Anda di halaman 1dari 7

Tugas

Metode Penelitian Komunikasi

OLEH:

NAMA: MUH.NURHIDAYAT

NIM: F120096

PRODI: ILMU KOMUNIKASI B

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SULAWESI TENGGARA


Soal

1. Pengertian dari riset komunikasi.?


2. Prinsip Penelitian Ilmiah.?
3. Pentingnya riset dan logika berfikir ilmiah.?
4. Ruang lingkup kajian peristiwa atau fenomena komunikasi.?

Jawaban

1. Riset Komunikasi berisi terapan/praktik berbagai riset dalam bidang ilmu


komunikasi mulai dari riset isi/konten media massa, riset perilaku konsumen,
riset perilaku klayak media, riset produksi film/sinema, riset evaluasi Public
Relations, hingga riset audiens.Sarwono, Jonathan. (2006). Metode
Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
2. Beberapa prinsip metodologi oleh beberapa ahli, diantaranya:
A. Rene Descartes
Dalam karyanya Discourse On Methoda, dikemukakan 6 (enam )
prinsip metodologi yaitu:
1. Membicarakan masalah ilmu pengetahuan diawali dengan
menyebutkan akal sehat (common sense) yang pada umumnya
dimiliki oleh semua orang. Akal sehat menurut Descartes ada yang
kurang, adapula yang lebih banyak memilikinya, namun yang
terpenting adalah penerapannya dalam aktivitas ilmiah.
2. Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan
dipergunakan dalam aktivitas ilmiah maupun penelitian. Descartes
mengajukan 4 (empat) langkah atau aturan yang dapat mendukung
metode yang dimaksud yaitu: (1) Jangan pernah menerima baik apa
saja sebagai yang benar, jika anda tidak mempunyai pengetahuan
yang jelas mengenai kebenarannya. Artinya, dengan cermat hindari
kesimpulan-kesimpulan dan pra konsepsi yang terburu-buru dan
jangan memasukkan apapun ke dalam pertimbangan anda lebih dari
pada yang terpapar dengan begitu jelas sehingga tidak perlu
diragukan lagi, (2) Pecahkanlah setiap kesulitan anda menjadi
sebanyak mungkin bagian dan sebanyak yang dapat dilakukan untuk
mempermudah penyelesaiannya secara lebih baik.(3) Arahkan
pemikiran anda secara jernih dan tertib, mulai dari objek yang paling
sederhana dan paling mudah diketahui, lalu meningkat sedikit demi
sedikit, setahap demi setahap ke pengetahuan yang paling kompleks,
dan dengan mengandaikan sesuatu urutan bahkan diantara objek
yang sebelum itu tidak mempunyai ketertiban baru. (4) Buatlah
penomoran untuk seluruh permasalahan selengkap mungkin, dan
adakan tinjauan ulang secara menyeluruh sehingga anda dapat
merasa pasti tidak suatu pun yang ketinggalan. (5)Langkah yang
digambarkan Descartes ini menggambarkan suatu sikap skeptis
metodis dalam memperoleh kebenaran yang pasti.
3. Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi landasan bagi
penerapan metode sebagai berikut: (1) Mematuhi undang-undang
dan adat istiadat negeri, sambil berpegang pada agama yang
diajarkan sejak masa kanak-kanak. (2) Bertindak tegas dan mantap,
baik pada pendapat yang paling meyakinkanMaupun yang paling
meragukan. (3) Berusaha lebih mengubah diri sendiri dari pada
merombak tatanan dunia.
4. Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang acap kali terkecoh
oleh indera. Kita memang dapat membayangkan diri kita tidak
berubah namun kita tidak dapat membayangkan diri kita tidak
bereksistensi, karena terbukti kita dapat menyangsikan kebenaran
pendapat lain. Oleh karena itu, kita dapat saja meragukan segala
sesuatu, namun kita tidak mungkin meragukan kita sendiri yang
sedang dalam keadaan ragu-ragu.
5. Menegaskan perihal dualisme dalam diri manusia yang terdiri atas
dua substansi yaitu RESCOGITANS (jiwa bernalar) dan RES-
EXTENSA (jasmani yang meluas). Tubuh (Res-Extensa) diibaratkan
edengan mesin yang tentunya karena ciptaan Tuhan, maka tertata
lebih baik. Atas ketergantungan antara dua kodrat ialah jiwa bernalar
dan kodrat jasmani. Jiwa secara kodrat tidak mungkin mati bersama
dengan tubuh. Jiwa manusia itu abadi.
B. Alfred Julesaye
Dalam karyanya yang berjudul Language, Truth and Logic yang
terkait dengan prinsip metodologi adalah prinsip verifikasi. Terdapat
dua jenis verifikasi yaitu: 1. Verifikasi dalam arti yang ketat (strong
verifiable) yaitu sejauh mana kebenaran suatu proposisi (duga-
dugaan) itu mendukung pengalaman secara meyakinkan. 2. Verifikasi
dalam arti yang lunak, yaitu jika telah membuka kemungkinan untuk
menerima pernyataan dalam bidang sejarah (masa lampau) dan
ramalan masa depan sebagai pernyataan yang mengandung makna.
3. Ayer menampik kekuatiran metafisika dalam dunia ilmiah, karena
pernyataan- pernyataan metafisika (termasuk etika theologi)
merupakan pernyataan yang MEANING LESS (tidak bermakna)
lantaran tidak dapat dilakukan verifikasi apapun.
C. Karl Raimund Popper K.R. Popper
seorang filsuf kontemporer yang melihat kelemahan dalam prinsip
verifikasi berupa sifat pembenaran (justification) terhadap teori yang
telah ada. K.R. Popper mengajukan prinsip verifikasi sebagai berikut:
1. Popper menolak anggapan umum bahwa suatu teori dirumuskan
dan dapat dibuktikan kebenarannya melalui prinsip verifikasi. Teori-
teori ilmiah selalu bersifat hipotetis (dugaan sementara), tak ada
kebenaran terakhir. Setiap teori selalu terbuka untuk digantikan oleh
teori lain yang lebih tepat.
2. Cara kerja metode induksi yang secara sistematis dimulai dari
pengamatan (observasi) secara teliti gejala (simpton) yang sedang
diselidiki. Pengamatan yang berulang -ulang itu akan memperlihatkan
adanya ciri-ciri umum yang dirumuskan menjadi hipotesa. Selanjutnya
hipotesa itu dikukuhkan dengan cara menemukan bukti-bukti empiris
yang dapat mendukungnya. Hipotesa yang berhasil dibenarkan
(justifikasi) akan berubah menjadi hukum. K.R. Popper menolak cara
kerja di atas, terutama pada asas verifiabilitas, bahwa sebuah
pernyataan itu dapat dibenarkan berdasarkan bukti-bukti verifikasi
pengamatan empiris.
3. K.R Popper menawarkan pemecahan baru dengan mengajukan
prinsip FALSIFA BILITAS, yaitu bahwa sebuah pernyataan dapat
dibuktikan kesalahannya. Maksudnya sebuah hipotesa, hukum,
ataukah teori kebenarannya bersifat sementara, sejauh belum ada
ditemukan kesalahan- kesalahan yang ada di dalamnya. Misalnya,
jika ada pernyataan bahwa semua angsa berbulu putih melalui prinsip
falsifiabilitas itu cukup ditemukan seekor angsa yang bukan berbulu
putih (entah hitam, kuning, hijau, dan lain-lain), maka runtuhlah
pernyataan tersebut. Namun apabila suatu hipotesa dapat bertahan
melawan segala usaha penyangkalan, maka hipotesa tersebut
semakin diperkokoh (CORROBORATION).
Sumber:
http://supermahasiswa.multiply.com/journal/item/5/Sukses_Membuat_
Proposal_Penelitian
3. 1. Memberikan gambaran terkini (state of the art) terhadap minat khusus
dalam bidang baru yang ingin diperkenalkan.
2. Membantu mengidentifikasi kesenjangan (gap) riset.
3. Untuk meninjau dengan membandingkan dan membedakan kegiatan riset
Melalui subbuding akuntansi, seperti akuntansi keuangan, audit, akuntansi
manajemen, sistem informasi, pasar modal, maupun perpajakan.
4.Sebagai sara berpikir ilmiah, logika mengarahkan manusia untuk berpikir
dengan benar sesuai dengan kaidah berpikir yang benra. Dengan logika
manusia dapat berpikir dengan sistematis dan dapat di
pertanggungjawabkan kebenarannya.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan
pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan dari penalaran itu
mempunyai dasar kebenaran, maka proses berpikir itu harus dilakukan suatu
cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap valid (sahih) jika
proses penarikan kesimpulan itu dilakukan menurut cara tertentu. Cara
penarikan kesimpulan ini disebut logika, dimana logika secara luas dapat
didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih.
Penulis: Nurul Awaliyah, S.Pd. Math Teacher
4. Fenomena komunikasi merupakan salah satu saja dari sekian banyak
fenomena menyangkut hubungan antar manusia dalam konteks kehidupan
sosialnya. Sebagai salah satu fenomena, maka dari segi filosofis ilmu,
fenomena komunikasi menjadi obyek materia komunikologi (ilmu
komunikasi). Fenomena komunikasi sendiri merupakan suatu peristiwa
menyangkut interaksi antar sesama manusia dalam kaitannya dengan
kehidupan bermasyakat melalui lambang-lambang umum (bahasa lisan atau
tulisan) maupun khusus (seperti mimik, gerak-gerik, dll). Sementara,
peristiwa yang demikian sendiri keberlangsungannya dapat terjadi melalui
sejumlah konteks atau setting. Setting dimaksud yakni, interpersonal; groups;
public; organization dan mass. Dengan demikian, dalam mempelajari
fenomenanya, agar tidak menjadi begitu kompleks, lebih dahulu diperlukan
kesadaran akan eksistensi konteks komunikasi sebagaimana dimaksudkan
barusan. Dari sini, maka demi memudahkan penelaahannya, langkah
pertama yang dilakukan adalah pemfokusan obyek telaah komunikasi antar
manusia. F Setelah menyadari keberadaan konteks-konteks komunikasi tadi,
maka kaitan-kaitan konteks tadi dengan tradisi-tradisi ilmiah yang ada pun
tidak bisa diabaikan. Pengabaian itu karena akan berimplikasi besar
terhadap prosedur-prosedur dalam pendekatan ilmiah. Tradisi-tradisi
dimaksud, misalnya seperti paradigma teori dan paradigma penelitian. Dalam
kaitan latar belakang sebagaimana diungkap barusan, secara filosofis tulisan
ini akan mencoba menelaah aspek epistemologi dalam upaya komunikologi
mempelajari obyek materianya yang berupa komunikasi antar manusia
(human communication) tadi. Bahasannya akan difokuskan pada soal-soal
paradigama teori; paradigma penelitian; dan hubungan paradigma teori
dengan paradigma penelitian. Pembahasan yang demikian dianggap sangat
perlu karena demi menghindarkan kesalahan-kesalahan akademisi
komunikasi dalam mempelajari fenomena komunikasi secara ilmiah yang
dalam kenyataan masing sering dijumpai.
Sumber: Cresswell, John W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan Mixed, edisi 3. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Imran, Hasyim
Ali. 2011. Peran Hipotesis dan Pretest dalam Penelitian Komunikasi. Jurnal
Studi Komunikasi dan Media. Jakarta : Balai Pengkajian dan Pengembangan
Informasi Wilayah II Jakarta. Rakhmat, Jalaluddin. 1991. Metode Penelitian
Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya. Robert T. Craig, p. 133.,
Communication Theory as a Field, sumber : http://www.stes-
apes.med.ulg.ac.be/Documents_electroniques /MET/MET-
COM/ELE%20MET-COM%20A- 8191.pdf Hamad, Ibnu. 2006. Handout
perkuliahan Metode Penelitian Kualitatif. MIK UPDM (B), Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai