulangan
COVID-19 sangat srategis jika dilakukan melalui kegiatan Kuliah Kerja
Mahasiswa (KKM) . Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) merupakan salah
satu bentuk pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa
secara interdisipliner, institusional, dan kemitraan sebagai salah satu wujud
dari tridharma perguruan tinggi. Program pengabdian kepada masyarakat
dipandang oleh STF Muhammadiyah Cirebon (STFM CIREBON) sebagai
program yang wajib dilaksanakan, baik oleh dosen maupun oleh mahasiswa,
dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip : (1) kompetensi akademik; (2)
kewirausahaan, dan (3) professional, sehingga dapat menghasilkan program
pengabdian kepada masyarakat yang bermutu, relevan, dan sinergis dalam
meningkatkan pemberdayaan masyarakat (Ruyadi dkk, 2010:172). Kuliah
Kerja Mahasiswa (KKM) adalah program Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM)
dengan fokus yang spesifik dengan ciri: (1) relevan dengan program
pembangunan daerah atau pemerintah pusat; (2) relevan dengan kebutuhan
masyarakat; dan (3) relevan dengan visi, misi, renstra, kepakaran, dan
IPTEKS yang dimiliki STFM CIREBON. Program Kuliah Kerja Mahasiswa
(KKM) ini didasarkan kepada prinsip-prinsip pendidikan, yaitu Ing Ngarso
Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani.
1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Tujuan dari pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata sebagai berikut:

1. Sebagai wujud Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian kepada


masyarakat.
2. Memberi pengalaman belajar tentang pembangunan masyarakat dan
pengalaman kerja nyata pembangunan.

2
3. Memberi pengalaman kepada mahasiswa tentang kondisi yang
terdapat pada masyarakat dan bagaimana hidup di tengah – tengah
masyarakat dengan mengimplementasikan disiplin ilmu yang miliki.
4. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi dengan Pemerintah
Kecamatan, pemerintah Desa, dan masyarakat secara langsung.
5. Untuk belajar memahami karakteristik masyarakat pedesaan yang
majemuk dengan segala pola hidup masing – masing.

B. Tujuan Khusus

1. Mempraktekkan cara pembuatan jamu godog untuk daya tahan tubuh


sebagai pencegahan Covid-19 bagi masyarakat

2. Mensosialisasikan Manfaat dari jamu godog sebagai


immunomodulator untuk sistem imun
1.3 Analisa Situasi
Berdasarkan dari analisa keadaan lingkungan sekitar pada saat ini, maka
dapat disimpulkan beberapa keadaan yang mendasari untuk perlu dilaksanan
program kerja ini, yaitu :
a. Seiring terdampaknya virus COVID-19, masyarakat perlu meningkatkan
sistem imun tubuh. Salah satu solusinya membuat sediaan jamu godog
sebagai alternatif pilihan masyarakat.
b. Masyarakat Indonesia telah terbiasa mengkonsumsi jamu, terutama
sedian jamu godog yang mudah dibuat dan didapatkan.
1.4 Tema kegiatan pelaksanaan KKN
dari analisa situasi yang ada maka dapat ditentukan tema yang tepat yaitu :
“Pembuatan Jamu Godog Untuk Meningkatkan Daya Tahan Tubuh”
1.5 Waktu Pelaksanaan kegiatan KKN
Waktu pelaksanaan dilakukannya kegiaatan ini yaitu tanggal 25 Juli – 25
Agustus 2020
1.6 Tempat dan lokasi pelaksanaan kegiatan KKN

3
Dikarenakan keadaan saat ini tidak memungkinkan untuk dilaksanakan
secara langsung pada masyarakat, maka tempat pelaksanaan dilakukan
secara webinar.

1.7 Penyelenggaraan Kegiatan


Kegiatan ini diselenggarakan oleh Mahasiswi Peserta KKM Sekolah
Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon Angkatan Ke-1 tahun 2020
1.8 Anggaran Kegiatan
Rencana anggaran biaya untuk kegiatan Pengabdian Kepada
Masyarakat ini yang sangat menunjang keberhasilan kegiatan tersebut.

