MEMPERSONALISASI
MEMPERSONALISASI
(MEMPERSONALISASI) “
DOSEN PENGAMPUH :
2022/2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah Ta’ala, yang dengan
izin-Nya lah kita sentiasa diberikan kesehatan serta beribu nikmat yang tiada bandingannya
jika dibandingkan dengan ujian yang Dia berikan. Yang dimana dengan kemudahan dari-Nya
jugalah kita diberi kelancaran dalam penyusunan makalah ini. Kami selaku penyusun, sadar
bahwa tiada daya dan upaya melainkan semuanya berasal dari Allah Ta’ala yang Maha
Pemurah.
Shalawat serta salam tak lupa pula selalu terucap untuk sang pahlawan agama kita,
suri tauladan dalam berakhlak mulia dan sang pelopor cahaya islam. Baginda Rasulullah
ﷺ, yang dengan perjuangan Beliau lah hingga akhirnya kita bisa merasakan nikmat serta
manisnya sebuah keimanan.
Kemudian dari pada itu kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini banyak yang
membantu terhadap usaha kami, mengingat hal itu dengan segala hormat kami sampaikan
rasa terimah kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ibu Ratna Wulandari. S. Pd., M. Pd dan
teman-teman yang ikutberpartisipasi dalam penyelesaian makalah.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................10
BAB l.......................................................................................................................................11
PENDAHULUAN...................................................................................................................11
A. Latar Belakang......................................................................................................11
B. Rumusan Masalah...............................................................................................12
BAB II.....................................................................................................................................13
PEMBAHASAN.....................................................................................................................13
1.Mempersonalisasi Arti..............................................................................................13
2. Keterampilan Mempersonalisasi Masalah.............................................................16
3. Mempersonalisasi Tujuan........................................................................................18
4. Keterampilan Mempersonalisasi Perasaan............................................................20
BAB III....................................................................................................................................24
PENUTUP...............................................................................................................................24
A. Kesimpulan.............................................................................................................24
iii
BAB l
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
Dengan kata lain konseli menginformasikan pada konselor kesiapannya untuk pindah untuk
bergerak ketingkat berikutnya dengan mengerjakan atau berbuat untuk dirinya sendiri hal-hal
yang konselor telah perbuat untuk konseli.
Begitu konselor bergerak menuju personalisasi, konselor meniadi makin neningkat respon
empatinya. Di dalam praktek, hal ini berarti bahwa konselor menggunakan dasar komunikasi
yang dapat saling dipertukarkan untuk melampaui di luar apa yang dikatakan oleh koseli.
Konselor menggunakan arti dari ekspresi konseli untuk mempertimbangkan secara makin
baik implikasi-implikasi pribadi terhadap konseli.
Dalam hal dimensi respek, konselor mengomunikasikan secara makin meningkat
hormatnya secara positif terhadap "aset" yang telah ditunjukkan oleh konseli. Hal ini akan
menyediakan penguatan pada tingkah laku konseli yang konstruktif. Kaitannya adalah, bahwa
konselor akan menjadi makin ikhlas (genuine). Begitu konselor makin mengenal
konseli,konselor dapat membagıl pengalamannya secara tentatif pada konseli. Dalamhal
dimensi kekonkritan, konselor hendaknya dapat menjadi lebih spesifik dalam upaya
menemukan masalah dan tujuan yang ingin dicapai konseli.
B. RUMUSAN MASALAH
1
4
BAB II
PEMBAHASAN
1.Mempersonalisasi Arti
Mempersonalisasi arti adalah respon konselor yang memungkinkan konseli memahami
mengapa pengalaman yang ia alami itu penting bagi dirinya. Dengan demikian
mempersonalisasi arti adalah langkah pertama menuju pemahaman konseli tentang
kedudukannya dalam hubungannya dengantujuan yang mereka inginkan atau kebutuhan-
kebutuhan yang ingin mereka capai. Konselor mempersonalisasi arti jika ia menghubungkan
secara langsung arti dan pengalaman konseli. Dengan kata lain, konselor tidak tahu sama
sekali tentang mengapa pengalaman-pengalaman itu berarti bagi konseli.
Dalam merespon arti konselor menjawab pertanyaan "Apa situasinya dan bagaimana
konseli merasa tentang Situasi itu?” Atau dengan kata lainkonselor berusaha memperoleh
jawaban atas pertanyaan "Apa pengaruh situasi itu terhadap konseli?”
Dalam merespon perasaan dan isi konselor menggunakan format "Anda merasa …….
Karena …….”Format ini efektif karena konselor tidak tahu pengaruh situasi itu terhadap
pribadi konseli.Karena itu jika konselor menanyakan konseli untuk mempersonalisasi arti,
maka konselor meminta konseli untuk memahami mengapa pengalaman itu penting.Untuk itu
konselor menggunakan format. “Anda merasa …… karena anda …….
Contoh:
Konseli : "Saya marah pada mereka. Betapa tidak. Mula-mula mereka memberi saya
kesempatan, tetapi kemudian mereka mencabutnya lagi”.
Konselor : "Anda merasa geram karena Anda belajar sesuatu yang sangat berat yaitu
untuk tidak terburu-buru".
Menurut Carkhuff (1983) personalisasi arti meliputi tiga macam, yaitu personalisasi
tema umum, yang menyediakan dasar bagi pembuatan respon yang dipersonalisasi, (b)
internalisasi pengalaman, yang memungkinkan konseli memperhitungkan pengalaman-
pengalaman mereka, dan (c)personalisasi implikasi, yang memungkinkan konseli dapat
mengembangkan implikasi-implikasi pribadi baginya.
a. Personalisasi Tema Umum
Respon-respon personalisasi selalu diformulasikan dari "frames dan reference" konseli.
Respon-respon itu menunjukkan pengalaman konseli tentang dunia ini dalam membangun
4
b. Internalisasi Pengalaman
Tema umum dapat dipersonalisasi dengan menginternalisasi pengalaman-pengalaman
konseli. Tetapi apa yang dibicarakan konseli sering tidak hanya pengalaman-pengalaman
sendiri, tetapi juga pengalaman-pengalaman dengan orang ketiga. Misalnya: teman-
temannya, gurunya, orangtuanya, adik-adiknya, dan sebagainya. Terhadap orang ketiga ini
konselor tidak dapat berbuat apa-apa secara langsung.Dengan meng-Konsentrasikan kepada
orang ketiga ini, konseli mengeksternalisasi pengalan-pengalamannya.Untuk itu konselor
hendaknya membantu konseli menginternalisasikan pengalaman-pengalaman itu.Karena itu
konselor harus memusatkan pengalaman itu kepada konseli.
Dalam merespon arti digunakan format, "Anda merasa ..... karena …..Maka, jika
konselor bermaksud menginternalisasikan arti, ia dapat melakukan dengan memasukkan
konseli ke dalam respon tersebut, sehingga format respon menjadi sebagai barikut : “Anda
merasa ….. karena anda……”. Dalam format ini konselor dapat menginternalisasi
pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan berbagai masalah belajar dengan guru-
guru atau dalam masalah unjuk kerja dilingkungan pekerjaan. Misalnya, jika konseli
mengekspresikan pengalamannya tentang hilangnya kesempatannya memperoleh beasiswa
karena ada sabotase dari temannya, maka respon konselor adalah sebagai berikut:
Konseli : “Sialan. Mengapa dia tidak memberi tahu pada saya bahwa saya harus
memasukkan surat-surat yang dịperlukan untuk kelengkapan permohonan
beasiswa Supersemar itu.Akibatnya saya tidak jadi mernerima beasiswa tahun
ini, padahal dia tahu kehidupan saya yang serba kekurangan saat ini".
5
c. Personalisasi Implikasi
Unsur-unsur kunci dalam mempersonalisasi arti adalah mempertimbangkan implikasi-
implikasi pribadi bagi konseli.Konselor dapat melakukan hal ini dengan bertanya, "Mengapa
pengalaman itu penting bagi konseli" Dengan kata lain, konselor bertanya bagaimana
pengalaman-pengalaman konseli mempengaruhi dirinya.Ini berarti konselor perlu melihat ke
akibat-akibat dari pengalaman-pengalaman konseli itu. Karena itu di dalam mempersonalisasi
arti yang mengandung implikasi digunakan format berikut :
"Anda merasa .......... karena Anda selalu ……….. “.
Dengan demikian konselor dapat mempersonalisasi implikasi untuk berbagai jenis
pengalaman kehidupan, pengalaman belajar, dan pengalaman kerja. Misalnya dalam kasus di
mana konseli telah kehilangan kesempatan, konselor setelah mengajukan pertanyaan
implikasi pribadi ia dapat membuat suatu respon yang dipersonalisasikan terhadap
pengalaman konseli itu.
Konseli : “Saya marah sekali pada mereka. Mula-mula mereka memberi kesempatan,
tetapi kemudian mereka mencabutnya kembali."
Konselor : “Anda merasa geram karena Anda selalu ditinggalkan.
a. Mengonseptualisasikan Kekurangan-Kekurangan
Dalam mengonseptualisasikan kekurangan-kekurangan (defisit), konselor mengajukan
pertanyaan-pertanyaan: "Apa yang telah tidak ada yang menyebabkan masalah
tersebut?".Pertanyaan mengenai sumber masalah ini diajukan secara bebas. Hal ini semata-
mata merupakan usaha memastikan unsur-unsur yang hilang yang mungkin telah
menyebabkan masalah tersebut. Sebab orang mulanya sering tidak menyadari tentang unsur-
6
unsurapa yang mungkin ada pada diri kita yang menjadi sebab dari masalah. Untuk
mengetahui hal itu mungkin orang telah mencari informasi dari ahlinya dan orang-orang lain
yang dapat memberi petunjuk atau nasehat.
Misalnya, hubungan antar pribadi yang baik mungkin telah hilang karena rusaknya
komunikasi dengan orang tua kita, dengan teman, dengan guru-guru, atau dengan para
pekerja lainny.Didalam contoh yang pernah diberikan, yaitu konseli yang kehilangan
kesempatan, maka telah hilang pada konseli itu adalah inisiatif.Mungkin tidak ada orang yang
mengambil inisiatif untuk membuat kesempatan itu menjadi jelas baginya.Memang, dia tidak
mengambil inisiatif untuk memanfaatkan kesempatan yang ada. Dalam masalah ini konselor
dapat mengonseptualisasikan kekurangan itu dengan menggunakan format berikut : "Anda
merasa ........ karena ……………telah hilang.
Contoh :
Konseli : "Saya marah sekali pada mereka. Pertama mereka memberi kesempatan,
tetapi kemudian mereka mencabutnya kembali."
Konselor : “Anda merasa frustasi karena inisiatif telah hilang."
b. Menginternalisasikan Kekurangan-kekurangan
Konselor harus dapat melakukan usaha agar konseli dapat menginternalisasikan
kekurangan-kekurangannya.Ini berarti bahwa konselor membuat konseli mempertimbangkan
atau bertanggung jawab terhadap peranan mereka dalam kekurangan-kekurangan itu. Konseli
harus dirangsang sedemikian rupa sehingga ia menanyakan dan menjawab pertanyaan
internalisasi. "Apa yang ada pada saya yang menyebabkan masalah tersebut?" Untuk maksud
ini konselor dapat mengaunakan format "Anda merasa …….. karena Anda tidak bisa …….”.
Contoh:
Konseli : “Saya marah sekali pada mereka. Pertama, mereka memberi kesempatan,
tetapi kemudian mereka mencabutnya kembali.Jengkel saya dibuatnya.”
Konselor : "Anda merasa frustasi karena Anda tidak bisa mengambil inisiatif.”
c. Mengonkretkan Kekurangan
Usaha untuk mengkonkritkan kekurangan yang ada pada konseli adalah penting sekali.
Jika konselor bisa mengkonkritkan kekurangan itu makaia akan mampu mengkonkritkan
tujuan, dan dengan demikian memungkinkan tujuan tersebut dapat dicapai. Dalam
mengkonkritkan kekurangan yang ada pada konseli, konselor berusaha menjawab pertanyaan:
Bagaimana kita bisa melihat atau mengukur kekurangan itu?"
Misalnya, di dalam komunikasi yang tidak baik dengan orang tua, teman, guru, atau
yang lainnya, konselor melihat atau mengukur kekurangan itu dengan kriteria yaitu suatu
kekurangan perhatian atau respon positif antara mereka.Dalam mengkongkritkan kekurangan
inisiatiíf pada konseli yang dicontohkan terdahulu, konselor dapat mengobservasikan
kekurangan itu dengan adanya ketidak mampuan konseli membuat langkah-langkah yang
berencana untuk membuat kemajuan jika kesempatan muncul. Karena itu dalam
mengkonkritkan kekurangan, konselor dapat menggunakan pola berikut: "Anda merasa
……… karena anda tidak bisa ………. Sebagaimana ditunjukkan oleh ……”
7
Contoh:
Konseli : "Saya tidak yakin bila saya sendiri dapat membuat keputusan penting
seperti itu.”
Konselor :"Anda merasa putus asa karena Anda tidak bisa mengenali kebutuhan Anda
sendiri sebagaimana ditunjukkan oleh ketidakmampuan Anda membuat
keputusan."
d. Mengonfrontasikan Kekurangan
Kadang-kadang konselor dapat melakukan personalisasi masalah melalui konfrontasi.
Konfrontasi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk :
1) Antara tingkah laku yang tidak sesuai dengan yang dikatakan;
2) Antara bagaimana konseli berkata dan merasa dengan bagaimana ia nampak;
3) Antara bagaimana konseli sekarang dengan bagaimana keinginannya;
4) Antara yang dipikirkan dengan tindakan;
5) Antara kekuatan dengan kelemahan.
Dalam membuat konfrontasi yang efektif biasanya menggunakan pola berikut: “Pada
satu pihak Anda berkata/merasa/melakukan ……… dan di lain pihak Anda
berkata/merasa/melakukan ………”Jika konfrontasi seperti itu dibuat dalam konteks
hubungan yang dipersonalisasikan maka pola responnya adalah sebagai berikut: "Anda
mengatakan bahwa anda merasa/melakukan .... dalam ketidakadaan Anda tentang ………
tetapi Anda tidak ……”
Perlu dicatat bahwa suatu konfrontasi yang efektif selalu di ikuti dengan respon konseli yang
efektif pula.Selain itu perlu diingat pula bahwa konfrontasi tidak selalu diperlukan dan tidak
pernah cukup.Namun jika dilakukan oleh seorang konselor yang efektif dapat pula menjadi
alat yang efisien untuk eksplorasi dan pemahaman masalah konseli lebih lanjut.
Contoh:
Konseli : "Saya rasa saya belum melakukan sesuatu rencana yang berarti. Saya
sebenarnya ingin segera terbebas dari masalah ini, tetapi saya malas."
Konselor : "Anda mengatakan bahwa Anda merasa menyesal atas tidak adanya inisiatif
Anda, tetapi Anda tidak melakukan apa-apa untuk itu."
3 . Mempersonalisasi Tujuan
Mempersonalisasi tujuan adalah tahap transisi yang paling sederhana. Karena jika
konselor telah mempersonalisasikan masalah secara efektif ia akan dapat
mempersonalisasikan tujuan dengan mudah. Caranya adalah dengan menentukan tingkah
laku yang merupakan kebalilkan dan masalah yang dipersonalisasikan. Dengan demikian
tujuan akan keinginan ditentukan oleh masalah atau difisit yang dihadapi sekarang. Tujuan
dapat dirumuskan sebagai isi lain dari masalah. Carkhuff (1988) menyatakan bahwa
mempersonalisasikan tujuan yang ingin dicapai konseli meliputi (a) Mangkonseptualisasikan
asset, (b) menginternalisasikan aset, (c) mengonkretkan aset, dan (d) mengkontrontasikan
aset. Uraian setiap jenis usaha mempersonalisasi tujuan itu dapat dilihat pada uraian di bawah
ini.
8
a. Mengonseptualisasikan Aset
Sebagaimana konselor mengkonseptualisasikan defisit, begitu juga halnya yang
harus dilakukan oleh konselor dalam mengkonseptualisasikan aset yang diinginkan.
