Anda di halaman 1dari 27

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL) BIMBINGAN PERKAWINAN

MANDIRI KUA KECAMATAN UMBULHARJO

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)


BIMBINGAN PERKAWINAN MANDIRI
KUA KECAMATAN UMBULHARJO

A Komponen Layanan Dasar


B Bidang Layanan Pribadi dan Sosial
C Topik / Tema Layanan Membangun Keluarga Harmonis
D Fungsi Layanan Pemahaman dan Pencegahan
E Tujuan Umum Calon pengantin dapat membangun dan mengelola
keluarga yang mempunyai pondasi yang kokoh
F Tujuan Khusus 1. Calon pengantin dan pasangan suaidapat
mempersiapkan mental dalam membina keluarga
2. Calon pengantin dapat menghadapi masalah dalam
membina rumah tangga
G Sasaran Layanan Calon Pengantin dan Pasangan Suami Istri
H Materi Layanan 1. 7 kunci membangun keluarga harmonis
2. 5 masa kritis pernikahan
I Waktu 1 Kali Pertemuan x 90 Menit
J Sumber Materi 1. Slamet, dkk 2016, Materi Layanan Klasikal
Bimbingan dan Konseling untuk SMP-MTs kelas 7,
Yogyakarta, Paramitra
2. Triyono, Mastur, 2014, Materi Layanan Klasikal
Bimbingan dan Konseling bidang sosial,
Yogyakarta, Paramitra
3. Eliasa Imania Eva, Suwarjo.2011.Permainan
(games) dalam Bimbingan dan
Konseling.Yogyakarta: Paramitra
K Metode/Teknik Ceramah, Diskusi dan tanya jawab
L Media / Alat Power point dan Papan Tulis
M Pelaksanaan
1 Tahap Uraian Kegiatan
Awal/Pendahuluan
a. Pernyataan 1. Membuka dengan salam dan berdoa
Tujuan 2. Membina hubungan baik dengan catin (presensi,
menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice
breaking)
3. Menyampaikan tujuan layanan materi layanan
binwin
a. Penjelasan 1. Memberikan langkah-langkah kegiatan, tugas dan
tentang langkah- tanggung jawab catin
langkah kegiatan 2. Kontrak layanan (kesepakatan layanan), hari ini
kita akan melakukan kegiatan selama 1 jam 30
menit pelayanan, kita sepakat akan melakukan
dengan baik.
b. Mengarahkan Konselor memberikan penejelasan tentang topik yang
kegiatan akan dibicarakan
(konsolidasi)
c. Tahap peralihan Konselor menanyakan kesiapan catin melaksanakan
( Transisi) kegiatan, dan memulai ke tahap inti
2 Tahap Inti
1a. Kegiatan catin 1. Catin menceritakan kesiapan dalam berumah
tangga
2. Catin menyebutkan bagaimana cara mengelola
rumah tangga yang baik
3. Catin menanyakan yang belum diketahui
4. Catin mendiskusikan dgn kelompok masing-
masing
5. Setiap kelompok mempresetasikan tugasnya
kemudian kelompok lain menanggapinya, dan
seterusnya bergantian sampai selesai
b. Kegiatan Guru 1. Konselor mengajak curah pendapat dan tanya
BK/Konselor jawab
2. Konselor membagi kelas menjadi 6 kelompok, 1
kelompok 5- 6 orang
3. Konselor memberi tugas kepada masing-masing
kelompok
3 Tahap Penutup 1. Konselor mengajak catin membuat kesimpulan
yang terkait dengan materi layanan
2. Konselor mengakhiri kegiatan dengan berdoa dan
salam
N Evaluasi
1 Evaluasi Proses Konselor melakukan evaluasi dengan memperhatikan
proses yang terjadi :
1. Melakukan Refleksi hasil, setiap catin menuliskan
di kertas yang sudah disiapkan.
2. Sikap atau antusias catin dalam mengikuti kegiatan
3. Cara catin dalam menyampaikan pendapat/bertanya
4. Cara catin memberikan penjelasan dari pertanyaan
konselor
2 Evaluasi Hasil Evaluasi setelah mengikuti kegiatan klasikal, antara
lain :
1. Merasakan suasana pertemuan :
menyenangkan/kurang menyenangkan/tidak
menyenangkan.
2. Topik yang dibahas : sangat penting/kurang
penting/tidak penting
3. Cara konselor menyampaikan : mudah
dipahami/tidak mudah/sulit dipahami
4. Kegiatan yang diikuti : menarik/kurang
menarik/tidak menarik untuk diikuti

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Uraian materi
Mengetahui Yogyakarta, November 2019
Kepala KUA Kecamatan Umbulharjo Praktikan/ Mahasiswa PPL

H. Handdri Kusuma, S.Ag., M.Si. Triska Aulia Viranti


NIP. 196910271998031002 Nim. 18713251041
MATERI
A. Membina Keluarga Harmonis
Keluarga harmonis adalah mimpi setiap pasangan. Ketika melangkah memasuki gerbang
pernikahan, kita membayangkan sebuah kehidupan yang begitu menyenangkan dengan
seseorang yang amat kita cintai. Pernikahan tidak hanya memiliki sisi menyenangkan,
melainkan juga menuntut adanya pengorbanan. Pengorbanan demi pengorbanan yang kita
jalani dari waktu ke waktu sepanjang usia pernikahan kerap menimbulkan rasa letih. Ada
kalanya kita merasa teramat letih dan membiarkan ego menguasai diri kita. Kemudian
pertengkaran demi pertengkaran pun mulai mewarnai pernikahan. Kata sepakat menjadi hal
yang sulit untuk dicapai. Hingga tanpa sadar kita telah meletakkan pernikahan persis di ujung
tanduk.
Pada titik ini banyak sekali pasangan yang memilih menyerah dan menerima perpisahan
sebagai jalan terbaik, dengan mengabaikan anak-anak yang menjadi korban dari ego kedua
orangtuanya. Namun, satu hal yang harus kita tahu, pernikahan kritis tidak harus berakhir
dengan sebuah perceraian. Dengan komitmen yang kuat, kita bisa menyelamatkan sebuah
pernikahan yang berada di ujung tanduk dan mewujudkan keluarga harmonis yang diidam-
idamkan. Cara-cara mewujudkan keluarga harmonis:

1. Menerima kelebihan dan kekurangan pasangan


Tidak ada manusia yang sempurna, begitu pun diri kita dan pasangan kita. Alangkah
tidak adilnya bila kita hanya menerima sisi positif pasangan dan menolak sisi negatifnya.
Penerimaan kita terhadap kekurangan pasangan akan meredam ketegangan yang kerap muncul
dalam pernikahan. Sering-seringlah mengingat kelebihan pasangan, agar kita bisa senantiasa
menghidupkan rasa cinta dalam hati dan meminimalisir pertengkaran.

2. Memaafkan dan melupakan kesalahan pasangan di masa lalu


Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan, baik kesalahan kecil maupun besar.
Memaafkan dan melupakan kesalahan pasangan di masa lalu bukanlah hal yang mudah. Namun
bila kita telah berkomitmen untuk mempertahankan pernikahan, maka memaafkan dan
melupakan kesalahan pasangan merupakan salah satu jalan untuk membina keluarga harmonis.