No Uraian Jumlah Harga


1 Jahe 1 kg Rp. 40.000
2 Kunyit 1kg Rp. 20.000
3 Daun Kemangi 1kg Rp. 20.000
4 Plastik Klip 10 Rp. 10.000
Jumlah Rp. 90.000

1.9 Susunan Peserta


Terlampir
1.10 Sumber dana
a. Kas Mahasiswa KKM STF Muhammadiyah Cirebon Angkatan ke-1
Tahun 2020
b. Pihak donatur yang tidak mengikat.

4
BAB II
PERUMUSAN PROGRAM KERJA

2.1 Obat Tradisional


A. Pengertian Obat Tradisional

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
dimasyarakat.

Obat tradisional dikelompokkan berdasarkan pembuktiannya.


Diantaranya, jamu yang dibuktikan keamanan dan khasiatnya dengan data
empiris. Obat herbal terstandar (OHT) dibuktikan keamanan dan khasiatnya
secara ilmiah dengan uji praklinik/uji in-vivo dan bahan bakunya telah di
standarisasi. Adapula sediaan fitofarmaka yang dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik serta bahan baku
dan produk jadinya telah distandarisasi.

Dalam ilmu farmasi sediaan harus memiliki khasiat yang baik bagi
tubuh. Jamu dan obat herbal terstandar (OHT) khasiatnya hanya sebatas
pemeliharaan kesehatan, tentunya secara tradisional (tradisional health use)
dan atau pengobatan tradisional (traditional treatment) untuk gangguan
kesehatan. Untuk sediaan fitofarmaka di gunakan sebagai pengobatan yang
terbukti secara ilmiah (scientifically estabilished treatment) sampai ke klaim
khasiat dapat mengobati tergantung hasil uji.

Sebelumnya obat tradisional dapat dinyatakan berkhasiat untuk daya


tahan tubuh, idealnya tidak sebatas dibuktikan berdasarkan pengalaman
empiris. Beberapa tumbuhan obat telah dilakukan penelitian ilmiah, namun
masih terbatas dalam skala laboratorium (uji in-vitro) dan/atau uji ke hewan
coba (uji in-vivo) serta masih terbatasnya data uji ke manusia (uji klinik).

5
Namun, obat tradisional tersebut masih dimungkinkan untuk
dimanfaatkan dalam kaitan khasiatnya untuk membantu memelihara daya
tahan tubuh manusia. Beberapa obat tradisonal yang secara empiris telah
lama dimanfaatkan dan dinyatakan aman, sehingga dapat dimanfaatkan
dengan kriteria bahwa tumbuhan obat tersebut didukung oleh data ilmiah
yang mendukung pembuktian untuk daya tahan tubuh.

B. Jenis Obat Tradisional

Secara garis besar obat tradisional terdiri dari 3 jenis, yaitu :

1. Hasil tanaman obat keluarga (hasil TOGA)

Merupakan hasil penyalahgunaan lahan untuk memenuhi


ketersediaan keperluan kesehatan, pada umumnya dimanfaatkan
keluarga yang bersangkutan.

2. Jamu

Merupakan bahan atau ramuan bahan tumbuhan, hewan,


mineral, yang secara tradisional digunakan untuk penyembuhan
berdasarkan pengalaman.Jamu yang diproduksi dan diedarkan Industri
Obat Tradisional (IOT) harus ada izin produksi dan izin edar.Untuk
jamu yang diedarkan ini harus memenuhi standar mutu dan keamanan.
Sedangkan proses pembuatan herus memenuhi ketentuan Cara
Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik Dan Benar (CPOTB),
terutama untuk IOT.

Menurut Swan dan Roemantyo (2002) berdasarkan


bentuknya jamu dapat dikelompokkan menjadi 5 macam yaitu:
a. Jamu segar yaitu jamu yang dibuat dari material tumbuhan
yang masih segar dan siap diminum dalam keadaan segar
pula.
b. Jamu godokan, dalam bahasa jawa godog berarti direbus.

6
Dalam jamu godogkan material jamu (tumbuh-tumbuhan)
direbus dengan air, dan air hasil rebusan digunakan untuk
mengobati penyakit. Bahan bakunya dapat berupa bahan
kering atau bahan yang masih segar.
c. Jamu seduhan, yaitu jamu berupa powder (serbuk). Jamu
ini biasanya diseduh dengan menggunakan air panas lalu
diminum.
d. Jamu oles yaitu penggunaan jamu ini dilakukan dengan
cara dioleskan pada tubuh bagian luar. Bentuk jamu ini
sering disebut pillis atau tapel. Bentuk kedua jamu ini
seperti pasta atau lem dan biasanya dalam kondisi segar
maupun kering.
e. Jamu dalam bentuk pil, tablet dan kapsul yaitu bentuk
jamu ini sangat sederhana dan mudah untuk dikonsumsi,
seperti halnya obat-obatan modern.
3. Fitofarmaka

Obat tradisional ini dapat digunakan pada pelayanan kesehatan


formal. Persyaratan mutlak yang harus dipenuhi untuk sediaan
fitofarmaka adalah sudah harus melalui berbagai uji laboratorium,
antara lain : uji penapisian kimia, uji toksisitas, uji farmakologi, dan
uji klinis.

C. Faktor yang mempengaruhi kualitas mikrobiologis pada jamu


Di dalam CPOTB Depkes disebutkan bahwa prosedur produksi obat
tradisional yang baik meliputi : pemilihan bahan baku, sortasi bahan baku,
pencucian, pengeringan, formulasi/ pencampuran bahan, penggilingan,
penyerbukan, pengujian laboratorium, pengemasan, penandaan,
penyimpanan, distribusi. Beberapa tahapan produksi tersebut memiliki
kemungkinan terjadinya kontaminasi. Proses produksi berkaitan dengan
sanitasi alat yang digunakan, kualitas bahan baku, pengetahuan/ kebiasaan
pekerja, kesehatan pekerja, serta penanganan limbah.

7
2.2 Pengertian Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan
untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan
lain suhu pengeringan tidak lebih dari 60oC.
Jenis-jenis simplisia:
1. Simplisia nabati: simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian
tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel
yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan
cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa senyawa
kimia murni
2. Simplisia hewani : simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-
zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan
kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu
(Mel depuratum).
3. Simplisia pelikan (mineral) adalah simplisia berupa bahan pelikan
atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng
dan serbuk tembaga.
Simplisia yang aman dan berkhasiat adalah simplisia yang tidak
mengandung bahaya kimia, mikrobiologis, dan bahaya fisik, serta
mengandung zat aktif yang berkhasiat. Ciri simplisia yang baik adalah
dalam kondisi kering (kadar air < 10%), untuk simplisia daun, bila diremas
bergemerisik dan berubah menjadi serpihan, simplisia bunga bila diremas
bergemerisik dan berubah menjadi serpihan atau mudah dipatahkan, dan
simplisia buah dan rimpang (irisan) bila diremas mudah dipatahkan. Ciri
lain simplisia yang baik adalah tidak berjamur, dan berbau khas menyerupai
bahan segarnya (Herawati, Nuraida, dan Sumarto, 2012).
Proses pemanenan dan preparasi simplisia merupakan proses yang
menentukan mutu simplisia dalam berbagai artian, yaitu komposisi senyawa
kandungan, kontaminasi dan stabilitas bahan. Namun demikian simplisia

