DISUSUN OLEH :
Kelompok 1
Kirana wina khayatun 12018040
Latifah nur fadhillah 12018042
Nina Agustina 12018052
Putri Syarifah 12018063
JURUSAN S1 FARMASI
STIKES PRIMA INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta tugas ini dengan judul”PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS
FARMASI KUALITATIF” Maksud dan tujuan dibuat makalah ini adalah agar lebih
memahami mengenai teknik kimia analisis farmasi kualitatif yang akan kami bahas
dalam makalah ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Saya berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, saya berharap
adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada suatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun
demi perbaikan kedepannya.
2
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Tujuan.......................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................2
TINJAUAN TEORI.............................................................................................................2
I. Definisi Analisis Kualitatif.......................................................................................2
II. Teknik Analisis Obat secara Kualitatif..................................................................2
III. Tahap Identifikasi Obat Secara Konvensional dan Modern ...........................4
IV. PENGAPLIKASIAN ANALISIS KUALITATIF DALAM PENELITIAN......11
BAB III...............................................................................................................................14
PENUTUP..........................................................................................................................14
A. Kesimpulan..............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................15
3
4
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Para peneliti telah membedakan dua macam teknik dasar dalam analisis
yakni analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Namun pada makalah ini saya
hanya membahas tentang teknik dasar dalam analisis kualitatif.
B. Tujuan
1. untuk mengidentifikasi suatu unsur unsur dalam suatu senyawa atau sampel
yang tidak diketahui atau yang akan diuji dengan mneggunakan teknik analisis
farmasi kimia kualitatif
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
Analisis kualitatif obat diarahkan pada pengenalan senyawa obat, meliputi semua
pengetahuan tentang analisis yang hingga kini telah dikenal. Dalam melakukan
analisis kita mempergunakan sifat-sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat fisik maupun
sifat-sifat kimianya.
2
Dalam bidang farmasi, analisis kualitatif/identifikasi bahan baku yang digunakan
sebagai bahan obat atau bahan baku pembantu/bahan tambahan, diperlukan untuk
memastikan jenis bahan obat atau bahan tambahan tersebut. Dalam dunia
kedokteran dewasa ini digunakan sekitar 1000 macam senyawa obat. Tidaklah
praktis melakukan identifikasi sedemikian banyak senyawa, karena itu materi
analisis kualitatif ini diarahkan kepada beberapa golongan obat yang khusus saja.
3
dapat ditemukan dalam Farmakope Indonesia, Merck Indeks, dan beberapa
literatur lainnya.
Metode identifikasi obat secara konvensional dapat dilakukan melalui tiga tahap
yaitu:
1. Uji Pendahuluan
a. Penginderaan/penyandraan (organoleptik) adalah uji identifikasi sifat fisik obat
meliputi bentuk, warna, bau, dan rasa obat menggunakan indera.
Uji organoleptik merupakan pengamatan sifat fisik obat secara langsung dan
hasil pengamatannya merupakan informasi awal yang berguna untuk analisis
selanjutnya. Pada umumnya bahan baku obat tidak berwarna atau berwarna putih,
oleh karena itu adanya pewarnaan lain dari bahan dapat menjadi titik awal untuk
identifikasi lanjutan. Berikut ini warna spesifik beberapa bahan obat :
- Dipiridamol : kuning
- Etakridin : kuning
- Etaverin : kuning terang
- Menadion : kuning terang
- Niklosamida : kuning pucat
- Nitrazepam : kuning muda
- Riboflavin : kuning sampai kuning-jingga
- Tetrasiklin : kuning
-
b. Tes kelarutan
Kelarutan zat dalam pelarut tertentu merupakan sifat kimia fisik yang dapat
digunakan untuk identifikasi obat. Zat mempunyai kelarutan yang berbeda-beda
terhadap beberapa pelarut (air, alkohol, atau pelarut lainnya). Tes kelarutan dilakukan
dengan memasukan sedikit zat ke dalam tabung reaksi kemudian di dalamnya
4
ditambahkan pelarut kemudian digoyang-goyang dan diamati apakah zat tersebut dapat
larut.
Apabila tidak ditentukan lain untuk menyatakan kelarutan zat, istilah kelarutan
dalam pengertian umum kadang-kadang perlu digunakan tanpa mengindahkan
perubahanperubahan kimia yang mungkin terjadi pada pelarutan tersebut. Pernyataan
kelarutan zat dalam bagian tertentu menunjukkan bahwa satu bagian bobot zat larut
dalam volume tertentu pelarut. Kelarutannya dapat ditunjukkan dengan istilah
kelarutan berikut :
c. Uji keasaman
Pada saat menguji kelarutan obat, perlu diuji pula keasaman larutan atau pH
larutan obat/zat. Uji keasaman larutan obat/zat secara sederhana dilakukan
menggunakan kertas lakmus merah atau biru. Larutan yang bersifat asam akan
mengubah warna kertas lakmus biru menjadi merah dan larutan yang bersifat basa
akan mengubah warna kertas lakmus merah menjadi biru.
Hasil uji keasaman ini dapat digunakan pula untuk mengetahui jenis senyawa yang
dianalisis. Larutan senyawa-senyawa golongan asam, misalnya asam benzoat, asam
sitrat, asam askorbat, dan lain-lain, didalam air sudah pasti mengubah lakmus biru
menjadi merah. Hasil uji ini dapat pula membedakan antara alkaloid basa dan alkaloid
asam (garamnya). Alkaloid basa, misalnya efedrin, akan mengubah lakmus merah jadi
biru , tetapi karena sifat kebasaannya yang sangat lemah maka perubahan lakmus
merah menjadi biru hampir tidak jelas. Sedangkan alkaloid asam, misalnya efedrin
HCl, akan mengubah lakmus biru menjadi merah dan perubahannya sangat jelas.
d. Penentuan unsur-unsur
Penentuan unsur dalam identifikasi senyawa obat adalah tahap untuk menentukan
keberadaan/kehadiran unsur selain karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) pada
obat yang diidentifikasi. Unsur-unsur lain yang diperiksa tersebut adalah nitrogen (N),
sulfur (S), fosfor (P), dan halogen (Cl, Br, dan I). Keberadaan unsur-unsur tersebut
sangat berpengaruh terhadap langkah pengujian senyawa obat tersebut.
5
Untuk melakukan pengujian unsur, maka zat uji sebelumnya didestruksi/dipijarkan
bersama dengan logam natrium. Kemudian sisa destruksi/residu dilarutkan dalam air
untuk selanjutnya dilakukan pengujian unsur. Keberadaan unsur N, S, P, dan halogen
dapat disesuaikan dengan unsur-unsur penyusun senyawa obat yang dapat dilihat pada
rumus kimia obat yang tertera pada monografi masing-masing dalam Farmakope
Indonesia. Adanya unsur-unsur tersebut dapat digunakan sebagai pengarah pada
langkah uji selanjutnya, sebagai contoh yaitu :
6
Jika hasil pengujian unsur ditemukan kehadiran unsur N, maka dapat dilakukan
pengujian khas terhadap senyawa yang mengandung unsur nitrogen tersebut,
seperti:
Gugus nitro aromatik terlebih dahulu direduksi menjadi gugus amin dengan
melarutkan zat uji dalam etanol, kemudian diasamkan dengan HCl encer dan
ditambah serbuk Zn. Campuran dipanaskan di atas penangas air selama 10 menit
kemudian disaring. Filtrat diuji sebagai gugus amin aromatik primer menggunakan
pereaksi Diazo (lihat pemeriksaan senyawa amin aromatik primer).
Pemeriksaan dilakukan dengan cara melarutkan zat uji dalam HCl encer,
kemudian direaksikan dengan pereaksi Diazo. Adanya senyawa dengan gugus
amin aromatis primer ditandai dengan terbentuknya warna merah jingga atau
endapan.
7
Dalam pemeriksaan golongan karbohidrat ini, uji pendahuluan pendukung adalah
rasa manis pada zat uji, kecuali amilum yang hampir tidak berasa. Hasil uji
kelarutan amilum dalam air, yaitu tidak larut dalam air dingin, tetapi dengan
pemanasan akan terbentuk larutan kental.
8
Dalam pemeriksaan golongan alkaloid ini uji pendahulun pendukung adalah hasil
uji unsur positif mengandung unsur N dan pada umumnya alkaloid terasa pahit.
Senyawa yang termasuk dalam golongan alkaloid antara lain adalah kofein, kodein,
papaverin, efedrin, dan lain-lain.
3. Uji Penentuan Jenis Zat (Uji Penegasan) dan Pengamatan Bentuk Kristal
Penentuan jenis zat/uji penegasan merupakan pengujian untuk memastikan
senyawa yang diidentifikasi/diperiksa. Penentuan jenis zat ini dilakukan secara
konvensional menggunakan pereaksi-pereaksi tertentu dan pengamatan bentuk
kristal zat yang diperiksa menggunakan mikroskop. Uji penegasan ini dilakukan
untuk membedakan antara satu senyawa dengan senyawa lainnya yang segolongan.
9
unsur halogen (klorida). Uji penegasan senyawa ini dapat diarahkan pada
pengujian garam hidroklorida dari alkaloid, misalnya efedrin HCl, papaverin HCl,
dan piridoksin HCl. Lakukan pengujian penegasan dengan melihat uji identifikasi
yang tertera pada monografi masing-masing zat uji dalam Farmakope, dan amati
hasil reaksinya.
Reaksi identifikasi konvensional (reaksi warna) beberapa senyawa menurut
Farmakope Indonesia edisi III adalah :
1. Efedrin HCl, prosedur atau langkah-langkah kerjanya adalah:
- Larutkan 10 mg dalam 1 ml air, tambahkan 0,1 ml larutan tembaga (II)
sulfat p dan 2 ml larutan natrium hidroksida p; terjadi warna violet,
tambahkan 1 ml eter p, kocok; lapisan eter berwarna violet kemerahan,
lapisan air berwarna biru.
- Larutkan 50 mg dalam 1 ml air, tambahkan 4 ml natrium hidroksida 0,1 N
dan 3 ml karbontetraklorida p, kocok selama beberapa detik, dan biarkan
selama 2 menit. Pisahkan lapisan organik, tambahkan sedikit tembaga P,
kocok; terjadi kekeruhan segera dan setelah 1 atau 2 menit terbentuk
endapan
- Menunjukkan reaksi klorida (larutan zat dengan pereaksi perak nitrat
memberi endapan putih)
10
Informasi tentang bentuk kristal suatu zat padat sangat penting dalam
analisis kualitatif zat, karena bentuk kristal suatu zat adalah khas. Alat yang
digunakan untuk melihat bentuk kristal adalah mikroskop.
Sublimasi mikro merupakan salah satu cara analisa fisika digunakan untuk
mengidentifikasi beberapa obat dan bahan farmasi. Dasarnya ialah ada zat
padat bila dipanasi, sebelum mencair, bisa langsung berubah menjadi fasa gas,
dan pada pendinginan berubah lagi menjadi fasa padat dengan bentuk khas.
Dalam proses sublimasi ini, beberapa zat padat pada pendinginan mungkin dari
fasa gas itu melalui fasa cair dulu, kemudian menghablur dan ada zat yang
langsung dari fasa gas berubah, menjadi fasa padat. Hasil sublimat inilah yang
nantinya akan diamati dibawah mikroskop. Masing-masing senyawa obat akan
menampakkan bentuk kristal yang spesifik.
Contoh hasil pengamatan bentuk kristal dari senyawa garam alkaloid, antara
lain efedrin HCl, papaverin HCl, dan piridoksin HCl ditampilkan pada Tabel
1.3. berikut.
11
Identifikasi pemastian jenis senyawa dilakukan secara modern
menggunakan instrumen-instrumen seperti spektrofotometri UV–Vis,
spektrofotometri IR, spektrofotometri Massa, kromatografi cair kinerja tinggi
(KCKT) atau High Performance Liquid Chromatography (HPLC), kromatografi
gas (KG) atau Gas Chromatography (GC) (KLT) kromatografi Lapis Tipis yang
dapat memberikan hasil yang valid. Mengingat instrumeninstrumen tersebut tidak
dimiliki oleh seluruh daerah tempat mahasiswa berada, sehingga metode analisis
konvensional masih menjadi pilihan agar analisis obat tersebut dapat dilakukan di
manapun dengan peralatan yang sederhana.
I. Judul Percobaan
“ANALISIS KUALITATIF PARACETAMOL PADA SEDIAAN JAMU
SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWAKARTA”
VI. Kesimpulan
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Suatu cara untuk mengidentifikasi suatu keberadaan senyawa kimia atau
organic dan anorganik dalam obat .
2. Ada 2 teknik dalam menganalisis obat : yaitu dengna teknik konvensional
dan teknik modern
3. Teknik secara konvensional dapat dilakukan melalui tiga tahap yaitu : uji
pendahuluan , uji golongan, uji pengamatan bentuk kristal
15
DAFTAR PUSTAKA
16
17
18