BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
dengan membuat laporan”. Produk akhir dari siklus akuntansi ini adalah proses
laporan keuangan. Secara lebih rinci, tahapan-tahapan dalam siklus akuntansi
dapat diurutkan sebagai berikut:
1. Mula-mula dokumen pendukung transaksi dianalisis dan informasi yang
terkandung dalam dokumen tersebut dicatat dalam jurnal.
2. Lalu data akuntansi yang ada dalam jurnal di posting ke buku besar.
3. Seluruh saldo akhir yang terdapat pada masing-masing buku besar akun
didaftar (dipindahkan) ke neraca saldo untuk membuktikan kecocokan antara
keseluruhan nilai akun yang bersaldo normal debet dengan keseluruhan nilai
akun yang bersaldo nominal kredit.
4. Menganalisis data penyesuaian dan membuat ayat jurnal penyesuaian.
5. Posting data jurnal penyesuaian dan membuat ayat jurnal penyesuaian.
6. Dengan menggunakan pilihan (optional) bantuan neraca lajur sebagai kertas
kerja (worksheet), neraca saldo setelah penyesuaian (adjusted trial balance)
dan laporan keuangan disiapkan.
7. Membuat ayat jurnal penutup (closing entries).
8. Memposting data jurnal penutup ke masing-masing buku besar akun yang
terkait.
9. Menyiapkan neraca saldo setelah penutupan (post-closing trial balance).
10. Membuat ayat jurnal penutup (reversing entries).
Untuk perusahaan yang telah memiliki sistem komputerisasi akuntansi
yaitu sebuah perangkat lunak (software) yang memuat program pemrosesan data
dan pelaporan akuntansi, akan secara otomatis jurnal ke buku besar, hingga
menghasilkan laporan keuangan dan berbagai laporan yang dibutuhkan
perusahaan. Dalam kondisi ini kertas kerja (yang sifatnya optional) tentu saja
tidak lagi dibutuhkan. Jika digambarkan dalam bagan arus, tahapan siklus
akuntansi akan tampak sebagai berikut:
15
agen atau pihak yang telah diberi wewenang atau kepercayaan penuh oleh
principal untuk mengelola aset atau bisnis perusahaan. Dengan adanya
laporan pertanggungjawaban ini, maka sumber daya ekonomi yang telah
dipercayakan oleh principal untuk dikelola manajemen dapat ditelusuri.
8. Akuntansi sebagai teknologi.
Teori akuntansi merupakan bagian dari praktik. Agar teori akuntansi bisa
dipakai dalam praktik maka diperlukan sebuah teknologi untuk
menjembatani antara teori dengan praktik tersebut. Teknologi bisa
berdimensi teori dan praktik, di mana memiliki struktur ilmiah yang
berlandaskan logika dan praktik, dan juga berdimensi intuitif dan judgement
yang berasal dari kenyataan sosial.
Jika teori berguna untuk menjawab pertanyaan “mengapa”, sedangkan
teknologi menjawab pertanyaan “bagaimana caranya”. Jadi akuntansi
memiliki fungsi sebagai sebuah perangkat lunak, yang ditujukan untuk
menjelaskan dan memprediksi perilaku variabel-variabel sosial atau ekonomi
tertentu. Wujud yang nyata dari akuntansi sebagai perangkat lunak adalah
bahwa akuntansi merupakan disiplin ilmu rekayasa informasi dan
pengendalian keuangan.
2.1.2. Sistem dan Prosedur
Kata sistem telah banyak sekali digunakan atau didengar dalam berbagai
media masa, forum seminar atau diskusi, buku-buku atau berbagai dokumen
ilmiah. Kata ini juga digunakan untuk menggambarkan banyak hal dan pada
banyak bidang pula. Namun walaupun demikian, semua pihak yang mendengar
atau menggunakan kata tersebut belum tentu memiliki pemahaman yang sama
tentang pengertian dan penerapannya.
Sistem meliputi banyak hal mulai dari sistem alam (secara alami) sampai
dengan sistem informasi dan akuntansi (buatan). Pemahaman akan sistem ini
terlebih dahulu harus ditekankan. Dimana definisi sistem akan berkembang
sesuai dengan konteks dimana pengertian itu digunakan. Suatu sistem terdiri atas
elemen-elemen sistem yang berhubungan erat satu sama lain, sehingga
membentuk suatu struktur yang terpadu. Setiap elemen mempunyai cara dan
20
urutan kerja (prosedur) yang juga berhubungan erat dengan cara dan urutan kerja
elemen lainnya yang keseluruhannya disebut proses sistem.
Dalam pengertiannya terdapat 2 (dua) kelompok pendekatan di dalam
mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan yang
menekankan pada komponen atau elemennya. Pendekatan sistem yang lebih
menekankan pada prosedur mendefinisikan sistem sebagai suatu jaringan kerja
dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama
untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu.
Prosedur adalah urut-urutan yang tepat dari tahapan-tahapan instruksi yang
menerangkan apa (what) yang harus dikerjakan, siapa (who) yang
mengerjakannya, kapan (when) dikerjakan dan bagaimana (how)
mengerjakannya.
Susanto (2013:22) mendefinisikan sistem sebagai “Kumpulan/group dari
sub sistem/bagian/komponen apapun baik fisik maupun non fisik yang saling
berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai
satu tujuan tertentu”. Menurut Mulyadi (2016:3) “Dalam definisi sistem
akuntansi, formulir merupakan salah satu unsur sistem akuntansi”. Formulir ini
merupakan keluaran sistem lain yang menjadi masukkan sistem akuntansi.
Sistem lain yang menghasilkan formulir ini terdiri dari sub-sub sistem yang
diberi nama prosedur. Oleh karena itu dalam membahas sistem akuntansi perlu
dibedakan pengertian sistem dan prosedur, agar dapat diperoleh gambaran yang
jelas mengenai berbagai sistem yang menghasilkan berbagai macam formulir
yang diolah dalam sistem akuntansi.
Mulyadi (2016:4) “Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat
menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan”.
Sedangkan prosedur menurut Mulyadi (2016:4) adalah “Suatu urutan kegiatan
kerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih,
yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan
yang terjadi berulang-ulang”. Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa suatu sistem terdiri dari jaringan prosedur, sedangkan prosedur merupakan
urutan kegiatan kerikal.
21
3. Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang diterima kembali dari
pembeli.
4. Prosedur pencatatan tambahan dan penyesuaian kembali harga pokok
persediaan produk dalam proses.
5. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli.
6. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan kepada
pemasok.
7. Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang.
8. Prosedur pencatatan tambahan harga pokok persediaan karena pengembalian
barang gudang.
9. Sistem perhitungan fisik persediaan.
Agar hal-hal tersebut bisa dicapai, maka perlu adanya suatu sistem
pengendalian internal yang memadai. Pengendalian internal menurut Tjahyono
dan Sulistianingsih (2009:2) mempunyai pengertian “Penyusunan organisasi,
penerapan metode-metode untuk menjaga harta milik perusahaan, meyakinkan
bahwa catatan akuntansi dapat dipercaya, efisiensi operasi bisa dijaga dan
kebijakan manajemen ditaati oleh karyawan”. Menurut Diana dan Setiawati
(2011:82) “Pengendalian internal adalah semua rencana organisational, metode
dan pengukuran yang dipilih oleh suatu kegiatan usaha untuk mengamankan harta
kekayaannya, mengecek keakuratan dan keandalan data akuntansi usaha tersebut,
meningkatkan efisiensi operasional dan mendukung dipatuhinya kebijakan
manajerial yang telah ditetapkan”.
Sedangkan menurut Hery (2012:90) “Pengendalian internal adalah
seperangkat kebijakan dan prosedur untuk melindungi aset perusahaan dari segala
bentuk tindakan penyalahgunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi
perusahaan yang akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan (peraturan)
hukum atau undang-undang serta kebijakan manajemen telah dipatuhi dan
dijalankan sebagaimana mestinya oleh seluruh karyawan perusahaan”. Sementara
itu menurut Krismiaji (2015:216) pengendalian intern adalah “Rencana organisasi
dan metode yang digunakan untuk menjaga atau melindungi aktiva, menghasilkan
informasi yang akurat dan dapat dipercaya, memperbaiki efisiensi dan untuk
mendorong ditaati nya kebijakan manajemen”.
Menurut Singleton (2007:28) pengendalian internal adalah “Suatu proses
yang dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen dan personal lainnya dalam
suatu entitas yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai berkenaan
dengan pencapaian tujuan berikut ini:
1. Keandalan pelaporan keuangan.
2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
3. Efektivitas dan efisiensi operasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal merupakan suatu
proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi yang terdiri dari
berbagai kebijakan, prosedur, teknis, peralatan fisik, dokumentasi dan manusia.
24
2. Penaksiran risiko.
Merupakan tindakan yang dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan
menganalisis risiko-risiko terkait penyusunan laporan keuangan yang sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
3. Aktivitas pengendalian.
Merupakan kebijakan dan prosedur untuk membantu memastikan bahwa
tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko telah diambil guna
mencapai tujuan entitas. Kebijakan prosedur tersebut terdiri atas: pemisahan
tugas, otorisasi yang tepat atas transaksi, dokumen dan catatan yang
memadai, pengendalian fisik atas aktiva dan catatan, pemeriksaan
independen atau verifikasi internal.
4. Informasi dan komunikasi.
Tujuan dari sistem informasi dan komunikasi akuntansi adalah agar transaksi
yang dicatat, diperoleh dan dilaporkan telah memenuhi keenam tujuan audit
umum atas transaksi, yaitu: (1) transaksi yang dicatat memang ada, (2)
transaksi yang ada sudah dicatat, (3) transaksi yang dicatat dinyatakan pada
jumlah yang benar, (4) transaksi yang dicatat di posting dan diikhtiarkan
dengan benar, (5) transaksi diklasifikasikan dengan benar, (6) transaksi
dicatat pada tanggal yang benar. Dengan kata lain, sistem akuntansi harus
dirancang untuk memastikan perihal keterjaminan, kelengkapan, keakuratan,
posting dan pengikhtisaran, klasifikasi dan penetapan waktu transaksi dicatat.
5. Pemantauan.
Aktivitas pemantauan berhubungan dengan penilaian atas mutu pengendalian
internal secara berkesinambungan (berkala) oleh manajemen untuk
menentukan bahwa pengendalian internal telah berjalan sebagaimana yang
diharapkan dan dimodifikasi sesuai dengan perkembangan kondisi yang ada
dalam perusahaan.
27
5. Aktivitas pengendalian
Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang dibangun
untuk membantu memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan dengan
baik.
29
tugas setiap unit organisasi yang terkait, maka setiap unit organisasi akan
melaksanakan praktik yang sehat dalam pelaksanaan tugasnya.
d. Perputaran jabatan yang diadakan secara rutin akan dapat menjadi
independensi pejabat dalam melaksanakan tugasnya, sehingga persoalan
diantara mereka dapat dihindari.
e. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak. Karyawan
kunci perusahaan diwajibkan mengambil cuti yang menjadi haknya.
Selama cuti jabatan karyawan yang bersangkutan digantikan untuk
sementara oleh pejabat lain, sehingga seandainya terjadi kecurangan
dalam departemen yang bersangkutan, diharapkan dapat diungkap oleh
pejabat yang menggantikan untuk sementara tersebut.
f. Secara periodik diadakan pencocokan fisik aset dengan catatannya. Untuk
menjaga aset organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan catatan
akuntansi nya, secara periodik harus diadakan pencocokan atau
rekonsiliasi antara aset secara fisik dengan catatan akuntansi tersebut.
g. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas
unsur sistem pengendalian internal yang lain. Unit organisasi ini disebut
satuan pengawas intern atau Staf Pemeriksa Intern (SPI). Agar efektif
dalam menjalakan tugasnya, satuan pengawas intern ini harus tidak
melaksanakan fungsi operasi, fungsi penyimpangan dan fungsi akuntansi
serta harus bertanggung jawab langsung kepada manajemen puncak
(direktur utama).
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
Unsur mutu karyawan merupakan unsur pengendalian internal yang paling
penting. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, unsur
pengendalian yang lain dapat dikurangi sampai batas minimum dan
perusahaan tetap mampu menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang
dapat diandalkan.
31
Karyawan yang
mutunya sesuai
dengan tanggung jawab.
Sumber: Mulyadi (2016)
2. Kemacetan.
Kemacetan pada pengendalian yang telah berjalan bisa terjadi karena petugas
salah mengerti dalam instruksi atau melakukan kesalahan karena
kecerobohan, kebingungan atau kelalaian.
3. Kolusi.
Kolusi atau persekongkolan yang dilakukan oleh seorang pegawai dengan
pegawai lainnya, atau dengan pelanggan atau supplier bisa tidak terdeteksi
oleh struktur pengendalian lain.
4. Pelanggaran oleh manajemen.
Manajemen bisa melakukan pelanggaran atas kebijakan atau prosedur-
prosedur untuk tujuan tidak sah seperti keuntungan pribadi atau membuat
laporan keuangan menjadi tampak baik.
5. Biaya dan manfaat.
Biaya penyelenggaraan suatu struktur pengendalian intern seharusnya tidak
melebihi manfaat yang akan diperoleh dari penerapan pengendalian intern
tersebut.
2.1.5. Persediaan
2.1.5.1. Pengertian Persediaan
Perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur selalu memiliki
persediaan di toko maupun di gudang perusahaan. Persediaan tersebut dapat
berupa persediaan bahan baku, barang dalam proses atau barang jadi. Persediaan
harus dimiliki karena merupakan produk perusahaan yang harus dijual sebagai
sumber pendapatan. Persediaan merupakan salah satu aset perusahaan yang sangat
penting karena berpengaruh langsung terhadap kemampuan perusahaan untuk
memperoleh pendapatan. Karena itu, persediaan harus dikelola dan dicatat dengan
baik agar perusahaan dapat menjual produknya serta memperoleh pendapatan
sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
Perusahaan dagang yang aktivitasnya adalah membeli dan menjual
barang jadi, memiliki persediaan dalam bentuk barang jadi atau barang dagang.
Sedangkan perusahaan manufaktur memiliki tiga jenis persediaan yaitu bahan
baku, barang dalam proses dan barang jadi. Barang dagang yang berada di gudang
perusahaan tetapi bukan milik perusahaan tidak dapat dikelompokkan sebagai
persediaan.
Menurut Surya (2012:113)” Akuntansi persediaan mendapatkan
perhatian khusus dari banyak perusahaan bisnis karena pengaruh persediaan
sangat signifikan, baik terhadap laporan laba rugi maupun posisi keuangan”.
Tujuan pokok akuntansi persediaan adalah untuk menentukan laba rugi periodik
yaitu melalui proses mempertemukan harga pokok barang dijual dengan hasil
penjualan dalam suatu periode akuntansi dan menentukan jumlah persediaan yang
akan disajikan dalam neraca. Persediaan menurut Kieso, dkk (2008:402) adalah”
Inventory are asset items held for sale in the ordinary course of business or goods
that will be used or consumed in the production of goods to be sold”. Penjelasan
kutipan tersebut adalah” Pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk
dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau
dikonsumsi dalam membuat barang yang akan dijual”.
Pendapat lain disampaikan oleh Rudianto (2012:222),” Persediaan
adalah sejumlah barang jadi, bahan baku dan barang dalam proses yang dimiliki
41
perusahaan dengan tujuan untuk dijual atau diproses lebih lanjut”. Sementara itu
menurut Stice dan Skousen (2009:571)” Persediaan adalah istilah yang diberikan
untuk aktiva yang akan dijual dalam kegiatan normal perusahaan atau aktiva yang
dimasukkan secara langsung atau tidak langsung ke dalam barang yang akan
diproduksi dan kemudian dijual”. Kesimpulannya adalah bahwa persediaan
merupakan suatu istilah yang menunjukkan segala sesuatu dari sumber daya yang
ada dalam suatu proses yang bertujuan untuk mengantisipasi terhadap segala
kemungkinan yang terjadi baik karena adanya permintaan maupun ada masalah
lain.
Fungsi penting persediaan bagi perusahaan menurut Stice dan Skousen
(2009:571) yaitu:
1. Agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan terjadi.
2. Untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi.
3. Untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas, karena membeli
dalam jumlah yang banyak ada diskon.
4. Untuk hedging dari inflasi dan perubahan harga.
5. Untuk menghindari kecurangan persediaan yang dapat terjadi karena cuaca,
kekurangan pasokan, mutu dan ketidaktepatan pengiriman.
6. Untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam proses.
adalah tetap sama atau stabil, maka dapat dipastikan bahwa ketiga metode
penilaian di atas masing-masing akan menghasilkan besarnya nilai persediaan
akhir yang sama, sehingga pengaruhnya terhadap besarnya harga pokok
penjualan, laba kotor dan laba bersih juga akan sama. Namun begitu harga pokok
atas barang yang dibeli berubah, maka masing-masing dari ketiga metode
penilaian tersebut pada umumnya akan menghasilkan besarnya nilai persediaan
akhir, harga pokok penjualan, laba kotor dan laba bersih yang berbeda.
yang dipesan, seperti yang tertera dalam formulir pesanan pembelian, seharusnya
dicocokkan dengan harga yang tercantum dalam faktur tagihan (invoice). Setelah
laporan penerimaan barang, formulir pesanan pembelian dan faktur tagihan
dicocokkan, perusahaan akan mencatat persediaan dalam catatan akuntansi.
Pengendalian internal atas persediaan barang dagang juga sering kali
melibatkan bantuan alat pengaman, seperti kaca dua arah, kamera, sensor
magnetic, kartu akses gudang, pengatur suhu ruangan dan sebagainya, termasuk
petugas keamanan. Mengenai tempat penyimpanan persediaan, suhu ruangan pun
menjadi hal yang harus diperhatikan dan diatur sedemikian rupa untuk
menghindari terjadinya kerusakan atas barang dagangan. Persediaan juga
seharusnya disimpan dalam gudang yang dimana aksesnya dibatasi hanya untuk
karyawan tertentu saja, dimana setiap pengeluaran barang dari gudang harus
dilengkapi atau didukung dengan formulir permintaan barang yang telah di
otorisasi sebagaimana mestinya.
Penggunaan sistem pencatatan perpetual juga memberikan pengendalian
yang efektif atas persediaan. Informasi mengenai jumlah atas masing-masing
jenis barang dagang dapat segera tersedia dalam buku besar pembantu untuk
masing-masing persediaan. Untuk menjamin keakuratan besarnya persediaan
yang dilaporkan dalam laporan keuangan, perusahaan dagang seharusnya
melakukan pemeriksaan fisik atas persediaannya. Hasil perhitungan fisik akan
dibandingkan dengan data persediaan yang tercatat dalam buku besar untuk
menentukan besarnya kekurangan yang ada atas saldo fisik persediaan. Jadi dapat
dikatakan bahwa dalam sistem pencatatan perpetual, pemeriksaan fisik dilakukan
bukan untuk menghitung saldo akhir persediaan, melainkan sebagai pengecekan
silang mengenai keabsahan atas saldo persediaan yang dilaporkan dalam buku
besar persediaan.
Menurut Hary (2009), pengendalian internal atas persediaan seharusnya
dimulai pada saat barang diterima. Secara luas komponen pengendalian internal
pada persediaan meliputi pengarahan arus dan penanganan barang mulai dari
penerimaan, penyimpanan, sampai saat barang-barang yang siap untuk dijual.
49
2.1.7. Efektivitas
2.1.7.1. Pengertian Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian
dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas
selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diterapkan dengan hasil yang
telah dicapai. Efektivitas dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dan dapat
dinilai dengan berbagai cara dan mempunyai kaitan erat dengan efisiensi.
Sunarto (2003:47) mendefinisikan efektivitas yaitu” Informasi harus
sesuai dengan kebutuhan pemakai dalam mendukung suatu proses bisnis,
51
sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran,
berarti semakin tinggi efektivitas nya”.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Abdurahmat (2008:7) mengatakan”
Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah
tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah
pekerjaan tepat pada waktunya”. Dapat disimpulkan bahwa efektivitas berkaitan
dengan terlaksananya semua tugas pokok. Tercapainya tujuan, ketepatan waktu
dan partisipasi aktif dari anggota serta merupakan keterkaitan antara tujuan dan
hasil yang dinyatakan dan menunjukkan derajat sesuaian antara tujuan yang
dinyatakan dengan hasil yang dicapai.
2.1.8. Flowchart
2.1.8.1. Pengertian Flowchart
Flowchart dipergunakan untuk menggambarkan proses kegiatan dalam
suatu organisasi. Flowchart berupa bagan untuk keseluruhan sistem termasuk
kegiatan manual dan aliran atau arus dokumen yang dipergunakan dalam sistem.
Menurut Krismiaji (2015:25) “Flowchart merupakan teknik analitis yang
digunakan untuk menjelaskan aspek-aspek sistem informasi secara jelas, tepat
dan logis”.
Sedangkan menurut Indrayani (2011:22) “Flowchart merupakan
penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dan urutan prosedur suatu
program”. Penggambaran flowchart harus menggunakan cara-cara dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku secara lazim dalam sistem informasi akuntansi, sehingga
tidak menimbulkan kebebasan yang tidak mempunyai standar dalam
menggambarkan sistem. Dalam sistem informasi akuntansi diperoleh kesepakatan
dari pihak-pihak yang berkompeten untuk digunakannya standar simbol yang
dipakai untuk menggambarkan bagan atau flowchart.
53
Ke sistem
penjualan
Yasa serta analisis data yang didasarkan pada teori yang relevan terhadap masalah
yang diteliti pada UD Tirta Yasa penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut (1) struktur organisasi pada UD. Tirta Yasa sudah cukup memadai, akan
tetapi masih banyak bagian-bagian yang kosong dan mengakibatkan perangkapan
jabatan pada karyawan, (2) aktivitas pengendalian yang dilakukan terhadap
pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran sediaan barang masih belum memadai,
dikarenakan masih belum adanya pemisahan atau bagian khusus untuk menangani
masalah ini, (3) efektifitas pengelolaan persediaan barang dagang yang dilakukan
oleh UD. Tirta Yasa sudah efektif namun kurang memadai, karena masih
mempuyai kekurangan pada dokumen-dokumen yang seharusnya digunakan
dalam sistem pembelian barang sediaan. Hal ini menambah lemahnya sistem
pengendalian dikarenakan dokumen tersebut seharusnya bisa menjadi alat
pengendalian internal.
Direktur
Stock &
Sales Gudang Admin istration
Marketing IT Support
Administration IT Supports
Marketing
Pengendalian Internal
Evaluasi
Hasil
Sumber: penulis
BAB III
METODE PENELITIAN
jepang.” Selain tangki air kami juga memproduksi barang lainnya yang
berteknologi cukup mutakhir”. dan menjual kembali kepada pelanggan atau
konsumen. Penelitian ini di lakukan di PT. CIPTA NIAGA SEMESTA yang
berlokasi Jl.Kapuk Kamal Muara IX No.28a Jakarta barat. Penelitian dilakukan
dari bulan juli 2021 sampai dengan bulan september 2021,
BAB IV
HASIL TEMUAN, PEMBAHASAN DAN ANALISIS
4.2. PEMBAHASAN
4.2.1. Unsur-unsur Pengendalian Internal Atas Persediaan Barang Dagang
4.2.1.1. Lingkungan Pengendalian Internal Atas Persediaan Barang Dagang
Pengendalian internal PT.CIPTA NIAGA SEMESTA. terhadap
persediaan barang dagangan dapat dijelaskan berdasarkan beberapa faktor yang
menyusun lingkungan pengawasan di bawah ini:
1. Falsafah dan gaya manajemen operasi.
Falsafah manajemen merupakan aktivitas yang memberikan parameter bagi
perusahaan dan karyawan tentang pentingnya pengendalian. Falsafah
manajemen pada PT. CIPTA NIAGA SEMESTA dikendalikan dengan
adanya suatu keyakinan oleh manajemen puncak untuk menciptakan
hubungan bisnis yang baik. Dalam hal ini karyawan ditekankan untuk
bertindak dan bersikap jujur kepada customer, supplier dan semua pihak
yang berkaitan dengan perusahaan. Hal ini sangat penting karena PT. CIPTA
NIAGA SEMESTA merupakan perusahaan yang pendapatan utamanya
berasal dari penjualan produk-produk atau barang dagangannya. Kepuasan
pelayanan kepada para customer juga perlu diperhatikan. Pimpinan
perusahaan PT. CIPTA NIAGA SEMESTA secara tegas menyampaikan
bahwa apabila ada need and want dari customer terhadap produk-produk
yang ditawarkannya, maka perusahaan akan secepat mungkin melayani
66
pemisahan fungsi tersebut maka manajemen pada tingkat yang lebih tinggi
dapat menilai bagian-bagian yang dipimpinnya, apakah setiap karyawan telah
melakukannya dengan baik sesuai dengan fungsinya. Selain pemisahan
fungsi, PT. CIPTA NIAGA SEMESTA juga telah menerapkan pendelegasian
wewenang sesuai dengan struktur organisasi perusahaan. Pendelegasian
dilakukan dengan memperhatikan kemampuan terbaik dari setiap karyawan.
Setiap karyawan memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-masing
untuk mencapai tujuan perusahaan.
4. Praktik dan kebijakan karyawan.
PT.CIPTA NIAGA SEMESTA. merekrut karyawannya sesuai dengan bidang
yang dibutuhkan dan telah berpengalaman minimal satu tahun dalam
bidangnya. Bagi karyawan yang belum berpengalaman atau fresh graduate,
yang harus diperhatikan adalah latar belakang pendidikannya. Setiap
karyawan baru harus melewati tahap masa pelatihan atau percobaan selama
tiga bulan. Apabila karyawan tersebut berhasil menjalankan masa percobaan,
karyawan yang bersangkutan akan menjadi pegawai tetap. Tetapi, bagi
karyawan yang melanggar peraturan yang berlaku dalam perusahaan selama
masa percobaan, perusahaan akan langsung bertindak dengan memberikan
peringatan. Jika di kemudian hari karyawan tersebut kembali melakukan
pelanggaran, maka perusahaan akan langsung mengeluarkan karyawan
tersebut. Hal ini mencegah terjadinya pelanggaran yang sama di kemudian
hari dan menghindari agar karyawan lain tidak terpengaruh untuk melakukan
tindakan yang sama, serta menunjukkan kepada seluruh karyawan bahwa
peraturan yang berlaku dalam perusahaan benar-benar dilaksanakan, bukan
hanya sekadar peraturan belaka.
bagian Bea Cukai. Menghadapi keadaan ini, untuk menghindari kekecewaan dari
pihak pelanggan akan kebutuhan produk tersebut serta kerugian yang besar,
PT.CIPTA NIAGA SEMESTA akan mengambil langkah sebagai berikut:
1. Meminta kepada marketing division untuk menginformasikan tipe produk apa
yang paling banyak diminati dan dibutuhkan pelanggan.
2. Menawarkan tipe produk yang fungsi dan spesifikasi nya hampir sama.
3. Membuat waiting list disesuaikan dengan waktu yang diperkirakan.
Hal ini dilakukan dengan tujuan agar pelanggan tidak kecewa dan biasanya terjadi
pada pelanggan yang baru.
Selain itu, kejadian yang sering terjadi dari pihak eksternal adalah:
1. Retur barang, hal ini terjadi dikarenakan pelanggan salah order, produk yang
dipesan tidak sesuai dengan kebutuhan, dan atau salah komunikasi antara
sales marketing dengan pelanggan. Mengantisipasi hal ini, perusahaan
terlebih dahulu melakukan survey dan demo presentasi mengenai produk
untuk memastikan tipe produk apa yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Namun seringkali yang melakukan penukaran barang adalah para pelanggan
yang sudah sering melakukan order atau repeat order dengan alasan salah
pesan atau unit produk sebelumnya masih bisa diperbaiki, tidak perlu
mengganti dengan yang baru. Jika demikian, maka tindakan yang diambil
oleh perusahaan adalah meminta pelanggan untuk membuat berita acara yang
menyatakan bahwa penukaran tidak akan dilakukan lagi terkecuali barang
rusak atau cacat.
2. Pelanggan membatalkan pemesanan barang, hal ini dikarenakan pelanggan
masih bingung menentukan produk mana yang akan digunakan. Kemudian,
lokasi yang ingin dipasangkan produk belum siap atau selesai, dana belum
memadai, bahkan ada pelanggan yang secara tiba-tiba membatalkan
pembelian dengan alasan yang kurang tepat. Tindakan yang diambil untuk
menghindari hal ini adalah sales marketing harus menunda permintaan
pengeluaran barang dari gudang sampai pelanggan tersebut benar-benar jadi
membeli barang dan telah melakukan down payment sesuai perjanjian. Hal
69
4.2.1.5. Pemantauan
Pemantauan terhadap jumlah persediaan barang dagang secara langsung
dilakukan oleh bagian kepala gudang. Sedangkan pemantauan aktivitas kerja
lapangan biasanya dipertanggung jawabkan oleh manajer masing-masing bagian.
Biasanya masalah yang ditemui di lapangan diketahui melalui keluhan atau
laporan dari pelanggan. Jika keluhan masalahnya terletak pada pihak PT. CIPTA
NIAGA SEMESTA seperti salah pemasangan kabel jaringan, printer kasir tidak
dapat mengeluarkan kertas hasil (print out), komputer belum bisa digunakan
72
dengan maksimal atau mesin mati total, maka perusahaan akan mengirimkan
kembali support/teknisi untuk mengecek masalah yang terjadi dan
menyelesaikannya tanpa dikenai biaya. Namun apabila keluhan masalahnya
terletak pada pelanggan, perusahaan akan tetap mengirimkan support untuk
membantu menyelesaikan masalahnya dengan dikenakan biaya (kecuali masih
dalam masa garansi pembelian).
Apabila terjadi kehilangan barang dagang, maka akan segera diusut
sampai tuntas. Bagi orang yang menghilangkan barang tersebut wajib
bertanggung jawab baik hilang dengan disengaja atau tidak disengaja. Ganti rugi
sebagai pertanggung jawaban ini biasanya disesuaikan dengan ketentuan dan
kebijakan dari perusahaan, apakah dibebankan seluruhnya kepada pihak yang
bertanggung jawab atau hanya dibebankan 50% atau sebagian saja. Pemantauan
yang dilakukan oleh PT.CIPTA NIAGA SEMESTA sehubungan dengan
pelaksanaan transaksi penerimaan dan pengeluaran barang adalah dengan
memantau dan memeriksa secara rutin pelaksanaan kerja dan fungsi-fungsi yang
terkait, apakah telah sesuai dengan metode dan prosedur. Pemantauan atas
persediaan barang dagangan secara khusus meliputi penilaian dan penganalisisan
laporan stock opname setiap sebulan sekali untuk disesuaikan dengan
perkembangan permintaan pelanggan.
73
Gambar 4.1
Prosedur Pembelian dan Penerimaan Barang
PT. CIPTA NIAGA SEMESTA
4. Jika jumlah barang tidak sesuai, maka pihak gudang melakukan pencatatan
manual untuk jumlah barang yang kurang atau tidak sesuai.
Pihak gudang harus melaporkan persediaan barang dagang yang masuk
dari supplier ke bagian purchasing untuk memasukkan stock barang ke dalam
komputer.
Dari gambar di atas, prosedur pengeluaran barang (out) dari gudang PT. CIPTA
NIAGA SEMESTA ke pelanggan adalah:
1. Ketika pihak penjualan mendapatkan purchase order, sales admin melakukan
Analisa PO untuk kemudian mengisi formulir permintaan barang dan
memberikannya kepada pihak gudang.
2. Pihak gudang memeriksa ketersediaan stock, bila mencukupi maka pihak
gudang membuat nota bayangan dan memberikannya kepada pihak
75
Dari bagan di atas, prosedur penjualan tunai atas persediaan barang dagang pada
PT. CIPTA NIAGA SEMESTA adalah:
1. Pelanggan memesan barang melalui telepon, email, fax atau datang langsung
ke kantor. Setelah mendapatkan purchase order, sales marketing atau sales
admin akan membuat bukti pembelian dalam rangkap 3, yaitu:
a. Lembar ke-1 diberikan ke pelanggan untuk pembayaran di kasir dengan
memberi tanda lunas.
b. Lembar ke-2 untuk diberikan kepada bagian finance agar dibuatkan
invoice dan surat jalan.
c. Lembar ke-3 untuk di arsip bagian penjualan.
2. Selanjutnya finance akan membuat surat jalan sebanyak 5 lembar, yaitu:
a. Lembar ke-1 untuk arsip bagian penjualan.
b. Lembar ke-2 untuk diberikan kepada pelanggan.
c. Lembar ke-3 untuk gudang sebagai dasar mengeluarkan barang.
d. Lembar ke-4 untuk bagian pengiriman.
e. Lembar ke-5 untuk arsip finance.
Jika berdasarkan surat jalan tersebut bagian gudang dapat memenuhinya,
maka barang dipersiapkan untuk diserahkan kepada pelanggan.
3. Sesuai dengan surat jalan, finance akan membuat invoice sebanyak 3 lembar,
yaitu:
a. Lembar ke-1 diberikan kepada pelanggan.
b. Lembar ke-2 untuk akunting.
c. Lembar ke-3 untuk di arsip.
4. Bagian pengiriman menerima barang yang telah dikeluarkan dari gudang
beserta surat jalan dan invoice untuk pelanggan dan dikirimkan ke alamat
tujuan atau diserahkan ke pelanggan.
5. Finance atau kasir akan menyetor uang setiap hari dari hasil penjualan secara
tunai ke Bank, yaitu dengan membuat bukti setoran sebanyak 3 lembar, yaitu:
a. Lembar ke-1 diserahkan kepada bank.
b. Lembar ke-2 untuk akunting.
c. Lembar ke-3 untuk disimpan sebagai arsip.
77
Start 2
Melakukan
Form laporan persediaan perhitungan fisik
persediaan
Arsip/administrasi
Membuat
rekapitulasi nilai
persediaan
Finish
Finish
Direktur
4.3. ANALISIS
4.3.1. Unsur-unsur Pengendalian Internal Atas Persediaan Barang Dagang
4.3.1.1.Lingkungan Pengendalian Internal Atas Persediaan Barang Dagang
Manajemen PT. CIPTA NIAGA SEMESTA menganggap bahwa
lingkungan pengendalian atas persediaan barang dagang itu penting. Lingkungan
pengendalian persediaan barang dagang pada PT.Penguin Indonesia akan
dianalisis dan dievaluasi berdasarkan faktor-faktor yang menyusun lingkungan
pengendalian dari perusahaan, yaitu:
1. Falsafah dan gaya manajemen operasi.
Falsafah manajemen yang diterapkan PT. CIPTA NIAGA SEMESTA dalam
melaksanakan transaksi penjualan barang dagang sangat mendukung dalam
menciptakan lingkungan pengendalian yang memadai, hal ini dapat dilihat
dengan adanya keseriusan manajemen perusahaan dalam mengutamakan
kepuasan konsumen dengan adanya semboyan one day service. Kondisi ini
sangat penting karena PT..CIPTA NIAGA SEMESTA merupakan
81
4.3.1.5. Pemantauan
Pemantauan dilakukan agar dapat membantu manajemen untuk
mengetahui efektif atau tidaknya pelaksanaan unsur-unsur pengendalian yang
lain. PT.CIPTA NIAGA SEMESTA melakukan pemantauan persediaan barang
dagang dengan melakukan stock opname setiap bulannya untuk disesuaikan
85
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. SIMPULAN
Setelah menganalisis dan mengevaluasi sistem pengendalian internal
atas persediaan barang dagang pada PT. CIPTA NIAGA SEMESTA , maka
penulis dapat mengambil simpulan sebagai berikut:
1. Penerapan sistem pengendalian internal atas persediaan barang dagang pada
PT. CIPTA NIAGA SEMESTA belum berjalan efektif. Hal ini terlihat dari
proses masuknya barang masuk dari supplier ke gudang. Surat bukti terima
barang hanya dibuat rangkap 1 khusus untuk pihak gudang saja. Seharusnya
dibuat dalam rangkap 4, yaitu untuk pihak supplier, gudang, purchasing dan
bagian keuangan. Namun demikian, PT. CIPTA NIAGA SEMESTA telah
membuat kebijaksanaan stock opname secara rutin setiap bulan untuk
mengetahui jumlah dari persediaan barang dagang dan untuk menghindari
resiko kehilangan karena pengendalian internal sangat berpengaruh terhadap
persediaan barang dagang pada PT. CIPTA NIAGA SEMESTA . Hal ini
terlihat dari jumlah persediaan barang dagang yang sudah sesuai dengan
perhitungan.
2. Sistem pengendalian internal atas persediaan barang dagang yang diterapkan
masih kurang efektif. Ada hal-hal atau bagian yang belum berjalan dengan
efektif, seperti adanya pembuatan dokumen yang dapat dilakukan oleh dua
pihak yang berbeda, sehingga dapat menimbulkan penyimpangan-
penyimpangan. Selain itu terdapat adanya perangkapan tugas dalam
pembuatan dokumen dan administrasi yang dilakukan oleh orang yang
sama. Hal ini juga dapat memicu adanya kecurangan yang bisa dilakukan
oleh karyawan tersebut.
88
5.2. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis berusaha memberikan saran
kepada PT. CIPTA NIAGA SEMESTA yang mungkin bermanfaat dalam
mengatasi kelemahan yang terdapat dalam sistem pengendalian internal atas
persediaan barang dagang. Adapun saransaran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan.
a. Penerapan pengendalian internal atas persediaan barang dagang pada PT.
CIPTA NIAGA SEMESTA harus lebih ditekankan lagi, dengan lebih teliti
pada kegiatan pemasukkan atau penerimaan barang. Surat bukti atau tanda
terima barang harus dibuat dalam rangkap 4, yaitu untuk pihak supplier,
gudang, bagian purchasing dan bagian keuangan.
b. Sebaiknya perusahaan lebih mempertegas pemisahan tugas dan fungsi bagi
sales marketing dan sales administration, untuk meminimalisir terjadinya
penyimpangan dalam proses permintaan pengeluaran barang.
c. Perusahaan seharusnya memisahkan fungsi pembuatan dokumen dalam setiap
divisi, sehingga tidak ada perangkapan tugas, untuk menghindari kecurangan
yang mungkin dilakukan oleh karyawan tersebut.