8
sebagai produk olahan, variasi senyawa kandungan dapat di perkecil, diatur
atau dikonstankan (Depkes RI, 2000).
Dalam hal simplisia sebagai bahan baku dan produk siap konsumsi
langsung dapat dipertimbangkan 3 konsep untuk menyusun parameter
standar umum:
1. Simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya memenuhi 3
parameter mutu umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis
(identifikasi), kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia dan biologis)
serta aturan penstabilan (wadah, penyimpanan dan transportasi).
2. Simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai obat
tetap diupayakan memenuhi 3 paradigma produk kefarmasian, yaitu
Quality–Safety-Efficacy (mutu-aman-manfaat).
3. Simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang bertanggung
jawab terhadap respon biologis harus mempunyai spesifikasi kimia,
yaitu informasi komposisi (jenis dan kadar) senyawa kandungan.
(Depkes RI, 2000).

Standarisasi suatu simplisia tidak lain pemenuhan terhadap


persyaratan sebagai bahan dan penetapan nilai berbagai parameter dari
produk seperti yang ditetapkan sebelumnya. Standarisasi simplisia
mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan yang
tercantum dalam monografi terbitan resmi Departemen Kesehatan (Materia
Medika Indonesia). Sedangkan sebagai produk yang langsung dikonsumsi
(serbuk jamu dsb.) masih harus memenuhi persyaratan produk kefarmasian
sesuai dengan peraturan yang berlaku. (Depkes RI, 2000).
Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut:
1. Pengumpulan bahan baku: kualitas bahan baku simplisia sangat
dipengaruhi beberapa faktor, seperti : umur tumbuhan atau bagian
tumbuhan pada waktu panen, bagian tumbuhan, waktu panen dan
lingkungan tempat tumbuh.

9
2. Sortasi basah: Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-
kotoran atau bahan asing lainnya setelah dilakukan pencucian dan
perajangan.

3. Pencucian: dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran


lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan
dengan air bersih.

4. Perajangan

5. Pengeringan: mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,


sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan
mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan
dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia.

6. Sortasi kering: tujuannya untuk memisahkan benda-benda asing


seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-
pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.

7. Pengepakan

8. Penyimpanan dan pemeriksaan mutu (Depkes, 1985)

2.3 Klasifikasi Tanaman


A. Jahe

Gambar 2.1 Jahe


Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Viridiplantae

10
Sub Divisi : Spermatophytina
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Zingiber Mill
Spesies : Zingiber officinale Roscoe
Jahe (Zingiber officinale Roscoe.) merupakan salah satu herbal medisin
yang telah dikenal oleh masyarakat sebagai bumbu dan dapat digunakan
sebagai bahan obat alami. Rimpang jahe biasa digunakan masyarakat
pada kondisi masuk angin, gangguan pencernaan, batuk kering, kolera,
difteri, digigit ular, gatal-gatal; di samping itu digunakan pula dalam
upaya peningkatan nafsu makan, penghangat badan (Wahyoedi, 1994).
Gingerol berefek sebagai analgetika, sedatif, antipiretika dan motilitas
gastrointestinal (Anonim, 2008). Zat pedas (gingerol) pada jahe juga
merupakan senyawa yang dapat meningkatkan sistem daya tahan tubuh.
Penghambatan proses oksidasi komponen lipida dalam makanan
terdapat kecenderungan peningkatan penelitian. Gingerol dan Zingeron
mengurangi peroksidasi fosfolipida lisosoma dengan keberadaan ion
Ferri dan asam askorbat (Aesbach et al., 1994).
Hasil penelitian menyebutkan bahwa ekstrak zat pedas rimpang
berpengaruh pada motilitas lambung setelah pemakaian per oral.
Disebutkan pula sebagai profilaksi keadaan nausea dan vomitus yang
diakibatkan karena “motion sickness” (Anonim, 1999). Di daerah
Kismantoro dikenal berbagai nama lokal rimpang jahe yaitu; Jahe
gajah/badak, jahe emprit, jahe gundhul dan jahe merah, yang sementara
ini mempunyai nama latin yang sama Zingiber officinale Roscoe.

11
B. Kunyit

Gambar 2.2 Kunyit


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma domestica Val
Kunyit dalam industri farmasi, berpotensi besar dalam aktivitas
farmakologi (Joe et al., 2004). Hasil metabolit sekunder tanaman kunyit
meliputi antibiotik, alkaloid, steroid, minyak atsiri, resin, fenol, tanin
dan lain-lain. Banyak penelitian, kunyit dibuktikan sebagai bahan anti
bakteri dan anti inflamasi karena kandungan senyawa kurkumin dan
minyak atsirinya (Hudayani, 2008). Kurkumin menghambat mediated
IL-12 (interleukin 12) Th 1. Curcumin secara spesifik melepaskan
sitostatik dan efek sitotoksik terhadap tumor. Kurkumin meningkatkan
efek terhadap fungsi utama dari sel T, sel natural killer (NK), makrofag
dan pada splenosit total in vivo. Studi ini memperkuat bahwa kurkumin
cukup aman dan dapat digunakan sebagai immunomodulator untuk
sistem imun.

C. Daun Kemangi

12
Gambar 2.3 Daun Kemangi
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Ocimum
Spesies : basilicum
Nama binomial : Ocimum basilicum
Daun kemangi (Ocimum basilicum L.) mengandung antioksidan alami
yang berkhasiat menjaga kesehatan badan. Senyawa antioksidan alami
tersebut berupa senyawa fenolik (tokoferol, flavonoid dan asam fenolat),
senyawa nitrogen (alkoloid, asam karoten yang terkandung dalam
kemangi merupakan senyawa antioksidan yang dapat mencegah
kerusakan sel tubuh manusia (Maryati, et al., 2007).
2.4 Program kerja
Program kerja yang akan dilaksanakan didasarkan pada hasil analisis
lingkungan sekitar pada saat kondisi adanya covid-19. Program-program
kerja yang akan dilaksanakan sebagai berikut :
1. Pembuatan simplisia kering

13
Tujuannya : masyarakat dapat membuat bahan jamu godog dengan baik,
dan dapat disimpan dalam waktu lama.
Proses Pembuatan simplisia
a. Pengumpulan: dibutuhkan tanaman segar yang akan dijadikan sebagai
bahan baku simplisia.
b. Sortasi basah: untuk memisahkan kotoran dari tanaman atau bahan
asing lainnya dari bahan simplisia.
c. Pencucian: tanaman segar dicuci bersih dengan air mengalir dilakukan
untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melekat pada
simplisia.
d. Perajangan: tanaman segar yang telah bersih dirajang ± 1 mm.
e. Pengeringan: dikeringkan menggunakan wadah selama 1 hari atau
lebih hingga kering.
f. Simplisia yang telah dibuat dipastikan kering, dipastikan dengan hasil
rajangan mudah diremah dan mudah patah
g. Sortasi kering: implisia yang telah kering lalu didisortasi kering untuk
menghilangkan kotoran yang masih ada
h. Timbang beberapa simplisia yang telah ditentukan dengan berat total
7gram, dan masukan kedalam kemasan plastik
2. Pembuatan jamu godog
Untuk mendapatkan efek khasiat yang baik perlu diperhatikan
komposisi tiap 7 gram sediaan terdiri dari 3 simplisia:
a. Jahe 2,3 gram/ruas
b. Kunyit 2,3 gram/ruas
c. Kemangi 2,3 gram/ruas
Tujuannya : agar masyarakat dapat membuat jamu godong sendiri
dengan baik
Cara pembuatan jamu godog
a. Panaskan air hingga mendidih, gunakan air tawar bersih dan tidak
mengandung zat kimia berbahaya untuk merebus. Masukkan bahan

14
simplisia, pastikan seluruh simplisia terendam sekitar 3cm. biarkan
selama 15-30 menit.
b. Untuk merebus bahan berkhasiat obat gunakan wadah yang terbuat
dari periuk tanah (keramik), panic enamel, atau panci beling. Jangan
menggunakan wadah dari logam seperti besi, aluminium, dan
kuningan. Logam mengandung zat iron trichloride dan potassium
ferricyanide. Zat tersebutmenimblkan endapan pada air dalam
mengobati penyakit. Selama perebusan, jangan terlalu sering
membuka tutup wadah agar kandungan minyak atsirinya tidak
mudah hilang.
c. Gunakan api sesuai dengan jenis herbal yang direbus.
d. Api kecil: gunakan untuk merebus herbal yang berkhasiat sebagai
tonikum, seperti ginseng dan jamur agar kandungan aktifnya terserap
kedalam air rebusan (rebus sekitar 2 jam).
e. Api besar: gunakan untuk merebus herbal atau simplisia yang
berhasiat diaforetik (mengeluarkan keringat) dan mengandung
banyak minyak atsiri, seperti daun mint, cengkih dan daun manis.
Setelah mendidih, masukkan bahan dan rebus sebentar.
f. Jika tidak ada ketentuan lain, rebusan dianggap selesai saat air
rebusan tersisa setengah dari jumlah air semula, misalnya 800cc
menjadi 400 cc, juka bahannya direbus kebanyakan berupa bahan
keras seperti biji atau batang maka air rebusan disisakan
sepertiganya, misalnya 600 cc menjadi 200 cc.
g. Jika mengandung bahan kering, umumnya dosis (takaran) setengah
dari jumlah bahan segar.
h. Minum rebusan sari tumbuhan obat dalam keadaan hangat.
Umumnya, rebusan herbal diminum sebelum makan agar mudah
terserap namun, untukramuan obat yang dapat merangsang lambung,
minum setelah makan. Minum ramuan obat yang berkhasiat sebagai
penguat (tonikum) pada waktu pagi hari sewaktu perut kosong.

15
i. Lakukan pengobatan secara teratur. Yang perlu diingat, pengobatan
herbal membutuhkan kesabaran karena tidak langsung terasa
manfaatnya, tetapi bersifat konstruktif (memperbaiki/membangan).
j. Pengobatan herbal bisa ditambahkan madu untuk menambah cita
rasa dan efek yang maksimal, lalu aduk sebentar hingga tercampur
rata, dan minum selagi hangat.

3. Pemaparan manfaat tanaman yang terdapat pada jamu godog


Tujuannya : agar masyarakat pahan akan kandungan dan khasiat yang
terdapat pada masing-masing tanaman

16
BAB III

PENUTUPAN DAN KESIMPULAN

Kegiatan ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah-masalah


yang dihadapi masyarakat, dengan ini kami harapkan kerjasama dari semua pihak
baik moril maupun material karena kesuksesan dari kegiatan ini hanya dapat
tercapai apabila ada kerjasama dari seluruh pihak yang terkait.

Demikian proposal program kerja ini dibuat sebagai kerangka acuan dan
gambaran singkat mengenai Pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
dalam rangka mendapatkan tanggapan dan bantuan dari berbagai pihak. Kepada
semua pihak yang membantu Mahasiswa Peserta KKN Sekolah Tinggi Farmasi
Muhammadiyah Cirebon angkatan xx tahun 2021 mengucapkan terima kasih atas
partisipasinya. Semoga segala bantuan dan amal usaha dari pihak yang peduli dan
simpati terhadap usaha ini bernilai ibadah disisi Allah SWT.

17
DAFTAR PUSTAKA

Aeschbach R. Loeliger J, Scott B.C, Murcia A, Butler J, Halliwell B, dan


Aruoma O. I., 1994, Food chem. Toxicol, 22, (1), 31-36.

Anonim. 1985. Cara Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia. Jakarta.

Anonim, 1999, WHO-Monograph on Selected Medicinal Plant, Vol. I , 277-297,


Geneva.

Anonim, 2008, http://goldbamboo.com/topic- t6386-a16Zingiber_officinale.html,


diakses 30 Juli 2020.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). 2020.
BUKU SAKU OBAT TRADISIONAL UNTUK MEMELIHARA DAYA
TAHAN TUBUH. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia.

