Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PERAWATAN KESEHATAN PEJANTAN DI BALAI


INSEMINASI BUATAN LEMBANG BANDUNG JAWA
BARAT

Disusun oleh :

Selina Putri S 17820066

Siti Nurlatifah R 17820067

Nataliano Edmundo R B 17820069

Mega Utami Eka M 17820080

Brillian Pradana M 17820082

Arnoldus Juliansyah P U 17820088

Beti Gistawati M 17820089

Lailatul Islamia 17820090

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN

TATA LAKSANA HANDLING DAN PROSEDUR INSEMINASI BUATAN PADA


SAPI DI BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN LEMBANG BANDUNG JAWA
BARAT

Menyetujui,

Pembimbing

Ady Kurnianto, drh, M.Si


NIP:

Mengetahui,

Dekan, Ketua,

Fakultas Kedokteran Hewan Program Studi Kedokteran Hewan

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Prof. Rochiman Sasmita Rondius Solfine


NIP: NIP:

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat yang telah
diberikan-nya, Sehingga laporan hasil Praktek Kerja Lapangan ini bisa terselesaikan dengan
baik. Yang berjudul “Tata Laksana Handling dan Prosedur Inseminasi Buatan pada Sapi di
Balai Besar Inseminasi Buatan Lembang Bandung Jawa Barat”. Shalawat dan salam tak lupa
haturkan kepada Nabi Muhammad SAW Laporan praktek kerja lapangan ini disusun untuk
melengkapi salah satu syarat dalam menyelesaikan praktek kerja lapangan di Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya.

Dalam melakukan penyusunan laporan praktek kerja lapangan ini, kami sangat sadar
sepenuhnya bahwa laporan praktek kerja lapangan ini tidak terlepas dari
bimbingan,semangat,serta dukungan dari banyak pihak tertentu, baik bersifat moril ataupun
materil.

Penyusunan laporan praktek kerja lapangan ini disusun dengan sebaik-baiknya, tetapi
masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan praktek kerja lapangan ini. Maka dari
itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami harapkan. Dan
tidak lupa harapan kami laporan hasil praktek kerja lapangan ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca dan dapat menambah ilmu pengetahuan untuk kami. Akhir kata, penulis berharap
semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah di berikan kepada penulis.

Bandung, 25 Februari 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................ 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 3
2.1. Manajemen Pemeliharaan ........................................................... 3
2.2. Pakan........................................................................................... 3
2.3. Penampungan Semen................................................................... 5
2.4. Kesehatan Ternak........................................................................ 5
2.5. Jasa Produksi............................................................................... 7

BAB III. METODOLOGI......................................................................... 8

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan.................................................. 8


3.2. Metode Pelaksanaan.................................................................... 8

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................. 11

4.1. Keadaan Umum Balai Inseminasi Buatan Lembang................... 11


4.2. Pemeliharaan Ternak.................................................................... 11
4.3. Pakan........................................................................................... 13
4.4. Proses Pembutan Semen Beku.................................................... 14
4.5. Persiapan Artificial Vagina (AV) / Vagina Buatan...................... 19
4.6. Penampungan Semen................................................................... 20
4.7. Kesehatan Hewan........................................................................ 23
4.8. Jasa Produksi............................................................................... 25

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 27

5.1. Kesimpulan.................................................................................. 27
5.2. Saran............................................................................................ 27

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 2

3
DAFTAR GAMBAR

4
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dokter hewan merupakan profesi yang memiliki ruang lingkup yang luas
dalam hal pengembangan profesi. Kenyataan dilapangan, pekerjaan dokter hewan
tidak hanya sebagai dokter hewan praktisi saja, melainkan juga dosen, QC (quality
control), yang bekerja di dinas dan juga dokter hewan yang bekerja di perusahaan –
perusahaan.
Kegiatan inseminasi buatan ini merupakan pengembangan untuk meningkatkan
mutu genetic dan produksi ternak sehingga populasi ternak di Indonesia akan semakin
meningkat. Metode ini dilakukan guna pengembangan upaya peningkat kelahiran, dan
populasi mutu ternak yang baik. Semakin meningkat mutu dan produktifitas ternak
akan semakin besar pula terhadap peningkatan pendapatan peternak khususnya
peternak rakyat.
Berdasarkan hal diatas, maka diadakanlah praktek kerja bagi para mahasiswa
untuk mampu mengembangkan diri dalam penerapan ilmu yang didapat dari
perkuliahan maupun yang diterapkan langsung dalam praktik kerja lapangan. Manfaat
dari Praktik Kerja Lapangan yaitu, dapat mendapatkan ilmu yang berasal dari dunia
kerja secara langsung. Di Balai Inseminasi Buatan Lembang dilakukan bimbingan bagi
para tenaga kerja sehingga mampu melakukan ilmu yang didapat guna memberikan
perlakuan terhadap ternak dengan baik atau tidak menyalahi aturan.
Inseminasi buatan yaitu suatu upaya paling penting dan sangat berpengaruh
terhadap ternak, inseminasi buatan dapat menjadi salah satu pilihan. Kelebihan metode
ini memungkinkan perkawinan diseluruh dunia dengan bibit pejantan secara genetis
dapat terjaga kualitasnya. Inseminasi buatan merupakan langkah yang dilakukan untuk
menghasilkan ternak unggul. Hal ini dikarenakan sperma diperoleh dari pejantan yang
berkualitas tinggi. Oleh karena itu, diharapkan dengan praktik kerja lapangan ini
mahasiswa dapat menerapkan ilmunya khususnya dalam bidang inseminasi buatan
maupun dalam handling hewan.

B. Tujuan
Meningkatkan kemampuan dan pemahaman mahasiswa tentang upaya-upaya
pencegahan, penanganan dan pengendalian penyakit, serta permasalahan reproduksi

5
pada ternak besar. Menerapkan ilmu yang diperoleh di perkuliahan dan belajar
membekali diri dengan keterampilan untuk tujuan dunia kerja. Untuk belajar bekerja
sama, melatih sikap mandiri, bertanggung jawab, disiplin dan hidup bermasyarakat.
Meningkatkan kerja sama antara perguruan tinggi dan instansi terkait, dalam hal ini
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Wijaya Kusuma dengan Balai Besar
Inseminasi Buatan Lembang, Bandung, Jawa Barat.

C. Manfaat

Adapun manfaat PKL ini antara lain mengaplikasikan ilmu yang didapat dari
teori selama perkuliahan, mendapatkan pengalaman dalam manajemen pemeliharaan
dan penanganan kesehatan ternak besar, meningkatkan pengetahuan, kemampuan serta
keterampilan, praktis dan sistematis untuk calon sarjana Dokter Hewan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Reproduksi Sapi Pejantan


Memproduksi spermatozoa yang subur dan menempatkannya didalam alat
kelamin betina yang tepat, merupakan tugas utama pejantan didalam fungsi alamiah.
Inseminasi buatan hanya memodifikasikan cara dan tempat deposisi spermatozoa.
Testes merupakan sebagai alat reproduksi primer pada hewan jantan dan pada hewan
menyusui lokasi testes yang wajar terdapat didalam kantung di luar tubuh yang disebut
scrotum. Saluran-saluran alat kelamin merupakan alat reproduksi sekunder, yang
berasal danri testes menuju ke vas efferent, epididimys, vas deiferent dan penis dengan
saluran urethra yang mempakan alat saluran bersama tempat dialirkanuya keluar air
kencing, plasma air mani beserta spermatozoa (Djanuar, 1985).
Kelenjar pelengkap alat kelamin terdiri dari kelenjar prostate dan kelenjar
vesicula seminalis dau dua kelenjar bulbo urethralis atau kelenjar cowper. Alat kelamin
primer, sekunder dan kelenjar pelengkap keseluruhannya disebut dengan istilah saluran
reproduksi jantan atau alat kelamin jantan. Alat kelamin ini secara anatomis bersekutu
dengan saluran air kencing yang terdiri dari ginjal dan kantung air kencing. Saluran-
salurannya dengan keseluruhannya alat-alat lainnya yang tergabung menjadi satu
dengan nama saluran urogenitalis hewan jantan (Djanuar, 1985).
Pada hewan jantan dewasa testes mempunyai dua fungsi. Pertama sebagai
penghasil spermatozoa. Kedua memproduksi hormon. Substansi ini diproduksi oleh
testes dibawah pengaruh hormon gonadotropin dari hjpofisa lobus anterior. Hermon
jantan (Testosteron) dibawa oleh aliran darah kebagian-bagian tubuh dan menyebabkan
penampakan sifat jantan. Hermon tersebut mempengaruhi proses spermatogenesis,
tanduk yang kuat, jambul dan suara yang dalam, berkelakuan sering berkelahi dan
libido yang khas bagi pejantan. Pembuangan testes menyebabkan hewan jantan menjadi
steril dan perkembangan sifat jantan terbenti, kelenjar pelengkap mengecil sampai
tingkat tidak bermngsi dan hilangnya libido (Djanuar, 1985).
Spermatozoa diproduksi pertama kali pada waktu pubertas. Produksi ini terjadi
didalam pembuluh-pembuluh testes. Sesudah melewati tubuli testes spermatozoa yang
terbentuk akan melewati rete testes, ductus efferent, vas defferent, dan urethra. Sekresi
kelenjar-kelenjar pelengkap, yaitu prostate vesicular seminalis dan bulbo urethralis
membentuk sebagian besar plasma air mani( Djanuar, 1985).
Pada waktu akan terjadi kopulasi, spermatozoa dalam konsentrasi tinggi akan
terdorong dari ampula menuju pangkal urethra yang meluas, bersamaan dengan itu
kelenjar asesoris mengeluarkan sekret dan bercampur dengan spermatozoa di pangkal
urethra. Campuran ini disebut semen. Pada saat itu, muara kandung mine Colliculus
nosus) telah lama tenutup sebelum spermatozoa dan secret kelenjar asesmis memasuki
pangkal urethra, akibat pengisian pembuluh darah ditepi muara kandung urine. Pada
sapi, bila ujung penis telah menyentuh mukosa vagina, maka dengan cepat penis akan
memanjang dan diseltai kontraksi otot pinggang dan punggung. penis masuk ke dalam
vagina sampai mulut servik bagian caudal. Apabila penis sudah mencapai bagian ini,

7
maka otot dinding di pangkal urethra akan berkontraksi secara mendadak sehingga
semen akan memancar masuk ke dalam lumen servik. Setelah terpancarnya semen,
sampai keluarya penis dari vagina diperkirakan kurang dari lima detik (Partodihardjo,
2001).