3. Jalin komunikasi
Banyak sekali pernikahan yang berakhir hanya karena kita lalai menjaga kehangatan
komunikasi. Di masa sekarang, fasilitas internet memudahkan kita berinteraksi dengan
berbagai orang, termasuk dengan orang-orang di masa lalu. Akibatnya, kita sering lupa
menjalin komunikasi dengan pasangan. Tanpa komunikasi kita tak mungkin bisa memahami
pasangan dengan baik. Akhirnya hubungan kita semakin renggang, bahkan menjadi asing satu
sama lain. Maka bila ingin membangun keluarga harmonis, redamlah ego, dan mulailah
sapalah dia. Ini memang berat pada mulanya, tetapi efektif untuk menyatukan hati.Tanpa
komunikasi kita tak akan bisa menyentuh hatinya dan memahami persoalan yang
membelenggu dirinya.

4. Meminta maaf terlebih dahulu


Merasa diri paling benar dan sikap menyalahkan pasangan adalah jalan termudah untuk
mengakhiri sebuah pernikahan. Kita bisa merancang semua alasan untuk membenarkan sikap
kita. Namun tahukah, si Dia pun memiliki sejuta alasan untuk mempertahankan egonya.
Lantas, demi komitmen untuk menciptakan keluarga harmonis, mengapa tidak jika kita yang
meminta maaf terlebih dahulu. Meminta maaf tidak membuat kedudukan kita menjadi rendah
di matanya, sebaliknya, akan memecahkan kebekuan yang telah terbentuk sebelumnya.
Menghindari berburuk sangka pada pasangan merupakan salah satu cara mewujudkan keluarga
harmonis.

5. Hindari berburuk sangka


Tuduhan yang tidak mendasar sering kali menjadi pemicu sebuah pertengkaran dalam
rumah tangga. Menghindari berburuk sangka pada pasangan akan membuat kita rileks dalam
menjalani kehidupan dan membuat kita fokus untuk membina keluarga harmonis.

6. Memperbaiki diri
Kita tidak bisa mengharapkan orang lain berubah, tanpa terlebih dahulu kita yang
mengubah diri sendiri. Sebagaimana pasangan kita yang tak sempurna, sesungguhnya kita pun
jauh dari sempurna. Boleh jadi sikap dan kebiasaan buruk yang kita miliki – dan sering tidak
kita sadari-merupakan satu sebab yang memicu timbulnya perselisihan.

7. Jangan menutup diri


Tidak ada pernikahan yang sempurna dan tanpa perselisihan. Ada kalanya perselisihan
itu berujung pada pertengkaran-pertengkaran hebat yang membuat kita berpikir untuk
mengakhiri pernikahan.Jika hal itu yang terjadi pada pernikahan, tak ada salahnya
membicarakan masalah yang kita hadapi pada pihak ketiga. Bicaralah pada orang yang kita
percaya mampu bersikap adil dan bisa memberi solusi atas kondisi yang kita hadapi.
Kita bisa menceritakan pada sahabat terdekat, atau konsultan pernikahan. Dengan
melakukannya, beban yang kita rasakan akan terasa lebih ringan.

8. Utamakan kebahagiaan anak


Anak bisa sumber kebahagiaan, akan tetapi bisa juga menjadi sumber percekcokan bagi
orangtuanya. Meskipun demikian, sudah menjadi tanggung jawab dan kewajiban orangtua
untuk memberikan kehidupan yang tenang, tentram dan menyenangkan bagi buah hatinya.
Bila kata cerai sudah di ujung lidah, ada baiknya kita berpikir ulang demi masa depan anak-
anak. Bukankah anak selalu menjadi korban dalam sebuah perceraian,Ingatlah dampak
perceraian yang kerap menimbulkan masalah dalam proses tumbuh kembang anak.

9. Berdoa
Mendekatkan diri pada Sang Pencipta serta berdoa, merupakan salah satu cara untuk
menyelamatkan sebuah pernikahan dan membentuk keluarga harmonis. Hanya dengan
memiliki keyakinan dan bersandar pada kekuatan Tuhan, kita mampu bertahan dan menjalani
kehidupan pernikahan dengan baik.

10. Saling Bersikap Jujur dan Terbuka Terhadap Pasangan


Keterbukaan dan kejujuran memang sesuatu yang penting bagi kelangsungan sebuah
keluarga. Jika Anda menyadari hal ini seharusnya Anda tak perlu kompromi lagi untuk selalu
terbuka dan jujur terhadap pasangan. Meskipun mungkin sesuatu yang akan dinyatakan itu
pahit namun percayalah bahwa hal ini akan semakin membuat peluang terciptanya keluarga
harmonis semakin besar. Dan keuntungan lain jika Anda selalu bersikap jujur dan terbuka ini
maka pasangan yang mungkin awalnya tidak terbiasa akan ikut terbawa dan akhirnya mau
bersikap jujur dan terbuka juga.

11. Saling Berusaha Menciptakan Suasana yang Menyenangkan dalam Keluarga


Dalam sebuah keluarga suasana kegembiraan memang manjadi sebuah hal yang
mestinya selalu ada. Namun karena manusia yang memiliki berbagai karakter dan kepribadian,
suasana kegembiraan dan kesenangan tidak bisa terwujud setiap saat. Memang seiring dengan
waktu berjalannya rumah tangga, sebuah keluarga semakin jarang menemukan kesenangan
diantara pasangan dan atau dengan keluarga. Maka dari itu inilah tantangan yang harus
dihadapi setiap keluarga. Lalu bagaimana caranya untuk bisa menciptakan suasana
menyenangkan ini, Ada banyak hal yang sebenarnya bisa dilakukan. Hal yang paling realistik
dilakukan adalah membuat suasana yang selalu baru dan tidak monoton di setiap hari atau
minggunya.

12. Hindari Sikap Emosional dan Egois dalam Menghadapi Masalah Keluarga
Sebagai manusia, setiap pasangan memang akan memiliki emosi sendiri-sendiri. Sisi
emosi ini ada yang bisa meletup dan meledak jika memang pasangan tidak mengendalikannya.
Nah ketika emosi seseorang ini tak terkendali, sebuah keluarga bisa jadi kemudian berlangsung
tidak harmonis. Nah dari sini pengendalian emosi saat terjadi perdebatan diantara pasangan
memang harus bisa dikendalikan sedemikian rupa. Hal ini bisa mulai dari diri Anda. Redam
dan mengalah saat terjadi debat kusir dengan pasangan. Mengalah bukan berarti kalah, Anda
hanya menyimpan sesuatu yang bisa berbahaya jika Anda tak mengalah. Jika Anda mau
konsisten bersikap demikian, maka pasangan lama-lama akan juga mengikuti sikap Anda
tersebut.

13. Membuat Komitmen Jangka Panjang dengan Pasangan


Menikah dan menjalankan sebuah rumah tangga memang membutuhkan komitmen dari
pasangan. Komitmen adalah sebuah cara untuk saling meneguhkan sikap dan pandangan serta
pegangan satu sama lain. Komitmen ini dilakukan untuk sebuah masa depan sebuah keluarga
di masa depan untuk jangka panjang. Maka jika Anda memang sangat serius dengan
keharmonisan rumah tangga, Anda memang harus membuat komitmen jangan panjang dengan
pasangan Anda. Bagaimana caranya membuat komitmen? Anda dan pasangan harus berbicara
terbuka dan menyampaikan pendapat untuk saling diterima dan dipegang teguh ketika
menjalankan hubungan rumah tangga. Dengan adanya komitmen yang kemudian saling
disepakati oleh kedua belah pihak, maka kemungkinan besar keharmonisan dalam keluarga
akan tercipta.

14. Mengutamakan Kebersamaan dalam Keluarga


Jika Anda sudah memiliki anak, maka usahakan untuk mengutamakan atau
memprioritaskan waktu kebersamaan dalam keluarga. Jangan terlalu larut dalam pekerjaan
hingga kemudian mengakibatkan keluarga menjadi terabaikan. Membuat waktu berkumpul dan
beraktivitas bersama keluarga minimal seminggu sekali sudah cukup untuk sebuah keluarga
untuk menjaga keharmonisan keluarga. Akhir pekan adalah waktu yang paling pas untuk
sebuah keluarga melakukan kegiatan dan aktivitas bersama di dalam atau di luar rumah.

15. Bijak dan Tegas dalam Menghadapi Masalah


Dalam mengarungi sebuah rumah tangga memang sebuah pasangan atau keluarga tak
akan pernah luput dari masalah atau cobaan. Nah untuk menciptakan sebuah keluarga yang
harmonis, ketika ditimpa masalah, Anda sebagai kepala keluarga harus mampu bersikap tegas
dan selalu berpedoman pada ajaran agama. Agama memang akan selalu menjadi solusi dan
jalan keluar yang paling baik bagi setiap insan manusia.

16. Tidak Membawa Masalah dari Luar ke Dalam Rumah


Setiap pasangan yang memiliki kegiatan diluar memang bisa jadi memiliki permasalahan
diluar rumah tangga. Maka dari itu bila Anda seorang yang memiliki masalah di luar rumah
tangga, alangkah baiknya Anda tak membawa problematika yang ada di luar tersebut ke dalam
rumah tangga. Mengapa demikian? Ini karena permasalahan yang di bawa ke dalam rumah
tangga akan membuat keharmonisan keluarga bisa jadi goyah dan hancur. Maka dari itu saat
Anda sudah pulang ke rumah, ada baiknya Anda fokus saja ke keluarga. Urusan pekerjaan bisa
Anda pikirkan nanti saja ketika bekerja. Jika mungkin Anda membawa urusan kantor ke rumah,
Anda harus bisa mengatur waktu untuk urusan atau masalah kantor tersebut.

17. Berikan Perhatian Penuh Kepada Anak


Bagi Anda yang sudah memiliki anak, Anda harus mampu memberikan perhatian yang
penuh pada anak-anak Anda. Jadi sesibuk apapun Anda, sudah seharusnya Anda mampu
menyediakan waktu untuk anak-anak Anda. Buat dan jadwalkan waktu Anda dalam sehari
untuk putra-putri Anda. Sedikit waktu yang Anda luangkan sangat berarti bagi anak-anak
Anda. Dengan memberikan perhatian pada anak-anak Anda maka keharmonisan hidup akan
semakin mudah tercapai untuk diwujudkan.

18. Biasakan Gaya Hidup Sehat dalam Keluarga


Hidup sehat memang akan menjadi dambaan setiap orang. Bagi Anda yang sudah
berkeluarga hidup sehat ini seharusnya bisa Anda terapkan. Dengan keluarga yang yang suka
dengan gaya hidup sehat maka Anda berpeluang untuk menciptakan keluarga yang harmonis.
Keharmonisan rumah tangga memang bisa diwujudkan dari cara hidup sehat. Karena saat hidup
sehat ini menjadi tradisi dalam keluarga maka akan banyak kegiatan bersama yang dilakukan
keluarga seperti jogging, olahraga, dan lain sebagainya.
19. Pilih Lokasi Tempat Tinggal yang Baik untuk Keluarga
Saat akan memilih rumah untuk keluarga dan rumah tangga, seharusnya Anda harus
mempertimbangkan lokasi tempat tinggal yang ada. Ini karena lokasi rumah akan berpengaruh
pada pola keharmonisan sebuah keluarga. Lingkungan memang akan berpengaruh pada diri
Anda dan anggota keluarga. Jika Anda berada di lingkungan yang baik maka kepribadian Anda
dan anggota keluarga juga akan ikut baik. dan ketika kepribadian Anda dan anggota keluarga
menjadi baik, maka keharmonisan keluarga akan akan mudah untuk diwujudkan.

20. Menjalin Silaturahmi dengan Keluarga Pasangan


Jangan lupa untuk membuat jalinan atau hubungan yang baik dengan keluarga mertua
Anda. Ini karena hakikat sebuah pernikahan bukan hanya menyatukan dua insan, namun juga
menyatukan dua keluarga. Maka dari itu menjalin hubungan baik dengan keluarga mertua
adalah hal yang tidak bisa Anda lupakan. Lalu bagaimana caranya untuk menjalin hubungan
yang baik dengan keluarga mertua ini, Anda bisa melakukannya dengan selalu berkomunikasi
dan silaturahmi yang baik ditiap-tiap waktunya.

21. Perhatikan Lingkungan Sekitar dan Bersosialisasilah dengan Baik


Terakhir, tips untuk menjaga keluarga harmonis adalah dengan memperhatikan
lingkungan sekitar dan melakukan sosialisasi dengan baik. Ingat jika lingkungan yang Anda
pilih sudah baik, Anda tidak boleh menyia-nyiakannya. Anda harus bisa bersosialisasi dengan
lingkungan tersebut dengan baik. Jika Anda mampu bersosialisasi dengan baik maka Anda
akan mampu membuka peluang keharmonisan keluarga Anda. Karena seseorang yang suka
bersosialisasi umumnya akan disukai oleh masyarakat dan akan dijaga kemananan dan
kenyamanannya.

B. Masa Krisis Pernikahan


1. Tahun pertama pernikahan: Tahap realisasi
Rita DeMaria, seorang terapis perkawinan dan keluarga, menyebut krisis tahun pertama
pernikahan sebagai “tahap realisasi.” Masa ini terjadi setelah 6-12 bulan hidup bersama. Pesona
pertama jatuh cinta menghilang. Anda mulai melihat pasangan sebagaimana adanya dengan
semua kelemahan. Kadang-kadang kebiasaan yang tidak menyenangkan juga muncul.
“Saatnya belajar dan bekerja sebagai tim,” kata DeMaria. Yang harus Anda lakukan, jika Anda
belum mendiskusikan masalah serius seperti keuangan, anak-anak, kunjungan kerabat, waktu
luang, dan lain-lain. Psikolog Beverly Hayman menyarankan, perlu berbicara jujur tentang
prioritas menjalani rumah tangga dalam ikatan pernikahan. Penting untuk mencapai
kesepakatan segala hal yang akan dijalani bersama

2. 3-4 tahun pernikahan: Zona nyaman berbahaya


Penelitian di antara 2.000 pasangan suami istri Inggris menunjukkan, dalam 3,5 tahun,
pasangan mulai menganggap satu sama lain sebagai hal yang biasa. Lalu berhenti mengatakan
"Aku mencintaimu" satu sama lain. Sepasang suami istri menemukan “zona nyaman” sendiri.
Ini adalah perasaan aman dan tenang yang luar biasa, tapi ada juga hal-hal yang tidak
menyenangkan malah menjadi normal dalam hidup, seperti tidak menutup pintu toilet saat
buang air kecil. Anda sebaiknya menjaga tingkat emosional tertentu dalam hidup. Saling
memuji satu sama lain lebih sering. Jika Anda melihat ada masalah, mulailah percakapan
dengan lembut tanpa tuduhan.

3. 5-7 tahun pernikahan:


Ada istilah tertentu dalam psikologi Barat, yang disebut "gatal tujuh tahun (seven-year
itch)", yang berarti tujuh tahun yang membuat gatal. Ini adalah salah satu periode paling
penting dalam setiap pernikahan. Pada masa ini, pasangan punya kehidupan yang baik dan
hubungan yang menetap.
Beverly Hayman mengingatkan, minat dan daya tarik seksual terhadap satu sama lain bisa
menurun karena rutinitas. Namun, tampaknya para pasangan tahu segalanya tentang satu sama
lain. Terkadang pasangan membuat keputusan untuk memiliki anak pertama (atau anak kedua)
demi menyelamatkan pernikahan mereka.
Robert Taibbi, terapis keluarga menyarankan, jaga komunikasi tetap terbuka. Misal, tanya
kabar, "Bagaimana harimu?" dengan lembut. Diskusikan masa depan hubungan. Rencana apa
yang Anda miliki untuk tahun depan, atau 5 atau 10 berikutnya. Kuncinya adalah keterbukaan
dan kejujuran.

4. 10-15 tahun pernikahan: Usia pernikahan yang sulit


Sesuai dengan penelitian terbaru, 10 tahun adalah ambang paling sulit dalam pernikahan.
Sebanyak 2.000 wanita dari AS yang diwawancarai mengatakan, tahun ke-11 pernikahan
khususnya, merupakan masa yang paling sulit. Wanita mengalami banyak sekali tanggung
jawab selama periode waktu ini. Di tengah-tengah kesibukan, mereka harus merawat anak-
anak yang sudah beranjak remaja. Tak ayal, mereka kekurangan waktu sehingga kualitas
hubungan menurun. Kabar baiknya adalah jika Anda mengatasi periode waktu ini, kepuasan
hubungan akan terus meningkat selama 20 tahun ke depan. Ahli terapi keluarga, Dana Fillmore
dan Amy Barnhart menyarankan, agar Anda menyertakan humor dalam hubungan. Harus lebih
sering tertawa bersama.

5. 20-30 tahun pernikahan: Krisis paruh baya dan perceraian


Krisis pernikahan ini efeknya meningkat karena anak-anak tumbuh dan mulai
meninggalkan rumah keluarga, sementara pasangan ditinggal sendiri, seperti di awal hubungan
pernikahan. Pasangan mungkin merasa pernikahan mereka 'kosong' karena misi utamanya telah
selesai: membesarkan dan membuat anak mandiri. Perceraian pun meningkat. Yang harus
Anda lakukan, jangan menjauh satu sama lain. Carilah makna lain dari keberadaan Anda
sebagai pasangan.

LAMPIRAN 3 : BIMBINGAN PRANIKAH DAN KONSELING INDIVIDUAL

LAPORAN
PRAKTIK KONSELING INDIVIDUAL

A. Identitas Konseli (disamarkan)


Nama :R
Umur : 37 tahun
Jenis : Perempuan
Kelamin
Agama : Islam
Alamat : Jl. Cendana, Yogyakarta

B. Deskripsi masalah yang dikeluhkan (profil NAS).


R merupakan ibu dari 1 orang anak yang bekerja sebagai penjaga parkir disalah satu
warung makan. R tidak pernah dinafkahi lagi oleh suaminya. R telah pisah ranjang dengan
suaminya. Selama 3 tahun R tidak pernah dinafkahi oleh suaminya. Permasalahan dimulai pada
tahun 2016, R bekerja di Kalimantan meninggalkan suami dan anaknya dikarenakan
permasalahan ekonomi, dan terjadilah perselingkuhan yang dilakukan suami R.
Perselingkuhan yang dilakukan oleh suami R, menyebabkan munculnya keyakinan yang
irasional seperti “suami saya pasti diguna-guna oleh wanita itu”. Dampak dari perselingkuhan
itu R sering mengalami gangguan-gangguan emosional seperti sedih,kecewa, dan marah.
Akhirnya R kembali kerumah, namun suami R tidak pernah kembali lagi ke rumah.
Akhirnya R mengetahui keberadaan suaminya. Suaminya selingkuh bersama perempuan lain.
Perempuan itu merupakan tetangga yang tinggal satu desa dengan suaminya. Hubungan suami
R dan perempuan sudah mulai terjalin diam-diam ketika R bekerja di kalimatan. R sering
mendapatkan laporan dari keluarganya jika suaminya sering menelantarkan anaknya. Pada
akhirnya R pulang ke Yogayakarta untuk memperbaiki semuanya. Namun tidak bertahan lama
suaminya memilih untuk tinggal bersama wanita lain. R berpikir juga suaminya di guna-guna
oleh perempuan itu. Suaminya dikenal rajin ibadah dan baik hati. Namun setelah bertemu
dengan wanita itu suaminya berubah. Suatu saat R pernah berpikir untuk mengakhiri hidupnya
karena tidak sanggup lagi menjalani hidup ini dikarenakan suaminya tidak ingin kembali lagi
bersamannya.
R menahan dan masih memberi kesempatan kepada suaminya jika ingin kembali bersama
R dan anaknya. R selalu mencoba untuk menghubungi suaminya namun tidak ada respon dari
suaminya. R juga pernah menghubungi selingkuhan suaminnya agar menjauhi suaminya,
namun selingkuhan suaminya tidak ingin menjauhi suaminnya. Sampai saat ini suami R tetap
tidak ingin kembali kepada keluarganya.

C. Kerangka kerja Teoretik


Fokus utama dalam permasalahan ini yaitu membantu R dalam menangani masalah-
masalah yang dialamiya. Konselor membantu R dalam memperbaiki dan mengubah sikap,
persepsi, cara berpikir, hingga keyakinan konseli yang irrasional menjadi rasional sehingga R
dapat mengembangkan diri secara optimal. Rational Emotive Therapy (RET) dapat diterapkan
dalam mengatasi permasalahan ini, RET adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan bahwa
manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berfikir rasional dan jujur maupun berfikir
irasional dan jahat. Konselor membantu R dalam mengubah keyakinan irasional menjadi
keyakinan yang rasional.
Manusia memiliki kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan
mengatakan mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualkan diri.
Akan tetapi, manusia juga memiliki kecenderungan-kecenderungan ke arah mengahancurkan
diri, menghindari pemikiran, berlambat-lambat, menyesali kesalahan- kesalahan secara tak
berkesudahan.
D. Diagnosis
Berdasarkan kerangka kerja teoritik, maka dapat diketahui bahwa permasalahan yang
dialami R adalah ketidaktercapainya dalam mengembangkan potensi akal pikirannya,
kejiwaanya dan keyakinan dalam menanggulangi permasalahan kehidupannya dengan baik dan
benar. Sehingga timbulnnya kecenderungan-kecenderungan kearah berpikir irasioal, serta
menunda untuk menyadari kesalahan sehingga terhambatnya pertumbuhan dan aktualisasi diri.
R selalu menunggu agar suaminya kembali lagi kepadanya, namun suaminya tidak ingin
kembali lagi.
Semua ini membuat R berpikir jika suaminya pasti diguna-guna oleh perempuan lain.
Hambatan yang dialami R merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional,
yang mana emosi yang menyertai individu dalam berpikir dengan prasangka dan irasional.
Berdasarkan kerangka kerja teoritik, maka dapat diketahui bahwa permasalahan yang dialami
R adalah adanya keyakinan-keyakinan irasional seperti, “suami saya pasti diguna-guna oleh
wanita selingkuhanya”, “suami saya harus mencintai dan kembali hidup bersama saya”.