Biofarmaka IPB, 2013. Quality of Herbal Medicine Plants and Traditional


Medicine. Diakses dari http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-news/brc-
article/587-Quality-of-herbal-medicine-plants-and-traditional-medicine-
2013

Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan


Obat. Cetakan Pertama. Dikjen POM. Direktorat Pengawasan Obat
Tradisional.

Herawati, D., L. Nuraida, dan Sumarto.2012. Cara Produksi Simplisia Yang Baik.
Seafast Center. Institut Pertanian Bogor.

Hudayani, M. 2008. Efek Antidiare Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma


domestica Val.) Pada Mencit Jantan Galur Swiss Webster. Skripsi. Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadyah Surakarta, Solo.

18
Joe, B. M. Vijaykumar and B.R. Lokesh, 2004.Biological properties of curcumin-
cellular and molecular mechanisms of action. Critical Review in Food
Science and Nutrition 44 (2): 97 - 112.

Maryati., Fauzia. R.S., dan Rahayu.T. 2007. Uji Aktivitas Antibakteri Minyak
Atsiri Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) Terhadap Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi, 8, (1),
30-38.

Peter J, Delves, Ivan, Roitt. 2000. The Immune System. Second of Two Parts. The
New England Journal of Medicine.

Swan dan Roemantyo. 2002. Jamu as Medicine in Java, Indonesia: South Pasific
Study.

Wahyoedi, B. 1994. Beberapa Data Farmakologi dari Jahe. 1-4. warta perhipba.

19
LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Anggaran Program KKM 2020

Rencana Anggaran Program KKM 2020

No Urian Volume Satuan Harga Satuan Total


kegiatam
1 Jahe 1Kg Rp. 40.000 Rp. 40.000

2 Kunyit 1Kg Rp. 20.000 Rp. 20.000

3 Daun kemangi 1Kg Rp. 20.000 Rp. 20.000

4 Plastik Klip 10 pcs Rp. 10.000 Rp. 10.000

Jumlah Rp. 90.000

20
Lampiran 2. Rencana dan Indikator Pogram Kelompok KKM 2020

RENCANA DAN INDIKATOR PROGRAM KELOMPOK KKM 2020


STF MUHAMMADIYAH CIREBON

Nama Kelompok : Arief Syarifudin Ramdhani, Mila Zainatul Milhah


Desa :
Program Prioritas :

NO BIDANG/ URAIAN SASARAN INDIKATOR MINGGU


PROGRAM PROGRAM PROGRAM PROGRAM (%)
I 2 3 4
1 Pembuatan Pembuatan Masyarakat Masyarakat
Jamu Godog simplisia luas Bisa membuat
bahan jamu
dengan baik dan
dapat disimpan
lebih lama
Pembuatan Masyarakat
jamu godog bisa membuat
jamu godog
sendiri

Dosen Pembimbing Lapanagan (DPL) Ketua Kelompok

Aan Kunaedi,S.Farm., M.Sc.,Apt Arief Syarifudin Ramdhani

Ketua LPPM

Aan Kunaedi,S.Farm., M.Sc.,Apt

21
Lampiran 3. Kinerja Indikator Output dan Capaian Program KKM 2020

KINERJA INDIKATOR OUTPUT DAN CAPAIAN PROGRAM KKM 2020


KELOMPOK DAN INDIVIDU

N PROGRAM INDIKATOR CAPAIAN KENDALA DOKUMENTASI


O KEGIATAN OUTPUT /HAMBATAN
1 Pembuatan Masyarakat bisa Membuat Dikarenakan Secara webinar
Jamu Godog membuat jamu jamu kondisi saat ini
godog sendiri godog tidak bisa leluasa
dengan mencari bahan
baik baku dan
membuat jamu
bersama dengan
anggota
kelompok

22

Anda mungkin juga menyukai