Konselor hanya membalik saja pertanyaan berikut: Apa yang menyokong pada
pemecahan masalah itu? Biasanya konselor dapat menemukan aset yang diinginkan
konseli dengan secara langsung secara langsung membalikkan defisit.Jadi suatu aset
antar perorangan menyatakan secara tidak langsung sesuai aset antar
perorangan.Sama halnya, suatu ketiadaan insiatif menyatakan secara tidak langsung
aset inisiatif. Dalam mengkonseptualisasikan aset, konselor dapat menggunakan
format berikut:
“Anda merasa …………. Karena Anda tidak dapat ……… dan Anda ingin ……….”
Contoh:
Konseli : "Andaikan saya tidak menerima saja apa yang dikatakanmereka barangkali
nasib saya tidak sejelek ini. Tetapi bagaimana caranya.”
Konselor : "Anda merasa kecewa karena Anda tidak bisa berinisiatif dan Anda ingin
melakukan inisiatif."
b. Menginternalisasikan Aset
Kadang-kadang masih sangat sulit bagi konseli menginternalisasika aset yang
dinginkan.Konseli mungkin mengerti logikanya tetapi tidak mampu mangalami aset
itu.Untuk itu mungkin perlu mengeksplorasi dan memahami kembali agar mengetahui
benar potensi konseli untuk mengembangkan aset ini.Jadi konselor hendaknya
mewujudkan suatu dasar respon yang dapat saling dipertukarkan untuk
mengeksplorasi ketidakmampuan konseli mengintenalisasikan aset-aset potensinya.
Dalam menginternalisasikan aset yang diinginkan kita dapat menggunakan format
berikut: "Anda merasa ……… karena ……….. dan Anda benar-benar ingin belajar
…………..”
Contoh:
Konseli : "Andaikata saya tidak menerima begitu saja yang dikatakan mereka
barangkali nasib saya tidak sejelek ini. Tetapi bagaimana caranya?."
Konselor : "'Anda merasa kecewa karena Anda tidak bisa berinisiatif dan Anda benar-
benar ingin belajar berinisiatif."
c. Mengonkretkan Aset
Kita sebagai manusia ingin mengonkretkan potensi aset yang kita inginkan,
seperti halnya kita mengonkretkan defisit kita.Untuk itu kita memerlukan bantuan
ahlinya.Biasanya, konselor sebagai seorang ahli yang membantu konseli
mengonkretkan aset dapat melakukannya dengan membalikkan kriteria dari defisit
yang dikonkretkan.Misalnya dalam aset komunikasi yang menjadi kriteria adalah
adanya perhatian dan responsif.Begitu pula halnya dengan konseli, konselor dapat
mengukur aset inisiatif.konseli dengan melihat adanya kemampuan mengambil
langkah-langkah yang terprogram dalam waktu yang tepat. Untuk mengonkretkan aset
tersebut konselor dapat menggunakan format berikut "'Anda merasa ………. Karena
8
Anda tidak dapat ………. dan Anda benar-benar ingin ……… sebagaimana
ditunjukkan oleh ……”.
Contoh:
9
Konseli : "Benar. Jika saya tahu bagaimana cara membuat inisiatif maka tentunya
saya harus dapat membuat programnya dan melaksanakan program tersebut."
Konselor : "Anda merasa kecewa karena Anda tidak bisa berinisiatif dan Anda benar-
benar ingin belajar membuat inisiatif sebagaimana ditunjukkan oleh
kemampuan Anda mengembangkan rencana inisiatif dan melaksanakannya.
Konselor : "Anda berkata bahwa Anda tidak yakin apakah bisa mencapai cita-cita,
walaupun Anda telah mengetahui kekuatan-kekuatan Anda untuk
mencapainya. “
benar akurat, konselor terus saja dengan pertanyaan perasaan: “Bagaimana pengaruh hal
itu pada perasaan saya?" Format yang digunakan dalam mempersonalisasi perasaan tentang
arti ini adalah “Anda merasa ……… karena Anda selalu …………”
Contoh:
Konseli : "Mungkin telah menjadi nasib saya. Tahun lalu dinyatakan lulus cadangan
ke lima, dan setelah para cadangan dipanggil hanya sampai cadangan ke empat
saja yang diterima. Dan sekarang ini saya dinyatakan diterima, tetapi karena
saya pulang kampung saya terlambat mendaftar dan saya ditolak.”
Konselor : "Anda merasa frustasi karena Anda selalu ketinggalan.”
Konseli : “Aha ……, saya baru mengetahui sekarang. Mestinya saya tidak tinggal
diam atas perlakuan mereka seperti itu.Saya harus cepat bertindak.Tetapi
bagaimana caranya.”
Konselor : "Anda merasa tak sabar lagi karena Anda ingin belajar membuat inisiatif."
11
1. Konselor : “Anda merasa kecewa karena Anda tidak diberi kesempatan sedikitpun oleh
orangtua anda untuk melakukan sendiri sesuatu yang berguna bagi kemajuan anda.
Konseli : “Benar Pak. Mau belajar dirumah teman tidak boleh Mau mengambil kursus
bimbingan tes tidak ada uang, Mau pindah ke kota lain bersama nenek tidak
boleh.
2. Konselor : "Anda merasa jengkel karena berbagai hal selalu menghalangi Anda. Apakah
tidak ada usaha yang kamu lakukan untuk mengubah sikap orangtua itu?”.
Konseli : "Penah. Dua bulan yang lalu saya mengirim surat pada nenek agar mau
memberi pengertian pada orangtua saya. Hasilnya lumayan, saya boleh belajar
di rumah teman dan kalau saya terlambat pulang sekolah orangtua saya tidak
marah lagi. Tapi keadaan itu tidak berlangsung lama, karena seminggu lalu
orangtua saya melarang saya belajar dirumah teman dan janjinya
akanmemberi uang untuk kursus bimbingan tes dibatalkan. Katanya uangnya
tidak cukup.
5. Konselor : "Anda merasa kecewa karena Anda tidak bisa membuat inisiatif untuk
menambah kesempatan belajar."
Konseli : “Saya tidak yakin apakah saya sendiri mampu membuat keputusan penting
seperti itu."
6. Konselor : "Anda merasa putus asa karena Anda tidak mengetahui kekuatan Anda
sendiri sebagaimana ditunjukkan oleh ketidak mampuan Anda membuat keputusan."
12
Konseli : ”Saya rasa saya baru minta tolong nenek untuk membujuk
orangtua.Sebenarnya saya ingin terbebas dari masalah saya ini.Tapi saya kok
belum ada inisiatif lagi."
7. Konselor : "Anda mengatakan bahwa Anda ingin segera keluar dari masalah Anda,
tetapi tidak lagi melakukan apa-apa untuk itu."
Konseli : " lya, ya. Kalau saja saya tidak takut dikatakan tidak patuh pada orangtua,
mungkin pikiran saya tidak sekecut ini.Tetapi bagaimana caranya."
8. Konselor : "Anda merasa menyesal karena Anda tidak dapat berinisiatif dan Anda ingin
berinisiatif."
Konseli : " Benar Pak. Saya benar-benar ingin melaksanakan sesuatu agar pikiran saya
cerah dan bisa belajar dengan baik."
9. Konselor : "Anda merasa menyesal karena tidak dapat berinisiatif dan Anda benar-benar
ingin belajar berinisiatif."
Konseli : “ Benar. Jika saya tahu bagaimana cara membuat inisiatif maka tentunya
saya harus bisa membuat rencana kegiatan dan melaksanakan rencana itu.”
10. Konselor : "Anda merasa menyesal karena Anda tidak bisaberinisiatif dan Anda benar-
benar ingin belajar membuat inisiatif sebagaimana ditunjukkan oleh kemampuan Anda
membuat rencana dan melaksanakannya.”
Konseli : " Tetapi apakah saya bisa meyakinkar orangtua saya."
11. Konselor : "Anda berkata bahwa Anda ragu-ragu untukmeyakinkan orangtua, walaupun
Anda telah bertekad untuk belajar berinisiatif. Bagaimana ini?.”
Konseli : " Maksud saya, saya belum tahu cara meyakinkan orangtua.”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
13
14