E. Prognosis
Konselor akan membantu R dalam mengembangkan potensi untuk berfikir rasional
sehingga akan muncul keyakinan-keyakinan yang rasional. Perselingkuhan yang dilakukan
suami R bisa terjadi karena guna-guna dan bisa terjadi karena penyebab lain. Suami R bisa
hidup kembali bersama R, dan bisa hidup bersama membangun rumah tangga bersama wanita
pilihanya. Perubahan ini bertujuan agar R dapat memelihara diri, berbahagia, berpikir, dan
kompeten dalam kehidupannya.

F. Tujuan Konseling
RET ini bertujuan untuk mengubah keyakinan-keyakinan irasional menjadi keyakinan
yang rasional, serta menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri
seperti rasa sedih, kecewa dan marah,yang akan berdampak bagi kehidupan R yang lebih baik.

G. Layanan Konseling
1. Terapi rasional emotif membantu konseli untuk menghilangkan pikiran-pikiran yang
irrasional yang telah diyakini oleh konseli dan sikap konseli.
2. Langkah-langkah konseling yang ditempuh:
a. Langkah pertama yaitu mengakses self talk konseli, konselor mendorong R untuk
berbicara tentang permasalahan perselingkuhan yang terjadi sehingga membuat R
menjadi sedih, kecewa, dan marah sehingga muncul keyakinan irasional jika
suami R berselingkuh diguna-guna oleh selingkuhanya.
b. Langkah kedua, yaitu menentukan keyakinan yang mendasari konseli, keyakinan
irasional yang muncul adalah R memiliki keyakinan irasional jika suaminya
berselingkuh karena diguna-guna oleh selingkuhanya sehingga gangguan-
gangguan emosi muncul.
c. Langkah ketiga, yaitu Konselor melawan dengan menkronfrontasikan keyakinan
irasional konseli , seperti, “Apa buktinya jika suami anda pasti diguna-guna oleh
wanita lain?”, “Apakah dengan kembali hidup bersama anda, suami anda tidak
kembali berselingkuh lagi?”.
d. Langkah keempat, yaitu konselor menyepakati sebuah keyakinan yang lebih
rasional, R dapat berpikir jika suaminya berselingkuh tidak karena diguna-guna,
sehingga R menerima itu semua dan R akan mulai meyakini keyakinan rasional.

H. Hasil Layanan yang Dicapai


Proses Konseling yang dilakukan konselor yaitu konseling individu dan home visit. R
dapat berpikir dan memiliki keyakinan rasional. R sudah dapat mengubah cara berpikir,
persepsi, dan keyakinan. R memiliki keyakinan atas keputusan-keputusan yang telah
diambilnya serta R mampu bertanggung jawab atas pilihanya.

I. Rencana Tindak Lanjut


1. Memantau perkembangan masalah R dengan bantuan pembimbing dari pihak KUA.
2. Membantu R dalam konsisten dengan pemikirannya dan menyakini serta
bertanggung jawab dalam keputusannya.
Mengetahui, Yogyakarta, November 2019
Pembina KUA Kecamatan Umbulharjo Praktikan/ Mahasiswa PPL

H. Handdri Kusuma, S. Ag., M.Si. Triska Aulia Viranti, S.Pd


NIP. 1969102719980310002 NIM. 18713251041
LAPORAN
PRAKTIK KONSELING INDIVIDUAL

a. Identitas Konseli (disamarkan)


Nama : SI
Umur : 29 tahun
Jenis : Perempuan
Kelamin
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pandeyan Umbulharjo V

b. Deskripsi masalah yang dikeluhkan (profil SI).


Awal mula permasalahan diusia pernikahan 2 tahun terjadi konflik dalam rumah tangga
mereka. Suami SI melakukan KDRT kepada SI, suami SI memukul mengenai mata Si hingga
lebam hampir mengenai anak mereka yang masih kecil. Akibat konflik yang terjadi hubungan
SI dan suaminya mulai renggang. Hari-hari berlalu namun SI dan suaminya sibuk dengan
kegiatan mereka masing-masing. SI yang bekerja sebagai wiraswasta selalu menyibukkan
dirinya dengan kegiatan-kegiatan diluar rumah.bSI mengaku trauma dengan kejadian yang
dulu pernah dilakukan suaminya kepadanya. SI tidak bisa melupakan ketika suaminya
berperilaku kasar kepadanya. Saat SI melihat wajah suaminya, ada rasa marah,sedih, dan malas
untuk bertemu suaminya. namun SI mempertahankan rumah tangga semua ini dikarenakan
anaknya yang masih kecil.
SI dan suaminya tidakmenjalankan peran masing-masing sebagai suami dan istri.Saat
suaminya ingin meminta untuk berhubungan suami istri, SI menolak itu karena dia takut
kepada suaminya. Ketika dipegang suaminya pun SI tidak mau. Seiring waktu berjalan SI
memberanikan diri untuk menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri, namun SI
melakukannya tidak sepenuh hati membuat tidak adanya kepuasan untuk suaminya. SI berpikir
hubungan mereka sudah tidak sehat lagi jika dilanjutkan. Pada akhirnya mereka sepakat untuk
mengakhiri perjalanan pernikahan mereka.
c. Kerangka kerja Teoretik
SI mengalami permasalahan dalam kehidupanya, SI belum bisa memahami urusan –
urusan yang yang tak terselesai dalam kehidupan SI yang selama ini membebani dan
menghambat kehidupan SI. SI selalu terbayang akan masa lalu yang telah dilakukan oleh
suaminya, sehingga SI mengalami gangguan dalam kehidupanya,seperti tidak bisa
menjalankan peran sebagai istri, terganggunya peran sebagai ibu. Namun SI masih
mempertahankan hubungan dengan suaminya dikarenakan anak. Perasaan-perassan yang tidak
terungkap seperti sakit hati, kemarahan, kecemasan hanya diasosiasikan dengan ingatan.
Karena tidak terungkapnya perasaan itu dalam kesadaran berpengaruh terhadap terhambatnya
hubungan yang efektif antara SI dan suaminya dalam kehidupan rumah tangga.
Pendekatan gestalt adalah berfokus pada apa yang terjadi saat ini dan disini dan proses
yang berlangsung bukan pada masa lalu atau masa depan. Sehingga kesadaran dan pemahaman
diperlukan dalam menghadapi permsalahan kehidupan. Menyelesaikan masalah yang belum
terselesaikan sangatlah berpengaruh terhadap kehidupan yang efektif. Tujuan utama dari
pendekatan gestalt adalah agar konseli berani menghadapi berbagai macam tantangan maupun
kenyataan yang harus dihadapi, sehingga konseli akan dapat meningkatkan kebermaknaan
dalam hidupnya.
SI akan dibantu dalam menyelesaikan permasalahan yang belum terselesaikan, terkait
dengan perasaan-perasaan dulu yang belum diungkapkan. SI akan memperoleh kesadaran dan
dapat memahami dirinya, sehingga SI akan memperbaiki hidupnya, dan SI akan bertanggung
jawab dengan keputusan-keputusan didalam kehidupanya.

d. Diagnosis
Berdasarkan kerangka kerja teoritik, maka dapat diketahui bahwa permasalahan yang
dialami SI adalah belum memahami dan menyadari permasalahan-permasalaan yang terjadi
dalam kehidupannya. Permasalahan ini terjadi dikarenakan belum terungkapnya perasaan-
perasaan yang pernah terjadi dahulu. Karena tidak terungkapnya perasaan itu membuat
hubungan antara SI dan suaminya tidak baik dalam kehidupan rumah tangganya.

e. Prognosis
Permasalahan akan diatasi dengan bantuan konselor, konselor akan membantu konseli
dalam memahami dan menyelesaikan permasalahan yang belum terselesaikan dahulu, dengan
mendorong SI mengatakan perasaan-perasaan yang belum terungkap pada saat ini. konselor
akan membantu konseli dalam memperoleh pemahaman dan penyegaran tentang pikiran,
perasaan dan tingkah lakunya.

f. Tujuan Konseling
Perubahan terjadi melalui kesadaran dari "apa yang ada”. Konselor akan membantu SI
dalam memperoleh kesadaran dan pemahaman pribadi terkait kenyataan dan realitas. Konselor
akan membantu SI agar berani dalam menghadapi berbagai macam tantangan dan kenyataan
yang harus dihadapi, sehingga keputusan-keputusan yang telah diambil dapat dipertanggung
jawabkan dan dapat memperbaiki kehidupan SI yang lebih baik lagi.

g. Layanan Konseling
1. Pendekatan yang digunaka dalam pendekatan Gestalt, masalah akan dapat diatasi
melalui bantuan konselor dengan membantu SI dalam memperoleh kesadaran dan
pemahaman dalam mengatasi permasalahan hidupnya yang belum terselesaikan, dan
dapat bertanggung jawab dalam mengambil keputusan-keputusan bagi kehidupanya
nanti.
2. Teknik yang digunakan dalam pendekatan pendekatan Gestalt ini yaitu teknik Role
Play untuk mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang atau
melakukan perubahan dalam dirinya sendiri. Role play seseorang memainkan
perannya sendiri, peran orang lain, sejumlah keadaan di seputar sebuah situasi, atau
reaksi-reaksinya sendiri.
3. Langkah-langkah konseling yang ditempuh:
a. Langkah pertama yaitu Konselor menjelaskan kepada SI mengenai bagaimana
bermain role play.
b. Langkah kedua, yaitu konselor membantu SI dalam memahami perannya.
c. Langkah ketiga, yaitu konseli menyebutkan dan mendeskripsikan orang-orang
yang signifikan yang terlibat dalam adegan.
d. Langkah keempat, yaitu konseli memerankan perilaku menjadi dirinya sendiri,
SI mengungkapkan perasaan apa yang dirasakanya. Sebaliknya SI memerankan
respon dari peran suaminya.
e. Langkah kelima, yaitu konselor memberikan umpan balik yang spesifik dan
sederhana, dan dapat lebih mudah dipahami oleh SI.
f. Langkah keenam, yaitu konselor berulang-ulang mempraktikkan perilaku yang
ditaegetkan dalam dan diluar sesi konseling sampai SI dan konselor yakin
tujuanya sudah tercapai.
g. Langkah ketujuh, yaitu konseli memberi tahu konselor tentang hasil-hasil dan
kemajuan yang telah dicapai.

h. Hasil Layanan yang Dicapai


SI sudah mulai sadar perilaku yang dia lakukan terhdap suaminya akibat dari
permasalahan-permasalahan yang belum terselesaikan dahulu. Perasaan marah, takut, sedih,
belum terungkap kepada suaminya hanya dipendam dan diingat oleh SI yang berpengaruh
terhadap kehidupannya selama berumah tangga dengan suaminya. SI yakin dan akan
bertanggung jawab dengan keputusan-keputusan yang telah dipilihnya agar tercapainya
perubahan-perubahan yang lebih baik lagi dalam kehidupanya.

i. Rencana Tindak Lanjut


1. Memantau perkembangan masalah SI dengan bantuan pembimbing dari pihak KUA.
2. Memfasilitasi atau membantu SI dalam menyakini keputusan-keputusan yang telah
dipilih untuk perubahan kehidupanya dan dapat bertanggung jawab dan menerima
kenyataan.

Mengetahui, Yogyakarta, November 2019


Pembina KUA Kecamatan Umbulharjo Praktikan/ Mahasiswa PPL

H. Handdri Kusuma, S. Ag., M.Si. Triska Aulia Viranti, S.Pd


NIP. 1969102719980310002 NIM. 18713251041
LAPORAN
PRAKTIK BIMBINGAN PRANIKAH

A. Identitas BS (disamarkan)
Nama : MM
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Gambiran,Umbulharjo V

B. Deskripsi Bimbingan Pranikah


Bimbingan adalah terjemahan dari bahasa Inggris yaitu Guidance.Guidance berasal
dari kata kerja To Guide yang berarti menunjukkan, membimbing atau menuntun orang lain
menuju jalan yang benar (Arifin, 1976:18). Menurut Robert L. Gibson (1981: 14), dalam
bukunya “Introduction toGuidance mengemukakan bahwa Guidance as” the process of
assistingindividuals in making life adjustment. Menurut Miller F.W. dalam bukunya
“Guidance Principle and Services” yang dikutipolehMoh.Surya , 1975: 15, bimbingan
diberi batasan sebagai berikut: Guidance is the process of helping individuals achieve the
selfunderstanding and self direction necessary to make the maximumadjustment to school,
home community. Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai
pemahaman dan pengarahan yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara
maksimum kepada sekolah, keluarga serta masyarakat (Moh.Surya, 1975: 15).
Bimbingan pra nikah merupakan upaya untuk membantu calon pengantin (catin) oleh
seorang konselor profesional, sehingga mereka dapat berkembang dan mampu memecahkan
masalah yang dihadapinya melalui cara-cara yangmenghargai, toleransi dan dengan
komunikasi yang penuh pengertian, sehingga tercapai motivasi keluarga, perkembangan,
kemandirian dan kesejahteraan seluruh anggota keluarga. Bimbingan pranikah menurut
Brammer dan Shostrom merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membantu partner pra
nikah (konseli) untuk mencapai pemahaman yang baik tentang dirinya, masing-masing
pasangan, dan tuntutan-tuntutan perkawinan untuk membuat keputusannya agar lebih
mantap dan dapat melakukan penyesuaian di kemudian hari secara baik. Bimbingan pra
nikah memiliki peranan penting di dalam menciptakan keluarga bahagia.Karena itu dalam
bimbingan pra nikah haruslah mencapai tujuan bimbingan pranikah yang hendak dicapai
(Latipun, 2010: 154).
Bimbingan pernikahan atau yang biasa disebut (marriage counseling) merupakan
upaya membantu pasangan calon pengantin. Konseling pernikahan ini dilakukan oleh
konselor yang profesional. Tujuannya agar mereka dapat berkembang dan mampu
memecahkan masalah yang dihadapinya melalui caracara yang saling menghargai, toleransi,
dan komunikasi, agar dapat tercapai motivasi berkeluarga, perkembangan, kemandirian, dan
kesejahteraan seluruh anggota keluarganya (Willis, 2009: 165). Bimbingan perkawinan juga
disebut dengan terapi untuk pasangan yang akan menikah. Terapi tersebut digunakan untuk
membantu pasangan agar saling memahami, dapat memecahkan masalah dan konflik secara
sehat, saling menghargai perbedaan, dan dapat meningkatkan komunikasi juga baik
(Kertamuda, 2009: 126). Pasangan calon pengantin ataulebih tepatnya pasangan laki-laki
dan perempuan yang dalam perkembanganhidupnya baik secara fisik maupun psikis sudah
siap dan sepakat untuk menjalinhubungan ke jenjang yang lebih serius
(pernikahan).Anggota keluarga calon suamiistri yaitu individu-individu yang mempunyai
hubungan keluarga dekat, baik daripihak suami maupun istri (Kamil, 2004: 12).
Konseli pasangan dan orang perorang ini adalah yang terbanyak dihadapioleh para
penasihat.Sebaiknya pernikahan juga tidak selalu dalam suasana yangmulus.Bisa saja suatu
pernikahan terjadi masing-masing dalam keadaan engganatau terpaksa. Hal ini misalnya
karena jodoh bukan pilihan sendiri tetapi dipaksaoleh orang tua atau akibat suatu pergaulan
bebas antara pria dan wanita yangmenyebabkan terjadinya perbuatan yang sesungguhnya
sangat dilarang dalamagama bagi mereka yang belum terikat dalam ikatan
perkawinan.Melihat keadaandemikian orang tua atau mungkin pula masyarakat lingkungan
yangmengetahuinya memaksa kepada kedua pria dan wanita untuk melakukanpernikahan
atau dalam keadaan tertentu terjadi kasus khusus seperti pernikahancampuran (nikah dengan
warga negara asing) atau pernikahan dua orang yangberbeda agama atau mempelai yang
diragukan umumnya dan lain-lain.
Bimbingankepada konseli seperti ini perlu dilakukan baik secara orang-perorang
maupun secarapasangan (Depag RI, 2004: 47-48). Calon pengantin pria maupun wanita itu
memperoleh kesempatan untukmendapatkan petunjuk-petunjuk dari pejabat PPN atau
Pembantu PPN dan leb dari itu petunjuk-petunjuk menuju rumah tangga bahagia sejahtera
diberikan pulaoleh Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4)
yangmerupakan satu-satunya badan yang diakui oleh Pemerintah dalam hal ini Departemen
Agama yang diberi wewenang untuk memberikan penasihatan perkawinan, perselisihan dan
perceraian.
Pemberian nasihat dan penjelasan penjelasan tentang pernikahan kepada calon
pengantin biasanya berjalan lancar.Butir-butir nasihat yang diberikan dengan mudah dapat
diterima oleh masing-masing calon pengantin. Ini dapat dimaklumi karena dalam keadaan
senang, suka sama suka.Namun ada pula yang menjadi sulit menerima nasihat, bila
pernikahan itu ada unsur keterpaksaan atau harus dilakukan karena sebagai
pertanggungjawaban terhadap perbuatan yang terlanjur dilakukan sebelumnya. Bahkan
kadang-kadang mereka sama sekali tidak mau menerima atau tidak ingin sama sekali
mendengar nasihat (Depag RI, 2004: 49-50).