B. Manajemen Pemeliharaan dan Kesehatan Hewan


Letak kandang diusahakan tidak terletak pada pusat kota atau pemukiman
penduduk, letaknya harus lebih tinggi dari wilayah sekitamya sehingga sekitar kandang
tidak kumuh atau air dari kandang tidak mencemari dan wilayah sekitamya tetap bersih
dan kering, cukup tersedia air bersih sepanjang tahun untuk minum sapi, memandikan
sapi, membersihkan kandang, peralatan penampung susu dan keperluan lainnya,
tersedia tanah untuk umbaran/pelepasan sapi dan tanaman hijauan pakan sapi, kandang
diusahakan agar terhindar dari angin kencang dengan menanami pepohonan di sekitar
kandang atau pagar hidup yang biasanya cukup untuk menahan angina (Soetarno,
2003).
Bahan atap yang biasa digunakan adalah genting, seng, asbes, rumbai, alang-
alang (ijuk). Untuk bahan genting biasanya menggunakan bahan yang mudah didapat
dan harganya lebih eflsien. Dari beberapa macam bahan yang banyak digunakan adalah
genting, karena terdapat celah- celah sehingga sirkulasi udara cukup baik, apabila
menggunakan bahan seng untuk atap dibuat tiang yang tinggi agar panasnya tidak
begitu berpengaruh terhadap temak (AAK, 2009).
Perawatan kesehatan dilakukan agar sapi tetap sehat dan menghasilkan kualitas
dan kuantitas produksi susu yang tinggi. Menurut AAK (1995), ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam perawatan kesehatan sapi perah, yaitu sebagai berikut:
a. Karantina dan isolasi, Yaitu pemisahan sapi-sapi yang sakit agar tidak menulari
sapi-sapiyanglain.
b. Vaksinasi dan pengobatan cacing (deworming), yaitu pemberian vaksinasi
untuk mencegah kemungkinan terinfeksinya penyakit menular dan pemberian
obat-obatan untuk menaggulangi terjadinya infeksi dan mcmbiaknya cacing di
dalam tubuh sapi.
c. Tindakan higienis, yaitu tindakan kebersihan yang meliputi mencuci hamakan
peralatan, kebersihan kandang, kebersihan sapi, mengubur dan membakar
bangkai, kebersihan bahan makanan, dan petemak harus selalu bersih serta
bebas dari penyakit.
d. Pemotongan kuku, dilakukan agar tubuh sapi tetap stabil dan untuk mencegah
penyakit kuku dan mulut.
Beberapa perawatan dalam pemeliharaan temak domba kambing antara lain:
Memandikan temak yaitu untuk menjaga kesehatan temak dari kuman penyakit, parasit
dan jamur yang bcrsarang dalam bulu. Ternak yang dimandikan tampak lebih bersih,
menarik dan lebih sehat. Pencukuran bulu dilakukan untuk menjaga kesehatan dari
kuman penyakit, parasit-parasit luar (ekto parasit) seperti kutu serta penyakit kulit
lainnya yang disebabkan oleh jamur. Pemotongan kuku merupakan salah satu dari
kegiatan perawatan kesehatan domba kambing. Kuku yang panjang akan mengganggu

8
proses pertumbuhan anak, karena anak akan beljalan dengan tidak wajar akibat
terganggu oleh kuku (Prihatman, 2000).

Petemak harus melakukan vaksinasi dan pengujian laboratorium terhadap


penyakit tertentu (seperti Brucellosis) secara terprogram sesuai ketentuan serta
mencatat jenis vaksin dan waktu pelaksanaan vaksinasi. Kandang dan peralatan harus
dilakukan disinfcksi, pembersihan dan penyemprotan pembasmi serangga (insektisida)
secara berkala. Setiap texjadi kasus penyakit terutama penyakit menular harus segera
dilaporkan kepada pihak yang berwenang. Setiap temak yang sakit harus segera
dikeluarkan dari kandang untuk diobati atau dikeluarkan dari kelompok
temak/petemakan agar penyakit tidak menular ke temak lain (Direktorat Pembibitan
Temak, 2012).

C. Manajemen Pakan
Kebutuhan pakan terkait erat pada jenis, umur, dan tingkat produksi. Konsumsi
BK pakan ditentukan oleh ukuran tubuh, macam pakan, umur, dan kondisi. Konsumsi
BK pakan hijauan berkualitas tinggi pada sapi dewasa adalah sebesar 1,4 % dari bobot
hidupnya, sedangkan pada sapi jantan muda sebesar 3%. Konsumsi BK pakan biasanya
makin menurun dengan meningkatnya kandungan zat-zat pakan yang dapat dicema
(National Research Council, 1984).
Menurut Tilman et aL, (1991) kebutuhan BK pakan yang disamnkan utuk sapi
pedaging adalah antara 2,5% sampai 3% dari bobot badan dan ditambahkan konsentrat
2%, sedangkan sisanya adalah hijauan atau pakan berserat tinggi. Usaha temak sapi
salah satu faktor pendukung adalah makanan. Makanan memerlukan penanganan scdini
mungkin, dimana biaya produksi berkisar antara 60% sampai 70%. Kemudian yang
menjadi hambatan penggunaan hijauan dalam ransum sapi terutama di daerah-daerah
trOpis adalah kualitasnya yang rendah (Stonaker, 1975).
Semakin sulitnya penyediaan pakan berkualitas oleh peternak, antara lain
disebabkan karena luas lahan untuk penanaman hijauan semakin sempit sedangkan
harga pakan konsentrat semakin mahal maka sebagai upaya efsiensi maka pakan yang
digunakan adalah yang sesuai dengan potensi daerah terutama limbah pertanian.
Limbah pertanian pada umumya nilai nutrisinya rendah (misalnya jerami) namun ada
pula yang nilai nutrisinya masih tinggi (misalnya dedak, molases, daun ketela); yang
nilai nutrisinya rendah banyak digunakan sebagai sumber serat sedang yang bemilai
gizi tinggi digunakan sebagai sumber energi dan protein (Schiere, 1987).
Pemberian pakan hijauan diberikan 10% dari bobot badan (Sugeng, 1992).
Menurut Murtidjo (1993), pakan hijauan merupakan pakan utama bagi temak
ruminansia dan berfungsi sebagai sumber gizi, yaitu protein, sumber tenaga, vitamin,
dan mineral. Siregar (1989) menambahkan bahwa pemberian hijauan terbagi menjadi
2 macam yaitu hijauan yang diberikan dalam keadaan masih segar dengan kadar air
70% dan hijauan yang diberikan dalam keadaan kering atau awetan. Hijauan kering
dapat berupa jerami dan hay, sedangkan awetan dapat berupa silasc. Hijauan
merupakan bahan pakan berserat kasar yang dapat berasal dari rumput dan dedaunan.

9
Konsentrat adalah bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lain
untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan dan dimaksudkan untuk
disatukan atau dicampur sebagai suplemen atau bahan pelengkap (Hartadi et al., 1997).
Penambahan konsentrat dalam ransum temak merupakan suatu usaha untuk mencukupi
kebutuhan zat-zat makanan, sehingga akan diperoleh produksi yang tinggi. Selain itu
dengan penggunaan konsentrat dapat meningkatkan daya cema bahan kering ransum,
pertambahan bobot badan, serta eflsien dalam penggunaan ransum (Holcomb et al.,
1984).
Pakan tambahan adalah zat makanan yang ditambahkan kc dalam pakan dengan
tujuan untuk memperbaiki daya guna pakan. Contoh pakan tambahan untuk temak pej
antan unggul adalah premix dan tauge. Peningkatan kualitas semen yang berupa
peningkatan motilitas sperma, presentase sperma hidup, dan penurunan jumlah mati
erat kaitannya dengan tambahan asupan suplemen yang diberikan. Nutrisi dan protein
yang terkandung dalam madu, telur, kunci, dan vitamin E mempengaruhi kualitas
spermatozoa (Priyono, 2009).

D. Penampungan Semen
Semen adalah sekresi kelamin jantan yang secara normal diejakulasikan ke
dalam saluran kelamin betina, tetapi dapat pula ditampung dengan berbagai cara untuk
keperluan inseminasi buatan. Semen terdiri dari dua bagian, spermatozoa atau sel-sel
kelamin jantan yang bersuspensi di dalam suatu cairan atau medium medi-gelatinous
yang disebut plasma semen. Spermatozoa dihasilkan di dalam testes sedangkan plasma
semen adalah campuran sckresi yang dibuat oleh epidiaymis dan kelenjar-kelenjar
kelamin pelengkap yaitu kelenjar-kelenjar vesikularis dan prostata (Toelihere, 1979).
Beberapa cara penampungan semen sapi untuk tuj uan IB telah berkcmbang,
diantaranya dengan vagina buatan dan elektro-ejakulator. Penggunaan vagina buatan
untuk menampung semen sapi telah dipakai secara luas. Pejantan akan mcnaiki sapi
bctina pemancing dan akan berejakulasi pada waktu penis dimasukkan ke dalam vagina
buatan. Vagina buatan terdir'l dar'l sii'mder karat te'oa'n dan keras, d'l dalamnya diiapisi
si l'mder karet tipis dan merupakan kantung yang dapat di isi air panas. Salah satu ujung
vagina buatan dipasang karet berbentuk corong untuk menampung semen. Vagina
buatan yang telah di isi air panas dan dibagian dalam diberi pelicin, akan berfungsi
untuk menampung semen (Salisbury, 1985).
Semen sapi normal berwama seperti susu atau krem keputih-putihan dan keruh,
meskipun ada beberapa sapi jantan yang menghasilkan semen berwama kuning.
Kepekatan semen bervariasi dari kental, sampai cair tergantung dari kosentrasi
spermatozoa. Kenampakan semen akan menunjukkan konsentrasi spermatozoa. Semen
yang encer dan jemih akan mengandung spermatozoa yang sedikit jumlahnya
sedangkan semen yang keruh dan kental dalam keadaan yang wajar memiliki
konsentrasi spermatozoa yang tinggi (Salisbury dan Vandenmark, 1985). Menurut
Hafez (1987), semen terdiri dari spermatozoa (sperma) atau sel-sel kelamin jantan yang
bersuspensi didalam suatu cairan atau medium semi gelatinous yang disebut seminal
plasma.

10
Spermatozoa dibentuk di tubuli seminiferi di dalam testis. Tubuli seminiferi
tersebut berisi serangkaian komplek perkembangan germ sel yang akhimya membentuk
garnet jantan. Bentuk spermatozoa adalah sel lonjong yang terdiri dari kepala yang
berisi nukleus dan ekor yang berisi aparatus yang dibutuhkan untuk menggcrakkan
spermatozoa. Panjang spermatozoa pada sapi 50 pm dan panjang bagian kepala adalah
8-10 pm, [char 4 pm dan tebal 0,5 pm (Hafcz, 2000).

E. Evaluasi Semen
Semen adalah sekresi pejantan berbentuk cairan semigelatinous yang
mengandung sel reproduksi (spermatozoa/sperma) dan sekresi kelenjar aksesori saluran
reproduksi (seminal plasma). Secara normal semen diejakulasikan pada saluran
reproduksi betina selama kopulasi dan dapat ditampung untuk keperluan inseminasi.
Sperma dibentuk dalam tubuh' seminiferus melalui scrangkaian proses spermatogenesis
dan plasma merupakan sekresi dari epididimis, vas dejérens, kelenjar prostat dan
COWperi (Maxwell dan Watson, 1996).
Semen sapi biasanya berwama keputih-putihan meskipun ada beberapa sapi
jantan yang semennya berwama kuning. Kepekatan semen bervariasi tergantung dari
konsentrasi spermatozoa. Panjang spermatozoa sapi :1: 68 um, terdiri dari panjang
kepala sekitar 8-10 pm, ekor 50 um dan badan 8-10 pm. Evaluasi semen meliputi
pengamatan secara umum, yaitu gambaran keseluruhan semen (makroskopis), volume,
wama, dan konsistensi. Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan secara lebih mendetail
(mikroskopis), meliputi morfologi sel sperma, konsentrasi, motilitas dan persentase
sperma hidup (Salisbury dan Van Demark, 1978).
Semen yang telah ditampung sebelum diproses lebih lanjut dievaluasi dalam
kondisi segar. Tujuan evaluasi semen segar adalah untuk menentukan apakah semen
segar tersebut layak diproses menjadi semen beku atau tidak.Semen yang akan
dibekukan harus memiliki persyaratan yaitu volume berkisar antara 5-8 ml ekor'l (F
eradis, 2010), berwama putih susu atau krcm keputihputihan (T oelihere, 1977),
konsistensi yang kental (Feradis, 2010), Ph berkisar antara 6-7, memiliki gerak massa
sperma minimal (++) dan motilitas minimal 70% (BIB Lembang, 2012).
Semen beku adalah semen yang telah diencerkan dan selanjutnya dibekukan
pada suhu tertentu yang bertujuan untuk menghambat aktifitas dan metabolisme
spermatozoa. Keuntungan semen beku adalah semen yang berasal dari pejantan unggul
dapat dipakai secara efnsien sepanjang tahun, dapat mengatasi hambatan waktu dan
jarak, memungkinkan pcrkawinan selektif dengan pejantan unggul untuk wilayah yang
luas, biaya pengangkutan rclatif murah. Sedangkan beberapa kerugian dari semen beku
adalah biaya produksi dan penyimpanan yang cukup tinggi, dari beberapa pejantan 10-
20% menghasilkan semen yang tidak tahan terhadap pembekuan serta dapat berpotensi
menyebarluaskan penyakit-penyakit bakterial dan viral (Partodihardjo, 1982).
Tahapan proses produksi semen beku yang ada di Balai lnseminasi Buatan
Lembang adalah penampungan semen, pemeriksaan semen segar, pengenceran,
printing straw, filling, sealing, dan freezing. Pcnampungan semen merupakan salah satu
mata rantai dari kegiatan produksi Balai lnscminasi Buatan untuk mendapatkan semen
beku dengan kualitas yang optimal. Secara umum penampungan semen adalah proses

11
ejakulasi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan ekstemal. Faktor internal
antara lain hormonal, metabolisme, dan keturunan, sedangkan faktor ekstemal adalah
faktor lingkungan. Ada beberapa macam metode penampungan, diantaranya metode
pemijatan/ pengurutan, metode elektroejakulator, dan metode vagina buatan (Feradis,
2010). Kualitas spermatozoa adalah spermatozoa yang mempunyai daya hidup tinggi,
morfologi normal dan motilitas progresif. Motilitas mcrupakan kemampuan gerak maju
individu spermatozoa di dalam lingkungan zat cair. Pergerakan tersebut penting dalam
membantu spermatozoa menembus sel-sel pelindung yang mengelilingi sel telur
(Herdis, 2005).

F. Distribusi/ Pemasaran Semen Beku


Distribusi merupakan kegiatan menyalurkan barang dan jasa dari produsen ke
konsumen. Di Balai Inseminasi Buatan Lembang, dilakukan pendistribusian semen
beku yang dihasilkan dari sapi unggul kemudian diproses menjadi semen beku.
Pendistribusian dilakukan di seluruh wilayah Indonesia. Menurut Suharyadi., et all.
2007 bahwa proses distribusi perlu diperhatikan beberapa hal yaitu setiap tahap dari
rantai distribusi akan mengakibatkan penambahan biaya, bentuk kemasan atau jenis alat
angkut yang digunakan sangat penting, pengembalian barang keagen, peritel atau
pengguna akhir akan mempengaruhi waktu pengiriman.
Realisasi target produksi tersebut serta untuk mendapatkan semen beku yang
berkualitas baik dengan jumlah yang memadai, perlu disiapkan peralatan yang akan
digunakan antara lain: vagina buatan, water heater, inkubator, sprektonik, cool top dan
lain-lain, yang dipasang pada suhu sesuai dengan Kebutuhan. Persiapan peralatan
tersebut dilakukan dalam ruangan berAC . selain itu diperlukaN PULa kerja samadan
koordinasi yang berkesinambungan antar bagian bagian, mulai dari pemeliharaan
ternak, penampungan sampai dengan distribusi semen beku. Fertilitas semen
bekudiketahui demgan pemantauan berdasarkan laporan dari daerah, disamping itu
dilakukan uji kualitas semen beku dilapangan.
Persiapan penjualan seman beku antara lain, (1) Mempersiapan semen beku
yang akan dijual ke alamat yang dituju sesuai dengan pembelian. (2)
Mempersiapkanotainer yang menggunakan protector dan telah diisi nitrogen cair
beserta perlengkapannya (container, canister, goblet, lifter goblet). (3)
Mengisi/menghitung semen beku dari globet yang berada didalam storage container kc
dalam globlet yang akan dikirim harus dilakukan di dalam rendaman N2 cair. (4) Tam
bahkan nitrogen cair kc dalam container sebelum dikirim ke daerah. (5) Menempelkan
kenas yang berisi alamat yang dituju pada protector. (6) Mengikatutup container dengan
tali supaya tutup tidak lepas/terbuka dan untuk mencegah penguapan N2 cair yang lebih
besar. (7) Menyerahkan container yang berisi semen beku serta dokumennya kepada
pihak ketiga yang ditunjuk (Chenoweth, 2001).
Balai Inseminasi Buatan Lembang telah melakukan penjualan semen beku
dengan harga jual sesuai yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No.48 tahun
2012 tentang tarif PNBP yang berlaku di lingkungan Kementrian Penanian sebesar @
Rp. 7000,- per dosis.Penjualan semen beku tersebar kc beberapa daerah melalui instansi
pemerintah, stake holder petemakan lainnya (BIB Lembang, 2013).

12
Perumusan strategi pemasaran didasarkan pada analisis menyeluruh terhadap
pengaruh faktorfaktor lingkungan eksternal dan internal perusaflaan. Lingkungan
eksternal perusahaan setiap saat berubah dengan cepat sehingga melahirkan berbagai
peluang dan ancaman baikyang datang dari pesamg utama maupun dari iklimbism's
yang senantiasa berubah. KonsekuenSI pcrubahan faktor ekstemal tcrsebut juga
mengakibatkan perubahan factor internal perusahaan, seperti perubahan terhadap
kekuatan maupun kelemahan yang dimiliki perusahaan tersebut (Rangkuti, 1997).

13
BAB III

METODE KEGIATAN

A. Waktu Dan Lokasi Kegiatan

Praktek kerja lapangan ini dilaksanakan di Balai Inseminasi Buatan Lembang,


Bandung, Jalan Kiwi Kayu Ambon No. 78, Lembang, 40391 Bandung Barat, serta
dilaksanakan pada tanggal 06 Februari 2019 - 26 Februari 2019

B. Metode Kegiatan Dan Pengambilan Data

Pengumpulan data sebagai bahan kajian dilakukan dengan beberapa metode,


antara lain :

1. Wawancara
Kegiatan ini dilakukan dengan cara diskusi dengan pihak-pihak terkait, baik itu
petugas medik veteriner meliputi paramedis atau mantri dan dokter hewan yang
biasa menangani kasus gangguan reproduksi pada sapi betina.

2. Observasi lapang
Observasi dilakukan selama kegiatan praktek kerja lapangan berlangsung dengan
mengamati dan mencatat secara langsung pencegahan dan penanganan gangguan
reroduksi pada sapi betina.

3. Pendataan
Pendatan dilakukan dengan mendokumentasi baik melalui catatan, laporan dan foto
dari kegiatan yang dilakukan selama praktek kerja lapangan untuk mengetahui
jumlah kasus gangguang reproduksi pada sapi betina.

4. Partisipasi
Berperan aktif dalam membantu petugas medik veteriner dan dokter hewan dalam
menangani kasus gangguan reproduksi pada sapi betina.

C. Biodata Peserta Praktek kerja lapangan

1. Nama : Lailatul Islamia


NIM : 17820090
Alamat : Jalan Dukuh Kupang 30/51
Kecamatan Dukuh Pakis, Surabaya
Tempat tgl. Lahir : Banyuwangi, 1 April 1999
No. Hp : +628113580802
E-mail : lailatulislamia1499@gmail.com

14
2. Nama : Selina Putri Sejati
NIM : 17820066
Alamat : Jalan Dukuh Kupang Barat 12/5
Kecamatan Dukuh Pakis, Surabaya
Tempat tgl. Lahir : Semarang, 11 November 1997
No. Hp : +6289699114363
E-mail : selinasejati@gmail.com

3. Nama : Siti Nurlatifah Rahman


NIM : 17820066
Alamat : Jalan Dukuh Kupang Barat 12/5
Kecamatan Dukuh Pakis, Surabaya
Tempat tgl. Lahir : Bandung, 17 Maret 1999
No. Hp : +6289699114225
E-mail : ikongipa38@gmail.com

4. Nama : Mega Utami Eka Mukti


NIM : 17820090
Alamat : Pantai Mentari AA 35, Bulak Kenjeran, Surabaya
Tempat tgl Lahir : Bojonegoro, !5 November 1997
No. Hp : 085646531484
E-mail : megautami401@gmail.com

5. Nama : Beti Gistawati Musayannah


NIM : 17820089
Alamat : Dukuh kupang 30 no 51, Surabaya
Tempattgl Lahir : Klaten, 4 Agustus 1999
No. Hp : 081329700584
E-mail : gistawatimusayannah.04@gmail.com

6. Nama : Brillian Pradana M


NIM : 17820082
Alamat : Dukuh Kupang XXX No. 49, Surabaya
Tempattgl Lahir : Tulungagung, 15 Mei 1998
No. Hp : 082233639785
E-mail : brillianpm7@gmail.com

7. Nama : Nataliano Edmundo Reba Bhara


NIM : 17820069
Alamat : Dukuh kupang barat 17 no.6, Surabaya
Tempattgl Lahir : Bajawa,24 Desember 1999

15
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Tempat dan Waktu Kegiatan

Praktek kerja lapangan dibidang kesehatan hewan dilaksanakan oleh


mahasiswa Pendidikan Dokter Hewan FKH UWKS, di Balai Inseminasi Buatan
Lembang, Bandung. Praktek kerja lapangan dilaksanakan dalam waktu 20 hari dimulai
dari tanggal 06 Februari 2019 - 26 Februari 2019. Kegiatan dilaksanakan dengan
mengikuti jadwal praktek kerja lapangan yang telah di tentukan oleh Balai Inseminasi
Buatan Lembang, Bandung.

B. Jadwal Kegiatan :

Jadwal kegiatan praktek kerja lapangan Mahasiswa FKH UNIVERSITAS


WIJAYA KUSUMA SURABAYA yang dilaksanakan seperti yang tertera di tabel
bawah ini :

16
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Balai Inseminasi Buatan Lembang

4.1 Sejarah Berdirinya Balai Inseminasi Buatan Lembang

Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang, adalah Balai Inseminasi Buatan pertama
didirikan di Indonesia. BIB Lembang merupakan Unit Pelaksan Teknis (UPT) dikelola
pemerintah pusat, yaitu Kementerian Pertanian. Balai dibangun pada tahun 1975, dan
diresmikan oleh Kementerian Pertanian Prof. Dr.Ir. Toyib Hadiwijaya dan Wakil Perdana
Menteri Selandia Baru Mr. Hon B Talboys, sebagai Balai Inseminasi Buatan (BIB) pertama di
Indonesia dan diresmikan pada tanggal 3 April 1976.Balai Inseminasi Buatan Lembang,
terlatak pada ketinggian L.100 m diatas permukaan laut dengan topografi terbukti dan suhu
sekitar antara 17- 25 C serta kelembaban relatif 82% dengan curah hujan berkisar antara
2.2002.500 mm/th. BIB Lembang terletak sekitar 17 km sebelah utara dari kota bandung
tepatnya di Jalan Kayu Ambon No 78 Desa Kayu Ambon Kecamatan Lembang. Saat ini luas
BIB Lembang t56.550 m terdiri atas luas bangunan + kandang dan luas kebun rumput.BIB
lembang diberi mandat pemerintah untuk memproduksi semen beku ternak sapi perah dan sapi
potong, dalam rangka memen kebutuhan semen beku untuk Inseminasi Buatan (IB). Sebelum
dibangun BIB Lembang,Indonesia masih bergantung pada semen beku impor untuk kebutuhan
IB. Melalui keberadaan BIB Lembang, Indonesia telah mampu memenuhi sebagian kebutuhan.

Kondisi Geografis

Balai Inseminasi Buatan Lembang terletak di Desa Kayu Ambon, Kecamatan


Lembang, Kabupaten Bandung Barat, tepatnya 17 km arah utara kota Bandung. Secara
geografis, kondisi lingkungan yang ada sangat kondusif untuk pengembangan dan
pemeliharaan ternak sapi, kambing dan domba untuk keperluan pemurnian dan grading
up karena di dukung oleh lahan yang subur serta kondisi iklim dan suhu lingkungan yang tidak
jauh berbeda dengan tempat asal ternak (impor/subtropis). Letak areal kantor, kandang dan

17
kebun rumput pada ketinggian 1.100 m di atas permukaan laut dengan suhu berkisar 18- 22 oC
dan curah hujan rata-rata berkisar 2.233 mm/tahun dengan tingkat kelembaban 70 – 90%.

Komponen yang Mendukung

Balai Inseminasi Buatan Lembang didukung oleh berbagai macam komponen baik
secara fisik maupun non fisik. Secara fisik, BIB Lembang dibangun diatas lahan milik BIB
Lembang seluas 56.550 m2 yang didalamnya dilengkapi dengan berbagai macam sarana dan
prasarana yang mendukung antara lain : gedung perkantoran, aula, mess/guest house, ruang
promosi, ruang perpustakaan, ruang pertemuan, kandang, gudang, laboratorium produksi,
laboratorium pengujian, arena penampungan, klinik hewan, padang penggembalaan (line bull),
kebun rumput, peralatan pertanian, peralatan umum, peralatan laboratorium, infrastruktur
pendukung seperti transportasi, komunikasi, sarana olahraga, mesjid dan lain-lain. Sedangkan
komponen non fisik yang dimiliki oleh balai meliputi berbagai macam Kebijakan atau Surat
Keputusan yang berkaitan dengan penyelenggaraan produk barang/jasa, serta piagam
penghargaan sebagai bentuk prestasi yang diperoleh antara lain piala Piala Abdibaktitani tahun
2003 dan 2010, piala Satlak PI Sangat Handal terbaik I, Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)
sejak tahun 2009 s/d 2015, dan UPT dengan kinerja “Sangat Baik”

Ternak yang dipelihara di balai merupakan pejantan yang bersertifikat yang merupakan
hasil seleksi dan Uji yaitu dengan Uji Zuriat pada sapi perah, dan Uji Performans pada sapi
potong, serta secara rutin melaksanakan replacement (peremajaan) agar dapat menghasilkan
pejantan yang produktif. Jenis ternak yang ada saat ini adalah sapi perah, sapi potong, kambing
dan domba unggul. Alokasi kebun rumput seluas 19,9 hektar untuk penanaman rumput Gajah
dan rumput Afrika (African star grass) serta penanaman legume perdu dan pohon sebagai
sumber protein sebagai green Concentrate.

Visi dan Misi BIB Lembang

Visi

Menjadi produsen semen beku terdepan pada tahun 2015 yang bersih, efisien, dan berprestasi,
melalui teknologi Insmeinasi Buatan untuk kesejahteraan masyarakat peternak

Misi

1. Melaksanakan produksi, penyimpanan dan distribusi serta pemasaran semen beku


dalam rangka pelayanan prima kepada masyarakat
2. Menggali potensi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) melalui optimalisasi
pemanfaatan aset dalam menunjang tugas pokok dan fungsi balai
3. Menyelenggarakan dan menggerakkan penyempurnaan teknik dan metoda untuk
mengembangkan inseminasi buatan
4. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) peternakan melalui
pelatihan/magang/bimbingan teknis
5. Mendorong terciptanya peluang dan kesempatan kerja mandiri untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat peternak.

18
B. Managemen Pakan

1. Pemberian Pakan
Penyediaan pakan ternak merupakan proses yang penting dalam manajemen
pemeliharaan ternak. Kebutuhan pakan yang tercukupi baik dari segi jumlah
maupun nutrisi menjadi faktor utama dalam menghasilkan ternak yang memili
produksi dan reproduksi yang optimal. Penyediaan pakan ternak terdiri dari
penyediaa HPT dan konsentrat. Pakan yang baik untuk sapi adalah yang dapat
memenuhi kebutuhan protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Pakan yang
diberikan pada sapi pejantan unggul di BIB Lembang Bandung adalah Hay,
konsentrat, hijauan, tauge, dan feed additive.
Tabel 2. Jadwal Pemberian Pakan Pejantan di BIB, Lembang.
Ransum Sapi Pejantan di BIB Lembang/hari/ekor

Waktu Pemberian
Hay R. Gajah Konsentrat Tambahan
(kg) (kg) (kg) (Feed additive)
Tauge Premix
(g) (g)
06.00-06.15 1 - 3 500 -
07.00-08.00 - - - - 15
07.30-08.00 - 20 - - -
10.30-12.00 - - 3 - -
13.00-14.15 - 10 - - -
16.00… - 30 - - -

Sumber : BIB, Lembang 2017

Pada jadwal pemberian pakan di BIB Lembang, pakan yang diberikan pertama
kali adalah hay, Tujuannya adalah sebagai makanan pembuka untuk merangsang
sekresi saliva rumen sehingga fungsi mikroba rumen bias optimal. Hay berasal dari
rumput segar yang dikeringkan yaitu di hilangkan kadar air tanpa mengurangi
komposisi lainnya. Sesuai dengan Tabel 2, hay yang diberikan sebanyak 1
kg/ekor/hari pada ternak sapi pejantan unggul. Setelah pemberian hay, kemudian
diberi konsentrat, dengan frekuensi dua kali dalam sehari yaitu pada pagi hari
sekitar jam 06.15 WIB setelah pemberian hay dan siang hari sekitar jam 11.00 WIB.
Pemberian konsentrat disesuaikan berdasarkan kebutuhan BK Konsentrat yaitu
0,44% dari Bobot Badan atau kebutuhan Konsentrat berdasarkan berat segar 0,53%
dari Bobot Badan. Pemberian konsentrat pagi 3 kg/ekor untuk sapi/kerbau dan 0,5

19
kg untuk domba/kambing. Alat yang digunakan diantaranya adalah kendaraan
angkut/mobil, gerobag dorong, gayung dan ember. Pemberian konsentrat pagi; 3
kg konsentrat (untuk sapi/kerbau) ditambah 500 gr tauge, 0,5 kg (untuk domba
kambing) ditambah 100 gr tauge, disatukan ke dalam ember, kemudian langsung
diberikan kepada ternak. Pemberian konsentrat siang; 1 – 2 kg per ekor untuk
sapi/kerbau, dan 0,5 kg untuk domba dan kambing atau sisa kebutuhan per hari
dikurangi pemberian pagi. Pemberian konsentrat diukur menggunakan gayung
dengan takaran 1 gayung sama dengan 1 kg.
Pemberian pakan hijauan dilakukan tiga kali dalam sehari. Pemberian pagi hari
dilakukan jam 08.00 WIB, yaitu Rumput siap saji sudah dichopper dengan ukuran
3 - 4 cm, dan dibawa menggunakan mobil truk. Pemberian rumput diukur
menggunakan carangka, 1 carangka sama dengan 20 kg. Domba/Kambing diberi
Rumput Odot yang sudah dipotong/dicacah sebanyak 4 kg. siang jam 11.30 WIB
Jumlah pemberian 5 - 10 kg per ekor sesuai dengan papan informasi perlakuan
pakan di setiap kandang ternak. Domba/Kambing diberi Rumput Odot yang sudah
dipotong/dicacah sebanyak 4 kg dan pemberian sore hari dilakukan pada jam 16.00
WIB Jumlah pemberian kisaran antara 20 – 30 kg per ekor (sisa kebutuhan perhari
dikurangi pemberian pagi dan siang sesuai dengan papan informasi perlakuan
pakan). Air minum diberikan secara adlibitum dan senantiasa dipantau kebersihan
dan ketersediannya. Alat yang digunakan : kendaraan mobil, cungkir dan carangka.
Pemberian pakan hijauan untuk sapi pejantan didasarkan kepada kebutuhan Bahan
Kering rumput yaitu 1,31 % dari Bobot Badan atau setara dengan berat segar 6,56
% dari bobot badan atau di sesuaikan dengan kondisi fisiologinya. Jenis pakan
hijauan yang tersedia adalah Rumput Gajah varietas Taiwan, Rumput Odot, Star
Grass dan hijauan sumber protein. Pada saat terjadi kekurangan HPT maka pakan
hijauan akan ditambahkan lebih banyak jabon (tanaman jagung beserta buahnya)
sampai memenuhi untuk kebutuhan harian. hijauan segar yang berupa rumput gajah
diberikan50-70 kg/ekor/hari pada sapi pejantan unggul. Hijauan segar ini tidak
langsung diberikan setelah pemanenan, namun harus dilayukan 1 hari sebelum
pemberian. Karena hijauan yang baru panen memiliki kandungan kadar air yang
tinggi maka akan mempengaruhi kualitas dari silase.
Pakan tambahan yang berupa tauge dan premix diberikan 1 kali dalam sehari
yaitu pada pukul 06.15 WIB dengan cara dicampur dengan konsentrat. Pada sapi

20
pejantan unggul tauge diberikan sebanyak 500 gram/ekor/hari sedangkan
pemberian premix sebanyak 15 gram/ekor/hari. Pemberian pakan konsentrat pada
pukul 06.15 WIB dikarenakan campuran pakan tersebut diharapkan dapat
memperbaiki kualitas sperma sehingga pada saat pengambilan sperma pada pukul
09.00 WIB hasilnya menajdi lebih maksimal.
Kebutuhan gizi untuk kebutuhan hidup pokok pada ternak kambing perah,
merupakan kebutuhan yang paling rendah dalam siklus hidupnya. Umumnya
kebutuhan ini dapat dipenuhi dari asupan pakan hijauan. Kambing perah akan
memperoleh gizi, khususnya energy dan protein untuk kebutuhan hidup utamanya
dari hijauan berkualitas baik. Apabila kualitas pakan hijauan yang diberikan kurang
baik, ternak perlu diberikan pakan tambahan, seperti dedak padi dan onggok. Pakan
pada kambing domba yang diberikan di BIB Lembang terdiri atas hijauan,
konsentrat dan makanan tambahan. Pemberian pakan ternak dimulai pada pukul
06.00 WIB yaitu dimulai dengan pemberian konsentrat dan diteruskan dengan
pemberian hijauan segar setelahnya.
Ternak ruminansia mengkomsumsi hijauan sebanyak 10% dari bobot badan
setiap hari dan konsentrat sekitar 1,52% dari jumlah tersebut. Oleh karena itu
hijauan dan sejenisnya terutama rumput dari berbagai spesies merupakan sumber
energi utama ternak ruminansia (Pilliang, 1997). Pemberian pakan di BIB Lembang
sesuai dengan standar pemberian yang dijelaskan oleh Pilliang, yaitu hijauan
sebanyak 10% dan konsentrat sekitar 1,5-2%. Menurut Sosroamidjojo, 1985 bahwa
pakan kambing sebagian besar terdiri dari hijauan, yaitu rumput dan daun-daunan
tertentu (daun nangka,daun waru, daun pisang dan daunan leguminosa). Seekor
kambing dewasa membutuhkan kira-kira 6 kg hijauan segar sehari yang diberikan
2 kali, pagi dan sore. Pemberian pakan di BIB lembang sudah sesuai dengan yang
djelaskan yaitu diberikan 2 kali sehari setiap pagi dan sore.
C. Perawatan ternak di Balai Inseminasi Buatan Lembang

Balai Inseminasi Buatan Lembang memelihara berbagai jenis ternak pejantan yang
bertujuan untuk memperbaiki mutu genetik dan daya produksinya. Adapun jenis ternak sapi
yang dipelihara di Balai Inseminasi Buatan Lembang antara lain :

1. Sapi Simmental
2. Sapi Brahman

21
3. Sapi Angus
4. Sapi Limousin
5. Sapi Frisian Holstein
6. Sapi Ongole
7. Sapi Madura
Adapun jenis ternak domba dan kambing yang dipelihara di Balai Inseminasi Buatan
Lembang antara lain :

1. Kambing PE
2. Kambing Boer
3. Domba Garut
Kegiatan yang dilakukan di Balai Inseminasi Buatan Lembang ini sangat berpengaruh
terhadap pemeliharaan ternak secara intesif. Keseimbangan usaha peternakan selain kebutuhan
pokok yaitu kosumsi berupa pakan ternak harus mempunyai peranan penting yaitru perawatan
dan pemeliharaan. Dilihat dari tujuan utama, Balai Inseminasi Buatan Lembang ini yaitu
menghasilkan semen yang berkualitas dan mempunyai teknik pemeliharaan ternak dengan
perawatan yang dilakukan seperti kesehatan, sanitasi kandang, pemandian ternak, dan
pemberian pakan dengan penambahan tauge untuk meningkatkan sperma.

i. Manajemen Pemeliharaan

Letak kandang seharusnya berada jauh dari pusat kota atau pemukiman penduduk,
letaknya harus lebih tinggi dari wilayah sekitar kandang, agar kandang tidak kumuh dan tidak
mencemari wilayah lain di sekiar kandang, tercukupi kebutuhan air untuk air minum pada
penjantan dan untuk memandikan pejantan, kandang diusahakan terhindar dari hembusan
angin dengan menanami pepohonan disekitar wilayah kandang.

Perkandangan merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan tingkat keberhasilan
suatu usaha peternakan. Perkandangan yang sering tidak memenuhi kaidah dan fungsi yang
sesungguhnya, cenderung akan merugikan baik terhadap ternak itu sendiri, manusia dan
lingkungan. Oleh sebab itu, pengetahuan yang komprehensif tentang perkandangan perlu
diketahui sebagai upaya bagi peningkatan produktivitas ternak yang dipelihara sekaligus
mengurangi dampak negatif pecemaran lingkungan sekitarnya.

Membangun kandang untuk ternak sama seperti membangun rumah untuk tempat
tinggal manusia, sehingga secara hakekat normative harus sama. Pembangunan kandang
memerlukan keterampilan dan keseriusan. Tujuannya adalah untuk menciptakan desain

22
kandang yang sempurna bagi ternak yang dipelihara atau akan dipelihara agar benar-benar
menjadi tempat yang nyaman bagi ternak itu sendiri. Prinsipnya adalah konstruksi kandang
harus dapat membuat ternak merasa nyaman dan aman. Kondisi ini tentunya akan menjadikan
ternak berproduksi secara normal.

Kandang merupakan sebuah bangunan atau tempat yang dibuat bagi ternak agar dapat
hidup, bertumbuh dengan sehat dan aman, serta dapat terkontrol dari penyakit dan aktivitas
reproduksinnya. Bagi ternak, bangunan kandang harus memiliki beberapa fungsi, sebagai
berikut:

 Melindungi ternak dari sinar matahari yang berlebihan, angin, hujan, penyakit
dan predator.
 Melindungi ternak dari bahaya-bahaya luar, seperti pencuri, hewan-hewan liar
sebagai pemangsa maupun pembawa penyakit.
 Memudahkan dalam melakukan tatalaksana pemeliharaan, penanganan limbah
dan aktifitas keseharian ternak seperti makan, minum, tidur, kencing, atau
buang kotoran.
 Kandang dapat mempermudah peternak dalam melakukan pengawasan dan
menjaga kesehatan ternak..
 Sebagai tindakan preventif agar supaya ternak tidak merusak taneman dan
fasilitas lain yang berada di sekitar lokasi kandang, menghindari
terkonsumsinya pakan yang berbahaya bagi kesehatan ternak dan
memanfaatkan serta mengefisienkan lahan yang sempit.
Sesuai dengan fungsinya untuk memberikan kenyamanan bagi ternak, manusia dan
lingkungan, maka pembuatan kandang harus direncanakan secara baik dan memenuhi beberapa
syarat, sebagai berikut :

 Kandang dibuat di daerah yang relatif tinggi dari daerah sekitarnya (Agar air hujan
tidak tergenang), tidak lembab serta jauh dari kebisingan.
 Pertukaran udara baik sehingga udara dalam kandang selalu segar.
 Sinar matahari pagi diusahakan masuk dalam kandang, oleh karena itu kandang
sebaiknya menghadap timur. Sinar matahari Berguna untuk : membunuh bibit
penyakit, membantu proses pembentukan Vitamin D dan mengurangi kelembaban
kandang

23
 Kandang dan lingkungnnya harus mudah dibersihkan serta diupayakan semaksimal
mungkin untuk menggunakan bahan-bahan lokal yang murah.
 Letak kandang paling kurang 10 m dari perumahan.
 Jauh dari sumber mata air yang dipergunakan masyarakat sehingga kotoran ternak
tidak mencemari air.
Sebagai tempat bertumbuh dan berkembangnya ternak maka konstruksi kandang harus
memenuhi persyaratan teknis dan kebutuhan ternak. Konstruksi kandang pada masing-masing
bagian dapat disarankan, sebagai berikut :

1. Atap.
Atap sebagai pembatas kandang bagian atas memegang peranan yang besar sebagai
pelindung terhadap hujan, terik sinar matahari dan pengatur panas dalam kandang.
Panas dalam kandang sebagian besar berasal dari atap dan hilang juga melalui atap.
Peranan bahan atap terletak pada daya pantul, penghantaran panas, dan
keawetannya.
2. Lantai Kandang
Berfungsi sebagai tempat berpijak, berbaring dan beraktivitas. Untuk memenuhi
fungsi tersebut maka lantai kandang harus dibuat rata, tidak keras, tidak licin, tidak
mudah tembus air, tahan lama dan tidak cepat panas atau dingin.
3. Dinding Kandang.
Berfungsi sebagai pelindung ternak dari gangguan luar dan penghalang agar ternak
tetap berada di dalam kandang. Dengan demikian dinding kandang harus terbuat
dari bahan yang kuat dan memberikan kondisi nyaman bagi lingkungan kandang.
4. Posisi Kandang.
Untuk mendapatkan cukup sinar matahari pagi secara langsung dan untuk
menghindari teriknya sinar matahari waktu siang, posisi kandang sebaiknya dibuat
menghadap ke timur. Dengan demikian sinar matahari sebagai pembunuh kuman
dan pengering kandang dapat dimanfaatkan secara optimal.
5. Kolong Kandang.
Sebagai tempat untuk menampung kotoran, air kencing dan sisa-sisa pakan yang
jatuh dari kandang. Ukuran tinggi kolong kandang yang disarankan adalah 50-70
cm dari permukaan tanah.

24
ii. Perawatan Tubuh Ternak

Perawatan tubuh ternak dilaksanakan setiap pagi mulai pukul 06.00 WIB dengan cara
memandikan ternak untuk membersihkan kotoran ternak yang menempel pada bagian
tubuhnya. Pada pejantan yang akan ditampung semennya, selain tubuhnya dibersihkan dari
kotoran juga harus dilakukan pencucian praeputium ini harus diupayakan sesempurna mungkin
sehingga dijamin bersih dari kotoran dan busa sabun, karena air sabun dapat mematikan
sperma. Jika preputium tidak dibersihkan sebelum di tamping akan menyebabkan infeksi
balanitis yaitu peradangan pada kulit yang menutupi penis atau preputium. Adapun beberapa
hal yang dapat menyebabkan balanitis adalah infeksi jamur, infeksi bakteri, iritasi kulit, dan
kelainan kulit lainnya.

Adapun gejala umum muncul pada penis yang terkena balanitis antara lain: kemerahan
padam kepala mpenis, ulcer, iritasi, simosis, kepala penis membengkak, dan terkadang keluar
cairan kental dari bawah preputium yang menimbulkan bau tak sedap karena infeksi bakteri
anaerop atau Streptococcus sp. Setelah ditampung semennya para pejantan dilakukan
perlakuan exercise yang dilakukan di lading pengembala / line bull yang bertujuan untuk
memperlancar peredaran darah, memperoleh sinar matahari yang cukup, merangsang
pengeluaran hormone testoteron lebih banyak dari testes pejantan, untuk meningkatkan
kualitas dan produktifitas semen.

4.2.3. Perawatan Kandang dan Perlengkapan

Kandang dibersihkan setiap pagi hari bersamaan dengan memandikan ternak,


pembersihan bak pakan dibersihkan sebelum distribusi pemberian pakan. Untuk pembersihan
alat kandang dari kotoran dengan sekop dan menempatkannya kedalam wadah baskom,
kemudian alas kandang disiram dengan air dan disikat sehingga tidak licin, pembersiahan
kolong kandang dengan selang karet dan disiram dengan air kemudian membersihkan saluran
air limbah setelah itu mengumpulkan seluruh kotoran ternak yang berada dimasing-masing
baskom untuk dijadikan kompos.

4.2.4. Sanitasi Kandang

Sanitasi ini bertujuan untuk pencegahan bibit penyakit. Sanitasi kandang dilakukan
pada saat pejantan di padang penggembalaan (linebull) Sanitasi kandang dilakukan untuk
menghilangkan hama dengan cara menggunakan desinfektan yang terdiri dari BKC 20%,
Biocid, Destan, Formalin, sprectra pada alas kayu secara bergantian sehinga tidak ada jasad

25
renik yang tahan terhadap suatu obat. Sedangkan lantai kandang (tembok) dihapus hamakan
dengan cara pengapuran untuk mengendalikan pertumbuhan jamur dan keindahan kandang
yang dilakukan setiap 3 – 4 minggu sekali.

4.2.5. Kesehatan Ternak

Kesehatan ternak sangat penting pada ternak yang mengalami gangguan kesehatan
ataupun ternak yang menderita penyakit seperti laminitis, spasmus, vulnus traumatica,
papilloma, muscle dislocation, muscle injury, epididymitis, scabies, balanitis, dan tumor.
Diberikan perlakuan khusus dengan cara dipisahkan dari ternak yang sehat atau dengan cara
pemisahan kandang. Pada ternak yang mengalami gangguan pada kuku dan tulang diberikan
perawatan dengan cara pembersihan kuku dengan larutan CuSO4 yang dilarutkan dengan air
agar terhindar dari mikroorganisme yang masuk ke dalam kuku.

Kesehatan Hewan dan Bioscurity

Kondisi ternak pejantan yang sehat memungkinkan diperolehnya semen yang


berkualitas baik. Pentingnya kesehatan hewan adalah melaksanakan tindakan
pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan serta tindak karantina terutama bagi
ternak baru yang akan masuk, memeriksa status kesehatan setiap individu ternak,
mencegah, mengidentifikasi / mendiagnosa jenis penyakit yang terjadi pada ternak serta
mengobati ternak jika ada ternak yang sakit dan melakukan tindakan isolasi bagi ternak
yang diduga menderita sakit yang membahayakan.

Tabel Jadwal kegiatan Keswan

26
N0 Kegiatan Jadwal/Target Pelaksanaan

I PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT


1 Kontrol/pengamatan harian SETIAP HARI
2 Pemberian multivitamin MINGGU I
3 Perawatan kuku SETIAP HARI
4 Spraying ektoparasit pejantan MINGGU IV
5 Desinfeksi kandang pejantan MINGGU I & MINGGU III
6 Biosekuriti (penggantian bak dipping pintu masuk) 2X SETIAP MINGGU
7 Isolasi/pengasingan* *SESUAI KASUS
8 Pemeriksaan kesehatan pejantan 2X SETIAP TAHUN
9 Administrasi Keswan SETIAP HARI

II PENGOBATAN PENYAKIT
1 Pengobatan rutin *SESUAI KASUS
(Antibiotika, Kemoterapeutika dll)
2 Pemberian Anthelmintik 3X SETIAP TAHUN

Perawatan kesehatan ternak merupakan kegiatan dalam peternakan. Untuk


mengetahui kondisi ternak, BIB Lembang melakukan control pada ternak setiap
harinya, control yang dilakukan yaitu dengan melihat konsumsi pakan, posisi berdiri,
kondisi feses dan urine, kondisi kulit sapi, diagnose penyakit serta perawatan yang telah
dilakukan. Perawatan kesehatan yang dilakukan di BIB Lembang diantaranya adalah
pencegahan penyakit, pengendalian penyakit dan pengobatan penyakit.

Pengobatan pada penyakit hanya dilakukan pada ternak yang terdeteksi


mengalami penyakit. Pengobatan yang dilakukan yaitu bergantung dengan penyakit
yang dialami. Penyakit yang menyerang ternak BIB Lembang yaitu penyakit :

1. Laminitis
Laminitis merupakan peradangan lamina dinding kuku pada hewan
ternak, dapat terjadi pada sapi, domba, ataupun kambing. Laminitis sering
menimbulkan rasa tidak nyaman dan sakit pada lamina kuku, kepincangan,
perubahan struktur kuku, penurunan produksi susu, dan reproduksi.
Menurut Kloosterman penyebab dari laminitis ini erat kaitannya dengan
keadaan asidosis pada rumen akibat meningkatnya konsumsi pakan tinggi
karbohidrat. Selain itu laminitis dapat disebabkan oleh trauma pada kuku,
gangguan nutrisi, teknik pemotongan kuku yang salah, gangguan hormonal,
gangguan vaskularisasi darah ke daerah kaki, infeksi sistemik atau kondisi
yang menyebabkan endotoksin misalnya mastitis, dapat pula disebabkan
karena endometritis yang terjadi pasca melahirkan (Bergsten, 2001).

27
Manajemen pemeliharaan yang buruk merupakan faktor penting yang
dapat menimbulkan kasus laminitis tersebut.
Ternak yang terkena laminitis akan ditemukan lesi pada bagian
teracaknya. Lesi umum yang sering ditemukan dapat berupa perdarahan
pada sole, double sole, fisura dan abses pada white line, ulkus, dan nekrosis.
Hewan penderita laminitis akut ini akan menunjukkan gejala klinis berupa
stress, anorexia (nafsu makan menurun), hewan ternak kesulitan berdiri
dengan seimbang dan apabila dipaksa untuk berjalan hewan penderita
laminitis akan tampak berjalan dengan pincang. Laminitis akut ini dapat
disebabkan oleh beberapa penyakit seperti metritis, mastitis, dan Bovine
Viral Diarhea (BVD).
Upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan laminitis pada ternak
yaitu memperhatikan manajemen pemeliharaan ternak dengan serius,
seperti memperhatikan komposisi pakan dan keseimbangan pakan antara
konsentrat dan serat untuk meningkatkan proses ruminansi,
ketidakseimbangan antara konsentrat dan serat dapat menimbulkan asidosis
rumen, ketosis, dan endotoksemia. Asidosis rumen menyebabkan
menurunnya pH sistemik yang dapat mengaktifkan mekanisme vasoaktif
sehingga terjadi peningkatan pulsus dan aliran darah keseluruh tubuh.
Asidosis juga akan memicu keluarnya histamin sebagai reaksi adanya
perubahan, ketidakseimbangan dan penyakit, yang pada akhirnya akan
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriksi pembuluh
darah ini akan mengakibatkan tekanan pada daerah kuku dan kaki hewan
ternak sebagai penyangga berat badan. Pada akhirnya peredaran darah di
kuku akan semakin berkurang dan berhenti sehingga akan terjadi hypoxia
(kekurangan oksigen) selanjutnya akan menimbulkan necrosis pada bagian
teracak. Kesalahan manajemen pakan merupakan faktor utama penyebab
dari laminitis. Sedangkan dari segi manajemen kandang harus diperhatikan
kebersihan, kandang dibuat dengan menutup alas dengan karpet dan
menghindari penggunaan alas beton secara langsung untuk mengurangi
pergesekan kuku dengan lantai kandang yang dapat menyebabkan perlukaan
kuku. Usahakan pula ukuran kandang cukup luas agar ternak dapat
exercisedan berbaring sehingga ternak akan merasa nyaman dalam kandang
tersebut (Kloosterman 2007).
Pengobatan untuk lamintis di BIB Lembang dilakukan dengan
perendaman kuku (dipping) dan pemotongan kuku yang dilakukan dengan
hati-hati untuk menghilangkan bagian kuku yang mungkin dapat
memperparah lesi. Dipping menggunakan cairan CuSO4 5% selama 15
menit secara rutin. Pengecekan kuku secara rutin juga sangat membantu
untuk mencegah terjadinya laminitis pada ternak, sehingga jika terdapat
abnormalitas pada kuku dapat segera ditangani sebelum terdapat gejala
klinis atau lesi yang parah berkembang.

1. Spasmus

28
Kaki kaku
2. Foot Rot :

3. Vulnus Traumatica

4. Balanitis dan Postitis


Balanitis adalah keradangan yang terjadi pada glans penis sedangkan
postitis merupakan keradangan yang terjadi pada mukosa preputium. Kedua
keradangan tersebut umumnya terjadi bersama-sama karena radang penis
akan menulari preputium dan sebaliknya sehingga disebut pula sebagai
balanopostitis. Pada sapi penyebab balanopostitis dapat ditimbulkan oleh
Invectious Bovine Rhinotracheitis Infectious pustular vulvovaginitis
(IBR/IPV), campylobacter, tuberculosa serta beberapa organisme dan
jamur. Infeksi yang terjadi pada penis dan preputium dapat disebabkan oleh
trauma dan gangguan mekanis lainnya. Terapi yang dilakukan di BIB
Lembang berupa pencucian secara teratur penis dan preputium hewan
penderita menggunakan cairan antiseptik ringan 2-3 kali sehari. Pemberian
antibiotik secara lokal umumnya memberikan kesembuhan karena
balanopostitis seringkali disebabkan oleh infeksi lebih dari satu
mikroorganisme.
5. Epididimitis
Epididimitis lebih sering terjadi pada sapi dan berhubungan dengan
kejadian radang pada kelenjar asesoria, mudah timbul melalui penyebaran
infeksi yang berasal dari saluran kelamin atau saluran kecing.
Mikroorganisme penyebab epididimis sama dengan penyebab orkhitis dapat
juga oleh Pseudomonas aeroginosa atau Escherichia coli fibriosis,
perioorkhitis dengan perlengketan tunika vaginalis yang meluas dan
keradagan pada korda spermatika dapat menyebabkan epididimitis. Gejala
yang muncul pada kasus akut berupa pembengkakan dan udema serta rasa
sakit pada semua bagian epididimis dapat pula diikuti abses.
Diagnosa epididimitis di BIB Lembang berdasarkan pada: gejala klinis
yaitu semen ketika ditampung berwarna merah atau coklat, palpasi bagian
belakang testis. Pada beberapa kasus epididimitis mengakibatkan
penyumbatan lumen dan menghambat perjalanan sperma dari testis menuju
vas deferens. Pada sapi pengobatan dilakukan berdasarkan pada
mikroorganisme penyebab, dan akan dilakukan istirahat tampung.

6. Papilloma
Adanya bintil

29
Upaya pengendalian dan pencegahan penyakit dilakukan di Balai Inseminasi
Buatan Lembang diantaranya :

 Pemeriksaan dan pengontrolan status present kesehatan ternak secara kontinyu dan
berkesinambungan setiap hari.
 Pemberian Obat sebagai pencegahan penyakit, seperti obat cacing yang diberikan
setiap 6 (enam) bulan sekali, pemberian multivitamin reproduksi seperti ADE dan
E-Selenium sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali.
 Pengontrolan dan diagnosa penyakit pada ternak yang sakit. Jika hasil dari diagnosa
menyatakan penyakit tersebut tidak menular maka tindakan selanjutnya adalah
melakukan pengobatan sesuai dengan jenis obat, dosis obat dan jenis perlakuan
yang akan digunakan.
 Isolasi ternak sakit apabila terdapat ternak yang terdiagnosa penyakit menular.
Kemudian mempersiapkan tempat/kandang isolasi untuk ternak yang terdiagnosa
penyakit menular. Setelah itu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk
memastikan jenis penyakit. Selama masa isolasi harus tetap melakukan pengamatan
dan pengawasan sampai perlakuan akhir.
 Pengambilan sampel darah, serum, nasal swab, preputium wash dan feces sekurang-
kurangnya 2 (dua) kali dalam setahun untuk dilakukan medical cek up pejantan atau
bila dirasa ada yang diduga terdapat penyakit membahayakan dilakukan
pengambilan spesimen disesuaikan dengan kaidah kesehatan hewan yang berlaku.
 Tindak lanjut paling lambat 1 (satu) minggu setelah hasil laboratorium diterima.
 Pemeriksaan spesifik apabila menunjukan hasil pengujian screening test positif.
 Hasil pemeriksaan laboratorium menjadi dasar rekomendasi bagi pengambilan
keputusan berikutnya.
 Melakukan pemotongan bulu preputium, bulu ekor dan bulu telinga setiap sebulan
sekali.
 Melakukan spraying ektoparasit pejantan setiap satu bulan sekali.

1. Biosecurity
 Dalam rangka mencegah masuknya penyakit, maka dilakukan pembatasan dan
pengamanan terhadap lalu lintas keluar masuk area Balai. Adapun prosedur yang
dilakukan sebelum memasuki/keluar BIB Lembang adalah sebagai berikut:

1. Setiap kendaraan baik roda 2 maupun roda 4 atau lebih yang hendak memasuki
kawasan BIB Lembang, wajib melalui bak dipping dan dilakukan spraying
desinfektan di setiap pintu masuk.
2. Tangki penampung cairan desinfeksi harus selalu terisi dan dilakukan pengecekan
minimal seminggu sekali.
3. Penggantian air desinfektan di bak dipping di setiap pintu masuk dilakukan minimal
dua kali dalam seminggu

30
 Setiap orang yang akan memasuki ke area BIB Lembang harus melakukan prosedur
sebagai berikut:

1. Wearpack, sepatu boot dan peralatan lapangan lainnya di suci hamakan terlebih
dahulu sebelum di pergunakan.
2. melakukan pencelupan alas kaki ke bak dipping yang telah disediakan.
3. Wearpack dan sepatu boot tidak diperbolehkan digunakan ke luar area BIB
Lembang.

G. Penampungan semen
Inseminasi buatan merupakan satu teknologi tepat guna yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan produktifitas sapi dengan memanfaatkan potensi
pejantan unggul agar dapat mengawini lebih dari satu induk dan dapat meningkatkan
mutu genetik dari ternak tersebut (Susilawati, 2013). Pelaksanaan IB perlu
diperhatikan dalam beberapa hal yaitu: (1) Manusia (Inseminator dan peternaknya)
dalam hal ketepatan waktu IB dan penempatan semen (deposisi semen), (2)
Fisiologi betina, (3) Kualitas semen beku yang berasal dari Balai Inseminasi Buatan
(Susilawati, 2011)
Penampungan semen adalah ejakulasi yang dipengaruhi oleh faktor internal dan
ekternal. Faktor internal yaitu hormon, metabolisme, keturunan, umur, dan kesehatan
secara umum dari pejantan tersebut. Sedangkan faktor eksternal adalah pakan,vitamin,
suasana lingkungan, tempat penampungan, manajemen, para penampung, cuaca, sarana
penampungan termasuk teaser. Maka untuk mendapatkan semen yang memenuhi syarat
adalah mengamati dan memperhatikan perilaku setiap pejantan yang akan ditampung
semennya

 Kelebihan penampungan semen AV


Penampungan semen menggunakan vagina tiruan merupakan metode yang
paling efektif diterapkan pada ternak besar sapi yang normal (tidak cacat) dan libidonya
bagus. Kelebihan metode penampungan menggunakan vagina tiruan ini adalah selain
pelaksanaannya tidak serumit dua metode lainnya, semen yang dihasilkannya lebih
bersih, kualitas lebih baik, maksimal dan spontan keluar. Hal ini terjadi karena metode
penampungan ini merupakan modifikasi dari perkawinan alam.

Sapi jantan dibiarkan menaiki pemancing yang dapat berupa ternak betina,
jantan lain, atau panthom (patung ternak yang didesain sedemikian rupa sehingga oleh
pejantan yang akan ditampung semennya dianggap sebagai ternak betina). Ketika
pejantan tersebut sudah menaiki pemancing dan mengeluarkan penisnya, penis tersebut
arahnya dibelokkan menuju mulut vagina tiruan dan dibiarkan ejakulasi di dalam
vagina tiruan. Vagina tiruan yang digunakan dikondisikan supaya menyerupai kondisi
(terutama dalam hal temperatur dan kekenyalannya) vagina yang sebenarnya.
Mengingat ternak jantan yang akan dijadikan sumber semen harus memiliki kondisi
badan yang sehat dan nafsu seksual yang baik, maka sebaiknya kita mengutamakan
metode penampungan semen menggunakan vagina tiruan pada sapi.

31
Vaginan tiruan lebih mudah dilakukan dan tidak perlu keahlian khusus sehingga
mudah diterapkan dibandingkan metode lain. Sehingga untuk mendapatkan semen
segar yang berkualitas maka metode vagina buatan hars diterapkan dan dikembangkan
guna meningkatkan bibit unggul dan populasi ternak sehinnga mampu memenuhi
permintaan pasar.

H. Pelaksanaan Penampungan Semen


Di Balai Inseminasi Buatan disediakan tempat atau lahan untuk melakukan
penampungan yang disebut "Breeding Rack". Tempat ini adalah suatu lahan yang diberi
pasir pada alas lantai untuk memudahkan ternak melakukan penampungan sehingga
tidak akan mengalami ternak terpeleset ataupun terjatuh saat melakukan teasing.
Disediakan pula ternak pemancing (teaser), boneka sapi (dummy cow) guna
mempermudah jalannya penampungan. Jumlah para penampung berjumlah sekitar 5
orang. Satu orang mencatat data penampungan, dan masing-masing orang memegangi
teaser lalu satu orang menampung semen satu sapi. Proses penampungan ini
berlangsung pada pukul 07.00-11.30 WIB

 Mempersiapkan Ternak Pejantan Untuk Penampungan Semen


Sebelum ternak pejantan ditampumg di "Breeding Rack" telah disiapkan ternak
pemancing (teaser) yang berfungsi sebagai perangsang seksual ternak pejantan yang
akan ditampung.

 Mempersiapkan vagina buatan


Persiapan peralatan sebelum penampungan adalah mempersiapkan vagina
buatan yaitu memasang corong karet pada badan vagina buatan, memasang tabung
sperma pada ujung corong vagina buatan, memasang pelindung tabung sperma dengan
tujuan agar sperma tidak langsung terkena sinar matahari dan melindungi pecahnya
tabung sperma dari benturan benda lain, memasang plastik pelindung sehingga corong
ataupun tabung sperma tetap terlindung dari otoran dan tidak terlepas dari vagina
buatan, mengisi air hangat sepertiga dari tabung vagina buatan untuk mengkondisikan
suhu vagina buatan dengan suhu vagina asli yaitu scbesar kurang lebih 40'C.
Selongsong bagian dalam vagina buatan diolesi vaselin agar vagina buatan tetap licin
dan mempermudahpenis dari ternak masuk ke dalam vagina buatan.

 Melakukan teasing
Pejantan yang sedang berejakulasi diharapkan mampu mengeluarkan penisnya
pada saat menaiki teaser. Setelah 3-4 kali mengeluarkan penisnya, lalu pengeluaran
mengakibatkan ejakulasi keluar. Apabila libidonya sedang tinggi atau memuncak
barulah dilakukan penampungan.

 Cara penampungan semen


Setelah pejantan siap melakukan ejakulasi lalu kolektor mulai melakukan
penampungan, Posisi kolektor harus sejajar dengan ternak yaitu posisi menghadap

32
ternak dengan kaki sejajar kemudian pada waktu penis pejantan keluar kolektor harus
dapat memegangnya dibagian praeputium lalu arahkan kemulut selonsong vagina
buatan. Setelah penis masuk kedalam vagina buatan, maka akan terjadi ejakulasi. semen
yang sudah ditampung langsung dibawa ke laboratorium untuk diperiksa Kualitasnya.
Lalu peralatan yang sudah dipakai dibersihkan kembali. Ternak yang sudah dilakukan
penampungan disimpan kembali kedalam kandang.

 Jadwal penampungan semen di BIB lembang

Senin : limmousin, frisien holstein, madura, brahman

Selasa : simmental, angus, ongole

Rabu : aceh

Kamis : limmousin, frisien holstein, madura, brahman

Jumat : simmental, angus, ongole

I. Pemotongan Kuku Sapi

Perawatan kuku pada sapi perah sangat perlu dilakukan terutama pada sapi yang
terus menerus dipelihara di dalam kandang atau yang kurang exercise. Sapi-sapi yang
teratur digembalakan, kukunya akan lebih sehat dibandingkan dengan sapi yang tidak
pernah digembalakan. Sapi yang kurang gerak menyebabkan kuku tumbuh membengkok
atau melebar ke atas.

Kuku sapi merupakan bagian tubuh yang sangat penting karena dipergunakan untuk
menopang berat badan, untuk berjalan dan lain- lain. Apabila kuku dalam keadaan sakit,
maka akan mengganggu pergerakan sapi dan akhirnya dapat menurunkan produksi dan
produktivitas sapi itu sendiri. Guna menjaga kedudukan kuku yang serasi sebaiknya
pemotongan kuku dilakukan secara rutin setiap 3 bulan sekali. Alat untuk memotong kuku
antara lain : Hoof trimer, Claw Cutter Sheep, Claw Cutter Hoof Rasp (FHK), Hoof dan
Sickle (FHK). Apabila tidak terdapat alat pemotong khusus, pemotongan kuku dapat
dilakukan dengan pahat, kikir, palu atau tang penggunting (kakatua) yang tajam. Kuku
yang tidak dipelihara dapat berakibat :

– Kedudukan tulang racak menjadi salah yang menimbulkan titik jatuh hewan berada
pada teracak bagian belakang.
– Bentuk punggungnya seperti busur.
– Mudah terkena penyakit kuku (foot rot)
– Sapi menjadi pincang

Pemotongan kuku sebaiknya dimulai dari kaki depan terlebih dahulu. Setelah
selesai barudilanjutkan pada kedua kaki bagian belakang. Sebelumnya kuku tersebut
dibersihkan dari kotoran yang melekat dengan menggunakan pisau kuku sehingga keadaan
anatomis kuku akan cepat terlihat dan tampak batas-batas kuku yang harus dipotong.Sapi

33
yang akan dipotong kukunya dimasukkan ke kandang jepit, kemudian sapi yang akan
dipotong kukunya diangkat dan dilipatkan ke belakang. Untuk memudahkan pemotongan
, bagian teracak sapi tersebut sebaiknya diganjal dengan balok kayu sehingga kuku dapat
ditekankan pada balok kayu tersebut selama pemotongan.

 Cara pemotongan kuku sapi adalah sebagai berikut :

Kuku dipotong dengan alat pemotong melingkar sekeliling kuku dari belahan kuku
depan mengarah ke belakang. Pemotongan tidak boleh melewati garis putih (white line)
kuku karena akan banyak pembuluh darah dan syaraf yang dilukai sehingga dapat
menimbulkan pendarahan.Pemotongan kuku cukup dengan menghilangkan bagian- bagian
yang abnormal sajaSetelah dipotong bagian- bagian kuku tersebut di kikir agar lebih halus
dan indah, selanjutnya diolesi dengan iodium tincture atau formaldehyde.

J. Laboratorium

Pemeriksaan secara mikroskopis dilakukan setelah pemeriksaan


makroskopis.Pemeriksaan mikroskopik bertujuan untuk mengetahui gerakan massa dan
individu sperma dengan menggunakan mikroskop. Gerakan massa berupa gelombang yang
menunjukkan gerakan spermatozoa secara bersama-sama. Proses pemeriksaan secara
mikroskopis menggunakan peralatan yang dapat membantu untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Alat yang digunakan adalah spectrophotometer dan mikroskop. Pemeriksaan
gerak massa menggunakan mikroskop yang terhubung dengan layar monitor yang
bertujuan agar mempermudah dalam pemeriksaan dengan perbesaran mikroskop 4x10.
Pemeriksaan motilitas menggunakan mikroskop yang terhubung dengan monitor dan
menggunakan perbesaran 10x10, dengan penilaian :

() : tidak ada gerak spermatozoa maupun gerak massa sperma

(+) : gerakan massa sperma lemah berupa gelombang-gelombang tipis, lamban

dan jarang

(++ ) : gerakan massa sperma berupa gelombang-gelombang sedang, dan cepat

(+++) : gerakan massa sperma berupa gelombang-gelombang tebal, gelap, aktif

Dan sangat cepat

Semen segar yang layak diproses adalah semen dengan gerakan massa minimal
(++) dan persentase motilitas minimal 70% ( BIB Lembang, 2012 ). Pemeriksaan
mikroskopik merupakan inti dari evaluasi semen segar untuk menentukan layak tidaknya
semen tersebut diencerkan dan dibekukan. Pemeriksaan konsentrasi adalah pemeriksaan
semen untuk menentukan layak tidaknya semen tersebut diencerkan dan dibekukan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui jumlah sperma di dalam tiap ml semen tersebut, dengan
menggunakan alat spektrofotometer. Pemeriksaan konsentrasi dilakukan dengan

34
mengambil semen menggunakan mikropipet sebanyak 0,05 ml dimasukkan ke dalam
larutan NaCl 2% 9,95 ml lalu dicampur. Campuran semen dimasukkan ke dalam tabung
spektrofotometer yang terlebih dahulu sudah distandarkan dengan NaCl 2% lalu jarum
petunjuk menunjukkan angka yang kemudian harus dikonversikan pada tabel konsentrasi
sperma.

Tabel Konversi Konsentrasi Spermatozoa

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

0,0 60 120 180 240 300 360 420 480 540

0,1 600 660 720 780 840 900 960 1020 1080 1140

0,2 1200 1260 1320 1380 1440 1500 1560 1620 1680 1740

0,3 1800 1860 1920 1980 2040 2100 2160 2220 2280 2340

0,4 2400 2460 2520 2580 2640 2700 2760 2820 2880 2940

0,5 3000 3060 3120 3180 3240 3300 3420 3420 3480 3540

Sumber: Balai Inseminasi Buatan Lembang, Bandung 2012

pH yaitu derajat keasaman pada semen dapat diuji dengan menggunakan pH


meter dengan tingkat akurasi yang baik, pH yang terdapat dalam semen rata-rata netral
yaitu 6,8-7,2. Pemeriksaan pH dilakukan dengan tahapan yang pertama yakni
menyalakan pH meter, cuci elektroda dengan aquabidest lalu keringkan. Kalibrasi pH
meter dengan merendam elektroda pada larutan pH 4, pH 7 dan pH 9 lalu tekan tanda
“cal”. Sebelum dan sesudahnya elektroda harus dalam keadaan bersih. Standar deviasi
kalibrasi +_ 0,02. Kalibrasi berhenti sampai keluar tanda A. pH meter siap digunakan
dengan mencelupkan elektroda pada semen uji lalu tekan “read’ tunggu sampai keluar
tanda A. Baca pH dan kemudian matikan pH meter. Masukkan elektroda yang sudah
bersih pada karet pelindung yang telah berisi KCI 3 mol/1.

1) Pengenceran Semen

Setelah tahap pemeriksaan secara makroskopik dan mikroskopik, maka semen


diencerkan menggunakan pengencer yang disediakan. Pengenceran Semen bertujuan
untuk menyediakan makanan bagi spermatozoa guna meningkatkan volume dengan
menurunkan konsentrasi semen sehingga di dapat 25 juta sel spermatozoa dalam 1
straw (O, 25 cc). Pengenceran semen biasanya disiapkan sehari sebelum pembuatan
semen beku dilaksanakan. Pengenceran semen yang digunakan di BIB Lembang adalah
skimilk (susu tanpa lemak) dan egg yolk (kuning telur). Bahan pengencer untuk sapi,
yaitu: susu skin, glukosa, aquabidest, buffer kuning telur, qiserol dan anti biotik.

35
Pengenceran sémen terdiri atas pengencer part A dan pengencer part B, dengan cara
pembuatan adalah sebagai berikut:

a. Pembuatan Buffer
Pembuatan buffer ini memerlukan bahan-bahan yaitu susu skim 10 gr aqdadest
96 ml dan antibiotik 1 ml. Cara pembuatan bufer adalah sebagai berikut susu skim
dicampur dengan aquabidest dan dipanaskan (92-95° C) selama 12 menit, lalu
didinginkan dalam mangan ber Air Conditioner dan tambahkan antibiotik dengan
perbandingan 100 ml : 1 ml antibiotika, antibiotika yang digunakan penicilin 3 juta IU
ditambah 3 gr streptomycin dilarutkan dengan aquabidest sehingga volume 30 ml.
b. Pengenceran Part A
Pembuatan pengenceran pan A memerlukan buffer antibiotik 95 ml dan kuning
telur 55 ml. Cara pembuatannya meliputi pencampuran bahan~bahan tersebut hingga
merata.
c. Pengenceran Part B
Pembuatan pengenceran part B memerlukan glyserol 16 ml, buffer antibiotik 77 ml dan
kuning telur 5 ml. Cara pembuatan meliputi campuran semua bahan dilarutkan sampai
tercampur rata

Prosedur Pengenceran Semen prosedur pengenceran semen terdiri atas beberapa tahap
sebagai berikut :
a) Semen segar yang telah mcmenuhi syarat untuk proses menjadi semen beku. segcra
dicampur dengan semen part A primer yang sudah disiapkan dalam water jaket dengan
temperatur 37 0C yang tersimpan dalam lemari Inkubator (Min 30 mcnit sebelum
dicampur).
b) Semen yang telah dicampur dengan part A primer disimpan dalam cool top dengan suhu
4-5 0C selama 35 menit kemudian dilepaskan dalam water jaket.
c) Setelah 50 menit kemudian dilakukan pencampuran dengan pengencer Part A extra
yang telah di siapkan dalam cool top.
d) Campuran dengan pengencer Part B glyserolisasi, dilakukan sebanyak 4 kali, masing
masing V4 bagian dengan selang waktu 15 menit di dalam cool top.
e) Selama 2,5 jam setelah pencampuran part B yang terakhir atau 5 menit setelah
pencampuran dengan pengencer pan A primer, kemudian dilakukan dengan proses
berikutnya.

Guna menentukan volume pengencer terdapat rumus yakni.

Volume pengencer = Motilitas x Vol. Yang diencerkan x Konsentrasi x 0,25

25 x 106

36
2) Printing Straw

Semen yang memenuhi standar diproses menjadi semen beku kemudian


dilakukan perhitungan:

Jumlah Straw = Volume Semen x Konsentrasi Semen x Motilitas

Konsentrasi Mini Straw

Setiap straw berisi 25 juta spermatozoa dengan volume 0,25 ml.


Balai Inseminasi Buatan Lembang memproduksi straw dengan berbagai bangsa yang
berbeda. Guna membedakan antara straw dari bangsa yang berbeda maka dapat
diidentifikasi dengan perbedaan warna straw.

Warna straw berdasarkan bangsa di BIB Lembang

No Bangsa Warna Straw

1 FH Abu-abu

2 Limousin Pink

3 Simental Putih Transparan

4 Brahman Biru Tua

5 Ongole B iru Muda

6 Angus Orange

7 Brangus Hijau Tua

8 PE Kuning

9 Boer Kuning

10 Aceh Coklat

11 Madura Hijau Muda

Sumber : BIB Lembang, 2012

37
Straw yang telah dicetak sesuai bangsa dan jenis ternak maka tahap selanjutnya
yakni filling dan sealing. Tahap filling dan sealing yakni tahap dimana semen yang
telah diencerkan dimasukkan dalam straw yang telah dicetak sesuai jumlah dan ditutup
langsung dalam sekali proses menggunakan mesin. Proses filling dan sealing dimulai
dengan meletakkan straw yang telah dicetak, selang pengisian dan selang sedot pada
posisinya. Kemudian semen yang telah diencerkan dimasukkan pada selang pengisian.
Ketika mesin beroperasi maka secara otomatis selang sedot dan selang pengisian
bekerja bergantian, sehingga semen pun masuk ke dalam straw yang telah dicetak. Pada
tahap akhir straw yang telah terisi semen akan ditutup menggunakan tutup laboratorium
yang menjadi satu pada mesin filling dan sealing. Setelah straw terisi semen maka
dilakukan pengecekan terhadap straw apakah straw terisi semen secara penuh atau
tidak. Jika straw hanya terisi sebagian, tidak penuh atau bahkan kosong maka straw
tersebut dibuang.

3) Racking

Tahap ini merupakan tahap dimana straw yang telah terisi semen dihitung
menggunakan rack besi khusus yang dimiliki BIB Lembang. Rack ini dibagi menjadi
dua macam yakni rack panjang yang berisi I75 straw dan rack pendek berisi 75 straw.
Proses perhitungan ini dilakukan dalam mesin Cool top dengan suhu 5°C. Straw
dihitung sesuai warna, bangsa dan kode pejantan yang ada. Dalam proses ini, setiap
kode pejantan diambil 2 buah straw yang disendirikan. Straw ini diikat dengan karet
untuk memudahkan dalam pemeriksaan post thawing motility.

4) Freezing

Sebelum dilakukan proses freezing N02 cair dan penyimpanan dalam container
(storage) maka straw dibekukan terlebih dahulu dalam mesin yakni Digit cool. Mesin
ini terlebih dahulu di setting menggunakan komputer untuk menghidupkan mesin dan
mengalirkan N02 cair. Setelah itu straw yang disusun dalam rack dimasukkan ke dalam
mesin dan ditumpuk sebanyak 10 rack. Hal ini untuk memudahkan perhitungan.
Kemudian mesin ditutup selama 10 menit dengan suhu -l90°C dan tekanan 3 atm

K. Jasa Produksi
Setiap usaha jasa produksilah yang memegang peran penting. Jasa produksi
adalah suatu jasa yang menyimpan semen beku dan menyalurkannya dari produsen ke
konsumen. Penyimpanan semen beku pada suhu beku ditujukan agar semen tersebut
dapat digunakan secara optimal sebagai sarana pembuahan atau sebagai sarana untuk
mempertahankan daya fertilisasi dengan jalan menghambat seminimal mungkin secara
fisik dan kimiawi semua aktifitas yang penting dalam spermatozoa, sehingga proses
metabolisme yang terjadi dapat dikurangi (Hardjoprandjoto, 1991).

(Toelihere dan Taurin, 1979) menyatakan bahwa untuk penyimpanan dan


pengankutan semen beku ditempatkan pada beberapa cantingan atau canister dan
disimpan dalam bejana atau container yang berisi nitrogen cair. Lebih lanjut dijelaskan

38
bahwa bentuk – bentuk straw dan pellet dapat pula ditempatkan dahulu kedalam tabung
– tabung plastic pendek (goblet) sebelum ditaruh didalam canister. Container yang
mengandung semen yang baik dalam bentuk ampul, straw, atau pellet, harus selalu
mengandung nitrogen (Toelihere, 1985). Distribusi semen beku BIB Lembang
dilakukan di seluruh wilayah Indonesia. Penjualan dilakukan setiap hari kerja yaitu
Senin-Jumat, pukul 07.00-15.30. Terdapat tiga cara pendistribusian semen beku di BIB
Lembang, yaitu:

1. Distribusi DIPA (Subsidi)


Semen beku yang didistribusikan melalui DIPA ditetapkan setiap awal tahun.
Semen beku didistribusikan berdasarkan surat permintaan dari masing-masing
provinsi kepada Ditjetnak.
2. Distribusi melalui Mitra Kerja Opsional
Mitra kerja Opsional merupakan pihak swasta yang berbadan hukum (PT, CV,
Koperasi) dan melakukan kerjasama dalam mendistribusikan semen beku dan
telah ditetapkan oleh Ditjetnak. Distribusi melalui Mitra Kerja Opsional ini
umumnya dilakukan pada daerah-daerah yang kegiatan IB nya sudah dilakukan
secara intensif dan swadana.
3. Penjualan Langsung
Selain menggunakan DIPA dan Mitra Kerja Opsional, masyarakat dapat secara
langsung membeli semen beku ke BIB Lembang. Peternak yang akan membeli
semen beku di BIB Lembang diharuskan datang membawa surat rekomendasi
dari dinas peternakan.

Penetapan harga yaitu diatur oleh Pemerintah. Harga untuk semen


beku unsexing yaitu Rp 8.000,- / dosis untuk Frisian Holstein (FH) grade A, Rp 7.000,-
/ dosis untuk Frisian Holstein (FH) grade B, sapi potong, domba, kambing dan kerbau.
Semen beku sexing yaitu Rp 40.000,- / dosis untuk Frisian Holstein (FH) grade A, Rp
34.000,-/ dosis untuk Frisian Holstein (FH) grade B dan sapi potong. Hasil penjualan
semen beku ini nantinya akan disetorkan pada negara sebagai Pendapatan Negara
Bukan Pajak (PNBP). Biasanya pembeli sudah membawa container sendiri untuk
menyimpan straw.

39
PENUTUPAN

Demikian pedoman disusun untuk di jadikan acuan oleh pelaksanan


kegitan baik di tingkat pusat daerah dalam rangka mendukung kelancaran
pelaksanaan kegiatan di lapangan. Pedoman pelaksanaan ini dapat dijabarkan
lebih lanjut daalm petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan.
Dengan adanya pedoman pelaksanaan ini, di harapkan semua
pelaksana kegiatan di pusat, provinsi, kabupaten/kota, kelompok kelompok
pelaksana serta stakeholder terkait dapat melaksanakan seluruh tahapan
kegiatan secara baik dan benar menuju tercapainya sasaran yang telah di
tetapkan dengan mengacu pada ketentuan-ketentuan yang berlaku.

40
DAFTAR PUSTAKA

Bergsten, C. 2001. Laminitis: causes, risk factors, and prevention. In Mid-south Ruminant
Nutrition Conference.

Kloosterman, P. 2007. Laminitis: Prevention, diagnosis and treatment. In Proc. Western


Canadian Dairy Seminar Advances in Dairy Technology.

Susilawati, T. 2011. Spermatology. Universitas Brawijaya (UB) Press. Malang.

41

Anda mungkin juga menyukai