0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
15 tayangan7 halaman
Tugas ini membahas metode penelitian komunikasi dan prinsip-prinsip penelitian ilmiah. Dibahas pula pentingnya riset dan logika berpikir ilmiah serta ruang lingkup kajian peristiwa komunikasi yang meliputi interpersonal, kelompok, publik, organisasi, dan massa.
Tugas ini membahas metode penelitian komunikasi dan prinsip-prinsip penelitian ilmiah. Dibahas pula pentingnya riset dan logika berpikir ilmiah serta ruang lingkup kajian peristiwa komunikasi yang meliputi interpersonal, kelompok, publik, organisasi, dan massa.
Tugas ini membahas metode penelitian komunikasi dan prinsip-prinsip penelitian ilmiah. Dibahas pula pentingnya riset dan logika berpikir ilmiah serta ruang lingkup kajian peristiwa komunikasi yang meliputi interpersonal, kelompok, publik, organisasi, dan massa.
2. Prinsip Penelitian Ilmiah.? 3. Pentingnya riset dan logika berfikir ilmiah.? 4. Ruang lingkup kajian peristiwa atau fenomena komunikasi.?
Jawaban
1. Riset Komunikasi berisi terapan/praktik berbagai riset dalam bidang ilmu
komunikasi mulai dari riset isi/konten media massa, riset perilaku konsumen, riset perilaku klayak media, riset produksi film/sinema, riset evaluasi Public Relations, hingga riset audiens.Sarwono, Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2. Beberapa prinsip metodologi oleh beberapa ahli, diantaranya: A. Rene Descartes Dalam karyanya Discourse On Methoda, dikemukakan 6 (enam ) prinsip metodologi yaitu: 1. Membicarakan masalah ilmu pengetahuan diawali dengan menyebutkan akal sehat (common sense) yang pada umumnya dimiliki oleh semua orang. Akal sehat menurut Descartes ada yang kurang, adapula yang lebih banyak memilikinya, namun yang terpenting adalah penerapannya dalam aktivitas ilmiah. 2. Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan dalam aktivitas ilmiah maupun penelitian. Descartes mengajukan 4 (empat) langkah atau aturan yang dapat mendukung metode yang dimaksud yaitu: (1) Jangan pernah menerima baik apa saja sebagai yang benar, jika anda tidak mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai kebenarannya. Artinya, dengan cermat hindari kesimpulan-kesimpulan dan pra konsepsi yang terburu-buru dan jangan memasukkan apapun ke dalam pertimbangan anda lebih dari pada yang terpapar dengan begitu jelas sehingga tidak perlu diragukan lagi, (2) Pecahkanlah setiap kesulitan anda menjadi sebanyak mungkin bagian dan sebanyak yang dapat dilakukan untuk mempermudah penyelesaiannya secara lebih baik.(3) Arahkan pemikiran anda secara jernih dan tertib, mulai dari objek yang paling sederhana dan paling mudah diketahui, lalu meningkat sedikit demi sedikit, setahap demi setahap ke pengetahuan yang paling kompleks, dan dengan mengandaikan sesuatu urutan bahkan diantara objek yang sebelum itu tidak mempunyai ketertiban baru. (4) Buatlah penomoran untuk seluruh permasalahan selengkap mungkin, dan adakan tinjauan ulang secara menyeluruh sehingga anda dapat merasa pasti tidak suatu pun yang ketinggalan. (5)Langkah yang digambarkan Descartes ini menggambarkan suatu sikap skeptis metodis dalam memperoleh kebenaran yang pasti. 3. Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi landasan bagi penerapan metode sebagai berikut: (1) Mematuhi undang-undang dan adat istiadat negeri, sambil berpegang pada agama yang diajarkan sejak masa kanak-kanak. (2) Bertindak tegas dan mantap, baik pada pendapat yang paling meyakinkanMaupun yang paling meragukan. (3) Berusaha lebih mengubah diri sendiri dari pada merombak tatanan dunia. 4. Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang acap kali terkecoh oleh indera. Kita memang dapat membayangkan diri kita tidak berubah namun kita tidak dapat membayangkan diri kita tidak bereksistensi, karena terbukti kita dapat menyangsikan kebenaran pendapat lain. Oleh karena itu, kita dapat saja meragukan segala sesuatu, namun kita tidak mungkin meragukan kita sendiri yang sedang dalam keadaan ragu-ragu. 5. Menegaskan perihal dualisme dalam diri manusia yang terdiri atas dua substansi yaitu RESCOGITANS (jiwa bernalar) dan RES- EXTENSA (jasmani yang meluas). Tubuh (Res-Extensa) diibaratkan edengan mesin yang tentunya karena ciptaan Tuhan, maka tertata lebih baik. Atas ketergantungan antara dua kodrat ialah jiwa bernalar dan kodrat jasmani. Jiwa secara kodrat tidak mungkin mati bersama dengan tubuh. Jiwa manusia itu abadi. B. Alfred Julesaye Dalam karyanya yang berjudul Language, Truth and Logic yang terkait dengan prinsip metodologi adalah prinsip verifikasi. Terdapat dua jenis verifikasi yaitu: 1. Verifikasi dalam arti yang ketat (strong verifiable) yaitu sejauh mana kebenaran suatu proposisi (duga- dugaan) itu mendukung pengalaman secara meyakinkan. 2. Verifikasi dalam arti yang lunak, yaitu jika telah membuka kemungkinan untuk menerima pernyataan dalam bidang sejarah (masa lampau) dan ramalan masa depan sebagai pernyataan yang mengandung makna. 3. Ayer menampik kekuatiran metafisika dalam dunia ilmiah, karena pernyataan- pernyataan metafisika (termasuk etika theologi) merupakan pernyataan yang MEANING LESS (tidak bermakna) lantaran tidak dapat dilakukan verifikasi apapun. C. Karl Raimund Popper K.R. Popper seorang filsuf kontemporer yang melihat kelemahan dalam prinsip verifikasi berupa sifat pembenaran (justification) terhadap teori yang telah ada. K.R. Popper mengajukan prinsip verifikasi sebagai berikut: 1. Popper menolak anggapan umum bahwa suatu teori dirumuskan dan dapat dibuktikan kebenarannya melalui prinsip verifikasi. Teori- teori ilmiah selalu bersifat hipotetis (dugaan sementara), tak ada kebenaran terakhir. Setiap teori selalu terbuka untuk digantikan oleh teori lain yang lebih tepat. 2. Cara kerja metode induksi yang secara sistematis dimulai dari pengamatan (observasi) secara teliti gejala (simpton) yang sedang diselidiki. Pengamatan yang berulang -ulang itu akan memperlihatkan adanya ciri-ciri umum yang dirumuskan menjadi hipotesa. Selanjutnya hipotesa itu dikukuhkan dengan cara menemukan bukti-bukti empiris yang dapat mendukungnya. Hipotesa yang berhasil dibenarkan (justifikasi) akan berubah menjadi hukum. K.R. Popper menolak cara kerja di atas, terutama pada asas verifiabilitas, bahwa sebuah pernyataan itu dapat dibenarkan berdasarkan bukti-bukti verifikasi pengamatan empiris. 3. K.R Popper menawarkan pemecahan baru dengan mengajukan prinsip FALSIFA BILITAS, yaitu bahwa sebuah pernyataan dapat dibuktikan kesalahannya. Maksudnya sebuah hipotesa, hukum, ataukah teori kebenarannya bersifat sementara, sejauh belum ada ditemukan kesalahan- kesalahan yang ada di dalamnya. Misalnya, jika ada pernyataan bahwa semua angsa berbulu putih melalui prinsip falsifiabilitas itu cukup ditemukan seekor angsa yang bukan berbulu putih (entah hitam, kuning, hijau, dan lain-lain), maka runtuhlah pernyataan tersebut. Namun apabila suatu hipotesa dapat bertahan melawan segala usaha penyangkalan, maka hipotesa tersebut semakin diperkokoh (CORROBORATION). Sumber: http://supermahasiswa.multiply.com/journal/item/5/Sukses_Membuat_ Proposal_Penelitian 3. 1. Memberikan gambaran terkini (state of the art) terhadap minat khusus dalam bidang baru yang ingin diperkenalkan. 2. Membantu mengidentifikasi kesenjangan (gap) riset. 3. Untuk meninjau dengan membandingkan dan membedakan kegiatan riset Melalui subbuding akuntansi, seperti akuntansi keuangan, audit, akuntansi manajemen, sistem informasi, pasar modal, maupun perpajakan. 4.Sebagai sara berpikir ilmiah, logika mengarahkan manusia untuk berpikir dengan benar sesuai dengan kaidah berpikir yang benra. Dengan logika manusia dapat berpikir dengan sistematis dan dapat di pertanggungjawabkan kebenarannya. Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan dari penalaran itu mempunyai dasar kebenaran, maka proses berpikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap valid (sahih) jika proses penarikan kesimpulan itu dilakukan menurut cara tertentu. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, dimana logika secara luas dapat didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih. Penulis: Nurul Awaliyah, S.Pd. Math Teacher 4. Fenomena komunikasi merupakan salah satu saja dari sekian banyak fenomena menyangkut hubungan antar manusia dalam konteks kehidupan sosialnya. Sebagai salah satu fenomena, maka dari segi filosofis ilmu, fenomena komunikasi menjadi obyek materia komunikologi (ilmu komunikasi). Fenomena komunikasi sendiri merupakan suatu peristiwa menyangkut interaksi antar sesama manusia dalam kaitannya dengan kehidupan bermasyakat melalui lambang-lambang umum (bahasa lisan atau tulisan) maupun khusus (seperti mimik, gerak-gerik, dll). Sementara, peristiwa yang demikian sendiri keberlangsungannya dapat terjadi melalui sejumlah konteks atau setting. Setting dimaksud yakni, interpersonal; groups; public; organization dan mass. Dengan demikian, dalam mempelajari fenomenanya, agar tidak menjadi begitu kompleks, lebih dahulu diperlukan kesadaran akan eksistensi konteks komunikasi sebagaimana dimaksudkan barusan. Dari sini, maka demi memudahkan penelaahannya, langkah pertama yang dilakukan adalah pemfokusan obyek telaah komunikasi antar manusia. F Setelah menyadari keberadaan konteks-konteks komunikasi tadi, maka kaitan-kaitan konteks tadi dengan tradisi-tradisi ilmiah yang ada pun tidak bisa diabaikan. Pengabaian itu karena akan berimplikasi besar terhadap prosedur-prosedur dalam pendekatan ilmiah. Tradisi-tradisi dimaksud, misalnya seperti paradigma teori dan paradigma penelitian. Dalam kaitan latar belakang sebagaimana diungkap barusan, secara filosofis tulisan ini akan mencoba menelaah aspek epistemologi dalam upaya komunikologi mempelajari obyek materianya yang berupa komunikasi antar manusia (human communication) tadi. Bahasannya akan difokuskan pada soal-soal paradigama teori; paradigma penelitian; dan hubungan paradigma teori dengan paradigma penelitian. Pembahasan yang demikian dianggap sangat perlu karena demi menghindarkan kesalahan-kesalahan akademisi komunikasi dalam mempelajari fenomena komunikasi secara ilmiah yang dalam kenyataan masing sering dijumpai. Sumber: Cresswell, John W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, edisi 3. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Imran, Hasyim Ali. 2011. Peran Hipotesis dan Pretest dalam Penelitian Komunikasi. Jurnal Studi Komunikasi dan Media. Jakarta : Balai Pengkajian dan Pengembangan Informasi Wilayah II Jakarta. Rakhmat, Jalaluddin. 1991. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya. Robert T. Craig, p. 133., Communication Theory as a Field, sumber : http://www.stes- apes.med.ulg.ac.be/Documents_electroniques /MET/MET- COM/ELE%20MET-COM%20A- 8191.pdf Hamad, Ibnu. 2006. Handout perkuliahan Metode Penelitian Kualitatif. MIK UPDM (B), Jakarta.
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita