EKUITAS
Oleh
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat taufik dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “EKUITAS”. Banyak hambatan yang dihadapi
dalam penyusunannya, namun atas kehendak-Nyalah sehingga penulis berhasil menyelesaikannya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah 2
Oleh karena itu, kami mnegucapakan terimakasih kepada dosen jurusan Akuntansi Keuangan
Menengah 2 yaitu Ibuk Liviawati,SE,M.Si,Ak dan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
baik moril maupun materil dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini dibuat sebagai kajian
terhadap pemahaman pembaca mengenai Ekuitas yang ada di pelajaran Akuntansi Keuangan
Menengah.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan masukan dan kritikan yang membangun dari semua pihak terkait
dengan relevansi makalah ini agar bisa menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................................1
1.3 TUJUAN 2
1.4 MANFAAT2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................3
2.1 Pengertian Ekuitas……………………………………….……………..3
BAB III....................................................................................................................................7
PEMBAHASAN......................................................................................................................7
3.1 BENTUK ORGANISASI PERUSAHAAN.......................................................................7
3.2 EKUITAS 8
3.3 Saham prefren………………………………………………….…..….11
3.4 Kebijkandeviden……………..…………………….………………….13
BAB IV………………………………………………………………….……24
PENUTUP……………………………………………………………………24
Kesimpulan…………………………………………………………………...24
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..……….25
ii
BAB
PENDAHULUAN
Karena kensep kesatuan usaha yang memisahkan antara manajemen dan pemilikan,informasi
tentang akuitas pemegang saham menjadi sangat penting karena hal tersebutmenunjukan
hubungan antara perusahaan (perseroan) dengan pemegang saham. dari sudut pemegang saham,
ekuitas pemegang saham merupakan hak atas kekayaan atau nilai yangtertanam dalam perseroan.
Kalau dipandang dari sudut kesatuan usaha, ekuitas pemegangsaham merupakan "utang"
perseroan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu, ekuitas pemegang saham dapat juga
dipandang sebagai gambaran hubungan yuridis antara perseroandan pemegang saham. Dengan
kedudukannya yang demikian persoalannya adalah bagaimanamelaporkan atau menyajikan
informasi elemen ini agar hubungan dan tanggung jawabyuridis dapat dipertahankan.
1.3 TUJUAN
Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang dapat di capai adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami bentuk organisasi perusahaan .
2. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan ekuitas .
3. Mengetahui dan memahami saham preferen.
1
4. Mengetahui dan memahami apa saja yang termasuk dalam fitur saham preferen.
5. Mengetahui dan memahami tentang kebijakan deviden.
6. Mengetahui dan memahami tentang cara pengungkapan pembatasan saldo laba.
7. Mengetahui dan memahami penyajian dan analisis ekuitas .
1.4 MANFAAT
Berdasarkan tujuan di atas, dapat di ambil manfaat sebagai berikut :
1. Bagi mahasiswa, makalah ini dapat di jadikan pembelajaran untuk mengetahui tentang
pengertian , jenis, maupun teori yang ada didalam materi Ekuitas ini.
2. Bagi dosen , makalah ini dapat di gunakan sebagai bahan ajar tambahan dalam proses
belajar mengajar.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia (2004:21:2) menjelaskan bahwa defenisi dari ekuitas adalah,
“bagian hak pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara aktiva dan kewajiba yang ada, dan
dengan demikian tidak merupakan nilai jual perusahaan tersebut.” Skousen, Albrecht, Stice
(2004:163) mendefinisikan ekuitas adalah, “hak milik residual dari para pemilik perusahaan dalam
aktiva netto (total aktiva dikurangi dengan total kewajiban) dari badan usaha tersebut.”
Pada dasarnya ekuitas berasal dari investasi pemilik dan hasil usaha perusahaan. Ekuitas akan
berkurang terutama dengan adanya penarikan kembali penyertaan oleh pemilik, pembagian
keuntungan atau kerena kerugian. Kaitan dan perbedaan antara jumlah modal kontribusi atau
modal setoran oleh pemilik perseroan dengan laba yang dihasilkan dan ditahan dalam usaha
merupakan suatu hal yang sangat penting. Penjelasan mengenai hal ini akan membantu para
kreditor dan investor untuk mempertimbangkan dan memperkirakan kemampuan jangka panjang
perusahaan untuk membelanjai operasinya sendiri secara internal. Jika modal setoran dari suatu
perseroan relatif cukup besar dibandingkan dengan total ekuitas pemilik, ini berarti bahwa
pembiayaan perseroan terutama berasal dari sumber eksternal, biasanya dari penjualan saham
kepada investor. Jika modal dari hasil operasi perseroan relatif cukup besar dibandingkan dengan
total ekuitas pemilik, ini berarti bahwa perusahaan menguntungkan di masa lalu dan telah
menahan laba tersebut dalam perusahaan
untuk membantu pembiayaan aktivitasnya. Perbedaan antara modal yang dihasilkan sendiri
dan modal setoran tidak begitu penting bagi perusahaan perorangan atau persekutuan, karena para
pemilik perusahaan semacam itu pada umumnya terlibat dalam manajemen dan karenanya selalu
mengetahui bagaimana aktivitas perusahaan dibelanjai.
1. Modal Saham
Modal saham dibagi 2 yaitu:
3
a. Saham Preferen
Apabila suatu perusahaan menerbitkan baik saham biasa maupun saham preferen, hak-hak
istimewa yang menyertai saham preferen biasanya terdiri dari klaim terlebih dahulu atas dividen.
Preferensi dividen tidak hanya pembayaran dividen bagi para pemegang saham preferen, tetapi
hanya mengatakan bahwa persyaratan dividen untuk saham preferen harus terlebih dahulu sebelum
segala sesuatu dapat dibayarkan untuk saham biasa. Dividen tidak timbul berdasarkan hukum;
adanya dividen untuk saham preferen, juga untuk saham biasa, tergantung pada kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba serta klasifikasi yang diambil dewan direksi atas penggunaan
laba tersebut. Apabila dewan direksi tidak mengumumkan dividen untuk saham preferen, maka
dividen itu akan dianggap berlalu. Walaupun para pemegang saham preferen memegang klaim
terlebih dahulu.
atas dividen, preferensi seperti itu pada umumnya disertai dengan pembatasan mengenai jumlah
dividen yang dapat mereka terima. Saham preferen pada umumnya diterbitkan dengan nilai pari.
Apabila saham preferen mempunyai nilai pari, maka dividen dinyatakan dengan suatu persentase
dari nilai pari. Apabila saham preferen tidak mempunyai nilai pari, maka dividen harus dinyatakan
dengan nilai uang.
b. Saham Biasa
Saham biasa menanggung resiko terbesar karena para pemegangnya menerima dividen hanya
setelah pemegang saham preferen dibayar. Sebagai imbalan atas resiko ini, biasanya saham biasa
mendapat laba terbesar jika perusahaan berhasil. Pada dasarnya, hak suara antara saham biasa
dengan saham preferen tidak dibedakan, akan tetapi, hak suara kerap kali diberikan khusus kepada
saham biasa sejauh dividen dibayarkan secara teratur kepada saham preferen. Jika perseroan tidak
mampu membayar dividen preferen, hak suara istimewa mungkin akan diberikan kepada
pemegang saham preferen, sehingga memberikan peranan yang lebih berpengaruh pada
manajemen.
2. Tambahan Modal yang Disetor
Seperti telah disebutkan bahwa tambahan modal yang disetor merupakan akun contributed
capital. Tambahan modal yang disetor dapat berasal dari beberapa sumber, yaitu:
a. Penjualan saham di atas harga pari atau nominal.
b. Tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga yang lebih rendah daripada
jumlah yang diterima pada saat pengeluaran.
c. Tambahan modal dari penjualan saham yang diperoleh kembali dengan harga di atas
jumlah yang dibayarkan pada saat perolehannya.
d. Tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor.
e. Sumbangan aktiva (hibah)
3. Saldo Laba
Saldo laba adalah jumlah laba yang tidak dibagikan pada periode-periode yang lalu. Jumlah
total yang terlihat mungkin tidak akan menunjukkan kas yang tersedia untuk dibagikan sebagai
dividen karena laba tahun-tahun lalu biasanya sudah diinvestasikan kembali dalam aktiva lainnya.
Dividen dan kerugian yang lebih besar daripada saldo laba akan menimbulkan saldo negatif pada
saldo laba disebut defisit. Saldo akun saldo laba ditambahkan pada total modal kontribusi untuk
memperoleh jumlah total ekuitas pemegang saham dan defisit dikurangkan. Selain laba atau rugi
dan dividen, faktor-faktor yang mempengaruhi saldo laba adalah penyesuaian periode sebelumnya
untuk koreksi kesalahan, kuasi reorganisasi, dan transaksi saham treasuri. Kesalahan yang dibuat
pada tahun-tahun lalu ditemukan dan dikoreksi pada tahun berjalan dengan suatu penyesuaian ke
saldo laba. Kesalahan-kesalahan akuntansi dapat diakibatkan oleh kesalahan matematik,
4
ketidakmampuan menerapkan prosedur akuntansi yang tepat, dan pelaporan yang salah atau
penghilangan informasi tertentu.
Apabila kesalahan-kesalahan periode yang lalu jumlahnya material maka harus dibuat
penyesuaian periode sebelumnya ke saldo laba. Jika kesalahan mengakibatkan laba periode yang
lalu terlalu rendah, maka diperlukan ayat koreksi untuk menambah saldo laba, begitu sebaliknya.
Sumber utama dari saldo laba adalah laba bersih yang dihasilkan perusahaan. Perkiraan saldo laba
bertambah karena laba bersih dan berkurang karena kerugian bersih dari kegiatan perusahaan.
Apabila kerugian operasi atau debit lain ke saldo laba mengakibatkan saldo debit dalam perkiraan
ini, maka saldo debit ini disebut defisit. Laba perusahaan berasal dari transaksi dengan
perseorangan atau badan usaha di luar perusahaan. Tidak ada laba yang diakui dari pembangunan
gedung atau pembuatan aktiva lainnya akan digunakan sendiri oleh perusahaan, walaupun biaya
pembuatannya di bawah harga pasar aktiva yang serupa, pembuatan sendiri dengan harga yang
lebih rendah dari harga beli aktiva hanya dianggap sebagai penghematan biaya. Tidak ada
penambahan saldo laba dari transaksi dengan para pemegang saham yang melibatkan saham yang
dibeli kembali, penurunannya dapat diakui. Penerimaan aktiva melalui hibah tidak diakui sebagai
laba, tetapi sebagai modal setoran. Laba suatu perusahaan dapat didistribusikan kepada para
pemegang saham atau ditahan guna memperluas operasinya.
Dividen merupakan pembagian laba kepada para pemegang saham perusahaan sebanding
dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. Pembagian itu dapat
berbentuk:
a. Kas
b. Aktiva lain
c. Wesel atau surat hutang lainnya dari perusahaan yang sebenarnya merupakan dividen kas
yang ditangguhkan Sebagian besar dividen mengakibatkan penurunan laba yang ditahan.
Pengecualiannya meliputi:
a. Dividen saham tertentu yang diterbitkan dalam bentuk pemecahan saham, hal ini melibatkan
pemindahan dari tambahan modal setoran ke modal resmi
b. Dividen dalam likuidasi perusahaan, hal ini menunjukkan suatu pengembalian sebagian atau
seluruh modal rsmi perusahaan kepada para pemegang saham dan menghendaki penurunan modal
setoran.
5
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 BENTUK ORGANISASI PERUSAHAAN
Dari tiga bentuk utama organisasi bisnis, kepemilikan , kemitraan, dan perusahaan,bentuk
perusahaan yang paling mendominasi. Perusahaan sejauh ini pemimpin dalam hal jumlah
keselurahan sumber daya yang dikendalikan, barang dan jasa yang di produksi, dan orang-orang
yang di pekerjakan. Meskipun bentuk perusahaan memiliki sejumlah keunggulan (serta kerugian)
dibanding dua bentuk lainnya, keuntungan utamanya adalah fasilitas untuk menarik dan
mengumpulkan sejumlah besar modal.
A. HUKUM PERUSAHAAN
B. SISTEM SAHAM
Ekuitas dalam perusahaaan umumnya terdiri dari sejumlah besar unit atau saham. Dalam
kelas saham tertentu, masing-masing saham sama dengan setiap saham lainnya. Jumlah saham
yang dimiliki menentukan kepentingan setiap pemilik. Jika perusahaan memiliki saham biasa
dibagi menjadi 1.000 saham, seseorang yang memiliki 500 saham mengendalikan separuh
kepentingan kepemilikan. Seseorang memegang 10 saham memiliki kepentingan seperseratus.
Setiap saham memiliki hak dan keistimewaan tertentu. Dengan kontrak khusus bisakah
perusahaan membatasi hak dan keistimewaan pada saat menerbitkan saham. Pemilik harus
memeriksa pasal penggabungan, sertifikat saham, dan ketentuan yang berlaku untuk memastikan
pembatasan terhadap variasi dari hak standar dan hak istimewa. Dengan tidak mebatasi setiap
saham memiliki hak sebagai berikut.
1. Pembagian secara proporsional dalam keuntungan dan kerugian
2. Pembagian secara proporsional dalam manajemen (hak memilih direktur)
3. Pembagian secara proporsional dalam asset perusahaan pada saat likuidasi
4. Pembagian secara proporsional dalam setiap penerbitan baru saham dalam kelas yang sama
disebut hak memesan efek terlebih dahulu
6
atau asset pada saat pembubaran. Akan tetapi, pemegang saham biasa umumnya menegendalikan
manajemen perusahaan dan cenderung untung jika perusahaannya sukses. Dalam hal ini
perusahaan hanya memiliki satu penerbitan saham yang diotorisasi, penerbitannya berdasarkan
definisi saham biasa, apakah yang ditunjuk dalam piagam atau tidak.
Dengan demikian, dibuat kelas khusus saham, biasanya disebut saham preferen (preference
shares) sebagai imbal hasil atas preferensi khusus, pemegang saham preferen selalu mengorbankan
beberapa hak inheren dari pemegang saham biasa. Jenis preferensi yang umum adalah
memberikan kepada pemegang saham preferen atas klaim sebelumnya pada laba. Dengan
demikian, perusahaan menyakinkan kepada pemegang saham preferen suatu dividen, biasanya
pada tingkat yang dinyatakan, sebelum membagikan setiap jumlahn kepada pemegang saham
biasa. Sebagai imbal hasil atas saham preferen ini, pemegang saham preferen ini dapat
mengorbankan hak mereka atas suara dalam manajemen atau hak mereka untuk pembagian
keuntungan yang melebihi tingkat yang dinyatakan.
3.2 EKUITAS
Ekuitas (equity) adalah hak residual atas asset perusahaan setelah di kurangi semua
liabilitas. Ekuitas sering disebut sebagai sebagai ekuitas pemegang saham, atau modal perusahaan.
Ekuitas sering dikelompokkan pada laporan posisi keuangan kedalam kategori berikut.
1. Modal saham
2. Premi saham
3. Saldo laba
4. Akumulasi penghasilan komprehensif
5. Saham tresuri
6. Kepentingan nonpengendali (hak minoritas)
Klasifikasi tersebut membantu pengguna laporan keuangan untuk lebih memahami hukum
atau pembatas lainnya yang terkait dengan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen, atau
pengguna lainnya mengenai ekuitas untuk tujuan tertentu.
Perusahaan sering membuat perbedaan antara modal kontribusi (modal disetor) dengan
modal yang diperoleh. Modal kontibusi adalah jumlah yang dibayarkan pada modal saham ,
jumlah yang diberikan oleh pemegang saham kepada perusahaan agar digunakan untuk bisnisnya.
Modal kontribusi mencakup item-item seperti nilai pari semua saham yang beredar serta premi
dikurangi diskonto penerbitan. Modal yang di peroleh adalah modal yang berkembang dari
operasi yang menguntungkan. Modal ini terdiri atas semua laba yang tidak dibagikan yang terus di
investasikan pada perusahaan. Saldo laba merupakan modal yang di peroleh dari perusahaan.
A. Penerbitan Saham
7
Dalam akuntansi yang sering dimasukkan dalam topic saham adalah sebagai berikut.
Kas 5.000
Modal saham biasa 5.000
Jika perushaan menerbitkan 500 saham lain untuk kas sebesar $11 persaham, video
electronics membuat jurnal sebagai berikut.
Kas 5.500
Modal saham biasa 5.500
Saham tanpa nilai pari sebenarnya harus dibuat dalam akun pada harga penerbitan tanpa premi
saham yang dilaporkan. Namun, beberapa Negara mensyaratkan agar saham tanpa nilai pari
tersebut memiliki nilai yang dinyatakan. Nilai yang dinyatakan adalah nilai minimum bawah
dimana perusahaan tidak dapat menerbitkannya.
Jika saham tanpa nilai pari memiliki nilai yang dinyatakan sebesar $5 persaham, tetapi dijual
dengan harga $11, semua jumlah kelebihan sebesar $5 dicatat sebagai premi saham, yang dalam
banyak yuridiksi sepenuhnya atau sebagian tersedia untuk dividen. Dengan demikian saham tanpa
nilai pari, dengan nilai yang dinyatakan terendah memungkinkan perusahaan baru untuk memulai
operasinya dnegan premi saham yang mungkin melebihi modal yang dinyatakan sebesar $5 untuk
kas sebesar $15per saham dan dibuat jurnal sebagai berikut.
Kas 15.000
Modal saham biasa 5.000
Premi saham biasa 10.000
Sebagian perusahaan mencatat saham tanpa nilai pari dengan nilai yang dinyatakan jika ada
saham dengan nilai pari sama dengan nilai yang dinyatakan.
3. Akuntansi untuk saham yang diterbitkan dalam kombinasi dengan efek lain.
Umumnya , perusahaan menjual kelas saham secara terpisah satu sama lain. Kadang- kadang
perusahaan mengeluarkan dua atau lebih kelas efek untuk satu pembayaran atau lumsun. Masalah
8
akuntansi dalam penjualan lumsum adalah bagaimana mengalokasikan kas yang diterima diantara
beberapa kelas efek.
Perusahaan menggunakan salah satu dari dua metode alokasi :
a. Metode profersional
Nilai wajar atau dasar nilai lainnya untuk menentukan nilai relative tersedia untuk setiap kelas
efek, perusahaan mengalokasikan junlah lumsum yang diterima diantara kelas efek secara
proporsional. Misalnya, asumsikan perusahaan menerbitkan 1000 saham biasa dengan nilai di
nyatakan sebesar $10 yang memiliki nilai wajar sebesar $20 dan 1000 saham preferen dengan nilai
pari $10 yang memiliki nilai wajar sebesar $12 persaham, dengan jumlah lumsum sebesar
$30.000.
b. Metode Inkremental
Metode Inkremental adalah jika nilai pasar wajar semua kelompok sekuritas tidak dapat
ditentukan, maka metode incremental dapat digunakam. Nilai pasar sekuritas itu digunakan
sebagai dasar untuk kelompok-kelompok yang telah diketahui dan sisa dari nilai lump sum
dialokasikan ke kelompok di mana nilai pasar tidak diketahui. Misalnya perusahaan menerbitkan
1000 saham biasa dengan nilai di nyatakan sebesar $10 yang memiliki nilai wajar sebesar $20 dan
1000 saham preferen dengan nilai pari $10 yang memiliki nilai wajar sebesar $12 persaham,
dengan jumlah lumsum sebesar $30.000.
9
Aturan umumnya adalah : Saham yang diterbitkan untuk jasa atau property selain kas harus
dicatat, baik pada nilai pasar wajar saham yang diterbitkan maupun pada nilai pasar wajar
pertimbangan non kas yang dterima, tergantung mana yang dapat ditentukan secara jelas. Jika
keduanya telah dapat ditentukan, dan transaksi itu merupaan hasil pertukaran jarak jauh, maka
kemungkinan terjadinya perbedaan nilai pasar wajar sangatlah kecil. Dalam kasus seperti itu, tidak
menjadi masalah mana yang akan digunakan sebagai dasar untuk penilaian pertukaran.
5. Akuntansi untuk biaya penerbitan saham.
Ketika sebuah perusahaan menerbitkan saham, ,maka seharusnya melaporkan biaya yang
dikeluarkan untuk menjual saham, seperti biaya penjaminan,biaya akuntansi dan hukum, biaya
percetakan dan pajak sebagai pengurang jumlah yang disetor. Oleh karena itu, biaya penerbitan
didebet ke Tambahan Modal Disetor karena biaya tersebut tidak berhubungan dengan operasi
perusahaan. Gaji manajemen dan biaya tidak langsung lainnya yang berhubungan dengan
penerbitan saham harus dibebankan pada saat dikeluarkan karena sulit untuk menetapkan
hubungan antara biaya-biaya tersebut yang diterima dari hasil penjualan.
Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi
dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi). Hal ini
disebabkan mendapatkan hak pembagian dividen secara tetap. Ada 3 karakteristik saham preferen
yang membuatnya mirip dengan obligasi: ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividen tetap
selama masa berlaku dari saham, dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan dengan saham
biasa.
Keunggulan saham preferen adalah lebih aman dibandingkan dengan saham biasa. Karena
saham preferen memiliki hak klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian dividen terlebih
dahulu Akan tetapi saham preferen mempunyai kelemahan yaitu sulit untuk diperjualbelikan
seperti saham biasa, karena jumlahnya yang sedikit.
Saham preferen adalah kelas saham khusus yang memiliki preferensi atau fitur tertentu
yang tidak dimilki oleh saham biasa. Fitur yang paling sering dikaitkan dengan penerbitan
saham preferen adalah sebagai berikut.
1. Preferensi untuk dividen
10
2. Preferensi untuk asset jika terjadi likuidasi
3. Dapat dikonvermasi menjadi saham biasa
4. Dapat ditarik kembali pada opsi dari perusahaan
5. Tidak memiliki hak suara
Fitur yang membedakan preferensi dari saham biasa mungkin lebih bersifat restriktif dan negative
dari pada preferensinya.
11
B. AKUNTANSI DAN PELAPORAN SAHAM PREFEREN
Akuntansi saham preferen pada saat penerbitannya sama dengan akuntansi saham biasa. !
erusahaan mengalokasikan proceeds antara nilai pari saham preferen dantambahan modal disetor.
Sebagai gambaran, misalkan Bishop menerbitkan 10.000 saham preferen dengan nilai pari sebesar
$10 seharga $12persaham. Bishop mencatat penerbitan ini sebagai berikut.
Kas 120.000
Modal saham preferen 100.000
Premi saham preferen 20.000
Oleh karena itu, Bishop membuat akun terpisah antara dua jenis saham yang berbeda
ini.Berkebalikan dengan obligasi konvertibel (dicatat sebagai kewajiban saat tanggal
penerbitan), perusahaan memasukkan saham preferen konvertibel sebagai ekuitas pemegang
saham. Di samping itu, ketika menerbitkan saham preferen konvertibel, tidak ada justifikasi
teoritis untuk mengakui keuntungan atau kerugian. perusahaan tidak mengakui keuntungan atau
kerugian ketika berurusan dengan pemegang saham dalam kapasitas mereka sebagai pemilik
perusahaan. namun perusahaan memakai metode nilai buku mendebit saham preferen dan
tambahan modal disetor yang terkait dan mengkreditsaham biasa dan tambahan modal disetor
(apabila ada kelebihan).
Menentukan jumlah yang tepat atas deviden yang dibayar adalah keputusan manajemen
yang sulit. Perusahaan yang membayar deviden sangat enggan untuk mrngurangi atau
menghilangkan devidennya. Mereka tacit bahwa pasar efek akan melihatnya sebagai tindakan
negative. Sebagai konsekuensinya, perusahaan yang telah membayar deviden tunai akan
melakukan setiap usaha untuk melanjutkan pembayaran deviden. Selain itu, jenis pemeganmg
saham perusahaan telah (dikenakan pajak atau tidak dikenakan pajak, investor ritel atau investor
institusi) memainkan peranan besar dalam menentukan kebijkan deviden.
12
Perusahaan tersebut memiliki saldo kredit pada saldo laba. Tampa dibatasi, perusahaan
dapat mengumumkan deviden sebesar $100.000. akan tetapi, karena semuanya adlah asset tetap
yang digunakan dalam operasi, pembayaran deviden tunai sebesar $100.000 akan memerlukan
penjualan asset tetap atau pinjaman.
Bahkan jika laporan posisi keuangan menunjukan asset lancer, seperti ilustrasi dibawah ini,
pertanyaanya adalah apakah perusahaan memerlukan asset kas terseut untuk tujuan lain.
B. JENIS DEVIDEN
Menurut Zaki Baridwan (1993) deviden yang akan dibagikan oleh perusahaan dapat terbagi dalam
beberapa jenis, yaitu:
yaitu dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai dan
dikenai pajak pada tahun pengeluarannya. Dividen ini yang paling umum dan banyak digunakan
dalam pembagian saham.
yaitu dividen yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham dalam bentuk saham
perusahaan sehingga jumlah saham perusahaan menjadi bertambah. Jadi, pemberian stock
dividen ini dilakukan dengan cara mengubah sebagian laba ditahan (retained earnings) menjadi
modal saham yang pada dasarnya tidak mengubah jumlah modal sendiri. Namun demikian cash
flow perusahaan tidak terganggu karena perusahaan tidak perlu mengeluarkan uang tunai.
Peristiwa ini dilakukan jika posisi kas perusahaan atau likuiditas diperlukan oleh perusahaan.
Investor dalam hal ini akan memiliki lebih banyak saham tetapi laba per lembar saham lebih
rendah. Proporsi pemilikan investor tidak mengalami perubahan.
Contoh:
13
PT Abadi memiliki struktur modal sebagai berikut:
ð Saham biasa (nominal Rp 1000 : 3 000 000 lembar) = Rp 3 000 000 000
Jawab:
Maka ada tambahan saham sebanyak 10% x 3 000 000 = 300 000 lembar.
a) Nilai nominal saham tidak berubah, maka 300 000 lembar x Rp 1000 = Rp 300.000.000, ditransfer
ke modal saham biasa.
b) Sisanya Rp 1 200 000 000 – Rp 300 000 000,- = Rp 900 000 000,- dimasukkan dalam capital
surplus, sehingga total modal sendiri tidak berubah.
ð Saham biasa (nominal Rp 1000 ; 3 300 000 lembar) = Rp 3 300 000 000
Stock dividend meningkatkan jumlah saham yang beredar, sehingga laba per saham (EPS)
akan menurun secara proporsional. Jadi para pemegang saham mempunyai jumlah lembar saham
yang bertambah, tetapi mempunyai EPS yang berkurang, sehingga proporsi keuntungan totalnya
tetap tidak berubah. Pembagian stock dividen akan menurunkan harga saham sehingga tidak
memberikan manfaat ekonomis, kalau kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba tidak
berubah, demikian juga dengan biaya modalnya.
14
Bagaimanapun, harga saham akan dipengaruhi oleh kemampuan memperoleh laba dan
resiko perusahaan (yang tercermin dalam biaya modalnya). Kedua factor tersebut tidak
bisadimanipulasi oleh manajer keuangan. Manajer keuangan tidak bisa menyebabkan pemegang
saham menjadi lebih kaya hanya karena memutuskan untuk membagikan stock dividend.
Umumnya perusahaan memutuskan untuk membagikan stock dividend, karena mereka
memerlukan dana tersebut, dan tidak ingin mengecewakan pemegang saham
15
C. Pemecahan Saham
Jika perusahaan memiliki laba yang tidak didistribusikan selama beberapa tahun, dan
akumulasinya cukup besar dalam saldo laba, maka nilai pasar dari saham beredar kemungkinan akan
meningkat.
Saham yang diterbitkan dengan harga kurang dari £50 per saham dapat dengan mudah
mencapai harga pasar lebih dari £200 per saham. Semakin tinggi harga saham, maka semakin sedikit
investor bisa membelinya.
Manajemen sebagian besar perusahaan percaya bahwa hubungan masyarakat yang lebih baik
bergantung pada kepemilikan saham perusahaan yang lebih luas. Oleh karena itu, mereka menargetkan
harga pasar cukup rendah supaya berada didalam jangkauan mayoritas investor potensial. Untuk
mengurangi harga pasr setiap saham, perusahaan menggunakan pemecahan saham (share split).
Misalnya, setelah harga sahamnya meningkat 25 kali lipat, Qualcomm Inc. (AS) sahamnya 1 untuk 4
saham Qualcomm naik diatas $500 persaham, meningkatkan kekhawatiran bahwa Qualcomm tidak bisa
memenuhi target analisis sebesar $1.000 per saham. Pemecahan tersebut mengurangi target analisis
sebesar $250, yang bisa lebih dipenuhi dengan distribusi saham yang lebih luas pada harga pasar yang
lebih rendah.
Dari sudut pandang akuntansi, Qualcomm tidak mencatat jurnal untuk pemecahan saham.
Namun, perusahaan membuat catatan memorandum yang menunjukkan perubahan nilai pari saham dan
peningkatan jumlah saham. Ilustrasi 15-9 menunjukkan perubahan ekuitas atas pemecahan saham 1
untuk 2 pada 1.000 saham dengan nilai pari $100 dengan nilai pari dibagi dua atas penerbitan saham
tambahan
Saham dengan nilai pari $100 $100.000 Saham dengan nilai pari $50 $100.000
$150.000 $150.000
Pemecahan Saham dan Diferensi Dividen Saham
Dari sudut pandang hukum, pemecahan saham berbeda dengan dividen saham. Bagaimana bisa berbeda?
Pemecahan saham meningkatkan jumlah saham yang beredar dan menurunkan nilai atau nilau
yang dinyatakan per saham. Dividen saham, meskipun meningkatkan jumlah saham yang beredar, tetapi
tidak menurunkan nilai pari: sehingga hal tersebut meningkatkan total nilai pari saham yang beredar.
Alasan mengeluarkan dividen saham sangat banyak dan beragam. Dividen saham dapat menjadi
gerakan publisitas, karena banyak yang menganggap dividen saham sebagai dividen. Alasan lainnya
adalah bahwa perusahaan mungkin hanya ingin mempertahankan keuntungan dalam bisnisnya dengan
mengapitalisasi sebagai saldo laba. Dalam situasi seperti itu, maka pada saat pengumuman dividen,
terjadi pengalihan dari modal yang diperoleh ke modal kontribusi.
Perusahaan juga dapat menggunakan dividen saham, seperti halnya pemecahan saham, untuk
meningkatkan harga pasar saham, meskipun harga pasar sering kali merupakan pertimbangan sekunder.
Jika dividen sahamnya besar, akan memiliki pengaruh yang sama terhadap harga pasar seperti
pemecahan saham. Jika perusahaan menerbitkan saham tambahan dengan tujuan mengurangu
unit harga pasar, maka distribusinya lebih menyerupai pemecahan saham dari pada dividen
saham. Pengaruh ini biasanya hanya terjadi jika jumlah saham yang dikeluarkan lebih dari 20-
25% dari jumlah saham yang beredar sebelumnya. Dividen saham yang lebih dari 20-25% dari
jumlah saham yang beredar sebelumnya disebut dividen saham besar (large share dividend). Distribusi
seperti itu seharusnya tidak disebut dividen saham, tetapi pemecahan yang berpengaruh dalam bentu
dividen atau pemecahan saham.
Selain itu, karena pemecahan yang berpengaruh dalam bentuk dividen tidak mengubah nilai pari
perusahaan, perusahaan umumnya diharuskan untuk mengalihkan nilai pari dari saldo laba. Dengan kata
lain, perusahaan mengalihkan dari saldo laba ke modal saham dari nilai pari saham yang diterbitkan,
dan bukan sebagai pengalihan pada harga pasar saham yang diterbitkan seperti pada kasus dividen
saham kecil. Misalnya, Brown Group, Inc. (AS) pada satu waktu mengotorisasi pemecahan 1-untuk-2,
yang berpengaruh dalam bentuk dividen saham. Sebagai akibat dari otoritas ini, saham didistribusikan
sekitar 10,5 juta saham, dan mengalihkan lebih dari $39 juta yang merupakan nilai pari saham yang
dikeluarkan dari saldo laba ke modal saham- biasa.
Untuk mengilustrasikan dividen saham besar (pemecahan saham yang berpengaruh dalam bentuk
dividen), Rockland Steel, Inc. mengumumkan 30% dividen saham pada tanggal 20 November,
dibayarkan kepada pemegang saham tanggal 29 Desember yang dicatat tanggal 12 Desember. Pada
tanggal pengumuman, 1.000.000 saham, nilai pari $10, beredar dengan nilai wajar sebesar $200 per
saham. Jurnalnya adalah sebagai berikut.
300.000 $3.000.000
17
D.Pengungkapan Pembatasan pada Saldo Laba
Banyak perusahaan membatasi saldo laba atau dividen, tanpa adanya jurnal resmi. Pembatasan tersebut
sebaiknya diungkapkan dengan catatan atas laporan keuangan. Tanda notasi terkadang digunakan, tetapi
pembatasan yang berlakukan oleh indenture obligasi da perjanjian pinjaman biasanya mensyaratkan
penjelasan yang panjang. Catatan merupakan media untuk menjelaskan secara lebih lengkap dan
membebaskan laporan keuangan dari notasi yang disingkat. Pengungkapan catatan harus mengungkapan
sumber pembatasan, ketentuan yang berkaitan, dna jumlah saldo laba yang digunakan untuk
pembatasan, atau jumlah yang tidak dibatasi.
Pembatasan dapat didasarkan pada retensi saldo laba tertentu, kemampuan untuk mempertahankan
kebutuhan modal kerja tertentu, pinjaman tambahan, dan pertimbangan lainnya.
Fost harus mengungkapkan hak terkait dan hak istimewa dari berbagai efek yang beredar. Misalnya,
perusahaan harus mengungkapkan semua hal berikut: proferensi dividend an likuidasi, hak partisipasi,
harga dan tanggal penarikan, konvensi atau harga pelaksanaan dan tanggal yang terkait, kebutuhan dana
pelunasan obligasi (sinking fund), hak suara tidak biasa, dan jangka waktu kontrak untuk menerbitkan
saham tambahan dalam jumlah yang besar. Preferensi likuidasi harus diungkapkan pada bagian ekuitas
dari laporan posisi keuangan, bukan pada catatan atas laporan keuangan, untuk menekankan
kemungkinan dampak pembatasan dalam arus kas masa depan.
Perusahaan juga diwajibkan untuk menyajikan laporan perubahan ekuitas. Lapopran perubahan
ekuitas meliputi hal-hal berikut.
1. Total laba rugi komprehensif untuk periode bersangkutan, menunjukkan secara terpisah jumlah
total yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepentingan nonpengendali.
2. Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh dari penerapan retrospektif atas penyajian kembali
retrospektif.
3. Untuk setiapkomponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir periode,
secara terpisah mengungkapkan perubahan yang diakibatkan dari:
a. Keuntungan atau kerugian
b. Setiap item dari penghasilan komprehensif lain
c. Transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, menunjukkan kontribusi secara
terpisah oleh dan distribusi kepada pemilik dan perubahan hak kepemilikan pada entitas anak yang tidak
mengakibatkan hilangnya pengendalian.
2.Analisis
18
Analisis menggunakan rasio ekuitas untuk mengevaluasi profitabilatas dan solvabilitas jangka panjang
perusahaan. Bagian ini membahas dan menjelaskan tiga rasio tersebut sebagai berikut.
Imbal hasil atas ekuitas (REO) sama dengan laba neto dikurangi dividen saham preferen, dibagi rata-rata
ekuitas pemegang saham biasa. Misalnya, asumsikan Gerber’s Inc. memiliki laba neto sebesar $360.000
mengumumkan dan membayar dividen saham preferen sebesar $54.000, dan rata-rata ekuitas pemegang
saham biasa sebesar $2.550.000, dan rata-rata ekuitas pemegang saham biasa sebesar $2.550.000.
Tingkat Imbali Hasil atas Ekuitas = Laba Neto – Dividen Saham Preferen
Saham Biasa Rata-Rata Ekuitas Pemegang Saham Biasa
= $360.000 - $54.000
$2.550.000
= 12%
Perusahaan dapat meningkatkan imbal hasil atas ekuitas saham biasa melalui penggunaan utang
yang bijaksan atau pendanaan saham preferen. Perdagangan ekuitas menggambarkan praktik
menggunakan uang pinjaman atau menerbitkan saham preferen dengan harapan memperoleh tingkat
imbal hasil yang lebih tingg atas uang yang digunakan. Pemegang saham biasa menang jika imbal hasil
atas assetnya lebih tinggi dari biaya pendanaan asset tersebut. Bila ini terjadi, tingkat imbal hasil atas
ekuitas saham biasa akan melebihi tingkat imbal hasil atas total asset. Singkatnya, perusahaan sedang
“memperdagangkan ekuitas dengan pemegang saham”. Dalam situasi ini, uang yang diperoleh dari
pemegang obligasi atau pemegang saham preferen cukup untuk membayar bunga atau dividen saham
preferen dan member keuntungan bagi pemegang saham biasa. Di sisi lain, jika biaya pendanaan lebih
tinggi dari tingkat yang diperoleh dari asset, perusahaan sedang memperdagangkan ekuitas dengan
kerugian dan pemegang saham dalam kekalahan.
Rasio Pembayaran
Rasio lain yang menarik bagi investor, rasio pembayaran (payout ratio), adalah rasio dividen tunai
terhadap laba neto. Jika saham preferen beredar, rasio ini sama dengan dividen tunai yang dibayarkan
kepada pemegang saham biasa, dibagi dengan laba neto yang tersedia bagi pemegang saham biasa.
19
Misalnya, asumsikan bahwa Troy Co. memiliki dividen tunai sebesar $100.000 dan laba neto sebesar
$500.000, dan tidak ada saham preferen yang beredar.
telah anjlok. Pada tahun 1982, lebih dari separuh labanya dikonversi menjadi dividen. Pada kuartual
kedua tahun 2007, hanya 29% dari laba S&P 500 didistribusikan melalui dividen.
20
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Ekuitas (equity) adalah hak residual atas asset perusahaan setelah di kurangi semua liabilitas.
Ekuitas sering disebut sebagai sebagai ekuitas pemegang saham, atau modal perusahaan. Konsep
kesatuan usaha memisahkan secara fisik dan konseptual antara manajemen dan pemilik. Ekuitas
pemegang saham menggambarkan hubungan yuridis antara perseroan dengan para pemegang saham.
Ekuitas pemegang saham terdiri atas dua komponen yaitu modal setoran dan laba ditahan. Modal
setoran dipecahkan menjadi modal yuridis dan modal setoran lain.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. International Financial Reporting Standard, 2013, Standar Akuntansi Keuangan, Edisi Kedua,
Jakarta, Penerbit Erlangga.
2. Intermediate Accounting, 2018 , Akuntansi Keuangan Menengah, Edisi Kedua, Jakarta, Penerbit
Salemba 4.
22