Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MIKRO KONSELING

‘’TEKNIK TEKNIK DASAR KONSELING TAHAP II

(MEMPERSONALISASI) “

DOSEN PENGAMPUH :

RATNA WULANDARI S.PD.,. M.PD

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :


1. Muh.Tasbih Ratul Ihram (105281102621)
2. Dimas Bayu Laksono (105281103221)
3. Ardhat (105281104521)
4. Ahmad Gifari (105281102721)

BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah Ta’ala, yang dengan
izin-Nya lah kita sentiasa diberikan kesehatan serta beribu nikmat yang tiada bandingannya
jika dibandingkan dengan ujian yang Dia berikan. Yang dimana dengan kemudahan dari-Nya
jugalah kita diberi kelancaran dalam penyusunan makalah ini. Kami selaku penyusun, sadar
bahwa tiada daya dan upaya melainkan semuanya berasal dari Allah Ta’ala yang Maha
Pemurah.

Shalawat serta salam tak lupa pula selalu terucap untuk sang pahlawan agama kita,
suri tauladan dalam berakhlak mulia dan sang pelopor cahaya islam. Baginda Rasulullah
‫ﷺ‬, yang dengan perjuangan Beliau lah hingga akhirnya kita bisa merasakan nikmat serta
manisnya sebuah keimanan.

Kemudian dari pada itu kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini banyak yang
membantu terhadap usaha kami, mengingat hal itu dengan segala hormat kami sampaikan
rasa terimah kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ibu Ratna Wulandari. S. Pd., M. Pd dan
teman-teman yang ikutberpartisipasi dalam penyelesaian makalah.

Penyusun

Makassar, 10 Desember 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................10
BAB l.......................................................................................................................................11
PENDAHULUAN...................................................................................................................11
A. Latar Belakang......................................................................................................11
B. Rumusan Masalah...............................................................................................12
BAB II.....................................................................................................................................13
PEMBAHASAN.....................................................................................................................13
1.Mempersonalisasi Arti..............................................................................................13
2. Keterampilan Mempersonalisasi Masalah.............................................................16
3. Mempersonalisasi Tujuan........................................................................................18
4. Keterampilan Mempersonalisasi Perasaan............................................................20
BAB III....................................................................................................................................24
PENUTUP...............................................................................................................................24
A. Kesimpulan.............................................................................................................24

iii
BAB l

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Dalam perkambangan menuju kedewasaan , anak memerlukan pengalaman yang


bervariasi dan kaya yang membuat mereka unik. Mereka berusaha menemukan diri mereka
sendiri, yaitu siapa mereka dan mau apa mereka itu. Untuk itu mereka memerlukan sesuatu
tambahan pengalaman.Bagian dari tambahan pengalaman inilah yang kita tawarkan kepada
mereka, yang melibatkan kemampuan kita untuk menjangkau ke luar dari ekspresi mereka,
yaitu dapat merangkum gambaran-gambaran yang akan membimbing pengertian mereka
tentang diri mereka dalam hubungannya dengan dunia mereka, dan dapat mempersonalisasi
pengalaman mereka tentang dimana mereka dan ingin kemana mereka.
kita harus menunjukkan kermatangan kita dengan menambahkan pada gambaran yang
mereka miliki tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka, atau dengan mengembangkan
gambaran kita sendiri tentang hal-hal yang mereka tidak bisa lakukan. Kita memotifasi
mereka agar mau mencapai kematangan dengan memberi gambaran yang akurat pada mereka
dan dengan menunjukkan kegunaan dari gambaran-gambaran itu bagi mereka dalam
kehidupan sehari-hari.
Dengan mempersonalisasi pengalaman konseli, sampailah kita pada kenyataan bahwa
setiap individu benar-benar unik.Untuk itu kita harus dapat melakukan keterampilan
mempersonalisasi arti, masalah, perasaan, dan tujuan (Carkhuff, 1980).
Sebelum konselor dapat bergerak ke personalisasi, konselor harus mewujudkan suatu
dasar komunikasi terlebih dahulu.Respon yang dapat saling dipertukarkan dengan ekspresi
konseli menunjukkan bahwa konselor mengerti setiap ekspresi konseli pada saat itu.Jika
konselor membuat respon yang berkorporasi secara akurat dengan perasaan dan arti yang
diekspresikan konseli, maka dapat dikatakan bahwa konselor telah dapat mewujudkan suatu
dasar komunikasi yang saling pertukarkan.
Dalam membangun suatu dasar komunikasi yang dapat saling dipertukarkan konselor
dapat menemukannya dengan bertanya untuk mengisi kesenjangan tertentu. Jika konselor
mengajukan sesuatu pertanyaan,iahendaknya mengikutinya dengan suatu respon. Suatu
pertanyaan yang baik adalah jika konselor dapat merespon secara akurat terhadap jawaban-
jawaban konseli. Konselor yang terampil akan menggabungkan pertanyaan-pertanyaan antara
dua respon yang saling dipertukarkan. Tentu saja jika konselor menemukan dirinya sendiri
menanyakan dua pertanyaan tanpa merespon maka kemungkinannya konselor telah
menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang jelek dan karena itu hendaknya kembali ke respon
secara akurat.
Dalam membangun suatu dasar komunikasi yang dapat saling dipertukarkan, konseli akan
menginformasikan pada konselor secara langsung melalui tingkah laku mereka yang
menunjukkan kesiapan mereka untuk bergerak ketingkat-tingkat selanjutnya. Konseli
memberi tanda pada konselor dengan mendemonstarikan kemampuan mereka menopang
tingkah laku eksplorasi diri dengan merespon secara akurat terhadap ekspresi mereka sendiri.

1
Dengan kata lain konseli menginformasikan pada konselor kesiapannya untuk pindah untuk
bergerak ketingkat berikutnya dengan mengerjakan atau berbuat untuk dirinya sendiri hal-hal
yang konselor telah perbuat untuk konseli.
Begitu konselor bergerak menuju personalisasi, konselor meniadi makin neningkat respon
empatinya. Di dalam praktek, hal ini berarti bahwa konselor menggunakan dasar komunikasi
yang dapat saling dipertukarkan untuk melampaui di luar apa yang dikatakan oleh koseli.
Konselor menggunakan arti dari ekspresi konseli untuk mempertimbangkan secara makin
baik implikasi-implikasi pribadi terhadap konseli.
Dalam hal dimensi respek, konselor mengomunikasikan secara makin meningkat
hormatnya secara positif terhadap "aset" yang telah ditunjukkan oleh konseli. Hal ini akan
menyediakan penguatan pada tingkah laku konseli yang konstruktif. Kaitannya adalah, bahwa
konselor akan menjadi makin ikhlas (genuine). Begitu konselor makin mengenal
konseli,konselor dapat membagıl pengalamannya secara tentatif pada konseli. Dalamhal
dimensi kekonkritan, konselor hendaknya dapat menjadi lebih spesifik dalam upaya
menemukan masalah dan tujuan yang ingin dicapai konseli.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Keterampilan dasar konseling Mempersonalisasi Arti ?


2. Bagaimana Keterampilna dasar konseling Mempersonalisasi Masalah?
3. Bagaimana Keterampilna dasar konseling Mempersonalisasi Tujuan ?
4. Bagaimana Keterampilna dasar konseling Mempersonalisasi Perasaan ?

1
4

BAB II

PEMBAHASAN

Carkhuff (1983) menyatakan bahwa keterampilan mempersonalisasi meliputi empat


macam, yaitu keterampilan mempersonalisasi arti, masalah, tujuan, dan perasaan tentang arti,
masalah dan tujuan itu.Kata mempersonalisasi menurut Mish (1983) berarti menjadikan milik
orang tertentu.pengertian tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Echols &
Shadily (1975) yaitu bahwa mempersonalisasi adalah membuat menurut selera atau ukuran
tertentu. Setiap keterampilan mempersoalisasi tersebut dikaji secara rinci berikut ini.

1.Mempersonalisasi Arti
Mempersonalisasi arti adalah respon konselor yang memungkinkan konseli memahami
mengapa pengalaman yang ia alami itu penting bagi dirinya. Dengan demikian
mempersonalisasi arti adalah langkah pertama menuju pemahaman konseli tentang
kedudukannya dalam hubungannya dengantujuan yang mereka inginkan atau kebutuhan-
kebutuhan yang ingin mereka capai. Konselor mempersonalisasi arti jika ia menghubungkan
secara langsung arti dan pengalaman konseli. Dengan kata lain, konselor tidak tahu sama
sekali tentang mengapa pengalaman-pengalaman itu berarti bagi konseli.
Dalam merespon arti konselor menjawab pertanyaan "Apa situasinya dan bagaimana
konseli merasa tentang Situasi itu?” Atau dengan kata lainkonselor berusaha memperoleh
jawaban atas pertanyaan "Apa pengaruh situasi itu terhadap konseli?”
Dalam merespon perasaan dan isi konselor menggunakan format "Anda merasa …….
Karena …….”Format ini efektif karena konselor tidak tahu pengaruh situasi itu terhadap
pribadi konseli.Karena itu jika konselor menanyakan konseli untuk mempersonalisasi arti,
maka konselor meminta konseli untuk memahami mengapa pengalaman itu penting.Untuk itu
konselor menggunakan format. “Anda merasa …… karena anda …….
Contoh:
Konseli : "Saya marah pada mereka. Betapa tidak. Mula-mula mereka memberi saya
kesempatan, tetapi kemudian mereka mencabutnya lagi”.
Konselor : "Anda merasa geram karena Anda belajar sesuatu yang sangat berat yaitu
untuk tidak terburu-buru".

Menurut Carkhuff (1983) personalisasi arti meliputi tiga macam, yaitu personalisasi
tema umum, yang menyediakan dasar bagi pembuatan respon yang dipersonalisasi, (b)
internalisasi pengalaman, yang memungkinkan konseli memperhitungkan pengalaman-
pengalaman mereka, dan (c)personalisasi implikasi, yang memungkinkan konseli dapat
mengembangkan implikasi-implikasi pribadi baginya.
a. Personalisasi Tema Umum
Respon-respon personalisasi selalu diformulasikan dari "frames dan reference" konseli.
Respon-respon itu menunjukkan pengalaman konseli tentang dunia ini dalam membangun
4

pengalaman-pengalaman itu.Begitu konselor mempersonalisasikan respon arti yang Konselor


melakukan respon yang dipersonalisasikan dengan mencari tema-tema umum dalam ekspresi-
ekspresi konseli. Tema-tema umum itu berhubungan dengan apa yang dikatakan konseli
tentang dirinya sendiri. Tema-tema umum itu diperoleh dari dasar komunikasi yang
diperluas.Tema umum itu adalah tema-tema yang terjalin dalam lebih dari satu ekspresi
Konseli.Jika satu tema umum muncul di atas yang lain-lainnya karena selalu berulang atau
karena intensitasnya, maka konselor dapat menyatakan bahwa hal itu sebagai suatu tema
yang dominan.Dengan demikian personalisasi tema umum adalah respon konselor yang
memungkinkan konseli lebih memahami dan menyadari terhadapnya, kecenderungan umum
yang dialami konseli.Dalam merespon terhadap tema yang umum atau dominan itu konselor
dapat menggunakan format berikut ini. "Anda merasa ……. Karena berbagai hal
selalu .....".Penerapan format itu dapat dilihat dalam contoh berikut.
Konseli : "Brengsek! Mau masuk Jurusan A3 nggak boleh.Bapak menghendaki saya
masuk Jurusan A1, padahal Matematika saya jelek.Mau pindah ke kota lain
bersama nenek, nenek tidak setuju. Teman-temanpun juga tidak setuju."
Konselor : "Anda merasa sangat marah karena berbagai hal selalu menghalangi Anda.

Yang menjadi tema di sini adalah munculnya berkali-kali pengalaman yang


menghalangi konseli melakukan sesuatu sebagaimana dapat ditemukan dalam ekspresi
konseli tersebut di atas.

b. Internalisasi Pengalaman
Tema umum dapat dipersonalisasi dengan menginternalisasi pengalaman-pengalaman
konseli. Tetapi apa yang dibicarakan konseli sering tidak hanya pengalaman-pengalaman
sendiri, tetapi juga pengalaman-pengalaman dengan orang ketiga. Misalnya: teman-
temannya, gurunya, orangtuanya, adik-adiknya, dan sebagainya. Terhadap orang ketiga ini
konselor tidak dapat berbuat apa-apa secara langsung.Dengan meng-Konsentrasikan kepada
orang ketiga ini, konseli mengeksternalisasi pengalan-pengalamannya.Untuk itu konselor
hendaknya membantu konseli menginternalisasikan pengalaman-pengalaman itu.Karena itu
konselor harus memusatkan pengalaman itu kepada konseli.
Dalam merespon arti digunakan format, "Anda merasa ..... karena …..Maka, jika
konselor bermaksud menginternalisasikan arti, ia dapat melakukan dengan memasukkan
konseli ke dalam respon tersebut, sehingga format respon menjadi sebagai barikut : “Anda
merasa ….. karena anda……”. Dalam format ini konselor dapat menginternalisasi
pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan berbagai masalah belajar dengan guru-
guru atau dalam masalah unjuk kerja dilingkungan pekerjaan. Misalnya, jika konseli
mengekspresikan pengalamannya tentang hilangnya kesempatannya memperoleh beasiswa
karena ada sabotase dari temannya, maka respon konselor adalah sebagai berikut:
Konseli : “Sialan. Mengapa dia tidak memberi tahu pada saya bahwa saya harus
memasukkan surat-surat yang dịperlukan untuk kelengkapan permohonan
beasiswa Supersemar itu.Akibatnya saya tidak jadi mernerima beasiswa tahun
ini, padahal dia tahu kehidupan saya yang serba kekurangan saat ini".
5

konselor : "Anda merasa sangat marah karena Anda telah dikhianat”.

c. Personalisasi Implikasi
Unsur-unsur kunci dalam mempersonalisasi arti adalah mempertimbangkan implikasi-
implikasi pribadi bagi konseli.Konselor dapat melakukan hal ini dengan bertanya, "Mengapa
pengalaman itu penting bagi konseli" Dengan kata lain, konselor bertanya bagaimana
pengalaman-pengalaman konseli mempengaruhi dirinya.Ini berarti konselor perlu melihat ke
akibat-akibat dari pengalaman-pengalaman konseli itu. Karena itu di dalam mempersonalisasi
arti yang mengandung implikasi digunakan format berikut :
"Anda merasa .......... karena Anda selalu ……….. “.
Dengan demikian konselor dapat mempersonalisasi implikasi untuk berbagai jenis
pengalaman kehidupan, pengalaman belajar, dan pengalaman kerja. Misalnya dalam kasus di
mana konseli telah kehilangan kesempatan, konselor setelah mengajukan pertanyaan
implikasi pribadi ia dapat membuat suatu respon yang dipersonalisasikan terhadap
pengalaman konseli itu.
Konseli : “Saya marah sekali pada mereka. Mula-mula mereka memberi kesempatan,
tetapi kemudian mereka mencabutnya kembali."
Konselor : “Anda merasa geram karena Anda selalu ditinggalkan.

2 . Keterampilan Mempersonalisasi Masalah


Carkhuff (1983) menyatakan bahwa mempersonalisasi masalah adalah langkah transisi
yang terpenting untuk menuju ke tindakan.Dari masalah-masalah itu kita dapat menentukan
tujuan-tujuan kita.Dari tujuan-tujuan itu kita dapat merencanakan program pelaksanaannya.
Personalisasi masalah didasarkan pada personalisasi arti. Konselor mempersonalisasi
masalah jika ia membutuhkan konseli memahami apa yang mereka tidak dapat lakukan atau
yang mereka tidak dapat pecahkan. Dengan kata lain, berdasarkan pada arti dari pengalaman-
pengalaman konseli yang dipersonalisasi, konselor menjawab pertanyaan tentang masalah-
masalah yang dipersonalisasi itu. Misalnya: "Apa yang ada pada konseli yang menyokong
terjadinya masalah?" Dapat juga dikemukakan dengan cara lain, “Apa yang terdapat pada
konseli yang ikut andil dalam masalah tersebut?"
Dalam merespon arti yang dipersonalisasikan, konselor melihat pada pengaruh pribadi
dari situasi terhadap konseli.Sekarang konselor meminta konseli untuk mengambil tanggung
jawab bagi kehidupan mereka dan melihat dirinya sendiri sebagai sumber dari masalah-
masalah mereka.Tindakan konselor ini di sebut mempersonalisasi masalah.Carkhuff (1983)
menyatakan bahwa personalisasi masalah meliputi empat jenis, yaitu mengkonseptualisasikan
kekurangan-kekurangan, dan mengonfrontasikan kekurangan.

a. Mengonseptualisasikan Kekurangan-Kekurangan
Dalam mengonseptualisasikan kekurangan-kekurangan (defisit), konselor mengajukan
pertanyaan-pertanyaan: "Apa yang telah tidak ada yang menyebabkan masalah
tersebut?".Pertanyaan mengenai sumber masalah ini diajukan secara bebas. Hal ini semata-
mata merupakan usaha memastikan unsur-unsur yang hilang yang mungkin telah
menyebabkan masalah tersebut. Sebab orang mulanya sering tidak menyadari tentang unsur-
6

unsurapa yang mungkin ada pada diri kita yang menjadi sebab dari masalah. Untuk
mengetahui hal itu mungkin orang telah mencari informasi dari ahlinya dan orang-orang lain
yang dapat memberi petunjuk atau nasehat.
Misalnya, hubungan antar pribadi yang baik mungkin telah hilang karena rusaknya
komunikasi dengan orang tua kita, dengan teman, dengan guru-guru, atau dengan para
pekerja lainny.Didalam contoh yang pernah diberikan, yaitu konseli yang kehilangan
kesempatan, maka telah hilang pada konseli itu adalah inisiatif.Mungkin tidak ada orang yang
mengambil inisiatif untuk membuat kesempatan itu menjadi jelas baginya.Memang, dia tidak
mengambil inisiatif untuk memanfaatkan kesempatan yang ada. Dalam masalah ini konselor
dapat mengonseptualisasikan kekurangan itu dengan menggunakan format berikut : "Anda
merasa ........ karena ……………telah hilang.
Contoh :
Konseli : "Saya marah sekali pada mereka. Pertama mereka memberi kesempatan,
tetapi kemudian mereka mencabutnya kembali."
Konselor : “Anda merasa frustasi karena inisiatif telah hilang."

b. Menginternalisasikan Kekurangan-kekurangan
Konselor harus dapat melakukan usaha agar konseli dapat menginternalisasikan
kekurangan-kekurangannya.Ini berarti bahwa konselor membuat konseli mempertimbangkan
atau bertanggung jawab terhadap peranan mereka dalam kekurangan-kekurangan itu. Konseli
harus dirangsang sedemikian rupa sehingga ia menanyakan dan menjawab pertanyaan
internalisasi. "Apa yang ada pada saya yang menyebabkan masalah tersebut?" Untuk maksud
ini konselor dapat mengaunakan format "Anda merasa …….. karena Anda tidak bisa …….”.
Contoh:
Konseli : “Saya marah sekali pada mereka. Pertama, mereka memberi kesempatan,
tetapi kemudian mereka mencabutnya kembali.Jengkel saya dibuatnya.”
Konselor : "Anda merasa frustasi karena Anda tidak bisa mengambil inisiatif.”

c. Mengonkretkan Kekurangan
Usaha untuk mengkonkritkan kekurangan yang ada pada konseli adalah penting sekali.
Jika konselor bisa mengkonkritkan kekurangan itu makaia akan mampu mengkonkritkan
tujuan, dan dengan demikian memungkinkan tujuan tersebut dapat dicapai. Dalam
mengkonkritkan kekurangan yang ada pada konseli, konselor berusaha menjawab pertanyaan:
Bagaimana kita bisa melihat atau mengukur kekurangan itu?"
Misalnya, di dalam komunikasi yang tidak baik dengan orang tua, teman, guru, atau
yang lainnya, konselor melihat atau mengukur kekurangan itu dengan kriteria yaitu suatu
kekurangan perhatian atau respon positif antara mereka.Dalam mengkongkritkan kekurangan
inisiatiíf pada konseli yang dicontohkan terdahulu, konselor dapat mengobservasikan
kekurangan itu dengan adanya ketidak mampuan konseli membuat langkah-langkah yang
berencana untuk membuat kemajuan jika kesempatan muncul. Karena itu dalam
mengkonkritkan kekurangan, konselor dapat menggunakan pola berikut: "Anda merasa
……… karena anda tidak bisa ………. Sebagaimana ditunjukkan oleh ……”
7

Contoh:
Konseli : "Saya tidak yakin bila saya sendiri dapat membuat keputusan penting
seperti itu.”
Konselor :"Anda merasa putus asa karena Anda tidak bisa mengenali kebutuhan Anda
sendiri sebagaimana ditunjukkan oleh ketidakmampuan Anda membuat
keputusan."

d. Mengonfrontasikan Kekurangan
Kadang-kadang konselor dapat melakukan personalisasi masalah melalui konfrontasi.
Konfrontasi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk :
1) Antara tingkah laku yang tidak sesuai dengan yang dikatakan;
2) Antara bagaimana konseli berkata dan merasa dengan bagaimana ia nampak;
3) Antara bagaimana konseli sekarang dengan bagaimana keinginannya;
4) Antara yang dipikirkan dengan tindakan;
5) Antara kekuatan dengan kelemahan.
Dalam membuat konfrontasi yang efektif biasanya menggunakan pola berikut: “Pada
satu pihak Anda berkata/merasa/melakukan ……… dan di lain pihak Anda
berkata/merasa/melakukan ………”Jika konfrontasi seperti itu dibuat dalam konteks
hubungan yang dipersonalisasikan maka pola responnya adalah sebagai berikut: "Anda
mengatakan bahwa anda merasa/melakukan .... dalam ketidakadaan Anda tentang ………
tetapi Anda tidak ……”
Perlu dicatat bahwa suatu konfrontasi yang efektif selalu di ikuti dengan respon konseli yang
efektif pula.Selain itu perlu diingat pula bahwa konfrontasi tidak selalu diperlukan dan tidak
pernah cukup.Namun jika dilakukan oleh seorang konselor yang efektif dapat pula menjadi
alat yang efisien untuk eksplorasi dan pemahaman masalah konseli lebih lanjut.
Contoh:
Konseli : "Saya rasa saya belum melakukan sesuatu rencana yang berarti. Saya
sebenarnya ingin segera terbebas dari masalah ini, tetapi saya malas."
Konselor : "Anda mengatakan bahwa Anda merasa menyesal atas tidak adanya inisiatif
Anda, tetapi Anda tidak melakukan apa-apa untuk itu."

3 . Mempersonalisasi Tujuan
Mempersonalisasi tujuan adalah tahap transisi yang paling sederhana. Karena jika
konselor telah mempersonalisasikan masalah secara efektif ia akan dapat
mempersonalisasikan tujuan dengan mudah. Caranya adalah dengan menentukan tingkah
laku yang merupakan kebalilkan dan masalah yang dipersonalisasikan. Dengan demikian
tujuan akan keinginan ditentukan oleh masalah atau difisit yang dihadapi sekarang. Tujuan
dapat dirumuskan sebagai isi lain dari masalah. Carkhuff (1988) menyatakan bahwa
mempersonalisasikan tujuan yang ingin dicapai konseli meliputi (a) Mangkonseptualisasikan
asset, (b) menginternalisasikan aset, (c) mengonkretkan aset, dan (d) mengkontrontasikan
aset. Uraian setiap jenis usaha mempersonalisasi tujuan itu dapat dilihat pada uraian di bawah
ini.
8

a. Mengonseptualisasikan Aset
Sebagaimana konselor mengkonseptualisasikan defisit, begitu juga halnya yang
harus dilakukan oleh konselor dalam mengkonseptualisasikan aset yang diinginkan.
Konselor hanya membalik saja pertanyaan berikut: Apa yang menyokong pada
pemecahan masalah itu? Biasanya konselor dapat menemukan aset yang diinginkan
konseli dengan secara langsung secara langsung membalikkan defisit.Jadi suatu aset
antar perorangan menyatakan secara tidak langsung sesuai aset antar
perorangan.Sama halnya, suatu ketiadaan insiatif menyatakan secara tidak langsung
aset inisiatif. Dalam mengkonseptualisasikan aset, konselor dapat menggunakan
format berikut:
“Anda merasa …………. Karena Anda tidak dapat ……… dan Anda ingin ……….”

Contoh:
Konseli : "Andaikan saya tidak menerima saja apa yang dikatakanmereka barangkali
nasib saya tidak sejelek ini. Tetapi bagaimana caranya.”
Konselor : "Anda merasa kecewa karena Anda tidak bisa berinisiatif dan Anda ingin
melakukan inisiatif."
b. Menginternalisasikan Aset
Kadang-kadang masih sangat sulit bagi konseli menginternalisasika aset yang
dinginkan.Konseli mungkin mengerti logikanya tetapi tidak mampu mangalami aset
itu.Untuk itu mungkin perlu mengeksplorasi dan memahami kembali agar mengetahui
benar potensi konseli untuk mengembangkan aset ini.Jadi konselor hendaknya
mewujudkan suatu dasar respon yang dapat saling dipertukarkan untuk
mengeksplorasi ketidakmampuan konseli mengintenalisasikan aset-aset potensinya.
Dalam menginternalisasikan aset yang diinginkan kita dapat menggunakan format
berikut: "Anda merasa ……… karena ……….. dan Anda benar-benar ingin belajar
…………..”
Contoh:
Konseli : "Andaikata saya tidak menerima begitu saja yang dikatakan mereka
barangkali nasib saya tidak sejelek ini. Tetapi bagaimana caranya?."
Konselor : "'Anda merasa kecewa karena Anda tidak bisa berinisiatif dan Anda benar-
benar ingin belajar berinisiatif."

c. Mengonkretkan Aset
Kita sebagai manusia ingin mengonkretkan potensi aset yang kita inginkan,
seperti halnya kita mengonkretkan defisit kita.Untuk itu kita memerlukan bantuan
ahlinya.Biasanya, konselor sebagai seorang ahli yang membantu konseli
mengonkretkan aset dapat melakukannya dengan membalikkan kriteria dari defisit
yang dikonkretkan.Misalnya dalam aset komunikasi yang menjadi kriteria adalah
adanya perhatian dan responsif.Begitu pula halnya dengan konseli, konselor dapat
mengukur aset inisiatif.konseli dengan melihat adanya kemampuan mengambil
langkah-langkah yang terprogram dalam waktu yang tepat. Untuk mengonkretkan aset
tersebut konselor dapat menggunakan format berikut "'Anda merasa ………. Karena
8

Anda tidak dapat ………. dan Anda benar-benar ingin ……… sebagaimana
ditunjukkan oleh ……”.
Contoh:
9

Konseli : "Benar. Jika saya tahu bagaimana cara membuat inisiatif maka tentunya
saya harus dapat membuat programnya dan melaksanakan program tersebut."
Konselor : "Anda merasa kecewa karena Anda tidak bisa berinisiatif dan Anda benar-
benar ingin belajar membuat inisiatif sebagaimana ditunjukkan oleh
kemampuan Anda mengembangkan rencana inisiatif dan melaksanakannya.

d. Mengonfrontasi kan Aset


Kadang-kadang konseli enggan berurusan dengan mereka Menurut Carkhuff (1983)
umumnya konseli lebih takut berhasil daripada gagal.Umumnya konseli telah terbiasa dengan
keagagalan.Dalan batas-batas tertentu konseli telah mengakomodasi kegagalan dalam
hidupnya dengan sernang. Jika layak dan merupakan cara yang terbaik, konselor dapat
mengkonfrontasikan kekuatan dan kelemahan, aset dan defisit, ucapan dan kenyataan, dan
sebagainya. Dalam melakukan konfrontasi ini konselor hendaknya menggunakan secara
akurat terhadap hasil dari konfrontasi itu.Semuanya ini dimaksudkan agar dapat melakukan
eksplorasi dan memahami kembali.Dan perlu diingat pula bahwa konfrontasi hanya efektif
dan efisien jika dilakukan oleh konselor yang terampil. Format yang digunakan untuk
konfrontasi ini adalah: "Anda berbakata bahwa ………… walaupun Anda telah ………”
Konseli : "Tetapi apakah saya bisa lulus UMPTN dan lalu diterima menjadi
mahasiswa Fakultas Kedokteran seperti yang saya cita-citakan."

Konselor : "Anda berkata bahwa Anda tidak yakin apakah bisa mencapai cita-cita,
walaupun Anda telah mengetahui kekuatan-kekuatan Anda untuk
mencapainya. “

4 . Keterampilan Mempersonalisasi Perasaan


Carkhuff (1983) menyatakan bahwa tahap berikutnya dalam membantu konseli
mamahami posisinya sekarang dan hubungannya dengan keinginan-keinginannya adalah
mempersonalisasi perasaan. Jika konselor telah mempersonalisasi arti dan masalah, maka
selanjutnya konselor perlu mengecek kembali untuk melihat apakah ia telah menggunakan
respon perasaan dengan tepat. Dengan kata lain, konselor akan bertanya dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan ini: "Apa implikasi dari arti dan masalah yang dipersonalisasikan bagi
perasaan konseli?" Secara lebih khusus lagi, konselor bertanya dan menjawab pertanyaan
"Seberapa jauh defisit yang dimiliki Konseli berpengaruh pada perasaannya?”.
Carkhuff (1983) menegaskan bahwa mempersonalisasi perasaan merupakan perluasan
dari mempersonalisasi arti, masalah, dan tuuan.Ini berarti bahwa dalam keterampilan
mempersonalisasi perasaan meliputi keterampilan mempersonalisasi perasaan tentang arti,
mempersonalisasi perasaan tentang kekurangan, dan mempersonalisasi perasaan tentang
tujuan.

a. Mempersonalisasi Perasaan Tentang Arti


Konselor harus terus mencek kembali apakah konseli konsisten dengan
pengalamannya.Hal itu dapat diketahui melalui perubahan perasaan konseli.Misalnya, sadar
bahwa dirinya telah ditinggalkan, konseli menjadi makin frustrasi atau sedih, bukan marah
pada orang orang lain. Karena itu jika konselor mempunyai respon perasaan yang benar-
10

benar akurat, konselor terus saja dengan pertanyaan perasaan: “Bagaimana pengaruh hal
itu pada perasaan saya?" Format yang digunakan dalam mempersonalisasi perasaan tentang
arti ini adalah “Anda merasa ……… karena Anda selalu …………”
Contoh:
Konseli : "Mungkin telah menjadi nasib saya. Tahun lalu dinyatakan lulus cadangan
ke lima, dan setelah para cadangan dipanggil hanya sampai cadangan ke empat
saja yang diterima. Dan sekarang ini saya dinyatakan diterima, tetapi karena
saya pulang kampung saya terlambat mendaftar dan saya ditolak.”
Konselor : "Anda merasa frustasi karena Anda selalu ketinggalan.”

b. Mempersonalisasi Perasaan Tentang Kekurangan


Mempersonalisasi perasaan tentang defisit menekankan respon pada bagaimana konseli
merasakan defisit mereka itu.Pada umumnya pengalaman konseli berupa perasaan kecewa
atau sedih. Dengan konselor terus mengajukan pertanyaan perasaan, "Bagaimana hal itu
mempengaruhi perasaan saya?", biasanya konselor mengakhiri dengan perasaan yang berisi
kekecewaan. Jadi misalnya, perasaan sakit atau terluka atau lemah biasanya menjadi perasaan
kecewa karena konseli kurang kemampuan untuk mengatasi situasi tersebut.Jadi konseli
merasa kecewa dalam dirinya karena gangguan dalam komunikasi. Sama halnya jika konseli
merasa kacewa akankekurangannya dalam berinisiatif. Dengan demikian format respon ini
adalah sebagai berikut: "Anda merasa …….. dalam diri Anda sendiri karena ……..”.
Contoh:
Konseli : "Saya marah sekali kepada mereka. Mula-mula mereka memberi
kesempatan, tetapi kemudianmencabutnya kembali."
Konselor : "Anda merasa kecewa dalam diri Anda sendiri karena kekurangan Anda
berinisiatif"

c. Mempersonalisasi Perasaan Tentang Tujuan


Seperti halnya mempersonalisasi perasaan tentang masalah, dilakukan pula usaha
mempersonalisasi perasaan tentang tujuan.Perasaan sedih biasanya menempel pada masalah,
sedangkan perasaan senang atau bahagia biasanya menyertai tujuan.Dengan demikian,
konseli biasanya menjadi penuh harapan mengenai masa depannya atau merasa senang
dengan diperolehnya arah dalam kehidupannya. Jika konselor terus menanyakan pertanyaan
empati "Bagaimana hal itu mempengaruhi perasaan saya?", konselor mungkin dapat
mengembangkan bebagai tingkatan perasaan gembira atau antusias. Dalam mempersonalisasi
perasaan tentang tujuan, konselor dapat menggunakan format berikut: "Anda merasa ……….
Karena Anda akan ……..”
Contoh :

Konseli : “Aha ……, saya baru mengetahui sekarang. Mestinya saya tidak tinggal
diam atas perlakuan mereka seperti itu.Saya harus cepat bertindak.Tetapi
bagaimana caranya.”
Konselor : "Anda merasa tak sabar lagi karena Anda ingin belajar membuat inisiatif."
11

Contoh Wawancara Konseling Tahap I Mempersonalisasi


Dalam contoh wawancara konseling tahap ll mempersonalisasi ini digunakan berbagai
keterampilan dasar pendukung seperti keterampilan mempersonalisasi arti, masalah, tujuan,
dan perasaan.
Dalam respon 1 - 3, konselor menggunakan keterampilan mempesonalisasi arti,
keterampilan mempersonalisasi tema umum, danketerampilan mempersonalisasi
pengalaman-pengalaman.

1. Konselor : “Anda merasa kecewa karena Anda tidak diberi kesempatan sedikitpun oleh
orangtua anda untuk melakukan sendiri sesuatu yang berguna bagi kemajuan anda.
Konseli : “Benar Pak. Mau belajar dirumah teman tidak boleh Mau mengambil kursus
bimbingan tes tidak ada uang, Mau pindah ke kota lain bersama nenek tidak
boleh.

2. Konselor : "Anda merasa jengkel karena berbagai hal selalu menghalangi Anda. Apakah
tidak ada usaha yang kamu lakukan untuk mengubah sikap orangtua itu?”.
Konseli : "Penah. Dua bulan yang lalu saya mengirim surat pada nenek agar mau
memberi pengertian pada orangtua saya. Hasilnya lumayan, saya boleh belajar
di rumah teman dan kalau saya terlambat pulang sekolah orangtua saya tidak
marah lagi. Tapi keadaan itu tidak berlangsung lama, karena seminggu lalu
orangtua saya melarang saya belajar dirumah teman dan janjinya
akanmemberi uang untuk kursus bimbingan tes dibatalkan. Katanya uangnya
tidak cukup.

3. Konselor : "Anda merasa sangat marah karena Anda telah dikhianati.”


Konseli : “Saya marah sekali pada mereka. Pertama mereka memberi kesempatan,
tetapi kemudian mereka mencabutnya kembali."

Dalam respon 4 - 7, konselor menggunakan keterampilan mempersonalisasi masalah,


terutama mengonseptualisasikan kekurangan, menginternalisasi kekurangan, dan
mengonfrontasikan kekurangan.

4. Konselor : "Anda merasa frustasi karena kesempatan telah hilang.”


Konseli : ” Ya. Saya tidak mempunyai kesempatan untuk belajar di luar rumah selain
di sekolah."

5. Konselor : "Anda merasa kecewa karena Anda tidak bisa membuat inisiatif untuk
menambah kesempatan belajar."
Konseli : “Saya tidak yakin apakah saya sendiri mampu membuat keputusan penting
seperti itu."

6. Konselor : "Anda merasa putus asa karena Anda tidak mengetahui kekuatan Anda
sendiri sebagaimana ditunjukkan oleh ketidak mampuan Anda membuat keputusan."
12

Konseli : ”Saya rasa saya baru minta tolong nenek untuk membujuk
orangtua.Sebenarnya saya ingin terbebas dari masalah saya ini.Tapi saya kok
belum ada inisiatif lagi."

7. Konselor : "Anda mengatakan bahwa Anda ingin segera keluar dari masalah Anda,
tetapi tidak lagi melakukan apa-apa untuk itu."
Konseli : " lya, ya. Kalau saja saya tidak takut dikatakan tidak patuh pada orangtua,
mungkin pikiran saya tidak sekecut ini.Tetapi bagaimana caranya."

Dalam respon 8 - 11, konselor merespon konseli dengan menggunakan keterampilan


mengonseptualisasikan aset, menginternalisasikan aset, mengonkretkan aset.

8. Konselor : "Anda merasa menyesal karena Anda tidak dapat berinisiatif dan Anda ingin
berinisiatif."
Konseli : " Benar Pak. Saya benar-benar ingin melaksanakan sesuatu agar pikiran saya
cerah dan bisa belajar dengan baik."

9. Konselor : "Anda merasa menyesal karena tidak dapat berinisiatif dan Anda benar-benar
ingin belajar berinisiatif."
Konseli : “ Benar. Jika saya tahu bagaimana cara membuat inisiatif maka tentunya
saya harus bisa membuat rencana kegiatan dan melaksanakan rencana itu.”

10. Konselor : "Anda merasa menyesal karena Anda tidak bisaberinisiatif dan Anda benar-
benar ingin belajar membuat inisiatif sebagaimana ditunjukkan oleh kemampuan Anda
membuat rencana dan melaksanakannya.”
Konseli : " Tetapi apakah saya bisa meyakinkar orangtua saya."

11. Konselor : "Anda berkata bahwa Anda ragu-ragu untukmeyakinkan orangtua, walaupun
Anda telah bertekad untuk belajar berinisiatif. Bagaimana ini?.”
Konseli : " Maksud saya, saya belum tahu cara meyakinkan orangtua.”
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Mempersonalisasikan arti adalah langkah pertama dalam membantu konseli


memahami kedudukannya saat ini dalam hubungannya dengan keinginan dan kebutuhan-
kebutuhannya. Konselor mempersonalisasi arti jika ia menghubungkan arti secara langsung
dengan pengalaman konseli.Konselor mempertanyakan mengapa pengalaman tersebut
penting bagi konseli. Dalam keterampilan mempersonalisasi arti ini ada tiga jenis variasi,
yaitu: (1) personalisasi tema umum, (2) internasilisasi pengalaman, (3) personalisasi
implikasi.

Keterampilan mempersonalisasi masalah dilakukan untuk membantu konseli


memahami apayang ia tidak dapat melakukan atau pecahkan.Dalam pelaksanaannya,
konselor menerima konseli untuk mengambil tanggung jawab bagi kehidupannya dan untuk
melihat dirinya sendiri sebagai sumber dari masalah-masalah mereka.

Keterampilan mempersonalisasi masalah ini meliputi (1) keterampilan


mengonseptualisasikan kekurangan, (2) keterampilan menginternalisasi kekurangan, (3)
Keterampilan mengonkretkan kekurangan, dan(4) keterampilan mengonfrontasikan
kekurangan.

Keterampilan mempersonalisasikan tujuan dapat dilakukan oleh konselor dengan


menentukan tingkah laku yang merupakan kebalikan dari masalah yang telah
dipersonalisasıkan.Dengan demikian tujuan ditentukan oleh masalah atau defisit yang
dihadapi konseli sekarang. Variasi atau jenis keterampilan yang digunakan dalam
mempersonalisasikan tujuan meliputi: (a) mengonseptualisasikan aset, (b)
menginternalisasikan aset, (c) mengkonkretkan aset, (d) mengonfrontasikan aset.

Keterampilan mempersonalisasi perasaan adalah salah satu teknik yang digunakan


konselor untuk membantu konseli memahami kedudukan saat ini dalam hubungannya dengan
keinginan-keinginannya.Upaya ini dilakukan setelah konselor mempersonalisasi arti,
masalah, dan tujuan.Adapun tujuan dari respon mempersonalisasi perasaan ini adalah, (selain
yang telah disebutkan di atas) untuk mengecek apakah konselor telah menggunakan respon
perasaan dengan tepat.Teknik yang digunakan dalam mempersonalisasi perasaan ini meliputi
tiga jenis, yaitu teknik mempersonalisasi perasaan yang berkaitan dengan arti, yang berkaitan
dengan kekurangan, dan yang berkaitan dengan tujuan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu,Soli, Manrihu.2009.Teknik dan Laboratorium konseling.Makassar: Badan Penerbit UNM


Makassar

13
14

Anda mungkin juga menyukai