Anda di halaman 1dari 34

CRITICAL JURNAL REVIEW

PENGGUNAAN MEDIA PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN


DAN MENDUKUNG ENAM ASPEK PERKEMBANGAN ANAK 3-6 TAHUN
MELALUI EDUKATIF DAN EDUKASI

DOSEN PENGAMPU:
ARMANILA, M.P.Si

DISUSUN OLEH:
JULIANI LUBIS
NIM 0308192049

PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
TA 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Karunianya, baik berupa
keshatan maupun rezeki sehingga memberikan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan
tugas makalah ini dengan sebaik mungkin. Shalawat beriringkan salam dihadiahkan kepada
baginda tercinta kita Nabi besar Muhammad SAW.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca khususnya Dosen Pengampu, agar makalah ini
nantinya lebih baik kedepannya.
Demikian penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis dan
pembaca pada umumnya.

Medan, April 2020

Pemakalah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1. Rasionalisasi pentingnya CJR.................................................................................
2. Tujuan penulisan CJR..............................................................................................
3. Manfaat CJR............................................................................................................
4. 4 Identitas jurnal.....................................................................................................
BAB II RINGKASAN ISI JURNAL
A. JURNAL I....................................................................................................................
1. PENDAHULUAN...................................................................................................
2. DESKRIPSI ISI......................................................................................................
3. METODE PENELITIAN........................................................................................
B. JURNAL I....................................................................................................................
1. PENDAHULUAN...................................................................................................
2. DESKRIPSI ISI......................................................................................................
3. METODE PENELITIAN........................................................................................
BAB III PEMBAHAS
A. ISI JURNAL............................................................................................................
1. JURNAL 1.........................................................................................................
2. JURNAL II........................................................................................................
B. KELEBIHAN JURNAL
1. JURNAL I..........................................................................................................
2. JURNAL II........................................................................................................
C. KEKURANGAN JURNAL.....................................................................................
1. JURNAL I..........................................................................................................
2. JURNAL II........................................................................................................
BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN...................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Rasionalisasi Pentingnya CJR
Sering kali kita bingung memilih referensi jurnal untuk kita baca dan pahami. Terkadang
kita memilih satu jurnal,namun kurang memuaskan hati kita. Misalnya dari segi analisis
bahasa, pembahasan tentang fisiologi olahraga .Oleh karena itu, penulis membuat Critical
Jurnal Review ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih referensi jurnal,
terkhusus pada pokok bahasan tentang fisiologi olahraga
2. Tujuan Penulisan CJR
Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Olahraga .Menumbuh kembangkan
pengetahuan dan wawasan akan ilmu pengetahuan tentang peran fisiologi olahraga dalam
menunjang prestasi yang optimal
3. Manfaat CJR
Manfaat yang ingin dicapai penyusun dalam penulisan critical journal review ini adalah
untuk mengajak pembaca lebih memahami secara mendalam mengenai kelebihan dan
kekurangan jurnal yang berjudul peran fisiologi olahraga dalam menunjang prestasi dan
kontribusi fisiologi olahraga mengatasi resiko menuju prestasi yang optimal serta
mengajak pembaca untuk berpikir kritis.
4. Identitas Artikel dan Jurnal yang direview

JURNAL I.
Judul Artikel : Kontribusi Fisiologi Olahraga Mengatasi Resiko Menuju Prestasi
Optimal
Nama Journal : The Use of Block Media in Children Aged 4-5 Years is
Increasing Skills for Recognizing Numbers and Simple Additions
Volume & : Volume 3 & 5 Halaman
halaman
Pengarang Artikel : Juniaty, Sri Linawati
No ISSN : ISSN 2476-9584
Reviewer : JULIANI LUBIS
Sumber : https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijeces/article/view/33972

JURNAL II
Judul Artikel : Indonesian Journal of Early Childhood Education Studies
Nama Journal : Supporting Six Aspects of Development of Children 3-6 Years
Through Educational Educative Tools Smart Book
Volume & : Volume 4 & 6 Halaman
halaman
Pengarang Artikel : Retno Anggraini, Suyadi
No ISSN : ISSN 2476-9584
Reviewer : JULIANI LUBIS
Sumber : https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijeces/article/view/35973

BAB II
RINGKASAN ISI JOURNAL
A. JURNAL I
1. PENDAHULUAN
Media pembelajaran sangat penting untuk digunakan dalam menyampaikan
materi pembelajaran. Anak-anak usia 4 5 tahun berada dalam periode Praoperasional,
di mana anak-anak mulai berpikir secara abstrak, tetapi tidak secara logis, oleh karena
itu anak-anak memerlukan media pembelajaran untuk memahami konsep-konsep
abstrak seperti angka dalam matematika. Blok adalah salah satu media pembelajaran
yang tersedia di sekolah, tetapi tidak banyak guru yang menggunakan media blok
secara optimal, meskipun blok tidak dapat berfungsi dengan baik. Saya tidak tahu
apakah ada pengakuan numerik dan keterampilan penambahan sederhana anak-anak
K1 di sekolah XYZ yang rendah.
Metode penelitian yang digunakan dalam "Penelitian Tindakan Kelas" adalah
model Kemmis dan Taggart. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan mengenali angka dan penambahan sederhana anak-anak 4 - 5 tahun,
menggunakan media blok dalam pembelajaran mereka.
Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dengan tiga siklus menunjukkan
peningkatan keterampilan pengenalan numerik dari kelas dengan persentase 61,45%,
meningkat menjadi 89,76% pada siklus III. Keterampilan penambahan sederhana
diketahui pada pra - siklus 64,58%, meningkat menjadi 86,68% pada siklus III. Dari
penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa blok media dapat
meningkatkan keterampilan mengenali angka dan penambahan sederhana anak usia 4 -
5 tahun.
2. DESKRIPSI ISI
Dalam menyampaikan materi pembelajaran, media pembelajaran sangat dibutuhkan,
sehingga anak-anak dapat dengan mudah menangkap materi pembelajaran dari guru.
Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran yang tepat akan sangat mendukung
anak-anak dalam belajar. Banyak penelitian terbaru menunjukkan pengaruh media
terhadap perkembangan kognisi (Yaumi, 2018: 12). Beberapa manfaat menggunakan
media pembelajaran bagi siswa, termasuk; anak-anak dapat lebih bersemangat dan
bersemangat dalam belajar, karena mereka dapat berinteraksi secara langsung, belajar
untuk menunjukkan pemahaman mereka dengan menggunakan blok media. Dengan
media pembelajaran dapat memperjelas informasi atau materi pembelajaran dari guru,
terutama untuk anak-anak di tahap Praoperasional, serta menyamakan persepsi dan
pengalaman di antara siswa (Wardaya dan Sumartini, 2017: 49). Pendapat Sarama dan
Clement, 2009 yang ditulis dalam penelitian Reid dan Andrews mengatakan bahwa
anak-anak berusia empat setengah tahun dapat menghitung hingga 20 bahkan lebih
akurat (Reid dan Andrews, 2016: 4). Oleh karena itu, variabel mengenali jumlah pada
anak usia empat hingga lima tahun dalam penelitian ini menggunakan angka satu
hingga dua puluh.
Murray & Mayer, 1988 mengatakan bahwa pemahaman anak-anak tentang konsep
angka dibangun dengan pengulangan, terutama selama tahun pra-sekolah awal
(Henniger, 2009: 393). Definisi penambahan menurut Departemen untuk anak-anak,
sekolah dan keluarga (2009: 26), yaitu: Penambahan adalah ketika menghitung dua
kelompok, dengan pertanyaan, 'Berapa banyak yang kita miliki bersama?' Secara
keseluruhan kata kunci yang digunakan dalam pengajaran penambahan sederhana.
Cross et al., 2009: 32 menjelaskan arti kecanduan dalam Pembelajaran Matematika di
Usia Dini adalah: Penambahan menghubungkan jumlah sebelum setelah kombinasi
untuk menghubungkan jumlah dalam bagian dan total, atau untuk mengatakan dengan
tepat bagaimana dua angka membandingkan. Dari arti penjumlahan di atas dapat
disimpulkan bahwa penambahan sederhana adalah penambahan angka kecil sebelum
(... + 4) atau setelah (2 + ...), dikaitkan dengan nilai total (2 + 4 = 6 ). Guru memilih
media blok yang digunakan dalam permainan, dalam upaya untuk meningkatkan
keterampilan anak-anak dalam mengenali angka 1-20 dan penambahan sederhana 1-
10. Pembelajaran anak usia dini harus dilakukan dengan permainan tematik dan
holistik (Wardaya dan Sumartini, 2017: 101). Melihat pentingnya mengenali konsep
angka simbol dan penambahan sederhana untuk anak usia 4-5 tahun, perlu
menemukan media pembelajaran yang tepat dan menyenangkan bagi anak-anak.

3. METODE PENELITIAN
Peneliti menggunakan model penelitian tindakan kelas Kemmis dan Mc.Taagart, yang
dilakukan dalam tiga siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah anak-anak TK di
sekolah XYZ di Jakarta Pusat. Pada saat penelitian, pengamat mengumpulkan data
menggunakan lembar penilaian berdasarkan rubrik yang dibuat, wawancara dengan
siswa, pengamat dan kolaborator, catatan lapangan dan dokumentasi. Peneliti
memvalidasi dengan triangulasi, yaitu dengan memeriksa kebenaran hipotesis, analisis
dari peneliti dan mitra Ada empat tahap dalam satu siklus dalam penelitian tindakan
kelas dengan model Kemmis dan Mc.Taagart, yaitu Perencanaan (Plan), di mana
peneliti menyusun strategi pertanyaan atau kegiatan pembelajaran dengan cara apa
yang akan diterapkan, yang kedua adalah Tindakan (Tindakan), yang peneliti
mengajukan pertanyaan yang mendorong siswa untuk mengatakan atau melakukan apa
yang sudah mereka pahami, Observasi ketiga (Amati), di mana pengamatan dilakukan
dengan mencatat pertanyaan dan jawaban siswa dan yang keempat adalah Refleksi
(Reflect), di mana refleksi berguna untuk melihat hasil tindakan apa yang dilakukan,
dan melihat hal-hal apa yang perlu diperbaiki, sehingga dapat menjadi referensi untuk
perencanaan (rencana) pada siklus selanjutnya (Wiriaatmadja, 2009: 66-67).

B. JURNAL II
1. PENDAHULUAN
Teori perkembangan kognitif dari Jean Piaget (dalam Fauziddin, 2014),
mengatakan bahwa bermain mampu mengaktifkan otak anak, mengintegrasikan
struktur fungsi belahan kanan dan kiri secara seimbang dan membentuk struktur saraf,
dan mengembangkan pilar pemahaman saraf yang berguna untuk masa depan. Bagi
anak-anak kecil bermain telah menjadi kebutuhan dalam meningkatkan pengetahuan,
mereka dapat menemukan sesuatu yang baru melalui kegiatan bermain baik secara
individu maupun dalam kelompok.
Bermain sangat penting bagi anak usia dini, karena melalui bermain anak-anak
dapat mengembangkan aspek perkembangannya seperti aspek fisik, sosial emosional,
bahasa, kreativitas, seni, agama, dan kognitif. Semua aspek perkembangan sangat
penting dan ada kebutuhan untuk stimulasi yang diberikan kepada anak-anak
sehingga perkembangan mereka berkembang secara optimal sesuai dengan usia
mereka. Sambil bermain adalah salah satu kegiatan yang dapat merangsang semua
aspek perkembangan anak, karena dalam kegiatan bermain anak-anak bebas untuk
membayangkan, mengeksplorasi dan menciptakan sesuatu. Salah satu alat permainan
yang biasa digunakan oleh anak usia dini, terutama di PAUD, adalah Educational
Game Equipment (APE). Menurut Nelva Rolina (dalam Mukhtar, 2018).
APE adalah alat yang dirancang untuk mengoptimalkan perkembangan dan
kecerdasan anak usia pra-sekolah (anak usia dini) dan memiliki nilai pendidikan. APE
yang ada tidak harus mahal, tetapi dapat dibuat dari bahan-bahan di sekitarnya dan
digunakan untuk berkembang tidak hanya pada satu aspek pembangunan. Sedangkan
Syamsuardi (2012) berpendapat bahwa game edukasi adalah semua bentuk game
yang dirancang untuk memberikan pengalaman edukasi atau pengalaman belajar
kepada para pemain, termasuk game tradisional dan modern yang dibebankan dengan
pendidikan dan pengajaran. Salah satu karakteristik penggunaan APE anak usia dini
adalah dapat mengembangkan aspek perkembangan atau bahkan beberapa aspek
perkembangan sekaligus pada anak-anak. Kemudian dapat melibatkan anak
sepenuhnya saat bermain, sehingga anak menjadi lebih aktif dan bebas dari ekspresi.
Penggunaan APE sebagai alat pembelajaran dapat digunakan secara optimal jika
instrumen mampu merangsang semua perkembangan anak usia dini. Media yang
layak dan dapat membangun suasana belajar yang menyenangkan bagi anak-anak
adalah tugas utama seorang pendidik untuk membuatnya. Proses pembelajaran adalah
salah satu kegiatan psikis atau mental yang terjadi dalam interaksi aktif, serta
lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, dan
nilai-nilai sikap (Chairul Anwar, 2014).
APE seperti yang kita kenal memiliki berbagai jenis, yaitu: APE outdoor dan
Indoor (bahan alami, bahan bekas), APE campuran, dan APE siap pakai. Setiap APE
dapat difungsikan secara multiguna (mengembangkan berbagai aspek perkembangan
anak) meskipun setiap instrumen memiliki kekhususan untuk mengembangkan aspek
perkembangan tertentu. Namun, tidak jarang alat permainan edukatif mendukung
lebih dari satu aspek perkembangan anak. Smart book adalah salah satu contoh APE
yang dapat mendukung enam aspek perkembangan anak yang dapat digunakan oleh
anak usia 3-6 tahun. APE ini telah dirancang sedemikian rupa dan berbentuk seperti
buku, dan di dalamnya ada beberapa bahan seperti pengenalan warna, angka, huruf,
profesi, waktu sholat, pesanan sholat, wudhu dan sebagainya.
Cara menggunakan buku pintar Ini cukup mudah, karena berisi berbagai macam
gambar pengantar yang bisa dimainkan oleh anak-anak seperti mencocokkan,
mengatur potongan puzzle, kartu angka, dan sebagainya. Buku pintar dibuat
menggunakan bahan yang mudah tersedia di lingkungan, murah dan aman untuk
anak-anak. Kemudian buku pintar dapat digunakan oleh anak-anak secara individu,
dalam kelompok dan klasik. Berdasarkan uraian di atas tentang alat permainan
edukatif buku pintar tersebut, peneliti membuat observasi tentang Playgroup (3-4
tahun) dan Kindergarten (4-5 tahun) Star Kids Yogyakarta. Belajar sambil bermain
menggunakan buku pintar APE sebagai media pembelajaran. Tujuannya adalah untuk
mendukung enam aspek perkembangan anak, seperti aspek kognitif, motorik halus,
bahasa, agama, dan sosial emosional.
2. DESKRIPSI ISI
Anak usia dini adalah anak yang perlu ditangani sedini mungkin, karena pada
saat ini perkembangannya berkembang sangat pesat dan merupakan hal mendasar
untuk kehidupan selanjutnya. Anak-anak memiliki dunia mereka sendiri dan
karakteristik mereka sangat berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa. Anak-
anak berusia 3-6 tahun sangat aktif, dinamis, antusias, dan memiliki rasa ingin tahu
yang besar terhadap apa yang mereka lihat dan dengar, seolah-olah mereka tidak
pernah berhenti belajar. Karena itu, sebelum seorang pendidik membuat APE harus
terlebih dahulu merencanakan.
Perencanaan ini digunakan sebagai pengambilan keputusan dari hasil berpikir
secara wajar. Selanjutnya menentukan target anak usia dini mulai dari 0-6 tahun,
karakteristiknya, dan tujuan pembuatan APE. Selama proses perencanaan gunakan
semua potensi yang ada dan berbagai sumber yang sudah ada sebelumnya. Alat
permainan edukatif adalah alat yang dirancang khusus sebagai alat untuk membantu
implementasi proses pembelajaran dan dapat mengoptimalkan perkembangan anak.
Proses pembuatan buku pintar APE di sini cukup mudah, karena alat dan bahan yang
digunakan mudah tersedia di lingkungan dan tidak mahal.
Penggunaan mainan pendidikan selama pembelajaran adalah salah satu cara
yang tepat untuk mendorong antusiasme dalam belajar dan menghasilkan rasa ingin
tahu yang besar, serta membantu mengembangkan aspek-aspek perkembangan sesuai
dengan harapan.

BAB III
PEMBAHASAN ISI JURNAL
A. ISI JURNAL
1. JURNAL I
Penilaian Keterampilan untuk Mengenal Angka 120 Pra-siklus, Siklus I, Siklus II
dan Siklus III.

Gambar 1 membuktikan pengembangan keterampilan dalam mengenali angka 1-20


anak-anak K1, mulai dari Pra-Siklus, Siklus 1, Siklus II dan Siklus III. Sedangkan pada
Gambar 2 dapat dilihat pengembangan keterampilan penambahan sederhana 1-10 anak-
anak K1, mulai dari Pra-Siklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III, di mana kedua
perkembangan tersebut dijelaskan di bawah ini. Deskripsi pra siklus keterampilan untuk
mengenali anak-anak K1 dilakukan pada hari Senin, 21 Januari 2019 di kelas, peneliti
dengan 2 kelas 61 guru. Pada Pra-siklus, rata-rata kelas K1 dalam mengenali angka 1-20
hanya 61,45%, ini dikatakan kurang, karena masih di bawah 70%, sedangkan hasil pra-
siklus keterampilan penambahan sederhana 1- 10 menunjukkan persentase rata-rata anak-
anak 64,58%, termasuk dalam kriteria UD (Tidak Dikembangkan). Dari hasil ini, peneliti
memutuskan untuk melakukan penelitian tindakan kelas menggunakan blok sebagai
media pembelajaran. Deskripsi siklus pertama dari penelitian tindakan kelas,
keterampilan untuk mengenali angka dengan persentase rata-rata kemampuan kelas
73,57% termasuk dalam kriteria yang termasuk dalam kriteria SD (Still Developing),
hasil studi kemampuan penjumlahan sederhana dari Cycle Saya sebesar 72,57%,
termasuk dalam SD (Still Developing), oleh karena itu peneliti melanjutkan penelitian
mereka pada siklus II.
Gambar 2. Persentase Peringkat Keterampilan Penambahan Sederhana 1-10 Pra-
siklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III Siklus II bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan mengenali angka yang dilakukan pada hari Senin, 15 April 2019, di aula
sekolah. Hasil penelitian siklus kedua adalah rata-rata skor K1 dalam mengenali angka 1-
20 adalah 83,29%, dapat dikategorikan sebagai DAE (Develop as Expected) sedangkan
hasil rata-rata kelas dalam penambahan sederhana 1-10 adalah 74,65% , dapat
dikategorikan sebagai SD (Still Developing). Sasaran perkembangan anak yang ingin
dicapai oleh peneliti adalah DAE (Develop as Expected) dengan persentase 80% - 89%,
target ini belum tercapai pada Siklus II, sehingga peneliti melanjutkan penelitiannya pada
Siklus III.
Deskripsi penelitian tindakan kelas Cycle III dilakukan pada hari Selasa, 23 April
2019, di aula sekolah. Hasil siklus III mendapatkan persentase keterampilan rata-rata
untuk mengenali angka 1-20 meningkat menjadi 89,76%, oleh karena itu, persentase
keterampilan anak-anak dalam penambahan sederhana 1-10 pada Siklus III termasuk
dalam kriteria VWD (Sangat Berkembang Baik) , dengan prosentase 86,68%.

2. JURNAL II
Implementasi pembelajaran dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tidak
terlepas dari penggunaan alat permainan yang berfungsi sebagai alat untuk mendukung
kelancaran dan keberhasilan proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru sebagai
fasilitator dalam setiap kegiatan bermain anak harus memiliki keterampilan yang cukup
dalam memproses sejumlah alat bermain yang dapat dioptimalkan untuk pengembangan
kompetensi siswa (Syamsuardi, 2012).
Penggunaan mainan pendidikan selama pembelajaran adalah salah satu cara yang
tepat untuk mendorong antusiasme dalam belajar dan menghasilkan rasa ingin tahu yang
besar, serta membantu mengembangkan aspek-aspek perkembangan sesuai dengan
harapan. Berdasarkan pengamatan dan dokumentasi mengenai penggunaan buku pintar
APE dalam pembelajaran yang telah dilakukan pada 11-15 November 2019 di Playgroup
dan Kindergarten Star Kids Yogyakarta. Peneliti menyimpulkan bahwa bermain
menggunakan buku pintar APE dan berfungsi sebagai media pembelajaran anak usia dini
dapat mendukung beberapa aspek perkembangan anak usia 3-6 tahun. Beberapa aspek
perkembangan anak yang dapat dirangsang melalui bermain menggunakan buku pintar
APE, yaitu: aspek kognitif, bahasa, agama, motorik halus, dan sosial emosional.

a. Aspek Perkembangan Kognitif Kognitif


Pengembangan adalah pertumbuhan dan pematangan semua jenis proses berpikir
termasuk menerima, mengingat pembentukan konsep, pemecahan masalah,
penggambaran, dan pertimbangan (Charlesworth, dalam Setyaningrum, et al., 2014).
Perkembangan kognitif juga merupakan pengembangan kemampuan berpikir manusia,
termasuk perhatian, memori, penalaran, kreativitas, dan bahasa. Berdasarkan
pemahaman ini, dapat disimpulkan bahwa bermain adalah salah satu cara yang tepat
untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak. Bermain adalah media yang sangat
penting dalam proses berpikir dan masuk memberikan pengalaman berinteraksi
dengan lingkungan.
Melalui permainan, anak-anak secara tidak langsung akan dilatih untuk
menghadapi dan menciptakan situasi nyata melalui eksperimen dan perencanaan.
Aspek kognitif yang dapat dikembangkan pada anak-anak melalui buku pintar APE,
yaitu: mengenali warna, angka, huruf alfabet, huruf hijau, anggota badan, mampu
membandingkan dua atau lebih objek, mampu mengidentifikasi masalah sederhana,
mampu mengingat angka, huruf, dan sebagainya.

b. Aspek Pengembangan Bahasa


Pembelajaran bahasa untuk anak usia dini lebih diarahkan pada kemampuan
berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan (secara simbolis). Perkembangan
bahasa pada anak usia dini tidak dimulai dari kata ke huruf kemudian pengalaman,
tetapi dari tindakan atau pengalaman ke huruf baru kemudian ke kata-kata (Ratna,
2016).
Dalam menciptakan pengalaman belajar, buku pintar APE baik verbal maupun
verbal dapat digunakan sebagai solusi untuk membantu perkembangan bahasa anak-
anak. Karena selain anak-anak bermain pengenalan huruf, angka, teka-teki, dll, guru
dapat memainkan peran aktif dengan memberikan tugas tambahan seperti bercerita
setelah mereka berhasil dari tantangan.
Salah satu contoh materi dalam buku pintar APE adalah pengenalan profesi, ada
berbagai profesi seperti polisi, dokter, pemadam kebakaran, pilot dan lain-lain.
Perintah sebenarnya adalah bahwa anak-anak diminta untuk mencocokkan berbagai
jenis kendaraan sesuai dengan profesi yang ada. Selanjutnya, untuk melatih
perkembangan bahasa anak-anak, guru dapat meminta anak-anak untuk berbicara
tentang pengalaman mereka terkait berbagai macam profesi. Tanyakan kepada anak-
anak apa yang mereka ketahui tentang pekerjaan itu, sudahkah mereka bertemu atau
mengunjungi salah satu kantor kerja dan seterusnya. Bercerita menjadi satu cara anak-
anak untuk belajar bahasa, karena anak-anak memang membutuhkan kesempatan
untuk berbicara dan didengar.

c. Aspek Perkembangan Agama


Nilai Moral dan Agama di Permendikmas No. 58 tahun 2009, standar tingkat
pencapaian perkembangan untuk anak usia 2-3 tahun adalah meniru tindakan orang
dewasa di lingkungan anak. tindakan yang dapat ditiru oleh anak-anak seperti gerakan
doa orang dewasa seperti doa, wudhu, meniru bacaan doa sehari-hari, tersenyum,
menyapa, menyapa, mengucapkan maaf, terima kasih, dan membantu. Sedangkan bagi
anak-anak berusia 4-6 tahun untuk memperkenalkan agama kepada anak-anak secara
lebih rinci, biasakan anak-anak untuk mempraktikkan dan mempraktikkan ibadat dan
biasakan berperilaku terpuji ketika berinteraksi dengan siapa pun.
Beberapa metode dapat dilakukan oleh orang tua dan pendidik dalam
memperkenalkan nilai-nilai agama dan moral kepada anak-anak, yaitu dengan metode
teladan. Teladan adalah metode metode di mana anak-anak diberikan contoh-contoh
perilaku yang baik secara terus-menerus oleh orang dewasa sampai anak ingin meniru
itu. Karena pada saat ini seperti yang kita ketahui anak-anak berada pada tahap yang
masih cenderung meniru tindakan orang lain. Dalam alat permainan edukasi buku
pintar, salah satu materi adalah untuk memperkenalkan 5 waktu sholat kepada anak-
anak, prosedur untuk wudhu, doa, dan surat hijaiyah. Melalui permainan dapat
mengembangkan kemampuan keagamaan anak-anak dengan menambahkan beberapa
materi seperti, ketika anak selesai bermain, juga memperkenalkan beberapa bacaan
yang ada. Seperti membaca niat wudhu, niat shalat, dan bacaan doa lainnya.

d. Aspek Pengembangan Motorik Halus.


Keterampilan motorik halus adalah kemampuan yang membutuhkan otot kecil
dan ringan. Keterampilan motorik halus memerlukan keterampilan seperti mata,
tangan, dan koordinasi konsentrasi yang tinggi untuk mencapai sasaran keterampilan
ini. Keterampilan motorik halus seorang anak dapat dikatakan berkembang jika anak
mampu mengoordinasikan tangan mata secara seimbang. Salah satu cara untuk
mengembangkan keterampilan motorik halus anak-anak adalah melakukannya dengan
cara yang menyenangkan seperti bermain.
Keterampilan motorik halus anak-anak perlu dirangsang dan dilatih setiap hari
dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan. Alat permainan edukatif buku pintar
menjadi solusi bagi pendidik dan orang tua untuk dapat mengembangkan dan
meningkatkan keterampilan motorik halus anak-anak. Ini bisa terjadi karena cara
bermain APE melibatkan banyak mata, koordinasi tangan, dan membutuhkan akurasi
tinggi. Salah satu contoh game yang ada dibuku pintar misalnya bermain puzzle.
Teka-teki adalah jenis permainan yang dapat mengasah otak anak melalui
keterampilan motorik halus dan menggunakan ingatannya.

e. Aspek Sosial-Emosional
Pembangunan Emosional Sosial memainkan peran yang sangat penting dalam
kehidupan seseorang, dan pada dasarnya kemampuan untuk berinteraksi secara sosial
dan emosional sudah ada di setiap individu. Alat permainan buku edukasi yang cerdas
dapat meningkatkan kemampuan sosial-emosional anak-anak, yaitu, jika ketika
kegiatan bermain dilakukan satu per satu secara bergantian maka anak-anak lain
dilatih untuk dengan sabar menunggu giliran mereka untuk bermain. Jika kegiatan
dilakukan dalam kelompok, anak-anak di sini belajar mengendalikan emosi mereka
ketika bermain dan belajar memahami pola pikir teman sebaya mereka. Vygotsky
(dalam Elfiadi, 2018)
Menekankan bahwa pentingnya konteks sosial dalam proses pembelajaran anak-
anak. pengalaman interaksi sosial sangat penting dalam mengembangkan kemampuan
berpikir anak-anak. Bahkan bentuk tinggi dari aktivitas mental diperoleh dari konteks
sosial di mana anak-anak bermain dan berinteraksi dengan teman atau orang lain.
Melalui interaksi sosial, anak-anak dapat berlatih mengekspresikan emosi mereka dan
menguji perilaku moral mereka dengan tepat. Demikian juga, jika seorang guru tidak
belajar dengan permainan untuk anak-anak yang memerlukan kelompok atau bekerja
bersama pada pola pikir orang lain dapat memperkaya pengalaman kognitif mereka.

Dengan demikian pembahasan peneliti berdasarkan hasil observasi dan


dokumentasi mengembangkan enam aspek perkembangan anak usia 3-6 tahun melalui
alat edukasi bermain buku pintar di Playgorup dan Kindergarten Star Kids
Yogyakarta. Bahwa APE ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk anak-
anak di sekolah atau di rumah dengan bantuan orang tua dan guru. Bermain
menggunakan APE buku pintar dapat mendukung perkembangan anak seperti aspek
kognitif, bahasa, agama, motorik
halus dan emosi sosial anak-anak berusia 3-6 tahun.

B. KELEBIHAN JURNAL
1. JURNAL I
Kelebihan dalam setiap karya tulis pastinya tersebar di berbagai tulisannya, namun
pastilah ada beberapa kelebihan yang menonjol pada setiap karya ilmiah/tulis.
Kelebihan dalam jurnal ini disebutkan Peneliti menemukan masalah dalam
kemampuan mengenali angka dan penambahan sederhana Dan pada jurnal ini
disebutkan saran yang tepat penunjang belajar Belajar menggunakan media blok dapat
meningkatkan keterampilan mengenali angka 1-20 dan dapat meningkatkan
keterampilan penambahan sederhana 1-10 pada anak usia 4-5 tahun

2. JURNAL II
Kelebihan pada jurnal kedua yaitu terlihat pada tiap-tiap kalimat, yang mana pada
tiap-tiap kalimat tersebut sangat menarik dan mudah untuk dipahami. Susunan tiap-
tiap sub-sub pembahsan yang terusun rapi. Jurnal ini memiliki referesni atau daftar
pustaka cukup banyak, yang menjadikan isi akan lebih padat dan terpercaya sehingga
akan menarik minat pembaca.
C. KEKURANGAN JURNAL
1. JURNAL I
Pada Jurnal I ini tidak begitu dijelaskan tentang apa itu media blok, sedangkan dsini
disebutkan bahwasanya media blok dapat meningkatkan keterampilan mengenali
angka 1-20 dan dapat meningkatkan keterampilan penambahan sederhana 1-10 pada
anak usia 4-5 tahun. Sub-sub pokok pembahsannya tidak dibuat secara rinci dan tidak
teratur, penggunaan kalimat nya agak sulit untuk dipahami. Terlalu banyak melakukan
pengulangan kalimat, Sehingga agak sulit untuk memahami dari isi jurnal dan
mengurangi minat pembaca.

2. JURNAL II
Jurnal kedua ini pada awal pembahasan tidak dijelaskan tentang anak usia dini, karena
langsung disebutkan tentang teori, sehingga diawal pembahasan orang akan sedikit
bingung dengan jurnal ini.

BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam pembuatan karya ilmiah baik itu jurnal, tidak terlepas dari kelebihan dan kekrungan,
sebagai seorang penulis, kita harus siap menerima kritikan dan saran dari orang lain, karna
kritik dan saran dari orang lain merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi kita penulis
untuk memperbaiki karya kita kedepannya.
Dalam menulis, kita harus sebanayak mungkin mencari referensi tentang tentang tulisan kita,
baik itu dari berbagai narasumber, artikel maupun buku-buku. Karena orang akan melihat
referensi dari mana saja yang diambil dalam pembuataan karya tulis kita. Sehingga karya tulis
tersebut terlihat terpercaya dan lebih berisi.

JURNAL I
Media pembelajaran sangat penting untuk digunakan dalam menyampaikan materi
pembelajaran. Anak-anak usia 4 5 tahun berada dalam periode Praoperasional, di mana anak-
anak mulai berpikir secara abstrak, tetapi tidak secara logis, oleh karena itu anak-anak
memerlukan media pembelajaran untuk memahami konsep-konsep abstrak seperti angka
dalam matematika. Blok adalah salah satu media pembelajaran yang tersedia di sekolah, tetapi
tidak banyak guru yang menggunakan media blok secara optimal, meskipun blok tidak dapat
berfungsi dengan baik. Saya tidak tahu apakah ada pengakuan numerik dan keterampilan
penambahan sederhana anak-anak K1 di sekolah XYZ yang rendah.
Peneliti menggunakan blok sebagai media pembelajaran dalam upaya meningkatkan
keterampilan pengenalan numerik dan penambahan sederhana. Metode penelitian yang
digunakan dalam "Penelitian Tindakan Kelas" adalah model Kemmis dan Taggart. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan mengenali angka dan penambahan
sederhana anak-anak 4 - 5 tahun, menggunakan media blok dalam pembelajaran mereka.
Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dengan tiga siklus menunjukkan peningkatan
keterampilan pengenalan numerik dari kelas dengan persentase 61,45%, meningkat menjadi
89,76% pada siklus III. Keterampilan penambahan sederhana diketahui pada pra - siklus
64,58%, meningkat menjadi 86,68% pada siklus III. Dari penelitian yang dilakukan, peneliti
menemukan bahwa blok media dapat meningkatkan keterampilan mengenali angka dan
penambahan sederhana anak usia 4 - 5 tahun.

PENDAHULUAN
Peneliti menemukan masalah dalam kemampuan mengenali angka dan penambahan
sederhana di K1, sekolah XYZ, dan itu diperkuat oleh tes pra-siklus yang dilakukan oleh
peneliti dan guru kelas. Tes pra-siklus kemampuan untuk mengenali jumlah anak-anak K1
dilakukan pada hari Jumat, 18 Januari, 2019 di kelas, peneliti dengan 2 guru kelas, yang
hasilnya adalah persentase rata-rata nilai kelas 61,45%, termasuk dalam UD (Belum
Dikembangkan). Tes pra-siklus untuk penambahan sederhana anak-anak TK A dilakukan
pada hari Senin, 21 Januari 2019 di aula, dengan 3 guru kelas (termasuk peneliti), yang
hasilnya keterampilan kelas rata-rata dalam penambahan sederhana 1-10 adalah 64,58%,
dimasukkan dalam kategori UD (Belum dikembangkan). Berdasarkan latar belakang di atas
ada masalah yang dapat diidentifikasi, yaitu; kemampuan rata-rata untuk mengenali angka 1-
20 dan penambahan sederhana 1-10 anak-anak K1 masih rendah / kurang (di bawah 70%),
juga para guru kekurangan penggunaan media pembelajaran yang tepat.
Dalam menyampaikan materi pembelajaran, media pembelajaran sangat dibutuhkan,
sehingga anak-anak dapat dengan mudah menangkap materi pembelajaran dari guru.
Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran yang tepat akan sangat mendukung anak-
anak dalam belajar. Banyak penelitian terbaru menunjukkan pengaruh media terhadap
perkembangan kognisi (Yaumi, 2018: 12). Beberapa manfaat menggunakan media
pembelajaran bagi siswa, termasuk; anak-anak dapat lebih bersemangat dan bersemangat
dalam belajar, karena mereka dapat berinteraksi secara langsung, belajar untuk menunjukkan
pemahaman mereka dengan menggunakan blok media. Dengan media pembelajaran dapat
memperjelas informasi atau materi pembelajaran dari guru, terutama untuk anak-anak di tahap
Praoperasional, serta menyamakan persepsi dan pengalaman di antara siswa (Wardaya dan
Sumartini, 2017: 49). Pendapat Sarama dan Clement, 2009 yang ditulis dalam penelitian Reid
dan Andrews mengatakan bahwa anak-anak berusia empat setengah tahun dapat menghitung
hingga 20 bahkan lebih akurat (Reid dan Andrews, 2016: 4). Oleh karena itu, variabel
mengenali jumlah pada anak usia empat hingga lima tahun dalam penelitian ini menggunakan
angka satu hingga dua puluh.
Murray & Mayer, 1988 mengatakan bahwa pemahaman anak-anak tentang konsep angka
dibangun dengan pengulangan, terutama selama tahun pra-sekolah awal (Henniger, 2009:
393). Definisi penambahan menurut Departemen untuk anak-anak, sekolah dan keluarga
(2009: 26), yaitu: Penambahan adalah ketika menghitung dua kelompok, dengan pertanyaan,
'Berapa banyak yang kita miliki bersama?' Secara keseluruhan kata kunci yang digunakan
dalam pengajaran penambahan sederhana. Cross et al., 2009: 32 menjelaskan arti kecanduan
dalam Pembelajaran Matematika di Usia Dini adalah: Penambahan menghubungkan jumlah
sebelum setelah kombinasi untuk menghubungkan jumlah dalam bagian dan total, atau untuk
mengatakan dengan tepat bagaimana dua angka membandingkan. Dari arti penjumlahan di
atas dapat disimpulkan bahwa penambahan sederhana adalah penambahan angka kecil
sebelum (... + 4) atau setelah (2 + ...), dikaitkan dengan nilai total (2 + 4 = 6 ). Guru memilih
media blok yang digunakan dalam permainan, dalam upaya untuk meningkatkan keterampilan
anak-anak dalam mengenali angka 1-20 dan penambahan sederhana 1-10. Pembelajaran anak
usia dini harus dilakukan dengan permainan tematik dan holistik (Wardaya dan Sumartini,
2017: 101). Melihat pentingnya mengenali konsep angka simbol dan penambahan sederhana
untuk anak usia 4-5 tahun, perlu menemukan media pembelajaran yang tepat dan
menyenangkan bagi anak-anak.

METODE PENELITIAN
Peneliti menggunakan model penelitian tindakan kelas Kemmis dan Mc.Taagart, yang
dilakukan dalam tiga siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah anak-anak TK di sekolah
XYZ di Jakarta Pusat. Pada saat penelitian, pengamat mengumpulkan data menggunakan
lembar penilaian berdasarkan rubrik yang dibuat, wawancara dengan siswa, pengamat dan
kolaborator, catatan lapangan dan dokumentasi. Peneliti memvalidasi dengan triangulasi,
yaitu dengan memeriksa kebenaran hipotesis, analisis dari peneliti dan mitra Ada empat tahap
dalam satu siklus dalam penelitian tindakan kelas dengan model Kemmis dan Mc.Taagart,
yaitu Perencanaan (Plan), di mana peneliti menyusun strategi pertanyaan atau kegiatan
pembelajaran dengan cara apa yang akan diterapkan, yang kedua adalah Tindakan (Tindakan),
yang peneliti mengajukan pertanyaan yang mendorong siswa untuk mengatakan atau
melakukan apa yang sudah mereka pahami, Observasi ketiga (Amati), di mana pengamatan
dilakukan dengan mencatat pertanyaan dan jawaban siswa dan yang keempat adalah Refleksi
(Reflect), di mana refleksi berguna untuk melihat hasil tindakan apa yang dilakukan, dan
melihat hal-hal apa yang perlu diperbaiki, sehingga dapat menjadi referensi untuk
perencanaan (rencana) pada siklus selanjutnya (Wiriaatmadja, 2009: 66-67).
Penelitian akan dilakukan di TK 1, sekolah XYZ, yang berlokasi di Jakarta Pusat. Waktu
penelitian adalah 1 semester, pada semester kedua tahun ajaran 2018-2019. Subjek penelitian
yang diteliti adalah siswa K1, di sekolah XYZ, dengan 12 siswa dalam satu kelas, yang terdiri
dari 4 perempuan dan 8 laki-laki. Sumber data berasal dari siswa, guru, dan mitra. (Kunandar
2013: 123). Instrumen pengumpulan data adalah tes, observasi, dan diskusi (Kunandar, 2013:
126, 186). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan
observasi. Instrumen penelitian yang digunakan dalam observasi adalah lembar observasi
yaitu tentang indikator yang menggunakan blok media untuk meningkatkan keterampilan
mengenali angka dan penambahan sederhana. Peneliti menggunakan
1. daftar periksa (Syafitri et al., 2018: 199)
2. dokumentasi / foto. Foto yang digunakan dalam bentuk adalah foto yang diambil
dalam proses belajar mengajar (Syafitri et al., 2018: 199) dan
3. diskusi antara guru dan mitra yang dilakukan untuk mencerminkan hasil dari siklus
penelitian tindakan kelas dengan menganalisis daftar periksa pada rubrik / lembar
pengamatan yang telah dibuat dan melihat dokumentasi lain (Kunandar 2013: 126,
186).

Indikator yang digunakan untuk mengukur bagaimana anak-anak mengenali angka 1-20
(Anwar, 2017: 207-210); adalah anak-anak yang dapat mengidentifikasi angka 1-20, anak-
anak dapat menyebutkan angka 1-20, anak-anak dapat menemukan angka 1-20. Ituindikator
digunakan dalam domain kognitif: menghafal, dengan kata kunci; mengenali, menyebutkan
dan menemukan kembali.
Indikator keterampilan 1-10 penambahan sederhana adalah
1. Pertama, anak-anak dapat menerapkan konsep penambahan sederhana dari 'hasil yang
tidak diketahui'.
2. Kedua, anak-anak dapat menerapkan konsep penambahan sederhana 'ubah tidak
diketahui', dan
3. ketiga, anak-anak dapat menerapkan konsep penambahan sederhana 'mulai tidak
dikenal'. Indikator yang digunakan dalam ranah kognitif adalah menerapkan konsep
dengan penerapan kata kunci dalam penambahan sederhana.
Tahapan yang digunakan dalam menganalisis data adalah; 1) menjadikan indikator
dalam rubrik sebagai referensi untuk penilaian, 2) mengisi skor 1-4 pada lembar skor,
3) menghitung rata-rata dan menulis kesimpulan tentang pengembangan keterampilan
siswa dengan skala 1-4, 5) menulis kesimpulan tentang pengembangan keterampilan
siswa dalam skala 1-4 dan 5) menghitung persentase rata-rata tugas materi siswa pada
skala 14. (Kunandar, 2013: 264).
 
HASIL DAN DISKUSI
 
Gambar 1. Penilaian Keterampilan untuk Mengenal Angka 120 Pra-siklus, Siklus I, Siklus II
dan Siklus III.
 
Gambar 1 membuktikan pengembangan keterampilan dalam mengenali angka 1-20 anak-anak
K1, mulai dari Pra-Siklus, Siklus 1, Siklus II dan Siklus III. Sedangkan pada Gambar 2 dapat
dilihat pengembangan keterampilan penambahan sederhana 1-10 anak-anak K1, mulai dari
Pra-Siklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III, di mana kedua perkembangan tersebut dijelaskan
di bawah ini. Deskripsi pra siklus keterampilan untuk mengenali anak-anak K1 dilakukan
pada hari Senin, 21 Januari 2019 di kelas, peneliti dengan 2 kelas 61 guru. Pada Pra-siklus,
rata-rata kelas K1 dalam mengenali angka 1-20 hanya 61,45%, ini dikatakan kurang, karena
masih di bawah 70%, sedangkan hasil pra-siklus keterampilan penambahan sederhana 1- 10
menunjukkan persentase rata-rata anak-anak 64,58%, termasuk dalam kriteria UD (Tidak
Dikembangkan). Dari hasil ini, peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian tindakan
kelas menggunakan blok sebagai media pembelajaran. Deskripsi siklus pertama dari
penelitian tindakan kelas, keterampilan untuk mengenali angka dengan persentase rata-rata
kemampuan kelas 73,57% termasuk dalam kriteria yang termasuk dalam kriteria SD (Still
Developing), hasil studi kemampuan penjumlahan sederhana dari Cycle Saya sebesar 72,57%,
termasuk dalam SD (Still Developing), oleh karena itu peneliti melanjutkan penelitian mereka
pada siklus II.
 
 Gambar 2. Persentase Peringkat Keterampilan Penambahan Sederhana 1-10 Pra-siklus,
Siklus I, Siklus II dan Siklus III Siklus II bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
mengenali angka yang dilakukan pada hari Senin, 15 April 2019, di aula sekolah. Hasil
penelitian siklus kedua adalah rata-rata skor K1 dalam mengenali angka 1-20 adalah 83,29%,
dapat dikategorikan sebagai DAE (Develop as Expected) sedangkan hasil rata-rata kelas
dalam penambahan sederhana 1-10 adalah 74,65% , dapat dikategorikan sebagai SD (Still
Developing). Sasaran perkembangan anak yang ingin dicapai oleh peneliti adalah DAE
(Develop as Expected) dengan persentase 80% - 89%, target ini belum tercapai pada Siklus II,
sehingga peneliti melanjutkan penelitiannya pada Siklus III.
Deskripsi

Deskripsi penelitian tindakan kelas Cycle III dilakukan pada hari Selasa, 23 April 2019, di
aula sekolah. Hasil siklus III mendapatkan persentase keterampilan rata-rata untuk mengenali
angka 1-20 meningkat menjadi 89,76%, oleh karena itu, persentase keterampilan anak-anak
dalam penambahan sederhana 1-10 pada Siklus III termasuk dalam kriteria VWD (Sangat
Berkembang Baik) , dengan prosentase 86,68%.
 
KESIMPULAN Belajar menggunakan media blok dapat meningkatkan keterampilan
mengenali angka 1-20 dan dapat meningkatkan keterampilan penambahan sederhana 1-10
pada anak usia 4-5 tahun. Dapat disimpulkan bahwa pilihan media dalam pembelajaran di
kelas dan kemampuan untuk mengintegrasikannya dengan permainan memengaruhi
keberhasilan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada anak usia 4-5 tahun.
 
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Chairul. Teori-Teori Pendidikan. Yogyakarta-Indonesia. IRCiSoD, 2017. Cross,
Cristoper T., Woods, Taniesha A., dan Schweingruber, Heidi. (e-book) Pembelajaran
Matematika pada Anak Usia Dini: Jalan Menuju Keunggulan dan Kesetaraan (2009). Diakses
dari https://eric.ed.gov/?id=ED536446; Akses internet 20 Maret 2019. Henniger, Michael L.
Mengajar Anak-Anak Muda. New Jersey-AS, Pearson Education, Inc., 2009. Kunandar.
Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembanagn Profesi Guru. Depok-
Indonesia: PT. Rajagrafindo Persada, 2013. Kunandar. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil
Belajar Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta-Indonesia: PT. Rajagrafindo Persada,
2013. Reid Kate dan Andrews Nicola. Menumbuhkan Pemahaman Pengembangan Numerasi
Awal. Diakses dari https://research.acer.edu.au/cgi/viewc ontent.cgi? Article = 1028 &
context = monit oring_learning (2016); Akses internet 8 Mei 2019. Syafitri, O., Rohita &
Fitria N .. Peningkatan Kemampuan Mengenal Konsep Lambang Bilangan 1-10 Melalui
Permainan Pohon Hitung pada anak usia 4-5 tahun di BKB PAUD Harapan Bangsa. (3 Maret
2018). Diakses dari
64
https://eprints.uai.ac.id/1346/1%5BEPRINT%5D_PAUD.pdf ; Internet akses 10 Februari
2019. Wardaya, Unang dan Sumartini, Tini. Media dan Sumber Belajar di TK.
BandungIndonesia. PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG, 2017.
Wiriaatmadja,R.. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung-Indonesia: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009. Yaumi, Mohammad. Media dan Teknologi Pembelajaran. Rawamangun-
Jakarta. PRENADAMEDIA GROUP, 2018.
JURNAL II

Educational play equipment (APE) adalah alat yang dibuat secara sengaja sehingga dapat
digunakan sebagai alat atau alat bermain, yang berisi beberapa nilai pendidikan, dan dapat
mengembangkan beberapa aspek perkembangan anak dalam satu alat, serbaguna dan aman
untuk anak-anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan dan menerapkan APE
bernama Smart Book, yang dapat mendukung enam aspek perkembangan anak usia 3 - 6
tahun. Penelitian ini dilakukan pada bulan November dan dilaksanakan di Playgroup dan
Kindergarten Star K ids Yogyakara. Smartbok APEhasbendasigne dan dinittheresevera.
bahan-bahan seperti pengenalan warna, angka, huruf, profesi, waktu sholat, urutan sholat,
wudhu dan sebagainya. Fokus penelitian ini adalah untuk menggambarkan aspek penggunaan
buku pintar APE yang dapat mendukung enam aspek perkembangan anak usia 3 - 6 tahun.
Hasil yang diperoleh didasarkan pada pengamatan terhadap penerapan penggunaan buku
pintar APE di Palygroup dan TK Star Kids Yogyak arta, bahwa enam aspek perkembangan
anak dapat dikembangkan melalui buku pintar, yaitu kognitif, motorik halus, bahasa, agama,
dan aspek sosial emosional

PENDAHULUAN
Teori perkembangan kognitif dari Jean Piaget (dalam Fauziddin, 2014), mengatakan
bahwa bermain mampu mengaktifkan otak anak, mengintegrasikan struktur fungsi belahan
kanan dan kiri secara seimbang dan membentuk struktur saraf, dan mengembangkan pilar
pemahaman saraf yang berguna untuk masa depan. Bagi anak-anak kecil bermain telah
menjadi kebutuhan dalam meningkatkan pengetahuan, mereka dapat menemukan sesuatu
yang baru melalui kegiatan bermain baik secara individu maupun dalam kelompok.
Bermain sangat penting bagi anak usia dini, karena melalui bermain anak-anak dapat
mengembangkan aspek perkembangannya seperti aspek fisik, sosial emosional, bahasa,
kreativitas, seni, agama, dan kognitif. Semua aspek perkembangan sangat penting dan ada
kebutuhan untuk stimulasi yang diberikan kepada anak-anak sehingga perkembangan mereka
berkembang secara optimal sesuai dengan usia mereka. Sambil bermain adalah salah satu
kegiatan yang dapat merangsang semua aspek perkembangan anak, karena dalam kegiatan
bermain anak-anak bebas untuk membayangkan, mengeksplorasi dan menciptakan sesuatu.
Salah satu alat permainan yang biasa digunakan oleh anak usia dini, terutama di PAUD,
adalah Educational Game Equipment (APE). Menurut Nelva Rolina (dalam Mukhtar, 2018).
APE adalah alat yang dirancang untuk mengoptimalkan perkembangan dan kecerdasan
anak usia pra-sekolah (anak usia dini) dan memiliki nilai pendidikan. APE yang ada tidak
harus mahal, tetapi dapat dibuat dari bahan-bahan di sekitarnya dan digunakan untuk
berkembang tidak hanya pada satu aspek pembangunan. Sedangkan Syamsuardi (2012)
berpendapat bahwa game edukasi adalah semua bentuk game yang dirancang untuk
memberikan pengalaman edukasi atau pengalaman belajar kepada para pemain, termasuk
game tradisional dan modern yang dibebankan dengan pendidikan dan pengajaran. Salah satu
karakteristik penggunaan APE anak usia dini adalah dapat mengembangkan aspek
perkembangan atau bahkan beberapa aspek perkembangan sekaligus pada anak-anak.
Kemudian dapat melibatkan anak sepenuhnya saat bermain, sehingga anak menjadi lebih aktif
dan bebas dari ekspresi.
Penggunaan APE sebagai alat pembelajaran dapat digunakan secara optimal jika
instrumen mampu merangsang semua perkembangan anak usia dini. Media yang layak dan
dapat membangun suasana belajar yang menyenangkan bagi anak-anak adalah tugas utama
seorang pendidik untuk membuatnya. Proses pembelajaran adalah salah satu kegiatan psikis
atau mental yang terjadi dalam interaksi aktif, serta lingkungan yang menghasilkan perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, dan nilai-nilai sikap (Chairul Anwar, 2014).
APE seperti yang kita kenal memiliki berbagai jenis, yaitu: APE outdoor dan Indoor
(bahan alami, bahan bekas), APE campuran, dan APE siap pakai. Setiap APE dapat
difungsikan secara multiguna (mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak)
meskipun setiap instrumen memiliki kekhususan untuk mengembangkan aspek perkembangan
tertentu. Namun, tidak jarang alat permainan edukatif mendukung lebih dari satu aspek
perkembangan anak. Smart book adalah salah satu contoh APE yang dapat mendukung enam
aspek perkembangan anak yang dapat digunakan oleh anak usia 3-6 tahun. APE ini telah
dirancang sedemikian rupa dan berbentuk seperti buku, dan di dalamnya ada beberapa bahan
seperti pengenalan warna, angka, huruf, profesi, waktu sholat, pesanan sholat, wudhu dan
sebagainya.
Cara menggunakan buku pintar Ini cukup mudah, karena berisi berbagai macam gambar
pengantar yang bisa dimainkan oleh anak-anak seperti mencocokkan, mengatur potongan
puzzle, kartu angka, dan sebagainya. Buku pintar dibuat menggunakan bahan yang mudah
tersedia di lingkungan, murah dan aman untuk anak-anak. Kemudian buku pintar dapat
digunakan oleh anak-anak secara individu, dalam kelompok dan klasik. Berdasarkan uraian di
atas tentang alat permainan edukatif buku pintar tersebut, peneliti membuat observasi tentang
Playgroup (3-4 tahun) dan Kindergarten (4-5 tahun) Star Kids Yogyakarta. Belajar sambil
bermain menggunakan buku pintar APE sebagai media pembelajaran. Tujuannya adalah
untuk mendukung enam aspek perkembangan anak, seperti aspek kognitif, motorik halus,
bahasa, agama, dan sosial emosional.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan di Playgroup dan Kindergarten Star Kids
Yogyakarta, yang berlokasi di Jl. Janti No. 89A, Jaranan, Banguntapan, Kec. Banguntapan,
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada 11-15 November 2019.
Subjek penelitian adalah anak-anak Playgroup (3-4 tahun) dan Kindergarten A (4-5 tahun)
Star Kinds. Dalam penelitian ini analisis data menggunakan teknik pengumpulan data,
reduksi, dokumentasi, dan penarikan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Anak usia dini adalah anak yang perlu ditangani sedini mungkin, karena pada saat ini
perkembangannya berkembang sangat pesat dan merupakan hal mendasar untuk kehidupan
selanjutnya. Anak-anak memiliki dunia mereka sendiri dan karakteristik mereka sangat
berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa. Anak-anak berusia 3-6 tahun sangat aktif,
dinamis, antusias, dan memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap apa yang mereka lihat
dan dengar, seolah-olah mereka tidak pernah berhenti belajar. Karena itu, sebelum seorang
pendidik membuat APE harus terlebih dahulu merencanakan.
Perencanaan ini digunakan sebagai pengambilan keputusan dari hasil berpikir secara
wajar. Selanjutnya menentukan target anak usia dini mulai dari 0-6 tahun, karakteristiknya,
dan tujuan pembuatan APE. Selama proses perencanaan gunakan semua potensi yang ada dan
berbagai sumber yang sudah ada sebelumnya. Alat permainan edukatif adalah alat yang
dirancang khusus sebagai alat untuk membantu implementasi proses pembelajaran dan dapat
mengoptimalkan perkembangan anak. Proses pembuatan buku pintar APE di sini cukup
mudah, karena alat dan bahan yang digunakan mudah tersedia di lingkungan dan tidak mahal.
Langkah-langkah pembuatan buku cerdas APE, yaitu: Pertama, cari beberapa gambar yang
akan dijadikan bahan. Dalam buku pintar berisi beberapa materi seperti, memperkenalkan 5
waktu sholat, prosedur dan tata cara wudhu, sholat, pengenalan warna, angka, huruf alfabet,
huruf hijau ', berbagai hewan, sayuran, profesi, nama bulan, hari, cuaca dan menonton
pertandingan. Kedua, jika bahan telah ditentukan dan gambar ada di sana maka gambar
dicetak dengan ukuran kertas A4. Lakukan laminating di atas kertas agar gambarnya tahan
lama dan tidak mudah sobek atau rusak saat dimainkan oleh anak-anak. Ketiga, yaitu alat dan
aditif seperti gunting, lem, perekat, plastik, dan alat kertas tinju. alat dan bahan yang
digunakan dicari agar aman untuk anak-anak, karena buku pintar APE terutama ditujukan
untuk anak-anak berusia 3-6 tahun, bahan yang digunakan dalam membuat APE harus aman
dan tidak melukai anak-anak.
Implementasi pembelajaran dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tidak terlepas
dari penggunaan alat permainan yang berfungsi sebagai alat untuk mendukung kelancaran dan
keberhasilan proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru sebagai fasilitator dalam setiap
kegiatan bermain anak harus memiliki keterampilan yang cukup dalam memproses sejumlah
alat bermain yang dapat dioptimalkan untuk pengembangan kompetensi siswa (Syamsuardi,
2012).
Penggunaan mainan pendidikan selama pembelajaran adalah salah satu cara yang tepat
untuk mendorong antusiasme dalam belajar dan menghasilkan rasa ingin tahu yang besar,
serta membantu mengembangkan aspek-aspek perkembangan sesuai dengan harapan.
Berdasarkan pengamatan dan dokumentasi mengenai penggunaan buku pintar APE dalam
pembelajaran yang telah dilakukan pada 11-15 November 2019 di Playgroup dan
Kindergarten Star Kids Yogyakarta. Peneliti menyimpulkan bahwa bermain menggunakan
buku pintar APE dan berfungsi sebagai media pembelajaran anak usia dini dapat mendukung
beberapa aspek perkembangan anak usia 3-6 tahun. Beberapa aspek perkembangan anak yang
dapat dirangsang melalui bermain menggunakan buku pintar APE, yaitu: aspek kognitif,
bahasa, agama, motorik halus, dan sosial emosional.

f. Aspek Perkembangan Kognitif Kognitif


Pengembangan adalah pertumbuhan dan pematangan semua jenis proses berpikir
termasuk menerima, mengingat pembentukan konsep, pemecahan masalah,
penggambaran, dan pertimbangan (Charlesworth, dalam Setyaningrum, et al., 2014).
Perkembangan kognitif juga merupakan pengembangan kemampuan berpikir manusia,
termasuk perhatian, memori, penalaran, kreativitas, dan bahasa. Berdasarkan
pemahaman ini, dapat disimpulkan bahwa bermain adalah salah satu cara yang tepat
untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak. Bermain adalah media yang sangat
penting dalam proses berpikir dan masuk memberikan pengalaman berinteraksi
dengan lingkungan.
Melalui permainan, anak-anak secara tidak langsung akan dilatih untuk
menghadapi dan menciptakan situasi nyata melalui eksperimen dan perencanaan.
Aspek kognitif yang dapat dikembangkan pada anak-anak melalui buku pintar APE,
yaitu: mengenali warna, angka, huruf alfabet, huruf hijau, anggota badan, mampu
membandingkan dua atau lebih objek, mampu mengidentifikasi masalah sederhana,
mampu mengingat angka, huruf, dan sebagainya.
g. Aspek Pengembangan Bahasa
Pembelajaran bahasa untuk anak usia dini lebih diarahkan pada kemampuan
berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan (secara simbolis). Perkembangan
bahasa pada anak usia dini tidak dimulai dari kata ke huruf kemudian pengalaman,
tetapi dari tindakan atau pengalaman ke huruf baru kemudian ke kata-kata (Ratna,
2016).
Dalam menciptakan pengalaman belajar, buku pintar APE baik verbal maupun
verbal dapat digunakan sebagai solusi untuk membantu perkembangan bahasa anak-
anak. Karena selain anak-anak bermain pengenalan huruf, angka, teka-teki, dll, guru
dapat memainkan peran aktif dengan memberikan tugas tambahan seperti bercerita
setelah mereka berhasil dari tantangan.
Salah satu contoh materi dalam buku pintar APE adalah pengenalan profesi, ada
berbagai profesi seperti polisi, dokter, pemadam kebakaran, pilot dan lain-lain.
Perintah sebenarnya adalah bahwa anak-anak diminta untuk mencocokkan berbagai
jenis kendaraan sesuai dengan profesi yang ada. Selanjutnya, untuk melatih
perkembangan bahasa anak-anak, guru dapat meminta anak-anak untuk berbicara
tentang pengalaman mereka terkait berbagai macam profesi. Tanyakan kepada anak-
anak apa yang mereka ketahui tentang pekerjaan itu, sudahkah mereka bertemu atau
mengunjungi salah satu kantor kerja dan seterusnya. Bercerita menjadi satu cara anak-
anak untuk belajar bahasa, karena anak-anak memang membutuhkan kesempatan
untuk berbicara dan didengar.

