Anda di halaman 1dari 4

NAMA: MUHAMMAD SIRAJUDDIN AL HAQIQY

NIM: 220101110002

KELAS: PAI A

MATKUL: FILSAFAT ILMU

1. Paradigma barat dalam logika ilmiah dan metode ilmu:

1)Pandangan Positivisme

Pelopor dan tokoh utama dari mazhab positivisme yaitu August Comte hidup
pada tahun 1798-1857, aliran atau mazhab positivisme memiliki persepsi tentang cara
memahami dunia berlandaskan sains. Aliran ini beranggapan yang bisa diselidiki
adalah data-data yang bersifat positif atau nyata. Nilai-nilai politik dan sosial dapat
digeneralisasikan dengan berdasarkan fakta terhadap kehidupan masyarakat itu
sendiri. Perubahann sejarah dengan cara berpikir induktif juga di kemukanan oleh
aliran ini.

Menurut positivisme secara methodologis peneliti mempergunakan metode


eksprimen empiris untuk menjamin supaya temuan atau hasil yang didapat objektif
dalam melukiskan situasi yang sesungguhnya penganut paham ini menggunakan
pengukuran yang akurat dan penelitian objektif, juga menguji hipotesis yang berasal
dari pengukuran.

2) Pandangan Pragmatisme

Pragmatisme merupakan ajaran yang memfokuskan bahwa yang benar adalah


segala sesuatu yang di buktikan kebenarannya dengan perantaraan pengaruh yang
bernilai secara praktis”. Ciri khas pragmatisme adalah Logika Pengamatan. Mazhab
beranggapan bahwa segala sesuatu dapat di terima asalkan memberi pengaruh yang
praktis atau bernilai guna terhadap pengalaman pribadi yang di perolehnya, bahkan
kebenaran mistik di anggap berlaku, asalkan kebenaran mistis membawa pengaruh
praktis yang bernilai guna acuan aliran ini adalah berguna bagi kehidupan praktis.

3) Pandangan Konstruktivisme

Pandangan ini menolak paham yang di kemukakan oleh positivism dan post
positivism.Beberapa indikator yang di jadikan landasan pada paradigma positivisme
yaitu (1) adanya aktivitas mengumpulkan data dan tekhnik analisa data pada metode
kuantitatif; (2) mencari hubungan di antara indikator kualitas untuk mencari data-data
lapangan; (3) bersifat grounded theory; (4) aktivitas ilmu harus bersifat alami dalam
pengamatan dan menghindar dari aktivitas riset yang telah di susun dan berorientasi
laboratorium; (5) corak ataupun pola yang diteliti dan berisi kategori-kategori
jawaban menjadi unit analisis dari variabel- variabel penelitian yang kaku dan steril;
(6) penelitian lebih bersifat partisipatif dan mengontrol sumber informasi dan lain-
lainnya. Pengumpulan data di lakukan dengan metode dialektika dan heurmenetik
yang di fokuskan pada konstruksi dan rekonstruksi dan elaborasi suatu proses. Jadi
dapat di simpulkan pandangan konstruktivisme mengarah kepada jenis penelitian
kualitatif.

2. Paradigma islam dalam logika dan metode ilmiah:

1) Monisme adalah konsep metafisika dan teologi bahwa hanya ada satu substansi
dalam alam.

2) Pluralisme : yang memandang bahwa kebenaran itu merupakan keberagaman,


yang dimana pokok kenyataannya itu jamak dan beraneka ragam.

3) Agnotisisme : yang menganggap bahwa kenyataan yang absolut itu tidak dapat
dicapai oleh manusia hakikatnya.

4) Dualisme : yang memandang apa pun itu memilki dua hal yang berbeda tapi
memiliki kaitan, seperti jasmani dan rohani, benda dan roh.
3. Ontologi, epistimologi, dan aksiologi mempunyai kaitan yang erat. Ontologi itu
pembahasannya di wilayah hakikat. Sedangkan epistimologi membahas tentang tata
cara (bagaimana dan mengapa). Adapun aksiologi membahas tentang manfaat yang
terdapat dalam suatu pengetahuan. Seperti contoh ilmu, untuk mengetahui ilmu
secara sempurna maka kita harus mengetahui hakikat, tata cara memperoleh, dan
kegunaan ilmu tersebut, agar pengetahuan kita tentang ilmu menjadi sempurna.

4. Perbedaan dan Persamaannya adalah sebagai berikut:

Persamaan: Ketiga-tiganya memiliki hubungan dan tidak perlu dibenturkan satu sama
lain selama diyakini bahwa ilmu manusia memiliki keterbatasan. Demikian pula
dengan filsafat, selama difahami sebagai proses berfikir bukan sebagai penentu.
Adapun agama dapat diyakini, selama dapat dibuktikan dengan dalil-dalil yang dapat
dipertangung jawabkan. Agama diposisikan seperti halnya ontologi yang membahas
tentang keberadaan sesuatu dengan dasar bahwa hal tersebut benar-benar adanya dari
masa lampau hingga masa sekarang. Dan ilmu pengetahuan itu seperti halnya
epistemologi yangmemposisikan dirinya sebagai pembuktian bahwasanya hal yang di
yakini adanya itu benar, berdasarkan fakta yang terlihat. Sementara seni diposisikan
sebagai aksiologi, yang merupakan suatu kesenian atau keindahan yang menjadi
patokan bahwasanya suatu objek itu memang pantas atau

yang terbaik untuk kita.

Perbedaannya ialah agama itu ontologi yang menceritakan tentang keberadaan


suatu hal dari masa lalu hingga sekarang. Sementara ilmu pengetahuan itu seperti
epistemology yang memerlukan proses atau pun mengumpulkan data-data melalui
pancaindra untuk meyakini suatu hal tersebut benar adanya. Dan seni itu aksiologi
yang meyakini bahwasanya suatu hal tersebut itu dinyatakan benar berdasarkan
kesesuaian pada pribadi setiap individu.

Anda mungkin juga menyukai