Anda di halaman 1dari 17

PENDEKATAN KONSELING MUTAKHIR

TELEPHONE COUNSELLING

OLEH :
KELOMPOK 12
NOVI RIZKY AMELIA

1715121306

FRISKA PANCAWATI N.B.

1715121314

BK REGULER 2012

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

A. PENGANTAR
Perkembangan era globalisasi yang begitu pesat, dapat membuat seluruh aspek kehidupan
terkena imbasnya. Begitupun dengan kehidupan masyarakat. Semua profesi pada umumnya
segera membuat suatu sistem-sistem baru yang disesuaikan dengan adanya pengaruh
globalisasi, guna menopang kehidupan masyarakat. Begitupun profesi konselor yang mulai
melibatkan dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam melaksanakan
proses pelayanan. Dalam memperbaiki pelayanannya, konselor mulai menggunakan mediamedia yang mampu menunjang kebutuhan para konseli. Salah satu diantaranya adalah media
telepon atau yang biasa disebut sebagai telephone counseling.
Melihat bahwa tidak semua konseli memiliki waktu yang cukup banyak dan intens untuk
melakukan kegiatan atau proses konseling. Layanan konseling melalui telepon dapat menjadi
salah satu alternatif dalam penyelesaian permasalahan ini. Lokasi atau jarak yang juga
menjadi salah satu alasan penting adanya telephone counseling dapat memudahkan konseli
untuk menghubungi konselor meskipun sedang berada dalam jarak yang cukup jauh. Jika
dilihat dari urgensi/kepentingannya, telephone counseling dapat menjadi pilihan ketika
konseli memiliki masalah yang sangat darurat hingga harus menelpon/menghubungi
konselor, seperti kasus ingin bunuh diri.
Menurut sebuah studi yang dilaporkan dalam The April Journal of Counseling Psycholog
(vol. 49, No.2), konseling telepon tampaknya menjadi praktik psikologis yang efektif.
Penelitian ini meneliti konseling telepon secara gratis yang ditawarkan kepada karyawan dari
tiga perusahaan besar. Kedua karyawan dan anggota keluarga dekat mereka memiliki akses
ke nomor bebas pulsa agen konseling telepon. Selama periode tiga minggu, para penulis yang
disurvey dengan sampel orang dewasa nonrandom melakukan konseling mengenai masalah
kesehatan mental, hubungan atau masalah pekerjaan. Seorang master atau professional dalam
kesehatan mental memberikan konseling telepon, menggunakan model solusi yang berfokus
pada terapi. Sebagian penelepon menerima empat sesi konseling telepon. Setelah setidaknya
satu sesi telepon 30 menit, lembaga konseling mengirimkan paket kuesioner termasuk
Consumer Reports Annual Questionnaire (CRAQ), yang meminta klien untuk menilai
perbaikan khusus mereka, kepuasan dan perbaikan global sebagai akibat dari konseling
telepon. Dengan menggunakan CRAQ, para peneliti bisa membandingkan efektivitas
konseling tatap muka, yang diukur dengan Consumer Reports, dengan efektivitas konseling
telepon.

Para peneliti Robert J. Reese, PhD, dari Universitas Kristen Abilene, dan Collie W.
Conoley, PhD, dan Daniel F. Brossart, PhD, baik dari Texas A & M University menemukan
bahwa konseling telepon itu menguntungkan dan memuaskan. Hal ini ditandai dengan
perbaikan khusus pada masalah yang mengarah pada konseling dari peningkatan gobal dalam
keadaan emosi. Dari 186 responden, 68 persen melaporkan merasa sangat puas dengan
konseling telepon, dan 53 persen mengetakan mereka merasa agak lebih baik sebagai hasil
konseling. Data juga menunjukkan bahwa konseling telepon tidak muncul untuk bekerja serta
konseling tatap muka bagi orang-orang yang melaporkan merasa sangat buruk: 31 persen
responden yang awalnya digambarkan bahwa mereka merasa sangat buruk melaporkan
peningkatan dalam fungsi, dibandingkan dengan 54 persen dalam studi Consumer Reports
konseling tatap muka.
Berbeda dengan konseling tatap muka, konseling telepon dapat memeberikan
kenyamanan dan lebih murah. Bagi orang-orang yang tidak memiliki akses ke perawatan
kesehatan mental yang terjangkau, konseling telepon mungkin menjadi pilihan yang layak.
Tidak seperti bentuk lain dari konseling, konseling telepon berpotensi bebas dari faktor-faktor
penghambat tertentu yang mempengaruhi terapi tradisional, termasuk lokasi geografi, waktu,
durasi, dan biaya, membuat bentuk konseling lebih mudah diakses untuk sejumlah orang
yang tidak mampu untuk menghadiri psikoterapi tradisional. Konseling telepon juga
menyediakan tingkat anonimitas yang menghibur beberapa penelepon, mengurangi intimidasi
bahwa beberapa orang mungkin merasa pada prospek mencari pengobatan dengan tradisional
terapis di orang dan mendorong pengungkapan. Juga penelitian menunjukkan konseling
telepon untuk memiliki hasil yang lebih baik antara pasien dengan depresi.
Konseling telepon mengacu pada jenis layanan psikologis yang dilakukan melalui
telepon. Konseling telepon berkisar dari individu, pasangan atau kelompok psikoterapi
dengan terapis professional untuk pertama psikologis bantuan yang diberikan oleh konselor
professional. Dalam seorang terapis sering menyarankan klien untuk menggunakan konseling
krisis telepon untuk menyediakan klien dengan jalan untuk mendapatkan dukungan luar
terapi jika mereka tidak dapat dicapai dalam keadaan darurat atau kesimpulan dari hubungan
terapeutik.
Para peneliti telah memulai mengamati tren yang berkembang di mana berlisensi
psikoterapis dan psikolog sekarang melihat setidaknya beberapa dari klien mereka melalui
telepon. [1] Sebuah badan peelitian ada yang membandingkan efektivitas konseling telepon

untuk konseling secara pribadi dan tidak ada perawatan. Sebuah penelitian baru menemukan
bahwa lebih dari setengah dari klien (58%) yang mengalami baik secara pribadi dan
konseling telepon disukai. [2] Sebuah studi 2002 menemukan bahwa konseling telepon klien
menilai hubungan konseling mereka sama denga di-orang klien. [3] Konseling telepon telah
ditetapkan sebagai pengobatan yang efektif untuk diagnosis mulai dari depresi [4] untuk
agoraphobia.
B. KONSEP DASAR TELEPHONE COUNSELLING
Pada prinsipnya, kita hidup dalam dunia yang selalu berkembang dan istilah telepon
mungkin tidak asing lagi terdengar di telinga kita. Bahkan benda tersebut sudah menjamur ke
pelosok-pelosok negeri sebagai alat komunikasi canggih jarak jauh. Telepon yang kita kenal
di masyarakat apabila dikelola dengan baik untuk menjalankan suatu strategi pelayanan
komunikasi khususnya dalam aspek pelayanan bimbingan dan konseling sudah tentunya akan
menjadi cara inovatif dalam mendukung kegiatan pelayanannya.
Telepon berasal dari suku kata tele artinya jauh dan phone yang artinya suara. Jadi
telepon adalah suara jarak jauh. Seperti yang kita kenal di zaman yang modern ini, bahwa
telepon merupakan barang elektronik yang mempermudah melakukan telewicara dan
pengiriman pesan secara otomatis. Konseling dengan telepon ini menjadi solusi atau alternatif
yang baik bagi orang-oran yang sibuk, yang tidak bisa meninggalkan rumah, traveler, dan
bagi orang yang tinggal terlalu jauh dengan tempat praktek konseling.
Apabila media telepon ini diatur secara baik, maka ada beberapa layanan yang bisa
diupayakan, yaitu layanan konsultasi, konseling individual, bimbingan karir, bimbingan
belajar, dan jenis layanan yang lain yang sesuai dengan daya kreativitas konselor itu sendiri.
Sudah tentunya, untuk menjalankan layanan ini harus ada kesepakatan antara konselor
dengan konseli untuk menjalankan layanan tersebut. Agar lebih efektif, sudah tentunya
konselor memiliki handphone khusus yang merupakan sarana yang diperoleh dari sekolah
atau secara pribadi (tergantung kondisi keuangan sekolah). Biasanya layanan ini lebih
mengacu di luar seting jam sekolah karena beberapa sekolah tidak diperbolehkan membawa
handphone ke sekolah. Layanan ini akan dapat berjalan dengan baik apabila dalam proses
mengirim sms atau telepon langsung didasari dengan etika yang benar sesuai dengan
kesepakatan.

Pelayanan konseling adalah salah satu jawaban paling nyata untuk manusia yang hidup
dalam keputusasaan, kerapuhan dan ketidakberdayaan. Sayangnya pelayanan ini kadangkadang tidak efektif karena klien harus membuat janji dan menunggu berhari-hari sebelum
menceritakan permasalahannya padahal ia ingin segera membagi beban penderitaannya.
Disamping itu, kendala budaya pun mulai menghambat. Klien lebih suka memilih untuk
menekan perasaan dan menyimpan persoalan dalam hati mereka sendiri daripada
menceritakannya secara blak-blakan.
D. Geldart, 2008 dalam Steller (2013), proses yang dilakukan pada konseling telepon ini
sedikit berbeda dan konselor harus lebih banyak mengontrol proses konseling itu sendiri. Hal
ini karena kebanyakan dari penelepon (konseli) merasa tidak dibatasi oleh waktu dan menjadi
nyaman sehingga menyebabkan konseli lebih banyak membicarakan hal yang diluar dari
fokus utama dalam proses konseling.
C. MANFAAT TELEPHONE COUNSELLING
Ditengah kondisi seperti sekarang ini, pelayanan konseling melalui telepon menjadi
alternatif terbaik. Pelayanan konseling melalui telepon bukan sekedar pelayanan yang nonthreatening (tidak menakutkan) bagi siapa saja, tetapi juga dapat menembus batas ruang
dan waktu. Pelayanan ini dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Klien tidak perlu
membuat janji, menunggu berhari-hari dan merasa takut rahasia kehidupan pribadinya
diketahui oleh lingkungan tertentu. Ia bahkan dengan bebas dapat mengutarakan apa saja
tanpa perlu menyebutkan nama dan identitas pribadinya.
Hal yang merupakan kekuatan dari adanya konseling telepon, yaitu dari segi biaya.
Konseling via telepon jauh lebih murah, memungkinkan anonimitas, memberikan rasa
kontrol dan menjadikannya nyaman (Mermelstein and Holland, 1991). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Rebert J. Reese dan kawan-kawan (2002), diketahui bahwa
lebih dari 82 % respondennya melaporkan adanya peningkatan spesifik dan adanya tingkat
kepuasan mereka dengan konseling telepon.
Meskipun konseling telepon ini memiliki beberapa manfaat, terdapat beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan dalam menjalankan konseling telepon ini, yaitu:
1. Konselor sedikit mendapatkan informasi tentang kliennya karena konselor tidak dapat
melihatnya secara langsung

2. Konselor yang melaksanakan konseling tatap muka memiliki banyak keuntungan


dalam memahami konseli lewat pertanda-pertanda tertentu yang tidak ada di
konseling telepon.
3. Konselor yang melaksanakan tatap muka dapat melihat pesan non verbal dari konseli
4. Konseling telepon tidak dapat mengidentifikasi senyuman yang diberikan dari lawan
bicara, baik dari konselor maupun dari konseli (Steller, 2013).
D. OBJEK TERAPI DAN MASALAH YANG COCOK
Melihat bahwa tidak semua konseli memiliki waktu yang cukup banyak dan intens untuk
melakukan kegiatan atau proses konseling. Layanan konseling melalui telepon dapat menjadi
salah satu alternatif dalam penyelesaian permasalahan ini. Lokasi atau jarak yang juga
menjadi salah satu alasan penting adanya telephone counseling dapat memudahkan konseli
untuk menghubungi konselor meskipun sedang berada dalam jarak yang cukup jauh dengan
tempat praktek konseling. Selain itu, konseling dengan telepon ini juga menjadi solusi atau
alternatif yang baik bagi orang-orang yang sibuk, yang tidak bisa meninggalkan rumah, atau
traveler.
Konseling telepon mengacu pada jenis layanan psikologis yang dilakukan melalui
telepon. Konseling telepon berkisar dari individu, pasangan atau kelompok psikoterapi
dengan terapis professional untuk pertama psikologis bantuan yang diberikan oleh konselor
para-profesional. Jika dilihat dari urgensi/kepentingannya, telephone counseling dapat
menjadi pilihan ketika konseli memiliki masalah yang sangat darurat hingga harus
menelpon/menghubungi konselor, seperti kasus ingin bunuh diri.
Beberapa kasus yang dapat ditangani oleh konseling telepon ini, yaitu masalah kesehatan
mental, perbaikan emosi, pemberian layaan informasi, depresi (diagnosis), masalah sosial,
masalah pekerjaan, dan masalah kehidupan. Telepon konseling dapat menjadi solusi yang
baik untuk mengatasi keterbatasan jarak dan waktu dalam pelaksanaan proses konseling.
E. KEGIATAN-KEGIATAN DALAM TELEPHONE COUNSELLING
Kemampuan untuk mengakses terapi melalui telepon dengan memiliki sesi terapi telepon
adalah keuntungan besar bagi orang-orang. Ini adalah cara untuk mengakses bantuan untuk
masalah tertentu ketika seseorang membutuhkannya, tanpa harus pergi ke terapis,
mendapatkan arahan, membuat janji; mengambil cuti, berpergian, mengganggu rutinitas
keluarga dan ditambah akan lebih mudah pada keuangan.

Ketika bekerja dengan klien melalui telepon biasanya menggunakan kombinasi EFT
(Emotional Freedom Technique) dan metafisika. EFT adalah membantu diri sendiri cara
yang bagus untuk bersantai dan merasa lebih baik.
Kegiatan-kegiatan dalam telepon konseling antara lain:
1. Pada kegiatan awal biasanya klien dan konselor akan membuat janji untuk memulai
2.
3.
4.
5.

konseling melalui telepon.


Biasanya rata-rata dilakukan selama 18 kali sesi konseling.
Tanyakan mengenai identitas klien secara menyeluruh dan rinci.
Tanyakan mengenai kebutuhan konseli.
Tanyakan pertanyaan untuk lebih mengetahui maksud dari perkataan klien (jika

kurang memahami perkataan klien).


6. Pada pertengahan ataupun sebelum akhir sesi konseling, ada baiknya terapis mencoba
untuk menyimpulkan permasalahan klien.
7. Ucapkan kalimat penutup dengan kata-kata yang baik dan sopan kepada klien.
F. TAHAPAN PELAKSANAAN TELEPHONE COUNSELLING
Konseling telepon bekerja dengan cara yang sama seperti itu sebagai tatap muka
konseling tetapi dilakukan melalui telepon. Beberapa konselor dapat menawarkan ini sebagai
Street tambahan dukungan antara tatap muka sesi konseling, dan lainnya fokus hanya pada
melakukan konseling melalui telepon.
Konseling telepon bebas dari banyak kendala yang datang bergandengan tangan dengan
tatap muka konseling, kemudian membuat terapi lebih mudah diakses oleh klien yang tidak
mampu menerima konseling atau psikoterapi dalam pengaturan tradisional.
Terdapat beberapa tahapan-tahapan atau langkah-langkah dalam telephone counseling
sebagai berikut:

Langkah pertama adalah hanya untuk klien untuk menelepon anggota konselor
bahwa diskusi singkat bisa keras tentang masalah mereka. Jika konselor kemudian
terasa bahwa konseling telepon akan menjadi metode yang tepat untuk pengobatan

sesi ini kemudia dapat memesan waktu yang nyaman bagi anda.
Selama panggilan telepon awal konselor akan mengambil kesempatan untuk
membahas daerah yang perlu ditangani, untuk mengetahui beberapa informasi latar

belakang tentang klien.


Konselor dank lien mengenalkan dan menyetujui jumlah sesi konseling yang akan
dibutuhkan.

Konselor juga akan biasanya menguraikan kebijakan kerahasiaan mereka serta

informasi umum seperti kebijakan pembatalan (menjaga asas kerahasiaan)


Klien menceritakan permasalahan yang terjadi kepada konselor melalui telepon
Konselor menerima secara hangat kejadian yang diceritakan konseli
Setelah klien selesai menceritakan masalahnya, konselor memberikan bantuan

kepada klien.
Jika sudah selesai konselor mengakhiri proses konseling melalui telepon dengan
baik.

G. ETIKA DALAM TELEPOHONE COUNSELLING


Etika Konseling Via Telpon
Di tengah kondisi ini, pelayanan konseling melalui telepon menjadi alternatif terbaik.
Konseling via telpon dapat menembus batas ruang dan waktu. Pelayanan ini dapat dilakukan
kapan saja dan di mana saja. Klien tidak perlu membuat janji, menunggu berhari-hari, dan
merasa takut rahasia kehidupan pribadinya diketahui oleh lingkungan tertentu. Ia bahkan
dengan bebas dapat mengutarakan apa saja tanpa perlu menyebutkan nama dan identitas
pribadinya. Dalam konseling via telpon ada beberapa etika yang harus diperhatikan. Adapun
etika konseling via telpon antara lain:

Klien tidak boleh menelpon konselor tengah malam, atau klien hanya boleh

menelpon konselor dengan waktu yang telah ditetapkan oleh konselor.


Gunakan bahasa yang sopan sesuai dengan kondisi klien. Seorang konselor harus
memahami kodisi klien, konselor menyambut telpon klien dengan ramah tamah
seperti selamat siang, apakah ada hal yang bisa kami bantu. Begitu juga dengan
klien. Gunakan suara yang lembut, volume yang rendah dan intonasi yang

bersahabat.
Dengarkan pembicaraan klien sampai selesai, jangan menyela kata-kata klien

apalagi pada tahap awal pembicaraan.


Mengembangkan perasaan senang dan berfikir positif tentang siapapun yang

menelepon.
Memfokuskan pembicaraan guna mengefektifkan penggunaan media komunikasi.
Konselor harus fokus kepada masalah yang dibicarakan klien jangan biarkan halhal kecil yang mengganggu konsentrasi ketika sedang melakukan konseling via

telpon.
Jaga intonasi suara, jangan terlalu lemah tetapi juga jangan terlalu keras seperti

orang sedang marah.


Pilih kata-kata yang sopan, ramah, dan mudah dimengerti.

Jangan berbicara dengan orang ketiga di sekitar Anda pada saat Anda sedang

berbicara di telepon.
Jika pembicaraan telah selesai, akhiri pembicaraan dengan nada yang sopan dan

ucapkan terima kasih kepada klien karena sudah diberi kepercayaan.


Tidak dibenarkan untuk berkenalan pribadi, bertemu di luar konteks hotline, dan

menerima hadiah secara pribadi.


Konselor harus menyadari batasan layanan konseling melalui telepon, bahkan
keterbatasannya sebagai konselor.
Tata Cara Konseling Via Telpon

Supaya konseling via telpon berjalan dengan lancar dan baik, ada tata cara yang harus
diperhatikan. Adapun tata cara konseling via telpon antara lain:
a. Terlebih dahulu klien harus membuat janji degan konselor jika ingin berkonseling,
atau konselor sendiri yang menentukan jadwal konseling kepada kliennya.
b. Dalam konseling via telpon konselor menjawab telpon klien dengan ramah tamah
dan dengan bahasa yang dimengerti klien.
c. Sebaiknya konselor yang memulai pembicaraan terlebih dahulu dengan ramahtamah dan beri kesempatan kepada klien untuk menceritakan masalahnnya.
d. Di saat klien bercerita konselor tidak boleh memotong pembicaraan klien, biarkan
klien mengeluarkan unek-uneknya.
e. Catat hal-hal yang perlu memperoleh perhatian.
f. Jika suara klien kurang jelas, konselor harus mengatakan dengan jelas bahwa
Anda tidak mendengar suaranya: "Maafkan saya tidak dapat mendengar suara
Anda dengan jelas, dapatkah Anda mengulangi sekali lagi.
g. Konselor mulai berbicara setelah klien selesai menceritakan masalahnya lalu
meminta konselor untuk memberi solusinya.
h. Selesai pembicaraan, baik koselor maupun klien saling mengucapkan terima
kasih.
i. Tutup pembicaraan dengan sopan.
j. Beri kesempatan kepada penelepon atau klien untuk menutup telepon terlebih
dahulu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menelpon:
a. Sikap mau membantu.
b. Jaga intonasi suara, jangan terlalu lemah tetapi juga jangan terlalu keras
c.
d.
e.
f.

seperti orang sedang marah.


Pilih kata-kata yang sopan, ramah, dan mudah dimengerti.
Jangan mengangkat telepon jika Anda masih berbicara dengan orang lain.
Jangan makan/minum selama berbicara di telepon.
Jangan menguap.

g. Jangan memotong pembicaraan.


h. Jangan berbicara dengan orang ketiga di sekitar Anda pada saat Anda sedang
berbicara di telepon.
i. Gunakan sapaan atau kalimat yang berbeda-beda sehingga tidak terkesan
kaku.
j. Hindari menelepon pada kondisi ribut di sekitar Anda.
Tata Cara Bertelepon
Tata cara yang baik saat menelpon adalah :

Pegang gagang telepon dengan baik. Hal ini penting untuk


menghindarkan suara yang kita keluarkan jelas. Perhatikan juga jarak

telepon, jangan terlalu dekat ataupun terlalu jauh dengan mulut kita.
Usahakan nafas kita pada saat berbicara tidak terdengar seperti

mendengus di telepon
Ucapkan salam baik pada saat kita menelepon atau menerima telepon,

seperti selamat pagi, selamat siang, selamat sore, dsb.


Jangan lupa tanyakan identitas penelpon dengan kalimat, boleh tahu

dengan bapak/ibu/mas/mbak siapa saya berbicara.


Gunakan smiling voice selama pembicaraan berlansung, bahkan sejak

pertama mengucapkan salam.


Selama pembicaraan jaga kecepatan bicara kita (pitch control) agar tidak

terlalu cepat dan terlalu lambat


Simak baik baik pesan atau kalimat yang di ucapkan lawan bicara.
Jangan memotong pembicaraan. Bila perlu mencatat siapkan selalu alat

tulis di dekat kita.


Apabila tidak mengerti, tidak ada salahnya kita melontarkan pertanyaan
Simpulkan hal hal penting sepanjang pembicaraan sebelum mengakhiri

pembicaraan
Akhiri pembicaraan dengan pertanyaan apakah ada lagi yang bisa saya
bantu? atau ada hal hal penting yang terlewat untuk disampaikan. Bila
tidak maka ucapkan terima kasih dan jangan lupa ucapkan kembali

salam
Yang menghubungi atau menelepon adalah yang meletakkan/ menutup
gagang telepon terlebih dahulu. Hal ini untuk menghindakan adanya hal
penting yang mungkin belum disampaikan sepanjang pembicaraan dan
telepon keburu ditutup atau berkesan kita menutup/membanting telepon
padahal lawan bicara belum selesai berbicara

Tata Cara Menerima Telepon


Pada saat telepon berbunyi, sebaiknya mengangkat gagang telepon sesegera

mungkin.
Menyebutkan nama instansi dan member salam kepada penelepon, misal :
pointer, Selamat Pagi. Sampaikan salam dengan suara jelas dan tidak terburu-

buru.
Tanyakan dengan sopan siapa lawan bicara anda tanpa terkesan
menginterogasi, misal : mohon maaf, boleh tahu dengan siapa saya bicara?

Ada yang bisa saya bantu?


Dengarkan baik-baik permintaan

pembicaraan.
Jika penelepon berkepentingan dengan orang lain, maka sambungkan segera

si

penelepon,

jangan

memotong

kepada orang yang dituju, jeleskan siapa dan dari instansi mana si penelepon

tersebut kepada orang yang ditujui.


Apabila orang yang dituju tidak ada di tempat, maka penerima telepon harus
bisa menerima pesan yang ingin disampaikan penelepon harus bisa menerima
pesan yang ingin disampaikan penelepon, catat dengan lengkap dan jelas,
tanyakan dan catat kapan dan di nomor berapa penelepon bisa di hubungi.

Pastikan pesan tersebut sampai kepada orang yang dimaksud.


Ucapkan terima kasih pada setiap akhir pembicaraan dan ucapkan kembali

salam selamat pagi/siang/sore.


Beri kesempatan kepada penelepon untuk menutup telepon terlebih dahulu.

Tutup telepon dengan perlahan.


Bersikaplah tersenyum dan duduklah dengan sopan pada waktu berbicara
melalui telepon karena sikap yang kurang ramah dan posisi duduk yang
kurang sopan dapat dirasakan oleh lawan bicara.

H. PENYELESAIAN MASALAH MELALUI TELEPON KONSELING


Penyelesaian masalah melalui konseling telepon tidak jauh berbeda dengan
penyelesaian masalah melalui konseling langsung atau tatap muka, hanya saja perbedaannya
melalui konseling telepon yaitu jarak yang memisahkan antara konseli dengan konselor
sehingga tidak bisa bertatap muka secara lagsung.
Dalam menyelesaikan masalah via telpon sebaiknya konselor harus teliti dan
memahami atau mengerti dengan masalah yang dihadapi si konseli. Selain itu, konselor juga

harus berhati-hati karena ada konseli yang hanya bermain-main dalam konseling. Oleh karena
itu, konseli dan konselor harus memperhatikan aturan-aturan dan etika dalam konseling
melalui via telpon. Berikut ini merupakan contoh percakapan dalam konseling melalui
telepon:

Konselor

: Selamat siang, disini Counseling center Happy Semarang, dengan saya


Purwo Herlianto salah satu konselor disini, ada yang bisa saya bantu untuk
anda?

Konseli

: Iya Pak..ada

Konselor

: Sebelumnya dengan siapa, dimana?

Konseli

: Dengan Doddy (Bukan nama Sebenarnya) di Kendal , Pak

Konselor

: Oke, Doddy umur berapa dan pekerjaanya apa?

Konseli

: 23 tahun pak, masih mahasiswa

Konselor

: Hmmmungkin ada hal yang bisa kita bicarakan atau bahasa bersama..?

Konseli

: Iya..Pak..ada.

Konselor

: Baik, tapi sebelumnya pembicaran kita ini kurang lebih 15 menit,dan asas
kita tetap memakai asas kerahasiaan, keterbukaan dari anda sangat
membantu anda untuk mengatasi masalah anda, bisa dimengerti dan
dipahami?

Konseli

: Iya Paksaya paham..

Konselor

: Sekarang, bisa anda kemukakan apa yang menjadi masalah anda?

Konseli

: Begini pak, saya bingung harus berbuat apa.

Konselor

: Bingung? Bingung gimana?

Konseli

: Saya bingung, karena belum setujunya ortu, baik ortu saya, maupun ortu
pacar saya untuk hubungan yang lebih keseriusan

Konselor

: Ohapa yang menjadi belum setujunya ortu anda ataupun pacar anda.

Konseli

: Dari ortu saya, Ibu, bilang kalau pilih pasangan yang kalau bisa sederajat,
artinya kalau saya lulusan sarjana, pasangan saya harus sarjana, sedangkan
dari ortu pacar saya, bapaknya bilang, belum setuju karena saya belum
mapan secara financial , masih kuliah.

Konselor

: Hmm,,,ya, terus selain itu ada alasan lagi?

Konseli

: Yadari ibu saya, bilang kalau saya jangan terlalu serius dulu, dan disuruh
bahagiain ortu dulu, dari ortu pacar saya , bapaknya bilang kalau bisa pacar

saya punya pasangan lebih dewasa secara usia kurang lebih 5 tahun
diatasnya, sedangkan saya sama pacar saya kan sebaya
Konselor

: Okepernah anda komunikasikan dengan pacar anda, tentang hal itu?

Konseli

: pernah..pak

Konselor

: Lalu bagaimana anda mengkomunikasikanya ?

Konseli

: Mmmpacar saya , berusaha menguatkan saya untuk tidak pesimis terkait


hal itu, agar impian hidup bersama terwujud

Konselor
Konseli

: Caranya gimana?
: Iya..jadi kita sama-sama meyakikan orang tua masing-masing kalau kita
sama-sama meyakinkan ortu masing-masing, kalau kita saling saying dan
pengen serius

Konselor

: Ohya .Bagus, lalu apa tanggapan ortu setelah dikasih penjelasan dan
keyakinan dari kalian?

Konseli

: Dari pemahaman kita ortu pasti memahami dan mengerti keinginan


anaknya, dan pastinya ingin anaknya bahagia, setelah jelasin.

Konselor

: Ohya..bagus, lalu apa tanggapan ortu setelah dikasih penjelasan dan


keyakinan dari kalian?

Konseli

: Dari pemahaman kita ortu pasti memahami dan mengerti keinginan


anaknya,dan pastinya ingin anaknya bahagia , setelah dijelasin , ortu kita
memahaminya, dan kami berharap ortu kita mengerti dan menyetujui
hubungan kita.

Konselor

: Ya..betul sekali, dan anda masih mau tetap semangat untuk tetap
melanjutkan hubungan kalian..

Konseli

: Iyapak InsyaAllah..

Konselor

: Apakah anda berfikir, jika saling komunikasi dapat membantu mnegatasi


masalah anda?

Konseli

: Iyapak dan saya rasa begitu, dengan komunikasi kesalahpahaman antar


saya dengan pacar saya terminamilisir juga.

Konselor

: Baiklah, kalau begituanda sudah memahami juga pentingnya komunikasi,


karena itu akan menjadi hubungan anda lebih baik, dan ini sudah 15 menit
berlalu, konseling kita bisa dilanjutkan lain waktu, dan bisa sebelumnya
memberi kesepakatan kapan bisanya lagi, bisa lewat telpon lagi atau mau
ketemu bapak juga bisa

Konseli

: Iya pak

Konselor

: Jadi dari pembicaraan kita tadi bahwa anda, merasa bingung jika ortu masih
belum menyetujui hubungan kalian, dan disisi lain anda sedikit lega setelah
ada penjelasan dari kalianuntuk orang tua agar meyakini hubungan kalian.

Konselor

: Baik, bagaimana kondisi anda stelah melakukan konseling ini?

Konseli

: Yapak, cukup melegakan perasaan hati, tapi mungkin saya masih butuh
bapak untuk suatu saat bisa share lagi

Konselor

: Iyadengan senang hatidan sebelumnya bisa janjian dulu..oke..

Konseli

: Iyapak ..terimakasih, selamat siang

Konselor

: Siang

I. TELEPON KONSELING DARI SEGI FISIK


Ketidak hadiran fisik menjadi hal yang menguntungkan sekaligus merugikan dalam sesi
konseling melalui telepon. Konselor harus benar-benar memperhitungkan keduanya agar
konseling dapat dilaksanakan dengan mudah. Keuntungan yang didapatkan oleh klien
maupun konselor adalah waktu yang tidak terbuang untuk saling menentukan pertemuan,
tempat bertemu, serta biaya dalam akomondasi maupun hal lain selama konseling
berlangsung. Konseli juga terkadang diuntungkan karena konseling tidak dilakukan secara
bertatap muka. Tentu saja konseli dapat melakukan sesi konseling dengan leluasa, tidak perlu
menyiapkan pakaian yang sopan, posisi konseli yang benar-benar bebas tidak memperdulikan
tata krama, serta tidak sungkan dalam mengekspresikan dirinya. Seseorang yang melakukan
konseling melalui telepon tidak akan terganggu oleh penampilan fisik konselor serta
lingkungannya. Hal ini meningkatkan kemampuan klien untuk fokus pada perkataan
konselor.
Namun dibalik keuntungan yang didapatkan, terdapat juga hal merugikan yang ditemukan
dalam sesi konseling melalui telepon. Efektifitas konseling melalui telepon berkurang secara
signifikan bagi orang yang melaporkan merasa sangat buruk pada awal sesi konseling
dibandingkan dengan konseling bertatap muka secara langsung. Hanya sekitar 31% dari
pasien ini merespon positif konseling melalui telepon dibandingkan dengan 54% dari
individu yang sama yang menerima konseling fisik. Selain efektifitas, konselor juga akan
kesulitan menganalisa ekspresi dari fisik konseli seperti wajah, maupun gerakan tubuhnya.
Konseling seperti ini membuat konselor menerima informasi yang terbatas, pengabaian
faktor-faktor emosi, dan mungkin akan terjadi pengabaian kode etik konselor.
J. TELEPON KONSELING DARI SEGI PSIKOLOGIS

Menurut studi yang dilakukan pada konseling psikologis, sekitar 68% pasien yang
menerima konseling melalui telepon melaporkan bahwa mereka merasa sangat puas dengan
sesi. 53% dari pasien mengatakan bahwa mereka merasa agak lebih baik setelah sesi
konseling telepon. Seseorang yang menerima konseling melalui telepon terasa lebih
memegang kendali situasi dan ini meningkatkan hasil konseling psikologis yang ia terima.
Anonimitas memungkinkan orang untuk lebih terbuka dengan konselor dan ini meningkatkan
kemungkinan bahwa konseling akan berbuah.
K. TELEPON KONSELING DARI SEGI NEUROSIS
Kelemahan sesi konseling melalui telepon ini salah satunya pada permasalahan neurosis.
Klien dengan permasalahan neurosis akan sulit ditangani tanpa adanya pertemuan yang
berlangsung secara fisik. Kendala informasi yang terbatas tentu saja akan semakin
menyulitkan konselor. Informasi fisik yang penting untuk dapat dianalisis tidak dapat
terpenuhi sehingga penyelesaian masalahpun diragukan ketercapaiannya. Hal lain yang
mengganggu sesi konseling adalah apabila gejala neurosis klien muncul, konselor tidak dapat
melakukan tindakan apapun. Sangat tidak disarankan melakukan sesi konseling melalui
telepon bersama klien yang mengalami permasalahan neurosis karena sesi konseling akan
dirasakan percuma tanpa adanya penyelesaian permasalahan dan akan menambah masalah
baru dikarenakan keterbatasan informasi.

L. KESIMPULAN
Dalam dunia bimbingan dan konseling sendiri, telepon menjadi salah satu alat yang
dapat digunakan oleh konselor untuk melakukan proses konseling dengan konseli yang
berbeda jarak dan waktu. Konseling dengan telepon ini menjadi solusi atau alternatif yang
baik bagi orang-orang yang sibuk, yang tidak bisa meninggalkan rumah, traveler, dan bagi
orang yang tinggal terlalu jauh dengan tempat praktek konseling. Konseling telepon mengacu
pada jenis layanan psikologis yang dilakukan melalui telepon. Konseling telepon berkisar
dari individu, pasangan atau kelompok psikoterapi dengan terapis professional untuk pertama
psikologis bantuan yang diberikan oleh konselor para-profesional.
Apabila media telepon ini dimanfaatkan secara baik, maka ada beberapa layanan yang
bisa diupayakan, yaitu layanan konsultasi, konseling individual, bimbingan karir, bimbingan
belajar dan jenis layanan yang lain sesuai dengan daya kreativitas konselor itu sendiri.
Beberapa kasus yang dapat ditangani oleh konseling telepon ini, yaitu masalah
kesehatan mental, perbaikan emosi, pemberian layaan informasi, depresi (diagnosis), masalah
sosial, masalah pekerjaan, dan masalah kehidupan. Telepon konseling dapat menjadi solusi
yang baik untuk mengatasi keterbatasan jarak dan waktu dalam pelaksanaan proses
konseling.

DAFTAR PUSTAKA

Asosiasi Bimbingan dan Konseling. (2008). Penataan Pendidikan Profesional


Konselor Dan Layanan Bimbingan Dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal.
Bandung: ABKIN.
Hidayat, Dede Rahmat dan Louise Siwabessy.2014.Pendekatan-Pendekatan
Kontemporer dalam Konseling di Sekolah.Jakarta:Lembaga Pengembangan
Pendidikan UNJ.
Oetomo, Budi Sutedjo Dharma. (2002). E-education: Konsep, Teknologi dan Aplikasi
Internet Pendidikan. Jogyakarta: Andi.
Sadiman, Arief. Dkk. (2002). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Press.
Simarmata. 2006. Pengenalan Teknologi Komputer dan Informasi. Yogyakarta:
AndiSetiawan, W. (2009). Pengantar Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung:
UPI PRESS.
Yakub B. Susabda dan Tim. Pelayanan Konseling Melalui Telepon. Jakarta: People Helpres
Ministry Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai