Disusun Oleh :
Kelompok I
Nama :
- Azurani Jufri
- M.Iqra Mokhtar
- Astika
Kelas : AK II
Semester : IV (Empat)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MALUKU UTARA
FAKULTAS EKONOMI PRODI AKUTANSI
2022
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
COVER...................................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................ii
BAB I......................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................1
BAB II.....................................................................................................2
PEMBAHASAN.....................................................................................2
A. PengertianAsuransi(At-ta’min)………………… ……………....2
B. Asal Mula Asuransi......................................................................3
C. Pendapat-pendapatUlamatentangAsuransi ……………….....5
BAB III....................................................................................................7
PENUTUP...............................................................................................7
A. Kesimpulan .................................................................................7
Daftar Pustaka...................................................................................8
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
peristiwa. Jika sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut, maka
semuanya saling menolong dalam menghadapi peristiwa tersebut
dengan sedikit pemberian ( derma ) yang diberikan oleh masing-masing
peserta. Dengan pemberian ( derma ) tersebut, mereka dapat menutupi
kerugian-kerugian yang dialami oleh peserta yang tertimpa musibah.
Dengan demikian, asuransi adalah ta’awun yang terpuji yaitu saling
menolong dalam berbuat kebajikan dan takwa, dengan demikian
Ta’awun mereka salaing membantu antar sesama, dan mereka takut
dengan bahaya (malapetaka) yang mengancam mereka (ibid, hlm 29).
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Thun 2001
dalam fatwa DSN No. 21/DSN-MUI/X/2001 bagian Pertama mengenai
Ketentuan Umum angka 1, disebutkan bahwa Asuransi Syariah (Ta’min,
Takaful, Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong
menolong diantara sejumlah pihak/orang melalui investasi dalam bentuk
asset atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk
mengahadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai
dengan syariah (Bank dan asuransi Islam, 2007:178-179).
Oleh sebab itu, premi pada Asuransi Syariah adalah sejumlah
dana yang dibayarkan oleh peserta yang terdiri atas Dana Tabungan dan
Tabarru. Dana Tabungan adalah dana titipan dari peserta Asuransi
Syariah (life insurance) dan akan mendapat alokasi bagi hasil (al-
mudharabah) dari pendapatan investasi bersih yang diperoleh setiap
tahun. Dana tabungan beserta alokasi bagi hasil akan dikembalikan
kepada peserta apabila yang bersangkutan mengajukan klaim, baik
berupa klaim manfaat asuransi. Sedangkan, Tabarru’ adalah derma tau
dana kebajikan yang diberikan dan diikhlaskan oleh peserta asuransi jika
sewaktu-waktu akan dipergunakan untuk membayar klaim atau manfaat
asuransi ( life maupun general insurance ) (ibid, hlm 30).
6
(yang terbunuh). Ketika terdapat seseorang terbunuh oleh
anggota suku lain, maka keluarga pembunuh harus membayar
diyat dalam bentuk uang darah. Kebiasaan ini kemudian
dilanjutkan oleh Nabi Muhammad SAW. yang dapat terlihat pada
Hadis berikut ini.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a, dia berkata : Berselisih
dua orang wanita dari suku Huzail, kemudian salah satu wanita
tersebut melempar batu ke wanita yang lain sehingga
mengakibatkan kematian wanita tersebut beserta janin yang
dikandungnya. Maka alih waris dari wanita yang meninggal
tersebut mengadukan peristiwa tersebut kepada Rasulullah SAW.,
maka Rasululluah SAW. memutuskan ganti rugi dari pembunuhan
terhadap janin tersebut dengan pembebasan seorang budak laki-
laki atau perempuan dan memutuskan ganti rugi kematian
wanita tersebut dengan uang darah (diyat) dibayarkan oleh
aqilahnya(kerabat dari orang tua laki-laki). (HR.Bukhari).
Praktik ‘aqilah yang dilakukan oleh masyarakat Arab ini
sampai dengan praktik asuransi pada saat ini, di mana
sekelompok orang membantu untuk menanggung orang lain
yang tertimpa musibah. Berkaitan dengan praktik pertanggungan
ini, Nabi Muhammad SAW. juga memuat ketentuan dalam pasal
khusus pada Konstitusi Madinah, yaitu Pasal 3 yang isinya: “Orang
Quraisy yang melakukan perpindahan (ke Madinah) melakukan
pertanggungan bersama dan akan saling bekerja sama
membayar uang darah di antara mereka.
Perkembangan praktik ‘aqilah yang sama dengan praktik
asuransi ternyata tidak hanya diterapkan pada masalah pidana,
tetapi juga mulai diterapkan dalam bidang perniagaan. Sering
kali disebutkan dalam beberapa buku yang membahas mengenai
sejarah asuransi bahwa asuransi pertama kali dilakukan di Italia
berupa asuransi perjalanan laut pada abad ke-14. Namun,
sebenarnya sebelum abad ke-14 asuransi telah dilakukan oleh
orang Arab sebelum datangnya Islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW. Orang-orang Arab yang mahir di bidang
perdagangan telah melakukan perdagangan ke Negara - negara
lain melalui jalur laut. Untuk melindungi barang-barang
dagangannya ini dan riba. Bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri
pun telah melakukan asuransi ketika melakukan perdagangan di
Mekkah. Suatu ketika Nabi Muhammad SAW turut dalam
perdagangan di Mekkah dan seluruh armada dagangannya
terpecah belah oleh suatu bencana, hilang di padang pasir.
Kemudian, para pengelola usaha yang merupakan anggota dana
kontribusi membayar seluruh barang dagangan termasuk harga
unta dan kuda yang hilang, kepada para korban yang selamat dan
7
keluarga korban yang hilang. Nabi Muhammad SAW yang pada
saat itu berdagang dengan modal dari Khodijah juga telah
menyumbangkan dana pada dana kontribusi tersebut dari
keuntungan yang telah diperolehnya.
Di bidang bisnis inilah asuransi semakin berkembang,
terutama dalam hal perlindungan terhadap barang-barang
perdagangannya. Namun, perkembangan ini tidak sejalan dengan
kesesuaian praktik asuransi terhadap syariah. Meskipun
demikian, dengan banyaknya kajian terhadap praktik
perekonomian dalam perspektif hukum islam, asuransi mulai
diselenggarakan dengan ketentuan-ketentuan syariah. Pada
paruh kedua abad ke-20 di beberapa Negara Timur Tengah dan
Afrika telah mulai mencoba mempraktikan asuransi dalam
bentuk takaful yang kemudian berkembang dengan pesat hingga
ke Negara-negara yang berpenduduk nonmuslim sekalipun di
Eropa dan Amerika.
8
London yang dikenal sebagai The Great Fire of London pada tahun
1666. Peristiwa tersebut melahirkan bentuk asuransi yang dikenal
sekarang yaitu bermula dari pendirian The Fire Office atau The
Insurance Office pada tahun 1667 oleh Nicholas Barbon di Inggris,
perusahaan asuransi sebenarnya yang pertama. Perusahaan
tersebut juga menjadi pelopor pendirian armada pemadam
kebakaran yang pertama yang didirikan untuk melindungi rumah-
rumah yang diasuransikannya. Dari perkembangan di atas,
tampak bahwa bermula dari perjanjian yang timbul dari peraturan
yang dikeluarkan pemerintah, landasan hukum perjanjian
berkembang menjadi perjanjian yang dikembangkan sesama
pedagan atas jaminan yang diberikan untuk kepentingan
komersial. Kegiatan yang semula dilakukan sebagai pekerjaan
sambilan akhirnya menjadi perjanjian yang dikeluarkan oleh
pribadi-pribadi dan perusahaan-perusahaan yang
sepenuhnyabertindak penanggung.
9
konvensional yang mengandung gharar ( ketidakpastian ),
maisir ( untung- untungan ) dan riba serta menempatkan
posisi peserta sebagai pihak yang terzalimi karena adanya
loss premium.
10
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
a. Perbedaan umum antara Konvensional dan Asuransi
Syariah
1. Keberadaan Dewan Pengawas Syariah dalam
perusahaan asuransi syariah merupakan suatu
keharusan.Dewan ini berperan dalam mngawasi
manajemen, produk serta kebijakan investasi
supaya senantiasa sejalan dengan syariat islam.
2. Prinsip akad asuransi syariah adalah takafuli
(tolong-menolong).Yaitu nasabah yang satu
menolong nasabah yang lain yang dalam
kesulitan.Sedangkan akad asuransi konvensional
bersifat tabaduli (jual beli antara nasabah dengan
perusahaan).
3. Dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan
asuransi syariah (premi) diinvestasikan
berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil
(mudhorobah).Sedangkan pada asuransi
Konvensional investasi dana dilakukan pada
sembarang sector dengan sistem bunga
4. Premi yang terkumpul diperlakukan tetap sebagai
dana milik nasabah.Perusahaan hanya sebagai
pemegang amanah untuk mengelolanya sedangkan
pada asuransi konvensional, premi menjadi milik
perusahaan dan perusahaanlah yang memliki
11
otoritas penuh untuk menetapkan kebijakan
pengelolaan dana tersebut.
5. Untuk kepentingan pembayaran klaim nasabah,
dana diambil dari rekening tabarru’ (dana sosial )
seluruh peserta yang sudah diikhlaskan untuk
keperluan tolong- menolong bila ada peserta yang
terkena musibah . Sedangkan dalam asuransi
konvensional , dana pembayaran klaim diambil dari
rekening milik perusahaan .
6. Keuntungan investasi dibagi dua antara nasabah
selaku pemilik dana dengan perusahaan selaku
pengelola, dengan prinsip bagi hasil. Sedangkan
dalam asuransi konvensional, keuntungan
sepenuhnya menjadi milik perusahaan. Jika taka da
klaim, nasabah tidak memperoleh apa- apa.
DAFTAR PUSTAKA
12