Disusun oleh :
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
Pembimbing
Mengetahui,
Dekan, Ketua,
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat yang telah
diberikan-nya, Sehingga laporan hasil Praktek Kerja Lapangan ini bisa terselesaikan dengan
baik. Yang berjudul “Tata Laksana Handling dan Prosedur Inseminasi Buatan pada Sapi di
Balai Besar Inseminasi Buatan Lembang Bandung Jawa Barat”. Shalawat dan salam tak lupa
haturkan kepada Nabi Muhammad SAW Laporan praktek kerja lapangan ini disusun untuk
melengkapi salah satu syarat dalam menyelesaikan praktek kerja lapangan di Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya.
Dalam melakukan penyusunan laporan praktek kerja lapangan ini, kami sangat sadar
sepenuhnya bahwa laporan praktek kerja lapangan ini tidak terlepas dari
bimbingan,semangat,serta dukungan dari banyak pihak tertentu, baik bersifat moril ataupun
materil.
Penyusunan laporan praktek kerja lapangan ini disusun dengan sebaik-baiknya, tetapi
masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan praktek kerja lapangan ini. Maka dari
itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami harapkan. Dan
tidak lupa harapan kami laporan hasil praktek kerja lapangan ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca dan dapat menambah ilmu pengetahuan untuk kami. Akhir kata, penulis berharap
semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah di berikan kepada penulis.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................ 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 3
2.1. Manajemen Pemeliharaan ........................................................... 3
2.2. Pakan........................................................................................... 3
2.3. Penampungan Semen................................................................... 5
2.4. Kesehatan Ternak........................................................................ 5
2.5. Jasa Produksi............................................................................... 7
5.1. Kesimpulan.................................................................................. 27
5.2. Saran............................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 2
3
DAFTAR GAMBAR
4
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dokter hewan merupakan profesi yang memiliki ruang lingkup yang luas
dalam hal pengembangan profesi. Kenyataan dilapangan, pekerjaan dokter hewan
tidak hanya sebagai dokter hewan praktisi saja, melainkan juga dosen, QC (quality
control), yang bekerja di dinas dan juga dokter hewan yang bekerja di perusahaan –
perusahaan.
Kegiatan inseminasi buatan ini merupakan pengembangan untuk meningkatkan
mutu genetic dan produksi ternak sehingga populasi ternak di Indonesia akan semakin
meningkat. Metode ini dilakukan guna pengembangan upaya peningkat kelahiran, dan
populasi mutu ternak yang baik. Semakin meningkat mutu dan produktifitas ternak
akan semakin besar pula terhadap peningkatan pendapatan peternak khususnya
peternak rakyat.
Berdasarkan hal diatas, maka diadakanlah praktek kerja bagi para mahasiswa
untuk mampu mengembangkan diri dalam penerapan ilmu yang didapat dari
perkuliahan maupun yang diterapkan langsung dalam praktik kerja lapangan. Manfaat
dari Praktik Kerja Lapangan yaitu, dapat mendapatkan ilmu yang berasal dari dunia
kerja secara langsung. Di Balai Inseminasi Buatan Lembang dilakukan bimbingan bagi
para tenaga kerja sehingga mampu melakukan ilmu yang didapat guna memberikan
perlakuan terhadap ternak dengan baik atau tidak menyalahi aturan.
Inseminasi buatan yaitu suatu upaya paling penting dan sangat berpengaruh
terhadap ternak, inseminasi buatan dapat menjadi salah satu pilihan. Kelebihan metode
ini memungkinkan perkawinan diseluruh dunia dengan bibit pejantan secara genetis
dapat terjaga kualitasnya. Inseminasi buatan merupakan langkah yang dilakukan untuk
menghasilkan ternak unggul. Hal ini dikarenakan sperma diperoleh dari pejantan yang
berkualitas tinggi. Oleh karena itu, diharapkan dengan praktik kerja lapangan ini
mahasiswa dapat menerapkan ilmunya khususnya dalam bidang inseminasi buatan
maupun dalam handling hewan.
B. Tujuan
Meningkatkan kemampuan dan pemahaman mahasiswa tentang upaya-upaya
pencegahan, penanganan dan pengendalian penyakit, serta permasalahan reproduksi
5
pada ternak besar. Menerapkan ilmu yang diperoleh di perkuliahan dan belajar
membekali diri dengan keterampilan untuk tujuan dunia kerja. Untuk belajar bekerja
sama, melatih sikap mandiri, bertanggung jawab, disiplin dan hidup bermasyarakat.
Meningkatkan kerja sama antara perguruan tinggi dan instansi terkait, dalam hal ini
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Wijaya Kusuma dengan Balai Besar
Inseminasi Buatan Lembang, Bandung, Jawa Barat.
C. Manfaat
Adapun manfaat PKL ini antara lain mengaplikasikan ilmu yang didapat dari
teori selama perkuliahan, mendapatkan pengalaman dalam manajemen pemeliharaan
dan penanganan kesehatan ternak besar, meningkatkan pengetahuan, kemampuan serta
keterampilan, praktis dan sistematis untuk calon sarjana Dokter Hewan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
maka otot dinding di pangkal urethra akan berkontraksi secara mendadak sehingga
semen akan memancar masuk ke dalam lumen servik. Setelah terpancarnya semen,
sampai keluarya penis dari vagina diperkirakan kurang dari lima detik (Partodihardjo,
2001).
8
proses pertumbuhan anak, karena anak akan beljalan dengan tidak wajar akibat
terganggu oleh kuku (Prihatman, 2000).
C. Manajemen Pakan
Kebutuhan pakan terkait erat pada jenis, umur, dan tingkat produksi. Konsumsi
BK pakan ditentukan oleh ukuran tubuh, macam pakan, umur, dan kondisi. Konsumsi
BK pakan hijauan berkualitas tinggi pada sapi dewasa adalah sebesar 1,4 % dari bobot
hidupnya, sedangkan pada sapi jantan muda sebesar 3%. Konsumsi BK pakan biasanya
makin menurun dengan meningkatnya kandungan zat-zat pakan yang dapat dicema
(National Research Council, 1984).
Menurut Tilman et aL, (1991) kebutuhan BK pakan yang disamnkan utuk sapi
pedaging adalah antara 2,5% sampai 3% dari bobot badan dan ditambahkan konsentrat
2%, sedangkan sisanya adalah hijauan atau pakan berserat tinggi. Usaha temak sapi
salah satu faktor pendukung adalah makanan. Makanan memerlukan penanganan scdini
mungkin, dimana biaya produksi berkisar antara 60% sampai 70%. Kemudian yang
menjadi hambatan penggunaan hijauan dalam ransum sapi terutama di daerah-daerah
trOpis adalah kualitasnya yang rendah (Stonaker, 1975).
Semakin sulitnya penyediaan pakan berkualitas oleh peternak, antara lain
disebabkan karena luas lahan untuk penanaman hijauan semakin sempit sedangkan
harga pakan konsentrat semakin mahal maka sebagai upaya efsiensi maka pakan yang
digunakan adalah yang sesuai dengan potensi daerah terutama limbah pertanian.
Limbah pertanian pada umumya nilai nutrisinya rendah (misalnya jerami) namun ada
pula yang nilai nutrisinya masih tinggi (misalnya dedak, molases, daun ketela); yang
nilai nutrisinya rendah banyak digunakan sebagai sumber serat sedang yang bemilai
gizi tinggi digunakan sebagai sumber energi dan protein (Schiere, 1987).
Pemberian pakan hijauan diberikan 10% dari bobot badan (Sugeng, 1992).
Menurut Murtidjo (1993), pakan hijauan merupakan pakan utama bagi temak
ruminansia dan berfungsi sebagai sumber gizi, yaitu protein, sumber tenaga, vitamin,
dan mineral. Siregar (1989) menambahkan bahwa pemberian hijauan terbagi menjadi
2 macam yaitu hijauan yang diberikan dalam keadaan masih segar dengan kadar air
70% dan hijauan yang diberikan dalam keadaan kering atau awetan. Hijauan kering
dapat berupa jerami dan hay, sedangkan awetan dapat berupa silasc. Hijauan
merupakan bahan pakan berserat kasar yang dapat berasal dari rumput dan dedaunan.
9
Konsentrat adalah bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lain
untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan dan dimaksudkan untuk
disatukan atau dicampur sebagai suplemen atau bahan pelengkap (Hartadi et al., 1997).
Penambahan konsentrat dalam ransum temak merupakan suatu usaha untuk mencukupi
kebutuhan zat-zat makanan, sehingga akan diperoleh produksi yang tinggi. Selain itu
dengan penggunaan konsentrat dapat meningkatkan daya cema bahan kering ransum,
pertambahan bobot badan, serta eflsien dalam penggunaan ransum (Holcomb et al.,
1984).
Pakan tambahan adalah zat makanan yang ditambahkan kc dalam pakan dengan
tujuan untuk memperbaiki daya guna pakan. Contoh pakan tambahan untuk temak pej
antan unggul adalah premix dan tauge. Peningkatan kualitas semen yang berupa
peningkatan motilitas sperma, presentase sperma hidup, dan penurunan jumlah mati
erat kaitannya dengan tambahan asupan suplemen yang diberikan. Nutrisi dan protein
yang terkandung dalam madu, telur, kunci, dan vitamin E mempengaruhi kualitas
spermatozoa (Priyono, 2009).
D. Penampungan Semen
Semen adalah sekresi kelamin jantan yang secara normal diejakulasikan ke
dalam saluran kelamin betina, tetapi dapat pula ditampung dengan berbagai cara untuk
keperluan inseminasi buatan. Semen terdiri dari dua bagian, spermatozoa atau sel-sel
kelamin jantan yang bersuspensi di dalam suatu cairan atau medium medi-gelatinous
yang disebut plasma semen. Spermatozoa dihasilkan di dalam testes sedangkan plasma
semen adalah campuran sckresi yang dibuat oleh epidiaymis dan kelenjar-kelenjar
kelamin pelengkap yaitu kelenjar-kelenjar vesikularis dan prostata (Toelihere, 1979).
Beberapa cara penampungan semen sapi untuk tuj uan IB telah berkcmbang,
diantaranya dengan vagina buatan dan elektro-ejakulator. Penggunaan vagina buatan
untuk menampung semen sapi telah dipakai secara luas. Pejantan akan mcnaiki sapi
bctina pemancing dan akan berejakulasi pada waktu penis dimasukkan ke dalam vagina
buatan. Vagina buatan terdir'l dar'l sii'mder karat te'oa'n dan keras, d'l dalamnya diiapisi
si l'mder karet tipis dan merupakan kantung yang dapat di isi air panas. Salah satu ujung
vagina buatan dipasang karet berbentuk corong untuk menampung semen. Vagina
buatan yang telah di isi air panas dan dibagian dalam diberi pelicin, akan berfungsi
untuk menampung semen (Salisbury, 1985).
Semen sapi normal berwama seperti susu atau krem keputih-putihan dan keruh,
meskipun ada beberapa sapi jantan yang menghasilkan semen berwama kuning.
Kepekatan semen bervariasi dari kental, sampai cair tergantung dari kosentrasi
spermatozoa. Kenampakan semen akan menunjukkan konsentrasi spermatozoa. Semen
yang encer dan jemih akan mengandung spermatozoa yang sedikit jumlahnya
sedangkan semen yang keruh dan kental dalam keadaan yang wajar memiliki
konsentrasi spermatozoa yang tinggi (Salisbury dan Vandenmark, 1985). Menurut
Hafez (1987), semen terdiri dari spermatozoa (sperma) atau sel-sel kelamin jantan yang
bersuspensi didalam suatu cairan atau medium semi gelatinous yang disebut seminal
plasma.
10
Spermatozoa dibentuk di tubuli seminiferi di dalam testis. Tubuli seminiferi
tersebut berisi serangkaian komplek perkembangan germ sel yang akhimya membentuk
garnet jantan. Bentuk spermatozoa adalah sel lonjong yang terdiri dari kepala yang
berisi nukleus dan ekor yang berisi aparatus yang dibutuhkan untuk menggcrakkan
spermatozoa. Panjang spermatozoa pada sapi 50 pm dan panjang bagian kepala adalah
8-10 pm, [char 4 pm dan tebal 0,5 pm (Hafcz, 2000).
E. Evaluasi Semen
Semen adalah sekresi pejantan berbentuk cairan semigelatinous yang
mengandung sel reproduksi (spermatozoa/sperma) dan sekresi kelenjar aksesori saluran
reproduksi (seminal plasma). Secara normal semen diejakulasikan pada saluran
reproduksi betina selama kopulasi dan dapat ditampung untuk keperluan inseminasi.
Sperma dibentuk dalam tubuh' seminiferus melalui scrangkaian proses spermatogenesis
dan plasma merupakan sekresi dari epididimis, vas dejérens, kelenjar prostat dan
COWperi (Maxwell dan Watson, 1996).
Semen sapi biasanya berwama keputih-putihan meskipun ada beberapa sapi
jantan yang semennya berwama kuning. Kepekatan semen bervariasi tergantung dari
konsentrasi spermatozoa. Panjang spermatozoa sapi :1: 68 um, terdiri dari panjang
kepala sekitar 8-10 pm, ekor 50 um dan badan 8-10 pm. Evaluasi semen meliputi
pengamatan secara umum, yaitu gambaran keseluruhan semen (makroskopis), volume,
wama, dan konsistensi. Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan secara lebih mendetail
(mikroskopis), meliputi morfologi sel sperma, konsentrasi, motilitas dan persentase
sperma hidup (Salisbury dan Van Demark, 1978).
Semen yang telah ditampung sebelum diproses lebih lanjut dievaluasi dalam
kondisi segar. Tujuan evaluasi semen segar adalah untuk menentukan apakah semen
segar tersebut layak diproses menjadi semen beku atau tidak.Semen yang akan
dibekukan harus memiliki persyaratan yaitu volume berkisar antara 5-8 ml ekor'l (F
eradis, 2010), berwama putih susu atau krcm keputihputihan (T oelihere, 1977),
konsistensi yang kental (Feradis, 2010), Ph berkisar antara 6-7, memiliki gerak massa
sperma minimal (++) dan motilitas minimal 70% (BIB Lembang, 2012).
Semen beku adalah semen yang telah diencerkan dan selanjutnya dibekukan
pada suhu tertentu yang bertujuan untuk menghambat aktifitas dan metabolisme
spermatozoa. Keuntungan semen beku adalah semen yang berasal dari pejantan unggul
dapat dipakai secara efnsien sepanjang tahun, dapat mengatasi hambatan waktu dan
jarak, memungkinkan pcrkawinan selektif dengan pejantan unggul untuk wilayah yang
luas, biaya pengangkutan rclatif murah. Sedangkan beberapa kerugian dari semen beku
adalah biaya produksi dan penyimpanan yang cukup tinggi, dari beberapa pejantan 10-
20% menghasilkan semen yang tidak tahan terhadap pembekuan serta dapat berpotensi
menyebarluaskan penyakit-penyakit bakterial dan viral (Partodihardjo, 1982).
Tahapan proses produksi semen beku yang ada di Balai lnseminasi Buatan
Lembang adalah penampungan semen, pemeriksaan semen segar, pengenceran,
printing straw, filling, sealing, dan freezing. Pcnampungan semen merupakan salah satu
mata rantai dari kegiatan produksi Balai lnscminasi Buatan untuk mendapatkan semen
beku dengan kualitas yang optimal. Secara umum penampungan semen adalah proses
11
ejakulasi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan ekstemal. Faktor internal
antara lain hormonal, metabolisme, dan keturunan, sedangkan faktor ekstemal adalah
faktor lingkungan. Ada beberapa macam metode penampungan, diantaranya metode
pemijatan/ pengurutan, metode elektroejakulator, dan metode vagina buatan (Feradis,
2010). Kualitas spermatozoa adalah spermatozoa yang mempunyai daya hidup tinggi,
morfologi normal dan motilitas progresif. Motilitas mcrupakan kemampuan gerak maju
individu spermatozoa di dalam lingkungan zat cair. Pergerakan tersebut penting dalam
membantu spermatozoa menembus sel-sel pelindung yang mengelilingi sel telur
(Herdis, 2005).
12
Perumusan strategi pemasaran didasarkan pada analisis menyeluruh terhadap
pengaruh faktorfaktor lingkungan eksternal dan internal perusaflaan. Lingkungan
eksternal perusahaan setiap saat berubah dengan cepat sehingga melahirkan berbagai
peluang dan ancaman baikyang datang dari pesamg utama maupun dari iklimbism's
yang senantiasa berubah. KonsekuenSI pcrubahan faktor ekstemal tcrsebut juga
mengakibatkan perubahan factor internal perusahaan, seperti perubahan terhadap
kekuatan maupun kelemahan yang dimiliki perusahaan tersebut (Rangkuti, 1997).
13
BAB III
METODE KEGIATAN
1. Wawancara
Kegiatan ini dilakukan dengan cara diskusi dengan pihak-pihak terkait, baik itu
petugas medik veteriner meliputi paramedis atau mantri dan dokter hewan yang
biasa menangani kasus gangguan reproduksi pada sapi betina.
2. Observasi lapang
Observasi dilakukan selama kegiatan praktek kerja lapangan berlangsung dengan
mengamati dan mencatat secara langsung pencegahan dan penanganan gangguan
reroduksi pada sapi betina.
3. Pendataan
Pendatan dilakukan dengan mendokumentasi baik melalui catatan, laporan dan foto
dari kegiatan yang dilakukan selama praktek kerja lapangan untuk mengetahui
jumlah kasus gangguang reproduksi pada sapi betina.
4. Partisipasi
Berperan aktif dalam membantu petugas medik veteriner dan dokter hewan dalam
menangani kasus gangguan reproduksi pada sapi betina.
14
2. Nama : Selina Putri Sejati
NIM : 17820066
Alamat : Jalan Dukuh Kupang Barat 12/5
Kecamatan Dukuh Pakis, Surabaya
Tempat tgl. Lahir : Semarang, 11 November 1997
No. Hp : +6289699114363
E-mail : selinasejati@gmail.com
15
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN
B. Jadwal Kegiatan :
16
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang, adalah Balai Inseminasi Buatan pertama
didirikan di Indonesia. BIB Lembang merupakan Unit Pelaksan Teknis (UPT) dikelola
pemerintah pusat, yaitu Kementerian Pertanian. Balai dibangun pada tahun 1975, dan
diresmikan oleh Kementerian Pertanian Prof. Dr.Ir. Toyib Hadiwijaya dan Wakil Perdana
Menteri Selandia Baru Mr. Hon B Talboys, sebagai Balai Inseminasi Buatan (BIB) pertama di
Indonesia dan diresmikan pada tanggal 3 April 1976.Balai Inseminasi Buatan Lembang,
terlatak pada ketinggian L.100 m diatas permukaan laut dengan topografi terbukti dan suhu
sekitar antara 17- 25 C serta kelembaban relatif 82% dengan curah hujan berkisar antara
2.2002.500 mm/th. BIB Lembang terletak sekitar 17 km sebelah utara dari kota bandung
tepatnya di Jalan Kayu Ambon No 78 Desa Kayu Ambon Kecamatan Lembang. Saat ini luas
BIB Lembang t56.550 m terdiri atas luas bangunan + kandang dan luas kebun rumput.BIB
lembang diberi mandat pemerintah untuk memproduksi semen beku ternak sapi perah dan sapi
potong, dalam rangka memen kebutuhan semen beku untuk Inseminasi Buatan (IB). Sebelum
dibangun BIB Lembang,Indonesia masih bergantung pada semen beku impor untuk kebutuhan
IB. Melalui keberadaan BIB Lembang, Indonesia telah mampu memenuhi sebagian kebutuhan.
Kondisi Geografis
17
kebun rumput pada ketinggian 1.100 m di atas permukaan laut dengan suhu berkisar 18- 22 oC
dan curah hujan rata-rata berkisar 2.233 mm/tahun dengan tingkat kelembaban 70 – 90%.
Balai Inseminasi Buatan Lembang didukung oleh berbagai macam komponen baik
secara fisik maupun non fisik. Secara fisik, BIB Lembang dibangun diatas lahan milik BIB
Lembang seluas 56.550 m2 yang didalamnya dilengkapi dengan berbagai macam sarana dan
prasarana yang mendukung antara lain : gedung perkantoran, aula, mess/guest house, ruang
promosi, ruang perpustakaan, ruang pertemuan, kandang, gudang, laboratorium produksi,
laboratorium pengujian, arena penampungan, klinik hewan, padang penggembalaan (line bull),
kebun rumput, peralatan pertanian, peralatan umum, peralatan laboratorium, infrastruktur
pendukung seperti transportasi, komunikasi, sarana olahraga, mesjid dan lain-lain. Sedangkan
komponen non fisik yang dimiliki oleh balai meliputi berbagai macam Kebijakan atau Surat
Keputusan yang berkaitan dengan penyelenggaraan produk barang/jasa, serta piagam
penghargaan sebagai bentuk prestasi yang diperoleh antara lain piala Piala Abdibaktitani tahun
2003 dan 2010, piala Satlak PI Sangat Handal terbaik I, Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)
sejak tahun 2009 s/d 2015, dan UPT dengan kinerja “Sangat Baik”
Ternak yang dipelihara di balai merupakan pejantan yang bersertifikat yang merupakan
hasil seleksi dan Uji yaitu dengan Uji Zuriat pada sapi perah, dan Uji Performans pada sapi
potong, serta secara rutin melaksanakan replacement (peremajaan) agar dapat menghasilkan
pejantan yang produktif. Jenis ternak yang ada saat ini adalah sapi perah, sapi potong, kambing
dan domba unggul. Alokasi kebun rumput seluas 19,9 hektar untuk penanaman rumput Gajah
dan rumput Afrika (African star grass) serta penanaman legume perdu dan pohon sebagai
sumber protein sebagai green Concentrate.
Visi
Menjadi produsen semen beku terdepan pada tahun 2015 yang bersih, efisien, dan berprestasi,
melalui teknologi Insmeinasi Buatan untuk kesejahteraan masyarakat peternak
Misi
18
B. Managemen Pakan
1. Pemberian Pakan
Penyediaan pakan ternak merupakan proses yang penting dalam manajemen
pemeliharaan ternak. Kebutuhan pakan yang tercukupi baik dari segi jumlah
maupun nutrisi menjadi faktor utama dalam menghasilkan ternak yang memili
produksi dan reproduksi yang optimal. Penyediaan pakan ternak terdiri dari
penyediaa HPT dan konsentrat. Pakan yang baik untuk sapi adalah yang dapat
memenuhi kebutuhan protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Pakan yang
diberikan pada sapi pejantan unggul di BIB Lembang Bandung adalah Hay,
konsentrat, hijauan, tauge, dan feed additive.
Tabel 2. Jadwal Pemberian Pakan Pejantan di BIB, Lembang.
Ransum Sapi Pejantan di BIB Lembang/hari/ekor
Waktu Pemberian
Hay R. Gajah Konsentrat Tambahan
(kg) (kg) (kg) (Feed additive)
Tauge Premix
(g) (g)
06.00-06.15 1 - 3 500 -
07.00-08.00 - - - - 15
07.30-08.00 - 20 - - -
10.30-12.00 - - 3 - -
13.00-14.15 - 10 - - -
16.00… - 30 - - -
Pada jadwal pemberian pakan di BIB Lembang, pakan yang diberikan pertama
kali adalah hay, Tujuannya adalah sebagai makanan pembuka untuk merangsang
sekresi saliva rumen sehingga fungsi mikroba rumen bias optimal. Hay berasal dari
rumput segar yang dikeringkan yaitu di hilangkan kadar air tanpa mengurangi
komposisi lainnya. Sesuai dengan Tabel 2, hay yang diberikan sebanyak 1
kg/ekor/hari pada ternak sapi pejantan unggul. Setelah pemberian hay, kemudian
diberi konsentrat, dengan frekuensi dua kali dalam sehari yaitu pada pagi hari
sekitar jam 06.15 WIB setelah pemberian hay dan siang hari sekitar jam 11.00 WIB.
Pemberian konsentrat disesuaikan berdasarkan kebutuhan BK Konsentrat yaitu
0,44% dari Bobot Badan atau kebutuhan Konsentrat berdasarkan berat segar 0,53%
dari Bobot Badan. Pemberian konsentrat pagi 3 kg/ekor untuk sapi/kerbau dan 0,5
19
kg untuk domba/kambing. Alat yang digunakan diantaranya adalah kendaraan
angkut/mobil, gerobag dorong, gayung dan ember. Pemberian konsentrat pagi; 3
kg konsentrat (untuk sapi/kerbau) ditambah 500 gr tauge, 0,5 kg (untuk domba
kambing) ditambah 100 gr tauge, disatukan ke dalam ember, kemudian langsung
diberikan kepada ternak. Pemberian konsentrat siang; 1 – 2 kg per ekor untuk
sapi/kerbau, dan 0,5 kg untuk domba dan kambing atau sisa kebutuhan per hari
dikurangi pemberian pagi. Pemberian konsentrat diukur menggunakan gayung
dengan takaran 1 gayung sama dengan 1 kg.
Pemberian pakan hijauan dilakukan tiga kali dalam sehari. Pemberian pagi hari
dilakukan jam 08.00 WIB, yaitu Rumput siap saji sudah dichopper dengan ukuran
3 - 4 cm, dan dibawa menggunakan mobil truk. Pemberian rumput diukur
menggunakan carangka, 1 carangka sama dengan 20 kg. Domba/Kambing diberi
Rumput Odot yang sudah dipotong/dicacah sebanyak 4 kg. siang jam 11.30 WIB
Jumlah pemberian 5 - 10 kg per ekor sesuai dengan papan informasi perlakuan
pakan di setiap kandang ternak. Domba/Kambing diberi Rumput Odot yang sudah
dipotong/dicacah sebanyak 4 kg dan pemberian sore hari dilakukan pada jam 16.00
WIB Jumlah pemberian kisaran antara 20 – 30 kg per ekor (sisa kebutuhan perhari
dikurangi pemberian pagi dan siang sesuai dengan papan informasi perlakuan
pakan). Air minum diberikan secara adlibitum dan senantiasa dipantau kebersihan
dan ketersediannya. Alat yang digunakan : kendaraan mobil, cungkir dan carangka.
Pemberian pakan hijauan untuk sapi pejantan didasarkan kepada kebutuhan Bahan
Kering rumput yaitu 1,31 % dari Bobot Badan atau setara dengan berat segar 6,56
% dari bobot badan atau di sesuaikan dengan kondisi fisiologinya. Jenis pakan
hijauan yang tersedia adalah Rumput Gajah varietas Taiwan, Rumput Odot, Star
Grass dan hijauan sumber protein. Pada saat terjadi kekurangan HPT maka pakan
hijauan akan ditambahkan lebih banyak jabon (tanaman jagung beserta buahnya)
sampai memenuhi untuk kebutuhan harian. hijauan segar yang berupa rumput gajah
diberikan50-70 kg/ekor/hari pada sapi pejantan unggul. Hijauan segar ini tidak
langsung diberikan setelah pemanenan, namun harus dilayukan 1 hari sebelum
pemberian. Karena hijauan yang baru panen memiliki kandungan kadar air yang
tinggi maka akan mempengaruhi kualitas dari silase.
Pakan tambahan yang berupa tauge dan premix diberikan 1 kali dalam sehari
yaitu pada pukul 06.15 WIB dengan cara dicampur dengan konsentrat. Pada sapi
20
pejantan unggul tauge diberikan sebanyak 500 gram/ekor/hari sedangkan
pemberian premix sebanyak 15 gram/ekor/hari. Pemberian pakan konsentrat pada
pukul 06.15 WIB dikarenakan campuran pakan tersebut diharapkan dapat
memperbaiki kualitas sperma sehingga pada saat pengambilan sperma pada pukul
09.00 WIB hasilnya menajdi lebih maksimal.
Kebutuhan gizi untuk kebutuhan hidup pokok pada ternak kambing perah,
merupakan kebutuhan yang paling rendah dalam siklus hidupnya. Umumnya
kebutuhan ini dapat dipenuhi dari asupan pakan hijauan. Kambing perah akan
memperoleh gizi, khususnya energy dan protein untuk kebutuhan hidup utamanya
dari hijauan berkualitas baik. Apabila kualitas pakan hijauan yang diberikan kurang
baik, ternak perlu diberikan pakan tambahan, seperti dedak padi dan onggok. Pakan
pada kambing domba yang diberikan di BIB Lembang terdiri atas hijauan,
konsentrat dan makanan tambahan. Pemberian pakan ternak dimulai pada pukul
06.00 WIB yaitu dimulai dengan pemberian konsentrat dan diteruskan dengan
pemberian hijauan segar setelahnya.
Ternak ruminansia mengkomsumsi hijauan sebanyak 10% dari bobot badan
setiap hari dan konsentrat sekitar 1,52% dari jumlah tersebut. Oleh karena itu
hijauan dan sejenisnya terutama rumput dari berbagai spesies merupakan sumber
energi utama ternak ruminansia (Pilliang, 1997). Pemberian pakan di BIB Lembang
sesuai dengan standar pemberian yang dijelaskan oleh Pilliang, yaitu hijauan
sebanyak 10% dan konsentrat sekitar 1,5-2%. Menurut Sosroamidjojo, 1985 bahwa
pakan kambing sebagian besar terdiri dari hijauan, yaitu rumput dan daun-daunan
tertentu (daun nangka,daun waru, daun pisang dan daunan leguminosa). Seekor
kambing dewasa membutuhkan kira-kira 6 kg hijauan segar sehari yang diberikan
2 kali, pagi dan sore. Pemberian pakan di BIB lembang sudah sesuai dengan yang
djelaskan yaitu diberikan 2 kali sehari setiap pagi dan sore.
C. Perawatan ternak di Balai Inseminasi Buatan Lembang
Balai Inseminasi Buatan Lembang memelihara berbagai jenis ternak pejantan yang
bertujuan untuk memperbaiki mutu genetik dan daya produksinya. Adapun jenis ternak sapi
yang dipelihara di Balai Inseminasi Buatan Lembang antara lain :
1. Sapi Simmental
2. Sapi Brahman
21
3. Sapi Angus
4. Sapi Limousin
5. Sapi Frisian Holstein
6. Sapi Ongole
7. Sapi Madura
Adapun jenis ternak domba dan kambing yang dipelihara di Balai Inseminasi Buatan
Lembang antara lain :
1. Kambing PE
2. Kambing Boer
3. Domba Garut
Kegiatan yang dilakukan di Balai Inseminasi Buatan Lembang ini sangat berpengaruh
terhadap pemeliharaan ternak secara intesif. Keseimbangan usaha peternakan selain kebutuhan
pokok yaitu kosumsi berupa pakan ternak harus mempunyai peranan penting yaitru perawatan
dan pemeliharaan. Dilihat dari tujuan utama, Balai Inseminasi Buatan Lembang ini yaitu
menghasilkan semen yang berkualitas dan mempunyai teknik pemeliharaan ternak dengan
perawatan yang dilakukan seperti kesehatan, sanitasi kandang, pemandian ternak, dan
pemberian pakan dengan penambahan tauge untuk meningkatkan sperma.
i. Manajemen Pemeliharaan
Letak kandang seharusnya berada jauh dari pusat kota atau pemukiman penduduk,
letaknya harus lebih tinggi dari wilayah sekitar kandang, agar kandang tidak kumuh dan tidak
mencemari wilayah lain di sekiar kandang, tercukupi kebutuhan air untuk air minum pada
penjantan dan untuk memandikan pejantan, kandang diusahakan terhindar dari hembusan
angin dengan menanami pepohonan disekitar wilayah kandang.
Perkandangan merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan tingkat keberhasilan
suatu usaha peternakan. Perkandangan yang sering tidak memenuhi kaidah dan fungsi yang
sesungguhnya, cenderung akan merugikan baik terhadap ternak itu sendiri, manusia dan
lingkungan. Oleh sebab itu, pengetahuan yang komprehensif tentang perkandangan perlu
diketahui sebagai upaya bagi peningkatan produktivitas ternak yang dipelihara sekaligus
mengurangi dampak negatif pecemaran lingkungan sekitarnya.
Membangun kandang untuk ternak sama seperti membangun rumah untuk tempat
tinggal manusia, sehingga secara hakekat normative harus sama. Pembangunan kandang
memerlukan keterampilan dan keseriusan. Tujuannya adalah untuk menciptakan desain
22
kandang yang sempurna bagi ternak yang dipelihara atau akan dipelihara agar benar-benar
menjadi tempat yang nyaman bagi ternak itu sendiri. Prinsipnya adalah konstruksi kandang
harus dapat membuat ternak merasa nyaman dan aman. Kondisi ini tentunya akan menjadikan
ternak berproduksi secara normal.
Kandang merupakan sebuah bangunan atau tempat yang dibuat bagi ternak agar dapat
hidup, bertumbuh dengan sehat dan aman, serta dapat terkontrol dari penyakit dan aktivitas
reproduksinnya. Bagi ternak, bangunan kandang harus memiliki beberapa fungsi, sebagai
berikut:
Melindungi ternak dari sinar matahari yang berlebihan, angin, hujan, penyakit
dan predator.
Melindungi ternak dari bahaya-bahaya luar, seperti pencuri, hewan-hewan liar
sebagai pemangsa maupun pembawa penyakit.
Memudahkan dalam melakukan tatalaksana pemeliharaan, penanganan limbah
dan aktifitas keseharian ternak seperti makan, minum, tidur, kencing, atau
buang kotoran.
Kandang dapat mempermudah peternak dalam melakukan pengawasan dan
menjaga kesehatan ternak..
Sebagai tindakan preventif agar supaya ternak tidak merusak taneman dan
fasilitas lain yang berada di sekitar lokasi kandang, menghindari
terkonsumsinya pakan yang berbahaya bagi kesehatan ternak dan
memanfaatkan serta mengefisienkan lahan yang sempit.
Sesuai dengan fungsinya untuk memberikan kenyamanan bagi ternak, manusia dan
lingkungan, maka pembuatan kandang harus direncanakan secara baik dan memenuhi beberapa
syarat, sebagai berikut :
Kandang dibuat di daerah yang relatif tinggi dari daerah sekitarnya (Agar air hujan
tidak tergenang), tidak lembab serta jauh dari kebisingan.
Pertukaran udara baik sehingga udara dalam kandang selalu segar.
Sinar matahari pagi diusahakan masuk dalam kandang, oleh karena itu kandang
sebaiknya menghadap timur. Sinar matahari Berguna untuk : membunuh bibit
penyakit, membantu proses pembentukan Vitamin D dan mengurangi kelembaban
kandang
23
Kandang dan lingkungnnya harus mudah dibersihkan serta diupayakan semaksimal
mungkin untuk menggunakan bahan-bahan lokal yang murah.
Letak kandang paling kurang 10 m dari perumahan.
Jauh dari sumber mata air yang dipergunakan masyarakat sehingga kotoran ternak
tidak mencemari air.
Sebagai tempat bertumbuh dan berkembangnya ternak maka konstruksi kandang harus
memenuhi persyaratan teknis dan kebutuhan ternak. Konstruksi kandang pada masing-masing
bagian dapat disarankan, sebagai berikut :
1. Atap.
Atap sebagai pembatas kandang bagian atas memegang peranan yang besar sebagai
pelindung terhadap hujan, terik sinar matahari dan pengatur panas dalam kandang.
Panas dalam kandang sebagian besar berasal dari atap dan hilang juga melalui atap.
Peranan bahan atap terletak pada daya pantul, penghantaran panas, dan
keawetannya.
2. Lantai Kandang
Berfungsi sebagai tempat berpijak, berbaring dan beraktivitas. Untuk memenuhi
fungsi tersebut maka lantai kandang harus dibuat rata, tidak keras, tidak licin, tidak
mudah tembus air, tahan lama dan tidak cepat panas atau dingin.
3. Dinding Kandang.
Berfungsi sebagai pelindung ternak dari gangguan luar dan penghalang agar ternak
tetap berada di dalam kandang. Dengan demikian dinding kandang harus terbuat
dari bahan yang kuat dan memberikan kondisi nyaman bagi lingkungan kandang.
4. Posisi Kandang.
Untuk mendapatkan cukup sinar matahari pagi secara langsung dan untuk
menghindari teriknya sinar matahari waktu siang, posisi kandang sebaiknya dibuat
menghadap ke timur. Dengan demikian sinar matahari sebagai pembunuh kuman
dan pengering kandang dapat dimanfaatkan secara optimal.
5. Kolong Kandang.
Sebagai tempat untuk menampung kotoran, air kencing dan sisa-sisa pakan yang
jatuh dari kandang. Ukuran tinggi kolong kandang yang disarankan adalah 50-70
cm dari permukaan tanah.
24
ii. Perawatan Tubuh Ternak
Perawatan tubuh ternak dilaksanakan setiap pagi mulai pukul 06.00 WIB dengan cara
memandikan ternak untuk membersihkan kotoran ternak yang menempel pada bagian
tubuhnya. Pada pejantan yang akan ditampung semennya, selain tubuhnya dibersihkan dari
kotoran juga harus dilakukan pencucian praeputium ini harus diupayakan sesempurna mungkin
sehingga dijamin bersih dari kotoran dan busa sabun, karena air sabun dapat mematikan
sperma. Jika preputium tidak dibersihkan sebelum di tamping akan menyebabkan infeksi
balanitis yaitu peradangan pada kulit yang menutupi penis atau preputium. Adapun beberapa
hal yang dapat menyebabkan balanitis adalah infeksi jamur, infeksi bakteri, iritasi kulit, dan
kelainan kulit lainnya.
Adapun gejala umum muncul pada penis yang terkena balanitis antara lain: kemerahan
padam kepala mpenis, ulcer, iritasi, simosis, kepala penis membengkak, dan terkadang keluar
cairan kental dari bawah preputium yang menimbulkan bau tak sedap karena infeksi bakteri
anaerop atau Streptococcus sp. Setelah ditampung semennya para pejantan dilakukan
perlakuan exercise yang dilakukan di lading pengembala / line bull yang bertujuan untuk
memperlancar peredaran darah, memperoleh sinar matahari yang cukup, merangsang
pengeluaran hormone testoteron lebih banyak dari testes pejantan, untuk meningkatkan
kualitas dan produktifitas semen.
Sanitasi ini bertujuan untuk pencegahan bibit penyakit. Sanitasi kandang dilakukan
pada saat pejantan di padang penggembalaan (linebull) Sanitasi kandang dilakukan untuk
menghilangkan hama dengan cara menggunakan desinfektan yang terdiri dari BKC 20%,
Biocid, Destan, Formalin, sprectra pada alas kayu secara bergantian sehinga tidak ada jasad
25
renik yang tahan terhadap suatu obat. Sedangkan lantai kandang (tembok) dihapus hamakan
dengan cara pengapuran untuk mengendalikan pertumbuhan jamur dan keindahan kandang
yang dilakukan setiap 3 – 4 minggu sekali.
Kesehatan ternak sangat penting pada ternak yang mengalami gangguan kesehatan
ataupun ternak yang menderita penyakit seperti laminitis, spasmus, vulnus traumatica,
papilloma, muscle dislocation, muscle injury, epididymitis, scabies, balanitis, dan tumor.
Diberikan perlakuan khusus dengan cara dipisahkan dari ternak yang sehat atau dengan cara
pemisahan kandang. Pada ternak yang mengalami gangguan pada kuku dan tulang diberikan
perawatan dengan cara pembersihan kuku dengan larutan CuSO4 yang dilarutkan dengan air
agar terhindar dari mikroorganisme yang masuk ke dalam kuku.
26
N0 Kegiatan Jadwal/Target Pelaksanaan
II PENGOBATAN PENYAKIT
1 Pengobatan rutin *SESUAI KASUS
(Antibiotika, Kemoterapeutika dll)
2 Pemberian Anthelmintik 3X SETIAP TAHUN
1. Laminitis
Laminitis merupakan peradangan lamina dinding kuku pada hewan
ternak, dapat terjadi pada sapi, domba, ataupun kambing. Laminitis sering
menimbulkan rasa tidak nyaman dan sakit pada lamina kuku, kepincangan,
perubahan struktur kuku, penurunan produksi susu, dan reproduksi.
Menurut Kloosterman penyebab dari laminitis ini erat kaitannya dengan
keadaan asidosis pada rumen akibat meningkatnya konsumsi pakan tinggi
karbohidrat. Selain itu laminitis dapat disebabkan oleh trauma pada kuku,
gangguan nutrisi, teknik pemotongan kuku yang salah, gangguan hormonal,
gangguan vaskularisasi darah ke daerah kaki, infeksi sistemik atau kondisi
yang menyebabkan endotoksin misalnya mastitis, dapat pula disebabkan
karena endometritis yang terjadi pasca melahirkan (Bergsten, 2001).
27
Manajemen pemeliharaan yang buruk merupakan faktor penting yang
dapat menimbulkan kasus laminitis tersebut.
Ternak yang terkena laminitis akan ditemukan lesi pada bagian
teracaknya. Lesi umum yang sering ditemukan dapat berupa perdarahan
pada sole, double sole, fisura dan abses pada white line, ulkus, dan nekrosis.
Hewan penderita laminitis akut ini akan menunjukkan gejala klinis berupa
stress, anorexia (nafsu makan menurun), hewan ternak kesulitan berdiri
dengan seimbang dan apabila dipaksa untuk berjalan hewan penderita
laminitis akan tampak berjalan dengan pincang. Laminitis akut ini dapat
disebabkan oleh beberapa penyakit seperti metritis, mastitis, dan Bovine
Viral Diarhea (BVD).
Upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan laminitis pada ternak
yaitu memperhatikan manajemen pemeliharaan ternak dengan serius,
seperti memperhatikan komposisi pakan dan keseimbangan pakan antara
konsentrat dan serat untuk meningkatkan proses ruminansi,
ketidakseimbangan antara konsentrat dan serat dapat menimbulkan asidosis
rumen, ketosis, dan endotoksemia. Asidosis rumen menyebabkan
menurunnya pH sistemik yang dapat mengaktifkan mekanisme vasoaktif
sehingga terjadi peningkatan pulsus dan aliran darah keseluruh tubuh.
Asidosis juga akan memicu keluarnya histamin sebagai reaksi adanya
perubahan, ketidakseimbangan dan penyakit, yang pada akhirnya akan
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriksi pembuluh
darah ini akan mengakibatkan tekanan pada daerah kuku dan kaki hewan
ternak sebagai penyangga berat badan. Pada akhirnya peredaran darah di
kuku akan semakin berkurang dan berhenti sehingga akan terjadi hypoxia
(kekurangan oksigen) selanjutnya akan menimbulkan necrosis pada bagian
teracak. Kesalahan manajemen pakan merupakan faktor utama penyebab
dari laminitis. Sedangkan dari segi manajemen kandang harus diperhatikan
kebersihan, kandang dibuat dengan menutup alas dengan karpet dan
menghindari penggunaan alas beton secara langsung untuk mengurangi
pergesekan kuku dengan lantai kandang yang dapat menyebabkan perlukaan
kuku. Usahakan pula ukuran kandang cukup luas agar ternak dapat
exercisedan berbaring sehingga ternak akan merasa nyaman dalam kandang
tersebut (Kloosterman 2007).
Pengobatan untuk lamintis di BIB Lembang dilakukan dengan
perendaman kuku (dipping) dan pemotongan kuku yang dilakukan dengan
hati-hati untuk menghilangkan bagian kuku yang mungkin dapat
memperparah lesi. Dipping menggunakan cairan CuSO4 5% selama 15
menit secara rutin. Pengecekan kuku secara rutin juga sangat membantu
untuk mencegah terjadinya laminitis pada ternak, sehingga jika terdapat
abnormalitas pada kuku dapat segera ditangani sebelum terdapat gejala
klinis atau lesi yang parah berkembang.
1. Spasmus
28
Kaki kaku
2. Foot Rot :
3. Vulnus Traumatica
6. Papilloma
Adanya bintil
29
Upaya pengendalian dan pencegahan penyakit dilakukan di Balai Inseminasi
Buatan Lembang diantaranya :
Pemeriksaan dan pengontrolan status present kesehatan ternak secara kontinyu dan
berkesinambungan setiap hari.
Pemberian Obat sebagai pencegahan penyakit, seperti obat cacing yang diberikan
setiap 6 (enam) bulan sekali, pemberian multivitamin reproduksi seperti ADE dan
E-Selenium sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali.
Pengontrolan dan diagnosa penyakit pada ternak yang sakit. Jika hasil dari diagnosa
menyatakan penyakit tersebut tidak menular maka tindakan selanjutnya adalah
melakukan pengobatan sesuai dengan jenis obat, dosis obat dan jenis perlakuan
yang akan digunakan.
Isolasi ternak sakit apabila terdapat ternak yang terdiagnosa penyakit menular.
Kemudian mempersiapkan tempat/kandang isolasi untuk ternak yang terdiagnosa
penyakit menular. Setelah itu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk
memastikan jenis penyakit. Selama masa isolasi harus tetap melakukan pengamatan
dan pengawasan sampai perlakuan akhir.
Pengambilan sampel darah, serum, nasal swab, preputium wash dan feces sekurang-
kurangnya 2 (dua) kali dalam setahun untuk dilakukan medical cek up pejantan atau
bila dirasa ada yang diduga terdapat penyakit membahayakan dilakukan
pengambilan spesimen disesuaikan dengan kaidah kesehatan hewan yang berlaku.
Tindak lanjut paling lambat 1 (satu) minggu setelah hasil laboratorium diterima.
Pemeriksaan spesifik apabila menunjukan hasil pengujian screening test positif.
Hasil pemeriksaan laboratorium menjadi dasar rekomendasi bagi pengambilan
keputusan berikutnya.
Melakukan pemotongan bulu preputium, bulu ekor dan bulu telinga setiap sebulan
sekali.
Melakukan spraying ektoparasit pejantan setiap satu bulan sekali.
1. Biosecurity
Dalam rangka mencegah masuknya penyakit, maka dilakukan pembatasan dan
pengamanan terhadap lalu lintas keluar masuk area Balai. Adapun prosedur yang
dilakukan sebelum memasuki/keluar BIB Lembang adalah sebagai berikut:
1. Setiap kendaraan baik roda 2 maupun roda 4 atau lebih yang hendak memasuki
kawasan BIB Lembang, wajib melalui bak dipping dan dilakukan spraying
desinfektan di setiap pintu masuk.
2. Tangki penampung cairan desinfeksi harus selalu terisi dan dilakukan pengecekan
minimal seminggu sekali.
3. Penggantian air desinfektan di bak dipping di setiap pintu masuk dilakukan minimal
dua kali dalam seminggu
30
Setiap orang yang akan memasuki ke area BIB Lembang harus melakukan prosedur
sebagai berikut:
1. Wearpack, sepatu boot dan peralatan lapangan lainnya di suci hamakan terlebih
dahulu sebelum di pergunakan.
2. melakukan pencelupan alas kaki ke bak dipping yang telah disediakan.
3. Wearpack dan sepatu boot tidak diperbolehkan digunakan ke luar area BIB
Lembang.
G. Penampungan semen
Inseminasi buatan merupakan satu teknologi tepat guna yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan produktifitas sapi dengan memanfaatkan potensi
pejantan unggul agar dapat mengawini lebih dari satu induk dan dapat meningkatkan
mutu genetik dari ternak tersebut (Susilawati, 2013). Pelaksanaan IB perlu
diperhatikan dalam beberapa hal yaitu: (1) Manusia (Inseminator dan peternaknya)
dalam hal ketepatan waktu IB dan penempatan semen (deposisi semen), (2)
Fisiologi betina, (3) Kualitas semen beku yang berasal dari Balai Inseminasi Buatan
(Susilawati, 2011)
Penampungan semen adalah ejakulasi yang dipengaruhi oleh faktor internal dan
ekternal. Faktor internal yaitu hormon, metabolisme, keturunan, umur, dan kesehatan
secara umum dari pejantan tersebut. Sedangkan faktor eksternal adalah pakan,vitamin,
suasana lingkungan, tempat penampungan, manajemen, para penampung, cuaca, sarana
penampungan termasuk teaser. Maka untuk mendapatkan semen yang memenuhi syarat
adalah mengamati dan memperhatikan perilaku setiap pejantan yang akan ditampung
semennya
Sapi jantan dibiarkan menaiki pemancing yang dapat berupa ternak betina,
jantan lain, atau panthom (patung ternak yang didesain sedemikian rupa sehingga oleh
pejantan yang akan ditampung semennya dianggap sebagai ternak betina). Ketika
pejantan tersebut sudah menaiki pemancing dan mengeluarkan penisnya, penis tersebut
arahnya dibelokkan menuju mulut vagina tiruan dan dibiarkan ejakulasi di dalam
vagina tiruan. Vagina tiruan yang digunakan dikondisikan supaya menyerupai kondisi
(terutama dalam hal temperatur dan kekenyalannya) vagina yang sebenarnya.
Mengingat ternak jantan yang akan dijadikan sumber semen harus memiliki kondisi
badan yang sehat dan nafsu seksual yang baik, maka sebaiknya kita mengutamakan
metode penampungan semen menggunakan vagina tiruan pada sapi.
31
Vaginan tiruan lebih mudah dilakukan dan tidak perlu keahlian khusus sehingga
mudah diterapkan dibandingkan metode lain. Sehingga untuk mendapatkan semen
segar yang berkualitas maka metode vagina buatan hars diterapkan dan dikembangkan
guna meningkatkan bibit unggul dan populasi ternak sehinnga mampu memenuhi
permintaan pasar.
Melakukan teasing
Pejantan yang sedang berejakulasi diharapkan mampu mengeluarkan penisnya
pada saat menaiki teaser. Setelah 3-4 kali mengeluarkan penisnya, lalu pengeluaran
mengakibatkan ejakulasi keluar. Apabila libidonya sedang tinggi atau memuncak
barulah dilakukan penampungan.
32
ternak dengan kaki sejajar kemudian pada waktu penis pejantan keluar kolektor harus
dapat memegangnya dibagian praeputium lalu arahkan kemulut selonsong vagina
buatan. Setelah penis masuk kedalam vagina buatan, maka akan terjadi ejakulasi. semen
yang sudah ditampung langsung dibawa ke laboratorium untuk diperiksa Kualitasnya.
Lalu peralatan yang sudah dipakai dibersihkan kembali. Ternak yang sudah dilakukan
penampungan disimpan kembali kedalam kandang.
Rabu : aceh
Perawatan kuku pada sapi perah sangat perlu dilakukan terutama pada sapi yang
terus menerus dipelihara di dalam kandang atau yang kurang exercise. Sapi-sapi yang
teratur digembalakan, kukunya akan lebih sehat dibandingkan dengan sapi yang tidak
pernah digembalakan. Sapi yang kurang gerak menyebabkan kuku tumbuh membengkok
atau melebar ke atas.
Kuku sapi merupakan bagian tubuh yang sangat penting karena dipergunakan untuk
menopang berat badan, untuk berjalan dan lain- lain. Apabila kuku dalam keadaan sakit,
maka akan mengganggu pergerakan sapi dan akhirnya dapat menurunkan produksi dan
produktivitas sapi itu sendiri. Guna menjaga kedudukan kuku yang serasi sebaiknya
pemotongan kuku dilakukan secara rutin setiap 3 bulan sekali. Alat untuk memotong kuku
antara lain : Hoof trimer, Claw Cutter Sheep, Claw Cutter Hoof Rasp (FHK), Hoof dan
Sickle (FHK). Apabila tidak terdapat alat pemotong khusus, pemotongan kuku dapat
dilakukan dengan pahat, kikir, palu atau tang penggunting (kakatua) yang tajam. Kuku
yang tidak dipelihara dapat berakibat :
– Kedudukan tulang racak menjadi salah yang menimbulkan titik jatuh hewan berada
pada teracak bagian belakang.
– Bentuk punggungnya seperti busur.
– Mudah terkena penyakit kuku (foot rot)
– Sapi menjadi pincang
Pemotongan kuku sebaiknya dimulai dari kaki depan terlebih dahulu. Setelah
selesai barudilanjutkan pada kedua kaki bagian belakang. Sebelumnya kuku tersebut
dibersihkan dari kotoran yang melekat dengan menggunakan pisau kuku sehingga keadaan
anatomis kuku akan cepat terlihat dan tampak batas-batas kuku yang harus dipotong.Sapi
33
yang akan dipotong kukunya dimasukkan ke kandang jepit, kemudian sapi yang akan
dipotong kukunya diangkat dan dilipatkan ke belakang. Untuk memudahkan pemotongan
, bagian teracak sapi tersebut sebaiknya diganjal dengan balok kayu sehingga kuku dapat
ditekankan pada balok kayu tersebut selama pemotongan.
Kuku dipotong dengan alat pemotong melingkar sekeliling kuku dari belahan kuku
depan mengarah ke belakang. Pemotongan tidak boleh melewati garis putih (white line)
kuku karena akan banyak pembuluh darah dan syaraf yang dilukai sehingga dapat
menimbulkan pendarahan.Pemotongan kuku cukup dengan menghilangkan bagian- bagian
yang abnormal sajaSetelah dipotong bagian- bagian kuku tersebut di kikir agar lebih halus
dan indah, selanjutnya diolesi dengan iodium tincture atau formaldehyde.
