Anda di halaman 1dari 20

BAB VI

IEORI-TEORI KEBENARAN
A. PENDAHULUAN
Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh
untuk memperoleh kcbenaran, antara lain dengan mmenggunakan rasio seperti
para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman
yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang melalui penalaran
rasional, kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti. Ilmu
penetahuan harus dibedakan dari penomena alam. Fenomena alam adalah fakta,
kenyataan yang tunduk pada hukum-hukum yang menyebakan fenomena itu
muneul. Ilmu penetahuan adalah formulasi hasil aproksimasi atas fenomena
alam atau simphikasi atas fenomena terscbut.

Struktur pengetahuan manusia menujukan tingkatan-tingkatan dalam hal


menangkap kebenaran. Setiap tingkat pengetahuan dalam struktur tersebut
menunjukan tingkat kebenaran yang berbeda. Pengetahuan inderawi merupakan
struktur terendah dalam struktur terscbut. Tingkat yang lebih rendah menangkap
kebenaran secara tidak lengkap, tidak terstruktur, dan pada umumnya kabur,
khususnya pada pengetahuan inderawi dan naluri. Oleh sebab itulah
pengetahuan ini harus dilengkapi dengan pengetahuan yang lebih tinggi.
Pada tingkat pengetahuan rasional-ilmiah, manusia melakukan penataan
pengetahuannya agar terstruktur dengan jelas.

Filsafat itu memiliki tiga cabang kajian yaitu ontologi, epistemologi


dan aksiologi. Ontologi membahas tentang apa itu realitas. Dalam hubunganya
dengan ilmu pengetahuan filsafat ini membahas tentang apa yang bisa
dikategorikan scbagai objek ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan
modern, realitas dibatasi pada hal-hal yang bersifat materi dan kuantitatif. Ini
tidak terlepas dari pandangan yang materialistik-sekularistik. Kuantifikasi objek
ilmu pengetahuan berarti bahwa aspek-aspek alam yang bersifat kuantitatif
menjadi diabaikan. Epistemologis membahas masalah metodologi ilmu
pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan modern, jalan bagi diperolehnya ilmu
pengetahuan adalah metode ilmiah dengan pilar utamanya rasionalisme dan
empirisme. Aksiologi menyangkut tujuan diciptakanya ilmu pengetahuan,
mempertimbangkan aspek pragmitis• matenahstis.

Dari semua pengetahuan, maka ilmu merupakan pengetahuan yang aspek


ontologi, epistomologi, dan aksiologinya telah jauh lebih berkembang
dibandingkan dengan pengetahuan-pengetahuan lain, dilaksanakan secara
konsekuen dan penuh disiplin. Misalnya hukum-hukum, teori-teori,
ataupun
Dipind a deng an CamnSca nner
rumus-rumus filsafat, juga kenyataan yang dikenal dan diunpkapkan
Mercka muncul dan berkembang maju sampai pada taraf kesadaran dalam diri
pengenal dan masyarakat pengenal. Kebenaran dapat dikclompokan dalam tiga
makna: kebenran moral, kebenran logs, dan kcbenaran metafisik. Kebenran
moral menjadi bahasa etika, ia menunjukan hubungan antara yang kita nyatakan
dengan apa yang kita rasakan. Kebenaran logis menjadi bahasan epistemolopi,
logika, dan psikologi, ia merupakan hubungan antara pernyataan dengan realitas
objcktif. Kebenaran metafisik berkaitan dengan yang ada sejauh berhadapan
dengan akal budi karena yang ada mengungkapkan diri kepada akal budi.
Yang ada merupakan dasar dari kebenaran, dan akal budi yang menyatakan.

