Anda di halaman 1dari 5

TELAAH KRITIS

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah


Sistem Teknologi Informasi

Dosen pengampu: Dr. Drs. ZAKI BARIDWAN , Ak., M.Si.

Disusun oleh:

Yougie PMP 20602030211106

Program Studi Magister Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
2020
1.1 Definisi Theory of Planned Behavior

Theory of planned behavior adalah teori yang menekankan pada rasionalitas dari tingkah laku
manusia juga pada keyakinan bahwa target tingkah laku berada di bawah kontrol kesadaran
individu. Perilaku tidak hanya bergantung pada intensi seseorang, melainkan juga pada faktor lain
yang tidak ada dibawah kontrol dari individu, misalnya ketersediaan sumber dan kesempatan untuk
menampilkan tingkah laku tersebut (Ajzen, 2005)

Prinsip dalam teori ini adalah prinsip kesesuaian (principle of compatibility) yang menjelaskan sikap
dan perilaku yang dibagi dengan empat elemen yaitu aksi, target, konteks dan waktu, dan hubungan
antara sikap dan perilaku akan maksimal jika setiap elemennya berfungsi secara maksimal. Maka,
perilaku terdiri dari (a) aksi atau perilaku yang dilakukan, (b) performa target atau obyek, (c) konteks,
dan (d) waktu spesifik, contohnya seseorang yang fokus pada kebersihan mulut akan (a) menyikat (b)
gigi (c) dikamar mandi (d) setiap pagi setelah sarapan.

Teori ini secara jelas menggambarkan hubungan antara keyakinan (beliefs), sikap (attitude),
kehendak atau intense (intention), da perilaku (behavior).

Theory of Planned Behavior (TPB) seringkali digunakan dalam berbagai penelitian (research) tentang
perilaku. Biasanya TPB digunakan sebagai variabel intervening untuk menjelaskan intention (niat)
seseorang yang kemudian menjelaskan perilaku orang tersebut. Artikel ini akan membahas TPB
tersebut, dengan harapan bisa membantu mahasiswa atau peneliti yang akan menggunakan TPB
sebagai variabel dalam penelitiannya.

Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan perluasan dari Theory of Reasoned Action (TRA).
Dalam TRA dijelaskan bahwa niat seseorang terhadap perilaku dibentuk oleh dua faktor utama yaitu
attitude toward the behavior dan subjective norms (Fishbein dan Ajzen, 1975), sedangkan dalam TPB
ditambahkan satu faktor lagi yaitu perceived behavioral control (Ajzen, 1991).

TPB sangat sesuai digunakan untuk menjelaskan berbagai perilaku di dalam kewirausahaan.
Sebagaimana dikatakan oleh Ajzen (1991) bahwa TPB is suitable to explain any behavior which
requires planning, such as entrepreneurship (TPB cocok untuk menjelaskan perilaku apa pun yang
memerlukan perencanaan, seperti kewirausahaan).
Apabila TPB digambarkan dalam sebuah bagan adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 di atas menjelaskan bahwa dalam TPB, niat ditentukan oleh tiga variabel antecedent,
yaitu:

1. Attitude (Sikap)

Sikap merupakan suatu faktor dalam diri seseorang yang dipelajari untuk memberikan respon positif
atau negatif pada penilaian terhadap sesuatu yang diberikan. Lo Choi Tung (2011) mengatakan
bahwa attitude toward the behavior is the degree to which a person has a favorable or unfavorable
evaluation of a behavior. It depends on the person’s assessment of the expected outcomes of the
behavior.

Menurut Assael dalam Manda dan Iskandarsyah (2012) sikap merupakan kecenderungan yang
dipelajari untuk memberikan respon kepada obyek atau kelas obyek secara konsisten baik dalam
rasa suka maupun tidak suka. Sebagai contoh apabila seseorang menganggap sesuatu bermanfaat
bagi dirinya maka dia akan memberikan respon positif terhadapnya, sebaliknya jika sesuatu tersebut
tidak bermanfaat maka dia akan memberikan respon negatif.

2. Subjective Norm (Norma Subjektif)

Subjective norm (norma subjektif) merupakan persepsi seseorang tentang pemikiran orang lain yang
akan mendukung atau tidak mendukungnya dalam melakukan sesuatu.
Subjective norm mengacu pada tekanan sosial yang dihadapi oleh individu untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu. Lo Choi Tung (2011: 79) mengatakan bahwa “subjective norm refers to the
social pressures perceived by individuals to perform or not to perform the behavior. It relates to the
beliefs that other people encourage or discourage to carry out a behavior” (norma subjektif
mengacu pada tekanan sosial yang dirasakan oleh individu untuk melakukan atau tidak melakukan
perilaku.

Hal ini terkait dengan keyakinan bahwa orang lain mendorong atau menghambat untuk
melaksanakan perilaku). Seorang individu akan cenderung melakukan perilaku jika termotivasi oleh
orang lain yang menyetujuinya untuk melakukan perilaku tersebut.

3. Perceived Behavioral Control (Kontrol Perilaku)

Kontrol perilaku adalah persepsi kemudahan atau kesulitan dalam melakukan suatu perilaku. Lo Choi
Tung (2011) mengemukakan bahwa kontrol perilaku relates to the beliefs about the availability of
supports and resources or barriers to performing an entrepreneurial behavior (control beliefs)
(berkaitan dengan keyakinan tentang ketersediaan dukungan dan sumber daya atau hambatan
untuk melakukan suatu perilaku kewirausahaan).

Menurut Tony Wijaya (2007) kontrol perilaku merupakan persepi terhadap kekuatan faktor-faktor
yang mempermudah atau mempersulit.

1.2 Aplikasi Penerapan Theory of Planned Behavior

Penelitian sebelumnya menggunakan teori ini dalam mengetahui ada tidaknya pengaruh hubungan
independen antara indentitas diri individu dengan niatan atau rencana berperilaku. Hal ini dilakukan
karena keragu-raguan terhadap pengaruh sikap individu dalam konsumsi sayuran organik yang
dihasilkan negara. Hal ini berart intensi dan perilaku yang diteliti adalah konsumsi sayuran organik.

1.3 Attitude Toward Behavior

Masyarakat United States bereaksi terhadap sayuran organik. Sayuran organik dianggap solusi akan
kekhawatiran penggunaan nitrogen sintetis yang telah meningkat enam kali lipat dan produksi
pestisida telah meningkat sekitar dua puluh kali (Andow dan Davis: 1989).

1.4 Subjective Norms

Banyak orang bersedia membayar premi besar untuk makanan yang diproduksi secara organik
seperti buah organik yang dihasilkan dan vegetasi khusus. Saat ini diperkirakan perintah harga
premium semakin mengingkat. (Chadwick dkk: 1990). Banyaknya orang yang melakukan hal tersebut
turut memengaruhi keputusan individu dalam masyarakat tersebut untuk turut membayar tinggi
demi konsumsi sayuran organic.
1.5 Perceived Behavioral Control

Pengalaman individu dalam konsumsi sayuran organik terjadi sejak akhir perand dunia II di United
States. Hal ini membuat wapsada individu dan memutuskan mengkonsumsi yang aman.

Dewasa ini, teori ini juga dapat diterapkan untuk beberapa perilaku sehat lainnya, seperti
pencegahan perilaku merokok. Komponen attitude toward behavior dari pencegahan perilaku
merokok adalah membuat perokok percaya akan hal postitif dan negative dari merokok sehingga ia
memiliki kecenderungan untuk sadar akan konsekuensi merokk. Komponen subjective norms adalah
orang-orang disekitar perokok yang diminta atau dibuat untuk mendukung perokok berhenti
merokok; perokok juga distimulasi agar menginternalisasi bahwa ia harus berhenti merokok. Lalu,
komponen perceived behavioral control adalah penggalian pengalaman buruk akibat merokok serta
mendukung perokok agar mengkontrol perilaku merokoknya.

1.6 Kelebihan Theory of Planned Behavior

Teori ini dapat memberi pegangan untuk menganalisa komponen perilaku dalam item yang
operasional. Hal ini memudahkan berbagai tipe pencegahan yang dapat dipertimbangkan. Sasaran
teori ini adalah prediksi perilaku yang dapat diamati secara langsung dan dibawah kendali seseorang.
Teori ini juga relative mudah diaplikasikan pada pengggunaan substansi tertentu seperti rokok,
narkoba, alcohol, perilaku makan, penggunaan kondon, dan lain sebagainya.

1.7 Kelemahan Theory of Planned Behavior

Teori ini masih relatif baru dan kurang banyak digunakan dan kurang banyak dikenal (Smet: 1994).
Selain itu pemanfaatan teori ini membutuhkan bantuan atau control dari orang lain. Orang lain
sangat berpengaruh terhadap komponen teori ini.

Anda mungkin juga menyukai