Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Serupa dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ditengah maraknya pertukaran
arus informasi yang semakin pesat. Akuntansi sebagai ilmu sosial juga turut andil dalam
perkembangan tersebut. Dilihat dari banyaknya kemajuan pemikiran, baik dari segi teori
maupun praktik akuntansi yang kemudian melahirkan produk standar baru, hal tersebut
terus ter-update mengikuti arus informasi, agar dapat dikonsumsi oleh para pemangku
kepentingan. Hali ini sejalan dengan tujuan daripada akutansi yaitu melakukan
pencatatan, pelaporan dan pengiterpretasian bukti – bukti ekonomi untuk pengambilan
keputusan.
Dilihat dari tujuan daripada akuntansi tersebut, maka perlu adanya pemahaman
teoritis terkait dengan teori akuntansi secara lebih khusus. Teori akuntansi sendiri diawal
perkembangannya merupakan teori normative ialah teori yang mengharuskan. Wats dan
Zimmerman (1968) dalam (Nawangsari & Hanun, 2020) yang kemudian
menyederhanakan pengertian dari teori normative tersebut. Dimana teori ini berusaha
menjelaskan sebatas pada informasi yang harus disampaikan kepada pengguna
informasi, serta bagaimana informasi akuntansi itu disajikan. Bukan menjelaskan apakah
informasi akuntansi itu dan bagaimana hal tersebut dapat terjadi. Sayangnya, teori
normative ini hanya Berjaya pada tahun 1960-an. Dikarenakan. Memasuki tahun 1970-
an teori ini kemudian berangsur – angsur tergeser dikarenakan teori ini tidak dapat
menghasilkan teori akuntansi yang siap dipakai didalam praktek sehari-hari.
Setelah pergeseran teori normative maka muncullah teori positif dan deskripsi yang
lebih kompleks, dimana pada teori ini investigasinya sudah lebih terstruktur dengan
menggunakan pendekatan induktif. Ialah pendekatan yang didasarkan pada konklusi
yang digeneralisasikan berdasarkan hasil observasi dan pengukuran yang terinci.
Dimana teori positif berusaha menguraikan dan menjelaskan apa dan bagaimana
informasi keuangan disajikan serta dikomunikasikan kepada para pemakai informasi
akuntansi atau dengan kata lain pendekatan teori positif bukanlah untuk memberikan
anjuran mengenai bagaimana praktik akuntansi seharusnya, tetapi untuk menjelaskan
mengapa praktik akuntansi mencapai bentuk seperti keadaannya sekarang.

4
Pendekatan normatif maupun positivist hingga saat ini masih mendominasi dalam
penelitian akuntansi, maka dalam makalah ini kami mencoba untuk membahas terkait
dengan metodologi perumusan teori akuntansi, standar akutansi yang berlaku hingga
organisasi yang kemudian merumuskan standar tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa itu metodologi?
2. Bagaimana pendekatan perumusan teori akuntansi?
3. Apa itu Standar Akuntansi?
4. Apa itu Organisasi IAI?

1.3 TUJUAN MAKALAH


Makalah ini bertujuan untuk membahas uraian masalah yang telah dipaparkan, ialah
bagaimana kami akan mendefinisikan arti metodologi hingga bagaiman perumusan teori
akuntansi, tak lupa membahas tentang standar akutansi dan organisasi yang turut andil dalam
perkembangan standar akuntansi. Dimana besar harapan hal ini dapat menjadi referensi bagi
para pembaca untuk menyusun makalah lainnya yang sama berkaitannya dan juga dapat
membantu para peneliti selanjutnya.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Metodologi


Metodologi penelitian berasal dari kata “metode” yang artinya cara yang tepat
untuk melakukan sesuatu; dan “logos” yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi
metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara
saksama untuk mencapai suatu tujuan. Secara etimologi, penelitian berasal dari
bahasa Inggris research (re berarti kembali dan search berarti mencari). Dengan
demikian research berarti mencari kembali. Penelitian adalah suatu kegiatan yang
dilaksanakan dengan suatu sistematika. Yaitu mencari, mencatat, merumuskan dan
menganalisis sampai menyusun laporannya.
Dengan pendefinisian tersebut maka dapat disimpulkan bahwasannya tujuan
daripada penelitian adalah sebagai bentuk refleksi dari keinginan manusia yang
selalu berusaha untuk mengetahui sesuatu. Keinginan untuk memperoleh dan
mengembangkan pengetahuan merupakan kebutuhan dasar manusia yang umumnya
menjadi motivasi untuk melakukan penelitian.

2.1.1 Jenis Penelitian

Menurut C.R. Kothari (2004:2), jenis penelitian terdiri atas beberapa jenis.
Diantaranya sebagai berikut :
1. Deskriptif & Analitik
Penelitian deskriptif mencakup penelitian survei dan pencarian fakta dari
berbagai jenis. Tujuan utama penelitian deskriptif adalah mendeskripsikan
keadaan, yang biasanya disebut dengan penelitian ex post facto ialah keadaan
yang telah terjadi. Penelitian ini tidak memiliki kontrol terhadap variabel,
sehingga hanya berusaha untuk mengukur permasalahan yang ada. Lain
halnya dengan Penelitian Analitik, peneliti harus menggunakan fakta atau
informasi yang sudah ada, dimana penelitian ini bertujuan untuk mencari
hubungan antara varibel satu dengan yang lainnya. Sehingga untuk
diperlukan evaluasi kritis terhadap materi yang ada.

6
2. Terapan & Fundamental
Penelitian terapan adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk
memberikan solusi atas permasalahan tertentu secara praktis. Penelitian ini
tidak berfokus pada pengembangan sebuah ide, teori, atau gagasan, tetapi
lebih berfokus kepada penerapan penelitian tersebut dalam kehidupan sehari-
hari. Sedangkan Penelitian Fundamental merupakan generalisasi rumusan
sebuah teori, dalam artian mengumpulkan pengetahuan demi pengetahuan,
sehingga diarahkan untuk menemukan informasi sebagai penambahan
pengetahuan ilmiah yang sudah ada.

3. Kuantitatif & Kualitatif


Menurut (Kasiram (2008: 149) dalam bukunya yang berjudul penelitian
kualitatif dan kuantitatif menjelaskan bahawa : Penelitian Kuantitatif
adalah suatu proses menemukan informasi dengan menggunakan data berupa
angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin
diketahui.  Sedangkan, Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna dilihat
dari perspektif subjek lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan
teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan
faktadi lapangan.

4. Konseptual & Empiris


Penelitian Konseptual ialah penelitian yang menghubungkan beberapa
gagasan atau teori. Hal ini secara umum digunakan oleh para filsuf untuk
mengembangkan konsep, atau menemukan konsep baru untuk menafsirkan
ulang konsep yang sudah ada. Sedangkan, Penelitian Empiris tergantung
pada pengalaman tanpa memperhatikan sistem dan teori. Hal ini disebabkan
penelitiannya berdasarkan data, sehingga diakhiri dengan kesimpulan yang
dapat diverifikasi melalui observasi atau percobaan. Penelitian ini diharuskan
untuk memberikan hipotesis kerja agar dapat menebak kemungkinan hasil
dari penelitian yang dilakukan. Oleh sebab itu, bukti dikumpulkan melalui
eksperimen untuk mendukung hipotesis yang mungkin terjadi.

7
2.1.2 Fungsi Penelitian

Menurut Ibnu, Mukhadis, dan Dasna (2003:7) yang menyatakan bahwa


fungsi penelitian sebagai berikut :

1. Sebagai cara untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Pengetahuan


sebagai hasil penelitian dapat berupa temuantemuan baru, dukungan
atau koreksi terhadap temuan-temuan dan/ atau teori-teori yang sudah
ada.
2. Sebagai cara untuk mengembangkan teknologi. Teknologi pada
dasarnya penerapan ilmu pengetahuan ke dalam prosedur dan alat untuk
melaksanakan berbagai kegiatan dalam kehidupan, misalnya dalam
bidang industri, perhubungan dan komunikasi, pendidikan, dan lain-
lainnya. Perkembangan ilmu dan teknologi tersebut sesuai dengan hasil
penelitian.
3. Sebagai penyumbang informasi penting bagi pembuatan kebijaksanaan
dan perencanaan dalam berbagai bidang dapat memanfaatkan hasil
penelitian atau melaksanakan sendiri penelitian-penelitian tindakan yang
sederhana dan cepat untuk mempelajari sebab-sebab timbulnya masalah
dalam pelaksanaan program agar dapat diambil langkah atau tindakan
untuk mengatasi masalah yang dimaksudkan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian memiliki fungsi untuk


mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang yang sesuai dengan
permasalahan yang dibahas.

8
2.2 Metode Perumusan Teori Akuntansi
2.2.1 Teori Akuntansi
Vernon Kam mengatakan bahwa : The theory of accounting
envisioned here in an elaborate deductive system consisting of three
distinct levels of statement of decreasing generality. Dimana tiga level
yang disebutkan oleh Vernon tersebut adalah 1) postulat, definisi, dan
tujuan akuntansi; 2) prinsip-prinsip dan standar; 3) prosedur atau metode.
Istilah teori akuntansi seringkali untuk menunjuk seperangkat
konsep-konsep akuntansi yang relevan, terpadu dan saling berkaitan.
Sejalan dengan pengertian teori yang disampaikan oleh Suwarjono :
“teori sebagai penalaran yang logis”. Sehingga, teori akuntansi tidak
terlepas dari praktik akuntansi. Dimana teori akutansi dapat menjelaskan
maksud dan tujuan daripada praktik akuntansi yang terjadi atau
dilakukan.
Financial Accounting Standard Board (FASB) menyatakan bahwa
teori dalam akuntansi diperlukan untuk:
1. Mengarahkan badan penyusun standar dalam menetapkan
standar akuntansi
2. Memberikan landasan konseptual untuk memecahkan masalah
perlakuan akuntansi tertentu apabila belum ada standar yang
mengaturnya.
3. Memberikan batas keleluasaan dalam menyusun laporan
keuangan
4. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai terhadap arti
penting laporan keuangan
5. Meningkatkan daya banding laporan keuangan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sifat teori akuntansi


yaitu lebih bersifat deskriptif (positif) yaitu menjelaskan dan meramalkan
variabel-variabel yang diteorikan apa adanya. Teori akuntansi juga
bersifat perspektif (normatif) yaitu menjelaskan apa yang seharusnya atau
menggambarkan variabel yang sesuai dengan aturan tertentu dan
bagaimana seharusnya.

9
2.2.2 Metode Perumusan Teori Akuntansi
Banyak literatur-literatur teori akuntansi yang menggunakan pendekatan
berbeda untuk menyusun suatu teori sehingga tidak ada bangunan teori
akuntansi yang tunggal. Sebagaimana dikemukakan American Accounting
Association seperti berikut:
“Tidak ada teori akuntansi tunggal yang mampu memenuhi
berbagai kebutuhan pemakai…, yang ada dalam kepustakaan akuntansi
keuangan bukanlah teori akuntansi keuangan bukanlah teori akuntansi,
tetapi koleksi teori yang digambarkan dengan perbedaan pemakainya.”
(AAA, 1997, p.1-2)
Hal ini disebabkan karena teori akutansi merupakan sesuatu yang
kontoversional ada yang menginginkan teori akuntansi hanyalah sebagai
justifikasi, ada pula hanya sebagai penalaran yang logis, ada juga yang
menginginkan teori akuntansi sebagai penjelasan ilmiah. Hal ini
menyebabkan pendekatan dalam pengembangan teori akuntansi berbeda-
beda.
Namun demikian nampaknya teori akuntansi sebagai penjelasan
ilmiah (scientific explanations) masih tidak dapat dikembangkan secara
baik, atau ada yang berpendapat tidak perlu dikembangkan sebagaimana
pengembangan teori pada ilmu murni. Dengan alasan tersebut maka
beberapa akuntan berpendapat bahwa ilmu akuntansi merupakan ilmu
terapan atau mungkin sebagai bentuk rekayasa atau teknologi.
Tidak dapat dipungkiri bahwasannya Akuntansi berkepentingan
dalam menyediakan informasi kepada para penggunanya. Dalam hal ini
akuntansi sebagai sarana komunikasi bisnis atau bahasa bisnis. Teori
harus dinyatakan dalam bahasa, yang bisa bersifat verbal dan matematika.
Teori harus dimulai dari abstraksi yang ada dalam pikiran manusia.
Supaya berguna, teori harus dikaitkan dengan dunia nyata.
Belkaoui mengkategorikan teori dalam arti middle range (Kisaran
menengah), dalam artian bukan teori sebagai penjelasan ilmiah (scientific
explanation) sehingga metodologinya pun tidak harus meggunakan
metodologi ilmiah, dapat juga menggunakan berbagai pendekatan.

10
Berbagai pendekatan yang dapat diguanakan dalam perumusan teori
akuntansi (Belkaoui) adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Non Teoritis
a. Pendekatan Prakmatik
Pendekatan ini menekankan pada kepentingan praktik yang
berusaha merumuskan teori dan pengambangan prinsip
akuntansi sesuai dengan kegunaannya untuk memecahkan
masalah praktik
b. Pendekatan Otoritas
Pendekatan ini digunakan oleh institusi yang memiliki otoritas
dalam merumuskan teori-teori yang sesuai dengan bidang dan
kewenangannya. Seperti organisasi profesi di Amerika, karena
wewenangnya, organisasi tersebut dapat menetapkan standar
akuntansi yang paling sesuai dan berguna dalam memecahkan
masalah praktik.
2. Pendekatan Teoritis
a. Pendekatan Deduktif
Pendekatan yang menggunakan logika (Abstract World)
bermula dari hal-hal yang bersifat umum dan secara khusus
dapat ditarik kesimpulannya.
Menurut Belkaoui, pendekatan deduktif dalam akuntansi
dimulai dari:
 Merumuskan dan menetapkan tujuan pelaporan keuangan
 Memilih dan menetapkan postulat-postulat atau konsep-
konsep teoritis akuntansi.
 Menetapkan prinsip-prinsip logis akuntansi
 Menurunkan dan mengembangkan teknik-teknik akuntansi.
b. Pendekatan Induktif
Pendekatan ini dimulai dengan pengamatan terhadap objek yang
memiliki ciri spesifik, untuk kemudian ditarik generalisasi atau
penalaran yang dimulai dari hal-hal yang khusus ke hal-hal yang
bersifat umum. Sebagai ilustrasi :

11
Pada keadaan harga-harga naik (kondisi inflasi), maka
perusahaan yang menerapkan metode LIFO dalam penilaian
persediaannya akan menghasilkan laba yang lebih kecil
dibandingkan dengan metode FIFO.
c. Pendekatan Etik
Etik atau disebut juga etika, berkaitan dengan moral dan perilaku
buruk dan baik. Pendekatan etik dalam perumusan teori
akuntansi harus ditekankan pada konsep kewajaran (fairness),
kejujuran (representation faithfulness), keadailan (justice), dan
kebenaran (truth).
d. Pendekatan Sosiologis
Pendekatan sosiologis menekankan pada aspek kesejahteraan
masyarakat (social welfare). Perumusan teori akuntansi, penetapan
prinsip dan standar-standar akuntansi yang dipilih harus dapat
mengungkapkan dampak sosial dalam kehidupan masyarakat.
e. Pendekatan Ekonomi
Pendekatan ini menekankan bahwa dalam perumusan teori
akuntansi, indikator-indikator makro ekonomi seperti inflasi
harus dipertimbangkan sehingga dapat memberikan
kesejahteraan ekonomi secara umum. Prinsip, standar, dan
teknik akuntansi disusun serta dikaitkan dengan tujuan ekonomi.
f. Pendekatan Elektik
Elektik artinya memilih, pendekatan ini harus memilih di antara
berbagai macam kombinasi pendekatan yang cocok dan sesuai
dengan standar yang bersangkutan, dimana pendekatan terbaik
dan paling relevan dengan kegunaanyalah yang akan dipakai.
3. Pendekatan Lainnya
a. Pendekatan Peristiwa
Pendekatan ialah agar akuntansi dapat menyediakan informasi
tentang peristiwa-peristiwa ekonomi yang berguna untuk
berbagai kepentingan. Akuntansi harus menyajikan data tentang
peristiwa akuntansi secata terperinci untuk membantu model
proses pengambilan keputusan.

12
b. Pendekatan Perilaku
Pendekatan ini menekankan pada perilaku atau kriteria ilmu
perilaku. Sasaran ilmu perilaku adalah menjelaskan, memahami
dan meramalkan tentang perilaku manusia untuk dijadikan
sebagai acuan umum bagi observasi selanjutnya. Standar
akuntansi yang disusun harus dievaluasi terlebih dahulu dengan
menggunakan kriteria yang sesuai dengan tujuan dan perilaku
para pengguna laporan keuangan. Saat ini sesuai dengan
perkembangannya telah dikenal bidang akuntansi yang baru
yang disebut dengan akuntansi keperilakuan (behavioral
accounting).
c. Pendekatan Prediktif dan Positif
Pendekatan ini menekankan bahwa akuntansi harus memiliki
kemampuan untuk meramalkan dan memproyeksikan fakta-
fakta akuntansi terhadap peristiwa yang akan terjadi dimasa
yang akan datang dengan metode yang sesuai dan berguna bagai
pemakai informasi. Kriteria kemampuan meramalkan
hendaknya dipakai sebagai alat pengukuran akuntansi agar
menghasilkan keputusan yang terbaik.
d. Pendekatan Regulator
Regulasi adalah sejumlah perangkat peraturan perundang-
undangan yang dirancang dan diberlakukan terutama untuk
kepentingan operasi atau kegiatan industri tertentu. Ada dua
kelompok kepentingan yang berkaitan dengan regulasi yaitu :
1. A Public Interest Theories
Teori kepentingan sektor publik yang memiliki tujuan
utama yaitu melindungi kepentingan sektor public
khususnya masyarakat.
2. Interest Group
Teori yang menekankan pada perkembangan dan
mempertahankan regulasi yang mendukung kelompok
tertentu. Teori kepentingan kelompok dibagi dalam dua

13
versi teori, yaitu :
 The political rulling elite theory of regulation
Teori ini berfokus pada kekuatan politik yang
berusaha untuk menguasai pusat-pusat pengambilan
keputusan politik, sehingga dapat menguntungkan
kepentingannya.
 The economic theory of regulation
Teori yang menekankan pada kekuasaan ekonomi,
artinya kepada penguasaan atas sumber-sumber
ekonomi sehingga dapat mengendalikan keputusan-
keputusan di bidang ekonomi. (Siallagan, 2016)

2.3 Prinsip Akuntansi Berterima Umum & Standar Akuntansi


2.3.1 Hubungan PABU dan Standar Akuntansi
Generally accepted accounting principles (GAAP) atau Prinsip
Akuntansi Berterima Umum (PABU) merupakan pedoman operasional,
sebagai pedoman operasional PABU akan menjadi kriteria untuk
menentukan apakah statemen keuangan sebagai media pelaporan
keuangan telah menyajikan informasi keuangan yang baik, benar, dan
jujur secara teknis disebut penyajian secara wajar.
Alasan Mengapa kriteria kewajaran penyajian laporan keuangan adalah
PABU, ialah sebagai berikut :
1. Tidak semua ketentuan perlakuan akuntansi dapat atau
dituangkan dalam bentuk standar akuntansi. Kewajaran penyajian
juga harus dievaluasi secara luas atas dasar ketentuan-ketentuan
lain yang mengikat. Termasuk dalam ketentuan lain adalah
peraturan perundang-undangan dan ketentuan-ketentuan oleh
badan selain penyusun standar (misal BAPEPAM).
2. Bila standar akuntansi secara eksplisit dijadikan kriteria dan
dinyatakan dalam laporan auditor, dikhawatirkan terjadi bahwa
kewajaran hanyalah bersifat formal, bukan bersifat substantif.
Artinya, standar akuntansi akan dijadikan standar minimal dan

14
ada kemungkinan evaluator atau auditor hanya memenuhi standar
minimal tersebut untuk menentukan kewajaran.
3. Untuk mencapai kualitas informasi yang tinggi, ukuran kewajaran
harus merupakan suatu rerangka pedoman yang cukup
komprehensif meliputi aspek teknis dan konseptual.

Standar akuntansi adalah konsep, prinsip, metode, teknik, dan lainnya


yang sengaja dipilih atas dasar kerangka konseptual oleh badan penyusun
standar untuk diberlakukan dalam suatu lingkungan/ Negara, dan
dituangkan dalam bentuk dokumen yang resmi guna mencapai tujuan
pelaporan keuangan dalam negara tersebut.

Sedangkang PABU adalah suatu kerangka pedoman yang terdiri atas


standar akuntansi dan sumber-sumber lain dimana ia didukung berlakunya
secara resmi (yuridis), teoritis, dan praktis. Dapat disimpulkan bahwa
PABU tidak sama dengan standar akuntansi. Kedua pengertian tersebut
saling berkaitan dan membentuk pengertian PABU sebagai suatu
kerangka pedoman. Berikut gambar hubungan antara kedua hal tersebut :

Prinsip-prinsip akuntansi: Semua konsep, Ketentuan/ praktik yang tidak diatur dalam
ketentuan, prosedur, metode, dan teknik yang standar akuntansi termasuk peraturan badan
tersedia secara teoritis maupun praktis autoritatif lain, kebiasaan, dan konvensi

Dipilih atas dasar rerangka konseptual oleh badan Dipilih dan diterapkan oleh penyaji laporan
penyusun standar (yang berwewenang) untuk mencapai keuangan sepanjang sesuai dengan rerangka
tujuan pelaporan di lingkungan (negara) tertentu konseptual dan tidak menyesatkan pemakai

Standar Akuntansi (accounting Praktik sehat (sound practices)


standards)

Prinsip Akuntansi Berterima Umum

(generally accepted accounting principles)

15
2.3.2 Penentuan Standar Akuntansi
Akuntansi memiliki kerangka konseptual yang menjadi dasar
pelaksanaan teknik-tekniknya, kerangka konseptual ini terdiri dari
standar (teknik, prinsip) dan praktik yang sudah diterima umum karena
kegunaannya dan kelogisannya. Standar tersebut disebut standar
akuntansi yang di Indonesia disebut Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI),
yang kemudian diganti menjadi standar akuntansi keuangan (SAK).
Sekarang disebut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Standar akuntansi mencakup konvensi, peraturan, dan prosedur yang
sudah disusun dan disahkan oleh lembaga resmi (Standard Setting Body)
pada saat tertentu. Standar ini merupakan konsensus/ kesepakatan
bersama pada tentang pengakuan, pengukuran, penilaian, pengungkapan
sumber-sumber ekonomi, kewajiban, modal, hasil, biaya, dan
perubahnnya kedalam bentuk laporan keuangan.
Standar Akuntansi merupakan masalah penting dalam profesi dan
semua pemakai laporan yang memiliki kepentingan terhadapnya. Oleh
karena itu, mekanisme penyusunan standar akuntansi harus diatur
sedemikian rupa, sehingga memberikan kepuasan kepada semua pihak
yang berkepentingan dengan laporan keuangan. Standar akuntansi ini
akan terus menerus berubah dan berkembang sesuai dengan
perkembangan dan tuntutan masyarakat/ lingkungan.
Standar akuntansi ini umumnya disusun oleh lembaga resmi yang
diakui oleh pemerintah, profesi dan umum. Di Indonesia, lembaga yang
berwenang untuk menyusun ini adalah Dewan Standar Akuntansi
Keuangan yang berada dibawah naungan IAI (Ikatan Akuntan Indonesia)
melalui diskusi dan dengar pendapat dengan kalangan profesi, akademisi,
dan hasil akhirnya akan ditetapkan dan disahkan delam kongres IAI.
Sedangkan di Amerika Serikat, lembaga yang berwenang untuk
mengesahkan Standar Akuntansi (Standard Setting Body) adalah
Financial Accounting Standard Board (FASB) yang bebas dari pengaruh
profesi secara langung.

16
2.4 Organisasi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia)
2.4.1 Perkembangan Profesi Akuntan
Menurut Olson perkembangan profesi akuntansi diindonesia terbagi atas
2 periode, ialah periode colonial dan periode sesudah kemerdekaan. Dimana
pada periode colonial yaitu masa selama penjajahan Belanda. Ketika itu
colonial Belandalah yang menjadi anggota profesi akuntan. Sedangkan
periode sesudah kemerdekaan terbagi atas 6 periode sebagai berikut :
1. Periode 1 (Sebelum Tahun 1965)
Pada periode ini sudah ada jasa akuntan yang bermanfaat bagi
perusahaan bisnis, disebabkan ketika itu terjadi hubungan ekonomi yang
rumit, banyaknya persaingan serta naiknya pajak pengusaha. Dimana
ketika dirasa perlu adanya bantuan atau nasehat para ahli untuk mencapai
perbaikan dalam sistem administrasi perusahaan.
2. Periode 2 (Tahun 1954-1973)
Produk UU No. 23 tahun 1954 tentang pemakaian gelar akuntan,
nyatanya memperlambar perkembangan profesi akutan diindonesia.
Dikarenakan ketika itu perkembangan ekonomi kurang menguntungkan.
Ketika pemerintah saat itu kemudian melakukan nasionalisasi perusahaan
– perusahaan milik Belanda perekonomian Indonesia semakin pesat.
Namun, mengingat terbatasnya ketersediaan profesi akuntan dan auditor
pada waktu itu, irektorat Akuntan Negara meminta bantuan kantor
akuntan publik untuk melakukan audit atas nama Direktorat Akuntan
Negara.
Perluasan pasar profesi akuntan publik semakin bertambah
yaitu pada saat pemerintah mengeluarkan Undang-undang Penanaman
Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMND)
tahun 1967/1968. Meskipun pada waktu itu para pemodal “membawa”
akuntan publik sendiri dari luar negeri kebutuhan terhadap jasa akuntan
publik dalam negeri tetap ada.Profesi akuntan publik mengalami
perkembangan yang berarti sejak awal tahun 1970-an dengan adanya
perluasan kredit-kredit perbankan kepada perusahaan. Bank-bank ini
mewajibkan nasabah yang akan menerima kredit dalam jumlah tertentu

17
untuk menyerahkan secara periodik laporan keuangan yang telah
diperiksa akuntan publik.
3. Periode 3 (Tahun 1973-1979)
Dalam kongres Ikatan Akuntan Indonesia di Jakarta tanggal 30
November - 2 Desember 1973. Kemudian menetapkan organisasi profesi
akuntan khusus yang diberi nama Ikatan Akuntan Indonesia yang kemudia
menerbitkan buku Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) dan Norma
Pemeriksaan Akuntan (NPA). Tak hanya itu Dalam kongres tersebut
disahkan pula Kode Etik Akuntan Indonesia. Hal tersebut menurut M.
Sutojo pada Konvensi Nasional Akuntansi I di Surabaya Desember 1989
sebagai kemajuan pesat. Pada akhir tahun 1976 Presiden Republik
Indonesia dalam surat keputusannya nomor 52/1976, menetapkan pasar
modal yang pertama kali sejak memasuki masa Orde Baru.
Sophar Lumban Toruan pada tahun 1989 mengatakan bahwa
pertambahan jumlah akuntan yang berpraktek terus meningkat sehingga
Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan dengan IAI membuat
pernyataan bersama yang mengatur hal-hal berikut:
 Kesepakatan untuk pemakaian PAI dan NPA sebagai suatu landasan
objektif yang diterima oleh semua pihak.
 Kepada wajib pajak badan dianjurkan agar laporan keuangan
diperiksa terlebih dahulu oleh akuntan publik sebelum diserahkan
kepada Kantor Inspeksi Pajak
 Kalau terjadi penyimpangan etika profesi (professional conduct)
oleh seorang akuntan publik,akan dilaporkan oleh Direktur Jenderal
Pajak kepada IAI untuk diselidiki yang berguna dalam memutuskan
pengenaan sanksi.
Kesepakatan ini kemudian dikuatkan oleh Instruksi Presiden No. 6
tahun 1979 dan Keputusan Menteri Keuangan No. 108/1979 tanggal 27
Maret 1979 yang menggariskan bahwa laporan keuangan harus didasarkan
pada pemeriksaan akuntan publik mengikuti PAI.

18
4. Periode 4 (Tahun 1979-1983)
Periode ini merupakan periode suram bagi profesi akuntan publik
dalam pelaksanaan paket 27 Maret. Tiga tahun setelah kemudahan
diberikan pemerintah masih ada akuntan publik tidak memanfaatkan
maksud baik pemerintah tersebut. Beberapa akuntan publik melakukan
malpraktik yang sangat merugikan penerimaan pajak yaitu dengan cara
bekerjasama dengan pihak manajemen perusahaan melakukan penggelapan
pajak. Ada pula akuntan publik yang tidak memeriksa kembali laporan
keuangan yang diserahkan oleh perusahaan atau opini akuntan tidak
disertakan dalam laporan keuangan yang diserahkan ke kantor inspeksi
pajak.
5. Periode Konsolidasi IAI
Pada periode ini berisi upaya konsolidasi profesi akuntan termasuk
akuntan publik. PAI dan NPA tahun 1973 disempurnakan pada tahun 1985
serta penyempurnaan kode etik dalam kongres ke V tahun 1986. Setelah
melewati masa-masa suram, pemerintah perlu memberikan perlindungan
terhadap masyarakat pemakai jasa akuntan publik dan untuk mendukung
pertumbuhan profesi tersebut. Pada tahun 1986 pemerintah mengeluarkan
Keputusan Menteri Keuangan No. 763/KMK.001/1986 tentang Akuntan
Publik. Keputusan ini mengatur bidang pekerjaan akuntan publik,
prosedur dan persyaratan untuk memperoleh izin praktik akuntan publik
dan pendirian kantor akuntan publik beserta sanksi-sanksi yang dapat
dijatuhkan kepada kauntan publik yang melanggar persyaratan praktik
akuntan publik.
6. Periode 6 (Tahun 1990-an sampai sekarang)
Dalam periode ini profesi akuntan publik terus berkembang seiring
dengan berkembangnya dunia usaha dan pasar modal di Indonesia. Pada
awal 1992 profesi akuntan publik kembali diberi kepercayaan oleh
pemerintah (Dirjen Pajak) untuk melakukan verifikasi pembayaran PPN
dan PPn BM yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak. Beberapa
faktor yang dinilai banyak mendorong berkembangnya profesi adalah:1)
Tumbuhnya pasar modal. 2) Pesatnya pertumbuhan lembaga-lembaga

19
keuangan baik bank maupun non-bank. 3) Adanya kerjasama IAI dengan
Dirjen Pajak dalam rangka menegaskan peran akuntan publik dalam
pelaksanaan peraturan perpajakan di Indonesia. 4) Berkembangnya
penanaman modal asing dan globalisasi kegiatan perekonomian. (Putri,
2010)
IAI sendiri merupakan badan yang berwenang mengatur standar
akuntansi Indonesia adalah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Saat ini Ikatan
Akuntan Indonesia telah menaungi beberapa profesi akuntan, antara lain:
1. Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik
2. Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen
3. Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Akdemik
4. Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Sektor Publik
(Ikhsan & Suprasto, 2008)

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Akuntansi sebagai ilmu sosial, yang menandai bahwasannya perkembangan
akuntansi tidak pernah lepas daripada perkembangan sosial. Sebagai suatu ilmu,
akuntansi merupakan ilmu yang harus dikembangkan dengan dasar teori akuntansi.
Teori akuntansi sendiri dilakukan dengan perumusan beberapa pendekatan ialah :
1. Pendekatan Non Teoritis terbagi atas :
a) Prakmatik dan
b)Otoriter
2. Pendekatan Teoritis terbagi atas :
a) Deduktif d) Sosiologi
b) Induktif e) Ekonomi dan
c) Etik f) Elektik
3. Pendekatan Lainnya terbagi atas :
a) Peristiwa
b) Perilaku
c) Predikit / Positif
d) Regulator.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ikhsan, A., & Suprasto, H. B. (2008). Teori Akuntansi & Riset Multiparadigma. In
Perpus.Stiehidayatullah.Ac.Id.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/14e0659a437a97db0a7560d66
44b766b.pdf

Nawangsari, A. T., & Hanun, N. R. (2020). Perkembangan Penelitian Sejarah Akuntansi di


Indonesia dalam Bingkai Perspektif NAH. Journal of Accounting Science, 4(2), 57–69.
https://doi.org/10.21070/jas.v4i2.894

Putri, A. (2010). Perkembangan Akuntansi di Indonesia. Jurnal Perkembangan Akuntansi,


2(1998), 38–49.

Siallagan, H. (2016). Buku Teori Akuntansi Edisi Pertama. LPPM UHN Press, 1, 285.

22

Anda mungkin juga menyukai