Di Susun Oleh :
Kelompok 2
Bismillahirrahmanirrahim…
Kelompok2
ii
DAFTAR PUSTAKA
Contents
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Pengertian Konseling....................................................................................................................6
B. Tujuan konseling...........................................................................................................................7
1. Tujuan umum.............................................................................................................................7
2. Tujuan Khusus...........................................................................................................................7
C. Langkah-langkah Konseling Kegawatdaruratan............................................................................7
BAB III................................................................................................................................................11
PENUTUP...........................................................................................................................................11
A. Kesimpulan.................................................................................................................................11
B. Saran...........................................................................................................................................11
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba- tiba,
sering kali merupakan kejadian yang berbahaya. Sedangkan kegawatdaruratan obstetri
adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama
dan sesudah persalinan dan kelahiran. Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang
membutuhkan evaluasi dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang kritis (<28
hari) membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi
patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu. ( Dina dewi
anggraini, dkk, 2022)
Sebagai seorang bidan Anda tentu mempunyai keinginan menjadi bidan yang dapat
memberikan pelayanan secara efektif. Untuk mencapai itu, hal pertama yang harus
dipelajari adalah cara berkomunikasi. Komunikasi yang baik menjadikan bidan mengetahui
tentang keadaan pasien, yang akhirnya mampu mengidentifikasi keadaan yang terjadi.
Komunikasi dan Konseling Konseling merupakan proses interaktif antara tenaga kesehatan
dan ibu serta keluarganya. Selama proses tersebut, tenaga kesehatan mendorong ibu Untuk
saling bertukar informasi dan memberikan dukungan dalam perencanaan atau pengambilan
keputusan serta tindakan yang dapat meningkatkan kesehatan ibu.
Konseling adalah pertemuan empat mata antara konselor (orang yang ahli) dengan
klien (orang menerima bantuan) melalui wawancara profesional dalam rangka upaya
membantu klien dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya. (Mulyadi (2016: 58)
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertianKonseling ?
2. Apa tujuan konseling ?
3. Apa langkah-langkah konseling kegawatdaruratan?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian konseling
2. Menjelaskan tujuan konseling
ii
3. Menjelaskan langkah-langkah konseling kegawatdaruratan
ii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konseling
Pengertian konseling secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu
“consilium” yang berarti dengan atau bersama yang dirangkai dengan menerima atau
memahami. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari “sellan”
yang berarti “menyerahkan”atau menyampaikan”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Konseling merupakan pemberian
bimbingan oleh yang ahli kepada seseorang dengan menggunakan metode psikologis dan
sebagainya atau pemberian bantuan oleh konselor kepada konseli sedemikian rupa sehingga
pemahaman terhadap kemampuan diri sendiri meningkat dalam memecahkan berbagai
masalah.
ii
5. Shertzer & Stone (1974)
Memberikan pengertian bahwa konseling adalah suatu proses penangan individu
yang sedang mengalami masalah tentang kehidupan untuk kemudian individu tersebut
merasa lebih tenang dan menyenangkan melalui interaksi antra konselor dan konseli.
Jadi konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli
(disebut konselor/pembimbing) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah
( disebut konseli ) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
B. Tujuan konseling
Tujuan dilakukannya konseling adalah membantu seseorang dalam menyelesaikan
masalah yang berhubungan dengan perasaan, emosi, sosial, dan perilaku. Konselor
dalam hal ini psikolog, menggunakan berbagai strategi untuk membantu seseorang
dalam mengelola masalah perilaku, mengatasi stres, mengurangi kecemasan dan
kendala yang berkaitan dengan gangguan psikologis.
1. Tujuan umum
Tujuan konseling adalah memecahkan masalah yang dialami klien. Upaya ini
dapat dilakukan dengan mengurangi intensitas hambatan danatau kerugian yang
disebabkan masalah tersebut dan menghilangkan masalah yang dimaksud. Dengan
layanan konseling ini maka harapannya adalah meringankan beban klien dan
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh klien.
2. Tujuan Khusus
Tujuan konseling secara khusus
a) klien menjadi memahami seluk-beluk masalah yang dialami secara mendalam dan
menyeluruh dengan cara yang positif dan dinamis. Pemahaman yang dimaksud
adalah mengarah kepada dikembangkannya persepsi dan sikap serta kegiatan demi
terselesaikannya masalah yang dialami klien secara spesifik.
b) Dapat meningkatkan relasi dengan orang lain.
c) Mencari cara untuk memotivasi diri.
d) Berupaya untuk memahami diri sendiri maupun orang lain.
ii
dilalui untuk sampai pada pencapaian konseling yang sukses. Tetapi sebelum memasuki
tahapan tersebut, sebaiknya konselor memperoleh data mengenai diri klien melalui
wawancara pendahuluan (intake interview). Adapun langkah-langkah komseling kegawat
daruratan sebagai berikut.
Langkah-langkah konseling
2. Identifikasi kebutuhan ibu, masalah ibu, dan informasi yang belum diketahui ibu.
Pelajari setiap masalah yang ada serta dampaknya terhadap berbagai pihak (ibu, suami,
keluarga, komunitas, tenaga kesehatan, dan sebagainya).
3. Tanyakan pendapat ibu mengenai solusi alternatif apa yang dapat dilakukan Untuk
meyelesaikan masalah yang ia hadapi.
4. Identifikasi kebutuhan ibu terhadap informasi, sumber daya, atau dukungan lain untuk
memecahkan masalahnya.
5. Susun prioritas solusi dengan membahas keuntungan dan kerugian dari berbagai
alternatif pemecahan masalah bersama ibu.
6. Minta ibu untuk menentukan solusi apa yang paling memungkinkan untuk mengatasi
masalahnya.
8. Evaluasi
Keterampilan konseling
Ketika tenaga kesehatan ingin agar sebuah informasi diterapkan oleh ibu atau
keluarganya, proses konseling dan komunikasi dua arah harus berjalan. Misalnya, ketika
ii
menentukan di mana ibu harus bersalin dan bagaimana ibu bisa mencapai fasilitas
kesehatan tersebut.
Tenaga kesehatan dapat membangun kepercayaan dan suasana yang baik dengan ibu
misalnya dengan cara menemukan kesamaan-kesamaan dengan ibu dalam hal usia,
paritas, daerah asal, atau hal-hal kesukaan.
Ketika ibu berbicara, tenaga kesehatan perlu memperhatikan informasi yang diberikan
dan menunjukkan bahwa informasi tersebut sudah dimengerti. Tanyakan pertanyaan
yang berhubungan dengan informasi yang ibu berikan untuk mengklarifikasi
pemahaman bersama. Ulangi informasi yang ibu sampaikan dalam kalimat yang berbeda
untuk mengkonfirmasi dan rangkum butir-butir utama yang dihasilkan dari percakapan.
4. Mengajukan pertanyaan
mendapatkan data riwayat kesehatan ibu, misalnya: “Berapa usia Anda?” atau “Apakah
Anda sudah menikah?”
Contoh:
ii
Ajukan pertanyaan yang tidak menghakimi dan memojokkan ibu. Contoh:
× SALAH: Mengapa Anda tidak segera datang kemari ketika Anda tahu Anda hamil?
√ BENAR: Baik sekali Anda mau datang untuk memeriksakan kehamilan Anda saat ini.
Apakah ada alasan yang membuat Anda tidak bisa datang sebelumnya?
Sebelum memberikan informasi, tenaga kesehatan harus mengetahui sejauh mana ibu
telah memahami informasi yang akan disampaikan dan memberikan informasi baru yang
sesuai dengan situasi ibu.
Contoh:
Bidan : Apakah Ibu sudah mengerti bagaimana Ibu harus merawat diri selama
kehamilan?
Ibu : Ya, saya harus banyak istirahat dan makan lebih banyak.
Bidan : Betul sekali Bu. Selain itu, ada pula beberapa jenis makanan tertentu yang perlu
Ibu konsumsi lebih banyak. Apa Ibu sudah tahu makanan apa saja itu?
Bidan : Ya, benar. Makanlah lebih banyak sayur dan daging, juga buah, kacang-
kacangan,
ikan, telur, keju, dan susu. Ibu tahu mengapa Ibu perlu mengkonsumsinya?
Bidan : Ya, makanan-makanan itu akan mendorong pertumbuhan bayi dan menjaga Ibu
tetap sehat. Apakah ada lagi yang ingin ibu tanyakan mengenai apa yang harus
Hal penting yang harus kita ingat bahwa konselor tidak boleh memaksa ibu untuk
mengatasi masalahnya dengan solusi yang tidak sesuai dengan kebutuhan ibu.
Bimbinglah ibu dan keluarganya untuk menganalisa kelebihan dan kekurangan dari
setiap pilihan yang mereka miliki dan memutuskan sendiri pilihannya.
ii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konseling merupakan salah satu teknik bimbingan. Melalui metode ini upaya
pemberian bantuan diberikan secara individu dan langsung tatap muka (berkomunikasi)
antara pembimbing (konselor) dengan klien. Dengan perkataan lain pemberian bantuan
yang dilakukan melalui hubungan yang bersifat face to face relationship (hubungan
empat mata), yang dilaksanakan dengan wawancara antara pembimbing (konselor)
dengan klien. Masalah-masalah yang dipecahkan melalui teknik konseling, adalah
masalah-masalah yang bersifat pribadi (Tohirin,2007:296).
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, terutamakurangnya
bahan atau sumber yang menjadi rujukan. Untuk itu kami berharap masukansaran dari
para pembaca agar kedepannya kami dapat menulis makalah dengan lebih baik lagi.
ii
Daftar Pustaka
1. Dina Dewi Anggraini, dkk (2022) Buku ajar asuhan kebidanan kegawatdaruratan
maternal dan neontal
2. Prof. Dr. Winjosastro Hanifa, SpOG.2005. Ilmu Kebidanan, Cetakan ketujuh,
Edisi Ketiga, Jakarta : Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Yayasan Bina.
3. Prof.Dr. Heller Luz. 1997. Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri, cetakan
kelima, Edisi pertama, Jakarta : Buku Kedokteran.
4. Prof. Dr. Basri Saifuddin, SpOG, Mph.2002. Buku panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatus, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirahardjo.
ii