Anda di halaman 1dari 5

Alfon Taryadi, Epistemologi Pemecahan Masalah Menurut Karl R.

Popper

Epistemology adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakekat dan


lingkup pengetahuan dasar dan pengandaian-pengandaiannya serta penegasan bahwa
orang memiliki pengetahuan. Diragukannya kemungkinan untuk menemukan sesuatu
yang sungguh-sungguh benar. Tetapi orang dapat maju tanpa pengetahuan yang pasti.
Pengetahuan dalam arti sempit adalah pengetahuan yang dalam keadaan apapun tak
bisa salah, tak bisa diperoleh dank arena itu manusia tak usah repot mencarinya.
Dengan menggunakan prosedur tertentu dari akal dapat ditemukan
pengetahuan dalam arti yang paling ketat, yaitu pengetahuan yang dalam keadaan
apapun tak mungkin salah, kita tidak dapat menemukan pengetahuan yang pasti
secara mutlak dalam pengalaman inderawi harus dicari adalan alam pikiran.
Beberapa filsuf percaya teori pengetahuan yang memuaskan harus sesuai
dengan kenyataan bahwa beberapa diantara kebenaran akal termasuk diantara hal-hal
yang kita ketahui. Tetapi beberapa filsuf lain merumuskan criteria pengetahuan begitu
rupa sehingga menurut criteria itu, kebenaran-kebenaran akal tidak termasuk kedalam
hal-hal yang kita ketahui. Yang lain lagi mengatakan bahwa apa yang tersebut
kebenaran-kebenaran akal hanya bersangkutan dengan cara-cara orang berfikir atau
cara-cara penggunaan bahasa.
Menurut kant teori-teori ilmiah adalah buatan manusia atau kita mencoba
mendesakkkan berlakunya teori-teori itu diatas dunia. Pengetahuan bersifat apriori
secara genetis atau psikologis, namun ia menyalahkan anggapannya bahwa suatu
pengetahuan bisa sah secara apriori. Teori-teori kita meruoakan hasil penemuan kita,
tetapi mungkin saja teori-teori kita hanya dugaan-dugaan yang kurang beralasan. Kita
bisa saja berpegangan pada teori itu kalaupun teori itu salah. Dalam perjalanan waktu
kita dapat mengembangkan sikap kritis terhadapnya. Kita dapat mencoba
menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik bila kita telah memergoki

1
kegagalannya. Jadi bisa timbul suatu fase pemikiran ilmiah atau kritis, yang secara
niscaya didahului oleh suatu fase tak kritis.
Popper membedakan penggunaan istilah “akal” dan “Rasionalisme” dalam
arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas, istilah-istilah tersebut dipakai untuk
mencakup tidak hanya kegiatan intelektual, melainkan juga pengamatan dan
percobaan. Sedangkan dalam arti sempit kata akal dan rasionalisme dipakai untuk
dipertentangkan bukan terhadap irasionalisme melainkan terhadap empirisisme.
Dalam penggunaan secara senpit ini, rasionalisme mengangungkan akal diatas
pengamatan dan percobaan, dan mungkin lebih tepat disebut intgelektualisme.
Popper menggunakan kata rasionalisme untuk menunjukkan suatu sikap yang
berusaha memecahkan sebanyak mungkin masalah dengan bersandar pada akal, yaitu
pikiran jernih dan pengalaman lebih dari pada bersandar pada perasaan dan nafsu.
Jadi rasionalisme yang diperjuangkan Popper ialah rasionalisme dalam arti luas, yang
melibatkan sikap terbuka untuk diskusi kritis, sedia untuk belajar dari kesalahan dan
terbuka untuk bekerjasama mendekati kebenaran. Popper mendukung rasionalisme
kritis yang mengakui kenyataan bahwa sikap rasionalis yang fundamental merupakan
hasil dari suatu tindak kepercayaan, kepercayaan pada akal, sebagai basis kesatu
manusia. Jadi rasionalisme ini bersifat jatmika, kritis terhadap diri sendiri, dan
mengenal batas-batas tertentu.
Rasionalisme dalam arti luas yaitu intelektualisme dan empirisme.
Pengamatan dan percobaan selalu diimbau sebagai ujian terhadap teori. Ini sesuai
dengan prinsip empirisme yang menyatakan bahwa dalam ilmu hanya pengamatan
dan pengalaman boleh memutuskan diterima atau ditolaknya pernyataan-pernyataan
ilmiah, termasuk hukum dan teori. Semua pengetahuan yang ktia miliki akan tumbuh
dari koreksi dari kesalahan-kesalahan yang kita lakukan.
Epistemology menurut popper ialah pendekatannya yang objektivis, yaitu
pendekatan yang memandang pengetahuan manusia sebagai suatu system pernyataan
atau teori yang dihadapkan pada diskusi kritis. Pendekatan objektivis memandang
pengetahuan dalam dimensi objektif sebagai suatu solusi tentative atas suatu problem,

2
dengan selalu dihadapkan pada kritik. Ini berlawanan dengan pendekatan subjektivis,
yang terkandung dalam pandangan rasionalistis maupun empirisistis. Kedua aliran
tersebut melalaikan pembedaan antara pengetahuan subjektif yang merupakan
disposisi mental subjektif dan pengetahuan objektif, yaitu pengetahuan dipandang
dalam dirinya sendiri. Jadi pengetahuan objektif mencakup elemen pokok dalam
skema problem-solusi tentative-kritik.
Dari penelitian tentang pengujian teori baru, popper menyimpulkan takadanya
metode induktif. Karena itu, untuk menggantikan induksi sebagai kriterium
demarkasi antara ilmu dan non ilmu empiris, diusulkannya falsifiabilitas yang
memungkinkan orang mengakui bahwa di area ilmu empiris ada pernyataan yang tak
dapat diverifikasikan. Dengan kriterium itu juga bisa dihindari kesalahan kaum
positivis yang dengan kriterium verifiabilitas bahkan menghancurkan ilmu-ilmu alam
sendiri. Konsekwensi pandangan tersebut adalah bahwa harus ditinggalkan usaha
mencari kepastian mutlak dalam pengetahuan manusia. Pengetahuan kita selamanya
bersifat konjektual, tentative, dan selalu harus diuji. Ini mempunyai implikasi
metodologis, yakni bahwa suatu teori harus dirumuskan sejelas mungkin sehingga
terbuka terhadap penyangkalan. Jadi ilmu pengetahuan dalam pandangan popper
merupakan suatu system yang terbuka, dinamis, dan tak pernah final.
Syarat Pertumbuhan pengetahuan yaitu :
1. Menghindari konsep kebenaran
Ilmu tidak berhak mengatakan telah mencapai kebenaran atau bahkan suatu
penggantinya. Usaha mencari kebenaran merupakan motif terkuat untuk
penemuan ilmiah.
2. Teori korespondensi tarski
Tarski mengokohkan kembali teori tentang kebenaran absolute atau objektif,
yang menunjukkan bahwa kita bebas untuk menggunakan ide intuitif tentang
kebenaran sebagai korespondensi dengan fakta.
3. Tingkatan kebenaran atau verisimilitude

3
Popper menggabungkan gagasan tentang kebenaran dan isi menjadi
satu yaitu gagasan tentang tingkat korespondensi yang lebih baik atau lebih
buruk, terhadap kebenaran atau ide tentang keserupaan yang lebih besar atau
lebih kecil terhadap kebenaran atau gagasan tentang tingkat verisimilitude
yaitu kepakaran terhadap kebenaran.
Probabilitas logis merupakan gagasan tentang mendekati kepastian
logis atau kebenaran tautologies lewat suatu pengurangan gradual isi
informative. Sebaloknya, verisimilitude merupakan gagasan tentang
mendekati kebenaran yang komprehensif. Jadi verisimilitude menggabungkan
kebenaran dengan isi, sementara probabilitas menggabungkan kebenaran
dengan kekurangan isi.
4. Tiga tuntutan untuk tumbuhnya pengetahuan
- Tuntutan pertama
Teori baru yang berangkat dari suatu ide yang sederhana, baru, dan secara
kuat menyatukan hubungan antara hal-hal yang sampai waktu itu tak ada
saling kaitnya.
- Tuntutan kedua
Teori yang baru pada suatu batas tertentu, akan banyak bermanfaat
sebagai suatu instrument eksplorasi. Artinya teori itu akan menyarankan
eksperimen-eksperimen baru, dan bahkan bila ini semua sekaligus akan
membawa penyangkalan teori tersebut, pengetahuan kita yang factual
akan tumbuh lewat hasil-hasil eksperimen baru yang tak tersangka-sangka.
- Tuntutan Ketiga
Tuntutan ketiga dapat ditemukan terpenuhi atau tak terpenuhi hanya
dengan menguji teori baru itu secara empiris. Jadi kalau dua tuntutan
pertama merupakan tuntutan formal, maka tuntutan ketiga adalah tuntutan
material, suatu tuntutan akan sukses secara empiris. Tuntutan ketiga
seolah-olah tidak mutlak diperlukan, sebab sebuah teori yang gagal
memenuhinya, dapat memberikan sumbangan yang penting untuk ilmu.

4
5. Pentingnya sukses yang positif
Kita memerlukan sukses positif, seperti misalnya sukses yang dialami teori
Einstein tentang efek eklips. Bukan sia-sia bahwa teori-teori besar dalam ilmu
pengetahuan telah berarti suatu penaklukan baru terhadap alam yang belum
dikenal, suatu sukses baru dalam meramalkan apa yang belum terpikirkan
sebelumnya. Kita membutuhkan sukses, penguatan empiris beberapa teori,
meskipun itu hanya untuk menghargai makna refuasi yang berhasil dan
merangsang perhatian.

Anda mungkin juga menyukai