A. Pengertian Kebenaran

Kebenaran adalah berasal dari kata benar. Kata benar bermakna (I) sesuai
sebagaimana adanya (seharusnya), (2) tidak berat scbelah, () lurus hati, (4) dapat
dipercaya (cocok dengan keadaan yang sebenarnya), (5) sah, dan (6) sangat. Kata
kebenaran' bermakna (I) keadaan yang cocok kcadaan yang sesungguhnya, (2)
sesuatu yang sungguh-sungguh adanya, Kebenaran adalah satu nilai utama dalam
kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia
manus1a.

·Aristoteles mendefinisikan kebenaran adalah soal kesesuaian antara apa


yang diklaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya. Benar dan
salah adalah soal sesuai tidaknya apa yang dikatakan dengan kenyataan
sebagaimana adanya. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia (oleh
Purwadarminta), ditemukan arti kebenaran, yaitu: I. Keadaan yang benar (cocok
dengan hal atau keadaan sesungguhnya); 2. Sesuatu yang benar (sungguh-sungguh
ada, betul demikian halnya); 3. kejujuran, ketulusan hati; 4. Selalu izin,
perkenanan; 5. Jalan kebetulan. Sclaras dengan Poedjawiyatna (1987:16) yang
mengatakan bahwa persesuaian antara pengatahuan dan obyeknya itulah yang
disebut kebenaran. Artinya pengetahuan itu harus yang dengan aspek obyek yang
diketahui. Jadi pengetahuan benar adalah pengetahuan obyektif.

B. Cara Penemuan Kebenaran

Kcbenaran dapat ditemukan dalam berbagai cara. Sedikitnya, penemuan


kebenran dapat dikelompokan atas dua cara, yakni cara ilmiah dan non-
ilmiah.
Pada kesempatan lain, kasmadi dkk. (surajiyo, 2007:100-ilmiah. M kal
. . • · . engemul.aan
cara yang dilakukan manusia untuk menemukan kebenaran. Cara di [
·• : acmal;sud ialah
sepertr rkut 1m:
pe .
Dipindai dengan CamScanner
I. Penemuaan secara kebetulan
k&or g ovt' nS}
Penemuan kebenran secara kebetulan merupakan penemuan yang
berlangsung tanpa disengaja. Penemuan imi berhasil dilakukan tanpa
sebuah
rencana. Ini merupakan cara yang tidak ilmiah, tetapi benar dan bermanfaat.

2. Penemuan trial and error

Penemuan kebenran melalui coba dan ralat atau ebih dikenal dengan
istilah trial and error terjadi tanpa adanya kepastian akan berhasil atau
tidak berhas1 menemukaan kebenaran yang dicari itu sendiri kurang jelas.
Penemuan kebenran melalui cara ini sering kali memerlukan waktu yang
lama, karena memang tanpa rencana, tidak terarah, dan tidak diketahui
tujuanya. Cara penemuan kebenaran jenis ini tidak dapat diterima secara ilmiah.

3. Penemuan melalui Otoritas atau kewibawaan. /J[.


Pendapat orang-orang yang memiliki kewibawaan sering diterima sebagai
sebuah kebenaran. Pendapat itu tidak didasarkan pada pembuktiaan ilmiah.
Pendapat ini terutama dimaksudkan untuk merangsang usaha penemuaan baru
bagi orang-orang yang menyaksikannya. Pendapat yang dinyatakan sesorang
karena kewibawaannya telah dibuktikan ketidakbenarannya akan tertolak dengan
sendirinya. Bahkan walaupun pendapat dimaksud terbukti kebenarannya,
kcbenarannya pun belum dapat diterima secara ilmah. Kebcnaran yang
dihasilkannya merupakan kebenaran sesaat saja atau kebenaran untuk suau
kondisi tertentu saja.

4. Penemuan secara spekulatif

Penemuan kebenaran ini terjadi karena adanya usaha mencari solusi dari
sebuah masalah. Solusi yang didiuga dapat memecahkan masalah tentu dalam
berbagai bentuk. Bentuk-bentuk ini menjadi pilahan solusi. Pilihan terhadap solusi
inilah yang mcrupakan spekulatif penemuan kebenaran. Cara penemuan
kebenaran ini pun tidak dapat diteria secara ilmiah.

5. Penemuan kebenaran melalui cara berpikir kritis dan rasional

Penemuan kebenaran ini terjadi karena adanya upaya menggunakan


pengalaman dan kemampuan berpikir sesorang untuk mencari solusi dari sebuah
masalah. Pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang menjadi dasar
dalam berpikir cara untuk memecahkan suatu masalah secara tepat. Cara berpikir
yang ditempuh pada tingkat permulaaan dalam memecahkan masalah adalah
dengan cara berpikir analitis dan cara berpikir sintesis.
Dipindai denga n CamnScanoe
6. Penemuan kebenaran melalui penelitian
ilmiah

Penemuan kcbenaran melalu scbuah penehtian ilmiah merupakan


Cara penemuan kebenaran yang didasarkan dart hasrat mngin tahu. Hal ini
didasarkan pada pemikiran bahwa setap ak1bat pada suatu scbab. Dalam
pelaksanaannva melalu suatu metode yang harus meneapar suatu umversal dan
koheren dalam pencrapannya dituntut adanya suatu s1stem yang konsisten. Ini
akan menjadikan susunan penemuan kcbenaran akan menjadi logs.

Penemuan kcbenaran melalui penehtian ilmiah harus objckif. Untuk


menamin objektivitas suatu pencarian kcbenaran melalui penclitian ilmiah,
tintutan intersubjektivitas perlu dipenuhu. Penelitian ilmiah harus diverifikasi dar
terbuka untuk diperiksa oleh ilmuan yang lain. Pemeriksaan ini dimaksudkan
untuk pembuktian kebenaran dan ketidakbenarannya. Pembuktian ini dapat
dilakukan kapan saja sepanjang kebenaran yang ditemukan melalui penelitian
ilmiah masih terbukti kebenarannya selama itu pula kebenaran itu masih diterima
sebagai sesuatu yang benar adanya. Demikian sebaliknya, jika kebenaran
dimaksud telah terbukti ketidakbenaranya, maka kebenran itu ditolak kebenarnya.
Pembuktian kebenaran dan ketidakbenaran suatu penelitian ilmiah pula.

C. Teori-teori Kebenaran dan Tokoh-tokoh Yang Mendukung

Ilmu pengetahuan terkait erat dengan pencarian kebenaran, yakni kebenaran


ilmiah. Ada banyak yang termasuk pengetahuan manusia, namun tidak semua
hal itu langsung kita golongkan sebagai ilmu pengatuhan. Hanya
pengetahuan tertentu, yang diperoleh dari kegiatan ilmiah dengan metode yang
sistematis, melalui penelitian, analisis dan pengujian data secara ilmiah, yang dapat
kita sebut sebagai ilmu pengetahuan. Dalam sejarah filsafat, terdapat beberapa
teori tentang kebenaran, antara lain:

1. Teori Kebenaran Koherensi

Teori kebenaran koherensi ini biasa disebut juga dengan teori konsitensi.
Pengertian dari teori kebenaran koherensi ini adalah teori kebenaran yang
medasarkan suatu kebenaran pada adanya kesesuaian suatu pernyataan dengan
pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima dan
diakui kcbcnarannyt.1/Scdcrhanya da, i teori ini adalah pernyataan dianggap benar
apabila bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang
dianggap benar. Contoh teori koherensi ini adalah pelajaran matemat1ka.
Menurutnya, matematika ialah bentuk pengetahuan yang penyusunannya
dilakukan pembuktian berdasarkan teori koheren. Sistem matematika disusun
atas
bebeberpa dasar pernyataan yang dianggap benar yakni aksioma. Dengan c
Dipindai dengan CamScanner
mempergunakan beberapa aksioma maka disusun suatu torema. Diatas torem
maka dikembangkan kaidah-kaidah matematika yang secara
keseluruhan merupakan suatu sistem konsitensi. Tokoh kebenaran koherensi ini
adalah Plato (427-347) dan Aristoteles (384-322.SM)

2. Teori Kebenaran Korespodensi

Teori kebenaran ini memiliki tokoh yang bernama Aristoteles,


menurutnya sesuatu yang ada sebagai tidak ada, atau tidak ada sebagai ada dan
maksudnya adalah salah. Sebaliknya mengatakan hal yang ada sebagian ada dan
yang tidak ada adalah benar. Muncul kcbenaran sebagai persesuaian antara
apa yang dilakukan atau dipikirkan dengan kenyataan. Teori kebenaran
korespodensi ini sangat penting sekali antara lain adalah:

a. Teori ini sangat didukung olch empirisme


Sangat menghargai pengamatan dan pengujian empiris, teori ini lebih
menekankan cara kerja pengetahuan aposterion.
b. Teori ini menegaskan dualitas antara S dan O. Pengenal dan
yang dikenal.
c. Teori ini menekankan bukti bagi kebenaran suatu pengetahuan.
Bukti ini bukannya hasil akal budi, atau hasil imajinasi akal budi, tetapi apa
yang disodorkan obyek melalui panca indera. Menurut Jujun S. Suriasumantri,
teori ini memiliki pengertian suatu pernyataan jika materi pengetahuan yang
dikandung peryataan itu berhubungan dengan obyek yang dituju oleh pemyataan
tersebut. Teori korespodensi ini dipergunakan dalam cara berpikir
ilmiah.
Penalaran teoretis berdasarkan logika deduktifjelas mempergunakan teori ini.

3. Teori Kebcnaran Performatif ( \J.GMh\.a 'd "J.


Teori ini dianut oleh filsuf Frank Ramsey, John Austin dan Peter Strawson.
Para filsuf ini hendak menentang teori klasik bahwa "benar" dan "salah" adalah
ungkapan yang hanya menyatakan sesuatu. Proposisi yang benar berarti proposIs!
itu menyatakan sesuatu yang memang dianggap benar. Menurut teori ini, suatu
pemyataan dianggap benar jika ia menciptakan realitas. Jadi pernyataan yang
benar bukanlah permyataan yang mengungkapkan realitas, tetapi justeru dengan
pemyataan itu tercipta realitas sebagaimana yang diungkapkan dalam pernyataan
itu. Sederhanya teori kebenaran performatif adalah mereka melawan teori klasik
bahwa benar dan salah adalah ungkapan deskriptif jika suatu pernyatan benar
kalau ia menerapkan realitas.
Dipindai deng an CamnSca ner
4. Teori Kebenaran
Pragmatik

Pragmatik berasal dari kata Yunani yang berarti 'action"dan ju Iga be :


t' o
+erar
"practice". Tokoh dalam pragmatik dikenal olch tokoh charles Pierce,
William
lames dan John Dewwey Pragmatik lcbih memprioritaskan tindakan daripada
penetahuan dan ajaran dan kenyataan pcngalaman hidup di lapangan daripada
prinsip-prinsip muluk yang mclayang di udara. Karena prinsip untuk menilai
pemikiran, agasan, tcori, kcbijakan, pernyataan tidak cukup hanya berdasarkan
logisnya dan bagusnya rumusan-rumusan, tetapi berdasarkan dapat tidaknya
dibuktikkan, dilaksanakan, dan mendatangkan hasil. Menurut kaum pragmatik,
otak berfungsi scbagai pembimbing perilaku manusia. Kebenaran segala sesuatu
di uji lewat dapat tidaknya dilaksanakan dan direalisasikan untuk membawa
dampak positif, kemajuan manfaat. Sikap kaum pragmatik itu jelas ditentang oleh
kaum tcoretis dan kaum intelcktual. Namun, pada tergantung pragmatik baik
secara umum maupun khusus di bidang etis menyumbang sesuatu. Akan tetapi,
scbagai aliran fislafat pragmatik mengandung kelmahan-kelmahan. Pragmatik
mempersempit kcbenaran mrnjadi itu, pragmatik menolak kebenaran yang tidak
dapat langsung di praktckkan, padahal banyak kebenaran yang tidak dapat
langsung di praktckkan. Paham manusia seutuhnya adalah contoh sederhana.
Sebagai paham etis pragmatik menyatakan bahwa yang baik adalah yang dapat di
praktekkan, berdampak positif dan bermanfaat. Berikut paham ini dijelaskan
melalui beberapa penjelasan seperti berikut, pertama ada kebaikan yang dilihat
dari manfaatnya tak dapat dimengerti. Kedua, kebaikan yang bila dilaksanakan
malah mencelakakan. Ketiga, antara kebaikan dan pelaksanaan tidak ada
hubungan langsung untuk melaksanakan kebaikan perlu dukungan situasi,
kondisi, sarana dan prasarana, serta ada kemauan dari perilakunya. Pragmatik
sebagai aliran filsafat dan paham bukan tanpa kelemahan akan tetapi,
pandangannya untuk saat tertentu, situasi hidup, dan keadaan masyarakat tertentu
dapat menggelitik dan digunakan sebagai pertanyaan kritis.

PEMBAHASAN

Pendidikan pada umumnya dan ilmu pengetahuan pada khususnya


mengemban tugas utama untuk menemukan, pengembangan, menjelaskan,
menyampaikan nilai-nilai kebenaran. Semua orang yang berhasrat untuk
mencintai kebenaran, bertindak sesuai dengan kebenaran. Kebenaran adalah satu
nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi
rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human
dignity) selalu berusaha memeluk suatu kebenaran.

Jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong


pula untuk melaksanakan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman
Dipindai deng an CamnSca ner
tentang kcbenaran, tanpa melaksanakan kcbenaran tersebut manusia
akan mengalami pertcntangan batin, konfhik spikologis. Menurut para ahli filsafat itu
bertinpkat-tinpkat bahkan tingkat-tinpkat tcrsebut bersifat hirarkhis. Kebenaran
yang satu di bawah kcbenaran yang lain tingkatan kualitasnya ada kebenaran
relatif, ada
kcbenaran mutlak (absolut). Ada kebcnaran alami dan ada
pula kcbenaran illahi, ada kcbenaran khusus individual, ada pula kebenaran
umum
universal

Dalam kchidupan manusia, kcbcnaran adalah fungsi rohaniah. Manusia di


dalam kcpribadian dan kcsadarannya tak mungkin tnapa kebanran Berdasarkan
scope potensi subjek, maka susunan tingkatan kebenaran itu menjadi; (l)
Tingkatan kebenaran indera adalah tingakatan yang paling sederhanan dan
pertama yang dialami manusia, (2) Tingkatan ilmiah, pengalaman-
pengalaman yang didasarkan disamping melalui indara, diolah pula dengan rasio,
(3) Tingkat filosofis,rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam mengolah
kebenaran itu semakin tinggi nilainya, (4) Tingkatan religius, kebenaran mutlak
yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa dan dihayati oleh kepribadian
dengan integritas
dengan iman dan kepercayaan.

Keempat tingkat kebenarna ini berbeda-beda wujud, sifat dan kualitasnya


bahkan juga proses dan cara terjadinya, disamping potensi subyek yang
menyadarinya. Potensi subyek yang dimaksud disini ialah aspek kepribadian yang
menangkap kebenarna itu. Misalnya pada tingkat kebenaran indera, potensi
subyek yang mcnangkapnya ialah panca indra.

Kebenaran itu ialah fungsi kejiwaan, fungsi rohaniah. Manusia selalu


mencari kebanAran itu, membina dan menyempumakannya sejalan dengan
kematangan kepribadiannya. Terdapat tiga jenis kebenaran yaitu ( l)
Kebenaran Epistemologi (berkaitan dengan pengetahuan), (2) Kebenaran ontologis
(berkaitan dengan sesuatu yang ada/ diadakan), (3) Kebenaran semantis
(berkaitan dengan bahasa dan tutur kata).

Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami


kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu.
Sebaliknya pengctahuan dan pemahaman tentang kebenran, tanpa
melaksankan konflik kebenaran, manusia akan mengalami pertentangan batin,
konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu yang dilakukan
harus diiringi akan kcbcnaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia
juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana
selalu ditunjukkan oleh kebanaran.
Dipinda i deng an CaScanner
Kebenaran agama yang ditangkap dengan wluruh kephdan terutam
oleh budi nurani merupakan puncak kesadaran manusia Hal m bukan a kt1a
sumber kebenarnan itu berasal dan Tuhan Yang Maha Esna supernatural melaml
an uga karena yang menerima kebenaran imi adalah satu subyck denpan mtr
pita
kepribadian. Nilai kebenaran agama menduduki status tertmnyg katna
wmud kebenaran ini ditangkap oleh integritas kepr1badman. Scluruh tnpk at
penpalaman, yakni pengalaman ilmiah, dan pengalaman filosofis tcrhpun
pauda pun al kesadaran religius yang dimana di dalam kcbenaran im
menpandunp tujuan hdup manusia dan sangat berarti untuk dijalankan oleh
manusia.

Teori-teori kebenaran dalam filsafat yang sering «diunakan oleh


para filusuf yaitu teori korespodensi dimana masalah kcbenaran menurut
ton 1mt hanyalah perbandingan antara realita oyek (informasi, fakta, peristiwa,
pendapat) dengan apa yang ditangkap oleh subjek (ide, kesan). Jika ide atau
kcsan yan dihayati subjek (pribadi) sesuai dengan kenyataan, realita, objck, maka
scsuatu it benar. teori korispodensi menerangkan bahwa kcbcnaran atau
scsuatu kcdaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang
dimaksud uatu pemnyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud
olch pernyataan atau pendapat tersebut. Cara berfikir ilmiah yaitu logika
induktif menypunakam teori korespodensi ini. Teori kebenaran menuru
corespondensi ini sudah ada di dalam masyarakat sehingga pendidikan moral
bagi anak-anak ialah pemahaman atas pengertian-pengertian moral yang telah
merupakan kcbenaran itu. Apa yan diajarkan oleh nilai-nilai moral ini harus
diartikan scbagai dasar bagi tindakan• tindakan anak di dalam tingkah lakunya.

Teori kedua yaitu teori koherensi, teori ini merupakan suatu usah
pengujian (test) atas arti kebenaran. Hasil test dan eksperimen dianggap
rehiblc jika kesan-kesanyang berturut-turut dari satu penyelidik bersifat konsisten
dengan hasil test eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan
tempat yang lain. Menurut teori koherensi untuk menetapkan suatu kcbenarna
bukanlal didasarkan atas hubungan subyek dengan realitas obyek. Scbab apabila
didasarkan atas hubungan subyek (ide, kesannya dan comprehensionnya)
dengan obyck, pastilah ada subyektivitasnya. Oleh karena itu pemahaman
subyck yang satu tentang sesuatu realitas akan mungkin sekali berbeda
dengan apa yang ada di dalam pemahaman subyek lain. Teoni ini dipandang
scbagai teori ilmiah yaitu sebagai usaha yang sering dilakukan di dalam penelitian
pendidikan khsusunya di dalam bidang pengukuran pendidikan. Teori konsisten
ini tidaklah bertcntanpan dengan teoni korespondensi. Kedua teori ini lebih
bersifat melengkapi. Tcori konsistensi adalah pendalaman dankelanjutan yang
teliti dan tcori korespondcnsi. Teon korespondensi merupakan pernyataan dari
arti kebenaran. Sedah tcori konsistensi merupakan usaha pengujian (test)
atas arti kebenaran tadi. Ieomi
Dipindai dengan CamScanner
kohetensr( e eoute nee theory of rut) menganggap suatu pernyataan benar b
hi dalamnva tdak ada perntentangan, bersifat koheren dan konsisten
dengn pervataan sebelumnya yang telah dianggap benar. Dengan demikian
uatu pemvataan chianggap benar, jka pemyataan itu dilaksanakan atas
pertimbanan vang konsisten dan pertbangan lain yang telah diterima
kebenarannya

