Anda di halaman 1dari 38

JENIS

PEMERIKSAAN
JENIS PEMERIKSAAN
 Pemeriksaan Rutin
 Pemeriksaan Khusus
 Pemeriksaan WP Lokasi
 Pemeriksaan tahun berjalan
 Pemeriksaan bukti permulaan
PEMERIKSAAN RUTIN
adalah pemeriksaan yang bersifat rutin yang
dilakukan terhadap wajib pajak yang
berhubungan dengan pemenuhan hak dan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang
bersangkutan yang pemilihannya terutama
berdasarkan Sistem kriteria seleksi dan bukan
kriteria seleksi.
Cakupan Pemeriksaan Rutin
 Kriteria Seleksi
 Bukan Kriteria Seleksi
 Pemeriksaan Rutin untuk Tujuan lain
A. Kriteria Seleksi
Pemeriksaan rutin - kriteria seleksi dilaksanakan
apabila:
 SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi
atau Badan terpilih untuk diperiksa
berdasarkan sistem kriteria seleksi
 Wajib Pajak lainnya memenuhi kriteria
pemeriksaan berdasarkan uji petik yang
ditetapkan oleh Direktur Pemeriksa Pajak
 Pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak
badan atau wajib pajak orang pribadi yang terpilih
berdasarkan skor risiko tingkat kepatuhan secara
komputerisasi. Penggunaan system criteria seleksi
semacam ini dimaksudkan untuk mengurangi unsur
subjektifitas dalam menentukan pilihan wajib pajak yang
akan diperiksa, karena mekanisme pemilihannya
berdasarkan beberapa variable yang sudah terukur
dalam suatu program aplikasi komputer.

 Berdasarkan system pemilihan seperti tersebut,


wajib pajak yang akan diperiksa adalah wajib pajak yang
mempunyai potensi fiscal tinggi, tetapi menunjukkan
adanya indikasi telah melakukan pelanggaran terhadap
kewajiban perpajakannya
B. Bukan Kriteria Seleksi
Pemeriksaan rutin – bukan kriteria seleksi dilaksanakan apabila:
1. Wajib Pajak Badan atau Orang Pribadi menyampaikan :
 SPT tahunan PPh Pasal 21 yang menyatakan lebih bayar
 SPT Masa PPN masa pajak terakhir dari suatu tahun pajak yang
menyatakan lebih bayar (baik meminta restitusi maupun kompensasi)

2. Wajib Pajak Badan atau Orang Pribadi menyampaikan :


a. SPT Tahunan PPh untuk bagian tahun pajak sebagai akibat
adanya perubahan tahun buku yang telah disetujui oleh DJP
b. SPT Tahunan PPh untuk tahun pajak saat Wajib Pajak
melakukan penilaian kembali aktiva tetap yang telah disetujui
oleh DJP
c. SPT Tahunan untuk tahun pajak saat Wajib Pajak melakukan
penggabungan, pemekaran atau pengambilalihan usaha, atau
likuidasi.
3. Wajib Pajak Orang Pribadi menyampaikan SPT Tahunan PPh
yang menyalahi ketentuan penggunaan Norma Penghitungan
Penghasilan Netto

4. Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan mengajukan pencabutan


NPWP atau pindah tempat terdaftarnya Wajib Pajak.

5. Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT Tahunan PPh, termasuk


SPT kembali ke kantor pos dan Wajib Pajak kelompok Non
Efektif (NE).

6. wajib pajak yang melakukan kegiatan membangun sendiri yang


pemenuhan kewajiban PPN nya patut diduga tidak dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
7. Wajib Pajak tidak menyampaikan :
a. SPT Tahunan PPh Pasal 21 selama 2 tahun
berturut-turut
b. SPT Masa PPN dalam tahun berjalan selama 3
bulan berturut-turut dalam suatu tahun pajak

8. Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT Masa PPN yang


menyatakan meminta kembalian kelebihan
pembayaran pajak sehubungan dengan penyerahan
ekspor dan atau penyerahan kepada badan pemungut
PPN.

9. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak yang menyatakan rugi.


C. Pemeriksaan Rutin untuk Tujuan Lainnya
Pemeriksaan Rutin untuk tujuan lainnya dilaksanakan
apabila :
 terdapat data, termasuk data PBB dan atau BPHTB
yang dapat dimanfaatkan untuk ekstensifikasi Wajib
Pajak dan Pengusaha Kena Pajak.
 Wajib Pajak yang mengajukan permohonan
sehubungan dengan pelaksanaan kewajiban
perpajakannya, antara lain permohonan pembaerian
NPWP, pengukuhan PKP, keberatan atau banding,
penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil,
pemusatan tempat terhutang PPh Pasal 21 dan
pemusatan tempat terhutang PPN.
Pemeriksaan Sederhana Kantor dengan
menerapkan Audit Program Khusus

Pemeriksaan Sederhana Kantor adalah salah satu ruang


lingkup pemeriksaan dimana pemeriksaan dilakukan
dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan dengan
bobot dan kedalaman yang sederhana.

Pemeriksaan dilakukan di Kantor DJP untuk jenis pajak


tertentu baik untuk tahun berjalan dan atau tahun-
tahun sebelumnya
Untuk meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak Badan
yang menyampaikan SPT Tahunan PPh, yang
berdasarkan
- Kriteria Seleksi memperoleh skor 700 atau lebih
(menyatakan lebih bayar)
- Kepala Kanwil DJP terkait telah menentukan bahwa
terhadap SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan tersebut
diperiksa melalui Pemeriksaan Sederhana oleh KPP,

maka pemeriksaan terhadap SPT Tahunan PPh Wajib


Pajak Badan itu dapat dilakukan melalui Pemeriksaan
Sederhana Kantor dengan menerapkan audit program
khusus
SYARAT:
 Laporan Keuangan Wajib Pajak diaudit oleh Akuntan Publik
yang telah mendapat izin dari Direktorat Jenderal Lembaga
Keuangan dan Akuntan Publik tersebut tidak sedang dalam
pembinaan , dengan pendapat wajar tanpa pengecualian
(Unqualified Opinion).
 SPT disampaikan tepat waktu, baik melalui perpanjangan
waktu maupun tidak.
 Wajib Pajak tidak mempunyai tunggakan pajak dalam jumlah
yang signifikan.
 Jumlah koreksi yang telah dilakukan dalam pemeriksaan
terhadap SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan tahun pajak
sebelumnya tidak signifikan.
 Semua SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan yang menyatakan
rugi telah selesai diperiksa dan telah diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak.
 Lokasi usaha, lokasi pabrik terdapat dalam wilayah Kantor
Pelayanan Pajak yang sama.
Pemeriksaan Sederhana Lapangan
terhadap WP pindah KPP
dilakukan oleh KPP yang lama

Tujuan Pemeriksaan ini adalah


 Menguji kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi semua
kewajiban perpajakannya selama terdaftar di kantor pelayanan
pajak yang lama.
 wajib pajak pindah tempat terdaftarnya karena berubah status
atau pindah alamat
 wajib pajak badan atau wajib pajak orang pribadi yang
menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan bebas, dalam
tahun atau tahun-tahun pajak yang belum pernah diperiksa.
 wajib pajak BUT atau wajib pajak luar negeri yang terdapat
indikasi akan bubar atau meninggalkan Indonesia.
Hal-hal yang dilakukan :
 KPP lama menerbitkan dan mengirimkan kepada KPP
Baru Surat Perpindahan WP, dan atau Surat Pencabutan
Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
berdasarkan Surat Pemberitahuan Pindah.
 KPP Lama melakukan penelitian terhadap
kelengakapan berkas Wajib Pajak
 Hasil PSL dituangkan dalam Laporan Pemeriksaan
Pajak dan Nota Penghitungan Pajak oleh KPP Lama
 Mengirimkan LPP dan NPP tersebut ke KPP Baru
 KPP Baru menerbitkan Surat Ketetapan Pajak sesuai
dengan ketentuan.
Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan yang secara khusus dilakukan
terhadap wajib pajak sehubungan dengan adanya
data, informasi, laporan atau pengaduan yang
berkaitan dengan wajib pajak tersebut, atau
untuk memperoleh data atau informasi untuk
tujuan tertentu lainnya.
Pemeriksaan ini sifatnya sangat selektif, yaitu antara
lain dilakukan terhadap:
 wajib pajak yang diduga telah melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan
 wajib pajak tertentu berdasarkan pengaduan masyarakat, antara lain
misalnya yang semula dikenal melalui kotak pos 5000
 wajib pajak tertentu berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal Pajak
dalam rangka untuk tujuan lain :

1. WP menyampaikan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang


Pribadi/Badan dan atau SPT Tahunan PPh Pasal 21 setelah berakhirnya
jangka waktu penyampaian SPT yang ditetapkan dalam Surat Teguran.
2. Terdapat data prioritas
3. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap SPT Masa PPN untuk suatu
tahun tahun pajak diketahui bahwa terdapat perbedaan jumlah peredaran
usaha antara SPT Tahunan PPh dengan seluruh SPT Masa PPN tahun
pajak yang bersangkutan
Pemeriksaan Khusus harus meliputi seluruh jenis
pajak sehingga pemeriksaan harus dilaksanakan
melalui Pemeriksaan Sederhana Lapangan atau
Pemeriksaan Lengkap.

Tahun Pajak yang diperiksa dibatasi hanya satu


tahun pajak. Namun apabila sehubungan dengan
pengaduan masyarakat yang informasinya secara
kuantitatif meliputi lebih dari satu tahun pajak
maka pemeriksaan dapat dilakukan terhadap
seluruh tahun-tahun pajak tersebut.
Pemeriksa dapat melakukan perluasan tahun
pajak yang diperiksa dalam hal :

 terdapat dugaan Wajib Pajak melakukan tindak


pidana perpajakan
 hasil pemeriksaan untuk tahun pajak yang
diperluas diperkirakan dapat menambah
jumlah pajak yang terutang dengan jumlah
yang signifikan
Pemeriksaan Wajib Pajak
Lokasi
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap cabang,
perwakilan, pabrik dan atau tempat usaha yang
pada umumnya berbeda lokasinya dengan wajib
pajak domisili, berdasarkan permintaan dari Unit
Pelaksana Pemeriksaan (UPP) yang berada di
luar wilayahnya.
Pemeriksaan terhadap wajib pajak
lokasi dapat dilakukan dalam hal
 SPT tahunan PPh pasal 21 dan atau SPT masa PPN
menyatakan lebih bayar
 SPT tahunan PPh pasal 21 dan atau SPT masa PPn tidak
disampaikan masing-masing selama dua tahun berturut-turut
atau selama tiga bulan berturut-turut dari suatu tahun pajak
 adanya permintaan dari unit pelaksana pemeriksaan pajak
(UP3) tempat wajib pajak domisili terdaftar dan atau
berdasarkan usulan dari UP3 lokasi
 permohonan pemusatan tempat terutang PPh Pasal 21 dan
PPN
 SPT Tahunan Pasal 21 disampaikan setelah berakhirnya jangka
waktu penyampaian dalam Surat Teguran.
 Pemeriksaan tahun berjalan terhadap Wajib Pajak Lokasi yang
bergerak di sektor usaha tertentu yang ditentukan Kepala
Kanwil khusus terhadap PPh Pasal 23, 26, PPN dan PPnBM.
Pemeriksaan tahun berjalan
Pemeriksaan yang dilakukan dalam tahun berjalan
terhadap wajib pajak untuk jenis-jenis pajak tertentu
atau untuk seluruh jenis pajak dapat dilakukan terhadap
wajib pajak domisili atau wajib pajak lokasi.

Pelaksanaan pemeriksaan tahun berjalan ini hanya dapat


dilakukan terhadap masa pajak sampai dengan bulan
Oktober dari tahun pajak yang bersangkutan.
Pemeriksaan bukti
permulaan
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti
permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak
pidana di bidang perpajakan.

Dari hasil pemeriksaan jenis ini diharapkan penyimpangan


dalam hal tidak dipenuhinya kewajiban perpajakan oleh
wajib pajak yang mengarah ke tindak pidana di bidang
perpajakan dapat semakin dicermati, disamping ada
kemungkinan wajib pajak supaya menyadari risiko akan
dihadapkan ke depan pengadilan.
Pemeriksaan Bukti Permulaan dilaksanakan oleh
Tim Pemeriksa Pajak yang anggotanya dapat
berasal dari Direktur Pemeriksaan Pajak, Kanwil
DJP terkait, dan atau Karikpa dan sekurang-
kurangnya satu orang anggota Tim Pemeriksa
Pajak adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS).
RUANG LINGKUP
PEMERIKSAAN

a. Pemeriksaan lapangan
- Pemeriksaan lengkap (PL)
- Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL)
a. Pemeriksaan kantor
a. Pemeriksaan lapangan

Yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib


pajak di tempat wajib pajak, yang dapat
mencakup kantor wajib pajak, pabrik, tempat
usaha, tempat tinggal, dan tempat lain yang ada
kaitannya dengan kegiatan usaha, juga pekerjaan
bebas wajib pajak, serta tempat lain yang
ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.
a.1 Pemeriksaan lengkap (PL)
Dilakukan terhadap wajib pajak, termasuk kerjasama
operasi (KSO) dan konsorsium, atas seluruh jenis pajak,
untuk tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya,
dilaksanakan dengan menerapkan teknik-teknik
pemeriksaan yang lazim digunakan dalam rangka
mencapai tujuan pemeriksaan.

Pelaksanaan pemeriksaannya dilakukan dalam jangka


waktu 2 bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling
lama 6 bulan.
a.2 Pemeriksaan Sederhana
Lapangan (PSL)
Adalah pemeriksaan lapangan yang dilakukan terhadap
wajib pajak untuk satu, beberapa atau seluruh jenis
pajak secara terkoordinasi antarseksi oleh kepala kantor
unit pelaksana pemeriksaan pajak, dalam tahun berjalan
dan atau tahun-tahun sebelumnya, dilaksanakan dengan
menerapkan teknik-teknik pemeriksaan yang dipandang
perlu menurut keadaan dalam rangka mencapai tujuan
pemeriksaan.

Pelaksanaannya dilakukan dalam waktu satu bulan dan


dapat diperpanjang menjadi paling lama dua bulan
b. Pemeriksaan kantor
Adalah pemeriksaan terhadap wajib pajak yang dilakukan
di kantor unit pelaksana pemeriksaan pajak, dapat
meliputi suatu jenis pajak tertentu, baik untuk tahun
berjalan maupun tahun-tahun sebelumnya.

Pemeriksaan kantor hanya dapat dilakukan dengan


pemeriksaan sederhana kantor, jangka waktu
penyelesaiannya selama 4 minggu dan dapat
diperpanjang menjadi paling lama 6 minggu,
ketentuan berikut:
 Jangka waktu penyelesaian pemeriksaan untuk masing-masing
jenis pemeriksaan tersebut di atas, tidak dapat diubah
meskipun terjadi pergantian pemeriksa pajak.
 perpanjangan jangka waktu penyelesaian pemeriksaan
sebagaimana dimaksudkan di atas dapat diberikan berdasarkan
permintaan kepala kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak
atau atas permintaan direktur pemeriksaan, penyidikan, dan
penagihan pajak.
 apabila terdapat transaksi transfer pricing, jangka waktu
penyelesaian pemeriksaan dapat diperpanjang menjadi paling
lama dua tahun
 perluasan pemeriksaan dapat dilaksanakan apabila
 SPT tahunan wajib pajak orang pribadi atau badan, menyatakan adanya
kompensasi kerugian dari tahun-tahun sebelumnya yang belum pernah
dilakukan pemeriksaan
 Sebab-sebab lain berdasarkan instruksi direktur pemeriksaan,
penyidikan, dan penagihan pajak.
Jangka Waktu Penyelesaian
Pemeriksaan
No Golongan Wajib Pajak Ruang Lingkup Pemeriksaan Jangka Waktu Perpanjangan Waktu
Pemeriksaan

1. Wajib Pajak Badan Khusus:

a. WP Masuk Bursa Pemeriksaan Sederhana Kantor 4 minggu 6 minggu

b. Bentuk Usaha Tetap Bank Pemeriksaan Sederhana Kantor 4 minggu 6 minggu

c. BUMN/BUMD Pemeriksaan Sederhana Kantor 4 minggu 6 minggu

2. Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pemeriksaan Lengkap/ 2 bulan/ 8 bulan/
Pajak Badan Besar Lainnya Pemeriksaan Sederhana Lapangan/ 1 bulan/ 2 bulan/
(PMA, Badora selain BUT Bank, dll) Pemeriksaan Sederhana Kantor 4 minggu 4 minggu
3. Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pemeriksaan Lengkap/ 2 bulan/ 8 bulan/
Pajak Badan Menengah, termasuk Pemeriksaan Sederhana Lapangan/ 1 bulan/ 2 bulan/
profesional Pemeriksaan Sederhana Kantor 4 minggu 4 minggu

4. Wajib Pajak Kecil dan Wajib Pajak orang Pemeriksaan Sederhana Lapangan/ 1 bulan/ 2 bulan/
Pribadi tidak menjalankan usaha atau Pemeriksaan Sederhana Kantor 4 minggu 4 minggu
pekerjaan bebas
Pendekatan Analisis dalam
Pelaksanaan Pemeriksaan
 Dalam melaksanakan pemeriksaan, setiap Pemeriksa Pajak harus
menguasai masalah yang terjadi di luar teknik maupun prosedur
pemeriksaan, terutama terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
pola usaha Wajib Pajak. Penguasaan masalah tersebut dan
ketajaman dalam membuat analisa angaka-angka SPT dan
laporan keuangan Wajib Pajak akan mempengaruhi kualitas
program pemeriksaan yang disusun dalam rangka menguji
kepatuhan Wajib Pajak.
 Pemeriksaan harus difokuskan pada pos penjualan dan pos lain
yang diperkirakan akan memperoleh koreksi yang cukup material
sebagai analisis pada tahap persiapan pemeriksaan.
Dalam pelaksanaan pemeriksaan agar digunakan
pendekatan analisis sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Sederhana Kantor

Biasanya dilakukan untuk tahun atau masa pajak yang telah lewat, umumnya setelah SPT
Tahunan PPh atau SPT Masa PPN disampaikan oleh Wajib Pajak. Pendekatan
pemeriksaan minimal yang disarankan:
 menilai dan manganalisis SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PPN
 menganalisis prosentase laba kotor secara horizontal dan membandingkannya
dengan perusahaan lain yang sejenis
 menganalisis ratio biaya pegawai terhadap peredaran usaha secara horizontal
 menganalisis sumber dan penggunaan dana
 melakukan cross check data yang relevan pada SPT Tahunan PPh WP Orang
Pribadi atau Badan. SPT Tahunan PPh Pasal 21, SPT Masa PPN dan bila perlu
meminta konfirmasi kepada instansi lain seperti Direktorat Bea dan Cukai.
 PSK dapat pula dilaksanakan tanpa meminjam buku dari Wajib Pajak sepanjang
memenuhi ketentuan PSK dengan menerapkan audit program khusus.
2. Pemeriksaan Sederhana Lapangan dan Pemeriksaan
Lengkap untuk seluruh jenis pajak

Pemeriksaan ini umumnya dilaksanakan oleh KPP,


Karikpa dan Kanwil DJP terutama terhadap
Wajib Pajak Menengah dan Besar serta meliputi
seluruh jenis pajak yang menjadi kewajibannya.
Adapun pendekatan pemeriksaan yang
disarankan adalah :
 menilai dan menganalisis SPT Tahunan PPh dan SPT Masa PPN
 menganalisis prosentase laba kotor secara horizontal dan membandingkan
dengan perusahaan lain yang sejenis
 menganalisis ratio biaya pegawai terhadap peredaran uasha secara horizontal
 menganalisis sumber dan penggunaan dana
 melakukan cros check data yang relevan pada SPT Tahunan PPh WP Orang
Pribadi atau Badan. SPT Tahunan PPh Pasal 21, SPT Masa PPN dan bila
perlu meminta konfirmasi kepada instansi lain seperti Direktorat Bea dan
Cukai.
 Melakukan pengujian arus uang, arus piutang, arus utang dan arus barang
dalam rangka menentukan kewajiban atas penjualan.
 Melakukan cross check antara Pajak Masukan yang dikreditkan dengan jumlah
pembelian yang dilaporkan dalam Daftar Perhitungan Rugi Laba dan Neraca.
 Melakukan cross check antara komponen-komponen penghasilan karyawan
dan pihak ketiga yang menjadi dasar penghitungan PPh Pasal 21 dengan
biaya-biaya yang relevan yang dibebankan dalam Daftar Perhitungan Rugi
Laba.
 Melakukan cross check antara peredaran usaha PPh dan Dasar Pengenaan
PPN
 Melakukan penghitungan kapasitas produksi atau occupation rate
 Melakukan analisis dengan seksama perhitungan-perhitungan yang berkenaan
dengan pengurang laba kotor : misal beban bunga dengan besarnya utang,
kerugian selisih kurs dengan pinjaman valuta asing, biaya leasing dengan
jumlah penyusutan.
Pemeriksaan Ulang
Pemeriksaan Ulang diatur sebagai berikut:
 Pemeriksaan ulang hanya dapat dilakukan berdasarkan
instruksi atau persetujuan DJP.
 Instruksi dapat diberikan apabila:
- terdapat indikasi WP melakukan tindak pidana
- terdapat data baru atau data yang semula belum terungkap
yang dapat mengakibatkan penambahan pajak terutang
 Data baru adalah data yang belum dilaporkan oleh Wajib Pajak
dalam SPT sedangkan data yang semula belum terungkap
adalah data yang sudah dilaporkan oleh Wajib Oajak dalam
SPT namun tidak diungkapkan secara jelas.
 Pemeriksaan ulang merupakan pemeriksaan bukti permulaan
atau pemeriksaan khusus sesuai dengan kriteria dilakukannya
pemeriksaan ulang tersebut dan dilaksanakan melalui
pemeriksaan lapangan.
 pemeriksaan ulang dapat meliputi seluruh jenis pajak, satu atau
beberapa jenis pajak, walaupun data baru atau data yang
semula belum terungkap atau data lain hanya mencakup jenis
pajak tertentu saja;
 Pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada wajib pajak dan
pembahasan akhir, baru dapat dilakukan setelah hasil
pemeriksaan dibahas dan disetujui oleh direktur pemeriksaan,
penyidikan, dan penagihan pajak;
 Pemeriksaan berdasarkan golongan wajib pajak, yakni
 wajib pajak badan khusus (dengan cara PSK/PSL/PL)
 wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan besar lainnya (dengan
cara PL/PSL/PSK)
 wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan menengah (dengan
cara PL/PSL/PSK)
 wajib pajak kecil dan wajib pajak orang pribadi (dengan cara
PSL/PSK)
Perluasan Pemeriksaan
Pemeriksaan diperluas dalam hal SPT Tahunan
PPh Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan
tahun-tahun pajak sebelumnya menyatakan rugi
tetapi belum dilakukan pemeriksaan. Perluasan
pemeriksaan ini dilaksanakan setelah Kepala
Kanwil DJP memberikan penugasan
pemeriksaan rutin dan melakukan otorisasi
penerbitan LP2 kepada Kepala UP3 berdasarkan
pemberitahuan tentang adanya SPT Tahunan
PPh rugi tidak lebih bayar

Anda mungkin juga menyukai