C. Tujuan Bimbingan Pranikah


Bimbingan pra nikah bertujuan membantu individu mencegah timbulnya problem-
problem yang berkaitan dengan pernikahan, antara lain dengan jalan:
a. Membantu individu memahami hakekat pernikahan menurut Islam.
b. Membantu individu memahami tujuan pernikahan menurut Islam.
c. Membantu individu memahami persyaratan-persyaratan pernikahan menurut Islam.
d. Membantu individu memahami kesiapan dirinya untuk menjalankan pernikahan.
e. Membantu individu melaksanakan pernikahan sesuai dengan ketentuan (syariat) Islam
Tujuan bimbingan pra nikah tersebut pada akhirnya akan menujutercapainya tujuan
pernikahan, adapun tujuan pernikahan adalah sebagai berikut: Sebagaimana disebutkan
dalam Pasal I Undang-undang pernikahan menyebutkan bahwa tujuan pernikahan adalah
membentuk keluarga bahagia dan kekal berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa.Dalam suatu
pernikahan atau susunan rumah tangga mempunyai tujuan untuk memperoleh
ketentraman dalam hidup dan saling memberikan kasih sayang.Seseorang melakukan
pernikahan dengan harapanuntuk memperoleh keturunan sebagaimana generasi penerus
(Rofiq, 2001: 56).

D. Materi Bimbingan Pranikah


1. Pengertian Keluarga Sakinah
Memiliki keluarga yang sakinah adalah dambaan setiap pasangan yang menikah.
Pernikahan sendiri adalah suatu jalan untuk mengikatkan dua orang manusia dan
memungkinkan keduanya membangun keluarga yang baru (baca hukum
pernikahan dan persiapan pernikahan dalam islam). Sebuah keluarga yang sakinah,
mawaddah dan warahmah bisa menjadi tujuan dari seorang muslim untuk menikah
dan mendekatkan diri pada Allah SWT. Allah SWT dan Rasulnya juga
memerintahkan umatnya untuk menikah dan tidak hidup melajang sebagaimana
disebutkan dalam dalil berikut:
َّ ‫ َوأَن ِك ُحوا األَيَا َمى ِم ْن ُك ْم َوال‬.”
ْ َ‫صا ِل ِحينَ ِم ْن ِعبَا ِد ُك ْم َوإِ َمائِ ُك ْم إِ ْن يَ ُك ْونُ ْوا فُ َق َرا َء يُ ْغنِ ِه ْم هللاُ ِم ْن ف‬
‫ض ِل ِه َوهللاُ َوا ِس ٌع َع ِلي ٌم‬
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang
layak (bernikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan wanita. Jika
mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya. Dan Allah
Maha Luas (pemberianNya) lagi Maha Mengetahui”. (QS An Nuur:32)
Kelurga yang sakinah diartikan sebagai keluarga yang harmonis dimana nilai-nilai
ajaran islam senantiasa ditegakkan dan saling menghormati serta saling menyanyangi.
Dalam keluarga yang sakinah, anggota keluarga mampu menjalankan kewajibannya
dan senantiasa membantu satu sama lain. Keluarga yang sakinah juga mengerti satu
sama lain sehingga jika terjadi konflik dalam keluarga maka konflik tersebut bisa
diselesaikan dengan baik.

2. Dasar Keluarga Sakinah


Memiliki keluarga yang sakinah tentunya memerlukan pondasi yang kuat dan
hubungan yang baik seperti layaknya hubungan silaturahmi.
a. Ketaqwaan dan Keimanan kepada Allah SWT
Dasar dari keluarga yang sakinah adalah ketaqwaan kepada Allah SWT sehingga
siapapun umat islam yang akan menikah maka bertaqwalah dan pilihlah pasangan
hidup yang juga memiliki ketaqwaan tersebut. Sebagaimana disebutkan dalam
firman Allah SWT berikut ini
ۚ ‫سا اء‬
َ ِ‫يرا َون‬ ‫ث ِم ْن ُه َما ِر َج ااًل َكثِ ا‬ ِ ‫اس اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّذِي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف ٍس َو‬
َّ َ‫احدَةٍ َو َخلَقَ ِم ْن َها زَ ْو َج َها َوب‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
‫َّللاَ َكانَ َع َل ْي ُك ْم َرقِيباا‬ َ ‫سا َءلُونَ ِب ِه َو ْاأل َ ْر َح‬
َّ ‫ام ۚ ِإ َّن‬ َ َ‫َّللاَ الَّذِي ت‬
َّ ‫َواتَّقُوا‬
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan
kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari
pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya
kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (Qs An Nisa : 1)

b. Ketentraman dan Ketenangan Hati


Disebutkan juga dalam suatu ayat Alqur’an bahwa kata sakinah diartikan sebagai
ketenangan hati atau rasa tentram sehingga keluarga yang sakinah adalah keluarga
dimana setiap anggotanya memiliki ketenangan hati dan tidak ada konflik maupun
keraguan didalamnya. Seperti yang disebutkan Allah SWT dalam firmanNya
berikut ini:
ٍ ‫َو ِم ْن آيَاتِ ِه أ َ ْن َخلَقَ لَ ُك ْم ِم ْن أ َ ْنفُ ِس ُك ْم أ َ ْز َوا اجا ِلت َ ْس ُكنُوا إِلَ ْي َها َو َجعَ َل َب ْي َن ُك ْم َم َودَّةا َو َرحْ َمةا ۚ إِ َّن فِي َٰذَلِكَ ََليَا‬
‫ت ِلقَ ْو ٍم‬
َ‫يَتَ َف َّك ُرون‬
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-
isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir. (QS Ar rum : 21)

c. Cara Membangun Keluarga Sakinah


Setelah mengetahu pengertian dan dasar dari keluarga yang sakinah maka
selayaknya kita juga mengetahui cara membangun keluarga sakinah tersebut.
Adapun cara membangun keluarga sakinah yang sesuai dengan ajaran islam yaitu:
1. Menikah dan Memilih Pasangan yang Baik
Jalan pertama yang ditempuh ketika seseorang ingin membangun keluarga
yang sakinah adalah memilih pendamping hidup yang baik untuk menikah.
Memilih pasangan yang baik diartikan sebagai memilih pasangan yang baik
agama dan budi pekertinya. Pasangan yang memiliki ketaqwaan dan senantiasa
menjaga ajaran islam akan lebih mengerti bagaimana cara membangun keluarga
yang sakinah tersebut dan menikah untuk memenuhi imannya serta mendapat
ridha dari Allah SWT. Disebutkan dalam Alqur’an bahwa sesungguhnya wanita
yang baik untuk pria yang baik dan begitu juga sebaliknya, seperti yang
disebutkan dalam ayat berikut
‫ت ۚ أُو َٰلَئِكَ ُمبَ َّر ُءونَ ِم َّما‬ َّ ‫طيِبُونَ ِلل‬
ِ ‫طيِبَا‬ َّ ‫طيِ ِبينَ َوال‬
َّ ‫طيِبَاتُ ِلل‬ ِ ‫ْال َخبِيثَاتُ ِل ْل َخبِيثِينَ َو ْال َخ ِبيثُونَ ِل ْل َخبِيثَا‬
َّ ‫ت ۖ َوال‬
‫يَقُولُونَ ۖ لَ ُه ْم َم ْغ ِف َرة ٌ َو ِر ْز ٌق ك َِري ٌم‬
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji
adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik
adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-
wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang
dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki
yang mulia (surga). (QS An Nur : 26)
2. Saling Pengertian
Dalam membangun keluarga yang sakinah tentu setiap anggota keluarga
harus saling mengerti dan berusaha membantu satu sama lain. Misalnya jika istri
sedang sakit maka suami seharusnya bisa membantunya dan sebaliknya istri
juga harus bisa mengerti keadaan suaminya jika sesuatu menimpa diriny dan
keluarganya. Rasa cinta dan saling pengertian akan menghindarkan terjadinya
kesalahpahaman dan konflik dalam keluarga yang sering berakibat pada
perceraian atau talak.

3. Saling Mengingatkan
Setiap manusia pasti pernah berbuat salah dan jika demikian maka jika
ingin membangun keluarga yang sakinah setiap anggota keluarga baik suami
atau istri harus saling mengingatkan dalam hal kebaikan dan ketaqwaan kepada
Allah. Jika suami atau istri tidak memenuhi ajaran agama maka keduanya harus
saling mengingatkan dan menasehati dengan cara yang baik. adapun misalnya
sang istri tidak mematuhi suami maka suami berhak untuk menghukumnya dan
bila istri merasa dizalimi suami maka ia boleh menggugat cerai suaminya. Islam
sendiri tidak melarang hal tersebut karena pada dasarnya pernikahan adalah
untuk kebaikan dan bukan untuk menyakiti satu sama lain.

4. Menjalankan Kewajibannya
Agar bisa membangun keluarga yang sakinah maka baik istri maupun suami
harus dapat menjalankan kewajibannya dengan baik dan memenuhi hak satu
sama lain. Memenuhi kebutuhan suami atau istri adalah suatu ibadah dan
dianjurkan dalam islam sebagaimana hadits berikut ini :
Dan di hubungan suami-isteri salah seorang diantara kalian adalah sedekah!
Mendengar sabda Rasulullah, para sahabat keheranan dan bertanya: “Wahai,
Rasulullah. Apakah salah seorang dari kita memuaskan syahwatnya (kebutuhan
biologisnya) terhadap isterinya akan mendapat pahala?” Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab: “Bagaimana menurut kalian, jika mereka (para
suami) bersetubuh dengan selain isterinya, bukankah mereka berdosa?” Jawab
para sahabat: “Ya, benar”. Beliau bersabda lagi: “Begitu pula kalau mereka
bersetubuh dengan isterinya (di tempat yang halal), mereka akan memperoleh
pahala!

5. Percaya Satu Sama Lain


Dasar dari suatu hubungan adalah kepercayaan dan banyak kita saksikan saat
ini suami istri yang tidak lagi saling percaya lebih memilih untuk bercerai. Oleh
sebab itu untuk membangun keluarga yang sakinah suami istri harus saling
mempercayai dan keduanya harus bisa menjaga kepercayaan pasangnnya.
Seorang istri harus senantiasa mematuhi suaminya sementara sang suami juga
harus bisa menjadi panutan bagi istri dan keluarganya.

E. Layanan Bimbingan Pranikah


1. Layanan bimbingan pranikah adalah dengan pemberian layanan informasi. Layanan
informasi merupakan layanan yang diberikan konselor guna memberikan
pemahaman kepada MM tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani
tugas/ kegiatan, arah suatu tujuan dan rencana yang dikehendaki.
2. Metode yang digunakan dalam layanan informasi ini yaitu ceramah dan diskusi atau
tanya jawab untuk membantu MM mempersiapkan pernikahan dengan baik.
3. Langkah-langkah layanan yang ditempuh:
a. Langkah pertama, yaitu pemberian ceramah kepada MM . Konselor memberikan
ceramah kepada konseli MM tentang materi bagaimana membangun keluarga
sakinah dalam Islam.
b. Langkah kedua, yaitu diskusi atau tanya jawab. Konselor bersama MM saling
berdiskusi tentang pemahaman MM dari materi bagaimana membangun keluarga
sakinah dalam Islam. MM dapat berdiskusi dan bertanya kepada konselor apa yang
belum ia pahami dan apa yang ingin ia ketahui terkait materi tersebut.
4. Pelaksanaan bimbingan pranikah (bimbingan pranikah yang dilakukan di ruang
konseling KUA Kecamatan Umbulharjo).

F. Hasil Layanan yang Dicapai


Diharapkan dengan pemberian layanan bimbingan pranikah, MM dapat mengetahui
dan memahami bagaimana membangun keluarga sakinah dalam Islam. MM dapat
mengimplementasikan hal-hal yang terkandung pada materi dengan baik dalam
pernikahannya nanti.
G. Rencana Tindak Lanjut
1. Membantu dan memfasilitasi MM untuk mencegah permasalahan yang terjadi dalam
pernikahannya nanti.
2. Memberikan bimbingan perkawinan secara berlanjut guna meningkatkan
pemahaman MM untuk membina keluarga sakinah dalam Islam.

Mengetahui, Yogyakarta, November 2019


Pembina KUA Kecamatan Umbulharjo Praktikan/ Mahasiswa PPL

H. Handdri Kusuma, S.Ag.,M.Si. Triska Aulia Viranti, S.Pd


NIP. 196910271998031002 NIM. 18713251041

Anda mungkin juga menyukai