J. Laboratorium
dan jarang
Semen segar yang layak diproses adalah semen dengan gerakan massa minimal
(++) dan persentase motilitas minimal 70% ( BIB Lembang, 2012 ). Pemeriksaan
mikroskopik merupakan inti dari evaluasi semen segar untuk menentukan layak tidaknya
semen tersebut diencerkan dan dibekukan. Pemeriksaan konsentrasi adalah pemeriksaan
semen untuk menentukan layak tidaknya semen tersebut diencerkan dan dibekukan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui jumlah sperma di dalam tiap ml semen tersebut, dengan
menggunakan alat spektrofotometer. Pemeriksaan konsentrasi dilakukan dengan
34
mengambil semen menggunakan mikropipet sebanyak 0,05 ml dimasukkan ke dalam
larutan NaCl 2% 9,95 ml lalu dicampur. Campuran semen dimasukkan ke dalam tabung
spektrofotometer yang terlebih dahulu sudah distandarkan dengan NaCl 2% lalu jarum
petunjuk menunjukkan angka yang kemudian harus dikonversikan pada tabel konsentrasi
sperma.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0,1 600 660 720 780 840 900 960 1020 1080 1140
0,2 1200 1260 1320 1380 1440 1500 1560 1620 1680 1740
0,3 1800 1860 1920 1980 2040 2100 2160 2220 2280 2340
0,4 2400 2460 2520 2580 2640 2700 2760 2820 2880 2940
0,5 3000 3060 3120 3180 3240 3300 3420 3420 3480 3540
1) Pengenceran Semen
35
Pengenceran sémen terdiri atas pengencer part A dan pengencer part B, dengan cara
pembuatan adalah sebagai berikut:
a. Pembuatan Buffer
Pembuatan buffer ini memerlukan bahan-bahan yaitu susu skim 10 gr aqdadest
96 ml dan antibiotik 1 ml. Cara pembuatan bufer adalah sebagai berikut susu skim
dicampur dengan aquabidest dan dipanaskan (92-95° C) selama 12 menit, lalu
didinginkan dalam mangan ber Air Conditioner dan tambahkan antibiotik dengan
perbandingan 100 ml : 1 ml antibiotika, antibiotika yang digunakan penicilin 3 juta IU
ditambah 3 gr streptomycin dilarutkan dengan aquabidest sehingga volume 30 ml.
b. Pengenceran Part A
Pembuatan pengenceran pan A memerlukan buffer antibiotik 95 ml dan kuning
telur 55 ml. Cara pembuatannya meliputi pencampuran bahan~bahan tersebut hingga
merata.
c. Pengenceran Part B
Pembuatan pengenceran part B memerlukan glyserol 16 ml, buffer antibiotik 77 ml dan
kuning telur 5 ml. Cara pembuatan meliputi campuran semua bahan dilarutkan sampai
tercampur rata
Prosedur Pengenceran Semen prosedur pengenceran semen terdiri atas beberapa tahap
sebagai berikut :
a) Semen segar yang telah mcmenuhi syarat untuk proses menjadi semen beku. segcra
dicampur dengan semen part A primer yang sudah disiapkan dalam water jaket dengan
temperatur 37 0C yang tersimpan dalam lemari Inkubator (Min 30 mcnit sebelum
dicampur).
b) Semen yang telah dicampur dengan part A primer disimpan dalam cool top dengan suhu
4-5 0C selama 35 menit kemudian dilepaskan dalam water jaket.
c) Setelah 50 menit kemudian dilakukan pencampuran dengan pengencer Part A extra
yang telah di siapkan dalam cool top.
d) Campuran dengan pengencer Part B glyserolisasi, dilakukan sebanyak 4 kali, masing
masing V4 bagian dengan selang waktu 15 menit di dalam cool top.
e) Selama 2,5 jam setelah pencampuran part B yang terakhir atau 5 menit setelah
pencampuran dengan pengencer pan A primer, kemudian dilakukan dengan proses
berikutnya.
25 x 106
36
2) Printing Straw
1 FH Abu-abu
2 Limousin Pink
6 Angus Orange
8 PE Kuning
9 Boer Kuning
10 Aceh Coklat
37
Straw yang telah dicetak sesuai bangsa dan jenis ternak maka tahap selanjutnya
yakni filling dan sealing. Tahap filling dan sealing yakni tahap dimana semen yang
telah diencerkan dimasukkan dalam straw yang telah dicetak sesuai jumlah dan ditutup
langsung dalam sekali proses menggunakan mesin. Proses filling dan sealing dimulai
dengan meletakkan straw yang telah dicetak, selang pengisian dan selang sedot pada
posisinya. Kemudian semen yang telah diencerkan dimasukkan pada selang pengisian.
Ketika mesin beroperasi maka secara otomatis selang sedot dan selang pengisian
bekerja bergantian, sehingga semen pun masuk ke dalam straw yang telah dicetak. Pada
tahap akhir straw yang telah terisi semen akan ditutup menggunakan tutup laboratorium
yang menjadi satu pada mesin filling dan sealing. Setelah straw terisi semen maka
dilakukan pengecekan terhadap straw apakah straw terisi semen secara penuh atau
tidak. Jika straw hanya terisi sebagian, tidak penuh atau bahkan kosong maka straw
tersebut dibuang.
3) Racking
Tahap ini merupakan tahap dimana straw yang telah terisi semen dihitung
menggunakan rack besi khusus yang dimiliki BIB Lembang. Rack ini dibagi menjadi
dua macam yakni rack panjang yang berisi I75 straw dan rack pendek berisi 75 straw.
Proses perhitungan ini dilakukan dalam mesin Cool top dengan suhu 5°C. Straw
dihitung sesuai warna, bangsa dan kode pejantan yang ada. Dalam proses ini, setiap
kode pejantan diambil 2 buah straw yang disendirikan. Straw ini diikat dengan karet
untuk memudahkan dalam pemeriksaan post thawing motility.
4) Freezing
Sebelum dilakukan proses freezing N02 cair dan penyimpanan dalam container
(storage) maka straw dibekukan terlebih dahulu dalam mesin yakni Digit cool. Mesin
ini terlebih dahulu di setting menggunakan komputer untuk menghidupkan mesin dan
mengalirkan N02 cair. Setelah itu straw yang disusun dalam rack dimasukkan ke dalam
mesin dan ditumpuk sebanyak 10 rack. Hal ini untuk memudahkan perhitungan.
Kemudian mesin ditutup selama 10 menit dengan suhu -l90°C dan tekanan 3 atm
K. Jasa Produksi
Setiap usaha jasa produksilah yang memegang peran penting. Jasa produksi
adalah suatu jasa yang menyimpan semen beku dan menyalurkannya dari produsen ke
konsumen. Penyimpanan semen beku pada suhu beku ditujukan agar semen tersebut
dapat digunakan secara optimal sebagai sarana pembuahan atau sebagai sarana untuk
mempertahankan daya fertilisasi dengan jalan menghambat seminimal mungkin secara
fisik dan kimiawi semua aktifitas yang penting dalam spermatozoa, sehingga proses
metabolisme yang terjadi dapat dikurangi (Hardjoprandjoto, 1991).
38
bahwa bentuk – bentuk straw dan pellet dapat pula ditempatkan dahulu kedalam tabung
– tabung plastic pendek (goblet) sebelum ditaruh didalam canister. Container yang
mengandung semen yang baik dalam bentuk ampul, straw, atau pellet, harus selalu
mengandung nitrogen (Toelihere, 1985). Distribusi semen beku BIB Lembang
dilakukan di seluruh wilayah Indonesia. Penjualan dilakukan setiap hari kerja yaitu
Senin-Jumat, pukul 07.00-15.30. Terdapat tiga cara pendistribusian semen beku di BIB
Lembang, yaitu:
39
PENUTUPAN
40
DAFTAR PUSTAKA
Bergsten, C. 2001. Laminitis: causes, risk factors, and prevention. In Mid-south Ruminant
Nutrition Conference.
41