h. Aspek Perkembangan Agama


Nilai Moral dan Agama di Permendikmas No. 58 tahun 2009, standar tingkat
pencapaian perkembangan untuk anak usia 2-3 tahun adalah meniru tindakan orang
dewasa di lingkungan anak. tindakan yang dapat ditiru oleh anak-anak seperti gerakan
doa orang dewasa seperti doa, wudhu, meniru bacaan doa sehari-hari, tersenyum,
menyapa, menyapa, mengucapkan maaf, terima kasih, dan membantu. Sedangkan bagi
anak-anak berusia 4-6 tahun untuk memperkenalkan agama kepada anak-anak secara
lebih rinci, biasakan anak-anak untuk mempraktikkan dan mempraktikkan ibadat dan
biasakan berperilaku terpuji ketika berinteraksi dengan siapa pun.
Beberapa metode dapat dilakukan oleh orang tua dan pendidik dalam
memperkenalkan nilai-nilai agama dan moral kepada anak-anak, yaitu dengan metode
teladan. Teladan adalah metode metode di mana anak-anak diberikan contoh-contoh
perilaku yang baik secara terus-menerus oleh orang dewasa sampai anak ingin meniru
itu. Karena pada saat ini seperti yang kita ketahui anak-anak berada pada tahap yang
masih cenderung meniru tindakan orang lain. Dalam alat permainan edukasi buku
pintar, salah satu materi adalah untuk memperkenalkan 5 waktu sholat kepada anak-
anak, prosedur untuk wudhu, doa, dan surat hijaiyah. Melalui permainan dapat
mengembangkan kemampuan keagamaan anak-anak dengan menambahkan beberapa
materi seperti, ketika anak selesai bermain, juga memperkenalkan beberapa bacaan
yang ada. Seperti membaca niat wudhu, niat shalat, dan bacaan doa lainnya.

i. Aspek Pengembangan Motorik Halus.


Keterampilan motorik halus adalah kemampuan yang membutuhkan otot kecil
dan ringan. Keterampilan motorik halus memerlukan keterampilan seperti mata,
tangan, dan koordinasi konsentrasi yang tinggi untuk mencapai sasaran keterampilan
ini. Keterampilan motorik halus seorang anak dapat dikatakan berkembang jika anak
mampu mengoordinasikan tangan mata secara seimbang. Salah satu cara untuk
mengembangkan keterampilan motorik halus anak-anak adalah melakukannya dengan
cara yang menyenangkan seperti bermain.
Keterampilan motorik halus anak-anak perlu dirangsang dan dilatih setiap hari
dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan. Alat permainan edukatif buku pintar
menjadi solusi bagi pendidik dan orang tua untuk dapat mengembangkan dan
meningkatkan keterampilan motorik halus anak-anak. Ini bisa terjadi karena cara
bermain APE melibatkan banyak mata, koordinasi tangan, dan membutuhkan akurasi
tinggi. Salah satu contoh game yang ada dibuku pintar misalnya bermain puzzle.
Teka-teki adalah jenis permainan yang dapat mengasah otak anak melalui
keterampilan motorik halus dan menggunakan ingatannya.

j. Aspek Sosial-Emosional
Pembangunan Emosional Sosial memainkan peran yang sangat penting dalam
kehidupan seseorang, dan pada dasarnya kemampuan untuk berinteraksi secara sosial
dan emosional sudah ada di setiap individu. Alat permainan buku edukasi yang cerdas
dapat meningkatkan kemampuan sosial-emosional anak-anak, yaitu, jika ketika
kegiatan bermain dilakukan satu per satu secara bergantian maka anak-anak lain
dilatih untuk dengan sabar menunggu giliran mereka untuk bermain. Jika kegiatan
dilakukan dalam kelompok, anak-anak di sini belajar mengendalikan emosi mereka
ketika bermain dan belajar memahami pola pikir teman sebaya mereka. Vygotsky
(dalam Elfiadi, 2018)
Menekankan bahwa pentingnya konteks sosial dalam proses pembelajaran anak-
anak. pengalaman interaksi sosial sangat penting dalam mengembangkan kemampuan
berpikir anak-anak. Bahkan bentuk tinggi dari aktivitas mental diperoleh dari konteks
sosial di mana anak-anak bermain dan berinteraksi dengan teman atau orang lain.
Melalui interaksi sosial, anak-anak dapat berlatih mengekspresikan emosi mereka dan
menguji perilaku moral mereka dengan tepat. Demikian juga, jika seorang guru tidak
belajar dengan permainan untuk anak-anak yang memerlukan kelompok atau bekerja
bersama pada pola pikir orang lain dapat memperkaya pengalaman kognitif mereka.

Dengan demikian pembahasan peneliti berdasarkan hasil observasi dan


dokumentasi mengembangkan enam aspek perkembangan anak usia 3-6 tahun melalui
alat edukasi bermain buku pintar di Playgorup dan Kindergarten Star Kids
Yogyakarta. Bahwa APE ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk anak-
anak di sekolah atau di rumah dengan bantuan orang tua dan guru. Bermain
menggunakan APE buku pintar dapat mendukung perkembangan anak seperti aspek
kognitif, bahasa, agama, motorik
halus dan emosi sosial anak-anak berusia 3-6 tahun.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan penelitian dan diskusi yang digariskan oleh peneliti, dapat
disimpulkan bahwa alat permainan edukatif smart book dapat digunakan sebagai salah satu
APE yang dapat mendukung enam aspek perkembangan anak usia 3-6 tahun. Aspek
perkembangan ini adalah aspek kognitif, bahasa, agama, motorik halus, dan sosial emosional.
Beberapa aspek perkembangan yang dimiliki oleh anak-anak akan berkembang sesuai dengan
usia mereka ketika dirangsang dengan cara yang menyenangkan seperti bermain. Melalui
APE ini anak-anak dapat bermain sambil melatih beberapa aspek perkembangan mereka.
Selama bermain anak-anak dapat ditemani oleh kedua orang tua dan guru, sehingga selama
bermain materi yang diterima oleh anak meningkat dan lebih menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA Anwar, Chairul. (2014). Sifat Manusia dalam Pendidikan.


 Yogyakarta: Seperti- Pers. Elfiadi. (2018). Dampak Gadget pada Perkembangan Anak Usia
Dini. Jurnal ITQAN, 9 (2) ,. 97-110 Fuziddin, Mohammad. (2014). PAUD Belajar Bermain,
Cerita dan Bernyanyi Islami. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mukhtar, Nurkamelia. (2018).
Penggunaan Alat Permainan Edukatif dalam Merangsang Perkembangan Fisik-Motorik Anak
Usia Dini. Jurnal Program Studi PGRA,
 4 (2), 125-138. Nengsi, MI, & Eliza, D. (2019). Implementasi Pengembangan Karakter untuk
Peduli Lingkungan untuk Anak-anak dalam Konteks Alam Takambang Badi Guru. Jurnal
tentang Anak Usia Dini,
 2 (2), 28-40. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun
2009 tentang, Standar Pendidikan Anak Usia Dini, Tanpa Nama Kota: Tanpa Nama Penerbit.
Pusari, Ratna, W. (2016). Analisis Penggunaan Alat Permainan Edukasi (APE) dalam
Membuat Pembelajaran Bahasa di Taman Kanak-Kanak Tunas Rimba II Kota Semarang.
Jurnal Pendidikan Guru Raudlatul athfal, 6 (1), 61-70.

 Retno Anggraini, Suyadi / Jurnal Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Anak Usia Dini 8 (2)
(2019)
80
Putri, PRU, Antara, PA, Titayani, LA (2016). Pengaruh Permainan Konstruktif pada
Kemampuan Motorik Halus Anak di Grup A2 Rabitulmutaallim Tegalinggah Singaraja.
PAUD Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha, 4 (3), 1- 10. Setyaningrum, SW, Triyanti.,
Yvonne. MI (2014). Belajar dalam Pendidikan Anak Usia Dini dengan Perkembangan
Kognitif pada Anak. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 8 (6), 243- 249. Syamsuardi.
(2012). Penggunaan Game Edukasi (APE) di TK PAUD TK Polewali Tanete Riattang
Kabupaten Bone. Jurnal Publikasi Pendidikan, 11 (1), 59-67. Syamsudin, Amir. (2012).
Pengembangan Nilai-Nilai Agama dan Moral pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak,
1 (2), 105-112.

Anda mungkin juga menyukai