Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PERSEDIAAN DAN PENILAIAN

PERSEDIAAN

DISUSUN OLEH :
URMILA AMELIA
220262201141

PRODI AKUNTANSI
UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR
YARSI SUMATERA BARAT

1
BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengertian Persediaan
Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk
dijual dalam operasi bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau
dikonsumsi dalam membuat barang yang akan dijual. Dapat disimpulkan bahwa
Persediaan (Inventory), merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi
yang cukup penting dalam suatu perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun
perusahaan industri (manufaktur), apalagi perusahaan yang bergerak dibidang
konstruksi, hampir 50% dana perusahaan akan tertanam dalam persediaan yaitu
untuk membeli bahan-bahan bangunan.
Berdasarkan pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak memiliki
persediaan, perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang dagang sedang
perusahaan industri memiliki 3 jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku,
persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi (siap untuk dijual).
Dalam laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat penting karena
baik laporan Rugi/Laba maupun Neraca tidak akan dapat disusun tanpa
mengetahui nilai persediaan. Kesalahan dalam penilaian persediaan akan langsung
berakibat kesalahan dalam laporan Rugi/Laba maupun neraca.

B. Klasifikasi Persediaan
Klasifikasi persediaan dapat dibedakan menjadi dua , yaitu :
a) Menurut PSAK no.14 (2007)
Istilah persediaan dalam akuntansi ditujukan untuk menyatakan suatu
jumlah aktiva berwujud yang memenuhi kriteria (PSAK : Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan Indonesia No. 14) yang menyatakan bahwa
persediaan adalah aktiva:
 Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.
 Dalam proses produksi dan atau perjalanan atau

2
 Dalam bentuk bahan (atau perlengkapan) untuk digunakan dalam
proses produksi
b) Menurut jenis perusahaan
Persediaan barang diklasifikasikan sesuai dengan jenis usaha perusahaan
tersebut. Dalam perusahaan perdagangan persediaan barang merupakan
aktiva dalam bentuk siap dijual kembali dan yang paling aktif dalam
operasi usahanya. Sedangkan dalam perusahaan pabrikasi atau
manufaktur, persediaan barang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi.
Terdapatnya klasifikasi persediaan yang berbeda antara perusahaan
perdagangan dengan perusahaan manufaktur adalah karena fungsi dua
perusahaan itu memang berbeda. Fungsi perusahaan perdagangan adalah
menjual barang yang diperolehnya dalam bentuk sudah jadi. Dengan kata
lain, tidak ada proses pengolahan seandainya terjadi pengolahan maka
pengolahan tersebut terbatas pada pembungkusan atau pemberian
kemasan agar barang lebih menarik selera konsumen. Sedangkan fungsi
perusahaan manufaktur adalah mengolah bahan mentah menjadi produk
selesai.

C. Sistem pencatatan persediaan


Untuk dapat menetapkan nilai persediaan pada akhir periode dan
menetapkan biaya persediaan selama satu periode, sistem persediaan yang
digunakan adalah:

1. Sistem Periodik (physical)


 Yaitu pada setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara phisik untuk
menentukan jumlah persediaan akhir. Perhitungan tersebut meliputi
pengukuran dan penimbangan barangbarang yang ada pada akhir suatu
periode untuk kemudian dikalikan dengan suatu tingkat harga/biaya.
Perusahaan yang menerapkan sistem periodik umumnya memiliki
karakteristik persediaan yang beraneka ragam namun nilainya relatif kecil.
Sebagai ilustrasi adalah kios majalah di sebuah pusat perkantoran dan

3
pertokoan yang menjual berbagai jenis majalah, koran, alat tulis, aksesoris
handphone, dan gantungan kunci. Jenis persediaan beraneka ragam namun
nilainya relatif kecil sehingga tidaklah efisien jika harus mencatat setiap
transaksi yang nilainya kecil namun frekuensi transaksi tinggi. Meskipun
demikian sebenarnya pada saat ini alasan tersebut dapat diabaikan dengan
adanya teknologi komputer yang meMudahkan pencatatan transaksi
dengan frekuensi tinggi, misalnya seperti di toko retail.
2. Sistem Permanen (Perpetual),
 Yaitu melakukan pembukuan atas persediaan secara terus menerus yaitu
dengan membukukan setiap transaksi persediaan baik pembelian maupun
penjualan. Sistem perpetual ini seringkali digunakan dalam hal persediaan
memiliki nilai yang tinggi untuk mengetahui posisi persediaan pada suatu
waktu sehingga perusahaan dapat mengatur pemesanan kembali
persediaan pada saat mencapai jumlah tertentu. Misalnya persediaan alat
rumah tangga elektronik (mesin cuci, kulkas, microwave).

Perbedaan penggunaan kedua metode adalah pada akun yang digunakan


untuk mencatat pembelian persediaan. Pada system pencatatan periodik pembelian
persediaan dicatat dengan mendebit akun pembelian sehingga pada kahir periode
akan dilakukan penyesuaian untuk me

ncatat harga pokok barang yang dijual dan melaporkan nilai persediaan pada akhir
periode.

D. Metode Dalam Penentuan Penilaian Persediaan


Metode yang dapat kita pergunakan. Yaitu : 1. Metode FIFO 2. Metode
LIFO 3.Metode rata-rata 4.Metode identifikasi khusus.

1. Metode FIFO ( First In First Out )

4
 Dalam metode ini, barang yang pertama kali masuk dianggap dijual
terlebih dahulu. Jadi harga barang yang masih tersisa di persediaan kita
adalah barang-barang yang terakhir dibeli oleh kita.

2. Metode LIFO ( Last In First Out )

 Metode ini merupakan kebalikan dari metode yang pertama disebutkan


diatas. Jadi barang yang pertama kali dijual justu adalah barang yang
terakhir kali dibeli. Dan barang yang masih ada di persediaan kita adalah
barang-barang yang pertama kali kita beli.

3. Metode rata-rata ( Average Method )

 Nilai persediaan barang yang ada di unit usaha kita dihitung berdasarkan
harga rata-rata pembelian. Dalam metode ini terdapat dua cara
penghitungan yang berbeda.
a) Rata-rata sederhana, Nilai rata-rata ditentukan dari rata-rata harga
beli barang secara global.
b) Rata-rata tertimbang, niali rata-rata per unit.

4. Metode idetifikasi khusus.

 Dalam metode ini penilaian barang sesuai dengan nilai masing-masing


jenis barang yang ada. Jadi dalam metode ini setiap barang haruslah jelas
darimana asal-usulnya serta harga yang diperoleh ketika pembelian barang
tersebut.

E. Contoh Kasus FIFO, LIFO dan RATA-RATA

FIFO (First In First Out)


Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli atau diproduksi) terlebih dahulu
akan dikeluarkan (dijual) pertama kali, sehinggan yang tersisa pada periode adalah
barang yang berasal dari pembelian atau produksi terakhir.

5
Sebagai contoh, PT Niaga Jaya adalah distributor microwave
merek “Hotmix” yang belokasi di Jakarta. Selama bulan Januari 2002, data yang
dimiliki perusahaan ini berkaitan dengan persediaan microwave adalah sebagai
berikut:
Tanggal Keterangan Volume Harga/unit Nilai
1 Januari Persediaan 250 unit 550.000 137.500.000
20012
12 Januari Pembelian 300 unit 600.000 180.000.000
2012
21 Januari Pembelian 350 unti 640.000 224.000.000
2012
31 Januari Pembelian 100 unit 675.000 67.500.000
2012
Total 1.000 unit 609.000.000

Selama bulan Januari 2012, perusahaan ini menjual 700 unit microwave kepada
para pelanggannya secara tunai dengan harga jual Rp900.000 per unit, dan
perusahaan tidak mencatat keluar masuknya barang tersebut secara terinnci. Pada
akhir bulan Januari 2012 bagian akuntansi dan gudang perusahaan melakukan
stock opname persediaan. Hasil perhitungan fisik menunjukkan jumlah persediaan
pada akhir bulan Januari sebanyak 300 unit persediaan pada akhir microwave.
Karena perusahaan menggunakan metode FIFO, maka dari 300 unit persediaan
pada akhir bulan Januari itu, harga beli microwave yang digunakan adalah harga
terakhir, yaitu sebanyak 100 unit menggunakan harga Rp675.000 per unit dan
sebanyak 200 unit menggunakan harga Rp640.000 per unit. Jadi, nilainya adalah:

- 100 unit @ Rp 675.000 = 67.500.000


- 200 unit @ Rp 640.000 = 128.000.000
- Total Rp 195.500.000

6
Karena hasil stock opname menunjukkan nilai persediaan pada akhir bulan Januari
2012 sebesar 300 unit bernilai Rp195.500.000, maka beban pokok penjualan
(BPP) bulan Januari adalah Rp413.500.000 yang dihitung sebagai berikut:
- Persediaan, awal (1 Januari 2012) 137.500.000
- Pembelian 417.500.000
- Persediaan total 609.000.000
- Persediaan, akhir (31 Januari 2012) (195.500.00)
- Beban pokok penjualan 413.500.000
Nilai beli sebesar Rp471.500.000 adalah nilai beli pada bulan Januari 2012 untuk
3 kali transaksi pembelian, yaitu pada tanggal 12, 21, 31 Januari 2012.

LIFO (Last In Firs Out)


Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli/diproduksi paling akhir akan
dikeluarkan/dijual paling awal). Jadi, barang yang tersisa pada akhir periode
adalah barang yang berasal dari pembelian atau diproduksi awal periode.
Dalam kasus PT. Niaga Jaya, jika perusahaan menggunakan metode LIFO,
maka akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang berbeda dimana hasil
perhitungan fisik (stock opnamme) menunjukkan jumlah persediaan pada akhir
bulan Januari sebanyak 300 unit microwave. Karena perusahaan menggunakan
metode LIFO, maka dari 300 unit persediann pada akhir bulan Januari harga beli
microwave yang digunakan adalah harga awal, yaitu sebanyak 250 unit
menggunakan harga Rp550.000 per unit dan sebanyak 50 unit menggunakan
harga Rp600.000 per unit. Jadi nilainya adalah:
- 250 unit @ Rp550.000 = 137.500.000
- 50 unit @ Rp600.000 = 30.000.000
- Total RP 167.500.000
Karena hasil stock opname menunjukkan nilai persediaan pada akhir bulan
Januari 2012 sebanyak 300 unitt bernilai Rp167.500.000, maka beban pokok
penjualan (BPP) bulan Januari 2012 adalah Rp441.500.000 yang dihitung sebagai
berikut:
- Persediaan, awal (1 Januari 2012) 137.500.000

7
- Persedian 471.500.000
- persediaan total 609.000.000
- persediaan, akhir (31 Januari 2012) (167.500.000)
- beban pokok penjualan 441.500.000
IFRS tidak mengizinkan penggunaan metode LIFO dalam mencatat persediaan.

RATA-RATA AVERAGE
Dalam metode ini barang yang di keluarkan/dijual maupun barang yang
tersisa dinilai berdasarkan harga rata-rata, sehingga barang yang tersisa pada akhir
periode adalah barang yang dimiliki nilai rata-rata.
Dalam kasus PT.Niaga Jaya, jika perusahaan menggunakan metode Rata-
rata, maka akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang berbeda di mana hasil
perhitunganfisik (stock opname) menunjukkan jumlah persediaan pada akhir
bulan januari sebanyak 300 unit persediaan pada akhir bulan Januari harga beli
Microwave yang digunakan adalah harga rata-rata.
Selama bulan januari 2012, PT. Niaga Jaya memilika 1.00 unit microwave
dengan nilai sebesar Rp. 609.000.000. karena dari 1.000 unit persediaan tersebut
memiliki harga beli yang berbeda, maka harga beli rata-rata persediaan adalah Rp.
609.000.000 : 1.000 unit = Rp. 609.000 per unit. Jadi, nilai persediaan perusahaan
pada akhir bulan januari 2012 adalah Rp.609.000 x 300 unit = Rp. 182.700.000
Karena hasil stock opnamemenunjukkan nilai persediaan pada akhir bulan januari
2012 sebanyak 300 unit bernilai Rp. 182.700.000, maka beban pokok penjualan
(BPP) bulanjanuari 2012 adalah Rp. 426.300.000 yang dihitung sebagai berikut :
- Persediaan, awal ( 1 januari 2012) 137.500.000
- Pembelian 471.500.000
- Persediaan Total 609.000.000
- Persediaan, akhir (31 Januari 2012) (182.700.000)
- Beban Pokok Penjualan 426.300.000

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Persediaan (inventory), adalah meliputi semua barang yang dimiliki
perusahaan pada saat tertentu, dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam
siklus operasi normal perusahaan. Aktiva lain yang dimiliki perusahaan, tetapi
tidak untuk dijual atau dikonsumsi tidak termasuk dalam klasifikasi persediaan.
Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup
penting dalam suatu perusahaan.

Metode yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan pencatatan persediaan


ada dua, yaitu:

1. Metode Stock Opname atau Metode Periodik (Fisik)


2. Metode Perpetual.

Masalah kepemilikan barang dalam perjalanan (Goods in transit) sangat


tergantung dari perjanjian yang disepakati oleh penjual dan pembeli. 2 syarat
tersebut adalah (1) Fob Shipping Point dan (2) Fob Destination. Tidak semua
barang yang berada di gudang/toko bisa diakui menjadi milik perusahaan,
misalnya barang titipan (barang konsinyasi) dari pihak lain dengan tujuan akan
dijual untuk dan atas nama pihak lain tersebut dengan mendapatkan sejumlah
komisi (consignment in) tidak dapat diakui sebagai milik perusahaan. Sebaliknya
untuk barang yang sifatnya consigment out, yang sampai dengan tanggal neraca
belum terjual harus dicantumkan di Neraca.
Sistem pencatatan (administrasi) persediaan ada dua, yang pertama sistem
fisik/periodik (periodic inventory system), berdasarkan sistem ini persediaan
ditentukan dengan melakukan menghitung fisik terhadap persediaan.

9
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung
jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain
akan saya jelaskan tentang daftar pustaka makalah.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://erisetyo21.blogspot.co.id/2015/02/makalah-akuntansi-persediaan.html

http://alifsyarmizaro.blogspot.com/2011/03/alasan-us-gaap-masih-mengadopsi-
lifo.html http://dasar-akuntansi.blogspot.com/2009/09/akuntansi-persediaan.html
Assauri, Sofjan. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi revisi 2008. Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.Jakarta: 2008

11
12

Anda mungkin juga menyukai