Anda di halaman 1dari 52

MODUL

WORK REPORT AND WRITING TECHNIC

POLITEKNIK LP3I BANDUNG


2019
BAB I
Ilmu Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Penelitian Ilmiah

Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang diketahui langsung dari pengalaman,


berdasarkan panca indra, dan diolah oleh akal budi secara spontan. Pada intinya, pengetahuan
bersifat spontan, subjektif dan intuitif. Pengetahuan berkaitan erat dengan kebenaran, yaitu
kesesuaian antara pengetahuan yang dimiliki manusia dengan realitas yang ada pada objek.

Agar menjadi ilmu, maka pengetahuan tadi harus dipilah (menjadi suatu bidang tertentu
dari kenyataan) dan disusun secara metodis, sistematis serta konsisten. Tujuannya agar
pengalaman tadi bisa diungkapkan kembali secara lebih jelas, rinci dan setepat-tepatnya.

Metodis berarti dalam proses menemukan dan mengolah pengetahuan menggunakan


metode tertentu, tidak serampangan. Sistematis berarti dalam usaha menemukan kebenaran dan
menjabarkan pengetahuan yang diperoleh, menggunakan langkah-langkah tertentu yang teratur
dan terarah sehingga menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Koheren berarti setiap bagian dari
jabaran ilmu pengetahuan itu merupakan rangkaian yang saling terkait dan berkesesuaian
(konsisten). Sedangkan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran
suatu pengetahuan disebut penelitian (research). Usaha-usaha itu dilakukan dengan menggunakan
metode ilmiah.

Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah dapat dibedakan atas:

1. Ilmu Pengetahuan Fisis-Kuantitatif, sering disebut pengetahuan empiris. Pengetahuan ini


diperoleh melalui proses observasi serta analisis atas data dan fenomena empiris. Termasuk
dalam kelompok ilmu ini adalah geologi, biologi, antropologi, sosiologi, dan lain-lain.
2. Ilmu Pengetahuan Formal-Kualitatif, sering disebut pengetahuan matematis. Ilmu ini
diperoleh dengan cara analisis refleksi dengan mencari hubungan antara konsep-konsep.
Termasuk dalam kelompok ilmu ini adalah logika formal, matematika, fisika, kimia, dan
lain-lain.
3. Ilmu Pengetahuan Metafisis-Substansial, sering disebut pengetahuan filsafat. Pengetahuan
filsafat diperoleh dengan cara analisis refleksi (pemahaman, penafsiran, spekulasi,
penilaian kritis, logis rasional) dengan mencari hakikat prinsip yang melandasi keberadaan
seluruh kenyataan.

Pengertian Metode Ilmiah

Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis,
teratur dan terkontrol. Pelaksanaan metode ilmiah ini melalui tahap-tahap berikut:

1. Merumuskan masalah. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan, yang dapat muncul
karena adanya pengamatan dari suatu gejala-gejala yang ada di lingkungan.
2. Mengumpulkan keterangan, yaitu segala informasi yang mengarah dan dekat pada
pemecahan masalah. Sering disebut juga mengkaji teori atau kajian pustaka.
3. Merumuskan hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun
berdasarkan data atau keterangan yang diperoleh selama observasi atau telaah pustaka.
4. Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian.
5. Menganalisis data (hasil) percobaan untuk menghasilkan kesimpulan.
6. Penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan ini berdasarkan pada analisis data-data
penelitian. Hasil penelitian dengan metode ini adalah data yang objektif, tidak dipengaruhi
subyektifitas ilmuwan peneliti dan universal (dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja
akan memberikan hasil yang sama).
7. Menguji kesimpulan. Untuk meyakinkan kebenaran hipotesis melalui hasil percobaan
perlu dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji senantiasa mendukung hipotesis maka hipotesis
itu bisa menjadi kaidah (hukum) dan bahkan menjadi teori.

Metode ilmiah didasari oleh sikap ilmiah. Sikap ilmiah semestinya dimiliki oleh setiap
penelitian dan ilmuwan. Adapun sikap ilmiah yang dimaksud adalah :

1. Rasa ingin tahu


2. Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian dan tidak mengada-ada)
3. Objektif (sesuai fakta yang ada, dan tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadi)
4. Tekun (tidak putus asa)
5. Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan kesalahan)
6. Terbuka (mau menerima pendapat yang benar dari orang lain)

Penelitian Ilmiah

Salah satu hal yang penting dalam ilmu pengetahuan adalah penelitian (research).
Research berasal dari kata re yang berarti kembali dan search yang berarti mencari,
sehingga research atau penelitian dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mengembangkan
dan mengkaji kebenaran suatu pengetahuan. Penelitian ilmiah didefinisikan sebagai rangkaian
pengamatan yang sambung menyambung, berakumulasi dan melahirkan teori-teori yang mampu
menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena.

Penelitian ilmiah sering diasosiasikan dengan metode ilmiah sebagai tata cara sistimatis
yang digunakan untuk melakukan penelitian. Penelitian ilmiah juga menjadi salah satu cara untuk
menjelaskan gejala-gejala alam. Adanya penelitian ilmiah membuat ilmu berkembang, karena
hipotesis-hipotesis yang dihasilkan oleh penelitian ilmiah seringkali mengalami retroduksi.

Suatu penelitian harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapat dikatakan sebagai
penelitian ilmiah. Umumnya ada empat karakteristik penelitian ilmiah, yaitu :

1. Sistematik, yang berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan
sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
2. Logis. Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta
empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya
akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara
berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau
prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari
pernyataan yang bersifat umum.
3. Empirik, artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari (fakta
aposteriori, yaitu fakta dari kesan indra) yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang
kemudian diangkat sebagai hasil penelitian. Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu
:a). Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau
perbandingan satu sama lain). b). Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan
waktu. c). Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada
hubungan sebab akibat).
4. Replikatif. Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti
lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan
kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel
menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.

LATIHAN
Pergunakan metode analisis SWOT untuk menganalisa kelebihan dan kekurangan yang saudara
miliki serta kesempatan dan hambatan yang saudara hadapi dalam mencapai cita-cita dikaitkan
dengan program studi yang saudara pilih . Buat laporan dengan bentuk laporan yang sudah pernah
saudara pelajari .
BAB II
Pengertian Laporan - Fungsi, Ciri, Jenis dan Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam
Pembuatan Laporan

Pengertian Laporan
Kegiatan penelitian tidak akan lepas dari kata laporan. Hal itulah yang sewajarnya terjadi.Namun
realita yang ada saat ini adalah banyaknya peneliti tidak diimbangi dengan banyaknya pula
laporan, dalam hal ini laporan yang dituangkan dalam bentuk suatu karya tulis. Fenomena ini
mengindikasikan bahwa belum banyak orang yang menulis laporan dari suatu kegiatan penelitian
yang dilakukannya. Padahal laporan tersebut akan sangat berharga dan memiliki nilai guna yang
besar. Keengganan dalam menulis laporan ini dimungkinkan karena orang-orang belum
mengetahui benar cara dan format dalam menulis laporannya.
Pengertian laporan adalah bentuk penyajian fakta tentang suatu keadaan atau suatu kegiatan,
pada dasarnya fakta yang disajikan itu berkenaan dengan tanggung jawab yang ditugaskan kepada
si pelapor. Fakta yang disajikan merupakan bahan atau keterangan untuk informasi yang
dibutuhkan, berdasarkan keadaan objektif yang dialami sendiri oleh si pelapor (dilihat, didengar,
atau dirasakan sendiri) ketika si pelapor telah melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan.

Laporan adalah suatu keterangan tertulis yang disampaikan seorang sekretaris kepada atasannya
atau suatu panitia/tim kepada yang membentuknya sebagai akibat dari pelaksanaan suatu kegiatan.

Menurut wikipedia Laporan adalah suatu bentuk penyampaian berita, keterangan, pemberitahuan
ataupun pertanggungjawaban baik secara lisan maupun secara tertulis dari bawahan kepada atasan
sesuai dengan hubungan wewenang dan tanggung jawab yang ada antara mereka. Salah satu cara
pelaksanaan komunikasi dari pihak yang satu kepada pihak yang lainnya.
Terdapat beberapa pengertian laporan menurut para ahli, yakni sebagai berikut:

 Menurut Prof. Dr. Prajudi Atmosudirjo : Laporan adalah setiap tulisan yang berisikan hasil
pengolahan data dan informasi.
 Menurut J.C. Denyern : Laporan adalah suatu alat komunikasi tempat penulis membuat
beberapa kesimpulan atau keadaan yang telah diselidiki.
 Pengertian laporan menurut Soegito :: Laporan adalah informasi yang dibuat berdasarkan
data pendukung yang lengkap dan dibuat apa adanya sesuai dengan fakta yang terjadi. Isi
laporan sebaiknya disusun dengan kalimat yang masuk akal agar mudah dipahami oleh si
pembaca.
 Pengertian laporan menurut Keraf : Laporan adalah sebuah cara untuk berkomunikasi, di
mana pembuat laporan bisa menyampaikan informasi yang dibuatnya untuk orang lain atau
perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab dari tugas yang dimilikinya.
Fungsi Laporan
Laporan adalah salah satu hal yang sangat penting dalam sebuah organisasi / perusahaan. Adapun
fungsi dari laporan antara lain sebagai berikut:
 alat untuk menyampaikan informasi
 alat pertanggungjawaban kepada pemberi tugas
 bahan penentu kebijakan
 alat untuk membina kerja sama
 alat untuk memperluas ide/tukar menukar pengalaman

Tujuan Laporan
 Mengenal pasti masalah
 Memberikan maklumat dan fakta
 Mencadangkan penyelesaian
 Mencadangkan tindakan yang perlu dilakukan
 Membuat kesimpulan
 Menilai sesuatu penyelidikan atau aktiviti
 Membuat rekod sesuatu peristiwa
 Menganalisi aktiviti perniagaan
 Mensintesis sesuatu pelan tindakan
 Menghuraikan sesuatu peristiwa, prosedur, tindakan dll.
Laporan boleh berbentuk pendek atau panjang dalam format informal atau formal

Manfaat Laporan
Laporan kegiatan merupakan alat yang penting untuk :
Dasar penentuan kebijakan dan pengarahan pimpinan.
 Bahan penyusunan rencana kegiatan berikutnya.
 Mengetahui perkembangan dan proses peningkatan kegiatan.
 Data sejarah perkembangan satuan yang bersangkutan dan lain-lain.

Jenis – jenis Laporan


 Laporan Ilmiah.
Laporan Ilmiah adalah laporan yang disusun melalui tahapan berdasarkan teori tertentu dan
menggunakan metode ilmiah yang sudah disepakati oleh para ilmuwan (E.Zaenal Arifin,1993).
Dan menurut Nafron Hasjim & Amran Tasai (1992) Karangan ilmiah adalah tulisan yang
mengandung kebenaran secara obyektif karena didukung oleh data yang benar dan disajikan
dengan penalaran serta analisis yang berdasarkan metode ilmiah.

 Laporan Teknis.
Laporan tentang hal teknis penyelenggaraan kegiatan suatu badan atau instansi.Laporan teknis
mengandung data obyektif tentang sesuatu.data obyektif dalam laporan teknis itu juga
mengandung sifat ilmiah,tetapi segi kepraktisannya lebih menonjol.sehingga yang dimaksud
dengan laporan teknis adalah suatu pemberitahuan tentang tanggung jawab yang dipercayakan,dari
si pelapor (perseorangan,tim,badan,atau instansi) kepada si penerima laporan tentang teknis
penyelenggaraan suatu kegiatan (E.Zaenal Arifin,1993).Dan menurut Muljanto Sumardi (1982)
Dalam laporan teknik manusia menggunakan bahasa tulis untuk mengkomunikasikan
gagasan,paham,serta hasil pemikiran dan penelitian.

Selain itu laporan memiliki banyak sekali jenis lainnya, antara lain sebagai berikut:
A. Jenis Laporan Berdasarkan Bentuknya

Berdasarkan bentuknya, laporan dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:


1. Laporan berbentuk surat
Laporan tertulis ini dibuat dalam bentuk surat. Biasanya, isinya dibuat sebanyak satu hingga empat
halaman. Contohnya: laporan jumlah siswa baru pada tahun ajaran 2016/2017.
2. Laporan berbentuk memo
Sesuai dengan namanya, jenis laporan ini dibuat menggunakan memo. Biasanya isi laporan ini
cukup singkat karena hanya berfungsi sebagai pengingat untuk kepentingan internal. Misal: Hari
Sabtu, 11 November 2017. Rapat evaluasi dengan staff.
3. Laporan berbentuk naskah
Laporan ini ditulis dalam bentuk naskah. Isinya bisa pendek atau panjang tergantung keinginan
dari si pembuat laporan. Contohnya: laporan pertanggungjawaban pengurus organisasi baru.
B. Jenis Laporan Menurut Sifatnya

Sedangkan menurut sifatnya, laporan dibedakan menjadi dua jenis:

 Laporan bersifat penting

Laporan ini bersifat penting karena di dalamnya terdapat informasi penting dan juga rahasia.
Hanya kalangan tertentu yang boleh mengetahui isi laporan ini.

 Laporan bersifat biasa

Jenis laporan ini tidak bersifat rahasia, karena hanya mengandung informasi biasa dan umum.
C. Jenis Laporan Menurut Waktunya

Menurut waktunya, laporan dibedakan menjadi dua jenis:

 Laporan berkala

Jenis laporan ini dibuat secara rutin, setiap jangka waktu tertentu. Contohnya laporan harian,
mingguan, bulanan dan laporan tahunan.

 Laporan bentuk insidental

Laporan ini tidak dibuat secara rutin, karena hanya dibuat di waktu yang diperlukan saja.
D. Jenis Laporan Berdasarkan Penyampaiannya

Berdasarkan penyampaiannya, laporan dibagi menjadi tiga jenis:

 Laporan lisan

Laporan ini tidak dibuat secara tertulis, melainkan dikatakan secara langsung pada si penerima
laporan.

 Laporan tertulis

Sesuai dengan namanya, laporan ini berisi informasi / keterangan yang dibuat secara tertulis. Bisa
dalam bentuk surat, memo, ataupun dalam bentuk naskah.

 Laporan visual

Laporan ini disampaikan kepada si penerima laporan secara lisan, dengan cara presentasi dan
memakai bantuan power point.
Ciri-ciri Laporan
Untuk mengetahui lebih jelas apasaja yang termasuk laporan, kamu harus tahu dulu seperti apa
ciri-ciri dari sebuah laporan. Berikut adalah ciri-cirinya
 Ringkas. Dalam laporan yang ditulis hanya mengemukakan hal-hal pokok secara ringkas
yang berhubungan dengan tugasnya sehingga penerima laporan segera mengetahui
permasalahannya.
 Lengkap. Laporan dapat semakin sempurna jika dilengkapi dengan bibliografi atau sumber
kepustakaan.
 Logis. Laporan dianggap logis jika keterangan yang dikemukakannya dapat ditelusuri
alasan-alasannya yang masuk akal.
 Sistematis. Laporan dianggap sistematik jika keterangan yamg tulisannya disusun dalam
satuan-satuan yang berurutan dan saling berhubungan.
Metode membuat laporan
 Sistematis, berurutan, struktur baku(SPOK)
 Logis, tidak rancu atau salah.
 Objektif, tidak memihak.
 Melakukan pengamatan atau observasi penelitian.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan laporan

Membuat laporan tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Ada banyak hal yang perlu
diperhatikan, di antaranya sebagai berikut:
1. Isinya harus jelas dan dibuat dengan teliti (cermat)
2. Mengandung kebenaran dan objektifitas (tidak berdasarkan pandangan pribadi saja)
3. Lengkap (bagian penting dalam sebuah laporan tidak boleh dihilangkan)
4. Tegas dan konsisten
5. Langsung mengenai sasaran (tidak bertele-tele, langsung pada intinya)
6. Isinya disampaikan pada orang yang tepat
7. Disertai dengan sejumlah saran
8. Tepat waktu

LATIHAN
Buatlah sebuah contoh laporan mengenai sesuatu topik dengan jenis dan bentuk laporan yang
saudara sukai sesuaikan dengan materi di bab ini
BAB III
KATA PENGANTAR

Kata pengantar adalah bagian dari pendahuluan dalam sebuah karya tulis yang berisi ungkapan
terima kasih dari penulis. Kata pengantar terdapat pada setiap karya tulis di pendahuluannya.
Karya tulis yang dimaksud meliputi buku, makalah, esai, tesis, disertasi, surat kabar, tabloid, dll.
Kata pengantar memiliki peran penting dalam karya tulis maupun dalam sebuah buku, karena
melalui kata pengantar penulis menyampaikan rasa syukurnya atas semua kontributor yang turut
membantu selesainya karya tersebut. Baik bantuan secara konten, materiil maupun dalam bentuk
motivasi.

Kata pengantar dalam karya tulis ilmiah tidak sama dengan kata pengantar dalam novel, kata
pengantar dalam karya tulis ilmiah lebih rinci daripada kata pengantar novel ataupun buku. Buku
ataupun novel tidak selalu terdapat kata pengantar di pendahuluannya seperti pada novel – novel
klasik atau novel – novel zaman dulu.

Penulisan kata pengantar pada setiap karya tulis berbeda – beda baik karya berbentuk buku, esai,
makalah, laporan, proposal, skripsi, tesis, disertasi dan lain sebagainya.

Cara menyusun / menulis kata pengantar supaya makalah, buku, laporan, skripsi menjadi menarik
bagi pembaca yaitu harus memenuhi bagian – bagian yaitu :

1. Judul, judul yang diberikan yaitu “Kata Pengantar”. Penulisan judul posisinya di tengah atas, huruf
kapital dan bercetak tebal.
2. Ungkapan pujian kepada Allah/Tuhan atas kesehatan dan pencerahan-Nya sehingga makalah,
skripsi, laporan tersebut terselesaikan dengan baik.
3. cantumkan judul makalah atau laporan atau skripsi atau karya lain tersebut dicantumkan dalam
pengantar. Letakkan judul tersebut setelah ungkapan rasa syukur.
4. Tambahkan deskripsi sesingkat-singkatnya tentang karya ilmiah anda. Kemudian sertakan tujuan
penyusunan buku, makalah, laporan, tesis, skripsi di paragraf.
5. Ungkapan terima kasih terhadap pihak – pihak yang sudah membantu selesaikannya karya
tersebut, disertai dengan penjelasan sumbangsih yang diberikan masing – masing kontributor
secara rinci. Misalnya untuk guru, dosen, tokoh dan lainnya tergantung tema karya tulisnya.
Jangan lupa mencantumkan gelar pada nama kontributor – kontributor tersebut.
6. paragraf penutupan dicantumkan ucapan terimakasih secara umum, harapan kepada pembaca dan
permintaan kritik serta saran dari pembaca. Pada bagian ini usahakan tidak terlalu berlebihan atau
terlalu percaya diri / sombong.
7. Terakhir, cantumkan tanda tangan dan nama lengkap penulis disertai tempat dan waktu tanggal
penyusunan tulisan tersebut, letakkan di sebelah kanan bawah.

Dalam penulisan kata pengantar usahakan memakai jenis font normal, misalnya jenis font time
new roman, dengan ukuran font 12, dan tata paragraph “justify” (kecuali judul, tanda tangan dan
nama lengkap).
Penulisan kata pengantar maksimal 5 paragraf saja, jangan terlalu panjang ataupun terlalu singkat.

Itulah cara maupun langkah-langkah membuat kata pengantar. Untuk mempermudah dalam
memahami langkah-langkah pembuatannya, berikut contoh contoh kata pengantar.

1. Contoh Kata Pengantar untuk Skripsi

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW. yang telah membawa risalah
Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keIslaman, sehingga dapat
menjadi bekal hidup kita baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Bagi penulis, penyusunan laporan tugas akhir yang berjudul “Model Kurikulum Integralistik” ini
merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam
proses penyusunan laporan ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun
pada akhirnya karya ini dapat terselesaikan tentulah karena beberapa pihak yang telah membantu
dalam penulisan skripsi ini. Oleh Karena itu penulis sampaikan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuannya, utamanya kepada yang terhormat:

1. Darmu’in, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Jati
Bandung.
2. Mustopa, Ag., selaku Ketua Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan
Gunung Jati Bandung.
3. Aang Kunaepi, M.Ag., selaku pembimbing I yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan
pikirannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Abdul Rohman, M.Ag., selaku pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan
pikirannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Achmad Bashori, S.Pd., selaku Kepala Bagian Yayasan SD Islam Integral Luqman al-Hakim
Bandung.
6. Mukhlisin, S.Pd.I., selaku Kepala SD Islam Integral Luqman al-Hakim Bandung.
7. Wakil Kurikulum serta pengajar SD Islam Integral Luqman al-Hakim Bandung.
8. Keluarga dan sahabat-sahabat yang telah memberikan motivasi dan dukungan terhadap
terselesaikannya laporan penelitian ini.

Tidak ada yang dapat penulis berikan kepada mereka selain iringan do’a yang tulus dan ikhlas
semoga amal baik mereka diterima dan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Tidak
lupa saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca demi kesempurnaan
skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Amin.
Bandung, 06 September 2017

Erin

2. Contoh Kata Pengantar untuk Laporan Penelitian

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan penelitian ini yang merupakan syarat
yang wajib dipenuhi guna memperoleh beasiswa penelitian dari Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat IAIN Sunan Gunung Jati Bandung.

Sholawat dan salam saemoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung
Muhammad SAW. yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan,
khususnya ilmu-ilmu keIslaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita baik di dunia maupun
di akhirat kelak.

Suatu kebahagiaan tersendiri, jika suatu riset dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Bagi
penulis, penyusunan laporan riset ini merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis sadar banyak
hambatan yang menghadang dalam proses penyusunan laporan ini, dikarenakan keterbatasan
kemampuan penulis sendiri. Kalaupun pada akhirnya karya ini dapat terselesaikan tentulah karena
beberapa pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan ini.

Untuk itu penulis sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuannya, utamanya kepada yang terhormat:

1. Dr. H. Muhibbin, M. Ag., selaku Rektor IAIN Sunan Gunung Jati Bandung
2. Lift Anis Ma’shumah, M.Ag. selaku pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga
dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan laporan ini.
3. Muhsoni selaku pengasuh Pondok Pesantren Modern Bina Insani Bandung
4. Munzaini, S. Ag, M.Pd.I selaku kepala sekolah SMP dan SMA Bina Insani Bandung
5. Sahabat-sahabat yang telah memberikan motivasi dan dukungan terhadap terselesaikannya laporan
penelitian ini.

Tidak ada yang dapat penulis berikan kepada mereka selain iringan do’a yang tulus dan ikhlas
semoga amal baik mereka diterima dan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Tidak
lupa saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca demi kesempurnaan
laporan penelitian ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Amin.

Bandung, 06 September 2013

Ali
3. Contoh Kata Pengantar untuk Makalah
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME karena Rahmat dan KaruniaNya kami bisa
menyusun makalah berjudul “Sejarah penemuan Internet” ini dengan tepat waktu, guna memenuhi
tugas kelompok mata kuliah Sejarah Internet, Fakultas Pendidikan Teknik Elektronika dan
Informatika, ITB.
Dalam pembuatan makalah ini, kami banyak mendapat hambatan dan tantangan namun dengan
dukungan dari berbagai pihak, tantangan tersebut dapat teratasi. Olehnya itu, tim penyusun
mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian
makalah ini. Untuk itu penulis sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuannya, utamanya kepada yang terhormat Dosen Pengampu, DR. Indarto, S. Si.,
M.T., dan rekan – rekan kelompok penyusun makalah ini. Semoga kontribusinya mendapat
balasan dari Tuhan YME.
Tim penyusun sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan baik segi penyusunan maupun
isinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah
selanjutnya.
Akhir kata, harapan kami makalah ini bisa memberikan manfaat untuk pembaca dan kita sekalian.

Bandung, 27 Oktober 2016

Tim Penyusun

4. Contoh Kata Pengantar untuk Proposal

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah dengan sepenuh kerendahan hati, penulis memanjatkan puji serta syukur kehadirat
Allah, karena dengan izin, rahmat dan hidayahNya, penulisan Proposal Pengadaan Buku untuk
perpustakaan Desa Cimenyan Bandung.

Penulisan Proposal Usulan Pengadaan Buku ini ditujukan untuk Penerbit Pustaka Jaya. Pengadaan
buku tersebut dimaksudkan agar anak-anak memiliki sarana untuk meningkatkan pengetahuan
mereka. Proposal Usulan Pengadaan buku ini dibuat berdasarkan hasil pengamatan, diskusi,
wawancara, dan keterlibatan langsung dalam rencana peningkatan kuantitas dan kualitas buku di
Perpustakaan Desa Cimenyan.

Penulis menyadari, keberhasilan penyusunan Proposal Pengadaan Buku ini tidak terlepas dari
dukungan dan bantuan banyak pihak yang sudah memberikan masukan, semangat serta doa kepada
penulis dalam menghadapi setiap tantangan, sehingga pada kesempatan ini penulis menghaturkan
ungkapan terima kasih kepada :

1. Bapak Sugiyono,H. selaku Kepala Desa Cimenyan, Bandung.


2. Bapak Samuri, selaku RT tempat perpustakan Desa Cimenyan.
3. Ibu Siti Rohmah Selaku Penanggungjawab Perpustakaan Desa.
4. Anak – anak pegiat baca buku di Desa Cimenyan, Bandung.
5. Serta berbagai pihak yang telah berkontribusi terhadap pembuatan proposal ini, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu

Akhir kata, penulis berharap semoga Proposal Pengadaan Buku ini dapat dikabulan, dan tujuan
kami menambah wawasan anak – anak dapat terealisasikan. Dalam penyajian Proposal Pengadaan
Buku ini penulis menyadari belum mencapai kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan
koreksi serta saran yang bersifat membangun sebagai bahan masukan demi perbaikan maupun
peningkatan penulis dalam bidang ilmu pengetahuan.

Wasalamu’alaikum Wr.Wb.

Bandung, 27 Februari 2016

Penulis

Fatimah

Latihan
Buatlah kata pengantar untuk tugas akhir saudara

BAB IV
Laporan Penelitian

Pengertian Laporan Penelitian Menurut Para Ahli


Kerlinger
Menurutnya, laporan penelitian adalah proses menemuan dinilai mempunyai karakteristik yang
sistematik, empiris, terkontrol, dan juga berlandasakan pada teori dan hipotesis yang dajukan.

Bahdin (2005)
Menurutnya, definisi laporan penelitian ialah suatu bentuk karya tulis yang isinya berupa paparan
tentang suatu proses dan hasil kegiatan penelitan

Daeseunike (2016)
Arti laporan penelitian adalah media yang mengkomunikasikan antara peneliti dengan masyarakat,
sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan berkepentingan penelitian yang dilakukannya.

Putri (2015)
Laporan penelitian atau report adalah suatu bentuk peninggalan tertulis secara ilmiah dari
penelitian yang dilaksanakan atau dilakukannya.

Dasar-dasar Membuat Laporan menurut FX Soedjadi

Laporan pada dasarnya adalah alat komunikasi, agar dapat digunakan sebagai alat komunikasi
yang efektif, sebuah lapran harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.

a. Lengkap. Artinya data dan fakta yang ada dalam laporan harus lengkap.

b. Jelas. Sebuah laporan disebut jelas bila uraian dalam laporan tidak memberi peluang ditafsirkan
secara berbeda oleh pembaca yang berbeda.

c. Benar/akurat. Data dan fakta yang salah dapat menuntun pembaca membuat suatu keputusan
yang salah.

d. Sistematis. Laporan harus dioraganisasikan sedemikian rupa, dengan system pengkodean yang
teratur, sehingga mudah dibacadan diikuti oleh pembaca.

e. Objektif. Penulis laporan tidak boleh memasukkan selera pribadi ke dalam laporannya. Penulis
harus bersikap netral dan memakai ukuran umum dalam menilai sesuatu.

f. Tepat waktu. Ketepatan waktu mutlak diperlukan, karena keterlambatan laporan bisa
mengakibatkan keterlambatan pengambilan keputusan.

Jenis-jenis Laporan menurut FX Soedjadi


Jenis-jenis laporan dapat ditentukan berdasarkan sifat dan kandungan laporan itu.

1. Laporan menurut bentuknya, yaitu

a) Laporan lisan, disampaikan secara lisan, biasanya dilakukan hal-hal yang perlu segera
disampaikan. Laporan lisan dapat disampaikan dengan tatap muka, lewat telepon, wawancara, dan
sebagainya.

b) Laporan tertulis. Disampaikan secara lengkap dalam bentuk tulisan.

2. Laporan menurut isinya, yaitu:

a) Laporan kegiatan, misalnya pelaksanaan perkemahan, pelaksanaan ujian SKU,dll.

b) Laporan perjalanan, misalnya laporan wisata, dsb.

c) Laporan keuangan, menyangkut masalah penerimaan dan penggunaan uang.

d) Laporan informatif, yaitu laporan yang dimaksudkan untuk memberi informasi dan bukan
dimaksudkan untuk memberi analisis atau rekomendasi.

e) Laporan rekomendasi, yaitu laporan yang di samping memberikan informasi juga menyertakan
pendapat si penulis, dengan maksud memberikan rekomendasi (ususl). Meski demikian akurasi
dan rincian informasi tetap diperlukan supaya rekomendasi yang diberikan juga meyakinkan.

f) Laporan analitis, yaitu laporan yang memuat sumbangan pikiran si penulis, bisa berupa pendapat
atau saran, setelah melalui analitis yang matang dan mendalam.

g) Laporan pertanggungjawaban. Si penulis memberi gambaran tentang pekerjaan yang sedang


dilaksanakan atau sudah dilaksanakan.

h) Laporan kelayakan, penulis menganalisis suatu situasi atau masalah secara mendalam untuk
menuju penilaian yang bersifat pilihan layak atau tidak layak.

3. Laporan menurut bahasa yang digunakan, yaitu:

a) Laporan yang ditulis secara popular, yaitu menggunakan kata-kata sederhana, kadang-kadang
diselingi dengan kalimat humor/lucu. Bentuk laporan ini bisa disebut juga dengan laporan non
formal, yaitu laporan yang tidak memenuhi beberapa unsure formal. Laporan ini bersifat pribadi
yang disesuaikan dengan kepentingan penulisannya.
b) Laporan yang ditulis secara ilmiah, yaitu sebagai hasil peneliti. Biasanya isinya singkat tetapi
padat dan sistematis serta logis. Bentuk laporan ini disebut dengan laporan formal, yaitu laporan
yang memenuhi persyaratan sebagai berikut.

a. Ada halaman judul.

b. Ada surat atau pernyataan penyesalan.

c. Ada daftar isi.

d. Ada ikhtisar

e. Ada pendahuluan, isi dan penutup.

4. Laporan menurut bentuknya, yaitu:

a) Laporan berbentuk memo, biasanya laporan pendek yang memuat hal-hal pokok saja dan
beredar di kalangan intern organisasi.

b) Laporan berbentuk surat, isinya lebih panjang daripada laporan yang berbentuk memo, bisa
ditunjukkan ke luar organisasi.

c) Laporan berbentuk naskah, laporan ini bisa panjang atau pendek. Bila panjang dibuat dalam
format buku, dan dalam penyampaiannya mutlak diperlukan surat atau memo pengantar.

Syarat Penulisan Laporan Penelitian


Penulis laporan harus tahu kepada siapa laporan ditulis

 Penulis harus menyadarai bahwa pembaca tidak mengikuti proses penelitian


 Penulis harus menyadari perbedaan latar belakang
 Laporan harus jelas dan dapat meyakinkan pembaca

Sedangkan bagian laporan penelitian secara garis besar ada tiga bagiannya, yakni bagian
pendahuan, isi, dan penutup. Bagian tersebut antara lain;

1. Bagian Pendahuan dalam laporan penelitian yang baik berisi halaman judul, kata
pengantar, daftar isi, daftar tabel, gambar, dan grafik.
2. Bagian Isi dalam sebuah laporan penelitian berisi bab pendahuluan, bab tinjauan pustaka,
bab metodologi, bab pelaksanaan penelitian, bab hasil penelitian, bab kesimpulan, dan
saran
3. Bagian Penutup, bagian penutup dalam laporan penelitian berisi daftar pustaka, lampiran,
dan indek.
Langkah Menyusun Laporan Penelitian
Dalam langkah menyusun hasil penelitian, yang dipergunakan dalam laporan akhir penelitian
diantarnya;

1. Rancangan penelitian yang biasa dilakukan disusun sebelum penelitian atau pada tahap
pelaporan, setelah itu rancangan penelitian tinggal diperbaiki agar lebih lengkap dan
sempurna. Adapun isi dalam rancangan penelitian, diantranya masalah penelitian, tinjauan
pustaka, dan metodologi yang dipergunakan.
2. Menyusun laporan penelitian selajutnya ialah membuat pembahasan dan analisa dari hasil
penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya.
3. Terakhir, dalam membuat laporan penelitian ialah mencari kesimpulan yang brisi tentang
hasil penafsiran penelitian, mengungkapkan kelemahan penelitian, dan rekomendasi.

Aturan Penulisan Laporan Penelitian


Di dalam menulis laporan penelitian, kita seperti sedang bercerita kepada pembaca. Agar apa yang
kita ceritakan dapat dipahami oleh pembaca, maka dalam penulisan laporan juga memiliki syarat-
syarat tertentu. Tentu saja dalam menulis laporan penelitian ini berbeda aturannya ketika kita
menulis cerita dalam novel atau buku harian. Penelitian adalah suatu kerja ilmiah. Oleh karena itu,
dalam penulisannya juga harus mengikuti aturan-aturan penulisan karya ilmiah.
Berikut ini adalah beberapa aturan penulisan karya ilmiah menurut G.E.R Burrough :
1. Penulis laporan harus mengetahui benar kepada siapa laporan tersebut akan ditujukan.
2. Penulis laporan haruslah menyadari bahwa pembaca laporan tidak mengikuti serangkaian
kegiatan dalam proses penelitian. Namun dalam hal ini, pelapor mengajar orang lain untuk
menciba mengikuti apa yang telah dilakukannya. Oleh karena itu, langkah demi langkah harus
dikemukakan secara jelas termasuk alasan-alasan mengapa hal tersebut dilakukan.
3. Pelapor harus menyadari bahwa latar belakang pengetahuan, pengalaman, an minat pembaca
laporan tidaklah sama. Barangkali seseorang menganggap bahwa masalah yang dibahas
merupakan hal yang sangat penting, tetapi sebagian lagi menagjap sebaliknya. Oleh karena itu,
apabila peneliti memahami betapa pentingnya penelitian itu, hendaknya laporan tersebut
dikemukakan dengan jelas letak dan kedudukan hasil penelitiannya dalam konteks pengetahuan
secara umum.
4. Laporan penelitian merupakan elemen yang pokok dalam proses kemajuan ilmu pengetahuan.
Tidak semua yang dikerjakan selama penelitian berlangsung dapat dilaporkan. Padahal umumnya
laporan itu hanya dibacasatu kali. Oleh karena itu, dalam menulis laporan penelitian, yang
dipentingkan adalah jelas dan menyakinkan.

Kapan menulis laporan penelitian ?


Kegiatan menulis laporan penelitian dapat dilakukan sejak awal proses penelitian, dengan terlebih
dahulu merancang garis besar laporan yang bersamaan dengan pengajuan desain penelitian.
Apabila peneliti sudah memiliki format yangsudah ditentukan, maka peneliti dapat mulai
menuliskan apa saja yang perlu ditulis meskipun masih dalam kertas lepas-lepas. Dalah hal ini
sistem kartu akan sangat membantu proses penulisan laporan penelitian tersebut. Peneliti
menyediakan map untuk setiap bab yang terkandung dalam laporan yang akan disusun. Peneliti
dapat mengisi map yang tersedia dengan catatan atau tulisan yang berkaitan dengan babnya setiap
satu proses penelitian terlewati.
Format Laporan Dalam dunia penulisan laporan penelitian terdapat banyak sekali versi format
laporan. Namun sebenarnya hal yang dicakupnya sama. Yang menyebabkan adanya perbedaan
adalah :
1. Urutan penyajian
2. Penekanan materi yang dilaporkan
3. Pandangan perlu tidaknya suatu bagian disampaikan kepada pembaca
Sehubungan dengan format, Burroughs mengatakan bahwa yang penting dalam sebuah laporan
penelitian adalah :
1. Bahwa pembaca dapat memahami dengan jelas apa yang telah dilakukan oleh peneliti, apa
tujuannya dan bagaimana hasilnya 2. Bahwa langkah dan medannya jelas, sehingga pembaca dapt
mengulangi proses penelitian tersebut apabila ia menghendaki.
Berikut ini dipaparkan sebuah model format laporan penelitian yang diajukan oleh Borg dan Call
:
Bahan Pendahuluan (Preliminary Materials) 1. Halaman judul 2. Kata pengantar 3. Daftar isi 4.
Daftar tabel 5. Daftar gambar/ilustrasi atau diagram-diagram Gambar Laporan (Body of the paper)
Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Masalah Bab II.
Kajian Pustaka A. Penelitian yang terdahulu B. Teori yang mendasari penelitian ini C. Ringkasan
dan kerangka berpikir peneliti D. Hipotesis Bab III. Metodologi Penelitian A. Pemilihan subjek,
populasi, sampel dan teknik sampling B. Desain Penelitian C. Teknik pengumpulan data dan
teknik analisis data Bab IV. Pelaksanaan Penelitian A. Validasi instrumen B. Pengumpulan dan
penyajian data C. Analisis data D. Hasil analisis data Bab V. Hasil Penelitian dan Pembahasan A.
Hasil Penelitian B. Pembahasan C. Diskusi Bab VI. Penutup A. Kesimpulan B. Implikasi C. Saran
Bahan Penunjang A. Kepustakaan B. Indeks Untuk memperoleh gambaran selintas mengenai isi
sebuah laporan penelitian, biasanya sebelum Bab I disajikan abstrak atau ringkasan laporan.
Berikut ini adalah gambaran sekilas mengenai isi dari bab-bab dalam sebual laporan penelitian :
Bahan Pendahuluan Di dalam bagian ini peneliti menjelaskan kepada pembaca, terutama mengenai
sistematika tulisan agar pembaca dapat mengikutinya dengan mudah dan diajak menjelajahi garis
besar isi laporan. Apabila pembaca hanya ingin membaca pada bagian yang menarik perhatiannya,
maka dengan mudah dapat segera menemukan halamannya. Bab Pendahuluan Berawal dari bab
ini, peneliti mulai bercerita tentang permasalaha, apa sebabnya atau alasan mengapa memilih
permasalahan tersebut yang diangkat, dimana letak pentingnya dan seberapa jauh memberikan
sumbangan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan pembangunan. Bab Kajian Pustaka Bagian
ini berisi tulisan untuk memberikan gambaran pada pembaca mengenai hal yang telah dirintis oleh
peneliti lain untuk memberikan penekanan pentingnya permasalahan dan sekaligus memberikan
petunjuk pada pmebaca, kemana mereka dapat mempelajari masalah tersebut lebih lanjut.
Selanjutnya peneliti mengemukakan alur pikirannya dengan cara merangkum penemuan dan
membuat jembatan dengan apa yang akan ia lakukan. Bab Metodologi Penelitian Pada bagian ini
peneliti menerangkan kepada pembaca tentang subjek, objek, ruang lingkup penelitian, pendekatan
yang diambil sampai teknik pengumpulan datanya. Alasan tentang ini semua harus dikemukakan
dengan jelas. Demikian juga celah-celah kelemahan serta rencana usaha untuk mengatasinya. Bab
Hasil Penelitian dan Pembahasan Bagian ini merupakan inti laporan penelitian. Oleh karena itu,
nagian ini harus dikemukakan dan harus memiliki porsi yang paling banyak dibandingkan dengan
bagian lain, karena bagian inilah yang ditunggu dan ingin diketahui oleh pembaca. Laporan yang
berbobot tidak harus berat timbangannya atau dengan kata lain tebal. Kecenderungan inilah yang
menyebabkan orang berusaha untuk mempertebal laporannya dengan mengajukan banyak kutipan
dari buku-buku atau bercerita tentang hal-hal yang sebenarnya tidak perlu. Lapiran yang baik dapat
diumpamakan sebagai proporsi tubuh manusia, yaitu : - Kepala (kecil) pendahuluan + kajian
pustaka - Leher (kecil) : metodologi penelitian - Badan (besar) : hasil penelitian dan pembahasan
- Kaki (kecil) : kesimpulan, implikasi dan saran Dalam bab ini juga terdapat bagian diskusi yang
dimaksudkan untuk mengemukakan hal yang sangat perlu diungkapkan diluar kesimpulan.
Misalnya adalah: apa sebab hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan hipotesis, apa sebab
terjadinya penyimpangan tersebut Bab Penutup Bagi pembaca yang hanya memiliki sedikit waktu,
biasanya hanya mementingkan bagian tujuan-hipotesis-hasil-kesimpulan. Oleh karena itu peneliti
harus membuat kesimpulan dengan jelas, singkat dan padat. Pada bagian ini pula, peneliti
mengemukakan implikasi dari penelitiannya yaitu berupa jawaban dari apa yang harus dilakukan
setelah ini (berdasarkan hasil penelitian ini) ? atau what’s next?. Implikasi sangat berguna demi
perbaikan keadaan. Selanjutnya pada bagian saran, peneliti memberikan saran kepada pembaca
yang salah satunya mungkin ingin mengadakan repikasi atau memperluas penelitianny BAB III
PENUTUP Kesimpulan Dalam menulis laporan peneliti harus mengikuti aturan-aturan ilmiah
karena penelitian sendiri merupakan sutu kerja ilmiah. Waktu penulisan laporan penelitian dapat
dimulai sedari awal proses penelitian, yaitu dibantu dengan sistem kartu. Format laporan penelitian
terdiri dari dua bahan yaitu bahan pendahuluan dan bahan penunjang. Laporan penelitian
mencakup bab pendahuluan, kajian pustaka, metodologi penelitian, pelaksanaan penelitian, hasil
dan pembahasan dan yang terakhir bab penutup.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta

LATIHAN
Buatlah kelompok belajar bersama dengan 1 orang rekan saudara mulai lakukan sebuah penelitian
, dan pada akhir semester presentasikan laporan hasil penelitian tersebut. Instruksi lebih lanjut akan
diterangkan di kelas.
BAB V
RAGAM BAHASA INDONESIA BAKU

HURUF BESAR ATAU HURUF KAPITAL


Istilah huruf besar yang digunakan disini bersinonimdengan huruf kapital. Dalam bahasa Inggris,
kedua istilah itu disebut capital letter.
Memang, bagi orang tertentu huruf besar bersifat ambiguitas, mengandung makna taksa
atau berarti dua. Dengan demikian, dapat terjadi seperti di bawah ini.
Huruf besar berarti huruf yang besar (big letter) atau huruf besar berarti huruf kapital
(capital letter).
Harus kita sadari benar bahwa tidak semua huruf besar merupakan huruf besar atau kapital.
Walaupun berbentuk kecil, suatu huruf dapat juga merupakan huruf kapital atau huruf besar.
Misalnya :
m,n : memang besar tetapi bukan huruf besar atau huruf kapital
M,N : memang kecil tetapi merupakan huruf besar atau huruf kapital.
Dari penjelasan diatas, dapat kita pahami mengapa beberapa ahli lebih menyetujui
penggunaan istilah huruf kapital dari pada huruf besar.
Berikut ini kita bicarakan pemakaian huruf besar atau huruf kapital dalam bahasa
Indonesia.
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya :
Dia menulis.
Apa maksudnya?
Kita harus rajin belajar.
Pekerjaan ini sangat susah.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya :
Adik berkata, “Kapan kita pulang?”
Bapak menasihatkan “Berhati-hatilah, Nak!?”
“Kemarin engkau terlambat,” katanya.
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti Tuhan.
Misalnya :
Allah, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Qur’an, Weda, Islam, Kristen.
Tuhan selalu menunjukkan jalan yang benar kepada setiap hamba-Nya
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diakui nama orang.
Misalnya :
Mahaputra, Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang tidak diakui nama orang.
Misalnya :
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diakui
nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama
tempat.
Misalnya :
Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Laksamana Muda Udara Husein
Sastranegara, Gubernur Irian Jaya.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti
nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya :
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
Kemaren Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya :
Amir Hamzah, Wida Uliyana, Ninda Sari Hidayah, Rio Rizky Ananda, Cristiano Ronaldo.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis
atau satuan ukur.
Misalnya :
Mesin diesel, 10 volt. 5 ampere.
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya :
bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai
sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya :
mengindonesiakan kata asing,.
Keingris-ingrisan
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
sejarah.
Misalnya :
tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, hari Jum’at, hari Galungan, hari Lebaran, perang
Candu, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai
nama.
Misalnya :
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata membawa resiko pecahnya perang dunia.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya :
Asia Tenggar, Kediri, Palembang, Bukit Barisan, Danau Toba, Jalan Diponegoro dll.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama
diri.
Misalnya :
Berlayar ke teluk, mandi di kali, pergi ke arah tenggara.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama
jenis.
Misalnya :
garam inggris, gula jawa, kacang bogor, pisang ambon.
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah
dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya :
Misalnya :
Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat; Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan; Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak; Keputusan Presiden Republik Indonesia,
Nomor 57, Tahun 1972.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya :
menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, kerja sama antara pemerintah dan rakyat,
menurut undang-undang yang berlaku.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat
pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya :
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian.
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk unsur kata ulang
sempurna)di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di,
ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya :
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya :
Dr. doktor
M.A. master of arts
S.E sarjana ekonomi
S.H. sarjana hukum
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan seperti
bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya :
“Kapan Bapak berangkat?”tanya Harto.
Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”
Besok Paman akan datang.
Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak
dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya :
Kita harus menghormati bapak dan ibu.
Semua kakak dan adik saya sudah sukses.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda.
Misalnya :
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.

HURUF MIRING
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar
yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya :
Majalah Bahasa dan Kesusatraan, buku Negara kertagama karangan Prapanca, surat kabar Suara
Karya.
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya :
Huruf pertama kata abad ialah ia.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan penulis huruf kapital.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing
kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya :
Nama ilmiah buah manggis adalah carcinia mangostana.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.

Catatan :
Dalam penulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis
di bawahnya.

HURUF TEBAL
1. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menulis judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar
tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks dan lampiran.
Misalnya :
Judul : HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Bab : BAB I PENDAHULUAN
Bagian bab : 1.1 Latar Belakang Masalah
1.2.1 Tujuan
2. Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata atau kelompok kata untuk keperluan itu digunakan huruf miring.
Misalnya :
a. Akhiran -i tidak dipenggal pada ujung baris.
Seharusnya : Akhiran -i tidak dipenggal pada ujung baris
b. Saya tidak mengambil bukumu
Seharusnya : Saya tidak mengambil bukumu.
3. Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema atau sublema, serta untuk
menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.
Misalnya :
a.Kalah tidak menang, kehilangan atau merugi, tidak lulus, tidak menyamai.
b. Mengalah mengaku kalah
c. mengalah menjadi kalah, menganggap kalah
d. Terkalahkan dapat dikalahkan
Catatan :
Dalam tulisan tangan atau ketik manual, huruf atau kata yang dicetak dengan huruf tebal diberi
garis bawah ganda.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak semua huruf besar adalah huruf kapital. Walaupun
berbentuk kecil, suatu huruf dapat juga merupakan huruf kapital atau huruf besar.
Beberapa ahli lebih menyetujui penggunaan istilah huruf kapital dari pada huruf besar.
Dalam kaidah huruf kapital, huruf miring ataupun huruf tebal mempunyai kaidah
penggunaannya yang baik dan benar sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia dan telah diteragkan
secara gamplang dalam bab sebelumnya.
Dalam tulisan tangan atau ketik manual huruf miring diberi garis bawah, begitu juga pada
tulisan tebal diberi garis bawah ganda.

Definisi Kata Baku dan Tidak Baku


Kata baku adalah kata yang cara pengucapannya atau penulisannya sesuai dengan kaidah
yang dibakukan. Kaidah standar yang dibakukan terebut dapat berupa pedoman Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD), tata bahasa baku, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dan kamus
umum.
Sedangkan kata tidak baku adalah ragam bahasa yang cara pengucapannya atau
penulisannya tidak memenuhi kaidah – kaidah standat kata baku.

Kata Baku Dalam Berbagai Sudut Pandang


Berdasarkan sudut pandang informasi, bahasa baku adalah ragam bahasa yang digunakan
dalam berkomunikasi tentang ilmu pengetahuan. Berdasarkan sudut pandang pengguna bahasa,
ragam bahasa baku dapat dibatasi dengan ragam bahasa yang lazim digunakan oleh penutur yang
paling berpengaruh, seperti ilmuan, pemerintah, tokoh masyarakat, dan kaum jurnalis atau
wartawan. Bahasa merekalah yang dianggap ragam bahasa baku.
Dari sudut pandang tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kata baku adalah kata-kata
yang lazim digunakan dalam situasi formal atau resmi yang penulisannya sesuai dengan kaidah-
kaidah yang dibakukan. Kaidah standar yang diamaksud dapat berupa pedoman ejaan (EYD).
Kriteria kata baku atau Baku tidaknya sebuah kata dapat dilihat dari segi lafal, ejaan, gramatika,
dan “kenasionalan-nya.

Ciri-Ciri Kata Baku

1. Bukan merupakan ragam bahasa percakapan.


2. Sesuai dengan konteks kalimat yang dipakai.
3. Tidak terkontaminasi dan tidak rancu.
4. Pemakaian imbuhan secara eksplisit.

Syarat – syarat Kalimat Baku

5. Logis.
6. Tidak ada unsur sia-sia (kata tidak diulang-ulang).
7. Tidak terpengaruh bahasa daerah.
8. Subyek jelas.

Ciri-Ciri Bahasa Indonesia yang Baku


Menurut Buku “Teknik penulisan Karangan Ilmiah karya Drs. Islachuddin Yahya, M.Pd.
Ciri-ciri bahasa Indonesia yang baku antara lain:
1. Fonografi (bersistem eja bunyi).
2. Aglutinatif (Dalam pembentukan kata kejadian bersistem penempelan imbuhan pada bentuk
dasarnya).
3. Struktur kalimat bahasa Indonesia yang membayangkan pola : urutan kata, makna kata,
intonasi, dan situasi.

Penyebab Ketidakbakuan Kalimat


1. Pelesapan imbuhan
2. Pelesapan awalan
Awalan yang sering dilesapkan mengakibatkan kalimat yang terbentuk menjadi tidak baku
ialah me- , men-, ber-, dan di-.
Contoh :
1. Awalan Me-/Men-
Polisi terus mengusut kasus pembunuhan Sumanto. (Baku)
Polisi usut terus kasus pembunuhan sumanto. (Tidak Baku)
2. Awalan Ber-
Andi ingin bertanya tentang sesuatu. (Baku)
Andi ingin tanya tenteng sesuatu. (Tidak Baku)
3. Awalan di-
Seorang pencuri dihukum satu tahun. (Baku)
Seorang pencuri hukum satu tahun. (Tidak Baku)
3. Pelesapan Akhiran
Ada dua akhiran yang penggunaanya dilesapkan, yaitu akhiran -kan dan -i. yang bisa
mengakibatkan kalimat menjadi tidak baku.
Contoh:
1. Akhiran –kan
Mereka memperlihatkan kebaikannya. (Baku)
Mereka memperlihat kebaikannya (Tidak baku)
2. Akhiran –i
Kami saling mencintai. (Baku)
Kami saling mencinta. (Tidak Baku)

4. Pemborosan Penggunaan Kata


Pemborosan kata di mana, daripada, di dalam, dalam, kepada, dari, maka,
Contoh :
Tempat ditemukannya benda itu sudah dicatat. (Baku)
Tempat di mana ditemukannya benda itu telah dicatat. (Tidak Baku)

Peta itu merupakan bagian kabupaten Gresik. (Baku)


Peta itu merupakan bagian daripada kabupaten Gresik. (Tidak Baku)

Anak itu menulis karangan. (Baku)


Anak itu menulis dalam karangan. (Tidak Baku)

Hadirin dimohon berdiri. (Baku)


Kepada hadirin dimohon berdiri. (Tidak Baku)

Hasil selama lima tahun menunjukkan bahwa jumlah kendaraan dan Kota Gresik melebihi fasilitas
jalan. (Baku)
Dari hasil selama lima tahun menunjukkan bahwa jumlah kendaraan dan Kota Gresik melebihi
fasilitas jalan. (Tidak Baku)

Dengan ini kami sampaikan data seorang ibu dari kelurahan kota baru. (Baku)
Maka dengan ini kami haturkan data seorang ibu dari kelurahan kota baru. (Tidak Baku)
5. Ketidaktepatan pemilihan kata
6. Penggunaan kata bahasa Jawa
7. Penggunaan kata yang termasuk ragam tidak baku
Contoh :
Ia sedang membuat rak buku. (Baku)
Ia sedang membikin rak buku. (Tidak Baku)
8. Kesalahan Pembentukan Kata
9. Ketidaktepatan Penggunaan bentuk – nya
Contoh :
Atas bantuan saudara , kami ucapkan terima kasih. (Baku)
Atas bantuannya, kami ucapkan terima kasih. (Tidak Baku)

10. Penggunaan Konjungsi Ganda


Contoh :
Karena sakit ia tidak masuk kelas (Baku)
Karena sakit . Maka ia tidak masuk kelas (Tidak Baku)

Meskipun kita tidak berperang , kita harus waspada. (Baku)


Meskipun kita tidak berperang , tetapi kita harus waspada. (Tidak Baku)

Walaupun keringat membasahi seluruh badan , ia tetap bekerja. (Baku)


Walaupun keringat membasahi seluruh badan , namun ia tetap bekerja. (Tidak Baku)
11. Kesalahan Ejaan

Kata Baku Dalam Berbagai Segi


1. Baku dari Segi Lafal
Lafal baku bahasa Indonesia adalah lafal yang tidak “menampakkan” lagi ciri-ciri bahasa
daerah atau bahasa asing. Lafal yang tidak baku dalam bahasa lisan pada gilirannya akan muncul
pula dalam bahasa tulis karena penulis terpengaruh oleh lafal bahasa lisan itu.
Contoh: Enem = Enam
Gubug = Gubuk
Dudu = Duduk

2. Baku dari Segi Ejaan


Ejaan bahasa Indonesia yang baku telah diberlakukan sejak 1972. Nama Ejaan Bahasa
Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (disingkat EYD). Oleh karena itu, semua kata yang tidak
ditulis menurut kaidah yang diatur dalam EYD adalah kata yang tidak baku. Yang ditulis sesuai
dengan aturan EYD adalah kata yang baku.
Contoh :
Kata Baku Kata Nonbaku
Aktif aktip, aktive
Alquran Al-Quran, Al-Qur’an, Al Qur’an
Apotek Apotik
Azan Adzan
Cabai cabe, cabay
Daftar Daptar
Doa do’a
Efektif efektip, efektive, epektip, epektif
Elite Elit
e-mail email, imel
Februari Pebruari, February
Foto Photo
Fotokopi foto copy, photo copy, photo kopi
Hakikat Hakekat
Ijazah ijasah, izajah
Izin Ijin
Jadwal Jadual
Jumat Jum’at
Karena Karna
Karismatik Kharismatik
Kreatif kreatip, creative
Lembap Lembab
Lubang Lobang
Maaf ma’af
Makhluk Mahluk
Mukjizat mu’jizat
Napas Nafas
Nasihat Nasehat
Objek Obyek
Provinsi propinsi, profinsi

3. Baku dari Segi Gramatikal


Secara gramatikal kata – kata baku ini harus dibentuk menurut kaidah –kaidah gramatika.
Contoh : Beliau ngontrak rumah di Gresik.
Gubernur tinjau daerah longsor.
Tolong bikin bersih ruangan ini.
4. Baku dari Segi Nasional
Kata-kata yang masih bersifat kedaerahan, belum bersifat “nasional” hendaknya jangan
digunakan dalam karangan ilmiah. Kalau kata-kata dari bahasa daerah itu sudah bersifat
nasional, artinya, sudah menjadi bagian dari kekayaan kosakata bahasa Indonesia boleh saja
digunakan.
Contoh : Lempeng = Lurus
Semrawut = Kacau
Mudun = Turun
Ngomong = Bicara, dll.

Kata baku adalah kata-kata yang lazim digunakan dalam situasi formal atau resmi yang
penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah yang dibakukan. Kaidah standar yang diamaksud dapat
berupa pedoman ejaan (EYD). Kriteria kata baku atau Baku tidaknya sebuah kata dapat dilihat dari
segi lafal, ejaan, gramatika, dan kenasionalan-nya. Kalimat baku harus logis, subyek jelas, tidak
ada unsur sia-sia, dan tidak terpengaruh bahasa daerah. Definisi baku dibedakan dari segi lafal,
ejaan, gramatikal, dan nasional. Adapun sebab-sebab ketidak bakuan diantaranya adalah kesalahan
dalam pelesapan imbuhan awalan dan akhiran, pemborosan kata, pengunaan bahasa jawa,
kesalahan pembentukan kata, dan ketidaktepatan pemilihan kata.
Kata baku memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan konteks kalmat yang dipakai, tidak
tekontaminasi, tidak rancu, eksplisit, dan tidak termasuk daalam ragam percakapan

DAFTAR PUSTAKA
Sungguh, As’ad.1998.Ejaan Yang Disempurnakan.Jakarta : Bumi Aksara.
Ali,Lukman. 1997.Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan..
Tarigan,Henry Guntur.2009. Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia . Bandung:Angkasa.
LATIHAN
Periksa kembali tugas saudara apakah sudah sesuai dengan aturan ?

BAB VI
Tata Kalimat

5 Unsur Kalimat yang Anda Perlu Ketahui

1. Subjek

Subjek adalah bagian kalimat yang menandai apa yang dinyatakan oleh penulis. Subjek dapat
berbentuk kata benda, frasa kata benda, atau kata kerja.

Contoh:

 Rafi sedang membaca. (kata benda)


 Pacar Rafi cantik. (frasa kata benda)
 Memancing hobi Rafi. (kata kerja)

2. Predikat

Predikat adalah bagian kalimat yang menandai apa yang dinyatakan oleh penulis tentang subjek.
Predikat biasanya berbentuk kata kerja, frasa kata kerja, frasa numeral (bilangan), kata benda, frasa
kata benda, frasa preposisi (kata depan), kata sifat, atau frasa kata sifat.
Contoh:

 Jack makan. (kata kerja)


 Jack sedang makan. (frasa kata kerja)
 Adik Jack tiga orang. (frasa numeral)
 Jack pengusaha. (kata benda)
 Jack pengusaha properti. (frasa kata benda)
 Jack ke kantor. (frasa preposisi)
 Jack tampan (kata sifat)
 Jack tampan sekali (frasa kata sifat)

3. Objek

Objek adalah bagian kalimat yang melengkapi kata kerja. Objek dapat berbentuk kata benda atau
frasa kata benda. Bagian kalimat ini terletak setelah predikat berkata kerja aktif transitif (-kan, -i,
me-).

Contoh:

 Jack mencintai Maya. (kata benda)


 Jack telah memasukkan laptop barunya ke dalam tas itu. (frasa kata benda)
 Jack memerankan Sang Kodok. (frasa kata benda)

4. Pelengkap

Pelengkap atau komplemen sering disamakan dengan objek. Padahal, pelengkap beda dengan
objek karena tidak dapat menjadi subjek jika kalimat dipasifkan. Pelengkap mengikuti predikat
yang berimbuhan ber-, ter-, ber-an, ber-kan, dan kata-kata khusus (merupakan, berdasarkan, dan
menjadi).

Contoh:

 Jack bertubuh kekar.


 Jack tersandung batu.
 Jack bercucuran keringat.
 Kamar Jack berhiaskan lampu warna-warni.
 Jack merupakan warga negara Korea.
 Keputusan Jack berdasarkan hukum.
 Jack menjadi manajer.
5. Keterangan

Keterangan adalah bagian kalimat yang berfungsi meluaskan atau membatasi makna subjek atau
predikat.

Contoh:

 Jack tinggal di Jakarta.


 Setiap hari Sabtu Jack berwisata kuliner.

Ada dua ciri keterangan. Pertama, posisinya dapat dipindahkan ke awal, tengah, atau akhir
kalimat.

Contoh:

 Jack menonton berita politik dengan serius.


 Jack dengan serius menonton berita politik.
 Dengan serius Jack menonton berita politik.

Kedua, keterangan dapat berupa keterangan tambahan, keterangan pewatas, atau keterangan
aposisi.

Contoh:

 Jack, yang menjabat Direktur Keuangan PT Morat-Marit, adalah warga negara Korea.
(konstruksi yang sebagai keterangan tambahan)
 Jack yang menjabat Direktur Keuangan PT Morat-Marit adalah warga negara Korea.
(konstruksi yang sebagai keterangan pewatas)
 Jack, Direktur Keuangan PT Morat-Marit, adalah warga negara Korea. (Direktur Keuangan
PT Morat-Marit sebagai keterangan aposisi)

Kalimat Efektif
Kalimat efektif dapat diartikan sebagai susunan kata yang mengikuti kaidah kebahasaan secara
baik dan benar. Tentu saja karena kita berbicara tentang bahasa Indonesia, kaidah yang menjadi
patokan kalimat efektif dalam bahasan ini adalah kaidah bahasa Indonesia menurut ejaan yang
disempurnakan (EYD).

Syarat Kalimat Efektif


Pada dasarnya, ada empat syarat utama sebuah kalimat dapat dikatakan efektif atau tidak.

Sesuai EYD
Sebuah kalimat efektif haruslah menggunakan ejaan maupun tanda baca yang tepat. Kata baku pun
mesti menjadi perhatian agar tidak sampai kata yang kamu tulis ternyata tidak tepat ejaannya.
2. Sistematis
Sebuah kalimat paling sederhana adalah yang memiliki susunan subjek dan predikat, kemudian
ditambahkan dengan objek, pelengkap, hingga keterangan. Sebisa mungkin guna mengefektifkan
kalimat, buatlah kalimat yang urutannya tidak memusingkan. Jika memang tidak ada penegasan,
subjek dan predikat diharapkan selalu berada di awal kalimat.
3. Tidak Boros dan Bertele-tele
Jangan sampai kalimat yang kalian buat terlalu banyak menghambur-hamburkan kata dan terkesan
bertele-tele. Pastikan susunan kalimat yang kalian rumuskan pasti dan ringkas agar orang yang
membacanya mudah menangkah gagasan yang kalian tuangkan.

4. Tidak Ambigu
Syarat kalimat efektif yang terakhir, kalimat efektif menjadi sangat penting untuk menghindari
pembaca dari multiftafsir. Dengan susunan kata yang ringkas, sistemastis, dan sesuai kaidah
kebahasaan; pembaca tidak akan kesulitan mengartikan ide dari kalimat kalian sehingga tidak ada
kesan ambigu.

Ciri-ciri Kalimat Efektif


Untuk membuat kalimat efektif tidaklah sulit asalkan sudah memahami ciri-ciri suatu kalimat
dikatakan efektif. Berikut ini adalah 5 ciri-ciri sehingga suatu kalimat dapat kita katakan efektif.
1. Kesepadanan Struktur
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah kelengkapan struktur dan penggunaannya. Inilah yang
dimaksud dengan kesepadanan struktur. Ada beberapa hal yang menyangkut ciri-ciri yang satu ini.
a. Pastikan kalimat yang dibuat mengandung unsur klausa minimal yang lengkap, yakni subjek
dan predikat.
b. Jangan taruh kata depan (preposisi) di depan subjek karena akan mengaburkan pelaku di dalam
kalimat tersebut.
Contoh kalimat efektif dan tidak efektif:
Bagi semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (tidak efektif)
Semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (efektif)
c. Hati-hati pada penggunaan konjungsi yang di depan predikat karena membuatnya menjadi
perluasan dari subjek.
Contoh:
Dia yang pergi meninggalkan saya. (tidak efektif)
Dia pergi meninggalkan saya. (efektif)
d. Tidak bersubjek ganda, bukan berarti subjek tidak boleh lebih dari satu, namun lebih ke arah
menggabungkan subjek yang sama.
Contoh:
Adik demam sehingga adik tidak dapat masuk sekolah. (tidak efektif)
Adik demam sehingga tidak dapat masuk sekolah. (efektif)
2. Kehematan Kata
Karena salah satu syarat kalimat efektif adalah ringkas dan tidak bertele-tele, kalian tidak boleh
menyusun kata-kata yang bermakna sama di dalam sebuah kalimat. Ada dua hal yang
memungkinkan kalimat membuat kalimat yang boros sehingga tidak efektif. Yang pertama
menyangkut kata jamak dan yang kedua mengenai kata-kata bersinonim. Untuk menghindari hal
tersebut, berikut ini contoh mengenai kesalahan dalam kata jamak dan sinonim yang menghasilkan
kalimat tidak efektif.
Contoh Kata Jamak:
Para siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (tidak efektif)
Siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (efektif)
Ketidakefektifan terjadi karena kata para merujuk pada jumlah jamak, sementara siswa-siswi juga
mengarah pada jumlah siswa yang lebih dari satu. Jadi, hilangkan salah satu kata yang merujuk
pada hal jamak tersebut.
Contoh Kata Sinonim:
Ia masuk ke dalam ruang kelas. (tidak efektif)
Ia masuk ruang kelas.
Ketidakefektifan terjadi karena kata masuk dan frasa ke dalam sama-sama menunjukkan arti yang
sama. Namun, kata masuk lebih tepat membentuk kalimat efektif karena sifatnya yang merupakan
kata kerja dan dapat menjadi predikat. Sementara itu, jika menggunakan ke dalam dan
menghilangkan kata masuk—sehingga menjadi ia ke dalam ruang kelas—kalimat tersebut akan
kehilangan predikatnya dan tidak dapat dikatakan kalimat efektif menurut prinsip kesepadanan
struktur.
3. Kesejajaran Bentuk
Ciri-ciri yang satu ini menyangkut soal imbuhan dalam kata-kata yang ada di kalimat, sesuai
kedudukannya pada kalimat itu. Pada intinya, kalimat efektif haruslah berimbuhan pararel dan
konsisten. Jika pada sebuah fungsi digunakan imbuhan me-, selanjutnya imbuhan yang sama
digunakan pada fungsi yang sama.
Contoh:
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan pengolahannya.
(tidak efektif)
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan mengolahnya.
(efektif)
4. Ketegasan Makna
Tidak selamanya subjek harus diletakkan di awal kalimat, namun memang peletakan subjek
seharusnya selalu mendahului predikat. Akan tetapi, dalam beberapa kasus tertentu, kalian bisa
saja meletakkan keterangan di awal kalimat untuk memberi efek penegasan. Ini agar pembaca
dapat langsung mengerti gagasan utama dari kalimat tersebut. Penegasan kalimat seperti ini
biasanya dijumpai pada jenis kalimat perintah, larangan, ataupun anjuran yang umumnya diikuti
partikel lah atau pun.
Contoh:
Kamu sapulah lantai rumah agar bersih! (tidak efektif)
Sapulah lantai rumahmu agar bersih! (efektif)
5. Kelogisan Kalimat
Ciri-ciri kalimat efektif terakhir yang amat krusial menyangkut kelogisan kalimat yang kalian buat.
Kelogisan berperan penting untuk menghindari kesan ambigu pada kalimat. Karena itu, buatlah
kalimat dengan ide yang mudah dimengerti dan masuk akal agar pembaca dapat dengan mudah
pula mengerti maksud dari kalimat tersebut.
Contoh:
Kepada Bapak Kepala Sekolah, waktu dan tempat kamu persilakan. (tidak efektif)
Bapak Kepala Sekolah dipersilakan menyampaikan pidatonya sekarang. (efektif)

Kesalahan umum dalam penulisan laporan dan perbaikan yang seharusnya.

1. Spasi pada penulisan tanda baca


o Tanda “:” (titik dua): tidak boleh ada spasi sebelumnya. Di Microsoft Word,
apabila ada spasi sebelum : maka pasti akan digarisbawahi karena itu adalah penulisan
yang salah. Penulisan tanda baca ini sebenarnya bersifat universal, artinya semua
bahasa memiliki aturan kebakuan yang sama. Perkecualian untuk pemerian (misalnya
penulisan detail Tempat, Waktu, dll pada surat).
Contoh: antara lain : (salah) –> antara lain: (benar)
o Tanda “/” (garis miring), “-” (tanda hubung): tidak boleh ada spasi sebelum dan
sesudahnya.
o Tanda “.” (titik), “!” (tanda seru), “?” (tanda tanya): tidak boleh ada spasi
sebelumnya tetapi harus ada spasi setelahnya. Titik adalah tanda berhenti penuh,
perhatikan di bawah tanda seru, tanda tanya ada titiknya. Fungsinya adalah sebagai
penanda akhir kalimat.
o Tanda “,” (koma), ”;” (titik koma): sama seperti tanda berhenti penuh, walaupun
tanda koma adalah tanda berhenti setengah.
2. Penulisan imbuhan di-, ke-, kata di
Penulisan imbuhan di- dan kata di memiliki arti yang berbeda. Namun, banyak sekali salah
penulisan, yang entah kenapa banyak yang tidak bisa membedakan apa fungsi keduanya.
o Imbuhan di-: membentuk kata kerja pasif dari suatu kata kerja dasar.
Penulisannya harus digabung antara di- kemudian kata dasar.
Contoh: dipukul, ditetapkan, dianalisis, diatasi, dibuat, dikembangkan, dilaksanakan,
dll.
o Preposisi: kata depan untuk keterangan tempat.
Penulisannya harus dipisah antara kata di dan kata keterangan tempatnya.
Contoh: di atas, di bawah, di antara, di mana (pasti harus dipisah!),
3. Penulisan kata berbahasa asing
Penulisan kata berbahasa asing harus dicetak miring. Sebisa mungkin gunakan kata padanan
berbahasa Indonesia.
Contoh:
button (tombol) form (borang) output

client (klien) update (memperbarui) server (peladen)

edit (ubah) update (memutakhirkan) system (sistem)

email (surel/postel) webpage (laman) text (teks)

file (berkas, fail) mouse (tetikus)

flowchart (diagram alir) network (jejaring)


4. Apabila kata berbahasa asing mendapatkan imbuhan maka kata berbahasa asing harus dicetak
miring, awalan/akhiran harus diikuti/diawali dengan tanda – (tanda hubung). Contoh: mem-
parsing, meng-crawling, di-stemming, meng-output-kan
5. Penulisan kata tidak baku
algoritma (salah) → algoritme (benar)
analisa (salah) → analisis (benar)
dimana (salah) → di mana (benar)
diagnosa (salah) → diagnosis (benar)
hipotesa (salah) → hipotesis (benar)
inputan (salah) → input atau keluaran
literatur (salah) → pustaka/kepustakaan (benar)
syaraf (salah) → saraf (benar)
ranking (salah) → peringkat (benar)
perangkingan (salah) → pemeringkatan (benar)
6. Diksi “dimana/di mana” dan “di antaranya”
o “di mana/dimana”: pada penulisan rumus atau menjelaskan dengan klausa baru,
umumnya banyak yang menggunakan kata “di mana/dimana” padahal dalam bahasa
Indonesia tidak dikenal kata hubung (konjungsi) “di mana” karena kata “di” adalah
preposisi. Kata yang benar untuk penghubung kalimat majemuk adalah “yang mana”,
karena yang adalah kata hubung.
o “di antaranya”: penggunaan di antaranya hanya digunakan apabila sesuatu
terletak di tengah-tengah/di antara sesuatu yang lain di kanan dan kiri.
Apabila ingin menyebutkan beberapa hal yang terkandung di dalam
sesuatu, gunakan “antara lain:” bukan “di antaranya”.
7. Tidak boleh ada ruang kosong di halaman bawahSebisa mungkin tidak boleh ada ruang
kosong yang tersisa pada suatu halaman. Biasanya ada ruang kosong karena ada gambar atau
tabel yang tidak muat. Sebisa mungkin harus diisi tulisan, misalnya yang ada di halaman
belakang dimajukan ke depan, atau gambar yang diperkecil selama masih bisa terlihat, atau
tabelnya dipotong (tapi harus hati-hati karena tidak boleh sembarang memotong tabel).

Pengertian Kalimat Luas Beserta Contohnya


Ada berbagai jenis kalimat dalam Bahasa Indonesia, mulai dari kalimat inti, kalimat majemuk,
kalimat perintah, kalimat tanya, kalimat ajakan, dll. Pada artikel sebelumnya telah dijelaskan
mengenai kalimat sederhana. Oleh karena itu, pembahasan pada artikel kali ini akan fokus pada
penjelasan mengenai kalimat luas, mulai dari pengertian, jenis, dan juga contohnya.

Pengertian Kalimat Luas


Kalimat sederhana yang mengalami perluasan disebut dengan kalimat luas. Kalimat luas tentunya
akan mempunyai perbendaharaan kata yang lebih banyak jika dibandingkan dengan kalimat
sederhana. Jika kalimat sederhana hanya memiliki paling banyak satu klausa, maka kalimat luas
minimal memiliki dua klausa. Ciri khas lain dalam kalimat luas adalah adanya penggunaan kata
penghubung seperti dan, tetapi, kemudian, ketika, sedangkan, dll.

Jenis Jenis Kalimat Luas


Kalimat luas terbagi menjadi kalimat luas setara dan kalimat luas tak setara. Berikut penjelasan
dari masing-masing jenisnya.

1. Kalimat Luas Setara


Kalimat luas setara terdiri dari minimal 2 buah klausa dimana kedua klausa tersebut berkedudukan
setara atau masing-masing berdiri sendiri. Setiap klausa ini selanjutnya merupakan klausa inti yang
membentuk kalimat luas. Kedudukan setiap klausa sama derajatnya, dengan kata lain tidak ada
klausa yang yang berkedudukan lebih tinggi atau lebih rendah dari klausa yang lain. Sesuai dengan
namanya, kalimat luas setara memuat kata penghubung setara yang menghubungkan semua klausa
yang ada. Akan tetapi hal ini bukanlah syarat mutlak, karena terkadang kalimat luas setara juga
tidak memuat kata penghubung setara. Kata penghubung yang dapat digunakan dalam kalimat luas
setara antara lain dan, lagi pula, serta, lalu, tetapi, kemudian, melainkan, sebaliknya, malahan,
namun, dll.

Ciri-ciri sebuah kalimat luas setara antara lain:

 Penggabungan klausa disertai dengan perubahan intonasi


 Kata penghubung berfungsi sebagai pembeda sifat kesetaraan
 Kedudukan pola kalimat dalam setiap klausa berderajat sama
 Pola umum yang digunakan : S-P + S-P

Contoh dari kalimat luas setara antara lain:


 Ayahku bersuku Jawa sedangkan ibuku bersuku Sunda.
 Ani membeli roti dan Ana membeli susu.
 Anda ingin mengambil sendiri barang ini atau kami yang mengatarkan kepada Anda?
 Kami melihat situasi dahulu, lalu kami segera melarikan diri.
 Daerah ini memang rawan kecelakaan, apalagi kalau tidak berhati-hati dalam berkendara.

2. Kalimat Luas Tak Setara


Jenis kalimat luas yang kedua adalah kalimat luas tak setara atau yang biasanya disebut dengan
kalimat luas bertingkat. Kalimat luas tak setara terdiri dari dua buah klausa yang tidak setara dan
dihubungkan dengan kata penghubung, seperti sebab, kalau, meskipun, karena, dll. Kedudukan
klausa dalam kalimat luas tak setara tidak sama derajatnya. Klausa dalam kalimat luas tak setara
terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Penggunaan kata penghubung yang berbeda dalam
kalimat luas tak setara akan memberikan makna yang berbeda pula. Contoh dari kalimat luas tak
setara antara lain:

 Tomi tewas tenggelam di sungai karena ia tidak bisa berenang.


 Demam pada anak itu sangat tinggi sampai badannya kejang.
 Saya akan datang ke acara itu jika ada yang menginginkanku datang.
 Jalanan kota ini diperlebar agar semua kendaraan dapat lewat dengan lancar.
 Aku sudah menyelesaikan semua pekerjaan rumah sebelum suamiku pulang ke rumah.

Selain jenis kalimat luas setara dan kalimat luas tak setara, masih ada pengelompokan lain dari
kalimat luas yaitu berdasarkan pola-pola dasar yang dianggap menjadi dasar pembentukan kalimat
tersebut.

1. Pola Kalimat I
Pola kalimat luas yang pertama adalah “kata benda – kata kerja”. Nama lain untuk kalimat jenis
ini adalah kalimat verbal. Contoh kalimat luas pola I adalah:

 Ibu memasak. (kata “ibu” : kata benda, sedangkan kata “memasak” : kata kerja)
 Adik menyanyi. (kata “adik” : kata benda, sedangkan kata “menyanyi” : kata kerja)

2. Pola Kalimat II
Pola kalimat luas yang kedua adalah “kata benda – kata sifat”. Nama lain untuk kalimat jenis ini
adalah kalimat atributif. Contoh kalimat luas pola II adalah:

 Rumah mungil. (kata “rumah” : kata benda, sedangkan kata “mungil” : kata sifat)
 Anak rajin. (kata “anak” : kata benda, sedangkan kata “rajin” : kata sifat)

3. Pola Kalimat III


Pola kalimat luas yang ketiga adalah “kata benda – kata benda”. Nama lain untuk kalimat jenis ini
adalah kalimat nominal atau kalimat ekuasional. Jenis kalimat ini seringkali mengandung kata
bantu seperti adalah, menjadi, dan merupakan. Contoh kalimat luas pola III adalah:

 Ayah adalah pensiunan. (kata “ayah” : kata benda, sedangkan kata “penisunan” : kata benda)
4. Pola Kalimat IV
Pola kalimat luas yang keempat adalah “kata benda – adverbial”. Nama lain untuk kalimat jenis
ini adalah kalimat adverbial. Contoh kalimat luas pola IV adalah:

 Pak Ahmad dari kantor. (kata “Pak Ahmad” : kata benda, sedangkan kata “dari kantor” : adverbial)

Contoh Kalimat Luas

Supaya lebih memahami tentang kalimat luas, berikut disajikan beberapa contoh kalimat luas
dalam bahasa Indonesia.

1. Ibu memasak rica-rica entok untuk menyambut kedatangan ayah.


2. Rani rajin belajar guna mendapatkan juara pertama di kelas.
3. Ayu tidak mau menolong orang lain selain kerabatnya.
4. Kakak tidak akan pulang kecuali ayah memaafkannya.
5. Yuni memanggil Tari dengan melambaikan tangan.
6. Aku memasak sambil menggendong anakku.
7. Kami sudah tahu bahwa ia yang mencuri semua uang panti ini.
8. Mereka tidak sadar bahwa tindak-tanduk mereka sudah terekam CCTV.
9. Ibu membeli kain sutra, yang harganya berkali-kali lipat dari harga kain biasa.
10. Mereka menyusun semua buku bacaan ini supaya tampak rapi.
11. Perbanyaklah bersholawat agar kelak mendapatkan syafaat Nabi Muhammad SAW.
12. Aku tidak akan pernah pergi seumpama ibu tidak mengizinkan.
13. Sekiranya ia adalah seorang ibu, tentu ia dapat mengerti sakitnya ditinggalkan seorang anak.
14. Andaikan kami punya banyak waktu, kami akan mengerjakannya lebih baik lagi dari ini.
15. Jika hujan tidak turun, aku akan segera pergi dari rumah ini.
16. Kami bermain ke sawah sampai lupa waktu.
17. Aku pindah rumah karena sewa rumahnya murah.
18. Mereka lebih suka durian daripada nangka.
19. Dia baru muncul sementara yang lain sudah hampir pulang.
20. Kami baru akan keluar rumah tatkala gempa bumi terjadi.
21. Ayah mendengar suara adzan lantas beliau terbangun.
22. Setiap hari saya memasak dan menyelesaikan semua pekerjaan rumah.
23. Sejak ibu meninggalkan rumah, ayah tidak lagi mengurus dirinya sendiri.
24. Dia tetap menjemput ibunya meskipun hujan deras sekali.
25. Dia terkejut seperti tersambar petir di siang bolong.
BAB VII
Tabel, Grafik dan Bagan

Pengertian Tabel, Grafik dan Bagan


Sebelum kita menuju mengenai gambaran dari Tabel, bagan atau Grafik maka yang harus dan
penting terlebih dahulu diketahui adalah pengertian dari masing-masing dari istilah di atas yakni
Tabel, Grafik dan Bagan.

Tabel merupakan daftar yang di dalamnya berisi ikhtisar dengan berbagai data-data mengenai
Informasi yang mana pada umumnya terdapat kata-kata atau suatu bilangan yang tertata atau
tersusun menggunakan garis pembatas.

Sedangkan, Bagan yakni berupa gambaran/sketsa abstrak yang mana menampilkan atau
menjelaska Informasi tertentu. Data atau informasi tersebut di tuangkan pada gambar. Bentuk
dari bagan sendiri bervariasi di antaranya seperti Garis (Bar), Lingkaran, Batang, Pohon dan
garis.

Lalu yang terakhir adalah Grafik yakni berupa bentuk gambaran/lukisan dengan
mengetahui dari naik atau turunnya suatu keadaan Informasi tersebut

Agar pembaca dapat lebih paham membedakan antara Tabel, Bagan dan Grafik seperti yang di
jelaskan di atas maka dapat melihat contoh gambar dibawah ini.

Menemukan Informasi dalam Grafik, Tabel, dan Bagan


Setelah anda mengerti dan paham mengenai pengertian grafik, table dan bahan serta Contohnya.
Maka untuk selanjutnya akan di jelaskan mengenai bagaimana cara menemukan informasi di
dalamnya.

Ada beberapa tahap yang bisa anda lakukan untuk menemukan informasi dalam grafik, tabel, dan
bagan, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Pastikan anda sudah membaca judul grafik, tabel, dan bagan tersebut
2. Kemudian, perhatikan pada keterangan yang ada pada gambar.
3. Dan perhatikan juga perbedaanya pada setiap masing-masing gambar.
4. Yang terakhir cara yang lebih mudah adalah ajukan pertanyaan maka anda akan dapat
menemukan jawabannya

Mengubah Informasi dalam Grafik, Tabel, dan Bagan Menjadi Suatu Kalimat
Dengan membaca penjelasan di atas tentu anda sekarang sudah mengerti dan tahu bagaimana
mencari Infromasi pada sebuah grafik, tabel, dan bagan. Akan tetapi bagaimana menjadikan table,
grafik dan bagan tersebut menjadi bentuk kalimat?

Terkait akan hal tersebut bahwasanya Informasi yang masih berbentuk Grafik, table atau bagan
memang cukup sulit di ketahui dari Informasi yang ada di dalamnya.

Tujuan dari mengubah Informasi dari suatu table, grafik dan bagan menjadi kalimat adalah
memudahkan pembaca untuk bisa memahami dari isi/informasi tersebut. Dengan melakukan
penguraian table, grafik dan bagan menjadi bentuk kalimat bisa di artikan penerjemahan gambar
menjadi wacana, sehingga akan menjadi mudah untuk di mengerti.

LATIHAN
Gunakan tabel, gambar, grafik dan bagan dalam laporan penelitian yang saudara kerjakan secara
berkelompok .
BAB VIII
Kutipan dan Daftar Pustaka

CARA MENULIS KUTIPAN DAN SUMBER KUTIPAN

Berikut ini beberapa aturan yang perlu diketahui dalam penulisan kutipan dan sumber kutipan.

1) Kutipan ditulis dengan menggunakan dua tanda petik (“…”) jika kutipan ini merupakan
kutipan pertama atau dikutip langsung dari penulisnya. Jika kutipan itu diambil dari
kutipan, maka kutipan tersebut ditulis dengan menggunakan satu tanda petik („…‟).

2) Jika bagian yang dikutip terdiri atas tiga baris atau kurang, kutipan ditulis dengan
menggunakan tanda petik (sesuai dengan ketentuan pertama) dan penulisannya digabung
ke dalam paragraf yang ditulis oleh pengutip dan ditik dengan jarak dua spasi.

Contoh:

Salah satu dimensi kehidupan afektif-emosional ialah kemampuan memberi dan


menerima cinta, bukan cinta dalam arti yang penuh romantik atau memberikan perlindungan
yang berlebihan, melainkan cinta dalam arti”…a relationship that nourishes us we give, and
enriches us we spend, and permits ego and alter ego to grow in mutual harmony”
(Cole,1993:832).

3) Apabila kutipan langsung merupakan seperangkat kalimat, tempatkanlah kutipan itu di


antara tanda petik dua di bawah baris terakhir kalimat yang mendahuluinya, menjorok lima
ketukan ke dalam teks dari margin kiri, berjarak rapat (½ spasi)

Contoh:

………………………………………….……(baris akhir tulisan kita)


“Dalam hal yang lebih penting lagi, yang menyatakan betul sifat nasional pendidikan
di negara kita ialah menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di semua sekolah-
sekolah. Bahasa ialah alat berpikir dan alat menyatakan buah pikiran itu, tetapi selain dari
semua itu, ialah alat yang terpenting untuk menebalkan rasa nasional suatu bangsa. Walaupun
prinsip bahwa bahasa pengantar di sekolah- sekolah ialah bahasa Indonesia, diberi kompromi
pada dasar psikologi, dengan demikian, bahwa di tiga kelas yang terendah dari sekolah-sekolah
rendah bahasa pengantar ialah bahasa daerah.” (nama,th:hlm.)

(awal tulisan kita berikutnya)………………….…………………….

4) Jika bagian dari yang dikutip ada bagian yang dihilangkan, maka penulisan bagian itu
diganti dengan tiga buah titik. Contoh penulisan tampak pada butir kedua di atas.

5) Penulisan sumber kutipan ada beberapa kemungkinan seperti berikut.

- Jika sumber kutipan mendahului kutipan, cara penulisannya adalah nama penulis yang
diikuti dengan tahun penerbitan, dan nomor halaman yang dikutip yang keduanya

diletakkan di dalam kurung.


Contoh:

… (akhir tulisan). Oka (1976:53) mengatakan bahwa “Masyarakat Indonesia yang akan datang
sangat memerlukan tenaga kerja untuk pembangunan yang terampil menggunakan bhasa Indonesia
untuk surat-menyurat, pidato, dan karang-mengarang.” (awal tulisan berikutnya)….
- Jika sumber kutipan ditulis setelah kutipan, maka nama penulis, tahun penerbitan, dan
nomor halaman yang dikutip semuanya diletakkan di dalam kurung.

… (akhir tulisan). “The personality pattern is inwardly determined by and closely associated
with maturation of the physical and mental characteristic which constitute the individual‟s
hereditary

endowment” (Hurlock, 1979:19). (awal tulisan berikutnya)….

- Jika sumber kutipan merujuk sumber lain atas bagian yang dikutip, maka sumber kutipan
yang ditulis tetap sumber kutipan yang digunakan pengutip, tetapi dengan menyebut siapa
yang mengemukakan pendapat tersebut.

… (akhir tulisan). Chomsky (Yelon dan Weinstein, 1977:62) mengemukakan bahwa


„…children

are born with innate understanding of structure of language.‟ (awal tulisan berikutnya)….

Atau
… (akhir tulisan kita). „…‟ (Chomsky,1968:67;Yelon dan Weinstein, 1977:62). (awal tulisan kita
berikutnya)….

- Jika penulis terdiri atas dua orang, maka nama keluarga kedua penulis tersebut harus
disebutkan, misalnya, (Sharp and Green, 1996:1), sedangkan jika penulisnya lebih dari dua
orang maka yang disebutkan nama keluarga dari penulis pertama dan diikuti oleh dkk.,
misalnya, (Halim dkk.,1976:25).

- Jika masalah yang dikutip dibahas oleh beberapa orang dalam sumber yg berbeda maka
cara penulisan sumber kutipan itu adalah seperti berikut.

Contoh:

Beberapa studi tentang anak-anak yang mengalami kesulitan belajar (Dunkey, 1972; Miggs, 1976;
Parmenter, 1976) menunjukkan bahwa …. (tulis intisari rumusan yang dipadukan dari

ketiga sumber tersebut).

- Jika sumber kutipan itu adalah beberapa karya tulis dari penulis yang sama pada tahun yang
sama, maka cara penulisannya adalah dengan menambah huruf a, b, dan seterusnya pada
tahun penerbitan. Contoh: (Bray, 1998a, 1998b)
- Jika sumber kutipan itu tanpa nama, maka penulisnya adalah: (Anomin, 1972: 18).

- Jika yang diutarakan pokok-pokok pikiran seorang penulis, tidak perlu ada kutipan
langsung, cukup dengan menyebut sumbernya.

CARA MENULIS DAFTAR PUSTAKA

Komponen-komponen yang harus dicantumkan dalam daftar pustaka ini adalah sebagai
berikut.

1. Nama penulis,

Dengan cara menuliskan terlebih dahulu nama belakang, kemudian nama depan. Hal ini
berlaku untuk semua nama, baik nama asing maupun nama Indonesia. Cara penulisan
inilah yang berlaku secara internasional tanpa mengenal kebangsaan dan tradisi. Tata tulis
ilmiah tidak mengenal prinsip nama yang lebih dikenal di masyarakat, melainkan nama
belakangnya, tanpa memperhitungkan jenis nama itu merupakan nama keluarga atau
bukan.

Misalnya:

Abdul Hamid ditulis: Hamid, Abdul.

2. Tahun penerbitan,

3. Judul

Sumber tertulis yang bersangkutan dengan digarisbawahi atau dicetak miring,

4. Kota tempat penerbit berada,

5. Nama penerbit.
Baris pertama mulai ketikan pertama dan baris kedua dan seterusnya ditik mulai ktikan kelima
atau satu tab dalam komputer. Jarak antara baris satu dengan berikutnya satu spasi, sedangkan
jarak antara sumber satu dengan sumber berikutnya dua spasi. Contoh:

Boediono. 1998. Dampak Krisis Ekonomi TerhadapPendidikan. Jakarta: Pusat Penelitian Sains
dan Teknologi UI.

Kartodirdjo, Suwiryo. 1987. Kebudayaan Pembangunan dalam Perspektif Sejarah. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Cara Menulis Daftar Pustaka Berdasarkan Jenis Sumber yang Digunakan

1. Sumber dari jurnal

Penulisan jurnal sebagai daftar pustaka mengikuti urutan: nama belakang penulis, nama
depan penulis, tahun penerbitan, judul artikel (ditulis diantara tanda petik), judul jurnal
dengan digarisbawahi dan ditulis penuh, nomor volume dengan angka arab dan
digarisbawahi tanpa didahului dengan singkatan “vol”, nomor penerbitan (jika ada) dengan
angka arab dan ditulis di antara tanda kurung, nomor halaman dari nomor halaman pertama
sampai dengan nomor halaman terakhir tanpa didahului singkatan “pp” atau “h”.
Barrett. 1983. “The Emphaty Cycle: Refinement of A Nuclear Concept”. Journal of
Counselling Psychology. 28 (2), 91 – 100.

2. Sumber dari buku

Kalau sumber tertulisnya berupa buku, maka urutan-urutan penulisannya adalah: nama

belakang penulis, nama depan, tahun penerbitan, judul buku digarisbawahi, edisi, kota asal,
penerbit. Daftar Pustaka berupa buku ditulis dengan memperhatikan keragaman berikut.

- Jika buku ditulis oleh seorang saja:


Alisyahbana, Sutan Takdir. 1957. Sejarah Perjuangan dan Pertumbuhan Bahasa Indonesia.

Jakarta: Pustaka Rakyat.

- Jika buku ditulis oleh dua orang, maka semua nama ditulis, nama pengarang kedua tidak

perlu dibalik susunannya.

Ekosusilo, Madyo dan Bambang Triyanto. 1995. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.Semarang:

Dahara Prize.

- Jika buku ditulis oleh lebih dari dua orang digunakan et.al. (dicetak miring atau

digarisbawahi)

Ramlan, M. dkk. 1993. Paragraf: Alur Pikiran dan Kepaduan dalam Bahasa Indonesia.
- Jika penulis sebagai penyunting:

Rubin, Joan dan Bjorn H. Jernudd (ed.). 1971. Can Language Be Planned? Honolulu: The
University Press of Hawaii.
- Jika sumber itu merupakan karya tulis seseorang dalam suatu kumpulan tulisan banyak
orang:

Pujianto. 1984. “Etika Sosial dalam Sistem Nilai Bangsa Indonesia”, dalam Dialog Manusia,
Falsafah, Budaya, dan Pembangunan. Malang: YP2LPM.

- Jika buku itu berupa edisi:

Gabriell. 1970. Children Growing Up: Development of Children’s Personality. (ed. 3). London:
University of London Press.

3. Kalau Sumbernya Di Luar Jurnal dan Buku


- Berupa skripsi, tesis, atau disertasi

Soelaeman, M.I. 1985. Suatu Upaya Pendekatan Fenomenologis Terhadap Situasi Kehidupan dan
Pendidikan Dalam Keluarga dan Sekolah. Disertasi Doktor pada FPS IKIP Bandung: tidak
diterbitkan.

- Berupa publikasi departemen

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Petunjuk Pelaksanaan Beasiswa dan Dana
bantuan Operasional. Jakarta: Depdikbud.

- Berupa Dokumen

Proyek Pengembangan Pendidikan Guru. 1983. Laporan Penilaian Proyek Pengembangan


Pendidikan Guru. Jakarta: Depdikbud.

- Berupa makalah:

Kartadinata, S. 1989. “Kualifikasi Profesional Petugas Bimbingan Indonesia: Kajian Psikologis “.


Makalah pada konvensi tujuh IPBI, Denpasar.

- Berupa surat kabar

Sanusi, A. 1986. “Menyimak Mutu Pendidikan Dengan Konsep Taqwa dan Kecerdasan,
Meluruskan Konsep Belajar dalam Arti Kualitaitf”. Pikiran rakyat (8 September 1986).

4. Kalau Sumbernya dari Internet


Cara penulisannya ialah: Pengarang/penyunting. (Tahun). Judul (edisi), (jenis medium).

Tersedia: alamat di Internet. [tanggal diakses]

Contoh:
Thomson, A. (1998). The Adult and the Curriculum. (Online). Tersedia:

http://www.ed.uiuc.edu/EPS/PESYearbook/1998/thompson.html [30 Maret 2000]

- Bila artikel dalam jurnal

Pengarang. (Tahun). Judul. Nama Jurnal [Jenis Media], Volume (terbitan), halaman. Tersedia:

alamat di Internet. [tanggal diakses]

Supriadi, D. (1999). Restructuring The Schoolbook Provision System in indonesia: Some Recent
Initiatives. Dalam Educational Policy Analysis Archives [online]. Vol 7 (7), 12 halaman. Tersedia:
http://epaa.asu.edu/epaa/v7n7.html [17 Maret 2000]

- Bila artikel dalam majalah.

Pengarang. (Tahun, tanggal, bulan). Judul. Nama Majalah [Jenis Media], Volume, jumlah
halaman. Tersedia: alamat di Internet. [tanggal diakses]

Goodstein, C. (1991, September). Healers from the deep. American Health [CD ROOM], 60-64.
Tersedia: 1994 SIRS/SIRS 1992 Life Science/Article 08A [13 Juni 1995]

- Bila artikel di surat kabar

Pengarang. (Tahun, tanggal, bulan). Judul. Nama Surat Kabar [Jenis Media], jumlah halaman.
Tersedia: alamat di Internet. [tanggal diakses]
Cipto, B. (2000, 27 April). Akibat Perombakan Kabinet Berulang, Fondasi Reformasi Bisa
Runtuh. Pikiran Rakyat [online], halaman 8. Tersedia: http://www.pikiranrakyat.com [9 Maret
2000]

- Bila pesan dari e-mail

Pengirim (alamat e-mail pengirim). (Tahun, tanggal, bulan.). Judul Pesan. E-mail kepada

penerima. [alamat e-mail penerima].

Contoh:

Musthafa, Bachrudin (musthafa@indo.net.id). (2000, 25 April). Bab V Laporan Penelitian. E-mail


kepada Dedi Supriadi (supriadi@indo.net.id).

LATIHAN
Periksa kembali kutipan dan daftar pustaka dalam laporan saudara .

Anda mungkin juga menyukai