Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN

PRAKTEK KLINIK DALAM RANGKA


PENCAPAIAN KASUS PENAMBALAN DAN
PENCABUTAN GIGI
D.III KESEHATAN GIGI ANGKATAN III (TIGA)
SEMESTER IV TAHUN 2019

MUH.FEBRI SAPUTRA
201805015
SEMESTER IV

Unggul, mandiri, dan islami

PRODI D.III KESEHATAN GIGI


STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu.Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu menyelesaikan laporan dengan judul
“Laporan PRAKTEK KLINIK DALAM RANGKA PENCAPAIAN KASUS PENAMBALAN DAN
PENCABUTAN GIGI”.Dengan selesainya laporan praktikum secara resmi ini, maka tidak lupa saya
ucapkan terima kasih kepada semua orang yang sudah membantu dan terima kasih juga untuk para
pihak yang sudah terlibat langsung. khususnya kami ucapkan kepada :

1. Bapak Arsyad, S.T.KG., M.kes selaku ketua Prodi DIII Kesehtan gigi
2. Ibu hj. Haderiah selaku Sekretaris Prodi D.III Kesehatan Gigi yang telah membimbing kami.
3. Dan kepada kakanda Wardiman selaku Pembimbing klinik Stikes Muhammadiyah Sidrap
4. Orang Tua kami atas doa dan dukungannya sehingga tugas praktikum ini berjalan lancar.
5. Seluruh teman-teman yang sudah saling bahu membahu demi terlaksananya tugas praktikum
yang kami kerjakan ini.

Kami mohon saran dan kritiknya apabila terdapat banyak kekurangan pada hasil
laporan praktikum yang sudah saya buat. Semoga laporan ini memberi banyak kegunaan pada
semua pihak. Terima kasih.

Pangkajene, 19 juni 2019

Penyusun

Ketua Prodi D III Kesehatan Gigi


STIKES Muhammadiyah Sidrap

Arsyad, S.T.KG., M.Kes


NIDN : 0918098902
ATURAN DAN TATA TERTIB MAHASISWA DI LAHAN PRAKTIK KLINIK
STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
PRODI DIII KESEHATAN GIGI TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1. Mematuhi peraturan yang berlaku di tempat Praktik Kerja Klinik.


2. Memberitahukan kepada kepala ruangan atau pembimbing apabila berhalangan hadir
3. Mengkomunikasikan dengan rekan kerja/ petugas dilokasi Praktik Kerja Klinik maupun
Program pi.
4. Melaporkan dengan segera kepada petugas yang berwenang apabila terjadi kesalahan
pemakaian peralatan dan perlengkapan di tempat Praktik Kerja Klinik
5. Kerugian akibat yang ditimbulkan ditanggung mahasiswa praktik kerja klinik.
6. SIKAP
1) Disiplin
2) Penampilan dan etika
3) Inisiatif dalam kerja
4) Tanggung jawab dalam tugas
5) Komunikasi dengan baik dengan klien/pasien
6) Perhatian dalam bekerja
7) Kejujuran dalam bekerja
8) Ketelitian dalam bekerja
9) Kesopanan dalam bekerja
a. Keterampilan
b. Pengetahuan
c. Komunikasi terapeutik
7. Pakaian dan atribut
1) Pakaian dan seragam lengkap dengan atribut ( Papan nama disebelah kanan, lencana
atau logo di sebelah kiri)
2) Penggunaan hijab bagi mahasiswa wanita
8. Tugas Individu
 Menyelesaikan pencapaian kasus yang telah di tentukan
 Membuat laporan kegiatan di setiap kegiatan praktek
 Meminta pengesahan laporan praktik pada pembimbing atau petugas kerja pada
institusi yang bersangkutan
 Mengisi buku target
 Mencari pasien sesuai target yang di tentukan

9. Jam Praktik
Kehadiran praktik 100%, jika alpa,sakit, izin melanggar tata tertib pendidikan maka
mahasiswa tersebut diwajibkan mengganti kehadirannya sesuai peraturan bahwa
mahasiswa akan di kenakan sanksi
 Praktek sesuai jadwal yang telah di tentukan
 Jadwal Praktek 08.30-16.00
Keterampilan
Peserta praktik diwajibkan hadir 15 menit sebelum jam masing-masing yang
mendapatkan jadwal praktek dan diharapkan serah terima dengan mahasiswa lain
yang menggantikan dinas.
10. Datang pulang sesuai dengan ketentuan/aturan.
11. Ketidakhadiran (alpa) selama 3 kali tidak diperkenangkan untuk melanjutkan praktik
klinik, dan diwajibkan mengulang pada periode praktik berikutnya (tahun depan)
12. Nilai :
1) Nilai akan di peroleh dari pembimbing pada hari praktik mahasiswa dimana setelah
selesai melakukan praktek (sesuai jadwal mutasi)
2) Nilai tidak akan diberikan jika belum menyelesaikan jam praktik ataupun belum
menyelesaiakn ketentuan lainnya sesuai peraturan.
13. Program
1) Wajib mengikuti seluruh rangkaian kegiatan praktik
2) Wajib mengikuti pembekalan/ pejelasan program praktik klinik/praktik pencapaian
kasus
3) Wajib mengikuti orientasi dalam praktek klinik pencapain kasus
4) Wajib memiliki pedoman praktik klinik setiap mahasiswa
14. Apabila mahasiswa melakukan pelanggaran yang mengakibatkan kerugian di klinik,
pencemaran nama baik lahan praktik dan institusi akan dilakukan pemberentian praktek
dari lahan praktik.

Pangkajene, 19 juni 2019

Penyusun

Ketua Prodi D III Kesehatan Gigi


STIKES Muhammadiyah Sidrap

Arsyad, S.T.KG., M.Kes


NIDN : 0918098902
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu konservasi gigi adalah ilmu tertua di bidang kedokteran gigi yang berkembang
sejak abad ke-18 sebagai sebuah solusi bagi masyarakat yang mengalami kerusakan gigi dan
mempertahankan gigi mereka selama mungkin di dalam mulut.
Ilmu konservasi gigi merupakan cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari
tentang cara menanggulangi kelainan (penyakit) jaringan keras gigi, pulpa dan periapikal
untuk mempertahankan gigi didalam mulut melalui restorasi dan perawatan endodontic, baik
secara konvensional maupun bedah. Ilmu ini bertujuan untuk melakukan perawatan gigi serta
mempertahankan gigi selama mungkin di dalam mulut agar estetik dan fungsi kunyah
kembali normal (J.D. Eccles dan R.M.Green, 1994).
Perkembangan konservasi gigi diarahkan ketiga bidang kekhususan, yaitu: kariologi,
endodontologi, dan teknologi restorasi. Sebelum merencanakan perawatan konservasi gigi,
kita harus terlebih dahulu menentukan diagnosis. Diagnosis adalah penentuan jenis penyakit
yang diderita pasien. Diagnosis merupakan kesimpulan dari pemeriksaan, baik itu
pemeriksaan subyektif, pemeriksaan obyektif, dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Dalam penegakan diagnosis perlu dilakukan prosedur penegakan diagnosis secara
sistematis. Pemeriksaan yang cermat perlu dilakukan untuk mendapatkan diagnosis yang
tepat. Kesalahan dalam mendiagnosis menyebabkan perawatan yang tidak tepat, yang dapat
merugikan pasien dan dokter gigi sendiri.

1.2 Tujuan

Untuk melaporkan hasil kegiatan selama Praktik


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cara Pengisian Kartu Status Pasien Konservasi Gigi


Tahap-tahap dalam mengisi kartu status pasien konservasi gigi, yaitu:
1. Melakukan anamnesis pada pasien, antara lain identitas, keluhan pasien, riwayat
medis, riwayat alergi, dan gejala-gejala subyektif yang dialami pasien, kemudian
mencatatnya pada kartu status.
2. Melakukan pemeriksaan obyektif berupa pemeriksaan ekstraoral dan intraoral pada
pasien, kemudian mencatatnya pada kartu status.

Pada pemeriksaan obyektif:


 Apabila pasien merasa sakit, maka pada kartu status diberi tanda +
 Apabila pasien tidak merasa sakit, maka pada kartu status diberi tanda -
 Apabila pemeriksaan tidak dilakukan, maka pada kartu status diberi tanda 0

3. Melakukan pemeriksaan penunjang (radiografi) kemudian mencatat hasilnya pada


kartu status (keadaan pulpa, akar, jaringan periodontal, dan daerah periapikal).
4. Menentukan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan-pemeriksaan yang
telah dilakukan. Diagnosis terdiri dari diagnosis klinik dan diagnosis kelainan
periapikal. Diagnosis dicatat pada kartu status.
5. Menentukan rencana perawatan berdasarkan diagnosis kemudian mencatatnya pada
kartu status.
6. Menentukan prognosis.
7. Menggambar keadaan gigi sebelum perawatan pada kartu status.

2.2 Prosedur Penegakan Diagnosis dalam Bidang Konservasi Gigi

1) Pemeriksaan Subyektif
Pemeriksaan subyektif dilakukan dengan anamnesis, yaitu mengajukan beberapa
pertanyaan kepada pasien. Pertanyaan yang diajukan antara lain identitas pasien (nama,
pekerjaan, alamat, umur); keluhan pasien; riwayat alergi; penyakit sistemik yang diderita; dan
juga gejala-gejala yang dirasakan pasien; seperti rasa sakit yang timbul saat makan dingin
atau panas, jenis sakit yang dirasakan (tajam, linu, cekot-cekot, berulang), dan riwayat
munculnya penyakit (spontan atau dirangsang).

2) Pemeriksaan Obyektif
Pemeriksaan obyektif meliputi:
1. Pemeriksaan ekstra oral
Terdiri dari pemeriksaan asimetris wajah dan pembengkakan kelenjar limfe, baik itu
submandibular maupun submental.
Cara melakukan pemeriksaan ini yaitu dengan melakukan palpasi pada bagian leher
pasien.
Apabila pembengkakak teraba, pada kartu status diberi tanda + dan bila tidak diberi tanda –
2. Pemeriksaan intra oral
Terdiri dari:
 Pemeriksaan fraktur (gigi yang patah), abrasi (ausnya gigi akibat gesekan), dan atrisi
(ausnya gigi akibat pengunyahan).
 Bila ada gigi fraktur, abrasi, atau atrisi, pada kartu status diberi tanda + dan bila tidak
diberi tanda -

3. Pemeriksaan karies
Meliputi jenis karies dan etiologi karies.
 Pemeriksaan perkusi
Bertujuan untuk mengetahui adanya keradangan pada jaringan periondontal.
Dilakukan dengan mengetuk permukaan gigi menggunakan handle instrumen tangan.

Bila gigi terasa sakit saat diketuk, pada kartu status diberi tanda + dan bila tidak diberi
tanda - .
 Pemeriksaan tekanan
Bertujuan untuk mengetahui adanya keradangan pada jaringan periodontal. Dilakukan
dengan menekan gigi menggunakan handle instrumen tangan. Bila gigi terasa sakit
saat ditekan, pada kartu status diberi tanda + dan bila tidak diberi tanda - .
 Pemeriksaan palpasi
Dengan meraba pada gingiva dimulai dari tepi ke tepi menggunakan ujung jari
telunjuk dan jari tengah. Bila terdapat fluktuasi, pada kartu status diberi tanda + dan
bila tidak diberi tanda -.
 Pemeriksaan kegoyangan gigi
Dilakukan dengan menggerakkan gigi kea rah bukolingual dan mesiodistal.
Dari pemeriksaan diperoleh hasil derajat kegoyangan gigi.
 Pemeriksaan polip
Dari hasil pemeriksaan karies, apabila diketahui adanya perforasi maka perlu
diperiksa polip pulpa (massa jaringan lunak dalam kavitas yang berasal dari jaringan
pulpa) dan polip jaringan ikat (massa jaringan lunak dalam kavitas yang berasal dari
jaringan ikat di bawah bifurkasi gigi). Apabila terdapat polip, pada kartu status diberi
tanda + dan bila tidak diberi tanda -.
 Pemeriksaan vitalitas gigi
Pemeriksaan vitalitas gigi dilakukan berurutan. Apabila pada gigi pasien belum
terdapat perforasi atau lubang pada pulpa, maka tes vitalitas yang dilakukan antara lain:
 Tes termal
Tes yang dilakukan untuk tes termal umumnya adalah tes termal dingin, karena tes
termal panas dapat merusak jaringan pulpa. Tes termal dingin dilakukan dengan
menempelkan cotton pellet yang telah disemprot dengan ethil chloride pada bagian
servikal gigi (bila gigi utuh), pada dasar kavitas (bila terdapat kavitas), atau pada puncak
cusp (pada anak-anak).
Bila gigi yang dites terasa sakit, pada kartu status diberi tanda + yang berarti gigi
tersebut vital. Bila tidak terasa sakit, maka dilanjutkan ke tes berikutnya.
 Tes kavitas
Dengan melakukan pengeburan pada dasar kavitas (cavity entrance)
menggunakan round bur.
Bila terasa sakit, pada kartu status diberi tanda + yang berarti gigi tersebut vital. Bila
tidak terasa sakit, maka dilanjutkan ke tes berikutnya.
 Tes jarum Miller
Dengan memasukkan jarum Miller melalui lubang pada pulpa sampai pada ujung
apikal gigi, sedalam panjang gigi rata-rata. Kemudian dilakukan foto rontgen dengan
jarum Miller tetap menancap pada gigi.
Bila terasa sakit, maka pada kartu status diberi tanda + yang berarti gigi tersebut vital.
Bila tidak, maka dapat disimpulkan bahwa gigi tersebut sudah non-vital. Apabila pada
gigi pasien sudah terdapat perforasi, maka langsung dilakukan tes jarum Miller.

4. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan radiografi, yang bertujuan untuk melihat


keadaan ruang pulpa, keadaan saluran akar, keadaan periapikal, keadaan jaringan periodontal,
dan mendukung tes jarum Miller.

2.3 Diagnosis dalam Bidang Konservasi Gigi

Diagnosis yang terdapat dalam bidang konservasi gigi, antara lain diagnosis kelainan-
kelainan pulpa sebagai berikut :
 Pulpitis reversible
 Pulpitis irreversible
 Pulpitis hiperplastis kronis
 Nekrosis pulpa parsialis
 Nekrosis pulpa totalis
Di samping diagnosis kelainan-kelainan pulpa di atas, juga ada diagnosis kelainan
periapikal, antara lain:
 Dental granuloma
 Kista periapikal
 Abses periapikal kronis
 Abses periapikal akut

2.4 Rencana Perawatan Bidang Konservasi Gigi

Terdapat berbagai rencana perawatan untuk kelainan dalam bidang konservasi gigi,
antara lain: tumpatan plastis
 Tumpatan rigid
 Pulp capping
 Pulpektomi
 Apeksogenesis
 Endo intrakanal
 Apeksifikasi

Dasar pertimbangan dalam menentukan rencana perawatan di antaranya:

 Besar dan kedalaman karies


 Letak gigi yang dikeluhkan terkair dengan fungsi dan estetika
 Vitalitas gigi
 Kondisi gigi
 Kondisi jaringan periodontal
2.5 Alat-Alat Penambalan Gigi Yang Digunakan Dalam Bidang Konservasi Gigi

1. Bur

Ciri-ciri :
 Terbuat dari:
 Baja
 Diamond

a. Bur round

Ciri :
 Menurut besar kecilnya ada ukuran nomor 0-6.
 Bentuknya bundar.
Kegunaan:

 Untuk membuat tempat masuk waktu


 preparasi kavitet.
Pemeliharaan:

 Dicuci bersih dan disterilkan.


 Disimpan pada tempat bur.
b. Bur fissure

Ciri :
 Menurut besar kecilnya ada ukuran nomor 0 – 6.
 Bentuknya ada yang sama besar dari atas kebawah yang mengecil kebawah.
Kegunaan:
 Untuk melebarkan dinding kavita waktu mebuat preparasi.
Pemeliharaan:
 Dicuci bersih dan disterilkan.
 Disimpan pada tempat bur.
Resiko alat: Kritis

c. Bur inverted cone

Ciri:
 Menurut besar kecilnya ada ukuran 0 – 6.
 Bentuknya ada yang sama besar dari atas kebawah, ada yang makin keujung
makin besar.
Kegunaan:
 Untuk meratakan dasar kavita.
 Untuk membuat potensi berupa undercut pada kavita.

Pemeliharaan:
 Dicuci bersih dan disterilkan
 Disimpan pada tempat bur.

Resiko alat: Kritis

2. Spatel
Terdiri dari:
a. Cement Spatel

Ciri :
 Terbuat dari stainless stell.

 Bentuk dan ukurannya berbeda-beda.


Kegunaan:
 Untuk mengaduk cement atau fletcher diatas mixing slab
Pemelihraan:
 Dicuci bersih dan disterilkan
Resiko alat: Tidak Kritis
b. Agate Spatel:

Ciri:
 Ujungnya pipih
 Terbuat dari plastik atau tulang

Kegunaan:
 Untuk mengaduk bahan tambalan silikat /gelas ionome / composite.
Pemeliharaan:
 Dicuci bersih dan disterilkan
Resiko alat: Tidak Kritis

3. Mixing Slab

Ciri:
 Terbuat dari kaca
 Bentuk dan ukurannya berbeda-beda
Kegunaan:
 Tempat mengaduk fletcher, semen phosfat, silikat.
Pemeliharaan:
 Dicuci bersih dan disterilkan
Resiko alat:Tidak kritis
Plastis instrument

Ciri:
 Terbuat dari stanless stell.
 Bentuk ujungnya berbeda-beda.
 Ujungnya pipih.
Kegunaan:
 Untuk mengambil dan membawa bahan
 tambalan sementara, silikat, semen phosfat dari lempeng kaca kedalam kavita.
 Untuk membentuk tambalan diatas pada bagian buccal/ lingual/ palatinal/
aproximal.
Pemeliharaan:
 Dicuci bersoh dan disterilkan
Resiko alat: Tidak kritis

4. Cement Stopper/ Cement Plugger

Ciri:
 Bentuknya hampir sama dengan amalgam stopper.
 Ujungnya rata/ licin tidak bergaris-garis.
Kegunaan:
 Untuk memasukkan dan meratakan cement lining (basis) kedalam kavita.
Pemeliharaan:
 Dicuci bersih, disterilkan, dan disimpan.
Resiko alat:Semi kritis
5. Amalgam Carrier / Amalgam Pistol

Ciri :
 Terbuat dari stainless stell.
 Bentuknya seperti pistol.
Kegunaan:
 Untuk memasukkan amalgam kedalam kavita terutama untuk RA.
Pemeliharaan:
 Dicuci bersih, disterilkan dan disimpan.
Resiko alat:Semi kritis.

6. Amalgam Carver

Ciri:
 Terbuat dari stainless stell.
 Bentuknya seperti ketupat / layang-layang.
Kegunaan:
 Untuk mengukir / membentuk tumpatan /tambalan amalgam yang disesuaikan
dengan anatomi gigi.
Pemeliharaan:
 Dicuci bersih, disterilkan, disimpan.
Resiko alat: Semi kritis.

7. Amalgam Flugger / Amalgam Stopper

Ciri :
 Terbuat dari stainless stell.
 Bentuk ujungnya bermacam-macam bulat /
bulat telur.
 Pada bagian ujung ada garis-garis, gunanya supaya amalgam tidak jatuh pada
waktu kita pakai.
Kegunaan:
 Untuk menekan amalgam di dalam kavitas supaya padat
Pemeliharaan:
 Dicuci bersih, disterilkan dan disimpan.
Resiko alat:Semi kritis
8. Burnisher

Ciri :
 Terbuat dari stainless stell.
 Bentuk ujungnya bulat / oval / bulat telur, bentuk lain gabungan burnisher dan
plastis instrument berbentuk huruf „Y‟.
 Permukaannya halus
Kegunaan:
 Untuk menghaluskan tumpatan amalgam.
Pemeliharaan:
 Dicuci bersih, disterilkan, dan disimpan.
Resiko alat:Semi kritis

9. Mortar & Pestle / Mortar & Stamper / Lumpung dan Alu

Ciri:
 Terbuat dari gelas
 Terdiri dari berbagai macam ukuran
 Bentuk seperti lumpung kecil dan alu kecil
Kegunaan:
 Untuk mengaduk alloy dan air raksa (Hg)
Pemeliharaan:
 Dicuci bersih, dikeringkan.
Resiko alat:Tidak kritis

10. Amalgamator

Ciri:
 Bekerja dengan tenaga listrik
Kegunaan:
 Untuk mengaduk alloy dan air raksa (Hg).
Pemeliharaan:
 Jaga/ awasi aliran listrik
 Jangan ada bahan tumpatan yang tertinggal di alat tersebut
 Gunakan sesuai petunjuk dari pabrik
Resiko alat:Tidak kritis

11.Nierbekken
Ciri :
 Bentuk menyerupai mangkok yang berbentuk ginjal yang terbuat dari stainless
Kegunaan:
 Tempat Menyimpan alat diagnostik Gigi
 Tempat menyimpan kotoran pada waktu bekerja

11. MORTAL DAN PASTLE

Ciri :
 Terbuat dari glass.
 Terdiri dari berbagai macam ukuran.
 Bentuk seperti lumping kecil dan alu kecil
Kegunaan :
Untuk mengaduk alloy dan air raksa / Hg

12. MATRIX BAND

Ciri :
 Terbuat dari Stainless Stell.
 Terdiri dari dua bagian :
Matrix Retainer
Matrix Band ada lubang
 Untuk tiga permukaan, Matrix Band tidak berlubang
Kegunaan :
Dipakai sebagai dinding sementara pada waktu penambalan kelas dua, untuk dua
permukaan, misalnya MO, Do.

13. CELLULOID STRIP

Ciri :
 Terbuat dari plastik tipis, tembus pandang (transparansi).
Kegunaan :
 Sebagai dinding sementara pada waktu penambalan silikat.

ALAT DIAGNOSTIK
1.Kaca Mulut / Mouth Mirror / Spregel

Ciri:
 alat yang tangkainya dari logam / non logam dengan diujungnya terdapat kaca
berbentuk bulat
 macam permukaan kaca : datar dan cekung
 diameter kaca ada beberapa macam
Kegunaan :
 melihat permukaan gigi yang tidak dapat di lihat langsung oleh mata
 membantu memperluas daerah pekerjaan dengan menahan pipi, lidah, dan bibir
 mengetahui ada tidaknya lubang (karies)
 melihat hasil preparasi (tumpatan)
 melihat kelainan rongga mulut
 tangkai pada ujungnya dapat digunakan untuk pemeriksaan dengan cara diketuk
(perkusi) dan drag (digigit) / diberi tekanan pada gigi.
Pemeliharaan :
 Setelah selesai dipakai, cuci bersih dan sterilkan.
 Disimpan/digunakan sesuai dengan fungsinya
 Bila kaca pecah/sdh buram kaca baru dpt diganti tanpa
mengganti handle baru.
Resiko Pemakaian :
semi kritis yaitu masuk kedalam rongga mulut tetapi tidak melukai jaringan / mukosa.
Pinset

Ciri:
 alat yang menjepit dari stainles stell dengan ujung jepitan yang melekung
Kegunaan :
 menjepit kassa, kapas, tampon, dan cotton roll
 untuk mobility yaitu menggoyangkan gigi sampai derajat keberapa
Pemeliharaan :
 Setelah selesai dipakai dicuci bersih dan disterilkan.
 Disimpan
Resiko :
kritis yaitu menembus mukosa. contohnya pada saat menggambil sisa akar sehingga
pinset masuk dalam socket gigi.

Sonde

Ciri :
 terbuat dari (logam stainles) dengan ujung runcing
 ujung yang runcing hanya pada satu sisi (single end ) atau kedua sisi (double end)
 macam-macam sonde : sonde bengkok/ melengkung setenggah lingkaran / haif
moon.
Kegunaan :
 mencari karies dan kedalamannya
 memeriksa adanya debris dan calculus
 mengetahui adanya perforan pulpa
 tangkai untuk perkusi
 mengetahui tumpatan / tapi tumpatan sudah rata atau belum
 sonde lurus dapat digunakan pada pemeriksaan caries yang dalam
Pemeliharaan
Setelah selesai dipakai dicuci bersih dan disterilkan.Disimpan
Resiko pemakaian :
kritis yaiti dapat menembus kedalam mucosa

Excavator

Ciri :
 alat dan stainless stell dengan bagian ujungnya menyerupai sendok kecil.
Kegunaan :
 membersihkan jaringan caries yang lunak dan kotoran -kotorannya 2.makanan
yang terdapat didalam kavita
 membongkar tumpatan sementara
Resiko pemakaian : kritis
2.5 Alat-Alat Pencabutan Gigi Yang Digunakan Dalam Bidang Konservasi Gigi
TANG PENCABUTAN GIGI SUSU

1.Tang anak untuk mahkota gigi anterior RA

Ciri :
 Handle sampai dengan beaknya lurus
 Kedua paruh bila ditutup tidak bertemu
 Tang untuk gigi kiri dan kanan sama
 Bentuknya kecil
Kegunaan :
 Untuk mencabut mahkota gigi anterior atas sulung
Keterangan :
 Alat kritis

2.Tang anak untuk mahkota gigi posterior RA

Ciri :
 Handle sampai dengan beeknya bengkok/membentuk sudut seperti bayonet
 Kedua beek tidak bertemu
Kegunaan :
 u/ mencabut gigi posterior atas sulung
 Terdapat beek pada sisi kiri&kanan
Keterangan :
Kritis

3. Tang anak untuk sisa akar gigi posterior rahang atas

Ciri :
 Handle dan sampai dengan beeknya berbentuk bayonet, ada yang berbentuk S
 Kedua paruh bila ditutup akan bertemu
 Tang untuk akar gigi kiri dan kanan sama
 Bentuknya kecil
Kegunaan :
 u/ mencabut akar gigi posterior atas sulung
Keterangan :
kritis

4. Tang anak untuk mahkota gigi anterior rahang bawah

Ciri :
 Handle sampai beeknya membentuk sudut 90°
 Kedua paruh bila ditutup tidak bertemu
 Tang untuk mahkota gigi kiri dan kanan sama
 Bentuknya kecil
Kegunaan :
 Untuk mencabut mahkota gigi anterior bawah sulung
Keterangan :
kritis

5. Tang anak untuk mahkota gigi posterior rahang bawah

Ciri :
 Handle sampai beeknya membentuk sudut 90°
 Kedua paruhnya bila ditutup tidak bertemu
 Kedua paruhnya berlekuk-lekuk
 Tang anak untuk mahkota gigi posterior kiri dan kanan sama
 Bentuknya kecil
 Ada beek pada ujung kiri dan kanan
Kegunaan :
 Untuk mencabut mahkota gigi posterior bawah sulung
Keterangan : kritis
6. Tang anak untuk akar gigi bawah sulung

Ciri :
 Antara handle sampai dengan beaknya 90°
 Kedua paruh/beaknya bila ditutup akan bertemu
 Tang untuk akar gigi kiri dan kanan sama
 Bentuknya kecil
kegunanya :
 untuk mencabut akar gigi bawah
Termasuk : alat kritis

TANG PENCABUTAN GIGI PERMANEN

1. Tang untuk mahkota gigi anterior rahang atas permanent

Ciri :
 Handle sampai beeknya lurus
 Kedua paruh/ beek tidak bertemu
 Tang untuk gigi kiri dan kanan sama
Kegunaan :
 Untuk mencabut gigi depan atas permanent
Keterangan : kritis

2. Tang untuk mahkota gigi premolar rahang atas permanent

Ciri :
 Antara handle dengan beaknya seperti S
 Kedua paruh beak bila ditutup tidak bertemu
 Tang untuk gigi kiri dan kanan sama
Kegunaannya :
 Untuk mencabut gigi premolar atas permanent
Termasuk : alat kritis

3. Tang untuk mahkota gigi molar rahang atas permanent

Ciri:
 Handle sampai beeknya seperti huruf “S”
 Kedua paruh beek tidak bertemu
 Bagian bucal berlekuk dan yang tidak berlekuk bagian palatal
 Kiri dan kanan berbeda
Kegunaan :
 Untuk mencabut gigi molar atas permanent
Keterangan : kritis

4. Tang akar gigi anterior rahang atas permanent

Ciri :
 Handle sampai beeknya lurus
 Kedua paruh bila ditutup bertemu
 Tang gigi anterior kiri dan kanan sama
Kegunaan :
 Untuk mencabut gigi anterior atas permanent
Keterangan : kritis

5. Tang akar gigi posterior RA permanent


Ciri :
 Handle sampai beeknya seperti bayonet
 Kedua paruh beek bertemu
 Tang gigi posterior kiri dan kanan sama
Kegunaan :
 Untuk mencabut gigi posterior atas permanent
Keterangan : kritis

6. Tang molar tiga RA permanent

Ciri :
 Handle sampai beeknya seperti ” Bayonet ”
 Kedua paruh beek bila ditutup tidak bertemu
 Tang untuk gigi kiri dan kanan sama
Kegunaan :
 Untuk mencabut gigi posterior rahang atas permanent
Keterangan : kritis

7. Tang posterior gigi premolar 1 dan 2 RB permanent

Ciri :
 Handle dan sampai dengan beeknya 45°
 Kedua paruh beek bila ditutup tidak bertemu
 Kedua paruh beak tidak berlekuk
 Tang untuk akar gigi kiri dan kanan sama
Kegunaan :
 Untuk mencabut mahkota gigi premolar bawah permanent
Keterangan : kritis

8. Tang bermahkota gigi molar RB permanent

Ciri :
 Handle dan sampai dengan beeknya 90°
 Kedua paruh beek bila ditutup tidak bertemu
 Kedua paruh berlekuk
 Tang untuk gigi kiri dan kanan sama
Kegunaan :
 Untuk mencabut gigi molar bawah permanent
Keterangan : kritis

9. Tang akar gigi anterior RA permanent

Ciri :
 Antara handle sampai dengan beeknya lurus
 Kedua paruh bila ditutup akan bertemu
Kegunaan :
 untuk mencabut akar gigi anterior rahang atas permanent
Keterangan : kritis

10. Tang akar gigi posterior rahang bawah permanent

Ciri :
 Handle sampai dengan beeknya membentuk sudut 90°
 Kedua paruh beek bila ditutup akan bertemu
 Tang untuk akar gigi rahang bawah permanent
Kegunaan :
 Untuk mencabut akar gigi rahang bawah permanent
Keterangan : kritis

11. Bein bengkok

Ciri :
 Alat dari bahan stenless steel yg bagian ujungnya tajam dan rapih
 Bentuknya bengkok : mesial dan distal
Kegunaan :
 u/ melepaskan gigi dari jaringan periodontium
 Untuk mengambil akar gigi
Keterangan : kritis

12. BEIN LURUS

Ciri :
 Alat terbuat dari stenles steel bagian ujungnya tajam dan pipih
 Bentuknya lurus
Kegunaan :
 Untuk melepaskan gigi dari jaringan periodontium
 Mengambil sisa akar gigi
Termasuk alat : kritis
13. Crayer

Ciri :
 Alat dari bahan stenless steel yg berbentuk “T”
 Bentuk ujungnya berbeda –beda untuk kiri dan kanan
Kegunaannya :
 Untuk mengambil sisa akar
 Apabila mencabut gigi dengan dua akar, baru satu akar yg tercabut
 Memisahkan akar gigi yg fraktur diatas bifurkasi
Keterangan : kritis

14. Cito ject

Ciri :
 Berbeda dengan spuit biasa harus menggunakan obat injeksi yang khusus dengan
jarum yg lebih kecil
 Cara memasukan/menekan pada waktu mengeluarkan obat ada yang dari samping dan
dari belakang tanpa aspirasi
Kegunaan :
 sebagai alat suntik
Keterangan : kritis

15. DISPOSIBLE
Ciri :
 Kecuali jarumnya, seharusnya terbuat dari plastik, alat ini dibuat dengan maksud untuk sekali
pakai kemudian dibuang
Kegunaanya : sebagai alat suntik
keterangan : kritis
BAB III

HASIL KEGIATAN PRAKTIK

A. Jumlah Target Pasien

Nama institusi : Klinik Stikes Muhammadiyah Sidrap


Praktikum : Pre-klinik Pencapaian Kasus
No Hari/Tgl Nama Pasien Kelainan Diagnosa Kelas Tindakan
1. Minggu/ Sudarman Gangreng Nekrosis - Exo
14 april radix pulpa
2019
2. Rabu / Mustang Karies Media Hypermy I Tambalan
17 april Pulpa sementara
2019
3. Kamis/ Luky Karies Media Hypermy VI Tambalan
18 april Pulpa sementara
2019
4. Kamis / Sudarman Karies Iritasi pulpa I Tambalan
18 april superpsialis permanent
2019
5. Selasa / Muh fahrizal Karies Media Hyperemy V Tambalan
23 april pulpa permanent
2019
6. Minggu / Wawan Karies Media Hyperemy IV Tambalan
16 juni pulpa permanent
2019
7. Minggu / Wawan Karies Media Hyperemy III Tambalan
16 juni pulpa permanent
2019

B. Hasil Kegiatan Praktik


Untuk mengetahui hasil kegiatan praktikum di jurusan keperawatan gigi STIKES
Muhammadiyah Sidrap, telah di lakukan evaluasi berupa penilaian pada setiap pekerjaan yang
dilakukan serta pemenuhan terhadap target pasien.Adapun Hasil kegiatan Praktikum adalah
sebagai berikut:
1. Berupa penjelasan tentang Penambalan
2. Berupa laporan kegiatan praktek
3. Berupa jumlah target pasien yang telah dikerjakan.
..

Anda mungkin juga menyukai