Anda di halaman 1dari 17

DINAMIKA MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM

PENGEMBANGAN POTENSI PESERTA DIDIK DI SEKOLAH

Neviyarni S
Sufyarma M.
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang

Abstrak

Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah di Indonesia sudah lama dilaksanakan. Dari hasil
observasi penulis, dan mahasiswa ke beberapa sekolah di Sumatera Barat diketahui bahwa
pelayanan BK sudah dilaksanakan dengan baik. Akan tetapi belum semua sekolah yang
melaksanakan pelayanan BK dengan baik. Makalah ini membahas dinamika pelaksanaan
manajemen BK di sekolah, beserta masalah dan solusinya. Hal ini penting dilakukan untuk
memberikan pelayanan BK bagi peserta didik, agar potensi yang mereka miliki dapat berkembang
secara optimal.

PENDAHULUAN
Keragaman individu berimplikasi bahwa peserta didik memiliki kebebasan
dan kemerdekaan untuk memilih dan megembangkan diri sesuai dengan keunikan
dan potensinya tanpa menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dari sisi
keunikan dan keragaman individu, maka diperlukanlah bimbingan dan konseling
untuk membantu setiap peserta didik mencapai perkembangan yang optimal di
dalam lingkungannya.
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah sangat diperlukan. Pada
dasarnya bimbingan dan konseling di sekolah merupakan upaya bantuan untuk
mewujudkan perkembangan peserta didik secara optimal baik secara kelompok
maupun individu sesuai dengan hakekat kemanusiannya dengan berbagai potensi,
kelebihan dan kekurangan, kelemahan serta permasalahannya. Pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
individu peserta didik yang beragam dan luas.
Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah memerlukan
manajemen yang baik dan profesional. Makalah ini membahas manajemen
bimbingan dan konseling, dan dinamika yang terjadi di sekolah. Dinamika
manajemen bimbingan dan konseling yang terjadi di sekolah, dipaparkan
berdasarkan hasil observasi penulis dan mahasiswa program studi S2 Bimbingan
dan Konseling FIP UNP pada berbagai sekolah di Sumatera Barat.

1230
Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Manajemen bimbingan dan konseling merupakan kiat dan ilmu mengelola
sumber daya pendidikan dalam pelayanan bimbingan dan konseling bagi peserta
didik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar secara
aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Manajemen bimbingan dan konseling dapat juga didefinisikan sebagai kiat
dan ilmu dalam pengelolaan sumber daya pendidikan untuk membantu peserta
didik mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien sesuai dengan potensi
yang dimilikinya. Sumber daya pendidikan yang diperlukan dalam
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik meliputi:
(1) personil (men), metode (method), uang (money), materi (material), alat
(machine), pasar (market), waktu (minutes), dan informasi (information). Artinya,
pengelolaan bimbingan dan konseling di sekolah harus didukung oleh: (1) guru
BK, pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional, (2) metode dan
pendekatan yang relevan, (3) keuangan sekolah yang memadai, (4) tersedianya
alat dan ruangan khusus untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling,
(5) adanya peserta didik yang membutuhkan layanan sesuai dengan
perkembangan psikologisnya, kegiatan bimbingan dan koseling harus dipasarkan
atau dimasyarakatkan pada peserta didik dan orang tua peserta didik, (6)
tersedianya informasi teknologi untuk melaksanakan e-counseling dan komputer
untuk data based dan pengolahan data, (7) waktu pelaksanaan bimbingan dan
konseling harus didasarkan pada ketersediaan waktu peserta didik, dan (8)
diberikan berbagai informasi yang relevan dalam menghadapi berbagai masalah
peserta didik serta pengembangan potensi peserta didik secara optimal.
Pengelolaan bimbingan konseling di sekolah harus: (1) disusun perencanaan
yang matang dan komprehensif, (2) diorganisir dengan baik, (3) dilaksanakan
secara profesional dan menyenangkan, dan (4) dikontrol atau dievaluasi
pelaksanaannya di sekolah. Hal ini sesuai dengan proses manajemen berikut: (1)
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating), pengawasan (controlling).

1231
Permasalahan Manajemen dan Solusi
Masalah yang timbul berkaitan dengan konsep pengelolaan/ manajemen
yang terjadi di sekolah berdasarkan hasil observasi penulis dan mahasiswa Prodi
S2 BK FIP UNP diantaranya: (1) pengelolaan/ manajemen BK di sekolah belum
banyak memberikan nilai tambah bagi sekolah, (2) masih ada di beberapa sekolah,
guru BK (yang berasal dari jurusan lain, bukan dari jurusan BK), tidak
mengetahui apa yang seharusnya dilakukan, (3) masih adanya ketimpangan antara
jumlah guru BK dengan jumlah siswa-asuhnya lebih besar dari yang seharusnya,
akibatnya guru BK tidak maksimal dalam menjalankan tugasnya, (4) manajemen
hanya dipahami oleh segelintir orang saja di sekolah, oleh karena itu pola
manajemen di sekolah masih bersifat pragmatis-praktis, (5) Di SD, pada
umumnya belum ada struktur organisasi BK di sekolah, dan pelayanan BK belum
dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Solusi untuk mengatasi permasalahan, yang dianggap dapat membantu
penyelesaian permasalahan manajemen tersebut, (1) mekanisme manajemen
hendaklah mengikuti standar baku pola manajemen yang telah ada dan
disesuaikan dengan tujuan suatu lembaga/organisasi, (2) memberikan pelatihan
melakukan pengelolaan/ manajemen BK kepada personil sekolah yang terkait, dan
(3) memberikan alur atau pola manajemen yang sesuai dan tepat sasaran di
sekolah guna memberikan nilai tambah tersendiri.
Selanjutnya, solusi yang dapat diberikan berkaitan dengan permasalahan
konsep pengelolaan ini adalah: (1) guru BK harus berasal dari jurusan BK, agar
guru BK tersebut tahu tugas dan tanggung jawabnya, (2) agar guru BK dapat
bekerja dengan hasil yang maksimal, maka sesuaikan jumlah guru BK dengan
jumlah peserta didik asuh.

Organisasi
Organisasi merupakan wadah yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan
pelayanan bimbingan dan konseling. Program layanan bimbingan dan konseling
akan tercipta, terselenggara serta tercapai secara tepat dan optimal apabila
memiliki suatu sistem pengelolaan yang bermutu, artinya dilakukan secara jelas,

1232
sistematis dan terarah dalam pengorganisasian, pelaksana (personil), mekanisme
kerja, pola penanganan peserta didik sesuai kebutuhan, sarana dan prasarana,
kerjasama, serta pengawasan bimbingan dan konseling.
Organisasi adalah sistem saling mem berikan pengaruh antar orang dalam
kelompok yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan
definisi ini ditemukan adanya tiga faktor yang dapat menimbulkan organisasi,
yaitu: (1) orang-orang, (2) kerja sama, dan (3) tujuan tertentu. Berbagai faktor
tersebut tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling terkait dan merupakan suatu
kesatuan, maka dalam pengertian organisasi digunakan sebutan sistem yang
berarti kebulatan dari berbagai faktor yang terikat oleh berbagai asas yang
ditentukan oleh masing-masing organisasi.
Organisasi pelayanan BK yang dibangun pada suatu sekolah hendaknya
mempertimbangkan sumber tenaga yang tersedia, besarnya sekolah, jumlah
peserta didik dan jumlah guru BK yang ada, kualifikasi dan pangkat atau
jabatannya dapat disesuaikan dengan pengaturan atau pembagian tugas di sekolah.
Organisasi pelayanan BK terbentang secara vertikal dari para pelaksana dan
pembantu pelaksanaan yang terbawah, sedangkan secara horizontal mencakup
berbagai pihak yang dapat memberikan kemudahan bagi penyelenggaraan
pelayanan BK yang mantap dan berkelanjutan. Organisasi yang mencakup unsur
vertikal dan horizontal itu hendaknya dapat memenuhi berbagai tuntutan seperti:
menyeluruh, sederhana, luwes, dan terbuka, menjamin berlangsungnya kerja
sama, menjamin terlaksananya pengawasan, penilaian dan upaya tindak lanjut.
Hubungan antara manajemen, organisasi, dan administrasi dilihat
berdasarkan bentuk proses kerjasama yang dilaksanakan dalam organisasi.
Organisasi pelayanan bimbingan dan konseling perlu diupayakan agar dapat
berlangsung secara efektif dan efisien, dalam menunjang optimalisasi pencapaian
tujuan pendidikan. Dalam kaitan itu, maka manajemen dan administrasi BK
merupakan alat, sarana, piranti untuk mengupayakan efisiensi dan efektifitas
proses kerja sama dalam menunjang optimalisasi pencapaian tujuan dalam
organisasi pelayanan bimbingan dan konseling.
Pengorganisasian layanan bimbingan konseling di sekolah dapat
diselenggarakan sesuai dengan kondisi dan kemampuan sekolah. Untuk satuan

1233
pendidikan SD/MI, kegiatan layanan BK idealnya dapat dilaksanakan oleh guru
BK khusus dengan mendapat dukungan dari berbagai pihak di sekolah.Tetapi
apabila tidak memungkinkan adanya guru BK, maka setidaknya kepala sekolah
dapat menunjuk wali kelas/guru tertentu yang diserahi tugas untuk
penyelenggaraan layanan BK.
Beban pelayanan bimbingan dan konseling sebaiknya tidak menumpuk pada
satu orang, baik seorang kepala sekolah sebagai top leader maupun seorang
konselor karena dipandang memiliki kemampuan formal di bidang BK. Perlu
adanya pembagian dan mekanisme kerja dalam satu organisasi.

Masalah Organisasi
Masalah dalam organisasi BK di sekolah terjadi karena beberapa hal, di
antaranya tidak terlaksananya: (1) berbagai aturan yang telah dibuat, (2) rencana
program kerja, (3) koordinasi dan kerjasama antar personil, (4) salah dalam
penempatan personil, serta (5) tidak bekerja sesuai dengan tanggung jawabnya
masing-masing, (6) di SD, pada umumnya belum ada struktur organisasi BK di
sekolah, dan (7) pelayanan BK belum dilaksanakan sebagaimana mestinya,
bahkan (8) masih ada sekolah yang belum punya organisasi BK.
Solusinya perlu dilakukan agar pelayanan bimbingan dan konseling
terlaksana seoptimal mungkin, maka; (1) proses pengorganisasian personil
diperlukan, untuk itu (2) perlu dibagi tugas pokoknya, dan (3) menjalankan tugas
masing-masing, dengan tetap saling bekerjasama atau berkoordinasi antar
personil.

Administrasi
Administrasi merupakan titik sentral dalam pembinaan dan pengembangan
semua kelompok manusia. Administrasi sebagai ilmu yang membahas tentang
usaha-usaha manusia dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja di dalam
suatu kelompok. Kegiatan usaha yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Sedangkan lembaga pendidikan formal merupakan salah satu bentuk
kelompok manusia, karena itu pendidikan tidak dapat terlepas dari kegiatan
administrasi.

1234
Berdasarkan Kamus Bahasa lndonesia (2008). Administrasi adalah usaha
dan kegiatan yang berkenaan dengan penyelenggaraan kebijaksanaan untuk
mencapai tujuan. Administrasi dalam arti sempit adalah kegiatan yang meliputi:
catat-mencatat, surat-menyurat, pembukuan ringan ketik-mengetik agenda dan
sebagainya yang bersifat tcknis ketatausahaan. Administrasi dalam arti luas adalah
seluruh proses kerja sama antara dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan
dengan memanfaatkan sarana prasarana tertentu secara berdayaguna dan berhasil
guna.
Proses administrasi dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling, dapat
dilakukan hal-hal sebagai berikut: (1) perencanaan dalam BK yang dimaksud di
sini misalnya; pembuatan program dan pelaksanaannya melalui kerjasama yang
baik antar personil sekolah, (2) pelaksanaan layanan konseling sesuai dengan
prosedur yang seharusnya dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan klien
(peserta didik), (3) adanya susunan organisasi BK dan kebijakan yang dibuat
bersama seluruh personil BK, (4) penilain dan tindak lanjut dari pelayanan yang
telah dilaksanakan.
Proses administrasi bimbingan dan konseling dalam arti sempit meliputi
kegiatan berikut: (1) menerima surat yang berkaitan dengan pelaksanaan
pelayanan bimbingan dan konseling, (2) mengisi kartu pribadi peserta didik, (3)
mempersiapkan buku tamu bimbingan dan konseling, (4) menyimpan data peserta
didik, (5) mencatat data pelayanan bimbingan dan konseling, (6) mengumpulkan
data yang terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling, (7) merencanakan
kegiatan-kegiatan dari orang-orang/kelompok yang terkait dalam bekerja sama
untuk mencapai tujuan bersama, (8) menyusun dan menggunakan tenaga manusia
dan benda-benda secara sistematis untuk mencapai tujuan tersebut dengan biaya
yang berupa uang, tenaga dan waktu, (9) menetapkan kebijaksanaan, susunan
organisasi dan pemakaian alat yang terdiri dari manusia, benda-benda dan uang.

Masalah dan Solusi


Adapun masalah-masalah yang ditemui terkait dengan administrasi
bimbingan dan konseling, sebagai berikut: (1) rendahnya kualifikasi dan
Wawasan, Pengetahuan, Keterampilan, Nilai, dan Sikap (WPKNS) guru BK

1235
sekolah; WPKNS guru BK sekolah merupakan salah satu penentu keberhasilan
guru BK dalam melaksanakan administrasi pelayanan bimbingan dan konseling,
(2) kurangnya sarana dan prasarana; sarana dana prasarana untuk kelancaran
administrasi bimbingan dan konseling pada umumnya menjadi permasalahan bagi
guru BK di sekolah, contoh: untuk peserta didik kelas Xll saat ini diberi
kesempatan untuk mengikuti SNMPTN undangan yang pendaftarannya bersifat
on line, tidak tersediaanya fasilitas WiFi di ruang BK akan memperlambat proses
tersebut, (3) kurangnya dana untuk penyelenggaraan pelayanan BK; kekurangan
dana cenderung menjadi permasalahan umum dalam setiap organisasi apapun,
kekurangan dana tersebut membuat penyelenggaraan pelayanan BK akan
terhambat, (4) kurangnya kerjasama guru BK di sekolah dengan personil sekolah
lainnya. Kerjasama antara guru BK dengan personil sekolah lainnya akan
mempengaruhi terhadap kelengkapan informasi yang dibutuhkan oleh guru BK
terkait dengan administrasi yang diperlukan sebagai penunjang data tentang
peserta didik, (5) kurang lengkapnya bukti fisik pelaksanaan pelayanan BK.
Adapun solusi yang ditawarkan atas permasalahan di atas adalah sebagai
berikut: (1) guru BK harus selalu meng-up-date WPKNS mereka dalam
melaksanakan administrasi pelayanan bimbingan dan konseling (2) perlunya
pendekatan guru BK dan kerjasama yang baik dengan kepala sekolah dalam
melengkapi sarana dan prasarana untuk kelancaran administrasi bimbingan dan
konseling di sekolah, yaitu: (a) guru BK perlu mempelajari kiat pengusulan dana
untuk penyelenggaraan administrasi bimbingan dan konseling (b) guru BK harus
aktif dalam membina kerjasama dengan personil sekolah lainnya dalam
melengkapi kebutuhan administrasi bimbingan dan konseling, (c) guru BK perlu
melengkapi data dan bukti fisik semua pelaksanaan layanan BK kepada peserta
didik.

Personalia
Faktor inti organisasi adalah orang-orang yang membentuk organisasi,
sedangkan yang termasuk faktor kerja yang menentukan berjalannya organisasi
adalah daya manusia (kemampuan untuk bekerja, kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain, kemampuan untuk melaksanakan asas-asas organisasi).

1236
Secara operasional pelaksana utama layanan BK di sekolah adalah guru BK dan
koordinator bimbingan dan konseling, tetapi personil sekolah yang lain
diharapkan juga berperan agar program BK dapat terselenggara dengan baik.
Personil layanan BK adalah segenap unsur yang terkait di dalam struktur
organisasi pelayanan BK dengan koordinator guru BK khusus sebagai pelaksana
utama. Personil yang dapat berperan dalam pelayanan BK baik secara vertikal
maupun horizontal. Pada umumnya dapat diidentifikasi seperti berikut ini.
1. Personil pada Kantor Dinas Pendidikan yang bertugas melakukan
pengawasan (penyeliaan) dan pembinaan terhadap penyelenggaraan
pelayanan BK di satuan pendidikan.
2. Kepala Sekolah, sebagai penanggung jawab program pendidikan secara
menyeluruh (termasuk di dalamnya program BK) di satuan pendidikan
masing-masing.
3. Wakil Kepala Sekolah, sebagai wakil penanggung jawab program pendidikan
sesuai bidangnya (termasuk di dalamnya program BK) di satuan pendidikan
masing-masing.
4. Pengawas BK, sebagai penanggung jawab dalam pengawasan, pembinaan,
dan pembimbingan bagi guru BK untuk melaksanakan tugasnya.
5. Koordinator BK, sebagai penanggung jawab dalam mengkoordinir kelancaran
pelaksanaan pelayanan BK di sekolah.
6. Guru BK sebagai petugas utama dan tenaga inti dalam pelaksanaan pelayanan
BK.
7. Guru Kelas di SD, sebagai petugas utama dalam pembelajaran dan membantu
dalam pelayanan BK.
8. Guru mata pelajaran, sebagai penanggung jawab dan tenaga ahli dalam mata
pelajaran yang diampunya, program latihan atau kelas masing-masing.
9. Wali kelas, sebagai penanggung jawab dalam kesuksesan dan tata tertib
peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya di kelas masing-masing.
10. Orang tua peserta didik, sebagai penanggung jawab utama peserta didik
dalam arti yang seluas-luasnya.
11. Staf administrasi, sebagai personil yang membantu dalam kelancaran jalannya
kegiatan administrasi surat-menyurat untuk keperluan layanan BK.

1237
12. Petugas kebersihan sekolah yang membantu dalam memelihara kebersihan
sekolah.
13. Satuan pengaman (satpam), yang membantu dalam memelihara keamanan
peserta didik dan sekolah.
14. Peserta didik. Sesama peserta didik sebagai kelompok subyek yang potensial
untuk diselenggarakannya "bimbingan teman sebaya".
15. Ahli-ahli lain, dalam bidang non bimbingan dan nonpelajaran/latihan (seperti
dokter, psikolog, psikiater) sebagai subjek alih tangan kasus.

Pada penjelasan berikut dibahas tentang guru BK, kepala sekolah, pengawas
BK, permasalahan dan solusi yang mungkin dapat dilakukan di sekolah.

Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa "konselor
adalah pendidik" dan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
Tahun 2005 dikemukakan, "konselor adalah pelaksana pelayanan konseling di
sekolah". Dalam Pasal 39 Ayat 2 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan: "pendidik merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pcmbelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pelayanan BK dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik
pada perguruan tinggi”.
Berdasarkan uraian terdahulu dapat dipahami bahwa seorang konselor juga
merupakan pendidik, yaitu tenaga profesional yang bertugas: (1) merencanakan
dan menyelenggarakan proses pembelajaran, (2) menilai hasil pcmbelajaran (3)
melakukan pelayanan BK dan pelatihan.

Permasalahan Guru BK di Sekolah


Masalah yang dihadapi guru BK di sekolah, antara lain sebagai berikut: (1)
masih ada guru BK yang belum memahami dan melaksanakan tugas serta
tanggung jawabnya sebagaimana mestinya, (2) Bimbingan dan konseling
disamakan dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan, (3) konselor di

1238
sekolah dianggap sebagai polisi sekolah, (4) bimbingan dan konseling dianggap
semata-mata sebagai proses pemberian nasehat, (5) bimbingan dan konseling
bekerja sendiri, (6) Guru BK harus aktif, sedangkan pihak lain boleh pasif, (7)
masih ada guru BK yang belum memahami dan melaksanakan tugas serta
tanggung jawab

Solusi
Kondisi terkini di sekolah yang memiliki guru BK ternyata juga memiliki
masalah. Salah satu diantaranya adalah guru BK kebingungan dan belum
memahami tugas serta tanggung jawab yang diembannya di sekolah. Untuk
memahami tugas, solusi yang ditawarkan adalah dengan memberikan pemahaman
dan kesadaran pada guru BK tersebut tentang tugas dan tanggung jawabnya di
sekolah, namun yang lebih penting adalah meningkatkan motivasi diri pribadi
untuk menjadi lebih baik. Bimbingan dan konseling harus benar-benar
dilaksanakan secara khusus oleh tenaga ahli dengan perlengkapan yang benar-
benar memenuhi syarat. Pelayanan ini harus secara nyata dibedakan dari praktek
pendidikan sehari-hari. Sekolah juga harus memperhatikan kepentingan peserta
didik untuk bisa membuat mereka berkembang secara optimal. Maka dalam hal
ini, peran bimbingan dankonseling adalah menunjang seluruh usaha sekolah demi
keberhasilan peserta didik.
Konselor haruslah menjadi teman dan kepercayaan peserta didik. Di
samping petugas-petugas lainnya di sekolah, konselor hendaknya menjadi tempat
pencurahan isi hati sesuai kepentingan peserta didik, apa yang terasa di hati dan
terpikirkan oleh peserta didik. Petugas bimbingan dan konseling bukanlah
pengawas ataupun polisi yang selalu mencurigai dan akan menangkap siapa saja
yang bersalah. Petugas bimbingan dan konseling adalah kawan pengiring petunjuk
jalan, pembangun kekuatan, dan pembina tingkah laku positif yang dikehendaki.
Dengan pandangan, sikap, keterampilan, dan penampilan konselor peserta didik
atau siapapun yang berhubungan dengan konselor akan memperoleh suasana
sejuk dan memberi harapan. Maka perlu dilakukan sosialisasi/pemasyarakatan
BK dengan benar oleh segenap stakehoder sekolah, terutama oleh guru BK.

1239
Konselor juga harus melakukan upaya-upaya tindak lanjut serta
mensinkronisasikan upaya yang satu dan upaya lainnya sehingga keseluruhan
upaya itu menjadi suatu rangkaian yang terpadu dan bersinambungan. Guru BK
dan guru mata pelajaran merupakan fungsionaris bersama dalam membantu
peserta didik menyelesaikan masalahnya. Pelayanan bimbingan dan konseling
bukanlah proses yang terisolasi, melainkan proses yang bekerja sendiri sarat
dengan unsur-unsur budaya, sosial dan lingkungan. Oleh karenanya pelayanan
bimbingan dan konseling tidak mungkin menyendiri. Konselor perlu bekerjasama
dengan orang-orang yang diharapkan dapat membantu penanggulangan masalah
yang dihadapi oleh klien.
Konselor harus pandai menjalin hubungan kerjasama yang saling mengerti
dan saling menunjang demi terbantunya peserta didik yang mengalami
masalah.Disamping itu, Konselor harus pula memanfaatkan berbagi sumber daya
yang ada dan dapat diadakan untuk kepentingan pemecahan masalah peserta
didik.
Konselor seharusnya lebih memahami potensi yang dimiliki peserta didik sehingga
dalam proses konseling, guru BK melibatkan klien untuk berfikir dalam memecahkan
masalahnya.

Kepala Sekolah/Madrasah
Kualifikasi Kepala Sekolah/Madrasah dapat dilihat dalam Permendiknas No. 13
tahun 2007 tentang kompetensi kepala sekolah yang memuat Kualifikasi Kepala
Sekolah/Madrasah terdiri atas Kualifikasi Umum,dan Kualifikasi Khusus. Selain itu juga
memuat tentang berbagai kompetensi sebagai kepala sekolah yaitu kompetensi: (1)
kepribadian, (2) manajerial, (3) kewirausahaan, (4) supervisi, dan (5) sosial.
Selanjutnya Permendiknas tersebut, diperkuat dengan dikeluarkannya
Permendiknas No. 28 tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala
Sekolah/Madrasah: bahwa guru dapat diberikan tugas tambahan sebagai kepala
sekolah/madrasah untuk memimpin dan mengelola sekolah/madrasah dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan. Dalam rangka meningkatkan kualitas kepala
sekolah/madrasah perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/madrasah
serta sertifikasi kompetensi dan penilaian kinerja kepala sekolah/madrasah; bahwa

1240
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 162/U/2003 tentang Pedoman Penugasan
Guru sebagai Kepala Sekolah sudah tidak sesuai dengan perkembangan sistem pendidikan
nasional.
Dalam Permendiknas No. 28 tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai
Kepala Sekolah/Madrasah ini juga dimuat tentang pendidikan dan pelatihan calon
kepala sekolah/madrasah adalah suatu tahapan dalam proses penyiapan calon kepala
sekolah/madrasah melalui pemberian pengalaman pembelajaran teoretik maupun praktik
tentang kompetensi kepala sekolah/madrasah yang diakhiri dengan penilaian sesuai standar
nasional. Penilaian akseptabilitas adalah penilaian calon kepala sekolah/madrasah yang
bertujuan untuk menilai ketepatan calon dengan sekolah/madrasah dimana yang
bersangkutan akan diangkat dan ditempatkan.
Kompetensi kepala sekolah/madrasah adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan
pada dimensi-dimensi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan
sosial. Komite sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang
tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.
Sertifikat kepala sekolah/madrasah adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan
kepada guru bahwa yang bersangkutan telah memenuhi kualifikasi dan kompetensi untuk
mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah.
Penilaian kinerja adalah suatu proses menentukan nilai kinerja kepala
sekolah/madrasah dengan menggunakan patokan-patokan tertentu. Pengembangan
keprofesian berkelanjutan adalah proses dan kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional kepala sekolah/madrasah yang
dilaksanakan berjenjang, bertahap, dan berkesinambungan dalam rangka meningkatkan
manajemen dan kepemimpinan sekolah/madrasah

Masalah dan Solusi


Permasalahan yang berhubungan dengan Kepala Sekolah dalam pelayanan bimbingan dan
konseling, yaitu:
1. terpilihnya guru menjadi kepala sekolah sebagai buah dari manifestasi tim sukses pada
pemilukada/ tim sukses kepala daerah terpilih tanpa mempertimbangkan kualifikasi dan
kompetensi sebagai calon kepala sekolah,

1241
2. tersingkirkannya guru-guru yang memiliki kualifikasi dan kompetensi sebagai calon
kepala sekolah, dan
3. fenomena kepala sekolah yang tidak bisa memimpin dan hanya yang dipikirkan tentang
keuangan sehingga mengakibatkan proses pembelajaran menjadi terhambat.
Terkait dengan pelaksanaan bimbingan dan konseling disebabkan permasalahan
tersebut pada poin-poin di atas maka banyak ditemukan di sekolah bahwa kepala sekolah
tidak mengerti atau masih salah pemahaman terhadap pelayanan bimbingan dan konseling
di sekolah yang dipimpinnya.
Solusi yang dapat mengentaskan permasalahan tersebut antara lain seperti berikut ini:
1. Benar-benar menerapkan Permendiknas No. 13 tahun 2007 tentang kompetensi kepala
sekolah dan Permendiknas No. 28 tahun 2010 tentang Kepala sekolah sebagai jabatan
tambahan, dalam pemilihan atau penetapan kepala sekolah.
2. Adanya evaluasi terhadap kinerja kepala sekolah oleh pihak SKPD terkait khususnya
Dinas Pendidikan daerah kabupaten/ kota.
3. Digalakkannya pelatihan atau sosialisasi peraturan tentang kepala sekolah bagi guru
sebagai calon-calon kepala sekolah.

Pengawas
Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah
dan Angka Kreditnya, Pengawas Sekolah adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi
tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan.
Agar pengawasan dapat berjalan dengan baik, maka beberapa prinsip yang harus
diterapkan oleh kepala sekolah, dikemukakan seperti berikut ini:
1. Pengawasan bersifat membimbing dan mengatasi kesulitan dan bukan mencari
kesalahan.
2. Bantuan dan bimbingan diberikan secara tidak langsung.
3. Balikan atau saran perlu segera diberikan.
4. Pengawasan dilakukan secara periodik.
5. Pengawasan dilakukan secara kemitraan.
6. Pengawas dalam bidang Bimbingan dan Konseling.

1242
Bimbingan dan Konseling merupakan layanan yang diberikan kepada
peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan
berkembang secara optimal dalam bidang pengembangan pribadi, sosial, belajar,
karir, dan kehidupan keluarga melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa
arah kegiatan layanan Bimbingan dan Konseling adalah untuk membantu peserta
didik untuk dapat melaksanakan kehidupan sehari-hari secara mandiri dan mampu
berkembang secara optimal.
Bimbingan dan konseling bertujuan untuk memandirikan peserta didik dan
mengembangkan potensi mereka secara optimal.Tujuan dijabarkan dan mengarah
kepada keefektifan hidup sehari-hari dengan senantiasa memperhatikan potensi
peserta didik yang kemudian secara lebih khusus tujuan tersebut dirumuskan
kedalam bentuk kompetensi.Oleh karena itu, kegiatan bimbingan dan konseling
perlu dikembangkan dengan adanya program-program yang dilaksanakan dalam
bimbingan dan konseling di sekolah itu sendiri.Sekaligus, dilakukan pengawasan-
pengawasan kegiatannya, agar kegiatan bimbingan konseling di sekolah dapat
terus berjalan dan semakin berkembang.
Dalam bidang bimbingan dan konseling, pengawasan kegiatan bimbingan
dan konseling diartikan sebagai kegiatan pengawas sekolah yang
menyelenggarakan kepengawasan dengan tugas pokok mengadakan penilaian dan
pembinaan melalui arahan, bimbingan, contoh dan saran kepada guru
BK/konselor (Prayitno, 2001: 24).
Masalah yang berkembang dari kegiatan pengawas/pengawasan di
sekolah/madrasah pada umumnya dan pelayanan bimbingan dan konseling pada
khususnya meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Kualifikasi Pengawas untuk tingkat TK/SD : masih banyak belum SI
2. Kualifikasi Pengawas tingkat pendidikan menengah : kebanyakan belum S2
3. Rekrutmen : tidak didasarkan pada kompetensi yang dipersyaratkan
4. Belum ada Induction Program bagi pengawas
5. Jabatan dan karir Pengawas tidak menarik
6. Kurang menguasai supervisi akademis
7. Kompetensi pengawas masih belum memadai

1243
8. Citra dan wibawa akademik masih rendah
9. Program kepengawasan belum disusun berdasarkan analisis kebutuhan
sekolah
10. Laporan kepengawasan belum digunakan sebagai bahan pertimbangan
pengambil keputusan

Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi beberapa permasalahan yang


diidentifikasi tersebut di atas antara lain:
1. Setiap pihak yang menerima laporan hasil pengawasan hendaknya
menindaklanjuti laporan hasil pengawasan tersebut dalam rangka
meningkatkan mutu sekolah/madrasah, termasuk memberikan sanksi atas
penyimpangan yang ditemukan.
2. Selain itu, sekolah/ madrasah mcndokumentasikan dan menggunakan hasil
pemantauan, supervisi, evaluasi, dan pelaporan serta catatan tindak lanjut
untuk memperbaiki kinerja sekolah/ madrasah, dalam pengelolaan
pembelajaran dan pengelolaan secara keseluruhan.
3. Peningkatan kompetensi melalui pelatihan kepada para pengawas
sekolah/madrasah yang dapat berupa seminar, workshop, lokakarya, dan talk
show berskala regional-nasional, kalau bisa mencapai tataran Internasional.
4. Melakukan Induction Program bagi pengawas secara periodik.
5. Membuat rancangan penatalaksanaan program pendidikan bagi para pengawas
sekolah/ madrasah.
6. Memperbanyak intensitas komunikasi antara guru-pengawas-sekolah dan
LPMP daerah setempat.
7. Melakukan sosialisasi secara menyeluruh mengenai tupoksi pengawas
sekolah/ madrasah utamanya yang berkenaan dengan pengawasan terhadap
bidang Bimbingan dan Konseling.

Pengembangan
Setiap guru dan staf sekolah lainnya hendaklah selalu meningkatkan
kompetensi dan keterampilannya dalam pelaksanaan pendidikan. Pengembangan
merupakan berbagai cara atau pendekatan yang bertujun untuk menciptakan

1244
situasi agar guru dan staf sekolah lainnya meningkatkan kompetensi dan
keterampilannya serta tumbuh secara profesional selama berdinas.
Kemudian Prayitno dkk (2002) mengemukakan bahwa pengembangan BK
diarahkan kepada semakin meningkatnya mutu pelayanan BK kepada peserta
didik oleh guru BK, dengan indikator meningkatnya:
1. kemampuan guru BK dalam melaksanakan layanan dan kegaitan pendukung
BK
2. fasilitas untuk pelayanan (tempat kegiatan, instrumen BK, Perangkat
elektronik, buku panduan dan lain-lain)
3. kerja sama antar personil sekolah
4. pemanfaatan pelayanan oleh peserta didik
5. jumlah guru BK (bagi sekolah-sekolah yang masih memerlukan
penambahan).
Pengembangan dapat dilaksanakan melalui: (1) kerjasama antar guru BK,
(2) kerjasama antar personil sekolah, (3) kegiatan pengawasan oleh pangawas
sekolah bidang BK, (4) pengembangan fasilitas layanan, (5) pertemuan
kesejawatan profesional (MGBK), penataran, lokakarya, pertemuan ilmiah,
keikutsertaan dalam organisasi profesi BK (ABKIN) dan studi lanjutan.
Beberapa pendapat menegaskan ada relevansi antara masalah dengan sistem
kebijakan. Namun faktor masalah terbesar adalah terletak pada Sumber Daya
Manusia (SDM) terutama pelaksana bimbingan dan konseling sebagai pelaku
dalam mengimplementasikan tupoksinya. Oleh karena itu perlu pengembangan
potensi SDM pelaksana pelayanan bimbingan dan konseling.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar dan Luddin. 2010. Dasar- Dasar Konseling : Tinjauan dan Praktek.
Bandung: Citra Pustaka Media Perintis.
Nurihsan Juntika. 2006. Bimbingan dan Koseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan. Rfika Aditama: Bandung

1245
Prayitno, dkk. 2008. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sukardi, Dewa Ketut. 2003. Manajemen Bimbingan dan Konseling di
Sekolah.Bandung: Alfabeta.
Syamsu Yusuf dan Nurihsan Juntika. 2009. Landasan Bimbingan dan Konseling.
PT Remaja Rosdakarya : Bandung
Tohirin. 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Masyarakat: Berbasis
Integrasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta:
Grapindo Persada.
Yusuf, Syamsu,dkk. 2009. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

1246

Anda mungkin juga menyukai