Penelitian (research) pada dasarnya adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu
didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.
Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk
akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang
dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat
mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses
yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah yang tertentu
yang bersifat logis. Para ahli pun telah banyak memberikan pengertian atau
definisi penelitian, beberapa diantaranya sebagai berikut:
Hill Way: Penelitian adalah suatu metode studi yang bersifat hati-hati dan
mendalam dari segala bentuk fakta yang dapat dipercaya atas masalah tertentu
guna membuat pemecahan masalah tersebut.
Winarno
Surachmad:
Penelitian
adalah
kegiatan
ilmiah
mengumpulkan
kebenaran
suatu
pengetahuan,
usaha mana
dilakukan
dengan
2. Curiosity: Peneliti harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi karena rasa
ingin tahu merupakan sumber motivasi utama peneliti untuk mengungkap
pertanyaan penelitian yang muncul.
3. Communalism: Pengetahuan ilmiah harus disebarluaskan dan dimiliki
bersama. Temuan ilmiah merupakan milik publik yang dapat digunakan
oleh semua orang. Proses riset harus dipaparkan secara rinci.
4. Honesty: Merupakan norma budaya utama bagi seorang peneliti dan
ilmuwan. Ketidakjujuran merupakan tabu besar.
Selain itu, di dalam etika penelitian juga terkandung empat prinsip utama,
yaitu menghormati harkat dan martabat manusia, menghormati privasi dan
kerahasiaan subjek penelitian, keadilan dan inklusivitas dan memperhitungkan
manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (jurnal.pdii.lipi.go.id). Hal-hal lain yang
harus diperhatikan dalam etika penelitian adalah (repository.ui.ac.id):
1. peneliti membaktikan diri pada pencarian kebenaran ilmiah untuk
memajukan ilmu pengetahuan, menemukan teknologi, dan menghasilkan
inovasi bagi peningkatan peradaban dan kesejahteraan manusia.
2. peneliti melakukan kegiatannya dalam cakupan dan barisan yang
diperkenankan oleh hukum yang berlaku, bertindak dengan mendahulukan
kepentingan dan keselamatan semua pihak yang terkait dengan
penelitiannya, berlandaskan tujuan mulia berupa penegakan hak-hak asasi
manusia dengan kebebasan-kebebasan mendasarnya.
3. peneliti mengelola sumber daya keilmuan dengan penuh rasa tanggung
jawab, terutama dalam pemanfaatannya, dan mensyukuri nikmat anugerah
tersedianya sumber daya keilmuan baginya.
4. peneliti mengelola jalannya penelitian secara jujur, bernurani, dan
berkeadilan terhadap lingkungan penelitiannya; menghormati obyek
penelitian manusia, sumber daya alam hayati dan non-hayati secara
bermoral; berbuat sesuai dengan perkenan kodrat dan karakter objek
penelitiannya,
tanpa
diskriminasi
dan
tanpa
menimbulkan
rasa
yang diperoleh dari dokumen atau publikasi atau laporan penelitian dari dinas,
instansi maupun sumber data lainnya yang menunjang.
Tujuan Laporan Penelitian
Laporan penelitian bertujuan untuk memberitahukan kegiatan penelitian
mulai dari proses penelitian yang digunakan metodologi tertentu sampai temuan
yang didapat (Jauhari, 2007 : 179). Dalam prosesnya, dilakukan pengumpulan
data.Selain itu tujuan laporan penelitian adalah mengungkapkan sasaran yang
ingin dicapai dalam penelitian adalah mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai
dalam penelitian baik secara umum maupun secara khusus.Tujuan umum yang
ingin dicapai dideskripsikan secara singkat, sedangkan pada tujuan khusus
dideskripsikan dalam bentuk butir - butir yang spesifik mengacu pada pertanyaan
penelitian.
Sugiyono (2009 : 5) mengatakan bahwa didalam tujuan laporan penelitian harus
memiliki sifat sebagai berikut :
1.
Bersifat Penemuan
Bersifat penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah data yang
betul-betul baru sebelumnya belum pernah diketahui.
2.
Bersifat Pembuktian
Bersifat Pengembangan
Prosedur penelitian
Artikel Ethics in Research (dalam www.socialresearchmethods.net)
menjabarkan beberapa prosedur etika dalam melakukan riset, ditinjau dari sisi
subjek penelitiannya. Prosedur yang pertama adalah partisipasi sukarela subjek
penelitian, terutama subjek di tempat-tempat seperti penjara, pengungsian, atau
yang berhubungan dengan korban perang dan tindak kekerasan. Kesukarelaan ini
diperlukan karena berkaitan dengan publikasi hasil riset yang sarat akan hal-hal
yang mungkin tabu (informed consent), dan karenanya berisiko bagi subjek
penelitian. Prosedur kedua adalah berkenaan dengan prinsip kerahasiaan
(confidentiality), yaitu informasi subjek hanya akan digunakan berkaitan dengan
kepentingan riset dan akan dijaga kerahasiaannya jika hasil riset tidak
dipublikasikan. Prosedur ketiga adalah prinsip anonim (anonimity), baik itu bagi
subjek maupun peneliti itu sendiri, terutama jika itu berkaitan dengan alasan
keamanan dan keselamatan. Prosedur yang terakhir adalah rights of services, yaitu
perlakuan khusus berupa kunjungan rutin pascariset bagi subjek penelitian sebagai
bentuk tanggung jawab peneliti terhadap permasalahan yang ia teliti.
Selain dari sisi subyek penelitian, etika riset juga menyangkut originalitas
dalam isi penelitian. Philip dan Plugh (dalam Blaxter, et.al., 2001:18)
mendefinisikan originalitas riset ke dalam lima belas definisi. Originalitas tidak
hanya menyangkut asli atau tidaknya kalimat-kalimat dan frasa yang digunakan
peneliti dalam karya tulisnya, namun juga menyangkut ide awal riset, teknik
observasi, metode, cara interpretasi, dan sintesis yang digunakan. Akan tetapi, hal
ini bukan berarti sebuah riset haruslah benar-benar baru. Seorang peneliti dapat
melanjutkan sebuah pekerjaan original sebelumnya, namun dengan teknik,
metode, dan cara interpretasi yang berbeda atau dengan menggunakan teknik,
metode, dan interpretasi yang sama, namun dapat menghadirkan bukti dan data
kompeten yang berbeda untuk menunjang risetnya.
Kelalaian maupun kesengajaan peneliti terhadap aspek-aspek dalam
prinsip originalitas dapat berujung pada tindak plagiarisme. Dalam A Guide to
Research
Ethics
(2003:11)[2],
plagiarisme
dimaknai
sebagai
tindakan
penggunaan seseorang atas gagasan, teori, dan kata-kata orang lain dan kemudian
melakukan klaim atas dirinya sendiri. Plagiarisme sendiri dapat dimaknai ke
dalam berbagai bentuk, baik itu mengutip secara langsung hasil penelitian orang
lain maupun melakukan parafrasa tanpa menyertakan sitasi dari sumber aslinya.
Selain plagiarisme, contoh pelanggaran etika penelitian adalah pengubahan
(manipulasi) data atau informasi, penyalahgunaan data atau informasi, pengakuan
dan penggunaan data atau informasi tanpa ijin, publikasi hasil penelitian
penugasan tanpa ijin, tidak merahasiakan sumber data yangg semestinya
dirahasiakan, tidak menghormati responden, dan tidak menyusun laporan hasil
penelitian (nic.unud.ac.id).
Contoh Kasus Pelanggaran Etika Riset
Salah satu pelanggaran etika penelitian adalah penipuan saintifik
(scientific fraud), yaitu usaha untuk memanipulasi fakta-fakta atau menerbitkan
hasil kerja orang lain secara sengaja. Pada tahun 1830, matematikawan dari
Inggris bernama Charles Babbage (dalam Nur, 2004) menerangkan teknik
manipulasi data, yakni trimming (menghapus data yang tidak cocok dengan hasil
yang diharapkan) dan cooking (memilih data yang hanya cocok dengan hasil yang
diharapkan sehingga membuat data lebih meyakinkan). Kasus penipuan saintifik
salah satunya ditemukan pada tahun 1980-an, dimana seorang kardiolog muda
bernama John Darsee, yang bekerja di salah satu lembaga riset bergengsi di dunia
yaitu Harvard Medical School di Boston, Massachusetts (Nur, 2004).
Dia dikenal sebagai ilmuwan yang berbakat karena telah mempublikasikan
hampir 100 artikel dan abstrak dalam masa dua tahun di Harvard. Pada tahun
DAFTAR PUSTAKA
ETIKA PENELITIAN
Disusun Oleh:
Christmas Simamora
135040100111048
135040100111107
Frederick C L P S
135040100111160
Firman Fangarododo
135040101111002
135040101111154