Feon ketiga vaitu tconi pragmatis, menguji kebenaran dalam praktek


yang hikenal para pendihik sebagat metode project atau metode problem solving
dari dalam pengajaran. Icon pragmatisme (the pragmatic theory oftruth)
menganggap suatu pernyataan tcont atau dahl itu memltk kebanaran bila
memiliki kegunaan dan manfaat bag kelidupan manusta pragmatisaum
menggunakan kriteria kebenarannya dengan kegunaan (utility) dapat dikerjakan
(workobility) dan akibat yagn memuaskan (saustaktor consequence). Oleh karena
itu tidak ada kebenaran yang mutak tetap, kebenarannya tergantung pada
manfaat dan akibatnya. Akibat hasil yang memuaskan bagi kaum pragmatis
adalah (I) Sesuai dengan keinginan dan tujuan, () Sesuat engan teruji dengan
suatu eksperimen, (3) Ikut membantu dan mendorong per)uangan untuk tetap
eksis (ada).

KESIMPULAN

Hakikat kebenaran sangat penting dan berperan sekali terhadap mencari


kebenaran tersebut di dalam suatu masalah pokok. Setiap kebenaran harus diserap
oleh kebenaran itu sendini serta kepastian dari pengetahuan tersebut, dari suatu
hakikat kebeneran merupakan suatu obyek yang terus dikaji oleh
manusia terutama para ahli filsuf, karena hakikat kebenaran ini manusia akan
mengalami pertentangan batin yakni konflik spikologis.

Manusia selalu dalam kehidupannya pasti dirundung permasalahan besar


maupun kecil itu mungkin sangat tidak menutup kemungkinan dan mencari
kebenaran sejati karena manusia ingin melepaskan permasalahan tersebut, tetapi
bingung ingin mencari teori kebenaran karena banyak cara ditempuh untuk
memperoleh kebenaran antara lain dengan menggunakan rasio seperti
para
rasionahis dan melalui pengalaman atau empiris.
Memang sesuatu sifat manusia y. selalu mencari kebenaran y~
ang
- ang
scbenarnya itu, inti dari membina dan menyempumakannya sejalan
dengan
kematangan kepribadiannya. Suatu kebenaran tidak hanva membutuhkan
pengakuan dani salah satu orang atau sekelompok orang saja tetapi kebenaran it
memihiki takaran-takaran atau ukuran-ukran kebenaran tersebut diantara lain
adalah berfikir merupakan suatu aktifitas manusia untuk menemukan kebenaran
serta apa yang disebut benar oleh seseorang belum tentu benar bagi orang lain•

Dipindai dengan CamScanner


Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia menert dan memaha
kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksankan kcbcnaran tu

Cara penemuan kebenaran dapat kita lakukan dengan penemuan kcbcncran


melalu penehitian ilmiah. Dengan cara ini akan scmakin kuat tinkat
kebenarannya. Selain itu teori-tcori tentang kcbenaran jupa bisa dijacdikan bayam
slah satu cara untuk penemuan suatu kebenaran.

DAFTAR PUSTAKA Banasuru,

A. 2013. Filsafat dan Fils@fat I/mu. Bandung Alfabeta Kebung. K.

2001. Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Pustaka Raya

Suriasumantri, J. S. 2010. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta:


PT
Penebar Swadaya
Dipindai denga n CamnScanoe

Anda mungkin juga menyukai