Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PENGGUNAAN METODE HARGA ECERAN

PADA UD. KARIA BERSAMA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan dagang merupakan salah satu bentuk perusahaan yang paling sering kita jumpai
dewasa ini. secara umum perusahaan dagang merupakan perusahaan yang kegiatan utamanya adalah
membeli, menyimpan dan menjual kembali barang tanpa memberikan nilai tambah terhadap produk
tersebut. Pendapatan bagi perusahaan dagang berasal dari kegiatan jual beli dengan menetapkan harga
jual yang lebih tinggi dibandingkan harga beli, perusahaan dagang dapat berupa kios,toko, usaha
dagang, grosir, supermarket dan lain sebagainya. Pada umunya baik perusahaan dagang maupun bentuk
usaha lainnya menghendaki keuntungan atau laba yang optimal, untuk mencapai hal tersebut perusahaan
akan mencoba memanfaatkan semua sumber daya yang dimilikinya. .

Salah satu sunberdaya yang paling aktif dan berhubungan langsung dengan pendapatan adalah
persediaan, secara umum persediaan dapat diartikan sebagai barang atau produk yang dibeli perusahaan
untuk dijual kembali kepada konsumen atau sebagai stok bila sewaktu-waktu terjadi kendala dalam
memperoleh produk.

Menurut Baridwan (1982;123) persediaan digunakan untuk menunjukkan barang-barang yang


dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi barang-barang lainnya.

Menurut Rangkuti (2009:2) bahwa persediaan adalah bahan-bahan atau bagian yang disediakan,
dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-
barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan
setiap waktu.

Persediaan dapat digunakan untuk tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi
dan perakitan, untuk dijual kembali atau untuk suku cadang dari peralatan atau mesin. Persediaan dapat
berupa bahan mentah, bahan penolong, barang dalam proses, barang jadi maupun suku cadang. Sebagai
salah satu aset penting dengan nilai yang cukup besar maka persediaan perlu mendapat perlakuan yang
khusus dengan pengawasan yang optimal. Persediaan merupakan harta yang ditahan untuk dijual
kembali dalam kegiatan usaha normal, persediaan pada satu perusahaan berbeda dengan perusahaan
lainnya ini di liat dari jenis perusahaan. Pada umumnya persediaan pada perusahaan dagang terdiri dari
satu jenis dan dikenal dengan nama persediaan barang dagangan .Persediaan merupakan salah satu
syarat pokok yang harus dimiliki oleh perusahaan dalam aktivitas perdagangan karena dalam
aktifitasnya, persediaanlah yang di perdagangkan, maka semua aktifitas operasional perusahaan pihak
menegemen akan berusaha melikuidasi persediaan menjadi kas. Mengingat fungsi persediaan yang
sangat tinggi bagi perusahaan maka pihak internal perusahaan akan mencoba menerapkan sistem
pengendalian persediaan yang seoptimal mungkin, sistem pengendalian terhadap persediaan ditujukan
untuk mengawasi persediaan dari resiko kerusakan maupun kehilangan. Pengendalian terhadap
persediaan juga bertujuan mengawasi jumlah persediaan yang ada dalam perusahaan. Persediaan tidak
boleh terlalu banyak apalagi terlalu sedikit, jika terlalu banyak akan menimbulkan pembengkakan pada
biaya yaitu biaya pemeliharaan dan apabila terlalu sedikit maka perusahaan akan mengalami kendala
dalam penjualan, penjualan menjadi tidak optimal karena perusahaam tidak memiliki stok produk hal ini
dapat menyebabkan penurunan jumlah omset atau pendapatan.

Untuk mengetahui jumlah persediaan akhir, setiap perusahaan harus menerapkan metode penilaian
persediaan, metode penilaian persediaan bertujuan untuk memudahkan suatu perusahaan dalam
menentukan besarnya nilai persediaan akhir yang dimilikinya. Penerapan metode penilaian persediaan
bagi sebua perusahaan harus melalui beberapa pertimbangan-pertimbangan. Hal ini penting karena
dengan metode penilaian persediaan yang tepat, mampu memberikan informasi mengenai jumlah
persediaan sebagai salah satu elemen penting dalam penyusunan laporan keuangan, baik itu laporan
keuangan neraca maupun lapran keuangan laba rugi.

Menurut Zaki (2000:183) untuk dapat menghitung harga pokok penjualan harga pokok
persediaan akhir dapat menggunakan beberapa metode antara lain:

1. Metode harga pokok (flow of cost method)


a. Metode identifikasi khusus (spesific identification method)
b. Metode first- in, first -out (FIFO)
c. Metode last-in,first-out (LIFO)
d. Metode biaya rata-rata
2. Metode taksiran (estimate method)
a. Metode laba kotor (gross profit method)
b. Metode harga eceran (retail cost method)
3. Metode penilaian selain harga pokok
a. Metode harga pokok atau harga pasar yang lebi rendah
b. Penilaian pada nilai realisasi bersih

Kesemua metode penilaian persediaan yang telah diutarakan diatas dapat diterapkan oleh perusahaan
dengan mempertimbangkan beberapa faktor penting seperti: jenis persediaan, jenis barang, jumlah
barang yang dijual, teknik penjualan ( penjualan secara partai atau secara eceran ), dan hendaklah
metode yang telah digunakan perusahaan bersifat permanen atau tidak dirubah-rubah.

Ud.karia bersama merupakan salah satu jenis perusahaan dagang yang beroperasi di kota maumere,
peusahan ini menawarkan bermacam-macam produk, seperti produk makanan, minuman, snack,
peralatan tulis maupun produk-produk ruma tangga lainnya. Untuk menghitung jumlah persediaan,
perusahaan menggunakan salah satu metode taksiran yaitu metode harga eceran yang diangap sangat
mudah dalam pengaplikasiannya. Namun menurut pengamatan peneliti perusahaan belum benar dalam
menerapkan metode ini karena belum sesuai dengan apa yang telah dipelajari oleh penulis.
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan diatas peneliti berinisiatif melakukan penelitan dengan judul
“analisis penggunaan metodeharga eceran di ud. Karia bersama.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis mencoba merumuskan masalah agar penelitian
yang dilakukan lebih terarah dan mencapai hasil yang diharapkan. Adapun perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat perbedaan jumlah persediaan akhir bila dihitung dengan metode taksiran harga
eceran dengan metode yang digunakan perusahaan.
2. Apakah penilaian persediaan dengan metode harga eceran bisa lebih cepat memberikan
informasi mengenai jumlah persediaan

1.3 Tujuan Penelitian

Dilakukannya sebuah penelitian tidak terlepas dari tujuan penelitian itu sendiri, tujuan merupakan
suatu target dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah
untuk:

“Untuk mengetahui jumlah persediaan akhir bila dihitung dengan metode taksiran harga eceran
serta, mengetahui mana yang lebih cepat dalam memberikan informasi persediaan antara metode
taksiran harga eceran dengan metode yang digunakan perusahaan”

1.4 Manfaat Penelitian

. Suatu penelitian harus mampu memberikan manfaat baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu:

1. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai
penilaian akuntansi persediaan serta penerapan ilmu yang telah dipelajari bagi pelaku usaha
disekitar.
2. Praktisi
Penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau masukan yang berkaitan
dengan penilaian persediaan perusahaan dan dapat dijadikan sebagai bahan reverensi untuk
penelitianp-penelitian selanjutnya.

1.5 Keaslian Penelitian


BAB II Landasan Teori Dan Hipotesis

2.1.1 Pengertian Dan Jenis-jenis Perusahaan Dagang

1. Pengertian Perusahaan Dagang

Pada umunya perusahaan dagang merupakan salah satu jenis badan usaha dimana kegiatan
utamanya adalah membeli suatu produk kemudian menjual kembali kepada para konsumen dengan
maksud memperole keuntungan atau laba.

Pengertian perusahaan dagang menurut Molengraaff adalah keseluruhan perbuatan yang


dilakukan secara terus-menerus, untuk memperoleh penghasilan, bertindak keluar, dengan cara
memperdagangkan, menyerahkan atau mengadakan perjanjian-perjanjian badan usaha, namun justru
perusahaan sebagai perbuatan, jadi terkesan hanya meliputi kegiatan usaha.

Pengertian perusahaan dagang menurut Undang-undang undang no 3 tahun 1982 tentang wajib
daftar perusahaan
Perusahaan merupakan setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap,
terus menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah negara Republik Indonesia
yang bertujuan memperoleh keuntungan (laba).

Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan, perusahaan dagang merupakan keseluruhan
tindakan yang dilakukan oleh individu atau oleh organisasi dengan cara membeli dan menjual kembali
suatu produk secara terus menerus guna memperoleh laba.

2 Jenis-Jenis Perusahaan Dagang

Berdasarkan jenisnya perusahaan dagang dapat di kelompokan menjadi dua yaitu:

1. Jenis-Jenis Perusahaan Dagang Berdasarkan Produk Yang Diperdayakan

a) Perusahaan Dagang Barang Produksi, adalah perusahaan yang memperdagangkan produk bahan-
bahan baku (raw material) sebagai bahan dasar pembuatan produk atau alat-alat produksi untuk
menghasilkan produk lain. Seperti kayu gelondongan dan mesin gergaji.
b) Perusahaan Dagang Barang Jadi, adalah perusahaan yang memperdagangkan produk final atau
dalam bentuk akhir yang siap untuk dikonsumsi manusia. Seperti buku,sepatul, televisi dan lain-
lain.

2. Jenis-Jenis Perusahaan Dagang Berdasarkan Macam Konsumen Yang Terlibat


a) Perusahaan Dagang Besar (Wholesaler),adala perusahaan yang secara langsung membeli produk
dari pabrik dalam jumlah yang besar. Perusahaan kemudian menjual barannya ke sebagian
pedagang dengan perantara yang volume penjualan yang cukup besar. Contohnya perusahaan
dagang besar adalah grosir.
b) Perusahaan Dagang Perantara (Middleman), adalah perusahaan yang membeli dalam partai besar
untuk dijual kembali ke pengecer dalam jumlah sedang. Contoh perusahaan dagang besar adalah
subgrosir
c) Perusahaan Dagang Pengecer (Retailer), adalah perusahaan yang langsung berhubungan dengan
konsumen. Konsumen dapat membeli secara eceran atau produk yang
ditawarkan. Retailer sering kita dapati di lingkungan kita. Contoh perusahaan dagang pengecer
adalah warung, kios dan swalayan

2.1.2 Persediaan

1. Pengertian Persediaan

Persediaan atau ( inventory ) adalah aset-aset yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan operasi
bisnis normal atau barang yang akan digunakan sebagai stok bila sewaktu-waktu terjadi kendala seperti
kehabisan produk keterlambatan pendistribusian. Pengertian persediaan dibeberapa kepustakaan
umumnya mengemukakan defenisi yang berbeda namun memiliki arti yang sama

Menurut Baridwan (1982;123) persediaan digunakan untuk menunjukkan barang-barang yang


dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi barang-barang yang dijual Persediaan

Menurut Harnanto (2002;222) adalah meliputi semua barang yang dimiliki dengan tujuan untuk
dijual kembali dan atau dikonsumsi dalam operasi normal.

Menurut Rangkuti (2009:2) bahwa persediaan adalah bahan-bahan atau bagian yang disediakan,
dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-
barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumenatau pelanggan
setiap waktu.

Ikatan akuntan indonesia melalui pernyataan standar akuntansi keuangan ( per 1 sept 2007, PSAK
no 14 paragrap 8) mendefenisikan persediaan sebagai:

a) Tersedia untuk di jual dalam kegiatan usaha normal


b) Dalam proses produjsi dan atau dalam perjalanan, atau
c) Dalam bentuk barang atau perlengkapan ( supplies ) untuk digunakan dalam
proses produksi

Menurut Dwi Martani (2012:246) bahwa entitas perdagangan baik perusahaan ritel maupun
perusahaan grosir mencatat persediaan sebagai persediaan barang dagang (merchandise inventory),
persediaan barang dagang ini merupakan barang yang dibeli oleh perusahaan perdagangan untuk dijual
kembali dalam usaha normalnya. Sedangkan bagi entitas manufaktur, klasifikasi persediaan relatif
beragam. Persediaan mencakup persediaan barang jadi (finished goods inventory) yang merupakan
barang yang telah siap dijual, persediaan barang dalam penyelesaian (work in process inventory) yang
merupakan barang setengah jadi, dan persediaan bahan baku (raw material inventory) yang merupakan
bahan ataupun perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi.
Menurut Soemarso (2010:389) bahwa persediaan memiliki beberapa pengertian sebagai berikut:
Persediaan adalah bagian aktiva lancar yang paling tidak likuid. Disamping itu, Persediaan adalah aktiva
dimana kemungkinan kerugian /kehilangan paling sering terjadi Persediaan barang dagangan
(merchandase inventory) adalah barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali
sedangkan untuk perusahaan pabrik,termasuk persediaan adalah barang-barang yang akan digunakan
untuk proses produksi selanjutnya.

Menurut mardianso (2009:99) barang-barang yang dibeli perusahaan dengan maksud untuk dijual
kembali (barang dagangan), atau masih dalam proses produksi yang akan diolah lebih lanjut menjadi
barang jadi kemudian dijual (barang dalam proses) produksi barang jadi yang kemudian dijual (bahan
baku pemabantu).

Dengan adanya beberapa pendapat para ahli diatas tentang pengertian persediaan, maka dapat
disimpulkan bahwa persediaan barang dagang merupakan salah satu unsur penting bagi perusahaan,
oleh karena itu perusahaan harus mampu mengolah persediaannya seefektif dan seefisien mungkin serta
menjamin ketersediaan barang diperusahaan sehingga pelayanan terhadap konsumen dapat tetap
berjalan yang pada akhirnya dapat berpengaruh pada tujuan perusahaan yaitu tercapainya laba
perusahaan.

2. Jenis-Jenis Persediaan, Fungsi Persediaan Dan Biaya Persediaan

A. Jenis-Jenis Persedian

Persediaan dapat dikelompokan kedalam beberapa alternatif akun, tergantung dari sifat atau jenis
perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan dagang mengadakan persediaan dengan tujuan untuk di jual
kembali kepada konsumen, tanpa harus dirubah bentuk fisiknya (tanpa proses lebih lanjut). Sehingga
perusahaan ini hanya memerlukan satu akun persediaan yaitu, barang jadi. Pada perusahaan manufaktur
sebelum menjual kembali persediaannya, perusahaan terlebidahulu melakukan pemrosesan lebih lanjut
melalui proses produksi, sehingga pada perusahaan manufaktur memiliki beberapa akun persediaan
yaitu: barang jadi, barang dalam proses, bahan baku dan bahan pembantu.

Menurut jenis perusahaan persediaan dapat dibedakan menjadi beberapa antara lain:

1. Perusahaan dagang, Jenis persediaannya:

a) Barang jadi
b) Barang konsinyasi

2. Peusahaan manufaktur ( industri atau pabrikan ), jenis persediaannya:

a) Bahan mentah
b) Barang dalam proses
c) Barang jadi

Menurut Hermanto (1994:406) untuk perusahaan dagang yang dalam aktifitas usahanya membeli
dan menjual kembali barang-barang, pada umumnya hanya memiliki satu akun persediaan yang dikenal
dengan sebutan: Persediaan barang dagangan, persediaan ini diperuntukan untuk menyatakan barang-
barang yang dimiliki dengan tujuan dijual kembali dimasa yang akan datang dan secara fisik tidak
diproses lebih lanjut.

Menurut Reinden et al (2001:315), persediaan dibedakan menjadi:

a) Persediaan bahan mentah, yaitu persediaan barang-barang yang telah dibeli tapi
belum masuk dalam proses produksi. bahan mentah ini dapat pula digunakan oleh
produsen lain yang berbeda kegiatan (tidak spesifik dibuat untuk perusahaan yang
bersangkutan saja.
b) Persediaan barang dalam proses, yaitu barang yang telahmengalami perubahan
sehubungan dengan proses produksi, namun belum selesai. Keberadaannya
disebabkan oleh proses produksi yang membutuhkan waktu dan tidak diselesaikan
langsung.
c) MRO (maintenance raw operations), yaitu merupakan persediaan yang disediakan
untuk perlengkapan kegiatan penunjang pemeliharaan atau operasi.
d) Persediaan barang jadi, yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai melewati
proses produksi dan siap untuk dijual atau dikirim kepada konsumen.

B. Fungsi Persediaan

Menurut sofyan (1993:178), fungsi persediaan dibedakan menjadi:

a) Batch stok / lot size inventory


Yaitu persediaan yang timbul karena adanya pembeliaan / pembuatan barang dalam
kuantitas yang lebih besar dari kebutuhan perusahaan pada saat pembelian atau
pembuatan barang tersebut. Persediaan ini bertujuan untuk mendapat keuntungan
dari potongan harga pembelian dan penghematan biaya pesanan atau efisiensi dalam
pelaksanaan proses produksi.
b) Fluctuation stock
Yaitu persediaan yang berfungsi untuk menghadapi permintaan konsumen yang
tidak beraturan dan tidak dapat diramalkan.
c) Anticipation stock
Yaitu persediaan yang berfungsi untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen
yang dapat diramalkan berdasarkan pola musimman yang terdapat dalam satu tahun
dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan atau permintaan yang meningkat.

C. Biaya-Biaya Persediaan

PSAK No 14 Tahun 2009 mengatur bahwa “persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai
realisasi neto, mana yanglebih rendah”(paragraf 8). Dengan demikian, dalam menentukan persediaan,
baik “biaya” maupun “nilai realisasi neto” harus ditentukan terlebih dahulu. Setelah dibuat
perbandingan,nilai terendah dari keduanya digunakan sebagai nilai persediaan.

Biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya pembelian meliputi harga pembelian, bea
masuk dan pajak lainnya kecuali yang dapat ditagih kembali kepada kantor pajak.
Biaya konversi, meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi dan biaya
overhead produksi tetap serta biaya variabel yang dialokasikan secara berkala.

Menurut soemarso (2004:336): “ persediaan merupakan salah satu modal kerja yang cukup penting
karena kebanyakan modal usaha perusahaan terdapat dalam persediaan”. Kelebihan atau kekurangan
persediaan merupakan gejala yang kurang baik, dimana kekurangan dapat mengakibatkan perginya para
konsumen dan kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan dalam hal biaya dimana perusahaan
harus mengeluarkan biaya pemeliharaan. Oleh karena itu menejemen perusahaan berusaha agar jumlah
persediaan yang da dapat menjamin operasional perusahaan.

Biaya- biaya variabel yang harus dipertimbangkan oleh menegemen perusahaan antara lain:

a) Biaya penyimpanan (holding cost/carrying cost)


Adalah biaya yang timbul karna perusahaan menyimpan persediaan, yang terdiri atas
biaya-biaya yang berhubungan secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya-
biayanya seperti: biaya modal, biaya keuangan, biaya asuransi persediaan, biaya
perhitungan fisik dan biaya kerusakan.
b) Biaya pemesanan atau pembelian (ordering cost/procurement cost)
Adalah biaya yang berhubungan dengan pemesanan dan pengadaan bahan seperti: biaya
ekspedisi dan pemrosenan pesanan,upah,biaya telepon,biaya pengepakan dan biaya
pengiriman kegudang. Pada umumnya, biaya pemesanan total perperiode adalah sama
dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus
dikeluarkan setiap kali pesan.
c) Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (stock-out cost)
Adalah biaya yang timbul akibat perusahaan kehabisan atau kekurangan persediaan
seperti: biaya ekspedisi, kehilangan penjualan, kehilangan langganan ,selisi harga
terganggu operasi tambahan pengeluaran kegiatan menejerial dan sebagainya. Biaya ini
sulit diperkirakan secara obyektif karena sering merupakan opportunity cost.

Persediaan barang milik suatu perusahaan dalam suatu periode dapat berubah-ubah dalam kuantitas
jenis dan tingkat harga perolehan. Perubahan tersebut terjadi karena terdapat mutasi, baik penerimaan
maupun pengeluaran barang didalam periode bersangkutan, sehingga akan mempengarui saldo akhir
persediaan pada tanggal tertentu.

3. Metode Penilaian Persediaan

Penilaian persediaan barang adalah menentukan nilai persediaan yang dicantumkan dalam neraca.
Suatu persediaan biasanya mempunyai nilai yang signifika baik dalam hal nilai uang maupun
kepentingan operasional entitas bila di bandingkan dengan komponen lain dalam proses/kegiatan. Hal
ini menyebabkan adanya resiko bagi persediaan yang berpotensi mengakibatkan adanya kerugian yang
bersifat material dan atau gangguan dalam proses entitas. Karena itu, pemeriksaan operasional menjadi
amat penting sebagai penjamin keberasilan operasional. Penilaian persediaan juga harus
mempertimbangkan pengeluaran barang baik untuk digunakan, dijual maupun dimusnahkan. Hal ini
memerlukan suatu mekanisme penilaian yang mampu memberikan informasi yang akurat,tepat waktu
dan dapat dipertanggung jawabkan.
Ely suhayati dan Sri Dewi Anggadini (2009:226), menjelaskan penlilaian persediaan barang
dagangan adalah cara menilai harga pokok penjualan atau cost of good sold pada persediaan.

Stice dan skousen (2009:667) menyatakan ada beberapa macam metode penilaian persediaan yang
secara umum digunakan yaitu: identifikasi khusus, biaya rata-rata (average), Masuk pertama keluar
pertama (MPKP)/FIFO (First in first out), Masuk terakhirkeluarpertama(MTKP)/ LIFO(Lastinfirst out).

Menurut Zaki (2000:183), untuk dapat menghitung harga pokok penjualan dan harga pokok
persediaan akhir dapat digunakan beberapa cara:

1. Metode harga pokok (flow of cost method)

a. Metode identifikasi khusus (spesifik identification method)

metode identifikasi khusus didasarkan pada asumsi bahwa, “arus kas barang harus sama dengan
arus biaya”. Menurut Kieso et al, (2002:458), identifikasi khusus digunakan dengan cara
mengidentifikasi setiap barang yang dijual dan setiap barang dalam pos persediaan. Biaya barang-
barang yang telah terjual dimasukan dalam harga pokok penjualan, sementara biaya barang-barang
khusus yang masih berada ditangan dimasukan pada persediaan. Metode ini hanya bisa digunakan dalam
kondisi yang memungkinkan perusahaan, memisahkan pembelian yang berbeda yang telah dilakukan
secara fisik. metode ini dapat diterapkan dengan baik dalam situasi yang melibatkan sejumlah kecil item
berharga tinggi dan dapat dibedakan. Dalam industri ritel hal ini meliputi beberapa jenis perhiasan dan
sejumlah furniture. Dalam area manufaktur meliputi produk pesanan khusus dan produk yang
diproduksi menurut job cost sistem.

Secara konseptual, metode ini tampak ideal karena biaya aktual ditandingkan (matched) dengan
pendapatan aktual, dan persediaan akhir dilaporkan pada biaya aktual. Dengan kata lain, metode
identifikasi khusus menandingkan arus biaya dengan arus fisik barang. Namun jika diamati lebih lanjut
metode ini memiliki sejumlah kelemahan.

Salah satu argumen yang menentang metode identifikasi khusus menyatakan bahwa metode ini
memungkinkan perusahaan memanipulasi laba bersih. Sebagai contoh, asumsikan bahwa sebuah
perusahaan grosiran membeli kayu lapis yang identik pada awal tahun dengan tiga harga yang berbeda,
saat kayu lapis itu dijual, perusahaan dapat membeli harga tertinggi atau terendah yang akan dibebankan
dengan menentukan kayu lapis yang akan dikirim kepada pembeli. Oleh karena itu, pihak menejer dapat
memanipulasi laba bersih hanya dengan memilih pos-pos berharga tinggi atau rendah untuk dikirimkan
tergantung keinginan para pemilik. Untuk mengatasi hal tersebut maka diciptakanlah metode-metode
lain yang dasarnya menggunakan arus biaya, dimana arus barang tidak harus sama dengan arus biaya.

b. Metode first-in, first-out (Fifo)


metode ini mengasumsikan bahwa barang-barang yang digunakan (dikeluarkan) sesuaia urutan
pembelianya. Dengan kata lain, metode ini menyatakan bahwa barang pertama yang digunakan atau
dijual adalah barang yang masuk paling awal, karena itu persediaan merupakan barang yang paling
akhir masuk.

Kelebihan metode fifo menurut keiso et al (2002:161) sebagai berikut:

a) Persediaan akhir dilapor berdasarkan harga pokok yang paling baru


b) Jumlah persediaan akhir akan terdiri dari pembelian yang paling baru.
c) Tidak memperkenankan manipulasi laba, karena perusahaan tidak bebas untuk mengambil
persediaan pokok tertentu.

Kelemahan metode fifo antara lain :

a) Harga pokok periode berjalan tidak sesuai dengan pendapatan periode berjalan pada
perhitungan laba rugi.
b) Harga pokok yang paling lama dibebankan pada pendapatan yang lebi baru, yang dapat
menyebabkan penyimpangan dalam harga pokok dan laba bersih perusahaan.

c. Metode last-in, first-out

Metode ini merupakan kebalikan dari metode FIFO (First in first out)/MPKP (Masuk pertama
keluar pertama). Maka metode LIFO (Last in first out) / MTKP (Masuk terakhir keluar pertama) maka
barang yang dibeli terakhir harus dijual atau dikeluarkan terlebih dahulu,Bila penjualan (pengeluaran)
barang yang terakhir melebihi jumlah pembelian barang dagang yang terakhir tadi,maka diambilkan
pada pembelian sebelumnya.

Kelebihan metode lifo antara lain:

a) Harga pokok yang paling baru dicocokan dengan pendapatan, akan memberikan laba masa
berjalan lebih baik.
b) Laba bersih perusahaan masa depan tidak banyak dipengarui oleh penurunan harga.

Kelemahan metode lifo antara lain:

a) Laba perusahaan berkurang


b) Persediaan menjadi terlalu rendah
c) Arus fisik akan jarang diperkirakan.

d. Metode biaya rata-rata

metode biaya rata-rata (average cost method) diterapkan dengan cara menghitung harga pos-pos
yang terdapat dalam persediaan atas dasar biaya rata-rata yang sama yang tersedia selama satu periode.
Dalam metode ini barang-barang yang dipakai untuk produksi atau dijual akan dibebani harga pokok
rata-rata. Perhitungan harga pokok rata-rata dilakukan dengan cara membagi jumlah harga perolehan
dengan kuantitasnya. Asumsi yang dipergunakan adalah bahwa operasi pembelian dan penjualan
mengakibatkan pengumpulan biaya dan pembebanan biaya-biaya ini pada barang-barang yang dijual
dan yang belum terjual dengan basis harga tungga. Harga tunggal diasumsikan sebagai suatu harga
perunit yang diwakili semua barang yang ditangani selama periode tertentu.

Kelebihan dari metode biaya rata-rata antara lain:

a) Penerapan praktis, sederhana dan objektif.


b) Dapat menstabilkan harga pokok jika terdapat fliktuasi harga
c) Tidak terkena manipulasi laba

Kelemahan dari metode biaya rata-rata antara lain:

a) Perlunya kalkulasi yang mendetail


b) Memakan waktu yang cukup lama untuk memasukan nilai pembelian terakir didalam
harga pokok rata-rata.

2. Metode Taksiran (estimate method)

a. Metode laba kotor (gross profit method)

metode ini menggunakan estimasi laba kotor yang direalisasi selama periode dimaksud, untuk
mengestimasi persediaan pada akhir periode laba kotor biasa diestimasikan dari tingkat aktual sepanjang
tahun sebelumnya, disesuaikan dengan setiap perubahan yang terjadi dalam harga pokok dan harga jual
selama periode berjalan. Dengan menggunakn tingkat laba kotor , jumlah penjualan untuk suatu periode
dapat dibagi dalam dua komponen (laba kotor dan harga pokok penjualan). Jumlah yang terakir dapat
dikurangkan dari harga pokok barang yang tersedia untuk dijual guna mendapatkan estimasi harga
pokok persediaan. Contoh penggunaan metode laba kotor:

Persediaan barang awal, 1 januari 57.000


Pembelian selama januari(neto) 180.000
Penjualan selama jaunuari(neto) 230.000

Misalnya laba bruto sebesar 30% dari penjualan maka:


Penjualan = 100%
Laba bruto = 30%
Harga pokok penjualan = 70%

Persediaan akhir periode dihitung sebagai berikut:


Persediaan barang dagang, 1 januari 57.000
Pembelian selama januari (neto) 180.000
Barang yang tersedia untuk dijual 237.000
Penjualan selama bln januari 230.000

Dikurangi :
Estimasi laba kotor
( 30% x 230.000 ) 69.000
Estimasi harga pokok 161.000
Estimasi persediaan barang dagang, 31 januari 76.000

Metode laba kotor sangat berguna dalam mengestimasi persediaan untuk laporan keuanga bulanan
maupun kuartalan dalam sistem persediaan periodik, metode ini juga tepat diterapkan untuk
mengestimasi produk yang rusak akibat kebakaran atau bencana alam.

b. Metode harga eceran ( retail cost method )

metode harga eceran mengestimasi biaya persediaan berdasarkan hubungan antara harga pokok
barang tersedia untuk dijual dengan harga eceran dari barang yang sama. Untuk menggunakan metode
ini, harga eceran dari semua barang dagang harus ditetapkan dan ditotalkan. Untuk lebih jelas dapat
diliat dalam ilustrasi berikut:

harga pokok harga eceran


Persediaan awal 1 januari 19.000 36.000
Pembelian selama januari 42.600 64.000
Barang yang tersedia untuk dijual 62.000 100.000

Rasio biaya terhadap


harga eceran = 62.000 : 100.000 = 62%

Penjualan januari ( neto ) 70.000


Persediaan akhir, 31 januari
Pada eceran 30.000
Persediaan akhir, 31 januari
Pada estimasi biaya ( 30.000 x 62% ) 18.000

Metode ini juga mengharuskan persediaan harus dipisah-pisahkan jika perusahaan tersebut memiliki
beragam kelas barang, salah satu keunggulan utama dari metode eceran adalah bahwa metode tersebut
menyediakan angka-angka persediaan yang dapat digunakan untuk menyusun laporan bulanan atau
kuartalan jika digunakan sistem periodik, metode eceran juga dapat digunakan sebagai alat bantu untuk
melakukan perhitungan fisik persediaan. Dalam hal ini,jenis-jenis persediaan yang dihitung dicatat pada
lembar persediaan menurut harga jualnya (harga eceran), bukan harga pokok. Persediaan fisik pada
harga jual ini kemudian di konfersi ke harga pokok dengan menggunakan rasio harga pokok terhadap
harga jual (harga eceran) dari barang yang tersedia untuk dijual.

3. Metode Penilaian Selain Harga Pokok

a. Metode harga pokok atau harga pasar yang lebih rendah

Jika biaya pergantian item persediaan lebih rendah daripada biaya pembelian awal, maka metode
mana yang lebih rendah antara harga pokok atau harga pasar digunakan untuk menilai persediaan. Harga
pasar, yang digunakan dalam LCM, adalah biaya untuk mengganti barang dagang pada tanggal
persediaan. Nilai pasar ini didasarkan pada kuantitas yang biasanya dibeli dari sumber pemasok.
Keunggulan dari metode LCM adalah bawa laba kotor (dan laba bersih) akan berkurang dalam periode
terjadinya penurunan nilai pasar. Dalam menerapkan metode LCM, biaya dan biaya penggantian dapat
ditentukan untuk: 1) setiap item dalam persediaan, 2) kelas atau kategori utama persediaan,
3) persediaan secara keseluruan. Penilaian yang didasarkan pada tiap-tiap kelompok besar barang pada
hakikatnya tidak berbeda dengan penilaian berdasarkan pada semua jenis barang secara keseluruhan.
Kalau didasarkan atas persediaan secara keseluruhan, total nilai yang diperbandingkan adalah nilai
semua jenis barang yang ada. Dalam praktek, yang ditentukan biasanya adalah biaya dan biaya
penggantian setiap item.

Dalam metode ini persediaan akan dicantumkan dengan nilai yang lebih rendah antara harga pokok
atau harga pasar. Dasar harga pokok atau harga pasar yang lebih rendah dapat diterapkan dalam metode
fifo maupun rata-rata. Hasil perhitungan dengan cara ini adalah lebih rendah diantara harga pokok
(dihitung dengan cara fifo ) dan harga pasar.

b. Penilaian pada nilai realisasi bersih

Barang dagang yang telah rusak, usang, cacat atau hanya yang bisa dijual dengan harga dibawah
harga pokok harus diturukan nilainya. Barang dagang semacam itu harus dinilai pada nilai realisasi
bersih. Nilai realisasi bersih( net realizable value ) adalah estimasi harga jual dikurangi biaya pelepasan
langsung, seperti komisi penjualan. Sebagai contoh, asumsikan bahwa barang dagang yang telah rusak,
yaitu berharga pokok Rp 1.000, hanya dapat dijual dengan harga Rp 800 , dan beban penjualan langsung
diestimasi sebesar Rp 150. Persediaan ini harus dinilai sebesar Rp 650 (Rp 800 – Rp 150) yang
merupakan nilai realisasi bersihnya.

Anda mungkin juga menyukai