Anda di halaman 1dari 6

Nama : Agung Gede Wikantara

Nim : 206020302111001

Matakuliah : Isu-Isu Terkini dalam Perpajakan

Tugas : Ringkasan Matakuliah

I Sistem Administrasi Perpajakan Modern

Sistem administrasi perpajakan modern merupakan peningkatan pelayanan publik

diperlukan adanya perbaikan administrasi perpajakan. Perubahan dalam sistem administrasi

perpajakan juga dibutuhkan guna meningkatkan kemampuan Direktorat Jenderal Pajak dalam

mengawasi pelaksanaan ketentuan perpajakan yang berlaku. Dengan sistem administrasi

perpajakan modern, didukung dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional dan

berkualitas serta mempunyai kode etik kerja diharapkan akan tercipta prinsip Good Corporate

Governance yang dilandasi transparansi, akuntabel, responsif, independen dan adil. Hal ini juga

akan mendukung misi Direktorat Jenderal Pajak yaitu pelayanan berbasis teknologi modern

untuk kemudahan pemenuhan kewajiban perpajakan. Sistem administrasi perpajakan modern

juga mengikuti kemajuan teknologi dengan pelayanan yang berbasis e-System seperti e-SPT, e-

Filing, e-Payment, dan e-Registration yang diharapkan meningkatkan mekanisme kontrol yang

lebih efektif.

Berbagai macam fasilitas yang dibuat Dirjen pajak tersebut sangat memudahkan wajib

pajak dalam menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai warga negara. Melalui

fasilitas e-Billing dan e-Filling wajib pajak dapat lebih mudah dalam melaporkan SPT dan

membayar pajak menggunakan kode billing. Hal lain yang mengindikasikan efektivitas sistem
perpajakan yang dapat dirasakan yaitu peraturan perpajakan dapat diakses secara lebih cepat

melalui internet. Tanpa harus menunggu adanya pemberitahuan dari KPP tempat wajib pajak

terdatar, wajib pajak dapat memperoleh informasi mengenai peraturan perpajakan melalui

internet. Pendaftaran NPWP juga dapat dilakukan secara online melalui e-Registration dari

website pajak. Hal ini akan memudahkan wajib pajak untuk memperoleh NPWP secara lebih

cepat. Sedangkan e-Faktur digunakan untuk melayani Pengusaha Kena Pajak (PKP) dalam

membuat faktur pajak dengan cara yang lebih mudah. Dengan adanya kemudahan sistem

perpajakan tersebut akan menimbulkan persepsi yang baik dari masyarakat khususnya wajib

pajak. Dan diharapkan persepsi yang baik ini dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern

Program – program reformasi administrasi perpajakan jangka menengah Direktorat

Jenderal Pajak adalah sebagai berikut:

A. Meningkatkan Kepatuhan Perpajakan

1) Meningkatkan kepatuhan sukarela

a) Program kampanye sadar dan peduli pajak.

b) Program pengembangan pelayanan perpajakan.

2) Memelihara (maintaining) tingkat kepatuhan wajib pajak patuh

a) Program pengembangan pelayanan prima.

b) Program penyederhanaan pemenuhan kewajiban perpajakan.

3) Menangkal ketidakpatuhan perpajakan (combatting noncompliance)

a) Program merevisi pengenaan sanksi.

b) Program menyikapi berbagai kelompok wajib pajak tidak patuh.

c) Program modernisasi aturan dan metode pemeriksaan dan penagihan.


d) Program penyempurnaan ekstensifikasi.

e) Program pemanfaatan teknologi terkin dan pengembangan IT masterplan.

f) Program pengembangan dan pemanfaatan bank data.

B. Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat terhadap Administrasi Perpajakan

1) Meningkatkan citra Direktorat Jenderal Pajak

a) Program merevisi UU KUP.

b) Program penerapan good corporate governance.

c) Program perbaikan mekanisme keberatan dan banding.

d) Program penyempurnaan prosedur pemeriksaan.

2) Melanjutkan pengembangan administrasi Large Tax Office (LTO) atau Kanwil Direktorat

Jenderal Pajak wajib pajak besar

a) Program peningkatan pelayanan, pemeriksaan dan penagihan pada LTO.

b) Program peningkatan jumlah wajib pajak terdaftar pada LTO selain BUMN/BUMD.

c) Program penerapan sistem administrasi LTO pada Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jakarta

Khusus.

d) Program penerapan sistem administrasi LTO pada Kanwil lainnya.

C. Meningkatkan Produktivitas Aparat Perpajakan

1) Program reorganisasi Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan fugsi dan kelompok wajib pajak.

2) Program peningkatan kemampuan pengawasan dan pembinaan oleh Kantor Pusat/Kanwil

Direktorat Jenderal Pajak.

3) Program penyusunan kebijakan baru untuk manajemen Sumber Daya Manusia.

4) Program peningkatan mutu sarana dan prasarana kerja.

5) Program penyusunan rencana kerja operasional.


II Korupsi

Pengetahuan korupsi merupakan dampak korupsi pajak yang sangat berpengaruh besar

bagi perekonomian Indonesia, antara lain, pertumbuhan ekonomi yang terhambat, karena tidak

tercipta keseimbangan antara keuntungan pihak swasta dan kepentingan publik. Pengusaha juga

sebagai wajib pajak hanya memikirkan keuntungan sendiri. Tingkat kepercayaan yang tinggi dari

wajib pajak tentunya sangat berpengaruh pada penerimaan pajak. Penerimaan pajak yang tidak

mencapai target disinyalir salah satunya disebabkan oleh kasus-kasus korupsi yang melibatkan

pegawai pajak. Adanya dampak korupsi pada kepatuhan wajib pajak bahwa efektivitas

pembayaran tidak resmi berpengaruh dengan tingkat kepatuhan wajib pajak badan karena wajib

pajak badan beranggapan bahwa jika pembayaran pajak tidak resmi dapat terjadi tindakan

korupsi.

Korupsi berarti suatu perbuatan yang berhubungan dengan tindakan yang merugikan kas

negara, berupa tindakan penyuapan ataupun manipulasi. Dalam bidang perpajakan, korupsi pajak

berarti tindakan melawan hukum yang dilakukan oleh petugas pajak, dengan cara penggelapan

uang pajak atau penyalahgunaan wewenang, yang bertujuan untuk memperkaya diri sendiri, dan

merugikan pihak lain serta kas negara. Dampak korupsi uang pajak sangat besar bagi

perekonomian Indonesia antara lain, pertumbuhan ekonomi terhambat, karena tidak tercipta

harmonisasi antara keuntungan swasta dan kepentingan publik. Pengusaha yang juga sebagai

wajib

pajak hanya memikirkan keuntungan sendiri. Tingkat kepercayaan yang tinggi dari wajib pajak

tentunya sangat berpengaruh pada penerimaan pajak. Penerimaan pajak yang tidak mencapai
target disinyalir salah satunya disebabkan oleh kasus-kasus korupsi yang melibatkan pegawai

pajak

Unsur-Unsur Pidana Korupsi

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-

unsur sebagai berikut:

1. Perbuatan melawan hukum.

2. Penyalahgunaan kewanangan, kesempatan, atau sarana.

3. Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi

4. Merugikan keuangan negara , atau perekonomian negara

Kasus korupsi perpajakan di Indonesia cukup tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa

dengan adanya pemberitaan mengenai korupsi pajak di media massa dapat menimbulkan rasa

kecewa Wajib Pajak terhadap lembaga perpajakan. Walaupun demikian, Wajib Pajak

berpendapat bahwa kasus korupsi di bidang perpajakan perlu untuk diberitakan di media massa

dikarenakan pemberitaan tersebut memberikan informasi mengenai peristiwaperistiwa baru

dalam perkembangan kasus tersebut. Sebagian besar Wajib Pajak merasa penting untuk

mengikuti perkembangan kasus korupsi di bidang perpajakan, yang berpengaruh dengan

kepentingan pembayaran pajaknya. Wajib Pajak khawatir dengan banyaknya pemberitaan di

media massa mengenai kasus korupsi di bidang perpajakan yang dilakukan oleh pihak fiskus

maupun aparat pemerintah lainnya dapat memberikan efek imbas terhadap dirinya sendiri.

Pemberitaan mengenai kasus korupsi di bidang pepajakan menunjukkan bahwa pemerintah

sebelumnya melakukan pemeriksaan terhadap pegawai pajak yang terindikasi korupsi pajak.
Hal tersebut memungkinkan pemerintah melakukan hal yang sama terhadap wajib pajak,

sehingga wajib pajak merasa takut untuk melakukan hal-hal yang berhubungan dengan

ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan, seperti halnya penghindaran

pajak maupun penggelapan pajak.

Wajib pajak yang sebelumnya melakukan penghindaran pajak maupun penggelapan

pajak akan berusaha patuh terhadap peraturan perundangundangan perpajakan, karena

bagaimana pun juga pemerintah akan menjadikan wajib pajak yang tidak patuh dalam subjek

utama dilakukan pemeriksaan apakah terdapat indikasi melakukan korupsi pajak.

Berdasarkan riset yang dilakukan Indonesia Corruption Watch, ada tiga pola korupsi

yang dilakukan di bidang pajak, yaitu:

a) Pola pertama adalah jual beli lahan basah di sektor pajak oleh bagian personalia. Dalam

hal ini pegawai pajak membeli posisi jabatan yang “basah” atau mendatangkan uang. Hal

ini juga dilakukan oleh pegawai yang enggan terlempar di lahan kering ataupun di

kantor-kantor pelayanan pajak yang jauh. Pola ini mendukung budaya korupsi di institusi

perpajakan.

b) Pola kedua adalah praktik pemerasan dari petugas pajak ke wajib pajak. Yang biasa

terjadi adalah petugas pajak yang meminta sejumlah uang untuk jasa pengurusan

administrasi perpajakan.

c) Pola ketiga adalah dalam bentuk negosiasi pajak. Pola ini saling menguntungkan antara

petugas pajak dan wajib pajak. Wajib pajak mendapatkan pengurangan nilai pajak yang

harus dibayarnya secara signifikan setelah menyerahkan sejumlah uang ke petugas pajak.

Anda mungkin juga menyukai